PERAN BIDAN SEBAGAI PELAKSANA DALAM PERAWATAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR) DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS SERING MEDAN TAHUN 2014
NURHABIBI RITONGA 135102101
PROGRAM STUDI D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Peran Bidan sebagai Pelaksana dalam Perawatan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di Wilayah Kerja Puskesmas Sering Medan tahun2014
ABSTRAK
Nurhabibi Ritonga
Latar belakang : BBLR termasuk faktor utama dalam peningkatan mortalitas, morbiditas dan disabilitas neonatus. Angka kejadian di Indonesia berkisar antara 9%-30%. Keberadaan bidan di Indonesia sangat diperlukan untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan janinnya. Bidan diharapkan dapat berperan mengoptimalkan kualitas tumbuh kembang anak sejak didalam kandungan sampai melatih ibu untuk memberikan kebutuhan dasar tumbuh kembang anak secara perinatal.
Tujuan penelitian : Bertujuan mengetahui peran bidan sebagai pelaksana dalam perawatan bayi berat lahir rendah (BBLR) di wilayah kerja Puskesmas Sering Medan tahun 2014.
Metodologi : Penelitian ini menggunakan desain deskriptif. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 33 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan
total sampling. Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Sering Medan. Analisa data digunakan univariat.
Hasil penelitian : Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas responden bidan berusia >40 tahun (67%), pendidikan D-III kebidanan (79%), agama Islam (61%), suku Batak (70%), pengalaman kerja >15 (64%), pernah mengikuti pelatihan (61%). Selanjutnya bedasarkan peran bidan sebagai pelaksana mayoritas berperan baik dalam tugas mandiri (58%), tugas kolaborasi (67%) dan tugas rujukan (76%).
Kesimpulan : Dari hasil penelitian ini dapat dilihat bahwa peran bidan sebagai pelaksana dalam perawatan BBLR baik, akan tetapi peran bidan tetap harus ditingkatkan dalam tugas mandiri karena bidan dalam menangani segala hal yang ada pada praktek kebidanannya perlu memberikan asuhan pelayanan yang terbaik bagi para pasien.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan
hidayahnya penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini tepat pada waktunya.
Adapun judul Karya Tulis Ilmiah ini adalah “Peran Bidan sebagai Pelaksana dalam
Perawatan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di Wilayah Kerja Puskesmas Sering Medan
Tahun 2014. Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis banyak menerima bantuan
moril maupun materil dari berbagai pihak untuk itu penulis ingin mengucapkan terima
kasih kepada :
1. Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas
Sumatera Utara.
2. Ibu Nur Asnah Sitohang , S.Kep, Ns, MKep selaku Ketua Program Studi D-IV
Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Erniyati, S.Kp, MNS selaku pembantu dekan I Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu Evi Karota Bukit S.Kp, MNS selaku pembantu dekan II dan dosen
pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan masukan kepada
penulis dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
5. Bapak Ikhsanuddin Ahmad Harahap, S.Kp, MNS selaku pembantu dekan III
Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
6. dr. Rina Amelia MARS selaku Dosen Penguji I yang telah memberikan
bimbingan, arahan, dan masukan kepada penulis dalam penyusunan Karya Tulis
Ilmiah ini.
7. Dr. dr. Sarma N Lumbanraja, SpOG (K) selaku Dosen Penguji II yang telah
memberikan bimbingan, arahan, dan masukan kepada penulis dalam penyusunan
8. Seluruh Dosen dan Staf Administrasi studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu
pengetahuan, bimbingan serta nasihat selama menjalani penyusunan karya tulis
ilmiah.
9. Dr. Refrini selaku kepala Puskesmas Sering Medan yang telah memberikan izin
kepada penulis untuk melakukan penelitian di Puskesmas tersebut.
10. Teristimewa dan tercinta kepada Ayahanda Ahmad Akhyar Ritonga dan Ibunda
Sriana, serta Adik-adik Nurhakiki Rizky Ritonga, Muhammad ulil Amri Ritonga
dan Cahaya mutiara Adha Ritonga yang tidak henti-hentinya mendoakan,
memberikan dukungan, mendidik, membesarkan penulis dengan cinta dan kasih
sayang serta perhatian.
11. Seluruh keluarga besar yang telah memberikan doa, dukungan, cinta dan kasih
sayang, serta dorongan baik berupa moril maupun materil.
12. Seluruh teman-teman yang sudah membantu dan memberikan masukan kepada
peneliti khususnya kepada seluruh mahasiswi D-IV Bidan Pendidik Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara tahun ajaran 2013/2014.
Akhir kata dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih
banyak kepada semua pihak yang membantu penulis baik secara langsung maupun tidak
langsung dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah. Penulis memohon maaf atas segala
kekurangan yang telah penulis perbuat, baik selama pendidikan di program studi DIV
bidan pendidik fakultas keperawatan Universitas Sumatera Utara dan dalam penyusunan
karya tulis ilmiah maupun didalam melakukan penelitian. Semoga Allah SWT selalu
memberikan rahmat dan karuniaNya kepada kita semua.
Medan, Juli 2014
DAFTAR ISI
d. Peran sebagai Peneliti/Investigator ... 13
3. Fungsi Bidan ... 13
a. Pelaksana Asuhan/Pelayanan Kebidanan ... 14
b. Pengelola unit KIA/KB ... 14
c. Pendidik dalam Asuhan Pelayanan Kebidanan ... 14
d. Pelaksanaan Penelitian dalam Asuhan Kebidanan ... 14
4. Hak Bidan ... 15
6. Penatalaksanaan pada BBLR ... 20
7. Pencegahan ... 27
BAB III Kerangka Konsep ... 28
A. Kerangka Konsep ... 28
B. Defenisi Operasional ... 29
BAB IV METODE PENELITIAN ... 30
A. Desain Penelitian ... 30
B. Populasi dan Sampel ... 30
C. Tempat Penelitian ... 31
D. Waktu Penelitian ... 31
E. Etika Penelitian ... 31
F. Alat Pengumpulan Data ... 32
G. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 33
H. Prosedur Pengumpulan Data ... 34
I. Analisa Data ... 35
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 36
A. Hasil Penelitian ... 36
B. Pembahasan ... 43
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 47
A. Kesimpulan ... 47
B. Saran ... 48
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Tabel Defenisi Operasional
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik Data Demografi Peran Bidan sebagai Pelaksana dalam Perawatan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di Wilayah Kerja Puskesmas Sering Medan Tahun 2014 (n=33)
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Pernyataan Peran Bidan sebagai Pelaksana dalam Tugas Mandiri pada Perawatan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di Wilayah Kerja Puskesmas Sering Medan Tahun 2014 (n=33)
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Peran Bidan sebagai Pelaksana dalam Tugas Mandiri pada Perawatan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di Wilayah Kerja Puskesmas Sering Medan Tahun 2014 (n=33)
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Pernyataan Peran Bidan sebagai Pelaksana dalam Tugas Kolaborasi pada Perawatan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di Wilayah Kerja Puskesmas Sering Medan Tahun 2014 (n=33)
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Peran Bidan sebagai Pelaksana dalam Tugas
Kolaborasi pada Perawatan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di Wilayah Kerja Puskesmas Sering Medan Tahun 2014 (n=33)
Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Pernyataan Peran Bidan sebagai Pelaksana dalam Tugas Rujukan pada Perawatan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di Wilayah Kerja Puskesmas Sering Medan Tahun 2014 (n=33).
DAFTAR SKEMA
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Lembar Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 2 : Lembar Penjelasan Kepada Orang Tua/Wali Calon Responden
Lampiran 3 : Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan (Psp) (Informed Concent)
Lampiran 4 : Lembar Kuesioner
Lampiran 5 : Surat Pernyataan Content Validity
Lampiran 6 : Surat izin survey data pendahuluan
Lampiran 7 : Surat balasan survey data pendahuluan
Lampiran 8 : Master Tabel Penelitian
Lampiran 9 : Hasil Out Put Program SPSS
Peran Bidan sebagai Pelaksana dalam Perawatan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di Wilayah Kerja Puskesmas Sering Medan tahun2014
ABSTRAK
Nurhabibi Ritonga
Latar belakang : BBLR termasuk faktor utama dalam peningkatan mortalitas, morbiditas dan disabilitas neonatus. Angka kejadian di Indonesia berkisar antara 9%-30%. Keberadaan bidan di Indonesia sangat diperlukan untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan janinnya. Bidan diharapkan dapat berperan mengoptimalkan kualitas tumbuh kembang anak sejak didalam kandungan sampai melatih ibu untuk memberikan kebutuhan dasar tumbuh kembang anak secara perinatal.
Tujuan penelitian : Bertujuan mengetahui peran bidan sebagai pelaksana dalam perawatan bayi berat lahir rendah (BBLR) di wilayah kerja Puskesmas Sering Medan tahun 2014.
Metodologi : Penelitian ini menggunakan desain deskriptif. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 33 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan
total sampling. Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Sering Medan. Analisa data digunakan univariat.
Hasil penelitian : Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas responden bidan berusia >40 tahun (67%), pendidikan D-III kebidanan (79%), agama Islam (61%), suku Batak (70%), pengalaman kerja >15 (64%), pernah mengikuti pelatihan (61%). Selanjutnya bedasarkan peran bidan sebagai pelaksana mayoritas berperan baik dalam tugas mandiri (58%), tugas kolaborasi (67%) dan tugas rujukan (76%).
Kesimpulan : Dari hasil penelitian ini dapat dilihat bahwa peran bidan sebagai pelaksana dalam perawatan BBLR baik, akan tetapi peran bidan tetap harus ditingkatkan dalam tugas mandiri karena bidan dalam menangani segala hal yang ada pada praktek kebidanannya perlu memberikan asuhan pelayanan yang terbaik bagi para pasien.
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa bayi berat badan lahir
rendah adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang atau sama dengan 2500 gram
tanpa memandang masa kehamilan. Bayi dengan berat lahir rendah (BBLR) hingga saat
ini masih merupakan masalah diseluruh dunia karena merupakan penyebab kesakitan
dan kematian pada masa bayi baru lahir. Prevalensi BBLR diperkirakan 15% dari
seluruh kelahiran di dunia dengan batasan 3,3%-38% dan lebih sering terjadi di
negara-negara berkembang atau sosio ekonomi rendah. Statistik menunjukkan bahwa 90% dari
kejadian BBLR didapatkan di negara berkembang dan angka kematiannya 35 kali lebih
tinggi dibanding pada bayi dengan berat lahir lebih dari 2500 gram (Pantiawati, 2010).
BBLR termasuk faktor utama dalam peningkatan mortalitas, morbiditas dan
disabilitas neonatus, bayi dan anak serta memberikan dampak jangka panjang terhadap
kehidupannya dimasa depan. Angka kejadian di Indonesia sangat bervariasi antara satu
daerah dengan daerah lain, yaitu berkisar antara 9%-30%, hasil studi di 7 daerah
multicenter diperoleh angka BBLR dengan rentang 2,1%-17,2%. Secara nasional
berdasarkan analisa lanjut SDKI, angka BBLR sekitar 7,5%. Angka ini lebih besar dari
target BBLR yang ditetapkan pada sasaran program perbaikan gizi menuju Indonesia
Tobari (2013) menyatakan bahwa pelayanan kesehatan dalam bidang persalinan,
tidak lepas dari peran seorang bidan, karena bidan merupakan ujung tombak pelayanan
kesehatan, terutama dalam ikut mensukseskan cita-cita pembangunan milenium, yang
salah satunya menentukan keselamatan dan kesehatan ibu dan anak. Dan saat ini
Pemerintah sangat intens membenahi masalah pelayanan publik, salah satunya di bidang
kesehatan. Sebab, sebaik apapun sistem yang dimiliki, tetapi petugasnya tidak bekerja
dengan baik, maka pelayanan tersebut tidak akan pernah bisa maksimal.
Keberadaan bidan di Indonesia sangat diperlukan untuk meningkatkan
kesejahteraan ibu dan janinnya. Bidan diharapkan dapat berperan mengoptimalkan
kualitas tumbuh kembang anak sejak didalam kandungan (perawatan kehamilan dan
pertolongan persalinan yang aman), sampai melatih ibu untuk memberikan kebutuhan
dasar tumbuh kembang anak secara perinatal (Sofyan, 2006).
Nafsiah (2013) Menyatakan bahwa Peran bidan juga sangat penting dalam
menentukan keberhasilan program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), yang
menitikberatkan pada layanan primer. Sayangnya kualitas bidan saat ini makin
diragukan. Hal ini terkait dengan masih tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) di
Indonesia, yaitu 359 per 100.000 kelahiran menurut data SDKI 2013. Kualitas bidan di
Indonesia cenderung menurun dibandingkan beberapa waktu sebelumnya. Hal ini
harusnya tidak boleh terjadi, mengingat bidan berperan penting dalam memasyarakatkan
reproduksi yang sehat untuk menekan AKI (Angka Kematian Ibu).
Dengan demikian peran bidan saat ini tetap harus ditingkatkan karena hal
lahir. Karena sebagian besar persalinan di Indonesia masih terjadi di tingkat pelayanan
kesehatan primer dimana tingkat dan pengetahuan kesehatan di fasilitas pelayanan
tersebut masih belum memadai. Jika semua tenaga penolong persalinan dilatih agar
mampu untuk mencegah atau deteksi dini komplikasi yang mungkin terjadi, menerapkan
asuhan persalinan secara tepat guna, dan segera melakukan rujukan saat kondisi ibu
masih optimal, maka para ibu dan bayi baru lahir akan terhindar dari ancaman kesakitan
dan kematian ( Mufdlillah, dkk, 2012).
Berdasarkan hasil survey pendahuluan yang peneliti lakukan di Puskesmas
Sering Medan didapatkan jumlah angka kejadian bayi berat lahir rendah sebanyak 20%
dari 60 persalinan dengan bayi normal. Dari pemaparan diatas maka hal ini penting
untuk dilakukan penelitian tentang Peran Bidan sebagai Pelaksana dalam Perawatan
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di Wilayah Kerja Puskesmas Sering Medan Tahun
2014.
B. RUMUSAN MASALAH
Ada pun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
“Bagaimanakah peran bidan sebagai pelaksana dalam perawatan bayi berat lahir rendah
C. TUJUAN PENELITIAN 1. Tujuan Umum
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peran bidan sebagai pelaksana
dalam perawatan bayi berat lahir rendah (BBLR) di wilayah kerja Puskesmas
Sering Medan tahun 2014.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui peran bidan sebagai pelaksana dalam perawatan BBLR
di wilayah kerja Puskesmas Sering Medan tahun 2014 dalam melaksanakan
tugas mandiri.
b. Untuk mengetahui peran bidan sebagai pelaksana dalam perawatan BBLR
di wilayah kerja Puskesmas Sering Medan tahun 2014 dalam melaksanakan
tugas kolaborasi.
c. Untuk mengetahui peran bidan sebagai pelaksana dalam perawatan BBLR
di wilayah kerja Puskesmas Sering Medan tahun 2014 dalam melaksanakan
tugas merujuk.
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Bagi Praktek Kebidanan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai alternatif untuk
meningkatkan pelayanan kebidanan dalam menangani kegawatdaruratan bayi
baru lahir.
2. Bagi Responden
Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan para bidan dalam
3. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan data dasar
untuk penelitian selanjutnya mengenenai peran bidan sebagai pelaksana
dalam melaksanakan perawatan BBLR.
4. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan peneliti tentang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. BIDAN
1. Defenisi Bidan
Menurut terminology (bahasa) bidan berasal dari kata mid/with = dengan, wife/a
woman = perempuan. Jadi midwife, with a woman = dengan seorang perempuan.
Sedangkan menurut International Confederation of Midwives (ICM) yang dianut dan
diadopsi oleh seluruh organisasi bidan di seluruh dunia, dan diakui oleh WHO dan
Federation of International Gynecologist Obstetrition (FIGO) yang terakhir disusun
melalui kongres ICM ke 27, pada bulan juli tahun 2005 di Brisbane Australia, yang
secara lengkap pengertian bidan adalah seseorang yang telah menyelesaikan program
pendidikan bidan yang diakui oleh Negara serta memperoleh kualifikasi dan diberi izin
untuk menjalankan praktek kebidanan dinegara itu. Dia harus mampu memberikan
supervise, asuhan dan memberikan nasehat yang dibutuhkan kepada wanita selama masa
hamil, persalinan dan masa pasca persalinan (post partum period), memimpin persalinan
atas tanggung jawabnyasendiri serta asuhan pada bayi baru lahir dan anak. Asuhan ini
termasuk tindakan preventif, pendeteksian kondisi abnormal pada ibu dan bayi, dan
mengupayakan bantuan medis serta melakukan tindakan pertolongan gawat darurat pada
saat tidak hadirnya tenaga medic lainnya. Dia mempunyai tugas penting dalam
konsultasi dan pendidikan kesehatan, tidak hanya untuk wanita tersebut, tetapi juga
termasuk keluarga dan komunitasnya. Pekerjaan itu termasuk pendidikan antenatal, dan
persiapan untuk menjadi orangtua, dan meluas kedaerah tertentu dari ginekologi,
kesehatan, rumah perawatan atau tempat-tempat pelayanan lainnya (Estiwidani, dkk,
2008). Sedangkan menurut Ikatan Bidan Indonesia (IBI) bidan adalah seorang wanita
yang telah mengikuti dan menyelesaikan pendidikan bidan yang telah diakui pemerintah
dan lulus ujian sesuai persyaratan yang berlaku, dicatat, diberi izin secara sah untuk
menjalankan praktik.
Menurut Kepmenkes RI No. 900/Menkes/SK/2002 bidan adalah seseorang yang
telah mengikuti program pendidikan bidan dan lulus ujian sesuai dengan persyaratan
yang berlaku yakni telah teregistrasi melalui proses pendaftaran, pendokumentasian
setelah dinyatakan minimal kompetensi inti atau standar penampilan yang ditetapkan,
sehingga secara fisik dan mental mampu melaksanakan praktik profesinya, telah
mempunyai SIB (Surat Izin Bidan), melakukan serangkaian kegiatan pelayanan
kesehatan, mempunyai SIPB (Surat Izin Praktik Bidan), menggunakan standar profesi
dan tergabung dalam IBI (Heryani, 2011).
2. Peran Bidan
Peran merupakan tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap
seseorang sesuai dengan kedudukan dalam suatu sistem. Bidan dalam pelayanannya
memiliki 4 peran penting, yaitu peran sebagai pelaksana, peran sebagai pengelola, peran
sebagai pendidik, peran sebagai peneliti (Heryani, 2011).
Dari hasil Rakernas IBI 2011 empat peran bidan tersebut dikembangkan
menjadi enam peran utama bidan, yaitu peran sebagai pelaksana asuhan yang memiliki
tugas pokok : asuhan kebidanan ibu dan anak, KB/kesehatan reproduksi, peran sebagai
pengelola/manager yang asuhan dan unit kesehatan dibawah tanggung jawabnya, peran
sebagai pendidik yaitu kepada ibu, keluarga dan masyarakat/formal, peran sebagai
(evidence based), serta peningkatan diri, peran sebagai pemberdaya yaitu menggali
potensi ibu/keluarga untuk kesehatan ibu dan anak yang optimal, dan peran sebagai
Advokasi dengan segala permasalahan sosial budaya-politik-ekonomi yang berhubungan
dengan asuhan kebidanan (Mufdlilah, dkk, 2012).
a. Peran Sebagai Pelaksana
Dalam perannya sebagai pelaksana, bidan memiliki 9 (Sembilan) tugas mandiri
yaitu antara lain : menetapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan yang
diberikan, memberikan pelayanan dasar pada anak remaja dan wanita pranikah dengan
melibatkan klien, memberikan asuhan kebidanan kepada klien selama kehamilan
normal, memberikan asuhan kebidanan keada klien dalam masa persalinan dengan
melibatkan klien/keluarga, memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir,
memberikan asuhan kebidanan pada klien dalam masa nifas dengan melibatkan
klien/keluarga, memberikan asuhan kebidanan pada wanita usia subur yang
membutuhkan pelayanan keluarga berencana, memberikan asuhan kebidanan pada
wanita gangguan system reproduksi dan wanita dalam masa klimakterium dan
menopause, serta memberikan asuhan kebidanan pada bayi, balita dengan melibatkan
keluarga.
Dalam setiap tugas mandiri tersebut, bidan memiliki tugas yang harus
dilaksanakan diantaranya mengkaji status kesehatan untuk memenuhi kebutuhan asuhan
klien, menentukan diagosa, menyusun rencana tindakan sesuai dengan masalah yang
dihadapi, melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana yang telah disusun,
mengevaluasi tindakan yang telah diberikan, membuat rencana tindak lanjut
kegiatan/tindakan, serta membuat catatan dan laporan kegiatan/tindakan sesuai dengan
Dalam Tugas Kolaborasi/Kerjasama, bidan sebagai pelaksana memiki 6 (enam
tugas) diantaranya yaitu sebagai berikut : menerapkan manajemen kebidanan pada
setiap asuhan kebidanan sesuai fungsi kolaborasi dengan melibatkan klien dan keluarga,
memberikan asuhan kebidanan dengan ibu hamil dengan resiko tinggi dan pertolongan
pertama dan kegawatdaruratanan yang memerlukan tindakan kolaborasi, memberikan
asuhan kebidanan pada ibu dalam masa persalinan dengan resiko tinggi dan
kegawatdaruratan yang memerlukan pertolongan pertama dengan tindakan kolaborasi
dengan melibatkan klien dan keluarga, memberikan asuhan kebidanan pada ibu dalam
masa nifas dengan resiko tinggi dan pertolongan pertama dalam keadaan
kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi dengan klien dan keluarga,
memberikan asuhan kebidanan pada BBL dengan resiko tinggi dan yang mengalami
komplikasi serta kegawatdaruratan yang memerlukan pertolongan pertama dengan
tindakan kolaborasi dengan melibatkan klien dan keluarga, serta memberikan asuhan
kebidanan pada balita dengan resiko tinggi dan yang mengalami komplikasi serta
kegawatdaruratan yang memerlukan kolaborasi dengan melibatkan keluarga.
Dalam tugas kolaborasi bidan harus melaksanakan tugasnya yaitu mengkaji
masalah yang berkaitan dengan komplikasi dan keadaan kegawatdaruratan yang
memerlukan tindakan kolaborasi, menentukan diagnose, prognosa dan prioritas
kegawdaruratanatan yang memerlukan tindakan kolaborasi, menyusun rencana tindakan
sesuai dengan prioritas kegiatan dan hasil kolaborasi serta kerjasama dengan klien,
melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana dan dengan melibatkan klien,
mengevaluasi hasil tindakan yang telah diberikan, menyusun rencana tindak lanjut
bersama klien, serta membuat pencatatan dan pelaporan sesuai dengan kasus dan asuhan
Dalam Tugas Ketergantungan/rujukan, bidan mempunyai 6 (enam) tugas dalam
perannya sebagai pelaksana adalah sebagai berikut : menerapkan manajemen kebidanan
pada setiap asuhan kebidanan sesuai dengan fungsi keterlibatan klien dan keluarga,
memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada ibu hamil dengan
resiko tinggi dan kegawatdaruratan, memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi
dan rujukan pada masa persalinan dengan penyulit tertentu dengan melibatkan klien dan
keluarga, memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada ibu dalam
masa nifas dengan penyulit tertentu dan kegawatdaruratan dengan melibatkan klien dan
keluarga, memberikan asuhan kebidanan pada BBL dengan kelainan tertentu dan
kegawatdaruratan yang memerlukan konsultasi dan rujukan dengan melibatkan klien dan
keluarga, serta memberikan asuhan kebidanan kepada anak balita dengan kelainan
tertentu dan kegawatdaruratan yang memerlukan konsultasi dan rujukan dengan
melibatkan klien dan keluarga.
Tugas yang harus dilaksanakan oleh bidan dalam melaksanakan tugas rujukan
yaitu antara lain : mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan yang memerlukan tindakan
diluar lingkup kewenangan bidan dan memerlukan rujukan, menentukan diagnose,
prognosa dan prioritas serta sumber-sumber dan fasilitas untuk kebutuhan intervensi
lebih lanjut bersama klien/keluarga, memberikan pertolongan pertama pada kasus yang
memerlukan rujukandan memberikan asuhan kebidanan dengan tindakan, mengirim
klien untuk keperluan intervensi lebih lanjut kepada petugas/institusi pelayanan
kesehatan yang berwenang dengan dokumentasi yang lengkap, serta membuat
b. Peran Sebagai Pengelola
Bidan dalam perannya sebagai pengelola mempunyai 2 (dua) tugas penting yaitu
dalam pengembangan pelayanan dasar kesehatan terutama pelayanan kebidanan untuk
individu, keluarga, kelompok khusus dan masyarakat di wilayah kerja dengan
melibatkan masyarakat/klien. Dalam hal ini, yang bidan lakukan adalah bersama tim
kesehatan dan pemuka masyarakat mengkaji kebutuhan terutama yang berhubungan
dengan kesehatan ibu dan anak untuk meningkatkan dan mengembangkan program
pelayanan kesehatan diwilayah kerjanya, menyusun rencana kerja sesuai dengan hasil
pengkajian dengan masyarakat, mengelola kegiatan-kegiatan pelayanan kesehatan
masyarakat khususnya KIA serta KB sesuai dengan rencana, mengkoordinir, mengawasi
dan membimbing kader, dukun atau petugas kesehatan lain dalam melaksanakan
program atau kegiatan pelayanan kesehatan ibu dan anak serta KB, mengembangkan
strategi untuk meningkatkan kesehatan masyarakat khususnya kesehatan ibu dan anak
serta KB termasuk pemanfaatan sumber-sumber yang ada pada program dan sector
terkait, menggerakkan, mengembanagkan kemampuan masyarakat dan memelihara
kesehatannya dengan memanfaatkan potensi-potensi yang ada, mempertahankan,
meningkatkan mutu dan keamanan praktek professional melalui pendidikan, pelatihan,
magang dan kegiatan-kegiatan dalam kelompok profesi, serta mendokumentasikan
seluruh kegiatan yang telah dilaksanakan.
Bidan juga harus berpartisipasi dalam tim untuk melaksanakan program
kesehatan dan sektor lain diwilayah kerjanya melalui peningkatan kemampuan dukun
bayi, kader kesehatan dan tenaga kesehatan lain yang berada dibawah bimbingan dalam
wilayah kerjanya. Dalam hal ini yang harus dilakukan bidan adalah bekerja sama dengan
dalam bentuk konsultasi rujukan dan tindak lanjut, membina hubungan baik dengan
dukun, kader kesehatan dan masyarakat, melakukan pelatihan, membimbing dukun
bayi, kader dan petugas kesehatan lain, memberikan asuhan kepada klien rujukan dan
dukun bayi, serta membina kegiatan-kegiatan yang ada dimasyarakat, yang berkaitan
dengan kesehatan.
c. Peran Sebagai Pendidik
Bidan dalam perannya sebagai pendidik memiliki tugas yaitu memberikan
pendidikan dan penyuluhan kesehatan kepada individu, keluarga kelompok dan
masyarakat tentang penanggulangan masalah kesehatan khususnya yang berhubungan
dengan pihak terkait kesehatan ibu anak, dan KB. Yang harus dilakukan bidan adalah
bersama klien pengkaji kebutuhan akan pendidikan dan penyuluhan kesehatan
masyarakat khususnya dalam bidang kesehatan ibu, anak dan KB,. bersama klien pihak
terkait menyususn rencana penyuluhan kesehatan masyarakat sesuai dengan kebutuhan
yang telah dikaji, baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang, menyiapkan alat
dan bahan pendidikan dan penyuluhan sesuai dengan rencana yang telah disusun,
melaksanakan program/rencana pendidikan dan penyuluhan kesehatan masyarakat
sesuai dengan rencana jangka pendek dan jangka panjang dengan melibatkan
unsur-unsur yang terkait termasuk masyarakat, bersama klien mengevaluasi hasil
pendidikan/penyuluhan kesehatan masyarakat menggunakannya unyuk memperbaiki
dan meningkatkan program dimasa yang akan datang, serta mendokumentasikan semua
kegiatan dan hasil pendidikan/penyuluhan kesehatan masyarakat secara lengkap dan
Bidan juga harus mampu melatih dan membimbing kader termasuk siswa bidan
dan keperawatan serta membina dukun diwilayah atau tempat kerjanya. Bidan harus
mengkaji kebutuhan latihan dan bimbingan kader, dukun dan siswa, menyusun rencana
latihan dan bimbingan sesuai dengan hasil pengkajian, menyiapkan alat, AVA dan bahan
untuk keperluan latihan bimbingan peserta latih sesuai dengan rencana yang telah
disusun dengan melibatkan unsure-unsur tersebut, membimbing siswa dan siswa
keperawatan dalam lingkup kerjanya, menilai hasil latihan dan bimbingan yang telah
diberikan, menggunakan hasil evaluasi untuk meningkatkan program bimbingan, serta
mendokumentasikan semua kegiatan termasuk hasil evaluasi dan bimbingan secara
sistematis pelatihan dan lengkap.
d. Peran Sebagai Peneliti/Investigator
Dalam peran sebagai peneliti bidan melakukan investigasi atau penelitian terapan
dalam bidang kesehatan baik secara mandiri maupuun kelompok. Yang dilakukan bidan
adalah mengidentifikasi kebutuhan investigasi yang akan di lakukan, menyusun rencana
kerja pelatihan, melaksakan investigasi sesuai dengan rencana, mengolah dan
menginterpretasikan data hasil investigasi, menyusun laporan hasil investigasi dan
tindak lanjut, serta memanfaatkan hasil investigasi untuk meningkatkan dan
mengembangkan program kerja atau pelayanan kesehatan (Heryani, 2011)
3. Fungsi Bidan
Fungsi utama profesi kebidanan adalah untuk mengupayakan kesejahteraan ibu
penyulit harus digunakan teknologi dan dan referral yang efektif untuk memperoleh ibu
dan bayi yang sehat.
a. Pelaksana asuhan/pelayanan kebidanan
Dalam hal ini bidan melaksanakan asuhan/pelayanan kebidanan pada ibu hamil
normal dengan komplikasi patologis dan resiko tinggi, melaksanakan asuhan kebidanan
pada ibu bersalin normal dengan komplikasi dan resiko tinggi, melaksanakan asuhan
kebidanan pada bayi baru lahir normal, komplikasi patologis dan resiko tinggi,
melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu menyusui, melaksanakan asuhan kesehatan
pada bayi dan balita, melaksanakan asuhan kesehatan pada wanita/ibu dengan gangguan
system reproduksi, melaksanakan asuhan kebidanan komunitas, serta melaksanakan
pelayanan KB.
b. Pengelola unit KIA/KB
Bidan harus melaksanakan pelayanan KIA/KB serta mengkoordinasi pelayanan
KIA/KB.
c. Pendidik dalam asuhan/pelayanan kebidanan
Sebagai pendidik bidan harus melaksanakan bimbingan/penyuluhan pada wanita
dalam masa pra perkawinan, ibu dan akseptor KB, melatih dan membina tenaga
kesehatan, kader dan dukun bayi dalam pelayanan KIA/KB.
d. Pelaksana penelitian dalam asuhan kebidanan
Bidan dalam melaksanakan sebuah penelitian harus terlebih dahulu
merencanakan penelitian, dan melaksanakan pengumpulan, pengolahan dan analisa data
4. Hak Bidan
Dalam menjalankan tugasnya bidan berhak mendapatkan perlindungan hukum
dalam melaksanakan tugas sesuai dengan profesinya, bidan berhak untuk bekerja sesuai
dengan standar profesi pada setiap tingkat jenjang pelayanan kesehatan, bidan berhak
menolak keinginan pasien/klien dan keluarga yang bertentangan dengan peraturan
perundangan, dank ode etik profesi, bidan berhak atas privasi/kedirian dan menuntut
apabila nama baiknya dicemarkan baik oleh pasien, keluarga maupun profesi lain, bidan
berhak atas kesempatan untuk meningkatkan diri baik melalui pendidikan maupun
pelatihan, bidan berhak memperoleh kesempatan untuk meningkatkan jenjang karir dan
jabatan yang sesuai, dan bidan berhak mendapat kompensasi dan kesejahteraan yang
sesuai.
5. Kewajiban Bidan
Selain memiliki hak, bidan juga memiliki kewajiban yang harus di taati dan
dilaksanakn, yaitu bidan wajib mematuhi peraturan rumah sakit sesuai dengan hubungan
hokum antara bidan tersebut dengan rumah sakit bersalin dan sarana pelayanan dimana
ia bekerja, bidan wajib memberikan pelayanan asuhan kebidanan sesuai dengan standar
profesi dengan menghormati hak-hak pasien, bidan wajib merujuk pasien dengan
penyulit kepada dokter yang mempunyai kemampuan dan keahlian sesuai dengan
kebutuhan pasien, bidan wajib memberikan kesempatan kepada pasien untuk didampingi
suami/keluarga, bidan wajib memberikan kesempatan kepada pasien untuk menjalankan
ibadah sesuai dengan keyakinannya, bidan wajib merahasiakan segala sesuatu yang
diketahuinya tentang seorang pasien, bidan wajib memberikan informasi yang akurat
wajib memberikan persetujuan tertulis (informed consent) atas tindakan yang akan
dilakukan, bidan wajib mendokumentasikan asuhan kebidanan yang diberikan, bidan
wajib mengikuti perkembangan iptek dan menambah ilmu pengetahuannya melalui
pendidikan formal maupun non formal, serta bidan wajib bekerja sama dengan profesi
lain dan pihak yang terkait secara timbale balik dalam memberikan asuhan kebidanan
(Sofyan, 2006).
B. BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR) 1. Pengertian BBLR
BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2.500 gram tanpa
memandang masa kehamilan. Bayi yang berada dibawah persentil 10 dinamakan ringan
untuk umur kehamilan. Dahulu neonates dengan berat badan lahir kurang dari 2500
gram atau sama dengan 2500 gram disebut prematur. Pembagian menurut berat badan
ini sangat mudah tetapi tidak memuaskan. Sehingga lambat laun diketahui bahwa tingkat
morbiditas dan mortalitas pada neonatus tidak hanya bergantung pada berat badan saja,
tetapi juga pada tingkat maturitas bayi itu sendiri.
Pada tahun 1961 oleh WHO semua bayi yang baru lahir dengan berat lahir
kurang dari 2500 gram disebut Low Birth Weigh Infants (BBLR). Sedangkan pada tahun
1970, kongres European Perinatal Medicine II yang diadakan di London juga diusulkan
definisi untuk mendapatkan keseragaman tentang maturitas bayi, yaitu sebagai berikut :
bayi kurang bulan, adalah bayi dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu (259
hari), bayi cukup bulan, adalah bayi dengan masa kehamilan mulai 37 minggu sampai 42
minggu (259-293 hari), dan bayi lebih bulan adalah bayi dengan masa kehamilan mulai
BBLR sendiri dapat dibagi menjadi 2 (dua) golongan, bayi dengan berat badan
sangat rendah (BBLSR) yaitu dengan berat lahir 1000-1500 gram dan berat badan lahir
amat sangat rendah (BBLASR) yaitu dengan berat lahir kurang 1000 gram. Secara
umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan yang belum cukup bulan
(prematur) disamping itu juga disebabkan dismaturitas. Artinya bayi lahir cukup bulan
(usia kehamilan 38 minggu), tapi berat badan (BB) lahirnya lebih kecil ketimbang masa
kehamilannya, yaitu tidak mencapai 2.500 gram.
2. Manifestasi Klinis BBLR
Secara umum, gambaran klinis dari bayi BBLR adalah berat kurang dari 2500
gram, panjang kurang dari 45 cm, lingkar dada kurang dari 30 cm, lingkar kepala kurang
dari 33 cm, umur kehamilan kurang dari 37 minggu, kepala lebih besar, kulit tipis,
transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang, otot hipotonik lemah, pernapasan tak
teratur dapat terjadi apnea, eksremitas : paha abduksi, sendi lutut / kaki fleksi-lurus,
kepala tidak mampu tegak, pernapasan 40-50 kali / menit, dan nadi 100-140 kali / menit
(Proverawati, 2010)
3. Tanda-Tanda BBLR
Bayi yang lahir dengan berat badan rendah mempunyai ciri-ciri sebagai berikut umur
kehamilan sama dengan atau kurang dari 37 minggu, berat badan sama dengan atau
kurang dari 2.500 gram, panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cm, lingkar
kepala sama dengan atau kurang dari 33 cm, lingkar dada sama dengan atau kurang dari
30 cm, kuku panjangnya belum melewati ujung jari, batas dahi dan rambut kepala tidak
atau kurang dri 30 cm, rambut lanugo masih banyak, jaringan lemak subkutan tipis atau
kurang, tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya, tumit mengkilap,
telapak kaki halus, genitalia belum sempurna, labia minora belum tertutup oleh labia
mayora, klitoris pigmentasi dan rugue pada skrotum kurang (pada bayi laki-laki), tonus
otot lemah sehingga bayi kurang aktif dan pergerakannya lemah, fungsi syaraf yang
belum atau tidak efektif dan tangisnya lemah, jaringan kelenjar mammae masih kurang
akibat pertumbuhan otot dan jaringan lemak masih kurang, dan verniks kaseosa tidak
ada atau sedikit bila ada (Pantiawati, 2010)
4. Klasifikasi BBLR
Ada beberapa cara dalam mengelompokkan bayi BBLR, yaitu menurut harapan
hidupnya, dibedakan menjadi bayi berat lahir rendah (BBLR) berat lahir 1500-2500
gram, bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) berat lahir 100-1500 gram, dan bayi berat
lahir ekstrim rendah (BBLER) berat lahir kurang dari 1000 gram. Sedangkan menurut
masa gestasinya, BBLR dapat dibedakan menjadi prematuritas murni yaitu masa
gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai dengan berat badan untuk
masa gestasi berat atau biasa disebut neonatus kurang sebulan sesuai untuk masa
kehamilan (NKB-SMK) dan dismaturitas yaitu bayi lahir dengan berat badan kurang
dari berat badan seharusnya untuk masa gestasi itu. Berat bayi mengalami retardasi
pertumbuhan intrauterine dan merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilan (KMK)
5.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya BBLRPenyebab terjadinya bayi BBLR secara umum bersifat multifaktorial, sehingga
kadang mengalami kesulitan untuk melakukan tindakan pencegahan. Namun, penyebab
terbanyak terjadinya bayi BBLR adalah kelahiran premature. Semakin muda usia
kehamilan semakin besar resiko jangka pendek dan jangka panjang dapat terjadi.
Berikut ini adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan bayi BBLR secara
umum yaitu sebagai berikut :
a. Faktor ibu
Dapat dilihat dari penyakit yang diderita, seperti mengalami komplikasi
kehamilan, misalnya anemia sel berat, pendarahan ante partum, hipertensi, preeclampsia
berat, eklampsia, infeksi selama kehamilan (infeksi kandung kemih dan ginjal)
,
menderita penyakit seperti malaria, Infeksi Menular Seksual, HIV/AIDS, malaria,
TORCH. Selain dari segi penyakit, Ibu juga merupakan factor yang sering terjadi yaitu
angka kejadian prematuritas teringgi adalah kehamilan pada usia <20 tahun atau lebih
dari 35 tahun
,
kehamilan ganda (multi gravid),
jarak kelahiran yang terlalu dekat ataupendek (kurang dari 1 tahun)
,
dan mempunyai riwayat BBLR sebelumnya,
selain itukeadaan sosial ekonomi juga menjadi factor yang dapat mempengaruhi terjadinya
BBLR, kejadian tertinggi terdapat pada golongan social ekonomi rendah
,
mengerjakanaktivitas fisik beberapa jam tanpa istirahat
,
keadaan gizi yang kurang baik,
pengawasanantenatal yang kurang
, k
ejadian prematuritas pada bayi yang lahir dari perkawinan yangperkawinan yang sah. Dapat juga terjadi oleh Sebab lain, seperti ibu perokok, ibu
peminum alcohol
, i
bu pecandu obat narkotika, serta
penggunaan obat antimetabolikb. Faktor janin
Bayi berat lahir rendah dapat terjadi oleh adanya kelainan kromosom (trisomy
autosomal), infeksi janin kronik (inklusi sitomegali, rubella bawaan)
,
disautonomiafamilial
,
radiasi, kehamilan ganda/kembar (gemeli)dan
aplasia pancreas.c. Faktor plasenta
BBLR dapat terjadi karena berat plasenta berkurang atau berongga atau
keduanya (hidramnion)
, l
uas permukaan berkurang,
plasentitis vilus (bakteri, virusparasit)
,
infark, tumor (korioangioma, mola hidatidosa),
plasenta yang lepas, serta
sindrom transfusi bayi kembar (sindrom parabiotik).
d. Faktor lingkungan
Lingkungan juga dapat mempengaruhi terjadinya BBLR seperti bertempat
tinggal di dataran tinggi
, t
erkena radiasi, dan
terpapar zat beracun (Proverawati, 2010).6.
Penatalaksanaan pada BBLR a. Pemberian ASIMengutamakan pemberian ASI adalah hal yang paling penting karena ASI
mempunyai keuntungan yang kadar protein tinggi, laktalalbumin, zat kekebalan tubuh,
lipase dan asam lemak essensial, laktosa dan oligosakarida, ASI mempunyai faktor
pertumbuhan usus, oligosakarida untuk mamacu motilitas usus dan pelindungan
terhadap penyakit, dari segi psikologis, pemberian ASI dapat meningkatkan ikatan
fungsi organnya belum matang, kebutuhan nutrisinya besar dan mudah sakit sehingga
pemberian ASI atau nutrisi yang tepat penting untuk tumbuh kembang yang optimal
bagi bayi.
b. Pengaturan Suhu Badan/Thermoregulasi
Bayi berat lahir rendah (BBLR) terutama yang kurang bulan membutuhkan suatu
thermoregulasi yaitu suatu pengontrolan suhu badan secara fisiologis mengatur
pembentukan atau pendistribusian panas, pengaturan terhadap suhu keliling dengan
mengontrol kehilangan dan pertambahan panas.
c. Bayi yang Beresiko
Bayi premature/BBLR merupakan salah satu bayi yang beresiko kehilangan
panas karena luas permukaan tubuhnya lebih luas dibanding berat bedan, predisposisi ke
asfiksia, metabolism dan pernafasan yang tidak baik, sehingga terjadi hipotermi dan
gangguan aktivitas surfaktan meningkatkan bahaya dari sindrom gawat nafas (RDS)
yang berat dan brown fat belum ada sampai usia kehamilan 26-30 minggu.
d. Stress dingin
Bayi BBLR yang kurang bulan yang tiba-tiba di hadapkan pada suhu dingin akan
mengalami hipotermi. Sebagai respon terhadap udara atau suhu dingin akan terjadi
vasokontriksi yang akan menyebabkan timbulnya metabolism anaerob dan asidosis
metabolic. Hal ini akan menyebabkan vsokonstriksi pembuluh darah palu yang akan
makin menyebabkan bertambahnya hypoxia anaerob dan asidosis metabolic. Keadaan
ini akan memperburuk respon bayi yang lahir rendah terhadap dingin. Oleh sebab itu
BBLR yang kurang bulan mempunyai resiko tinggi terhadap hipotermi dan gejala
e. Efek Klinis Hipotermi
Bayi baru lahir dengan berat rendah yang telah mengalami hipotermi dapat
mempunyai efek klinis sebagai berikut : penurunan kadar pH, penuruanan tekanan
oksigen, terjadi hypoglisemia, peningkatan konsumsi oksigen, peningkatan cadangan
kalori, kenaikan berat badan lambat, penurunan berat badan, teradap sklerema,
peningkatan kematian bayi, dapat terjadi gangguan faktor pembekuan darah.
f. Faktor Penghambat Non Shivering Thermogenesis
Berikut ini adalah beberapa faktor yang menghambat non shivering
thermogenesis pada BBLR, antara lain stres dingin yang terjadi pada BBLR secara terus
menerus (berlarut-larut) dapat menghabiskan cadangan brown fat dan membuat suhu
tubuh bayi turun, bayi mengalami hipoksia yang menyebabkan dalam tubuhnya terjadi
metabolism anaerob, sehingga suplai oksigen digunakan dengan cepat. Glikogen di
metabolism sehingga terbentuk asam piruvic dan asam laktat yang paada akhirnya
menyebabkan asidosis metabolic, bayi bias mengalami apnea berulang, bayi bias
mengalami gangguan fungsi serebral karena adanya perdarahan intracranial, bayi
mengalami hipoglikemia karena cadangan glkogen berkurang, bayi bias mengalami
gagal jantung serta bayi bisa mengalami masalah pernafasan (RDS)
g. Pencegahan Kehilangan Panas
Berikut ini adalah beberapa cara pencegahan panas pada bayi BBLR yang sehat,
antara lain segera setelah lahir bayi dikeringkan dan dibedong dengan popok hangat,
pemeriksaan dikamar bersalin dilakukan dibawah radiant warmer (box bayi hangat), topi
dipakaikan untuk mencegah kehilangan panas melalui kulit kepala, bila suhu tubuh bayi
Sementara itu, pada BBLR yang sakit, cara untuk mencegah kehilangan panas,
antara lain bayi harus segera dikeringkan, untuk mentranportasi bayi, digunakan
transport incubator yang sudah hangat, tindakan terhadap bayi dilakukan dibawah
radiant warmer, serta suhu lingkungan netral dipertahankan.
h. Pencegahan Hipotermi
Untuk menentukan apakah BBLR menggunakan warmer atau incubator adalah
berdasarkan situasi dan kondisi bayi. Ada dokter bayi yang lebih suka menggunakan
warmer karena warmer memberikan peluang lebih dekat dengan bayi. Sementara dokter
bayi lainnya lebih suka menggunakan incubator, karena incubator dapat
mempertahankan suhu udara, dapat mengatur kelembaban udara, dapat memberikan
lingkungan dengan oksigen yang cukup.
Pada fasilitas pelayanan kesehatan yang tidak mempunyai radiant warmer atau
incubator untuk mencegah terjadinya hipotermi, maka tindakan-tindakan umum yang
dapat dilakukan untuk mencegah hipotermi, antara lain : mengeringkan tubuh bayi,
segera setelah lahir dengan handuk atau kain yang hangat, menyelimuti bayi terutama
bagian kepala dengan kain yang kering (bayi dibungus kain hangat dan kepalanya diberi
topi), meletakkan bayi dilingkungan/ruang yang hangat (suhu ruangan tidak kurang
250C), memastikan tangan selalu hangat pada saat memegang bayi, mengganti handuk,
selimut, kain, popok, bedung yang basah dengan yang bersih, kering dan hangat.
i. Metode Kangguru
Metode kangguru merupakan salah satu metode perawatan BBLR untuk
mencegah hipotermi pada bayi baru lahir, yang diperkenalkan pertama kali oleh Rey dan
Martinez dari Columbia pada tahun 1979. Rey dan Martinez melaporkan skin to skin
atau premature. Mengapa disebut metode kangguru? Karena cara ini meniru binatang
kangguru yang biasanya melahirkan bayi imatur dan menyimpan bayinya dikantung
ibunya untuk mencegah kedinginan. Prinsip dasar dari metode kangguru ini adalah
mengganti perawatan bayi BBLR dalam incubator dengan metode kangguru. Hal ini
disebabkan karena kurangnya fasilitas terutama incubator dan tenaga kesehatan dalam
perawatan bayi BBLR, penggunaan incubator memiliki beberapa keterbatasan antara
lain, memerlukan tenaga listrik dan memudahkan infeksi nosokomial, rujukan kerumah
sakit untuk bayi BBLR sangat tinggi sebelum dilakukan metode kangguru. Tujuan
metode kangguru untuk bayi berat lahir rendah adalah menurunkan angka morbiditas
dan mortalitas BBLR serta menurunkan rujukan BBLR ke rumah sakit.
Manfaat metode kangguru dapat memberikan manfaat bagi bayi, ibu dan rumah
sakit/klinik. Bagi bayi, metode kangguru bermanfaat mengurangi pemakaian kalori bayi,
memperlama waktu tidur bayi, meningkatkan hubungan kedekatan bayi dan ibu,
mengurangi kejadian infeksi, menstabilkan suhu bayi, menstabilkan denyut jantung dan
pernafasan bayi, menurunkan stress pada bayi, meningkatkan perilaku bayi lebih baik,
dimana akan tampak bayi waspada, menangis berkurang, lebih sering menyusu ASI, dan
menaikkan berat badan bayi.
Bagi ibu, metode kanguru bermanfaat: untuk mempermudah pemberian ASI dan
pelaksanaan IMD (Inisiasi Menyusui Dini), dan meningkatkan produksi ASI,
meningkatkan hubungan kedekatan dan kasih sayang ibu dengan bayi dan memberikan
pengaruh psikologi berupa ketenangan pada ibu dan keluarga.
Bagi rumah sakit/klinik, metode kanguru memberikan efisiensi tenaga karena ibu dapat
merawat bayinya sendiri, mempersingkat lama perawatan bayi di rumah sakit, dan
Berikut ini beberapa kriteria bayi yang dapat dilakukan metode kanguru, antara
lain : bayi dengan berat badan lahir kurang lebih 1800 gram atau antara 1500-2500
gram; bayi prematur; bayi yang tidak terdapat kegawatan pernafasan dan sirkulasi; bayi
mampu bernafas sendiri; bayi yang tidak terdapat kelainan bawaan yang berat, suhu
tubuh bayi stabil (36,5-37,5 FC)
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam metode kanguru adalah posisi kanguru
yaitu posisi bayi diantara payudara, tegak, dada bayi menempel ke dada ibu. Posisi bayi
kemudian diamankan dengan kain panjang atau baju kanguru. (dalam hal ini bayi
diletakkan dalam dekapan ibu dengan kulit menyentuh kulit, posisi bayi tegak, kepala
miring ke kiri atau ke kanan).apabila menggunakan baju kanguru/kantung kanguru,
posisi bayi adalah tegak/vertical pada siang hari pada waktu ibu berdiri atau duduk dan
posisi bayi tengkurap atau miring pada malam hari pada waktu ibu berbaring atau tidur.
Keunggulan metode ini adalah bayi mendapatkan sumber panas alami (36-37 C)
langsung dari kulit ibu, mendapatkan kehangatan udara dalam kantung/baju ibu, serta
ASI menjadi lancar. Dekapan ibu adalah energy bagi bayi. Pada bayi berat badan lahir
sangat rendah (kurang dari 1000 gram) metode kanguru ditunda sampai usia 2 minggu
atau sampai keadaan bayi stabil.
Selain itu nutrisi juga harus diperhatikan, waktu yang optimal untuk memulai
menyusu Asi tergantung pada masa kehamilannya, dukungan juga sangat diperlukan
terutama diberikan pada ibu berupa fisik, emosiaonal dan edukasi, yang sewaktu hamil
sebaiknya telah diberikan informasi tentang pentingnya metode kanguru bagi bayi,
pemulangan tergantung pada kesehatan bayi secara menyeluruh dalam kondisi baik dan
ibu mampu merawat bayinya dan harus ada konseling dan informed consent terlebih
j. Pemijatan Bayi
Ternyata, dari kebanyakan penelitian melaporkan bayi prematur yang biasanya
lahir dengan berat badan lahir rendah mengalami kenaikan berat bdadn yang lebih besar
dan berkembang baik setelah dilakukan pemijatan secara teratur. Margaret Ribble,
seorang psikiater pada tahun 1940 mengamati bahwa bayi yang lebih banyak dipegang
akan terangsang pernafasan dan peredaran menjadi lebih baik. Margareth mengamati
bayi prematur dengan berat badan lahir rendah pernafasannya biasanyapendek dan tidak
stabil pada minggu-minggu pertama kelahiran, namun pernafasannya menjadi lebih baik
setelah bersinggungan dan kontak fisik dengan ibunya.
Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Field dan Scafidi melaporkan manfaat
pijatan/sentuhan pada bayi dengan berat lahir rendah yaitu sekitar 1200-1300 gram yang
telah melampaui masa kritisnya. Bayi-bayi tersebut setelah diteliti selama 10 hari
dengan dilakukan pijitan tiga kali sehari selama 15 menit didapatkan hasil: berat
bdannya 47% lebih besar dari bayi yang tidak dilakukan pemijatan, bayi berada dalam
keadaan ‘alert active’ gerak motorik dan erilaku bayi lebih baik.
Untuk itu, sebenarnya pijitan/sentuhan ini juga merupakan penatalaksanaan yang
baik bagi bayi dengan berat lahir rendah karena sangat efektif untuk menjalin hubungan
orangtua dan bayi dalam hal perkembangan fisik dan emosional bayi maupun
perkembangan indra yang lain. Karena bayi dengan berat lahir rendah juga mempunyai
kebutuhan emosional. Yang ditunjukkan dengan kegelisahan, ketegangan dan pada
akhirnya timbul dampak kegagalan dalam pertumbuhan.
Pemijatan pada bayi berat lahir rendah bertujuan untuk memacu pertumbuhan
berat badan bayi, membantu bayi melepaskan rasa tegang dan gelisah, menguatkan dan
kotoran, membuat bayi tidur lebih tenang dan menjalin komunikasi dan ikatan antara
bayi atau orangtuanya.
Berikut ini adalah hal-hal yang perlu dihindari dalam pemijatan bayi yaitu Bayi
tidak boleh dilakukan pemijatan pada waktu bayi tidak siap atau tidak amu dipijat, bayi
tidak oleh dibangunkan, hanya khusus untuk dilakukan pemijatan, bayi tidak boleh
dilakukan pemijatan langsung setelah bayi selesai makan serta bayi tidak boleh
dipaksakan dalam posisi tertentu pada saat pemijatan (Maryunani, 2009).
7. Pencegahan
Pada kasus bayi berat lahir rendah (BBLR) pencegahan/preventif adalah langkah
yang penting. Hal-hal yang dapat dilakukan adalah meningkatkan pemeriksaan
kehamilan secara berkala minimal 4 kali selama kurun kehamilan dan dimulai sejak
umur kehamilan muda. Ibu hamil yang diduga berisiko, terutama factor resiko yang
mengarah melahirkan bayi BBLR harus cepat dilaporkan, dipantau dan dirujuk pada
institusi pelayanan kesehatan yang lebih mampu, penyuluhan kesehatan tentang
pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim, tanda-tanda bahaya selama
kehamilan dan perawatan diri selama kehamilan agar mereka dapat menjaga kesehatan
dan janin yang dikandung dengan baik, hendaknya ibu dapat merencanakan
persalinannya pad kurun umur reproduksi sehat (20-34 tahun), perlu dukungan sector
lain yang terkait untuk turut berperan alam meningkatkan pendidikan ibu dan status
ekonomi keluarga agar mereka dapat meningkatkan akses terhadap pemanfaatan
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep
Peran merupakan tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap
seseorang sesuai dengan kedudukan dalam suatu sistem. Bidan dalam melaksanakan
pelayanan asuhan kebidanan, profesi bidan memiliki 4 peran penting diantaranya peran
sebagai pelaksana, peran sebagai pengelola, peran sebagai pendidik, peran sebagai
peneliti (Heryani, 2011).
Peran bidan sebagai pelaksana memiliki 3 (tiga) tugas yaitu tugas mandiri, tugas
kolaborasi dan tugas rujukan yang dapat dikategorikan menjadi baik, cukup dan kurang,
untuk memperjelas penelitian ini maka kerangka konsep penelitian yang berjudul peran
bidan sebagai pelaksana dalam perawatan bayi berat lahir rendah (BBLR) di wilayah
kerja Puskesmas Sering Medan tahun 2014 dapat digambarkan kerangka konseptual
berikut ini.
Skema 1 Kerangka Konsep
Peran bidan sebagai pelaksana dalam perawatan BBLR
Peran bidan sebagai pelaksana dalam perawatan bayi berat lahir rendah (BBLR) :
a. Tugas mandiri b. Tugas kolaborasi c. Tugas rujukan
Kategori peran bidan sebagai pelaksana dalam perawatan bayi berat lahir rendah (BBLR) :
- Baik
- Cukup
B. Defenisi operasional
Defenisi operasional merupakan uraian tentang apa yang diukur oleh variable
yang bersangkutan (Notoatmodjo, 2010)
Tabel 3.1 Defenisi Operasional
No Variabel
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif eksploratif
dengan menggunakan pendekatan cross sectional dimana penelitian ini dilakukan untuk
menggambarkan/mendeskripsikan dengan menjelaskan semua item tentang peran bidan
sebagai pelaksana dalam perawatan bayi berat lahir rendah (BBLR) di puskesmas sering
Medan tahun 2014 dengan melakukan pengukuran atau pengamatan pada saat
bersamaan (sekali waktu).
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang diperoleh dari Puskesmas
Sering Medan. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh bidan yang ada di wilayah
kerja Puskesmas Sering Medan Tahun 2014 sebanyak 33 orang bidan.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang jumlahnya di tetapkan berdasarkan
populasi yang dapat mewakili populasi untuk dijadikan sumber informasi. Teknik
pengambilan sampel menggunakan teknik total sampling yaitu total populasi. Dengan
C. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja puskesmas sering Medan yang terletak di
jalan sering, jalan indrakasih dan tanjung rejo Medan Pancing. Alasan peneliti memilih
tempat penelitian di wilayah kerja puskesmas sering karena selain lokasi penelitian
masih dapat dijangkau oleh peneliti, angka kejadian dan jumlah bidan di wilayah kerja
puskesmas sering memadai untuk dijadikan sampel dalam penelitian ini.
D. Waktu Penelitian
Rangkaian pelaksanaan penelitian telah dilakukan mulai pada bulan Februari
sampai dengan bulan April 2014.
E. Etika Penelitian
Sebelum melakukan pengambilan data , peneliti terlebih dahulu mengajukan surat
permohonan penelitian kepada ketua program DIV Bidan Pendidik Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara guna mendapatkan surat permohonan
persetujuan penelitian. Setelah mendapatkan surat izin penelitian dari pendidikan
peneliti mengajukan permohonan izin penelitian kepada kepala puskesmas sering
Medan. Dalam penelitian ini terdapat beberapa hal yang berkaitan dengan permasalahan
etik, yaitu : memberikan penjelasan kepada calon responden penelitian tentang tujuan
dan prosedur pelaksanaan penelitian. Apabila calon responden bersedia, maka calon
responden dipersilahkan untuk menandatangani informed consent. Tetapi jika calon
responden tidak bersedia, maka calon responden berhak untuk menolak dan
Kerahasiaan catatan mengenai data responden dijaga dengan cara tidak
menuliskan nama responden pada instrumen, tetapi menggunakan inisial. Data-data yang
diperoleh dari responden juga hanya digunakan untuk kepentingan penelitian. Pada
lembar pengumpulan data (kuesioner) yang diiisi oleh responden. Lembar tersebut hanya
diberi nomor kode tertentu. kerahasiaan informasi yang diberikan oleh responden
dijamin oleh peneliti.
F. Alat Pengumpulan Data
Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner,
kuesioner ini dibuat sendiri oleh peneliti berdasarkan tinjauan pustaka (Maryunani,
2009, Pantiawati 2010 dan Heryani, 2011). Kuesioner ini terdiri dari dua bagian, yaitu
bagian pertama adalah data demografi responden termasuk nomor responden, umur,
pendidikan terkahir, agama, suku, lama bekerja dan pelatihan terkait yang di ikuti.
Bagian kedua yaitu peran bidan sebagai pelaksana dalam perawatan BBLR dalam
melaksanakan tugas mandiri, tugas kolaborasi dan tugas rujukan. Kuesioner ini berisi
pernyataan untuk mengetahui peran bidan sebagai pelaksana dalam melaksanakan
perawatan bayi berat lahir rendah (BBLR) yang setiap bagian dari pernyataan untuk
menilai peran bidan sebagai pelaksana dalam tugas mandiri yang terdiri dari 9
pernyataan yaitu pada pernyataan no 1-9, peran bidan sebagai pelaksana dalam tugas
kolaborasi yaitu terdiri dari 6 pernyataan yaitu pernyataan no 10-15, dan peran bidan
sebagai pelaksana dalam tugas rujukan yaitu terdiri dari 5 pernyataan yaitu pernyataan
no 16-20 dengan menggunakan skala Gutman. Peran bidan sebagai pelaksana dalam
melaksanakan perawatan bayi berat lahir rendah (BBLR) menggunakan skala Gutman,
nol (0). Menurut Machfoedz (2008) untuk mendapatkan kriteria digunakan perhitungan
dengan menentukan nilai terbesar dan terkecil yaitu nilai terbesar adalah 20 (sepuluh)
dan nilai terkecil adalah 0 (nol). Sedangkan untuk menentukan nilai rentang (R) adalah
nilai terbesar – nilai terkecil yaitu 20-0 = 20, dan untuk menentukan kategori
berdasarkan perolehan nilai baik yaitu apabila 76 – 100% jawaban responden benar,
cukup yaitu apabila 56 – 75% jawaban responden benar dan kurang yaitu apabila <55%
jawaban responden benar.
Perhitungan persentase data
Jumlah skor yang diperoleh dari penelitian
P = x 100% Jumlah skor seluruh pernyataan
G. Uji Validitas dan Reliabilitas
Uji validitas dilakukan untuk mengetahui tingkat kesahihan suatu instrument
penelitian. Sebuah instrument dikatakan valid apabila mampu mngukur apa yang
diinginkan dan dapat mengungkapkan data dari variable yang diteliti secara tepat
(Arikunto, 2007). Uji validitas dilakukan secara conten validity kepada orang yang
dianggap ahli yang dilakukan oleh Dr. dr. Sarma N Lumbanraja, SPOG (K) yang
sebelumnya sudah dikonsultasikan dengan dosen pembimbing dan skor CVI nya adalah
0,80.
Test reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat
pengukuran dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti sejauh mana alat
tersebut tetap konsisten bila dilakukan beberapa kali dengan menggunakan alat tersebut
(Notoadmojo, 2005). Uji reliabilitas dengan menggunakan Alpha Cronbach yang diolah melalui program komputerisasi. Apabila nilai alpha cronbach nya lebih dari 0.6 maka dinyatakan reliabel. Untuk peran bidan sebagai pelaksana dalam perawatan BBLR alpha cronbach 0,792.
H. Prosedur Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan sendiri oleh peneliti setelah mendapat surat izin
penelitian dari program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas
Sumatera Utara dan mengajukan permohonan izin kepada kepala Puskesmas Sering
Medan. Setelah mendapat persetujuan maka peneliti menjumpai para bidan dan
menjelaskan tentang prosedur penelitian, manfaat penelitian, dan cara pengisian
kuesioner kepada responden. Peneliti meminta kesediaan responden untuk mengikuti
penelitian.
Setelah mendapat persetujuan dari calon responden untuk menjadi responden
dengan menandatangani informed consent, pengumpulan data dimulai. Peneliti
memberikan instrumen penelitian berupa kuesioner kepada responden yang terdiri dari
kuesioner demografi, peran bidan sebagai pelaksana dalam perawatan BBLR, kemudian
peneliti mencheklist dan menganalisa data. Setelah selesai penelitian, peneliti kemudian
memeriksa kelengkapan data, jika ada data yang kurang atau belum diisi maka dapat
langsung dilengkapi.
Menurut Hastono (2007) ada empat tahapan dalam pengolahan data yang harus
dilalui yaitu: a) Editing merupakan kegiatan untuk melakukan pengecekan isi kuesioner
Coding merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi data berbentuk
angka atau bilangan. c) Processing merupakan memproses data agar data yang sudah di
entry dapat di analisis, dilakukan dengn meng-entry data dari kuesioner ke paket
program computer. d) Cleaning merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang
sudah di entry apakah ada kesalahan ada atau tidak.
Setelah data terkumpul, analisis data yang dilakukan melalui pengolahan data
secara komputerisasi dengan menggunakan program SPSS. hasil analisis data disajikan
dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentase, untuk melihat bagaimana peran
bidan sebagai pelaksana dalam perawatan bayi berat lahir rendah (BBLR).
I. Rencana Analisa Data
Analisa data dilakukan secara deskriptif dengan pengukuran terhadap
masing-masing jawaban responden, lalu ditampilkan dalam tabel distribusi frekuensi, dan
persentase. Selanjutnya dicari besarnya nilai persentase untuk masing-masing jawaban
responden. Kemudian dilakukan pembahasan terhadap analisa data dengan
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Berdasarkan penelitian yang dilakukan mengenai peran bidan sebagai pelaksana
dalam perawatan bayi berat lahir rendah (BBLR) di wilayah kerja puskesmas sering
Medan tahun 2014 dengan jumlah responden sebanyak 33 orang dan menggunakan
kuesioner yang terdiri atas 20 pernyataan. Diperoleh hasil dengan data demografi
meliputi umur, pendidikan, agama, suku, lama bekerja dan pelatihan terkait yang pernah
diikuti. Berikut ini akan dijabarkan mengenai hasil penelitian tersebut:
1. Karakteristik Responden
Analisis ini bertujuan mendeskripsikan karakteristik masing-masing variabel
yang diteliti, yaitu peran bidan sebagai pelaksana dalam perawatan bayi berat lahir
rendah (BBLR). Karakteristik responden berdasarkan data demografi diuraikan meliputi
umur, pendidikan, agama, suku, lama bekerja dan pelatihan terkait yang pernah diikuti.
Tabel 5.1 berikut ini menunjukkan mayoritas bidan berusia >40 tahun sebanyak
22 orang (67%), berpendidikan D-III sebanyak 26 orang (79%), beragama Islam
sebanyak 20 orang (61%), bersuku Batak sebanyak 23 orang (70%), memiliki
pengalaman kerja >15 tahun sebanyak 21 orang (64%). Berdasarkan pelatihan yang
pernah diikuti mayoritas bidan pernah mengikuti pelatihan yaitu sebanyak 20 orang
Tabel 5.1
Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Data Demografi Peran Bidan sebagai Pelaksana dalam Perawatan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
di Wilayah Kerja Puskesmas Sering Medan Tahun 2014 (n=33)
Karakteristik Frekuensi Persentase (%)
Umur
Pelatihan terkait yang diikuti
2. Distribusi Peran Bidan sebagai Pelaksana dalam Tugas mandiri
Dalam tugas mandiri bidan melaksanakan semua tindakan perawatan pada Bayi
Berat Lahir Rendah secara mandiri yang dilaksanakan di klinik praktek bidan.
Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Pernyataan Peran Bidan sebagai Pelaksana dalam Tugas Mandiri pada Perawatan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di Wilayah Kerja
Puskesmas Sering Medan Tahun 2014 (n=33)
No Pernyataan
Bidan mengutamakan agar ibu memberikan ASI segera setelah lahir pada bayi berat lahir rendah.
Bidan mengeringkan dan membedong dengan popok hangat segera setelah bayi lahir.
Bidan meletakkan bayi berat lahir rendah kedalam incubator untuk mencegah kehilangan panas.
Bidan menyelimuti bayi terutama bagian kepala dengan kain kering (kain hangat dan kepalanya diberi topi). Bidan mengganti handuk, selimut, kain, popok, bedung yang basah dengan yang bersih, kering dan hangat. Bidan harus memastikan tangan bidan selalu hangat pada saat memegang bayi.
Bidan meletakkan bayi di lingkungan/ruang yang hangat atau suhu ruangan tidang kurang 250C.
Bidan membimbing ibu untuk melakukan metode kangguru.
Bidan melakukan pemijatan pada bayi berat lahir rendah (BBLR).
Berdasarkan tabel 5.2 dapat dilihat bahwa peran bidan sebagai pelaksana dalam
tugas mandiri umumnya pada hal bidan mengeringkan dan membedong dengan popok
hangat segera setelah lahir (100%), bidan menyelimuti bayi terutama bagian kepala
dengan kain kering (100%), serta bidan mengganti handuk, popok, bedung yang basah
dengan yang bersih, kering dan hangat (100%), dari ketiga pernyataan tersebut seluruh
Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Peran Bidan sebagai Pelaksana dalam Tugas Mandiri pada Perawatan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di Wilayah Kerja
Puskesmas Sering Medan Tahun 2014 (n=33)
Peran bidan sebagai pelaksana dalam tugas mandiri
Frekuensi Persentase (%)
Baik
Cukup
Kurang
19
14
0
58
42
0
Dari hasil penelitian di peroleh bahwa peran bidan sebagai pelaksana dalam tugas
mandiri umumnya baik sebanyak 19 orang (58%), dan peran bidan sebagai pelaksana
kategori cukup yaitu sebanyak 14 orang (42%). Sedangkan peran bidan yang kurang
dalam perawatan bayi berat lahir rendah (BBLR) tidak ada (0%) atau tidak ada bidan
yang tidak berperan dalam tugas mandiri pada perawatan bayi berat lahir rendah
(BBLR).
3. Distribusi Peran Bidan sebagai Pelaksana dalam Tugas kolaborasi
Dalam tugas kolaborasi bidan memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru
lahir dengan resiko tinggi dan yang mengalami komplikasi serta kegawatdaruratan yang
memerlukan pertolongan pertama dengan tindakan kolaborasi serta memberikan asuhan
kebidanan pada balita dengan resiko tinggi dan yang mengalami komplikasi serta
Tabel 5.4
Distribusi Frekuensi Pernyataan Peran Bidan sebagai Pelaksana dalam Tugas Kolaborasi pada Perawatan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di Wilayah
Kerja Puskesmas Sering Medan Tahun 2014 (n=33)
No Pernyataan
Bidan memberikan asuhan kebidanan pada BBL dengan resiko tinggi dan yang mengalami komplikasi serta kegawatdaruratan yang memerlukan pertolongan pertama dengan tindakan kolaborasi dengan melibatkan klien dan keluarga.
Bidan mengkaji masalah yang berkaitan dengan komplikasi dan keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan medis lainnya.
Bidan berkolaborasi dengan dokter spesialis kandungan dalam menentukan diagnosa, prognosa dan prioritas kegawatdaruratan.
Bidan menyusun rencana tindakan sesuai prioritas, hasil kolaborasi serta kerja sama dengan klien.
Bidan mengevaluasi hasil tindakan kolaborasi.
Bidan membuat pencatatan dan pelaporan terkait tindakan yang sudah dikolaborasikan sesuai dengan kasus dan asuhan yang diberikan.
27
Berdasarkan tabel 5.4 menerangkan gambaran hasil tentang peran bidan sebagai
pelaksana dalam tugas kolaborasi didapatkan umumnya bidan melakukan berkolaborasi
dengan dokter spesialis kandungan dalam menentukan diagnosa, prognosa dan prioritas
kegawatdaruratan sebanyak 31 orang (94%), bidan berperan dalam membuat pencatatan
dan pelaporan terkait tindakan yang sudah dikolaborasikan sesuai dengan kasus dan
asuhan yang diberikan sebanyak 29 orang (88%), sedangkan bidan memberikan asuhan
kebidanan pada BBL dengan resiko tinggi, mengalami komplikasi serta
kegawatdaruratan yang memerlukan pertolongan pertama dengan tindakan kolaborasi