VERBA MAJEMUK
DALAM NOVEL
KETIKA CINTA BERTASBIH
KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY
SKRIPSI
Oleh
SARIPAH HANNUM SIREGAR
NIM 060701011
DEPARTEMEN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
VERBA MAJEMUK DALAM NOVEL KETIKA CINTA BERTASBIH
KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY
Oleh
SARIPAH HANNUM SIREGAR
NIM 060701011
Skripsi ini diajukan untuk melengkapi persyaratan memperoleh gelar sarjana
sastra dan telah disetujui oleh
Pembibing I, Pembimbing II,
Dr. Dwi Widayati, M. Hum. Drs. Parlaungan Ritonga, M. Hum.
NIP 19650514 198803 2 001 NIP 19610721 198803 1 001
Departemen Sastra Indonesia
Ketua,
Dra. Nurhayati Harahap, M. Hum.
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya
yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan
tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat
yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis
diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila pernyataan
yang saya perbuat ini tidak benar maka saya bersedia menerima sanksi berupa
pembatalan gelar kesarjanaan yang saya peroleh.
Medan, Juni 2010
Penulis,
VERBA MAJEMUK DALAM NOVEL KETIKA CINTA BERTASBIH
KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY
Saripah Hannum Siregar
Fakultas Sastra USU
ABSTRAK
PRAKATA
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah Swt. yang telah
melimpahkan rahmat-Nya kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan
dengan baik.
Skripsi yang berjudul “Verba Majemuk dalam Novel Ketika Cinta
Bertasbih Karya Habiburrahman El Shirazy” ini ditulis sebagai salah satu syarat
untuk mendapatkan gelar sarjana di Departemen Sastra Indonesia Fakultas Sastra
Universitas Sumatera Utara.
Banyak pihak yang telah memberikan bantuan kepada penulis dalam
proses penyelesaian skripsi ini. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Bapak Drs. Syaifuddin, M.A., Ph.D., sebagai Dekan Fakultas Sastra USU.
2. Ibu Dra. Nurhayati Harahap, M. Hum., sebagai Ketua Departemen dan Ibu
Dra. Mascahaya, M. Hum sebagai Sekretaris Departemen Sastra Indonesia
Fakultas Sastra USU yang telah memberikan dukungan kepada penulis
mengikuti perkuliahan di Departemen Sastra Indonesia.
3. Ibu Dr. Dwi Widayati, M. Hum., sebagai dosen pembimbing I yang telah
banyak dan sabar memberikan bimbingan serta dukungan selama
penyelesaian skripsi ini.
4. Bapak Drs. Parlaungan Ritonga, M. Hum., sebagai dosen pembimbing II
yang telah membimbing dan memberikan masukan kepada penulis dalam
penyelesaian skripsi ini.
5. Bapak Drs. Isma Tantawi, M. A., sebagai dosen pembimbing akademik
yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis selama
menjadi mahasiswa.
6. Bapak dan Ibu staf pengajar Departemen Sastra Indonesia Fakultas Sastra
USU yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengajaran selama
penulis mengikuti perkuliahan.
7. Kakanda Dede yang telah banyak memberikan kemudahan kepada penulis
dalam menyelesaikan segala urusan administrasi di Deparetemen Sastra
8. Kedua orang tua tercinta, ayahanda Ruslan Siregar dan Ibunda Satia yang
sangat setia memberikan doa serta dukungan moral dan material kepada
penulis. Semua ini penulis persembahkan buat ayah dan bunda.
9. Kakak dan abang penulis yang selalu memberikan semangat dan motivasi
untuk penyelesaian skripsi ini.
10.Kakak dan abang senior yang walaupun sudah alumni tetapi tetap
memberikan semangat dan motivasi.
11.Semua teman di Departemen Sastra Indonesia Fakultas Sastra USU
stambuk ’06 dan khususnya Dessy, Nanda, Kina, Wulan, Yessa, Safrina,
Mei, Dewi, Vera, dan teman-teman yang lain yang tidak bisa penulis
sebutkan satu per satu, terima kasih sudah menjadi sahabat baik buat
penulis.
12.Adik-adik junior di Departemen Sastra Indonesia, khususnya Ari, Oki,
Jaynul yang juga selalu memberikan motivasi.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, penulis mengaharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi perkembangan ilmu linguistik pada masa yang akan datang.
Akhirnya, penulis berharap skripsi ini dapat menambah wawasan
pengetahuan pembaca.
Medan, Juni 2010
Penulis,
Saripah Hannum Siregar
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Kemunculan Verba Majemuk Dasar yang Komponen Pertama Berupa
Verba Dasar dan Komponen Kedua Berupa Nomina Dasar ... 98
Tabel 2. Kemunculan Verba Majemuk Dasar yang Komponen Pertama Berupa
Adjektiva dan Komponen Kedua Berupa Verba ... 99
Tabel 3. Kemunculan Verba Majemuk Dasar yang Kedua Komponen Berupa
Verba Dasar ... 100
Tabel 4. Kemunculan Verba Majemuk dengan Morfem Unik yang Komponen
Pertama Berupa Verba Dasar dan Komponen Kedua Berupa Morfem
Unik ... 101
Tabel 5. Kemunculan Verba Majemuk Terikat ... 102
Tabel 6. Kemunculan Verba Majemuk Bebas ... 103
Tabel 7. Kemunculan Verba Majemuk Berafiks yang Komponennya Telah
Berafiks Lebih Dahulu ... 104
Tabel 8. Persentase Frekuensi Penggunaan Tiap Jenis Verba Majemuk dalam
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN ... i
ABSTRAK ... ii
PRAKATA ... iii
DAFTAR TABEL ... v
DAFTAR ISI ... vi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ……….. 1
1.2 Rumusan Masalah ………... 6
1.3 Batasan Masalah ……….. 6
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian ……… 7
1.4.1Tujuan Penelitian ……….. 7
1.4.2 Manfaat Penelitian ………...…… 7
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA.. 8
2.1 Konsep ………. 8
2.1.1 Morfologi ………. 8
2.1.2 Verba ……… 9
2.1.3 Verba Majemuk ……… 10
2.2 Landasan Teori ……… 14
2.3 Tinjauan Pustaka ……….. 19
BAB III METODE PENELITIAN ……… 21
3.1 Populasi dan Sampel ………. 21
3.1.1 Populasi ………. 21
3.1.2 Sampel ………... 21
3.2 Metode dan Teknik Pengumpulan Data ………...… 22
BAB IV VERBA MAJEMUK DALAM NOVEL KETIKA CINTA BERTASBIH
KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY ... 27
4.1 Jenis Verba Majemuk ... 27
4.1.1 Verba Majemuk Dasar ... 27
4.1.1.1Komponen Pertama Berupa Verba Dasar dan Komponen Kedua Berupa Nomina Dasar ... 28
4.1.1.2Komponen Pertama Berupa Adjektiva dan Komponen Kedua Berupa Verba ... 34
4.1.1.3Kedua Komponen Berupa Verba Dasar ... 35
4.1.1.4Verba Majemuk dengan Morfem Unik ... 37
4.1.2 Verba Majemuk Berafiks ... 38
4.1.2.1Verba Majemuk Terikat ... 38
4.1.2.2Verba Majemuk Bebas ... 39
4.1.2.3Verba Majemuk Berafiks yang Komponennya Telah Berfiks Lebih Dahulu ... 47
4.2 Proses Pembentukan Verba Majemuk ... 48
4.2.1 Verba Majemuk Dasar ... 48
4.2.1.1Komponen Pertama Berupa Verba Dasar dan Komponen Kedua Berupa Nomina Dasar ... 48
4.2.1.2Komponen Pertama Berupa Adjektiva dan Komponen Kedua Berupa Verba ... 63
4.2.1.3Kedua Komponen Berupa Verba Dasar ... 64
4.2.1.4Verba Majemuk dengan Morfem Unik ... 69
4.2.2 Verba Majemuk Berafiks ... 70
4.2.2.1Verba Majemuk Terikat ... 70
4.2.2.2Verba Majemuk Bebas ... 72
4.2.2.3Verba Majemuk Berafiks yang Komponennya Telah Berfiks Lebih Dahulu ... 95
4.3 Frekuensi Penggunaan Tiap Jenis Verba Majemuk ... 97
4.3.1 Verba Majemuk Dasar ... 97
4.3.1.2Komponen Pertama Berupa Adjektiva dan Komponen
Kedua Berupa Verba ... 99
4.3.1.3Kedua Komponen Berupa Verba Dasar ... 100
4.3.1.4Verba Majemuk dengan Morfem Unik ... 101
4.3.2 Verba Majemuk Berafiks ... 102
4.3.2.1Verba Majemuk Terikat ... 102
4.3.2.2Verba Majemuk Bebas ... 103
4.3.2.3Verba Majemuk Berafiks yang Komponennya Telah Berfiks Lebih Dahulu ... 104
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 107
5.1 Simpulan ... 107
5.2 Saran ... 109
DAFTAR PUSTAKA
VERBA MAJEMUK DALAM NOVEL KETIKA CINTA BERTASBIH
KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY
Saripah Hannum Siregar
Fakultas Sastra USU
ABSTRAK
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Bahasa adalah sebuah sistem, artinya bahasa itu dibentuk oleh sejumlah
komponen yang berpola secara tetap dan dapat dikaidahkan. Sebagai sebuah
sistem, bahasa selain bersifat sistematis juga bersifat sistemis. Dengan sistematis
maksudnya, bahasa itu tersusun menurut suatu pola tertentu, tidak tersusun secara
acak atau sembarangan. Sedangkan sistemis, artinya, sistem bahasa itu bukan
merupakan sebuah sistem tunggal, melainkan terdiri dari sejumlah subsistem,
yakni subsistem fonologi, subsistem morfologi, subsistem sintaksis, dan subsistem
leksikon.
Kajian bahasa memang tidak pernah berhenti dibicarakan. Selalu ada
permasalahan bahasa yang menarik untuk dikaji. Hal itu disebabkan bahasa
merupakan bagian dari kehidupan manusia. Bahasa adalah alat komunikasi dan
alat interaksi manusia. Sebagai alat komunikasi manusia, bahasa dapat dipisahkan
menjadi unit satuan-satuan, yakni kalimat, kata, morfem, dan fonem.
Dalam studi gramatika, kategori kata merupakan hal yang tidak pernah lepas
dari pembicaraan. Secara umum, ketegori gramatikal terbagi atas dua kelompok
besar, yaitu (1) kelompok yang disebut kata penuh (full word) dan (2) kelompok
yang disebut partikel atau kata tugas (function word) (Chaer, 1995: 147).
Perbincangan mengenai pembentukan kata merupakan aspek yang menarik
dalam bahasa Indonesia. Menurut Alisjahbana (1974: 3) kata jadian sangat banyak
salah satu soal bahasa Indonesia, bahkan dapat dikatakan bahwa soal bahasa
Indonesia yang terpenting dan tersulit ialah soal kejadian kata, yaitu bagaimana
membentuk atau terbentuknya kata jadian dari kata dasar.
Masalah pembentukan kata merupakan objek kajian morfologi. Proses
morfologis membicarakan pembentukan kata dari satuan lain yang merupakan
bentuk dasarnya. Ada tiga proses morfologis dalam bahasa Indonesia, yaitu
pengimbuhan, pengulangan, dan pemajemukan.
Verba adalah salah satu kategori kata yang termasuk ke dalam kelompok
pertama yaitu kata penuh. Verba adalah kata yang menggambarkan proses,
perbuatan, atau keadaan (KBBI, 2007: 1260). Alwi dkk. (2003: 98) menyatakan
bahwa bahasa Indonesia pada dasarnya mempunyai dua macam bentuk verba,
yakni (1) verba asal: verba yang dapat berdiri sendiri tanpa afiks dalam konteks
sintaksis, dan (2) verba turunan: verba yang harus atau dapat memakai afiks,
bergantung pada tingkat keformalan bahasa dan/atau pada posisi sintaksisnya.
Verba turunan dibagi lagi menjadi tiga subkelompok, yakni (a) verba yang
dasarnya adalah dasar bebas (misalnya, darat), tetapi memerlukan afiks supaya
dapat berfungsi sebagai verba (mendarat), (b) verba yang dasarnya adalah dasar
bebas (misalnya, baca) yang dapat pula memiliki afiks (membaca), dan (c) verba
yang dasarnya adalah dasar terikat (misalnya, temu) yang memerlukan afiks
(bertemu). Di samping ketiga subkelompok verba turunan itu, ada juga verba
turunan yang berbentuk kata berulang (misalnya, makan-makan, berjalan-jalan)
dan kata majemuk (misalnya, jual beli, bertanggung jawab).
Pemajemukan adalah penggabungan atau pemaduan dua dasar atau lebih
Contoh:
Dasar Verba Turunan
jual, beli jual beli
salah, sangka salah sangka
hancur, lebur hancur lebur
jatuh, bangun jatuh bangun
Kata turunan yang terbentuk melalui pemajemukan disebut kata majemuk.
Dengan demikian, verba turunan seperti di atas dapat juga disebut verba majemuk.
Pengafiksasian dan reduplikasi dapat terjadi pada verba majemuk, misalnya
memperjualbelikan, menghancurleburkan, dan jatuh-jatuh bangun.
Verba majemuk adalah verba yang terbentuk melalui proses penggabungan
satu kata dengan kata yang lain. Konsep verba majemuk sama halnya dengan kata
majemuk, namun verba majemuk hanya kata majemuk yang termasuk ke dalam
kategori verba (kata kerja).
Contoh: Jangan ikut campur dalam masalah itu!
Ikut campur merupakan verba majemuk karena kata itu merupakan verba
yang terbentuk melalui proses penggabungan kata ‘ikut’ dengan kata ‘campur’.
Gabungan kata tersebut membentuk makna yang relatif baru tetapi makna tersebut
masih dapat ditelusuri dari makna komponennya.
Dari ketiga proses morfologis bahasa Indonesia, pemajemukan dan kata
majemuk merupakan bidang kajian yang paling rumit (Kridalaksana, 1988: 30).
Hal tersebut dapat kita buktikan dengan melihat banyaknya ahli bahasa yang
memberi tanggapan dan pendapat tentang apa dan bagaimana kata majemuk itu.
ada suatu kesimpulan yang memadai. Pembicaraan tentang kata majemuk dan
pemajemukan sampai sekarang belum pernah memuaskan semua pihak. Di antara
penulis tata bahasa, ada yang mencoba menjelaskannya dari sudut arti yang
dikandungnya, ada pula yang mencoba menjelaskan dari segi struktur dengan
menentukan ciri-cirinya, bahkan ada pula yang menggabungkan kedua tinjauan
tersebut. Jika kita membaca buku-buku tata bahasa, terlihat adanya pertentangan
tentang pembahasan pemajemukan dan kata majemuk. Golongan pertama yang
mengatakan bahwa kata majemuk itu ada dalam bahasa Indonesia seperti
Slametmulyana, Sutan Takdir Alisjahbana, Gorys Keraf, dan Ramlan. Golongan
kedua, seperti A.A. Fokker dan Jos Daniel Parera tidak mengakui adanya kata
majemuk dalam bahasa Indonesia. Namun, mereka cenderung menggunakan
istilah kelompok kata.
Di sini, penulis tidak akan mempertentangkan dua golongan tersebut.
Dewasa ini kata majemuk telah diakui sebagai salah satu bentuk kata dalam
bahasa Indonesia yang dibukt ikan oleh pembahasan bentuk kata ini di dalam buku
Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Verba majemuk mirip dengan idiom dan
frasa verba sehingga banyak orang yang susah untuk membedakannya. Oleh
karena itulah penulis tertarik untuk meneliti verba majemuk.
Dalam karya sastra, verba majemuk tentu digunakan dalam
kalimat-kalimatnya seperti pada Novel Ketika Cinta Bertasbih. Novel tersebut ditulis oleh
Habiburrahman El Shirazy yang biasa dipanggil dengan Kang Abik. Beliau adalah
seorang novelis, sarjana dari Universitas Al-Azhar Cairo, dan penulis adikarya
fenomenal Ayat-Ayat Cinta. Novel ini diterbitkan pertama kali pada tahun 2007
terdiri atas novel Ketika Cinta Bertasbih 1 (episode 1) dan novel Ketika Cinta
Bertasbih 2 (episode 2). Novel Ketika Cinta Bertasbih 1 (episode 1) terdiri dari
483 halaman dengan ukuran 20,5 cm x 13,5 cm, menceritakan tentang Azzam
mahasiswa Al-Azhar Cairo yang sambil bekerja sebagai pedagang bakso dan
tempe untuk menghidupi ibu dan adik-adiknya di Indonesia. Azzam sangat rajin
bekerja, memasarkan tempe-tempenya ke kalangan ibu-ibu Indonesia yang
tinggal di Mesir. Dia juga menerima pesanan bakso untuk acara-acara yang
diselenggarakan oleh KBRI. Karena seluruh waktunya lebih banyak dia gunakan
untuk membuat tempe dan berjualan bakso, kuliahnya agak terlantar. Oleh karena
itu, dia sampai sembilan tahun mengambil S-1 di Al-Azhar. Sebenarnya Azzam
adalah anak yang cerdas, terbukti pada tahun pertama dia lulus dengan predikat
jayyid jidan atau sangat memuaskan. Novel episode 2 yang terdiri dari 412
halaman dengan ukuran 20,5 cm x 13,5 cm tentu saja merupakan lanjutan dari
novel episode 1. Episode 1 lebih banyak menceritakan tokoh utama ketika di
Mesir sedangkan episode 2 menceritakan tokoh utama setelah pulang ke
Indonesia. Azzam kembali ke Indonesia dalam rangka mengabdikan ilmunya
untuk kemajuan daerahnya.
Karena ceritanya yang menarik dan sarat dengan pesan moral, seorang
sutradara terkenal tertarik untuk mengadaptasi novel Ketika Cinta Bertasbih karya
Habiburrahman El Shirazy menjadi sebuah film layar lebar. Film Ketika Cinta
Bertasbih episode 1 berhasil ditayangkan pertama kali di bioskop pada tanggal 11
Juni 2009 dan episode 2 pada tanggal 17 September 2009. Bahasa dalam novel
adalah bahasa tulis yang berwujud kalimat-kalimat. Verba majemuk banyak
majemuk yang terdapat dalam novel Ketika Cinta Bertasnih ini lebih banyak jika
dibandingkan dengan novel-novel yang lain. Oleh karena itulah penulis tertarik
untuk melakukan penelitian verba majemuk dalam novel Ketika Cinta Bertasbih
karya Habiburrahman El Shirazy ini.
1.2 Rumusan Masalah
Dari uraian di atas, masalah yang akan dibicarakan dalam penelitian ini
dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Apa sajakah jenis verba majemuk yang terdapat dalam novel Ketika
Cinta Bertasbih karya Habiburrahman El Shirazy?
2. Bagaimanakah proses pembentukan verba majemuk dalam novel Ketika
Cinta Bertasbih karya Habiburrahman El Shirazy?
3. Berapakah persentase frekuensi penggunaaan tiap jenis verba majemuk
dalam novel Ketika Cinta Bertasbih karya Habiburrahman El Shirazy?
1.3 Batasan Masalah
Suatu penelitian harus mempunyai batasan masalah. Dengan pembatasan
masalah yang ada, penelitian yang dikaji dapat terarah dan tidak terjadi
kesimpangsiuran masalah yang hendak diteliti sehingga tujuan yang dimaksudkan
peneliti dapat tercapai. Penelitian mengenai verba majemuk ini dibatasi pada jenis
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.4.1 Tujuan Penelitian
Pada dasarnya sebuah penelitian mempunyai tujuan tertentu yang memberi
arah pelaksanaan penelitian tersebut. Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian ini adalah:
1. Mendeskripsikan jenis verba majemuk dalam novel Ketika Cinta
Bertasbih karya Habiburrahman El Shirazy.
2. Mendeskripsikan proses pembentukan verba majemuk dalam novel
Ketika Cinta Bertasbih karya Habiburrahman El Shirazy.
3. Menghitung persentase frekuensi penggunaan tiap jenis verba majemuk
dalam novel Ketika Cinta Bertasbih karya Habiburrahman El Shirazy.
1.4.2 Manfaat Penelitian
Suatu penelitian yang mendalam tentu saja mempunyai manfaat. Adapun
manfaat penelitian ini adalah:
1. Menambah pengetahuan pembaca terhadap studi tentang morfologi
khususnya jenis-jenis dan proses pembentukan verba majemuk.
2. Menambah wawasan kebahasaan pembaca mengenai persentase
frekuensi penggunaan tiap jenis verba majemuk dalam novel.
BAB II
KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep
Konsep adalah ide-ide, penggambaran hal-hal atau benda-benda ataupun
gejala sosial, yang dinyatakan dalam istilah atau kata (Malo dkk., 1985: 46).
Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 588), konsep adalah
gambaran mental dari objek, proses, atau apa pun yang ada di luar bahasa, yang
digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain.
Untuk memahami hal-hal yang ada dalam penelitian ini perlu dipaparkan
beberapa konsep, yaitu konsep morfologi, verba, dan verba majemuk.
2.1.1 Morfologi
Dalam bahasa Indonesia, kata morfologi berasal dari kata morphology. Kata
morphology merupakan kata asing yang mengalami pengondisian bahasa menjadi
morfologi, bentukan kata ini berasal dari kata morf yang berarti bentuk dan logi
yang berarti ilmu. Jadi, morfologi menurut asal katanya adalah ilmu yang
mempelajari tentang bentuk kata dari suatu bahasa.
Menurut Ramlan, (1978: 16) morfologi adalah bagian dari ilmu bahasa yang
membicarakan atau yang mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta pengaruh
perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata, atau dengan
kata lain dapat dikatakan bahwa morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata
serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata itu, baik fungsi gramatik maupun
2.1.2 Verba
Verba adalah kata yang menggambarkan proses, perbuatan, atau keadaan
(KBBI, 2007: 1260). Menurut Gorys Keraf, kata kerja (verba) adalah segala
macam kata yang dapat diperluas dengan kelompok kata “dengan + kata sifat”.
Kata kerja atau verba dibatasi sebagai berikut. Semua kata yang menyatakan
perbuatan atau laku digolongkan dalam kata kerja (Keraf, 1984: 64). Sedangkan
menurut Alisjahbana (dalam Muslich, 2008: 110) kata kerja (verba) adalah semua
kata yang menyatakan perbuatan atau laku.
Menurut Alwi, dkk. (2003: 87) ciri-ciri verba dapat diketahui dengan
mengamati (1) perilaku semantisnya, (2) perilaku sintaksisnya, dan (3) bentuk
morfologisnya. Namun, secara umum verba dapat diidentifikasikan dan dibedakan
dari kelas kata yang lain, terutama dari adjektiva, karena ciri-ciri berikut:
a. Verba memiliki fungsi utama sebagai perdikat atau sebagai inti
predikat dalam kalimat walaupun dapat juga mempunyai fungsi lain.
b. Verba mengandung makna inheren perbuatan (aksi), proses, atau
keadaan yang bukan sifat atau kualitas.
c. Verba, khususnya yang bermakna keadaan, tidak dapat diberi prefiks
ter- yang berarti ‘paling’. Verba seperti mati, misalnya, tidak dapat
diubah menjadi *termati.
d. Pada umumnya verba tidak dapat bergabung dengan kata-kata yang
menyatakan makna kesangatan. Tidak ada bentuk seperti *agak
belajar, *sangat pergi, dan *bekerja sekali meskipun ada bentuk
seperti sangat berbahaya, agak mengecewakan, dan mengharapkan
Keraf (1984: 86) menyatakan bahwa segala kata yang mengandung
imbuhan: me-, ber-, -kan, di-, -i, dapat dicalonkan menjadi kata kerja. Kata-kata
yang bukan verba dapat dijadikan sebagai verba jika kata-kata tersebut dibubuhi
afiks yang berfungsi sebagai pembentuk verba. Menurut Kridalaksana (1996: 37)
afiks pembentuk verba adalah sebagai berikut:
1. prefiks me- 14. kombinasi afiks memper-kan
2. simulfiks N 15. kombinasi afiks diper-kan
3. prefiks ber- 16. kombinasi afiks N-in
4. konfiks ber-R 17. konfiks ber-an
5. prefiks per- 18. konfiks ber-R-an
6. prefiks ter- 19. konfiks ber-kan
7. prefiks ke- 20. konfiks ke-an
8. sufiks -in 21. kombinasi afiks ter-R
9. kombinasi me-i 22. kombinasi afiks per-kan
10.kombinasi di-i 23. kombinasi afiks per-i
11.kombinasi me-kan 24. prefiks se-
12.kombinasi afiks memper- 25. kombinasi afiks ber-R
13.kombinasi afiks diper-
2.1.3 Verba Majemuk
Para pakar linguistik telah mencoba memberikan rumusan mengenai kata
majemuk dan proses pemajemukan. Menurut Kridalaksana (1996: 104), yang
dimaksud dengan perpaduan atau pemajemukan atau komposisi ialah proses
disebut paduan leksem atau kompositium yang menjadi calon kata majemuk.
Menurut Muslich (2008: 56), pemajemukan/komposisi adalah peristiwa
bergabungnya dua morfem dasar atau lebih secara padu dan menimbulkan arti
yang relatif baru. Hasilnya adalah bentuk majemuk. Menurut Ramlan (1978: 67),
kata majemuk adalah kata yang terdiri dari dua kata sebagai unsurnya. Di samping
itu, ada juga kata majemuk yang terdiri dari satu kata dan satu pokok kata sebagai
unsurnya, misalnya daya tahan, daya juang, kamar tunggu, kamar kerja, ruang
baca, tenaga kerja, kolam renang, jarak tembak, lempar lembing, potong leher,
ikat pinggang, dan ada pula yang terdiri dari pokok kata semua, misalnya lomba
lari, jual beli, simpan pinjam, dan masih banyak lagi.
Muslich (1990: 54) menyatakan bahwa verba majemuk adalah verba yang
dasarnya terbentuk melalui proses pemajemukan dua morfem asal atau lebih; atau
verba yang berafiks yang digabungkan dengan kata atau morfem terikat sampai
mencapai satu kesatuan makna. Alwi dkk. (2003: 151) menyatakan bahwa verba
majemuk adalah verba yang terbentuk melalui proses penggabungan satu kata
dengan kata lain.
Karena proses seperti ini dapat pula menimbulkan kelompok lain yang
dinamakan idiom, perlu dijelaskan perbedaan antara verba majemuk dengan
idiom. Dalam verba majemuk, penjejeran dua kata atau lebih itu menumbuhkan
makna yang secara langsung masih bisa ditelusuri dari makna masing-masing kata
yang tergabung. Sebagai contoh, kata terjun dan kata payung dapat digabungkan
menjadi terjun payung. Makna dari perpaduan ini masih bisa ditelusuri dari
semacam payung’. Perpaduan seperti ini dinamakan pemajemukan dan verba yang
dihasilkannya adalah verba majemuk.
Idiom juga merupakan perpaduan dua kata atau lebih, tetapi makna dari
perpaduan ini tidak dapat secara langsung ditelusuri dari makna masing-masing
kata yang tergabung. Kata naik, misalnya, dapat dipadukan dengan kata darah
sehingga menjadi naik darah. Akan tetapi, perpaduan ini telah menimbulkan
makna tersendiri yang terlepas dari makna naik maupun darah. Makna naik darah
tidak ada kaitannya dengan darah yang naik. Kata-kata seperti naik haji, makan
hati (dalam arti ‘menderita’), angkat kaki, dan gulung tikar adalah idiom juga.
Menurut Hasan Alwi dkk. (2003: 151), apabila dipakai formula untuk
membedakan idiom dengan verba majemuk maka perbedaan itu adalah :
Idiom : A + B menimbulkan makna C
Kata majemuk : A + B menimbulkan makna AB
Salah satu ciri lain dari verba majemuk adalah urutan komponennya
seolah-olah telah menjadi satu sehingga tidak dapat dipertukarkan tempatnya. Bentuk
pada kolom kiri berikut tidak dapat digantikan dengan bentuk pada kolom kanan.
temu wicara *wicara temu
siap tempur *tempur siap
tatap muka *muka tatap
Karena keeratan hubungannya, verba majemuk juga tidak dapat dipisahkan
oleh kata lain. Bentuk temu wicara, siap tempur, dan tatap muka, misalnya, tidak
dapat diubah menjadi *temu untuk wicara, *siap guna tempur, dan *tatap dengan
Verba majemuk harus pula dibedakan dari frasa verba. Frasa verba juga
terdiri dari dua kata atau lebih, tetapi hubungan antara kata-kata tadi bersifat
sintaksis. Perhatikan (a) verba majemuk dan (b) frasa verba berikut.
(a) terjun payung (b) sudah terjun
temu wicara bertemu untuk berbicara
hancur lebur benar-benar hancur
salah hitung salah dalam perhitungan
Verba majemuk, seperti kata majemuk lainnya, mempunyai ciri yang
membedakannya dari frasa. Muslich (1990: 54) menyatakan bahwa ciri-ciri
tersebut adalah berikut ini. (1) Bermakna satu, (2) karena merupakan satu makna,
bila diberi keterangan, keterangan itu berlaku untuk semua unsur, (3) komponen
kata majemuk tidak bisa diperluas lagi, (4) konstruksi komponennya tidak bisa
dibolak-balik, dan (5) komponen verba majemuk tidak dapat dipisahkan.
Verba majemuk dapat dibagi berdasarkan bentuk morfologis dan hubungan
komponennya. Berdasarkan bentuk morfologisnya, verba majemuk terbagi atas
(1) verba majemuk dasar, (2) verba majemuk berafiks, dan (3) verba majemuk
berulang. Berdasarkan hubungan komponen-komponennya, verba majemuk
terbagi atas (i) verba majemuk bertingkat dan (ii) verba majemuk setara. Verba
majemuk bertingkat ialah verba majemuk yang salah satu komponennya
merupakan inti. Verba majemuk setara ialah verba majemuk yang kedua
komponennya merupakan inti.
Ramlan (1976: 72) menyatakan bahwa ada beberapa kata majemuk yang
salah satu dari unsurnya berupa morfem unik. Morfem unik adalah morfem yang
siur, sunyi senyap, dan gelap gulita. Kata simpang, sunyi, dan gelap merupakan
morfem bebas sedangkan siur, senyap, dan gulita merupakan morfem unik.
2.2 Landasan Teori
Sebuah penelitian perlu ada landasan teori yang mendasarinya karena
landasan teori merupakan kerangka dasar sebuah penelitian. Landasan teori yang
digunakan diharapkan mampu menjadi dasar tumpuan seluruh pembahasan.
Dalam penelitian ini dipergunakan teori struktural yang diambil dari buku
Hasan Alwi dkk. (2003) yang berjudul Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia Edisi
Ketiga. Di samping itu, sebagai tambahan dipakai juga buku-buku dan
tulisan-tulisan lain terutama yang menguraikan struktur serta pembentukan verba
majemuk seperti buku Ramlan yang berjudul Ilmu Bahasa Indonesia: Morfologi
Suatu Tinjauan Deskriptif , Harimurti Kridalaksana dalam bukunya Pembentukan
Kata dalam Bahasa Indonesia dan Mansur Muslich dalam bukunya Garis-Garis
Besar Tatabahasa Baku Bahasa Indonesia. Pemilihan teori ini berdasarkan
alasan bahwa analisis verba majemuk termasuk ke dalam analisis struktur internal
bahasa dan penelitian ini bersifat deskriptif. Buku Tata Bahasa Baku Bahasa
Indonesia Edisi Ketiga oleh Hasan Alwi dkk. ini sangat lengkap dan lebih
terperinci dalam mengklasifikasikan jenis verba majemuk sehingga buku ini
dianggap sangat relevan dengan penelitian ini.
Jenis Verba Majemuk
Jenis verba majemuk berdasarkan bentuk morfologisnya adalah sebagai
a. Verba majemuk dasar
Verba majemuk dasar ialah verba majemuk yang tidak berafiks dan tidak
mengandung komponen berulang, serta dapat berdiri sendiri dalam frasa, klausa,
atau kalimat, seperti yang terdapat dalam contoh berikut.
1. Komisi II DPR akan temu wicara dengan wartawan.
2. Kenapa kamu maju mundur terus?
Verba majemuk seperti temu wicara dan maju mundur adalah verba
majemuk dasar. Contoh lain:
i) mabuk laut ii) kurang makan iii) hancur lebur
geger otak berani mati pulang pergi
jumpa pers berani sumpah hilang lenyap
terjun payung salah dengar ikut campur
tatap muka salah hitung jual beli
bunuh diri kurang pikir jatuh bangun
Verba majemuk dasar pada umumnya terdiri atas leksikal bebas (bunuh diri,
salah hitung, jual beli). Ada pula yang terdiri atas morfem asal bebas dan morfem
leksikal terikat (lepas landas, simpang siur, lalu lalang).
Sebagaimana dapat dilihat pada contoh di atas, ada tiga pola verba majemuk
dasar yang paling umum, yaitu:
(i) komponen pertama berupa verba dasar dan komponen kedua berupa
nomina dasar, seperti mabuk laut, dan gegar otak;
(ii) komponen pertama berupa adjektiva dan komponen kedua berupa
(iii) kedua komponen berupa verba dasar, seperti hancur lebur dan pulang
pergi.
b. Verba majemuk berafiks
Verba majemuk berafiks ialah verba majemuk yang mengandung afiks
tertentu, seperti yang terdapat pada kalimat berikut.
1. Mereka menyebarluaskan berita itu ke seluruh desa.
2. Belakangan ini dia lebih banyak berdiam diri.
3. Anggota partai itu mengikutsertakan keluarganya.
4. Dia telah mendarmabaktikan segalanya kepada bangsa.
5. Orang yang berakal budi tidak akan bertindak demikian gegabah.
6. Pemerintah mungkin akan mengambil alih perusahaan itu.
7. Ejekan itu memerahpadamkan wajahnya
Verba majemuk seperti menyebarluaskan, berdiam diri, mengikutsertakan,
berakal budi, mengambil alih, dan memerahpadamkan adalah verba majemuk
berafiks.
Jika diperhatikan dasar afiksasi pada contoh di atas, akan terlihat bahwa ada
verba seperti sebar luas yang tidak dapat berdiri sendiri dalam kalimat. Karena
paduan morfem dasar seperti itu tidak dapat berdiri sendiri dalam kalimat, verba
tadi harus selalu berafiks. Ada juga yang dapat berdiri sendiri dalam kalimat tanpa
afiks, seperti ambil alih, tetapi lebih lazim dipakai dengan afiks terutama dalam
bahasa baku. Ada pula yang dasarnya berupa nomina majemuk, seperti darma
lain, kata majemuk yang bukan verba dapat juga dibuat menjadi verba majemuk
dengan menambahkan afiks verba tertentu.
Berdasarkan uraian di atas, verba majemuk berafiks dapat dibagi menjadi
tiga kelompok, yaitu sebagai berikut.
(i) Verba majemuk berafiks yang pangkalnya berupa bentuk majemuk yang
tidak dapat berdiri sendiri dalam kalimat disebut verba majemuk terikat.
Contoh:
beriba hati
berkembang biak
bertolak pinggang
bertutur sapa
(ii) Verba majemuk berafiks yang pangkalnya berupa bentuk majemuk yang
dapat berdiri sendiri disebut verba majemuk bebas. Dasar kata majemuk
ini dapat berupa (i) verba, (ii) nomina, atau (iii) adjektiva.
Contoh:
(a) melipatgandakan (b) menganaktirikan (c) menghitamlegamkan
menaikturunkan berinduk semang mengawetmudakan
membagi rata merataptangisi memerahpadamkan
membalas budi menggarisbawahi
memberi tahu mendarmabaktikan
memukul mundur
Dari contoh di atas dapat dilihat bahwa berbagai afiks dapat ditambahkan
untuk membentuk verba majemuk berafiks. Jika pangkal majemuk diapit prefiks
dirangkaikan menjadi satu, seperti babak belur membabakbelurkan. Tetapi,
jika afiks itu hanya berupa prefiks atau sufiks, komponennya tetap dituliskan
terpisah, seperti daya guna berdaya guna dan tanda tangan tanda tangani.
(iii) Verba majemuk berafiks yang komponennya telah berafiks lebih
dahulu. Di bawah ini diberikan beberapa contoh dari jenis tersebut.
Contoh:
haus kekuasaan
hilang ingatan
hilang pikiran
c. Verba majemuk berulang
Verba majemuk berulang adalah verba majemuk yang intinya adalah verba
dan verba tersebut diulang (direduplikasi). Verba majemuk dalam bahasa
Indonesia dapat direduplikasi jika kemajemukannya bertingkat dan jika intinya
adalah bentuk verba yang dapat diredupikasikan pula.
Contoh:
naik pangkat naik-naik pangkat
pulang kampung pulang-pulang kampung
goyang kaki goyang-goyang kaki
pindah tangan pindah-pindah tangan
Dari contoh di atas tampaklah bahwa hanya komponen verba yang
2.3 Tinjauan Pustaka
Penelitian mengenai verba maupun mengenai kata majemuk bukanlah baru
pertama kali ini dilakukan, sudah ada penelitian terdahulu tentang masalah
tersebut. Namun, yang meneliti khusus verba majemuk dalam novel belum pernah
dilakukan. Penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini adalah sebagai
berikut.
Sirait (1995) dengan skripsinya yang berjudul Analisis Kata Gabung dan
Kata Depan dalam Novel Lembah Membara Karya Moerwanto meneliti
penulisan kata gabung dan kata depan yang terdapat dalam novel tersebut. Dia
menyimpulkan bahwa penulisan kata gabung yang terpisah terdiri dari kata
majemuk dan istilah khusus, kata maha yang diikuti kata berimbuhan, kata
gabung yang diikuti awalan, kata gabung yang diikuti akhiran. Selain kata gabung
yang penulisannya terpisah, ada juga kata gabung yang penulisannya dirangkaikan
dan mempergunakan kata hubung. Kata depan yang diperoleh dari novel tersebut
adalah di, ke dan dari.
Angkat (1996) dengan judul skripsi Sistem Kata Kerja Bahasa Pakpak
memaparkan ciri-ciri, bentuk, pembagian dan makna kata kerja bahasa Pakpak
serta proses morfofonemiknya.
Sihite (2007) dengan skipsinya yang berjudul Kata Majemuk dalam Bahasa
Batak Toba menyimpulkan bahwa ciri kata majemuk dalam bahasa Batak Toba
ada tiga, yaitu ciri prakategorial, morfologis, dan sintaksis. Wujudnya berupa kata
majemuk dasar, kata majemuk berimbuhan, dan kata majemuk berulang.
jamak, jumlah, tempat, alat, menyerupai, berulang-ulang, memakai, memiliki,
menanam, memelihara, saling, kausatif, dan sifat.
Herwanto (2009) dengan skripsinya yang berjudul Kategori Verba pada
Harian Analisa menyimpulkan bahwa kategori verba pada harian analisa ada dua
belas dan dari data yang dikumpulkan dapat diketahui bahwa tipe yang paling
banyak muncul adalah tipe XI sedangkan tipe yang paling sedikit muncul adalah
tipe I.
Hasil penelitian sebelumnya, baik mengenai verba, kata majemuk, maupun
penelitian pemakaian bahasa pada novel dapat menjadi informasi dan acuan bagi
peneliti saat ini dalam meneliti verba majemuk dalam novel Ketika Cinta
Bertasbih karya Habiburrahman El Shirazy. Penelitian-penelitian di atas berbeda
dengan penelitian kali ini. Penelitian kata majemuk sebelumnya hanya
membedakan kata majemuk dengan frasa, sedangkan idiom masih digolongkan ke
dalam kata majemuk. Sedangkan penelitian ini selain membedakan kata majemuk
dengan frasa, juga membedakannya dengan idiom. Kata majemuk tidak sama
dengan idiom. Penelitian di atas hanya menggunakan metode kualitatif.
Sedangkan penelitian ini, di samping menggunakan metode kualitatif juga
menggunakan metode kuantitatif. Metode kuantitatif digunakan untuk melihat
seberapa tinggi persentase frekuensi penggunaan tiap jenis verba majemuk yang
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1Populasi dan Sampel
3.1.1 Populasi
Menurut Malo dkk. (1985: 149) kata populasi itu bukan diartikan sebagai
penduduk seperti halnya dalam studi kependudukan. Populasi dalam hal ini berarti
sekumpulan unsur atau elemen yang menjadi objek penelitian. Elemen populasi
itu biasanya merupakan satuan analisis. Populasi dapat berupa kumpulan semua
kota di Indonesia, semua wanita di daerah pedesaan, semua perusahaan yang
jumlah buruhnya kurang dari lima ribu, atau apa saja. Pada dasarnya populasi
adalah himpunan semua hal yang ingin diketahui. Populasi penelitian ini adalah
semua verba majemuk yang terdapat dalam novel Ketika Cinta Bertasbih karya
Habiburrahman El Shirazy, baik yang terdapat dalam episode 1 maupun episode
2.
3.1.2 Sampel
Setelah populasi dirumuskan dengan jelas, barulah kita dapat menetapkan
apakah mungkin untuk meneliti seluruh elemen populasi ataukah perlu mengambil
sebagian saja dari populasi yang sering disebut sebagai sampel. Sampel adalah
bagian dari populasi yang menjadi data sebenarnya dalam suatu penelitian.
Sampel penelitian ini hanyalah verba majemuk yang terdapat dalam novel Ketika
Cinta Bertasbih 1 (episode 1). Sampel ini dipilih karena di dalam episode 1 lebih
banyak terdapat verba majemuk daripada dalam episode 2. Verba majemuk yang
3.2Metode dan Teknik Pengumpulan Data
Metode adalah cara kerja yang teratur dengan berpikir baik-baik untuk
mencapai suatu maksud. Dapat juga dikatakan bahwa metode adalah cara kerja
yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna
menghasilkan tujuan yang sempurna.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data tulisan. Adapun yang
menjadi sumber data penelitian ini yaitu novel Ketika Cinta Bertasbih karya
Habiburrahman El Shirazy. Dalam tahap pengumpulan data, metode yang
digunakan yaitu metode simak (Sudaryanto, 1993: 133). Metode simak adalah
suatu metode yang dilakukan dengan cara menyimak penggunaan bahasa. Dalam
hal ini, penggunaan bahasa yang disimak adalah penggunaan bahasa dalam novel
Ketika Cinta Bertasbih karya Habiburrahman El Shirazy. Selanjutnya, untuk
melengkapi penggunaan metode tersebut, digunakan teknik sadap sebagai teknik
dasar dan teknik catat sebagai teknik lanjutan (Sudaryanto, 1993: 135). Dalam hal
ini, peneliti membaca, mempelajari, dan memeriksa data-data yang diperlukan,
lalu menyadap bagian-bagian isi novel dan selanjutnya mencatat data yang
diperoleh ke dalam kartu data.
3.3Metode dan Teknik Analisis Data
Metode yang digunakan dalam tahap analisis data yaitu metode agih.
Metode agih merupakan metode yang alat penentunya justru dari bahasa yang
bersangkutan itu sendiri (Sudaryanto, 1993: 15). Perwujudan metode ini
dilakukan dengan menggunakan teknik baca markah (BM) sebagai teknik dasar
Teknik baca markah (BM) digunakan untuk melihat bentuk-bentuk verba
majemuk yang terdapat dalam wacana sehingga kita dapat mengelompokkannya
sesuai dengan jenis verba majemuk. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sudaryanto
(1993: 95), bahwa pemarkahan itu menunjukkan kejatian satuan lingual atau
identitas konstituen tertentu; dan kemampuan membaca peranan pemarkahan itu
(marker) berarti kemampuan menentukan kejatian lingual yang dimaksud. Hal ini
berarti bahwa peneliti dapat melihat langsung pemarkah (dalam hal ini verba
majemuk) yang bersangkutan.
Setelah pemarkah verba majemuk diperoleh, peneliti menggunakan teknik
lesap. Teknik lesap dilaksanakan dengan melesapkan (melepaskan,
menghilangkan, menghapuskan, mengurangi) unsur tertentu satuan lingual yang
bersangkutan.
Untuk lebih jelasnya, perhatikan contoh berikut ini:
(1) Bergelombang naik turun. (hlm. 40)
(2) Aku yang harus bertanggung jawab. (hlm. 90)
(3) Saat melahirkannya, ibunya meninggal dunia. (hlm. 139)
Berdasarkan teknik baca markah, pada contoh (1) diperoleh bentuk verba
naik turun. Verba naik turun termasuk ke dalam jenis verba majemuk dasar
karena verba majemuk tersebut tidak berafiks dan tidak mengandung komponen
berulang, serta dapat berdiri sendiri dalam kalimat. Berdasarkan polanya, verba
naik turun termasuk ke dalam jenis verba majemuk dasar yang kedua komponen
berupa verba dasar. Verba ini dibentuk dari kata naik dan turun. Komponen
pertama ‘naik’ merupakan verba dasar dan komponen kedua ‘turun’ juga
Proses pembentukannya:
naik + turun
V V
naik turun
Berdasarkan teknik baca markah, pada contoh (2) diperoleh juga bentuk
verba majemuk bertanggung jawab. Verba bertanggung jawab termasuk ke dalam
jenis verba majemuk berafiks karena verba majemuk tersebut mengandung afiks,
yang ditandai dengan prefiks ber-.
Setelah diketahui bahwa verba bertanggung jawab merupakan verba
majemuk berafiks, perlu diterapkan teknik lesap untuk mengetahui apakah verba
itu termasuk ke dalam jenis verba majemuk berafiks bebas, terikat, atau verba
majemuk berafiks yang komponennya telah berafiks lebih dahulu. Teknik lesap
ini diterapkan dengan melesapkan afiks yang melekat pada verba majemuk
tersebut. Jika dari hasil pelesapan tersebut menghasilkan kata yang dapat berdiri
sendiri dalam kalimat maka verba majemuk tersebut termasuk verba majemuk
bebas dan sebaliknya jika tidak dapat berdiri sendiri dalam kalimat maka verba
tersebut adalah verba majemuk terikat. Verba majemuk bertanggung jawab
digolongkan ke dalam verba majemuk bebas karena pangkalnya berupa bentuk
majemuk yang dapat berdiri sendiri dalam kalimat. Hal ini dapat dibuktikan
dengan melesapkan prefiks ber-. Hasil pelesapan tersebut menghasilkan kata
tanggung jawab yang bentuknya tetap gramatikal dan dapat berdiri sendiri dalam
kalimat. Dasar kata bertanggung jawab adalah nomina majemuk tanggung jawab.
Kata tersebut terbentuk dari kata tanggung dan jawab kemudian dibubuhi prefiks
majemuk tanggung jawab setelah mendapat afiks ber- berubah menjadi verba
majemuk.
Proses pembentukannya:
ber- + tanggung + jawab bertanggung jawab
Berdasarkan teknik baca markah, pada contoh (3) diperoleh juga bentuk
verba majemuk meninggal dunia. Verba meninggal dunia termasuk ke dalam
jenis verba majemuk berafiks karena verba majemuk tersebut mengandung afiks,
yang ditandai dengan prefiks meN-. Jika kita melesapkan prefiks meN- menjadi
‘tinggal dunia’, kata tersebut tidak gramatikal. Verba majemuk ini dibentuk
dengan membubuhi salah satu komponennya lebih dahulu kemudian
menggabungkannya dengan komponen yang lain. Oleh karena itu, kata tersebut
digolongkan ke dalam jenis verba majemuk berafiks yang komponennya telah
berafiks lebih dahulu. Jadi, proses pembentukan verba majemuk meninggal dunia
adalah salah satu komponennya ’tinggal’ terlebih dahulu mendapat prefiks meN-,
kemudian digabungkan dengan komponen yang lain ’dunia’ sehingga menjadi
verba majemuk meninggal dunia.
Proses pembentukannya:
meN- + tinggal + dunia meninggal dunia
Selain itu, penulis juga menggunakan metode kuantitatif. Menurut Muchlis
angka. Pemecahan dengan model kuantitatif akan menghasilkan nilai atau angka
untuk variabel keputusan. Dengan kata lain, penggunaan model kuantitatif dalam
memecahkan masalah, keputusan-keputusan yang dihasilkan adalah angka.
Menurut Sudjana (2002: 50) frekuensi dinyatakan dengan banyak data yang
terdapat dalam tiap kelas, jadi dalam bentuk absolut. Metode ini dipergunakan
untuk menghitung frekuensi penggunaan tiap jenis verba majemuk yang terdapat
dalam novel tersebut. Jika frekuensi dinyatakan dalam persen maka diperoleh
daftar distribusi frekuensi relatif.
Jadi, menggunakan rumus sebagai berikut:
Jumlah data yang ditemukan
% data = x 100 % Jumlah keseluruhan data
Misalnya:
Jumlah data yang ditemukan untuk jenis verba majemuk bebas = 91
Jumlah keseluruhan data = 232
Jadi :
91
x 100 % = 39,22 % dibulatkan menjadi 39 % 232
BAB IV
VERBA MAJEMUK DALAM NOVEL KETIKA CINTA BERTASBIH
KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY
4.4 Jenis Verba Majemuk
Menurut Alwi, dkk. (2003: 152) berdasarkan bentuk morfologisnya, verba
majemuk secara garis besar terbagi atas tiga jenis, yaitu verba majemuk dasar,
verba majemuk berafiks, dan verba majemuk berulang. Namun, verba majemuk
yang terdapat dalam novel Ketika Cinta Bertasbih karya Habiburrahman El
Shirazy secara garis besar hanya dua jenis, yaitu sebagai berikut.
4.4.1 Verba Majemuk Dasar
Verba majemuk dasar ialah verba majemuk yang tidak berafiks dan tidak
mengandung komponen berulang, serta dapat berdiri sendiri dalam frasa, klausa,
atau kalimat. Ada tiga pola verba majemuk yang paling umum, yaitu komponen
pertama berupa verba dasar dan komponen kedua berupa nomina dasar,
komponen pertama berupa adjektiva dan komponen kedua berupa verba, dan
kedua komponen berupa verba dasar. Ketiga pola ini terdapat dalam novel Ketika
Cinta Bertasbih karya Habiburrahman El Shirazy, sehingga ketiga pola ini dapat
dimasukkan sebagai jenis verba majemuk yang merupakan bagian dari jenis verba
majemuk dasar. Selain ketiga pola verba majemuk tersebut, ada lagi verba
majemuk dasar yang salah satu unsurnya berupa morfem unik, yaitu komponen
pertama berupa verba dan komponen kedua berupa morfem unik. Keempat jenis
4.4.1.1 Komponen Pertama Berupa Verba Dasar dan Komponen Kedua Berupa
Nomina Dasar
Kalimat-kalimat dalam novel Ketika Cinta Bertasbih karya
Habiburrahman El Shirazy mengandung verba majemuk yang termasuk ke dalam
jenis verba majemuk dasar yang komponen pertama berupa verba dasar dan
komponen kedua berupa nomina dasar. Verba majemuk tersebut adalah sebagai
berikut:
b. Tahun pertama di Mesir ia naik tingkat dengan nilai lebih baik dari anak konglomerat Jakarta itu. (hlm. 67) data 25
c. Dia selalu naik tingkat dengan predikat jayyid tiap tahun. (hlm. 311) data
160
d. Beberapa kali tidak naik tingkat. (hlm. 319) data 164
e. Aku sendiri masih ingat surat kakak ketika kakak berhasil naik tingkat tahun pertama di Al Azhar. (hlm. 334) data 178
f. Dan di tahun pertama ia satu-satunya mahasiswa Indonesia yang jayyid jidan, sementara Furqan naik tingkat dengan predikat hanya maqbul. (hlm. 358) data 187
g. “Aku tahu, ya Nasir gengsi lah menjodohkan adiknya dengan penjual tempe dan penjual bakso yang terkenal sering tidak naik tingkat. (hlm. 466) data
226
3. putus asa
Dalam kalimat:
asa, selalu ingin menjadi dan menyuguhkan yang terbaik, dan memiliki visi yang jauh ke depan. (hlm. 33) data 6a
4. salat Maghrib
Dalam kalimat:
a. Memang tadi saya berpesan akan pergi setelah salat Maghrib. (hlm. 56)
data 21
b. Apa tidak sebaiknya Mbak salat Maghrib dulu kalau belum salat. (hlm. 56) data 22
c. Ia salat Maghrib di Mesjid Ridhwan. (hlm. 122) data 63
d. Setelah salat Maghrib, ia mau mengajak orang satu rumah makan di Palace, restoran milik mahasiswa Thailand di kawasan Rab’ah El Adawea yang terkenal Tom Yam dan nasi gorengnya. (hlm. 155) data 85
e. Kalau mau datang, salat Maghrib di sana. (hlm. 179) data 101
f. Usai salat Maghrib, Azzam langsung ke dapur memasak air di panci untuk menggarap kacang kedelainya. (hlm. 225) data 115
g. Tadi sudah aku bilang untuk nelpon lagi setelah salat Maghrib. (hlm. 233) data 119
h. Selesai salat Maghrib, Cut Mala langsung menghubungi kakaknya lewat telepon. (hlm. 328) data 175
a. O ya, bagaimana kalau besok habis salat Subuh kita ngobrol-ngobrol sambil jalan-jalan di sepanjang pantai. (hlm. 72) data 32
b. Nanti saja kita bicarakan setelah salat Subuh ya. (hlm. 133) data 68
c. Setelah salat Subuh. (hlm. 134) data 69
d. Usai salat subuh, Azzam tetap di mesjid, demikian juga Hafez. (hlm. 141)
data 76
e. Khutbah Jumat, ceramah beberapa menit dari imam masjid setelah salat,
talaqah membaca Al-Quran setelah salat Subuh adalah tempat utamanya
menimba ilmu. (hlm. 220) data 114
f. Maka paginya setelah salat Subuh dan itikaf sampai Dhuha tiba ia keluar masjid dan berjalan sepanjang jalan untuk membagi sedekah pada orang Mesir yang memerlukannya. (hlm. 398) data 196
7. buang hajat
Dalam kalimat:
a. Ia masih punya kesempatan buang hajat dan sikat gigi. (hlm. 79) data 35a
8. sikat gigi
Dalam kalimat:
a. Ia masih punya kesempatan buang hajat dan sikat gigi. (hlm. 79) data 35b
9. salat Witir
Dalam kalimat:
a. Ia teringat belum salat Witir. (hlm. 79) data 36
b. Sebelum merebahkan badannya di atas tempat tidur, terlebih dahulu ia sempatkan dirinya untuk salat Tahajut dua rakaat lalu salat Witir. (hlm. 133) data 66b
f. Oh iya, sama minta maaf atas sikap saya yang mungkin tidak berkenan tadi malam. (hlm. 118) data 61
g. Jika yang murka adalah ibumu, kau bisa minta maaf. (hlm. 151) data 81
h. Jika di akhirat bisakah minta maaf kepada Allah saat itu? (hlm. 151) data
82
i. Tapi ia minta maaf tidak bisa banyak bicara, sebab banyak yang harus ditulisnya. (hlm, 164) data 88
j. Dalam hati Azzam minta maaf melakukan hal itu. (hlm. 256) data 133
k. Kami minta maaf atas kelancangan kami malam ini. (hlm. 270) data 140
d. Eh, ngomong-ngomong, Mbak Eliana sudah makan pagi? (hlm. 108) data
57
12.main kartu
Dalam kalimat:
a. Belasan orang terjaga menikmati musim semi dengan minum kopi, menghisap shisa, main kartu dan berbincang tentang apa saja. (hlm. 130) data 64
b. Yang lain main kartu. (hlm. 252) data 130
13.salat Tahajut
Dalam kalimat:
a. Sebelum merebahkan badannya di atas tempat tidur, terlebih dahulu ia sempatkan dirinya untuk salat Tahajut dua rakaat lalu salat Witir. (hlm. 133) data 66a
b. Setelah salat Tahajud, ia mengharu birubermunajat kepada Tuhannya. (hlm. 397) data 195
14.jalan kaki
Dalam kalimat:
a. Untuk ke kuliah pun sering kali ia memilih jalan kaki. (hlm. 137) data 71
b. Mahasiswa Indonesia sering menertawakan orang Mesir begini, “Kita saja orang Indonesia yang memiliki taman sangat luas, replika dari suku bangsa Indonesia, untuk mengitarinya tidak cukup dengan jalan kaki. (hlm. 145)
data 77
c. Karena itulah, begitu selesai makan roti dan kabab, ia mengajak Wail jalan kaki ke Tub Ramli. (hlm. 286) data 146
d. Ia lalu melanjutkan perjalanan dengan jalan kaki. (hlm. 398) data 197
15.percaya diri
Dalam kalimat:
a. Sedangkan orang Mesir selalu percaya diri. (hlm. 145) data 78
16.salat Zuhur
Dalam kalimat:
b. Usai salat Zuhur di Masjid Al Azhar, Azzam melangkahkan kakinya menuju kampus Fakultas Ushuluddin, Al Azhar University. (hlm. 167) data 94 c. Setiap hari habis salat Zuhur. (hlm. 182) data 102
17.makan malam
Dalam kalimat:
a. Saya ingin mengundang Anda makan malam bersama. (hlm. 164) data 89
b. Ya makan malam bersama?” (hlm. 164) data 90
c. Terus baru sekali bertemu sudah berani mengundang makan malam. (hlm. 165) data 91
d. Seketika ada tanda tanya besar dalam kepala Furqan, kenapa gadis yang baru begitu ia kenal itu mengundangnya makan malam? (hlm. 165) data 92
e. Ia memilih untuk makan malam sendiri di restoran hotel. (hlm. 243) data
122
f. Beberapa hari yang lalu saya minta putri saya, Sara, untuk mengundangmu
makan malam. (hlm. 354) data 185
18.makan siang
Dalam kalimat:
a. Ah, sekarang salat, makan siang, istirahat lalu belajar dengan tenang. (hlm. 166) data 93
b. Ia merasa perutnya sangat lapar, tapi tak ada waktu lagi buat makan siang.
(hlm. 198) data 107
19.salat Asar
Dalam kalimat:
a. Karena waktu sudah dekat Asar, ia akan mengambil barangnya setelah salat Asar. (hlm. 195) data 105
b. Ia hendak ke Masjid salat Asar dulu. (hlm. 197) data 106
c. Aku dan teman-teman salat Asar dulu. (hlm. 290) data 148
d. Azzam beranjak keluar memanggil dua gadis Aceh, lalu mengajak teman satu rumahnya salat Asar. (hlm. 290) data 149
20.main bola
Dalam kalimat:
a. Fadhil sama Ali lagi main bola. (hlm. 216) data 111
21.salat Isya
Dalam kalimat:
a. Lalu nanti malam setelah salat Isya ia harus mulai menggarap daging sapinya untuk dijadikan bakso. (217) data 112
b. Sebab setelah salat Isya ia harus mengolahnya jadi bola-bola bakso. (hlm. 229) data 117
c. Setelah salat Isya nanti aku beli firakh masywi. (hlm. 231) data 118
d. Bakda salat Isya ia tetap di masjid untuk mengaji kitab Al Hikam karya Ibnu Athaillah As Sakandari dengan Adil Ramadhan. (hlm. 420) data 209
22.salat Jumat
Dalam kalimat:
a. Ia teringat sebuah nasihat dari seorang shaikh muda, ketika ia salat Jumat di Masjid Ar Rahman Masakin Utsman. (hlm. 218) data 113
23.ulang tahun
Dalam kalimat:
a. Begini, dua bulan lagi saya mau ulang tahun. (hlm. 234) data 120
b. Iya, putrinya Pak Dubes itu mau ulang tahun minta dibikinkan Soto Lamongan. (hlm. 235) data 121
c. Bahkan Kak Fadhil tetap meminta Kak Tiara untuk salat Istikharah. (hlm.
27.sujud syukur
Dalam kalimat:
a. Saya masih ingat Kak, begitu membaca surat kakak ayah langsung sujud syukur dan menangis haru dan bahagia. (hlm. 334) data 179
b. Sujud syukur kepada Allah Swt. (hlm. 337) data 183
c. Azzam langsung sujud syukur. (hlm. 458) data 219
28.titip salam
Dalam kalimat:
a. Lia titip salam. (hlm. 337) data 182
b. Dan seperti biasa, seperti yang sudah-sudah Lia titip salam. (hlm. 415) data 207
29.keluar rumah
Dalam kalimat:
a. Di Masakin Utsman, Cut Mala dan teman-temannya sudah jarang keluar rumah. (hlm. 378) data 189
30.akad nikah
Dalam kalimat:
a. Dalam hati ia berkata, “Seharusnya memang dia yang mencarikan mahar untukku dan dia pula yang akad nikah denganku” (hlm. 449) data 215
4.4.1.2 Komponen Pertama Berupa Adjektiva dan Komponen Kedua Berupa
Verba.
Kalimat-kalimat dalam novel Ketika Cinta Bertasbih karya
Habiburrahman El Shirazy mengandung verba majemuk yang termasuk ke dalam
jenis verba majemuk dasar yang komponen pertama berupa adjektiva dan
komponen kedua berupa verba. Verba majemuk tersebut adalah sebagai berikut:
1. malas makan
Dalam kalimat:
2. salah paham
Dalam kalimat:
a. Saya khawatir Mbak Eliana salah paham. (hlm. 109) data 58
b. Kak Tiara jangan salah paham. (hlm. 326) data174
3. salah lihat
Dalam kalimat:
a. Aku tidak salah lihat Mas. (hlm. 393) data 193
4.4.1.3 Kedua Komponen Berupa Verba Dasar
Kalimat-kalimat dalam novel Ketika Cinta Bertasbih karya
Habiburrahman El Shirazy mengandung verba majemuk yang termasuk ke dalam
jenis verba majemuk dasar yang kedua komponennya berupa verba dasar. Verba
majemuk tersebut adalah sebagai berikut:
1. naik turun
Dalam kalimat:
a. Bergelombang naik turun. (hlm. 40) data 10
b. Menyapa gelombang yang naik turun. (hlm. 80) data 37
c. Empat rapa’i terus ditabuh mengedor-gedor jiwa, seurune kale terus bersuara
naik turun menyayat jiwa. (hlm. 454) data 218
2. hilang tenggelam
Dalam kalimat:
a. Matahari hilang tenggelam. (hlm. 50) data 18
3. minta tolong
Dalam kalimat:
a. Dan aku datang menjumpai Mas untuk minta tolong kepada Mas menyiapkan ikan bakar itu. (hlm. 55) data 20
b. Aku mau sedikit minta tolong padamu Dik. (hlm. 146) data 78
d. Bahkan jika ada orang KBRI pindah rumah ia sering jadi jujugan minta tolong. (hlm. 228) data 116
e. Menurut hematku, kita tetap harus minta tolong pada pihak keamanan Mesir. (hlm. 297) data 153
f. Sebab kita tidak minta tolong pada polisi biasa. (hlm. 297) data 154
g. Tapi kita langsung minta tolong pada mabahits. (hlm. 297) data 155
4. ikut serta
Dalam kalimat:
a. Seolah-olah ia ikut serta menyaksikan Rasulullah Saw. menerima ayat-ayat Al-Quran. (hlm. 82) data 38
a. Si kecil Ilham seperti tidak merasakan sakit pada jarinya saat ia ajak main
bongkar pasang balok susun. (hlm. 152) data 83
7. keluar masuk
Dalam kalimat:
a. Ada pintu kecil tempat penjaga itu keluar masuk dan ada jendela tempat melayani mahasiswa yang beli muqarrar, termasuk dirinya. (hlm. 171) data 97
8. jual beli
Dalam kalimat:
a. Sebab, pada hari Jumat kawasan ini berubah menjadi tempat jual beli mobil bekas terbesar di Cairo. (hlm. 210) data 109
9. bangun tidur
Dalam kalimat:
a. Sepanjang hidupnya baru kali ini ia bangun tidur dengan kondisi yang menurutnya sangat memalukan. (hlm. 276) data 143
b. Tuan Furqan, begitu bangun tidur Anda pasti kaget dengan keadaanmu dan dengan apa yang kautemukan. (hlm. 278) data 144
10.beri tahu
Dalam kalimat:
a. Beri tahu ibunda Mas Khairul. (hlm. 411) data 198
b. Nanti kalau saya kirim kabar ke Indonesia saya beri tahu mereka. (hlm. 411) data 200
c. Nanti saya beri tahu Eliana. (hlm. 461) data 224
4.4.1.4 Verba Majemuk dengan Morfem Unik
Kalimat-kalimat dalam novel Ketika Cinta Bertasbih karya
Habiburrahman El Shirazy mengandung verba majemuk yang termasuk ke dalam
jenis verba majemuk dengan morfem unik . Verba majemuk tersebut adalah
sebagai berikut:
1. lalu lalang
Dalam kalimat:
a. Cahaya mataharinya yang kuning keemasan seolah menyepuh atap-atap rumah, gedung-gedung, menara-menara, dan kendaraan-kendaraan yang lalu lalang di jalan. (hlm. 39) data 7
b. Jalan-jalan sudah mulai dipenuhi kendaraan yang lalu lalang. (hlm. 88)
data 40
c. Ia memperhatikan dengan seksama orang-orang yang duduk dan lalu lalang
di situ. (hlm. 102) data 47
4.4.2 Verba Majemuk Berafiks
Verba majemuk berafiks ialah verba majemuk yang mengandung afiks
tertentu. Jenis verba majemuk berafiks dalam novel Ketika Cinta Bertasbih karya
Habiburrahman El Shirazy adalah sebagai berikut.
4.4.2.1Verba Majemuk Terikat
Kalimat-kalimat dalam novel Ketika Cinta Bertasbih karya
Habiburrahman El Shirazy mengandung verba majemuk yang termasuk ke dalam
jenis verba majemuk terikat. Verba majemuk tersebut adalah sebagai berikut:
1. berulang kali
Dalam kalimat:
a. Meskipun ia sudah berulang kali ke Alexandria, namun keberadaanya di Alexandria kali ini ia rasakan begitu istimewa. (hlm. 43) data 12
b. Berulang kali Eliana menelpon kamar Azzam. (hlm. 101) data 46
2. menghela napas
Dalam kalimat:
a. Azzam menghela napas panjang. (hlm. 68) data 26
b. Ia menghela napas dalam-dalam. (hlm. 132) data 65
c. Tiara menghela napas. (hlm. 308) data 159
d. Ia hanya bisa menghela napas dan memejamkan mata. (hlm. 328) data 176
e. Ia menghela napas dalam-dalam. (hlm. 363) data 188
f. Fadhil menghela napas. (hlm. 426) data 210
g. Tiara menghela napas panjang. (hlm. 447) data 214
3. menutup diri
Dalam kalimat:
4. berjabat tangan
Dalam kalimat:
a. Keduanya lalu berjabat tangan. (hlm. 178) data 100
5. menuntut ilmu
Dalam kalimat:
a. Yang demi membiayai dirinya menuntut ilmu, beliau sampai mencopot atap rumahnya, lalu menjual papannya. (hlm. 300) data 156
b. Lebih baik kamu menunaikan amanah abahmu agar kamu belajar dan
menuntut ilmu dengan serius. (hlm. 320) data168
4.4.2.2Verba Majemuk Bebas
Kalimat-kalimat dalam novel Ketika Cinta Bertasbih karya
Habiburrahman El Shirazy mengandung verba majemuk yang termasuk ke dalam
jenis verba majemuk bebas. Verba majemuk tersebut adalah sebagai berikut:
1. diberi ampun
Dalam kalimat:
a. Maling jangan diberi ampun. (hlm. 30) data 3
2. Dipertanggungjawabkan
Dalam kalimat:
a. Ya, kelak ketika masa muda mereka harus dipertanggungjawabkan di hadapan Sang Pencipta Cinta. (hlm. 40) data 8
b. Dan jatuh cinta mereka pun harus dipertanggungjawabkan kepada-Nya: Di hadapan pengadilan Dzat Yang Maha Adil, yang tidak ada sedikit pun kezaliman dan ketidakadilan di sana. (hlm. 40) data 9
3. berbahasa Inggris
Dalam kalimat:
a. Selain karena ia memang putri seorang duta besar yang cerdas dan fasih
berbahasa Inggris dan Prancis. (hlm. 43) data 11
b. Ia juga bersumpah untuk segera menemukan orang yang tidak kalah hebatnya dengan Eliana, tapi berjilbab rapat, salehah, bisa berbahasa Arab dan
berbahasa Inggris. (hlm. 78) data 34b
c. Pak Ahmad membutuhkan sopir pribadi yang bisa berbahasa Inggris. (hlm. 91) data 42
d. Seminarnya kan memakai bahasa Inggris, jadi moderatornya harus benar-benar yang bisa berbahasa Inggris. (hlm. 345) data184
4. meluluhlantakkan
Dalam kalimat:
a. Ia jinakkan lautan, yang jika Ia berkehendak, Ia bisa menitahkan ombak untuk menenggelamkan kapal itu dan bahkan meluluhlantakkan seluruh isi Kota Alexandria. (hlm. 45) data 13
5. bermain bola
Dalam kalimat:
a. Matahari juga tak pernah bermain-main, berlari-lari ke sana kemari di langit seperti anak kecil bermainbola atau petak umpet. (hlm. 48) data 15
b. Sore itu Azzam menyempatkan bermain bola di Madi Kahruba. (hlm. 412) data 201
c. Sudah sangat jarang ia bermain bola. (hlm. 412) data 202
d. Ia merasa perlu bermain bola untuk kenangan hari-hari terakhir di Mesir. (hlm. 412) data 203
e. Sore itu kemampuannya bermain bola ia perlihatkan di lapangan. (hlm. 413) data 204
f. Hafez duduk di trotoar sambil mengawasi orang-orang yang bermain bola di atas aspal. (hlm. 413) data 206
6. bekerja sama
Dalam kalimat:
a. Atau kemungkinan kedua, Tuhan-tuhan itu bekerja sama menciptakan matahari. (hlm. 49) data 16
7. meminta maaf
Dalam kalimat:
a. Ia buru-buru meralat ucapannya dan meminta maaf. (hlm. 54) data 19
8. beranak pinak
Dalam kalimat:
a. Atau kambing mereka cepat beranak pinak. (hlm. 58) data 23
9. bekerja keras
Dalam kalimat:
a. Tapi kuliahnya belum tuntas dan adik-adiknya masih memerlukan dirinya untuk bekerja keras. (hlm. 69) data 27
b. Saya memang harus bekerja keras. (hlm. 70) data 28
c. Maka satu-satunya jalan adalah saya harus bekerja keras di sini. (hlm. 70) data 29
d. Teruslah bekerja keras Mas. (hlm. 71) data 30
e. Teruslah bekerja keras Mas, setahu saya yang membedakan orang yang berhasil dengan yang tidak berhasil adalah kerja keras. (hlm. 71) data 31 f. Kamu akan mendapatkan apa yang kamu inginkan, jika kamu bekerja keras
dan tidak keburu mati dulu. (hlm. 191) data 104
g. Dan Allah tidak akan menyengsarakannya karena bekerja keras. (hlm. 252) 131
h. Justru sebaliknya, Allah akan memberikan keberkahan karena bekerja keras.
(hlm. 252) data 132
i. Saya akan bekerja keras menuntaskan kasus ini. (hlm. 306) data 15
j. Kemarin dia baru bekerja keras dapat order bikin bakso. (hlm. 319) data
165
k. Dialah yang selama ini bekerja keras menghidupi adik-adiknya. (hlm. 319) data 166
l. Jika pulang ke Indonesia, belum tentu bisa dapat masukan sebesar ketika dia
bekerja keras di Cairo. (hlm. 320) data 167
m. Ibu yang memang sering sakit dan tidak bisa lagi bekerja keras sering menangis, aku yakin ibu menangis haru bercampur bangga, setiap kali menerima transferan uang dari kakak. (hlm. 335) data 180
10.meminta ampun
Dalam kalimat:
a. Berkali-kali ia meminta ampun pada Dzat yang menguasai hatinya. (hlm. 78) data 33
b. Meskipun bisa beristighfar, meminta ampun kepada Allah tetap saja bibir ini pernah kotor, pernah ternoda, pernah melakukan dosa yang menjijikkan. (hlm. 120) data 62
11.berbahasa Arab
Dalam kalimat:
a. Ia juga bersumpah untuk segera menemukan orang yang tidak kalah hebatnya dengan Eliana, tapi berjilbab rapat, salehah, bisa berbahasa Arab dan berbahasa Inggris. (hlm. 78) data 34a
b. Masyithah sudah bisa berbahasa Arab sejak kecil. (hlm. 140) data 73
c. Maka wajar jika ia paling fasih berbahasa Arab. (hlm. 140) data 74
d. Anda juga bisa berbahasa Arab. (hlm. 244) data 125
12.dipropagandakan
Dalam kalimat:
a. Ini kemungkarannya malah dipropagandakan, dibangga-banggakan. (hlm. 87) data 39
13.bertanggung jawab
Dalam kalimat:
a. Aku yang harus bertanggung jawab. (hlm. 90) data 41
b. Namun sebagai kepala rumah tangga ia harus bertanggung jawab. (hlm. 265) data 136
c. Jika ada apa-apa dengan temanku ini, kalian harus bertanggung jawab. (hlm. 265) data 137
d. Tenang, aku akan bertanggung jawab jika ada apa-apa dengan temanmu yang penakut itu. (hlm. 266) data 139
e. Kalau kalian tidak mau bertanggung jawab, kasus ini akan kami angkat ke pernukaan. (hlm. 270) data 141