TERHADAP JUMLAH DANA SIMPANAN BERJANGKA PADA KJKS PRIMA ARTHA SLEMAN (PERIODE 2011-2015)
SKRIPSI
Oleh:
David Wahyu Ramadhan NPM: 20120730118
FAKULTAS AGAMA ISLAM PRODI MUAMALAT
PENGARUH TINGKAT BAGI HASIL DAN SUKU BUNGA (BIRATE) TERHADAP JUMLAH DANA SIMPANAN BERJANGKA PADA KJKS PRIMA ARTHA SLEMAN (PERIODE 2011-2015)
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Islam (S.E.I) Strata Satu
pada Prodi Ekonomi & Perbankan Islam (Muamalat) Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Oleh:
David Wahyu Ramadhan NPM: 20120730118
FAKULTAS AGAMA ISLAM PRODI MUAMALAT
Saya yang bertandatangan di bawah ini:
Nama : David Wahyu Ramadhan NIM : 20120730118
Program Studi: Ekonomi dan Perbankan Islam
Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “PENGARUH TINGKAT BAGI
HASIL DAN SUKU BUNGA (BI RATE) TERHADAP JUMLAH DANA
SIMPANAN BERJANGKA PADA KJKS PRIMA ARTHA DI SLEMAN (PERIODE 2011-2015)” ini merupakan karya saya sendiri dan belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya dalam skripsi ini tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitka noleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Yogyakarta, 9 Agustus 2016
MOTTO
“ Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu telah selesai dari suatu urusan kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain
dan hanya kepada Tuhanmu hendaknya kamu berharap” (QS: Al-Insyirah 6-8)
“Ilmu itu lebih baik daripada harta. Ilmu menjaga engkau dan engkau menjaga harta. Harta itu kurang apabila dibelanjakan tapi ilmu bertambah bila di
belanjakan” (Ali bin Abi Talib)
"Jangan sampai ayam jantan lebih pandai darimu. Ia berkokok di waktu subuh, sedang kamu tetap lelap dalam tidur”
(Lukman Hakim)
“Mencari Ilmu adalah Jihad. Ilmu adalah teman dekat dalam kesendirian dan sahabat dalam kesunyian”
(Muadz bin Jabal ra)
“Wahai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat”
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
NOTA DINAS...ii
HALAMAN PENGESAHAN...iii
HALAMAN PERNYATAAN...iv
MOTTO... v
HALAMAN PERSEMBAHAN...vi
KATA PENGANTAR...vii
DAFTAR ISI...xi
DAFTAR TABEL...xiv
DAFTAR GAMBAR DAN GRAFIK... xvi
ABSTRAK... xvii
ABSTRAK...xviii
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB... xix
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...1
B. Rumusan Masalah... 13
C. Tujuan Penelitian...13
A. Tinjauan Pustaka...15
B. Kerangka Teori...18
C. Paradigma Penelitian...39
D. Hipotesis... 40
BAB III. METODE PENELITIAN A. Objek dan Subjek Penelitian...46
B. Jenis Data... 46
C. Metode Pengumpulan Data... 47
D. Definisi Operasional Variabel...47
E. Tehknik Analisis Data... 48
1. Analisis Statistik Deskriptif...48
2. Analisis Regresi Linier Berganda...49
3. Penguji Asumsi Klasik... 50
F. Pengujian Hipotesis... 53
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengumpulan Data...55
B. Gambaran Umum Objek Penelitian... 55
C. Statistik Deskriptif...59
D. Uji Asumsi Klasik...64
2. Uji Multikolinearitas... 66
3. Uji Heterokedastisitas...69
4. Uji Autokorelasi... 72
E. Analisis Regresi...74
1. Koefisien Determinasi (R2)... 74
2. Uji Signifikansi Simultan (Uji F)... 77
3. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji T)...79
F. Pembahasan Hasil Penelitian...84
BABV. PENUTUP A. Kesimpulan... 93
B. Saran...96
C. Keterbatasan Penelitian...97
DAFTAR PUSTAKA... 98
Tabel 1.1 Perbedaan Bunga dan Bagi Hasil...5
Tabel 1.2 Jumlah Rekening Anggota KJKS Prima Artha...10
Tabel 1.2 Produk-produk pada KJKS Prima Artha...10
Tabel 3.1 Aturan Pengujian Durbin Watson...52
Tabel 4.1 Hasil Uji Statistik Deskriptif (Jangka Waktu 3 Bulan)...59
Tabel 4.2 Hasil Uji Statistik Deskriptif (Jangka Waktu 6 Bulan)...59
Tabel 4.3 Hasil Uji Statistik Deskriptif (Jangka Waktu 12 Bulan)...59
Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas (Jangka Waktu 3 Bulan)... 64
Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas (Jangka Waktu 6 Bulan)... 65
Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas (Jangka Waktu 12 Bulan)... 65
Tabel 4.7 Hasil Uji Multikolinearitas (Jangka Waktu 3 Bulan)...66
Tabel 4.8 Hasil Uji Multikolinearitas (Jangka Waktu 6 Bulan)...67
Tabel 4.9 Hasil Uji Multikolinearitas (Jangka Waktu 12 Bulan)...67
Tabel 4.10 Hasil Uji Autokorelasi (Jangka Waktu 3 Bulan)... 72
Tabel 4.11 Hasil Uji Autokorelasi (Jangka Waktu 6 Bulan)... 72
Tabel 4.12 Hasil Uji Autokorelasi (Jangka Waktu 12 Bulan)... 73
Tabel 4.13 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) (Jangka Waktu 3 Bulan)... 74
Tabel 4.14 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) (Jangka Waktu 6 Bulan)... 75
Tabel 4.16 Hasil Uji Nilai F (Jangka Waktu 3 Bulan)...77
Tabel 4.17 Hasil Uji Nilai F (Jangka Waktu 6 Bulan)...78
Tabel 4.18 Hasil Uji Nilai F (Jangka Waktu 12 Bulan)...78
Tabel 4.19 Hasil Uji Nilai T (Jangka Waktu 3 Bulan)...79
Tabel 4.20 Hasil Uji Nilai T (Jangka Waktu 6 Bulan)...81
Gambar 2.1 Teori Klasik Tingkat Bunga...37
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran...39
Grafik 4.1 Hasil Uji Heterokedastisitas (Jangka Waktu 3 Bulan)... 69
Grafik 4.2 Hasil Uji Heterokedastisitas (Jangka Waktu 6 Bulan)... 70
Grafik 4.3 Hasil Uji Heterokedastisitas (Jangka Waktu 12 Bulan)... 71
Grafik 4.4 Tingkat Bagi hasil dan BIRate(Jangka Waktu 3 Bulan)...89
Grafik 4.5 Tingkat Bagi hasil dan BIRate(Jangka Waktu 6 Bulan)...90
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN
Transliterasi kata Arab-Latin yang dipakai dalam penyusunan Skripsi ini berpedoman pada Surat Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor: 158/1987 dan 0543b/U/1987 tertanggal 22 Januari 1988.
1. Konsonan Tunggal
Huruf
Arab Nama Huruf Latin Nama
ا Alif tidak dilambangkan tidak dilambangkan
ب Bā’ B
-ت Tā T
-ث Sā ṡ s (dengan titik diatas)
ج Jīm J
-ح Hā ḥ h (dengan titik dibawah)
خ Khā’ Kh
-د Dāl D
-ذ Zāl Ż z (dengan titik diatas)
-س Sīn S
-ش Syīn Sy
-ص Sād .s s (dengan titik dibawah)
ض Dād .d d (dengan titik dibawah)
ط Tā’ .t t (dengan titik dibawah)
ظ Zā’ .z z (dengan titik dibawah)
ع ‘Aīn ‘ koma terbalik ke atas
غ Gaīn G
-ف Fā’ F
-ق Qāf Q
-ك Kāf K
-ل Lām L
-م Mīm M
-ن Nūn N
-ه Hā’ H
-ء Hamzah ‘ Apostrof
ي Yā’ Y
-2. Konsonan Rangkap karenaSyaddahditulis rangkap
ةدﺪﻌﺘﻣ
Ditulis Muta’addidahةﺪﻋ
Ditulis ‘iddah3. Ta’ Marbūṭah di akhir kata a. Bila dimatikan tulish
ﺔﻤﻜﺣ
Ditulis ḥikmahﺔﯾﺰﺟ
Ditulis Jizyah(Ketentuan ini tidak diperlukan, bila kata-kata arab yang sudah terserap ke dalam bahasa Indonesia, seperti zakat, salat dan sebagainya, kecuali bila dikehendaki lafal aslinya)
b. Bila ta’ marbuṭah diikuti dengan kata sandang “al” serta bacaan kedua itu terpisah, maka ditulis denganh
t
ﺮﻄﻔﻟا ةﺎﻛز
Ditulis Zakāt al-fịtr4. Vokal Pendek
ــــــــــــــَــ faṭhạh Ditulis A
ــِــــــــــــــ Kasrah Ditulis I
ــــــــــــُــــ .dammah Ditulis U
5. Vokal Panjang 1. Faṭhạh +alif
6. Vokal Rangkap
1. Faṭhạh + ya’mati
ﻢﻜﻨﯿﺑ
Ditulis ditulis
Ai
Bainakum
2. Faṭhạh + wawumati
لﻮﻗ
Ditulis ditulis
Au Qaul
7. Vokal Pendek yang Berurutan dalam Satu Kata Dipisahkan dengan Apostrof
ﻢﺘﻧأأ
Ditulis a’antumتﺪﻋأ
Ditulis u’iddatﻢﺗﺮﻜﺷ ﻦﺌﻟ
Ditulis la’in syakartum8. Kata SandangAlif + Lam
a. Bila diikuti hurufQamariyyah
نآﺮﻘﻟا
Ditulis al –Qur’ānسﺎﯿﻘﻟا
Ditulis al-Qiyāsﺲﻤﺸﻟا
Ditulis asy- Syams9. Penulisan Kata-kata dalam Rangkaian Kalimat Ditulis menurut bunyi atau pengucapannya.
ضوﺮﻔﻟا ىوذ
Ditulis Zawi al-furūḍ“PENGARUH TINGKAT BAGI HASIL DAN SUKU BUNGA (BIRATE) TERHADAP JUMLAH DANA SIMPANAN BERJANGKA
PADA KJKS PRIMA ARTHA SLEMAN (PERIODE 2011-2015)”
Nama: David Wahyu Ramadhan NIM: 20120730118
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pengaruh tingkat bagi hasil dan suku bunga (Birate) terhadap jumlah dana atau saldo keseluruhan simpanan berjangka (Deposito) pada KJKS Prima Artha di Sleman, D.I. Yogyakarta. Karena sejatinya nasabah atau anggota tetap akan memperhatikan besar kecil tingkat bagi hasil untuk menyimpan dananya pada lembaga keuangan syariah tersebut, jika dilihat secara teori bank umum (Konvensional) untuk menentukan bunga menggunakan standar yang sudah di tetapkan oleh pemerintah yaitu Bi rate dan tanpa memperhatikan pendapatan, hal ini berbanding terbalik dengan LKS (Bank Syariah dan BMT/KJKS) untuk menentukan tingkat bagi hasil harus menyesuaikan dengan pendapatannya dan tidak mengacu pada standar Birate.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan data yang di gunakan adalah data sekunder. Penelitian ini menggunakan regresi linier berganda dimana dalam menguji pengaruh tingkat bagi hasil dan suku bunga (Bi rate) menggunakan uji hipotesis pengujian koefisien pengujian signifikansi simultan (uji F), determinasi (adjusted R2), dan uji signifikansi parameter individual (uji statistik t) untuk menguji pengaruh kedua variabel X tersebut yaitu Tingkat Bagi Hasil dan BI Rate terhadap variabel Y, yaitu Jumlah Dana saldo keseluruhan Anggota simpanan berjangka (Deposito). Penelitian ini dilakukan terhadap KJKS Prima Artha, di Sleman D.I.Yogyakarta periode 2011-2015 yang sesuai dengan tekhnik pengummpulan data.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa variabel tingkat bagi hasil memiliki pengaruh positif terhadap Jumlah dana deposan, sedangkan Bi rate tidak memiliki pengaruh terhadap Jumlah dana deposan pada KJKS Prima Artha, di Sleman.
ABSTRACT
THE INFLUENCE OF THE PROFIT SHARING LEVEL AND THE INTEREST RATE (BI RATE) TOWARD THE AMOUNT OF FUNDS OR THE OVERALL
BALANCE OF TIME DEPOSITS AT ISLAMIC FINANCIAL SERVICES COOPERATIVE (KJKS) PRIMA ARTHA SLEMAN (PERIOD OF 2011-2015)
Nama: David Wahyu Ramadhan NIM: 20120730118
This research aims at analyzing the ifluence of the Profit sharing level and the interest rate (BI Rate) toward the amount of funds of the overall balanceof time deposits on Islamic Financial Services Cooperative (KJKS) Prima Artha Sleman, D.I.Yogyakarta. Both the customers and permanent members will consider the percentage of profit sharing to save their funds in related sharia financial institutions. It is inversely proportional with the sharia financial institution (Sharia banks and BMT?KJKS). To determine the profit sharing level, it must be adjusted with the income and does not refer to the BI rate standard.
The research type is quantitative research with the data used is the secondary data. This research uses multiple linier regression in which in testing the influence of profit sharing level and interest rate (BI rate) using the test coefficient hypothesis, simultaneous significance test (F test), determination (adjusted R2), and individual parameter signifiicance test (t statistical test)to test
the influence of two X variable which is the overall fund balance toward Islamic Financial Services Cooperative (KJKS) Prima Artha Sleman, D.I.Yogyakarta during the period of 2011-2015 which is in accordance with the data collection technique.
This research aims to show that the profit sharing level variable has a positive ijnfluence toward the number of depositors’ fund. Meanwhile, the BI rate does not have any influence toward the number of depositors’ fund at Islamic Financial Services Cooperative (KJKS) Prima Artha Sleman.
1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lembaga keuangan adalah setiap perusahaan yang bergerak
dibidang keuangan dimana kegiatannya baik hanya menghimpun dana,
atau menyalurkan dana atau kedua-duanya menghimpun dan menyalurkan
dana (Kasmir,2008: 11). Menurut Wijaya, (2000). Lembaga keuangan
merupakan bagian dari sistem keuangan dalam ekonomi modern yang
melayani masyarakat pemakai jasa-jasa keuangan.
Lembaga keuangan Syariah adalah setiap perusahaaan keuangan
yanga bergerak sesuai aturan Syariat Islam. LKS didirikan dengan tujuan
mempromosikan dan mengembangkan prinsip-prinsip Islam, syariah dan
tradisinya ke dalam transaksi keuangan dan perbankan serta bisnis yang
terkait, adapun yang dimaksud dengan prinsip syariah adalah prinsip
hukum Islam dalam kegiatan lembaga keuangan berdasarkan fatwa yang
dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan dalam penetapan
fatwa di bidang syariah. Prinsip syariah yang dianut oleh lembaga
keuangan syariah dilandasi nilai-nilai keadilan, kemanfaatan,
keseimbangan, dan keuniversalan (rahmatan lil’ alamin) (Soemitra,
2009:35-36).
Koperasi jasa keuangan syariah (KJKS) merupakan salah satu
2
keuangan non bank, yang beroperasi berdasarkan prinsip-prinsip syariah.
KJKS adalah Koperasi yang kegiatan usahanya bergerak di bidang
pembiayaan dan investasi dalam meningkatkan kualitas kegiatan ekonomi
pengusaha kecil bawah dan kecil dengan antara lain mendorong kegiatan
menabung dan menunjang pembiayaan kegiatan ekonominya.
KJKS sebenarnya sama saja dalam konteks pelaksanaannya
dengan Baitul Maal wat Tanwil (BMT). Perbedannya terletak pada
lembaganya pada KJKS hanya terdiri dari satu lembaga saja, yaitu
koperasi yang berjalan dengan system syariah. Sedangkan pada BMT
terdapat 2 lembaga yaitu diambil dari namanya ‘Baitul Maal wat Tanwil’
yang artinya lembaga zakat dan lembaga keuangan Syariah. Hal ini berarti
bahwa KJKS yang dijalankan dengan 2 lembaga disebut BMT dan yang
hanya menjalankan KJKS disebut Koperasi Syariah.
Produk yang ditawarkan oleh KJKS menjadi beberapa bagian,
yaitu: produk penghimpunan dana (funding) dengan konsep bagi hasil
meliputi tabungan, deposito dan giro. Produk penyaluran dana (financing)
dengan konsep bagi hasil meliputi mudharabah dan musyarakah, dan
masih banyak lagi produk dengan konsep margin. terdapat dua fungsi
utama KJKS dll, pertama adalah penghimpunan dana dari masyarakat
dalam bentuk simpanan. Kedua adalah menyalurkan dana kepada
Bagi seorang muslim/muslimah tentu saja keberadaan bank syariah
atau KJKS merupakan suatu kabar yang menggembirakan. Karena selama ini
para nasabah yang beragama Islam akan merasa khawatir dengan sistem
bunga yang diberikan oleh bank konvensional. Akan tetapi dalam prakteknya,
masyarakat atau bahkan nasabah bank syariah belum mengenal serta
memahami makna syariah dan mudharabah yang telah diterapkan. Yang mereka pahami hanyalah bahwa bank syariah merupakan bank yang
menerapkan prinsip-prinsip Islam dalam melaksanakan kegiatannya.
Islam mengharamkan bunga dan menghalalkan bagi hasil.
Keduanya memberikan keuntungan, tetapi memiliki perbedaan mendasar
sebagai akibat adanya perbedaan antara investasi dan pembuangan uang
(musjtari dan fitriyanti, 2010:84). Dalam investasi, usaha yang dilakukan
mengandung resiko, dan karenanya mengandung unsur ketidakpastian.
Sebaliknya, pembuangan uang adalah aktivitas yang tidak memiliki resiko,
karena adanya persentase suku bunga tertentu yang ditetapkan
berdasarkan besarnya modal.
Dalam menghadapi persaingan yang mengglobal terutama dengan
bank konvensional yang menawarkan imbalan berupa bunga, maka bank
syariah perlu memperhatikan manajemennya agar bisa bertahan di industri
perbankan. Salah satunya adalah kondisi tingkat bagi hasil, dalam
persaingan merebut dana pihak ketiga Bank syariah sulit mengimbangi
daya saing perbankan konvensional untuk menentukan Bunga dalam
4
termasuk dalam kondisi tren BI Rate yang menigkat (Otoritas Jasa
Keuangan, Tinjauan Perkembangan Industri Keuangan Syariah di
Indonesia, 2013:6).
Walaupun demikian, dengan naiknya tingkat suku bunga maka
akan diikuti naiknya suku bungan simpanan dan suku bunga pinjaman
pada bank konvensional. Sehingga orang akan cenderung untuk
menyimpan dananya di bank konvensional daripada di bank syariah atau
BMT KJKS, karena bungan simpanan di bank konvensional naik yang
pada akhirnya tingkat pengembalian yang diperoleh oleh nasabah
penyimpan dana akan mengalami peningkatan.
Dalam penelitian Anisah (2013) menyatakan bahwa tingkat suku
bunga akan mempunyai hubungan negatif terhadap dana deposito bank
syariah. Hal ini lah yang menjadi dilema dalam dunia perbankan syariah
saat ini, karena di khawatirkan akan ada perpindahan dana dari bank
syariah ke bank konvensional. (Otoritas Jasa Keuangan, Tinjauan
Perkembangan Industri Keuangan Syariah di Indonesia, 2013:7).
Kecenderungan masyarakat menggunakan sistem bunga (interest
ataupun usury) lebih bertujuan untuk mengoptimlakan pemenuhan
kepentingan pribadi, sehingga kurang mempertimbangkan dampak sosial
yang ditimbulkan (PBI No. 7/47/PB/2005). Berbeda dengan sistem bagi
hasil (Profit sharing) sistem berorentasi pemenuhan kemaslahatan hidup
Perbedaan antara bunga dan bagi hasil :
Tabel 1.1
Perbedaan Bunga dan Bagi Hasil
Sumber : Wirdyaningsih, 2005, hlm. 49.
Bagi hasil merupakan ciri khas utama pada lembaga keuangan
syariah. Dinamakan lembaga keuangan bagi hasil dikarenakan lembaga
ini memperoleh keuntungan dari apa yang di hasilkan dalam upayanya
mengelola dana pihak ketiga (DPK). Nisbah bagi hasil merupakan faktor
penting dalam menentukan bagi hasil di bank syariah. Sebab aspek nisbah
merupakan aspek yang disepakati bersama antara kedua belah pihak yang
melakukan transaksi (Muhammad, 2004:123).
Bagi hasil menurut istilah adalah suatu sistem yang meliputi tata
cara pembagian hasil usaha antara penyedia dana dan pengelola dana
Bunga Bagi Hasil
Penentuan Keuntungan Pada waktu perjanjian dengan asumsi haru selalu untung
Pada waktu akad dengan pedoman untung atau rugi
Besarnya Prosentase Berdasarkan jumlah uang
(modal) yang dipinjamkan Berdasarkan keuntunganyang diperoleh
Pembayaran Seperti yang dijanjikan tanpa pertimbangan untung atau rugi
Bergantung pada keutungan proyek bila rugi di tanggung bersama
Jumlah Pembayaran Tetap tidak meningkat walau
keuntungan berlipat Sesuai dengan peningkatanjum lah pendapatn
Eksistensi Diragukan oleh semua
6
(Rofiq, 2004:153). Menurut terminologi asing (inggris) bagi hasil dikenal
dengan profit sharing. Profit sharing dalam kamus ekonomi diartikan:
pembagian laba. Secara definitif profit sharing diartikan: “Distribusi
beberapa bagian dari laba (profit) pada para pegawai dari suatu
perusahaan”. Lebih lanjut dikatakan, bahwa hal itu dapat berbentuk suatu
bonus uang tunai tahunan yang didasarkan pada laba yang diperoleh pada
tahun-tahun sebelumnya, atau dapat berbentuk pembayaran mingguan
atau bulanan (Pass, 1997:537).
Pada dasarnya pola perhitungan bagi hasil dalam Islam ada dua
macam, yaitu bagi hasil untung (profit sharing) dan bagi pendapatan
(revenue sharing), Perhitungan bagi hasil hanya dapat dilakukan setelah
proyek selesai, atau setelah berakhirnya suatu periode perhitungan
pendapatan tertentu, misalnya setiap akhir bulan, akhir tahun, ataupun
lainnya sesuai kesepakatan. Pada awal perjanjian ditentukan adalah
penetapan nisbah (ratio) bagi hasil. Nilai nominal hasil tergantung dari
besarnya keuntungan proyek yang belum diketahui (Arifin, 2009:22).
Menurut Iska (2012) secara umum bentuk yang diterapkan di
Indonesia ialah pola bagi pendapatan (revenue sharing), jika bank sebagai
pemodal dan nasabah sebagai pengguna dana, dan menggunakan sistem
bagi untung bersih (profit sharing) jika bank sebagai pengelola dana dan
nasabah sebagai penabung. Apabila bank menggunakan sistem bagi
setelah dikeluarkan biaya bank, kemungkinan yang akan terjadi bagi hasil
bagi penabung akan semakin kecil, jika kadar bunga di pasaran lebih
tinggi, akan mempengaruhi penurunan jumlah dana pihak ketiga suatu
lembaga keuangan syariah secara keseluruhan. Karena yang variabel
yang akan di jadikan bahan penelitian terdapat pada produk
penghimpunan dana yang menggunakan konsep bagi hasil, yaitu deposito
atau simpanan berjangka maka akan dijelaskan sedikit tentang
pengertiannya.
BI Rate atau tingkat suku bunga yang di tetapkan oleh Bank
Indonesia merupakan acuan bagi lembaga perbankan dalam menentukan
bunga bank umum. Di dalam teori Perbankan Syariah dalam menentukan
bagi hasil tidak mengacu pada BIRate,karena BIRateatau acuan tingkat
suku bunga Bank Umum tidak sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.
Namun masih banyak nasabah atau anggota, ketika ingin mendepositokan
dananya harus melihat suku bunga bank umum yang mengacu pada Bi
rate untuk di bandingkan dengan tingkat bagi hasil yang di berikan, dan
jika suku bunga bank umum lebih besar maka anggota akan memilih
mendepositokan dananya ke bank umum dan begitu juga sebaliknya, bisa
disimpulkan nasabah atau anggota seperti ini adalah anggota atau nasabah
yang tidak loyal terhadap suatu lembaga keuangan syariah maupun
8
Tabungan menurut pandangan ekonomi klasik, merupakan fungsi
dari tingkat bunga. Tingkat Bunga yang tinggi akan semakin mendorong
seseorang untuk menabung dan mengorbankan konsumsi sekarang untuk
dimanfaatkan dimasa yang akan datang. Tingginya minat nasabah untuk
menabung dipengaruhi oleh tingkat bunga, hal ini menunjukan bahwa
pada saat tingkat bunga tinggi masyarakat lebih tertarik untuk
mengorbankan konsumsi sekarang guna menambah tabungannya. Konsep
ini berbeda dengan sistem perbankan syariah yang menggunakan sistem
bagi hasil atas penggunaan dana oleh pihek peminjam (baik pihak nasabah
atau bank) (Ghofur,2007:69-70).
Deposito dalam fatwa Dewan Syariah Nasional No.
03/DSN-MUI/IV/2000 terdiri atas dua jenis: pertama, deposito yang tidak
dibenarkan secara prinsip syariah yaitu deposito yang berdasarkan
pehitunga bunga. Kedua, deposito yang dibenarkan secara syariah yaitu
deposito yang berdasarkan prinsip mudharabah. Dimana suatu lembaga
keuangan syariah bertindak sebagaimudharib(pengelola dana) sedangkan
nasabah bertindak sebagaishahibul maal(pemilik dana).
Menurut Nur rianto (2012: 35) Pengertian deposito adalah bentuk
simpanan yang memiliki jumlah minimal tertentu, jangka waktu tertentu
dan bagi hasilnya lebih tinggi dari pada tabungan. Jangka waktu tersebut
adalah 1, 3, 6, dan 12 bulan. Tingkat bagi hasil deposito pada bank
menabung. Ketika tingkat bagi hasil deposito tinggi, masyarakat akan
lebih cenderung mendepositokan uangnya daripada dikonsumsi
keseluruhan. Hal itu dikarenakan tidak semua nasabah merupakan
nasabah loyalis yang memilih menggunakan jasa perbankan disebabkan
faktor keyakinan.
Peneliti mengambil data penelitian pada Lembaga Keuangan
Syariah Mikro, Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) Prima Artha
Sleman, yang dinyatakan “CUKUP SEHAT” oleh Kementrian Koperasi
dan UKM (Sumber KJKS Prima Artha), aspek - aspek dalam penilaian
kesehatan meliputi: permodalan, kualitas aktiva produktif, manajemen,
efisiesi, likuiditas, kemandirian dan pertumbuhan, jatidiri koperasi,
Khusus bagi KJKS ditambahka aspek kepatuhan prinsip Syariah
(http://www.dinkop-umkm.jatengprov.go.id). Sedangkan yang akan jadi
objek penelitian adalah Simpanan berjangka (Deposito) produk tersebut
merupakan Produk yang terdapat pada Lembaga Keuangan Syariah Mikro,
Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) Prima Artha Sleman.
Lembaga Keuangan Syariah Mikro Koperasi Jasa Keuangan
Syariah (KJKS) Prima Artha Sleman adalah lembaga keuangan mikro
yang berlandaskan syariah Islam, kantor pusat dan kantor cabang Sleman
yang beralamatkan di Jl. Dr. Radjimin No. 40 C, Paten, Tridadi, Sleman.
Dan Kantor KJKS Prima Artha cabang Seyegan yang terletak di sebelah
10
Tabel 1.2
Jumlah Rekening Simpanan Anggota KJKS Tahun 2014 & 2015
Sumber: KJKS Prima Artha
Tabel 1.3
Produk-produk yang ada di KJKS Prima Artha Sleman
Sumber : KJKS Prima Artha
Data-data dari kedua tabel tersebut adalah data jumlah rekening
yang terdapat di Lembaga Keuangan Syariah KJKS Prima Artha Sleman,
dari tahun 2014 sampai 2015 yang menunjukan peningkatan yang baik Jenis
S.Prima 2.209 2.316 4,84% 5.967 6.162 3,27%
S.Hari Istimewa
158 163 3,16% 139 143 2,88%
S.Arista Prima
1.008 1.613 60,02% 807 1.281 58,74%
S.Pokok 953 1.116 17,10% 1.323 1.711 29,33%
No Produk Simpanan Produk Pembiayaan
1 Simpanan Prima Jual Beli dan Leasing 2 Simpanan Hari Istimewa Modal Kerja
3 Simpanan Berjangka Gadai
4 Modal Penyertaan Multi Guna
dari segi produk dengan keuntungan bagi hasil maupun produk dengan
keuntungan fee atau bonus. Serta data tentang produk-produk
penghimpun dana dan produk-produk penyaluran dana.
Dikarenakan data yang disajikan atau yang diberikan kepada
peneliti adalah data jumlah dana deposito, maka yang akan di teliti oleh
peneliti adalah jumlah dana depositonya. Dan bahwasanya deposito
adalah produk penghimpunan dana yang paling tinggi tawaran bagi
hasilnya, jika bagi hasil tinggi maka seharusnya masyarakat cenderung
mendepositokan uangnya dari pada dikonsumsi saja, secara otomatis hal
ini mempengaruhi jumlah dana deposito pada suatu lembaga keuangan
syariah di Indonesia.
Tingkat bagi hasil deposito pada bank syariah merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi seseorang untuk menabung. Ketika tingkat bagi
hasil deposito tinggi, masyarakat akan lebih cenderung mendepositokan
uangnya daripada dikonsumsi keseluruhan. Berdasarkan hasil penelitian
Adiwarman Karim dan Adi Zakaria Afif dari Karim Business Consulting,
segmentasi nasabah perbankan syariah di Indonesia terbagi menjadi 3
segmen, yaitu syariah loyalist market, floating market, dan conventional
loyalist market. Segmen loyalis syariah dan loyalis konvensional
merupakan kelompok nasabah yang memilih menggunakan jasa atau
perbankan lebih disebabkan faktor keyakinan. Sedangkan segmenfloating
market merupakan kelompok nasabah yang memilih menggunakan jasa
12
yang ditawarkan (service and return), tanpa memperhatikan sistem bagi
hasil maupun bunga.
Fokus penelitian ini adalah meneliti tentang pengaruh tingkat bagi
hasil deposito dan BI rate terhadap jumlah dana simpanan mudharabah
dimana produk simpanan mudharabah yang di teliti adalah Simpanan
Berjangka (Deposito Mudharabah) yang ada pada KJKS Prima Artha
Sleman. Alasan memilih simpanan mudharabah jenis deposito lebih
disebabkan karena karakteristik produk deposito pada umumnya.
Kelebihan simpanan deposito dibandingkan jenis simpanan lainnya
seperti tabungan dan giro adalah pemberian tingkat keuntungan (bagi
hasil) yang lebih tinggi.
Bagi hasil pada lembaga keuangan syariah sering disebut sebagai
pengganti bunga pada Bank Konvensional, perbedaanya dalam bagi hasil
keuntungannya bersifat fluktuaktif yaitu tergantung pada usaha yang
dijalankan. Dengan begitu suatu LKS harus menjalankan usahanya
semaksimal dan sebaik mungkin agar bagi hasil yang didapatkan akan
meningkat tanpa melanggar prinsip-prinsip syariah, dan hal ini akan
menarik nasabah untuk mendepositokan dananya ke lembaga keuangan
syariah khususnya KJKS Prima Artha. Dari latar belakang yang
dipaparkan, maka peneliti tertarik untuk mengajukan penelitian mengenai:
B. Rumusan masalah
1. Apakah tingkat bagi hasil deposito berpengaruh terhadap jumlah dana
simpanan berjangka (deposito) pada KJKS Prima Artha, Sleman
(deposito jangka waktu 3, 6 dan 12 bulan)?
2. Apakah suku bunga (BI rate) berpengaruh terhadap jumlah dana
simpanan berjangka (deposito) pada KJKS Prima Artha, Sleman
(deposito jangka waktu 3, 6 dan 12 bulan)?
3. Apakah tingkat bagi hasil deposito dan suku bunga (BI rate)
berpengaruh secara bersama-sama terhadap jumlah dana simpanan
berjangka (deposito) pada KJKS Prima Artha, Sleman (deposito
jangka waktu 3, 6 dan 12 bulan)?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengaruh tingkat bagi hasil deposito terhadap
jumlah dana simpanan berjangka (deposito) pada KJKS Prima Artha,
Sleman (deposito jangka waktu 3, 6 dan 12 bulan).
2. Untuk mengetahui pengaruh suku bunga (BI rate) terhadap jumlah
dana simpanan berjangka (deposito) pada KJKS Prima Artha, Sleman
(deposito jangka waktu 3, 6 dan 12 bulan).
3. Untuk mengetahui pengaruh tingkat bagi hasil dan suku bunga (BI
rate) secara bersama sama terhadap jumlah dana simpanan berjangka
(deposito) pada KJKS Prima Artha, Sleman (deposito jangka waktu 3,
14
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini secara langsung maupun tidak langsung
diharapkan dapat berguna untuk semua pihak.
1. Bagi Penulis
Dapat berguna untuk menambah wawasan pengetahuan,
pengalaman dan penerapaan teori dalam kehidupan sehari-hari
terutama pada ilmu Lembaga Keuangan dan Ekonomi Syariah, yang
sesuai dengan jurusan perkuliahan yang peneliti tempuh.
2. Bagi Akademisi
Dapat memberikan tambahan pengetahuan dan dapat dijadikan
sebagai refrensi dan juga diharapkan dapat memberikan motivasi
untuk penelitian yang akan di lakukan selanjutnya.
3. Bagi Praktisi
Hasil penelitian ini dapat membantu sebagai bahan
pertimbangan oleh pihak KJKS Prima Artha Sleman dalam
menentukan kebijakan pengambilan keputusan dalam meningkatkan
15
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI
A. Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka menurut uraian sistematik hasil-hasil penelitian
yang didapat oleh peneliti terdahulu yang bersangkutan dengan penelitian
yang akan dilakukan. Untuk melengkapi penelitian ini, maka disajikan
pula hasil-hasil penelitian yang pernah dilakukan dan menjadi bahan
masukan dan kajian bagi penelitian ini. Sebagai peneliti yang telah
melakukan penelusuran, peneliti menemukan beberapa skripsi dan
penelitian yang relevan sekaligus dapat dijadikan rujukan dalam
membandingkan skripsi yang berkaitan dengan pengaruh tingkat bagi
hasil dan Suku Bunga (BIRate) terhadap jumlah dana deposito.
Penelitian yang dilakukan Wahyunintyas (2015) tentang pengaruh
tingkat bagi hasil deposito bank syariah dan suku bunga bank umum
terhadap jumlah simpanan depositomudharabah(Studi Pada Bank Umum Syariah di Indonesia Periode 2010-2013) dengan kesimpulan sebagai
berikut : Hasil penelitian menunjukkan bahwa Bagi Hasil memiliki nilai
signifikasi lebih kecil dibandingkan kriteria yang ditentukan yaitu sebesar
0,006 < 0,05. Hal ini berarti menunjukkan secara individu variabel Bagi
Hasil (BH) terdapat pengaruh terhadap jumlah simpanan deposito
mudhorobah. Suku Bunga memiliki nilai signifikasi lebih besar
16
berarti menunjukkan secara individu variabel Suku Bunga (SB) terdapat
pengaruh terhadap jumlah simpanan deposito mudharabah. Perbedaannya
adalah objek (KJKS Prima Artha, Sleman), periode penelitian
(2011-2015), dan variabel Y nya.
Frisa Julianti (2013) yang berjudul “Analisis Pengaruh Inflasi,
Nilai Tukar dan BIRateterhadap TabunganMudharabahpada Perbankan Syariah”, kesimpulannya bahwa berdasarkan pengujian secara individual
(parsial) variabel Inflasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap
Tabungan Mudharabah, variabel Kurs berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap Tabungan Mudharabah, variabel BIrate berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Tabungan Mudharabah. Perbedaan dengan penelitian yang saya lakukan adalah variabel Y objek penelitian
dan beberapa ariabel yang tidak ada pada penelitian yan saya lakukan.
Penelitian yang dilakukan oleh Prasetyo Rubianto (2007) tentang
Pengaruh tingkat bagi hasil terhadap jumlah nasabah PT. Bank Muamalat
Indonesia Cabang Medan. Kesimpulan yang didapat adalah tingkat bagi
hasil berpengaruh positif terhadap jumlah nasabah pada PT. BMI Cabang
Medan artinya jika tingkat bagi hasil naik maka jumlah nasabah akan
mengalami kenaikan pula. Perbedaan penelitiannya adalah penelitian yang
akan saya lakukan terdapat variabel Suku Bunga (BIRate) dan juga lebih membahas terhadap jumlah dana Sedangkan pada penelitian Rubianto
Pada penelitian yang dilakukan Imran Syafei M. Nur tentang
pengaruh bagi hasil tabungan dan pembiayaan terhadap jumlah nasabah
baru Bank Muamalat indonesia, Penelitian ini berkesimpulan berdasarkan
hasil analisis bahwa bagi hasil tabungan, pembiayaan mudharabah,
pembiayaan musyarakah tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan
terhadap jumlah nasabah baru, Sedangkan pembiayaan murabahah
menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap meningkatnya jumlah
nasabah baru pada Bank Muamalat Indonesia Jayapura. Perbedannya
adalah pada variabel penelitian dan objek penelitian.
Penelitian yang dilakukan Sukma Wijaya (2007) tentang
Hubungan Antara Ekuivalen Rate Produk Simpanan Dan Penempatan
Dana Syariah Dengan Jumlah Nasabah Pada PT. Bank Muamalat
Indonesia, TBK. Kesimpulan yang di dapat adalah besarnya ekuivalen
rate dan penempatan dana syariah secara bersama-sama mempengaruhi
jumlah nasabah Bank Muamalat Indonesia. Koefisien determinasi
menghasilkan 86,5 persen perkembangan jumlah nasabah dipengaruhi
ekuivalen rate yang dihasilkan, selain itu dengan hasil uji anova
memperkuat analisis koefisien yang dihasilkan bahwa ekuivalen rate dari
masing-masing produk berpengaruh secara signifikan terhadap
perkembangan jumlah nasabah. Pada penelitian ini berbeda variabel
dengan penelitian yang saya lakukan, namun ada beberapa yang sama.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Ghafur W (2003)
18
Pendapatan Terhadap Simpanan Mudharabah: Studi Kasus Bank
Muamalat Indonesia (BMI).” Hasil penelitian menyimpulkan bahwa dari
ketiga variabel bebas hanya variabel pendapatan yang berpengaruh
signifikan dan positif terhadap simpanan Mudharabah, sedangkan variabel
tingkat bagi hasil dan suku bunga tidak berpengaruh secara signifikan.
Perbedaan dengan penelitian yang akan saya lakukan adalah Ghafur
meneliti pengaruh Tingkat bagi hasil, suku bunga dan pendapatan
terhadap simpanan mudharabah, sedangkan penelitian saya meneliti tentang pengaruh tingkat bagi hasil dan Suku Bunga (BI Rate) terhadap jumlah dana simpanan berjangka (deposito).
Dalam penelitian ini penulis akan menyoroti masalah yang
berkaitan dengan pengaruh tingkat bagi hasil dan Suku Bunga (BI Rate) terhadap jumlah dana simpanan berjangka (Deposito) yang terdapat pada
KJKS Prima Artha, Sleman.
B. Kerangka teori
KJKS atau BMT sebenarnya sama saja dalam konteks
pelaksanaannya dengan Baitul Maal wat Tanwil (BMT). Perbedannya terletak pada lembaganya pada KJKS hanya terdiri dari satu lembaga saja,
yaitu koperasi yang berjalan dengan system syariah. Sedangkan pada
ini berarti bahwa KJKS yang dijalankan dengan 2 lembaga disebut BMT
dan yang hanya menjalankan KJKS disebut Koperasi Syariah.
1. KJKS atau BMT
a. Pengertian
Koperasi atau jasa keuangan syariah (KJKS) atau Baitul maal wattamwil (BMT), lebih mengarah pada usaha-usaha pengumpulan dan penyaluran dana komersial. Usaha-usaha
tersebut menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari KJKS atau
BMT sebagai lembaga pendukung kegiatan ekonomi masyarakat
kecil dengan berlandaskan syariah (Sudarsono,2005:103).
Menurut Rahardjo (1999) dalam Sudarsono (2005), secara
kelembagaan BMT didampingi atau didukung pusat Pusat
Inkubasi Bisnis Kecil Usaha Kecil (PINBUK). PINBUK sebagai
lembaga primer karena mengemban misi yang lebih luas, yakni
menetaskan usaha kecil. Dalam prakteknya, PINBUK
menetaskan BMT, dan pada gilirannya BMT menetaskan usaha
kecil. Keberadaan BMT merupakan representasi dari kehidupan
masyarakat di mana BMT itu berada, dengan jalan ini BMT
mampu mengakomodir kepentingan ekonomi masyarakat.
Menurut Soemitra (2009:51). BMT atau KJKS adalah
lembaga keuangan mikro (LKM) yang beroperasi berdasarkan
prinsip-prinsip syariah, atau baali mandiri terpadu yang
20
investasi dalam meningkatkan kualitas kegiatan ekonomi
pengusaha kecil bawah dan kecil dengan antara lain mendorong
kegiatan menabung dan menunjang pembiayaan kegiatan
ekonominya.
b. Prinsip Operasi
Dalam menjalankan usahanya BMT atau KJKS
menggunakan 3 prinsip, yaitu :
1) Prinsip bagi hasil
Dengan prinsip ini ada pembagian hasil dari
pemberian pinjaman dengan BMT atau KJKS.
a) Al-Mudharabah
b) Al-Musyarakah
c) Al-Muzara’ah
d) Al-Musaqah
2) Sistem jual beli
Sistem ini merupakan suatu tata cara jual beli yang
dalam pelaksanaanya BMT atau KJKS mengangkat nasabah
sebagai agen yang diberi kuasa melakukan pembelian barang
atas nama BMT atau KJKS, dan kemudian bertindak sebagai
penjual.
a) Bai’ al-Murabahah
b) Bai’ as-Salam
d) Bai’ Bitsaman Ajil
3) Sistem non-profit
Sistem yang sering disebut sebagai pembiayaan
kebajikan ini merupakan pembiayaan yang bersifat sosial
dan non-komersial. Nasabah cukup mengembalikan pokok
pinjamannya saja yang di sebutAl-Qordhul Hasan.
4) Produk pembiayaan
Penyediaan uang dan tagihan berdasarkan persetujuan
atau kesepakatan pinjam-meminjam di antara BMT atau
KJKS dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam
untuk melunasi utangnya beserta bagi hasil setelah jangka
waktu tertentu.
a) Pembiayaanal-Murabahah
b) Pembiayaanal-Bai’ Bitsaman Ajil
c) Pembiayaanal-Mudharabah
d) Pembiayaanal-Musyarakah
Untuk meningkatkan peran BMT atau KJKS dalam
kehidupan ekonomi masyarakat, maka harus terbuka untuk
menciptakan produk baru. Tetapi produk tersebut harus
memenuhi syarat.
1) Sesuai dengan syariat dan disetujui oleh Dewan Syariah.
2) Dapat ditangani oleh sistem operasi BMT atau KJKS
22
3) Membawa kemaslahatan bagi masyarakat.
c. Penghimpunan dana
1) Penyimpanan dan Penggunaan Dana
a) Sumber dana
(1) Dana Masyarakat
(2) Simpanan biasa
(3) Simpanan berjangka atau Deposito
(4) Lewat kerjasama antara lembaga atau institusi.
Dalam penggalangan dana BMT atrau KJKS biasanya
terjadi transaksi yang berulang-ulang, baik penyetoran
maupun penarikannya.
2) Kebiasaan penggalangan dana
a) Penyandang dana rutin tapi tetap, besarnya dana
biasanya variatif.
b) Penyandang dana rutin tidak tetap besarnya dana
biasanya variatif.
c) Penyandang dana rutin temporal-deposito minimal Rp
1.000.000,- sampai Rp 5.000.000,-.
3) Pengambilan dana
a) Pengampilan dana rutin tertentu yang tetap,
b) Pengambilan dana tidak rutin tetapi tertentu,
c) Pengambilan dna tidak tentu,
4) Penyimpanan dan penggalangan dalam masyarakat
dipengaruhi :
a) Memperhatikan momentum,
b) Mampu memberikan keuntungan,
c) Memberikan rasa aman,
d) Pelayanan optimal,
e) Profesionalisme.
d. Penggunaan dana
1) Penggalangan dana digunakan untuk :
a) Penyaluran melalui pembiayaan,
b) Kas tangan,
c) Ditabungkan di BPRS atau di Bank Syariah.
2) Penggunaan dana masyarakat yang harus disalurkan kepada :
a) Penggunaan dana BMT atau KJKS yang rutin dan tetap.
b) Penggunaan dana BMT atau KJKS yang rutin tapi tidak
tetap.
c) Penggunaan dana BMT atau KJKS yang tidak tentu tapi
tetap.
d) Penggunaan dana BMT atau KJKS tidak tentu.
3) Sistem pengangsuran atau pengembalian dana:
a) Pengangsuran yang rutin dan tetap,
b) Pengangsuran yang tidak rutin dan tetap,
24
d) Pengangsuran yang tidak tentu (kredit macet).
4) Klasifikasi pembiayaan:
a) Perdagangan,
b) Industri rumah tangga,
c) Pertanian/peternakan/perikanan,
d) Konveksi,
e) Kontruksi,
f) Percetakan,
g) Jasa-jasa/lain.
5) Jenis angsuran:
a) Harian,
b) Mingguan,
c) 2 mingguan,
d) Bulanan,
e) Jatuh tempo.
6) Antisipasi kemacetan dalam pembiayaan BMT atau KJKS:
a) Evaluasi terhadap kegiatan pembiayaan,
b) Merevisi segala kegiatan pembiayaan,
c) Pemindahan akad baru,
d) Mencarikan donatur yang bisa menutup pembiayaan.
e. Pelayanan Zakat dan Shadaqoh
b) Lewat kerjasama antara BMT dengan lembaga Badan
Amil Zakat, Infaq,danShadaqoh(BAZIS). 2) Dalam penyaluran dana ZIS.
a) Digunakan untuk pemberian pembiayaan yang sifatnya
hanya membantu.
b) Pemberian bea siswa bagi peserta yang berprestasi atau
kurang mampu dalam membayar SPP.
c) Penutupan terhadap pembiayaan yang macet karena
faktor kesulitan pelunasan.
d) Membantu masyarakat yang perlu pengobatan.
2. Badan Hukum KJKS
Dasar hukum pelaksanaan kegiatan pinjam KJKS mengacu
pada Undang-undang No. 25/1992 tentang perkoperasian; PP No. 9
tahun 1995 tentang Pelaksanaan kegiatan usaha simpan pinjam oleh
Koperasi; Perda No. 2 tahun 2012 tentang Pedoman Pengelolaan
Koperasi; Permenkop dan UKM No. 19/KEP/M.KUKM//XI/2008
tentang Juklak Kegiata Usaha Simpan Pinjam oleh Koperasi; Permen
No. 14/Per/M.KUKM/2009 tentang perubahan Permen No.
20/Per/M.KUKM/ 2008 tetang Juklak Penkes KSP/USP serta Permen
26
BMT atau KJKS dapat didirikan dalam bentuk Kelompok
Swadaya Masyarakat atau koperasi.
a. Koperasi simpan pinjam syariah (KSP-S).
b. Koperasi serba usaha atau koperasi syariah.
c. KSM adalah kelompok Swadaya Masyarakat dengan mendapat
Surat Keterangan Operasional dan PINBUK (Pusat Inkubasi
Bisnis Usaha Kecil).
3. Tabungan
Tabungan adalah simpanan berdasarkan akad wadi’ah atau investai dana berdasarkan mudharabah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prindip syariah yang penarikannya dapat
dilakukan menurut syarat dan ketentuan tertentu yang disepakati,
tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, dan atau alat lainnya
yang dipersamakan dengan itu (Nurianto, 2012: 34).
Dalam fatwa Dewan Syariah Nasional No.
02/DSN-MUI/IV/2000, tabungan ada dua jenis, yaitu :
a. Tabungan yang tidak sesuai dengan prinsip syariah, berdasarkan
perhitungan bunga.
b. Tabungan yang dibenarkan secara prinsip syariah yakni tabungan
yang berasarkan prinsipmudharabahdanwadi’ah.
Menurut M. Nur Rianto Al Arif dalam bukunya tabungan
waktu-waktu apabila nasabah membutuhkan, namu bagi hasil yang
ditawarkan kepada nasabah penabung kecil. Akan tetapi jenis
penghimpunan dana tabungan merupakan produk penghimpunan yang
lebih minimal biaya bagi pihak bank atau karena bagi hasil yang
ditawarkan pun kecil namun nasabah yang menggunakan tabungan
lebih banyak dari pada produk penghimpunan yang lain.
4. Deposito
Deposito menurut undang-undang Perbankan Syariah Nomor
21 tahun 2008 investasi dana berdasarkan akad mudharabah atau akad
lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah yang
penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu bedasarkan
akad antara nasabah penyimpan dan bank syariah dan/atau Unit Usaha
Syariah (UUS).
Deposito dalam fatwa Dewan Syariah Nasional No.
03/DSN-MUI/IV/2000 terdiri atas beberapa jenis: Pertama, Deposito yang
tidak dibenarkan secara syariah yaitu deposito yang berdasarkan
perhitungan bunga dan Deposito yang dibenarkan, yaitu deposito yang
berdasarkan prinsip mudharabah.
Kedua, ketentuan Umum Deposito berdasarkan Mudharabah:
a. Dalam transaksi ini nasabah bertindak sebagai shahibul maal atau
pemilik dana, dan bank bertindak sebagai mudharib atau
28
b. Dalam kapasitasnya sebagai mudharib, bank dapat melakukan
berbagai macam usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip
syari’ah dan mengembangkannya, termasuk di dalamnya
mudharabah dengan pihak lain.
c. Modal harus dinyatakan dengan jumlahnya, dalam bentuk tunai
dan bukan piutang.
d. Pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk nisbah
dan dituangkan dalam akad pembukaan rekening.
e. Bank sebagai mudharib menutup biaya operasional deposito
dengan menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya.
f. Bank tidak diperkenankan untuk mengurangi nisbah keuntungan
nasabah tanpa persetujuan yang bersangkutan
Menurut Nur Rianto (2012: 35) Pengertian deposito adalah
bentuk simpanan yang memiliki jumlah minimal tertentu, jangka
waktu tertentu dan bagi hasilnya lebih tinggi dari pada tabungan.
Nasabah membuka deposito dengan jumlah minimal tertentu dengan
jangka waktu yang telah disepakati, sehingga nasabah tidak dapat
mencairkan dananya sebelum jatuh tempo yang telah disepakati, akan
tetapi bagi hasil yang ditawarkan jauh lebih tinggi daripada tabungan
Produk penghimpunan dana (deposito) ini biasanya dipilih
oleh nasabah yang memilik kelebihan dana sehingga selain bertujuan
untuk menyimpan dananya, bertujuan pula untuk salah satu sarana
berinvestasi.
Deposito berjangka adalah bentuk simpanan berjangka yang
penarikannya disesuaikan dengan jangka waktu tertentu. Jangka
waktu Deposito ini bervariasi (Ismail, 2010:80), antara lain: Deposito
jangka waktu 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, 12 bulan, 24 bulaan. Yang
digunakan dalam penelitian ini adalah deposito jangka waktu 1 bulan.
5. Bagi Hasil
a. Pengertian
Menurut Yaumuddin (2010:5) aktivitas bagi hasil adalah
sebuah usaha yang dibangun berdasarkan kesepakatan antara
pemodal dan pengusaha untuk memberikan pembagian hasil
berdasarkan persentase tertentu dari hasil utama. Kesepakatan ini
dilakukan secara adil dan transparan. Bagi hasil menurut istilah
adalah suatu sistem yang meliputi tata cara pembagian hasil
usaha antara penyedia dana dan pengelola dana (Rofiq, 2004:153).
Islam mengharamkan bunga dan menghalalkan bagi hasil.
Keduanya memberikan keuntungan, tetapi memiliki perbedaan
mendasar sebagai akibat adanya perbedaan antara investasi dan
30
Ayat Al-Qur’an yang menerangkan larangan tentang riba
(Bunga) ada pada :
Al-Imran ayat 130
َنﻮُﺤِﻠْﻔُﺗ ْﻢُﻜﱠﻠَﻌَﻟ َﱠ ا اﻮُﻘﱠﺗاَو ًﺔَﻔَﻋﺎَﻀُﻣ ﺎًﻓﺎَﻌْﺿَأ ﺎَﺑِّﺮﻟا اﻮُﻠُﻛْﺄَﺗ ﻻ اﻮُﻨَﻣآ َﻦﯾِﺬﱠﻟا ﺎَﮭﱡﯾَأ ﺎَﯾ
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan (Ali Imran: 130, diterjemahkan oleh Falistya Al-Qur’an).
Menurut Iska Sukri dalam bukunya bahwa pada dasarnya
pola perhitungan bagi hasil dalam Islam ada dua macam:
1) Bagi hasil untung (Profit Sharing) 2) Bagi Pendapatan (Revenue Sharing) b. Cara Menghitung Bagi Hasil
Perhitungan bagi hasil hanya dapat dilakukan setelah
proyek selesai, atau setelah berakhirnya suatu periode
perhitungan pendapatan tertentu, misal setiap akhir bulan, akhir
tahun, ataupun lainnya sesuai kesepakatan. Pada awal perjanjian
ditentukan adalah penetapan nisbah (ratio) bagi hasil. Nilai
nominal hasil tergantung dari besarnya keuntungan proyek yang
belum diketahui (Arifin, 2009:22).
Di dalam bagi hasil maka variabel penentu bagi hasilnya
adalah:
1) Pendapatan/Keuntungan
2) Nisbah bagi hasil antara nasabah dan bank
4) Rata-rata penghimpunan dana bank
Berikut ini adalah rumus perhitungan bagi hasil dana
tabungan pada suatu Bank Syariah di Indonesia (musjtari dan
fitriyanti, 2010:87), yaitu:
1) Alokasi pendapatan share tabungan :
Total rata-rata produk tabungan
--- x total pendapatan Total saldo rata-rata dana
2) Bagi hasil nasabah :
Saldo rata-rata nas. Tab.
--- x Alokasi pendapatan tab.×% nisbah Total rata-rata produk tab.
c. Konsep Bagi Hasil (Profit Sharing dan Revenue Sharing)
Konsep nisbah hasil usaha dalam sistem perekonomian
Islam harus ditentuka pada awal berlakunya kontrak kerjasama
(akad), sesuai dengan peruntukan masing-masing sesuai
kesepakatan. Misalnya nisbah itu 40:60, berarti bagi hasil yang
diperoleh akan dibagikan sebanyak 40 persen kepada pemilik
modal (shahib- al-mal) dan 60 persen kepada pengelola dana (mudharib) (Iska, 2012: 112).
Meurut Syukri Iska (2012) dalam bukunya bahwa, mekanisme
perhitungan bagi hasil itu terdiri dari dua bentuk:
1) Profit Sharing (bagi untung bersih), yaitu perhitungan bagi hasil didasarkan kepada hasil bersih dari keseluruhan
pendapatan setelah dikeluarkan segala biaya yang
32
2) Revenue Sharing (bagi pendapatan), yaitu perhitungan bagi hasil didasarkan kepada hasil bersih dari keseluruhan
pendapatan yang diterima sebelum dikuragi biaya-biaya yag
telah dikeluarkan untuk memperoleh pendapatn tersebut.
Pada dasarnya, perbankan syariah atau LKS lainnya
menggunakan pola bagi hasil profit sharing (bagi utung bersih) atau revenue sharing (bagi pendapatan), tergantung kepada kebijaksanaan pihak perbankan tersebut. Namun secara umum
bentuk yang diterapkan di Indonesia ialah pola bagi pendapatan
(revenue sharing), jika bank sebagai pemodal dan nasabah sebagai pengguna dana, dan menggunakan sistem bagi untung
bersih (profit sharing) jika bank sebagai pengelola dana dan nasabah sebagai penabung.
Menurut Syukri Iska dalam bukunya (2012) Apabila suatu
LKS menggunakan sistem bagi untung bersih, dimana bagi hasil
diperhitungkan dari pendapatan bersih setelah dikeluarkan biaya
bank, kemungkinan yang akan terjadi bagi hasil bagi penabung
akan semakin kecil, jika kadar bunga di pasaran lebih tinggi, akan
mempengaruhi keinginan masyarakat untuk menginvestasikan
uangnya kepada suatu LKS dan berpengaruh menurunnya jumlah
dana pihak ketiga secara keseluruhan. Sebaliknya apabila
menggunakan sistem bagi pendapatan, dimana bagi hasil
kadar bagi hasil bagi pemilik dana akan lebih besar dari pada
suku bunga di pasaran namun mengurangi pendapatan suatu LKS.
1) Konsep Bagi Hasil
a) Pemilik dana menginvestasikan dananya melalui
lembaga keuangan
b) Pengelola megelola dana tersebut dalam sistem pool of fund (sejumlah uang sekelompok orang), seterusnya akan menginvestasika dana tersebut ke dalam
proyek/usaha yang layak dan mengutugkan serta
memenuhi aspek Syariah.
c) Kedua belah pihak menanda-tagani akad yang berisi
ruang lingkup kerjasama, nominal, nisbah dan jangka waktu berlakunya kesepakatan tersebut.
2) Mekanisme perhitungan bagi hasil:
a) Hitung saldo rata-rata harian sumber dana sesuai
klasifikasi dana yang dimiliki
b) Hitung saldo rata-rata sumber dana yang telah
disalurkan dalam investasi dan produk-produk aset
lainnya
c) Hitung keseluruhan pendapatan yang diterima dalam
tempo waktu berjalan.
d) Bandingkan antara jumlah sumber dana dengan
34
e) Alokasikan keseluruhan pendapatan kepada setiap
klasifikasi dana yang dimiliki sesuai dengan saldo
rata-rata
f) Perhatikannisbahsesuai dengan kesepakatan pada akad g) Distribusikan bagi hasil sesuai dengan nisbah kepada
pemilik dana, sesuai denga klasifikasi dana yang
dimiliki.
6. BIRate
Menurut Bank Indonesia BI rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia dan diumumkan kepada publik.
Apabila perekonomian sedang mengalami kelesuan, Bank Indonesia
dapat menggunakan kebijakan yang ekspansif melalui penurunan
tingkat suku bunga untuk mendorong aktivitas ekonomi. Perubahan
tingkat suku bunga juga mempengaruhi nilai tukar selain itu juga
perubahan suku bunga BIRatemempengruhi ekonomi makro melalui perubahan harga asset. (www.bi.go.id)
BI Rate merupakan indikasi bunga jangka pendek yang diinginkan Bank Indonesia dalam upaya mencapai target inflasi. BI
rate digunakan sebagai acuan dalam operasi moneter untuk mengarahkan agar suku bunga SBI 1 bulan hasil lelang operasi pasar
mempengaruhi PUAB, suku bunga pinjaman dan suku bunga lainnya
dalam jangka panjang (Aulia Pohan, 2008:225).
BI Rate atau tingkat suku bunga yang di tetapkan oleh Bank Indonesia juga merupakan acuan bagi lembaga perbankan dalam
menentukan bunga bank, secara leksikal bunga sebagai terjemahan
dari kata Interest. Secara istilah sebagaimana diungkapkan dalam suatu kamus dinyatakan, bahwa Interest Is a charge for a financial loan, ussualy a percentage of the amount loaned. Bunga adalah tanggungna pada pinjaman uang, yang biasanya dinyatakan dengan
presentase dari uang yang dipinjamkan (Muhamad, 2002: 40)
Dalam perbankan konvensional suku bunga merupakan faktor
yang sangat penting dalam aktivitas utama bank, baik suku bunga
kredit, maupun simpanan. Kedua suku bunga tersebut mempengaruhi
satu sama lainnya. Apabila suku buunga naik maka kemungkinan
besar suku bunga kredit juga naik, demikian juga sebaliknya.
Suku bunga simpanan merupakan tingkat harga tertentu yang
dibayarkan oleh bank untuk memberikan rangsangan kepada nasabah
penyimpan dananya agar menempatkan dananya di bank. Beberapa
bank memberikan tambahan bunga kepada nasabah yang
menempatkan dananya dalam bentuk deposito sejumlah tertentu. Hal
ini dilakukan bank agar nasabah akan selalu meningkatkan simpanan
36
Menurut klasik, tabungan adalah fungsi dari tingkat bunga.
Makin tinggi tingkat bunga maka makin tinggi pula keinginnan
masyarakat untuk menabung. Artinya, pada tingkat bunga yang tinggi
masyarakat akan lebih terdorong untuk mengorbankan atau
mengurangi pengeluaran untuk konsumsi guna menambah tabungan
(Nopirin, 1998; 70).
Tingginya minat masyarakat untuk menabung biasanya
dipengaruhi oleh tingkat bunga yang tinggi. Dengan hal itu jika
tingkat bunga tinggi nasabah akan berfikir dua kali untuk menabung
di Bank Syariah atau KJKS, karena jika bunga pada Bank
Konvensional yang ditawarkan lebih tinggi akan lebih di pilih nasabah
ataupun calon nasabah dari pada bagi hasil yang bersifat fluktuaktif
(tergantung pendapatan bank syariah).
Hal ini tentu membuat masyarakat beralih untuk menyimpan
dananya di bank konvensional jika kondisi bunga naik karena tingkat
Teori Klasik Tentang Tingkat Bunga Gambar 2.1
Tingkat Bunga
Tabungan
I1
Investai i Investasi 0
S0
Pada kurva tersebut menunjukan bahwa jika tingkat bunga naik,
hal itu akan mempengaruhi tabungan yamg akan meningkat dan juga
investasi yang juga meningkat, dan apabila tingkat bunga menurun
tabungan dan investasi juga akan ikut menurun.
Islam sebagai suatu agama wahyu telah memiliki syari’at yang
baku sebagai pedoman ummat dalam menjalakan aktivitas hidup.
Demikian juga dengan persoalan penggunaan dan penyimnpanan uang
bagi masyarakat, telah ada aturan-aturan yang jelas, pemikiran konsep
lembaga keuangan syari’ah sebenarnya bermula dari pandangan
38
7. Hubungan Bi Rate dengan KJKS atau BMT
Pengaruh suku bunga (BI rate) terhadap jumlah dana simpanan
berjangkamudharabahteori yang digunakan adalah teorifloating market.
Apabila tingkat suku bunga (BI rate) lebih tinggi, dibandingkan dengan
tingkat bagi hasil yang ditawarkan bank syariah, maka tidak menutup
kemungkinan yang semula merupakan anggota atau nasabah Bank
Syariah, BPRS dan BMT/KJKS akan beralih menjadi nasabah bank
konvensional, karena pada dasarnya suku bunga (BI Rate) adalah acuan
bank umum untuk menentukan suku bunga deposito. Begitupula
sebaliknya, jika tingkat bagi hasil yang ditawarkan bank syariah lebih
tinggi dibandingkan tingkat suku bunga (BIRate) yang digunakan acuan
atau standar untuk menentukan suku bunga deposito, maka tidak
menutup kemungkinan anggota yang semula merupakan nasabah bank
konvensional akan beralih menjadi anggota BMT atau KJKS.
8. Jumlah Dana
Jumlah dana adalah jumlah nominal uang dana masyarakat atau
anggota yang mendepositokan uangnya ke KJKS Prima Artha. Jumlah
dana disini termasuk dalam dana pihak ketiga (DPK). DPK biasanya
lebih dikenal dengan dana masyarakat, menurut Syukri Iska dalam
bukunya ialah dana-dana yang berasal dari masyarakat, baik secara
perorangan maupun badan usaha yang didapatkan oleh bank dengan
menggunakan berbagai instrumen produk simpanan yang dimiliki
bank. Pada penelitian ini simpanan yang di gunakan adalah simpanan
C. Paradigma Penelitian
Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran
Pada gambar 2.2 menjelaskan tentang kerangka pemikiran
penelitian ini, garis lurus tersebut menguji pengaruh tingkat bagi hasil dan
Suku Bunga (BIRate) terhadap jumlah dana simpanan berjangka (deposito) pada KJKS Prima Artha, Sleman.
Tingkat Bagi Hasil (X1)
Jumlah dana
Simpanan Berjangka (Y)
40
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan penelitian terdahulu dan landasan teori yang
digunaka diatas maka dapat dirumuskan hipotesis dalam penelitian ini,
sebagai berikut:
1. Pengaruh Tingkat Bagi hasil Deposito terhadap jumlah dana simpanan
berjangka (DepositoMudharabah).
Pada dasarnya, deposito mudharabah merupakan tempat berinvestasi nasabah dalam bank syariah. Para nasabah dalam
menempatkan dananya di bank syariah tentunya dipengaruhi oleh
motif untuk mendapatkan keuntungan sehingga jika tingkat bagi
hasil yang diberikan bank syariah semakin tinggi maka alokasi dana
investasi yang disimpan di bank syariah akan semakin besar.
Tingkat bagi hasil deposito pada bank syariah merupakan salah
satu faktor yang mempengaruhi seseorang untuk menabung. Ketika
tingkat bagi hasil deposito tinggi, masyarakat akan lebih cenderung
mendepositokan uangnya daripada dikonsumsi keseluruhan. Hal itu
dikarenakan tidak semua nasabah merupakan nasabah loyalis yang
memilih menggunakan jasa perbankan disebabkan faktor keyakinan.
Berdasarkan hasil penelitian Adiwarman Karim dan Adi
Zakaria Afif dari Karim Business Consulting, segmentasi nasabah
perbankan syariah di Indonesia terbagi menjadi 3 segmen, yaitu
syariah loyalist market, floating market, dan conventional loyalist
kelompok nasabah yang memilih menggunakan jasa atau perbankan
lebih disebabkan faktor keyakinan. Sedangkan segmen floating
market merupakan kelompok nasabah yang memilih menggunakan
jasa atau perbankan lebih disebabkan faktor kualitas layanan dan
keuntungan yang ditawarkan (service and return), tanpa
memperhatikan sistem bagi hasil maupun bunga.
Penelitian yang dilakukan oleh Dika Wahyuningtyas bahwa
Bagi Hasil memiliki nilai signifikasi lebih kecil dibandingkan kriteria
yang ditentukan yaitu sebesar 0,006 < 0,05. Hal ini berarti
menunjukkan secara individu variabel Bagi Hasil terdapat pengaruh
terhadap jumlah simpanan deposito mudhorobah.
Dari pemaparan diatas dan didukung dengan penelitian
sebelumnya dapat ditarik hipotesis pertama, yaitu:
H1: Tingkat bagi hasil berpengaruh positif dan signifikan terhadap
jumlah dana simpanan berjangka jangka waktu 3 bulan pada
KJKS Prima Artha, Sleman.
H2: Tingkat bagi hasil berpengaruh positif dan signifikan terhadap
jumlah dana simpanan berjangka jangka waktu 6 bulan pada
KJKS Prima Artha, Sleman.
H3: Tingkat bagi hasil berpengaruh positif dan signifikan terhadap
jumlah dana simpanan berjangka jangka waktu 12 bulan pada
42
2. Pengaruh Tingkat Suku Bunga (BI Rate) terhadap jumlah dana simpanan berjangka (DepositoMudharabah).
Bi rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh bank
Indonesia dan di umumkan kepada public. BI Rate atau tingkat suku bunga yang di tetapkan oleh Bank Inonesia juga merupakan acauan
bagi lembaga perbankan dalam menentukan bunga bank, secara
leksikal bunga sebagai terjemahan dari kata Interest. Secara istilah sebagaimana diungkapkan dalam suatu kamus dinyatakan, bahwa
Interest Is a charge for a financial loan, ussualy a percentage of the amount loaned. Bunga adalah tanggungan pada pinjaman uang, yang biasanya dinyatakan dengan presentase dari uang yang dipinjamkan
(Muhamad, 2002: 40).
Menurut klasik, tabungan adalah fungsi dari tingkat bunga.
Makin tinggi tingkat bunga maka makin tinggi pula keinginnan
masayrakat untuk menabung. Artinya, pada tingkat bunga yang tinggi
masyarakat akan lebih terdorong untuk mengorbankan atau
mengurangi pengeluaran untuk konsumsi guna menambah tabungan.
(Nopirin, 1998; 70).
Tingginya minat nasabah untuk menabung dipengaruhi oleh
tingkat bunga, hal ini menunjukan bahwa pada saat tingkat bunga
tinggi masyarakat lebih tertarik untuk mengorbankan konsumsi
sistem perbankan syariah yang menggunakan sistem bagi hasil atas
penggunaan dana oleh pihek peminjam (baik pihak nasabah atau bank)
(Ghofur,2007:69-70).
Pengaruh tingkat suku bunga bank umum terhadap jumlah dana
teori yang digunakan adalah teori floating market. Apabila tingkat suku
bunga pada bank konvensional lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat
bagi hasil yang ditawarkan bank syariah, maka tidak menutup
kemungkinan nasabah yang semula merupakan nasabah bank syariah
akan beralih menjadi nasabah bank konvensional. Begitupula sebaliknya,
jika tingkat bagi hasil yang ditawarkan bank syariah lebih tinggi
dibandingkan tingkat suku bunga di bank konvensional, maka tidak
menutup kemungkinan nasabah yang semula merupakan nasabah bank
konvensional akan beralih menjadi nasabah bank syariah
(Wahyuningtyas, 2015).
Hal ini tentu membuat masyarakat beralih untuk menyimpan
dananya di bank konvensional jika kondisi bunga naik karena tingkat
suku bunga pada tabungan maupun deposito akan naik, maka
akibatnya DPK pada perbankan syari’ah akan berkurang pernyataan
ini juga di dukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Frisa Julianti
(2013) yang berjudul “Analisis Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar dan BI
Rate terhadap Tabungan Mudharabah pada Perbankan Syariah”, kesimpulannya bahwa berdasarkan pengujian secara individual
44
Tabungan Mudharabah, variabel Kurs berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap Tabungan Mudharabah, variabel BI rate
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap TabunganMudharabah.
Dari pemaparan di atas dan didukung oleh penelitian
sebelumnya dapat ditarik hipotesis kedua, yaitu:
H4: Suku Bunga (BI Rate) mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap jumlah dana (simpanan berjangka) jangka
waktu 3 bulan pada KJKS Prima Artha, Sleman.
H5: Suku Bunga (BI Rate) mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap jumlah dana simpanan berjangka jangka
waktu 6 bulan pada KJKS Prima Artha, Sleman.
H6: Suku Bunga (BI Rate) mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap jumlah dana simpanan berjangka jangka
waktu 12 bulan pada KJKS Prima Artha, Sleman.
H7: Tingkat Bagi Hasil Deposito dan Suku Bunga (BIRate) secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap jumlah dana
simpanan berjangka jangka waktu 3 bulan pada KJKS Prima
Artha, Sleman.
H8: Tingkat Bagi Hasil Deposito dan Suku Bunga (BIRate) secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap jumlah dana
simpanan berjangka jangka waktu 6 bulan pada KJKS Prima
H9: Tingkat Bagi Hasil Deposito dan Suku Bunga (BIRate) secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap jumlah dana
simpanan berjangka jangka waktu 12 bulan pada KJKS Prima
46 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Objek dan Subjek Penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah Koperasi Jasa Keuangan Syariah
Prima Artha, Sleman. Sedangkan subjek penelitiannya adalah Data
Tingkat Bagi Hasil deposito dan BI rate Sebagai variabel independen. Sedangkan variabel dependennya adalah Jumlah dana Simpanan
Berjangka (Deposito) Periode dalam penelitian ini adalah Januari
2011-Desember 2015 (Jangka 3 bulan, 6 bulan dan 12 bulan).
Berdasarkan pengertian diatas peneliti akan meneliti pengaruh
tingkat bagi hasil deposito dan BI rate terhadap jumlah dana simpanan
berjangka (deposito) pada KJKS Prima Artha, Sleman.
B. Jenis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif
yaitu data yang berbentuk angka. Jenis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer adalah
data yang di dapat langsung dari objek atau tempat penelitian, pada
penelitian ini yang menjai tempat penelitian adalah KJKS Prima Artha,
Sleman, sedangkan Data sekunder adalah data yang dipublikasikan yang
diperoleh dari data BIRateyang terdapat pada internet dengan web resmi