• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH IMAN KEPADA RASUL TERHADAP KINERJA YANG RELEGIUS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "PENGARUH IMAN KEPADA RASUL TERHADAP KINERJA YANG RELEGIUS"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

128

PENGARUH IMAN KEPADA RASUL

TERHADAP KINERJA YANG RELEGIUS

Chabbullah Wibisono

Dosen S2 Universitas Batam

Abstract: The man who serves as an employee is a factor of production and

corporate assets, which are recognized in every economic system is nothing in this world (capitalist, socialist liberals, relegius-Islam), despite the ideological tendency of the society. Islam has a different paradigm with secular economic system (capitalist) on production. The variable consists of dependent variables and independent variables. The dependent variable was the performance of the religious. Religious performance is the success of employees who are viewed from a religious perspective of Islam. The performance of the religious views of three-dimensional (potential), namely: the performance of religious physiology, performance psychology of religious and spiritual performance. Performance religious physiology (prophetic work ethic) was measured from the use of natural resources, expertise, technology, and the Islamic capital. Performance was measured with the use of religious psychology of health, social interaction, appreciation, and increased self-Islami. Performance is measured by the level of spiritual trust, honesty, trust, intention, sincere in orientation to work and productive in an un-Islamic. The independent variable is the spiritual motivation that consist of motivational variables aqidah Faith To Rosul.Data source is used, based on primary data, collected through questionnaires and interviews and secondary data, collected through the archive / documentation. Model and data analysis technique used is Structural Equation Modelling (SEM). Model pngukuran motivation aqidah worship, religious mu'amallat and performance using a second order confirmatory. Conclusion of this research is motivated by dimensional factors of Faith Aqeedah To the Apostle positive direct effect on Aqidah 0.92 and religious influence on performance, indicated by the path coefficient of 0.88 with probability value 0.00. This means the proposed issue is supported by the facts and the truth is acceptable.

Keywords: "Motivation Aqidah Prophet-To-Faith Religious Performance

PENDAHULUAN

Kini persaingan bisnis semakin ketat. Karena itu, meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) tak bisa ditawar-tawar lagi. Sebab, kesuksesan, kegagalan, kemajuan atau kemunduran suatu usaha akan sangat terkait dengan pribadi individu yang terlibat dengan kegiatan tersebut. Salah satu yang perlu diperhatikan adalah motivasi kerja karyawan perusahaan itu sendiri. Karyawan dengan motivasi kerja tinggi akan memiliki semangat, hasrat, keinginan, dan energi untuk melaksanakan tugasnya seoptimal mungkin.

Menilai dan memahami seseorang karyawan tidak cukup dengan melihat tindakannya, tapi juga motivasi yang menggerakkan tingkah lakunya itu (Handoko: 1992). Eksistensi manusia dapat

diperoleh melalui prestasi hasil karya dan kerja (Saputra dalam Imron: 2002). Agar karyawan menghargai kerja sebagai sesuatu yang luhur, diperlukan dorongan atau motivasi (Anoraga: 2001). Motivasi kerja karyawan yang tinggi akan membawa dampak yang positif bagi perusahaan dan meningkatkan daya saing karyawan untuk lebih berprestasi.

Era Motivasi Spiritual

(2)

129 meditasi mereka, dukungan yang semakin

meningkat pada perlunya moralitas bisnis, tanggung jawab perusahaan yang lebih luas pada komunitas, perlunya mendengar suara hati dalam keputusan-keputusan eksekutif, kepemimpinan yang melayani, kearifan dan cinta dalam relasi dengan manusia dan lingkungan alam, atau bahkan tata kelola perusahaan yang berketuhanan (Hendrawan: 2009).

Di negara-negara maju, seperti Amerika Serikat, lanjut Hendrawan (200), tumbuhnya kesadaran spiritual di tempat kerja memang tak terlepas dari berbagai faktor, antara lain kehampaan makna di tengah kelimpahan materi, ketidakpastian dan kegelisahan para pekerja akan masa depan mereka akibat restrukturisasi dan relokasi korporat yang sangat mendasar, terutama dalam menghadapi persaingan global. Belum lagi krisis moral dunia korporat sebagaimana ditunjukkan para eksekutif mereka dalam memanipulasi keuangan atau berbagai malpraktik lain dalam pengelolaan bisnis. Di negara-negara berkembang, seperti Indonesia, selain krisis ekonomi yang mendera perusahaan-perusahaan besar, tumbuhnya kelas menengah Muslim sejak paruh kedua tahun delapan puluhan menjadi faktor penting yang menumbuhkan kesadahan spiritual di tempat kerja ini.

Penelitian mutakhir juga mengamini kondisi di atas. Ada kontribusi yang besar tentang pentingnya spiritualitas seseorang yang berpengaruh pada psikis seseorang dalam bekerja, di mana secara signifikan akan berpengaruh dengan peningkatan kinerjanya (McCormick., Donald W, 1994; Strawbridge, William J. et al: 1997; Mitroff, Ian I., Elizabeth A Denton: 1999; Lewis, Jefrey S., Gary D. Geroy: 2000). Salah satu dari empat pendekatan model organisasi yang berorientasi pada spiritualitas dan agama menjelaskan bahwa agama dan spiritualitas memiliki pengaruh positif terhadap perilaku kerja karyawannya. Hal ini karena adanya persahabatan dengan sesama pemeluk agama sehingga dapat menyediakan dukungan sosial yang mengarah pada peningkatan kebahagian dan kesehatan mental, sehingga secara signifikan akan meningkatkan kinerja (Mitroff, Ian I., Elizabeth A Denton: 1999).

Penguatan Motivasi Akidah

Dalam Islam, kebutuhan spiritual mempunyai kedudukan terpenting dan tertinggi yang melebihkan manusia dari seluruh ciptaan Tuhan yang lain (Najati: 1982). Menurut Anshari (1993), motivasi spiritual seorang muslim terbagi tiga: motivasi akidah, motivasi ibadah dan motivasi muamalat.

Motivasi akidah adalah keyakinan hidup, yaitu pengikraran yang bertolak dari hati. Jadi, motivasi akidah dapat ditafsirkan sebagai motivasi dari dalam yang muncul akibat kekuatan akidah tersebut. Allport dan Ross (1967, dalam Beit Hallahmi, B & Argyle: 1997) lebih menyebut motivasi akidah tersebut sebagai sikap intrinsik. Dimensi akidah ini menunjuk pada seberapa besar tingkat keyakinan muslim terhadap ajaran-ajaran yang bersifat fundamental dan dogmatik. Isi dimensi keimanan mencakup iman kepada Allah, para malaikat, para rasul, kitab Allah, akhirat, serta qadha dan qadar Allah.

Ibadah merupakan tata aturan Ilahi yang mengatur hubungan ritual langsung antara hamba dengan Tuhannya yang tata caranya ditentukan secara teperinci dalam Al-Quran dan sunnah (Anshari: 1993). Sedangkan motivasi ibadah merupakan motivasi yang tidak pernah dilakukan orang yang tidak beragama, seperti shalat, doa, dan puasa. Muamalat merupakan tata aturan Ilahi yang mengatur hubungan manusia dengan sesama dan manusia dengan alam atau materi (Anshari: 1993).

Ketiga bentuk motivasi spiritual ini merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan. Satu sama lain saling bertautan. Ibadah selalu bertitik tolak dari akidah. Jika dikaitkan dengan kegiatan bekerja, ibadah masih berada dalam taraf proses, sedangkan output dari ibadah adalah muamalat.

(3)

130

Lebih khusus , tulisan ini mencoba mengungkap apa pengaruh iman kepada Rasul terhadap kinerja karyawan. Mengimani Rasul berarti bersiap meneladaninya. Etos kerja dan kinerja seperti apa yang dipesankan dan diteladankan Rasulullah? Bagaimana mengimplementasikannya di dalam dunia kerja di zaman kita? Dalam kenyataannya, sejauh mana pesan dan teladan Rasulullah dalam bekerja ini memotivasi karyawan sehingga kinerja mereka unggul dan optimal?

Untuk menjawab pertanyaan terakhir, tidaklah mungkin kondisi global saat ini dipaparkan sepenuhnya dalam tulisan ini. Di sini saya hanya menyuguhkan hasil penelitian terhadap karyawan di Subsektor Industri Manufaktur di Batamindo, Batam. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi eksemplar yang kepadanya setiap karyawan maupun perusahaan bisa bercermin bagaimana menjadikan iman kepada Rasul sebagai inspirator kerja dan motivator kinerja menuju tumbuhnya iklim perusahaan yang sehat, produktif, dan menyejahterakan lahir dan batin karyawannya.

Kinerja yang religius mengandung unsur tanggung jawab amanah, inovasi dan penelitian untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Prinsip pokok kinerja yang religius harus tercermin dalam sistem produksi yang Islami, karena produksi berarti diciptakannya manfaat, seperti juga konsumsi adalah pemusnahan produksi. Produksi tidak berarti menciptakan secara fisik sesuatu yang tidak ada, karena tidak seorangpun dapat menciptakan benda. Dalam pengertian ahli ekonomi, yang dapat dikerjakan manusia hanyalah membuat barang menjadi berguna disebut “dihasilkan”.

PENGARUH IMAN KEPADA RASUL TERHADAP KINERJA YANG RELIGIUS Kinerja

Ada sederet definisi kinerja tapi inti maknanya senada. Mari kita telaah masing-masing definisi kinerja yang telah diungkapkan oleh para pakar manajemen, lalu kita tarik benang merahnya. Dalam

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kinerja diartikan sebagai “sesuatu yang dicapai atau prestasi yang diperlihatkan ataupun diartikan sebagai kemampuan kerja”. Dr.Bennet Silalahi (1991) menyebut kinerja dengan istilah “unjuk kerja” yang

dapat diartikan sebagai “nilai prilaku seorang karyawan terhadap peranan (function), kegiatan (activities) dan tugas (task) yang dituntut oleh persyaratan jabatan (job requirement).”

Kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya (Mangkunegara, 2001: 67). Menurut Ambar Teguh Sulistiyani (2003), kinerja seseorang merupakan kombinasi dari kemampuan, usaha, dan kesempatan yang dapat dinilai dari hasil kerjanya. Dalam Coaching for Perfomance

(1997: 104), John Witmore menyebut kinerja sebagai pelaksanaan fungsi-fungsi yang dituntut dari seorang atau suatu perbuatan, suatu prestasi, suatu pameran umum keterampilan.

Hasibuan (2001:34) mengemukakan kinerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman, dan kesungguhan serta waktu. Bagi Barry Cushway (2002), kinerja adalah menilai bagaimana seseorang telah bekerja dibandingkan dengan target yang telah ditentukan.

Kinerja sangat dipengaruhi oleh motivasi dan kemampuan. Motivasi dan kemampuan merupakan dua faktor yang menimbulkan efek sinergis yang menghasilkan kinerja. Asmosoeprapto (2000) merumuskan:

P=f (A.M)

Performence/kinerja (P) adalah fungsi (f) dari ability level/tingkat kemampuan dan

degree of motivation/derajat motivasi.

Kinerja Religius

(4)

131 menyantuni anak yatin dan fakir miskin.

Sebagai konsekuensi atas sempurnanya manusia sebagai mahluk Allah maka manusia dituntut untuk bekerja dengan sebaik-baiknya (dengan sungguh-sungguh).

Kinerja yang religius selalu melibatkan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga kualitas kinerja religius tidak sama dengan kinerja biasa. Oleh karenanya, manusia sangat disarankan untuk dapat menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi agar bisa menjadi manusia berprestasi dan bermanfaat untuk kepentingan umat di dunia. Dalam Q.S As Zumar ayat 9: “Katakanlah: samakah orang-orang yang berilmu pengetahuan

dengan orang-orang yang tidak berilmu pengetahuan?” Hanya orang-orang mengertilah yang dapat memikirkannya.

Kinerja religius sendiri bisa didekati dengan tiga varibel: kinerja fisiologis religius, kinerja psikologi religius dan kinerja spiritual (Wibisono, 2002). Kinerja fisiologi religius berarti individu harus menyadari bahwa alam dan segala isinya harus dimanfaatkan sepenuhnya untuk produksi secara efisien dan efektif, menyadari bahwa individu memiliki kemampuan bekerja dan berproduksi yang harus dikerahkan segala potensinya menuju manusia berprestasi, teknologi harus dimanfaatkan secara tepat guna dan ramah lingkungan, serta menyadari sepenuhnya bahwa modal adalah sebagai salah satu faktor produksi yang harus dimanfaatkan secara efisien dan terbebas dari riba.

Kinerja psikologi religius berarti individu harus menyadari bahwa kesehatan adalah anugerah yang harus dimanfaatkan untuk bekerja dan berproduksi, hubungan sosial dengan rekan sekerja/kelompok kerja harus harmonis untuk meningkatkan kinerja, penghargaan (hadiah) harus disyukuri sebagai perwujudan dari reward dan hukuman harus dilaksanakan dengan ikhlas dan berjanji untuk tidak mengulangi kesalahan sebagai perwujudan dari

punishment perusahaan serta terus meningkatkan kualitas diri (aktualisasi diri) guna meningkatkan kinerja.

Sedangkan kinerja spiritual berarti individu harus menyadari bahwa tawakal kepada Allah harus dibarengi dengan ikhtiar, bekerja dan berproduksi, jujur dalam bekerja dan berproduksi, menjaga kualitas pekerjaan,

dan bekerja dan berproduksi dengan ikhlas karena Allah.

PEMBAHASAN

Pembahasan ini ingin menjawab permasalahan yang diajukan dan hasil pengujian hipotesis berdasarkan hasil analisis, selanjutnya hasil pengujian hipotesis akan dikaji relevansinya dengan teori, penelitian sebelumnya, serta fenomena-fenomena empiris yang ada, kemudian dikemukakan temuan-temuan yang diperoleh serta diakhiri dengan keterbatasan penelitian yang diharapkan dapat digunakan sebagai pijakan dalam melakukan penelitian selanjutnya yang terkait dengan permasalahan dalam penelitian ini.

Pengaruh Motivasi Aqidah (Iman Kepada Rasul) terhadap Kinerja yang Religius.

Permasalahan yang diajukan adalah apakah motivasi aqidah dengan dimensi faktor Iman Kepada Rasul, berpengaruh terhadap kinerja religius karyawan industri di Batamindo Batam. Perilaku keagamaan karyawan diduga dapat berpengaruh terhadap kinerja yang religius. Oleh karena itu, kinerja karyawan sangat dipengaruhi oleh sikap dan perilakunya sebagai implementasi aqidahnya (tauhidnya).

Adanya pengaruh dimensi faktor Iman Kepada Rasul (motivasi aqidah) terhadap kinerja yang religius tersebut relevan dengan ajaran Islam, di mana Allah SWT menyerukan kepada hambanya agar beragama (atau berIslam) secara menyeluruh (Q.S. Al Baqarah: 208). Setiap muslim, baik dalam berpikir, bersikap maupun bertindak, diperintahkan untuk berIslam. Dalam melakukan aktivitas ekonomi, sosial, politik, atau aktivitas apa pun termasuk dalam bekerja seorang muslim diperintahkan untuk melakukannya dalam rangka beribadah kepada Allah. (Ancok, 1994; 78-79).

(5)

132

yang akan tercermin dalam kinerja yang religius.

Dalam Al Qur’an banyak ayat yang mengaitkan antara iman dan amal shaleh (kinerja yang religius). Manusia jika memiliki iman yang kuat, tepat dan benar dapat dipastikan akan mampu meningkatkan kinerja secara religius (amal shaleh) sehingga kelak berhak sebagai penghuni surga yang kekal dan abadi di dalamnya (QS. Al Baqarah: 82).

Hipotesis yang diajukan adalah terdapat pengaruh bermakna motivasi aqidah (tauhid) terhadap kinerja yang religius. Berdasarkan hasil second order confirmatory analysis, dapat disimpulkan bahwa Aqidah dapat diukur dengan indikator variabel yang tidak diobservasi (unobserved variable) : Iman Kepada Allah (IKA), Iman Kepada Kitab (IKK), Iman Kepada Rasul (IKR). Demikian juga masing-masing indikator variabel IKA, IKK dan IKR dapat diukur melalui lima indikator variable observed

yang sama, yakni: keterlibatan ritual, keterlibatan ideologis (dogmatis), keterlibatan pengetahuan, keterlibatan pengalaman, serta keterlibatan konsekuensi.

Hasil pengujian melalui structural equation modelling, menunjukkan bahwa dimensi faktor Iman Kepada Rasul berpengaruh positif 0, 95 terhadap aqidah (Gambar 5.10), dan aqidah berpengaruh langsung positif terhadap kinerja yang religius, yang ditunjukkan dengan koefisien jalur sebesar 0,88 (Tabel 5.20) dengan nilai probabilitas 0,00. Dari hasil tersebut berarti permasalahan satu terjawab, serta dapat disimpulkan bahwa hipotesis satu didukung oleh fakta atau dapat diterima. Adanya pengaruh positif dari motivasi aqidah terhadap kinerja yang religius memiliki implikasi bahwa meningkatnya motivasi aqidah para karyawan akan meningkatkan kinerjanya yang religius.

Berkaitan dengan Iman Kepada Rasul, Al Qur’an memandang kenabian sebagai fenomena yang bersifat universal, di mana di setiap pelosok dunia ini pernah hadir seorang Rasul Allah, baik yang disebutkan maupun yang tidak disebutkan di dalam Al Qur’an (Surat Al Mukmin: 78). Rasul Allah dalam berbagai kesempatan selalu menekankan pentingnya tenaga kerja dan selalu

menghargai karya para karyawan dan para ahli dalam suatu bidang pekerjaan tertentu. Oleh karenanya sangat penting bagi setiap muslim untuk memahami makna bekerja sebagai suatu upaya yang sungguh-sungguh, dengan mengerahkan seluruh aset, fikir dan dzikirnya untuk mengaktualisasikan atau menampakkan arti dirinya sebagai hamba Allah yang harus menundukkan dunia dan menempatkan dirinya sebagai bagian dari masyarakat yang terbaik (khoiro ummah). (Tasmara, 1995: 15).

1. Faktor aqidah Iman Kepada Rasul Variabel yang diajukan sebagai indikator Aqidah adalah Iman Kepada Allah (IKA), Iman Kepada Kitab (IKK) dan Iman Kepada Rosul (IKR). Hasil pengujian dengan second order confirmatory factor analysis (SOCFA) tampak pada Gambar 1.

Gambar 1. Pengukuran Aqidah dengan Second Order Confirmatory Factor Analysis

Uji Hipotesis

Chi-Square = 302. 141 Probability = 0.000 DF = 87

Untuk mengetahui apakah model pengukuran memiliki kesesuaian dengan data, berikut ini disajikan evaluasi

(6)

133 Tabel 1 : Evaluasi Kriteria Goodness of Fit

Indices

Kriteria Hasil Nilai Kritis *)

Evaluasi Model Chi-Square 302.141 Relatif Kecil Kurang Baik Probability 0.000 ≥ 0,05 Kurang Baik RMSEA 0.069 ≤ 0,08 Baik GFI 0.920 ≥ 0,90 Baik TLI 0.866 ≥ 0,95 Kurang Baik Sumber : *) Hair (1992), Arbuckle (1997), Muller (1996)

Hasil evaluasi terhadap model yang diajukan ternyata seluruh kriteria yang digunakan menunjukkan adanya hasil yang kurang baik, berarti model tidak sesuai dengan data. Dengan demikian model tersebut perlu dimodifikasi. Dengan berpedoman pada modification indices, hasil pengujian termodifikasi tampak pada Gambar 2.

Gambar 2. Pengukuran Aqidah (Termodifikasi) dengan Second Order Confirmatory Factor Analysis

Uji Hipotesis Chi-Square = 83.415 Probability = 0.0130 DF = 70

Selanjutnya untuk mengetahui indikator atau dimensi Ibadah dapat diamati nilai loading factor atau koefisien lamda dapat dilihat pada Tabel 5.8. Dari Tabel 5.8 terlihat bahwa indikator Iman Kepada Allah (IKA), Iman Kepada Kitab (IKK) dan Iman

Kepada Rosul (IKR) signifikan, yang terlihat dari nilai t hitung dengan nilai

probability (p) sebesar 0.000.

Kekukuhan akidah akan mengangkat seseorang dari sifat materialisme yang rendah dan mengarahkannya ke kinerja religius atau amal saleh (Sabiq: 1994). Semakin kuat akidah para karyawan, semakin meningkat kinerja mereka. Sesuai dengan teori ini, motivasi akidah berpengaruh terhadap kinerja religiuas karyawan industri di Batamindo. Sikap dan perilaku karyawan sangat ditentukan oleh kekuatan akidahnya, 90% kualitas kinerja ditentukan oleh sikap tauhid seperti ikhlas dan menjaga kualitas kerja sebagai manifestasinya, sedangkan 10% ditentukan oleh kemampuan. Maka, meningkatkan kualitas kinerja karyawan dapat dicapai dengan penguatan motivasi akidah. Perilaku konsumtif, materalistik, dan fatalistik dapat ditepis dengan kerja yang ikhlas karena Allah Swt.

SARAN

Pertama, untuk meningkatkan kinerja religius karyawan diperlukan penguatan kinerja religius perusahaan. Mutu struktur, proses, dan peraturan yang memfasilitasi berfungsinya secara efektif peran-peran individu dan kelompok dalam organisasi harus ditingkatkan. Struktur, proses, dan peraturan ibarat tanah dalam dunia habitat, sedangkan tanaman yang tumbuh di atasnya adalah individu-individu. Seperti juga pertumbuhan tanaman sangat bergantung pada kualitas tanahnya, maka pertumbuhan individu juga bergantung pada

(7)

134

kualitas struktur, proses, sistem, dan peraturan yang melingkupinya.

Kedua, perlu dikembangkan budaya organisasi yang religius dan spiritual. Budaya religius dan spiritual membantu karyawannya untuk mengembangkan dan mencapai potensi penuh dari dirinya (aktualisasi diri). Robbins & Judge dalam Organizational Behavior

menyebutkan budaya religius dan spiritual yang perlu dibentuk adalah:

Strong sense of purpose. Meskipun pencapaian keuntungan itu penting, tetapi hal itu tidak menjadi nilai utama dari suatu organisasi. Karyawan membutuhkan adanya tujuan perusahaan yang lebih bernilai, yang biasanya dinyatakan dalam bentuk visi dan misi organisasi.

Trust and respect. Organisasi dengan budaya religus dan spiritual senantiasa memastikan terciptanya kondisi saling percaya, adanya keterbukaan dan kejujuran.

Humanistic work practices. Jam kerja yang fleksibel, penghargaan berdasarkan kerja tim, mempersempit perbedaan status dan imbal jasa, adanya jaminan terhadap hak-hak individu pekerja, kemampuan karyawan, dan keamanan kerja merupakan bentuk-bentuk praktik manajemen sumber daya manusia yang bersifat spiritual.

Toleration of employee expression. Organisasi dengan budaya religius dan spiritual memiliki toleransi yang tinggi terhadap bentuk-bentuk ekspresi emosi karyawan. Humor, spontanitas, keceriaan di tempat kerja tidak dibatasi. Saat ini sudah cukup banyak perusahaan yang menerapkan budaya spiritualitas di tempat kerja.

Bahkan, ada perusahaan yang mendorong dan mengizinkan setiap karyawan untuk menyediakan satu persen dari waktu kerjanya untuk melakukan pekerjaan sukarela bagi pengembangan komunitas, seperti membagikan makanan kepada para tunawisma, kerja bakti membersihkan taman umum, mendirikan perpustakaan atau rumah baca untuk anak-anak jalanan, dan memberi bantuan bagi korban bencana alam. Dengan terbentuknya budaya religius dan spiritual di tempat kerja, diharapkan akan terbentuk karyawan yang bahagia, tahu dan

mampu memenuhi tujuan hidup. Karyawan yang demikian umumnya memiliki hidup yang seimbang antara kerja dan pribadi, antara tugas dan pelayanan (ibadah). Pada umumnya, mereka juga memiliki kinerja yang lebih tinggi.

Ketiga, perlunya menerapkan kepemimpinan profetik—konsep dan praktik yang digali dari kepemimpinan Rasulullah dalam membangun masyarakat baru. Kepemimpian merupakan kemampuan seseorang untuk meyakinkan orang lain agar orang lain itu dengan sukarela mau diajak untuk melaksanakan kehendaknya atau gagasannya. Fondasi kepemimpinan yang efektif adalah memikirkan visi dan misi organisasi, mendefinisikan, dan menegakannya secara jelas dan nyata. Pemimpin menetapkan tujuan, menentukan prioritas, serta menetapkan dan memonitor standar. Sebab, selain dibutuhkan sistem manajemen yang mendorong tumbuhnya etos kerja profetik dan kinerja religius karyawan, dibutuhkan pula kepemimpinan profetik yang menggerakkan kesadaran individu karyawan dan sistem manajemen secara imbang dan sinambung.

DAFTAR RUJUKAN

Abdurrahim, Immaduddin, 1993, Faham Tauhid dan Etos Kerja (dalam Kumpulan Tulisan). Yogyakarta: CV. Kuning Mas.

Amsyari, Fuad , 1995, Islam Kaaffah Tantangan Sosial dan Aplikasinya di Indonesia. Jakarta: Gema Insani Press. Ananta, Aris, 1990, Ekonomi Sumber Daya

Manusia. Jakarta: LD-FE UI.

Ancok, Djamaludin, 1994, Psikologi Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

An Nawawi, 1970, Abu Zakaria, Riyadhus Shalihin. Semarang: Toha Putra. Anshari, 1993 Wawasan Islam:

Pokok-Pokok Fikiran Tentang Islam dan Ummatnya. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Atmosoeprapto, Kisdarto, 2000,

Produktivitas Aktualisasi Budaya Perusahaan.Jakarta: Gramedia.

Badan Pusat Statistik Kota Batam, 2000,

Laporan Tahunan Perekonomian Batam. Batam: BPS-Otorita Batam. Chapra, Umar, 2000, Islam dan

(8)

135 ---, 1996, What Is Islamic

Economics? Prize Winner’s Lecture Series No. 9: 28, Jeddah Saudi Arabia. ---, 1995, Islam and The

Economic Challenge, Groove Street. USA: The Islamic Foundation and The International Institute of Islamic Thought.

Fachruddin dan Irfan Fachruddin, 1993,

Pilihan Sabda Rasul (Hadis-Hadis Pilihan).Jakarta: Bumi Aksara.

Geertz, Clifford, 1969, The Religion of Java.

Illionis: The Free Prees of Glenco. Glock, C.Y. & Stark, R, 1968,Christian

Beliefs and Anti-semitism. New York: Harper & Row.

Kerlinger FN, Multiple Regression in Behavioral Research. New York: Holt, Richart &

Manan, M Abdul, Islamic Economics: Theory and Practice. Houder and Stoughton Ltd, 1970.

---, Teori dan Peraktek Ekonomi Islam. Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf, 1993.

---, Teori dan Praktek Ekonnomi Islam. Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf, 1995.

Maslow, Abraham H, A Theory of Motivation, dalam Psychological Review No. 50, 1943.

---, Religions, Values and Peak Experiencec, Columbus Ohio: Ohio University Press, 1964.

Mursi, Abdul Hamid, Sumber Daya Manusia yang Produktif. Jakarta: Gema Insani Pers, 1997.

---, Asy Syakhshiyatul Muntajah. Mesir: Maktabah Wahbah, 1985.

Najati, Muhammad Utsman, Al Qur’an wa ‘Ilman Nafs. Kairo: Darus Syuruq, 1982.

---, Jiwa Manusia dalam Sorotan Al Qur’an. Jakarta: Cendekia, 2001.

Nasution, Harun, Islam Rasional. Bandung: Mizan, 1995.

Nataatmadja, Hidayat, Intelegensi Spiritual.

Jakarta:Perenial Press, 2001.

Rahardjo, M. Dawam, Budhisme Zen dan Etos Kerja Jepang dalam Jurnal Ilmu dan Kebudayaan Ulumul Qur’an Vol 1 No 1, Jakarta, 1989.

Rahman, Afzalur, Doktrin Ekonomi Islam 1 & 2. Jakarta: Dana Bhakti Wakaf, 1995.

---, Muhammad Sebagai Pedagang. Jakarta: Yayasan Swana Bhumi, 1997.

Rais, M. Amien, Tauhid Sosial Formula Menggempur Kesenjangan. Bandung: Mizan, 1998.

Thaha, Ahmadie, Kedokteran Dalam Islam.

Gambar

Gambar 1.  Pengukuran
 Gambar 2.  KESIMPULAN

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah: 1) Motivasi berpengaruh terhadap kinerja karyawan, 2) Gaya Kepemimpinan memoderasi pengaruh motivasi terhadap

Skripsi ini adalah hasil penelitian kuantitatif untuk menguji hipotesisnya apakah motivasi berpengaruh terhadap kinerja karyawan dan sejauh mana pengaruh

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah: 1) Motivasi berpengaruh terhadap kinerja karyawan tetap, 2) Gaya Kepemimpinan memoderasi pengaruh motivasi terhadap kinerja

Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Karyawan (Kasus pada Divisi Network Management PT. Indosat,Tbk.) Analisis Kuantitatif variabel motivasi yang terdiri dari 3 (tiga) dimensi,

(2018) ‘Pengaruh Kompensasi Dan Motivasi Terhadap Kinerja Karyawan Dengan Kepuasan Karyawan Sebagai Variabel Intervening Pada Pt Bank Negara Indonesia Cabang Batam’, JIM

Untuk variabel Motivasi, dimensi yang paling kuat hubungannya adalah Dimensi Kebutuhan Kekuasaan terhadap Dimensi Kerja Sama pada variabel Kinerja Karyawan karena

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah penerapan metode pembelajaran Quick on The Draw dapat meningkatkan hasil belajar Pendidikan Agama Islam materi

Jurnal Pendidikan Tambusai 13326 Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah, Budaya Organisasi dan Motivasi Kerja terhadap Kinerja Guru pada MTs Nurul Iman Selayang Candra Wijaya1, Liza