• Tidak ada hasil yang ditemukan

TOGOG DAN MBILUNG, ‘PUNAKAWAN YANG SERING TERLUPAKAN’

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TOGOG DAN MBILUNG, ‘PUNAKAWAN YANG SERING TERLUPAKAN’"

Copied!
2
0
0

Teks penuh

(1)

1 Catatan Sore:

Togog dan Mbilung, ‘Punakawan yang Sering Terlupakan’

BERBICARA tentang punakawan dalam dunia pewayangan, yang selalu ada dalam benak kita hanyalah “Semar, Gareng, Petruk dan Bagong.” Sedikit dari masyarakat Indonesia -- kecuali orang Jawa Tulen – yang mengenal dua tokoh punakawan bernama Togog dan Mbilung. Berbeda dengan Semar, Gareng, Petruk dan Bagong sebagai pendamping para Raja dan Ksatria yang hadir dengan sifat baik (berakhlak mulia), keduanya (Togog dan Mbilung) bertugas mendampingi para Raja dan Ksatria yang hadir dengan sifat angkara murka (berakhlak tercela).

Bagi yang sudah tahu Togog dan Mbilung akan mengkategorikan kedua tokoh itu sebagai punakawan oportunitis. Karena, keduanya tidak pernah setia pada satu raja saja. Sebenarnya, nomadennya mereka mengabdi bukan karena oportunitis, melainkan tugas mereka selesai dengan kalahnya raja mereka di tangan tokoh protagonis dalam sebuah lakon.

Sebenarnya, tugas Togog dan Mbilung sama seperti Semar dan anak-anaknya, yakni membimbing raja mereka. Namun, tugas Togog dan Mbilung lebih sukar, pasalnya mereka harus meluruskan bibit-bibit keangkaramurkaan yang telah nampak pada raja mereka. Saat sang raja sudah tidak menggubris mereka, sampai situlah tugas mereka.

Kedua tokoh tersebut memiliki keunikan dalam dunia pewayangan Jawa. Togog dan Mbilung berbicara dengan dua bahasa yang berbeda. Togog berbahasa Jawa sedangkan Mbilung berbahasa melayu. Uniknya, meski berbeda bahasa, keduanya saling mengerti satu dengan yang lainnya saat berbicara. Dalam dunia pewayangan, Togog selalu digambarkan dengan sosok berbibir dower sedangkan Mbilung selalu menggunakan pakaian yang memiliki ciri khas pakaian melayu.

Meskipun Togog dan Mbilung memiliki tugas yang sama dengan Semar dan anak-anaknya, yakni membimbing rajanya ke jalan yang lurus, Togog dan Mbilung lebih terjun pada raja yang sudah dzalim. Tugas mereka berdua jauh lebih berat ketimbang Semar dan anak-anaknya. Tugas Togog dan Mbilung seperti meluruskan benang basah atau mencari jarum di dalam tumpukkan jerami.

Bila dibandingkan dengan Semar dan anak-anaknya, Togog dan Mbilung jauh lebih kritis, cenderung “pedas” mengritisi atasan mereka. Hanya saja, kritiknya tersebut kurang diperhatikan oleh sang raja. Banyak alasannya, namun mungkin saja apa yang dibicarakan Togog dan Mbilung tidak dipahami oleh sang raja. Maklum saja, dengan bibir yang dower, bahasa yang keluar dari mulut Togog kurang didengar dengan jelas dan bahasa melayu yang digunakan oleh Mbilung maka pesan yang disampaikan tidak dipahami oleh sang raja, karena sang raja tidak begitu mengerti bahasa melayu.

(2)

2

watak tersebut dapat diartikan bahwa keduanya selalu berkaitan dengan upaya memberantas kejahatan. Artinya, di mana ada keangkaramurkaan, di situ harus ada sosok Togog dan Mbilung. Bukankah itu sama dengan fungsi polisi? Di mana ada kejahatan, di situ harus ada polisi. Sekecil apapun bentuk kejahatan itu. Mungkin nama ‘Bayangkar’a hanya kebetulan, namun kenyataan menunjukkan bahwa tugas-tugas polisi selalu berdekatan dengan bebaya lan angkara atau bahaya, kejahatan dan keangkaramurkaan. Sama dengan tugas yang harus diemban oleh Togog dan Mbilung. Dan nasib Polisi – dalam banyak hal -- ‘sama’ dengan Togog dan Mbilung. Sering bertarung dengan ‘hati nurani sendiri’, karena harus berpihak pada para pemangku kepentingan yang lebih dominan. Memang berat, tetapi harus dilakukan demi tugasnya sebagai ‘pendamping’ para Raja atau Ksatria yang kadang-kadang lupa akan amanahnya sebagai Pemimpin.

Wallâhu A’lamu bish-Shawâb.

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan menurut Suharsimi (2013:272) menyatakan bahwa metode observasi adalah format yang disusun berisi item-item tentang kejadian atau tingkah laku yang digambarkan

Prinsip pembinaan dan cara memilih bahan pustaka adalah koleksi yang paling disukai murid-murid. Di perpustakaan SMA Negeri 3 Magelang sendiri siswa lebih banyak

Fungsi kepemimpinan merupakan salah satu di antara peran administrator dalam rangka mempengaruhi orang lain atau para bawahan agar mau dengan senang hati untuk mencapai

typhi compared with 3X102 bacteria by single round pCR These results suggest that nested PCR is necessary to detect small number of organisms in actual blood

 Bagaimana menyusun algoritma pengolahan citra untuk proses klasifikasi kualitas buah stroberi berdasarkan atribut yang telah ditentukan.  Bagaimana hasil perbandingan

To evahnte the subsequent fertility status of the Indonesian woman afier removal of Implnnon (etonogestrel implant contraceptive), a prospective longindinal study

[r]

as the mechanisms of resolving conflicts in the form of conflict resolution models in the society which relies on the local 296. wisdom. This study found that the local