• Tidak ada hasil yang ditemukan

Indeks Keanekaragaman Jenis Serangga Di Berbagai Tipe Lahan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Indeks Keanekaragaman Jenis Serangga Di Berbagai Tipe Lahan"

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

Bagan Penelitian

Tanaman Jagung

X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X

75cm 2.85m

27 m 25cm

(2)

X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X

25cm 14.8 m

(3)

Tanaman Kacang Panjang

X X X X X X X X X X X X X X X

X X X X X X X X X X X X X X X

X X X X X X X X X X X X X X X

X X X X X X X X X X X X X X X

X X X X X X X X X X X X X X X

X X X X X X X X X X X X X X X

X X X X X X X X X X X X X X X

70 1.77 m

9.5 m 60 cm

(4)

Bagan Posisi Perangkap Jatuh dan Cahaya

(5)

54

Lampiran 2 : Foto Perangkap

Perangkap Jaring (Sweep net) Perangkap Jatuh (fit fall trap)

(6)
(7)

56

(8)

Lampiran 4: Jagung P29 Sumber : Foto Langsung

(Diptera : Antomyiidae ) (Diptera : Muscidae)

(9)

58

(Hemiptera : Alydidae) (Hemiptera : Pentatomidae)

(10)

Lampiran 4 : Padi Situbangendit Sumber : Foto Langsung

(Odonata : Gomphidae) (Lepidoptera : Papilionidae)

(11)

60

(12)

Lampiran 4 : Kacang Panjang Sumber : Foto Langsung

(Orthoptera : Acrididae) (Coleoptera : Coccinelidae)

(13)

62

(Orthoptera : Gryllidae) (Diptera : Antomyidae)

(Hemiptera : Pentatomidae)

(14)

(Orthoptera : Acrididae) (Hymenoptera : Formicidae)

(15)

64

(Coleoptera : Coccinelidae) (Hymenoptera : Formicidae)

(Hymenoptera : Formicidae) (Hemiptera : Pentatomidae)

(16)
(17)

66

Jumlah Serangga Yang Terdapat Pada Padi varietas Situbangendit

(18)
(19)

68

(20)
(21)

70

(22)
(23)

DAFTAR PUSTAKA

AAK. 1992. Budidaya Tanaman Padi. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Borror. D. J. Triplehorn, C. A. Dan N. F. Johson. 1992. Pengenalan Pelajaran Serangga edisi ke enam. Terjemahan drh. Soetiyono Partosoedjono, MSc. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.

Departemen Pertanian. 2005. Rencana Aksi Pemantapan Ketahanan Pangan 2005-2010. Departemen Pertanian, Jakarta.

Endah, J., dan Novizan. 2003. Mengendalikan Hama dan P[enyakit Tanaman. Agromedia Pustaka, Tangerang..

Firmansyah, E. 2008. Mengurangi Populasi Hama Serangga Tanpa Merusak Lingkungan. Available on line at http://www.google. com (12 April 2013).

Gillot, C. 1982. Entomology. University of Saskatchewan, Saskatoon, Canada. Plennum Press. New York and London.

Kalshoven. L. G. E. 1981. The Pes of krops in Indonesia. PT. Ictiar Baru, Van hoeve, Jakarta. Michael, P. 1995. Metode Ekologi Untuk Penyelidikan Lapangan dan Laboratorium. Terjemahan

Yanti R. Koester. UI Press. Jakarta.

Monsanto, 2013. Pengujian Tanaman Jagung di Lapangan Uji Terbatas. Monsanto Company. Jakarta.

Oka, I. N. 1995. Pengendalian Hama Terpadu dan Implementasinya di Indo UGM- Press, Yogyakarta.

Putra, N. S. 1994. Serangga Di Sekitar Kita. Kanisius. Yogyakarta.

Rizali, A., D. Bukhori dan H. Triwidodo. 2002. Keanekaragaman Serangga pada Lahan Persawahan-tepaian Hutan Indikator untuk Kesehatan Lingkungan. Jurnal Penelitian Juni 2002 Vol 9 (2).

Rockstein, M. 1973. The Physiology of insecta.Academic Press. New York and London. Rukmana, R. 1997. Usaha Tani Jagung. Kanisius, Yogyakarta.

(24)

Sutedjo, M. dan Kartasapoetra. 1988. Penerbit PT. Bina aksara, Jakarta. Sunarjono, H. 2003. Bertanam 30 Sayur. Penebar Swadaya, Jakarta.

Supriyadi, S. 1995. Pengendalian Serangga Hama Penyakit dan Gulma Padi. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Saragih, A. 2008. Indeks Keanekaragaman Jenis Serangga Pada Tanaman Stroberi (Flagaria sp.) di Lapangan. Universitas Sumatera Utara, Medan.

Susilo, F. X. 2007. Pengendalian Hayati dengan Memberdayakan Musuh Alami Hama Tanaman. Graha Ilmu, Yogyakarta.

Siregar, A. Z. 2007. Hama – Hama Tanaman Padi. USU Repository. Medan. Suin, N. M. 1997. Ekologi Hewan. Bumi Aksara, Jakarta.

Tjitrosoepomo, G. 2007. Taksonomi Tumbuhan. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Untung, K. 1996. Pengantar Pengolahan Hama Terpadu. Universitas Gadjah Mada Press,

Yogyakarta.

(25)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Kampung Susuk, Padang Bulan, Medan dengan ketinggian tempat ± 25 m diatas permukaan laut dan di Laboratorium Hama Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian ini berlangsung mulai bulan Januari sampai Februari 2014. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah jagung, kacang panjang, padi, detergen, alkohol 70% dan air.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah stoples, kalkulator, kamera, penangkap jaring (Sweep net), perangkap jatuh (fit fall trap) , perangkap cahaya (Light trap), botol kocok, mikroskop, pinset, kalkulator, kamera, label nama, buku kunci identifikasi serangga yaitu Borror

(1992).

Metode Analisis Data

(26)

habitat yang dinyatakan secara mutlak (Suin, 1997).

Frekuensi Relatif(FR) suatu jenis serangga

Frekuensi Relatif menunjukkan kesering hadiran suatu jenis serangga pada habitat dan dapat menggambarkan penyebaran jenis serangga tersebut

(Suin, 1997).

Kerapatan Mutlak (KM) suatu jenis serangga

Kerapatan mutlak menunjukkan jumlah serangga yang ditemukan pada habitat yang dinyatakan secara mutlak (Suin, 1997).

(Suin, 1997).

(27)

Indeks Keanekaragaman Jenis Serangga

Untuk membandingkan tinggi rendahnya keanekaragaman jenis serangga digunakan indeks Shanon- Weiner (H’) dengan rumus :

H= -

pi ln pi (Michael, 1995). dimana :

pi = perbandingan jumlah individu suatu jenis dengan keseluruhan jenis

pi = ni/N

= Jumlah jenis yang tertangkap

ni = jumlah individu jenis ke-i

N = jumlah total individu semua jenis

Kriteria indeks keragaman menurut Krebs (1989) sebagai berikut : Keragaman jenis rendah bila H = < 1 (kondisi lingkungan rendah) Keragaman jenis sedang bila H = 1-3 (Kondisi lingkungan sedang) Keragaman jenis tinggi bila H = > 3 (Kondisi lingkungan tinggi) Pelaksanaan Penelitian

Metode Pengambilan Sampel

(28)

1. Perangkap jaring (Sweep net)

Perangkap jaring (Sweep net) digunakan untuk mengambil sampel serangga vegetasi. Alat ini terbuat dari bahan ringan dan kuat seperti kain kasa, mudah diayunkan dan serangga yang tertangkap dapat terlihat. Lokasi pemantauan dilakukan pada lahan sawah dengan titik sampel yang telah ditentukan (Gambar 4.).

Gambar 4 : Perangkap Jaring (Sweep Net) Sumber : Foto Langsung

(29)

dilakukan pada pukul 08.00 – 17.00 WIB untuk siang dan malam pada pukul 18.00 - 08.00 WIB. Lokasi dilakukan pada lahan sawah dengan sampel yang ditentukan (Gambar 5.).

Gambar 5 : Perangkap jatuh (Fit Fall Trap) Sumber : Foto Langsung

Pemasangan perangkap dilakukan dengan sistem diagonal dengan interval pemantauan 3 hari sekali dengan waktu pengamatan 5x pemantauan selama 2 minggu. Perangkap ini dapat digunakan untuk menangkap serangga baik yang aktif pada malam hari dan aktif pada permukaan tanah. dipasang 5 perangkap pada titik-titik tertentu. Alat ini dibuat dengan menggunakan gelas plastik (aqua cup) berdiameter 9 cm dimasukkan ke dalam lubang sehingga permukaan gelas sejajar dengan permukaan tanah. Setiap gelas plastik dituangkan deterjen sebanyak 150 ml ke dalamnya yang telah dilarutkan dengan dosis 23 gram ke dalam 25 liter air. Deterjen berfungsi sebagai perekat dimana serangga yang masuk didalam gelas plastik terperangkap dan tidak bisa keluar lagi. Setelah dituangkan deterjen kemudian dipasangkan tiang bambu setinggi 25 cm dan dikaitkan mangkuk plastik diletakkan 3 - 4 cm di atas permukaan gelas untuk menghindari air hujan masuk kedalam gelas. Serangga yang tertangkap kemudian dikumpulkan dan dipisahkan lalu dimasukkan kedalam botol sampel untuk diidentifikasi di Laboratorium.

(30)

terhadap cahaya pada malam hari (noctunal). Pemasangan perangkap dilakukan pada lahan sawah dengan sampel yang ditentukan (Gambar 6.).

Gambar 6 : Perangkap Cahaya (Light Trap) Sumber : Foto Langsung

(31)

mikroskop serta mengacu pada buku kunci determinasi serangga, antara lain Borror (1992). Identifikasi dilaksanakan maksimal pada tingkat famili. Serangga yang tertangkap dari lapangan dimasukkan kedalam botol kocok apabila ukurannya kecil dan kedalam stoples apabila berukuran besar.

Peubah Amatan

1. Nilai Frekuensi Mutlak, Frekuensi Relatif, Kerapatan Mutlak, Kerapatan Relatif pada setiap pengamatan.

Setelah jumlah populasi serangga yang tertangkap diketahui maka diidentifikasikan dan dapat dihitung nilai frekuensi mutlak, frekuensi relatif, Kerapatan mutlak, Kerapatan relatif pada setiap pengamatan dengan menggunakan rumus :

Setelah diperoleh data hasil perhitungan dari KM, KR(%), FM, FR(%) maka akan diketahui nilai tertinggi KM, KR(%), FM, FR(%) pada pertanaman lahan sawah di kampung susuk.

Indeks Keanekaragaman Jenis Serangga

Untuk membandingkan tinggi rendahnya keanekaragaman jenis serangga digunakan indeks Shanon- Weiner (H’) dengan rumus :

(32)

pi = perbandingan jumlah individu suatu jenis dengan keseluruhan jenis

pi = ni/N

= Jumlah jenis yang tertangkap

ni = jumlah individu jenis ke-i

N = jumlah total individu semua jenis

(33)

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Jumlah Serangga Yang Terdapat Pada Jagung Varietas P29

Pengamatan terhadap jumlah serangga yang terdapat pada pertanaman jagung varietas P29 dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Jumlah Serangga Yang Terdapat Pada Varietas Jagung Varietas P29

(34)

lahan kampung susuk adalah sebanyak 6 ordo yang terdiri dari 16 family dengan jumlah populasi serangga sebesar 319 ekor.

Dari Tabel 1. dapat dilihat bahwa jumlah serangga yang paling banyak dari family Coccinelidae sebesar 49 ekor, diikuti oleh family Muscidae sebesar 46 ekor, setelah itu disusul oleh family Gomphidae sebesar 36 ekor dan family Papilionidae sebesar 22 ekor. Serangga yang tertangkap pada pertanaman jagung yang paling banyak adalah family Coccinelidae. Hal ini diduga karena family Coccinelidae merupakan bangsa dari Coleoptera yang mana merupakan predator yang terdapat pada pertanaman jagung tersebut. Dari 5 x pengamatan, jumlah serangga yang paling banyak tertangkap terdapat pada pengamatan ke-3 sebanyak 79 ekor, sedangkan yang terendah terdapat pada pengamatan ke-5 sebesar 39 ekor.

Dari serangga – serangga yang tertangkap pada pertanaman jagung, serangga yang paling banyak di dapat dari jenis predator. Ada 10 jenis predator dan jumlah jenis serangga (hama) yang tertangkap di lapangan adalah 6 jenis hama.

Jumlah Serangga Yang Terdapat Pada Padi varietas Situbangendit

(35)

Tabel 2. Jumlah Serangga Yang Terdapat Pada Padi varietas Situbangendit

(36)

karena family Ploceidae merupakan bangsa dari burung yang mana merupakan hama yang terdapat pada pertanaman padi tersebut. Dari 5 x pengamatan, jumlah serangga yang paling banyak tertangkap terdapat pada pengamatan ke-2 sebanyak 27 ekor, sedangkan yang terendah terdapat pada pengamatan ke-3 sebesar 13 ekor.

Jumlah Serangga Yang Terdapat Pada Kacang Panjang

(37)

Tabel 3. Jumlah Serangga Yang Tertangkap Pada Kacang Panjang

Hasil pengamatan yang didapat menunjukkan bahwa selama pengamatan jumlah serangga yang tertangkap dengan menggunakan berbagai perangkap pada pertanaman jagung pada lahan kampung susuk adalah sebanyak 7 ordo yang terdiri dari 9 family dengan jumlah populasi serangga sebesar 156 ekor.

(38)

sebanyak 55 ekor, sedangkan yang terendah terdapat pada pengamatan ke-2 sebesar 31 ekor.

Dari serangga – serangga yang tertangkap pada pertanaman kacang panjang, serangga yang paling banyak di dapat dari jenis hama. Jumlah jenis hama yang tertangkap di lapangan adalah 5 jenis hama dan jumlah jenis predator yang tertangkap di lapangan adalah 4 jenis predator.

1. Nilai Frekuensi mutlak, Frekuensi relatif, Kerapatan mutlak dan Kerapatan relatif

Nilai – nilai frekuensi mutlak, frekuensi relatif, kerapatan mutlak dan kerapatan relatif dari serangga tang tertangkap pada pertanaman jagung, padi dan kacang panjang di Lahan Kampung susuk dapat dilihat pada Tabel 4.

(39)

4. LepHemiptera

Nilai-nilai frekuensi mutlak,frekuensi relative, kerapatan mutlak dan kerapatan relative dari serangga yang tertangkap pada pertanaman jagung di Lahan Kampung Susuk, tertera pada Tabel 4.

Dari hasil penelitian yang terdapat pada Tabel 4. Menunjukkan bahwa nilai frekuensi relative (FR) yang tertinggi terdapat pada family mantidae, Pentatomidae, Corixidae, Coccinelidae dan Odonata yaitu sebesar 7,93% dan yang terendah yaitu terdapat pada family Orthoptera yaitu sebesar 4,76%.

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai Frekuensi Relatif (FR) serangga yang tertinggi terdapat pada family Muscidae yaitu sebesar 14,5% dan yang terendah terdapat pada family Blattidae yaitu sebesar 2,20%. Besarnya serangga yang tertangkap, maka akan semakin besar nilai KRnya.

Tabel 5. Nilai Frekuensi mutlak, Frekuensi relatif, Kerapatan mutlak dan Kerapatan relatif Pada Padi Varietas Situbangendit

(40)

2. Coleoptera

(41)

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai Frekuensi Relatif (FR) sserangga yang tertinggi terdapat pada family Papilionidae yaitu sebesar 11,5% dan yang terendah terdapat pada family Scoliodea yaitu sebesar 2,59%. Besarnya serangga yang tertangkap, maka akan semakin besar nilai KRnya.

Tabel 6. Nilai Frekuensi mutlak, Frekuensi relatif, Kerapatan mutlak dan Kerapatan relatif Pada Kacang Panjang

(42)

Muscidae yaitu sebesar 7,93% dan yang terendah yaitu terdapat pada family Orthoptera yaitu sebesar 4,76%.

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai Frekuensi Relatif (FR) serangga yang tertinggi terdapat pada family Aphididae yaitu sebesar 36,9% dan yang terendah terdapat pada family Gryllidae yaitu sebesar 4.62%. Besarnya serangga yang tertangkap, maka akan semakin besar nilai KRnya.

2. Nilai Indeks Keanekaragaman Jenis Serangga

Hasil perhitungan indeks keanekaragaman jenis serangga pada pertanaman jagung, padi dan kacang panjang di Lahan Kampung Susuk dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Nilai Keanekaragaman Jenis Serangga

NO Lokasi Indeks Keanekaragaman Jenis Keterangan 1. Jagung 2,368 Sedang

2. Padi 2,133 Sedang

3. Kacang Panjang 2,258 Sedang

Dari Tabel 7. dapat dilihat bahwa nilai indeks keanekaragaman serangga (H’) pada

(43)

lingkungannya memiliki keragaman jenis yang mengarah kebaik dan memiliki ekosistem yang sedang.

Dari Tabel 7. dapat dilihat bahwa nilai indeks keanekaragaman serangga (H’) pada

kacang panjang sebesar 2,258. Sesuai dengan literatur Michael (1995), ini menyatakan bahwasanya kondisi lingkungannya memiliki keragaman jenis yang mengarah kebaik dan memiliki ekosistem yang sedang.

Berdasarkan kriteria menurut Michael (1995), keanekaragaman jenis serangga yang terdapat pada pertanaman jagung, padi dan kacang panjang adalah tergolong sedang yang berarti mengarah kebaik. Dimana keberadaan hama dan musuh alami yang ada di lapangan hampir seimbang. Hal ini dapat lihat dan hasil pengamatan di lapangan keberadaan serangga predator lebih banyak dibandingkan serangga hama. Hal ini dikarenakan umur tanaman yang masih muda dan perlakuan pada pertanaman lahan sawah yaitu jagung, padi dan kacang panjang masih kurang. Akibat umur masih muda dan keberadaan serangga haman tidak melebihi musuh alami sehingga perlakuan pestisida masih kurang.

Menurut Michael (1995) ada 3 kriteria keanekaragaman jenis serangga yaitu bila H’< 1

berarti keanekaragaman serangga rendah, dimna keberadaan serangga hama dan musuh alami tidak seimbang yang dapat membuat kerusakan pada tanaman, bila H’-3 berarti keanekaragaman serangga sedang yaitu mengarah kebaik dimana keberadaan hama dan musuh alami di lapangan hampir seimbang dan bila H’ > 3 berarti keanekaragam serangga tinggi dimana keberadaan

(44)

Kesimpulan

1. Nilai indeks keanekaragaman serangga (H’) pada jagung sebesar 2,368. Hal ini dikarenakan kondisi lingkungannya memiliki keragaman jenis yang mengarah kebaik dan memiliki ekosistem yang sedang.

2. Nilai indeks keanekaragaman serangga (H’) pada padi sebesar 2,133. Hal ini dikarenakan kondisi lingkungannya memiliki keragaman jenis yang mengarah kebaik dan memiliki ekosistem yang sedang.

3. Nilai indeks keanekaragaman serangga (H’) pada kacang panjang sebesar 2,258. Hal ini dikarenakan kondisi lingkungannya memiliki keragaman jenis yang mengarah kebaik dan memiliki ekosistem yang sedang.

4. Total jumlah serangga yang tertangkap pada pertanaman jagung sebanyak 319 ekor, padi sebanyak 90 ekor dan kacang panjang sebanyak 156 ekor. Dengan demikian jumlah individu yang tertinggi terdapat pada pertanaman jagung.

5. Dari beberapa perangkap yang digunakan maka perangkap yang paling efektif adalah perangkap cahaya (Light Trap) merupakan perangkap yang efektif menangkap serangga dibandingkan dengan perangkap lainnya.

Saran

(45)

TINJAUAN PUSTAKA

Ekologi Tanaman Jagung

Jagung merupakan salah satu komoditas strategis dan bernilai ekonomis, serta mempunyai peluang untuk dikembangkan karena kedudukannya sebagai sumber utama karbohidrat dan protein setelah padi, disamping itu jagung berperan sebagai pakan ternak bahan baku industri dan rumah tangga (Rukmana, 1997).

Jagung adalah tanaman herba monokotil dan tanaman semusim. Tanaman ini berumah satu (monoceus) dengan bunga jantan tumbuh sebagai perbungaan ujung (tassel) pada batang utama (poros atau tangkai) dan bunga betina tumbuh terpisah sebagai perbungaan samping (tongkol) yang berkembang pada ketiak daun (Gambar 1). Tanaman ini menghasilkan satu atau beberapa tongkol (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).

Gambar 1 : Jagung

Sumber : Foto Langsung

(46)

berpengaruh terhadap fase bibit, setelah itu suhu harus lebih tinggi untuk pertumbuhan yang baik. Suhu rendah sangat menghambat pertumbuhan, khususnya setelah mulai tumbuh bunga jantan (Departemen Pertanian, 2005).

Di Indonesia, budidaya kacang panjang bisa dilakukan sepanjang musim. Namun kebiasaan petani menanamnya di awal musim hujan, terkecuali untuk tanah sawah, petani biasanya menanam di musim kemarau. Kacang panjang menyukai tipe tanah gembur yang terkena langsung sinar matahari dengan drainase yang baik. Kandungan hara yang berlebih membuat tanaman tumbuh subur, hanya produksi bijinya minim. Sedangkan di tanah yang unsur haranya lebih rendah, daun tanaman tidak begitu subur namun produksi bijinya bisa lebih baik (Monsanto, 2013).

(47)

Gambar 2 : Kacang panjang Sumber : Foto Langsung

Tanaman kacang panjang merupakan tanaman semusim yang berbentuk perdu. Tanaman ini bersifat memanjat dan membelit. Daunnya bersusun tiga- tiga helai. Batangnya panjang, liat, dan sedikit berbulu (Sunarjono, 2003).

Pertumbuhan kacang panjang yang terserang kutu daun akan terhambat dan pada tingkat serangan lebih lanjut terutama pada fase pembungaan atau pembuahan bisa menyebabkan penurunan hasil. Kutu daun sering menjadi vector bagi virus yang membahayakan tanaman. Pengendaliannya dengan cara melakukan pergiliran tanaman atau dengan menyemprotkan insektisida untuk mengendalikan kutu daun (Endah dan Novizan, 2003).

(48)

menyebabkan daun berlubang – lubang dengan ukuran tidak teratur dan rusak. Serangan akan meningkat pada musim kemarau dan penggerek polong (Maruca testulatis Gey.) adalah penggerek polong ini menyerang tanaman dengan cara merusak bunga yang sedang membuka, kemudian memakan bunga atau polong daun pucuk tanaman (Tjitrosoepomo, 2007).

Ekologi Tanaman Padi

Padi adalah merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan ini merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Meskipun sebagai bahan pokok padi dapat digantikan oleh substitusi oleh bahan makanan lainnya, namun padi memiliki nilai tersendiri bagi orang yang biasa makan nasi dan tidak dapat mudah digantikan oleh bahan makanan lainnya ( Monsanto, 2013).

Hama dan penyakit pada tanaman padi sangat beragam, disamping faktor lingkungan (curah hujan, suhu, dan musim) yang sangat mempengaruhi terhadap produksi padi. Belum lagi mahalnya bibit, biaya produksi, pengangkutan dan harga jual yang rendah sehingga petani jarang dapat meningkat kehidupan dan kesejahteraan keluarganya. Dihadapkan pada persoalan dilematis ini, tidak pernah ada penyelesaiannya. Sebagai praktisi di bidang hama dan penyakit tanaman, kita dapat memainkan peran dengan memberikan gambaran dan penyuluhan tentang hama – hama pada tanaman padi ( Zuliyanti, 2007).

(49)

padi memiliki nilai tersendiri bagi orang yang biasa makan nasi dan idak dapat mudah digantikan oleh bahan makanan lainnya ( Monsanto,2013).

Gambar 3 : Padi

Sumber : Foto Langsung

Jenis serangga hama lain adalah kepik penghisap bulir padi. Termasuk golongan ini adalah walang sangit (Leptocorisa oratorius). Hama lain adalah hama putih (Nymphula depunctalis), hama putih palsu (Cnaphalocrosis medinalis), ganjur (Orseolia oryzae) dan

kelompok ulat grayak (Nymhimna separate, Spodopreta mauritta) (Sutedjo dan Kartasepoetra, 1988).

Disamping serangga yang berperan sebagai hama padi, beberapa serangga ada yang berperan sebagai musuh alami. Musuh alami tersebut sering dikenal sebagai parasitoid, predator. Parasitoid telur adalah jenis serangga yang dalam hidupnya memanfaatkan telur hama sebagai inang sehingga telur yang terparasit tidak akan memetas. Contoh Tetrastichus schoenobii,

(50)

keanekaragaman jenis organisme yang ada di dalamnya. Untuk memperoleh keragaman jenis ini cukup diperlukan kemampuan mengenal dan membedakan jenis meskipun tidak dapat mengidentifikasikan jenis hama (Putra, 1994).

Populasi setiap organisme pada ekosistem tidak pernah sama dari waktu kewaktu lainnya, tetapi naik turun. Demikian pula ekosistem yang terbentuk dari populasi serta lingkungan fisiknya senantiasa berubah dan bertumbuh sepanjang waktu (Rizali dkk, 2002).

Dalam ekosistem alami semua makhluk hidup berada dalam keadaan seimbang dan saling mengendalikan sehingga tidak terjadi hama. Di ekosistem alamiah keragaman jenis sangat tinggi yang berarti dalam setiap kesatuan ruang terdapat flora dan fauna tanah yang beragam. Tingkat keanekaragaman pertanaman mempengaruhi timbulnya masalah hama. Sistem pertanaman yang beranekaragam berpengaruh kepada populasi spesies hama (Oka, 1995).

Dalam keadaan ekosistem yang stabil, populasi suatu jenis organisme selalu dalam keadaan keseimbangan dengan populasi organisme lainnya dalam komunitasnya. Keseimbangan ini terjadi karena adanya mekanisme pengendalian yang bekerja secara umpan balik negatif yang berjalan pada tingkat antar spesies (persaingan predasi), dan tingkat inter spesies (persaingan teritorial) (Rosalyn, 2007).

(51)

dilakukan melalui pengamatan ciri-ciri morfologi, habitat, cara berkembang biak, jenis makanan, tingkah laku, dan beberapa ciri lain yang dapat diamati (Michael, 1995).

Untuk mengetahui keanekaragaman jenis serangga pada suatu tempat yakni menentukan indeks keanekaragamannya, sangatlah diperlukan pengetahuan atau keterampilan dalam mengindentifikasi hewan (serangga). Bagi seseorang yang sudah terbiasa pun dalam melakukan identifikasi hewan sering membutuhkan waktu yang lama, apalagi yang belum terbiasa. Karena itu untuk kajian dalam komunitas dan indeks keanekaragaman sering didasarkan pada kelompok hewan, misalnya, famili, ordo atau kelas dan hal ini pun dibutuhkan cukup keterampilan dan pengalaman (Michael, 1995).

Berbeda dengan ekosistem alami agroekosistem memiliki keanekaragaman biotik dan genetik yang rendah malahan cenderung semakin seragam seperti yang kita lihat pada sistem persawahan kita, keadaan agroekosistem tidak stabil dan selalu berubah karena tindakan manusia untuk mengolah dan mengelola ekosistem untuk kepentingannya. Dalam keadaan demikian di ekosistem sangat mudah terjadi peningkatan populasi hama (Saragih, 2008).

Pestisida menyebabkan serangga - serangga berevolusi ke arah resisten terhadap pestisida tersebut. Masalah hama menjadi lebih banyak, timbulnya wabah sekunder, musnahnya musuh alami seperti parasitoid/predator dan serangga berguna, bersistensi residu dan keracunan sebagai akibat penggunaan pestisida yang berlebihan dan kurang hati- hati (Untung, 1996).

(52)

Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Keanekaragaman Serangga

Serangga merupakan golongan hewan yang dominan di muka bumi sekarang ini. Dalam jumlah, mereka melebihi semua hewan melata darat lainnya dan praktis mereka terdapat dimana-mana (Borror dkk, 1992).

Ada 7 faktor yang saling berkaitan menentukan derajat naik turunnya keragaman jenis ekosistem yaitu :

a. Waktu, keragaman komunitas bertambah sejalan waktu, berarti komunitas tua yang sudah lama berkembang, lebih banyak terdapat organisme daripada komunitas muda yang berkembang. Waktu dapat berjalan dengan ekologi lebih pendek atau hanya puluhan generasi.

b. Heterogenitas ruang, semakin heterogen suatu lingkungan fisik semakin kompleks komunitas flora dan fauna disuatu tempat tersebar dan semakin tinggi keragaman jenisnya.

c. Kompetisi terjadi apabila sejumlah organisme menggunakan sumber yang sama yang ketersediaannya kurang atau walaupun ketersediaannya cukup namun bersaing tetap juga bila organisme – organisme itu memanfaatkan sumber tersebut, yang satu menyerang yang lain atau sebaliknya.

(53)

berdampingan sehingga mempertinggi keragaman, apabila intensitas dari pemangsaan terlalu tinggi atau terlalu rendah dapat menurunkan keragaman jenis.

f. Kestabilan iklim, makin stabil keadaan suhu, kelembaban, salinitas, pH dalam suatu lingkungan, maka semakin banyak jenis dalam lingkungan tersebut. Lingkungan yang stabil lebih memungkinkan keberlangsungan evolusi.

g. Produktivitas juga dapat menjadi syarat mutlak untuk keanekaragaman yang tinggi

Ketujuh faktor ini saling berintekrasi untuk menetapkan keanekaragaman jenis dalam komunitas yang berbeda. Keanekaragaman spesies sangatlah penting dalam menentukan batas kerusakan yang dilakukan terhadap sistem sangatlah penting dalam menentukan batas kerusakan yang dilakukan terhadap sistem akan akibat turut campur tangan manusia (Firmansyah, 2008).

Dalam keadaan ekosistem yang stabil, populasi suatu jenis organisme selalu dalam keadaan keseimbangan dengan populasi organisme lainnya dalam komunitasnya. Keseimbangan ini terjadi karena adanya mekanisme pengendalian yang bekerja secara umpan balik negatif yang berjalan pada tingkat antar spesies (persaingan predasi), dan tingkat inter spesies (persaingan teritorial) (Rosalyn, 2007).

Perkembangan dan reproduksi serangga dapat dipengaruhi berbagai faktor abiotik. Faktor ini mungkin menunjukkan pengaruhnya pada serangga baik secara langsung maupun tidak langsung. (Melalui pengaruhnya pada organisme lain) dan pada batas pendek atau jauh (cahaya, sebagai contoh, mungkin menimbulkan efek yang cepat pada orientasi serangga saat mencari makanan, dan banyak menyebabkan perubahan pada fisiologi serangga dalam antisipasi kondisi yang merugikan pada beberapa bulan kedepannya) (Gillot, 1982).

(54)

Kelimpahan individu dan kekayaan spesies serangga diperoleh pada setiap lahan saat melakukan penelitian keanekaragaman akan jelas terlihat berbeda antara satu dengan yang lainnya. Perbedaan tersebut dapat disebabkan oleh beberapa faktor yang saling berkaitan yaitu: umur tanaman, keadaan cuaca saat pengambilan sampel, waktu pengambilan sampel dan keadaan habitat di sekitar tanaman (penggunaan tanaman penutup tanah) (Rizali dkk , 2002).

(55)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Jagung merupakan salah satu komoditas strategis dan bernilai ekonomis, serta mempunyai peluang untuk dikembangkan karena kedudukannya sebagai sumber utama karbohidrat dan protein setelah padi, disamping itu jagung berperan sebagai pakan ternak bahan baku industri dan rumah tangga (Rukmana, 1997).

Permintaan jagung di pasar domestik maupun pasar dunia akan semakin meningkat seiring dengan berkembangnya industri pakan dan industri pangan olahan berbahan baku jagung. Selama periode tahun 1990-2001, penggunaan jagung impor sebagai bahan baku industri pakan di dalam negeri meningkat cukup tajam dengan laju sekitar 11,81% pertahun. Mulai tahun 1994, ketergantungan pabrik pakan terhadap jagung impor sangat tinggi, yaitu sekitar 40,29%. Pada tahun 2000, penggunaan jagung impor dalam industri pakan sudah mencapai 47,04%,

sementara 52,96% sisanya berasal dari jagung produksi dalam negeri (Departemen Pertanian, 2005).

Walaupun setiap saat tanaman jagung memiliki keunggulan tertentu, tetapi ancaman serangan hama atau penyakit tetap selalu ada. Sebagian besar hama yang menyerang adalah golongan insekta atau serangga. Sedangkan penyakit yang menyerang tanaman umumnya disebabkan oleh bakteri dan jamur. Oleh karena itu kewaspadaan serta pengamatan yang cermat selalu diperlukan (Van Steenis, 2005).

Indeks keanekaragaman dapat digunakan untuk menyatakan hubungan kelimpahan spesies dalam komunitas. Keanekaragaman spesies terdiri dari 2 komponen yaitu :

(56)

Contohnya : pada suatu komunitas terdiri dari spesies jika 90% adalah 1 spesies dari 10% adalah 9 dari yang tersebar, kesamaan disebut rendah. Sebaliknya masing – masing spesies jumlahnya 10%, kesamaannya maksimum. Beberapa tahun kemudian muncul penggolongan indeks atas indeks kekayaan dan indeks kesamaan. Setelah itu digabungkan menjadi indeks keanekaragaman dengan variable yang menggolongkan struktur komunitas : kemampuan adaptasi kacang panjang terhadap iklim sama dengan jagung. Hanya saja, tanaman ini membutuhkan panas yang lebih banyak. Budidaya kacang panjang dapat dilakukan di dataran tinggi hingga 800 meter dpl, maupun rendah. Suhu optimum pertumbuhannya ada di rentang 15-24oC dengan curah hujan 600-1500 mm per tahun. Sedangkan suhu maksimum yang bisa dicapai adalah 35oC dan suhu minimum 10oC (Supriyadi, 2010).

(57)

haranya lebih rendah, daun tanaman tidak begitu subur namun produksi bijinya bisa lebih baik (Monsanto, 2013).

Padi adalah merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan ini merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Meskipun sebagai bahan pokok padi dapat digantikan oleh subtitusi oleh bahan makanan lainnya, namaun padi memiliki nilai tersendiri bagi orang yang biasa makan nasi dan idak dapat mudah digantikan oleh bahan makanan lainnya ( Monsanto, 2013).

Serangga ditemukan hampir di semua ekosistem. Semakin banyak tempat dengan berbagai ekosistem maka terdapat jenis serangga yang beragam. Serangga yang berperan sebagai pemakan tanaman disebut hama, tetapi tidak semua serangga berbahaya bagi tanaman. Ada juga serangga berguna seperti serangga penyerbuk, pemakan bangkai, predator dan parasitoid. setiap serangga mempunyai sebaran khas yang dipengaruhi oleh biologi serangga, habitat dan kepadatan populasi (Putra, 1994).

Mengingat adanya penemuan baru yang dilakukan beberapa di lapangan uji terbatas (LUT), masih ada sedikit kekhawatiran yang menyebabkan terganggunya keanekaragaman (biodiversitas) dilokasi pertanaman jagung, padi dan kacang panjang tersebut. Oleh karena itu, penulis tertarik meneliti biodiversitas yang terdapat pada pertanaman jagung, padi dan kacang panjang pada lahan yang sama.

Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui jenis – jenis hama yang terdapat pada jagung, kacang panjang dan padi

(58)

Kegunaan Penelitian

1. Untuk mendapatkan informasi kelimpahan dan keanekaragaman jenis serangga yang terdapat pada jagung, kacang panjang dan padi.

(59)

ABSTRACT

Anna Sari Siregar. 2014. “INSECT DIVERSITY INDEX IN VARIOUS TYPES OF FARM“,

supervised by Darma Bakti and Fatimah Zahara. The objective of this research was to study the diversity

of important insects on corn, long beans and rice and to know the kind of insect diversity in various farm

type. This research was held at Kampung Susuk dan Pest Laboratory Faculty of Agriculture, University

of North Sumatra, Medan start on January 2014 until Februari 2014. This research used 3 kinds of traps

insect (Sweep Net, Pitfall Trap, Light Trap).

The result of research showed that each caught insect consisting of 6 Ordo and16 family in corn

with the highest relative density values is 7,93 % and the lowest is 4,76 %, the highest relative density

values in rice is 11,5 % and the lowest is 2,59 %, the highest relative density values in long beans is 36,9

% and the lowest is 4,62 %. Shanon-Weiner (H’) index diversity value of insect in corn is 2,368

(medium), in rice is 2,133 (medium) and in long beans is 2,258 (medium).

(60)

Anna Sari Siregar. 2014. ”INDEKS KEANEKARAGAMAN JENIS SERANGGA DI

BERBAGAI TIPE LAHAN”, di bawah bimbingan Darma Bakti dan Fatimah Zahara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis – jenis hama penting yang terdapat pada jagung, kacang panjang dan padi serta untuk mengetahui jenis keanekaragaman serangga di berbagai lahan. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Kampung Susuk dan Laboratorium Hama Fakultas Pertanian Sumatera Utara, Medan pada bulan Januari 2014 sampai Februari 2014. Penelitian ini menggunakan 3 teknik perangkap serangga (Sweep Net, Pitfall Trap, Light Trap).

Hasil penelitian menunjukkan serangga yang tertangkap masing-masing terdiri dari 6 Ordo dan 16 famili pada jagung dengan nilai kerapatan relatif tertinggi sebesar 7,93% dan terendah sebesar 4,76%, padi dengan nilai kerapatan relatif tertinggi sebesar 11,5% dan terendah sebesar 2,59% dan kacang panjang dengan nilai kerapatan relatif tertinggi sebesar 36,9 % dan terendah sebesar 4,62 %. Nilai indeks keanekaragaman serangga Shanon-Weiner (H’) pada jagung sebesar 2,368 (sedang), pada padi sebesar 2,133 (sedang) dan pada kacang panjang sebesar 2,258 (sedang).

(61)

INDEKS KEANEKARAGAMAN JENIS SERANGGA DI BERBAGAI TIPE LAHAN

SKRIPSI

OLEH :

ANNA SARI SIREGAR 090301017

AGROEKOTEKNOLOGI

PROGRAM STUDI AGROEOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(62)

SKRIPSI

OLEH :

ANNA SARI SIREGAR 090301017

AGROEKOTEKNOLOGI

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan, Program Studi AgroekoteknologiFakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara,

Medan.

(63)

JUDUL : Indeks Keanekaragaman Jenis Serangga Di Berbagai Tipe Lahan NAMA : Anna Sari Siregar

NIM : 090301017 PRODI : Agroekotenologi

Disetujui Oleh: Komisi pembimbing

(Prof. Dr. Ir. Darma Bakti, MS.) (Ir. Fatimah Zahara) Ketua Anggota

Mengetahui Ketua Departemen

(64)

Anna Sari Siregar. 2014. “INSECT DIVERSITY INDEX IN VARIOUS TYPES OF FARM“,

supervised by Darma Bakti and Fatimah Zahara. The objective of this research was to study the diversity

of important insects on corn, long beans and rice and to know the kind of insect diversity in various farm

type. This research was held at Kampung Susuk dan Pest Laboratory Faculty of Agriculture, University

of North Sumatra, Medan start on January 2014 until Februari 2014. This research used 3 kinds of traps

insect (Sweep Net, Pitfall Trap, Light Trap).

The result of research showed that each caught insect consisting of 6 Ordo and16 family in corn

with the highest relative density values is 7,93 % and the lowest is 4,76 %, the highest relative density

values in rice is 11,5 % and the lowest is 2,59 %, the highest relative density values in long beans is 36,9

% and the lowest is 4,62 %. Shanon-Weiner (H’) index diversity value of insect in corn is 2,368

(medium), in rice is 2,133 (medium) and in long beans is 2,258 (medium).

(65)

ABSTRAK

Anna Sari Siregar. 2014. ”INDEKS KEANEKARAGAMAN JENIS SERANGGA DI

BERBAGAI TIPE LAHAN”, di bawah bimbingan Darma Bakti dan Fatimah Zahara. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui jenis – jenis hama penting yang terdapat pada jagung, kacang panjang dan padi serta untuk mengetahui jenis keanekaragaman serangga di berbagai lahan. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Kampung Susuk dan Laboratorium Hama Fakultas Pertanian Sumatera Utara, Medan pada bulan Januari 2014 sampai Februari 2014. Penelitian ini menggunakan 3 teknik perangkap serangga (Sweep Net, Pitfall Trap, Light Trap).

Hasil penelitian menunjukkan serangga yang tertangkap masing-masing terdiri dari 6 Ordo dan 16 famili pada jagung dengan nilai kerapatan relatif tertinggi sebesar 7,93% dan terendah sebesar 4,76%, padi dengan nilai kerapatan relatif tertinggi sebesar 11,5% dan terendah sebesar 2,59% dan kacang panjang dengan nilai kerapatan relatif tertinggi sebesar 36,9 % dan terendah sebesar 4,62 %. Nilai indeks keanekaragaman serangga Shanon-Weiner (H’) pada jagung sebesar 2,368 (sedang), pada padi sebesar 2,133 (sedang) dan pada kacang panjang sebesar 2,258 (sedang).

(66)

Anna Sari Siregar lahir pada tanggal 07 Januari 1991 di Bangun Purba, Padang Lawas Utara merupakan anak keenam dari tujuh bersaudara dari Ayahanda Syahrun Siregar dan Ibunda tercinta Nursaima Harahap.

Pendidikan Formal yang pernah ditempuh :

-Lulus dari Sekolah Dasar 142746 di Siunggam pada tahun 2003

-Lulus dari Sekolah Menengah Pertama Negeri 4 di Siunggam pada tahun 2006 -Lulus dari Sekolah Menengah Atas Negeri 1 di Sipupus pada tahun 2009

-Tahun 2009 diterima di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera, Medan jurusan Agroekoteknologi melalui jalur PMP.

Pendidikan Informal yang pernah di tempuh diantaranya:

- Anggota HIMAGROTEK (Himpunan Mahasiswa Agroekoteknologi) tahun 2009-2013

- Mengikuti seminar “Optimalisasi Sistem Pertanian untuk Menekan Dampak Perubahan Iklim Guna Terwujudnya Pertanian Berkelanjutan” di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera,

Medan pada 26 Mei 2012.

- Tahun 2011 mengikuti Seminar Pertanian “Meningkatkan Ketahanan pangan Nasional” dan Pengembangan Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan

(67)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan rahmat-

Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Adapun judul dari skripsi adalah ‘‘INDEKS KEANEKARAGAMAN JENIS SERANGGA DI

BERBAGAI TIPE LAHAN” yang merupakan salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar Sarjana

di Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan, Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian,

Universitas Sumatera Utara. Medan.

Pada Kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Ir. Darma Bakti, MS

dan Ir. Fatimah Zahara selaku komisi pembimbing yang membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,

penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir

kata penulis mengucapkan terima kasih, semoga bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Maret 2014

(68)

ABSTRACT ...i

ABSTRAK ...ii

RIWAYAT HIDUP ...iii

KATA PENGANTAR ...iv

DAFTAR ISI...v

DAFTAR TABEL ...vii

DAFTAR GAMBAR ...viii

DAFTAR LAMPIRAN ...ix

PENDAHULUAN Latar Belakang ...1

Tujuan Penelitian ...3

Hipotesis Penelitian ...3

Kegunaan Penelitian ...4

(69)

BAHAN DAN METODE PENELITIAN Jumlah Serangga yang Terdapat Pada Jagung Varietas P29 ...23

Jumlah Serangga yang Terdapat Pada Padi Varietas Situbangendit ...24

Jumlah Serangga yang Terdapat Pada Kacang Panjang ...26

Nilai Frekuensi Mutlak, Frekuensi Relatif, Kerapatan Mutlak, Kerapatan Relatif pada setiap pengamatan ...28

Nilai Indeks Keanekaragaman Jenis Serangga ...31

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ...33

(70)
(71)

DAFTAR TABEL

No. Keterangan Halaman

1. Jumlah Serangga Yang Terdapat Pada Jagung Varietas P29 ... 23

2. Jumlah Serangga Yang Terdapat Pada Padi Varietas Situbangendit ... 24

3. Jumlah Serangga Yang Terdapat Pada Varietas Kacang Panjang ... ... 26

4. Nilai Frekuensi mutlak, Frekuensi relatif, Kerapatan mutlak dan Kerapatan relatif Pada Jagung Varietas P29 ... ... 28

5. Nilai Frekuensi mutlak, Frekuensi relatif, Kerapatan mutlak dan Kerapatan relatif Pada Padi Varietas Situbangendit ... ... 29

6. Nilai Frekuensi mutlak, Frekuensi relatif, Kerapatan mutlak dan Kerapatan relatif Pada Padi Varietas Kacang Panjang ... ... 30

7. Indeks Keanekaragaman Serangga Pada Jagung Varietas P29 ... ... 31

8. Indeks Keanekaragaman Serangga Pada Padi Varietas Situbangendit ... 31

(72)

No. Keterangan Halaman

1. Tanaman Jagung ... 5

2. Tanaman Padi... 6

3. Tanaman Kacang Panjang ... 8

4. Perangkap Sweep Net ... 18

5. PerangkapFitfall Trap ... 19

(73)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Keterangan Halaman

1. Bagan Penelitian ... 53

2. Foto Perangkap ... 57

3. Foto Penelitian ... 52

Gambar

Tabel 1. Jumlah Serangga Yang Terdapat Pada Varietas Jagung Varietas P29
Tabel 3. Jumlah Serangga Yang Tertangkap Pada Kacang Panjang
Tabel 4. Nilai Frekuensi mutlak, Frekuensi relatif, Kerapatan mutlak dan Kerapatan relatif
Tabel 4.
+4

Referensi

Dokumen terkait

CMMS dapat digunakan untuk menangani berbagai macam proses dari sistem pemeliharaan, membantu perusahaan dalam membuat sistem pemeliharaan menjadi lebih efisien,

Dari penelitian ini diharapkan dapat mengetahui pengaruh dari pH dan konsentrasi larutan prekursor koloid silika pada proses pengeringan menggunakan flame spray combustor

tergantung pada bagaimana mereka berinteraksi dengan UMNO dan PAS, dua partai politik yangbanyak bersaing memperebutkan massa dari kelompok Islam. Namun demikian,

22 Hal itu dipahami dari arti bai’at yang berarti seseorang telah menyatakan dirinya terjual ( / ) atau dia telah menjual diri secara total untuk berupaya menegakkan aturan

Pencatatan aset barang menggunakan Excel memiliki keterbatasan-keterbatasan antara lain: (1) tiadanya record menyangkut detil aset seperti spesifikasi, tanggal pengadaan,

Untuk menentukan solusi numerik dari sebuah masalah nilai batas yang terdefinisi dalam suatu domain  menggunakan metode elemen hingga, maka akan dilakukan

Hasil analisis menunjukkan peran domestik suami merupakan faktor risiko terjadinya anemia kehamilan trimester III dengan nilai OR sebesar 2,489 (1,071&lt;

Pembakaran batubara menghasilkan limbah padat berupa Abu terbang batubara (Fly Ash) yang berdasarkan penelitian memiliki kapasitas adsorbsi yang baik untuk