• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pola Pengolahan Kayu dalam Rangka Optimalisasi Penggunaan Bahan Baku pada PT. MGN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Pola Pengolahan Kayu dalam Rangka Optimalisasi Penggunaan Bahan Baku pada PT. MGN"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS POLA PENGOLAHAN KAYU DALAM RANGKA

OPTIMALISASI PENGGUNAAN BAHAN BAKU PADA

PT.MGN

EVI PANI BR PINEM

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Pola Pengolahan Kayu dalam Rangka Optimalisasi Penggunaan Bahan Baku pada PT. MGN adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Mei 2013

Evi Pani Br Pinem

(4)

ABSTRAK

EVI PANI BR PINEM. Analisis Pola Pengolahan Kayu dalam Rangka Optimalisasi Penggunaan Bahan Baku pada PT. MGN. Di bawah bimbingan ABDUL BASITH dan NUR HADI WIJAYA.

PT. MGN adalah salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang manufaktur pengolahan kayu. Salah satu produk yang dihasilkan oleh PT. MGN adalah Easel. Dalam industri pengolahan kayu, pemotongan bahan baku menjadi salah satu aspek penting yang perlu diperhatikan. Pada proses pemotongan bahan baku yang tidak optimal menjadi komponen terkadang menimbulkan kerugian bagi perusahaan. Kerugian ini ditimbulkan oleh beberapa faktor, salah satu diantaranya adalah peletakan pola pemotongan yang kurang tepat sehingga mengakibatkan ketidakefisienan penggunaan bahan baku. Jadi mengembangkan pola pemotongan yang optimal untuk mengurangi kerugian sisa pemotongan adalah tujuan utama dari penelitian ini. Proses penyelesaian permasalahan dilakukan dalam dua tahapan. Pertama, model permasalahan di ubah menjadi bentuk persamaan linear yang siap diolah untuk tahapan selanjutnya. Kedua, model persamaan linear tersebut diselesaikan dengan menggunakan Excel Solver sehingga diketahui penyelesaian permasalahannya. Berdasarkan hasil penelitian, yang menjadi faktor penyebab ketidakefisienan pemotongan bahan baku menjadi komponen easel 1300 Natural adalah ukuran bahan baku yang sederhana, dan adapun standardisasi ukuran yang dapat digunakan untuk mencapai solusi optimal dapat dibagi menjadi dua yaitu pertama, memotong 375 unit bahan baku yang standard volume 12000cm3 masing-masing menjadi 2 unit ukuran volume komponen A, B, dan E. 6 unit ukuran volume komponen F. 4 unit ukuran volume komponen G. 27 unit ukuran volume komponen H. 40 unit ukuran volume komponen I. Kedua, memotong 375 unit bahan baku standard volume 12000cm3 sesuai masing-masing menjadi 2 unit ukuran volume komponen A, C, dan D. 4 unit ukuran volume komponen E dan G. 27 unit ukuran volume komponen H. 40 unit ukuran volume komponen I.

(5)

ABSTRACT

EVI PANI BR PINEM. Wood Pattern Analysis in Connection Optimize the Use of Raw Materials PT.MGN. Sepervised by ABDUL BASITH dan NUR HADI WIJAYA.

PT.MGN is a company that is engaged in manufacturing wood processing. One of the products produced by PT. MGN is easel. In the wood industry, cutting raw material to be the important aspect to consider. In the process of cutting the raw material into components that are not optimal sometimes cause loss to the company. This loss is caused by several factors, one of which is the placement of the pattern is less precise cuts resulting in inefficient use of raw materials. Therefore developing the optimal cutting pattern to reduce the residual loss deduction is the main objective of this study. Problem solving process is done in two stages. First, the model problems in linear equationing changed into a form that is ready to be processed for the next stage. Second, the model of linear equations are solved by using Excel Solver so that it is known settlement of the problem. Based on the research results, which they cause inefficiency cutting raw materials into component easel 1300 Natural is a simple measure of raw materials, and as for the standardization of sizes that can be used to achieve the optimal solution can be divided into two : first, cut 375 standard units of raw material volume 12000cm3 each into 2 units of volume size components A, B, and E. 6 units of volume size component F. 4 units of volume size component G. 27 units of volume measure components H. 40 units of volume size component I. Secondly, cutting 375 units of raw material standard according 12000cm3 volume each into 2 units of volume size components A, C, and D. 4 units of volume size components E and G. 27 units of volume measure components of H. 40 units of volume size component I.

(6)

Ringkasan Skripsi

Berdasarkan sumber kementerian kehutanan 2012, jumlah industri yang mengolah hasil

hutan berupa kayu dari tahun 2009-2011 rata-rata menunjukkan mengalami peningkatan dari

tahun ke tahun. Seperti yang diketahui bahwa sumber daya alam pada umumnya bersifat

terbatas, sehingga pasokan bahan baku kayu dari hutan juga bersifat terbatas. Namun permintaan

untuk memenuhi kebutuhan industri terhadap bahan baku kayu semakin meningkat sehingga

untuk mengimbanginya perlu dilakukan pengoptimalisasian pengolahan bahan baku kayu

melalui efisiensi produksi.

PT.MGN adalah salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang manufaktur

pengolahan kayu. Salah satu produk yang dihasilkan oleh PT. MGN adalah

Easel

. Dalam

industri pengolahan kayu, pemotongan bahan baku menjadi salah satu aspek penting yang perlu

diperhatikan. Pada proses pemotongan bahan baku yang tidak optimal menjadi komponen

terkadang menimbulkan kerugian bagi perusahaan. Kerugian ini ditimbulkan oleh beberapa

faktor, salah satu diantaranya adalah peletakan pola pemotongan yang kurang tepat sehingga

mengakibatkan ketidakefisienan penggunaan bahan baku. Jadi mengembangkan pola

pemotongan yang optimal untuk mengurangi kerugian sisa pemotongan adalah tujuan utama dari

penelitian ini. Proses penyelesaian permasalahan dilakukan dalam dua tahapan. Pertama, model

permasalahan di ubah menjadi bentuk persamaan linear yang siap diolah untuk tahapan

selanjutnya.Kedua, model persamaan linear tersebut diselesaikan dengan menggunakan Excel

Solver sehingga diketahui penyelesaian permasalahannya.

(7)

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Manajemen

ANALISIS POLA PENGOLAHAN KAYU DALAM RANGKA

OPTIMALISASI PENGGUNAAN BAHAN BAKU PADA

PT.MGN

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)
(9)

Judul Skripsi : Analisis Pola Pengolahan Kayu dalam Rangka Optimalisasi Penggunaan Bahan Baku pada PT. MGN

Nama : Evi Pani Br Pinem NIM : H24090028

Disetujui oleh

Dr Ir Abdul Basith MS Pembimbing I

Nur Hadi Wijaya STP MM Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Jono M. Munandar M.Sc Ketua Departemen

(10)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Yesus Kristus atas segala berkat-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Januari 2013 sampai Maret 2013 ini ialah analisis optimalisasi pola pengolahan kayu, dengan judul “Analisis Pola Pengolahan Kayu dalam Rangka Optimalisasi Penggunaan Bahan Baku pada PT. MGN”.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr Ir Abdul Basith, MS dan Bapak Nur Hadi Wijaya STP MM selaku pembimbing, Bapak Iwan selaku manajer PT. Mahakarya Gemilang Nusantara beserta para karyawan yang telah membantu selama penelitian dilaksanakan. Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Ayahanda P. Pinem, Ibunda R. Br Sembiring, Seri Meilda, Rezki Milala, seluruh keluarga dan berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang telah membantu hingga penelitian ini bisa terselesaikan. Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh sebab itu, penulis membutuhkan kritik dan saran dari pembaca. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan.

.

Bogor, Mei 2013

(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

Ruang Lingkup Penelitian 3

TINJAUAN PUSTAKA 3

Agroindustri 3

Easel 4

Pengertian Manajemen Produksi dan Operasi 4

Optimalisasi 5

Linear Programming 5

Linear Program Solver (LiPS) 6

Penelitian Terdahulu 7

METODE 8

Kerangka Pemikiran 8

HASIL DAN PEMBAHASAN 9

Gambaran Umum Perusahaan 9

Proses Produksi Easel 10

Proses Pemotongan Kayu 11

Perumusan Model Program Linier 12

Kombinasi Produksi Optimal 15

Analisis Primal 16

Analisis Nilai Dual 16

SIMPULAN DAN SARAN 18

DAFTAR PUSTAKA 19

(12)

DAFTAR TABEL

1 Ukuran komponen easel 1300 Natural 13

2 Ukuran pemotongan komponen terhadap bahan baku easel 1300

Natural 13 3 Sisa pola kombinsai pemotongan komponen easel 1300 Natural

terhadap bahan baku 14

4 Pola kombinasi pemotongan komponen easel 1300 Natural terhadap

bahan baku secara optimal 16

5 Target produksi dan hasil optimal PT. MGN 16 6 Status kondisi optimal komponen easel 1300 PT. MGN periode

September 2012-Januari 2013 17

DAFTAR GAMBAR

1 Perkembangan produksi kayu olahan tahun 2009-2011. 1 

2 Easel

3 Kerangka pemikiran 9 

4 Gambar proses pemotongan kayu. (a) Pemotongan panjang kayu, (b) Pemotongan lebar kayu, dan (c) Pemotongan tebal kayu 11 

5 Pola dasar I pemotongan bahan baku 12 

6 Pola dasar II pemotongan bahan baku 12 

DAFTAR LAMPIRAN

1 Gambar easel 1300 Natural 21

2 Pola pemotongan bahan baku terhadap komponen easel 1300 22 3 Gambar pola pemotongan bahan baku menjadi komponen easel 1300

Natural 24

(13)
(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Berdasarkan sumber kementerian kehutanan 2012, jumlah industri yang mengolah hasil hutan berupa kayu dari tahun 2009-2011 rata-rata menunjukkan mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Seperti yang diketahui bahwa sumber daya alam pada umumnya bersifat terbatas, sehingga pasokan bahan baku kayu dari hutan juga bersifat terbatas. Namun permintaan untuk memenuhi kebutuhan industri terhadap bahan baku kayu semakin meningkat sehingga untuk mengimbanginya perlu dilakukan pengoptimalisasian pengolahan bahan baku kayu melalui efisiensi produksi.

Gambar 1. Perkembangan produksi kayu olahan tahun 2009-2011(Kementerian Kehutanan, 2012).

Bahan baku mengambil peran yang sangat penting dalam efisiensi produksi. Namun tidak dapat dihindari bahwa pada pemotongan bahan baku sering dihasilkan sisa pemotongan yang tidak dapat digunakan lagi. Hal ini terjadi karena bahan baku yang diterima dari pemasok tidak selalu dapat memenuhi ukuran dimensi yang sesuai dengan yang diharapkan pada setiap proses, yang berarti menimbulkan kerugian baik pemborosan dalam penggunaan bahan baku juga menimbulkan kerugian biaya bahan baku yang cukup besar terutama untuk bahan baku yang cukup mahal, sehingga biaya produksi yang diharapkan seminimal mungkin malah menjadi lebih besar. Kerugian yang ditimbulkan dapat disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah peletakan pola pemotongan yang kurang tepat sehingga mengakibatkan ketidakefisienan penggunaan bahan baku.

PT. MGN merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang industri manufaktur pengolahan kayu yang menghasilkan berbagai jenis produk

easel dan frame. Salah satu produk easel yang dihasilkan adalah easel 1300 Natural. PT. MGN dapat digolongkan sebagai perusahaan yang baru, namun demikian produk-produk perusahaan tersebut berhasil dipasarkan di Korea. Mengingat permintaan pasar yang cukup tinggi, PT. MGN berusaha untuk memenuhi permintaan pasar dengan membuat rencana target produksi. Namun dalam pemenuhan target produksi yang ditetapkan perusahaan sering sekali tidak mencapai target. Salah satu kendalanya terdapat pada proses pemotongan bahan baku. Bahan baku yang digunakan oleh PT. MGN adalah kayu Albasia dengan

2995 3341 3302

704 743 816 7111012 898 932

(15)

2

ukuran tertentu yang nantinya akan dipotong sesuai dengan pola yang telah ditentukan untuk membentuk komponen-komponen produk.

PT. MGN sebagai perusahaan yang ingin terus berkembang ingin mengefisienkan pemotongan bahan baku menjadi komponen-komponen produk

easel 1300 Natural yang terdiri dari komponen A, B, C, D, E, F, G, H, dan I. Untuk mewujudkan hal tersebut maka perusahaan perlu menerapkan optimalisasi penggunaan bahan baku. Optimalisasi dapat dilakukan dengan cara pembuatan pola kombinasi komponen easel 1300 natural, sehingga dapat ditentukan solusi dari beberapa solusi yang mungkin, yang memenuhi fungsi pembatas yang ada. Solusi alternatif yang ditawarkan adalah dengan mengkombinasikan beberapa komponen (pieces) yang memungkinkan dengan ukuran berbeda ke dalam bahan baku sehingga sisa pemotongan dapat seminimal mungkin dilakukan.

Di dalam mengkombinasikan potongan, jumlah target produksi pun harus diperhatikan, sehingga target perusahaan dapat terpenuhi dengan baik. Tidak selalu solusi pola pemotongan yang didapat akan optimal tetapi akan layak untuk dipakai, artinya pola pemotongan yang sudah didapat tidak menjamin akan tepat sama sesuai dengan target produksi perusahaan, namun akan memenuhi jumlah target produksi untuk setiap komponennya. Solusi yang diberikan akan mendekati optimal yaitu solusi yang dapat mengefisienkan penggunaan bahan baku yang dipakai dan meminimumkan sisa pemotongan bahan baku.

Perumusan Masalah

Permasalahan yang akan dibahas dalam penulisan ini adalah mengenai analisis pola pengolahan kayu dalam rangka optimalisasi penggunaan bahan baku. Untuk mengembangkan permasalahan tersebut, maka digunakan beberapa pertanyaan sebagai berikut : (1) Apakah faktor yang menjadi pembatas dalam kegiatan pemotongan bahan baku ? (2) Sampai batas manakah upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk meminimumkan sisa potongan kayu yang terbuang sia-sia pada pemotongan bahan baku ?.

Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang dirumuskan di atas, maka tujuan yang dilakukannya penelitian ini adalah : (1) Menganalisis faktor-faktor yang menjadi pembatas dalam pemotongan bahan baku, (2) Merekomendasikan standardisasi ukuran kayu yang menjadi solusi optimal untuk mengurangi limbah kayu pada pemotongan bahan baku.

Manfaat Penelitian

(16)

3 sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen. (3) Kalangan akademis dan umum, dapat memanfaatkan hasil penelitian sebagai referensi tambahan bagi pihak-pihak yang berkepentingan.

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini berfokus pada pengoptimalisasian ukuran kayu yang digunakan perusahaan PT. MGN agar sisa pemotongan bahan baku seminimal mungkin dan menganalisis faktor-faktor yang menjadi kendala dan tujuan untuk produk easel 1300 Natural. Data penggunaan bahan baku yang digunakan adalah bulan Desember 2012 dengan ukuran volume bahan baku (200 x 12 x 5)cm, data target produksi yang digunakan adalah data target produksi easel 1300 N sejak perusahaan berdiri 7 Feberuari 2012 sampai Januari 2013, dan data produksi aktual yang digunakan dari hasil produksi aktual easel 1300 N yaitu dari bulan September 2012 sampai Januari 2013. Demikian juga kualitas dari bahan baku berada pada kondisi yang baik atau tidak mengalami cacat.

TINJAUAN PUSTAKA

Agroindustri

(17)
(18)

5 Optimalisasi

Optimalisasi adalah pencapaian suatu tindakan atau keadaan yang terbaik dari sebuah masalah keputusan pembatasan sumberdaya. Optimalisasi merupakan pendekatan normatif dengan mengidentifikasi penyelesaian terbaik dari suatu permasalahan yang diarahkan pada titik maksimum atau minimum fungsi tujuan. Sedangkan optimalisasi produksi adalah pencapaian keadaan terbaik dalam kegiatan produksi yang dilakukan perusahaan dalam rangka mencapai keuntungan maksimum. Keadaan terbaik tersebut tercapai dengan adanya kombinasi tingkat produksi yang optimum. Perilaku optimasi dapat ditempuh dengan dua cara yaitu:

1. Maksimisasi

Perilaku ini dilakukan dengan menggunakan atau mengalokasikan masukan (biaya) tertentu untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal (constrainedoutput maximization).

2. Minimisasi

Perilaku minimisasi dilakukan dengan cara menggunakan masukan (biaya) yang paling minimal (constrained cost minimization) untuk menghasilkan tingkat output tertentu. Persoalan optimalisasi terbagi atas dua jenis yaitu optimalisasi dengan kendala atau tanpa kendala. Optimalisasi dengan kendala atau optimasi terkendala membagi solusi optimal menjadi maksimisasi terkendala (memaksimumkan sesuatu dengan adanya kendala) dan minimisasi terkendala (meminimumkan sesuatu dengan adanya kendala). Sedangkan dalam optimalisasi tanpa kendala, faktor-faktor yang menjadi kendala terhadap pencapaian fungsi tujuan akan diabaikan sehingga dalam menentukan nilai maksimum atau minimum tidak terdapat batasan-batasan terhadap pilihan-pilihan yang tersedia.

Linear Programming

Pemrograman linier adalah salah satu model Operational Research yang menggunakan teknik optimisasi matematika linier di seluruh fungsi harus berupa fungsi matematika linier (Siswanto, 2007). Pemprograman linier adalah sebuah metode matematis yang berkarateristik linier untuk menemukan suatu penyelesaian optimal dengan cara memaksimumkan atau meminimumkan fungsi tujuan terhadap satu susunan kendala (Siswanto, 2007). Program linier merupakan suatu cara untuk menyelesaikan persoalan pengalokasian sumber-sumber yang terbatas di antara beberapa aktivitas yang bersaing, dengan cara yang terbaik yang mungkin dilakukan. Persoalan muncul manakala seseorang harus memilih tingkat aktivitas tertentu yang bersaing dalam hal penggunaan sumber daya langka yang dibutuhkan untuk melaksanakan aktivitas-aktivitas tersebut (Dimyati TT, Dimyanti A, 2003).

Model pemrograman linier mempunyai tiga unsur yaitu : 1. Variabel Keputusan

(19)

6

2. Fungsi Tujuan

Tujuan yang hendak dicapai harus diwujudkan ke dalam sebuah fungsi matematika linier. Kemudian fungsi tersebut dimaksimumkan atau diminimumkan terhadap kendala-kendala.

3. Fungsi kendala

Dalam mencapai tujuan manajemen akan menghadapai kendala-kendala. Model umum matematika untuk persoalan pemrograman linear dapat dinyatakan sebagai proses optimasi suatu fungsi tujuan (objective function) dalam bentuk :

Memaksimumkan/meminimumkan Z = ∑ atau

Memaksimumkan/meminimumkan Z = C1X1 + C2X2 + ... + CnXn, dengan kendala-kendala sebagai berikut : ∑ dimana i = 1, 2, …., m

atau

A11X1 + A12X2 + … + A1nXn ≥≤ b1 A21X1 + A22X2 + … + A2nXn ≥≤ b2 Am1X1 + Am2X2 + … + AmnXn ≥≤ bm, dan x1, x2, x3, ... , xn ≥ 0

Dalam formulasi tersebut, Xj adalah tingkat kegiatan j (variabel keputusan), Cj adalah kenaikan pada Z yang akan dihasilkan dari setiap kenaikan satu unit pada Xj (koefisien kontribusi atau biaya), bi adalah jumlah sumber daya i, dan Aij adalah jumlah sumberdaya i yang dikonsumsi oleh setiap unit kegiatan j.

Linear Program Solver (LiPS)

Solver adalah program tambahan yang berada di bawah program Excel. Program Solver ini berisi perintah-perintah yang berfungsi untuk melakukan analisis terhadap masalah optimasi (Siswanto, 2007). Analisis yang dapat dilakukan dari hasil olahan LiPS meliputi:

1. Analisis Primal

Dengan adanya analisis primal, dapat diketahui kombinasi produk terbaik yang dapat menghasilkan tujuan maksimal, yaitu menghasilkan keuntungan maksimal dengan tetap mempertimbangkan keterbatasan sumber daya yang tersedia. Dalam analisis primal dapat ditunjukkan aktivitas-aktivitas yang masuk ke dalam skema optimal dan kuantitas dari kegiatan yang bersangkutan. Kegiatan yang tidak termasuk ke dalam skema optimal akan memiliki nilai reduced cost. Dengan membandingkan antara kombinasi produksi aktual akan diketahui apakah selama ini kegiatan produksi yang dilakukan oleh perusahaan sudah optimal atau belum.

2. Analisis Dual

(20)

7 Oleh karena itu, nilai dual sangat berperan dalam pengambilan keputusan terutama dalam hal pembelian sumber daya. Dengan menggunakan analisis dual, dapat diketahui apakah sumber daya yang digunakan dalam proses produksi merupakan sumber daya yang sifatnya langka atau sebaliknya. Apabila nilai

slack/surplus = 0 dan nilai dual > 0, maka sumber daya tersebut termasuk ke dalam sumber daya yang bersifat langka (pembatas). Sumber daya yang bersifat langka ini termasuk ke dalam kendala aktif yaitu kendala yang membatasi fungsi tujuan. Namun, apabila nilai slack/surplus > 0 dan nilai dual = 0, maka sumber daya tersebut masuk ke dalam sumber daya yang berlebih (bukan pembatas). Sumber daya yang berlebih ini termasuk ke dalam kendala tidak aktif yaitu kendala yang tidak habis terpakai dalam proses produksi serta tidak mempengaruhi fungsi tujuan jika terjadi penambahan sumber daya sebesar satu satuan.

Penelitian Terdahulu

Hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini adalah sebagi berikut:

Gamal (2003) melakukan penelitian bersifat studi literatur dengan tema penelitian Pendekatan Program Linier untuk Persoalan Pemotongan Stok (Pola Pemotongan Satu Dimensi). Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan solusi yang optimal persoalan pemotongan stok, lebih khusus lagi mengenai pemotongan balok kayu dengan pola pemotongan satu dimensi. Hasil yang didapatkan adalah solusi optimal untuk persoalan knapsack memberikan nilai fungsi nol yang berarti tidak ada lagi pola lain yang dapat memberikan keuntungan. solusi optimal diperolah setelah dilakukan pembulatan yaitu: a) Potongan 2 batang panjang standar 7 m masing-masing 4 batang panjang 1.5m. b) Potongan 10 batang panjang standar 7 m masing-masing menjadi 2 batang panjang 1.5m dan 2 batang panjang 2 m, dan c) Potong 8 batang panjang standar 7 m masing-masing menjadi 2 batang panjang 3 m.

Karsono (2009) melakukan penelitian dengan tema Kecenderungan Produksi Perusahaan-Perusahaan Pembudidayaan Sengon (Paraserianthes falcataria (L) Nielsen) Sepuluh Tahun yang Akan Datang. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang tren komoditi jenis sengon sepuluh tahun mendatang berdasarkan tersedianya data time series BPS tahun 2002 sampai dengan tahun 2006, tentang produksi jenis sengon bagi perusahaan pembudidayaan tanaman kehutanan. Hasil yang didapatkan berdasarkan time series terpilih untuk produksi kayu sengon untuk perusahaan dengan nilai MSE sebesar 1,50E + 06, 3,37E + 07 dan 4,74E + 06. Untuk produksi kayu sengon secara nasional metode time series memiliki MSE sebesar 2,37E + 07, dengan data tersebut produksi kayu sengon secara nasional dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Hal ini membuktikan bahwa industri kayu sengon masih memberi peluang untuk pemenuhan kebutuhan akan kayu di Indonesia. Hasil ramalan sepuluh tahun yang akan datang menunjukkan bahwa kondisi volume produksi kayu sengon cenderung meningkat.

(21)

8

Branch and Bound. Tujuan dari penelitian ini untuk memperoleh pola pemotongan optimal yang sesuai dengan panjang standard gelondongan kayu dan untuk memperoleh sisa pemotongan kayu yang minimum. Hasil yang diperoleh adalah a) Memotong 50 batang panjang standard 10 m masing-masing menjadi 4 batang panjang 1.5 m dan 2 batang panjang 2 m. b) Memotong 50 batang panjang standard 10 m masing-masing menjadi 2 batang panjang 2 m dan 2 batang panjang 3 m. c) Memotong 17 batang panjang standard 10 m menjadi 3 batang panjang 3 m. d) Memotong 50 batang panjang standard 10 m menjadi 2 batang panjang 4.5 m.

METODE

Kerangka Pemikiran

Penelitian ini dilakukan di PT.MGN, yang berlokasi di Jalan Pemda kp. Parakan Kembang Rt 06/01 desa Pasir Jambu Kec. Sukaraja Kab. Bogor. Penentuan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive), dengan pertimbangan bahwa PT. MGN merupakan salah satu perusahaan agroindustri yang baru sehingga perlu dilakukan peninjauan mengenai kapasitas pemotongan bahan baku. Penelitian dilakukan selama tiga bulan, yaitu bulan Januari 2013 sampai bulan Maret 2013.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari pengamatan langsung di lapangan dan wawancara langsung dengan berbagai pihak yang berkepentingan terkait pada bagian sizing, raw material, dan bagian umum. Data sekunder diperoleh dari data produksi aktual, data target produksi, data ukuran bahan baku, data ukuran komponen easel.

Pengolahan data secara deskriptif dilakukan pada data kualitatif, meliputi gambaran dan kondisi perusahaan. Sedangkan pengolahan data secara kuantitatif dilakukan untuk mencari tingkat pemotongan kayu optimal. Data kuantitatif berupa ukuran bahan baku, jumlah target produksi yang mencakup beberapa komponen. Data kuantitatif yang diperoleh kemudian diproses menggunakan komputer dan ditabulasikan menurut kegiatan-kegiatan untuk selanjutnya dianalisis. Seluruh data yang dianalisis tersebut ditampilkan dalam bentuk tabel. Sedangkan, tujuan dari analisis data adalah untuk menyederhanakan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan.

PT. MGN memiliki berbagai jenis ukuran bahan baku seperti (200 x 8 x 5)cm, (200 x 10 x 5 )cm, (200 x 14 x 5)cm, (200 x 16 x 5)cm, (200 x 12 x 5)cm, dan lain-lain. Namun pada penelitian ini ukuran bahan baku yang digunakan adalah (200 x 12 x 5)cm. Penentuan ukuran bahan baku yang digunakan berdasarkan jumlah ukuran bahan baku yang paling banyak dipasok dari pemasok selama bulan Desember.

(22)

9 merumuskan fungsi kendala, dan merumuskan fungsi tujuan.

Penyelesaian permasalahan dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama adalah tahap pengolahan data dengan menggunakan program simulasi penentuan pola kombinasi komponen yang memungkinkan terhadapat bahan baku dengan menggunakan bantuan Ms. Excel. Tahap kedua merupakan penyelesaian akhir, yaitu hasil yang diperoleh dari program simulasi dijadikan sebagai input dan diselesaikan dengan menggunakan program Solver. Berdasarkan hal diatas, maka kerangka pemikiran dari penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.

PT. MGN

Penentuan Ukuran Bahan

Baku

Perumusan Masalah Perumusan

Fungsi Tujuan

Perumusan Fungsi kendala

Penentuan Pola Kombinasi Pemotongan

Linear programming

(LiPS)

Analisis Primal Analisis Dual

Optimalisasi Kombinasi

Rekomendasi Kepada Perusahaan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Perusahaan

PT. MGN merupakan salah satu industri pengolahan kayu yang sedang berkembang di Indonesia. PT. MGN mulai berdiri sejak tanggal 7 Feberuari 2012 dengan izin usaha terdaftar berupa PT yang masih sedang dalam proses pengurusan. PT. MGN berada pada lokasi yang sangat strategis, sehingga PT. MGN nyaris tidak memiliki pesaing di wilayah Bogor. Modal awal yang digunakan dalam pendirian usaha tersebut digunakan pemilik untuk membeli bahan baku, mesin dan peralatan pendukung lainnya. PT. MGN menghasilkan produk frame dan easel dengan berbagai jenis dan salah satu produk easel yang dihasilkan oleh PT. MGN adalah easel 1300 Natural. Hasil produksi dari perusahaan tersebut akan diekspor ke negara Korea. Melihat peluang usaha

(23)

10

pengolahan kayu yang semakin berkembang yang ditunjukkan oleh banyaknya permintaan, mendorong PT. MGN untuk terus mengembangkan usahanya menjadi industri besar yang lebih menguntungkan.

Bahan baku yang digunakan dalam proses pengolahan kayu menjadi produk easel adalah kayu Albasia. PT. MGN juga memiliki bahan baku pendukung, alat bantu, dan hardware.

PT. MGN secara keseluruhan memiliki 73 orang karyawan tetap yang terdiri dari 67 orang karyawan, 3 orang security, satu orang direktur, satu orang wakil direktur dan satu orang bagian keuangan. Dalam sistem perekrutan karyawan PT. MGN menggunakan sistem pelatihan atau training yang dilakukan dengan dua tahap. Tahap pertama, karyawan yang sedang dalam masa pelatihan harus memenuhi target poin yang telah ditentukan perusahaan sebelumnya. Apabila karyawan berhasil mencapai target yang telah ditentukan maka karyawan dapat lanjut ke tahap berikutnya. Tahap pertama berlangsung selama satu minggu. Tahap kedua berfungsi sebagai tahap penentuan apakah karyawan layak atau tidak untuk mendapat tunjangan, serta apakah karyawan layak mendapat kenaikan gaji atau tidak. Tahap kedua berlangsung selama tiga bulan. Adapun struktur organisasi pada PT. MGN dapat dilihat pada Lampiran 5.

Proses Produksi Easel

Proses produksi easel terdiri dari beberapa tahap produksi dengan melewati tiga stasiun kerja(divisi) yaitu :

1) Divisi 1

Terdiri dari dua departemen yaitu :

a. Raw material department : departemen ini mempunyai tugas dalam pengadaan bahan baku kayu Albasia merah/putih. Kayu yang masuk siap diproduksi akan dihaluskan terlebih dahulu pada setiap sisinya dengan menggunakan mesin. b. Sizing department : departemen ini mempunyai tugas untuk membuat dowel dan melakukan pemotongan kayu untuk setiap komponen penyusun. Dalam proses pemotongan kayu menjadi komponen easel 1300 N, ukuran setiap bagian komponen dilebihkan 2-5 mm dari ukuran seharusnya.

Output dari divisi satu berupa dowel easel 1300 N dan kayu yang telah dipotong-potong menjadi sembilan komponen yang diantaranya komponen A, B, C, D, E, F, G, H, dan I dibentuk sesuai dengan komponen yang dibutuhkan. Hasil

output dari divisi satu selanjutnya diproses pada divisi dua. 2) Divisi 2

Terdiri dari tiga departemen yaitu :

a. Component Department : pada departemen komponen easel 1300 N dibentuk dengan menyesuaikan desain setiap komponennya dengan cara di bobok atau

router, dan di bor.

b. Assembly Department : dari setiap komponen yang dihasilkan oleh component departemen, komponen-komponen tersebut dirakit sesuai dengan desain yang telah ditentukan. Untuk easel 1300 komponen dirakit menjadi set ACEF.

(24)

11 jika terdapat komponen yang cacat atau berlubang akan dilakukan pendempulan dengan menggunakan wood filler dan setelah itu dilakukan pengamplasan kembali dengan mesin amplas.

Output dari divisi dua adalah set ACEF serta komponen-komponen yang siap untuk dilakukan proses pengecatan tahap selanjutnya di divisi tiga.

3) Divisi 3

Pada divisi tiga terdapat finishing department yang bertugas melakukan pengecatan dan packing. Pada tahap awal, set ACEF serta komponen B, D, G, H, dan I akan dicat dengan pewarna dasar (sending) menggunakan campuran sending seller dan thinner. Setelah sending kering, easel akan dihaluskan dengan menggunakan amplas manual, kemudian dicat kembali dengan menggunakan campuran melamic gloss dan thinner. Untuk easel 1300, sebelum di packing, set ACEF dirakit dengan komponen H dan I dengan menggunakan skrup dan baud, sedangkan komponen B, D, G dan dowel di pack terpisah.

Proses Pemotongan Kayu

Proses penentuan pola potong komponen easel 1300 N terhadap bahan baku dilakukan dengan mengkombinasikan model-model yang dapat dipotong dengan alokasi potongan yang tepat dan dapat memberikan nilai minimum pada sisa pemotongan. Proses pemotongan bahan baku merupakan sebuah proses membagi potongan bahan baku yang ukurannya lebih besar menjadi potongan-potongan yang lebih kecil (komponen-komponen easel 1300 N). Proses pemotongan bahan baku dilakukan berdasarkan tiga asumsi tahapan yaitu:

1. Pemotongan panjang, bahan baku dipotong pada sisi panjang dengan ukuran yang sesuai dengan panjang komponen produk.

2. Pemotongan lebar, bahan baku selanjutnya dipotong pada sisi lebar dengan ukuran yang sesuai dengan lebar komponen produk.

3. Pemotongan tebal, bahan baku dipotong pada sisi tebal dengan ukuran yang sesuai dengan tebal kayu produk.

Gambar 4. Gambar proses pemotongan kayu. (a) Pemotongan panjang kayu, (b) Pemotongan lebar kayu, dan (c) Pemotongan tebal kayu

P

L

sisa pemotongan

T

(b) (c)

T L

P

sisa pemotongan sisa pemotongan L

P

T

(25)

12

Berdasarkan ukuran volume bahan baku yaitu (200 x 12 x 5)cm dan ukuran volume komponen easel 1300, maka terdapat dua gambaran umum pola pemotongan yaitu :

Gambar 5 dan 6 merupakan pola dasar pemotongan bahan baku menjadi komponen easel 1300. Gambar 5 menjelaskan dimana pada pemotongan bahan baku dibagi menjadi 3 bagian yaitu a1, b, c. Pada bagian a1, panjang yang digunakan adalah 200 cm, lebar 3 cm, dan tebal 5 cm. Pada bagaian b, panjang yang digunakan 200 cm, lebar 9 cm, dan tebal 2.5 cm. Pada bagian c, panjang 200 cm, lebar 9 cm, dan tebal 2.5 cm. Kemudian dari bagian-bagian tersebut akan dipotong seefisien mungkin menjadi komponen easel 1300 yang memungkinkan untuk meminimumkan sisa potongan kayu.

Gambar 6 menjelaskan dimana pada pola pemotongan bahan baku dibagi menjdai 2 bagian yaitu a2 dan e. Bagian a2, memiliki panjang 200 cm, lebar 3 cm, tebal 5 cm. Pada bagian e, memiliki panjang 200 cm, lebar 9 cm, dan tebal 5 cm. Dari kedua bagian tersebut akan dipotong menjadi komponen easel 1300 dengan seefisien mungkin menjadi komponen easel 1300 yang memungkinkan untuk menghasilkan sisa potong bahan baku yang seminimum mungkin.

Dari kedua gambar dasar pola pemotongan bahan baku tersebut akan dibuat pola kombinasi komponen. Pola kombinasi komponen terdiri dari beberapa komponen easel 1300 dengan memperhatikan dimensi panjang, lebar, dan tebal yang memungkinkan. Untuk memotong bahan baku menjadi komponen, terlebih dahulu membandingkan dimensi panjang, lebar dan tebal ukuran bahan baku dengan komponen, contohnya perhatikan panjang dari komponen jika panjang memenuhi maka disesuaikan lebar, dan kemudian tebal dari komponen terhadap bahan baku. Setelah dimensi panjang, lebar dan tebal memungkinkan untuk satu unit komponen kemudian perhatikan berapa unit komponen yang memungkinkan untuk dipotong dari setiap jenis komponen. Demikian selanjutnya untuk komponen-komponen lainnya yang memungkinkan untuk dipotong dalam satu batang bahan baku sampai didapatkan sisa pemotongan atau limbah pemotongan yang seminimal mungkin. Dari cara tersebut maka didapatkan 16 pola pemotongan komponen easel 1300 Natural yang menghasilkan sisa limbah pemotongan yang seminimal mungkin. Adapun pola kombinasi pemotongan bahan baku terhadap komponen easel 1300 terdapat pada Lampiran 2.

Perumusan Model Program Linier

Berdasarkan metode penelitian, perumusan model program linier didahului dengan penentuan variabel keputusan, fungsi tujuan dan kendala. Perusahaan PT.

b

c

e

Gambar 5. Pola dasar I pemotongan bahan baku

Gambar 6. Pola dasar II pemotongan bahan baku

e

(26)

13 MGN memiliki ukuran bahan baku (200 x 12 x 5)cm atau 12000 cm3. Bahan baku tersebut dipotong untuk membuat sembilan komponen easel 1300 Natural yang memungkinkan untuk setiap komponennya yang memiliki ukuran volume berbeda-beda dan kemudian jumlah pemotongannya disesuaikan dengan target produksi yang dapat dilihat pada Tabel 1.

Namun pada proses pemotongan pola komponen yang dilakukan oleh sizing

department untuk setiap komponen panjangnya dilebihkan 2mm–5mm, namun

pada penelitian kali ini peneliti menggunakan 2mm atau P2. Hal ini dikarenakan untuk menghindari toleransi tingkat kesalahan pemotongan yang tinggi, sehingga ukuran volume setiap komponen berubah yang dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 1. Ukuran komponen easel 1300 Natural

Komponen P(cm) L(cm) T(cm) Volume(cm3) Target Produksi(unit)

Tabel 2. Ukuran pemotongan komponen terhadap bahan baku easel 1300 Natural

Komponen P2(cm) L(cm) T(cm) Volume(cm3)

A 130.2 4.5 2.5 1464.75

B 102.2 4.5 2.5 1149.75

C 79.4 4.5 2.5 893.25

Berdasarkan ukuran bahan baku dan komponen maka didapatkan beberapa pola yang menghasilkan sisa hasil pemotongan yang minimum. Pola-pola tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.

Masalah tersebut bertujuan untuk meminimumkan sisa pemotongan, dimana xj = jumlah ukuran volume standar bahan baku 12000cm3 yang dipotong menurut pola j, j = 1, 2, 3, …, 16 dan dapat dirumuskan persoalan program linier sebagai berikut :

- Sisa volume pemotongan + total volume target produksi = total ukuran volume bahan baku yang dipotong

- Total volume target produksi (cm3) = 1500(1,464.75) + 750(1,149.75) + 750(893.25) + 750(643.50) +750(541.13) + 750(309.38) + 750(171.00) + 1,500(42.04) + 1500(16.02) = 5,065,212.00

(27)

14

- Sisa pemotongan (cm3) = 12,000 ( X1 + X2 + X3 + X4 + X5 + X6 + X7 + X8 + X9 + X10 + X11 + X12 + X13 + X14 + X15 + X16 ) – 5,065,212.00 Tabel 3. Sisa pola kombinasi pemotongan komponen easel 1300 Natural terhadap

bahan baku (cm3)

Pola A(unit) B(unit) C(unit) D(unit) E(unit) F(unit) G(unit) H(unit) I(unit) Sisa(unit)

1 0 0 4 4 4 0 4 27 36 1292.79

Dalam bentuk umum : Minimumkan ∑

Kendala ∑ ≥ Pi

dimana : cj = jumlah batang bahan baku yang digunakan untuk setiap pemotongan pola j (dalam 12000cm3)

Maka fungsi tujuan adalah meminimumkan sisa pemotongan yaitu :

Z = ( 12,000X1 + 12,000X2 + 12,000X3 + 12,000X4 + 12,000X5 + 12,000X6 + 12,000X7 + 12,000X8 + 12,000X9 + 12,000X10 + 12,000X11 + 12,000X13

+ 12,000X14 + 12,000X15 + 12,000X16 )– 5,065,212.00 dan tanpa mempengaruhi optimisasi, fungsi tujuan dapat ditulis :

(28)

15

 4x1 + 4x3 + 6x4 + 8x5 + 6x6 + 4x8 + 12x9 + 6x10 + 8x12 + 8x13 + 2x15 + 4x16≥ 750

 12x2 + 8x3 + 2x4 + 4x5 + 10x6 + 8x7 + 4x8 + 8x9 + 6x10 + 4x11 + 20x14 + 6x15

≥ 750

 4x1 + 4x2 + 12x3 + 12x4 + 20x5 +2x6 + 2x7 + 10x8 + 12x12 + 16x14 + 4x15 + 4x16 ≥ 750

 27x1 + 27x2 + 27x3 + 27x4 + 27x5 +27x6 + 27x7 +27x8 + 27x9 + 27x10 + 27x11 + 27x12 +27x13 + 27x14 + 27x15 + 27x16≥ 1500

 36x1 + 36x2 + 36x3 + 36x4 + 36x5 + 36x6 + 36x7 + 36x8 + 36x9 + 36x10 + 36x11 + 36x12 + 36x13 + 36x14 + 40x15 + 40x16≥ 1500

a. Fungsi Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah untuk menentukan kombinasi komponen easel 1300 natural yang terdiri dari sembilan komponen dan memiliki ukuran volume yang berbeda-beda terhadap bahan baku yang juga memiliki ukuran volume tertentu sehingga dapat memperoleh pola pemotongan yang optimal yaitu meminimalkan sisa pemotongan bahan baku. Nilai koefisien variabel keputusan pada fungsi tujuan menunjukkan jumlah batang bahan baku yang akan digunakan dalam volume 12000 cm3 untuk setiap pola pemotongan yang dapat dilakukan oleh perusahaan terutama departemen sizing .

b. Fungsi Kendala

Melihat peluang yang cukup besar perusahaan merasa perlu untuk menetapkan target optimal produksi yang dicapainya. Kendala dalam model linier untuk optimalisasi pemotongan bahan baku yaitu target produksi yang ditetapkan oleh PT. MGN untuk setiap komponen easel 1300 N. Fungsi kendala terdiri dari sembilan kendala yang disesuaikan dengan jumlah jenis komponen easel 1300 N. Nilai koefisien dari fungsi kendala berasal jumlah unit untuk setiap komponen yang memungkinkan dipotong terhadap satu satuan bahan baku yang membentuk pola, sedangkan nilai sebelah kanan kendala merupakan jumlah target produksi untuk setiap komponen PT. MGN.

Kombinasi Produksi Optimal

Melalui hasil olahan data dengan menggunakan program Solver dapat dilihat hasil optimal pemotongan bahan baku . Hasil olahan optimal model linear programming memperlihatkan solusi optimal yang terdiri dari tingkat pola kombinasi komponen-komponen easel 1300 Natural yaitu komponen A, B, C, D, E, F, G, H, dan I yang memungkinkan terhadap bahan baku yang memungkinkan agar meminimumkan sisa pemotongan. Adapun hasil olahan program linear dengan menggunakan Excel Solver tersebut dapat dilihat pada Lampiran 2.

(29)

16

Berdasarkan pola yang ke-15 dan ke-16 kombinasi pemotongan komponen

easel 1300 terhadap bahan baku yang optimal, bahan baku dipotong berdasarkan pola dasar I pemotongan bahan baku.

Tabel 4. Pola kombinasi pemotongan komponen easel 1300 Natural terhadap bahan baku secara optimal

Pola X15 Pola X16

Komponen Jumlah (unit) Komponen Jumlah (unit)

A 2 A 2

Model persamaan linear yang telah diperoleh kemudian diolah dengan Excel Solver, didapatlah hasil olahan data yang optimal yang dapat dicapai oleh perusahaan.

Dari produksi komponen aktual I, II, dan III perusahaan PT. MGN belum dapat memproduksi komponen sesuai dengan target produksi yang ditetapkan oleh perusahaan. Hal tersebut dikarenakan salah satunya adalah perusahaan masih belum mengolah bahan baku seefisien mungkin untuk produk easel 1300 N seperti pada proses pemotongan bahan baku yang masih menggabungkannya dengan komponen produk lain sehingga perusahaan masih mengalami kesulitan untuk menambah jumlah produksinya.

Tabel 5. Target produksi dan hasil optimal PT. MGN (unit) Komponen

Produksi Optimal

A 900 920 1120 1500 1500

Analisis Nilai Dual

(30)

17 D menjadi kendala aktif karena ukuran bahan baku yang membatasi komponen A, B, D untuk diproduksi lebih banyak di setiap batang bahan baku. Demikian juga komponen A, B, D akan habis dipergunakan dalam peraktitan komponen menjadi produk easel 1300 yang sesuai dengan target.

Komponen C memiliki shadow/price = 0 slack/surplus = 0. Komponen tersebut akan habis dipergunakan dalam perakitan komponen menjadi produk

easel 1300 yang sesuai dengan target atau mencapai produksi optimum.

Komponen yang memiliki shadow/price = 0 dan slack/surplus > 0 merupakan bukan pembatas. Berdasarkan hasil optimalisasi yang termasuk komponen bukan pembatas adalah komponen E, F, G, H, dan I karena memiliki

shadow price sama dengan nol dan slack/surplus lebih besar dari nol. Sehingga komponen tersebut dapat dikatakan berlebih dan termasuk ke dalam kendala tidak aktif yaitu kendala yang tidak habis terpakai dalam proses perakitan komponen menjadi produk easel 1300 yang sesuai target produksi, justru mengakibatkan terjadinya pemborosan komponen.

Tabel 6. Status kondisi optimal komponen easel 1300 PT. MGN periode September 2012 - Januari 2013

Jenis Komponen Satuan Slack/surplus Shadow price Status

A Volume 0 0,417 P

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dalam rangka optimalisasi pengolahan bahan baku terhadap produk easel 1300 Natural PT. MGN sebaiknya menerapkan solusi optimal pada pola 15 dan pola 16. Dengan solusi tersebut maka PT. MGN dapat mencapai target produksi yang telah ditetapkan pada setiap komponen oleh perusahaan.

Pada pemotongan bahan baku menjadi komponen easel 1300 dengan menggunakan pola 15 dan pola 16, terdapat surplus yang berlebihan khususnya pada komponen H dan I. Untuk mengendalikan surplus yang berlebih tersebut terdapat beberapa alternatif yang dapat dilakukan yaitu :

a. Pada pola dasar pemotongan bahan baku bagian a1 dan a2 untuk kedua pola 15 dan 16 dapat digunakan untuk memotong komponen produk lainnya yang memungkinkan untuk meminimalkan sisa pemotongan bahan baku seperti produk

frame.

(31)

18

sehingga surplus komponen H dan I dari hasil pemotongan tersebut dapat dikendalikan.

c. Untuk menambah nilai dari surplus komponen H dan I yang berlebih dapat dimanfaatkan perusahaan dengan mengolah menjadi produk lain seperti mainan anak-anak, souvenir, dan lain-lain yang disesuaikan dengan ukuran komponen tersebut.

d. Sederhananya ukuran bahan baku membuat perusahaan mengalami kendala dalam pemotongan menjadi komponen-komponen easel 1300 Natural, sehingga dari pemotongan tersebut menghasilkan sisa-sisa komponen. Hal ini terjadi karena perusahaan hanya dapat menerima ukuran bahan baku sesuai dengan ketersediaan bahan baku yang dimiliki pemasok sehingga perusahaan tidak dapat melakukan pemesanan ukuran bahan baku. Untuk itu perusahaan sebaiknya mencari pemasok lain yang dapat menyediakan ukuran bahan baku yang sesuai dengan kebutuhan atau pemasok lain yang menerima pemesanan ukuran bahan baku.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil olahan data, pembatas atau kendala aktif adalah komponen A, B dan D. Komponen bukan pembatas adalah komponen E, F, G, H, dan I , sehingga komponen tersebut dapat dikatakan berlebih atau tidak habis terpakai dalam proses perakitan komponen. Untuk kedua kendala tersebut, yang menjadi faktor penyebabnya adalah ukuran bahan baku yang sederhana.

Produksi komponen pada target produksi berbeda dengan produksi pada kondisi aktual. Untuk itu perlu dilakukan pemanfaatan pengolahan bahan baku yang seefisien mungkin. Diketahui solusi optimal yang diperoleh untuk mencapai target produksi dengan memperhatikan limbah kayu yang seminimal mungkin pada pemotongan bahan yaitu dengan memotong 750 batang bahan baku yang terdiri dari :

(1) Momotong 375 unit bahan baku standard volume 12000cm3 sesuai pola 15 masing-masing menjadi 2 unit ukuran volume komponen A, B, dan E. 6 unit ukuran volume komponen F. 4 unit ukuran volume komponen G. 27 unit ukuran volume komponen H. 40 unit ukuran volume komponen I.

(2) Memotong 375 unit bahan baku standard volume 12000cm3 sesuai pola 16 masing-masing menjadi 2 unit ukuran volume komponen A, C, dan D. 4 unit ukuran volume komponen E dan G. 27 unit ukuran volume komponen H. 40 unit ukuran volume komponen I.

Saran

Berdasar penelitian yang telah dilakukan maka didapatkan saran sebagai berikut :

(32)

19 2. Penelitian selanjutnya juga sebaiknya menggunakan software yang khusus mengenai cutting stock, agar menggambarkan dimensi pola pemotongan yang lebih lengkap.

3. Perusahaan sebaiknya mengolah komponen-komponen produk sisa dengan menggabungkan sisa komponen menjadi produk lain atau memanfaatkan hasil sisa komponen menjadi mainan anak-anak, souvenir, dan lain-lain yang disesuaikan dengan ukuran komponen tersebut.

4. Perusahaan sebaiknya mencari pemasok bahan baku yang lain, agar dapat melakukan pemesanan sesuai ukuran bahan baku yang dibutuhkan perusahaan.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2013. Arti Kata Easel. [diunduh 2013 April 17]. http://arti-kata. com/179734/Easel. html.

Assauri S. 2004. Manajemen Produksi dan Operasi. Jakarta (ID) Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Dimyati TT, Dimyati A. 2003. Operation Research. Bandung (ID) : Sinar Baru Algensindo.

Gamal MHD. 2003. Pendekatan Program Linier untuk Persoalan Pemotongan Stok dengan Pola Pemotongan Satu Dimensi [skripsi]. Riau (ID) : Universitas Riau.

Karsono D. 2009. Kecenderungan Produksi Perusahaan-Perusahaan Pembudidayaan Sengon (Paraserianthes falcataria (L) Nielsen) Sepuluh Tahun yang Akan Datang [skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor. Prawirosentono S. 2007. Manajemen Operasi. Ed ke-4. PT. Jakarta (ID) : Bumi Aksara.

Siswanto. 2007. Operation Research. Jakarta (ID) : Erlangga.

Soekartawi. 2005. Agroindustri dalam Perspektif Sosial Ekonomi. Jakarta (ID) Rajawali Press.

Veronika. 2009. Analisis Permasalahan Cutting Stock Satu Dimensi dengan Metode Branch and Bound [skripsi]. Medan (ID) : Universitas Sumatera Utara.

(33)

20

(34)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kabanjahe pada tanggal 12 Januari 1992 dari ayah P.Pinem dan ibu R. Br Sembiring. Penulis adalah putri kedua dari dua bersaudara. Penulis memulai pendidikan dasar di SD San Xaverius 3 dan lulus pada tahun 2003. Penulis melanjutkan pendidikan di SLTP Negeri 1 Kabanjahe dan lulus pada tahun 2006, serta mengikuti pendidikan di SMA Negeri 1 Kabanjahe dan lulus pada tahun 2009.

Pada tahun 2009, penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor melalui jalur Penelusuran Minat dan Kemampuan (PMDK) pada Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam organisasi kemahasiswaan. Organisasi yang pernah diikuti, diantaranya adalah Organisasi Ikatan Mahasiswa Karo (IMKA) tahun 2009-2011, Organisasi PMK (Persatuan Mahasiswa Kristen) IPB tahun 2009-2013 dan Organisasi COM@ pada tahun 2011-2012.

Dalam rangka menyelesaikan studi di Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, penulis melakukan penelitian dan menyusun skripsi berjudul ”Analisis Pola Pengolahan Kayu dalam Rangka Optimalisasi

Penggunaan Bahan Baku pada PT. MGN”, di bawah bimbingan Bapak Dr Ir

Abdul Basith MS dan Bapak Nur Hadi Wijaya STP MM.

(35)

21 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

(36)

22 

Lampiran 2. Pola pemotongan bahan baku terhadap komponen easel 1300

22

(37)

23 

=  Pola dasar II pemotongan bahan baku bagian e 

= Pola dasar I pemotongan bahan baku bagian c

=  Pola dasar I dan II pemotongan bahan baku bagian a1, a2

= Pola dasar I pemotongan bahan baku bagian b

Keterangan :  

Lanjutan lampiran 2

(38)

24 

Lampiran 3. Gambar pola pemotongan bahan baku menjadi komponen easel 1300 Natural 

(39)
(40)
(41)

27 

 

Lampiran 4. Hasil pengolahan program linear dengan menggunakan Excel Solver

Pola 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 Range Slack/

product Surplus Fungsi

Objektif 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 Min Nilai 750

Pers A 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 2 1500 Pers 1 1500 0

Pers B 0 4 2 0 0 2 2 0 0 0 0 0 4 0 2 0 750 Pers 2 750 0

Pers C 4 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 750 Pers 3 750 0

Pers D 4 0 0 2 0 0 6 6 0 6 12 4 0 0 0 2 750 Pers 4 750 0

Pers E 4 0 4 6 8 6 0 4 12 6 0 8 8 0 2 4 750 Pers 5 2250 1500

Pers F 0 12 8 2 4 10 8 4 8 6 4 0 0 20 6 0 750 Pers 6 2250 1500

Pers G 4 4 12 12 20 2 2 10 0 0 0 12 0 16 4 4 750 Pers 7 3000 2250

Pers H 27 27 27 27 27 27 27 27 27 27 27 27 27 27 27 27 1500 Pers 8 20250 18750

Pers I 36 36 36 36 36 36 36 36 36 36 36 36 36 36 40 40 1500 Pers 9 30000 28500

 

Solusi Optimal

X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11 X12 X13 X14 X15 X16

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 375 375

 

 

 

 

 

26

(42)
(43)

27 

 

Lanjutan Lampiran 4

Microsoft Excel 12.0 Sensitivity Report Worksheet: [Book1]Sheet1

Report Created: 5/5/2013 10:01:24 PM

Adjustable Cells

Final Reduced Objective Allowable Allowable Cell Name Value Cost Coefficient Increase Decrease

$B$16 X1 0 1 1 1E+30 7E-01 $C$16 X2 0 1 1 1E+30 7E-01 $D$16 X3 0 1 1 1E+30 8E-01 $E$16 X4 0 1 1 1E+30 8E-01 $F$16 X5 0 1 1 1E+30 1E+00 $G$16 X6 0 1 1 1E+30 8E-01 $H$16 X7 0 0 1 1E+30 3E-01 $I$16 X8 0 1 1 1E+30 5E-01 $J$16 X9 0 1 1 1E+30 1E+00 $K$16 X10 0 1 1 1E+30 5E-01 $L$16 X11 0 0 1 5E-01 1E+00 $M$16 X12 0 1 1 1E+30 7E-01

$N$16 X13 0 1 1 1E+30 7E-01 $O$16 X14 0 1 1 1E+30 1E+00 $P$16 X15 375 0 1 3E-01 2E-01 $Q$16 X16 375 0 1 2E-01 3E-01 Constraints

Final Shadow Constraint Allowable Allowable Cell Name Value Price R.H. Side Increase Decrease

(44)

28 

 

Lanjutan lampiran 4

Microsoft Excel 12.0 Answer Report Worksheet: [Book1]Sheet1

Report Created: 5/5/2013 10:01:24 PM

Target Cell (Min)

Cell Name Original Value Final Value

$T$3 Keuntungan product 0 750 Adjustable Cells

Cell Name Original Value Final Value

$B$16 X1 0 0 $C$16 X2 0 0 $D$16 X3 0 0 $E$16 X4 0 0 $F$16 X5 0 0 $G$16 X6 0 0 $H$16 X7 0 0 $I$16 X8 0 0 $J$16 X9 0 0 $K$16 X10 0 0 $L$16 X11 0 0 $M$16 X12 0 0 $N$16 X13 0 0 $O$16 X14 0 0 $P$16 X15 0 375 $Q$16 X16 0 375 Constraints

Cell Name Cell Value Formula Status Slack

(45)

   

Lampiran 5. Struktur Organisasi

Gambar

Gambar proses pemotongan kayu. (a) Pemotongan panjang kayu, (b)
Gambar 1. Perkembangan produksi kayu olahan tahun 2009-2011(Kementerian            Kehutanan, 2012)
Gambar 3. Kerangka pemikiran
Gambar 4. Gambar proses pemotongan kayu. (a) Pemotongan panjang kayu, (b) Pemotongan lebar kayu, dan (c) Pemotongan tebal kayu
+5

Referensi

Dokumen terkait

Berkaitan dengan keterlibatan perempuan dalam bidang ekonomi dan bagaimana hukumnya perempuan bekerja, dalam hal ini Qardhawi mengkategorikan hukum perempuan bekerja di luar

Perencanaan dalam meningkatkan kinerja tenaga kependidikan di SMAN 1 Batusangkar dilakukan dengan cara membuat program kerja dari masing aparatur atau masing-masing

Belum adanya syslog server yang dapat menampilkan log jika terjadi serangan di sebuah jaringan client yang ditampilkan secara terpusat untuk memudahkan para admin wahana

Kehidupan Sedulur Sikep yang sudah melekat dengan alam sejak dulu inilah yang oleh GRN, yang juga merupakan anggota dari Komunitas Sedulur Sikep di Kabupaten Pati, kemudian

Untuk mewujudkan visi tersebut, Deputi Bidang Operasi SAR mempunyai misi yaitu “Merumuskan kebijakan dalam rangka penyelenggaraan kegiatan operasi SAR yang efisien dan

Mencermati pola gerakan dan aksi ISIS dapat diyakini bahwa ISIS adalah gerakkan radikalisme atau juga disebut dengan istilah garis keras yang berbahaya untuk umat Islam, tak

Kelemahan tersebut, seperti: (1) keharusan menulis identitas, sedangkan desain yang peruntukkan siswa awas yang hanya melingkari atau menghitamkan bulatan-bulatan utnuk

Tujuan: Menemukan metoda diagnostik sederhana dalam mende- teksi vaginosis bakterial (VB) dalam kehamilan dengan menentukan sensitivitas, spesifisitas, nilai duga positif dan