Nelly Rosdiana
Divisi Hemato - Onkologi Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK-USU / RS H. Adam Malik Medan
Abstrak: Anemia merupan suatu kondisi dimana konsentrasi hemoglobin atau jumlah sel darah merah di bawah normal. Prevalensinya pada bayi berkisar 5,7%, remaja putri 5,9%, wanita muda 5,8%, dan 4,4% pada pria berusia lanjut. Penyebab terjadinya anemia pada anak sangat bervariasi sehingga jika seorang pucat, diperlukan langkah-langkah pendekatan diagnostik berupa anamnesis dan pemeriksaan fisik yang tepat serta terperinci, pemeriksaan darah lengkap, morfologi darah, aspirasi sumsung tulang serta mencari penyakit yang mendasari anemia tersebut.
Kata kunci: anemia-MCV-RDw-Aspirasi sumsung tulang
Abstract: Anemia is the condition in which the concentration of hemoglobin or the red cell mass is reduced below normal. The incidence of anemia in infants, teenagers, women, and men are approximately 5.7%, 5.9%, 5.8%, and 4.4%, prespectively. The cause of anemia for the children is varied, so if a child suffered the pallor, we need the steps for the diagnostic approach are the including, the medical history of the anemic child, detailed physical examination with particular attention acute and chronic effects of anemia, complete blood counts, morphology cells, bone marrow puncture and underlying diseases.
Keywords: anemia – MCV – RDW – bone marrow puncture
PENDAHULUAN
Secara tradisional, pucat pada anak selain diketahui melalui pemeriksaan fisik, juga ditegakkan melalui hasil pemeriksaan laboratorium yang abnormal yaitu kadar hemoglobin (Hb) kurang dari normal berdasarkan usia, dengan fokus perlu tidaknya pucat diberikan terapi.1
Anemia merupakan suatu kondisi dimana konsentrasi hemoglobin atau jumlah sel darah merah di bawah normal. Anemia menyebabkan menurunnya kemampuan pengangkutan oksigen yang fisiologis di dalam darah dan berkurangnya suplai oksigen ke jaringan.2
Berdasarkan hasil survey di Amerika Serikat yang dilakukan oleh the Second National Health and Nutrition Survey (NHANES) didapati prevalensi anemia pada bayi berkisar 5,7% , remaja putri 5,9%, wanita muda 5,8% dan 4,4% pada pria berusia lanjut.1
DEFINISI ANEMIA
Anemia didefinisikan sebagai berkurangnya volume sel darah merah atau konsentrasi hemoglobin di bawah nilai normal.3,4
Batas yang membedakan anemia dari kondisi normal pada umumnya adalah nilai Hb dibawah -2 SD rata-rata populasi normal.3
Anemia Dikelompokkan dalam mild, moderate dan severe anemia berdasarkan konsentrasi hemoglobin (80%, 60-80%, < 60% berdasarkan cutt-off level).5
PENYEBAB
Penyebab terjadinya anemia pada anak sangat bervariasi, bisa oleh karena gangguan produksi sel darah merah atau rusaknya jumlah eritrosit yang bermakna.4,3
Tabel 1. Normal red blood cell values in children
Hemoglobin (g/dl) MCV (fl)
AGE Mean - 2 SD Mean - 2 SD
Birth (cord blood) 1-3 days (capillary) 1 week 2 weeks 1 month 2 months 3-6 months 0.5-2 years 2-6 years 6-12 years
12-18 years, female 12-18 years, male 18-49 years, female 18-49 years, male
16.5 18.5 17.5 16.5 14.0 11.5 11.5 12.0 12.5 13.5 14.0 14.5 14.0 15.5 13.5 14.5 13.5 12.5 10.0 9.0 9.5 10.5 11.5 11.5 12.0 13.0 12.0 13.5 108 108 107 105 104 96 91 78 81 86 90 88 90 90 98 95 88 86 85 77 74 70 75 77 78 78 80 80
Complied from several sources; the mean ± s SD can be expected to include 95% of the observations in a normal population. Adapted from Hastings CA. Lubin BH. Blood. In: Rudolph AM. Kamei RK (eds), Rudolph,s Fundamental of Pediatrics, 2 nd ed. Norwalk. CT : Appleton & Lange. 1998. pp 441-490.
MCV = mean corpuscular volume.
Langkah-langkah pendekatan diagnostik: I. Anamnesis
II. Pemeriksaan fisik III. Laboratorium
I. Anamnesis
Dalam anamnesis kita perlu menanyakan hal-hal tersebut di bawah ini. 2,3
• Usia, jenis kelamin, ras, status sosioekonomi keluarga.
• Riwayat perdarahan, sejak kapan terjadi perdarahan, durasi, frekuensi, jenis perdarahan dan volume yang terjadi.
• Riwayat kelainan anak, Hb ibu semasa hamil.
• Pemakaian obat-obatan
(seperti sulfa, anti kejang, kloramfenikol).
• Riwayat pemberian makanan, riwayat penyakit terdahul dan riwayat penyakit keluarga.
II. Pemeriksaan fisik
Penderita Anemia pada umumnya jarang memberikan gejala dan tidak ditemukan kelainan pada pemeriksaan fisiknya sampai nilai hematokrit kurang dari 25%. Beberapa pemeriksaan fisik yang dapat membantu antara lain adalah: 2,3
• Warna kulit terutama di telapak tangan dapat dijumpai pucat, ikterik, petechie, purpura.
• Pada daerah kepala dapat
dinilai apakah ada dijumpai sklera ikterik, stomatitis angularis, glossitis.
• Di daerah dada terutama pada pemeriksaan auskultasi jantung dapat dijumpai irama gallop dan desah.
• Pada ekstremitas dapat
dijumpai displagia tulang radial, kuku seperti bentuk triphalangeal thumbs.
• Adanya pembesaran organ di abdomen seperti pembesaran limpa dan hepar.
III. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium haruslah dilakukan atas indikasi karena pemeriksaan laboratorium seringkali menyebabkan membengkaknya biaya pengobatan.1,3,6
Dengan mengurangi jenis pemeriksaan yang tidak diperlukan, biaya dapat dikurangi. Pemilihan jenis pemeriksaan dipilih berdasarkan seleksi yang rasional menurut protokol yang ada.7
The American Academy of Pediatrics merekomendasikan agar dilakukan pemeriksaan kadar Hb ataupun hematokrit rutin untuk skrining anemia defisiensi besi yaitu dilakukan saat usia 9 – 12 bulan, selanjutnya 6 bulan berikutnya.8
abnormalitas morfologi lainnya (misalnya sferosit, sickle cell, sel target).
Mean corpuscular volume (MCV) mengkonfirmasikan temuan pada apusan mengenai ukuran sel darah merah: mikrositik (< 7
µm), makrositik (> 8µm) atau normositik (7,2 –
7,9 µm). Jumlah retikulosit dan MCV membantu dalam mendiagnosis banding anemia. Jumlah retikulosit normal atau menurun menunjukkan gangguan bentuk sel darah merah, peningkatan jumlah retikulosit menunjukkan kehilangan darah kronis atau hemolisis.
Red cell distribution width (RDW) dan MCV menunjukkan morfologi dan klasifikasi anemia. Nilai normal RDW anak yaitu 11,5 % - 14,5%.
Pada beberapa kasus anemia berulang, diindikasikan pemeriksaan sumsum tulang, pada apusan sumsum tulang sebaiknya diwarnai dengan perwarnaan untuk besi agar dapat menilai cadangan besi dan mendiagnosis adanya anemia sideroblastik.
RINGKASAN
Adapun langkah-langkah pendekatan diagnostik pucat pada anak:
1. Catat anamnesis dan pemeriksaan fisik dengan tepat dan terperinci.
2. Pemeriksaan darah lengkap
Apakah anemia disebabkan dari satu alur sel (sel darah merah) atau melibatkan ketiga alur sel (sel darah merah, sel darah putih, dan jumlah trombosit).
3. Menentukan karakteristik morfologi anemia berdasarkan apusan darah tepi, MCV, RDW dan morfologi sel darah putih dan trombosit.
4. Aspirasi sumsum tulang, jika diperlukan untuk menganalisa morfologi eritroid, myeloid, dan megakariositik.
[image:3.595.63.533.416.749.2]5. Mencari penyakit yang mendasari terjadinya anemia.
Tabel 2. Classification of nature of the anemia based on MCV and RDW
MCV Low MCV Normal MCV High
RDW Normal Microcytic Homogenous Normocytic Homogeneous Macrocytic Homogeneous
Heterozygous
Thalassemia
Chronic disease
Normal
Chronic disease
Chronic liver disease
Nonanemic
Hemoglobinopathy
(e.g., AS, AC)
Transfusion
Chemotherapy
Chronis myelocytic leukemia
Hemorrhage
Hereditary
spherocytosis
Aplastic anemia
Preleukemia
RDW high Micricytic Heterogeneous Normocytic Heterogeneous Macrocytic
Heterogeneous
Iron deficiency
S ß-yhalassemia
Hemoglobin H
Red cell fragmentation
Early iron of folate deficiency
Mixed deficiencies
Hemoglobinopathy
(e.g., AS. AC)
Myelofibrosis
Sideroblastic anemia
Folate deficiency
Vitamin B12 deficiency
Immune hemolytic anemia
Cold agglutinins
ANEMIA
MCV
RETICULOCYTE COUNT
BILIRUBIN
WHITE CELL AND PLATETET COUNT
Hemolytic anemia
Normal
High Low
Low High
Folate deficiency Vit. B12 deficiency Aplastic anemia Preleukemia
Immune hemolytic anemia Liver diseases
Iron deficiency Thalassemia Lead poisoning Chronic diseases
High Normal
Hemorrhage
Negative
COOMB TEST
Positive
Extracorpuscular a. Corpuscular
Autoimmune hemolytic anemia Primary
Secondary (e.g., connective tissue disease, drug)
Isoimmune hemolytic disease Rh, ABO mismatched transfusion Hemoglobinophaties
Hb electrophoresis Enzymophaties Enzym assay Membrane defects Morphology Autohemolysis Osmotic fragility
b. Extracorpuscular
Idiopathic Secondary Drugs Infection Microorganism
Low Normal
Increased
Bone marrow depression Malignancy
Aplastic anemia Congenital Acquired
Fure red cell aplasia Diamond Blackfan Transient
erythroblastopenia of childhood (TEC)
[image:4.595.71.539.83.704.2]Infection
DAFTAR PUSTAKA
1. Nissenson AR, Goodnough LT, Dubois RB. Anemia.Arch Intern Med 2003; 163:1400-05.
2. Diamond CA. Anemia. Dalam: Hastings C, penyunting. The children’s hospital Oakland hematology/oncology handbook. St. Louis: Mosby, 2002. h.161-69.
3. Oski FA, Brugnara C, Nathan DG. A diagnostic approach to the anemia patient. Dalam: Nathan DG, Orkin SH, penyunting. Hematology at infancy and childhood. Edisi ke-5. WB. Saunders, 1998. h. 375-80.
4. Glader B. The anemias. Dalam: Behrman RE, Kliegman RM, Jewson HB, penyuntig. Nelson text book of pediatric. Edisi ke-17. WB. Saunders, 2004. h. 1604-6.
5. De Maeyer EM. Preventing and
controlling iron deficiency anemia through primary health care. WHO. Geneva, 1989. h. 25-6.
6. Lanzkowsky P, Shende A. Classification and diagnosis of anemia during childhood. Dalam: Lanzkowsky P, penyunting. Pediatric oncology. MC. Graw Hill: New York , 1983. h. 24-87. 7. Green R. Anemia diagnosis at the end of
the second millennium. Blood 2005; 11: 101-4.