• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kandungan Kolesterol dan Vitamin A Ayam Arab yang Diberi Jamu Ternak Melalui Air Minum

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kandungan Kolesterol dan Vitamin A Ayam Arab yang Diberi Jamu Ternak Melalui Air Minum"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

1

KANDUNGAN KOLESTEROL DAN VITAMIN A KUNING

TELUR AYAM ARAB YANG DIBERI JAMU TERNAK

MELALUI AIR MINUM

SKRIPSI

MOCHAMAD JOHAN SAPUTRA

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

(2)

i RINGKASAN

MOCHAMAD JOHAN SAPUTRA. D14096008. 2013. Kandungan Kolesterol dan Vitamin A Kuning Telur Ayam Arab yang diberi Jamu Ternak Melalui Air Minum. Skripsi. Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Pembimbimbing Utama : Dr. Rudi Afnan, S.Pt., M.Sc.Agr. Pembimbimbing Anggota : Ir. Widya Hermana, M.Si.

Telur merupakan salah satu sumber protein yang dibutuhkan oleh tubuh, dan mengandung asam amino esensial yang tinggi, namun dalam kenyataannya terdapat faktor yang menjadi kendala dalam megkonsumsi telur yakni kandungan kolesterol yang cukup tinggi pada telur. Dewasa ini kandungan kolesterol telur ayam dikhawatirkan oleh sebagian masyarakat sehubungan dengan efek yang ditimbulkannya. Kolesterol yang berlebih dapat menimbulkan gangguan kesehatan, tetapi disisi lain kuning telur mengandung vitamin A yang baik untuk tubuh.

Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mempelajari kandungan kolesterol dan vitamin A kuning telur ayam Arab yang diberi jamu melalui air minum yang diharapkan dapat mengurangi kadar kolesterol kuning telur dan meningkatkan kandungan vitaminnya. Penelitian dilaksanakan di kandang C Fakultas Peternakan IPB Bogor yang berlangsung dari bulan Juni sampai dengan Agustus 2011. Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah ayam Arab betina umur 19 minggu sebanyak 48 ekor. Prosedur penelitian meliputi persiapan kandang dan peralatan, pemeliharaan dan pemberian jamu. Rancangan yang digunakan dalam penelitian adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL). Kandungan kolesterol selama 5 minggu pemberian jamu dengan level pemberian 5 ml/ekor dan 10 ml/ekor yaitu 535,28 mg/100g - 563,51 mg/100 g. Penambahan jamu selama tiga hari berturut-turut (per minggu) yang dicampurkan dalam minum ternak dengan level yang berbeda tidak mempengaruhi kandungan kolesterol kuning telur, tetapi adanya level penambahan jamu yang berbeda pada air minum meningkatkan skor warna kuning telur dan kandungan vitamin A. Kandungan vitamin A kuning telur untuk perlakuan P0 (tanpa jamu): 596,787 μg /100 g, P1 (jamu 5 ml/ekor/hari): 700,034 μg/100 g, dan P2 (jamu 10 ml/ekor/hari): 800,962 μg /100 g.

(3)

ii ABSTRACT

Cholesterol and Vitamin A Contents in Arabian Chicken Egg Yolk with Addition of Herbal Medicine Fed Through Drinking Water

Mochamad, J, S., R. Afnan, and W. Hermana

Egg as one source of protein needed by the body contains high amount of essential amino acids, however in reality there is a constraint factor in consuming the eggs which is the high level cholesterol in an egg. Nowadays the cholesterol content of eggs is feared by most of the public in relation to its effect. Excess cholesterol can cause health problems, but on the other hand the yolks contain vitamin A which is good for the body. This research was aimed to study the cholesterol and vitamin A content of Arab chicken egg yolks with addition of herbs through drinking water it is expected to reduce the cholesterol level and increase the amount of vitamin A in egg yolks. This experiment was conducted in poultry house in block C of Animal Science Faculty, Bogor Agricultural Institute, it lasted from June to August 2011. Chicken used in this study was 48 arab hens by age 19 weeks. Research procedures include the preparation of cages and equipment, maintenance and provisions of herbal medicine. The design used in this study was a completely randomized design (CRD). The content of cholesterol during 5 weeks of herbal medicine with level of 5 ml per head and 10 ml per head was 535.28 mg/100 g up to 563.51 mg/ 100 g. The addition of herbal medicine for 3 consecutive days (per week) are mixed in hens drinking. The level differences does not affect the content of cholesterol in egg yolk, but the existence of different herbal medicine addition level provides different amount of vitamin A. The content of vitamin A in egg yolks for a treatment P0 (without herbs) amounted to 596.787 μg/ 100 g, P1 (herbs 5 ml/head/day) : 700.034

(4)

iii

KANDUNGAN KOLESTEROL DAN VITAMIN A KUNING

TELUR AYAM ARAB YANG DIBERI JAMU TERNAK

MELALUI AIR MINUM

MOCHAMAD JOHAN SAPUTRA

D14096008

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada

Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

(5)

iv Judul : Kandungan Kolesterol dan Vitamin A Ayam Arab yang Diberi Jamu

Ternak Melalui Air Minum Nama

: Mochamad Johan Saputra

NIM : D14096008

Menyetujui,

Pembimbing Utama

(Dr. Rudi Afnan, S.Pt., M.Sc.Agr.) NIP : 19680625 200801 1 010

Pembimbing Anggota

(Ir. Widya Hermana, M.Si.) NIP : 19680110 199203 2 001

Mengetahui, Ketua Departemenn

Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan

(Prof.Dr.Ir. Cece Sumantri, M.Agr, Sc) NIP. 19591212 198603 1 004

(6)

v RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di kota Bogor pada tanggal 14 Juli 1988. Penulis merupakan anak ketiga dari keluarga Bapak H. Hasanuddin dan Ibu Komariah.

Jenjang pendidikan penulis diawali pada tahun 1994 dengan bersekolah SD Bantarkambing I dan lulus pada tahun 2000, dan melanjutkan pendidikan di Sekolah Tingkat Lanjutan Pertama Negeri 6 Bogor sampai tahun 2003. Penulis melanjutkan di Sekolah Menengah Umum Negeri 7 Bogor dan lulus pada tahun 2006.

(7)

vi KATA PENGANTAR

Puji Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat, nikmat dan hidayah-Nya sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Skripsi ini berjudul “Kandungan Kolesterol dan Vitamin A Kuning Telur Ayam Arab yang Diberi Jamu Ternak Melalui Air Minum”.

Skripsi ini memuat informasi tentang pengaruh pemberian jamu ternak terhadap kandungan kolesterol dan vitamin A kuning telur ayam Arab yang diberi melalui air minum. Jamu ternak yang dibuat berasal dari kencur, bawang putih, jahe, lengkuas, kunyit, temulawak, daun sirih hijau, dan kayu manis yang masih segar, ditambah molases dan EM4. Jamu ternak dipilih sebagai tema yang dibahas dalam skripsi ini karena jamu merupakan ramuan obat tradisional yang terbuat dari bahan alami yang bermanfaat untuk meningkatkan daya tahan tubuh, penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan. Dalam penelitian ini jamu ternak diharapkan dapat menurunkan kandungan kolesterol pada kuning telur dan meningkatkan kandungan vitamin A pada kuning telur. Skripsi ini ditulis berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan pada bulan Juni-Agustus 2011.

(8)

vii

Jahe (Zingiber offocinale Rosc,) ... 3

Temulawak (Curcuma xanthorriza Roxb.) ... 3

Kunyit (Curcuma domestica Val.) ... 4

Lengkuas (Langua galangal L.) ... 4

Kencur (Kaempferia galangan L.) ... 5

Kayu Manis (Cinnamomum burmani) ... 5

Bawang Putih (Allium sativum L.) ... 5

Daun Sirih Hijau (Piper batle Linn.) ... 6

Molases ... 6

Effective Microorganism (EM4) ... 7

(9)

viii

MATERI DAN METODE ... 16

Lokasi dan Waktu ... 16

Materi ... 16

Ternak ... 16

Kandang dan Peralatan ... 16

Pakan ... 16

Jamu Ternak ... 18

Prosedur ... 18

Persiapan Kandang dan Peralatan ... 18

Pemeliharaan ... 18

Cara Pemberian Jamu ... 19

Rancangan dan Analisis Data ... 19

Perlakuan ... 19

Rancangan Percobaan ... 19

Analisa Data ... 19

Peubah yang Diamati ... 20

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 22

Pengaruh Pemberian Jamu Terhadap Konsumsi Ransum Ayam Arab .. 22

Pengaruh Pemberian Jamu Terhadap Bobot Telur ... 22

Pengaruh Pemberian Jamu Terhadap Bobot Kuning Telur dan Persentase Bobot Kuning Telur ... 23

Pengaruh Pemberian Jamu Terhadap Skor Warna Kuning Telur ... 24

Pengaruh Pemberian Jamu Terhadap Kolesterol Kuning Telur ... 25

Pengaruh Pemberian Jamu Terhadap Vitamin A Kuning Telur ... 27

KESIMPULAN DAN SARAN ... 29

Kesimpulan ... 29

Saran ... 29

UCAPAN TERIMA KASIH ... 30

DAFTAR PUSTAKA ... 31

(10)

ix DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Kualitas Fisik Telur Ayam Arab ... 2

2. Kandungan Nutrien Bahan Jamu Ternak ... 11

3. Kandungan Kolesterol Kuning Telur Ayam Arab Hasil Penelitian Suliyah ... 12

4. Kandungan Kimia Bahan Jamu Ternak ... 14

5. Komposisi Pakan Penelitian ... 17

6. Kandungan Nutrien Pakan Penelitian Berdasarkan As fed ... 17

7. Rataan Konsumsi Ransum Ayam Arab yang Diberi Jamu Ternak Melalui Air Minum ... 22

8. Rataan Bobot Telur Ayam Arab yang Diberi Jamu Ternak Melalui Air ... 23

9. Rataan Bobot Kuning Telur dan Persentase Bobot Kuning Telur Ayam Arab yang Diberi Jamu Ternak Melalui Air Minum ... 23

10. Rataan Skor Warna Kuning Telur Ayam Arab yang Diberi Jamu Ternak Melalui Air Minum ... 24

11. Rataan Kandungan Kolesterol Kuning Telur Ayam Arab yang Diberi Jamu Ternak Melalui Air Minum ... 25

(11)

x DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

(12)

xi DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Analisis Ragam (ANOVA) Bobot Telur ... 38

2. Analisis Ragam (ANOVA) Bobot Kuning Telur ... 38

3. Analisis Ragam (ANOVA) Persentase Bobot Kuning Telur ... 38

4. Analisis Ragam (ANOVA) Skor Kuning Telur ... 38

5. Analisis Ragam (ANOVA) Kolesterol Kuning Telur ... 38

6. Hasil Uji Perbandingan Duncam (LSD) Terhadap Skor Warna Kuning Telur ... 39

(13)

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang

Ayam Arab merupakan ayam yang berasal dari Eropa. Ayam Arab merupakan keturunan ayam Braekels yang berasal dari Belgia yang mempunya sifat gesit, aktif dan mempunyai daya tahan tubuh yang kuat (Diwyanto dan Prijono, 2007). Menurut Rozi (2003), ayam Arab mempunyai kemampuan berproduksi sekitar 190-250 butir pertahun dengan berat telur sekitar 42,3 g per butir. Warna dan ukuran telur mirip seperti ayam kampung, tetapi produktivitasnya lebih tinggi dari ayam kampung. Telur merupakan salah satu produk unggas yang mempunyai nilai gizi tinggi. Namun terdapat kendala dalam mengkonsumsi telur, salah satu kendala tersebut adalah kandungan kolesterol pada telur yang cukup tinggi.

Jamu ternak diharapkan dapat menurunkan kandungan kolesterol pada kuning telur. Pada umumnya jamu ternak baik untuk manusia maupun untuk hewan ternak digunakan untuk menjaga daya tahan tubuh, pencegahan dan penyembuhan penyakit, serta pemulihan penyakit. Selain dapat menurunkan kandungan kolesterol kuning telur, jamu ternak juga diharapkan dapat meningkatkan kandungan vitamin A pada kuning telur. Jamu ternak adalah obat tradisional yang terbuat dari tumbuhan obat-obatan yang merupakan warisan budaya yang telah digunakan secara turun-temurun. Jamu ternak belum banyak digunakan di masyarakat luas khususnya peternak ayam petelur. Sebagian besar peternak masih menggunakan vitamin sintetis dan antibiotik untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan produktivitas ternak serta pengobatan. Jamu ternak diharapkan dapat digunakan sebagai alternatif untuk menurunkan kandungan kolesterol dalam kuning telur dan dapat meningkatkan kandungan vitamin A pada kuning telur.

Tujuan

(14)

2 TINJAUAN PUSTAKA

Ayam Arab

Ayam Arab merupakan ayam yang berasal dari wilayah Eropa. Ayam Arab mempunyai ciri khas yaitu sepanjang leher berwarna putih mengkilap, bulu punggung putih berbintik hitam, bulu sayap hitam bergaris putih, dan bulu ekor dominan hitam bercampur putih. Jengger tunggal dan bergerigi, berukuran kecil berwarna merah muda, dan mata berwarna hitam dengan dilingkari warna kuning. Produktivitas ayam Arab cukup tinggi, warna dan bentuk telur ayam Arab sama dengan ayam lokal. Hal ini merupakan daya tarik yang menyebabkan banyak peternak mulai membudidayakan ayam ini secara serius (Diwyanto dan Prijono 2007).

Ayam Arab memiliki sifat jarang mengeram dan mempunyai produksi telur tinggi sekitar 190-250 butir per tahun dan lebih banyak dibandingkan ayam Kampung (Rozi, 2003). Kualitas telur ayam Arab menurut Diwyanto dan Prijono (2007) secara umum adalah berat telur 42,5 g/butir, berat kuning telur 16,0 g/butir, berat putih telur 13,9 g/butir. Kualitas fisik telur ayam Arab secara umum ditunjukkan pada Tabel 1.

Tabel 1. Kualitas Fisik Telur Ayam Arab

Parameter Telur Ayam Arab

Berat Telur (g/butir) Sumber : Abubakar et al. (2005)

Bahan Jamu Ternak

(15)

3 2007). Berbagai senyawa aktif tersebut merupakan komponen antioksidan. Antioksidan alami berasal dari tumbuhan, baik dari bagian tumbuhan yang dapat dimakan ataupun dari bagian tumbuhan lainnya (Pratt dan Hudson, 1990)

Jahe (Zingiber officinale Rosc.)

Jahe (Zingiber of ficinale Rose) merupakan tanaman herbal, tegak, tinggi sekitar 30-60 cm. Mempunyai batang semu, beralur, berwarna hijau, daun tunggal, berwarna hijau tua, helai daun berbentuk lanset, tepi rata, ujung runcing dan pangkalnya tumpul. Rimpang jahe berbau khas, dan rasanya pedas.

Berdasarkan ukuran rimpangnya jahe memiliki 3 varietas, yaitu jahe besar (jahe gajah atau badak), jahe kecil (jahe emprit), dan jahe merah (jahe sunti). Jahe yang banyak digunakan sebagai obat tradisional adalah jahe merah karena kandungan khasiat minyak atsirinya (Matondang, 2007). Ekstrak jahe mempunyai daya antioksidan yang dapat dimanfaatkan untuk mengawetkan lemak dan minyak (Muchtadi dan Sugiyono, 1992).

Temulawak (Curcuma xanthorriza Roxb.)

Temulawak adalah salah satu tumbuhan jenis Zingeberaceae yang banyak tumbuh dan digunakan di Indonesia. Bagian yang berkhasiat dari temulawak adalah rimpang yang mengandung berbagai komponen kimia diantaranya zat kuning kurkumin protein, pati dan minyak atsiri. Komponen terbesar dalam temulawak adalah pati. Pati berbentuk serbuk berwarna putih kekuningan karena mengandung sedikit kurkuminoid dan memiliki sifat mudah dicerna (Sidik et al., 1995).

(16)

4 kadar kolesterol dalam darah menjadi rendah karena dikonsumsi untuk pembentukan cairan empedu (Djamhuri, 1981).

Kunyit (Curcuma domestica Val.)

Kunyit (Curcuma domestica Val.) termasuk dalam keluarga Zingiberaceae yang banyak tumbuh hampir diseluruh pulau Jawa. Bentuk rimpang kunyit sangat bervariasi, umumnya bulat panjang dan kulit rimpang muda berwarna kuning, sedangkan kulit rimpang tua berwarna jingga. Bagian yang terpenting dalam pemanfaatan kunyit adalah rimpang yang memiliki rasa enak dan berbau khas aromatik sedikit agak pahit serta pedas (Rahmat, 1994).

Menurut Purseglove et al. (1981) bagian terpenting kunyit adalah rimpangnya. Rimpang kunyit matang mengandung minyak atsiri, zat pahit, resin, selulosa, pati dan elemen mineral. Kunyit mengandung senyawa kimia berkeaktifan fisiologi, yaitu minyak atsiri dan kurkuminoid. Minyak atsiri adalah suatu zat yang berbentuk cair yang terkandung dalam simplisia nabati atau hewani, berbau harum, segar, berguna untuk pengobatan, bumbu masak dan kosmetik (Sidik et al., 1995). Minyak atsiri berkhasiat mencegah gerak peristaltik usus yang terlalu kuat (Purseglove et al., 1981). Kurkuminoid mengandung senyawa kurkumin dan turunannya yang berupa serbuk kristal yang mempunyai sifat tidak mudah menghilang dengan pemanasan dan tidak larut dalam air tapi larut dalam larutan alkali (Taryono, 2001).

Lengkuas (Langua galanga L.)

Lengkuas (Langua galanga L.) merupakan anggota familia Zingiberaceae. Rimpang lengkuas mudah diperoleh di Indonesia dan mempunyai berbagai khasiat. Bagian lengkuas yang dimanfaatkan adalah bagian rimpang. Rimpang lengkuas mempunyai berbagai khasiat sebagai antijamur dan antibakteri. Senyawa yang terdapat pada lengkuas adalah golongan senyawa flavonoid fenol dan terpenoid. Golongan senyawa tersebut sering digunakan sebagai bahan bahan dasar obat-obatan modern. Sebagai contoh, senyawa terpenoid asetoksicavikol asetat, merupakan senyawa yang bersifat antimalaria dari tumbuhan Artemisia annua (Composiate). Senyawa ini merupakan jenis seskuiterpen dari golongan terpenoid. Senyawa fenolik curcumin yang berasal dari kunyit (Curcuma longa) bersifat antiinflamasi dan

(17)

5 menunjukkan adanya aktifitas penghambatan pertumbuhan mikroba oleh minyak atsiri dan fraksi methanol rimpang lengkuas pada beberapa spesies bakteri dan jamur. Kencur (Kaempferia galanga L.)

Kencur merupakan tumbuhan kecil berdaun lebar, letaknya mendatar, hampir rata dengan permukaan tanah, rimpangnya bercabang-cabang dan berwarna putih kekuningan, bagian tengahnya berwarna putih sedangkan pinggirnya berwarna coklat dan berbau harum (Miranti, 2009). Kencur tergolong pada familia Zingiberaceae.

Kencur banyak digunakan sebagai bahan baku obat tradisional (jamu). Wirapati (2008) menyatakan bahwa kencur bermanfaat untuk menambah nafsu makan dan dapat melancarkan aliran darah. Hal ini dikarenakan kencur mengandung senyawa aktif saponin, flavonoid, polifenoid, dan alkaloida. Menurut Pramono (1994), tanaman kencur mengandung banyak zat kimia minyak atsiri sebesar 2,4% - 3,9% yang bermanfaat sebagi penambah nafsu makan.

Kayu Manis(Cinnamomum burmani)

Kayu manis (Cinnamomum burmani) merupakan rempah-rempah dalam bentuk kulit kayu yang biasa dimanfaatkan masyarakat Indonesia dalam hidup sehari-hari. Kayu manis memiliki sifat kimia hangat, pedas, wangi, dan sedikit manis (Azima, 2008). Sementara itu, kandungan kimianya antara lain minyak atsiri, safrole, sinamadehide, eigenol, tanin, damar, kalsium, oksanat, dan zat penyamak (Azima, 2008).

Bawang Putih (Allium sativum L.)

Bawang putih merupakan batang semu dan berfungsi untuk menyimpan cadangan makanan. Bawang putih merupakan famili tanaman yang berbau tajam dan pedas (Hermes, 2001). Bawang putih varietas putih lebih banyak digunakan untuk tujuan pengekstrakan. Umbi bawang putih dapat diekstrak menjadi air, protein, lemak, karbohidrat, vitamin B komplek, vitamin C, mineral kalsium, fosfor, magnesium, dan kalium (Reynold, 1992).

(18)

6 menurunkan kadar kolesterol darah serta bersifat anti bakteri ; skordinin adalah senyawa yang menyebabkan bau yamg tidak sedap pada bawang putih, tetapi senyawa ini bersifat antiseptik ; allil (propenyl alnina) yang memberi bau khas pada bawang putih dan juga berfungsi sebagai antiseptik dan antioksidan ; saponin yang dapat yang dapat menyebabkan sel-sel cacing terhidrolisis ; diallyl organic dan propyl allyl organic yang bersifat trombolik dan penghancur gumpalan darah (Reynold, 1992).

Daun Sirih Hijau(Piper batle Linn.)

Sirih (Piper batle Linn.) sudah dikenal lama dan dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia. Daun sirih merupakan tumbuhan yang merambat dengan menggunakan akar tambahan (pembantu) yang pendek dan banyak sekali. Tinggi pohon sirih mencapai 2-4 m, batang kuat setengah berkayu, batang yang masih muda licin tidak berbulu. Pada bagian buku membesar dan dari sini keluar daun yang bentuknya bulat melebar, elips melonjong, panjang 6-17,5 cm dan lebar 3,5-10 cm. Bagian pangla daun berbentuk seperti jantung dan belahan daun sering sama besarnya. Ujung daun meruncing pendek, pinggiran daun rata tetapi agak berombak, jelaian daun tebal, telapak dan punggung licin mengkilat, warna hijau terang, biasanya berurat daun 5-7 pasang, tangkai daun kuat, panjang 2-2,5 cm (Darwis 1991).

Daun sirih mengandung asam amino kecuali lisin, hitsidin dan arginin. Asam amino esensial yang paling banyak terkandung dalam daun sirih adalah asparagin. Minyak atsiri daun sirih merupakan kandungan yang memberikan bau aromatik dan rasa pedas yang khas (Darwis, 1991). Daun sirih mengandung antiseptik pada seluruh bagiannya. Daun sirih mempunyai aroma yang khas karena mengandung minyak atsiri 1% - 4,2%, air, protein, karbohidrat, kalsium, fosfor, vitamin A, B, C yodium, gula, dan pati (Soemiati dan Elya, 2002).

Molases

(19)

7 Molases dapat juga digunakan untuk pakan ternak walaupun sifatnya hanya sebagai pendukung. Keuntungan penggunaan molases untuk pakan ternak adalah kadar karbohidrat tinggi 48% - 60% sebagai gula, kadar mineral cukup, dan rasanya disukai ternak karena manis. Kadar kalium molases yang tinggi dapat menyebabkan diare jika konsumsi terlalu banyak (Rangkuti et al., 1995).

Effective Microorganism (EM4)

Effective Microorganism (EM4) merupakan media kultur berbetuk cairan

yang dapat disimpan lama. Effective Microorganism (EM4) mengandung 90% bakteri Lactobacillus sp (bakteri penghasil asam laktat) pelarut fosfat, bakteri fotosintetik, Actinomycetes sp., Streptomycertes sp., ragi, serta jamur pengurai sellulosa. Menurut Klaver dan Meer (1993) bakteri Lactobacillus sp dapat menurunkan kadar kolesterol darah. Effective Microorganism (EM4) merupakan suatu tambahan untuk mengoptimalkan pemanfaatan zat-zat makanan karena bakteri yang terdapat dalam EM4 dapat mencerna selulosa, pati, gula, protein dan lemak (Surung, 2008). Menurut Soeharsono (2002), pemberian effective microorganism (EM4)dapat meningkatkan konsumsi pakan ternak.

Konsumsi Ransum

Pertumbuhan ternak tergantung dari jumlah konsumsi ransum yang dimakan. Tingkat energi dalam ransum menentukan banyaknya pakan yang dikonsumsi. Banyaknya pakan yang dikonsumsi tergantung pada besarnya jenis ternak, keaktifan ternak, dan suhu lingkungan. MNational Research Council (1994) faktor-faktor yeng mempengaruhi konsumsi ransum adalah besarnya tubuh ternak, aktivitas ternak, suhu lingkungan, kualitas dan kuantitas ransum. Amrullah (2004) menyatakan bahwa ada dua faktor utama yang berpengaruh terhadap konsumsi ransum harian yaitu kandungan kalori ransum dan suhu lingkungan.

Telur

(20)

8 Bobot Telur

Faktor yang mempengaruhi bobot telur adalah umur masa kelamin, bangsa, umur unggas, tingkat protein dalam ransum, cara pemeliharaan dan suhu lingkungan (Stadelaman dan Cotteril, 1977). Rata-rata bobot telur ayam selama produksi tergantung pada bobot telur pertama. Jika telur pertama besar maka rata-rata berat telur pada produksi selanjutnya akan lebih besar (Romanoff dan Romanoff, 1963). Bobot telur ayam Arab 42,3 g/butir dengan kemampuan bertelur sekitar 190-250 butir/tahun (Rozi, 2003).

Anggorodi (1985) menyatakan, bahwa berdasarkan bobotnya, telur ayam terdiri dari 31% kuning telur, 59% putih telur dan 10% kerabang putih telur. Rahayu (2003) menyatakan bahwa secara umum persentase berat masing-masing bagian dari telur ayam ras adalah 23,34% kuning telur, 62,2% putih telur, dan 14% kerabang telur. Anggorodi (1985) menguraikan, bahwa disamping genetik, bahwa bobot telur juga ditentukan oleh tingkat kedewasaan, umur, obat-obatan dan beberapa zat makanan dalam pakan.

Kuning Telur

Kuning telur merupakan makanan dan sumber lemak bagi perkembangan embrio. Menurut Yuwanta (2010), berat kuning telur 30% dari bobot telur. Hutt (1949) menyatakan, bahwa pada ayam terdapat keragaman dalam berat kuning telur. Hal ini ditunjukkan oleh Syarida (1996) bahwa ayam White Wyandotte mempunyai rataan kuning telur 29,8%, Rhode Island Reds 30,3%, dan White Leghorn 30,3% dari berat telur utuh. Iza et al. (1985) menyatakan bahwa, persentase kuning telur akan meningkat dengan bertambahnya umur dan pada akhir satu tahun produksi persentase berat kuning telur akan relatif konstan.

Warna Kuning Telur

(21)

9 Karotenoid merupakan prekursor vitamin A yang dibuat oleh tumbuh-tumbuhan dan disimpan dalam daun, buah serta biji yang berwarna kuning. Karotenoid dapat ditemukan pada tanaman umbi seperti wortel, kunyit dan temulawak (Chung, 2002).

Kolesterol

Kolesterol adalah sterol yang terpenting dari organ-organ hewan dan diklasifikasikan ke dalam golongan lipid (lemak). Kolesterol merupakan substansi lemak hasil metabolisme yang banyak ditemukan di dalam darah serta cairan empedu (Frandson, 1992). Selain itu, terdapat juga pada hati, daging, otak, kuning telur, usus ginjal, lemak hewan, darah, jaringan urat saraf dan kortilis adrenal (Harper et al., 1979).

Menurut Guyton (2000), kolesterol banyak terkandung dalam kuning telur, daging merah dan hati. Hasil penelitian Consumer and Food Economic’s Institute (1989), menyatakan bahwa telur mempunyai kandungan kolesterol yang tinggi, yaitu sekitar 213 mg/butir untuk telur ayam dan telur puyuh sekitar 156 mg/butir. Sebutir telur mengandung kolesterol 150 mg, daging sapi seberat 50 g memiliki kandungan kolesterol sebesar 35 mg, sedangkan hati mengandung 150 mg kolesterol dalam setiap 5 g (Guyton, 2000).

Kolesterol dalam tubuh berfungsi sebagai prekursor pembentuk asam empedu yang disintesis di dalam hati yang berfungsi untuk menyerap trigliserida dan vitamin yang larut dari makanan. Dalam keadaan normal, kolesterol dibutuhkan tubuh dalam membentuk membran sel, struktur insulin otak, sistem saraf pusat, dan vitamin D (Murray et al., 2003).

Biosintesis Kolesterol

(22)

10 Vitamin A

Vitamin A merupakan zat yang sangat larut dalam pelarut organik, namun tidak larut dalam cairan-cairan yang mengandung molekul air. Menurut Almatsier (2001), vitamin A tidak dapat dibentuk oleh tubuh sehingga harus didatangkan dari makanan. Vitamin A terdapat dalam dua jenis, yaitu preformed vitamin A dan karoten (provitamin A). Karoten merupakan sebagian besar sumber vitamin A yang terdapat dalam bahan-bahan nabati. Karoten terbagi menjadi α, dan karoten. Menurut Yuliani dan Marwati (1997), karoten yang paling penting untuk hewan dan

manusia adalah karoten, karena mempunyai aktivitas provitamin A yang terbesar. Karoten dalam bentuk beta-karoten yang berasal dari makanan diserap di mukosa usus halus dengan bantuan asam empedu (pembentukan micelle). Sebagian -karoten yang diserap dalam mukosa usus diubah menjadi bentuk retinol (vitamin A alkohol). Retinol dengan bantuan asam lemak diubah menjadi bentuk retinil ester (vitamin A ester) yang selanjutnya bergabung dengan kilomikron. Kilomikron diserap melalui saluran limpatik dan bergabung dengan darah yang kemudian ditransportasikan ke hati selanjutnya diedarkan ke jaringan target lainnya seperti daging dan komponen telur (Gropper et al., 2009).

Piliang (1995) menyatakan bahwa vitamin A dibutuhkan oleh semua hewan termasuk unggas. Defisiensi vitamin A pada unggas mengakibatkan nafsu makan berkurang dan menurunnya pertumbuhan merupakan tanda-tanda awal yang disertai kelemahan, serta pertumbuhan bulu-bulu halus tidak sempurna. Vitamin A dalam tubuh hewan dalam kondisi normal dominan disimpan dalam hati dan sedikit disimpan dalam ginjal dan kelenjar adrenal (Piliang, 1995). Di dalam tubuh, karoten yang berasal dari makanan mengalami proses absorpsi dan mengalami metabolisme.

(23)

11 sesuai dan rendahnya reproduksi. Menurut Watson (2002) vitamin A yang terdapat dalam telur sekitar 635 IU/100g telur tanpa kerabang.

Penggunaan Jamu Pada Unggas

Secara umum penggunaan tanaman obat bagi manusia dan hewan adalah untuk peningkatan daya tahan tubuh, pencegahan, dan penyembuhan penyakit serta pemulihan kesehatan (Sulandari et al., 2007). Penggunaan tanaman rempah dan obat sebagai jamu yang terdiri dari komponen kencur, jahe, lengkuas, kunyit, temulawak, bawang putih, daun sirih dan kayu manis menurut hasil penelitian terhadap produksi telur ayam terbukti nyata meningkatkan warna kuning telur lebih oranye (skor 8) dibandingkan warna kuning telur tanpa penambahan larutan jamu (Zaenudin dan Wakradihardja 2001). Kandungan nutrien jamu ternak diperlihatkan pada Tabel 2.

Tabel 2. Kandungan Nutrien Bahan Jamu Ternak

(24)

12 Haruna dan Sumang (2008) menyatakan bahwa hasil monitoring dan hasil pengamatan serta laporan dari peternak yang menggunakan jamu ternak, bahwa jamu ternak berpengaruh terhadap efisiensi penggunaan pakan, warna skor kuning telur lebih orange, aroma daging dan telur tidak berbau amis, serta kotoran tidak berbau menyengat. Menurut Suliyah (2010), penambahan jamu ternak melalui air minum ayam Arab pada level 0, 10, 20 dan 30 ml/ekor/hari selama 5 minggu tidak berpengaruh nyata terhadap kandungan kolesterol. Pada penelitian Suliyah (2010) menggunakan ayam Arab periode petelur berumur satu tahun yang dialokasikan ke dalam 4 perlakuan dengan 2 ulangan, dan setiap perlakuan terdiri dari 130 ekor. Jamu dalam penelitian Suliyah (2010) diberikan selama tiga hari berturut-turut dalam setiap minggunya. Kandungan kolesterol telur hasil penelitian Suliyah (2010) ditampilkan pada Tabel 3.

Tabel 3. Kandungan Kolesterol Kuning Telur Ayam Arab Hasil Penelitian Suliyah

Peubah Perlakuan

A0 = Pemberian air minum tanpa penambahan jamu

A10 = Pemberian 1.300 ml jamu yang dilarutkan ke dalam air sebanyak 20 l air untuk 1.300 ekor ayam

A20 = Pemberian 2.600 ml jamu yang dilarutkan ke dalam air sebanyak 20 l air untuk 1.300 ekor ayam

A30 = Pemberian 3.900 ml jamu yang dilarutkan ke dalam air sebanyak 20 l air untuk 1.300 ekor ayam

Menurut Suliyah (2010) pemberian jamu 10 ml sampai 30 ml pada ayam Arab periode petelur berumur satu tahun diduga masih kurang, sehingga zat aktif yang terdapat pada jamu belum optimal menurunkan kandungan kolesterol kuning telur. Kandungan kimia bahan jamu ternak ditampilkan pada Tabel 4.

(25)
(26)

14 Tabel 4. Kandungan Kimia Bahan Jamu Ternak

(27)

15

Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (2005a) 2)

Sheikhafoody (2012) 3)

Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (2005b) 4)

Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (2005c) 5)

Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (2005d) 6)

Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (2005e) 7)

Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (2005f) 8)

(28)

16 MATERI DAN METODE

Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilakukan di kandang C, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Penelitian dilaksanakan selama delapan minggu mulai dari persiapan penelitian sampai analisis laboratorium, yang dimulai dari bulan Juni sampai Agustus 2011.

Materi

Ternak

Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah ayam Arab betina usia 19 minggu sebanyak 48 ekor. Ayam Arab diperoleh dari breeding farm di daerah Leuwiliang, Bogor.

Kandang dan Peralatan

Kandang yang digunakan dalam penelitian adalah kandang kawat batere yang berukuran 110 cm x 40 cm x 45 cm (panjang x lebar x tinggi). Satu set kandang disekat menjadi 2 kotak dan masing-masing kotak diisi sebanyak 2 ekor ayam. Kandang dilengkapi dengan tempat pakan dan tempat minum yang terbuat dari bambu yang dibelah menjadi dua bagian dan diletakan sesuai dengan panjang kandang. Peralatan lain yang digunakan adalah timbangan digital, plastik pakan, ember dan alat tulis.

Pakan

(29)

17 Tabel 5. Komposisi Pakan Penelitian

Nama Bahan Jumlah (%)

Tabel 6. Kandungan Nutrien Pakan Penelitian Berdasarkan As fed

Nutrisi Kandungan*) Kebutuhan**)

Sumber : *) Hasil analisa Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan IPB, 2011

(30)

18 Jamu Ternak

Tanaman obat yang digunakan untuk jamu adalah kencur, bawang putih, jahe, lengkuas, kunyit, temulawak, daun sirih hijau, dan kayu manis yang masih segar ditambah molasses dan EM4 (Saenab et al., 2002). Bahan jamu dipotong-potong dan dihaluskan dengan blender, selanjutnya jamu disaring untuk memperoleh cairannya atau ekstraknya. Jamu ditambahkan molases dan EM4, kemudian diencerkan dengan air bersih sampai campuran berjumlah 3 liter. Jamu dimasukkan ke dalam jerigen plastik berukuran 5 liter dan ditutup rapat. Proses pembuatan jamu ternak dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Proses Pembuatan Jamu Ternak Sumber : Saenab et al. (2002)

Prosedur

Persiapan Kandang dan Peralatan

Sebelum penelitian dilaksanakan, kandang dipersiapkan terlebih dahulu. Persiapan kandang meliputi sanitasi kandang, dan lingkungan sekitar kandang, serta persiapan peralatan yang akan digunakan.

Pemeliharaan

Ayam dipelihara selama 2 minggu untuk adaptasi. Masa adaptasi dilakukan untuk membiasakan ayam terhadap lingkungan dan konsumsi pakan penelitian, kemudian ayam diberikan perlakuan selama 6 minggu. Penimbangan bobot badan awal ayam dilakukan saat ayam berumur 19 minggu (awal penelitian) dan diakhir

Kencur 750 g Bawang putih 750 g Jahe 375 g

Lengkuas 375 g Kunyit 375 g Temulawak 375 g Daun sirih hijau 187,5 g Kayu manis187,5 g

Dihaluskan

Ditambah 300 ml molases dan 300 ml EM4

(31)

19 penelitian. Ransum yang diberikan adalah ransum buatan sendiri. Ransum diberikan sesuai kebutuhan ayam, yaitu 100 g/ekor. Air minum diberikan ad libitum.

Cara Pemberian Jamu

Pemberian jamu dilakukan pada siang hari sekitar pukul 10.00 WIB dengan cara dicampurkan dengan air minum. Jamu diberikan pada siang hari karena pada siang hari cuaca cukup panas sehingga ayam akan sering minum dan jamu yang diberikan akan cepat habis. Ayam pada perlakuan P0 tidak diberikan jamu ternak. Jamu ternak diberikan pada perlakuan P1 sebanyak 5 ml/ekor/hari dan perlakuan P2 sebanyak 10 ml/ekor/hari, masing-masing selama tiga hari berturut-turut (hari Senin sampai hari Rabu) setiap minggu. Jamu yang diberikan dicampur dengan air bersih. Air bersih yang ditambahkan pada masing-masing ulangan sebanyak 200 ml, yang setiap ulangannya terdiri atas empat ekor ayam.

Rancangan dan Analisis Data

Perlakuan

Jamu diberikan melalui air minum dengan perlakuan sebagai berikut : P0 = Kontrol (tidak diberi jamu)

P1 = Pemberian 5 ml/ekor/hari jamu dicampur dengan 50 ml air minum. P2 = Pemberian 10 ml/ekor/hari jamu dicampur dengan 50 ml air minum.

Jamu diberikan selama tiga hari berturut-turut (hari Senin sampai hari Rabu) setiap minggu selama enam minggu.

Rancangan Percobaan

Percobaan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) (Steel dan Torrie, 1993) dengan 3 perlakuan (P0, P1, dan P2) dan 4 ulangan yang terdiri dari 4 ekor ayam. Matematis analisis rancangan tersebut adalah :

Yij = µ + Pi + єij

Keterangan :

Yij = Nilai pengamatan pemberian jamu ternak ke-i dan ulangan ke-j

µ = Rataan umum

Pi = Pengaruh pemberian jamu ternak ke-i (i = 0, 5 dan 10 ml/ekor/hari)

(32)

20 Analisis Data

Data konsumsi ransum, bobot telur, bobot kuning telur, persentase bobot kuning telur, skor warna kuning telur dan kandungan kolesterol kuning telur dianalisis ragam (analysis of variance). Perbedaan nyata diantara perlakuan dilanjutkan dengan uji Duncan. Hasil analisis vitamin A pada jamu dan kuning telur dianalisis secara deskriptif.

Peubah yang Diamati

1. Konsumsi ransum (g/ekor/hari)

Konsumsi ransum dihitung dari selisih ransum yang diberikan (g) dengan sisa ransum (g) yang ada setiap selama pemeliharaan, kemudian dirata-rata.

2. Bobot Telur (g/butir)

Bobot telur (g/butir) ditimbang setiap hari selama penelitian. 3. Bobot Kuning Telur (g)

Bobot kuning telur diperoleh dari sampel setiap minggu dari telur yang diambil setiap hari.

4. Persentase Bobot Kuning Telur (%)

Persentase bobot kuning telur dihitung berdasarkan perbandingan antara bobot kuning telur (g) dengan bobot telur (g) kali 100 %.

5. Skor Warna Kuning Telur

Skor warna kuning telur merupakan warna kuning telur yang ditentukan dengan menggunakan Roche Yolk Colour Fan dengan skala 1-15.

6. Kandungan Kolesterol Kuning Telur (mg/100g)

(33)

21 volume 5 ml), selanjutnya ditambahkan 2 ml acetic anhidrid dan 0,2 ml H2SO4

pekat. Setelah itu dicampur dengan vortex dan didiamkan dalam tempat gelap selama 15 menit. Setelah itu dilakukan pembacaan menggunakan sfektrofotometer pada panjang gelombang 420 nm. Nilai kolesterol tersebut diperoleh dari perhitungan sebagai berikut:

7. Kandungan Vitamin A pada Jamu dan Kuning Telur (mg/100 g)

Sampel kuning telur untuk diuji diambil secara komposit per perlakuan, sehingga tidak ada ulangan. Telur yang digunakan diambil pada akhir penelitian (minggu ke-5). Analisa vitamin A dilakukan berdasarkan metode High Performance Liquid Chromatography (HPLC). Sampel ditimbang dan

dimasukan ke dalam labu. Sampel ditambahkan ethanol 95% dan diaduk hingga merata. Setelah itu direfluk selama 30 menit pada suhu 80 °C dengan menggunakan penangas air, lalu didinginkan. Sampel diekstrak dengan diethyl ether kemudian disaring dengan kertas saring untuk menghilangkan sisa air yang ada. Ekstrak diuapkan menggunakan rotary evaporator kemudian diencerkan dengan ethanol dan diinjek ke HPLC.

(34)

22 HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Perlakuan Terhadap Konsumsi Ransum Ayam Arab

Konsumsi ransum adalah sejumlah ransum yang dimakan oleh ternak untuk mempertahankan hidup ternak (Anggorodi 1995). Menurut Sutardi (1980), ransum dikonsumsi oleh ternak untuk memenuhi kebutuhan pokok, pertumbuhan dan produksi). Tingkat palatabilitas pakan diprngaruhi oleh bau, rasa, warna, dan bentuk pakan (Widodo 2002).

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian jamu ternak melalui air minum tidak mempengaruhi konsumsi ransum. Konsumsi ransum penelitian berkisar 92,63-93,38 g/ekor/hari. Menurut acuan konsumsi pakan pembibitan dan peternakan ayam Trias Farm (2011), kebutuhan pakan ayam Arab umur 26 minggu yaitu 90 g/ekor/hari. Tingkat konsumsi ransum perlakuan kontrol cenderung lebih tinggi. Hal ini diduga senyawa aromatik yang terdapat pada jamu tidak meningkatkan nafsu makan ternak. Rataan konsumsi ransum dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Rataan Konsumsi Ransum Ayam Arab yang Diberi Jamu Ternak Melalui Air Minum

Peubah Perlakuan

P0 P1 P2

Konsumsi Ransum (g/ekor/hari) 93,38±0,95 92,73±2,24 92,63±1,92

Keterangan : P0 = Kontrol (tidak diberi jamu)

P1 = Pemberian 5 ml jamu dicampur ke dalam air minum sebanyak 50 ml/ekor/hari P2 = Pemberian 10 ml jamu dicampur ke dalam air minum sebanyak 50 ml/ekor/hari

Pengaruh Pemberian Jamu Terhadap Bobot Telur

(35)

23 Rataan bobot telur ayam Arab dengan pemberian jamu pada level 5 ml/ekor/hari dan 10 ml/ekor/hari relatif lebih tinggi dibanding dengan yang tidak diberi jamu (kontrol), namun konsumsi pakan tinggi. Hal ini menunjukkan adanya efisiensi pakan yang dipengaruhi jamu ternak yaitu jamu mampu membantu proses metabolisme sehingga penyerapan protein pakan relatif lebih baik. Menurut Safaa (2007) pemberian bubuk bawang putih sebesar 2,0% tidak berpengaruh terhadap bobot telur. Rataan bobot telur dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Rataan Bobot Telur Ayam Arab yang Diberi Jamu Ternak Melalui Air Minum

Peubah Perlakuan

P0 P1 P2

Bobot Telur (g/butir) 35,74±1,36 37,05±2,56 36,66±0,99

Keterangan : P0 = Kontrol (tidak diberi jamu)

P1 = Pemberian 5 ml jamu dicampur ke dalam air minum sebanyak 50 ml/ekor/hari P2 = Pemberian 10 ml jamu dicampur ke dalam air minum sebanyak 50 ml/ekor/hari

Pengaruh Pemberian Jamu Terhadap Bobot Kuning Telur dan Persentase Bobot Kuning Telur

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian jamu tidak berpengaruh nyata terhadap bobot kuning telur dan persentase kuning telur. Bobot kuning telur berkisar 10,00-10,55 g dan persentase bobot kuning telur selama penelitian berkisar 27,02% - 28,24%. Rataan bobot kuning telur dan persentase bobot kuning telur dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Rataan Bobot Kuning Telur dan Persentase Bobot Kuning Telur Ayam Arab yang Diberi Jamu Ternak Melalui Air Minum

Peubah Perlakuan

P0 P1 P2

Bobot Kuning Telur (g/butir) 10,00±0,72 10,55±0,42 10,02±0,34 Persentase Bobot KT(%) 27,96±1,18 28,41±1,11 27,31±0,50

Keterangan : KT = Kuning Telur

P0 = Kontrol (tidak diberi jamu)

P1 = Pemberian 5 ml jamu dicampur ke dalam air minum sebanyak 50 ml/ekor/hari P2 = Pemberian 10 ml jamu dicampur ke dalam air minum sebanyak 50

(36)

24 Rataan bobot kuning telur dan persentase bobot kuning telur penelitian berbeda dengan yang telah dinyatakan Diwyanto dan Prijono (2007) yang menyatakan bobot kuning telur ayam Arab 16,0 g/butir dan Abubakar et al. (2005) yang menyatakan persentase bobot kuning telur ayam Arab 35,74%. Hal ini mengindikasikan jamu yang digunakan dalam penelitian bukan merupakan sumber protein. Antoni (2003) menyatakan bobot kuning telur berhubungan dengan tingkat protein yang akan mempengaruhi pembentukan kuning telur. Apabila protein yang terkandung dalam pakan tinggi maka berat kuning telur akan semakin tinggi. Safaa (2007) menyatakan pemberian bubuk bawang putih sebesar 2,0% tidak berpengaruh terhadap bobot telur. Bobot kuning telur sangat erat hubungannya dengan bobot telur, semakin besar bobot telur maka semakin besar bobot kuning telur (North dan Bell, 1990).

Pengaruh Pemberian Jamu Terhadap Skor Warna Kuning Telur

Warna kuning telur merupakan faktor untuk menentukan kualitas telur (Stadelman dan Cotterill, 1977). Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian jamu ternak melalui air minum pada level 5 ml/ekor/hari dan 10 ml/ekor/hari berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap skor warna kuning telur. Rataan skor warna kuning telur dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Rataan Skor Warna Kuning Telur Ayam Arab yang Diberi Jamu Ternak Melalui Air Minum

Peubah Perlakuan

P0 P1 P2

Skor Kuning Telur 8,09±0,32a 8,42±0,28ab 8,70±0,30b

Keterangan : Superskrip dengan huruf berbeda menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P< 0,05) P0 = Kontrol (tidak diberi jamu)

P1 = Pemberian 5 ml jamu dicampur ke dalam air minum sebanyak 50 ml/ekor/hari P2 = Pemberian 10 ml jamu dicampur ke dalam air minum sebanyak 50 ml/ekor/hari

(37)

25 menghasilkan intensitas warna kuning telur yang lebih tinggi (North dan Bell, 1990). Karotenoid dapat ditemukan pada tanaman umbi seperti wortel, kunyit dan temulawak (Chung, 2002).

Kurkumin merupakan komponen utama pigmen kunyit, rimpang kunyit berwarna kuning jingga, kuning jingga kemerahan hingga kecoklatan (Wijayakusuma et al., 1996). Kunyit mengandung kurkuminoid sebanyak 3,0% (Natarajan dan Lewis 1980). Sidik et al. (1995) menyatakan temulawak mengandung fraksi kurkuminoid sebanyak 1,95% yang merupakan pemberi warna kuning sampai kemerahan pada rimpangnya.

Pengaruh Pemberian Jamu Terhadap Kolesterol Kuning Telur

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian jamu tidak berpengaruh nyata terhadap kandungan kolesterol dalam kuning telur. Rataan kolesterol kuning telur disajikan pada Tabel 11.

Tabel 11. Rataan Kandungan Kolesterol Kuning Telur Ayam Arab yang Diberi Jamu Ternak Melalui Air Minum

Peubah Perlakuan

P0 P1 P2

Kolesterol KT (mg/100 g) 563,51±15,58 570,70±75,04 535,28±72,48 Kolesterol KT (mg/g) 5,65±1,56 5,70±7,50 5,35 ±7,25

Keterangan : KT = Kuning Telur

P0 = Kontrol (tidak diberi jamu)

P1 = Pemberian 5 ml jamu dicampur ke dalam air minum sebanyak 50 ml/ekor/hari P2 = Pemberian 10 ml jamu dicampur ke dalam air minum sebanyak 50

ml/ekor/hari

Hasil penelitian Suliyah (2010) dengan pemberian jamu 10 ml sampai 30 ml pada ayam Arab periode petelur berumur satu tahun tidak berpengaruh terhadap kandungan kolesterol kuning telur. Kandungan kolesterol kuning telur penelitian Suliyah (2010) berkisar 2070 mg/100 g - 2340 mg/100 g. Kandungan kolesterol kuning telur perlakuan kontrol (tanpa pemberian jamu) 2340 mg/100 g. Hal ini menggambarkan umur merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kandungan kolesterol kuning telur.

(38)

26 duodenum sehingga akan mengurangi sintesis kolesterol karena kolesterol merupakan salah satu bahan baku empedu, maka semakin banyak empedu yang disekresikan semakin banyak kolesterol yang digunakan dalam empedu.

-karoten merupakan provitamin A yang dapat berfungsi sebagai antioksidan selain itu merupakan salah satu karotenoid yang memberikan warna kuning, jingga,

dan merah, sehingga dapat berfungsi sebagai pigmen kuning telur. -karoten juga mampu menghambat kerja enzim HMG-KoA (hidroksimetil glutaril-KoA) reduktase yang berperan dalam pembentukan mevalonat pada proses biosintesis kolesterol (Stocker, 1993). Penghambatan enzim HMG-KoA (hidroksimetil glutaril-KoA) redukrase dapat membatasi kerja enzim dalam pembentukan mevalonat, sehingga dapat mengurangi sintesis kolesterol intraseluler yang disintesis di hati. Enzim ini berperan dalam pembentukan mevalonat dalam proses biosintesa kolesterol (Wang dan Keasling, 2002). Sintesis kolesterol dan sintesis -karoten sama-sama melalui jalur mevalonat dan berasal dari asetil koA. Bila terjadi peningkatan konsumsi beta-karoten yang lebih besar dari asam lemak jenuh maka proses biosintesis oleh enzim HMG-KoA diarahkan pada -karoten, sehingga asam lemak jenuh tidak diubah

menjadi kolesterol (Nuraini, β006). Alur peran -karoten terhadap kolesterol kuning telur diperlihatkan pada Gambar 2.

Gambar 2. Peran -Karoten terhadap Kolesterol Kuning Telur

Sumber: *) Stocker (1993) dan **) Wang dan Keasling ( 2002)

Beta-Karoten dapat menghambat kerja enzim HMG-KoA reduktase*

HMG-Koa reduktase merupakan enzim untuk pembentukan mevalonat *

Mevalonat berfungsi untuk biosintesis kolesterol di hati **

Kolesterol kuning telur disintesis dihati **

(39)

27 Berdasarkan hasil penelitian, diduga pemberian jamu 5-10 ml/ekor dalam air masih kurang, sehingga peran -karoten dalam jamu belum optimal dalam menghambat kerja enzim HMG-KoA (hidroksimetil glutaril-KoA) reduktase yang berperan dalam pembentukan mevalonat pada proses biosintesis kolesterol, selain itu peran kurkuminoid memacu produksi empedu yang berasal dari kolesterol darah juga belum optimal, sehingga pemberian jamu tidak menurunkan kandungan kolesterol dalam kuning telur. Faktor lain yang diduga tidak menurunkan kandungan kolesterol adalah serat kasar dalam ransum. Piliang dan Djojosoebagio (2006) menyatakan bahwa ransum ayam petelur yang mengandung serat kasar lebih tinggi (7,36%-8,52%) dapat menurunkan kandungan kolesterol telur sebesar 1,28 mg/g yolk.

Pengaruh Pemberian Jamu Terhadap Vitamin A Kuning Telur

Hasil uji vitamin A pada kuning telur dan jamu yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Kandungan Vitamin A Kuning Telur

Perlakuan Jumlah (mikrogram/100 g)

P0 596,787

P1 700,034

P2 800,962

Sumber : Hasil Analisis Laboratorium Pasca Panen, Badan Penelitian dan Pengembangan pertanian, Departemen Pertanian, 2011

Keterangan : P0 = Kontrol (tidak diberi jamu)

P1 = Pemberian 5 ml jamu dicampur ke dalam air minum sebanyak 50 ml/ekor/hari P2 = Pemberian 10 ml jamu dicampur ke dalam air minum sebanyak 50 ml/ekor/hari

Adanya level penambahan jamu yang berbeda pada air minum memberikan kandungan vitamin A yang berbeda, hal ini sejalan (linier) dengan skor warna kuning telur. Semakin banyak pemberian jamu, vitamin A kuning telur semakin meningkat. Menurut Winarno (1992), sebagian besar sumber vitamin A adalah karoten yang banyak terdapat dalam bahan-bahan nabati. Jamu yang digunakan pada penelitian ini mengandung vitamin A 924,275 mg/100 g.

(40)

28 peningkatan kandungan vitamin A pada kuning telur dan menunjukkan bahwa kandungan provitamin dalam jamu terdeposisi pada kuning telur. Hal ini disebabkan bahan jamu yang digunakan dalam penelitian seperti kunyit dan temulawak mengandung pigmen karoten dan kurkumin. Karotenoid dapat ditemukan pada tanaman umbi seperti wortel, kunyit dan temulawak (Chung, 2002).

Karoten dalam bentuk -karoten yang berasal dari makanan diserap di mukosa usus halus dengan bantuan asam empedu (pembentukan micelle). Sebagian -karoten yang diserap dalam mukosa usus diubah menjadi bentuk retinol (vitamin A alkohol). Retinol dengan bantuan asam lemak diubah menjadi bentuk retinil ester (vitamin A ester) yang selanjutnya bergabung dengan kilomikron. Kilomikron diserap melalui saluran limpatik dan bergabung dengan darah yang kemudian ditransportasikan ke hati selanjutnya diedarkan ke jaringan target lainnya seperti daging dan komponen telur (Gropper et al., 2009).

(41)

29 KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Pemberian jamu ternak menghasilkan kuning telur dengan kandungan vitamin A yang lebih tinggi dan warna lebih pekat, tetapi tidak menurunkan kandungan kolesterol.

Saran

(42)

30 UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini. Skripsi ini berjudul Kandungan Kolesterol dan Vitamin A Kuning Telur Ayam Arab yang Diberi Jamu Ternak Melalui Air Minum. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Dr. Rudi Afnan, S.Pt., M.Sc.Agr. sebagai dosen pembimbing utama serta Ibu Ir. Widya Hermana, M.Si. sebagai dosen pembimbing anggota yang telah banyak memberi ilmu, membantu sejak penelitian hingga penyelesaian skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada dosen penguji seminar Tuti Suryati, SPt., M.Si yang telah banyak memberikan masukan dalam seminar. Terima kasih kepada dosen penguji sidang Dr. Ir. Salundik, M.Si dan Dr. Ir. Sumiati, M.Sc serta Dr. Ir. Afton Atabany, M.Si yang telah memberikan masukan dalam perbaikan skripsi.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak dan Ibu tercinta yang senantiasa memberikan dukungan moril dan materil serta doa, semangat, dan kasih sayangnya yang tidak tergantikan oleh apapun hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Tak lupa juga penulis sampaikan terimakasih kepada teman-teman Alih Jenis Fapet yang selalu memberi inspirasi dan semangat. Penulis ucapkan juga kepada Ibu Lanjarsih dan Mas Mul yang telah banyak membantu penulis dalam pelaksanaan penelitian, serta Pak Warim, Yugi dan Mas Hendri selaku rekan penelitian

Terakhir penulis ucapkan terima kasih kepada semua dosen dan pegawai di Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Semoga skripsi ini bermanfaat untuk semua pihak.

(43)

31 DAFTAR PUSTAKA

Abubakar, G. Pambudi, & Sunarto. 2005. Performans ayam buras dan biosekuritas di balai pembibitan ternak unggul sapi dwiguna dan ayam. Prosiding. Lokakarya Nasional Inovasi Teknologi Pengembangan Ayam Lokal. Hal. 63-67.

Almatsier, S. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Amrullah, I. K. 2004. Nutrisi Ayam Petelur. Lembaga Satu Gunung Budi, Bogor. Anggorodi, H. R. 1985. Ilmu Makanan Ternak Unggas. Universitas Indonesia,

Jakarta.

Antoni, R. 2003. Tampilan kualitas telur ayam tipe medium dengan waktu pemberian dan level protein pakan yang berbeda. Skripsi. Program Studi Teknologi Produksi Ternak. Jurusan Ilmu Produksi Ternak. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Azima, F. 2008. Kayu manis. http://www.jamitra.com. [3 Desember 2012]

Card, L. E. & M. C. Nesheim. 1972. Poultry Production. 11th ed. Lea and Febinger, Philadelphia.

Cheeke, P. R. 1999. Applied Animal Nutrition. Feeds and Feeding 2nd ed. Prentice Hall, Upper Saddle River, New Jersey.

Chung, T. K. 2002. Yellow and red carotenoids for egg yolk pigmentaion. 10th Annual ASSA Southest Asian Feed Technology and Nutrition workshop. Merlin Beach Resort. Phuket, Thailand.

Consumer and Food Economic Institute. 1989. Composition of Foods, Dairy and Egg Products, Raw Processed Prepared. United States Departemen of Agriculture Handbook. 8-1; 1989 (Suppl.) USDA, Washington DC.

Darwis, S. N. 1991. Potensi sirih (Piper batle Linn.) sebagai tanaman obat. Warta Tumbuhan Obat Indonesia. 1 (1) : 11-12.

Diwyanto, K. & S. N. Prijono. 2007. Keanekaragaman sumber daya hayati ayam lokal Indonesia : Manfaat dan Potensi. Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jakarta

Djamhuri, A. 1981. Penelitian pendahuluan tentang khasiat Rhizoma Curcuma javanica (temulawak) terhadap kolesterol darah. Laporan Penelitian. Universitas Brawijaya, Malang.

Dzulkarnain, B. 1995. Tinjauan hasil penelitian tanaman obat di berbagai institusi II, Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan, Jakarta.

Elistina, M. D., 2005, Isolasi dan uji aktivitas antibakteri minyak atsiri dari daun sirih (Piper betle L). Skripsi. Jurusan Kimia, FMIPA, Universitas Udayana, Denpasar.

(44)

32 Fauzan, D. A. 2008. Manfaat Tanaman Obat. EDSA Mahkota, Jakarta.

Frandson, R. D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Ed. Ke-4. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Gropper, S. S., L. S. Jack, & L. G. James. 2009. Advanced Nutrition and Human Publishers Inc. Danville, Ilinois.

Guyton, A. C. 2000. Text Book of Medical Physiology. W. B. Saunders Company, Philadelphia.

Harper, R. P., V. W. Rodwell, & P. A. Mayes. 1979. Review of Phisiological Chemistry. 17th ed. Lange Medical, California.

Haruna, S. & Sumang. 2008. Pemanfaatan jamu sebagai campuran air minum pada ternak ayam buras. J. Agrisistem : 4(1) : 1-6.

Hermes. 2001. Ensiklopedia Juice Buah dan Sayur untuk Penyembuhan.

Terjemahan: Heinerman’s Encyclopedis Juice. Pustaka Delaprasta, Jakarta.

Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia II. Badan Litbang Kehutanan, Jakarta.

Hutt, F.B. 1949. Genetics of the Fowl. McGraw-Hill Book Company, Inc. New York.

Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. 2005a. Bawang putih. http://www.iptek.net.id/ind /pd_tanobat/ view.php ?mnu =2&id=130. [18 Maret 2012]

Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. 2005c. Jahe. http://www.iptek.net.id /ind/pd tanobat /view.php?mnu=2&id=293 [19 Oktober 2012]

Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. 2015c. Kayu manis. http://www.iptek.net.id /ind/pd_tanobat/view.php?mnu =2&id =298. [18 Maret 2012]

Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. 2005d. Kencur. http://www.iptek.net.id/ind /pd_tanobat/view.php?mnu=2&id=137 [19 Oktober 2012]

Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. 2005e. Kunyit. http://www.iptek.net.id /ind/pd_tanobat/view.php?mnu=2&id=2 [19 Oktober 2012]

Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. 2005f. Lengkuas. http://www.iptek.net.id/ ind/pd_tanobat/view.php?id=17. [18 Maret 2012]

Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. 2005g. Temulawak. http://www.iptek.net.id /ind/pd_tanobat/view.php?mnu=2&id=129 [19 Oktober 2012]

Iza, A. L., F. A. Garhner, & D. B. Meller. 1985. Effect of egg and season of the year on egg quality. Poultry Sci. 64 : 1900-1906.

Klaver, F. A. M. & R. V. D. Meer. 1993. The assumed assimilation of cholesterol by Lactobacilli and Bifidobacterium bifidum is due to their bile salt deconjugating activity. App. Env. Microbiol. 59 : 1120-1124.

(45)

33 Liang, O. B., Y. Apsarton, Y. Widjaja, & S. Puspa. 1985. Beberapa aspek isolasi,

identifikasi dan penggunaan komponen-komponen curcuma xanthorrhiza Roxb dan curcuma domestica Val. Prosiding. Simposium Nasional Temulawak. Lembaga Penelitian Universitas Padjajaran, Bandung.

Masuda, T. & A. Jitoe.1994. Antioxidative and anti-imfiamatory compounds from tropical ginggers. J.Agric.Food Chem. 42 (9): 1850-1856

Matondang, I. 2007. Tumbuhan Obat. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tumbuhan Obat. Universitas Nasional Jakarta, Jakarta.

Miranti, L. 2009. Pengaruh konsentrasi minyak atsiri kencur (Kaempferia galangal L) dengan basis salep larut air terhadap sifat fisik salep dan daya hambat bakteri staphylococus aureus secara invitro. Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah, Surakarta.

Muchtadi, T. R. & Sugiyono. 1992. Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Diretorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Murray, R. K., D. K. Granner, P. A. Mayes, & V. W. Rodwell. 2003. Biokimia Harper. Edisi ke - 25. Terjemahan : H. Andry. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Natarajan, C. P. & Y. S. Lewis. 1980. Technology of ginger and turmeric. In. M. K. Nair, T. Premkumar, P. N. Ravindron and Y. R. Sarman. 1989. Ed. Proceding of the National Seminar on Binger and Turmeric Centre Plantation Corp Research Institute Karala, Karala, India.

National Research Council. 1994. Nutrient Requirements of Poultry. 9th Revised Edition. National Academy Press, Wahington. D. C.

North, M.O. & D.D. Bell. 1990. Commercial Chicken Production Manual. 3rd ed. Chapman and Hall, New York.

Nuraini. β006. Potensi kapang karotenogenik untuk memproduksi pakan sumber -karoten dan pengaruhnya terhadap performa yam broiler dan petelur. Disertasi. Program Pascasarjana, Universitas Andalas, Padang.

Piliang, W. G. & A. H. S. Djojosoebagio. 2006. Fisiologi Nutrisi (Volume 1). IPB Press, Bogor.

Piliang, W. G. 1995. Nutrisi Vitamin Volume 1. Edisi ke-5. IPB Press, Bogor. Pramono, S. 1994. Etil P-metoksisinamat. Identitas rimpang kencur (Kaempferia

galanga L.). Prosiding Seminar Nasional IV Tumbuhan Obat Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bandung.

Pratt, D. E. & B. J. F. Hudson. 1990. Natural antioksidan not exploited commercialy. B. J. F. Hudson (Editor). Food Antioksidant. Elesevier Applied Science, New York.

(46)

34 Rahayu, I. 2003. Karakteristik Fisik, Komposisi Kimia dan Uji Organoleptik Telur

Ayam Merawang dengan Pemberian Pakan Bersuplemen Omega-3. Jurnal Industri dan Teknologi Pangan. Jurusan Ilmu Produksi Ternak. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Rahmat, R. 1994. Kunyit. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Rangkuti, M., A. Musofie, P. Sitorus, I. P. Kompiang, N. Kusumawardhani, & A. Roesjat. 1995. Pemanfaatan daun tebu untuk pakan ternak di Jawa Timur. Seminar Pemanfaatan Limbah Tebu untuk Pakan Ternak. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian, Jakarta.

Reynold, J.E. 1992. Martindale the Extra Parmacopeia. 15th ed. The Parmaceutical Press, London. Page 688 – 689.

Rismunandar. 1989. Kayu Manis. Penebar Swadaya, Jakarta.

Romanoff, A.L. & A.J. Romanoff.1963. The Avian Eggs. 2nd. John Wiley & Sons Inc., New York.

Rosman, R. & S. Suhirman. 2006. Sirih: Tanaman obat yang perlu mendapat sentuhan teknologi budaya. Warta Penelitian & Pengembangan Tanaman Industri, 12 (1) : 13-15.

Rozi, T. 2003. Ayam arab dan potensinya. J. Informasi Teknologi Pertanian. 1 (1):13-14.

Saenab, A., B. Bakri, Darmanto, T. Ramdhan, & S. V. Lotulung. 2002. Kajian berbagai dosis dan frekuensi pemberian jamu untuk perbaikan kualitas daging pada ayam buras potong. Laporan Akhir. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Wilayah DKI Jakarta, Jakarta.

Safaa, M. H. 2007. Effect of dietary garlic or fenugreek on cholesterol metabolism in laying hens. Egypt. Poult. Sci. 27: 1207-1221.

Saidin. 2010. Lengkuas. http://kesehatan.kompasiana.com /makanan /2011/06/07 /lengkuas/ [19 Oktober 2012].

Sheikhafoody. 2012. Daun sirih. http://sheikhafoody.blogspot.com/2012/06/ekstrak-daun-sirih-hijau.html [19 Oktober 2012].

Sidik, M. W. Moelyono, & A. Muhtadi.1995. Temulawak. Seri Pustaka Tanaman Obat. Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam. Phyto Medica, Bogor. Sirait,C. H. 1986. Telur dan Pengolahnnya. Pusat Penelitian Pengembangan dan

Peternakan, Bogor.

Soeharsono, H. 2002. Probiotik. Alternatif Pengganti Antibiotik dalam Bidang Peternakan. Laboratorium Fisiologi dan Biokimia. Fakultas Peternakan, Universitas Padjajaran, Bandung.

(47)

35 Soetarno, S. 1990. Terpenoid. Pusat Antar Universitas Bidang Ilmu Hayati ITB

Press, Bandung.

Stadelman, W. J. & O. J. Cotterill. 1995. Eggs Science and Technology. 4th ed. The Avy Publishing Company, Inc., Westport, Connecticut.

Steel, R. G. D. & J. H. Torrie. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika. Suatu Pendekatan Biometrik. Terjemahan: M. Syah. Edisi ketiga, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Stocker, R. 1993. Natural antioxidants and atherosclerosis. Asia Pacific Jurnal of Clinical Nutrition. 2: 15-20.

Sulandari, S., M. S. A. Zein, S. Paryanti, T. Sartika, A. Astuti, T. Widjastuti, E. Sudjana, S. Darana, I. Setiawan, & D. Garnida. 2007. Sumber Genetik Ayam Lokal Indonesia. Keanekaragaman Sumberdaya Hayati Ayam Lokal Indonesia. Manfaat dan Potensi. Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jakarta. Hal: 45-67.

Suliyah, 2010. Pemberian jamu dalam air minum terhadap kandungan lemak, kolesterol, dan komposisi asam lemak telur ayam arab. Skripsi. Departemen Ilmu Nutrisi dan Ilmu Pakan. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Surung, M. Y. 2008. Pengaruh dosis EM4 (effective microorganisms 4) dalam air minum terhadap berat badan buras. Jurnal Agrisistem. 4 (2) : 109-113

Sutardi, T. 1980. Landasan Ilmu Nutrisi. Jilid Pertama. Departemen Ilmu Makanan Ternak, Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Syamsiah, I. S., & Tajudin. 2003. Khasiat dan Manfaat Bawang Putih Raja Antibiotik Alami. Agromedia Pustaka, Jakarta.

Syarida. 1996. Pengaruh umur terhadap perubahan komposisi fisik telur itik tegal. Karya Ilmiah. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Taryono. 2001. Budidaya dan Pengolahan Tanaman Kunyit (Curcuma domestica Val). Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, Bogor.

Titus, H. W. & J. C. Fritz. 1971. Scientific Feeding of Chicken . 5th ed. The Interstate Printers and Publishers, Inc., Denville, Illinois.

Trias Farm. 2011. Pembibitan dan Peternakan Ayam Arab. PT Trias Farm Bogor, Bogor.

Wang, G.Y. & J.D. Keasling. 2002. Amplification of HMG-CoA reductase production enhances carotenoid accumulation in Neurospora crassa. Metabol. Eng. 4:193-201.

Watson, R. R. 2002. Eggs and Health Promotion. Iowa State Press, Iowa.

Widodo, W. 2002. Nutrisi dan Pakan Unggas Kontekstual. Fakultas Peternakan Universitas Muhammadiyah Malang, Malang.

(48)

36 Winarno, F.G. 1992. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Wirapati, I. D. P. 2008. Efektivitas pemberian tepung kencur (Kaempferia galangal

linn) pada ransum ayam broiler rendah energi dan protein terhadap performan ayam broiler, kadar kolesterol, persentase berat hati, dan bursa fabrisius. Skripsi. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Yasin, S. 1988. Fungsi dan Peranan Zat-zat Gizi Dalam Ransum Ayam Petelur. Mediatama Sarana Perkasa, Mataram.

Yuharmen, Y., Y. Eryanti, & Nurbalatif. 2002. Uji aktivitas antimikrobia minyak atsiri dan ekstrak methanol lengkuas (Alpina galanga). J. Nature Indonesia. 4 (2) : 178-183.

Yuliani, S. & T. Marwati. 1997. Tinjauan daun katuk sebagai bahan makanan tambahan yang bergizi. Warta Tumbuhan Obat Indonesia. 3 (3) : 55-56. Yuwanta, T. 2010. Telur dan Kualitas Telur. Gadjah Mada University Press,

Yogyakarta.

Zaenuddin, D. & I. W. T. Wibawan. 2007. Biosekuriti dan manajemen penanganan penyakit ayam lokal. Editor. Dwiyanto, K dan S. T. Prijono. Kenaekaragaman sumebr daya hayati ayam lokal Indonesia : Manfaat dan Potensi. Pusat Penelitian Biologi. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Bogor.

(49)
(50)

38 Lampiran 1. Analisis Ragam (ANOVA) Bobot Telur

Sumber Keragaman db JK KT F0,05 P

Perlakuan 2 3, 6046 1, 80231 0, 57 0, 5825

Error 9 28, 2521 3, 131912

Total 11 31, 8567

Lampiran 2. Analisis Ragam (ANOVA) Bobot Kuning Telur

Sumber Keragaman db JK KT F0,05 P

Perlakuan 2 0, 77885 0, 38943 1, 44 0, 2869

Error 9 2, 43518 0, 27058

Total 11 3, 21403

Lampiran 3. Analisis Ragam (ANOVA) Persentase Bobot Kuning Telur

Sumber Keragaman db JK KT F0,05 P

Perlakuan 2 0, 02135 0, 01068 1, 25 0, 3318

Error 9 0, 07685 0, 00854

Total 11 0, 09820

Lampiran 4. Analisis Ragam (ANOVA) Skor Kuning Telur

Sumber Keragaman db JK KT F0,05 P

Perlakuan 2 0, 75812 0, 37906 5, 13 0, 0327

Error 9 0, 66558 0, 07395

Total 11 1, 42369

Lampiran 5. Analisis Ragam (ANOVA) Kolesterol Kuning Telur

Sumber Keragaman db JK KT F0,05 P

Perlakuan 2 2814, 50 1407, 25 0, 38 0, 6946

Error 9 33369, 5 3707, 72

(51)

39 Lampiran 6. Hasil Uji Perbandingan Duncam (LSD) Terhadap Skor Warna Kuning

Telur

Perlakuan Rataan Grup Keragaman

P0 8, 0900 A

P1 8, 4225 AB

P2 8, 7050 B

Lampiran 7. Dokumentasi Selama Penelitian

a. Ayam Arab b. Kunyit

c. Jahe d. Kencur

e. Temulawak f. Lengkuas

Gambar

Tabel 1. Kualitas Fisik Telur Ayam Arab
Tabel 2.  Kandungan Nutrien Bahan Jamu Ternak
Tabel 4.  Kandungan Kimia Bahan Jamu Ternak
Tabel 6.  Kandungan Nutrien Pakan Penelitian Berdasarkan As fed
+2

Referensi

Dokumen terkait

Telah terealisasi sistem kontrol otomatis untuk mengendalikan motor DC berbasis Fuzzy Logic (karakterisasi suhu dan jarak) dengan rentang input suhu dari 20-40ºC, jarak

Yang menarik dari hasil ini adalah bahwa bank dengan peringkat ter tinggi, baik dari sisi rasio utama maupun rata­rata peringkat dari kelima komponen yang dihitung,

Baja Cu Gambar 6 (b), morfologi permukaan patah akibat tarikan yang terjadi lebih ulet dan berserabut serta elongation baja dengan unsur Cu adalah lebih tinggi

Persaingan yang kompetitif dalam industri kontruksi menuntut setiap industri mengembangkan strategi pemasaran yang berfokus pada konsumen dalam mencapai tujuan

2) perencanaan tata udara untuk kolam renang tipe A, B, C, dan loncat indah yang dibangun seperti pada bangunan gedung olahraga harus mengacu pada SK SNI T-26-1991-03, tentang

Dalam penulisan ilmiah ini, penulis melakukan studi perpustakaan untuk mendapatkan referensi tentang penggunaan perintah perintah pada PHP dan MySQL, khususnya pada

Oleh karena itu dalam membaut sebuah aplikasi ini diperlukan suatu desain yang baik, sehingga diperlukan suatu pembuat / pekerja yang dinamakan programer dan sebuah program

Berdasarkan rencana operasi penambangan untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal dan biaya yang minimal PTBA melakukan kajianbiaya yang digunakan untuk mencapai