• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penurunan Titik Leleh Lilin Lebah pada Pembuatan "Shortening" dan Margarin Rendah Kalori

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penurunan Titik Leleh Lilin Lebah pada Pembuatan "Shortening" dan Margarin Rendah Kalori"

Copied!
115
0
0

Teks penuh

(1)

" Va.. ,,{(Id Sk/7 BBBY・QT。セ@ ria .. peud

a..-. """'-

k •

.ta."

tidai '., ,,"14" teW1t1¢c,,,. tf.u, "Dta セ@ ーセエヲ・Nカj。GャTャャN@ !-U9-セL@ """ Wi "9"' セ@ セBL@ 1:Z.s.

"Aft4 ""J4 ""'" ,,{(Id セ@

...da ti4d aria """""9fuut ""'" セGYヲGヲエZNB@

""'" <Iftaia" old ,,{(Id ...da tU.£¥4)!!O'

,

eGJt.,

'61 , r セ@ «4.
(2)

:0

·

,

PENURUNAN TITIK LELEH LIllI'< LEBAH PADA PEMBUATAN

"SHORTENING" DAN MARGARIN RENDAH KALORI

DESY INDRAYANI

F 29.0974

1997

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERT Al\IAN BOGOR

(3)

RIWAYAT lHDUP PENULIS

Penulis dilahirkan pada tanggal 30 Oesember 1973 di Situbondo, Jawa Timur seba-gai putera pertama dad empat bersaudara dad pasangan Bapak Sudirman dan Ibu Sd I sllaniyah.

Jenjang pendidikan penulis dimulai dad SON Oawuan 11 Situbondo pada tahun 1980 hingga 1986. Pada tahun yang sarna, penulis melanjutkan studi di SMPN I Situ-bondo hingga tahun 1989. Selanjutuya penulis rnasuk SMAN [ SituSitu-bondo dan tarnat pada tallUn 1992.

Setelah lulus SMA, penulis ditelima di TPB-IPB melalui jalur USMI. Setahun ke-mudian, penulis resmi tercatat sebagai mabasiswa Jurusan Teknologi Pangan dan Gin,

FATETA-IPB hingga lulus tahun 1997. Penulisjuga pemah berpartisipasi sebagai asisten praktikum pada mata kuliah Teknologi Pengolahan Pangan (SI-TPG), Teknologi Pellgolahan Susu (S 1-TPG), Penanganall Bahan Segar (SlMP-TPG).

(4)

Desy Indrayani. F 29.0974. PenulUnan Titik Leleh Lilin Lebah pada Pembuatan "ShOltening" dan Margarin Rendah Kalori. Di bawah bimbingan Soewamo T. Soekarto dan Rimbawan.

RINGKASAN

Pada saat ini banyak dilakukan pembuatan produk berkalOli rendah dengan cara mengganti lemak dengan bahan yang nilai kalorilkadar lemaknya rendah. Salah satu con-toh bahan tersebut adalah Jilin lebah (bee wax). Pada peneJitian terdahulu (Ismiami,

] 996) telah dilakukan pembuatan "shortening" dan margarin rendah kalori menggunakan campuran dari IiIin lebah, karena IiIin lebah tersebut diduga tidak mengandung kalori.

Kendala yang dihadapi dengan digunakannya Iilin lebah pada pembuatan "shorte-ning" dan margarin rendah kalori adalah masih tingginya titik leleh produk yang dihasil-kan. Titik leleh yang tinggi menyebabkan rasa lengket di mulut sehingga mempengaruhi mutu "shOJtening" dan margarin yang dihasilkan. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah menumnkan titik leleh "shortening" dan margarin yang dibuat dari bahan lilin lebah menggunakan pelalUt lemak edibel. Selain itu juga memperbaiki mutu wama, aro-ma dan rasa "shortening" dan aro-margarin yang dihasilkan.

Penelitian ini terdiri dari tiga tahap yaitu, peneJitian tahap 1 untuk memilih pelalUt lemak edibel yang efektifuntuk menulUnkan titik leleh lilin lebah serta memilih konsentra-si yang paling efektif dati pelarut teTsebut, penelitian tahap II untuk mengembangkan teknik pembuatan "shortening" rendah kalori dari lilin lebah yang rendah titik lelehnya (F I), sedangkan tahap III bertujuan untuk mengaplikasikan formulasi "shortening" yang dipilih (F]) untuk pembuatan margalin (F2).

PelalUt lemak edibel yang efektif dalam menurunkan titik leleh lilin lebah dan homo-genitasnya tinggi adalah etanol dan konsentrasi yang efektif sebesar ] 2%. Lilin lebah yang telah dicampur etanol ] 2% titik lelehnya tUlUn dari 67°e menjadi 64"e, wamanya

(5)

Band" dan "Mother Choice" adalah 5,9%, 16,8% dan 16,4. Sedangkan kadar air kedua

margarin pasar tersebut tidak berbeda nysta.

Hasil pengukuran kadar lemak F2 adalah 85,3"', sedangkan kadar lemak margalin

"Blue Band" dan "Mother Choice" adalah 81,2% dan 82%. Mengingat lemak dan lilin

lebah tidak memberikan kontribusi terhadap nilai kalori, maka kadar lemak yang

membe-rikan kontnbusi terhadap nilai kalori hanya sekitar 60% dari total 1emak atau sekitar

51,2%.

Rata-rata titik leleh yang dihasilkan dari F2, "Blue Band" dan "Mother Choice"

ada-lah 50,3°C, 42,0°C dan 43,5°C. Hasil analisis secara kualitatif terhadap stabilitas emulsi

menunjukkan bahwa F2 mempunyai emulsi yang stabil, sedangkan "Blue Band" dan

"Mother Choice" teljadi pemisahan fase setelah dilakukan analisis.

Terdapat perbedaan yang sangat nyata penerimaan panelis terhadap warna, aroma

dan rasa margarin yang dihasilkan F2 dengan kedua margarin pasar. Warna F2 agak tidak

disukai oleh pane1is. Demikian juga rasa dan aroma F2 agak tidak disukai oleh panelis

dibandingkan kedua margarin pasar/pembanding.

Uji penjenjangan yang dilakukan terhadap parameter mutu kehalusan dan

keleng-ketan margalin. Terdapat perbedaan yang sangat nyata terhadap kehalusan margarin

yang dihasilkan dengan kedua margarin kontrol, F2 agak kasar dibanding kedua margalin

pasar tersebut. Sedangkan hasil analisis sidik ragam menunjukkan jenis fOllUulasi

(6)

Pembuatan "shortening" dilakukan berdasarkan formulasi dari penelitian

sebelum-nya (Ismiami, 1996) dengan dimodifikasi penambahan ・エ。ョッセ@ pengurangan jumlah air

dan tanpa penambahan "litesse". Analisis yang dilakukan terhadap "shortening" dengan

fonnulasi terbaik (FI) adalah titik leleh, kadar air, kadar lemak, bilangan asam, stabilitas

emu lsi, uji etanol dan uji organoleptik kelengketan serta kehalusan. Sebagai

pemban-dinglkontrol dalam analisis tersebut digunakan "shortening" dengan merk "Snow White".

Formulasi berpengaruh nyata terhadap kadar air "shortening" yang dihasilkan.

Ra-ta-rata kadar air dari FI dan "Snow White" adalah 5,6% dan 0,1%. Kadar air ini rnasih

berada di bawah batas maksirnum kadar air "sh0\1ening" yang diperbolehkan oleh SII,

yaitu 16%.

Kadar lemak hasil pengukuran dari FI dan "Snow White" adalah 87,5% dan 100%.

Sedang bila dilihat dari bahan baku penyusun utamanya diketahui bahwa Iilin lebah tidak

dapat dicema, sehingga kadar lemak FI berkurang menjadi 52,5%. Hal ini menunjukkan

bahwa "shortening" yang dihasilkan lebih rendah kadar lemaknya dibandingkan

"Sh0\1e-ning" pasar.

Perlakuan formulasi memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap titik leleh

"shortening". Rata-rata titik leleh "shortening" FI dan "Snow White" adalah 53,8°C dan

46,7°C. Hal ini menunjukkan titik Ieleh "shortening" yang dihasilkan masih cukup tinggi

dibandingkan titik leleh "shortening" pasar.

Secara kualitatif, emulsi dari FI lebih stabil dibandingkan "Snow White" karena

ti-dak ada pemisahan fase setelah dilakukan ana lisa. Uji organoleptik kelengketan

menun-jukkan bahwa FI lebih tidak lengket dibanding "Snow White" . Sedang untuk kehalusan,

F I masih lebih kasar dibandingkan "Snow White". Hal ini dikarenakan bahan

penyusun-nya juga berbeda.

Pembuatan margalin berdasarkan fOlTIlUla "shortening" (FI) dengan penambahan

garam, natrium benzoat, dan "butter flavor". Analisis sidik ragam dilakukan terhadap F2,

selta 2 produk margalin pasar, yaitu "Blue Band" dan "Mother Choice". Formulasi

(7)

"SHORTENING" DAN MARGARIN RENDAH KALOIU

01 eh:

Desy Indrayani

F 29.0974

SKR [PSI

Sebagai salah satu syarat lmtuk memperoleh gelar

SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

pada Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi

Fakultas Teknologi Peltanian

Institut Peltanian Bogor

1997

FAKLJLTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITlIT PERTANIAN BOGOR

(8)

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

PENURUNAN TITlK LELEH LlLIN LEBAH PADA PEMBUATAN

"SHORTENING" DAN MARGARIN RENDAH KALORI

01 eh:

DESY INDRAYANI

F 29.0974

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untl1k memperoleh gelar

SARJANA TEKNOLOGI PERTANlAN

pada Jurusan TekJiologi Pangan dan Gizi

Fakultas TekJiologi Peltanian

iョウエゥエャセエ@ Pertanian Bogor

DilaJllrkan pada tanggal 30 Desember 1973

di Situbondo

Dr: Rimbawan Dosen Pembimbing II

Tanggallulus: 18 lanuari 1997

etujui,

(9)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahhirobbil 'alamill. Puji syukur penulis panjatkan ke hadlirat

Allah SWT yang telah memberikan taufik, hidayah, serta kaf1lnia-Nya sehingga saya

dapat menyelesaikan penulisan skripsi saya yang beIjudul Penurunan Titik Leleh

Li-lin Lebah (Beewax) datam Pembuatan "Shortening" dan Margarin Rendah

Ka-lori.

Dalam kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati, penulis ingin

mengu-capkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

... Bapak, Ibu, serta adik-adikku tersayang yang tetah memberikan dorongan

mo-ril maupun materiil yang tak terhingga

... Prof Dr. Soewamo T. Soekarto, MSc. selaku Dosen Pembimbing t dan juga

pada Dr. Rimbawan selakn Dosen Pembimbing II yang telah banyak membantu

dan memberikan bimbingan kepada saya, baik selama penelitian maupun dalam

penynsunan skripsi saya

... Mas Filman Syahardian Ilyas, S.Si yang telah banyak membantu dan

membe-rikan dukungan semangat pada saya, baik selama penelitian maupun selama

pe-nynsunan skripsi ini.

... Bapak Tato sekeluarga yang telah banyak membantu saya selama penelitian,

khususnya dalam penyediaan lilin lebah bagi penelitian saya.

... Suffah, Hexa, Winoto, AliL 'doe!' Handi, Mbak Evi, Rosi, Ade, lweI, Fanda

(N'Dot), Mbak Dani, Mbak Ade, Yeyen, Nike, Mimin, Tuias, dan

teman-ternan di D6, serta Yu' Ni yang telah banyak membantu selama penelitian dan

penyusunan skripsi saya

... Semua pihak yang telah membantu penulis sehingga laporan ini dapat

disele-saikan.

Penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat dalam pembuatan margarin

dan "shonening" rendah kalori dari liIin lebah. Besar harapan penulis agar laporan ini

dapa! bemlanfaat bagi kita, khususnya dalam memberikan nilai tambah bagi petemak

lebalt madu.

Bogor, Januari 1997

(10)

DAFfAR lSI

Halaman RINGKASAN

KAT A PENGANTAR ... ... ... IV

DAFTAR lSI ... V

DAFTAR TABEL ... VlII DAFTAR GAMBAR

DAFTAR LAMPIRAN

I. PENDAHULUAN

II. T1NJAUAN PUSTAKA A. LILIN

I. Pengeltian Lilin Lebah

2. Sifat Kimia Lilin Lebah 3. Sifat Fisik Litin Lebah

4. Penggwlaan dalam Produk Rendah Kalori

IX

X

B. MENTEGA PUTIH A TAU "SHORTENING"

4 4 4 5 6 6 7 7 7 8

1. Pengeltian

2. Sifat Fisik 3. Pembuatan

4. Penggwlaan "Shortening" Rendah Kalon ... 9

C. MARGARIN ... 10

I. Pengeltian ... 10

2. Sifat Fisik dan Kimia ... 11

3. Pembuatan ... ... I I 4. '>enggunaan Margarin RClldah KalO1i ... _... 13

(11)

E. fAT PENGEMULSI 14 I. Pengeltian

2. Sifat Emulsi 3. Emulsifier

... 14

... 15

... 16

4. Jenis dan Klasifikasi ... 17

F. ZAT PENSTABIL 19 I. Pengeltian ... ... ... .... ... ... ... ... ... 19

2. Sifat Fungsional ... ... ... ... ... ... ... ... 19

,G. PELARUT LEMAK ... 21

I. Pelamt Organik .... ... ... .... ... ... ... ... ... 2 I 2. Pelamt Lemak Edibel .. ... ... ... ... 21

H. TITIK LELEH ... 22

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN ... 24

A. BAHAN DAN ALA T ... 24

I. Bahan ... 24

2. Alat ... 24

B. PENDEKA TAN MASALAH ... 25

C. METODE PENELITIAN ... 25

I. Penelitian Tahap I: Pemilihan Pelamt Lemak Edibel untuk PenunUlan Titik Leleh Lilin Lebah ... ... ... 26

2. Penelitian Tahap II: Pembuatan "Shortening" ... 26

3. Penelitian Tahap Ill: Pembuatan MargaIin ... 27

D. METODE ANALISA .... '" ... ... ... ... ... 29

IV. PEMBAHASAN ... 33

A. PENGARUH PELARUT LEMAK EDIBEL ... 33

I. Penambahan Pelamt Lemak ... ... 33

(12)

B. PEMBUATAN "SHORTENING" RENDAH KALORI ._ ... 36

L Kondisi Proses ... 36

2. Optimasi Fonnula ... _ ...... 37

3. Pcngaruh Penambahan Etanol ... ... ... 39

4. Pengaruh Fonnulasi Tcrhadap Sifat-sifat "ShOitening" ... 40

C PEMBUATAN MARGARIN RENDAH KALORI . . . ... 46

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 55

A. KESIMPULAN ... 55

B. SARAN ... 58

DAFT AR PUST AKA ... ... ... ... ... ... 60

(13)

DAFTAR TAB£L

Halaman

Tabel I. SII 004-72 pada Produk Margarin 12

rabel 2. Komposisi asam lemak minyak kelapa sawit dan min yak inti

kelapa sa wit 13

rabel 3. Kisaran HLB dan Penggunaannya 17

Tabel 4. Daftar Beberapa Jenis Emulsifier Beserta HLB-nya 19

Tabel 5. Titik Didih Pelarut lemak Edibel 22

Tabel 6. FOI1Jluiasi "Shortening" yang Digunakan 27

Tabel 7. FOI1Jluiasi Margarin yang Digunakan

28

Tabel 8. Pengaruh Penambahan Pelarut Lemak Edibel 10% (v/w)

Tabel 9. Pengaruh Konsentrasi Etanol Terhadap Titik Leleh Lilin Lebah 35

Tabel 10. Hasil Pengukuran Kadar Air, Kadar Lemak, Kadar FFA, Titik Leleh, dan Stabilitas Emulsi Berbagai FOl1l1ulasi Shortening

Tabe! II. Sifat Fisiko-kimia Margal;n pada Berbagai Formulasi

Tabel 12. Pcncl;maan Panelis Terhadap Berbagai Sifat Organoleptik Margarin

41

47

(14)

DAVfAR GAM BAR

Halaman

Gamhar I. Diagram Alir Pembuatan Margalin (Weis. 1983) 12

Gambar 2. Diagram alir pembuatan minyak kelapa sawit (Ketaren. 1986) 14

Gambar 3. Emulsi Tipe OIW dan Tipe WIO (Petrowski, 1976) ... 15

Gambar 4. Skema Emulsifier dalam Sistem OIW (Haltman. 1974) ... 17

Gambar 5. Rumus Stmktur Polioksietilena (20) sorbiton monooleat (Anonimous, 1976) ... 19

Gambar 6. Diagram Alir Pembuatan "ShOltening" dan Margarin ... 24

Gamba .. 7. Penambahan Pe1amt Lemak Edibel dalam Lilin Lebah ... 34

Gambar 8. "Shortening" dari Formulasi I dan "Snow White" ... 39

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I. FOIIDat Uji Organoleptik pada margalin 63

Lampiran 2a. Data Hasil Pengukuran Kadar Lemak "Shortening" pada

Berbagai FOIIDulasi . .... ... ... .... ... 64

Lampiran 2b. Analisis Ragam Pengaruh Fonnulasi terhadap Kadar Lemak

"ShOltening" pada Taraf 1 % ... 64

Lampiran 2c. Uji Beljarak Duncan Pengaruh Fonnulasi terhadap Kadar

Lemak "Shortening" ... ... ... ... ... ... ... 65

Lampiran 2a. Data Hasil Pengukuran Kadar Lemak "Shortening" pada

Berbagai Fonnulasi ... ... ... ... 64

Lampiran 2b. Analisis Ragam Pengaruh Fonnulasi terhadap Kadar Lemak

"ShOltening" pada Taraf 1 % ... 64

Lampiran 2c. Uji Beljarak Duncan Pengaruh FOIIDulasi terhadap Kadar

Lemak "ShOltening" ... 65

Lampiran 3a. Data Hasil Pengukuran Kadar Air "ShOltening" pada

Berbagai Fonnulasi ... 65

Lampiran 3b. Analisis Ragam Pengaruh FOIIDulasi terhadap Kadar Air

"Shortening" pada Taraf 1% ... 65

Lalllpiran 3c. Uji Betjarak Duncan Pengaruh Fonnulasi terhadap Kadar

Air "Shortening" ... 66

Lalllpiran 4a. Data Hasil Pengukuran Kadar Asalll Lemak Bebas

"ShOltening" padaBerbagai Fonnulasi ... 66

Lampiran 4b. Analisis Ragam Pengaruh Fonnulasi terhadap Kadar Asam

Lemak Bebas "ShOltening" pada Taraf 1 % ... 66

Lampiran 4c. Uji Beljarak Duncan Pengaruh Forlllulasi terhadap Kadar

(16)

Lampiran Sa. Data Hasil Pengukuran Titih I.eleh "ShOltening" pada

Berbagai Fonllulasi ... ... ... ... .... 67

Lall1piran 5b. Analisis Ragam Pengaruh Formulasi terhadap Titik Leleh

"ShOltening" pada Taraf 1% ... 67

Lampiran 5c. Uji Beljarak Duncan Pengaruh Fonllulasi terhadap Titik

Leleh "Shortening" ... ... 67

Lall1piran 6a. Data Hasil Pengukuran Kadar Air Margalin pada

Berbagai Fonllulasi . ... ... ... ... ... ... 68

Lall1piran 6b. Analisis Ragall1 Pengaruh Fonllulasi terhadap Kadar Air

Margalin pada Taraf 1% ... ... 68

Lampiran 6c. Uji Beljarak Duncan Pengaruh Fomtulasi terhadap Kadar

Air Margalin ... ... ... 68

Lampiran 7a. Data Hasil Pengukuran Kadar Lemak Margarin pada

Berbagai FOIIDulasi . ... 69

Lall1piran 7b. Analisis Ragam Pengal1lh FOIIDulasi terhadap Kadar Lemak

Margalin pada Taraf 1% ... ... 69

Lampiran 7c. Uji Betjarak Dnncan Pengaruh FOllllulasi terhadap Kadar

Lemak Margarin ... 69

Lall1piran 8a. Data Hasil Pengukuran Titik Leleh Margarin pada

Berbagai FOIlliulasi .. ... .... ... ... ... 70

Lampiran 8b. Analisis Ragam Pengaruh Fonllulasi terhadap Titik Leleh

Margalin pada Taraf [% ... ... ... ... 70

Lall1piran 8c. Uji Beljarak Duncan Pengaruh FOimulasi terhadap Titik Leleh Margalin . .... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... 70

Lampiran 9a. Data Uji Rating terhadap Kelengketan Margarin 71

Lampiran 9b. Analisis Ragam Pellgaruh Fonllulasi terhadap Kelengketall

(17)

Lampiran 'ib. Analisis Ragam Pengaruh Fonllulasi terhadap Kelengketan

Margarin pada Taraf 5% ... 72

l.ampiran lOa. Data Uji Rating terhadap Kehalusan Margarill 73

Lampiran lOb. Analisis Ragam Pellgaruh Fonllulasi terhadap Kehalusan

Margarill pada Taraf 1% ... 74

Lampiran lOco Uji Beljarak Duncan Pengaruh Fonllulasi terhadap Kehalusan Margarin ... ... 74

Lampiran Ila. Data Uji Hedonik terhadap Wallla Margalin 75

Lampiran lib. Analisis Ragam Pengaruh Fonllulasi terhadap Wal1la

Margarin pada Taraf 1% ... ... ... ... 76

Lampiran Ilc. Uji Beljarak Duncan Pellgaruh FOIIDulasi terhadap Wal1la

Margalin .... ... ... .... ... ... 76

Lampiran 12a. Data Uji Hedonik terhadap Aroma Margarin 77

Lampirall 12b. Allalisis Ragam Pellgaruh FOIIDulasi terhadap Aroma

Margarin pada Taraf 1% .. ... ... ... ... 78

Lampiran 12c. Uji Beljarak DWlcan Pengaruh Fonllulasi terhadap Aroma

Margalin ... ... ... .... ... ... ... ... ... 78

Lampiran 13a. Data Uji Hedonik terhadap Rasa Margarill 79

Lampiran I3b. Analisis Ragam Pengaruh Fonllulasi terhadap Rasa

Margarin pada Taraf 1% .... ... ... 80

Lampiran 13c. Uji Beljarak Duncan Pengaruh Fonllulasi terhadap Rasa

Margalin .... ... ... ... .... ... ... ... ... ... ... ... ... ... 80

Lampiran 14a. Data Uji Rating terhadap Kelengketan "ShOlteuing" 81

Lampiran 14b. Analisis Ragam Pellgaruh Fonllulasi terhadap Kelengketan

(18)

Lampiran 14c. Uji Beljarak Duncan Pengaruh Fonnulasi terhadap

Kelengketan "Shortening" ... ... ... ... ... 82

I.ampiran 15a. Data Uji Rating terhadap Kehalusan "Shortening" 83

Lampiran 15b. Analisis Ragam Pengaruh Fonnulasi terhadap Kehalusan

"ShOltening" pada Taraf 1% ... ... .... ... ... ... 84

I.ampiran 15c. Uji Beljarak Duncan Pengaruh Fonnulasi terhadap Kehalusan "Shortening" ... ... ... ... .... ... ... ... 84

Lampiran 16. Hasil Analisis Kromatografi Gas Terhadap Kadar Etanol Pada

(19)

PENDAHULlJAN

Akhir-akhir ini. pennintaan akan produk pangan yang mengandwIg lemak rendah

atau kaloIi rendah serna kin meningkat. Hal ini disebabkan karena menmgkatnya

kesadar-an masyarakat akkesadar-an pentingnya pengaturkesadar-an konsumsi kalon di dalam tubuh dkesadar-an juga

un-tuk memenubi kebutuhan pendeIita diabetes dan unun-tuk mengbindaIi obesitas, serta

perlu-nya pengaturan konsumsi lemak untuk menghlndaIi peperlu-nyakit jantung koroner dan

pe-nyumbatan pembuluh darah.

Makanan mernpakan sumber energi, yang biasanya dinyatakan dalam satuan kalon

atau joule. Bila jumlab kalon atau energi yang diperoleh dan makanan secara konsisten

lebih besar dan energi yang dikeluarkan, maka kelebihan ini akan disimpan sebagai energi

pot en sial dalam bentuk lemak. Hal tersebut akan mengakibatkan teljadinya peningkatan

berat badan. Apabila keadaan tersebut berlangsung terns dalam waktu yang relatif lama

maka akan timbul masalab kegemukanlobesitas atau keadaan/penyakit yang ditimbulkan

oleh kelebihan lemak. Oleh karena itu, orang perlu mengurangi konsumsi lemak yang

berlebihan terntama yang mengandung asam lemak jenuh rantai panjang, kolesterol, selta

meningkatkan konsnmsi makanan berserat.

Cara lain yang dapat ditempuh wltuk menghindali teljadinya berbagai macam

pe-nyakit di atas adalah dengan menggunakan bahan·bahan yang dapat menggantikan fungsi

lemak atau minyak di dalam proses pengolahan produk pangan tanpa mengurangi cita

rasa dan tekstur produk. Menurut Anderson (1989) pengganti lemak harns ュ・ューオョケ。セ@ .. e / · ' 0

. .,,/

::.-,'

sitat-sitat: memiliki fungsi yang sarna dengan minyak atau icmak, bemilai

ォ。ャッイセV[[ョァG@

" ", .',

セZセセ|@

(20)

dali

-t

Kallg ( 16 kJ/g), ditunmkan dali sumber yang dapat diteIima, aman, tidak

menye-babkan diare dan efek lainnya, tingkat penggunaan tidak terbatas, ekonomis, citarasa

dan penampakannya dapat diteIima, tahan lama dan titik leleh sesuai keperlu3n

pelll-buatan prod uk.

Bahan pengganti lemak yang banyak beredar saat ini diantaranya adalah "olestra",

ester propoxylated glyserol. polisiloksana. eter dialkil gliserol, ester polikarboksil,

kar-boksilester karboksilat, "carpenin", "neobee M-5", "paseU SA2", N'oil, C*Pur 01906

dan C*Pur 01907, Simplesse, Lita, selulosa mikroklistal, "Slendid" dan "Velilo"

(Lindley, 1993)

Akhir-akhir ini, liIin banyak digunakan dalam produk pangan, sepelti pembuatan

pelmen karet, pelapis es k1im, keju, coklat dan sosis, bah an pengawet roti, bah an

pela-pis pada makanan beku dan ikan beku, serta untuk melapela-pisi buah dan sayur. Lilin lebah

(bee wax) merupakan salah satu produk hemat lemak yang dapat digunakan untuk

mem-buat "shortening" dan margaIin yang dikombinasikan dengan minyak nabati. Selain dapat

digunakan sebagai pengganti lemak, lilin lebah diduga tidak mengandung kalOli karena

ti-dak dapat dicellla oleh pencelllaan manusia dan harganya cukup murah (Ismiallli, 1996).

Penggunaan lilin lebah yang dikombinasi dengan minyak nabati dalam produk

berle-mak tinggi yaitu "shOltening" dan margaIin dapat menggantikan fungsi leberle-mak sekaligus

menurunkan nilai kalOli daIi produk tersebut. Akan tetapi, kombinasi tersebut

mengha-silkan "shortening" dan margalin yang masih tinggi titik lelehnya (Ismiallli, 1996). Titik

leleh yang tinggi menyebabkan rasa lengket di mulut sehingga mempengaruhi mutu

(21)

Penelitian ini bertujuan untuk menurunkan titik leleh "shortening" dan margann

yang dibuat d3li bah an lilin lebah dengan menggunakan pelarut lemak edibel. Selain itu,

penelitian ini juga dimaksudkan untuk memperbaiki mutu wama, aroma, dan rasa

"shor-tening" dan margarin rendah kalori yang dihasilkan. Hasil yang diperoleh diharapkan

da-pat memperbaiki penerimaan konsnmen terhadap produk "shortening" dan margarin yang

(22)

II. TINJAlJAN PllSTAKA

A. L1L1N

Sarang lebah mempakan koloni bangllllan unik dali baban "malam" atau lilin

de-ngan penghuni

±

30.000 ekor lebah. Koloni lebab ini djbentuk dari lilin sebagai baban

utama dan diperkuat dengan baban perekat yang disebut propolis. Lilin lebab dibentuk

melalui proses kimia deugan rnadu sebagai bahan baku dan untuk membuat satu kilogram

"malam" diperlukan empat kilogram rnadu (RiSl11unandar, \990).

1. Pengertian Lilin Lebah

Lilin lebah juga disebut lilin putih (Cera alba) dan lilin kuning (Cera jlava)

ada-lah lilin yang dillasilkan oleh lebah madu dari sisiran sarangnya. Sisiran dari sarang ini

dicairkan atau dididihkan dengan air kemudian disaling wltuk meudapatkan lilin lebah

yang kasar. Lilin lebah kasar mempunyai wama yang belvaliasi dali coklat pekat

sam-pai warna kWling terang. Warn a Jilin lebah tergantwig dali kontaminasi alam sepelti,

jenis bunga yang digunakan lebah untuk mengumpulkan pollen (tepulIg sari bunga),

propolis (zat perekat), umur, dan perlakllan pada sisiran sarang. Pada 1l1llllmnya lilin

lebah kasar yang berwama kuning berkllalitas lebih baik karena lebih mlldah dan lebih

cepat diputihkall daripada lilin lebah kasar yang berwama gelap (Bennet, 1963).

2. Sif.t Kimia Lilin Lebah

Lilill atau "malam" adalah ester yang terbentuk daIi asam lernak dellgan alkohol

(23)

5

padat yang mernpunyai titik lebm agak tinggi (35 sid 100"C). Lilin lebah (bee wax)

sebagian besar tersusun atas ester senl mitistat yang mernpunyai rumus molekul

CI.,H27CO,C2"H" (Nm et al., 1991).

Lilin lebah mengandwIg carnpuran senyawa kimia organik yang sangat

kom-pleks, terditi dan 12-14% hidrokarbon rantai lurus denganjumlah atom karbon

seba-nyak 20 sarnpai dengan 23. Total kornponen ester sebesar 64% yang mengandung

35% monoester, 14% diester dan 3% tnester. Sisanya berupa monohidroksi dan

poli-ester yangjUl1llahnya belturut-turut sebesar 4

dan

8%. Lilin lebah juga mengandung

alkohol monohidrat dengan jumlah atom C24 sampai dengan C36, diol dengan jumlah

atom C24 sampai dengan Cn , asam C n sampai dengan C34, dan 3sam hidroksi C12

sam-pai dengan Cn . (Gojmerac, 1980).

Komposisi lilin lebah terdiri

dari miristil

palmitat, serotat,

dan

asam homolog,

dengan sejumlah kecil hidrokarbon, ester kolesterol dan seril a\kohol. Kandungan

asam lemak bebas di dalam lilin lebah berfiu1gsi sebagai pengemulsi, sehingga mudah

disabunkan dengan alkali. Selain itn lilin dapat \ebah dapat mengandung polen dan

propolis yang mempakan kontaminasi alam dan sekaligus dapat memberikan wama

kepada lilin leball (Bennet, 1963)

3. Sifat Fisika Lilin Lebab

Titik leleh liIinlebah mumi berkisar antara 61-69"C, indeks bias 1,44, konstanta

dielektnk dan densitas sebesar 2,9 dan 0,96 pada suhu 20"C. Lilin lebah tidak larut

(24)

disul-fida, eter, dan beberapa minyak yang volatil dapat melarutkan lilin lebah dengan lebih

baik (Gojmerac, 1980).

Sifat alami liIin lebab dapat dikatakan hampir konstan, tetapi beberapa tingkat

kontaminasi pada Jilin lebah antara lain disebabkan oleh pollen (tepullg sari bUllga),

propolis (perekat) dan madu yang dapat meningkatkan densitas dan warna lilin lebah.

Wama diturunkan dari pigmen yang terdapat di dalam pollen dan propolis atau besi

oksida karena kontak dengan logam besi (Gojmerac, 1980).

Lilin tidak melekat di gigi jika dikUllyah, mudah dibentuk oleh tangan tetapi

teksturnya keras, dan dapat dibengkokkan dalam keadaan dingin. Bekas pataban

me-nUlljukkan permukaan yang berlapis-Iapis (Bennet, 1963).

4. Penggunaan Lilin Lebab

Lilin lebab dapat digllllakan sebagai pengganti lemak, baban obat-obatan

(pela-pis kapsul, bahan kosmetik dan obat salep), dan makanan (pennen karet). Lillin lebab

dapat digllllakan dalam pembuatan "sbortening" dan margarin rendab kalori yang

dikombinasikan dengan minyak nabati karena blin lebab diduga tidak dapat dicema

oleh pencemaan rnanusia, sebingga dapat dikatakan liIin lebah tidak memberikan

kon-tnbusi terhadap nilai kalori (Ismiami, 1996).

B. MENTEGA PUTJH ATAU "SHORTENING"

Lemak dan minyak sebagai bahan pangan dibedakan atas dua golongan, yaitu: I)

lernak yang siap dikonsumsi tanpa dimasak misalnya mentega, margarin dan lemak yang

(25)

dijadikan sebagai mediwn penghantar panas dalam memasak bahan pangan, misalnya

minyak goreng, "shortening", danlemak babi (Ketaren, 1986).

I. Pengertian

"Shortening" adalah lemak padat yang mempunyai sifat plastis dengan kestabilan

teltento, umumnya berwama putih dan sering disebnt mentega pntih. Bahan ini

diper-oleh dari hasil pencampuran dua atan lebih lemak, atan dengan cara hidrogenasi

(Wi-namo, 1991). Menurut SII 2050-87, "shOltening" adalah hasll olahan lemak atau

minyak nabati berbentuk semi padat yang digunakan sebagai bahan pengernpuk dalam

pembuatan roti dan kue. "ShOltening" mempakan lemak atan minyak yang

diguna-kan untuk melembutdiguna-kan roti dan kne atan untuk menggoreng (U.S. Wheat Associates,

1981 ).

2. Sifat Fisik

Sifat-sifat "shortening" didasarkan atas 1II1ai shOltening dan sifat plastis. NiJai

"shOltening" adalah kemarnpuan mentega pntih untuk melumas dan mengempukkan

bahan pangan yang tergantung dari derajat pJastisnya. Sifat plastis tergantung dari

perbandingan jnmJah Jemak padat dan Jemak cair dan sifat-sifat kristal lemak

(Wi-namo, 1991). Lemak atau mentega pntih dikatakan bersifut plastis jika belWUjnd

pa-dat dan tidak meJeJeh pada suhu kalll3r, dapat membentuk dispersi dan bembah

menja-di caiJ'an kental oJeh kenaikan suhn atan karen a tekanan mekanis yang cukup rendah

(26)

Sifat plastis lemak memegang perauan penting dalam pembuatan roti dan kue

berlemak. Jika lemak plastis dicampm dengan adonan bahan pangan (kue dan roti),

maka adonau tersebut membentuk sejenis film Adonan berlernak in.i mempunyai daya

gabung dengan udara dan daya pelumas lebih besar dibandingkan dengall minyak cair

(Ketaren, 1986).

Titik leleh "shOltening' berpengaruh terhadap kelengketan "shortening" yang

ill-basilkan ill dalam mnlut. "ShOltening" yang titik lelehnya tinggi akan terasa lellgket ill

dalam mulut. "ShOltening" da!; lilin lebah memih"ki titik leleh sebesar 58, ;oC, dan

ma-sih bisa diterima oleh konsumen karena kelengketan di mnlut rendah (Ismiami, 1996).

3. Pembuatan

Pada umumnya sebagian besar mentega putih illbuat dari minyak nabati seperti

minyak biji kapas, minyak kacang ォ・、・|。セ@ minyak kacang tanah (Winamo, 1991).

Berdasarkancara pembuatannya, terdapat tiga macam "shortening" yaitu compound.

hydrogenated dan high ratio shortening (Winamo, 1991).

"CompOlmd shOltening" adalah "shortening" yang dihaSilkan dal; campman

Ie-mak hewani yang bertitik cair エゥョセ@ lemak bertitik cair rendah dan lemak yang sudah

mengalami hidrogenasi. Dad pencampman lemak-Iemak tersebut, diperoleh

"shor-tening" dengan konsistensi teltentu, bersifat plastis pada interval suhu yang lebar, dan

tahan lama. Contoh "shortening" campman adalab oleo stearin, lard dan minyak biji

(27)

"Hydrogenated shortening" dibuat dengan cara mencampurkan dua atau lebib

minyak dengan bilangan iodin dan konsistensi yang berbeda-beda. Keuntungan cara

ini adalah konsistensinya yang dapat diatur dengan mengatur perbandingan jumlah

de-raj at hidrogenasi dan masing-masing lemak yang dicampur.

Sejak tahwI 1934 diproduksi "high ratio shOltening" melalui proses penambahan

emulsifier, misalnya monogliserida, digliselida, lesitin dan kadang-kadang ditambahkan

gliserol. Mono- dan digliserida mengandung gugus karboksil yang bersifat liofilik dan

gugus hidroksil yang bersifat hidrofilik, karenanya dapat bertindak sebagai emulsifier.

Mentega putih yang menggunakan emulsifier tidak baik untuk menggoreng secara

"deep drying", karena pada suhu tinggi mono-dan digliselida dapat terurai membentuk

asap.

4. Penggunaan "Shortening" Rendah Kalori

"ShOltening" rendah kalori merupakan "shOltening" berkadar lemak rendah

yang dapat dihasilkan dengan mengganti bahan sumber lemak dengan baban yang

da-pat menw1ll1kan nilai kalori "shortening" tersebut. Bahan yang digunakan sebagai

pengganti lemak diantaranya polidekstrosa,

low DE

dextrillS, ester ーッャゥァャゥウ・イッセ@ gum,

poliester snkrosa, protein serta pati termodifikasi. "Shortening" dapat digunakan

un-tuk membuat cake dan kue serta banyak digunakan sebagai medium penggorengan,

karena emulsifier yang terdapat didalamnya menyebabkan bahan dapat dimasak pada

(28)

C. MARGARIN

Margalin pertama kali diperkenalkan' oleh Mege Mowies di Prancis pada tahun

1870 dalam suatu sayembara yang diadakan oleh Kaisar Napoleon Ill. Margalin

me-mpakan emulsi air dalam minyak (w/o) dan dimaksudkan sebagai pengganti mentega

de-ngan mpa, bau, konsistensi, rasa dan nilai gizi yang hampir sarna dede-ngan mentega.

1. Pengertian

Margarin adalah emulsi yang terdiri dali fase internal bempa cairan yang

disc-lubungi oleh fase ekstemal bempa lemak yang plastis. Margarin dibuat dengan

kom-posisi lemak, susu skim, garam, vitamin A, pengawet, pewama dan emulsifier untuk

menstabilkan emulsi yang terbentuk (Jacobs, 1951). Menurut SII 0004-90 margarin

adalah produk berbentuk padat atau semi padat yang terdiri dari lernak rnakan nabati

dan atau lemak rnakan hewani dan air, dengan atau tanpa penambahan garam NaCI

dan bahan lain yang diizinkan.

Margarin biasa disebut juga buflerille, lardine atau oleomargarine (Bender,

J 982), mempakan bentuk plastis yang mengandung minyak atau lemak, minimal 80%

dan air maksimum 16% (Herd dan Maynard, 1975).

2. Sifat Fisik dan Kimia

Marg3lin mernpunyai titik beku yang tinggi dan titik carr sekitar subu badan.

Menumt Herschdoelfer ( 1968) margalin yang disukai konsumen mempunyai titik cair

(29)

ber-film di mulut. Margarin harus dapat mencair di dalam mulut sehingga mudah dicema.

Pada suhu kamal', margario bel' sirat plastis sehingga digwlakan sebagai bahan

peng-nles roti (Ketaren, 1975 dan Gutcho, 1979).

Margalin merupakan pengganti mentega dengan rupa, bau, konsistensi, rasa dan

nilai gizi yang hampir sarna dan mengandl1l1g minimal 80% lemak. Lernak yang

nakan dapat berasal dari lernak hewani atau lernak nabati Lemak hewani yang

digu-nakan biasanya berasal dari lernak babi (lard) dan lernak sapi Sedangkan lernak

na-bati yang digl1l1akan adalah minyak kelapa, minyak kelapa sawit, min yak kedelai dan

minyak biji kapas (Winamo, 1991).

3. Pembuatan

Herd dan Maynard (1975) mengemukakan babwa rnargalin disiapkan dengan

cara mencampur baban-baban menjadi satu emu1si

dan

akhirnya mendinginkan emulsi

tersebut sehingga membentuk suatu rnasa yang plastis, tidak padat, taban hingga

te-kanan tertentu, tidak mengalir, tetapi mudab dicampur dan dioleskan. Hal tersebut

da-pal tetjadijika minyak segera didinginkan sehingga teljadi kristal-kristal halus. Minyak

yang masih mencair diantara kristal-kristal tersebut terikat kuat, dan sulit memisah.

Selama penyimpanan, margalin selalu dibuat menjadi dua campuran terlebih

dahulu. Campuran pertarna, adalab minyak dan sernua bahan-bah an lamt di dalam

mi-nyak (emulsifier, vitamin, zat wama), sedangkan lamtan kedua adalah air dan

bahan-bah an yang lamt dalam air (gararn, sodium benzoat). Kedua campuran tadi kemudian

(30)

(minyak). Secara terperinci proses pembuatan margalin disajikan dalam diagram alir

pada Gambar I, dan pedoman penentuan formulasi margarin dapat dilihat pada Tabel

1 yang sesuai dengan SII 004-72 dan telaah pustaka

GMMB]セ]]MMG@

+----i(

air, garam natlium benwat )

emulsifier, vitamin,

[image:30.597.107.499.205.454.2]

buffer jlavor, dan ---. ( pencampuran ) zat warna

Gambar I. Diagram alir pembuatan margarin (Weis, 1983)

Tabell. SII 004-72 pada produk margarin

"

...

'

...

'.'

...

.... . . . ' ...•.. " .

iBahanbaktf··.·.·.· •. ··· > . •..• •.•..

Komposisi

.

Minyak lemak min 80%

Garam 2-4%

Air

maks

16%

Natrium benwat 0.2%

Emulsifier 0,5%

"Butter flavor" secukupnya"

Beta karoten secukupnyah

') SrI 004-72

[image:30.597.142.386.506.704.2]
(31)

13 4. Penggunaan Margarin Rendah Kalori

Menwut kegwlaannya, margaIin dapat dJbedakan menjadi dua jenis, yaitu

rnar-gaIin W1tuk keperluan mmah tangga dan marrnar-gaIin W1tuk keperluan industri. Salah

sa-tu sifat yang hams dimiliki margaIin W1sa-tuk keperluan mmah tangga adalah sifat yang

mudah meleleh pada suhu tubuh dan memihlci daya oles yang baik (Schwitzer, 1956).

MargaIin rendah kaloIi terbuat daIi bahan pengganti lemak yang memiliki sifut

dan penampakan yang sarna seperti margaIin yang kandWlgan lemaknya tinggi.

Mar-gaIin rendah kaloIi terbuat daIi bahan-bahan yang tidak dapat dicema oleh manusia.

D. MINYAKKELAPASAWIT

Minyak kelapa sawit dapat dJbasilkan daIi inti kelapa sawit (palm kemel oil) dan

sebagai hasil samping, bWlgkil inti kelapa sawit (palm kemel meal oil atau pelet).

Kom-posisi asam lemak dan minyak inti kelapa sawit dapat dilihat pada Tabel2.

Tabel 2. Komposisi asam lemak minyak kelapa sawit dan minyak inti kelapa sawit

...

...> .•

< ..•.. .. .•...

.····.·>-.·i.···.···.··.··.···

Asamlemak . Mfuyakkelap3$1wit

('Yo)

NmwNyャゥャA[ェーLエゥセ・QN。pセAAゥAセサセI@

Asam kaprilat 3-4

Asam kaproat 3-7

Asamlaurat 46-52

Asam miristat 1,1-2,5 14-17

Asam palmitat 40-46 6,5-9

Asam stearat 3,6-4,7 1-2,5

Asam oleat 39-45 13-19

Asam linoleat 7-11 0,5-2

[image:31.597.124.496.465.703.2]
(32)

14

Minyak keJapa sawit dlbuat dari ClUde Palm Oil (CPO) dan Palm Kemel Oil

(PKO) yang mengalami serangkaian proses sebagaimana tertulis pada Gambar 2.

Winterisasi

Minyak

セj。ー。@

sawit

Gambar 2. Diagram alir pembuatan minyak kelapa sawit (Ketaren, 1986)

E. ZAT PENGEMULSI

Air dan minyak melUpakan cairan yang tidak saling bercampur. Pada suatu emulsi

biasanya terdapat tiga bagian utama yaitu, zat yang terdispersi, zat ー・ョ、ゥウー・イウセ@ dan zat

pengemulsi (emulsifier). Zat ketiga tersebut diperlukan untuk menjaga agar butiran zat

[image:32.600.228.351.151.419.2]
(33)

1. Pengertian

Emulsi adalah dispersi koloid cairan di dalam caiI·an lain yang tidak saling

ber-campur. Cairan dali kebanyakan emulsi melibatkan minyak dan air (Bird et aI., 1983).

Tipe emulsi yang terbentuk dapat dibedakan menjadi dua, yaitu emulsi minyak dalam

air (o/w), dan sebaliknya emulsi air dalam minyak (w/o). Dalam emulsi o/w, minyak

ュ・jセ。、ゥ@ fase terdispersi (fase internal atau fase diskontinyu) dan air menjadi medium

pendispersi (fase eksternal atau fase kontinyu). SebaJiknya, jika air menjadi fuse

inter-nal dan minyak menjadi fase ekstemal disebut emulsi w/o (Gambar 3). Contoh emulsi

tipe o/w adalah susu dan mayoinase, sedangkan contob tipe emulsi w/o adalah

marga-rin dan mentega.

oil-in-water (o/w)

water

- - - + - -...

_ •

••

oil

water-in-oil (w/o)

Gambar 3. Emllisi tipe o/w dan tipe w/o (Petrowski, 1976)

2. Sifat Emllisi

Sifat emllisi ditentllkan oleh sistem gaya yang terbentuk oleh komposisi, jenis

bahan yang meJllbentuk emulsi, dan interaksi antara bahan-bahan tersebllt. Berbagai

emulsi makanan baik yllllg bersifat elastis maupun yang bersifat plastis dapat dibuat

[image:33.595.121.440.375.498.2]
(34)

16

Emulsi yang baik sehamSllya stabil, tidak memisah, tidak bembah warna selama

pendiaman, dan tidak bembah konsistensinya. Stabilitas ernulsi dipengaruhi oleh

ukur-an ー。イエゥォ・セ@ perbedan densitas kedua fase, viskositas fase pendispersi, emulsi

keselu-ruban,jumlah danjenis emulsifier, serta kondisi penyimpanan (Bennet, 1947). Bila

sis-tern emulsi tidak stabil, maka akan terbentuk kembali lapisan dari kedua fuse tersebut.

Proses terbentuk dimulai dengan terbentukuya agregat yang lebih besar dari

butiran-butiran minyak, dan berlangsung tems-menems sampai teIjadi pemisahan.

3. Emulsifier

Menurut Nawar (1985) emulsifier adalah snatu bahan aktif permukaan untuk

mempermudah pernbentukan emulsi atau meningkatkan kestabilitasannya. Kemudahan

pembentukan emulsi disebabkan oleh adanya penumnan tegangan permukaan antara

kedua rase, sedangkan peningkatan stabilitas disebabkan kernampuan emulsifier

men-cegah penggabungan antar partikel terdispersi.

Daya keIja emulsifier temtama disebabkan oleh bentuk molekuInya yang dapat

terikat baik pada minyak maupun air. Apabila emulsifier tersebut lebih terikat pada air

atau lebill lamt dalam air, maka dapat lebih membantu teIjadinya dispersi minyak

da-lam air sehingga teIjadi emulsi minyak dada-lam air (o/w). Sebaliknya, bila emulsifier

lebih lamt dalam minyak (non polar), dapat terbentuk emulsi air dalam minyak (w/o).

Stmktur emulsifier terdiri atas molekul-l1lOlekul yang mempunyai gugus lipofil

(35)

sedang-17 kan gugus hidrofil akan lamt dalam fase air (Gambar 4). Kedua gugus tersebut

bersa-rna-sarna membentuk globula-globula emulsi.

Menumt Petrowski (1976) parameter yang sering digunakan untuk pemilihan

jenis emulsifier adalah berdasarkan nilai HLB (Hidrophile-Lipophile Balal/ce). I-ILB

adalah rasio antara bagian hidrofilik terhadap Iipofilik yang juga mempakall bagian dali

sistem emulsi. Penggunaall emulsifier berdasarkan lIilai kisaran HLB-nya seperti yang

disajikan pada Tabel 2.

emulsifier

セ@

. (

I

fase air

gugus Iiofil

gugus hidrofil

セMMM⦅MMMj@

Gambar 4. Skerna emulsifier dalam sistem o/w (Hartarnan, 1974)

Tabel3. Kisaran I-ILB dan penggunaallnya .)

[image:35.600.140.349.544.688.2]

KisaranHLB

ᄋᄋᄋrセセセ。ォ@

...•...

... ....

....

... ...

... .

4 - 6 7 - 9

8 - 18

13 - 15 .) Weiss (1983)

Emulsifier (w/o) Bahan pembasah Emulsifier ( o/w)

(36)

18 Emulsifier yang mempunyai HLB rendah (2-4) cenderung lamt dalam minyak,

sedangkan yang mempunyai nilai HLB tinggi (14-18) cenderung lamt dalam air.

4. Jenis dan Klasifikasi

Emulsifier, berdasarkan muatannya, dapat digolongkan ke dalam ionik dan

non-ionik. Emulsifier golongan ionik dapat bereaksi dengan ion-ion lain membentuk

se-nyawa kompleks, yang dapat mengurangi kekuatan emulsinya. Berbeda dengan

ion-ik, emulsifier golongan non-ionik tidak memperlihatkan kecenderungan untuk

berioni-sasi dan lidak bereaksi dengan ion lain. Berdasarkan hal tersebut maka emulsifier

non-ionik mempakan bahan pengemulsi yang paling banyak digunakan dalam industri

makauan (Powrie dan Tung, 1976). Polioksietilena (20) sorbiton monooleat alau

Tween 80 (Gambar 5) mempakan bahan pengemulsi non iOlliK dengan bahan dasar

alkohol heksahidrat, alkilen oksida, dan asam lernak.

Sifat hidrofil dari Tween 80 disebabkan oleh adanya gugus hidroksil bebas dan

oksitilen, sedangkan sifat lipofil disebabkan oleh terdapatnya asam lemak berantai

pan-jang. Tween 80 dapat juga digunakan sebagai bahan pengemulsi pada produk

obat-obatan. Tween 80 belwama kuning, berat jenis 1,06-1,10, dengan viskosilas sebesar

270-430 centistroke, sangat laml dalam air, lamt dalam minyak jagung, minyak biji

kapas, elanol, melanol, dan toluena, lelapi tidak lamt dalam minyak mineral

(37)

Tabel4. Daftar beberapa jenis emulsifier beserta HLB-nya a)

Emu1sifier

Mono dan Digliserida Gliserol Monostearat

Lektilated Mono dan Digliserida Propilen monostearat

Sorbitan monostearat Polisorbat

a) Weiss(1983)

o

NilaiHLB

2.8-3.5

3.8

2.6

3.4

4.7 14.9

CH(OCzHthoOH

I

H

2

C(OC

2

H.hoC I7H

35

COO

Gambar 4. Rumus bangun Polioksietilena (20) sorbiton monooleat

(Anonimous, 1976)

F. ZAT PENSTABIL

19

Bahan penstabil dapat membentuk film di sekeliling g10bula lemak, sehingga

glo-bnla-g1obula lemak tidak dapat bergabung menjadi globula yang lebih besar. Akibatnya,

[image:37.597.128.442.94.482.2]
(38)

20

1. Pengertian

Zat penstabil emulsi adalah semua bahan atau senyawa yang dapat membantu

pcmbentukan emulsi sekaligus berfimgsi mempertahankan stabilitas emulsi

(Glicks-man. 1969). Cara kCJja bahan tersebut adalah menunmkan tegangan permukaan

de-ngan cara membentuk lapisan pelindung yang menyelubungi butiran sehingga senyawa

yang tidak lamt lebih mudah terdispersi dalam sistem emulsi.

2. Sifat Fungsional

Doan dan Keeney (1965) di dalam Arbuckle (1977) menyatakan bahwa

peng-g1maall baban penstabil dalam makanan dimaksudkan untuk memadatkan, membentuk

suspensi, dan juga sebagai penstabil emulsi. Bahan penstabil dapat meningkatkan

vis-kositas yang akan mengbaiangi bergabungnya beberapa butiran zat terdispersi menjadi

butiran yang lebih besar. Bahan penstabil juga mampu mengikat air bebas dalam

jum-lah besar. sehingga tekstur yang dihasilkan menjadi lebih baius.

Baban-bahan bidrokoloid digtmakan sebagai bahan penstabil karen a mempunyai

tekstur dan Slmktur yang khas. Hidrokoloid diklasifikasikan dalam golongan gum,

bcrasal dan baban baban alam maupun bahan lain yang diproses secara kimia hingga

didapatkan sifat yang diinginkan. Kcuntungan penggunaan hidrokoloid sebagai bahan

penstabil adalah kemampuannya Imtuk meningkatkan viskositas, kelamtan dalam air,

dan mampu membentuk gel (Hodge dan Osman, 1976).

Gum diklasifikasikan dalam tiga golongan, yaitu gum sintetik, gwn

(39)

21 pembentukan emulsi adalah gum arab, mengingat kemampuannya dalam mellurunkan

tegangan penl1ukaan air (Glicksman dan Sand, 1973). Selain itu. gum juga bersifat

agak basa, lamt dalam air, dan tidak terlalu kental. Ditinjau dati stmktumya, gum arab

tergolong sebagai polisak3lida yang mengandung garam-gal'3m Ca, Na, dan Mg.

Da-lam industri pangan, gnm arab digunakan sebagai petlgikat aroma, penstabil busa

dalam minuman berkarbonasi, penstabil dan pengemulsi dalam pembuatan es krim

(Klose dan Glicksman, 1972).

G. PELARlIT LEMAK

Lemak didefinisikan sebagai Setlyawa organik yang terdapat

d.i

alam, pada

umum-nya dalam tubuh manusia atau hewan, yang bersifat tidak Iamt dalam air tetapi dapat lamt

dalam pelarut organik seperti hidrokarbon atau dietil eter (Fessenden dan Fessenden,

1989).

1. Pelarut Organik

Pelamt organik didefinisikan sebagai senyawa kimia non-polar yang mampu

me-lamtkan lernakllipid dan senyawa-senyawa non-polar lainnya. Kelamtan tersebut

dida-sarkan pada kepolaran Setlyawa, dimana senyawa-senyawa polar lamt dalam pelamt

polar, sedangkan senyawa-senyawa non-polar lamt dalam pelamt non-polar

(40)

2. Pelarut Lemak Edibel

Dalam industri pangan, pelarut lemak yang digunakan adalah pelarut lemak yang

edibel. Pelarut erube! merupakan pelarut yang, dalam batas toleransi teltel1tu, amal1

untuk dikonsumsi tubuh tanpa menimbulkan efek negatif tertentu. Penggolol1gan

sua-tu bahan unsua-tuk disebut sebagai bah an yang edJbel didasarkan pada ni!ai LDso (lethal

doses 50), yang menyatakan konsentrasi bahan yang menyebabkan kematian pada

50% populasi yang diamati. Pada t11l1umnya, peJarut !ernak edJbel yang sering

diguna-kan oleh industri pangan dan obat-obatan adaJah etanol, isopropil alkohol, propilen

glikol, triacetin, dan g1iserol. Titik dirub beberapa pelarut lemak edibe! tersebut

disaji-kan dalam Tabel4.

Tabel5. Titik dirub pe!arut lemak edJoel

Etanol

lsopropil alkohol Propilenglikol Gliserol

Sumber: Mc.Graw-HiII (1992)

H. Titik Leleh Lilin

78,5

82,4 196-198

182

Titik leleh didefinisikan sebagai suhn saat fase padat dan cair suatu zat

bersama-sa-ma berada dalam keadaan keseimbangan pada tekanan tertentu yang ditetapkan, lazimuya

(41)

23

Faktor-faktor yang mempengamhi titik leleh adalah panjang rantai, jumlah ikatan

rangkap dan bentnk ikatan (cis- atau traJlS-). Semakin panjang rantai maka titik lelehnya

semakin tinggi. sebaliknya semakin pendek rantainya lnaka titik lelehnya semakin rendah.

Selaltintnya. dengan selnakin ban yak jnmlah ikatan rangkap. maka titik lelebnya seJnakin

ked!. Selaill itll, bentnk ikatan juga mempengaruhi titik leleh, dimana strnktur traJlS-

me-nyebabkan rantai stmktur lebih panjang dibandingkan dengan strnktur cis- sehingga titik

leleh stmk'tur trans- lebih tinggi dibandingkan deJlgan strnktur cis-.

Titik leleh lilinlebah sebesar 6 I-69°C (Gojmerac, 1980). Menumt Ismiami (1995),

titik leleh "shortening" dan margarin dali lilin lebah maSlb cnkup tinggi wbandingkan

de-ngan "shortening" dan margarin yang ada di pasaran. Hal tersebut disebabkan titik leleh

"shOltening" dan margarin yang dihasilkan masih mendekati titik leleh bahan bakunya,

(42)

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

A. B.·UIAN DAN ALAT

1. Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ゥョセ@ terdiJi daJi bahan untuk proses dan

baban untuk analisis. Bahan yang digunakan untuk proses meliputi lilin lebah (di·

peroleh dari Desa Bojong Lopang. Kecamatan Jampang Tengah, Kabupaten

Suka-bumi), minyak sawit ("Bimoli Spesial"), pelarut lemak edJbel H・エ。ョッセ@ isopropil

alko-hoI, gliserol dan propilen glikol), Tween 80, GMS, tepung tapioka, gum arab dan air.

Selalljutnya, untuk pembuatan margarin, digunakan juga garam dapur, lIatJium

ben-wat, dan butter flavour. Sedangkan bahan untuk analisis meliputi bahan untuk

analisis kadar lemak, bilangan asam dan kadar asam lemak bebas, serta uji etanol

menggunakan kromatografi gas.

2. Alat-alat

Alat-alat yang digw13kan dalam penelitian ini, dibedakan atas alat-alat wltuk

proses dan peralatan untuk analisis. Alat-alat yang digunakan untuk proses adalah

kompor, timbangan, pengaduk, dan mixer. Sedangkan peralatan yang diglOlakan

Wl-tuk analisis meliputi peralatan unWl-tuk analisis kadar air, kadar lemak, bilangan asam dan

(43)

wit, tween 80, minyak sa

dan gliser

c

garam + flavor----+

IiI· I b h 10 e a

[

pemanasan 70-75"C

pengadukan dengan mixer (kecepatan rendah), 5 menit

65-70°C

pengadukan dengan mixer (kecepatan tinggi), 120 menit

"shortening" rendah lemak

1

pencampuran dingin

margarin rendah lemak

24

4 etanol

cam puran gum arab tapiok a, dan air mendidih

diaduk rata

[image:43.599.80.498.104.601.2]

au

(44)

R. PENDEKATAN MASALAH

Pellcampurall bahan-bahan yang memiliki titik leleh berbeda, akan menghasilkan

campllran bertitik leleh diantara keduanya. Pencampw'an minyak sawit (beltitik leleh

29,4-40"C) denganlilinlebah (titik leleh 67"C) sebagai bahan baku "shortening" dan

mar-garin, hanya mampu menghasilkan produk bertitik leleh 58-61°C (Ismiami, 1996).

Pe-Ilambahan pelarut lemak edibel bertitik leleh rendah H・エ。ョッセ@ isopropil alkohol, gliserol

dan propilen glikol) diharapkan dapat lebill menurunkan titik leleh produk "shOltenil1g"

dan marg3Iin yang dihasilk3Il, sekaligns juga meningkatkal1 tekstur, aroma dan wama.

Fonnula dasar pembuatan "shortening" rendah kalori, menggnnakan perbandingan

lilin lebah dan mioyak sawit sebesar 40%:60%. "Shortening" dibuat berdasarkan prinsip

pembuatan margarin menurut Heid dan Maynard (1975), yaitu pencampw'an bahan-bahan

menjadi suatu emulsi dan akhimya mendinginkal1 emulsi tersebut hingga membentuk

mas-sa yang plastis. Sedangkan pembuatan margalin didamas-sarkan pada fonnulasi "shortening"

tcrbaik dengan

penambahanj7avorillg agent

dan pengawet.

C. METODE PENELITIAN

Dalam penelitial1 ini terdapat tiga tahap yaitu; (I) pemilihan pelarut lemak edibel

lIntuk penllrunal1 titik leleh lilin lebah, (2) pembuatan "shortening" dan (3) pembuatan

(45)

26

1. Penelitian Tahap I: Pemilihan Pelarut Lemak Edibel Untuk Penurunan Titik Leleh Lilin Lebah

Pellelitiall tahap illi terdili dati dua bagian yaitu, bagiall pertama adalah

pemi-lilIan pelamt lemak edJbel yang cukup efektif dalam menumnkan titik leleh lilin lebah

dan bagiall kedua adalah pemilihan konsentrasi pelamt efektif yang dipilih pada bagiall

pertama. Bagian I dilakukan dengan mellcampur liIin lebah dengan pelamt lemak

edi-bel H・エ。ョッセ@ ァQゥウ・イッセ@ propileo g1ikol dan isopropil alkohol) dengan perbandillgan I: 10

untuk pelamt lelllak edlbel dan Jilin lebah. LiIin lebah dipanaskan hingga mencair

seluruhllya (± 80°C), kemudian ditambahkan pelarut lemak edlbeL Sullu saat

pencam-puran, tidak melebihi suhu titik didln pelarut lemak edlbel agar tidak tetjadi penguapan

(Tabel5).

Pada bagian

n,

diIakukan

pencampuran

IiIin

lebah cair dengan pelarut lemak

etanol pada sulm

±

70°C dengan konsentrasi pelarut sebesar 5%, 7%, 10%, 12%,

dan 15%. Lilin lebah yang telah dicampur dengan etanol tersebut, dianalisis titik Ieleh

dan homogenitas campuran.

2. Penelitian Tahap

n:

Pembuatan "Shortening"

Tahap ini dimaksudkan untuk lllengembangkan teknik pelllbuatan "shortening"

rendah kaloti dati lilin lebah yang rendah titik lelehnya, dengan mencampur etanol

12%. Pemilihan etanol sebagai pelarut lilin lebah didasarkan pada efektivitas

penUllJll-an titik leleh Iilin lebah. Lilin lebah ypenUllJll-ang telah dicampur etpenUllJll-anol seperti tahap I dibuat

"shOltening" dengall fOllnulasi sepelti pada Tabe! 6 dan Gambar 5, sedangkan tahap

(46)

for-mulasi pada Tabel6, dibuat "shortening" dengan kombinasi penambahan air mendidih

secara ttial dan error besar terhadap total berat campw'an liIin lebah-minyak sawit.

Tabel 6 Fonnulasi "shortening" yang dignnakan"

Bahan Komposisi (%)

Lilil1 lebah 40

Minyak sawit 60

Etanol 12

Tween-80 0,5

Gliserol 0,5

GMS 0,3

Tapioka 7.7

Gnmarab 0.5

Air mendidih 30.7

• Ismiami (1996)

Dari semua uji coba didapatkan sam fonnulasi "shortening" terbaik (FI) yang

kemudian dianalisis titik leleh, kadar lemak, stabilitas ・ュオャウセ@ bilangan asam,

ren-demen, kelengketan, kehalusan dan uji etanol. Sebagai pembanding dalam analisis

tersebut, dignnakan "shortening" pasar bennerk "Snow White". Dalam penelitian ini,

rancangan percobaan yang dignnakan adalah rancangan acak lengkap. Se\anjutnya,

hasil analisis yang diperoleh, diuji secara statistik dengan menggnnakan program

Anova dan Uji Dnncal1.

3. Penelitian Tahap

m:

Pembuatan margarin

Tujuan penelitian tahap ini adalah mengaplikasikan fonnulasi "shOltening" yang

[image:46.602.130.387.148.408.2]
(47)

terse-but dibuat kombinasi penambahan air 12%, 15% dan 20% dengan penambahan garam

sebesar 2,0% dan 3.0% (GambaI' 5). Dari hasil penelitian diperoleh "shortening"

dengan jumlah air 12,8% (F I). Selanjutnya, dilaknkan analisis dan pengujian terhadap

sifat-sifut mutu margarin terbaik yang dillasilkan (F2) yang meliputi kadar air, kadar

lemak, titik cair, stabilitas emulsi dan uji indrawi terhadap warna, rasa, aroma,

ke-lengketan dan kehalusan marg31in. Kontrol yang digunakan dalam analisis adalah

margarin pasar belmerk "Blue Band" dan "Mother Choice". Dalarn tahap ini,

diguna-kan ranc31lgan acak lengkap. Hasil 31lalisis yang diperoleh, selanjutnya diuji secara

statistik dengan menggunakan program Anova dan Uji Duncan.

Tabel 7. FOImulasi margarin

Baban baku

Lilin lebah

Minyak sawit Etanol Tween-80 Gliserol Gum arab GMS Tapioka

Natrium benzoat Garam

Butter flavor

Air

Kornposisi

40% 60% 12% 0,5%

0.5% 0,5% 0,3%

7,7% 0,2% 2.5% 0,4 ml

[image:47.603.122.369.357.659.2]
(48)

29

D. l\IETODE ANALISIS

1. Kadar Air (AOAC, 1984)

Disiapkan 5 gram eontoh "shortening" dan margarin dalam wadah aluminium

yang sudah diketahui berat totalnya, dieatat berat total wadah beserta isinya, lalu

di-panaskan dalam oven bersuhu 105°C. Setelah satu jam, wadah diambil, dimasukkan

desikator hingga dingin, lalu ditimbang hingga diperoleh berat yang konstan. Kadar

air contoh dapat dihitung dengan rumus:

Kadar air = berat air yang menguap (gram) x 100%

berat awal contoh (gram)

2. Bilangan Asam dan Kadar Asam Lemak Bebas

(Sn

004-72)

Contoh "shortening" sebanyak 4-10 gram ditimbang

dalam

erlenmeyer,

kemu-dian dilarutkan dengan 50 ml eampuran alkohol dan petroleum benzena. Larutan

kemudian dipanaskan selama 10 menit dalam penangas air sambi! diaduk. Selanjutnya,

larutan dititrasi dengan KOH 0.1 N dengan menggnnakan fenoftalein sebagai indikator

hingga terbentuk warna merah jarnbu.

Bi!angan asam (mg KOHIg lemak) = 100 x ml NaOH x N NaOH

grameontoh

Kadar FF A ditentukan berdasarkan rurnus sebagai berikut:

Kadar asam (%) = ml KOH x N KOH x 0,263 x 100

(49)

30 4. Kadar Lemak (Metode Soxhlet, AOAC 1984)

Sebanyak S gram contoh "shOltening" dan margarin diekstraksi dengan pelarut

heksana dalarn alat Soxhlet selama lebih kurang 6 jam Ekstraks diuapkan pelarutnya

dengan cara 、ゥウエゥャ。ウセ@ kernudian labu yang berisi lemak dipanaskan dalam oven

bersu-hu IOSoC hingga diperoleh berat yang tetap. Berat lemak dapat dihitung sebagai

beri-kut:

Kadar lernak = berat lemak (gram) x 100% berat sarnpel (gram)

5. Titik Leleh (AOAC, 1984)

Contoh "shortening" dan margarin dihisap ke dalam suatu pipa kapiler yang

berdiameter 1 mm dan panjang 10 em. Pipa kapiler dan tennometer digabungkan

sehillgga ujung tabung yang berisi lemak sejajar dengan ujung tennometer yang

berisi air raksa (dengan mengikatnya menjadi satu), kemudian dimasukkan ke

da-lam gelas piala 600 mI yang belisi air setengah penuh sehingga tennometer

teren-dam sepanjang 30 ml dan dimasukkan ke dalam lemari es (4-1 O°C), dibiarkan

se-lama 30 menit. Gelas piala dipanaskan, sambil diamati dan dicatat temperatm

pa-da saat contoh yang beku bembah menjadi transparan. Temperatur tersebut apa-da-

ada-lah titik leleh contoh yang diuji.

6. Stabilitas Ernulsi (Bennet, 1947)

Sebanyak S g sampel diletakkan dalam wadah gelas (tabung reaksi),

(50)

Selan-jutnya sampel dimasukkan ke dalam refiigerator dengan suhu 12°C dan dibiarkan

selama dua jam. Demikian seterusnya sampai tiga kali keluar masuk oven dan

re-fiigerator. Kemudian, sampel diamati ada/tidaknya pemisahan fase minyak

de-ngan fase air.

7. Uji Organoleptik (Soekarto, 1985)

Uji organoleptik yang digunakan pada produk "shortening" dan margaIin

meliputi uji hedonik dan uji penjenjangan.

3. Uji Hedonik

Pengujian yang dilakukan dalam tahap ini dimaksudkan untuk

mengeta-hni peneIimaan panelis, yang mewakili konsnmen, terhadap margaIin yang

di-hasilkan. Terdapat lima skala uji yang digunakan, yang terdiIi daIi sangat

su-ka, susu-ka, agak susu-ka, biasa dan tidak susu-ka, dengan skala numeIik yang terdiri

daIi 5, 4, 3, 2 dan I. Parameter yang diuji meliputi warna, aroma dan rasa.

Uji hedonik dilakukan oleh panelis agak terlatih yang beJjumlah 25 orang. Uji

hedonik dilakukan terhadap tiga macam margaIin, yaitu margaIin yang

terbu-at daIi lilin lebah selta dua margaIin pasar dengan merk "Blue Band" dan

"Mother Choice".

b. Uji Penjenj3ngan

Uji penjenjangan beltujuan untuk mengetahui tingkat beda "shOltening"

(51)

pemban-32

ding dan pasar. Uji penjenjangan dilakukan dengan cara meminta panelis

un-tuk mengulUtkan masing-masing sifat parameter mutu kedua "shortening" dan

ketiga margann yang akan diuji. "Shortening" yang diuji terdin dan dua

(52)

IV. IIASIL DAN PEMBAHASAN

A. PENGARUH PELARUT LEMAK EDlBEL

Penambahan pelarut lemak edibel (propilenglikol, etanol, isopropil alkohol, dan

gliserol) ke dalam Jilin lebah mampu menurunkan titik leleh Jilin lebah (Tabel 8). Dal;

keempat pelarut tersebut, dipilih pelarut yang paling efektif berdasarkan pada

besar-nya penurunan titik leleh, dan homogenitas.

1. Penambahan Pelarut Lemak

Hasi! penelitian menUlljukkan bahwa penambahan isopropi! alkohoi 10%

rnampu memberikan penUTUnan titik leleh lilin lebah yang lebih baik daripada yang

disebabkan oleh penambahan etanol 10%. Akan エ・エ。ーセ@ ditinjau dari segi biaya,

pemakaian isopropi! alkohol dianggap tidak ekonomis mengingat harganya lebih

mahal daripada etanoL Oleh karena itu, dari basil yang diperoleh tersebut, pelalUt

etanol dianggap sebagai pelarut yang paling efektif dibandingkan pelarut lemak

edibel laiunya yang digUI1akan dalam penelitian ini.

Tabel8. Pengarub penambahan pelalUt lemak edibellO% (v/w)

....

.

... .

. . tiPk

leI¢b·("Y)

...

H

····

.. ,

.. ·OmOgemtiis Bahan

Lilin lebah 67,0

Lilin lebah + propiien glikol 66,0 tidak bomogen

Lilin lebah + isopropil alkohol 63,8 homogen

Lilin lebah + gliserol 65,8 tidak homogen

(53)

Ditinjau dari penampakan umum, penambahan etanol terhadap lilin lebah

memberikan hasil yang relatiflebih bagus dibanding ketiga pelarut lainnya.

Ditin-jau dari segi tekstur, penambahan etanol menghasilkan tekstur yang remah diikuti

isopropil alkohol, gliserol dan propilenglikol. Selain itu, penambahan etanol juga

menghasilkan homogenitas terbaik, diiknti oleh isopropil alkohol. Sedangkan

ke-dua pelarut lainnya tidak membentuk cairan yang homogen (Tabel 8). Walau

de-mikian, dati segi wama, propilenglikol memberikan keceraban yang lebih baik

di-iknti oleh etanol, isopropil alkohol dan gliserol (Gambar7 .

[image:53.600.130.503.378.632.2]
(54)

35

2. Penambahan Etanol pada Berbagai Konsentrasi

Variasi konsentrasi etanol yang ditambahkan, dimaksudkan untuk mencal;

konsentrasi etanol yang paling efektif dalam menuJUnkan titik leleh lilin lebah.

Ha-sil penelitian menunjnkkan bahwa penambahan etanol 10-13% mampu

membel;-kan penurunan titik Ieleh yang optimum (Tabel 9). Campnran lilin lebah dengan

etanol 5% tidak dignnakan mengingat terlalu kecilnya jumlah etanol, yang

dikha-watirkan dapat hilang akibat penguapan.

Penurunan titik leleh Iilin lebah dari 67°C menjadi 64°C, teljadi akibat

penambahan etanol yang memiliki titik leleh sebesar -117.3°C. Kecilnya pennrunan

titik leleh tersebut disebabkan oleh kecilnya jumlah etanol yang ditambahkan,

men gin gat adanya batas pemakaian etanol dalam bahan pangan. Selain itll, dali

jumlah etanol yang ditambahkan tersebut, masih dimungkinkan teIjadi

pengnrang-an/penguapan etanol, mengingat pencampuran lilin lebah dan etanol dilakukan

pada suhu

±

70"C, sedikit dibawah titih didih etanol (78"C). Pemanasan yang

dilakukan tersebnt dimaksudkan agar pencampnran berlangsnng saat lilin lebah

berada dalam keadaan cair.

Tabel 9. Pengaruh konsentrasi etanol terhadap titib leleh lilin lebah

Konsentrasi etanol Titik leleh("C)

5% 64,3

10% 64,0

13% 64,0

15% 62.1

(55)

B. PEMBUATAN "SHORTENING" RENDAll KALORI

Metoda yang digunakan untuk menentukan kondisi proses dan formulasi

"shor-tening" adalah met ode Ismiarni (1996) yang dilakukan modifikasi untuk

mendapat-kan sifat mutu "shortening" yang diinginmendapat-kan.

1. Kondisi Proses

Lilin lebah dicairkan pada subu

±

80·C. Selanjutnya, Iilin lebah cair

terse-but ditambahkan GMS (Gliserol monostearat) yang berbentuk terse-butiran.

Penam-bahan GMS dilakukan saat lilin masih cair dan panas, mengingat GMS

membutuh-kan waktu yang lama Ulltuk Iarut. Apabila penambahan GMS dilakumembutuh-kan

bersama-sarna dengan bahan-bahan lain (saat subu Iilin lebah sudah turun), akan terbentuk

butiran-butiran kecil berwarna merah pada produk "shorteoing", yang akan

mem-pengaruhi kehalusan dan penerirnaan konsumen.

Pencampuran lilin lebah dengan etanol dilakukan pada suhu 65-70°C. Hal

tersebut dimaksudkan agar pencampuran tetjadi saat liIin lebah masih dalam

ke-adaan cair, tetapi suhu pencampurannya tidak terlaln tinggildi atas titik leleh

eta-nol. Dengan demikian kehilangan etanol akibat penguapan dapat dikurangi.

Pen-campuran lilin lebah dan etanol menggwlakan mixer berkecepatan rendah selama

lima menit untuk membentuk campuran yang homogen. Campuran tersebut

meng-hasilkan tekstur yang remah dengan warna yang lebih cerah dibandingkan dengan

(56)

Penambahan min yak sawit ke dalam campuran lilin lebah-etanol dilakukall

sedikit demi sedikit, dengan mellggunakan mixer yang kecepatannya dinaikkan

perlahan untuk menghomogenkan partikel campuran. Setelah itu, ditambahkan

ba-han-bahan pembantu lainnya dan diaduk dengan mixer berkecepatan tinggi selama

dua jam Hal tersebnt dimaksudkan untuk memperkecil ukuran partikel dan

meng-homogenkan campuran sehingga terbentuk sistem emulsi yang baik.

Pada pembentukan sistem emulsi, cairan fase terdispersi diusahakan

terse-bar merata dalam medium pendispersi. Untuk memperkecil partikel-partikel fase

terdispersi dan memisahkan satu dengan lainnya dalam sistem, diperlukan energi

yang diperoleh dari tenaga pengaduk "mixer" (emulsator).

Pengadukan menggunakan mixer selama dua jam dimaksudkan untuk

Gambar

Gambar I. Diagram alir pembuatan margarin (Weis, 1983)
Tabel 2. Komposisi asam lemak minyak kelapa sawit dan minyak inti kelapa sawit
Gambar 2. Diagram alir pembuatan minyak kelapa sawit (Ketaren, 1986)
Gambar 3. Emllisi tipe o/w dan tipe w/o (Petrowski, 1976)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengetahui pada proses pembuatan tahu tahap apa saja yang bisa. menimbulkan bahaya bagi kesehatan (

Tindakan pembelajaran dilakukan melalui 2 siklus, masing-masing siklus terdiri dari tiga tahap yaitu: (1) tahap awal, (2) tahap inti, (3) tahap akhir yang masing-masing

Metode penelitian yang dilakukan terdiri dari dua tahap, tahap pertama penentuan konsentrasi karagenan dan kitosan yang ditambahkan pada bakso ikan kurisi, tahap kedua yaitu

Peubah total asam buah tomat pada perlakuan konsentrasi edible coating emulsi lilin lebah dengan penambahan minyak wijen dan minyak sereh memiliki nilai tertinggi perlakuan konsentrasi