INDEKS KERAGAMAN JENIS SERANGGA PADA TANAMAN STROBERI (Fragaria Sp ) DI LAPANGAN
SKRIPSI
OLEH
AGUSTINA SARAGIH 030302048
HPT
DEPARTEMEN ILMU HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
INDEKS KERAGAMAN JENIS SERANGGA PADA TANAMAN STROBERI (Fragaria Sp ) DI LAPANGAN
SKRIPSI
OLEH
AGUSTINA SARAGIH 030302048
HPT
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat MemperolehGelar Sarjana diFakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara, Medan
Disetujui Oleh: Komisi Pembimbing
(Ir. Amansyah Siregar )
2008
( Ir. Fatimah Zahara)
Ketua Anggota
DEPARTEMEN ILMU HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN
ABSTRACT
Agustina Saragih, Diversity of Insect population of Strwberry (Fragaria SP.) at Tongkoh, Berastagi in Sub-Province of Karo. With Counselor commission Ir. Amansyah Siregar as Chiep and Ir. Fatimah Zahara as a member.
The purpose of this reseach is to find index of insect variety of strawberry, also need to find the absolute frequency value, relative frequency value, accuracy absolute, accuracy relative in all field of this research.
This research held in Tongkoh, Berastagi, Sub- Province of Karo Insect executed by net snare, pit fall trap, light trap and snaring yellow. General result of research was identifying in laboratory. Diversity index of insects population analyze by using calculation Shannon- Weinner.
Final result of research indicated that insects executed in vegetative vase counted in the amount 173 pieces consist of 7 orders and 20 families. Result of generative vase was counted with 1102 pieces consist of 22 families.
The absolute accurate of strawberry plant start from I, II, III, IV, V, observation. The result in vegetative vase as followed 7.20, 6.40, 6.60, 5.40, 7.20, 42.00, 41.80, 37.80. Value of absolute frequency in observation as followed 7.20, 6.40, 6.60, 5.40, 7.20, andin generative vase as followed 10.20, 9.90, 10.80, 8.80, 12.20.
ABSTRAK
Agustina Saragih , Indeks Keanekaragaman Jenis Serangga Pada Pertanaman Stroberi ( Fragaria Sp. ) di Lapangan, di Desa Tongkoh Berastagi kecamatan Berastagi Kabupaten Karo dibawah bimbingan Ir. Amansyah Siregar selaku ketua dan Ir. Fatimah Zahara selaku anggota.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis serangga yang tertangkap pada pertanaman stroberi untuk mengtahui nilai Kerapatan Mutlak, Kerapatan Relatif, Frekuensi Mutlak dan Frekuensi Relatif pada setiap pengamatan untuk mengetahui nilai indeks keragaman jenis serangga pada pertanaman stroberi.
Penelitian ini dilaksanakan didesa Tongkoh Kecamatan Berastagi. Penangkapan serangga digunakan dengan menggunakan perangkap jaring, perangkap jatuh, perangkap kuning dan perangkap cahaya. Hasil pengamatan diidentifikasi dilaboratorium. Indeks keanekaragaman dianalisis dengan menggunakan perhitungan Shanon-Weinner.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah serangga yang tertangkap pada fase vegetatif sebanyak 173 ekor, yang terdiri atas 7 ordo dan 20 famili dan fase Generatif sebanyak 1102 ekor terdiri dari 22 famili.
Adapun nilai Kerapatan mutlak (KM) pada pertanaman stroberi pada fase vegetatif mulai dari pengamatan I, II, III, IV dan V secara berturut-turut yaitu: 7.20, 6.40, 6.60, 5.40, dan 7.20.Pada fase generatif nilai Kerapatan Mutlak pada setiap pengamatan dari I samapai V yaitu: 50.60, 49,40, 42,00, 41.80, 38,80. Sedangkan nilai Frekuensi Mutlak pada fase vegetatif pada pengamatang I sampai V yaitu: 7.20, 6,40, 6,60, 5.40, 7.20 dan pada fase generatif yaitu: 10.20, 9.90, 10.80, 8,80, 12,20.
RIWAYAT HIDUP
Agustina Saragih dilahirkan pada tanggal 11 Agustus 1984 dari
pasangan Ayahanda T. Saragih dan Ibunda M. Purba. Penulis merupakan
putri ketujuh dari 7 bersaudara.
Pendidikan yang pernah ditempuh penulis adalah SD Inpres
094134 Tigaurung lulus tahun 1996, SLTP N I Sidamanik lulus tahun
1999, SMU Negeri I Sidamanik lulus tahun 2002 dan pada tahun 2003
masuk Universitas Sumatera Utara melalui jalur SPMB di Departemen
Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian.
Penulis melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) di Perkebunan
KATA
PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa
karena berkat rahmat dan kasih-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Skripsi ini dengan baik.
Adapun judul dari Skripsi adalah INDEKS KERAGAMAN JENIS
SERANGGA PADA TANAMAN STROBERI ( Fragaria Sp ) DILAPANGAN.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada
Bapak Ir. Amansyah Siregar selaku ketua komisi pembimbing dan Ibu
Ir. Fatimah Zahara selaku anggota komisi pembimbing dan juga kepada
teman-teman yang telah memberikan saran dan arahan sehingga Skripsi
ini dapat penulis selesaikan dengan baik.
Penulis menyadari bahwa penulisan Kripsi ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang
membangun demi kesempurnaan Skripsi ini.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh
pihak, semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Agustus 2008
DAFTAR ISI
Jenis Serangga Pada Tanaman Stroberi ... 9
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ... 11
Bahan Dan Alat ... 11
Metode Analisis Data ... 12
Pelaksanaan Penelitian ... 13
Perangkap Jaring ... 14
HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Serangga Yang Teratangkap Fase Vegetatif ... 20
Nilai KM, KR, FM, FR Fase ... 24 Indeks Keanekaragaman Jenis Serangga ... 28
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ... 33
Saran ... 33
DAFTAR TABEL
No Judul Halaman
1. Jumalah Serangga yang Terangkap Pada Fase vegetatif ... 20 2. Jumlah Seangga Yang tertangkap Pada Fase Generatif ... 22
3. Nialai Kerapatan Mutlak(KM), Kerapatan Relatif(KR), Frekuensi Mutlak(FM) dan Frekuensi Relatif (FR) pada Fase Vegetatif ... 25
DAFTAR GAMBAR
No Judul Halaman
1. Perangkap Jaring (Swepp Net) ... 14
2. Perangkap Jatuh ( Pit fall Trap) ... 15
3. Perangkap Cahaya (Light Trap) ... 16
4. Perangkap Kuning (Yellow Trap)... 17
5. Gambar Lokasi Penelitian ... 48
DAFTAR LAMPIRAN
No Judul Halaman
1.Populasi Serangga pada Fase Vegetatif ... 36
2. Populasi Serangga Pada Fase Generatif ... 37
3. Contoh analisa Data ... 38
4. Foto Lahan Penelitian ... 48
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tanaman stroberi telah dikenal sejak jaman Romawi. Stroberi
merupakan salah satu buah-buahan yang mempunyai nilai ekonomi tinggi.
Daya pikatnya terletak pada warna buah, yang merah mencolok dengan
bentuk yang mungil, menarik, serta rasa yang manis segar
(Kurnia, 2005).
Negara penghasil utama didunia adalah Amerika Serikat. Kemajuan
produksi stroberi di Amerika didukung oleh penelitian-penelitian intensiv
selama 60-70 tahun, yang meliputi aspek genetika, fisiologi, kimia,
agronomi, hama dan penyakit, pasca panen, pengolahan, serta tata
niaganya (Gunawan, 2003).
Stroberi yang kita temukan di pasar swalayan adalah hibrida yang
dihasilkan dari persilangan F. virgiana L. var Duchesne asal Amerika
Utara dengan F. chiloensis L. var Duchesne asal Chili. Persilangan itu
menghasilkan hibrid yang merupakan stroberi modern (komersil)
Fragaria x annanassa var Duchesne. Varietas stroberi introduksi yang
dapat ditanam di Indonesia adalah Osogrande, Pajero, Selva, Ostara,
Tenira, Robunda, Bogota, Elvira, Grella dan Red Gantlet
Di Cianjur ditanam varietas Hokowaze asal Jepang yang cepat
berbuah. Petani Lembang (Bandung) yang sejak lama menanam stroberi,
menggunakan varitas lokal Benggala dan Nenas yang cocok untuk
membuat makanan olahan dari stroberi seperti jamu (Anonimus, 2005).
Stroberi merupakan tanaman buah berupa herba yang ditemukan
pertama kali di Chili, Amerika. Salah satu species stroberi yaitu
Fragaria chiloensis L. menyebar ke berbagai negara Amerika, Eropa dan
Asia . Selanjutnya species lain, yaitu F. vesca L. lebih menyebar luas
dibandingkan species lainnya. Jenis stroberi ini pula yang pertama kali
masuk ke Indonesia (Anonimus, 2007).
Dibandingakan dengan di luar negeri, usaha stroberi di Indonesia
masih tergolong skala sangat kecil. Skala usaha budidaya stroberi di
Indonesia hanya antara 2-10 Ha. Usaha ini dicoba oleh beberapa
perusahaan di daerah Jawa Barat seperti Sukabumi, Cipanas, Lembang,
serta Bali. (Kurnia, 2005).
Perusahaan-perusahaan ini mendatangkan bibit dari Amerika dan
sebagian kecil dari New Zealand. Produksi sudah menunjukkan angka
yang menggembirakan pada kultivar tertentu. Puncak produksi adalah
Juni sampai Oktober. Pada bulan-bulan lain masih ada produksi, tetapi
kecil dan kualitasnya pun tidak sebaik yang terjadi pada bulan
Juni-Oktober (Gunawan, 2003).
Stroberi termasuk tanaman yang memerlukan perawatan intensif.
suhu, kelembaban, kondisi tanah, serta serangan hama dan penyakit.
Namun dengan pemeliharaan yang tepat, stroberi bisa tumbuh optimal
dan memberikan hasil yang diharapkan baik secara kualitas maupun
kuantitas (Bappenas, 2003).
Hama yang sering menyerang stroberi adalah kutu daun
(Chaetosiphon fragaefolii). Kutu berwarna kuning-kuning kemerahan, kecil
(1-2 mm), hidup bergerombol di permukaan bawah daun. Gejala:
pucuk/daun keriput, keriting, pembentukan bunga/buah terhambat.
Pengendalian: dengan insektisida Fastac 15 EC dan Confidor 200 LC.
Tungau (Tetranychus sp. dan Tarsonemus sp.) Tungau berukuran sangat
kecil, betina berbentuk oval, jantan berbentuk agak segi tiga dan telur
kemerah-merahan. Gejala yang ditimbulkan yaitu daun berbercak kuning
sampai coklat, keriting, mengering dan gugur. Pengendalian dengan
insektisida Omite 570 EC, Mitac 200 EC atau Agrimec 18 EC. Kumbang
penggerek bunga (Anthonomus rubi), kumbang penggerek (Otiorhynchus
rugosostriatus) dan kumbang penggerek batang (O. sulcatus).Gejala
serangan hama ini adalah di bagian tanaman yang digerek terdapat
tepung. Pengendalian dengan insektisida Decis 2,5 EC, Perfekthion 400
EC atau Curacron 500 EC pada waktu menjelang fase berbunga. Kutu
putih (Pseudococcus sp.) Gejala serangan hama ini adalah bagian
tanaman yang tertutupi kutu putih akan menjadi abnormal (Kurnia, 2005).
1. Untuk mengetahui jenis hama yang terdapat pada tanaman Stroberi
( Fragaria sp.)
2. Untuk mengetahui jenis serangga bukan hama yang terdapat pada
pertanaman stroberi (Fragaria sp.)
Hipotesis Penelitian
Ada perbedaan indeks keragaman jenis serangga pada
pertanaman stroberi dilapangan pada fase vegetatif dan fase generatif.
Kegunaan Penelitian
1. Sebagai salah satu syarat untuk dapat meraih gelar sarjana di
Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara, Medan.
2. Sebagai sumber informasi tambahan bagi pihak-pihak yang
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman Stroberi
Stroberi merupakan tanaman buah berupa herba yang rata-rata
memiliki 200 biji kecil per satu buahnya. Ada 700-an macam jenis stroberi.
Salah satu jenis spesiesnya bernama Fragaria hiloensis L. Jenis ini yang
menyebar ke berbagai negara Amerika, Eropa dan Asia . Spesies yang
lainnya yaitu F. vesca L. Yang satu ini lebih menyebar luas dibandingkan
spesies lainnya. Jenis stroberi ini pula yang pertama kali masuk ke
Indonesia (Anonimus, 2007).
Heterozigositas genetik yang tinggi pada Fragaria Spp. Telah
memungkinkan pemulia tanaman mengembangkan kultivar-kultivar yang
berbeda serta resistensi terhadap beberapa hama. Masing-masing kultivar
telah dikembangkan untuk suatu daerah tertentu. Dengan demikian,
stroberi dapat dikembangkan pada kisaran regional yang luas dengan
lingkungan yang berbeda (Hancock, 1999).
Satu-satunya sifat yang tidak menguntungkan dari stroberi adalah
Untuk penyimpanan jangka panjang, stroberi dibekukan atau dalam
bentuk olahan berupa jus dan konsentrat (Puls, 1990).
Syarat Tumbuh
Tanaman stroberi bisa tumbuh dengan baik dilingkungan beriklim
sedang, tetapi suhu dan kelembaban yang ekstrem. Kondisi yang
menyebabkan berkurangnya kelembaban, seperti embusan angin yang
kuat merupakan kondisi yang kurang baik bagi stroberi. Hal tersebut dapat
diantisifasi dengan keberadaan tanaman penahan angin, rumah angin,
rumah kaca, pemberian mulsa dan pengairan yang memadai
(Kurnia, 2005).
Tanaman stroberi merupakan tanaman yang responsif terhadap
pemberian air, namun kendala yang sering dihadapi dalam pemberian air
irigasi adalah terbatasnya air irigasi selama pemberian air, sehingga
diperlukan usaha pemberian air irigasi yang efisien. Salah satu usaha
untuk menghemat air irigasi adalah dengan menggunakan lapisan
penutup tanah atau mulsa. Penggunaan mulsa mampu mereduksi panas
dari sinar matahari yang langsung menimpa permukaan tanah sehingga
mampu memperkecil besarnya jumlah evaporasi pada tanaman serta
menciptakan kondisi yang cocok bagi tanaman (Anonimus, 2007).
Tanaman stroberi menyukai kondisi lingkungan dengan rentang
kelembaban tinggi. Air menjadi kebutuhan utama dalam pembentukan
teduh atau memiliki naungan akan mempengaruhi terhadap perumbuhan
dan pembentukan stolon (Kurnia, 2005).
Kondisi tanah yang baik adalah Podsolik dan Alluvial. Tanah-tanah
dengan kandungan hara yang baik, mutlak dibutuhkan dalam
maksimalisasi pembentukan bunga dan buah. Kisaran pH untuk budidaya
stroberi adalah antara 5.8-6.5. pemilihan lokasi untuk penanaman stroberi
sedapat mungkin dihindari tanah yang pernah ditanami kentang, tomat,
atau cabai dalam tiga tahun terakhir. Ketinggian tempat yang baik untuk
penanaman stroberi adalah 1000-1500 meter dari permukaan laut
(Gunawan, 2003).
Tanah untuk penanaman stroberi perlu ditambah dengan pupuk
kandang. Apabila pupuk kandang yang diberikan belum terdekomposisi,
maka perlu diberikan jauh sebelum penanaman dengan jumlah mencapai
40 ton per hektar (Berat basah), akan tetapi bila pupuk kandang yang
dipergunakan berupa kotoran ayam maka jumlahnya cukup 20 ton per
hektar. Bila pupuk kandang diberikan dalam waktu yang dekat denga
penanaman, maka harus digunakan pupuk yang sudah matang atau jadi.
Syarat utama penaman stroberi adalah sebagai berikut:
1. Tanaman stroberi dapat tumbuh dengan baik di daerah dengan
curah hujan 600-700 mm/tahun.
2. Lamanya penyinaran cahaya matahari yang dibutuhkan dalam
3. Stroberi adalah tanaman subtropis yang dapat beradaptasi dengan
baik di dataran tinggi tropis yang memiliki temperatur 17–20 0C.
4. Kelembaban udara yang baik untuk pertumbuhan tanaman stroberi
antara 80-90%.
(Anonimus, 2006).
Keragaman Jenis Serangga
Tanaman stroberi termasuk tanaman yang sering terserang hama.
Kerusakan yang ditimbulkan hama dan penyakit sering berdampak buruk
karena dapat menggagalkan panen. Semua bagian dari tanaman stroberi
dapat terserang oleh berbagai organisme pengganggu tanaman, dari
tanaman stroberi dapat terserang oleh beragam organisme penganggu
tanaman dari serangga, jamur, virus, tungau, nematoda.
(Anonimus, 2007).
Keragaman jenis adalah komunitas yang memperlihatkan tingkat
keanekaragaman jenis organisme yang ada didalamnya. Untuk
memperoleh keragaman jenis cukup diperlukan kemampuan mengenall
atau membedakan jenis meskipun tidak dapat mengidentifikasi jenis hama
(Odum, 1971).
Keanekaragaman yang tinggi dalam sifat-sifat morfologi, fisiologi
dan perilaku adaptasi dalam lingkungannya dan demikian banyaknya
serangga yang terdapat dimuka bumi, menyebabkan banyak kajian ilmu
sebagai model. Kajian dinamika populasi misalnya bertumpu pada
perkembangan populasi serangga. (Tarumingkeng, 2001).
Didalam ekosistem alami semua mahluk hidup berada dalam
keadaan seimbang dan saling mengkontrol sehingga tidak terjadi hama.
Diekosistem alamiah keragaman jenis sangat tinggi yang berarti dalam
setiap kesatuan ruang terdapat flora dan fauna yang beragam. Tingkat
keanekaragaman pertanaman mempengaruhi timbulnya masalah hama.
Sistem pertanaman yang beraneka ragam berpengaruh terhadap populasi
hama (Oka, 1995).
Berbeda dengan ekosistem alami Agro-ekosistem memiliki keaneka
ragaman biotik dan genetik yang rendah malahan cendrung semakin
seragam seperti yang kita lihat pada sistem persawahan kita, keadaan
agro-ekosistem tidak stabil dan selalu berubah karena tindakan manusia
untuk mengolah dan mengelola ekosistem untuk kepentingannya. Dalam
keadaan demikian diekosistem pertanian sangat mudah terjadi
peningkatan populasi hama (Untung,1996).
Jenis Serangga Hama pada Tanaman Stroberi
Hama-hama yang sering menyerang tanaman stroberi yaitu
serangga, tungau dan nematoda merupakan ancaman yang selalu ada
didalam setiap penanaman. Hama-hama ini sering menyebabkan
kerusakan pada akar,daun,bunga dan buah. Disamping kerusakan
tanaman sakit dan ditularkan pada tanaman- tanaman sehat lainnya
(Gunawan, 2003).
Hama serangga dan tungau pada stroberi dapat dibagi atas
beberapa kelompok yaitu kelompok penghisap cairan tanaman (Aphid,
tungau, Tarsonemus fragariae, Kepik, Kutu Putih), Kelompok pemakan
bagian tanaman (Kumbang moncong Anthonomus Sp, kumbang moncong
Otrhynchus, lundi (Larva kumbang) kelompok penggerek yaitu larva
kupu-kupu (Aristotelia fragaria) dan larva kumbang (Tyloderma fragaria)
(Hyams, 1992).
Tidak semua jenis serangga dalam agro-ekosistem merupakan
serangga yang berbahaya atau merupakan hama, malahan sebagian
besar jenis serangga yang kita jumpai merupakan serangga bukan hama
yang dapat berupa musuh alami hama (predator, parasitoid) atau
serangga- serangga berharga lainnya seperti serangga penyerbuk bunga
BAHAN DAN METODA
Waktu dan Tempat Percobaan
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Tongkoh Kecamatan
Sigundaling, Kabupaten Karo dengan ketinggian tempat 1200 mdpl.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai Maret 2008
Bahan dan Alat
Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah imago
serangga yang terdapat pada tanaman stroberi, kapas, tissue, air bersih,
kertas warna kuning, cery glue dan alkohol 70%.
Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah stoples,
kain kasa, sweep net, light trap, pit fall trap, perangkap warna kuning,
mikroskop, pinset, lup, kalkulator, kamera, killing botle, buku kuncii
identifikasi dan alat tulis-menulis.
Metode Analisis Data
Data yang diperoleh pada setiap penangkapan kemudian dihitung
dan diidentifikasi, kemudian dianalisis dengan menggunakan
rumus-rumus sebagai berikut:
Frekuensi Mutlak (FM) suatu jenis serangga:
Frekuensi mutlak menunjukkan jumlah individu serangga tertentu
yang ditemukan pada habitat yang dinyatakan secara mutlak (Suin, 1997).
Frekuensi Relatif (FR) suatu jenis serangga:
Frekuensi Relatif menunjukkan kesering hadiran suatu jenis
serangga pada habitat dan dapat menggambarkan penyebaran jenis
serangga tersebut (Suin, 1997)
Kerapatan Mutlak (KM) suatu jenis serangga:
Kerapatan Mutlak menunjukkan jumlah serangga yang ditemukan
pada habitat yang dinyatakan secara mutlak (Suin, 1997).
KM =
- Kerapatan Relatif (KR) suatu jenis serangga
KR =
Indeks Keanekaragaman Jenis serangga
Untuk membandingkan tinggi rendahnya keragaman jenis serangga digunakan indeks shanon - Weiner (H) dengan rumus:
H= -
∑
Pi Ni PiDimana: Pi = perbandingan jumlah individu suatu jenis dengan
keseluruhan Jenis
∑
= Jumlah jenis yang tertangkapNi = Jumlah individu ke-I
N = Jumlah total individu semua jenis
Dengan kriteria indeks keanekaragaman menurut krebs (1989) sebagai
berikut: H>3 (Tinggi)
H<1<3 (Sedang)
H<1 (Rendah)
Pelaksanaan Penelitian
Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan dengan mengambil serangga pada
daerah pertanaman stroberi sebanyak mungkin dan mengumpulkan
semua serangga tertangkap pada areal pertanaman stroberi. Sampel
serangga yang diambil berupa imago dari serangga yang ada pada areall
pertanaman. Penangkapan serangga dilakukan dengan menggunakan
berbagai perangkap sebagai berikut: Perangkap cahaya (light trap) untuk
serangga yang respon terhadap cahaya pada malam hari (nokturnal),
perangkap warna kuning, sweep net (jaring perangkap) dan pit fall trap
(perangkap jatuh) di lapangan untuk menangkap serangga yang hidup
diatas permukaan tanah, tempat pengambilan sampel serangga (hama,
Perangkap jaring
Perangkap jaring (Sweep net) terbuat dari bahan ringan dan kuat
seperti kain kasa, mudah diayunkan dan serangga yang tertangkap dapat
terlihat. Pada pengambilan serangga degan menggunakan perangkap
jaring dibutuhkan 2 yaitu Satu untuk fase vegetatif dan satu lagi untuk
fase generatif dan penangkapan dilakukan secara serentak. Perangkap
jaring ( Sweep net ) diayunkan 2 kali dan Serangga yang tertangkap
kemudian dikumpulkan dan dipisahkan lalu dimasukkan kedalam botol
kocok untuk diidentifikasi. Penangkapan serangga dilakukan pada sore
dan pagi hari. Pada pagi hari sekitar pukul 07.00 – 09.00 Wib dan sore
hari jam 17.00 – 18.00 Wib
Gambar 1 : Sweep net
Perangkap Jatuh
Perangkap jatuh (fit fall trap) digunakanuntuk menangkap serangga
yang hidup diatas permukaan tanah. Alat ini dibuat dari baskom plastik
yang diamati. Baskom dimasukkan kedalam tanah yang diletakkan rata
dengan permukaan tanah. Serangga yang jatuh kedalam baskom
dikumpulkan, dihitung dan dimasukkan kedalam botol kocok untuk
diidentifikasi. Pengamatan dilakukan setiap 24 jam sekali selama 5 kali
pegambilan data dan dipasang mulai pukul 06.00-18.00
Gambar 2 : Perangkap Jatuh
Perangkap Cahaya
Perangkap cahaya lampu (light trap) digunakan untuk menangkap
cahaya yang respon pada malam hari (nokturnal). Alat ini diletakkan pada
sebuah papan yang telah dipakukan pada sebuah tiang kayu dengan
ketinggian 1 meter. Pada bagian tengah baskom diletakkan sebuah lampu
minyak atau semprong sebagai sumber cahaya. Alat ini diletakkan
sebanyak 2 buah pada daerah pengamatan. Serangga yang jatuh
kedalam baskom dikumpulkan, dihitung dan dimasukkan kedalam botol
kocok untuk diidentifikasi. Alat ini dipasang pada pukul 18.00 dan diamati
Gambar 3 : Perangkap Cahaya
Perangkap Perekat
Perangkap perekat yang terbuat dari kertas berwarna kunig yang
berukuran 16 x 20 cm yang diolesi dengan perekat dengan merek dagang
Cehry glue merata pada permukaan kertas berwarna kuning. Alat ini
diletakkan sebanyak 6 buah pada daerah pengamatan. Serangga yang
diperoleh pada perangkap ini dikumpulkan, dihitung dan dimasukkan
kedalam botol kocok untuk diidentifikasi. Perangkap ini dipasang pada
Gambar 4 : Perangkap Kuning
Identifikasi Serangga
Serangga yang dikenali spesiesnya diidentifikasi langsung
dilapangan, sedangkan serangga yang belum dikenal diidentifikasi di
Laboratorium dengan memakai lup dan mikroskop serta mengacu pada
buku kunci determinasi serangga, antara lain Kalshoven (1981),
Borror (1992). Identifikasi dilaksanakan maksimal pada tingkat famili.
serangga yang tartangakap dari lapangan dimasukkan kedalam botol
kocok apabila ukurannya kecil dan kedalam stoples berukuran 20 x 20 cm
serangga yang berukuran besar.
Apabila ditemui larva dilapangan akan dilakukan periringan dengan
menyungkup tanaman langsung dilapangan supaya iklim cocok dan
ketersediaan bahan makanan untuk memperoleh imago dengan
pertumbuhan yang maksimal.
Peubah Amatan
Pada setiap pengamatan yang dilakukan pada berbagai cara
penangkapan yang serangga dikumpulkan diamati dan diidentifikasi
dengan menggunakan mikroskop kemudian dihitung sesuai dengan jenis
famili masing-masing pada setiap pengamatan.
2. Nilai indeks keragaman jenis serangga
Setelah jumlah serangga yang tertangkap pada setiap pengamatan
dihitung maka dihitung nilai indeks keragaman pada masing-masing
pengamatan dapat dihitung dengan menggunakan rumus
H= -
∑
Pi Ni PiDengan Pi =Ni N
Dimana:
Pi = perbandingan jumlah individu suatu jenis dengan keseluruhan Jenis
∑
= Jumlah jenis yang tertangkapNi = Jumlah individu ke-I
N = Jumlah total individu semua jenis
Dengan kriteria indeks keanekaragaman menurut krebs (1989) sebagai
berikut: H>3 (Tinggi)
H<1<3 (Sedang)
H<1 (Rendah)
3. Nilai Frekuensi Mutlak, Frekuensi Relatif, Kerapatan Mutlak, Kerapatan Relatif pada setiap pengamatan.
Setelah jumlah populasi serangga yang tertangkap diketahui
Frekuensi Relatif, Kerapatan Mutlak, Kerapatan Relatif pada setiap
pengamatan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
KM =
Setelah diperoleh data hasil penghitungan dari KM, KR(%), FM,
FR(%) maka akan diketahui nilai tertinggi KM, KR(%), FM, FR(%) pada
masing – masing fase vegetatif dan generatif setiap pengamatan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa serangga yang tertangkap
pada fase vegetatif tanaman stroberi sebanyak 7 ordo yang terdiri atas 20
famili dengan jumlah populasi sebanyak 173 ekor. Hasil tangkapan dapat
dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Jumlah Serangga Yang Tertangkap Pada Pertanaman Stroberi Fase Vegetatif.
No Serangga Pengamatan TOTAL
Cicadellidae 0 0 3 0 0 3
6 Hymenoptera
Formicidae 3 5 1 2 1 12
Siricidae 0 0 0 0 1 1
7 Lepidoptera
Gelechidae 1 0 1 2 1 5
Noctuidae 0 3 5 1 2 11
Total 39 36 35 29 35 173
Tabel 1 menunjukkan bahwa jumlah serangga yang paling banyak
tertangkap adalah ordo diptera famili tephritidae hal ini didukung oleh
pernyataan Boror (1992) yang menyatakan bahwa diptera menyusun
salah satu dari ordo-ordo yang terbesar dari serangga dan
anggota-anggotanya secara individual dan jenisnya sangat banyak dan terdapat
hamper dimana-mana.
Dari pengamatan yang dilakukan pada tabel 1 dapat dilihat
bahwa jumlah serangga yang paling sedikit yang tertangkap yaitu
melandrydae, blattidae dan siricidae yaitu sebanyak 1 serangga pada
masing-masing penangkapan pada setiap Family yang tertangkap.
Dari empat cara penangkapan serangga yang dilakukan dapat
dilihat bahwa serangga lebih banyak tertangkap dengan menggunakan
perangkap warna kuning dan yang paling sedikit tertangkap yaitu dengan
menggunakan perangkap cahaya hal ini disebabkan karena perekat atau
cehry glue yang digunakan mempunyai bau yang khas sehingga seragga
tertarik dan lengket dilem tersebut dan rata-rata serangga tersebut aktif
pada siang hari. Noviar ( 2007 ) menyatakan bahwa kelimpahan populasi
kelimpahan pakan maupun sumber daya lain yang tersedia pada habitat
tersebut.
Pengamatan terhadap jumlah serangga yang tertangkap pada fase
generatif pertanaman stroberi dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Tabel Jumlah Serangga yang tertangkap pada fase Generatif Pertanaman stroberi.
Tettigonidae 13 2 3 8 5 31
TOTAL 253 245 205 212 187 1102
Hasil pada Tabel 2 menunjukkan bahwa selama periode
pengamatan fase generatif pertanaman stroberi yaitu 7 ordo dan terdiri
dari 22 famili dan total serangga yang diproleh selama 5 kali pengamatan
yaitu 1102 serangga.
Tabel 2 memperlihatkan bahwa jumlah serangga yang paling
banyak adalah familii tephritidae yaitu sebanyak 685, diikuti dari famili
muscidae 125, famili grillidae sebesar 89 ekor dan formicidae sebanyak 45
ekor. Lalat buah atau famili tephrtidae merupakan hama penting pada
tanaman stroberi dan hama ini akan meletakkan telurnya pada kulit buah
atau pada celah atau bagian yang luka dipermukaan buah masak atau
buah yang sedang masak dan larvanya akan mengisap cairan yang
terdapat dalam buah stroberi sehingga buah tersebut busuk dan
kadang-kadang menyebabkan daun yang muda gugur. Menurut Suputa (2006 )
famili tephritidae berjumlah kurang lebih 4000 spesies dan dikelompokkan
dalam 5 genus. Jumlah tersebut termasuk yang terbesar diantara
ordo-ordo diptera yang secara ekonomis penting.
Dari hasil pengamatan yang dilakukan pada fase vegetatif dan
genratif diketahui jenis hama dan musuh alami yang terdapat pada
pertanaman stroberi adalah famili carabidae, coccinellidae, formicidae dan
ichneumidae. Menurut Untung (1996) bahwa musuh alami yang berupa
parasitoid, predator dan patogen dikenal sebagai faktor pengaturan dan
tergantung kepadatan. Prinsip pengaturan populasi organisme oleh saling
keterkaitan antar anggota komunitas pada jenjang tertentu juga terjadi
didalam agro-ekosistem yang dikembangkan oleh manusia.
Musuh alami Sebagai bagian komunitas agro-ekosistem memiliki
peranan yang sangat menentukan dalam pengaturan dan pengendali
hama. Sebagai faktor yang bekerjanya dan tergantung pada kepadatan
yang tidak lengkap dalam kisaran tertentu dalam populasi musuh alamii
utuk tetap berada didalam aras keseimbangan.
Nilai Kerapatan Mutlak, Kerapatan Relatif, Frekuensi Mutlak dan Frekuensi Relatif.
Nilai frekuensi mutlak, frekuensi relatif ,kerapatan mutlak, dan
kerapatan relatif dari serangga yang tertangkap pada fase vegetatif
pertanaman stroberi dapat dilihat pada tabel 3.
Dari hasil penelitian yang terdapat pada tabel 3 menunjukkan
bahwa nilai frekuensi mutlak (FM) yang tertinggi terdapat pada
pengamatan III yaitu 8,80 sedangkan nilai frekuensi mutlak yang terendah
adalah terdapat pada pengamatan I yaitu sebesar 6,40. Hal ini disebabkan
karena jumlah family srangga yang diperoleh pada pengamatan I leih
banyak atau lebih tinggi dari pada jumlah family serangga yang diperoleh
pada pengamatan yang lain. Kaitan antara perubahan nilai FM dengan
kondisi pertanaman dijelaskan oleh Pielou (1985) dalam teori kompetisi.
Dimana kompetisi yang tinggi didalam relung yang sempit akan
Kerapatan Mutlak (KM) yang tertinggi terdapat pada pengamatan
ke V sebesar 7.20 dan terrendah terdapat pada pengamatan IV yaitu
sebesar 5,40. Hal ini menunjukkan bahwa populasi serangga yang paling
tinggi pada pengamatan V hal ini didukung dengan pernyataan Suin
(2002) Bahwa besarnya nilai KM menunjukkan banyaknya jumlah populasi
Gelechidae 0.20 2.78 0.80 12.50 0.00 0.00 0.00 0.00 0.20 3.03 0.80 9.09 0.40 7.41 0.80 9.76 0.20 2.78 0.80
Noctuidae 0.00 0.00 0.00 0.00 0.60 9.38 0.80 9.52 1.00 15.15 0.80 9.09 0.20 3.70 0.80 9.76 0.40 5.56 0.80
Hasil penelitian pada tabel 4 menunjukkan pada nilai Frekuensi
Relatif dari pertanaman Stroberi yang tertinggi terdapat pada pengamatan
IV yaitu sebesar 11,36% pada famili dolichopodidae ,tephritidae,
formicidae, acridiidae dan tettigonidae pada pengamatan yang sama,
diikuti dengan ffamili nemestrinidae pada pengamatan IV sebesar 9,09%
berikutnya famili grillidae, acridiidae, tettigonidae pada pengamatan yang
sama yaitu pengamatan ke V sebesar 8,20%. Hal ini disebabkan karena
jumlah famili serangga yang tertangkap pada pengamatan IV dan V lebih
tinggi daripada jumlah famili serangga yang tertangkap pada pengamatan
lainnya.
Nilai kerapatam mutlak (KM) serangga yang tertinggi pada fase
generatif tanaman stroberi terdapat pada pengamatan I yaitu 50,60 dan
terendah pada famili I sebesar pada pengamatan V yaitu sebesar 37,80
Hal ini didukung dengan pernyataan Suin (2002) bahwa besarnya nilai KM
menunjukkan banyaknya jumlah populasi serangga yang terdapat dalam
Nilai Indeks Keragaman Jenis Serangga
Data jenis-jenis serangga yang tertangkap setiap pengamatan pada
setiap komunitas tanaman stroberi dapat dilihat pada lampiran (1-2). Nilai
indeks keanekaragaman jenis serangga Shanon-winer (H), tanaman
stroberi pada fase vegetatif dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 5. Indeks keanekaragaman Jenis Serangga Tanaman Stroberi pada fase vegetatif.
Serangga Pengamatan
I II III IV V
Dari data indeks keanekaragaman pada tabel 5 dapat dilihat bahwa
pengamatan. Hal ini sesuai dengan literature Untung (1996) bahwa
populasi setiap organisasi pada setiap ekosistem tidak pernah sama dari
waktu kewaktu lainnya tetapi naik turun. Demikian pula ekosistem yang
terbentuk dari populasi serta lingkungan fisiknya selalu berubah setiap
waktu.
Cecydomidae Muscidae Tephritidae Coleoptera Melandrydae Coccinelidae Tettigonidae Grillidae
Acrididae Formicidae Noctuidae Cc
Gambar 5: Histogram Nilai Indeks Keragaman Jenis Serangga Pada Fase Vegetatif.
Menurut Michael (1995) ada 3 kriteria keragaman jenis serangga dimana:
• Keaneka ragaman jenis rendah bila H=<1 (Kondisi Lingkungan
Tidak Stabil)
• Keaneka Ragaman Jenis seadang bila H= 1-3 (Kondisi lingkungan
• Keaneka ragaman Jenis Tinggi Bila H=> 3 (Kondisi Lingkungan
Stabil)
Berdasarkan kriteria tersebut ekosistem tanaman stroberi pada fase
vegetatif tergolong tidak stabil (rendah). Nilai keragaman jenis serangga
tertinggi pada yaitu 1,03 pada pengamatan I dan hal ini menunjukkan
bahwa kondisi lingkungan pada pengamatan I tergolong sedang. Menurut
Untung (1996) bahwa keadaan agro-ekosistem tidak stabil dan selalu
berubah karena tindakan manusia untuk mengolah dan mengelola
ekosistem untuk kepentingannya. Dalam keadaan demikian diekosistem
pertanian sangat mudah terjadi peningkatan populasi hama.
Kondisi lingkungan pada fase vegetatif tergolong sedang hal ini
mungkin disebabkan sistem budidaya tanaman yang brsifat konvensional
dimana adanya digunakan pestisida untuk mengendalikan hama sehingga
dapat mempengaruhi keberadaan serangga lain, karena penggunaan
pestisida dalam ekosistem pertanian dapat mengakibatkan berbagai
kerusakan dan pencemaran lingkungan. Selain itu dapat juga
memusnahkan keanekaragaman athropoda dalam ekosistem.
Tabel 6. Indeks Keragaman Jenis Serangga Pada Pertanaman Stroberi Fase Generatif.
Serangga
Pengamatan
I II III IV V
Diptera
Grilotalpidae 0.05 0.02 0.09 0.00 0.12
TOTAL 0.21 0.31 0.26 0.34 0.27
Dari tabel 6 dapat dilihat bahwa pada pengamatan I, II, IV dan ke V
indeks keragaman serangga yang diamati tergolong tidak stabil. Dari tabel
juga dapat dilihat bahwa nilai keragaman serangga pada setiap periode
pengamatan mengalami perubahan. Naik turunnya nilai keragaman jenis
serangga diduga erat kaitannya dengan pengaplikasian pestisida. Hal ini
didasarkan pada fungsi utama pestisida itu sendiri yang ditujukan untuk
mengendalikan populasi hama yang secara langsung berdampak pada
serangga keseluruhan. Terjadinya kenaikan yang cukup cepat ini sebagai
kemungkinan adanya resistensi dan resurgensi hama sebagai akibat lain
dari penggunaan pestisida.
Hama dapat hidup dan berkembang pada suatu agro-ekosistem
karena semua yang diperlukan untuk kehidupan hama tersedia
diekosistem tersebut. Keperluan hama antara lain dalam bentuk makanan,
habitat yang sesuai, tempat untuk pletakan telur dan tetap untuk
persembunyian. Semakin sesuai keadaan ekosistem peningkatan
populasi akan semakin cepat dan mungkin berakibat pada kerusakan
tanaman. Dengan membuat ekosistem kurang sesuai bagi perkembangan
0.15
Gambar 6: Histogram Nilai Indeks Keragaman Jenis Pada Fase Generatif
Seiiring dengan pertumbuhan tanaman akan mempengaruhi
keragaman jenis serangga, Krebs (1978) mengatakan bahwa nilai
keragaman komunitas sejalan dengan berjalannya waktu, berarti
komunitas tua yang sudah lama berkembang lebih banyak terdapat
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Populasi serangga tertinggi fase vegetatif pada pengamatan I yaitu 39
famili dan terendah pengamatan IV sebesar 29 famili dan fase
generatif yaitu 253 pada pengamatan I dan jumlah populasi trendah
terdapat pada pengamatan IV yaitu sebesar 187.
2. KM tertinggi pada fase vegetatif pada pengamatan I dan V sebesar
7,20 dan terendah pengamatan IV sebesar 5,40. FM tertinggi yaitu
pada pengamatan III sebesar 8,80 Sedangkan nilai Frekuensi terendah
pada pengamatan I sebesar 6,4 dan nilai KM fase Generatif yaitu
50,60 pada pengamatan I dan terendah yaitu pada pengamatan V
sebesar 37,80. Sedangkan Frekuensi Mutlak (FM) tertinggi pada fase
generatif yaitu 12,20 pada pengamatan V dan terendah sebesar 8,80
pada pengamatan IV.
3. Ekosistem pertanaman fase vegetatif dan generatif tergolong pada
kondisi lingkungan tidak stabil dan selalu berubah karena tindakan
kepentingannya dan penggunaan pestisida yang dapat mempengaruhi
populasi hama.
Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi perkembangan hama penting dan musuh alami pada
tanaman stroberi dan sejauh mana hubungan perkembangan hama
terhadap parasitoid
DAFTAR PUSTAKA
Anonimus, 2005. Stroberi.http: /
September 2007
---, 2006. Budidaya Stroberi.
tanggal 15 September 2007
---. 2007. Fragraria sp.http://www.healthnotes. info/http/new
hope/images/logocpprtt. gift. diakses tanggal 15 September 2007
Bappenas, 2003. Sistem Inpormasi Manajemen Pembangunan
diPedesaan, Jakarta.
Borror. D. J. Triplehorn,C. A dan N. F. Johson, 1992. Pengenalan PelajaranSerangga edisi ke-6. Terjemahan S. Partosoejono,M.Sc. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
Childers N. F, 1980. The Strawbery Cultivar to Marketing Gains Ville, Florida. Holtikultura publication.
Gunawan, 2003. Stroberi. Penebar swadaya, Jakarta.
Huffaker. C. B dan P. S. Messanger,, 1989.Teori dan Teknik Pengendalian. Biologi Terjemahan, Mangoedihardjo, UI Press, Jakarta.
Hyams. T, 1962. Strawbery Growing Complete a System of Processing Fruit Trought the year. Newyork
Kalshoven. L. G. E, 1981. The pest of krops in Indonesia PT. Ictiar Baru, Van hoeve, Jakarta.
Krebs, C,,J., 1978. Ecology. The eksperimental Analysis of Distibution and abudance. Third Edition. Harper and Row Publishers, New York
Kurnia, A, 2005. Petunjuk Praktis Budidaya Stroberi. Agromedia Pustaka, Jakarta.
Noviar, P,, Purnomo dkk 2007. Daya Mangsa Predator Micropis crocea Mulsant.
Odum. E. P, 1971. Fundamental of Ecolgy, W. B. Sounders, Philadelpia. Oka. I. N., 1995. Pengendalian Hama Terpadu dan Inplementasinya di
Indonesia. Universitas Gajah Mada Press, Yogyakarta.
Michael, P,. 1995. Metode Ekology Untuk Penyelidikan lapangan dan Laboratorium. Terjemahan Yanty. R. Koester. UI- Press, Jakarta.
Suin. N. M, 1997. Ekologi Hewan. Bumi Aksara, Jakarta.
Suputa, P,. S,. 2006. Taksonomi dan Bioekologi Lalat Buah Penting di Indonesia. Departement of Agricultur , Fisheries of Australia.
Untung, K., 1996. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
Lampiran 1. Populasi Serangga Pada Pertanman Stroberi pada Fase Vegetatif
Stapilinidae 1
Melandrydae 1
Cocinellidae 2 1 1 1
Cicadellidae 3
Formicidae 3 5 1 2 1
Siricidae 1
Lepidoptera
Gelechidae 1 1 1 1 1
Noctuidae 3 5 1 2
TOTAL 11 16 2 12 4 16 3 14 6 6 9 20 4 6 3 14 5 13 4 15
Keterangan:
P : Perangkap Warna Kuning Ft : Pit fall Trap
Lampiran 2. Populasi Serangga Pertanaman Stroberi pada fase Generatif
Serangga PENGAMATAN
I II III IV V
Sciomyzidae 2
Muscidae 3 10 39 12 52 9
Stotoimidae 1
Tachinidae 1
Coleoptera
Carabidae 1 2
Curculionidae 1 1
Dermestidae 1
Lepidoptera
Gelechidae 3
Noctuidae 1 5 7
Mecoptera
Panorpidae 2
Orthoptera
Acrididae 5 3 8 1 2
Blattidae 5 7 1 2
Grillidae 33 17 3 21 15
Grllotalphidae 3 1 5 7
Tettionidae 9 4 2 6 2 5
TOTAL
Keterangan:
P : Perangkap Warna Kuning Ft : Pit fall Trap
Lampiran 3. Indeks Keragaman Jenis Serangga Pada Fase Vegetatif Pada Pengamatan I
Lampiran 4. Indeks Keragaman Jenis Serangga Pada Fase Vegetatif Pengamatan ke II
Lampiran 9. Indeks Keragaman Jenis Serangga Pada Fase Generatif
Hymenoptera 245
Tettigonidae 3 205 0.01 1 0.00 0.00
Lampiran 12. Indeks Keragaman Jenis Serangga Pada Fase Generatif
Homoptera 187
Lampiran 13 Gambar Lokasi Penelitian
Lampiran 14. Gambar Serangga Yang Tertangkap
Tephritidae Nemestrinidae
Gelechidae Grillidae
Ichneumidae Pentatomidae