Karina Mia Berutu : Dampak Lama Transportasi Terhadap Penyusutan Bobot Badan, pH Daging Pasca Potong Dan Analisis Biaya Transportasi Sapi Potong Peranakan Ongole (PO) Dan Shorthorn, 2007.
USU Repository © 2009
DAMPAK LAMA TRANSPORTASI TERHADAP PENYUSUTAN BOBOT BADAN, pH DAGING PASCA POTONG DAN ANALISIS BIAYA
TRANSPORTASI SAPI POTONG PERANAKAN ONGOLE (PO) DAN SHORTHORN
O L E H
KARINA MIA BERUTU 030306002
DEPARTEMEN PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Karina Mia Berutu : Dampak Lama Transportasi Terhadap Penyusutan Bobot Badan, pH Daging Pasca Potong Dan Analisis Biaya Transportasi Sapi Potong Peranakan Ongole (PO) Dan Shorthorn, 2007.
USU Repository © 2009
DAMPAK LAMA TRANSPORTASI TERHADAP PENYUSUTAN BOBOT BADAN, pH DAGING PASCA POTONG DAN ANALISIS BIAYA
TRANSPORTASI SAPI POTONG PERANAKAN ONGOLE (PO) DAN SHORTHORN
O L E H
KARINA MIA BERUTU 030306002
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk dapat mengikuti ujian akhir di Departemen Peternakan Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara, Medan
DEPARTEMEN PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2007
Karina Mia Berutu : Dampak Lama Transportasi Terhadap Penyusutan Bobot Badan, pH Daging Pasca Potong Dan Analisis Biaya Transportasi Sapi Potong Peranakan Ongole (PO) Dan Shorthorn, 2007.
USU Repository © 2009
Judul Penelitian : Dampak Lama Transportasi Terhadap Penyusutan Bobot Badan, pH Daging Pasca Potong dan Analisis Biaya
Transportasi Sapi Potong Peranakan Ongole (PO) dan
Shorthorn.
Nama : Karina Mia Berutu
NIM : 030306002
Departemen : Peternakan
Program Studi : Produksi Ternak
Disetujui Oleh, Komisi Pembimbing :
( Ir. Iskandar Sembiring, MM ) ( Ir. Yunilas, MP )
Ketua Anggota
Mengetahui :
( Dr. Ir. Zulfikar Siregar, MP ) Ketua Departemen
Karina Mia Berutu : Dampak Lama Transportasi Terhadap Penyusutan Bobot Badan, pH Daging Pasca Potong Dan Analisis Biaya Transportasi Sapi Potong Peranakan Ongole (PO) Dan Shorthorn, 2007.
USU Repository © 2009
RIWAYAT HIDUP
KARINA MIA BERUTU, lahir pada tanggal 22 April 1985 di Medan,
Sumatera Utara. Anak ketiga dari empat bersaudara dari Ayahanda Drs. J.Berutu
dan Ibunda K. Br Nahampun.
Pengalaman hidup yang telah ditempuh penulis hingga saat ini :
Riwayat Pendidikan :
∗ Tahun 1992 memasuki SD Santo Yoseph Medan dan tamat tahun 1997.
∗ Tahun 1997 memasuki SLTP Immanuel Medan dan tamat tahun 2000.
∗ Tahun 2000 memasuki SMU Negeri 2 Medan dan tamat dari kelas IPA tahun 2003.
∗ Tahun 2003 memasuki Perguruan Tinggi Negeri Universitas Sumatera Utara – Medan melalui jalur SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasiswa
Baru).
∗ Tanggal 6 Juni sampai dengan 6 Agustus 2006 mengikuti Praktek Kerja Lapang (PKL) di PT. Lela Wangsa Sentana Desa Pangkalan Batu
Kecamatan Brandan Barat Kabupaten Langkat.
∗ Pada bulan Juni sampai Agustus tahun 2007 mengadakan penelitian di PT. Lembu Andalas Langkat desa Arascondong Kecamatan Stabat Lama
Kabupaten Langkat Propinsi Sumatera Utara, Peternakan Rakyat desa Tiga
Panah Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo dan Tiga Rumah Potong
Hewan (RPH).
Pengalaman organisasi :
∗ Panitia Natal Departemen Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara tahun 2003 sebagai Bendahara.
∗ Bulan Oktober tahun 2005 mengikuti acara Musyawarah Wilayah
Petenakan di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Karina Mia Berutu : Dampak Lama Transportasi Terhadap Penyusutan Bobot Badan, pH Daging Pasca Potong Dan Analisis Biaya Transportasi Sapi Potong Peranakan Ongole (PO) Dan Shorthorn, 2007.
USU Repository © 2009
∗ Bulan April tahun 2006 mengikuti acara ”Penanaman Seribu Pohon” di desa Sipiso-piso Kabupaten Karo yang diadakan oleh Ikatan Mahasiswa
Karo (IMKA) Mbuah Page Fakultas Pertanian Universitas Sumatera
Utara.
∗ Asisten di Laboratorium Anatomi dan Fisiologi Ternak Departemen Petenakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
∗ Bulan Juli tahun 2007 mengikuti acara Himpunan Peternak Domba
Kambing Indonesia (HPDKI) untuk Wilyah Sumatera Utara di Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Karina Mia Berutu : Dampak Lama Transportasi Terhadap Penyusutan Bobot Badan, pH Daging Pasca Potong Dan Analisis Biaya Transportasi Sapi Potong Peranakan Ongole (PO) Dan Shorthorn, 2007.
USU Repository © 2009
ABSTRACT
Karina Mia Berutu, 2007 “The Effect of Transportation to Body
Weight Reduction, Meat pH, and Analyzed Transportation Cost of Ongole Hybrid and Shorthorn Beef Cattles” under adviced of Ir. Iskandar Sembirng,
MM as Supervisor and Ir. Yunilas, MP as co-Supervisor.
This research was conducted in Lembu Andalas Langkat Sumatera Farm, at Aracondong village, Stabat Lama sub-district, Langkat district of North Province, Traditional Farm, at Tigapanah village, Tigapanah sub-district, Karo district and Animal Slaugher House (RPH). The research was conducted about two month, from Juni until August 2007.
The objectives of this research was to observe the effect of transportation on body weight reduction, meat pH and analyzed transportation cost of Ongole Hybrid and Shorthorn beef cattles. The research was using factorial Group Randomized Design, which was consist of 2 x 4 i.e. first factor beef cattles were S1 = Ongole Hybrid beef cattle (range body weight 207 – 477
kg), S2 = Shorthorn beef cattle (range body weight 330 – 605) and second factor
effect transportation i.e. T1 = 1 (one) hours transportation, T2 = 2 (two) hours
transportation, T3 = 3 (three) hours transportation and T4 = 4 (four) hours
Karina Mia Berutu : Dampak Lama Transportasi Terhadap Penyusutan Bobot Badan, pH Daging Pasca Potong Dan Analisis Biaya Transportasi Sapi Potong Peranakan Ongole (PO) Dan Shorthorn, 2007.
USU Repository © 2009
ABSTRAK
Karina Mia Berutu, 2007 ”Dampak Lama Transportasi Terhadap
Penyusutan Bobot Badan, pH Daging Pasca Potong dan Analisis Biaya Transportasi Sapi Potong Peranakan Ongole (PO) dan Shorthorn” di bawah
bimbingan bapak Ir. Iskandar Sembiring, MM sebagai ketua komisi pembimbing dan ibu Ir. Yunilas, MP sebagai anggota komisi pembimbing.
Penelitian ini dilaksanakan di PT. Lembu Andalas Langkat Desa Arascondong Kecamatan Stabat Lama Kabupaten Langkat Propinsi Sumatera Utara, Peternakan Rakyat Desa Tiga Panah Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo dan Tiga Rumah Potong Hewan (RPH) dari bulan Juni sampai dengan bulan Agustus 2007.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji dampak lama transportasi terhadap penyusutan bobot badan, pH daging pasca potong serta analisis biaya transportasi sapi potong Peranakan Ongole (PO) dan Shorthorn. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok pola faktorial 2x4 yaitu faktor I bangsa sapi yaitu S1 (Sapi Peranakan Ongole), S2 (Sapi Shorthorn) dan faktor II lama
transportasi yaitu T1 = 1 jam, T2 = 2 jam, T3 = 3 jam dan T4 = 4 jam.
Masing-masing perlakuan diulang 3 kali sehingga jumlah sapi yang diteliti adalah 24 ekor. Data dianalisis dengan analisis keragaman untuk menguji pengaruh lama transportasi terhadap penyusutan bobot badan, pH daging pasca potong dan analisis biaya transportasi.
Karina Mia Berutu : Dampak Lama Transportasi Terhadap Penyusutan Bobot Badan, pH Daging Pasca Potong Dan Analisis Biaya Transportasi Sapi Potong Peranakan Ongole (PO) Dan Shorthorn, 2007.
USU Repository © 2009
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Skripsi ini berjudul “Dampak Lama Transportasi Terhadap Penyusutan
Bobot Badan, pH Daging Pasca Potong dan Analisis Biaya Transportasi Sapi Potong Peranakan Ongole (PO) dan Shorthorn”, yang merupakan salah satu
syarat untuk dapat mengikuti ujian akhir di Departemen Peternakan Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada
Bapak Ir. Iskandar Sembiring, MM selaku Ketua Komisi Pembimbing dan kepada
Ibu Ir. Yunilas, MP selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah banyak
meluangkan waktu, pikiran, tenaga dan dorongan maupun memberikan informasi
yang berharga bagi penulis.
Penulisan skripsi ini didasarkan kepada pedoman penulisan skripsi yang
dikeluarkan oleh Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Jika terdapat
kekurangannya penulis mengharapkan saran dan kritik dalam penyempurnaan
skripsi ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.
Medan, November 2007
Karina Mia Berutu : Dampak Lama Transportasi Terhadap Penyusutan Bobot Badan, pH Daging Pasca Potong Dan Analisis Biaya Transportasi Sapi Potong Peranakan Ongole (PO) Dan Shorthorn, 2007.
USU Repository © 2009
Faktor-faktor Terjadinya Penurunan Bobot Badan... 11
Karina Mia Berutu : Dampak Lama Transportasi Terhadap Penyusutan Bobot Badan, pH Daging Pasca Potong Dan Analisis Biaya Transportasi Sapi Potong Peranakan Ongole (PO) Dan Shorthorn, 2007.
USU Repository © 2009
Analisis Biaya Transportasi... 23
Pengambilan Sampel dan Pengukuran pH daging... 23
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 25
Penyusutan Bobot Badan ... 25
pH Daging Pasca Potong... 25
Analisis Biaya Transportasi ... 26
Pembahasan ... 28
Penyusutan Bobot Badan ... 28
pH Daging Pasca Potong... 30
Analisis Biaya Transportasi ... 33
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 36
Saran ... 36
Karina Mia Berutu : Dampak Lama Transportasi Terhadap Penyusutan Bobot Badan, pH Daging Pasca Potong Dan Analisis Biaya Transportasi Sapi Potong Peranakan Ongole (PO) Dan Shorthorn, 2007.
USU Repository © 2009
DAFTAR TABEL
Hal.
1. Rataan dampak lama transportasi terhadap penyusutan bobot badan sapi potong Peranakan Ongole (PO) dan Shorthorn (kg/ekor)
25
2. Rataan dampak lama transportasi terhadap pH daging pasca potong sapi potong Peranakan Ongole (PO) dan Shorthorn
26
3. Rataan dampak lama transportasi terhadap analisis biaya transportasi sapi potong Peranakan Ongole (PO) dan Shorthorn (x 000/ekor)
27
4. Analisis keragaman lama transportasi terhadap penyusutan bobot badan sapi potong Peranakan Ongole (PO) dan Shorthorn
28
5. Uji BNT pengaruh bangsa terhadap penyusutan bobot badan sapi potong Peranakan Ongole (PO) dan Shorthorn
28
6. Uji BNT pengaruh lama transportasi sapi potong Peranakan Ongole (PO) dan Shorthorn terhadap penyusutan bobot badan
29
7. Uji BNT pengaruh interaksi lama transportasi dengan bangsa sapi potong Peranakan Ongole (PO) dan Shorthorn terhadap penyusutan bobot badan
30
8. Analisis keragaman lama transportasi terhadap pH daging pasca potong sapi potong Peranakan Ongole (PO) dan Shorthorn
31
9. Uji BNT pengaruh bangsa terhadap pH daging pasca potong sapi potong Peranakan Ongole (PO) dan Shorthorn
31
10. Uji BNT pengaruh lama transportasi terhadap pH daging pasca potong sapi potong Peranakan Ongole (PO) dan Shorthorn
32
11. Analisis keragaman lama transportasi terhadap biaya transportasi sapi potong Peranakan Ongole (PO) dan Shorthorn
33
12. Uji BNT pengaruh bangsa terhadap analisis biaya transportasi sapi potong Peranakan Ongole (PO) dan Shorthorn
33
13. Uji BNT pengaruh lama transportasi terhadap analisis biaya transportasi sapi potong Peranakan Ongole (PO) dan Shorthorn
Karina Mia Berutu : Dampak Lama Transportasi Terhadap Penyusutan Bobot Badan, pH Daging Pasca Potong Dan Analisis Biaya Transportasi Sapi Potong Peranakan Ongole (PO) Dan Shorthorn, 2007.
USU Repository © 2009
14. Uji BNT pengaruh interaksi lama transportasi dengan bangsa terhadap biaya transportasi sapi potong Peranakan Ongole (PO) dan Shorthorn
35
DAFTAR LAMPIRAN
Hal.
1. Data lama transportasi terhadap penyusutan bobot badan sapi potong Peranakan Ongole (PO) dan Shorthorn
40
2. Rataan dampak lama transportasi terhadap penyusutan bobot badan sapi potong Peranakan Ongole (PO) dan Shorthorn (kg/ekor)
41
3. Tabel Dwikasta penyusutan bobot badan sapi potong Peranakan Ongole (PO) dan Shorthorn
41
4. Uji BNT pengaruh lama transportasi terhadap penyusutan bobot badan sapi potong Peranakan Ongole (PO) dan Shorthorn
41
5. Uji BNT pengaruh bangsa terhadap penyusutan bobot badan sapi potong Peranakan Ongole (PO) dan Shorthorn
41
6. Uji BNT pengaruh interaksi bangsa dengan lama transportasi terhadap penyusutan bobot badan sapi potong Peranakan Ongole (PO) dan Shorthorn
42
7. Data lama transportasi terhadap ph daging pasca potong sapi potong Peranakan Ongole (PO) dan Shorthorn
42
8. Tabel Dwikasta ph daging pasca potong sapi potong Peranakan Ongole (PO) dan Shorthorn
42
9. Uji BNT pengaruh bangsa terhadap pH daging pasca potong sapi potong Peranakan Ongole (PO) dan Shorthorn
43
10. Uji BNT pengaruh lama transportasi terhadap pH daging pasca potong sapi potong Peranakan Ongole (PO) dan Shorthorn
43
11. Data lama transportasi terhadap biaya transportasi sapi potong Peranakan Ongole (PO) dan Shorthorn
43
12. Rataan dampak lama transportasi terhadap analisis biaya transportasi sapi potong Peranakan Ongole (PO) dan Shorthorn
48
13. Tabel Dwikasta analisis biaya transportasi sapi potong Peranakan Ongole (PO) dan Shorthorn
Karina Mia Berutu : Dampak Lama Transportasi Terhadap Penyusutan Bobot Badan, pH Daging Pasca Potong Dan Analisis Biaya Transportasi Sapi Potong Peranakan Ongole (PO) Dan Shorthorn, 2007.
USU Repository © 2009
14. Uji BNT pengaruh interaksi lama transportasi dengan bangsa terhadap biaya transportasi sapi potong Peranakan Ongole (PO) dan Shorthorn
48
15 Uji BNT pengaruh lama transportasi terhadap analisis biaya transportasi sapi potong Peranakan Ongole (PO) dan Shorthorn
49
16 Uji BNT pengaruh bangsa terhadap analisis biaya transportasi sapi potong Peranakan Ongole (PO) dan Shorthorn
Karina Mia Berutu : Dampak Lama Transportasi Terhadap Penyusutan Bobot Badan, pH Daging Pasca Potong Dan Analisis Biaya Transportasi Sapi Potong Peranakan Ongole (PO) Dan Shorthorn, 2007.
USU Repository © 2009
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perkembangan transportasi terwujud dalam bentuk kemajuan alat angkut
yang selalu mengikuti dan mendorong kemajuan teknologi transportasi.
Perkembangan ini telah memupus berbagai kesulitan transportasi dalam
kehidupan manusia yang tidak terjamah oleh kemajuan untuk jutaan tahun
lamanya. Transportasi menciptakan dan meningkatkan tingkat aksebilitas (degree
of accessibility), dari potensi-potensi sumber alam dan luas pasar. Sumber alam
yang semula tidak terjangkau akan termanfaatkan dapat diolah, sekalipun dapat
pasar internal yakni lebih banyak yang bisa dijual dalam batas luas pasar yang
sama dan eksternal yakni terbukanya pasar yang baru di lokasi yang lain.
Transportasi terkait pula dengan produktivitas. Kemajuan transportasi membawa
peningkatan mobilitas manusia, mobilitas faktor-faktor produksi dan mobilitas
hasil olahan yang dipasarkan. Transportasi juga berhubungan dengan kegiatan
peternakan yang salah satunya adalah perdagangan sapi potong antar daerah
sehingga dibutuhkan sarana dan prasarana transportasi.
Untuk mengirim ternak dari sentra produksi ke sentra konsumsi
diperlukan sarana transportasi darat dan laut. Sarana transportasi darat terdiri dari
penggiring ternak, kendaraan truk/pick-up dan gerbong kereta api. Sementara itu
sarana transportasi laut terdiri dari kapal laut yang mencakup jenis kapal barang,
Karina Mia Berutu : Dampak Lama Transportasi Terhadap Penyusutan Bobot Badan, pH Daging Pasca Potong Dan Analisis Biaya Transportasi Sapi Potong Peranakan Ongole (PO) Dan Shorthorn, 2007.
USU Repository © 2009
Salah satu fasilitas yang digunakan dalam usaha perdagangan ternak sapi
potong adalah transportasi dengan menggunakan kendaraan truk/pick-up.
Penggunaan angkutan truk/pick-up memperlihatkan tiga pola transaksi, yaitu
milik pengusaha sendiri, sewa truk/pick-up balen dan jasa ekspedisi. Pengusaha
perorangan biasanya terbatas untuk wilayah tertentu. Pedagang yang
menggunakan truk sendiri mendapat keuntungan ganda yaitu dari perdagangan
ternak dan jasa angkutan. Mereka lebih fleksibel, karena kadangkala kedua usaha
tersebut saling menutupi satu sama lain, namun tetap memberikan keuntungan.
Hal lain yang dapat diandalkan dalam peningkatan produksi daging sapi
adalah dengan pembangunan usaha peternakan baik usaha sapi potong lokal
maupun sapi potong import. Perusahaan sapi potong import biasanya memiliki
usaha yang lebih besar bila dibandingkan dengan usaha ternak sapi potong lokal
yang umumnya sebagai usaha sampingan. Selain harga produk dan produk
substitusinya, permintaan daging sapi juga dipengaruhi oleh tingkat pendapatan,
jumlah penduduk dan selera masyarakat. Untuk kondisi Indonesia, sentra
konsumsi daging sapi masih berada di sekitar wilayah perkotaan. Permintaan di
wilayah ini cenderung lebih tinggi, karena jumlah penduduk yang lebih padat
dengan tingkat pendapatan yang lebih tinggi dibandingkan wilayah pedesaan.
Pengangkutan atau transportasi yang digunakan oleh ternak sapi antar
pulau pada umumnya dapat mengakibatkan stres, sehingga dapat mempengaruhi
nafsu makan dan pada akhirnya dapat menurunkan berat badan ternak sapi. Untuk
itu diperlukan penanganan yang cermat dalam pengangkutan antar pulau dan
Karina Mia Berutu : Dampak Lama Transportasi Terhadap Penyusutan Bobot Badan, pH Daging Pasca Potong Dan Analisis Biaya Transportasi Sapi Potong Peranakan Ongole (PO) Dan Shorthorn, 2007.
USU Repository © 2009
kendaraan yang dipergunakan, kepadatan ternak, iklim/cuaca pada saat
pengangkutan serta ketersediaan makanan pada waktu diperjalanan.
Permasalahan yang muncul adalah lokasi antara daerah sentra konsumsi
(rumah potong hewan) dengan beberapa daerah sentra produksi berjarak relatif
jauh. Beberapa sentra produksi sapi potong di Sumatera Utara antara lain adalah
desa Tiga Panah Kecamatan Tiga Panah Kabupaten Karo, desa Arascondong
Kecamatan Stabat Lama Kabupaten Langkat dengan daerah sentra produksi paling
jauh adalah Kabupaten Langkat.
Untuk mengatasi jauhnya lokasi peternakan dan rumah potong hewan
maka transportasi (pengangkutan) ternak truk/pick-up menjadi sarana utama.
Perjalanan antar sentra produksi menuju rumah potong membutuhkan waktu yang
beragam karena adanya variasi jarak, ketidakteraturan jadwal pengangkutan serta
tidak memadainya perawatan selama di perjalanan mengakibatkan stres pada
ternak dan sangat memungkinkan terjadinya penurunan bobot badan dan kualitas
daging pasca pemotongan. Lama transportasi tentunya juga berdampak pada
peningkatan biaya transportasi dan kualitas daging yang dihasilkan. Oleh karena
itu dilakukan penelitian ini untuk mengetahui dampak lama transportasi terhadap
penyusutan bobot badan, pH daging pasca potong dan analisis biaya transportasi
ternak pada dua bangsa sapi yang banyak dipotong yaitu sapi lokal Peranakan
Ongole (PO) dan sapi Shorthorn yang ada di PT. Lembu Andalas Langkat,
Karina Mia Berutu : Dampak Lama Transportasi Terhadap Penyusutan Bobot Badan, pH Daging Pasca Potong Dan Analisis Biaya Transportasi Sapi Potong Peranakan Ongole (PO) Dan Shorthorn, 2007.
USU Repository © 2009 Tujuan Penelitian
Untuk menguji dampak lama transportasi terhadap penyusutan bobot
badan, pH daging pasca potong, dan analisis biaya transportasi pada sapi
Peranakan Ongole (PO) dengan sapi Shorthorn.
Kegunaan Penelitian
- Sebagai bahan informasi bagi peternak / pengusaha peternak sapi potong
tentang pengaruh lama transportasi terhadap penyusutan bobot badan, pH
daging pasca potong, dan analisis biaya transportasi.
- Sebagai bahan referensi / informasi bagi penelitian dan kalangan akademis
khususnya dari bidang ilmu peternakan.
Hipotesis Penelitian
Lama transportasi berpengaruh terhadap penyusutan bobot badan, pH
daging pasca potong, dan analisis biaya transportasi pada sapi Peranakan Ongole
Karina Mia Berutu : Dampak Lama Transportasi Terhadap Penyusutan Bobot Badan, pH Daging Pasca Potong Dan Analisis Biaya Transportasi Sapi Potong Peranakan Ongole (PO) Dan Shorthorn, 2007.
USU Repository © 2009
TINJAUAN PUSTAKA
Sapi Potong
Menurut Bambang (2000), ternak sapi potong sebagai salah satu sumber
makanan berupa daging, tetapi produktivitasnya masih sangat memprihatinkan
karena volumenya masih jauh dari target yang diperlukan konsumen. Hal ini
disebabkan oleh produksi daging masih rendah. Ada beberapa faktor yang
menyebabkan volume produksi daging masih rendah, antara lain sebagai berikut:
- Populasi rendah.
- Produksi rendah.
Sehubungan dengan perbaikan produksi melalui peningkatan mutu bibit bisa
dilakukan dengan usaha penyilangan sapi lokal dengan sapi unggul dari luar. Oleh
karena itu, pemerintah telah mendatangkan sapi-sapi jenis unggul ke Indonesia,
yaitu brahman, hereford, shorthorn, aberdeen angus, limousin, simmental, dan
lain-lain.
Dewasa ini di dunia terdapat banyak sapi yang jumlahnya cukup banyak.
Sehubungan dengan itu, peternak yang maju pasti akan selalu mengikuti
perkembangan dunia peternakan, khususnya perkembangan bangsa sapi potong.
Karina Mia Berutu : Dampak Lama Transportasi Terhadap Penyusutan Bobot Badan, pH Daging Pasca Potong Dan Analisis Biaya Transportasi Sapi Potong Peranakan Ongole (PO) Dan Shorthorn, 2007.
USU Repository © 2009
mengetahui bangsa-bangsa sapi luar negeri. Setidak-tidaknya harus mengenal
bangsa-bangsa sapi tropis ataupun subtropis dan keturunanya. (Sarwono, 1984).
Menurut Reksohadiprodjo (1984), adapun bangsa-bangsa sapi tropis yang
sudah cukup populer banyak terdapat di Indonesia sampai saat ini ialah sapi bali,
sapi madura, sapi ongole, dan american brahman sedangkan bangsa-bangsa sapi
subtropis (Sapi Eropa) yang juga banyak diternakkan di Indonesia yaitu shorthorn,
hereford, charolais, dan aberdeen angus.
Menurut Suryadi (1988), sapi ongole merupakan bangsa sapi tropis yang
memiliki asal usul, tipe, dan ciri-ciri yang dimiliki yakni: asal usul sapi ongole
berasal dari India (Madras) yang beriklim tropis dan bercurah hujan rendah. Sapi
ongole di Eropa disebut zebu, sedangkan di Jawa disebut sapi benggala. Tipe dari
sapi ongole yaitu tipe potong dan kerja. Ciri-ciri yang dimiliki yaitu:
- Ukuran tubuh besar dan panjang.
- Ponoknya besar, leher pendek, kaki panjang.
- Warna putih, tetapi yang jantan pada leher dan ponok sampai kepala
berwarna putih keabu-abuan, sedangkan lututnya hitam.
- Ukuran kepala panjang dan tumpul yang pada bagian pangkal berukuran
besar, tumbuh kearah belakang.
- Gelambir lebar, bergantung, dan berlipat-lipat yang tumbuh sampai tali
pusar.
- Berat sapi jantan 550 kg, dan betina sekitar 350 kg.
Selanjutnya Suryadi (1988) mengatakan bahwa sapi shorthorn merupakan bangsa
Karina Mia Berutu : Dampak Lama Transportasi Terhadap Penyusutan Bobot Badan, pH Daging Pasca Potong Dan Analisis Biaya Transportasi Sapi Potong Peranakan Ongole (PO) Dan Shorthorn, 2007.
USU Repository © 2009
dimiliki yakni: asal usul sapi shorthorn berasal dari Inggris. Tipenya adalah sapi
potong. Ciri-ciri yang dimiliki yaitu:
- Kepala pendek dan lebar.
- Tanduk pendek, menjurus ke arah samping, dan berujung melengkung ke
depan.
- Warnanya merah tua sampai muda, atau kombinasi merah dan putih, atau
merah kelabu.
- Bentuk tubuh segi empat, sisi badan rata.
- Garis punggung lurus sampai dangkal pangkal ekor.
- Berat badan sapi betina sekitar 750 kg dan jantan 1000 kg.
- Sapi ini termasuk tipe potong yang terberat di antara bangsa sapi yang
berasal dari Inggris.
Berdasarkan data Departemen Pertanian tahun (2005) menunjukkan
bahwa jumlah sapi yang dipotong di dalam negeri rata-rata per tahun sekitar 1,7
juta ekor termasuk sapi import sedangkan jumlah sapi shorthorn yang dipotong di
Sumatera Utara sebanyak 1000 ekor.
Adapun ciri-ciri sapi peranakan ongole, yaitu:
- Warnanya putih.
- Pada bagian kepala dan gumba sapi jantan berwarna keabu-abuan.
- Mempunyai gelambir dari rahang hingga bagian ujung tulang dada.
- Berat badan mendekati sapi ongole (sapi jantan 615 kg dan sapi betina
425 kg).
Menurut Astuti (1994), jenis ternak sapi yang lazim di Sumatera Utara
Karina Mia Berutu : Dampak Lama Transportasi Terhadap Penyusutan Bobot Badan, pH Daging Pasca Potong Dan Analisis Biaya Transportasi Sapi Potong Peranakan Ongole (PO) Dan Shorthorn, 2007.
USU Repository © 2009
keturunan dari sapi ongole yang saat ini sudah banyak menyebar di seluruh
Indonesia. Persilangan antara sapi Jawa asli (Madura) dengan sapi ongole secara
grading up menghasilkan sapi peranakan ongole (PO) dimana perbedaannya
hanya terletak pada kemampuan produksinya yang lebih rendah. Populasi ternak
sapi potong di Sumatera Utara pada tahun 2005 sebesar 288.931 ekor dan
meningkat pada tahun 2006 sebesar 289.278 ekor.
Pengangkutan Ternak (Transportasi)
Menurut Santosa (1995), faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam
mengangkut ternak potong agar dapat mengurangi dampak stres dan
penyusutan bobot badan, yaitu:
- Bila pengangkutan dilakukan pada musim kemarau, usahakan transportasi
dilakukan pada waktu dinihari, subuh, atau sore hari.
- Bila mengangkut ternak pada musim hujan, usahakan tubuh ternak tidak
basah.
- Jangan mencampurkan dengan ternak asing dalam satu alat angkut (truk).
- Jangan mengangkut ternak yang baru saja kenyang diberi pakan hijauan.
Ketika mengangkut ternak, usahakan jarak yang ditempuh kurang dari 24
jam perjalanan. Apabila jarak tempuh lebih dari 24 jam maka sebelum
dilakukan transportasi sekurang-kurangnya ternak harus sudah diistirahatkan
terlebih dahulu selama 5 jam, selanjutnya perhatikan ketersediaan pakan dan
air serta kapasitas muatannya. Preconditioning adalah kegiatan tata laksana
dalam pengelolaan awal yang langsung disesuaikan dengan kenyataan
sebenarnya di perusahaan. Jadi, preconditioning dilakukan langsung di tempat
Karina Mia Berutu : Dampak Lama Transportasi Terhadap Penyusutan Bobot Badan, pH Daging Pasca Potong Dan Analisis Biaya Transportasi Sapi Potong Peranakan Ongole (PO) Dan Shorthorn, 2007.
USU Repository © 2009
hari pertama setelah bakalan didatangkan ke lokasi usaha. Dalam upaya
pemulihan aklimatisasinya, bukan saja terhadap keadaan lingkungan baru,
tetapi juga dari pengaruh transportasi dalam perjalanan yang telah ditempuh
ternak (Santosa, 2004).
- Untuk ternak sapihan yang akan diangkut lebih dari 8 jam, berikan pakan
berupa biji-bijian yang berkualitas atau hay, sekurang-kurangnya 24 jam
sebelum diangkut. Pemberian biji-bijian lebih baik dari pada pemberian
hay. Hal ini untuk mengurangi terjadinya penyusutan bobot badan akibat
pengangkutan jarak jauh.
Pengangkutan ternak potong dengan kereta api sebaiknya jangan lebih dari
28 jam. Bila lebih maka perlu istirahat dahulu, sekurang-kurangnya 5 jam
dengan diberikan pakan dan air minum. Untuk perjalanan dengan
menggunakan truk sebaiknya jangan lebih dari 36 jam (Santosa, 2004).
Menurut Sudiyono (2004), petunjuk yang harus dilakukan dalam
melakukan transportasi ternak potong ke pasar, yaitu:
1. Pilih jenis transportasi yang terbaik dan sesuaikan dengan jumlah ternak yang
akan diangkut untuk dipasarkan.
2. Berikan pakan atau minum beberapa jam sebelum ternak dinaikkan ke atas
truk, tetapi jangan diberikan pakan yang terlalu banyak atau ternak dalam
keadaan kenyang di saat segera akan dinaikkan. Selanjutnya jangan
memberikan biji-bijian (konsentrat) selama 12 jam ternak diangkut, tetapi
Karina Mia Berutu : Dampak Lama Transportasi Terhadap Penyusutan Bobot Badan, pH Daging Pasca Potong Dan Analisis Biaya Transportasi Sapi Potong Peranakan Ongole (PO) Dan Shorthorn, 2007.
USU Repository © 2009
3. Lakukan penanganan dengan baik dan gunakan fasilitas dan alat-alat yang
memadai untuk menaikkan ternak ke atas truk. Bersihkan fasilitas dan alat-alat
angkut dari benda-benda runcing atau pecahan kaca. Gunakan loading chute
(tempat menurunkan atau menaikkan ternak dari atau ke truk) dan letakkan
dengan baik, sesuai dengan bak truk.
4. Tambahkan jejaba (bedding) pada dasar bak truk. Gunakan jerami kering pada
musim hujan dan tebarkan pasir di atas jerami tersebut pada musim kemarau.
5. Lakukanlah penggiringan ternak dengan tenang dan nyaman pada waktu
memasuki truk. Jangan gunakan alat yang dapat menyebabkan ternak luka
atau memar (misalnya jangan dengan cambuk atau electric shock, apalagi
benda keras dan tajam).
6. Kemudikan truk dengan hati-hati. Perjalanan ditempuh dengan kecepatan
yang sesuai dan perlambat dalam tingkungan. Jangan berhenti dengan
mendadak.
7. Periksa ternak selama perjalanan dalam periode tertentu. Bila tampak ada
masalah, hentikan truk dan perbaiki masalah tersebut. Berdirikan ternak yang
terbaring agar tidak terinjak oleh ternak lain.
8. Berhenti dan istirahatkan ternak bila perjalanan terlalu lama. Berikan air
minum untuk mencegah terjadinya dehidrasi bila udara terlalu panas.
Sesuaikan keadaan ventilasi dengan kebutuhan ternak sehingga udara segar
dapat bersirkulasi dengan baik di dalam ruangan ternak.
9. Dalam memundurkan truk lakukan dengan pelan hingga merapat pada dok
loading.
Karina Mia Berutu : Dampak Lama Transportasi Terhadap Penyusutan Bobot Badan, pH Daging Pasca Potong Dan Analisis Biaya Transportasi Sapi Potong Peranakan Ongole (PO) Dan Shorthorn, 2007.
USU Repository © 2009
Penimbangan Bobot Badan
Penimbangan merupakan pekerjaan rutin untuk mengontrol bobot badan
ternak. Penimbangan ternak sapi dewasa harus dilakukan pada timbangan
khusus (scale) baik yang manual ataupun digital elektrik. Pada saat
penimbangan skala timbangan harus dikalibrasi dahulu menunjukkan angka 0
(nol). Penimbangan bobot badan sebaiknya dilakukan satu bulan sekali atau
lebih, jangan terlalu sering karena pada saat dilakukan penimbangan pun ternak
masih sering mengalami stres akibat perlakuan yang kasar terhadap ternak
(Nasution, 2004).
Didapatkan informasi di lapangan yaitu di RPH/TPH, bahwa pengaruh
stres yang sedikit saja dapat mempengaruhi bobot badan, dalam hal ini adalah
akibat transportasi. Transportasi yang dilakukan terhadap ternak sapi potong
dibawah dua jam saja sudah menyebabkan penurunan bobot badan sapi tersebut,
apalagi transportasi tanpa perawatan sama sekali ketika pengangkutan dilakukan.
(Ginting, 2006).
Salah satu respon dari hormone adrenalin terhadap stress lingkungan
adalah terjadinya percepatan denyut jantung dan frekuensi pernapasan. Hal ini
sangat mungkin menyebabkan terjadinya proses oksidasi yang dapat
menyebabkan hewan/ternak mengalami kehilangan cairan tubuh. Kehilangan
cairan ini tentu dapat menyebabkan penurunan bobot badan pada suatu jenis
hewan/ternak (McGilvery dan Goldstein, 1996).
Karina Mia Berutu : Dampak Lama Transportasi Terhadap Penyusutan Bobot Badan, pH Daging Pasca Potong Dan Analisis Biaya Transportasi Sapi Potong Peranakan Ongole (PO) Dan Shorthorn, 2007.
USU Repository © 2009
Bambang (2000) menyatakan bahwa ternak sapi yang mengalami suhu
tinggi akan mengalami stres berat dan gagal di dalam mengatur panas tubuh.
Selain itu, suhu yang tinggi juga berpengaruh besar terhadap konsumsi pakan
yang masuk baik volume maupun porsi nilai gizi yang terkandung di dalamnya.
Di dalam menghadapi suhu tinggi semacam ini dan pada kondisi persediaan
pakan hijauan menjadi kering, umumnya berat badan ternak sapi pun menurun.
Akan tetapi, dalam hal ini sapi-sapi ongole relatif lebih bisa bertahan, karena
adaptasi mereka cukup bagus bila dibandingkan dengan bangsa-bangsa sapi
yang berasal dari daerah sedang (subtropis).
Williamson dan Payne (1995) menyatakan bahwa umumnya stres iklim
terhadap ternak di daerah sub humid lebih kecil dibandingkan dengan di daerah
yang lebih lembab, tetapi produksi makanan ternak sangat bersifat musiman
sehingga stres terhadap makanan merupakan masalah yang benar. Di daerah
iklim sub humid juga terdapat penyakit epizootika tersebar luas meskipun
beberapa parasit internal maupun eksternal lebih gampang dikendalikan
dibandingkan di daerah yang lembab.
Ginting (2006) menyatakan bahwa penyebab utama penurunan bobot
badan ternak adalah faktor stres yang salah satunya adalah kelelahan atau
gerakan yang berlebihan dimana semakin lama perjalanan atau transportasi
ternak maka secara otomatis jumlah gerakan akan lebih besar dan tingkat
kelelahan akan semakin besar juga. Selain itu, penyusutan bobot badan dapat
Karina Mia Berutu : Dampak Lama Transportasi Terhadap Penyusutan Bobot Badan, pH Daging Pasca Potong Dan Analisis Biaya Transportasi Sapi Potong Peranakan Ongole (PO) Dan Shorthorn, 2007.
USU Repository © 2009
Anonimous (1982) menyatakan bahwa Suhu yang tinggi dan musim panas
panas yang panjang mempengaruhi pertumbuhan salah satu penghalang bagi
produksi daging di daerah tropis ialah suhu tinggi dan musim panas yang
panjang. Sebab suhu udara yang tinggi akan memperlambat proses
metabolisme (pertukaran zat) di dalam tubuh sehingga mengganggu
pertumbuhan berat atau pertumbuhan. Apalagi bila terjadi musim panas yang
panjang, baik volume dan nilai pakan hijauan akan berada di bawah nilai
kebutuhan pokok. Akibatnya pertumbuhan sapi menjadi lambat dan pada sapi
dewasa kehilangan berat badan sehingga rencana pemotongan sapi tertunda.
Ilham dan Yusdja (2004) menyatakan bahwa besar penyusutan bobot
badan sapi tergantung dari klas/bangsa sapi, dimana terdapat perbedaan
kualitas antar bangsa dari sapi seperti sapi lokal dengan sapi import yang
memiliki perbedaan kualitas dalam beradaptasi pada lingkungan baru dan
tanggapan dalam mengatasi stres.
pH Daging
Glukosa adalah gula yang penting untuk mengontrol metabolisme energi
(semua) ternak pedaging, termasuk dalam pembentukan glikogen. Secara
persentase urat daging tidak banyak mengandung glikogen (hanya 1 persen)
dibanding dengan hati (2-8 persen). Namun total massa daging dalam tubuh
cukup besar sehingga jumlah absolut glikogen yang disimpan dalam urat
daging cukup besar pula (Parakkasi, 1995).
Bambang (2000) bahwa secara genetis produksi daging pada bangsa tropis
Karina Mia Berutu : Dampak Lama Transportasi Terhadap Penyusutan Bobot Badan, pH Daging Pasca Potong Dan Analisis Biaya Transportasi Sapi Potong Peranakan Ongole (PO) Dan Shorthorn, 2007.
USU Repository © 2009
sapi bangsa sapi tropis tahan terhadap suhu tinggi dan kehausan. Yang termasuk
bangsa-bangsa sapi tropis di Asia yang dikenal adalah zebu (Bos indicus), yang
pada saat ini telah menyebar hampir ke seluruh daerah tropis di seluruh dunia
termasuk di benua Asia dan Afrika. Penyebaran zebu (sapi berponok) di daerah
tropis, khususnya di Asia jauh lebih banyak bila dibandingkan dengan sapi-sapi
yang berasal dari Eropa walaupun secara umum sumbangan zebu sebagai hewan
ternak konsumsi dirasa masih rendah.
Pengaruh stres sesaat sebelum pemotongan terhadap bermacam-macam
otot sapi sangat bervariasi. Misalnya, sejumlah otot mengalami peningkatan
cairan daging, sementara otot lain dapat menjadi kering. Stres sebelum
pemotongan, seperti iklim, tingkah laku yang agresif diantara ternak sapi atau
gerakan yang berlebihan, juga mempunyai pengaruh yang besar terhadap
penurunan atau habisnya glikogen otot dan akan menghasilkan daging yang
gelap dengan pH yang tinggi (Smith et al, 1978)
Menurut Hadiwiyoto (1990a), setelah hewan disembelih (mati), segera
akan terjadi perubahan-perubahan fisik dan biokimia. Kegagalan sistem
peredaran darah yang mengikuti penyembelihan ternak mengakibatkan
persediaan energi di dalam otot yang dapat berikatan dengan mioglobin yang
makin menurun dan habis. Setelah O2 habis, maka akan terjadi proses aerobik
melalui siklus sitrat dan sistem enzim berhenti berfungsi dari kegiatannya.
Metabolisme energi yaitu pemecahan glikogen menjadi asam laktat bertukar
menjadi metabolisme anaerobik.
Judge et al (1989) menyatakan bahwa pengaruh stres sesaat sebelum
Karina Mia Berutu : Dampak Lama Transportasi Terhadap Penyusutan Bobot Badan, pH Daging Pasca Potong Dan Analisis Biaya Transportasi Sapi Potong Peranakan Ongole (PO) Dan Shorthorn, 2007.
USU Repository © 2009
sejumlah otot mengalami peningkatan cairan daging, sementara otot lain dapat
menjadi kering. Stres sebelum pemotongan, seperti iklim, tingkah laku yang
agresif diantara ternak sapi atau gerakan yang berlebihan, juga mempunyai
pengaruh yang besar terhadap penurunan atau habisnya glikogen otot dan akan
menghasilkan daging yang gelap dengan pH yang tinggi (lebih besar dari 5,9).
Setelah pH menurun pasca pemotongan, kemudian pH akan mencapai
konstan pada beberapa waktu dan waktu ini bertambah meskipun daging dalam
keadaan dingin dan akan naik lagi pH-nya pada kontaminasi dan kondisi
membusuk. Bila pH mencapai 6,7 atau lebih, secara objektif pembusukan telah
terjadi dan akan terbentuk perubahan bau, warna dan susunan komposisinya
(Forrest et al, 1975).
Urat daging sapi yang dipotong setelah tereksitasi oleh pengangkutan
mempunyai pH akhir yang tinggi akibat jumlah reserve glikogen yang
menurun pada otot. Sehingga jelas bahwa perlakuan transportasi
mempengaruhi pH akhir dari daging pasca potong (Soeparno, 1992).
Lawrie (1979) menyatakan bahwa lama transportasi menyebabkan kelelahan
pada tenak sehingga mempengaruhi pH akhir dari daging pasca potong. Di
mana, nilai pasca mati ditentukan oleh jumlah laktat yang dihasilkan dari
glikogen selama proses glikolisis anaerob dan hal ini akan terbatas bila
glikogen terdeplesi karena lelah, kelaparan atau takut pada hewan sebelum
dipotong, sehingga nilai pH dagng sangat berhubungan dengan kondisi yang
menyebabkan cekaman stres pada ternak termasuk perlakuan transportasi saat
Karina Mia Berutu : Dampak Lama Transportasi Terhadap Penyusutan Bobot Badan, pH Daging Pasca Potong Dan Analisis Biaya Transportasi Sapi Potong Peranakan Ongole (PO) Dan Shorthorn, 2007.
USU Repository © 2009
Nilai pH pascamati akan ditentukan oleh jumlah laktat yang dihasilkan
dari glikogen selama proses glikolisis anaerob dan hal ini akan terbatas bila
glikogen terdeplesi karena lelah, kelaparan atau takut pada hewan sebelum
dipotong. Berhubung pH adalah penentu pertumbuhan bakteri yang penting, maka
jelas bahwa pH akhir daging memang penting untuk ketahanannya terhadap
pembusukan. Hampir semua bakteri tumbuh secara optimal pada pH sekitar 7 dan
tidak akan tumbuh persis di bawah pH 4 atau diatas 9, tetapi pH untuk
pertumbuhan optimal ditentukan oleh kerja simultan dari berbagai variabel lain di
luar faktor keasaman itu sendiri (Lawrie, 1979)
Bila pH akhir dari daging tinggi, maka aktivitas (bertahan) enzim-enzim
sitokrom akan lebih besar. Selanjutnya, berhubung protein urat daging cukup
jauh di atas titik isoelektriknya, maka banyak air dalam urat daging berasosiasi
dengan protein-protein tersebut dan serat-serat secara kuat akan dibungkus
bersama, sehingga merupakan halangan untuk proses difusi. Sebagai akibat
dari dua faktor tersebut, lapisan oksimioglobin yang merah cerah secara
perlahan menjadi sedikit dan tidak menyenangkan sehingga warna
merah-purple dari mioglobin sendiri akan menonjol sedemikian rupa dan daging akan
terlihat gelap (dark cutting beef). Selanjutnya, pH akhir tinggi mengubah
sifat-sifat penyerapan mioglobin permukaan daging menjadi lebih merah lebih gelap
(Soeparno, 1992).
Biaya Transportasi
Salah satu karakteristik produk pertanian adalah terpencar-pencar dan
keuntungan komparatifnya hanya ditemukan pada daerah-daerah tertentu,
Karina Mia Berutu : Dampak Lama Transportasi Terhadap Penyusutan Bobot Badan, pH Daging Pasca Potong Dan Analisis Biaya Transportasi Sapi Potong Peranakan Ongole (PO) Dan Shorthorn, 2007.
USU Repository © 2009
ke konsumen. Untuk mendistribusikan produk pertanian dari produsen ke
konsumen diperlukan biaya transfer (transfer cost). Menurut Sudiyono (2004),
biaya transfer adalah biaya yang dibutuhkan untuk memindahkan barang antar dua
daerah atau lebih. Biaya transfer ini meliputi biaya terminal (terminal cost) dan
biaya transportasi (transportasi cost) atau secara matematis dapat ditulis :
Biaya Transportsi = Biaya Transfer- Biaya Terminal
Biaya terminal merupakan biaya yang dibutuhkan sampai suatu atau
beberapa komoditi pertanian siap angkut. Biaya terminal ini meliputi biaya
bongkar muat, biaya retribusi dan biaya tambahan lainnya. Sedangkan biaya
transportasi merupakan biaya untuk memindahkan barang antar dua tempat atau
kegiatan tambahan.
Untuk menentukan besar kecilnya biaya transfer per unit per satuan jarak,
maka perlu diperhatikan: 1) Tingkat pertambahan biaya transfer per unit per
satuan, 2). Teknologi transportasi yaitu meliputi prasarana dan sarana transportasi.
Biaya transfer per unit juga sangat dipengaruhi oleh macam teknologi yang
digunakan. Teknologi transportasi ini meliputi prasarana dan sarana transportasi
yang digunakan. Prasarana transportasi yaitu kualitas jalan sangat mempengaruhi
dan menentukan pola angkutan dan biaya transfer per unit (Sudiyono, 2004),.
Istilah transportasi atau distribusi terkandung makna bahwa adanya
perpindahan atau aliran barang dari satu tempat ke tempat lain, atau adanya
pemindahan barang dari suatu tempat ke tempat lain. Memindahkan barang dari
suatu tempat membutuhkan alat dan sarana transportasi. Hal ini berarti
Karina Mia Berutu : Dampak Lama Transportasi Terhadap Penyusutan Bobot Badan, pH Daging Pasca Potong Dan Analisis Biaya Transportasi Sapi Potong Peranakan Ongole (PO) Dan Shorthorn, 2007.
USU Repository © 2009
Biaya tetap adalah biaya tempuh jalan raya, biaya perawatan, biaya
fasilitas terminal, biaya peralatan transport, dan adminstrasi perusahaan
pengangkut. Biaya variabel biasanya termasuk biaya sekali jalan seperti bahan
baku dan tenaga kerja, peralatan, perbaikan, penanganan, pengambilan dan
pengiriman.
Ada 2 dimensi penting pada penerapan ongkos transportasi, yaitu:
1. jarak
2. volume
namun dalam hal pembagian biaya tetap dan variabel tidaklah dapat dilakukan
dengan sangat teliti, karena ada perbedaan yang cukup berarti pada setiap jenis
transportasi yang digunakan, sehingga disini tetap diperlukan cara pandang
menurut perspektif individu masing-masing yang mengelola untuk menetapkan
kebijakannya (Mubyarto, 1985). Jarak yang dimaksud adalah jarak yang ditempuh
selama dalam perjalanan sesuai dengan perlakuan yaitu 1 jam, 2 jam, 3 jam, dan 4
jam sedangkan volume yang dimaksud adalah banyaknya muatan dalam pick-up
dalam hal mengangkut ternak sapi maximal 3 ekor.
Woodward (1986) menyatakan bahwa di dalam penyediaan jasa
transportasi menimbulkan sejumlah biaya transportasi berupa biaya tenaga
kerja, bahan bakar, perawatan, terminal, jalan raya, administrasi sehingga
biaya-biaya tersebut beragam terdiri dari biaya tetap dan biaya operasi.
Dimana, semua biaya adalah variabel jika periode waktunya cukup lama dan
memiliki volume cukup besar.
Sudiyono (2004) menyatakan bahwa biaya transportasi ini merupakan
Karina Mia Berutu : Dampak Lama Transportasi Terhadap Penyusutan Bobot Badan, pH Daging Pasca Potong Dan Analisis Biaya Transportasi Sapi Potong Peranakan Ongole (PO) Dan Shorthorn, 2007.
USU Repository © 2009
transportasinya. Biaya transportasi ini merupakan fungsi jarak, semakin jauh
jaraknya, semakin tinggi pula biaya transportasinya. Biaya transfer ini dapat
meningkatkan guna tempat suatu barang. Biaya transfer, khususnya biaya
transportasi perlu diperhatikan karena dapat mencapai lebih dari 40% dari
komposisi biaya pemasaran.
Prawirosentono (1997) menyatakan bahwa terdapat lima unsur pokok
dalam pengangkutan sebelum suatu produk atau barang sampai ke tangan
konsumen atau dari sentra produksi ke sentra konsumsi yaitu: 1). manusia yang
membutuhkan, 2). barang yang dibutuhkan, 3). kendaraan sebagai alat sarana
angkutan, 4). Jalan dan terminal sebagai prasarana angkutan, 5). organisasi
(pengelola angkutan) dan tenaga kerja, dimana kelima unsur pokok ini
masing-masing sangat memiliki peluang dalam meningkatkan atau mempengaruhi nilai
dari biaya transportasi dan lebih jauh lagi biaya produksi.
Williamson dan Payne (1995) bahwa faktor bangsa merupakan faktor
yang sangat berpengaruh dimana berat badan yang sangat mencolok dan
penyusutan bobot badan antar bangsa sangat berbeda satu sama lain dan
perbandingan pengeluaran dengan harga awal tidak begitu berbeda akibat
bobot badan sapi potong yang berbeda-beda antar bangsa dimana bobot badan
sapi PO (207-477) dan sapi Shorthorn (330-605) dan kebutuhan daging di
Indonesia sebagian besar (65%) masih dipenuhi dari produksi dalam negeri,
dan sisanya diperoleh dari import. Pemenuhan dari import dapat berupa daging
dan sapi bakalan. Pangsa produksi dalam negeri ditambah dengan kegiataan
redistribusi ternak dari ekspor-impor membutuhkan sarana transportasi yang
Karina Mia Berutu : Dampak Lama Transportasi Terhadap Penyusutan Bobot Badan, pH Daging Pasca Potong Dan Analisis Biaya Transportasi Sapi Potong Peranakan Ongole (PO) Dan Shorthorn, 2007.
USU Repository © 2009
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Sapi yang digunakan dalam penelitian berasal dari dua peternakan sapi
potong yaitu PT. Lembu Andalas Langkat desa Arascondong Kecamatan Stabat
Lama Kabupaten Langkat dan Peternakan Rakyat di Desa Tigapanah Kecamatan
Tigapanah Kabupaten Karo. Tiga Rumah Potong Hewan (RPH) yang dilibatkan
dalam penelitian yaitu RPH Kota Medan, RPH Kabanjahe dan RPH Tani Asli
Binjai dimulai bulan Juni sampai dengan bulan Agustus 2007.
Bahan dan Alat Penelitian Bahan
- Dua belas ekor sapi lokal Peranakan Ongole (PO).
- Dua belas ekor sapi Shorhorn.
Alat
Karina Mia Berutu : Dampak Lama Transportasi Terhadap Penyusutan Bobot Badan, pH Daging Pasca Potong Dan Analisis Biaya Transportasi Sapi Potong Peranakan Ongole (PO) Dan Shorthorn, 2007.
USU Repository © 2009
- Timbangan digital, sebagai alat untuk mengukur berat ternak.
- Kandang jepit, sebagai sarana untuk memudahkan penimbangan ternak.
- Stopwatch, untuk menghitung lama transportasi.
- Alat pemotongan ternak seperti pisau, telenan, batu asah, alas untuk
memotong ternak.
- pH meter, sebagai alat untuk mengukur pH daging
Metode Penelitian
Adapun rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak
kelompok (RAK) Faktorial dengan dua faktor, yaitu faktor I yaitu 2 bangsa sapi
potong dan faktor II yaitu lama pengangkutan dan masing-masing diulang
sebanyak 3 kali.
Bangsa sapi (S) :
S1 = Sapi Lokal Peranakan Ongole (PO) (bobot badan 207-477 kg).
S2 = Sapi Shorthorn (bobot badan 330-605 kg).
Lama Pengangkutan (T) :
T1 = Transportasi ternak dengan lama transportasi 1 jam
T2 = Transportasi ternak dengan lama transportasi 2 jam
T3 = Transportasi ternak dengan lama transportasi 3 jam
T4 = Transportasi ternak dengan lama transportasi 4 jam
Menurut Hanafiah (2000), model RAK Faktorial yang digunakan adalah
sebagai berikut :
Yijk = µ + ρi + αj + (αβ)ij + βk +Εijk
Karina Mia Berutu : Dampak Lama Transportasi Terhadap Penyusutan Bobot Badan, pH Daging Pasca Potong Dan Analisis Biaya Transportasi Sapi Potong Peranakan Ongole (PO) Dan Shorthorn, 2007.
USU Repository © 2009
Yijk : Nilai pengamatan yang diperoleh dari satuan percobaan bangsa sapi (S)
taraf ke-i dan lama pengangkutan (T) taraf ke-j dan kelompok ke-k.
µ : Nilai rata-rata populasi dari mana nilai-nilai i, j, k diperoleh sebagai
sampel.
ρi : Pengaruh bangsa sapi (S) taraf ke-i.
αj : Pengaruh lama pengangkutan (T) taraf ke-j.
(αβ)ij : Pengaruh interaksi bangsa sapi (S) taraf ke-i dengan lama pengangkutan
(T) taraf ke-j.
βk : Pengaruh kelompok ke-k.
ijk : Pengaruh faktor sisa pada satuan percobaan yang diberi taraf ke-i dan
lama pengangkutan (T) taraf ke-j dikelompok ke-k.
Banyak ulangan menurut rumus :
(t-1) (n-1) > 15
(7n-7) > 15
7n > 15 + 7
7n > 22
n > 3,14
n = 3 (dibulatkan)
Maka kombinasi perlakuannya adalah sebagai berikut :
S1 T1 S1 T2 S1 T3 S1 T4
Karina Mia Berutu : Dampak Lama Transportasi Terhadap Penyusutan Bobot Badan, pH Daging Pasca Potong Dan Analisis Biaya Transportasi Sapi Potong Peranakan Ongole (PO) Dan Shorthorn, 2007.
USU Repository © 2009 Parameter Penelitian
a. Penyusutan Bobot Badan
Penyusutan bobot badan diperoleh dari bobot badan sebelum
pengangkutan ke rumah potong hewan (RPH) dikurangi bobot badan hidup
setelah pengangkutan di rumah potong hewan (RPH).
b. pH Daging Pasca Potong.
Nilai pH daging merupakan derajat keasaman daging setelah pemotongan
dan diukur dengan alat pH-Meter sehingga pH yang diukur setelah
dilakukannya pemotongan pada ternak sapi.
c. Analisis Biaya Transportasi.
Biaya transportasi yaitu biaya yang dikeluarkan selama transportasi
ternak berlangsung (bahan bakar, tenaga kerja, administrasi). Selain ini, masih
ada lagi biaya transportasi yang tidak terduga selama dalam perjalanan
sehingga perlu dimasukkan dalam biaya transportasi. Misalnya, ban mobil
pick-up bocor, uang pangkal di jalan.
Prosedur Penelitian Transportasi Ternak
Ternak sapi yang akan dipotong, dibawa dari lokasi pemeliharaan
(pengumpulan) ke RPH/TPH dengan menggunakan kendaraan pick up (kapasitas
Karina Mia Berutu : Dampak Lama Transportasi Terhadap Penyusutan Bobot Badan, pH Daging Pasca Potong Dan Analisis Biaya Transportasi Sapi Potong Peranakan Ongole (PO) Dan Shorthorn, 2007.
USU Repository © 2009
diberikan perlakuan yang sama yaitu tidak ada pemberhentian atau perawatan
sama sekali.
Penimbangan Bobot Badan
Penimbangan bobot badan dilakukan pada saat sapi akan dinaikkan ke atas
alat transportasi dan setelah sapi diturunkan dari alat transportasi. Penimbangan
dilakukan pada malam hari ketika pemindahan ternak akan dilakukan. Alat yang
digunakan untuk menimbang bobot badan sapi yaitu timbangan digital.
Analisis Biaya Transportasi
Pengambilan data biaya transportasi dilakukan dengan mencatat semua
pengeluaran selama transportasi yang berkaitan dengan kepentingan transportasi
ternak tersebut.
Pengambilan Sampel dan Pengukuran pH daging
Pengambilan sampel daging dilakukan pada pagi hari setelah ternak
dipotong dengan mengambil daging pada bagian karkas misalnya diambil hanya
bagian paha kanan bagian dalamnya saja dari masing-masing ternak dimana
pengambilan bagian karkas ini sama pada setiap perlakuan. Pengukuran pH
daging dilakukan dengan menggunakan pH-meter yaitu dengan cara sebagai
berikut:
− Siapkan sampel yang akan dianalisa sebanyak 10 gr (daging yang
dicincang).
− Campurkan dengan aquades sebanyak 100 ml.
Karina Mia Berutu : Dampak Lama Transportasi Terhadap Penyusutan Bobot Badan, pH Daging Pasca Potong Dan Analisis Biaya Transportasi Sapi Potong Peranakan Ongole (PO) Dan Shorthorn, 2007.
USU Repository © 2009
− Diukur pH-nya dengan menggunakan pH meter yang sudah
dikalibrasi.
REKAPITULASI
Perlakuan Penyusutan Bobot Badan pH Daging Pasca Potong
Analisis Biaya Transportasi
(x 000)
S1T1 2,00 5,59 67,30
S1T2 2,33 5,57 117,30
S1T3 3,33 5,62 167,30
S1T4 4,00 5,71 217,30
S2T1 12,67 5,61 35,30
S2T2 14,67 5,67 63,70
S2T3 17,33 5,62 82,00
Karina Mia Berutu : Dampak Lama Transportasi Terhadap Penyusutan Bobot Badan, pH Daging Pasca Potong Dan Analisis Biaya Transportasi Sapi Potong Peranakan Ongole (PO) Dan Shorthorn, 2007.
USU Repository © 2009
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penyusutan Bobot Badan
Penyusutan bobot badan dapat dihitung dengan mengurangi bobot badan awal
(bobot badan sebelum transportasi) dengan bobot badan akhir (bobot badan
setelah transportasi). Rataan penyusutan bobot badan sapi Peranakan Ongole (PO)
dan Shorthorn dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Rataan dampak lama transportasi terhadap penyusutan bobot badan sapi potong Peranakan Ongole (PO) dan Shorthorn (kg/ekor)
Perlakuan Kelompok Total Rataan
1 2 3
S1T1 2,00 2,00 2,00 6,00 2,00
S1T2 2,00 2,00 3,00 7,00 2,33
S1T3 4,00 3,00 3,00 10,00 3,33
S1T4 4,00 4,00 4,00 12,00 4,00
Karina Mia Berutu : Dampak Lama Transportasi Terhadap Penyusutan Bobot Badan, pH Daging Pasca Potong Dan Analisis Biaya Transportasi Sapi Potong Peranakan Ongole (PO) Dan Shorthorn, 2007.
USU Repository © 2009
Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa rataan dampak lama transportasi terhadap
penyusutan bobot badan sapi adalah 9,71 kg/ekor dengan kisaran 2 kg/ekor
sampai dengan 21,33 kg/ekor. Penyusutan bobot badan terendah terdapat pada
perlakuan S1T1 (sapi PO dengan lama transportasi 1 jam) yaitu sebesar 2 kg/ekor
sedangkan penyusutan bobot badan tertinggi terdapat pada perlakuan S2T4 (sapi
Shorthorn dengan lama transportasi 4 jam) yaitu sebesar 21,33 kg/ekor.
pH Daging Pasca Potong
Nilai pH daging pasca potong di dapatkan dari pengukuran pH daging sapi
setelah dipotong dengan menggunakan pH-meter yang sudah dikalibrasi. Sampel
daging yang diukur nilai pH-nya diambil pada daerah yang sama (pada penelitian
ini pada daging paha sebelah kanan bagian belakang). Rataan nilai pH daging
pasca pemotongan sapi potong PO dan Shorthorn selama penelitian dapat dilihat
pada Tabel 2.
Tabel 2. Rataan dampak lama transportasi terhadap pH daging pasca potong sapi potong Peranakan Ongole (PO) dan Shorthorn
Perlakuan Kelompok Total Rataan
Karina Mia Berutu : Dampak Lama Transportasi Terhadap Penyusutan Bobot Badan, pH Daging Pasca Potong Dan Analisis Biaya Transportasi Sapi Potong Peranakan Ongole (PO) Dan Shorthorn, 2007.
USU Repository © 2009
Dari Tabel 2 dapat dilihat rataan dampak lama transportasi terhadap sapi
PO dan Shorthorn adalah 5,64 dengan kisaran 5,57 sampai dengan 5,76. Nilai pH
daging pasca pemotongan terendah terdapat pada perlakuan S1T2 (sapi PO dengan
lama transportasi 2 jam) yaitu sebesar 5,57 sedangkan nilai pH daging pasca
pemotongan tertinggi terdapat pada perlakuan S2T4 (sapi Shorthorn dengan lama
transportasi 4 jam) yaitu sebesar 5,76.
Analisis Biaya Transportasi
Nilai biaya transportasi dihitung dengan menjumlahkan semua biaya
yang dikeluarkan untuk kepentingan ternak sapi selama pengangkutan dilakukan,
termasuk didalamnya biaya tak langsung seperti biaya untuk pos-pos pengutipan
yag tidak resmi.
Rataan biaya transportasi masing-masing perlakuan selama penelitian
dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Rataan dampak lama transportasi terhadap analisis biaya transportasi sapi potong Peranakan Ongole (PO) dan Shorthorn (x 000/ekor)
Karina Mia Berutu : Dampak Lama Transportasi Terhadap Penyusutan Bobot Badan, pH Daging Pasca Potong Dan Analisis Biaya Transportasi Sapi Potong Peranakan Ongole (PO) Dan Shorthorn, 2007.
USU Repository © 2009
Rata-Rata 106,94 110,69 103,19 320,81 106,94
Dari tabel 3 dapat dilihat bahwa rataan dampak lama transportasi terhadap
analisis biaya transportasi sapi PO dan Shorthorn adalah Rp 106.940 dengan
kisaran Rp 35.300 sampai dengan Rp 217.300. Nilai analisis biaya transportasi
terendah terdapat pada perlakuan S2T1 (sapi Shorthorn dengan lama transportasi 1
jam) yaitu sebesar Rp 35.300, sedangkan analisis biaya transportasi tertinggi
terdapat pada perlakuan S1T4 (sapi PO dengan lama transportasi 4 jam) yaitu
sebesar Rp 217.300.
Pembahasan
Penyusutan Bobot Badan
Untuk mengetahui pengaruh dampak lama transportasi terhadap
penyusutan bobot badan sapi PO dan Shorthorn maka dilakukan analisis
keragaman yang terdapat pada Tabel 4 dan tampak bahwa pengaruh dampak lama
transportasi berpengaruh sangat nyata terhadap penyusutan bobot badan.
Tabel 4. Analisis keragaman lama transportasi terhadap penyusutan bobot badan sapi potong Peranakan Ongole (PO) dan Shorthorn
SK DB JK KT Fhit
Karina Mia Berutu : Dampak Lama Transportasi Terhadap Penyusutan Bobot Badan, pH Daging Pasca Potong Dan Analisis Biaya Transportasi Sapi Potong Peranakan Ongole (PO) Dan Shorthorn, 2007.
USU Repository © 2009
Hasil analisis keragaman Tabel 4 menunjukkan bahwa lama transportasi ,
bangsa sapi serta interaksi keduanya berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap
penyusutan bobot badan sapi. Untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan maka
dilakukan uji beda nyata terkecil (BNT).
Tabel 5. Uji BNT pengaruh bangsa terhadap penyusutan bobot badan sapi potong Peranakan Ongole (PO) dan Shorthorn
Faktor Bangsa (B) Rataan Notasi 0,05 Notasi 0,01
S1 2,92 a a
S2 16,50 b b
Berdasarkan uji BNT diperoleh hasil bahwa penyusutan bobot badan
bangsa sapi PO (Peranakan Ongole) dan Shorthorn sangat nyata lebih rendah
dibanding sapi Shorthorn. Hal ini sesuai dengan Bambang (2000) bahwa ternak
sapi yang tertimpa suhu tinggi akan mengalami stres berat dan gagal di dalam
mengatur panas tubuh. Selain itu, suhu yang tinggi juga berpengaruh besar
terhadap konsumsi pakan yang masuk baik volume maupun porsi nilai gizi yang
terkandung di dalamnya. Di dalam menghadapi suhu tinggi semacam ini dan pada
kondisi persediaan pakan hijauan menjadi kering, umumnya berat badan ternak
Karina Mia Berutu : Dampak Lama Transportasi Terhadap Penyusutan Bobot Badan, pH Daging Pasca Potong Dan Analisis Biaya Transportasi Sapi Potong Peranakan Ongole (PO) Dan Shorthorn, 2007.
USU Repository © 2009
bertahan, karena adaptasi mereka cukup bagus bila dibandingkan dengan
bangsa-bangsa sapi yang berasal dari daerah sedang (subtropis).
Tabel 6. Uji BNT pengaruh lama transportasi terhadap penyusutan bobot badan sapi potong Peranakan Ongole (PO) dan Shorthorn
Faktor Lama Transportasi (T) Rataan Notasi 0,05 Notasi 0,01
T1 7,33 a a
T2 8,50 a ab
T3 10,33 b bc
T4 12,67 c c
Berdasarkan uji BNT diperoleh hasil bahwa lama transportasi yang 1 jam
dan 2 jam menunjukkan sangat nyata lebih rendah dibanding 3 jam dan 4 jam. Hal
ini sesuai dengan pendapat Ginting (2006) bahwa penyebab utama penurunan
bobot badan ternak adalah faktor stres yang salah satunya adalah kelelahan atau
gerakan yang berlebihan dimana semakin lama perjalanan atau transportasi ternak
maka secara otomatis jumlah gerakan akan lebih besar dan tingkat kelelahan akan
semakin besar juga. Selain itu, penyusutan bobot badan dapat diakibatkan oleh
adanya kehilangan cairan pada tubuh dan otot ternak.
Tabel 7. Uji BNT pengaruh interaksi lama transportasi dengan bangsa terhadap penyusutan bobot badan sapi potong Peranakan Ongole (PO) dan Shorthorn
Faktor Interaksi (BT) Rataan Notasi 0,05 Notasi 0,01
Karina Mia Berutu : Dampak Lama Transportasi Terhadap Penyusutan Bobot Badan, pH Daging Pasca Potong Dan Analisis Biaya Transportasi Sapi Potong Peranakan Ongole (PO) Dan Shorthorn, 2007.
USU Repository © 2009
Berdasarkan uji BNT diperoleh hasil bahwa interaksi lama transportasi
dengan bangsa sapi PO lama transportasi 1 jam, 2 jam, 3 jam, dan 4 jam sangat
nyata lebih rendah dibanding dengan sapi Shorthorn lama transportasi 1 jam, 2
jam, 3 jam, dan 4 jam. Hal ini sesuai dengan pendapat Soparano (1992) yang
menyatakan bahwa hal ini disebabkan oleh faktor stres pada bangsa sapi pada saat
terjadi pengangkutan yang singkat maupun yang cukup lama dan bangsa sapi
memiliki teknik merespon tekanan stres secara berbeda-beda sehingga interaksi
lama transportasi dengan bangsa mempengaruhi penyusutan bobot badan pada
sapi PO (Peranakan Ongole) dan Shorthorn.
pH Daging Pasca Potong
Untuk mengetahui pengaruh lama transportasi terhadap pH daging pasca
potong sapi PO (Peranakan Ongole) dan Shorthorn maka dilakukan analisis
keragaman yang terdapat pada Tabel 8.
Tabel 8. Analisis keragaman lama transportasi terhadap pH daging pasca potong sapi potong Peranakan Ongole (PO) dan Shorthorn
Karina Mia Berutu : Dampak Lama Transportasi Terhadap Penyusutan Bobot Badan, pH Daging Pasca Potong Dan Analisis Biaya Transportasi Sapi Potong Peranakan Ongole (PO) Dan Shorthorn, 2007.
USU Repository © 2009
Hasil analisis keragaman Tabel 8 menunjukkan bahwa lama transportasi
dan bangsa sapi berpengaruh sangat nyata (p<0,01) terhadap derajat keasaman
(pH) daging pasca potong sapi PO dan Shorthorn. Untuk mengetahui perbedaan
antar perlakuan maka dilakukan uji beda nyata terkecil (BNT).
Tabel 9. Uji BNT pengaruh bangsa terhadap pH daging pasca potong sapi potong Peranakan Ongole (PO) dan Shorthorn
Faktor Bangsa (B) Rataan Notasi 0,05 Notasi 0,01
S1 5,62 a a
S2 5,67 b b
Berdasarkan uji BNT diperoleh hasil bahwa derajat keasaman (pH) daging
pasca potong sapi PO (Peranakan Ongole) sangat nyata lebih rendah dibanding
aspi Shorthorn. Hal ini sesuai dengan pendapat Bambang (2000) bahwa secara
genetis produksi daging pada bangsa tropis lebih rendah bila dibandingkan dengan
sapi-sapi Eropa dan ini disebabkan karena sapi bangsa sapi tropis tahan terhadap
suhu tinggi dan kehausan.
Tabel 10. Uji BNT pengaruh lama transportasi terhadap pH daging pasca potong sapi potong Peranakan Ongole (PO) dan Shorthorn
Faktor Transportasi (T) Rataan F 0,05 F 0,01
T1 5,60 a a
T2 5,62 b b
T3 5,62 b b
T4 5,73 c c
Berdasarkan uji BNT diperoleh hasil bahwa lama transportasi selama 1 jam, 2
jam, 3 jam, dan 4 jam menunjukkan perbedaan yang sangat nyata satu sama lain.
Hal ini sesuai dengan pendapat Lawrie (1979) bahwa lama transportasi
Karina Mia Berutu : Dampak Lama Transportasi Terhadap Penyusutan Bobot Badan, pH Daging Pasca Potong Dan Analisis Biaya Transportasi Sapi Potong Peranakan Ongole (PO) Dan Shorthorn, 2007.
USU Repository © 2009
pasca potong. Di mana, nilai pasca mati ditentukan oleh jumlah laktat yang
dihasilkan dari glikogen selama proses glikolisis anaerob dan hal ini akan terbatas
bila glikogen terdeplesi karena lelah, kelaparan atau takut pada hewan sebelum
dipotong, sehingga nilai pH dagng sangat berhubungan dengan kondisi yang
menyebabkan cekaman stres pada ternak termasuk perlakuan transportasi saat
pemasaran atau pemeliharaan.
Judge et al (1989) menyatakan bahwa pengaruh stres sesaat sebelum
pemotongan terhadap bermacam-macam otot sapi, juga bervariasi. Misalnya,
sejumlah otot mengalami peningkatan cairan daging, sementara otot lain dapat
menjadi kering. Stres sebelum pemotongan, seperti iklim, tingkah laku yang
agresif diantara ternak sapi atau gerakan yang berlebihan, juga mempunyai
pengaruh yang besar terhadap penurunan atau habisnya glikogen otot dan akan
menghasilkan daging yang gelap dengan pH yang tinggi (lebih besar dari 5,9).
Analisis Biaya Transportasi
Untuk mengetahui pengaruh lama transportasi terhadap analisis biaya
transportasi sapi PO dan Shorthorn maka dilakukan analisis keragaman yang
terdapat pada Tabel 11.
Tabel 11. Analisis keragaman lama transportasi terhadap biaya transportasi sapi potong Peranakan Ongole (PO) dan Shorthorn
Karina Mia Berutu : Dampak Lama Transportasi Terhadap Penyusutan Bobot Badan, pH Daging Pasca Potong Dan Analisis Biaya Transportasi Sapi Potong Peranakan Ongole (PO) Dan Shorthorn, 2007.
USU Repository © 2009
KK 10,38 %
Keterangan : * = Nyata
** = Sangat Nyata tn = Tidak Nyata
Hasil analisis keragaman Tabel 11 menunjukkan bahwa lama
transportasi, bangsa sapi serta interaksi keduanya berpengaruh sangat nyata
(p<0,01) terhadap penyusutan bobot badan sapi PO dan Shorthorn. Untuk
mengetahui pengaruh perbedaan antar perlakuan lama transportasi terhadap biaya
transportasi maka dilakukan uji beda nyata terkecil (BNT).
Tabel 12. Uji BNT pengaruh bangsa terhadap analisis biaya transportasi sapi potong Peranakan Ongole (PO) dan Shorthorn.
Faktor Bangsa (B) Rataan Notasi 0,05 Notasi 0,01
S1 142,30 a a
S2 71,58 b b
Berdasarkan uji BNT diperoleh hasil bahwa biaya transportasi sapi PO dan
Shorthorn sangat nyata lebih tinggi dibanding sapi Shorthorn. Hal ini sesuai
dengan pendapat Woodward (1986) bahwa di dalam penyediaan jasa transportasi
menimbulkan sejumlah biaya transportasi berupa biaya tenaga kerja, bahan bakar,
perawatan, terminal, jalan raya, administrasi sehingga biaya-biaya tersebut
beragam terdiri dari biaya tetap dan biaya operasi. Dimana, semua biaya adalah
variabel jika periode waktunya cukup lama dan memiliki volume cukup besar dan
dari pernyataan Mubyarto (1985) menyatakan bahwa dalam penerapan ongkos
transportasi ada 2 dimensi yaitu jarak dan volume.
Tabel 13. Uji BNT pengaruh lama transportasi terhadap analisis biaya transportasi sapi potong Peranakan Ongole (PO) dan Shorthorn.
Faktor Transportasi (T) Rataan Notasi 0,05 Notasi 0,01
T1 51,30 a a
T2 90,50 b b
T3 124,65 c c