• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian perikanan trawl demersal: evaluasi tiga jenis Bycatch Reduction Device (BRD)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kajian perikanan trawl demersal: evaluasi tiga jenis Bycatch Reduction Device (BRD)"

Copied!
388
0
0

Teks penuh

(1)

DEVICE

(BRD)

RONNY IRAWAN WAHJU

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi “Kajian Perikanan Trawl Demersal: Evaluasi Tiga Jenis Bycatch Reduction Device(BRD)” adalah karya saya dengan arahan dari Komisi Pembimbing dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain, telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka dibagian akhir disertasi ini.

Bogor, Januari 2012

(3)

RONNY IRAWAN WAHJU. Assessment of Demersal Trawl Fisheries: Evaluation of Three Type of Bycatch Reduction Device. Under supervision of M. FEDI ALFIADI SONDITA, JOHN HALUAN and SUGENG HARI WISUDO

In recent years, global concern over the impacts of fishing activity on non-target species termed as “by-catch” has been increasing. Most of conventional shrimp trawls are poorly selective so they retain large quantities of bycatch (Saila 1983). The main objective of this research is to determine the type of bycatch reduction device which is appropriate for demersal trawl in Indonesia. This was achieved by three following objectives : 1) to compare the effectiveness three BRDs in reducing the bycatch from the industrial trawl fisheries, 2) to observe the process escapement of fish from three types of bycatch reduction device, and 3) to analyze characteristic of the bycatch from small scale demersal trawl fisheries. There were three types of BRDs tested for this study, i.e. the TED super shooter BRD, the square mesh window BRD, and the fish eye BRD. The TED super shooter BRD reduced reduced the compressed fish down to 4,98% and the anguilliformfish down to 0,47%, the square mesh window reduced thecompressed fish down to 6,23% and the fish eye reduced the compressed fish down to 10,23% and the anguilliform fish down to 4,62%. Observation in the flume tank revealed that the BRD super shooter reduce compressed fish up to 30% and depressed fish 30%. The square mesh window reduced thecompressedfish up to 50% anddepressedfish 50%. While the fish eye BRD reduce compressed fish 30% anddepressed fish 50%. The bycatch and target catch from 30 fishing trip in Blanakan in July 2007 were 52,92 kg and 354,88 kg (ratio of 1:6) and in December 2007 were 192 kg and 788 kg (ratio of 1:4). The bycatch and target catch from 30 fishing trip in Eretan Kulon in July 2007 were 101,38 kg and 273,43 kg (ratio of 1:3) and in December were 194,2 kg and 692 kg (ratio of 1:4). The bycath from Blanakan was dominated by compressed fish such as Leiognathidae, Sciaenidae, Nemipteridae and Mullidae, depressed fish from Platychepalidae. The composition of the bycatch from Eretan Kulon were dominated by compressed fish such as Sciaenidae, Leiognathidae, Nemipteridae and Mullidae, fusiform fish from Synodontidae. Since the bycatch was dominated by compressed fish, then bycatch reduction device fish eye and square mesh window are recommended to be used in Indonesian trawl fisheries.

(4)

RONNY IRAWAN WAHJU. Kajian Perikanan Trawl Demersal: Evaluasi Tiga Jenis Bycatch Reduction Device (BRD). Dibimbing oleh M. FEDI ALFIADI SONDITA, JOHN HALUAN dan SUGENG HARI WISUDO.

Hasil tangkapan sampingan (bycatch) dari perikanan trawl demersal seperti spesies ikan atau hewn air lainnya menjadi masalah besar ketika bycatch

yang dikembalikan kelaut (discarded) tidak semuanya dalam keadaan hidup atau berpeluang baik untuk hidup. Pada perikanan trawl demersal masalah ini muncul karena alat tangkap trawl tidak selektif dalam menangkap ikan danbycatch yang tertangkap umumnya berukuran kecil atau masih dalam tingkat pertumbuhan juvenil.

Trawl umumnya mempunyai selektivitas yang rendah karena ukuran mata jaring pada bagian kantong (codend) biasanya kecil menyebabkan ikan yang berukuran kecil ikut tertangkap. Untuk itu perlu dilakukan upaya untuk mengurangi hasil tangkapan sampingan sehingga keberlanjutan dari sumberdaya ikan demersal dapat terus terjaga. Hal ini sejalan dengan yang telah dicanangkan oleh FAO (1995) dalam Code of Conduct for Responsible Fisheriesmenyebutkan “state(s) and users of aquatic ecosystems should minimize waste, catch of non-target species, both fish and non-fish species, and impacts on associated or dependent species”.

Salah satu upaya yang dilakukan untuk merespon yang telah dicanangkan dalam FAO (1995), yaitu dengan meningkatkan selektivitas alat tangkap trawl dasar untuk mengurangi masalah hasil tangkap sampingan (bycatch) khususnya perikanan trawl udang (Brewer et al., 1998, Broadhurst dan Kennelly, 1996). Peningkatan selektivitas trawl udang telah banyak diterapkan di beberapa negara didunia diantaranya dengan melakukan pengembangan modifikasi alat tangkap trawl melalui perbaikan peningkatan selektivitas sehingga dapat mengurangi hasil tangkap sampingan yang dibuang kelaut. Peningkatan selektivitas alat tangkap trawl udang dapat dilakukan dengan cara : 1) modifikasi dari bentuk mata jaring (mesh shape) dari bentukdiamondmenjadisquare mesh; 2) memperbesar ukuran mata jaring; 3) memasang Bycatch Excluder Device (BED) atau Bycatch Reduction Device (BRD) dengan memanfaatkan tingkah laku ikan untuk meloloskan ikan yang bukan menjadi tujuan penangkapan (Broadhurst, 2000).

Tujuan umum dari penelitian ini adalah : Menentukan jenis bycatch reduction device yang tepat untuk perikanan trawl demersal di Indonesia. Sementara tujuan khusus: 1) Menganalisis keefektifan 3 jenis bycatch reduction device(BRD) dalam mengurangi bycatch, 2) Menganalisis proses pelolosan ikan

bycatch dari 3 jenis bycatch reduction device (BRD), 3) Menganalisis karakteristikbycatchperikanan trawl skala kecil.

(5)

dan fish eye. Tahap kedua dilakukan di flume tank dengan menggunakan model codend yang dilengkapi dengan tiga jenis BRD dengan tujuan untuk : 1) Mendeskripsikan proses pelolosan ikan pada tiga jenis BRD yaitu TED super shooter, square mesh window dan fish eye, 2) Mengkuantifikasi pelolosan ikan dari tiga jenis BRD yang berbeda yaitu TED super shooter,square mesh window

danfish eye.Tahap ketiga dilaksanakan di dua lokasi yaitu pantai utara Jawa Barat (perairan Blanakan di Kabupaten Subang dan perairan Eretan Kulon di Kabupaten Indramayu). Tujuan dari penelitian ini adalah : 1) Mengestimasi komposisi hasil tangkapan jaring arad di dua lokasi, yaitu Blanakan dan Eretan Kulon, pada waktu yang berbeda (yaitu Juli dan Desember 2007), 2) Membandingkan morfologi jenis ikan yang tertangkap jaring arad di dua lokasi, yaitu Blanakan dan Eretan Kulon, pada waktu yang berbeda (yaitu Juli dan Desember 2007).

Hasil uji coba penangkapan dari tiga jenis BRD menunjukkan bahwa Jumlah spesies yang telah diidentifikasi selama uji coba penangkapan diperoleh TED super shooter 23 spesies ikan, 2 spesies krustase dan 1 spesies moluska.

Square mesh windowterdiri dari 27 spesies ikan dan 2 spesies krustase.Fish eye

terdiri dari 20 spesies ikan dan 2 spesies krustase.Bycatch reduction device tipe TED super shooter terjadi penambahan sebesar 15,44 kg per towing, fish eye

mengurangi hasil tangkapan sampingan (bycatch) per towing sebesar 51,44 kg dan

square mesh panel sebesar 25,69 kg. Komposisi hasil tangkapan trawl dengan TED super shooter terdiri dari compressed 50%, depressed 14%, anguilliform

8%, fusiform 4% dan mixed 24,71%. Jenis square mesh window terdiri dari

compressed 31%, depressed 6%, anguilliform 5%, fusiform 1% dan mixed 58%. Sedangkan fish eye terdiri dari compressed 73%, depressed 18%, fusiform 3%,

anguilliform 1% danmixed 5%. Persentase morfologi ikan yang diloloskan, TED

super shooter mengurangi ikan yang berbentuk compressed (4,98%) dan

anguilliform (0,47%), square mesh window mengurangi ikan yang berbentuk

compressed (6,23%) dan fish eye mengurangi ikan yang berbentuk compressed

(10,23%) dananguilliform(4,62%).

Hasil pengamatan diflume tank menunjukkan bahwa rata-rata persentase pelolosan square mesh window sebesar 42,5%, fish eye 37,5% dan TED super shooter30%. Berdasarkan morfologi BRD jenis square mesh windowdanfish eye

dapat digunakan untuk meloloskan ikan yang berbentuk compressed.

Hasil tangkapan utama jaring arad di Blanakan pada bulan Juli didominasi udang krosok (Parapenaeopsis sculptilis) yaitu sebesar 44,20 kg (10,84%). Pada bulan Desember udang jerbung(Penaeus merguiensis), sebesar 92,0 kg (9,39%). Komposisi bycatch bulan Juli 2007, spesies didominasi oleh pepetek

(6)

adalah 101,38 kg : 273,43 kg (1 : 3). Pada bulan Desember bycatch didominasi oleh pepetek (Leiognathus sp) sebesar 122,00 kg (13,77%). Rasio berat hasil tangkapan utama dengan hasil tangkapan sampingan pada bulan Desember adalah 194,2 kg : 692 kg (1 : 4).

Bycatchuntuk di Blanakan pada bulan Juli 2007 terdiri dari ikan-ikan yang berbentuk compressed 57,15%, fusiform 22,82%, depressed 14,11% dan mixed

5,92%. Sedangkan pada bulan Desember terdiri dari compressed 52,02%,

depressed 21,62%, fusiform 18,34% dan mixed 8,02%. Bycatch untuk di Eretan Kulon pada bulan Juli 2007 terdiri dari ikan-ikan yang berbentuk compressed

59,5%, fusiform 17,57%, depressed 14,23% dan mixed 8,74%. Bulan Desember terdiri dari compressed 53,85%, fusiform 20,95%, depressed 16,32%, dan mixed

8,88%.

Alternatif pengelolaan untuk mengurangi hasil tangkapan sampingan (bycatch) dapat dilakukan dengan 1) melakukan input kontrol yaitu pengaturan daerah penangkapan ikan untuk perikanan demersal trawl skala kecil; 2) hasil tangkapan sampingan (bycatch) dari perikanan demersal trawl skala industri dapat dilakukan dengan mengolah ikan hasil tangkapan sampingan di atas kapal untuk menjadi bahan baku produk olahan; 3) untuk perikanan demersal trawl skala industri dan skala kecil mengurangi hasil tangkapan sampingan (bycatch) dapat dilakukan dengan perbaikan teknologi penangkapan ikan melalui pemasangan

bycatch reduction device. Bycatch reduction device (BRD) yang sesuai untuk perikanan demersal trawl di Indonesia yaitu tipe mata ikan (fish eye) dan jendela empat persegi (square mesh window). Perlu dibangun program monitoring dalam pengelolaan perikanan demersal trawl terutama dibentuknya pembagian area penangkapan (sub region), identifikasi spesies yang menjadi prioritas, karakterisasi hasil tangkapan sampingan serta diperlukannya observer untuk perikanan demersal trawl skala industri.

(7)

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya.

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah.

b. Pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.

(8)

DEVICE

(BRD)

RONNY IRAWAN WAHJU

Disertasi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor pada

Program Studi Teknologi Kelautan

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(9)

Guru Besar Departemen PSP-FPIK,IPB 2. Dr.Ir. Budhi Hascaryo Iskandar, M.Si

Staf Pengajar Departemen PSP-FPIK,IPB

Penguji Luar Komisi Pembimbing pada Ujian Terbuka :

1. Dr. Sulaeman Martasuganda, M.Sc

Staf Pengajar Departemen PSP-FPIK,IPB 2. Dr.Ir. Suharyanto, M.Si

(10)

NIM : C 561050031

Disetujui Komisi Pembimbing

Dr.Ir. M. Fedi A. Sondita, M.Sc Ketua

Prof. Dr. Ir. John Haluan M.Sc Dr. Ir. Sugeng Hari Wisudo, M.Si

Anggota Anggota

Diketahui,

Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana

Teknologi Kelautan

Prof. Dr. Ir. Mulyono S. Baskoro, M.Sc Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc. Agr

(11)

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt karena dengan berkat dan rahmatnya sehingga penulisan disertasi ini dapat diselesaikan dengan baik. Disertasi yang berjudul :”Kajian Perikanan Trawl Demersal: Evaluasi Tiga Jenis

Bycatch Reduction Device (BRD)” ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor pada Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan IPB Bogor. Disertasi ini merupakan hasil penelitian yang penulis lakukan berdasarkan penelaahan lapangan yang berlangsung sejak tahun 2007.

Penulisan disertasi ini dapat diselesaikan atas berkat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tinggi nya kepada Dr.Ir. M Fedi A. Sondita, M.Sc, Dr.Ir.Sugeng Hari Wisudo, M.Sc. dan Prof.Dr.Ir. John Haluan M.Sc selaku komisi pembimbing yang telah mengarahkan dan membantu penyelesaian disertasi ini. Selain itu kepada Prof.Dr.Ir. Mulyono S. Baskoro sebagai Ketua Program Studi Teknologi Kelautan, Prof.Dr.Ir Ari Purbayanto, M.Sc, Dr.Ir. Nimmi Zulbainarni M.Si yang telah memberikan banyak masukan serta Dr.Ir. Mustarudin, Adi Susanto S.Pi, M.Si, Fis Purwangka S.Pi,M.Si dan Suparman Sasmita S.Pi,M.Si dalam perbaikan penulisan disertasi. Penulis sampaikan juga ucapan terima kasih kepada FAO-Rome, Balai Pengembangan Penangkapan Ikan, Kementerian Kelautan dan Perikanan di Semarang dan PT Sinar Abadi Cemerlang yang telah memfasilitasi sehingga kegiatan penelitian ini dapat terlaksana. Demikian pula kepada semua pihak yang telah membantu dalam pemikiran dan tenaga sehingga dapat diselesaikannya penulisan disertasi ini.

Disadari sepenuhnya bahawa sebagai suatu hasil proses belajar, uraian dalam disertasi ini tidak lepas dari keterbatasan dan kekurangan. Namun demikian penulis berharap semoga isi disertasi ini dapat bermanfaat dalam penggunaan

bycatch reduction devicekhususnya trawl demersal di Indonesia.

Bogor, Januari 2012

(12)

Penulis adalah anak ketiga dari empat bersaudara, dilahirkan di Bogor pada tanggal 6 September 1961 dari pasangan Bapak Prof.Dr. Juju Wahju M.Sc (Alm) dan Ibu Kuraesin Genar. Pendidikan penulis diawali pada tahun 1968 masuk di Sekolah Dasar Latihan Negeri III Bogor kemudian melanjutkan sekolah di SMP Negeri II Bogor pada tahun 1974 dan tahun 1980 menamatkan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 2 Bogor. Pada tahun 1981 penulis menempuh pendidikan (S1) di Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor (Sekarang bernama Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan), Jurusan Eksploitasi Sumberdaya Perikanan dan tamat pada tahun 1986. Pada tahun 1987 sampai sekarang bekerja sebagai dosen di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor pada Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Selama tahun 1991-1993 penulis mendapat kesempatan untuk melanjutkan studi Master of Philosophy (S2) di University of Newcastle Upon Tyne England. Selanjutnya sejak Oktober tahun 2005 penulis terdaftar pada program Doktor (S3) di Sekolah Pascasarjana IPB Bogor, Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Program Studi Teknologi Kelautan.

Publikasi yang berkaitan dengan disertasi ini yaitu Daya pengurangan hasil tangkapan sampingan (bycatch) dari tiga tipe bycatch reduction device

(13)

DAFTAR ISI

halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

DAFTAR ISTILAH ... xi

1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Umum Penelitian ... 6

1.4 Ruang Lingkup Penelitian ... 7

1.5 Manfaat Penelitian ... 8

1.6 Hipotesis Penelitian ... 8

1.7 Kerangka Penelitian ... 9

2 TINJAUAN PUSTAKA ... 13

2.1 Perikanan yang Berkelanjutan (sustainable fisheries)... 13

2.2 Pengelolaan Hasil Tangkapan Sampingan (bycatch management) ... 14

2.3 Perikanan Tangkap Skala Kecil ... 15

2.4 Deskripsi Alat Tangkap Jaring Arad ... 16

2.5 Hasil Tangkapan Jaring Arad ... 18

2.5.1 Hasil tangkapan utama...18

2.5.2 Hasil tangkapan sampingan ...19

2.6 Selektivitas Alat Penangkapan Ikan ... 19

2.6.1 Pengaturan selektivitas alat penangkapan ikan...20

2.6.2 Selektivitas alat penangkapan ikan berdasarkan panjang dan girth ikan...22

2.6.3 Seleksi ikan oleh BRD berdasarkan tingkah laku ikan ...22

2.6.4 Seleksi ikan oleh BRD berdasarkan ukuran ikan ...23

2.6.5 Tingkah laku ikan di dalam kantong (codend) ...24

2.7 Penelitian yang Telah Dilakukan MengenaiBycatch Reduction Device24 3 METODOLOGI UMUM ... 29

3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian ... 29

3.2 Alat dan Bahan Penelitian ... 30

3.3 Analisis Data... 31

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN... 33

4.1 Kabupaten Subang ... 33

4.1.1 Karakteristik Fisik Perairan Subang ...33

4.1.2 Keadaan umum perikanan tangkap di PPI Blanakan...34

4.2 Keadaan Umum Kabupaten Indramayu... 39

4.2.1 Karakteristik fisik perairan Indramayu ...39

(14)

4.3 Keadaan Umum Perikanan Laut Arafura ...46

4.3.1 Potensi perikanan laut di Arafura...46

4.4 Armada trawl di Arafura ...47

4.4.1 Hasil tangkapan utama dan hasil tangkapan sampingan (bycatch) trawl demersal di Laut Arafura ...49

5 DAYA PENGURANGAN HASIL TANGKAPAN SAMPINGAN (BYCATCH) DARI TIGA JENISBYCATCH REDUCTION DEVICE(BRD) : PERCOBAAN TRAWL DI LAUT ARAFURA...51

5.1 Pendahuluan ...51

5.2 Tujuan dari penelitian ...53

5.3 Metode Penelitian...53

5.3.1 Waktu dan tempat penelitian...53

5.3.2 Metode pengambilan data ...53

5.3.3 Analisis data ...55

5.4 Hasil ...61

5.4.1 Komposisi hasil tangkapan ...61

5.4.2 Keefektifan ketiga jenis BRD dalam mengurangibycatch berdasarkan morfologi ...70

5.5 Pembahasan...73

5.5.1 Keragaan teknis BRD selama uji coba penangkapan ...73

5.5.2 Perbandingan Komposisi hasil tangkapan trawl tanpa BRD dan trawl dengan BRD ...74

5.5.3 Efektivitas BRD dalam mengurangi hasil tangkapan sampingan ...77

5.5.4 Pengurangan hasil tangkapan sampingan berdasarkan morfologi ikan ...81

5.6 Kesimpulan ...84

6 PROSES PELOLOSAN IKAN MELALUIBYCATCH REDUCTION DEVICE(BRD): PERCOBAAN LABORATORIUM ...85

6.1 Pendahuluan ...85

6.2 Tujuan Penelitian ...85

6.3 Metode Penelitian...86

6.3.1 Waktu dan tempat penelitian...87

6.3.2 Metode pengumpulan data ...87

6.3.3 Analisis data ...89

6.4 Hasil ...89

6.4.1 Persentase pelolosan ikan melalui BRD ...89

6.4.2 Proses pelolosan ikan melalui BRD ...90

6.5 Pembahasan...93

6.6 Kesimpulan ...94

7 MORFOLOGI HASIL TANGKAPAN SAMPINGAN JARING ARAD (MINI TRAWL) DI PERAIRAN UTARA JAWA BARAT ...97

7.1 Pendahuluan ...97

7.2 Tujuan Penelitian ...99

7.3 Metode Penelitian...99

7.3.1 Waktu dan tempat ...99

(15)

7.3.3 Analisis data...101

7.4 Hasil ... 106

7.4.1 Hasil tangkapan jaring arad di Blanakan Kabupaten Subang....106

7.4.2 Komposisi hasil tangkapan utama bulan Juli dan Desember...106

7.4.3 Komposisi hasil tangkapan sampingan...107

7.4.4 Hasil tangkapan jaring arad di Eretan Kulon Kabupaten Indramayu ...108

7.4.5 Komposisi hasil tangkapan utama bulan Juli dan Desember di Eretan Kulon ...109

7.4.6 Morfologi hasil tangkapan sampingan...111

7.5 Pembahasan ... 114

7.5.1 Komposisi hasil tangkapan ...115

7.5.2 Komposisi morfologi hasil tangkapan sampingan...117

7.6 Kesimpulan ... 119

8 PEMBAHASAN UMUM ... 121

8.1 Hasil Tangkapan Sampingan (bycatch) Trawl Demersal ... 121

8.1.1 Hasil tangkapan sampingan trawl demersal skala industri ...121

8.1.2 Hasil tangkapan sampingan trawl demersal skala kecil ...122

8.2 Pengelolaan Perikanan Trawl Demersal dalam Mengurangi Hasil Tangkapan Sampingan (bycatch) ... 124

8.2.1 Peraturan yang berkaitan dengan jalur penangkapan ikan ...128

8.2.2 Moratorium Laut Arafura ...128

8.2.3 Pelaporan hasil tangkapan kapal ikan ...129

8.3 Alternatif Pengelolaan ... 130

8.3.1 Closing area(penutupan wilayah penangkapan) ...130

8.3.2 Pemanfaatan hasil tangkapan sampingan (bycatch) ...132

8.3.3 Perbaikan teknologi penangkapan ikan ...134

8.3.4 Program monitoring dalam pengelolaan perikanan trawl ...137

8.4 Kesimpulan ... 138

9 KESIMPULAN UMUM DAN SARAN... 139

9.1 Kesimpulan ... 139

9.2 Saran ... 140

(16)

DAFTAR TABEL

halaman

1. Daftar penelitian yang pernah dilakukan dengan bycatch reduction

devicepada trawl demersal ...25

2. Perkembangan jumlah kapal di PPI Blanakan tahun 2004 sampai 2008 ...36

3. Perkembangan jumlah alat tangkap di PPI Blanakan Tahun 2004 – 2008 ...37

4. Data Produksi dan nilai produksi per jenis ikan satu tahun terakhir (Juni 2006-Juli 2007) ...38

5. Perkembangan jumlah alat tangkap di Kabupaten Indramayu tahun 2003-2009 ...41

6. Jumlah alat tangkap di Eretan Kulon tahun 2003 – 2009 ...42

7. Data statistik perikanan tangkap per jenis ikan yang ditangkap di perairan Indramayu tahun 2006 ...42

8. Nama dan lokasi PP/PPI di Kabupaten Indramayu...44

9. Fasilitas yang tersedia di PPI Eretan Kulon ...45

10. Spesifikasi kapal dan ukuranhead ropedan ground ropetrawl demersal yang beroperasi di Laut Arafura. ...48

11. Rancangan percobaan uji coba penangkapan di laut dari 3 jenis BRD...55

12. Spesifikasi umum KM Laut Arafura...57

13. Spesifikasi trawl yang digunakan pada uji coba penangkapan di laut ...57

14. Dimensiflume tankyang digunakan dalam pengamatan ...86

15. Kesamaan ikan uji dan ikanbycatch...87

16. Rancangan percobaan untuk pengamatan diflume tank...88

17. Tingkat pelolosan rata-rata ikan uji pada setiap jenisBRD ...90

18. Pengelompokan jenis ikan berdasarkan morfologi ...102

(17)

DAFTAR GAMBAR

halaman

1. Diagram alir rumusan masalah penelitian ...6

2. Bagan alir kajian perikanan trawl demersal: evaluasi tiga jenis bycatch reduction device(BRD). ...12

3. Alat penangkapan ikan jaring arad...18

4. Daerah penangkapan pukat udang di Laut Arafura...47

5. Perkembangan alat tangkap trawl di Arafura tahun 2005-2009...48

6. Peta lokasi penelitian BRD di Arafura...54

7. Desain dan konstruksi dari TED super shooter dan posisi penempatannya di dalamcodend. ...58

8. Desain dan konstruksi dari square mesh window dan posisi penempatannya di dalamcodend. ...59

9. Desain dan konstruksi dari fish eye dan posisi penempatannya di dalam codend. ...60

10. Komposisi hasil tangkapan trawl tanpa BRD super shooter...62

11. Komposisi hasil tangkapan trawl dengan TED super shooter...63

12. Persentase hasil tangkapan sampingan (bycatch) berdasarkan morfologi antara trawl tanpa BRD dengan trawl TED super shooter...64

13. Komposisi hasil tangkapan trawl tanpa BRDsquare mesh window...65

14. Komposisi hasil tangkapan trawl dengan BRDsquare mesh window...66

15. Persentase hasil tangkapan sampingan (bycatch) berdasarkan morfologi antara trawl tanpa BRD dan trawlsquare mesh window...67

16. Komposisi hasil tangkapan trawl tanpa BRDfish eye...69

17. Komposisi hasil tangkapan trawl dengan BRDfish eye...69

18. Persentase hasil tangkapan sampingan (bycatch) berdasarkan morfologi antara trawl tanpa BRD dengan trawl BRDfish eye...70

19. Persentase bycatch antara trawl tanpa BRD dan trawl dengan BRD menurut morfologi ikan hasil tangkapan...72

20. Proses pelolosan ikan dengan tebal tubuh lebih kecil dari jarak kisi pada TEDsuper shooter...91

21. Proses pelolosan ikan dengan tebal tubuh lebih besar dari jarak kisi pada TEDsuper shooter....91

22. Proses pelolosan ikan padasquare mesh window....92

23. Proses pelolosan ikan padafish eye....93

(18)

25. Peta lokasi penelitian di Eretan Kulon Kabupaten Indramayu...100 26. Contoh pengukuran panjang total (total length, TL), panjang cagak

(forklength, FL) dan panjang baku (standard length, SL) (Sparre dan Venema, 1999) ...103 27. Berat hasil tangkapan utama dan hasil tangkapan sampingan selama

bulan Juli dan Desember di Blanakan dari 30 trip kapal jaring arad...107 28. Komposisi hasil tangkapan utama dan hasil tangkapan sampinganselama

bulan Juli dan Desember di Blanakan dari 30 trip kapal jaring arad...108 29. Berat hasil tangkapan utama dan hasil tangkapan sampingan selama

Bulan Juli dan Desember di Eretan Kulon dari 30 trip kapal jaring arad...110 30. Perbedaan berat hasil tangkapan utama dan sampingan selama bulan

Juli dan Desember di Eretan Kulon dari 30 trip kapal jaring arad. ...111 31. Persentase bentuk badan ikan bycatch hasil tangkapan jaring arad di

Blanakan. ...113 32. Persentase bentuk badan ikan bycatch hasil tangkapan jaring arad di

(19)

DAFTAR LAMPIRAN

halaman

1. Desain trawl yang digunakan dalam penelitian ...156

2. Ketiga jenis BRD yang dipasang pada bagian kantong ...157

3. Hasil tangkapan trawl selama penelitian...158

4. Hasil tangkapan utama ...159

5. Perbandingan komposisi hasil tangkapan diantara dua jenis trawl tanpa BRD dan trawl dengan TED super shooter di perairan Arafura dengan KM Laut Arafura...160

6. Perbandingan komposisi hasil tangkapan diantara dua jenis trawl tanpa BRD dan trawl dengansquare mesh window di perairan Arafura dengan KM Laut Arafura...161

7. Perbandingan komposisi hasil tangkapan diantara dua jenis trawl tanpa BRD dan trawl dengan fish eye di perairan Arafura dengan KM Laut Arafura ...162

8. Perbandingan komposisi hasil tangkapan menurut jenis morfologi ikan diantara dua jenis trawl: trawl tanpa BRD dan trawl dengan TED super shooterdi perairan Arafura dengan KM laut Arafura...163

9. Perbandingan komposisi hasil tangkapan menurut jenis morfologi ikan diantara dua jenis trawl: trawl tanpa BRD dan trawl dengansquare mesh window...163

10. Perbandingan komposisi hasil tangkapan menurut jenis morfologi ikan diantara dua jenis trawl: trawl tanpa BRD dan trawl denganfish eye...163

11. Hasil tangkapan trawl yang dilengkapi TEDSuper Shooter...164

12. Hasil tangkapan trawl yang dilengkapifish eye...165

13. Hasil tangkapan trawl yang dilengkapisquare mesh window...166

14. Posisisettingdanhaulingselama penelitian...167

15. Desain dan spesifikasi jaring arad di Eretan Kulon ...169

16. Desain dan spesifikasi jaring arad di Blanakan...170

17. Spesifikasi jaring arad di Blanakan...171

18. Spesifikasi jaring arad di Eretan Kulon ...173

19. Unit Penangkapan Jaring Arad...175

20. Jaring arad di perahu ...176

21. Penyortiran hasil tangkapan jaring arad ...177

(20)

23. Komposisi hasil tangkapan jaring arad di Blanakan ...179 24. Komposisi hasil tangkapan jaring arad di Eretan Kulon ...181 25. Uji Kenormalan dan ANOVA untuk perbedaan waktu dan lokasi

(21)

DAFTAR ISTILAH

Bycatch : merupakan hasil tangkapan sampingan merupakan

bagian dari hasil tangkapan yang bukan merupakan tujuan utama penangkapan. Bycatch meliputi seluruh hewan yang bukan menjadi tujuan utama penangkapan dan juga yang non hewan.

Bycatch reduction device : suatu alat yang dipasang pada bagian kantong (codend) dari trawl digunakan untuk mengurangi ikan hasil tangkapan sampingan, hewan kecil lainnya termasuk sampah.

Codend : merupakan bagian ujung dari alat tangkap trawl yang mana ikan hasil tangkapan terkumpul dibagian tersebut.

CCRF : Code of conduct for responsible fisheriesTata laksana untuk perikanan yang bertanggung jawab.

Demersal trawl : trawl yang dioperasikan di dasar perairan.

Discarded catch : merupakan komponen dari hasil tangkapan sampingan dikembalikan ke laut.

Endangered species : spesies hewan yang termasuk langka

Fish eye : suatu BRD yang dibuat dari bingkai besi atau

aluminium yang berbentuk ellips untuk ikan meloloskan diri

Over fishing : Tangkap lebih dimana jumlah upaya penangkapan yang melebihi upaya maksimum.

(22)

Square mesh window : jaring dengan bentuk empat persegi yang dipasang pada bagian atas kantong untuk meloloskan ikan.

Sustainable fisheries : kegiatan perikanan ikan yang berkelanjutan merupakan kegiatan perikanan yang tidak menyebabkan perubahan dalam biologi atau produktifitas ekonomi, keanekaragaman hayati struktur ekosistem untuk generasi yang akan datang. Target spesies : adalah spesies yang menjadi tujuan utama

penangkapan dan bernilai ekonomi.

(23)

1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hasil tangkapan sampingan (bycatch) menjadi masalah ketika bycatch

yang dikembalikan ke laut (discarded) tidak semuanya dalam keadaan hidup atau berpeluang baik untuk hidup. Pada perikanan trawl masalah ini muncul karena alat tangkap trawl tidak selektif dalam menangkap ikan dan bycatch umumnya berukuran kecil atau masih dalam tingkat pertumbuhan juvenil.

Proses pengembalianbycatchke laut telah menarik perhatian dunia (Saila, 1983; Andrew dan Pepperell, 1992; Alversonet al. 1994; Purbayantoet al. 2004, Kelleher, 2005). Beberapa dampak akibat, baik secara langsung maupun tidak langsung, pengembalian bycatch, diantaranya (Saila, 1983; Gulland dan Rothschild, 1984; Erzini et al. 2002): (1) kerugian akibat hilangnya makanan potensial yang baik; (2) berdampak buruk terhadap lingkungan dasar perairan dan (3) mengurangi populasi ikan target dan ikan bukan target.

Trawl demersal merupakan alat tangkap yang umum digunakan skala perikanan industri tetapi juga oleh nelayan-nelayan kecil. Jumlah bycatch yang discards ditaksir sekitar 332.186 ton/tahun (Purbayanto et al. 2004), umumnya adalah juvenil ikan karena mata jaring pada bagian kantong (codend) berukuran kecil (1 ¾ inci). Masalah penguranganbycatchdan discardsperlu ditangani untuk menjaga keberlanjutan sumberdaya ikan demersal, sebagaimana dicanangkan oleh FAO (1995) dalamCode of Conduct for Responsible Fisheries(CCRF).

(24)

meloloskan ikan yang bukan menjadi target atau tujuan penangkapan (Broadhurst, 2000).

Penggunaan BED telah diterapkan setelah dikeluarkannya Keputusan Presiden Nomor 85 tahun 1982 dimana setiap trawl diharuskan menggunakan BED. Perikanan trawl demersal skala kecil belum diharuskan menggunaan BED, dikarenakan belum ada peraturan dari pemerintah. Jenis BRD yang digunakan untuk skala industri adalah Turtle Excluder Device(TED) super shooter, namun banyak mengalami kendala dalam pengoperasiannya karena mengurangi hasil tangkapan udang akibat dari adanya penyumbatan pada kisi.

Bycatch reduction device yang digunakan dalam industri perikanan trawl demersal belum tentu dapat digunakan pada perikanan trawl demersal skala kecil. Beberapa kondisi yang harus diperhatikan dalam menentukan BRD yang tepat untuk trawl demersal skala kecil seperti : daerah penangkapan ikan, musim penangkapan dan morfologi dari ikan-ikan yang akan diloloskan. Dengan adanya kendala pada penggunaan BRD jenis TED super shooter serta karakteristik

bycatch trawl demersal skala kecil yang berbeda untuk setiap wilayah penangkapan. Penggunaan bycatch reduction device pada trawl demersal dapat mengurangi hasil tangkapan sampingan yang umumnya berukuran kecil. Untuk itu maka kajian alternatif BRD yang sesuai untuk digunakan pada perikanan trawl demersal perlu dilakukan.

Disertasi menyajikan hasil penelitian tentang evaluasi tiga jenis BRD melalui penerapan teknologi alat pemisah ikan yang tepat untuk perairan laut di Indonesia. Penelitian ini mencakup analisis uji coba BRD, yakni: TED super shooter, jendela empat persegi/square mesh window, dan mata ikan/fish eye

(25)

1.2 Perumusan Masalah

Tertangkapnya hewan hasil tangkapan sampingan (bycatch) serta pembuangan hasil tangkapan sampingan (discards) oleh kapal-kapal trawl dasar telah menjadi perhatian di dunia. Di berbagai tempat di Indonesia, ikan hasil tangkapan sampingan dan discards tersebut umumnya didominasi oleh ikan berukuran kecil yang umumnya muda. Hal ini menyebabkan bukan hanya stok ikan sasaran (target species) akan mengalami ancaman overfishing, tetapi juga stok ikan-ikan lainnya berikut sejumlah jenis hewan laut yang dilindungi (dalam kategoriendangered species).

Ada berbagai alasan bycatch terpaksa dikembalikan ke laut (sebagai

discards). Armada perikanan komersial biasanya memfokuskan diri pada satu atau beberapa target species, seperti terjadi pada armada perikanan trawl di Arafura (Evans dan Wahju, 1996; Purbayanto dan Riyanto, 2005). Alasan lain adalah bycatch tidak bernilai ekonomi yang signifikan jika harus diangkut, didaratkan dan dijual, misalnya karena ukurannya terlalu kecil, tidak ada yang akan membelinya, atau tergolong sebagai barang ilegal karena ada larangan menyimpan, mengangkut atau memperjual-belikan (Alversonet al. 1994; Pascoe, 1997). Selain itu ada juga alasan teknis, seperti terbatasnya ruang penyimpanan ikan karena sudah terisi penuh, baik oleh target species maupun bycatch yang bernilai ekonomi.

(26)

jumlah tenaga kerja dan waktu yang terpaksa harus dikerahkan untuk menanganinya. Bycatch dan discards menyebabkan waktu untuk memilih (sorting) hasil tangkapan menjadi lebih lama.

Perikanan trawl di Indonesia menghadapi masalah yang berkaitan dengan karakteristik sumberdaya ikan di kawasan tropika, yaitu keaneka-ragaman hayati yang tinggi, sehingga bycatch tidak dapat dihindarkan dalam setiap penarikan jaring (towing). Masalah ini merupakan konsekuensi teknis akibat metode penangkapan ikan yang bersifat menyaring (filtering) untuk mendapatkan udang sebagai sasaran utama. Di satu sisi, nelayan berharap untuk mendapatkan udang sebanyak-banyaknya sehinggacodenddibuat dari bahan jaring bermata kecil. Di sisi lain, ikan-ikan yang tidak diinginkan terpaksa ikut tertangkap sehingga menjadi bycatch. Dilema ini merupakan tantangan bagi para ahli penangkapan ikan; salah satu cara untuk mengatasinya adalah dengan memperbaiki selektivitas trawl.

Sementara penggunaan trawl telah dilarang dipakai untuk menangkap ikan secara komersial di beberapa tempat (Keppres Nomor 39/1980 tentang Penghapusan Jaring Trawl dan Keppres Nomor 85/1982 tentang Penggunaan pukat udang), banyak nelayan di tanah air tetap berupaya menangkap udang karena harganya jauh lebih baik dari ikan-ikan biasa pada umumnya. Pada perikanan trawl industri yang beroperasi di perairan Kei, Tanimbar, Aru, Papua dan Laut Arafura dengan batas koordinat 130o BT ke arah timur diwajibkan menggunakan alat pemisah ikan. Alat pemisah ikan ini sama dengan turtle excluder device (TED) atau bycatch excluder device (BED) yang dipasang di depan codend. Alat pemisah ikan ini bertujuan untuk meloloskan penyu dan hewan berukuran besar lainnya yang bukan tujuan penangkapan (Sumiono dan Sadhotomo, 1985). Namun hingga kini, penggunaan alat pemisah ikan ini mengalami kendala teknis sehingga banyak nelayan enggan untuk menggunakannya (Evans dan Wahju, 1996).

(27)

Perikanan trawl ini tercatat sebagai kegiatan penangkapan ikan dengan alat tangkap yang dinamai berbagai sebutan. Di antaranya adalah jaring arad yang sebenarnya adalah trawl mini. Salah satu tempat yang merupakan tempat beroperasinya armada jaring arad adalah perairan pantai utara Jawa Barat. Armada perikanan skala kecil ini berpangkalan di sepanjang pesisir seperti Blanakan, Eretan dan Gebang.

Sampai saat ini penelitian tentang pengembangan bycatch reduction device (BRD) untuk trawl demersal skala kecil untuk meningkatkan selektivitas masih sangat sedikit (Hufiadiet al. 2008). Beberapa penelitian tentang BRD yang telah dilakukan di Indonesia masih terfokus untuk mengurangi hasil tangkapan sampingan yang dihasilkan oleh perikanan trawl berskala industri (Monintja, 1980, Nasution et al. 1983; Sumiono dan Sadhotomo, 1986; Purnomo, 2004). Salah satu penelitian tentang bycatch reduction device tipe super shooter pada trawl untuk perikanan industri telah dilakukan dengan hasil berupa penurunan hasil tangkapan udang sebesar 13% sampai 59% (Mahiswaraet al. 2004).

Masalah tingginya jumlah bycatch ini harus diperhatikan dan ditangani dengan baik mengingat sumberdaya ikan harus tetap ada agar kekayaan alam ini memberikan manfaat yang optimum. Masalah ini tidak hanya terjadi pada perikanan industri (seperti di laut Arafura), tetapi juga pada perikanan skala kecil seperti yang terjadi di di sepanjang pesisir utara Jawa Barat. Untuk menangani masalah ini, evaluasi tiga jenis bycatch reduction device (BRD) pada perikanan demersal trawl sangat diperlukan dengan beberapa rumusan permasalahan dalam penelitian ini diantaranya :

1. Sumberdaya ikan bersifat multi species;

2. Jenis hasil tangkapan sampingan (bycatch) yang efektif dikurangi oleh suatu BRD;

3. Proses pelolosan ikan di sekitar kantong (codend) trawl belum banyak diketahui;

(28)

5. Pemasangan bycatch reduction bycatch trawl. Namun teknologi Indonesia belum diketahui. karakteristik sumberdaya

Diagram alir rumusan Gambar 1 berikut :

Gambar 1 Diagram alir rumusan

1.3 Tujuan Umum Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk perikanan trawl demersal

Tujuan khusus penelitian 1. Menganalisis keefektifan

mengurangibycatch;

reduction device adalah salah satu cara mengurangi teknologi bycatch reduction deviceyang tepat

diketahui. Pemili han BRD harus memperhatikan sumberdaya ikan, waktu dan lokasi.

rumusan masalah dalam penelitian ini dapat dilihat

rumusan masalah penelitian

Penelitian

bertujuan untuk menentukan jenis bycatch reduction

demersal di Indonesia. penelitian ini adalah :

keefektifan 3 jenis bycatch reduction device (BRD)

mengurangi tepat untuk di memperhatikan

dilihat pada

reduction device

(29)

2. Menganalisis proses pelolosan ikan bycatch dari 3 jenis bycatch reduction device(BRD);

3. Menganalisis karakteristikbycatchperikanan trawl skala kecil.

1.4 Ruang Lingkup Penelitian

Dalam upaya mempertajam fokus penelitian agar sesuai dengan tujuan penelitian, dalam studi ini dilakukan pembatasan ruang lingkup penelitian. Penelitian ini difokuskan hanya pada lingkup alat penangkapan ikan demersal yang dikategorikan sebagai trawl. Adapun spesifikasi trawl yang dimaksud dalam penelitian ini berkaitan erat dengan jenis trawl yang umum digunakan pada usaha perikanan berskala industri dan usaha perikanan yang biasa diselenggarakan oleh nelayan kecil. Berikut adalah penjelasan lain mengenai ruang lingkup penelitian ini:

1. Trawl adalah alat penangkapan ikan yang terbuat dari bahan jaring yang dirancang sedemikian rupa sehingga ketika dioperasikan dengan cara ditarik kapal akan berbentuk kerucut; alat tangkap ini terdiri dari dua buah sayap, sebuah badan dan sebuah kantong;

2. Perikanan trawl skala kecil adalah kegiatan penangkapan ikan yang menggunakan kapal ikan yang ukurannya kurang dari 30 GT;

3. Perikanan trawl skala industri adalah kegiatan penangkapan ikan yang menggunakan kapal ikan yang ukurannya lebih dari 30 GT hingga 150 GT; 4. Hasil tangkapan utama adalah hasil tangkapan yang menjadi tujuan atau

sasaran penangkapan oleh nelayan;

5. Hasil tangkapan sampingan (bycatch) adalah hasil tangkapan yang bukan menjadi tujuan utama penangkapan oleh nelayan;

6. Sumberdaya ikan demersal adalah berbagai jenis ikan dan biota laut lainnya yang sebagian besar hidupnya menggunakan habitat dasar perairan;

(30)

1.5 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa:

1. Informasi lapangan terkini tentang komposisi hasil tangkapan utama dan sampingan dari perikanan trawl yang diselenggarakan oleh kalangan industri dan masyarakat nelayan kecil.

2. Adanya suatu teknologi alternatif (bycatch reduction device, BRD) yang dapat dipertimbangkan untuk digunakan untuk pengembangan perikanan trawl demersal yang bertujuan mengurangi hasil tangkapan sampingan (bycatch). 3. Permasalahan baru untuk penelitian selanjutnya dalam perbaikan teknologi

perikanan tangkap yang sesuai untuk dikembangkan pada perikanan trawl demersal dengan penggunaan tipebycatch reduction device.

Hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi dalam pengelolaan perikanan tangkap khususnya perikanan trawl demersal yang berkelanjutan.

1.6 Hipotesis Penelitian

Sesuai dengan ruang lingkupnya, beberapa permasalahan pengurangan

bycatch pada perikanan trawl berkaitan erat dengan karakteristik sumber daya ikan yang dapat dilihat dari ikan-ikan yang berhasil ditangkap. Karakteristik sumber daya ikan ini mengalami dinamika yang berkaitan dengan siklus hidup, habitat selama siklus hidup dan kondisi lingkungan laut yang sangat dipengaruhi oleh faktor musim. Selain itu mengingat desain BRD akan menentukan komposisi ukuran dan jenis ikan yang tertangkap, maka diduga kuat akan ada perbedaan hasil tangkapan di antara hasil tangkapan dari trawl yang dilengkapi dengan BRD yang berbeda. Oleh karena itu, penelitian ini menguji tiga hipotesis berikut:

1. Desain bycatch reduction device (BRD) memberikan pengaruh yang nyata terhadap morfologi hasil tangkapan sampingan (bycatch).

(31)

3. Ada perbedaan hasil tangkapan trawl antara daerah penangkapan (fishing ground) yang berbeda, karena faktor kedekatan dengan daratan dan muara sungai dan kedalaman air.

1.7 Kerangka Penelitian

Permasalahan hasil tangkapan sampingan (bycatch) merupakan tantangan besar dalam pengembangan dan keberlanjutan perikanan trawl. Karakteristik hasil tangkapan akan sangat menentukan proporsi hasil tangkapan utama dan hasil tangkapan sampingan. Karakteristik hasil tangkapan tersebut paling sedikit ditentukan oleh 2 faktor penting, yaitu karakteristik komunitas ikan tempat trawl dioperasikan, dan desain alat trawl. Pengaruh faktor pertama dapat dijelaskan dengan mudah karena kegiatan penangkapan ikan pada prinsipnya mengambil sebagian atau seluruh ikan yang berada di dalamzone of action dari alat tangkap yang digunakan (Nikonorov, 1975). Oleh karena itu masalahbycatchsangat besar ketika trawl dioperasikan di perairan tropika (termasuk kawasan Indo-Pasifik) yang memiliki keaneka-ragaman tinggi dan ikan-ikan dengan berbagai tahap perkembangan dalam siklus hidupnya bercampur-baur (seperti biasa terjadi di perairan pantai yang dangkal) sementara nelayan mempunyai tujuan penangkapan ikan berupa satu atau beberapa jenis ikan saja, misalnya udang Penaeid. Sebaliknya, pada perairan yang memiliki keanekaragaman rendah dan didominasi oleh jenis ikan yang menjadi sasaran atau tujuan penangkapan ikan, masalah

bycatch menjadi lebih ringan. Di Indonesia, sumber daya ikan demersal umumnya memiliki keanekaragaman yang tinggi, sementara sasaran favorit nelayan adalah udangPenaiedkarena harganya per satuan berat jauh lebih tinggi dari ikan-ikan pelagis dan demersal lainnya. Sementara itu, daerah operasi kapal-kapal trawl yang bertujuan menangkap udang sebagai sasaran utama adalah perairan pantai yang kedalamannya kurang dari 30 meter, bahkan sejumlah kapal beroperasi sangat dekat dengan garis pantai. Oleh karena itu, persoalan bycatch

yang dihadapi perikanan trawl (baik oleh kalangan industri maupun nelayan kecil) adalah tinggi.

(32)

Aspek teknologi bersifat statis karena sangat tergantung pada spesifikasi trawl dan BRD yang diterapkan sedangkan aspek musim dan biologi bersifat dinamis karena berkaitan dengan biota yang tumbuh berkembangan mengikuti siklus hidupnya tanpa selalu harus berada di lokasi yang sama. Kondisi lokasi ikan-ikan ini sangat ditentukan oleh keadaan cuaca atau pola musim sehingga secara langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi karakteristik komunitas ikan dan akhirnya karakteristik hasil tangkapan.

Untuk itu maka penelitian ini dipandang perlu untuk dilaksanakan untuk memecahkan permasalahan yang ada. Bagan alir kajian perikanan trawl demersal evaluasi tiga jenis bycatch reduction device (BRD) untuk perikanan trawl demersal skala industri dan skala kecil dapat dilihat pada Gambar 2.

Pengembangan teknologi perikanan tersebut dimulai dengan mengidentifikasi hasil tangkapan sampingan (bycatch) perikanan trawl di Indonesia. Termasuk jenis teknologi demersal trawl usaha perikanan berskala kecil yang biasa diselenggarakan oleh masyarakat nelayan kecil. Selanjutnya adalah menganalisis komposisi hasil tangkapan utama dan sampingan berdasarkan taksonomi dan morfologi untuk setiap unit perikanan demersal trawl. Berdasarkan informasi morfologi komposisi hasil tangkapan sampingan (bycatch) selanjutnya menentukan jenis BRD yang sesuai untuk meloloskan ikan-ikan bycatch. Tiga jenis BRD yang sesuai berdasarkan morfologibycatch adalah TEDsuper shooter,

square mesh window dan fish eye. Untuk TED super shooter merupakan BRD yang sampai saat ini digunakan pada perikanan trawl demersal skala industri.

Square mesh window dan fish eye adalah jenis BRD yang belum pernah digunakan di Indonesia tetapi telah digunakan di negara lain seperti Australia dan Amerika.

(33)

pengurangan hasil tangkapan sampingan berdasarkan morfologi dari perikanan trawl skala industri. Proses pelolosan ikan dari ketiga jenis bycatch reduction device diamati dengan melakukan pengamatan pada skala laboratorium dengan menggunakanflume tank. Uji skala laboratorium proses pelolosan ikan dari ketiga jenis BRD ditujukan untuk mengestimasi kinerja dari BRD dalam mereduksi setiap kategoribycatch.

Tahap selanjutnya dengan melakukan indentifikasi hasil tangkapan sampingan dari trawl demersal skala kecil pada dua lokasi dan musim yang berbeda berdasarkan morfologi. Pendugaan besarnya tangkapan utama dan hasil tangkapan sampingan dalam penelitian ini meliputi data morfologi dari setiap jenis ikan dominan menjadi data masukan dalam menentukan jenis BRD yang sesuai untuk dikembangkan pada perikanan trawl demersal skala kecil.

Hasil pengukuran kinerja ketiga jenis bycatch reduction device dalam mereduksi hasil tangkapan sampingan untuk skala lapangan, skala laboratorium serta karakteristik bycatch perikanan trawl demersal skala kecil menjadi pertimbangan dalam menentukan BRD yang sesuai untuk trawl demersal di Indonesia.

(34)

Gambar 2 Bagan alir kajian

reduction device

kajian perikanan trawl demersal: evaluasi tiga jenis

evice(BRD).

(35)

2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perikanan yang Berkelanjutan (sustainable fisheries)

Sumberdaya ikan bersifat dapat pulih/diperbaharui (renewable resources), dimana sumberdaya tersebut memiliki kemampuan regenerasi secara biologis, akan tetapi apabila tidak dikelola secara hati-hati dan menyeluruh akan mengarah kepada eksploitasi yang tidak terkontrol dan mengancam keberlanjutan sumberdaya. Perhatian pembangunan perikanan yang berkelanjutan dimulai pada awal tahun 1990-an yang merupakan proses dari terjadinya beberapa perubahan yang menyangkut (Fauzi dan Anna, 2002) :

1. Meningkatnya perhatian terhadap lingkungan dari para stakeholders sebagai akibat Rio summit yang menyerukan diperlukannya perbaikan secara global terhadap pengelolaan sumberdaya perikanan dan kelautan;

2. Terjadinya collapse dari beberapa perikanan dunia seperti anchovy, tuna dan salmon yang menyadarkan orang tentang konsekuensi sosial dan ekonomi; 3. Pemberdayaan para stakeholders yang menuntut diperlukan pandangan yang

lebih luas (holistik) mengenai pengelolaan perikanan.

The World Commission on Environment and Development (WCED), (1987) mendefinisikan pembangunan perikanan yang berkelanjutan (sustainable development) adalah pembangunan untuk memenuhi kebutuhan umat manusia saat ini, tanpa menurunkan atau menghancurkan kemampuan generasi mendatang dalam memenuhi kebutuhan.

(36)

Operasi penangkapan ikan dapat berjalan dengan baik apabila suatu usaha perikanan memiliki beberapa kriteria. Menurut Monintja (2001) membagi kriteria ramah lingkungan dan berkelanjutan suatu teknologi penangkapan ikan berdasarkan : 1) selektifitas yang tinggi; 2) tidak membahayakan nelayan; 3) tidak destruktif terhadap nelayan; 4) produknya berkualitas; 5) produknya tidak membahayakan konsumen; 6)bycatch dandiscard minimum; 7) tidak menangkap spesies yang dilindungi atau terancam punah; 8) dampak minimum terhadap keanekaragman hayati; 9) dapat diterima secara sosial.

Kriteria kegiatan penangkapan ikan yang berkelanjutan terdiri dari 1) menerapkan teknologi penangkapan yang ramah lingkungan; 2) jumlah hasil tangkapan tidak melebihi junlah hasil tangkapan yang diperbolehkan (TAC); 3) menguntungkan; 4) investasi rendah; 5) penggunaan bahan bakar minyak kecil; 6) memenuhi ketentuan hukum dan perundangan yang berlaku

2.2 Pengelolaan Hasil Tangkapan Sampingan (bycatch management)

Kepedulian secara global untuk mengurangi hasil tangkapan sampingan dalam dunia perikanan telah menjadi hal penting dalam pengelolaan perikanan. Menurut Hall (1996) menyatakan pengelolaan hasil tangkapan sampingan adalah: 1. Menghindari kepunahan dari suatu spesies;

2. Menjaga struktur dasar dan fungsi dari suatau ekosistem; 3. Mengurangi pembuangan dalam perikanan

4. Mengurangi interaksi antar perikanan 5. Menjaga supaya perikanan tetap terbuka 6. Menjaga tujuan pemasaran

7. Membangun kembali populasi yang menurun 8. Mengawasi peningkatan populasi

(37)

terutama akibat pembuangan dari ikan-ikan hasil tangkapan sampingan yang berukuran kecil dari tangkapan sampingan trawl udang (Andrew dan Pepperell, 1992; Alversonet al. 1994).

Selain kedua hal tersebut diatas untuk menjaga keberlanjutan (sustainability) dari suatu stok dapat dilakukan dengan menerapkan peraturan ukuran ikan terkecil yang dapat didaratkan (minimum landing size). Implementasi darioutput control ini dapat dilakukan dengan mengatur selektivitas alat tangkap. Pengaturan selektivitas alat tangkap trawl dapat dilakukan dengan cara : 1) modifikasi dari bentuk mata jaring (mesh shape) dari bentuk diamondmenjadi

square mesh; 2) memperbesar ukuran mata jaring; 3) memanfaatkan tingkah laku ikan untuk meloloskan non-target spesies dengan memasang BED, BRD dan square mesh panel(Broadhurst, 2000).

2.3 Perikanan Tangkap Skala Kecil

(38)

Menurut Smith (1983) mengenukakan bahwa perikanan tradisional memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

1. Kegiatan dilakukan dengan unit penangkapan skala kecil, kadang-kadang menggunakan perahu bermesin atau tidak sama sekali;

2. Aktifitas penangkapan merupakan paruh waktu, dan pendapatan keluarga adakalanya ditambah dari pendapatan lain dari kegiatan diluar penangkapan; 3. Kapal dan alat tangkap biasanya dioperasikan sendiri;

4. Alat tangkap dibuat sendiri dan dioperasikan tanpa bantuan mesin;

5. Investasi rendah dengan modal pinjaman dari penampung hasil tangkapan; 6. Hasil tangkapan per unit usaha dan produktivitas pada level sedang sampai

sangat rendah;

7. Hasil tangkapan tidak dijual kepada pasar besar yang terorganisir dengan baik tapi diedarkan di tempat pendaratan atau dijual di laut;

8. Sebagian atau keseluruhan hasil tangkapan dikonsumsi sendiri bersama keluarganya;

9. Komunitas nelayan tradisional sering kali terisolasi baik secara geografis maupun sosial dengan standar hidup keluargha nelayan yang rendah sampai batas maksimal.

2.4 Deskripsi Alat Tangkap Jaring Arad

(39)

Menurut Subani dan Barus (1989), jaring arad diklasifikasikan ke dalam pukat udang. Jaring arad banyak dikenal dengan namacungking trawl atau mini otter trawl. Alat tangkap ini dikelompokkan ke dalam jenis otter trawlyaitutrawl

yang dilengkapi alat pembuka mulut jaring (otter board).

Alat tangkap jaring arad terdiri dari sayap (wing), badan jaring (body), kantong jaring (cod end), papan rentang (otter board), tali ris atas (head rope), tali ris bawah (ground rope), tali selambar (warp), pelampung (float), dan pemberat (sinker) yang dapat dapat dideskripsikan sebagai berikut (Standar Nasional Indonesia, 2004):

1. Sayap (wing)

Bagian jaring yang terletak di ujung depan dari bagian jaring arad. Sayap pukat terdiri dari sayap atas (upper wing) dan sayap bawah (lower wing). 2. Badan jaring (body)

Bagian jaring yang terletak antara sayap dan kantong jaring. 3. Kantong jaring (cod end)

Bagian jaring yang terpendek dan terletak di ujung belakang dari jaring arad. 4. Papan rentang (otter board)

Kelengkapan jaring arad yang terbuat dari papan kayu berbentuk empat persegi panjang, yang dipergunakan sebagai alat pembuka mulut jaring. 5. Tali ris atas (head rope)

Tali yang dipergunakan untuk menggantungkan dan menghubungkan kedua sayap jaring bagian atas melalui mulut bagian atas.

6. Tali ris bawah (ground rope)

Tali yang dipergunakan untuk menggantungkan dan menghubungkan kedua sayap jaring bagian bawah melalui mulut bagian bawah.

7. Tali selambar (warp rope)

(40)

8. Pelampung (float)

Pelampung digunakan untuk membantu membuka mulut jaring ke arah atas. 9. Pemberat (sinker)

Pemberat berfungsi untuk membuka mulut jaring ke arah bawah.

Sketsa alat tangkap jaring arad menurut Standar Nasional Indonesia (2004) dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Gambar 3 Alat penangkapan ikan jaring arad

2.5 Hasil Tangkapan Jaring Arad

2.5.1 Hasil tangkapan utama

Hasil tangkapan utama adalah hasil tangkapan yang menjadi target utama nelayan. Hasil tangkapan utama jaring arad ialah udang Penaeid. Di seluruh perairan Indonesia ditemukan 81 jenis udang Penaeid, 46 jenis diantaranya sering tertangkap oleh nelayan Indonesia. Terdapat sembilan jenis udang yang bernilai ekonomis tinggi, yaituPenaeus merguensis.P. indicus, P. chinensis,P. monodon,

(41)

Hasil tangkapan yang utama dari jaring arad diantaranya adalah udang jerbung (Penaeus merguiensis) dan beberapa jenis ikan demersal yang tertangkap oleh jaring arad yaitu: pepetek (Leioghnatus sp), gulamah (Pseuosciena sp), beloso (Saurida tumbil), kerapu (Epinephelus sp), kerong – kerong (Therapon theraps), sebelah (Psettodes erumei), pari (Trygon sephen), cucut (Squalus sp) dan gurita (Octopussp) (Barus, 1989).

2.5.2 Hasil tangkapan sampingan

Menurut Saila (1983) menyatakan bahwa hasil tangkapan sampingan ( by-catch) merupakan total dari spesies yang bukan merupakan tujuan penangkapan (incidental catch) ditambah dengan hasil tangkapan yang dikembalikan ke laut karena tidak memiliki nilai ekonomis (discarded catch).

Sementara itu Hall (1996), membedakan hasil tangkapan sampingan ( by-catch) menjadi dua kategori, yaitu:

1. Spesies yang kebetulan tertangkap (incidental catch), merupakan hasil tangkapan yang sekali-kali tertangkap dan bukan merupakan spesies target dari unit penangkapan, namun masih dapat dimanfaatkan oleh nelayan.

2. Spesies yang dikembalikan ke laut (discarded catch), merupakan bagian dari hasil tangkapan sampingan yang dikembalikan ke laut karena pertimbangan ekonomis (ikan yang tertangkap bernilai ekonomis rendah) atau spesies ikan yang tertangkap adalah spesies yang dilindungi.

2.6 Selektivitas Alat Penangkapan Ikan

Selektivitas suatu alat penangkapan ikan didefinisikan sebagai kemampuan dari suatu alat penangkap ikan untuk menangkap ikan dengan suatu ukuran tertentu atau spesies tertentu dalam suatu populasi (Hamley, 1975; Fridman, 1986). Sedangkan menurut South Asian Fisheries Development Center (1999) mendefinisikan suatu selektivitas alat tangkap sebagai : Gear selectivity is a property of fishing gear that reduces/excludes the capture of unwanted sizes of fish and incidental catch.

(42)

menyebabkan hasil tangkapan dari suatu alat tangkap mempunyai perbedaan komposisi dari ikan dalam suatu populasi dimana alat tersebut dioperasikan (Wileman et al. 1996). Pendekatan mengenai selektivitas alat penangkapan ikan mencakup keduanya untuk selektivitas ukuran (size selectivity) dan selektivitas spesies (species selectivity).

Regier dan Robson (1966) menjelaskan bahwa selektivitas spesies adalah peluang dari suatu ikan dengan spesies tertentu dan ukuran yang ditangkap memasuki suatu alat tangkap. Sementara itu selektivitas ukuran dari suatu alat tangkap adalah proporsi dari suatu total populasi ikan dari ukuran selang kelas tertentu dimana ikan tertangkap dan tertahan oleh suatu alat tangkap (Lagler, 1968). Pada pengggunaan BRD kurva selektivitas dijelaskan sebagai peluang ikan untuk tertahan, tidak lolos melewati kisi-kisi (Tokai et al. 1996). Peluang ikan melalui kisi (grid) dapat dikelompokkan dalam tiga kemungkinan yaitu (1) ikan lolos masuk kedalam kantong (codend), (2) tertahan oleh kisi atau (3) meloloskan diri melalui lubang keluar (exit hole). Nilai 0% selektivitas kisi menunjukkan bahwa, seluruh ikan dapat lolos melewati kisi-kisi, dan 100% terjadi saat ikan tertahan oleh kisi dan atau lolos melalui lubang keluar (Tokaiet al., 1996).

2.6.1 Pengaturan selektivitas alat penangkapan ikan

Penelitian mengenai jenis teknologi penangkapan yang dipilih difokuskan pada penggunaan teknologi penangkapan yang sesuai dengan prinsip yang ramah lingkungan. Perbaikan teknologi trawl sehingga memenuhi kriteria ramah lingkungan dapat dilakukan melaui peningkatan selektivitas di bagian kantong (cod-end) dari trawl. Berbagai cara dapat dilakukan untuk meningkatkan selektivitas trawl seperti penggunaan BED (Evans dan Wahju, 1996). Pemasangan TED super shooter(Mahiswaraet al. 2004), penggunaan composite square mesh panels (Eayrs, 2005) atau pemasangan BRD pada jaring arad (mini trawl) (Purbayanto and Chalimi, 2005). Juvenil and Trash Excluder Device

(43)

lainnya. Jenis JTEDs Rigid yang dikembangkan oleh SEAFDEC adalah jenis

rectangular shape windowsdansemi-curveJTEDs (Chokesanguan, 2004).

Penentuan teknologi yang digunakan memiliki kelebihan maupun kekurangannya, sehingga perlu diteliti secara cermat untuk menemukan suatu metode dan teknologi yang paling sesuai dengan kondisi sumberdaya dan lingkungan serta kebiasaan nelayan. Berdasarkan pertimbangan di atas, perbaikan selektivitas dapat diimplementasikan secara efektif pada alat tangkap trawl. Hal ini perlu dilakukan untuk menghindari penerapan BED pada pukat udang di perairan Indonesia timur yang tidak efektif sehingga nelayan tidak mau untuk menggunakannya (Evans dan Wahju, 1996).

Bycatch reduction device merupakan alat yang dipasang pada bagian antara badan jaring dengan bagian kantong pukat udang. Alat ini biasa disebut juga dengan namaby-catchexcluder device(BED) yang awalnya ditujukan untuk meloloskan penyu yang tertangkaptrawl, sehingga disebut turtle excluder devices

(TED). Alat ini dikembangkan oleh NMFS-NOAA-USA sekitar tahun 1980-an. Sejak ditemukannya, alat ini telah mengalami perubahan konstruksi secara terus menerus, hingga saat ini yang direkomendasikan adalah BED tipe super shooter

yang mempunyai konstruksi lebih simpel dan mempunyai keragaan lebih baik didalam mereduksi by-catch dibanding yang diperkenalkan sebelumnya (NOAA, 1996).

Beberapa penelitian penggunaan BRD menunjukkan adanya pengurangan dalam jumlah bycatch. Pengurangan ini ternyata juga diikuti pula berkurangnya hasil tangkapan udang. Maka untuk lebih mengoptimalkan penggunaan perangkat BRD dalam menurunkan kuantitas bycatch, mempertahankan tangkapan udang dan menjaga keberlanjutan sumberdaya dan lingkungan sebaiknya dilakukan pengaturan jarak antar kisi dengan tetap mempertimbangkan ukuran udang sebagai target spesies (Purbayanto et al. 2003). Semakin besar kisi-kisi yang dipasang semakin besar pula ukuran ikan yang diloloskan. Selain itu beberapa faktor yang menjadi pertimbangan dalam pengembanganbycatch reduction device

(44)

1. Peraturan perikanan yang berlaku serta interaksi antara sektor perikanan dengan sektor yang lainnya (Karlsen dan Larsen, 1989; Isaksen et al. 1992); 2. Ukuran dari jaring trawl dan cara penanganannya (Broadhusrt dan Kennelly,

1996);

3. Lokasi dari daerah penangkapan ikan serta kondisi dari daerah penangkapan ikan (Robin dan McGilvray, 1999);

4. Spesies ikan yang akan dikeluarkan dan ukurannya (Averill, 1989; Matsuoka dan Kan, 1991, Robin dan McGilvray, 1999);

5. Pengetahuan mengenai tingkah laku ikan yang menjadi target dan hasil tangkapan sampingan (Broadhurst dan Kennelly, 1996; Watson, 1989).

2.6.2 Selektivitas alat penangkapan ikan berdasarkan panjang dan girth ikan

Selektivitas suatu alat tangkap ikan hubungannya dengan ukuran panjang dan maksimumbody girth pada alat tangkap trawl banyak dilakukan (lihat Walsh

et al.1989; Willeman et al. 1996; Matsushitaet al. 1997; Fonteyne dan M’Rabet, 1992). Sampai saat ini penelitian tersebut banyak ditujukan pada hubungan antara panjang ikan dengan maksimum body girth dari ikan pada bagian kantong dari trawl.

Wileman et al. (1996) menyebutkan bahwa proses pelolosan ikan dari

codend sangat dipengaruhi oleh ukuran girth ikan walaupun pada panjang ikan dan maksimum body girth mempunyai hubungan yang linear akan tetapi hal ini sangat dipengaruhi oleh musim dan kondisi dari daerah penangkapan ikan. Matsushita et al. (1997) menjelaskan bahwa perbedaan dari ukuran maksimum

body girth pada panjang ikan yang sama menunjukkan adanya perbedaan rasio ikan yang tertangkap padacodenddengan mengamati rasio maksimum body girth

danmesh perimeterpadacodend.

2.6.3 Seleksi ikan oleh BRD berdasarkan tingkah laku ikan

(45)

Ikan-ikan biasanya dapat mendeteksi suatu alat tangkap dengan menggunakan kombinasi dari visual dan tactile stimuli yang disebabkan oleh adanya suatu pergerakan dari alat tangkap. Orientasi dari ikan-ikan ini akan sangat tergantung dari kemampuan renang ikan dan physicological response baik dalam menghindari secara bersama-sama atau pada saat ikan-ikan tersebut kembali kebelakang kearah mulut jaring (Wardle, 1983). Watson (1989) mengamati bahwa dimana ikan-ikan akan digiring bersama-sama masuk kebagian belakang dari jaring kemudian ikan tersebut akan kehilangan arah, yang diakibatkan adanya penambahan kecepatan renang dan berusaha untuk melarikan diri kearah samping dari jaring. Kondisi ini menjadi posisi yang strategis untuk pelolosan (escapement) ikan-ikan hasil tangkapan sampingan.

Dengan melakukan pendekatan perbedaan tersebut maka BRD yang sesuai yaitu dengan cara memasang suatu funnel, baik horizontal maupun vertikal panel atauescape window (Watson, 1996; Breweret al. 1998) ataupanels square mesh

pada bagian kantong (Averill, 1989; Thorsteinsson, 1992; Broadhurst dan Kennelly, 1994). Karena jenis invertebrata seperti udang tidak mempunyai kemampuan untuk menjaga kecepatan renangnya terhadap jaring sehingga aliran air yang diakibatkan pergerakan jaring akan mendorong udang tersebut masuk ke arah jaring lalu masuk kedalam kantong (codend).

2.6.4 Seleksi ikan oleh BRD berdasarkan ukuran ikan

Mekanisme pelolosan ikan melalui BRD yang berdasarkan pemisahan spesies dan ukuran ikan dilakukan dengan cara memasang suatugrid (kisi) yang biasanya ditempatkan diantara bagian depan codend (Kendall, 1990; Andrewet al. 1993; Isaksenet al. 1992). Hampir semua BRD kategori ini didesain terutama untuk menyekat/memisahkan hasil tangkapan, berdasarkan ukuran dan untuk mengeluarkan individual yang lebih besar dari dalamseparatingpanel.

(46)

berenang kearah muka dan keluar melalui pintu keluar (escape exit) yang telah disediakan.

2.6.5 Tingkah laku ikan di dalam kantong (codend)

O’Neill et al. (2003) menjelaskan mengenai tingkah laku ikan dalam pergerakan dinamika dari codend. Ikan-ikan yang masuk melalui trawl akan masuk melalui mulut trawl dan akan tetap berusaha berenang sejajar terhadap alat tangkap dan didepan dari foot rope. Setelah beberapa saat ikan –ikan tersebut akan lelah dan langsung masuk kedalam kantong. Di dalam kantong ikan-ikan masih tetap berenang searah penarikan jaring dan sekali-sekali membuat burst swimming ke depan. Rose (1995) menyatakan beberapa ikan dengan aktif mencoba keluar dari mata jaring pada bagiancodend, pelolosan ini berhubungan dengan kemampuan visual stimuli dari ikan. Berdasarkan pengamatan ikan-ikan yang berada di dalamcodend paling dominan meloloskan diri melalui terbukanya mata jaring dibagian muka dari hasil tangkapan (O’Neill dan Kynoch, 1996).

O’Neill et al. (2003) menyatakan bahwa pergerakan ikan ini disebabkan oleh pergerakan dari codend itu sendiri, dan bukan karena terjadinya turbulensi selain itu bentuk dari tangkapan yang padat sehingga akan membentuk bull-shaped dibagian codend. Beberapa ikan bereaksi terhadap mata jaring yang terbuka dan jika bagian kepala ikan tersebut dapat melewati satu mata jaring, maka ikan tersebut akan meloloskan diri melalui mata jaring yang terbuka.

2.7 Penelitian yang Telah Dilakukan MengenaiBycatch Reduction Device

(47)

Tabel 1 Daftar penelitian yang pernah dilakukan dengan bycatch reduction devicepada trawl demersal

Lokasi Nama BRD Hasil penelitian Pustaka

Indonesia Bycatch Excluder Device

Pengurangan beratbycatch 58%-64%, pengurangan berat total udang 27%

Naamin dan

Nasutionet al. (1982)

berkurang 18% dan udang lain (Penaeus spp) bekurang sebesar 2%

Matsuoka dan Kan (1991)

South-eastern, USA

Harddansoft TEDs danfish eye

Total ikan bycatch berkurang anatar 11 –

60%. Besarnya

Morrison soft TEDs Total bycatch berkurang 32%, Penaeus plebejus bennetae dan P plebesus mengalami penurunan antara 16% sampai 52%. Mudah untuk dipasang dan direkomendasikan untuk panel dari 80 ke 100 mm telah meningkatkan nilai l50 untuk ikan haddock

(48)

Lokasi Nama BRD Hasil penelitian Pustaka QLD,

Australia

Morrison soft TED Berat total bycatch yang tidak komersial berkurang sampai 32%. Hasil tangkapan total P plebejus dan M bennetae dan Penaeus esculentus mengalami penurunan sampai 29%. Keragaan yang bervariasi dari setiap daerah penangkapan dan perlu kajian lebih jauh.

Robins-Troeger (1994)

Alabama, USA

Florida fish eye Berat total bycatch berkurang sebesar 28%. Sedangkan hasil tangkapan utama udang Penaeus spp mengalami penurunan berkisar 5%-14%. Rekomendasi perlu dilakukan uji coba lebih jauh.

Wallace dan Robinson (1994)

QLD, Australia

AusTED Berat bycatch yang tidak

komersial mengalami pengurangan 11%-59%. Bycatch untuk jenis invertebrata berat totalnya mengalami penurunan sebesar 42% - 54%.Hasil tangkapan utama antara 3% - 9%.Variasi dalam keragaan dari BRD untuk setiap daerah

Square mesh panel Jumlah A hololepidotus mengalami penurunan coba posisi square mesh panel pada bagian depan kantong jaring

(49)

Lokasi Nama BRD Hasil penelitian Pustaka NSW,

Australia

Square mesh panel Total berat bycatch berkurang lebih dari 45%. Jumlah individu Sillago flindersiberkurang sebesar 71%. Hasil tangkapan utama udang Penaeus

plebejus beratnya

berkurang sekitar 2% -7%.

Broadhurstet al. (1996) berat total hasil tangkapan utama mengalami dari BRD konsisten dan secara sukarela dapat diterima oleh nelayan.

(50)

Lokasi Nama BRD Hasil penelitian Pustaka Northern

Australia

(51)

3 METODOLOGI UMUM

3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dalam tiga tahap dimana tahap pertama uji coba penangkapan di laut (experimental fishing) dilakukan pada 29 November sampai 9 Desember 2007. Tahap kedua adalah penelitian skala laboratorium dilakukan pada 20 Desember 2007 di fasilitas flume tank Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, FPIK-IPB. Tahap ketiga pengumpulan data dilapangan untuk trawl demersal skala kecil dilakukan pada bulan Juli 2007 dan Desember 2007 di Blanakan (Kabupaten Subang) dan Eretan Kulon (Kabupaten Indramayu). Pada tahap ketiga, penelitian dilakukan dengan cara mengumpulkan data perikanan dan penangkapan ikan pada bulan Juli dan Desember 2007. Penelitian ini dilakukan di Blanakan (Kabupaten Subang) dan Eretan Kulon (Kabupaten Indramayu). Adapun tahapan dalam penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Tahap pertama adalah uji coba alat tangkap dalam sebuah experimental fishing. Kegiatan ini bertujuan untuk menganalisis keefektivan 3 tipe bycatch reduction device ketika dioperasikan, yaitu jenis super shooter, fish eye dan

square mesh window. Uji coba penangkapan untuk ketiga tipe bycatch reduction device dilakukan dengan menggunakan kapal pukat udang komersial yang dilaksanakan pada bulan November sampai Desember 2007

untuk mendapatkan data hasil tangkapan utama dan hasil tangkapan

sampingan (bycatch).

2. Tahap kedua pengamatan proses pelolosan ikan melalui bycatch reduction device pada skala laboratorium. Model tiga tipe bycatch reduction device

(TED super shooter, square mesh window, dan fish eye) yang berbeda di pasang pada modelcodend. Tiga tipe BRD yang berbeda dipasang pada setiap model codend. Model codend yang sudah dilengkapi dengan model BRD selanjutnya dipasang didalamflume tank yang airnya mengalir. Simulasi untuk mengamati proses pelolosan ikan melalui setiap bycatch reduction device

Gambar

Gambar 3 Alat penangkapan ikan jaring arad
Tabel 1Daftar penelitian yang pernah dilakukan dengan bycatch reduction
Tabel 4Data Produksi dan nilai produksi per jenis ikan satu tahun terakhir (Juni
Gambar 4 Daerah penangkapan pukat udang di Laut Arafura.
+7

Referensi

Dokumen terkait

absorben timbal (Pb) di udara dapat disimpulkan bahwa tanaman bakung, puring dan bintaro memiliki potensi sebagai absorben Pb di udara dengan kadar timbal (Pb) daun

2.4.2.2 Pengaruh Foreign Ownership terhadap Intellectual Capital Performance

Dengan sistem penagihan tunggakan pajak kendaraan bermotor yang ada di Bapenda Magetan dimulai dari mengeluarkan berbagai surat perpajakan diantaranya Surat

Menurut MKJI, derajat kejenuhan merupakan rasio arus lalu lintas terhadap kapasitas pada bagian jalan tertentu, digunakan sebagai faktor utama dalam penentuan tingkat kinerja

Kami Para Pemohon yang hadir, saya sendiri selaku kuasa hukum, Hermawanto dan Pemohon yang hadir, mohon maaf hanya satu yang bisa hadir karena yang lain masih mudik rata-rata,

Beberapa dari mineral yang terdapat dalam batuan beku banyak yang mempunyai nilai ekonomis, tetapi pada umumnya konsentrasi terlalu kecil untuk dapat diproduksi secara komersial,

KARTI KA

Underground ” (Studi Fenomenologi Mengenai Konsep Diri Penganut Straight Edge Dalam Komunitas Musik Underground Di Kota Bandung).. Dalam penelitian ini, penulis mengucapkan