• Tidak ada hasil yang ditemukan

Fungsi Kepemimpinan Guru Dalam Pembelajaran

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Fungsi Kepemimpinan Guru Dalam Pembelajaran"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kalau kita berbicara tentang kepemimpinan pendidikan, pada umumnya akan tertuju pada peran dan tugas seorang kepala sekolah. Pemahaman dan persepsi seperti ini bisa dimaklumi karena hampir sebagian besar penelitian dan literatur yang membahas tentang kepemimpinan pendidikan lebih cenderung membicarakan tentang kepemimpinan kepala sekolah. Sementara penelitian dan literatur yang mengkaji secara spesifik tentang kepemimpinan guru tampaknya masih relatif terbatas. Lantas, apa Kepemimpinan Guru (Teacher Leadership) itu?.

Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan, dan identifikasi bagi para peserta didik, dan lingkungannya (Sudarwan Danim, 2011: 5). Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah (Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen).

Lebih lanjut dijelaskan bahwa peranan guru sangat penting dalam dunia pendidikan karena selain berperan mentransfer ilmu pengetahuan ke peserta didik, guru juga dituntut memberikan pendidikan karakter dan menjadi contoh karakter yang baik bagi anak didiknya.

(2)

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut. 1. Apakah yang dimaksud dengan kepemimpinan?

2. Bagaimana fungsi kepemimpinan yang dimiliki oleh seorang guru? 3. Bagaimana fungsi guru sebagai motivator?

4. Bagaimana fungsi guru sebagai manager? 5. Bagaimana fungsi guru sebagai inspirator? 1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian kepemimpinan.

2. Untuk mengetahui fungsi kepemimpinan yang dimiliki oleh seorang guru. 3. Untuk mengatahui fungsi guru sebagai motivator

4. Untuk mengatahui fungsi guru sebagai manager. 5. Untuk mengatahui fungsi guru sebagai inspirator

BAB II

(3)

2.1 Kepemimpinan

Kalau kita berbicara tentang kepemimpinan pendidikan, pada umumnya akan tertuju pada peran dan tugas seorang kepala sekolah. Pemahaman dan persepsi seperti ini bisa dimaklumi karena hampir sebagian besar penelitian dan literatur yang membahas tentang kepemimpinan pendidikan lebih cenderung membicarakan tentang kepemimpinan kepala sekolah. Sementara penelitian dan literatur yang mengkaji secara spesifik tentang kepemimpinan guru tampaknya masih relatif terbatas. Lantas, apa Kepemimpinan Guru (Teacher Leadership) itu? York-Barr and Duke (The Institute for Educational Leadership’s, 2008) mengemukakan rumusan kepemimpinan guru yang sejalan dengan perubahan peran guru dalam konteks perkembangan pendidikan saat ini, bahwa:

Teacher leadership is the process by which teachers, individually or collectively, influence their colleagues, principals, and other members of the school communities to improve teaching and learning practices with the aim of increased student learning and achievement. Such team leadership work involves three intentional development foci: individual development, collaboration or team development, and organizational development.”

Dari pengertian di atas tampak bahwa kepemimpinan guru pada dasarnya merupakan suatu proses untuk mempengaruhi orang lain yang didalamnya berisi serangkaian tindakan atau perilaku tertentu terhadap invididu yang dipengaruhinya. Kepemimpinan guru tidak hanya sebatas pada peran guru dalam konteks kelas pada saat berinteraksi dengan siswanya tetapi menjangkau pula peran guru dalam berinteraksi dengan kepala sekolah dan rekan sejawat, dengan tetap mengacu pada tujuan akhir yang sama yaitu terjadinya peningkatan proses dan hasil pembelajaran siswa.

(4)

1. Dimensi pengembangan individu merupakan dimensi utama yang berkaitan dengan peran dan tugas guru dalam memanfaatkan waktu di kelas bersama siswa. Disini guru dituntut untuk menunjukkan keterampilan kepemimpinannya dalam membantu siswa agar dapat mengembangkan segenap potensi yang dimilikinya, sejalan dengan tahapan dan tugas-tugas perkembangannya. Melalui keterampilan kepemimpinan yang dimilkinya, diharapkan dapat menghasilkan berbagai inovasi pembelajaran, sehingga pada gilirannya dapat tercipta peningkatan kualitas prestasi belajar siswa.

2. Dimensi pengembangan tim menunjuk pada upaya kolaboratif untuk membantu rekan sejawat dalam mengeksplorasi dan mencobakan gagasan-gagasan baru dalam rangka meningkatkan mutu pembelajaran, melalui kegiatan mentoring, coaching, pengamatan, diskusi, dan pemberian umpan balik yang konstruktif. Dimensi yang kedua ini berkaitan upaya pengembangan profesi guru.

3. Sedangkan dimensi organisasi menunjuk pada peran guru untuk mendukung kebijakan dan program pendidikan di sekolah (dinas pendidikan), mendukung kepemimpinan kepala sekolah (administrative leadership) dalam melakukan reformasi pendidikan di sekolah serta bagian dari peran serta guru dalam upaya mempertahankan keberlanjutan (sustanability) sekolah.

Ketiga dimensi di atas memberikan gambaran tentang: (1) peran guru dalam memimpin siswanya, (2) peran guru dalam memimpin rekan sejawatnya; dan (3) peran guru dalam memimpin komunitas pendidikan yang lebih luas. Di Amerika, gagasan tentang kepemimpinan guru (teacher leadership) sudah berlangsung sejak lama, yang terbagi ke dalam 3 (tiga) gelombang.

(5)

2. Gelombang kedua, kepemimpinan guru telah lepas dari hierarki organisasi konvensional. Di sini, telah terjadi pemisahan antara kepemimpinan dengan fungsi pengajaran, yakni dengan dibentuknya semacam tim pengembang kurikulum secara formal. Walaupun demikian, kepemimpinan guru masih di bawah kendali tim pengembang kurikulum. Tugas guru adalah mengimplementasikan bahan-bahan yang telah disiapkan oleh tim pengembang kurikulum. Pendekatan yang digunakan pada gelombang kedua ini sering disebut sebagai “remote controlling of teachers”.

3. Gelombang ketiga, konsep kepemimpinan guru telah mengintegrasikan pengajaran dengan kepemimpinan yang tidak bersifat formal. Kepemimpinan guru dipandang sebagai sebuah proses dengan memberikan kesempatan yang luas kepada guru untuk mengekspresikan kapabilitas kepemimpinannya. Konseptualisasi kepemimpinan guru dibangun atas dasar profesionalisme dan kesejawatan. (disarikan dari James S. Pounder, 2006).

Trend kepemimpinan guru di atas, dalam batas-batas tertentu tampaknya tidak jauh berbeda dengan apa yang terjadi di Indonesia. Penerapan konsep Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS) yang digulirkan sejak awal masa reformasi yang kemudian diikuti dengan gerakan profesionalisasi guru yang saat ini sedang gencar digaungkan, tampaknya menjadi bagian yang tak terpisahkan dari pergeseran konsep dan makna kepemimpinan guru di Indonesia.

Sesungguhnya banyak model dan gaya kepemimpinan yang bisa diterapkan guru dalam mewujudkan kepemimpinannya. Merideth (2000) menawarkan model kepemimpinan guru dengan apa yang disebut REACH, akronim dari:

Risk-Taking. Guru berusaha mencari tantangan dan menciptakan proses baru.

Effectiveness. Guru berusaha melakukan yang terbaik, peduli terhadap

(6)

Autonomy. Guru menampilkan inisiatif, memiliki pemikiran yang independen

dan bertanggung jawab.

Collegiality. Guru membangun kemampauan komunitasnya dan memiliki

keterampilan komunikasi interaktif.

Honor. Guru dapat menunjukkan integritas, kejujuran, dan menjaga etika

profesi.

Selain itu, guru dapat pula menerapkan gaya Kepemimpinan Transformasional sebagaimana digagas oleh Bass, dengan karakteristik yang dikenal dengan sebutan 4 I, yaitu: idealized influence, inspirational motivation, intellectual stimulation, dan individual consideration.

1. Idealized influence. Guru merupakan sosok ideal yang dapat dijadikan sebagai teladan, dapat dipercaya, dihormati dan mampu mengambil keputusan yang terbaik untuk kepentingan peningkatan mutu pembelajaran.

2. Inspirational motivation: guru dapat memotivasi seluruh siswa dan sejawatnya untuk memiliki komitmen terhadap visi organisasi dan mendukung semangat team dalam mencapai tujuan-tujuan pendidikan di sekolah.

3. Intellectual Stimulation: guru dapat menumbuhkan kreativitas dan inovasi dengan mengembangkan pemikiran kritis dan pemecahan masalah untuk menjadikan pembelajaran ke arah yang lebih baik.

(7)

perubahan-perubahan yang sangat besar terhadap individu-individu maupun organisasi dengan jalan: memperbaiki kembali (reinvent) karakter diri individu-individu dalam organisasi ataupun perbaikan organisasi, memulai proses penciptaan inovasi, meninjau kembali struktur, proses dan nilai-nilai organisasi agar lebih baik dan lebih relevan, dengan cara-cara yang menarik dan menantang bagi semua pihak yang terlibat, dan mencoba untuk merealisasikan tujuan-tujuan organisasi yang selama ini dianggap tidak mungkin dilaksanakan. Pemimpin penerobos memahami pentingnya perubahan-perubahan yang mendasar dan besar dalam kehidupan dan pekerjaan mereka dalam mencapai hasil-hasil yang diinginkannya. (Dwi Ari Wibawa, 2013)

Dari berbagai studi yang dilakukan, kepemimpinan transformasional telah terbukti dapat memberikan pengaruh terhadap inovasi dan kreativitas. Kepemimpinan Transformasional juga memberi pengaruh positif terhadap usaha bawahan dan kepuasan serta dapat meningkatkan perilaku etik. (James S. Pounder, 2006). Di lain pihak, Charles C. Manz & Henry P. Sims Jr (Martani Huseini, 2010) mengetengahkan model kepemimpinan yang dikenal dengan sebutan Superleadership. Model Superleadership sangat diperlukan dalam organisasi yang berbasis informasi dengan perubahan yang sangat cepat seperti sekarang ini.

Ide dasar superleadership adalah: (1) mengarahkan individu-individu untuk menjadi “self leader”; (2) mengarahkan tim untuk menjadi “self lead”: dan (3) menyarankan ide untuk mengembangkan budaya “self leadership” melalui organisasi. Superleadership berkeyakinan bahwa seorang pemimpin yang sukses adalah bila dia bisa menciptakan pemimpin yang baik. Seorang pemimpin Superleader berusaha membimbing orang lain untuk memimpin dirinya sendiri dan membantu pengikutnya untuk mengembangkan kemampuan “self leadership”nya untuk memberikan kontribusi yang maksimal bagi organisasi. Seorang Pemimpin Superleader akan melipat gandakan kekuatannya melalui kekuatan orang lain dan mendorong pengikutnya untuk memiliki inisiatif sendiri, rasa tanggung jawab,rasa percaya diri, penyusunan tujuan sendiri, berfikir positif dan mengatasi masalahnya sendiri.

(8)

pengikutnya memerlukan informasi dan ilmu pengetahuan untuk melatih “self leadership”nya. Salah satu hambatan terbesar untuk menumbuhkan kepemimpinan guru yaitu masih mendominasinya penerapan model kepemimpinan “top-down” di sebagian besar sekolah. Guru masih seringkali diposisikan sebagai bawahan yang harus tunduk dan taat pada atasan secara taklid.

Oleh karena itu, untuk menumbuhkan kepemimpinan guru memerlukan :

 Pemberdayaan dan dorongan kepada guru untuk menjadi pemimpin dan mengembangkan keterampilan kepemimpinannya.

 Penyediaan waktu dan kesempatan bagi guru agar dapat bekerja menjalankan kepemimpinannya, baik untuk kepentingan pengembangan profesi, kerja kolaboratif, perencanaan bersama, dan membangun jaringan guru.

Dalam konteks ini, tentu dibutuhkan dukungan dari semua pihak, terutama dari kepala sekolah untuk rela berbagi kekuasaan dan kewenangan, tanpa harus merasa khawatir akan kehilangan identitas kewibawaannya. Kepala sekolah harus memiliki keyakinan bahwa setiap guru pada dasarnya memiliki potensi kepemimpinan, dan apabila diberi kesempatan untuk mengekspresikan dan mengaktualisasikan potensi kepemimpinannya, mereka bisa tampil sebagai pemimpin-pemimpin hebat, yang dapat dimanfaatkan untuk semakin memperkuat eksistensi sekolah sekaligus melengkapi kepemimpinan administratif yang menjadi tanggung jawabnya (Sudjarat, 2013)

2.1.1 Pengertian Kepemimpinan

Soekanto (2003:288) mendefinisikan kepemimpinan sebagai “...kemampuan seseorang (yaitu pemimpin atau leader) untuk mempengaruhi orang lain (yaitu yang dipimpin atau pengikut-pengikutnya). Sehingga orang lain tersebut bertingkah-laku sebagaimana dikehendaki oleh pemimpin tersebut.”

(9)

“..kepemimpinan menyangkut bagaimana menstimulasi, memobilisasi mengarahkan dan mengkoordinasi motif-motif dan kesetiaan yang terlibat dalam usaha bersama.” 2.1.2 Unsur Dalam Kepemimpinan

Floyd Ruch dalam Gerungan (2002:129) menyebutkan tiga tugas utama pemimpin, yaitu: 1) structuring the situation, 2) controlling group-behavior, 3) spokesman of the group. Pada tugas yang pertama seorang pemimpin harus dapat mengkonstruksi struktur dari situasi yang dihadapi kelompoknya secara jelas agar para anggotanya dapat memahami situasi yang dihadapi mereka dan pada gilirannya mampu memberi penyikapan dan melakukan tindakan yang tepat. Tugas kedua yang harus dilaksanakan pemimpin adalah melakukan pengawasan dan pengontrolan/pengendalian perilaku kelompok. Agar suatu kelompok/ organisasi dapat mencapai tujuan-tujuannya, maka semua orang yang ada di dalamnya harus berjalan atau melakukan aktivitas yang mengarah pada tujuan-tujuan tersebut. Sehingga apabila ada anggota kelompok yang ke luar jalur, maka tugas pemimpinlah yang ‘menyadarkan’ anggotanya tersebut untuk tetap ada di dalam ‘jalan yang benar.’ Tugas ketiga dari pemimpin adalah menjadi juru bicara dari kelompoknya mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan keadaan-keadaan di kelompoknya. Tentunya apa yang dibicarakan oleh pemimpin pada pihak lain itu haruslah merupakan gambaran nyata tentang kelompoknya, bukannya karangan pribadi pemimpin tersebut. Al Muchtar (2001: 252) menyebutkan sejumlah fungsi kepemimpinan, yakni: perencanaan, pemikir, organisator, dinamisator, koordinator, pemegang amanah, pengawas, penengah, pemersatu, pendidik, pembimbing, dan pelapor. Selanjutnya Al Muchtar mengungkapkan bahwa untuk dapat menjalankan fungsi-fungsi tersebut, pemimpin haruslah memiliki tiga keterampilan, yaitu: 1) technical skills (penguasaan organisasi mulai dari prosedur kerja sampai evaluasi hasil karya); 2) conceptual skills (merumuskan gagasan atau menjelaskan keadaan rumit ke dalam bentuk yang mudah dipahami oleh anggota kelompoknya), 3human skills (hubungan sosial dan bekerja sama, dan lain-lai .).

(10)

Berdasarkan formula Hersey dan Blanchard membagi dua factor besar yang mempengaruhi kepemimpinan yaitu factor internal dan factor eksternal.

a) Faktor internal

Sebagai seorang pribadi, pemimpin tentu memiliki karakter unik yang membedakannya dengan orang lain. Keunikan ini tentu akan berpengaruh pada pandangan dan cara ia memimpin. Ada karakter bawaan yang menjadi ciri pemimpin sebagai individu, ada kompetensi yang terbentuk melalui proses pematangan dan pendidikan.

b) Faktor eksternal

Faktor eksternal menurut formula Hersey dan Blanchard, adalah faktor bawahan dan situasi. Faktor-faktor ini tentu akan menentukan bagaimana pemimpin mengatur dan mempengaruhinya. Jika bawahan ini adalah siswa , maka pemimpin akan menjalankan pola kepemimpinan sesuai dengan karakter siswa. Faktor eksternal lain adalah faktor situasi, situasi ini berkaitan dengan dengan aspek waktu, tempat , tujuan, karakteristik organisasi. (http://www.kompasiana.com/agustinus.suhedi/kepemimpinan-guru-dalam-pendidikan_551fac11813311f3379df32f)

2.1.4 Sifat Kepemimpinan a. Cakap

Cakap di sini dalam pengertian luas bukan saja ahli ( skill )atau kemahiran teknik ( technical mastery) dalam satu bidang tertentu, melainkan meliputi hal-hal yang besifat abstrak, inisiatif, konsepsi, perencanaan dsb.Seorang pemimpin harus memiliki ketajaman berpikir yang kritis dan rasional.

b) Kepercayaan

Menurut Le Bon, seorang pemimpin harus memiliki keyakinan yang kuat, percaya akan kebenaran tujuannya, percaya kemampuannya( pada diri sendiri ). Sebaliknya harus mendapat kepercayaan dari pengikutnya.

(11)

Sifat ini penting sekali, sebab mana kala seorang pemimpin tidak memiliki rasa tanggung jawab , ia akan mudah bertindak sewenang-wenang terhadap kelompoknya. d) Berani

Berani dalam arti karena benar dan dengan perhitungan. Lebih-lebih dalam saat-saat yang kritis dan menentukan, pemimpin harus tegas, berani mengambil keputusan dengan konsekwen dan tidak boleh ragu-ragu.

e) Tangkas dan ulet

Pemikiran seorang pemimpin harus luas. Ia berpandangan jauh ke depan harus dapat membedakan mana das sein, mana das sollen. Terutama dalam merumuskan strategi atau menggariskan suatu taktik (http://www.kompasiana.com/agustinus.suhedi)

2.1.5 Gaya Kepemimpinan Guru

Sekolah dan kelas adalah suatu organisasi, dimana guru adalah sebagai pemimpinnya. Guru berkewajiban mengadakan supervise atas kegiatan belajar murid, membuat rencana pengajaran bagi kelasnya, mengadakan manajemen belajar sebaik-baiknya, melakukan manejemen kelas, mengatur disiplin kelas secara demokratis ( Hamalik, 2004 ;124 ).

Menurut Ahmad Rohani ( 2004:130) gaya atau tipe kepemimpinan guru ada tiga yaitu: a) Otoriter

Dengan gaya kepemimpinan otoriter guru, peserta didik hanya akan aktif kalau ada guru dan kalau guru tidak mengawasi semua aktivitas menjadi menurun. Aktivitas proses belajar mengajar sangat tergantung pada guru dan menuntut banyak perhatian guru.

b) Laizzes Faire

Gaya kepemimpinan yang laizes faire , biasanya tidak produktif walaupun ada pemimpin. Kalau guru ada peserta didik lebih banyak melakukan kegiatan yang sifatnya ingin diperhatikan . Dalam kepemimpinan ini biasanya aktivitas pendidik lebih produktif kalau gurunya tidak ada.

(12)

Gaya kepemimpinan ini lebih memungkinkan terbinanya sikap persahabatan guru dan peserta didik dengan dasar saling memahami dan saling mempercayai. Peserta didik akan belajar secara produktif baik pada saat diawasi guru maupun tanpa diawasi guru. (http://www.kompasiana.com/agustinus.suhedi)

2.1.6 Fungsi Kepemimpinan

Knech, Crutchfield, dan Ballachey menyebutkan fungsi pemimpin sangat kompleks

a) Pemimpin adalah eksekutif b) Pemimpin sebagai perencana

c) Pemimpin sebagai pembuat kebijaksanaan d) Pemimpin sebagai wasit( pererai ) dan perantara. e) Pemimpin sebagai contoh( teladan )

f) Pemimpin sebagai idiologis g) Pemimpin sebagai figur ayah

h) Pemimpin sebagai tempat menumpahkan segala kesalahan( scapegoat)

2.1.7 Teknik-Teknik Memimpin a. Stimulations

Metode ini mengutamakan pengarahan dengan menstimulir masyarakat agar masyarakat sadar akan apa yang sedang dijalankan oleh pemimpin. Cara semacam ini bersifat menstimulasi atau merangsang subyek.

b. Persuations

Di sini biasanya menggunakan propaganda, sehingga kadang-kadang ada unsur yang menggambarkan keadaan agak berbeda, suatu keadaan yang lebih baik dengan kenyataan.

(13)

Di sini menggunakan kekuatan dalam arti dengan kekerasan atau paksaan. Metode ini biasanya dipakai bila masyarakat belum memiliki kesadaran terhadap usaha yang dijalankan dan sifatnya segera (http://www.kompasiana.com/agustinus.suhedi).

2.2. Guru Sebagai Manager

Peran guru di sekolah tidak hanya sebagai tenaga pendidik, tetapi juga sebagai motivator, informator, mediator, dan fasilitator. Guru lebih sering berkomunikasi dan bertatap muka langsung dengan siswa sehingga guru lebih mengetahui kemampuan siswanya. Dibandingkan orang tua, guru lebih tahu seberapa jauh kemampuan anak didiknya dalam mengikuti pelajaran, karenanya guru tidak hanya sebatas menjelaskan materi pelajaran yang diampunya tetapi juga harus memotivasi anak didiknya agar tetap semangat belajar dan tidak mudah putus asa. Komunikasi yang baik antara guru dan siswa pasti akan menjadikan suasana belajar yang nyaman dan menyenangkan, sehingga semua siswa juga tidak akan merasa bosan mengikuti pelajaran. Perhatian guru kepada siswa juga menjadi semangat tersendiri bagi siswa untuk tetap rajin belajar.

Guru adalah sebagai seorang manajer di dalam organisasi kelas. Sebagai seorang manajer, aktivitas guru mencakup kegiatan merencanaka, mengorganisasi, memimpin, dan mengevaluasi hasil kegiatan belajar mengajar yang dikelolanya.

Tujuan profesional guru adalah melakukan kegiatan mengajar, dan selanjutnya murid memberikan respon-respon yang disebut belajar. Interaksi kedua kegiatan ini mencakup mengajar dan belajar di dalam kelas disebut proses pengajaran. Peranan guru sebagai manajer dalam proses pengajaran :

1. Merencanakan ; menyusun tujuan pengajaran

2. Mengorganisasikan; menghubungkan seluruh sumber daya belajar-mengajar1

3. Memimpin ; memberi motivasi para peserta didik 4. Mengawasi; apakah kegiatan itu mencapai tujuan.

Peran guru sebagi manajer melakukan pembelajaran adalah proses mengarahkan anak didik untuk melakukan kegiatan dalam rangka perubahan tingkah laku (kognitif, afektif dan psikomotorik) menuju kedewasaan.

(14)

Perencanaan dapat mengurangi kecemasan ketidakpastian 1. Perencanaan memberikan pengalaman pembelajaran bagi guru

2. Perencanaan membolehkan para guru untuk mengakomodasi perbedaan individu pada murid.

3. Perencanaan memberikan struktur dan arah untuk pembelajaran Selain dari itu, guru melakukan perencanaan pembelajaran untuk : 1. Menganalisis kebutuhan pendidikan dan pelatihan

2. mengidentifikasi kebutuhan pelatihan / Belajar 3. Menulis tujuan belajar (merumuskan tujuan) 4. Memilih strategi pembelajaran

5. Perbaikan dan Penyesuaian 6. Pelaksanaan program 7. Monitoring program 2.2.2 Pengorganisasian

Pengorganisasian dalam pembelajaran adalah pekerjaan yang dilakukan guru dalam mengatur dan menggunakan dunia belajar dengan maksud mencapai tujuan belajar diantaranya :

I. Cara yang efektif dan efisien, yakni: 1. Memilih alat taktik yang tepat (metode)

2. Memilih alat bantu belajar atau audiovisual yang tepat. 3. Memilih besarya kelas (jumlah murid)

4. Memilih strategi yang tepat. I. Pengelolaan kelas meliputi :

1. Pengolahan yang berkaitan dengan siswa

2. Pengolahan yang berkaitan dengan fisik (ruangan, perabot). 2.2.3 Kepemimpinan pengajaran

Peran guru dalam pembelajaran: 1. memperkokoh motivasi siswa

(15)

Motivasi adalah kebutuhan atau keinginan untuk melakukan sesuatu dan meliputi :

1. Kebutuhan psikologi 2. kebutuhan rasa aman 3. kebutuhan sosial 4. kebutuhan harga diri 5. kebutuhan aktualisasi diri

2.2.4 Mengevaluasi pengajaran Fungsi Evaluasi :

1. untuk diagnostik dan pengembangan 2. untuk seleksi ; jabatan dan jurusan 3. untuk kenaikan kelas

4. untuk penempatan

Manfaat evaluasi pengajaran

1. mengukur kompetensi atau kapabilitas

2. menentukan tujuan mana yang belum direalisasikan 3. merumuskan rangking siswa dalam hal prestasi 4. memberikan informasi guru tentang cacah / strategi.

5. merencanakan prosedur untuk memperbaiki rencana pembelajaran; pengayaan dan remedial. (https://Yayan.wordpress.com/2009/02/17/peranan-guru-sebagai-manajer/)

Pembelajaran efektif hanya ada pada sekolah yang efektif. Karena itu, inti kegiatan sekolah adalah kegiatan belajar mengajar efektif, untuk melahirkan lulusan (outcome) yang memiliki kepribadian yang baik. Sekolah yang efektif memiliki unsur utama :

(16)

4. pengajaran di kelas 5. penilaian

Keberhasilan proses pengajaran yang dilaksanakan akan ditentukan pendayagunaan sumber daya pengajaran yang sesuai untuk mencapai tujuan. Sumber daya pengajaran yang dipilih secara hati-hati yang disiapkan akan dapat mencapai tujuan adalah :

1. Memotivasi pelajar dan meningkatkan perhatian 2. melibatkan pelajar secara lebih kuat

3. pembentukan kepribadian individu dalam pengajaran 4. menjelaskan dan illustrasi

5. memberikan sumbangan ; penguatan / penghargaan

6. memberikan peluang bagi analisis, kinerja dalam perubahan.

Muara dari berfungsinya dengan baik pengelolaan pembelajaran adalah pembelajaran efektif. Artinya dari posisi guru tercipta mengajar efektif dan dari segi murid tercipta belajar efektif. Guru yang berhasil adalah mengajar murid bagaimana memiliki informasi dalam pembicaraan dan membuatnya menjadi milik mereka. Sedangkan pelajar efektif adalah membentuk informasi, gagasan dan kebijaksanaan dari guru mereka dan mengunakan sumber daya belajar secara efektif.

Di sini peran utama dalam pengajaran adalah menciptakan pembelajaran yang kuat atau tangguh. Intinya, adalah proses pembelajaran dipahami sebagai penataan lingkungan yang di dalamnya para pelajar dapat berinteraksi dan belajar bagaimana cara belajar. Untuk mencapai pembelajaran aktif, maka satu aspek penting di dalamnya adalah masalah metode yang digunakan guru dalam menciptakan belajar aktif.

(17)

kegiatan belajar aktif. Namun demikian, tidaklah cukup hanya beberapa metode yang dapat mendorong siswa belajar aktif. Salah satu diantaranya adalah metode penemuan dengan penekanan pada kerangka metode ilmiah. Dalam penerapan metode ilmiah, penemuan, siswa dilatih untuk terbiasa melakukan pengamatan, membuat hipotesis, memunculkan prediksi, menyaji hipotesis, memecahkan masalah, mencari jawaban sendiri, menggunakan kejadian, meneliti, berdialog, melakukan refleksi, mengungkapkan pertanyaan dan mengekspresikan gagasan selama proses pembentukan kontruksi pengetahuan yang baru.

Selain mengajar dan mendidik siswanya, guru juga merupakan orang tua kedua di sekolah. Guru diharapkan dapat membantu siswanya dalam menyelesaikan berbagai masalah yang dialami siswanya. Cara yang konstruktif dalam membantu murid menyelesaikan masalahnya misalnya dengan melakukan hal-hal berikut :

1. Mendengar pasif (Diam). Hal ini merupakan pesan nonverbal yang kuat yang membuat murid merasa diterima dengan tulus dan mendorongnya mengungkapkan masalah dengan lebih dalam. Tapi diam tidak membuktikan bahwa Anda benar-benar menaruh perhatian atau mengerti.

2. Respon Pengakuan. Isyarat non verbal (mengangguk, mengerutkan dahi, tersenyum) dan isyarat verbal (”Oh”, “Saya tahu”) memberitahu murid bahwa anda benar mendengarkan dan menyatakan bahwa anda masih memperhatikan dan anda tertarik (empati). Tapi tidak membuktikan bahwa guru memahami masalahnya.

(18)

4. Mendengar Aktif (Umpan Balik). Membuktikan bahwa pendengar mengerti. Perlu diperhatikan bahwa apa yang dikatakan murid sering merupakan pesan yang telah disandikan. Sebagai contoh pertanyaan “Jam berapa sekarang” dapat berarti pesan bahwa “Saya lapar”. Dengan mendengar aktif murid dan anda akan tahu bahwa pesan yang disampaikan telah diterima dengan benar, dan tidak hanya merespon sandinya saja.

Keberhasilan guru dalam melaksanakan pembelajaran bukan ditentukan oleh satu faktor saja, akan tetapi oleh berbagai faktor internal dan eksternal sekolah. Hubungan ini ada tiga perlakuan yang harus dilakukan adalah :

1. membuat perencanaan yang baik.

2. Komunikasi efektif / pesan yang disampaikan dipahami

3. mengusahakan dengan kesungguhan dan pengharapan tinggi agar siswa memiliki prestasi tinggi.

Dapat dikatakan bahwa pembelajaran akan memikat hati siswa apabila mereka diperintahkan sesuai hal-hal berikut :

1. Sampaikan informasi dalam bahasa mereka (jelas) 2. Berikan contoh tentang hal-hal tersebut,

3. memperkenalkannya dalam berbagai arahan dan keadaan

4. melihat hubungan antara informasi dan fakta atau gagasan lainnya 5. membuat kegunaannya dalam berbagai cara.

6. Memperhatikan beberapa konsekuensi informasi tersebut. 7. Menyatakan perbedaan informasi itu dengan lainnya.

(19)

2.3 Guru Sebagai Motivator

Sejalan dengan pergeseran makna pembelajaran dari pembelajaran yang berorientasi kepada guru (teacher oriented) ke pembelajaran yang berorientasi kepada siswa (student oriented), maka peran guru dalam proses pembelajaran pun mengalami pergeseran, salah satunya adalah penguatan peran guru sebagai motivator. Proses pembelajaran akan berhasil manakala siswa mempunyai motivasi dalam belajar. Oleh sebab itu, guru perlu menumbuhkan motivasi belajar siswa. Untuk memperoleh hasil belajar yang optimal, guru dituntut kreatif membangkitkan motivasi belajar siswa, sehingga terbentuk perilaku belajar siswa yang efektif.

Dalam perspektif manajemen maupun psikologi, kita dapat menjumpai beberapa teori tentang motivasi (motivation) dan pemotivasian (motivating) yang diharapkan dapat membantu para manajer (baca: guru) untuk mengembangkan keterampilannya dalam memotivasi para siswanya agar menunjukkan prestasi belajar atau kinerjanya secara unggul. Kendati demikian, dalam praktiknya memang harus diakui bahwa upaya untuk menerapkan teori-teori tersebut atau dengan kata lain untuk dapat menjadi seorang motivator yang hebat bukanlah hal yang sederhana, mengingat begitu kompleksnya masalah-masalah yang berkaitan dengan perilaku individu (siswa), baik yang terkait dengan faktor-faktor internal dari individu itu sendiri maupun keadaan eksternal yang mempengaruhinya.

Terlepas dari kompleksitas dalam kegiatan pemotivasian tersebut, dengan merujuk pada pemikiran Wina Senjaya (2008), di bawah ini dikemukakan beberapa petunjuk umum bagi guru dalam rangka meningkatkan motivasi belajar siswa

1. Memperjelas tujuan yang ingin dicapai.

(20)

dilibatkan untuk bersama-sama merumuskan tujuan belajar beserta cara-cara untuk mencapainya.

2. Membangkitkan minat siswa.

Siswa akan terdorong untuk belajar manakala mereka memiliki minat untuk belajar. Oleh sebab itu, mengembangkan minat belajar siswa merupakan salah satu teknik dalam mengembangkan motivasi belajar. Beberapa cara dapat dilakukan untuk membangkitkan minat belajar siswa, diantaranya :

 Hubungkan bahan pelajaran yang akan diajarkan dengan kebutuhan siswa. Minat siswa akan tumbuh manakala ia dapat menangkap bahwa materi pelajaran itu berguna untuk kehidupannya. Dengan demikian guru perlu enjelaskan keterkaitan materi pelajaran dengan kebutuhan siswa.

 Sesuaikan materi pelajaran dengan tingkat pengalaman dan kemampuan siswa. Materi pelaaran yang terlalu sulit untuk dipelajari atau materi pelajaran yang jauh dari pengalaman siswa, akan tidak diminati oleh siswa. Materi pelajaran yang terlalu sulit tidak akan dapat diikuti dengan baik, yang dapat menimbulkan siswa akan gagal mencapai hasil yang optimal; dan kegagalan itu dapat membunuh minat siswa untuk belajar. Biasanya minat siswa akan tumbuh kalau ia mendapatkan kesuksesan dalam belajar.

 Gunakan berbagai model dan strategi pembelajaran secara bervariasi, misalnya diskusi, kerja kelompok, eksperimen, demonstrasi, dan lain-lain.

3. Ciptakan suasana yang menyenangkan dalam belajar.

Siswa hanya mungkin dapat belajar dengan baik manakala ada dalam suasana yang menyenangkan, merasa aman, bebas dari rasa takut. Usahakan agar kelas selamanya dalam suasana hidup dan segar, terbebas dari rasa tegang. Untuk itu guru sekali-sekali dapat melakukan hal-hal yang lucu.

(21)

Motivasi akan tumbuh manakala siswa merasa dihargai. Memberikan pujian yang wajar merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk memberikan penghargaan. Pujian tidak selamanya harus dengan kata-kata. Pujian sebagain penghargaan dapat dilakukan dengan isyarat, misalnya senyuman dan anggukan yang wajar, atau mungkin dengan tatapan mata yang meyakinkan.

5. Berikan penilaian.

Banyak siswa yang belajar karena ingin memperoleh nilai bagus. Untuk itu mereka belajar dengan giat. Bagi sebagian siswa nilai dapat menjadi motivasi yang kuat untuk belajar. Oleh karena itu, penilaian harus dilakukan dengan segera agar siswa secepat mungkin mengetahui hasil kerjanya. Penilaian harus dilakukan secara objektif sesuai dengan kemampuan siswa masing-masing.

6. Berilah komentar terhadap hasil pekerjaan siswa.

Siswa butuh penghargaan. Penghargaan bisa dilakukan dengan memberikan komentar positif. Setelah siswa selesai mengerjakan suatu tugas, sebaiknya berikan komentar secepatnya, misalnya dengan memberikan tulisan “bagus” atau “teruskan pekerjaanmu” dan lain sebagainya. Komentar yang positif dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.

7. Ciptakan persaingan dan kerja sama.

(22)

Di samping beberapa petunjuk cara membangkitkan motivasi belajar siswa di atas, adakalanya motivasi itu juga dapat dibangkitkan dengan cara-cara lain yang sifatnya negatif seperti memberikan hukuman, teguran, dan kecaman, memberikan tugas yang sedikit berat (menantang). Namun, teknik-teknik semacam itu hanya bisa digunakan dalam kasus-kasus tertentu. Beberapa ahli mengatakan dengan membangkitkan motivasi dengan cara-cara semacam itu lebih banyak merugikan siswa. Untuk itulah seandainya masih bisa dengan cara-cara yang positif, sebaiknya

membangkitkan motivasi dengan cara negatif dihindari.

(https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/08/22) 2.4 Guru Sebagai Inspirator

Sebagai inspirator guru harus dapat memberikan inspirasi atau petunjuk yang baik bagi kemajuan siswa. Guru harus memberikan petunjuk kepada siswa bagaimana cara belajar yang baik, media apa yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran, sehingga hal tersebut akan melahirkan sebuah inspirasi dan dalam diri siswa tersebut untuk terus belajar guna meraih prestasi. Maka dari itu kita sebagai calon pendidik harus berkepribadian baik, religious, bermoral dan bermartabat agar peserta didik dapat menginspirasi kita sebagai pendidiknya.

Namun dalam dunia pendidikan peran guru sangatlah penting selain nilai – nilai diatas guru pun harus mempunyai menjadi guru kreatif, menjadi seorang guru yang kreatif saat ini tampaknya sudah menjadi suatu keharusan. Sebab, guru yang kreatif akan mampu menciptakan proses pembelajaran yang memudahkan peserta didik menerima materi yang disampaikan dengan proses yang menyenangkan. Selain itu, kreatifitas adalah salah satu modal untuk menjadi guru profesional

(23)

cara yang lebih baik untuk peningkatan kualitas belajar siswa. (3) Kembangkan gagasan sebanyak-banyaknya. Guru kreatif akan selalu mencari banyak solusi dan alternatif. Dia akan mengembangkan kreativitas dan imajinasi yang dia punya untuk meningkatnya kualitas pembelajaran. (4) Ciptakan model pembelajaran yang menarik dan menyenangkan. Seorang guru yang kreatif akan selalu berpatokan pada ‘Learning is fun’. Dia akan selalu menciptakan model dan metode pembelajaran yang menyenangkan sehingga anak didiknya merasa tertarik tentang apa yang dia sampaikan dan tidak merasa jenuh dalam kegiatan belajar

Selama ini ada banyak memang guru yang sudah mampu menjadi inspirator bagi murid-muridnya. Namun peran tersebut masih dianggap bukan hal yang utama. Cukup mendidik dan mengajar, memberi ilmu, guru merasa sudah memenuhi sebagian besar tugasnya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kata “inspirasi” adalah kata benda yang berarti “ilham”. Sedangkan kata “ilham” sendiri memiliki tiga arti yakni petunjuk Tuhan yang timbul di hati, berarti pula pikiran (angan-angan) yang timbul dari hati atau bisikan hati dan bermakna pula sesuatu yang menggerakkan hati untuk mencipta (mengarang syair, lagu, dsb). Dalam hal ini berarti seorang guru harus mampu membangkitkan pikiran atau angan-angan muridnya untuk melakukan sesuatu atau menjadi sesuatu yang positif (cita-cita atau keinginan). Guru juga harus bisa menggerakan hati anak didiknya untuk menciptakan sesuatu, membuat sesuatu, berusaha, berjuang dan mengikuti sesuatu yang diyakininya benar dan baik.

(24)

Lanjut Ngainun, guru inspiratif tidak hanya melahirkan daya tarik dan spirit perubahan terhadap diri siswanya dari aspek diri pribadinya semata, tetapi ia juga harus mampu mendesain iklim dan suasana yang juga inspiratif.

Penciptaan pola yang inspiratif akan semakin memperkukuh karakter dan sifat inspiratif yang ada pada diri guru. Perpaduan keduanya yaitu karakter diri guru dan suasana pembelajaran akan menjadikan dimensi inspiratif, semakin menemukan momentum untuk mengkristalkan dan membangun energi perubahan positif dalam diri setiap siswa. Tambah Ngainun, dalam usaha untuk menciptakan iklim pembelajaran yang inspiratif, aspek paling utama yang harus diperhatikan oleh guru adalah bagaimana guru mampu untuk menarik dan mendorong minat siswa untuk tenang dan menyukai terhadap pelajaran. “Penciptaan suasana pembelajaran yang inspiratif sangat penting artinya untuk semakin mengukuhkan dan mendukung kekuatan inspiratif yang bersumber dari diri pribadi guru. Dua aspek ini: pribadi guru dan suasana pembelajaran, pada gilirannya akan mampu mengakumulasikan potensi dalam diri para siswanya untuk semakin meningkatkan kapasitas dan kapabilitasnya. “ jelasnya.

Katanya, modal inilah yang pada gilirannya dapat dilejitkan untuk melakukan perubahan menujuh arah pencapaian cita-cita hidup, baik jangka pendek maupun jangka panjang. “Dalam jangka pendek, para siswa mampu menjadi siswa dengan prestasi belajar yang memuaskan. Sedangkan cita-cita jangka panjangnya adalah bagaimana menjadi pribadi yang sukses dalam makna yang luas; sukses hidup, keluarga, profesi, social, dan kemasyarakatan.” ucap Ngainun.

(25)

kurang dari 1%. Ia bukan guru yang mengejar kurikulum tetapi mengajak murid-muridnya berfikir kreatif (maximum thinking). Ia mengajak murid-murid-muridnya melihat sesuatu dari luar (thinking out of box) mengubahnya di dalam lalu membawa kembali keluar, ke masyarakat luas. Guru kurikulum melahirkan manajer-manajer handal, guru inspiratif melahirkan pemimpin-pembaru yang berani menghancurkan aneka kebiasaan lama.”

Melihat kondisi pendidikan/system sekolah umumnya di Indonesia, guru-guru memang terbelenggu oleh ketentuan administrative yang harus dipatuhi seperti target pencapaian kurikulum, ketuntasan belajar, silabus, RPP dan sebagainya. Sesuai dengan ketentuan yang ada bahwa wujud pelaksanaan pendidikan di sekolah tertuang dalam bentuk kegiatan intra kurikuler dan ekstrakurikuler. Dalam kegiatan intrakurikuler sangat jarang guru dalam interaksinya dengan murid-muridnya mampu mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki mereka. Padahal tujuan pendidikan yaitu pengembangan secara menyeluruh dari seluruh potensi anak didik melalui kreatifitas dan berpikir kreatif. Hal ini memperlihatkan bahwa pendidikan memiliki arti sebagai pengembangan potensi manusia.

Selama ini guru lebih menekankan pada pendekatan intelektual/intelgensia atau hanya mengejar nilai. Sedangkan ketrampilan hidup dan bersosialisasi tidak diajarkan. Seorang anak dilihat berdasarkan nilai ulangan yang didapat bukan kemampuan diri secara keseluruhan. Kondisi ini dapat mendorong anak untuk mencontek atau melakukan usaha-usaha yang tidak baik karena tuntutan angka sehingga nilai-nilai pendidikan terabaikan.

Ada 3 (tiga) pendekatan yang bisa dilakukan oleh guru dalam proses pembelajaran dikelas agar menjadi sumber inspirasi atau pemberi inspirasi :

1. Melalui Pendekatan Kecerdasan Emosional

(26)

Kecerdasa ini berkaitan dengan kesadaran terhadap ruang, kesadaran pada sesuatu yang tampak, dan penguasaan matematika. Sedangkan pada lapisan tengah otak (limbic system) terletak pengendali emosi dan perasan manusia yang memungkinkan manusia luwes dalam bergaul, penolong sesama, setia kawan dan bertanggung jawab. Perilaku inilah yang disebut kecerdasan emosional/EQ (emotional quotient) yang dapat dimaknai serangkaian kecakapan untuk melapangkan jalan di dunia yang penuh liku-liku permasalahan social. Pada ranah inilah saya pikir, guru bisa membangkitkan potensi anak didiknya untuk menempuh kesuksesan dengan mengembangkan rasa simpati dan empati pada sesama, sifat kerja keras dan bertanggung jawab. Menurut penelitian yang dilakukan oleh pakar psikolog yaitu Steven J. Stein dan Howard E. Book, bahwa IQ hanya berperan dalam kehidupan manusia dengan besaran maksimum 20%, bahkan hanya 6%. Jadi pendekatan emosional yang dilakukan guru terhadap siswanya ketika interaksi di kelas, bisa mendorong siswa untuk sukses dengan tidak hanya mengandalkan dari sisi IQ-nya saja. Pendekatan emosional yang bisa dilakukan misalnya dengan selalu menebarkan energi positif pada anak didik, toleransi terhadap ketidaksempurnaan, dan mencintai sepenuh hati anak didik dengan perbedaan yang dimiliki mereka.

2. Melalui Pendekatan Kecerdasan Spiritual

Pada ranah ini, pendekatan yang harus dilakukan oleh guru adalah meningkatkan potensi siswa dengan membangkitkan spiritual quotient dengan cara menanamkan/mengajarkan nilai-nilai kebenaran yang terkandung dalam agama. Pondasinya sesuatu yang baik dan indah. Dalam pengertian umum bisa bermakna positif termasuk kejujuran, kebajikan, keindahan dan keramahan. Dalam belajar atau bekerja adalah bagaimana seseorang dapat belajar/bekerja dengan jujur dan amanah dan mengerjakan sesuatunya secara benar-sesuai peraturan yang ditetapkan. Guru bisa menanamkan kepada setiap anak didik/siswa bahwa setiap yang dilakukan oleh kita manusia adalah bernilai ibadah dan sebagai manusia harus bisa memberi manfaat bagi manusia yang lain.

(27)

Menurut Edward L. Thondrike kecerdasan social (socialintelligence) adalah kemampuan untuk saling mengerti sesama manusia dan bijaksana dalam hubungan sesama manusia. Dia menegaskan kecerdasan sosial berbeda dengan kemampuan akademik. Saat ini banyak tudingan terhadap dunia pendidikan dimana produk pendidikan kita adalah manusia-manusia yang biasa menyikut orang untuk mempertahankan kepentingannya karena kurikulum ternyata mendorong orang semakin cerdas sekaligus menyuburkan sikap-sikap individualistic alias mementingkan diri sendiri. Gaya hidup ini menghapus bersih sikap kerja sama, tenggang rasa, simpati, empati dan budi pekerti yang luhur. Bayangkan bila penguasa masa depan adalah produk dari dunia pendidikan seperti ini. William Chang, seorang pemerhati social menyebut fenomena ini menghasilkan manusia yang bereaksi lamban. Kelambanan bereaksi ditafsirkan akibat rendahnya kecerdasan sosial. Sisi inilah yang barangkali bisa digali dan dikembangkan oleh guru pada anak didiknya. Harus disadari bahwa latar belakang sosial anak didik berbeda-beda baik suku, bahasa, agama, bahkan tingkat ekonominya. Disisi lain manusia sebagai makhluk social tidak bisa hidup sendiri. Oleh karena itu penting kiranya mengembangkan sikap kerja sama, tenggang rasa, simpati, empati dan budi pekerti yang luhur pada setiap anak didik. Cara yang bisa dilakukan adalah dengan mempraktekan 5 S (senyum, sapa, salam, sabar dan syukur). Pendekatan di atas sebagai motivasi bagi kita untuk bisa berbuat lebih bayak dan lebih baik.

Jadi Sebagai inspirator guru harus dapat memberikan inspirasi atau petunjuk yang baik bagi kemajuan siswa. Guru harus memberikan petunjuk kepada siswa bagaimana cara belajar yang baik, media apa yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran, sehingga hal tersebut akan melahirkan sebuah inspirasi dan dalam diri siswa tersebut untuk terus belajar guna meraih prestasi.

Sebagai contoh guru telah menorehkan tinta dalam sejarah Indonesia untuk mengubah kehidupannya dan menuntut keadilan, guru melakukan demo besar-besaran. Kegiatan demo ini akan menginsfirasikan pada siswa hal yang positif dan negetif. Inspirasi positif yang muncul dalam benak siswa seperti:

(28)

terilhami bahwa tidak ada namanya jalan buntu dalam memperjuangkan sesuatu. Selalu ada jalan menuju Roma.

Inspirasi kedua bisa datang dari tidak kompaknya para guru di beberapa Kecamatan dalam menyikapi ajakan demo dari PGRI. Dari sini sang murid bisa melihat bahwa berbeda pendapat adalah sah-sah saja selama memiliki landasan pemikiran yang rasional. Lebih baik memilih bersikap berbeda daripada menjadi bunglon yang hanya mau memetik keuntungan saja dari perjuangan yang susah payah dilakukan rekan-rekannya yang lain.

Inspirasi ketiga, murid-murid mereka akan belajar untuk tidak takut untuk menyuarakan pendapat. Sebelum demo dilakukan mungkin para guru merasakan tekanan dari berbagai pihak untuk tidak melakukan hal-hal yang bisa merugikan pihak lain. Meskipun tidak semua siswa mereka peka terhadap persoalan yang tengah dihadapi guru mereka sebelumnya, bagi sebagian siswa terutama yang sudah duduk di pendidikan menengah mungkin akan bisa lebih merasakannya. Karenanya butuh energi yang cukup besar dari para guru ketika memutuskan untuk menyuarakan pendapatnya. Inspirasi Keempat, bisa juga muncul inspirasi bahwa suatu hal yang diperjuangkan akan lebih mudah tercapai apabila dilakukan bersama-sama. Bukankah para guru sering mengajarkan bahwa satu lidi tidak akan mampu membersihkan kotoran daripada seratus lidi yang diikat menjadi satu? Demo guru memberikan contoh konkret terhadap apa yang telah mereka ajarkan.

Inspirasi Kelima, anak-anak pun akan belajar untuk berpikir kritis sebagaimana yang dicontohkan guru-guru mereka dalam demo itu. Maka jangan kaget kalau suatu saat murid mereka bisa bersikap kritis kepada mereka.

(29)

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Kepemimpinan guru pada dasarnya merupakan suatu proses untuk mempengaruhi orang lain yang didalamnya berisi serangkaian tindakan atau perilaku tertentu terhadap invididu yang dipengaruhinya. Kepemimpinan guru tidak hanya sebatas pada peran guru dalam konteks kelas pada saat berinteraksi dengan siswanya tetapi menjangkau pula peran guru dalam berinteraksi dengan kepala sekolah dan rekan sejawat, dengan tetap mengacu pada tujuan akhir yang sama yaitu terjadinya peningkatan proses dan hasil pembelajaran siswa.

2. Peranan guru sebagai manajer dalam proses pengajaran : a) Merencanakan ; menyusun tujuan pengajaran

b) Mengorganisasikan; menghubungkan seluruh sumber daya belajar-mengajar

c) Memimpin ; memberi motivasi para peserta didik d) Mengawasi; apakah kegiatan itu mencapai tujuan.

3. petunjuk umum bagi guru dalam rangka meningkatkan motivasi belajar siswa a) Memperjelas tujuan yang ingin dicapai.

b) Membangkitkan minat siswa.

c) Ciptakan suasana yang menyenangkan dalam belajar.

d) Berilah pujian yang wajar terhadap setiap keberhasilan siswa. e) Berikan penilaian.

f) Berilah komentar terhadap hasil pekerjaan siswa g) Ciptakan persaingan dan kerja sama.

(30)

3.2 Saran

(31)

DAFTAR PUSTAKA

Abu ,Ahmadi., 2009 , Psikologi Sosial, Cetakan 3 ( edisi Revisi ), PT. RINEKA CIPTA Ahmad, Sudjarat.,2008,

(https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/08/22/peran-guru-sebagai-motivator-dalam-ktsp/, diakses tanggal 25 April 2017)

---,2013, (https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2013/05/02/kepemimpinan-guru-teacher leadership-2/, dikases tanggal 25 April 2017)

Ahmad, Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, Bandung, Remaja Rosdakarya Arernds,Richard I.2008. Learning to Teach. Jogjakarta: Pustaka Pelajar

Ary, Gunawan, 2000, Sosiologi Pendidikan : suatu analisis sosiologi tentang berbagai problem pendidikan, Jakarta ,Rineka Cipta.

Damas, 2013, (http://damastugaskuliah.blogspot.co.id/2013/05/profesi-guru-sebagai-inspirator.html, dikases tanggal 25 April 2017)

Roestiyah N K, 2001. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta.

Suhedi, 2014, (http://www.kompasiana.com/agustinus.suhedi/kepemimpinan-guru-dalam-pendidikan_551fac11813311f3379df32f, dikases tanggal 25 April 2017) Usman, Moh Uzer., 2002, Menjadi Guru Profesional, Bandung, Remaja Rosdakarya. Wina Senjaya. 2008. Strategi Pembelajaran; Berorientasi Standar Proses Pendidikan.

Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Referensi

Dokumen terkait

Menggunakan ftur nilai data tertentu untuk memunculkan analisis dalam peta. The Arc/Info Method Environmental System

Membantu siswa mengembangkan pola perilaku untuk dirinya; setiap siswa berasal dari latar belakang yang berbeda, mempunyai karakteristik yang berbeda dan kemampuan yang berbeda

eBook RUNTUHNYA MAJAPAHIT oleh Damar Shashangka Page 26 Selesai bertandang di Ampel, Raden Hassan yang kini dikenal dengan nama Raden Patah melanjutkan perjalanan ke ibu kota

Maka dari itu, penulis melakukan penelitian dengan menggunakan metode eksperimen untuk mengukur pengaruh model Kunjung karya terhadap kemampuan menulis pantun yang

1) Ibu Sarwati Rahayu, ST., MMSI sebagai dosen pembimbing yang selalu sabar dan telah bersedia untuk meluangkan waktu untuk membimbing, memeriksa, serta memberikan

Dari semua tekanan dalam pekerjaan, terkadang saya merasa stres untuk melakukan hal yang menurut saya menyenangkan ketika berada dalam rumah.. Saya merasa resah ketika

Pada umumnya data ini berskala kecil, dalam identitas data dan model yang dapat dilakukan dalam satu file data atau lebih, sedangkan melalui 'file external data' terdiri dari 2

Yang akan bahas di dalam jurnal ini adalah memberikan informasi kepada mahasiswa dan pelajar menggunakan cara baru dalam penulisan kutipan dengan cepat, efektif, dan efisien,