• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendekatan Diagnosis Anemia pada Anak

N/A
N/A
triyani agustin

Academic year: 2024

Membagikan "Pendekatan Diagnosis Anemia pada Anak "

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Article · June 2013

CITATIONS

0

READS

4,979

1 author:

Hendry Irawan

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 35PUBLICATIONS   108CITATIONS   

SEE PROFILE

(2)

CDK-205/ vol. 40 no. 6, th. 2013

422

PENDAHULUAN

Anemia secara umum didefi nisikan sebagai berkurangnya volume eritrosit atau konsentrasi hemoglobin.1 Anemia bukan suatu keadaan spesifi k, melainkan dapat disebabkan oleh bermacam-macam reaksi patologis dan fi siologis. Anemia ringan hingga sedang mungkin tidak menimbulkan gejala objektif, namun dapat berlanjut ke keadaan anemia berat dengan gejala-gejala keletihan, takipnea, napas pendek saat beraktivitas, takikardia, dilatasi jantung, dan gagal jantung.2,3

Anemia merupakan masalah kesehatan masyarakat di seluruh dunia; diperkirakan terdapat pada 43% anak-anak usia kurang dari 4 tahun.4 Survei Nasional di Indonesia (1992) mendapatkan bahwa 56% anak di bawah umur 5 tahun menderita anemia, pada survei tahun 1995 ditemukan 41%

anak di bawah 5 tahun dan 24-35% dari anak sekolah menderita anemia.5 Gejala yang samar pada anemia ringan hingga sedang menyulitkan deteksi sehingga sering terlambat ditanggulangi. Keadaan ini berkaitan erat dengan meningkatnya risiko kematian pada anak.3

Tabel 1 Batasan anemia berdasarkan umur dan jenis kelamin2

Umur (tahun)

Hemoglobin (g/dL) Hematokrit (%) MCV (μm3) Mean Batas bawah Mean Batas bawah Mean Batas bawah

0.5 - 1.9 12.5 11.0 37 33 77 70

2 - 4 12.5 11.0 38 34 79 73

5 - 7 13.0 11.5 39 35 81 75

8 - 11 13.5 12.0 40 36 83 76

12 - 14

15 - 17

18 - 49

Pendekatan Diagnosis Anemia pada Anak

Hendry Irawan

Fakultas Kedokteran Universitas Katolik Atma Jaya, Jakarta, Indonesia

ABSTRAK

Anemia merupakan masalah kesehatan masyarakat di seluruh dunia. Di Indonesia, tahun 1995 ditemukan anemia pada 41% anak di bawah 5 tahun dan 24-35% anak sekolah. Anemia secara umum didefi nisikan sebagai berkurangnya volume eritrosit atau konsentrasi hemoglobin.

Pendekatan diagnosis anemia dimulai dari anamnesis riwayat penyakit dalam keluarga, penyakit terdahulu, dan pemeriksaan fi sik. Hal tersebut untuk memilih pemeriksaan penunjang yang tepat sesuai penyakit yang diperkirakan.

Kata kunci: anemia, diagnosis, anak

ABSTRACT

Anemia is a public health problem found worldwide. In Indonesia (1995) 41% of children under 5 years and 24-35% of school children suff er from anemia. Anemia diagnosis starts from history of disease in family, previous illnesses, and physical examination followed by a proper investigation. Hendry Irawan. Diagnostic Approach of Anemia in Children.

Key words: anemia, diagnosis, child

Alamat korespondensi email: [email protected]

Wanita 13.5 12.0 41 36 85 78

Pria 14.0 12.5 43 37 84 77

Wanita 14.0 12.0 41 36 87 79

Pria 15.0 13.0 46 38 86 78

Wanita 14.0 12.0 42 37 90 80

Pria 16.0 14.0 47 40 90 80

(3)

KLASIFIKASI DAN ETIOLOGI

Anemia dapat diklasifi kasikan berdasarkan umur dan jenis kelamin dengan melihat jumlah hemoglobin, hematokrit, dan ukuran eritrosit (Tabel 1). Selain itu dengan dasar ukuran eritrosit (mean corpuscular volume/MCV) dan kemudian dibagi lebih dalam berdasarkan morfologi eritrositnya. Pada klasifi kasi jenis ini, anemia dibagi menjadi anemia mikrositik, normositik dan makrositik (Tabel 2). Klasifi kasi anemia dapat berubah sesuai penyebab klinis dan patologis.

Penyebab anemia secara garis besar dibagi menjadi dua kategori yaitu gangguan produksi eritrosit yaitu kecepatan pembentukan eritrosit menurun atau terjadi gangguan maturasi eritrosit dan perusakan eritrosit yang lebih cepat.2 Kedua kategori tersebut tidak berdiri sendiri, lebih dari satu mekanisme dapat terjadi.

PENDEKATAN DIAGNOSIS

Anak anemia berkaitan dengan gangguan psikomotor, kognitif, prestasi sekolah buruk, dan dapat terjadi hambatan pertumbuhan dan perkembangan. Anak usia kurang dari 12 bulan dengan anemia terutama defi siensi besi kadar hemoglobinnya bisa normal, dengan nilai prediktif positif 10-40%.6 Oleh karena itu diperlukan anamnesis dan pemeriksaan fi sik teliti untuk mendeteksi dan menentukan penyebabnya sehingga pemeriksaan laboratorium dapat seminimal mungkin.2 Tubuh bayi baru lahir mengambil dan menyimpan kembali besi menyebabkan hematokrit menurun selama beberapa bulan pertama kehidupan. Oleh karena itu, pada bayi cukup bulan kekurangan zat besi dari asupan gizi jarang menyebabkan anemia sampai setelah enam bulan. Pada bayi prematur, kekurangan zat besi dapat terjadi setelah berat dua kali lipat berat lahir.

Penyakit terkait kromosom X seperti defi siensi glukosa-6-fosfat dehidrogenase (G6PD), harus dipertimbangkan pada anak laki-laki.

Defi siensi piruvat kinase bersifat autosomal resesif dan berhubungan dengan anemia hemolitik kronis.7-10

Pemeriksaan fi sik penting dilakukan (Tabel 3), temuan yang menunjukan anemia kronis termasuk pucat (biasanya tidak terlihat sampai tingkat hemoglobin kurang dari 7 g/dL), glositis, hepatosplenomegali, murmur, dan gagal jantung kongestif. Pada anemia akut

Tabel 2 Anemia berdasarkan ukuran eritrosit2

Mikrositik Normositik Makrositik

Defi siensi besi Anemia hemolitik kongenital Sumsum tulang megaloblastik

Thalasemia Hemoglobin mutan Defi siensi vitamin B12

Keracunan timbal kronis Defek enzim eritrosit Defi siensi asam folat Anemia sideroblastik Gangguan pada membran eritrosit Tanpa sumsum tulang megaloblastik

Infl amasi kronis Anemia hemolitik didapat Anemia aplastik

Autoimun Hipotiroid

Anemia hemolitik mikroangiopatik Diamond-Blackfan syndrome Sekunder oleh infeksi akut Penyakit hati

Kehilangan darah akut Infi ltrasi sumsum tulang

Anemia diseritropoietik

Gambar 1 Pendekatan diagnosis berdasarkan apusan darah tepi9 Tabel 3 Pemeriksaan fi sik pada pasien anemia2

Organ Tanda dan Gejala Kemungkinan Anemia

Kulit Pucat Anemia berat

Hiperpigmentasi Anemia aplastik Fanconi

Jaundice Anemia hemolitik akut atau kronis, hepatitis, anemia aplastik

Petekie, purpura Anemia hemolitik autoimun dengan

trombositopenia, haemolytic uremic syndrome, aplasia atau infi ltrasi sumsum tulang

Hemangioma kavernosus Anemia hemolitik mikroangiopati Kepala dan Leher Tulang frontal yang menonjol, tulang

maksila dan malar yang menonjol

Hematopoiesis ekstramedular (thalasemia mayor, anemia sickle cell, anemia hemolitik kongenital lainnya)

Sklera ikterik Anemia hemolitik kongenital dan krisis hiperhemolitik yang berkaitan dengan infeksi (defi siensi enzim eritrosit, defek membran eritrosit, thalasemia, hemoglobinopati

Stomatitis angularis Defi siensi besi

Glositis Defi siensi besi atau vitamin B12

Dada Ronkhi, gallop, takikardia, murmur Gagal jantung kongesti, anemia akut atau berat Ekstremitas Displasia alat gerak radius Anemia aplastik Fanconi

Spoon nails Defi siensi besi Triphalangeal thumbs Aplasia eritrosit

Limpa Splenomegali Anemia hemolitik kongenital, infeksi, keganasan

hematologiss, hipertensi portal

(4)

CDK-205/ vol. 40 no. 6, th. 2013

424

dapat ditemukan jaundice, takipnea, takikardi, dan hematuria.2,7,9,10

Anemia didefi nisikan sebagai penurunan konsentrasi hemoglobin dan massa eritrosit, MCV menjadi salah satu standar klasifi kasi anemia menjadi mikrositik, normositik, dan makrositik (Gambar 1).2,8,9 Pemeriksaan darah perifer adalah prosedur tunggal paling berguna sebagai evaluasi awal. Pertama-tama harus diperiksa distribusi dan pewarnaan sel. Tanda sediaan yang tidak baik adalah hilangnya warna pucat di tengah eritrosit, bentuk poligonal, dan sferosit artefak. Sferosit artefak, berlawanan dengan artefak asli, tidak menampakkan variasi kepucatan di tengah sel dan lebih besar dari eritrosit yang normal. Sediaan yang tidak baik tidak boleh diinterpretasikan.2 Setelah sediaan telah dipastikan kelayakannya, diperiksa pada pem- besaran 50x dan kemudian dengan 1000x.

Sel-sel digradasikan berdasarkan ukuran, intensitas pewarnaan, variasi warna, dan abnormalitas bentuk. Gangguan hemolisis eritrosit dapat diklasifi kasikan menurut morfologi predominannya. Terdapatnya stippling basofi lik dan sel inklusi juga perlu diperhatikan.2

Langkah berikut adalah pengukuran jumlah retikulosit, bilirubin, tes Coombs, jumlah leukosit, dan trombosit (Gambar 2). Morfologi eritrosit pada apusan darah tepi dapat menunjukkan etiologi anemia.9 Pengambilan dan analisis sumsum tulang dapat dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya kelainan sumsum tulang yang berkaitan dengan penyebab anemia (Gambar 3)9; pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan terakhir seandainya penyebab anemia masih belum diketahui.

SIMPULAN

Pendekatan diagnosis anemia dimulai dari anamnesis riwayat penyakit dalam keluarga, penyakit terdahulu, dan pemeriksaan fi sik untuk mengarahkan pemilihan pemeriksaan penunjang yang tepat sesuai dengan penyakit yang diperkirakan. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan berupa pemeriksaan darah lengkap, apusan darah tepi, pengukuran MCV, jumlah retikulosit, bilirubin, tes Coomb, jumlah leukosit, jumlah trombosit, dan aspirasi sumsum tulang untuk memeriksa bentuk eritroid, mieloid, dan megakariosit.

Gambar 3 Penyebab gangguan morfologi sumsum tulang9

Gambar 2 Pendekatan diagnosis berdasarkan MCV dan jumlah retikulosit9

(5)

425

CDK-205/ vol. 40 no. 6, th. 2013 DAFTAR PUSTAKA

1. Kliegman RM, Behrman RE, Jenson HB, Stanton BF. Nelson Textbook of Pediatrics. 18th ed. Philadelphia: Elsevier Inc; 2007.

2. Nathan DG, Orkin SH, Oski FA, Ginsburg D. Nathan and Oski’s Hematology of Infancy and Childhood. 7th ed. Philadelphia: Saunders; 2008.

3. Khusun H, Yip R, Schultink W, Dillon DHS. World Health Organization Hemoglobin Cut-Off Points for the Detection of Anemia Are Valid for An Indonesian Population. J Nutr. 1999;129:1669- 74.

4. Ezzati M, Lopez AD, Rodgers A, Vander Hoorn S, Murray CJ, the Comparative Risk Assessment Collaborating Group. Selected major risk factors and global and regional burden of disease.

Lancet. 2002;360:1347-60.

5. Sari M, de Pee S, Martini E, Herman S, Sugiatmi, Bloem MW, et al. Estimating the prevalence of anaemia: a comparison of three methods. Bulletin of the World Health Organization.

2001;79:506-11.

6. U.S. Preventive Services Task Force (USPSTF). Screening for iron defi ciency anemia - including iron supplementation for children and pregnant women. Rockville (MD): Agency for Health- care Research and Quality (AHRQ); 2006.

7. Rudolph CD, Rudolph AM, Hostetter MK, Lister G, Siegel NJ. Rudolph’s Pediatrics. 21st ed. USA: McGraw-Hill; 2003.

8. Bessman JD, Gilmer PR, Gardner FH. Improved classifi cation of anemias by MCV and RDW. Am J Clin Pathol. 1983;80:322-6.

9. Lanzkowsky P. Manual of Pediatric Hematology and Oncology. 4th ed. Philadelphia: Elsevier; 2005.

10. Kohli-Kumar M. Screening for anemia in children: AAP recommendations - a critique. Pediatrics. 2001;108:e56-7.

Referensi

Dokumen terkait

Penyebab terjadinya anemia pada anak sangat bervariasi sehingga jika seorang pucat, diperlukan langkah-langkah pendekatan diagnostik berupa anamnesis dan pemeriksaan fisik yang

Hasil pemeriksaan sediaan hapusan darah didapatkan gambaran anemia defisiensi besi, thalasemia trait, pada subyek dengan kadar Hb normal maupun kurang dari normal.. Berdasar

besi, terjadi pada pasien dengan aktivasi immun yang akut atau. kronis,kondisi tersebut di istilahkan

Anemia jenis ini dikarenakan kerusakan sumsum tulang belakang mengalami penurunan fungsi atau sama sekali tidak mampu memproduksi sel darah ( eritrosit,leukosit, dan trombosit

Pen)akit ginal bisa men)ebabkan penurunan sekresi er)t,ropoietin an memiu penurunan akti>itas sumsum tulang aala, faktor pen)ebab penting ari anemia paa

11,12 Kontraindikasi lain pemberian terapi besi adalah pada anemia yang tidak disebabkan oleh defisiensi besi, hipersensitivitas terhadap preparat besi parenteral,

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan nilai diagnostik dari rumus indeks formula untuk membedakan beta thalassemia minor dan anemia defisiensi besi

sel induk dapat dilakukan dengan adanya kegagalan sumsum tulang- anemia aplastik 2 Gizi Seimbang :Kurang Dari Kebutuhab Tubuh b.d Kegagalan Menelan Atau Ketidakmampuan