• Tidak ada hasil yang ditemukan

Processing and utilization leachate as liquid fertilizer to support the development of sustainable waste disposal site. (case study at waste landfill in Bogor District)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Processing and utilization leachate as liquid fertilizer to support the development of sustainable waste disposal site. (case study at waste landfill in Bogor District)"

Copied!
224
0
0

Teks penuh

(1)

Pengolahan Lindi dan Potensi Pemanfaatannya

sebagai Pupuk Cair untuk Mendukung

Pengembangan TPA Sampah Lestari

(Studi Kasus TPA Sampah Galuga di Kabupaten Bogor)

Nurhasanah

P062020061

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi “Pengolahan Lindi dan Potensi

Pemanfaatannya sebagai Pupuk Cair untuk Mendukung Pengembangan TPA Sampah Lestari (Studi Kasus TPA Sampah Galuga di Kabupaten Bogor)” adalah karya saya

sendiri dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada Perguruan Tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.

Bogor, 11 Januari 2012

Nurhasanah

(4)

ABSTR ACT

NURHASANAH. Processing and Utilization Leachate as Liquid Fertilizer to Support the Development of Sustainable Waste Disposal Site. (Case study at Waste Landfill in Bogor District). Under supervision of LATIFAH K, DARUSMAN, SURJONO HADI SUTJAHJO and BIBIANA WIDIYATI LAY.

Until recently, leachate has been an unsolvable problem in most cities in Indonesia. Most of them has not been processed properly. It causes pollution in water bodies around the final waste disposal. Moreover, the process of leachate into usefull materials as liquid fertilizer and apllying it at planting, have not been done. The objectives of this research were to obtain environmentally safe effluent and liquid fertilizer from leachate from a Final Waste Disposal Site in Galuga owned by Regional Government of Bogor City. This research was conducted from July 2006 through to April 2007. The experiment was started by aerating the leachate at 4 difference aeration rates (0, 10, 30 and 70 liters/minute) followed by passing through the effluent from the upper side of column of zeolite that has three difference particle sizes (5-10, 10-20 and 20-30 mesh). The experiment of production liquid fertilizer was carried out by adding lime or KMnO4 with different dosage into sediment generated from processing by aerating at 70 liters/minute followed by centrifugation process or shaker. Further, the liquid fertilizer generated from such experiment were applied to chili’s plant (Capsicum annum). The research results shows that the 2 phases processing conducted by aerating at the rate 70 liters/minute and passed to 20-30 mesh zeolite particles was the most effective in reducing pollutants from leachate. The addition of 1000 ppm CaO or Ca(OH)2 limes in sediment from aeration is the most effective in depositing the dissolved material and the addition of 0.01% KMnO4 combined with the addition of 1000 ppm CaO was the most effective in depositing the dissolved material compared to the addition of KMnO4 in other dosage. Liquid fertilizer generated through the addition of 1000 ppm CaO followed by centrifugation have the content of (ppm) N = 375,83, P = 121,44, K = 948,11, Ca = 8300,00, Mg = 959,50, S = 48,53, Cu = 9,83, Zn = 35,68, Mn = 264,81, Fe = 348,24, Pb = 13,53, Cd = 7,86 and Cr = 2,27; and liquid fertilizer generated through the addition of 0.01% KMnO4 and 1000 ppm CaO has the content of (ppm) N = 306,40, P = 93,90, K = 1023,08, Ca = 8146,10, Mg = 897,50, S = 39,23, Cu = 16,72, Zn = 39,42, Mn = 429,25, Fe = 362,82, Pb = 16,25, Cd = 9,62 and Cr = 2,43. The use of liquid fertilizer generated by adding 1000 ppm CaO followed by centrifugation were the most effective in enhancing vegetation growth and production of chili’s fruits. The non essential element (Pb, Cd and Cr) in fruits from vegetation given liquid fertilizer produced from such treatment did not exceed tolerable threshold.

(5)

RINGKASAN

NURHASANAH. Pengolahan Lindi dan Potensi Pemanfaatannya sebagai Pupuk Cair untuk Mendukung TPA Sampah Lestari (Studi Kasus pada TPA sampah Galuga di Kabupaten Bogor), di bawah bimbingan LATIFAH K. DARUSMAN, SURJONO HADI SUTJAHJO dan BIBIANA WIDIYATI LAY.

Hingga saat ini, lindi dari tempat pembuangan akhir sampah masih selalu menjadi sumber masalah di kota-kota di Indonesia. Hal itu terjadi karena umumnya lindi belum dikelola dengan baik. Lindi belum diolah secara maksimal menjadi efluen yang aman dialirkan ke lingkungan hingga lindi selalu mencemari badan-badan air di sekitar tempat pembuangan akhir (TPA) sampah. Apabila hal ini terus dibiarkan, dikhawatirkan akan menimbulkan penolakan masyarakat terhadap keberadaan TPA sampah di wilayahnya.

Pada dasarnya, TPA sampah tidak akan dipermasalahkan oleh masyarakat di sekitar TPA sampah apabila keberadaan TPA sampah tidak menyebabkan pencemaran baik pencemaran yang disebabkan oleh sampah padat atau lindinya. Apabila keberadaan TPA sampah dapat memberikan keuntungan bagi masyarakat baik keuntungan yang diperoleh dari sampah padat maupun dari lindinya diharapkan akan menumbuhkan rasa memiliki masyarakat terhadap TPA sampah dan bahkan diharapkan masyarakat sekitar TPA sampah justru yang menginginkan agar TPA sampah tetap berada di wilayahnya.

Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan efluen yang aman bagi lingkungan dan bahan pupuk cair dari lindi yang berasal dari tempat pembuangan akhir sampah Galuga yang berada di wilayah Kabupaten Bogor. Penelitian ini telah dilakukan dari bulan Juli 2006 hingga bulan April 2007. Penelitian ini merupakan penelitian berskala laboratorim menggunakan drum plastik yang diberi dua kran di bagian bawahnya. Kran pertama berada sekitar 25 cm dari dasar drum untuk mengeluarkan efluen yang aman dialirkan ke lingkungan dan kran kedua berada pada dasar drum untuk mengeluarkan efluen yang akan diolah menjadi bahan pupuk cair.

(6)

berbeda (5 –10 mesh, 10 –20 mesh dan 20 – 30 mesh) untuk mengurangi polutan yang masih tersisa. Percobaan pembuatan bahan pupuk cair diawali dengan menambahkan kapur (CaO, Ca(OH)2, CaCO3atau dolomit) pada 11 dosis yang berbeda (500, 750, 1000, 1250, 1500, 1750, 2000, 3000, 4000, 5000, 6000 ppm) pada efluen yang dikeluarkan dari kran bawah hasil olahan aerasi pada laju 70 liter/menit. Kemudian kedua bahan ini diaduk agar tercampur merata. Upaya untuk mendapatkan kadar logam mikro yang lebih maksimal, maka pada campuran tersebut diproses lebih lanjut melalui sentrifugasi atau pengocokan. Oleh karena perlakuan pemberian 1000 ppm CaO atau Ca(OH)2 menyebabkan nilai Total Dissolve Solid (TDS) pada sentratnya paling rendah, maka perlakuan ini dicobakan kembali dengan cara yang sama dan mengkombinasikannya dengan pemberian KMnO4 pada empat dosis yang berbeda (0, 0,01, 0,02 dan 0,03%). Bahan pupuk cair yang dihasilkan dari percobaan tersebut diaplikasikan sebagai pupuk daun (dosis 4ml/liter) pada pertanaman cabai (Capsicum annum). Sebagai pembanding, pada percobaan ini juga digunakan pupuk cair komersial (Alami, Lauxin®, Kontanikdan Petrovita®).

Hasil percobaan pengolahan lindi menjadi air yang aman bagi lingkungan melalui cara aerasi dan penggunaan zeolit menunjukkan bahwa pengolahan dua tahap yang dilakukan dengan pemberian udara pada laju 70 liter/menit yang dilanjutkan dengan melewatkan efluennya pada zeolit yang berukuran partikel 20 – 30 mesh memiliki efektivitas menurunkan polutan tertinggi dan efluennya memiliki kadar polutan terendah. Polutan yang dapat diturunkan hingga di bawah baku mutu melalui perlakuan ini adalah COD, TDS, TSS,E. coli, Cu dan Pb.

(7)

Ca(OH)2pada endapan hasil aerasi pada laju 70 liter/menit yang dikeluarkan dari kran bawah menunjukkan nilai TDS pada sentrat terendah dan perlakuan ini paling efektif dalam mengendapkan Cu, Zn dan Fe. Bahan pupuk cair yang dihasilkan melalui penambahan 1000 ppm CaO diikuti oleh proses sentrifugasi memiliki kadar (ppm) N = 375,83, P = 121,44, K = 948,11, Ca = 8300,00, Mg = 959,50, S = 48,53, Cu = 9,83, Zn = 35,68, Mn = 264,81, Fe = 348,24, Pb = 13,53, Cd = 7,86 dan Cr = 2,27; sedangkan bahan pupuk cair yang dihasilkan melalui penambahan 0,01% KMnO4 dan 1000 ppm CaO yang diikuti oleh proses sentrifugasi memiliki kadar (ppm) N = 306,40, P = 93,90, K = 1023,08, Ca = 8146,10, Mg = 897,50, S = 39,23, Cu = 16,72, Zn = 39,42, Mn = 429,25, Fe = 362,82, Pb = 16,25, Cd = 9,62 dan Cr = 2,43.

Hasil percobaan rumah kaca menunjukkan bahwa pemanfaatan bahan pupuk cair yang dihasilkan melalui penambahan 1000 ppm CaO atau 0,01% KMnO4 dengan 1000 ppm CaO paling efektif dalam meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman yang ditunjukkan oleh tinggi tanaman, bobot brangkasan, jumlah buah dan bobot buah dari perlakuan ini lebih tinggi dibanding tinggi tanaman, bobot brangkasan, jumlah buah dan bobot buah dari tanaman yang diberi pupuk cair berbahan dasar lindi yang diberi perlakuan lainnya. Tinggi tanaman, bobot brangkasan, jumlah buah dan bobot buah dari tanaman yang diberi pupuk cair berbahan dasar lindi yang diberi perlakuan ini tidak nyata berbeda dibanding tinggi tanaman, bobot brangkasan, jumlah buah dan bobot buah dari tanaman yang diberi pupuk cair komersial. Kadar logam mikro non essensial (Pb, Cd dan Cr) dalam buah dari tanaman yang diberi pupuk cair yang dihasilkan dari perlakuan tersebut tidak melebihi ambang batas yang dapat ditoleransikan.

(8)

© Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2011 Hak cipta dilindungi undang-undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber.

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah.

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. 2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau

(9)

Pengolahan Lindi dan Potensi Pemanfaatannya

sebagai Pupuk Cair untuk Mendukung

Pengembangan TPA Sampah Lestari

(Studi Kasus TPA Sampah Galuga di Kabupaten Bogor)

Nurhasanah

P062020061

Disertasi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor

pada Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(10)

Penguji luar komisi pada ujian tertutup : 1. Dr. Ir. Widiatmaka, DAA

2. Dr. Ir. Etty Riani, MS

Penguji luar komisi pada ujian terbuka : 1. Dr. Nonon Saribanon, MSi

(11)

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Disertasi : Pengolahan Lindi dan Potensi Pemanfaatan sebagai Pupuk Cair untuk Mendukung Pengembangan TPA sampah Lestari (Studi Kasus di TPA Sampah Galuga di Kabupaten Bogor)

Nama : Nurhasanah

NRP : P062020061

Program Studi : Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan

Disetujui Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Latifah K. Darusman, MS Ketua

Prof. Dr. Bibiana Widiyati Lay, MSc Prof. Dr. H. Surjono Hadi Sutjahjo, MS

Anggota Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana IPB Pengelolaan Sumberdaya Alam

dan Lingkungan

(12)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah S.W.T karena atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga disertasi ini dapat diselesaikan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Doktor pada Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini

berjudul “Pengolahan Lindi dan Potensi Pemanfaatannya sebagai Pupuk Cair untuk Mendukung Pengembangan TPA Sampah Lestari (Studi Kasus TPA Sampah Galuga di Kabupaten Bogor)”yang dilaksanakan mulai bulan Juli 2006 hingga April 2007.

Selama melaksanakan penelitian dan penulisan disertasi ini, penulis banyak mendapat bantuan baik moril maupun materil serta bimbingan dari berbagai pihak sehingga pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :

1. Prof. Dr. Latifah K. Darusman, MS selaku Ketua Komisi Pembimbing, dan Prof. Dr. H. Surjono Hadi Sutjahjo, MS maupun Prof. Dr. Bibiana Widiati Lay, MSc selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk membimbing dan mengarahkan serta memberi saran demi kemajuan penulisan dan menyempurnakan tulisan ini.

2. Prof. Dr. Surjono Hadi Sutjahjo, MS yang pada saat beliau masih menjabat Ketua Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor selalu memacu, memotivasi dan memberikan solusi atas setiap permasalahan yang penulis hadapi serta meluangkan waktu setiap saat diperlukan dalam memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis agar penulis dapat menyelesaikan studi.

3. Prof. Dr. Ir. Cecep Kusmana, MS selaku Ketua Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor atas perkenan beliau yang mengijinkan penulis meneruskan pendidikan di program studi ini.

(13)

5. Penguji Luar Komisi pada saat Ujian Tertutup (Dr. Ir. Widiatmaka, DAA dan Dr. Ir Etty Riany, MS) dan Penguji Luar Komisi pada saat Ujian Terbuka (Dr. Nonon Saribanon, MSi dan Dr. Ir. Syaiful Anwar, MSc) yang telah memberikan banyak masukan yang berarti bagi perbaikan Disertasi ini.

6. Rektor, Pembantu Rektor I, Dekan FMIPA, Pembantu Dekan I FMIPA, Pembantu Dekan II FMIPA, Ketua Program Studi Agribisnis FMIPA, Direktur, Asisten Direktur I dan Asisten Direktur II Program Pascasarjana Universitas Terbuka yang telah memotivasi penulis dan memberikan solusi agar penulis dapat menyelesaikan studi.

7. Prof. Dr. Atwi Suparman, MSc, mantan Rektor UT yang pada saat menjabat sebagai Rektor UT telah memberikan perpanjangan tugas belajar selama 1 tahun sehingga penulis dapat melaksanakan penelitian.

8. Pimpinan Dikti dan Penanggung Jawab Program Beasiswa BPPS yang telah membiayai pelaksanaan tugas belajar ini.

9. Prof. Dr. H. Surjono Hadi Sutjahjo, Prof. Dr. Bibiana Widiati Lay, MSc, Dr. Catur Herison, MSc dan Dr. Rustikawati, MSi selaku Penanggung Jawab dan Pengelola Dana Hibah Pascasarjana dari Direktur P2M DIKTI yang telah membantu sebagian dana penelitian.

10. Dr. Hilman, Penanggung Jawab Laboratorium Konservasi Seameo Biotrop Bogor atas bantuan mengijinkan penulis menggunakan laboratorium dan rumah kaca.

11. Staf Laboratorium Servis Seameo Biotrop Bogor yang telah membantu analisis. 12. Staf Laboratorium Kimia Fisik, Jurusan Ilmu Kimia, Institut Pertanian Bogor yang

telah membantu analisis.

13. Staf Laboratorium Kimia Tanah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Institut Pertanian Bogor yang telah membantu analisis.

(14)

Akhir kata, semoga kepada semua pihak yang telah membantu mendapat ganjaran kebaikan dari Allah S.W.T. Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih belum sempurna dan dengan segala kerendahan hati, penulis menerima segala masukan, kritikan dan saran agar tulisan ini dapat disempurnakan sesuai dengan yang diharapkan. Selanjutnya, penulis berharap semoga karya ini dapat bermanfaat bagi Pemerintah terutama yang diberi kewenangan dalam menangani Tempat Pembuangan Akhir Sampah maupun pihak lain yang membutuhkannya.

(15)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 11 Nopember 1963 di Jakarta Pusat, merupakan anak ketiga dari tujuh bersaudara dari ayah M. Romdid dan ibu Marwiyah. Penulis menamatkan Pendidikan Dasar tahun 1975 di SDN Tanah Tinggi II Jakarta Pusat; Pendidikan Menengah Tingkat Pertama tahun 1979 di SMPN LXXVIII Jakarta Pusat; Pendidikan Menengah Atas tahun 1982 di SMPPN I Jakarta Pusat. Pada tahun yang sama, penulis diterima menjadi mahasiswa di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Perintis II (PP II) dan lulus sebagai Sarjana Ilmu Tanah pada tahun 1986. Pada tahun 1996, penulis mendapat kepercayaan mengikuti Pendidikan Pascasarjana strata dua (S2) pada Jurusan Ilmu Tanah di Institut Pertanian Bogor dan meraih gelas Magister Sains (MSi) pada tahun 2000. Selanjutnya, pada tahun 2002 hingga sekarang, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Pascasarjana strata tiga (S3) pada Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Pada tahun 1988 penulis diangkat menjadi pegawai negeri sebagai dosen di Universitas Terbuka dpk. Unit Program Belajar Jarak Jauh Universitas Terbuka (UPBJJ-UT) Palembang hingga tahun 1990. Awal tahun 1991, penulis pindah ke UPBJJ-UT Bogor dengan status yang sama. Pada bulan Nopember tahun 2004, penulis ditugaskan di Unit Pascasarjana Universitas Terbuka Pusat, di Pondok Cabe Ciputat Tangerang.

(16)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ………... xx

DAFTAR GAMBAR ………. xxiv

I. PENDAHULUAN ………... 1

1.1 Latar Belakang ………... 1

1.2 Kerangka Pemikiran ………... 2

1.3 Tujuan Penelitian ………... 5

1.4 Hipotesis ………... 5

1.5 Manfaat ………... 5

1.6 Novelty ………... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA ………... 6

2.1 TPA Sampah dan Pembentukan Lindi ………... 6

2.2 Karakteristik Lindi ...………... 7

2.2.1 BOD danCOD ……….... 9

2.2.2 Bahan Anorganik ………... 10

2.2.3 Bakteri Patogen ………... 12

2.2.4 Total Dissolve Solid,Total Suspended Soliddan Padatan Mengendap ... 13

2.3 Pengaruh Lindi terhadap Lingkungan ………... 14

2.3.1 Gangguan terhadap Kesehatan ………... 14

2.3.2 Gangguan terhadap Kehidupan Biotik ……….... 14

2.3.3 Gangguan terhadap Keindahan dan Kenyamanan ... 15

(17)

2.4 Pengolahan Air Limbah ………. 15

2.4.1 Pengolahan Aerasi ……… 17

2.4.2 Penggunaan Zeolit untuk Menurunkan Polutan dari Limbah Cair 24 2.5 Potensi Lindimenjadi Pupuk Cair ………... 29

2.6 Upaya Mengendapkan Logam Mikro melalui Penambahan Kapur atau KMnO4maupun Proses Fisik ... 32

2.7 Beberapa Logam Mikro yang terdapat pada Lindi dan Manfaatnya bagi Tanaman ………... 35

2.8 Pupuk dan Pemupukan ………... 36

2.8.1 Jenis Unsur Hara yang Dibutuhkan Tanaman ……..………….. 36

2.8.2 Jenis-Jenis Pupuk Cair ………... 36

2.8.3 Dasar dalamMelakukan Pemupukan ……….. 38

2.8.4 AnalisisStatus Hara ………... 39

III. METODE PENELITIAN ………... 40

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ……….... 40

3.2 Tahapan Penelitian ..………... 40

3.3 Pengolahan Tahap I (Pengolahan Aerasi melalui Pemberian Udara pada Laju yang Tinggi) …... 43

3.3.1 Tujuan ………... 43

3.3.2 Bahan dan Alat ………... 43

3.3.2 Rancangan Percobaan ………... 44

3.3.3 Pelaksanaan ……….……... 44

3.3.5 Analisis Data ………... 44

3.3.6 Metode Analisis ………... 44

3.4 Pengolahan Lanjutan terhadap Efluen Hasil Aerasi Menggunakan Zeolit sebagai Penjerap Polutan ……… 45

3.4.1 Tujuan ………... 45

3.4.2 Bahan dan Alat ………... 45

(18)

3.4.4 Pelaksanaan ……….……... 46

3.4.5 Analisis Data ………... 47

3.4.6 Metode Analisis ………... 47

3.5 Pengolahan Endapan Hasil Olahan Aerasi menjadi Bahan Pupuk Cair melalui Penambahan Kapur dan Proses Fisik ... 47

3.5.1 Tujuan ………... 48

3.5.2 Bahan dan Alat ………... 48

3.5.3 Rancangan Percobaan ………... 48

3.5.4 Pelaksanaan ……….……... 48

3.5.5 Analisis Data ………... 49

3.5.6 Metode Analisis ………... 50

3.6 Pengolahan Endapan Hasil Olahan Aerasi menjadi Bahan Pupuk Cair melalui Penambahan KMnO4dan Proses Fisik ..………... 50

3.6.1 Tujuan ………... 51

3.7.3 Rancangan Percobaan ………... 53

3.7.4 Pelaksanaan ……….……... 54

3.7.5 Analisis Data ………... 54

3.7.6 Metode Analisis ………... 55

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ………... 56

4.1 Pengolahan Aerasi untuk Menurunkan PolutanLindi ……….. 56

(19)

4.1.2 Pengaruh Laju Aerasi terhadapTotal Disolve Solute(TDS), pH

dan Logam Terlarut …………..……….. 68

4.2 Penggunaan Zeolit untuk Menurunkan Polutan yang Masih Tersisa … 74 4.2.1 Pengaruh Ukuran Partikel Zeolit terhadap Nilai TDS ………… 75 4.2.2 Pengaruh Ukuran Partikel Zeolit terhadap Kadar NH3, Sulfida,

BOD5danCOD …….………. 78

4.2.3 Pengaruh Ukuran Partikel Zeolit terhadap Penurunan Logam

Terlarut dan pH ... 82 4.2.4 Pengaruh Ukuran Partikel Zeolit terhadapTotal Suspended

Solid(TSS) dan Jumlah Padatan Mengendap ...….... 84 4.2.5 Ukuran Partikel Zeolit yang Layak Digunakan dalam

Pengolahan Tahap II ………... 87 4.2.6 Pengaruh Jumlah Tahapan Pengolahan terhadap Kualitas Efluen

yang Dihasilkan ... 88 4.3 Pengaruh Jenis dan Dosis Kapur terhadap Beberapa Parameter Kimia

pada Sentrat maupun Endapan ... 91 4.3.1 Pengaruh Jenis dan Dosis Kapur terhadap Nilai TDS, pH dan

Kadar Ca2+pada Sentrat ……….. 91

4.3.2 Pengaruh Jenis dan Dosis Kapur terhadap Kadar Beberapa

Logam Mikro pada Endapan ... 102 4.3.3 Pengaruh Jenis dan Dosis Kapur terhadap Kadar Bahan Organik

pada Endapan ...…………... 109 4.3.4 Pengaruh Proses Fisik yang Berbeda terhadap Beberapa

Parameter Kimia pada Sentrat dan Endapan (Perlakuan

Penambahan Kapur) ... 111 4.3.5 Pupuk Cair Berbahan Dasar Lindi yang Dipilih untuk

Diaplikasikan pada Pertanaman (Perlakuan Penambahan Kapur) 113 4.4 Pengaruh Pemberian KMnO4terhadap Beberapa Parameter Kimia pada

Sentrat maupun Endapan ... 115 4.4.1 Pengaruh Pemberian KMnO4terhadap Nilai TDS, pH, Kadar

Mn dan Ca pada Sentrat ………... 116

4.4.2 Pengaruh Pemberian KMnO4terhadap Kadar Beberapa Logam

(20)

4.4.3 Pengaruh Pemberian KMnO4terhadap Kadar Bahan Organik

padaEndapan ………... 126

4.4.4 Pengaruh Proses Fisik yang Berbeda terhadap Beberapa Parameter Kimia pada Sentrat dan Endapan (Perlakuan Penambahan KMnO4) ..……... 128

4.4.5 Pupuk Cair Berbahan Dasar Lindi yang Dipilih untuk Diaplikasikan pada Pertanaman (Perlakuan Penambahan KMn04) 130 4.4.6 Kadar Hara,E. colidan Bahan Organik pada Pupuk Cair Berbahan Dasar Lindi ……… 130

4.5 Hasil Percobaan Rumah Kaca ... 134

4.5.1 Pengaruh Pemberian Pupuk Cair Berbahan Dasar Lindi terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman …………... 134

4.5.2 Pengaruh Pemberian Pupuk Cair Berbahan Dasar Lindi yang Dihasilkan melalui Proses Fisik yang Berbeda terhadap Pertumbuhan danProduksi Tanaman ……… 141

4.5.3 Pengaruh Penambahan NPK pada Pupuk Cair Berbahan Dasar Lindi terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman……… 144

4.5.4 Pengaruh Pemberian Pupuk Cair Berbahan Dasar Lindi terhadap Kadar Pb, Cd dan Cr pada Buah Cabai .……... 149

4.5.5 Desain IPAL TPA Sampah untuk Menghasilkan Efluen Layak Buang dan Bahan Pupuk Cair ………. 150

V. KESIMPULAN DAN SARAN ……….. 152

5.1 Kesimpulan ………... 152

5.2 Saran ………... 153

VI. DAFTAR PUSTAKA ………... 154

(21)

DAFTAR TABEL

Teks

Halaman

1. Komposisi lindi buangan domestik ... 7

2. Kualitas lindi TPA sampah Bantar Gebang ... 8

3. Hasil pengukuran kualitas lindi TPA Sampah Galuga di Kabupaten Bogor 8 4. Klasifikasi tingkat pencemaran dari limbah domestik berdasarkan beberapa parameter kualitas air ………... 9

5. Unsur hara yang berasal dari tanaman dan sumbernya ... 10

6. Kandungan logam berat dalam lumpur TPA Sampah Bantar Gebang ... 10

7. Organisme patogen yang sering ditemukan di sampah ... 12

8. Kategori bau pada sampah ... 15

9. Hubungan antara lama aerasi dan konsentrasi oksigen terlarut ……... 20

10. Bakteri dan fungsinya ... 23

11. Rata-rata konsentrasi influen dan efluen dari proses penyisihan biologi ... 24

12. Persentase logam berat tertukar dari zeolit tanpa aktivasi dan zeolit diaktivasi melalui pemanasan ………... 28

13. Urutan selektivitas kation berdasarkan perbedaan aktivasi ... 28

14. Kualitas keluaran pengolahan air buangan dengan menggunakan zeolit Bayah pada laju alir 22 liter per menit ... 29

15. Unsur hara yang dibutuhkan tanaman ……... 30

16. Kisaran zat hara yang terdapat pada lindi ... 30

17. Nama beberapa pupuk cair, sumber, komposisi dan cara pemberiannya ... 31

18. Konsentrasi umum larutan hara mikro untuk penyemprotan daun ... 31

19. Persyaratan teknis minimal pupuk cair ... 32

20. Beberapa contoh pupuk daun cair yang beredar di pasaran, komposisi, aplikasi dan manfaatnya ... 38

21. Metode analisis yang digunakan pada percobaan pengolahan aerasi ... 45

(22)

23. Metode analisis yang digunakan pada percobaan pembuatan pupuk cair

dari lindi ... 50 24. Perlakuan percobaan rumah kaca ... 53 25. Metoda analisis yang digunakan pada percobaan rumah kaca ……... 55 26. Hubungan nilai k dengan laju penguraian BOD5 ... 59 27. Selisih kadar logam terlarut antara efluen dari kran atas dan bawah pada

jam ke 6 ... 72 28. KTK dari zeolit yang digunakan dalam penelitian ... 76 29. Kadar beberapa logam terlarut pada efluen hasil olahan aerasi setelah

efluen dilewatkan melalui zeolit ... 82 30. Efektivitas penurunan polutan lindi dari pengolahan tahap I dan tahap II 88 31. Nilai beberapa parameter pencemar pada efluen hasil olahan tahap I dan

tahap II serta baku mutu pada masing-masing golongan peruntukan ... 89 32. Nilai TDS pada sentrat dari perlakuan kapur ... 92 33. pH pada sentrat dari perlakuan kapur ... 101 34. Kadar logam mikro pada endapan dari perlakuan pemberian 1000 ppm

kapur …...……... 109 35. Nilai TDS, pH dan Ca pada sentrat dari perlakuan fisik yang berbeda ... 112 36. Nilai beberapa parameter kimia pada sentrat berdasarkan perlakuan fisik

yang berbeda (perlakuan penambahan KMnO4) ... 129 37. Kadar hara makro yang terdapat pada pupuk cair berbahan dasar lindi dan

pupuk cair komersial yang digunakan dalam penelitian ... 131 38. Kadar logam mikro yang terdapat pada pupuk cair berbahan dasar lindi dan

pupuk cair komersial yang digunakan dalam penelitian ... 132 39. KadarE. colidan bahan organik yang terdapat pada pupuk cair berbahan

dasar lindi yang digunakan dalam penelitian ... 133 40. Pertumbuhan dan produksi tanaman yang diberi pupuk cair berbahan dasar

lindi dan pupuk cair komersial ... 137 41. Kadar hara makro dan hara mikro yang terdapat pada pupuk cair berbahan

dasar lindi dan pupuk cair komersial yang digunakan dalam penelitian ... 140 42. Kadar logam berat Pb, Cd dan Cr dalam buah cabai dari tanaman yang diberi

pupuk cair berbahan dasar lindi dan kadar logam Pb, Cd dan Cr yang dapat

(23)

Lampiran

1. Hasil analisis pendahuluan ... 164 2. Hasil uji F pengaruh pengolahan aerasi selama 6 jam terhadap kadar polutan

pada efluennya ... 165 3. Hasil uji F pengaruh pengolahan aerasi selama 6 jam terhadap efektivitas

penurunan beberapa polutan dan peningkatan pH dan DO ... 167 4. Hasil uji F pengaruh pengolahan aerasi terhadap perubahan nilai BOD5, DO,

nilai TDS, pH, nilai MLVSS dan laju penguraian BOD5 ... 168 5. Hasil uji F pengaruh pengolahan 1 tahap (aerasi 70 liter/menit) dan

pengolahan 2 tahap (penggunaan zeolit pada 3 ukuran partikel yang berbeda)

terhadap kadar polutan pada efluen ... 169 6. Hasil uji F pengaruh ukuran partikel zeolit terhadap efektivitas penurunan

polutan ... 170 7. Hasil uji F pengaruh pemberian kapur terhadap nilai TDS, pH dan kadar Ca

pada sentrat ... 171 8. Hasil uji F pengaruh pemberian kapur terhadap kadar logam mikro pada

endapan ... 172 9. Hasil uji F pengaruh pemberian kapur dan KMnO4 terhadap nilai TDS, pH,

kadar Mn dan Ca pada sentrat ... 174 10. Hasil uji F pengaruh pemberian kapur dan KMnO4 terhadap kadar logam

mikro dan bahan organik pada endapan ... 175 11. Hasil uji F pengaruh pemberian pupuk cair berbahan dasar lindi terhadap

pertumbuhan dan produksi tanaman serta kadar Pb, Cd dan Cr dalam buah 177 12. Nilai beberapa parameter kimia pada efluen setelah diaerasi selama 6 jam ... 178 13. Data efektivitas (%) dari pengolahan aerasi selama 6 jam ... 180 14. Data hasil percobaan aerasi dari jam ke 1 hingga jam ke 6 ... 181 15. Nilai beberapa parameter kimia pada efluen hasil percobaan pengolahan

menggunakan zeolit ... 183 16. Efektivitas (%) penurunan polutan dari pengolahan lindi dengan menggunakan

zeolit ... 184 17. pH pada sentrat dari percobaan pembuatan bahan pupuk cair dari lindi dengan

penambahan kapur ... 185 18. Nilai TDS pada sentrat dari percobaan pembuatan bahan pupuk cair dari lindi

(24)

19. Kadar Ca pada sentrat dari percobaan pembuatan bahan pupuk cair dari

lindi dengan penambahan kapur ... 187 20. Kadar logam mikro dan bahan organik pada endapan dari percobaan

pembuatan bahan pupuk cair dari lindi dengan penambahan kapur ... 188 21. Nilai TDS, pH, kadar Mn dan Ca pada sentrat dari percobaan pembuatan

bahan pupuk cair dari lindi dengan penambahan kapur dan KMnO4... 189 22. Kadar logam mikro dan bahan organik pada endapan dari percobaan

pembuatan bahan pupuk cair dari lindi dengan penambahan kapur dan

KMnO4 ... 190 23. Kadar hara makro (N, P, K, Ca, Mg, S),E. colidan bahan organik pada

pupuk cair berbahan dasar lindi ... 192 24. Tinggi tanaman, bobot brangkasan tanaman, jumlah buah, bobot buah dan

(25)

DAFTAR GAMBAR

Teks

Halaman

(26)

26. Kadar sulfat (SO42-) pada jam ke 6 ... 67 27. Kadar fosfat pada jam ke 6 ... 68 28. Nilai TDS tiap jam pada empat laju aerasi ... 69 29. Efektivitas penurunan nilai TDS tiap jam pada empat laju aerasi ... 69 30. Kadar Cu dan Zn pada efluen dari keempat laju aerasi pada jam ke 6 ... 70 31. Kadar Mn dan Fe pada efluen dari keempat laju aerasi pada jam ke 6 ... 70 32. Kadar Pb, Cd dan Cr pada efluen dari kran atas pada keempat laju aerasi

pada jam ke 6 ... 71 33. Kadar Pb, Cd dan Cr pada efluen dari kran bawah pada keempat laju aerasi

pada jam ke 6 ... 71 34. pH tiap jam dari keempat laju aerasi ………... 73 35. Perbedaan visual dari lindi setelah diolah melalui empat tingkat laju aerasi 74 36. Nilai TDS pada efluen dari ketiga ukuran partikel zeolit ...……….. 75 37. Efektivitas penurunan nilai TDS dari ketiga ukuran partikel zeolit……….. 76 38. Jumlah efluen (ml) yang dapat melewati zeolit (volume bahan yang dialirkan

150 ml) ……..……….. 77

39. Kadar NH3dan sulfida pada efluen setelah melewati zeolit ……… 78 40. Efektivitas penurunan NH3dan sulfida pada masing-masing ukuran partikel

zeolit ………... 79

41. Kadar BOD5dan COD pada efluen setelah melewati zeolit ………... 80 42. Efektivitas penurunan BOD5dan COD pada masing-masing ukuran partikel

zeolit ……….……….. 81

43. NilaiE. colipada efluen dari ketiga ukuran partikel zeolit……… 81 44. Efektivitas penurunan nilaiE. colidari ketiga ukuran partikel zeolit ……... 81 45. Efektivitas penurunan logam terlarut yang masih tersisa dari ketiga ukuran

partikel zeolit ……….. 83

46. pH dari efluen setelah efluen hasil olahan aerasi dilewatkan melalui zeolit ... 84 47. TSS pada efluen dari ketiga ukuran partikel zeolit………. 85 48. Efektivitas penurunan TSS dari ketiga ukuran partikel zeolit ... 85 49. Jumlah padatan mengendap (ml/150 ml) pada efluen dari ketiga ukuran

partikel zeolit ……….. 86

(27)

51. Pola perubahan nilai TDS pada sentrat dari keempat jenis kapur (perlakuan

sentrifugasi) …..……….. 93

52. Pola perubahan nilai TDS pada sentrat dari keempat jenis kapur (perlakuan

pengocokan) ……… 94

53. Pola perubahan kadar Ca2+pada sentrat dari keempat jenis kapur (perlakuan

sentrifugasi) ... 98 54. Pola perubahan kadar Ca2+pada sentrat dari keempat jenis kapur (perlakuan

pengocokan) ……… 98

55. Pola perubahan pH pada perlakuan pemberian kapur yang disentrifugasi ... 99 56. Pola perubahan pH pada perlakuan pemberian kapur yang dikocok ... 99 57. Kadar Cu dalam endapan pada tiga dosis kapur ... 102 58. Kadar Zn dalam endapan pada tiga dosis kapur ... 102 59. Kadar Mn dalam endapan pada tiga dosis kapur ... 103 60. Kadar Fe dalam endapan pada tiga dosis kapur ... 103 61. Kadar Pb dalam endapan pada tiga dosis kapur ... 104 62. Kadar Cd dalam endapan pada tiga dosis kapur ... 104 63. Kadar Cr dalam endapan pada tiga dosis kapur ... 105 64. Kelarutan Cu, Zn, Pb dan Cd pada berbagai pH (Davis dan Masten, 2004) ... 106 65. Kadar bahan organik dalam endapan dari perlakuan pemberian kapur pada

tiga dosis yang berbeda ... 110 66. Rata-rata kadar bahan organik pada endapan dari perlakuan kapur ... 111 67. Kadar logam mikro pada endapan dari perlakuan fisik yang berbeda

(perlakuan penambahan kapur) ... 112 68. Kadar bahan organik dalam endapan dari perlakuan fisik yang berbeda

(28)

76. Kadar Fe pada endapan dari perlakuan KMnO4 ... 123 77. Kadar Pb pada endapan dari perlakuan KMnO4 ... 124 78. Kadar Cd pada endapan dari perlakuan KMnO4 ... 124 79. Kadar Cr pada endapan dari perlakuan KMnO4 ... 125 80. Kadar Ca pada sentrat dari perlakuan KMnO4 ... 126 81. Rata-rata kadar bahan organik pada endapan dari perlakuan KMnO4 pada

dosis yang berbeda ... 127 82. Kadar bahan organik pada endapan dari perlakuan KMnO4 ... 128 83. Kadar logam mikro dalam endapan dari perlakuan fisik yang berbeda

(perlakuan penambahan KMnO4) ... 129 84. Kadar bahan organik dalam endapan dari perlakuan fisik yang berbeda

(perlakuan penambahan KMnO4) ... 129 85. Bobot brangkasan dan bobot buah dari tanaman yang diberi pupuk cair

berbahan dasar lindi (perlakuan tanpa penambahan NPK) ... 135 86. Jumlah buah dari tanaman yang diberi pupuk cair berbahan dasar lindi

(perlakuan tanpa penambahan NPK) ... 135 87. Tinggi tanaman yang diberi pupuk cair berbahan dasar lindi (perlakuan tanpa

penambahan NPK) ... 136 88. Jumlah buah dari perlakuan sentrifugasi dan pengocokan ... 142 89. Bobot buah dari perlakuan sentrifugasi dan pengocokan ... 142 90. Tinggi tanaman dari perlakuan sentrifugasi dan pengocokan ... 143 91. Bobot brangkasan tanaman dari perlakuan sentrifugasi dan pengocokan ... 143 92. Tinggi tanaman yang diberi pupuk cair berbahan dasar lindi yang diperkaya

dengan hara NPK dan tanpa NPK ... 145 93. Bobot brangkasan tanaman yang diberi pupuk cair berbahan dasar lindi yang

diperkaya dengan hara NPK dan tanpa NPK ... 145 94. Bobot buah dari tanaman yang diberi pupuk cair berbahan dasar lindi yang

diperkaya dengan hara NPK dan tanpa NPK ... 146 95. Jumlah buah dari tanaman yang diberi pupuk cair berbahan dasar lindi yang

diperkaya dengan hara NPK dan tanpa NPK ... 146 96. Tanaman yang diberi pupuk cair berbahan dasar lindi dengan penambahan

KMnO4 ... 147 97. Tanaman yang diberi pupuk cair berbahan dasar lindi dengan penambahan

(29)

98. Tanaman yang diberi pupuk cair berbahan dasar lindi dengan atau tanpa

CaO yang diperkaya dengan NPK ... 148 99. Tanaman yang diberi pupuk cair berbahan dasar lindi dengan penambahan

KMnO4dan CaO yang diperkaya dengan NPK……….. 148 100. Desain IPAL TPA Sampah yang Disarankan .……….. 150

Lampiran

(30)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah Galuga berada di wilayah dengan

curah hujan yang cukup tinggi, yakni sebesar 287,5 mm/bulan menyebabkan TPA

sampah ini mampu menghasilkan lindi dalam jumlah yang cukup besar.

Permasalahan utama yang terjadi di tempat ini adalah pencemaran yang diakibatkan

oleh lindi akibat pengelolaan yang kurang memadai sehingga lindi yang masuk ke

badan-badan air dan persawahan di sekitarnya masih mengandung polutan

(Priambodho, 2005). Hasil pengukuran DKP Kota Bogor (2003) menunjukkan bahwa

persawahan di sekitar TPA sampah ini mengandung BOD5 (255 ppm), COD

(607,72 ppm), Cd (0,05 ppm), Pb (0,011 ppm) dan Cu (0,091 ppm). Menurut PP

No.82 tahun 2001, kadar polutan tersebut berada di atas baku mutu. Hasil penelitian

Priambodho (2005) menunjukkan bahwa sumur gali penduduk yang ada di sekitar

TPA sampah Galuga mengandung BOD5 34,72 ppm, COD 1557,87 ppm dan E coli

diatas 1,1 103 MPN/100 ml membuat air sumur penduduk tidak layak digunakan

untuk kebutuhan sehari-hari. Syahrulyati (2007) juga mendapatkan dari hasil

penelitiannya bahwa pada cekungan air bawah permukaan Galuga yang menjadi pusat

terkumpulnya air bawah permukaan dari segala arah, secara permanen telah tercemar

oleh lindi. Apabila hal ini terus dibiarkan dapat menyebabkan persawahan yang ada

di sekitar TPA sampah Galuga menjadi tidak produktif dan jumlah air bersih menjadi

berkurang yang berujung pada penolakan masyarakat atas keberadaan TPA sampah di

wilayahnya. Menurut Kurniawan (2009), hal ini sebenarnya pernah terjadi di tempat

ini.

Upaya untuk menjaga agar TPA sampah Galuga tetap lestari dapat dilakukan

dengan memperbaiki sistim pengelolaan lindi melalui pengolahan yang dapat

menghasilkan efluen sesuai baku mutu dalam waktu yang relatif singkat dan

memanfaatkan sisa hasil olahannya menjadi bahan pupuk cair. Menurut Lingga dan

Marsono (2005), beberapa pupuk organik cair yang beredar di pasaran diolah melalui

proses fermentasi bahan organik. Pupuk ini mengandung hara mikro Cu, Zn, Mn dan

Fe. Lindi dari TPA sampah Galuga juga dihasilkan dari proses fermentasi bahan

organik yang ada di TPA sampah tersebut dan berdasarkan hasil penelitian DKP Kota

Bogor (2003), lindi TPA sampah Galuga mengandung hara mikro Cu (0,097

(31)

SO42-(13,60 ppm). Oleh karena itu, lindi TPA sampah Galuga dapat dijadikan sebagai

pupuk cair. Namun demikian, Arya dan Gilar (2008) mengemukakan bahwa

kandungan senyawa yang dibutuhkan tanaman yang terdapat pada lindi dari TPA

sampah umumnya belum memenuhi standar seperti yang ditentukan oleh Departemen

Pertanian RI sehingga pupuk organik cair dari lindi TPA sampah belum dapat

langsung dipasarkan. Oleh karena itu, perlu upaya yang dapat mengendapkan hara

dalam lindi TPA sampah agar hara yang ada menjadi lebih pekat dan lebih berdaya

guna dalam meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman.

1.2 Kerangka Pemikiran

Hingga saat ini pengelolaan TPA sampah Galuga baru dilakukan dalam bentuk

upaya pemanfaatan bahan sampah padat baik dalam bentuk reuse maupun recycle.

Menurut Muthmainnah (2008), sampah padat yang bersifat anorganik yang ada di

TPA sampah Galuga yang layak dimanfaatkan kembali oleh pemulung sebesar 28

ton/hari. Apabila bahan ini dimanfaatkan semua, maka upaya ini mampu memberikan

keuntungan sebesar Rp. 10.683.000,-/hari. Hasil penelitiannya juga mendapatkan

bahwa upaya mengomposkan sampah padat yang bersifat organik dapat memberikan

keuntungan sebesar Rp. 100.237,50/orang/bulan. Keuntungan yang diperoleh

masyarakat dari sampah padat tentu dapat menumbuhkan ketergantungan masyarakat

terhadap TPA sampah yang berdampak pada kelangsungan pengoperasian TPA

sampah itu sendiri.

Di lain pihak, dalam mengelola lindi TPA sampah Galuga, sampai saat ini

pengelolaanya belum maksimal menyebabkan lindi selalu menjadi sumber masalah

dan belum ada upaya memanfaatkan lindinya menjadi bahan yang berguna. Padahal

rasa memiliki masyarakat sekitar terhadap TPA sampah akan timbul dengan

sendirinya apabila paradigma lama ”lindi hanya menjadi sumber masalah” diubah

dengan mengolah lindi menjadi efluen sesuai baku mutu dan memanfaatkan kembali

sisa hasil olahannya menjadi pupuk cair.

Salah satu upaya untuk menghindari badan-badan air dari pencemaran oleh

lindi TPA sampah Galuga adalah mengolah lindi menjadi efluen sesuai baku mutu

lingkungan dalam waktu relatif cepat. Hal ini dapat dilakukan melalui pengolahan

aerasi dengan memberikan udara pada kecepatan tinggi. Cara ini efektif dalam

menurunkan kadar gas-gas yang bersifat toksik, bahan organik maupun logam terlarut

(32)

Beberapa kelebihan lain dari pengolahan ini, diantaranya: 1) dapat menghilangkan

polutan dengan kecepatan lima kali lebih besar dibanding pada kondisi anaerobik

(Leikam, Heyer dan Stegmann, 1999), 2) dapat mengubah bahan toksik menjadi

bahan yang relatif lebih aman bagi lingkungan (Metcalf dan Eddy, 2003), 3) dapat

mengendapkan logam-logam terlarut yang merupakan hara bagi tanaman (Moore,

1991), 4) dapat menurunkan jumlah bakteri patogen akibat terbentuk H2O2 yang

merupakan racun bagi bakteri tersebut (Park et al., 1994), dan 5) dapat

menghasilkan hara makro berupa NO3-, SO42-dan PO43-(Achmad, 2004).

Secara bagan, kerangka pemikiran dari permasalahan tersebut sebagai berikut.

Pengolahan Aerasi

Kebutuhan Air Terpenuhi

Pupuk Cair TPA SAMPAH GALUGA

Endapan mengandungCu, Zn, Mn & Fe

(Sawah, Badan-badan air)

Terhadap TPA Sampah

TPA SAMPAH LESTARI

TPA SAMPAH

Upaya untuk memaksimalkan penghilangan polutan dari efluen yang akan

dialirkan ke lingkungan dapat dilakukan dengan melewatkan efluen hasil olahan

aerasi melalui zeolit karena menurut hasil penelitian Husaini (1992) zeolit mampu

menjerap logam berat, bahan organik dan mikroorganisme dari air limbah. Hasil

penelitian Tang et al. (2010) menunjukkan bahwa 15 liter air limbah yang

(33)

dengan menggunakan 105 gram zeolit. Kurniawan et al., (2006) mengemukakan

bahwa NH3merupakan bahan yang sangat toksik bagi kehidupan akuatik yang selalu

ada pada lindi TPA sampah.

Di lain pihak, produk samping hasil olahan aerasi berupa endapan yang

mengandung logam mikro dapat dimanfaatkan sebagai pupuk cair. Endapan ini

mengandung Cu dan Fe yang merupakan hara mikro bagi tanaman (Diana, 1997;

DKP Kota Bogor, 2003). Hasil penelitian Dimitrionet al. (2006) menunjukkan bahwa

pengaplikasian lindi TPA sampah sebagai pupuk cair yang diberikan bersamaan

dengan air irigasi menyebabkan tanaman dapat tumbuh lebih baik. Hamludin

(2010) mengemukakan bahwa pengaplikasian pupuk organik cair dari lindi TPA

sampah di Wonorejo pada tanaman pangan dan holtikultura juga menunjukkan hasil

yang positif. Pupuk cair ini dihasilkan dengan cara memfermentasikan kembali lindi

dari TPA sampah tersebut menggunakan bioaktivator. Hal ini mengindikasikan

bahwa lindi memiliki peluang yang baik untuk dimanfaatkan sebagai pupuk cair.

Upaya meningkatkan kadar hara tanaman yang terdapat pada lindi dapat

dilakukan dengan cara pemekatan melalui penambahan kapur atau KMnO4 dengan

proses fisik (sentrifugasi atau pengocokan) agar hara tanaman yang masih dalam

keadaan terlarut menjadi mengendap. Menurut Asrie (2009), kapur digunakan secara

luas untuk mempresipitasikan logam mikro. Singh dan Rawat (2006) mengemukakan

bahwa Kapur (Ca(OH)2) efektif dalam mengendapkan Fe (III) dan Cu (II). Kedua

logam ini dapat dimanfaatkan sebagai hara mikro essensial bagi tanaman. Selanjutnya

Waluyo (2005) mengemukakan bahwa kapur dan KMnO4 biasa digunakan dalam

pengolahan air limbah, khususnya untuk mengendapkan logam terlarut dan

membunuh bakteri patogen. Melalui penambahan kapur atau KMnO4 diharapkan

bahan pupuk cair yang dihasilkan dari lindi mengandung hara yang lebih pekat

dengan jumlah bakteri patogen di bawah baku mutu.

Layak atau tidak, pupuk cair dari lindi yang berasal dari TPA sampah

ditentukan oleh kadar hara makro atau logam mikro essensial/non essensial maupun

mikrooganisme patogen. Sebagai pupuk cair, lindi yang sudah diolah harus

(34)

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengkaji efektivitas pengolahan aerasi maupun aerasi yang dilanjutkan dengan

menggunakan zeolit dalam menurunkan polutan lindi.

2. Mengkaji pengaruh pemberian kapur atau KMnO4terhadap kadar hara mikro pada

lindi.

3. Mengkaji pengaruh pemberian pupuk cair berbahan dasar lindi sebagai pupuk

daun terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman.

1.4 Hipotesis

1. Pengolahan aerasi yang dilanjutkan dengan pengolahan menggunakan zeolit,

efektif dalam menurunkan polutan lindi.

2. Kapur atau KMnO4 dapat mengendapkan hara mikro yang terdapat pada lindi.

3. Pemberian pupuk cair berbahan dasar lindi sebagai pupuk daun mampu

meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman,

1.5 Manfaat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi:

1. Masyarakat bahwa ada sumber pupuk cair baru yang berasal dari lindi TPA

sampah.

2. Pemerintah/pengelola TPA sampah bahwa ada teknologi yang dapat diterapkan di

IPAL TPA sampah yang dapat menghindari pencemaran air.

3. Ilmu pengetahuan bahwa ada teknologi baru yang dapat mengolah lindi menjadi

pupuk cair.

1.6 Novelty

Novelty yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

1. Penggunaan teknologi aerasi dan zeolit mampu menjadikan lindi yang berbahaya

menjadi efluen yang layak buang.

2. Penambahan kapur/KMnO4 dapat mengubah lindi menjadi pupuk cair yang

(35)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2. 1 TPA Sampah dan Pembentukan Lindi

Tempat pembuangan akhir (TPA) sampah merupakan suatu tempat

pembuangan sampah bagi penduduk kota. Setiap hari berbagai jenis sampah

penduduk diangkut dari bak-bak sampah yang terdapat di kota, kemudian ditumpuk di

TPA. Beberapa bahan organik yang ada di TPA sampah yang bersifat mudah urai

(biodegradable) umumnya tidak stabil dan cepat menjadi busuk karena mengalami

proses degradasi menghasilkan zat-zat hara, zat-zat kimia toksik dan bahan-bahan

organik sederhana, selanjutnya akan menimbulkan bau yang menyengat dan

mengganggu (Samornet al., 2002).

Lindi terbentuk di setiap lokasi pembuangan sampah (Biehler dan Hagele,

1995). Pembentukan lindi merupakan hasil dari infiltrasi dan perkolasi (perembesan

air dalam tanah) dari air hujan, air tanah, air limpasan atau air banjir yang menuju dan

melalui lokasi pembuangan sampah (Nemerow dan Dasgupta, 1991).

Lindi memiliki karakteristik tertentu, hal ini disebabkan limbah yang dibuang

pada lokasi pembuangan sampah berasal dari berbagai sumber yang berbeda dengan

tipe limbah yang berbeda pula. Menurut Fadel et al. (1997), komposisi lindi tidak

hanya dipengaruhi oleh karakteristik sampah (organik, anorganik), tetapi juga

mudah-tidaknya penguraian (larut/tidak larut), kondisi tumpukan sampah (suhu, pH,

kelembaban, umur), karakteristik sumber air (kuantitas dan kualitas air yang

dipengaruhi iklim dan hidrogeologi), komposisi tanah penutup, ketersediaan nutrien

dan mikroba, serta kehadiran inhibitor.

Iklim merupakan faktor penting yang mempengaruhi kuantitas dan kualitas

lindi. Hujan menjadi fase transport untuk pencucian dan migrasi kontaminan dari

tumpukan sampah dan memberikan kelembaban yang dibutuhkan untuk aktivitas

biologis. Demikian halnya dengan umur tumpukan sampah, juga mempengaruhi

kualitas lindi dan gas yang terbentuk. Perubahan kualitas lindi dan gas menjadi

parameter utama untuk mengetahui tingkat stabilisasi tumpukan sampah (Pohland dan

(36)

2.2 Karakteristik Lindi

Lindi mengandung bahan organik, bahan anorganik dan bakteri patogen

(Garnasih, 2009). Bahan organik yang terdapat pada lindi diindikasikan dengan nilai

BOD dan COD (Qasim, 1994). Beberapa hara tanaman, baik berupa hara makro

seperti: nitrat (NO3-), amonium (diindikasikasikan oleh NH3), phosfat (PO43-), kalium

(K), kalsium (Ca), magnesium (Mg) dan Sulfat (SO42-); hara mikro seperti : besi (Fe),

mangan (Mn), tembaga (Cu) dan seng (Zn) ditemukan di dalam lindi. Sedangkan

bakteri patogen yang umumnya diindikasikan oleh nilai E. coli juga terdapat pada

lindi. Nilai dari parameter pencemar tersebut disajikan pada Tabel 1, 2 dan 3.

Tabel 1. Komposisi lindi buangan domestik

Parameter Satuan Kisaran Konsentrasi

PH - 6,2 – 7,4

COD(Chemical Oxygen Demand) mg/l 66 – 11.600

BOD(Biological Oxygen Demand) mg/l < 2 – 8.000

TOC(Total Organic Carbon) mg/l 21 – 4.400

Amoniak mg/l 5 – 30

Nitrat mg/l < 0,2 – 4,9

Nitrogen organik mg/l ND – 155

H2PO4- mg/l < 0,02 – 3,4

(37)

Tabel 2. Kualitas lindi TPA sampah Bantar Gebang

Parameter Konsentrasi (mg/l)

Biochemical Oxygen Demand (BOD) 4.500 - 13.000 Chemical Oxygen Demand (COD) 11.000 - 22.000

Padatan Tersuspensi 550 - 2.000

Kjehldal-N(NO3-N) 600 - 1.750

Sulfat 110 - 700

Sumber : Widyatmoko dan Sintorini, 2002

Tabel 3. Hasil pengukuran kualitas lindi TPA sampah Galuga di Bogor

Parameter Satuan

1. Kekeruhan NTU 0,05 0,95 0,62 (-)

2. Warna Pt.Co 62 48 23 (-)

3. Padatan Tersuspensi mg/l 250 1980 1990 400

4. Odour/bau Visual bau tb tb (-)

Kimia

1. pH - 7,67 6,50 8,83 5–9

2. COD mg/l 880,23 628,80 670,72 100

3. BOD5 mg/l 305 260 255 12

4. Nitrit (NO2

-N) mg/l 0,004 0,004 0,004 (-)

5. Nitrat (NO3-N) mg/l 0,068 0,033 0,014 20

6. Mangan (Mn) mg/l 0,016 0,008 0,015 (-)

7. Tembaga (Cu) mg/l 0,053 0,097 0,091 0,2

8. Kadmium (Cd) mg/l 0,032 0,057 0,050 0,01

9. Timah Hitam (Pb) mg/l 0,015 0,009 0,011 1

10. Sulfat (SO4) mg/l 13,597 12,217 9,344 (-)

Mikrobiologi

1. E. coli MPN/100

ml 35.000 40.000 20.000 10.000

Sumber : DKP Kota Bogor (2003)

(38)

Hubungan antara komposisi beberapa bahan pencemar dalam air limbah

domestik dengan tingkat pencemaran disajikan pada Tabel 4. Berdasarkan klasifikasi

tingkat pencemaran seperti yang terdapat pada tabel tersebut dan apabila BOD dan

COD yang dijadikan acuannya, maka TPA sampah Galuga di Bogor termasuk TPA

sampah dengan tingkat pencemaran berat.

Tabel 4. Klasifikasi tingkat pencemaran dari limbah domestik berdasarkan beberapa parameter kualitas air

Parameter Tingkat Pencemaran

Berat Sedang Ringan

1. Padatan total (mg/liter) 1.000 500 200

2. Bahan padatan terendapkan (ml/liter) 12 8 4

3. BOD (mg/liter) 300 200 100

4. COD (mg/liter) 800 600 400

5. Nitrogen total (mg/liter) 85 50 25

6. Amonia nitrogen (mg/liter) 30 30 15

Sumber : Rump dan Krist (1992dalamEffendi, 2003)

Beberapa bahan pencemar yang terdapat dalam lindi seperti BOD, COD, bahan

anorganik dan bakteri patogen.

2.2.1 BOD dan COD

BOD dan COD merupakan indikator keberadaan bahan organik dalam lindi dan

kedua parameter ini merupakan komponen terbesar dalam lindi (Qasim, 1994).

Menurut Manik (2007), BOD merupakan banyaknya oksigen yang diperlukan oleh

bakteri untuk menguraikan atau mengoksidasikan bahan organik dalam 1 liter air

limbah selama pemeraman (5 x 24 jam pada suhu 20oC). COD adalah banyaknya

oksigen yang dibutuhkan oksidator untuk mengoksidasi bahan/zat organik dalam 1

liter air limbah. Nilai COD biasanya lebih tinggi dari nilai BOD karena bahan yang

stabil (tidak terurai) dalam uji BOD dapat dioksidasi dalam uji COD.

Keberadaan bahan organik yang tinggi dalam lingkungan perairan dapat

menimbulkan masalah berupa bau, warna dan rasa. Dalam suasana anaerobik

(kekurangan oksigen), degradasi bahan organik dapat menghasilkan gas-gas (NH3,

(39)

2.2.2 Bahan Anorganik

Bahan anorganik yang terdapat dalam lindi dapat berupa kation dan anion.

Kation atau anion tersebut dapat berguna/tidak berguna sebagai hara tanaman. Zat

hara yang terdapat dalam lindi, selain berasal dari hasil pembilasan bahan sampah

yang berasal dari industri, juga dapat berasal dari proses pelapukan bahan sampah

yang mudah urai (jaringan tanaman maupun hewan) karena di dalam jaringan

tanaman dan hewan juga terdapat unsur yang diambil dari tanah dan akan kembali ke

lingkungan melalui proses perombakan jaringan tanaman atau hewan tersebut.

Menurut Hakim et al. (1986), sekitar 0,5 atau hingga 6% jaringan tanaman berupa

unsur yang diambil dari tanah.

Tabel 5. Unsur hara yang berasal dari tanaman dan sumbernya

Unsur Makro Unsur Mikro

Dari udara dan air Dari Tanah Dari tanah

C N Mn

untuk mendukung aktivitas kehidupan manusia seperti untuk membuat peralatan.

Keberadaannya di lingkungan harus dihindari karena apabila logam berat masuk ke

dalam rantai makanan dalam kadar tertentu dapat mengganggu kesehatan. Diana

(1992) mendapatkan dari hasil penelitiannya bahwa pada lumpur air sampah yang

terdapat di TPA sampah Bantar Gebang didapati kandungan logam berat, seperti

disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6. Kandungan logam berat dalam lumpur TPA sampah Bantar Gebang

No. Parameter Statiun Pengamatan

1 2 7

1. Fe (mg/l) 10,83 10474,72 20,26

2. Pb (mg/l) ttd 17,087 0,015

3. Cr (mg/l) 0,009 4,976 0,015

4. Cu (mg/l) 0,00025 20,072 0,00945

5. Cd (mg/l) 0,0034 0,301 0,003

(40)

Beberapa logam yang sering dijumpai dalam lindi adalah Cu, Zn, Mn, Fe yang

merupakan hara mikro essensial dan Pb, Cd, Cr yang merupakan hara mikro non

essensial bagi tanaman. Logam-logam tersebut dapat mengendap pada pH tertentu

atau setelah mengalami oksidasi. Logam-logam tersebut juga dapat membentuk zat

yang mudah mengendap bila berikatan dengan bahan lain. Beberapa kegunaan dan

akibat yang ditimbulkan oleh logam tersebut pada lingkungan dan manusia sebagai

berikut :

1. Tembaga (Cu)

Tembaga banyak digunakan pada pabrik yang memproduksi alat-alat listrik, gelas

dan zat warna yang biasanya bercampur dengan logam lain sebagai alloy. Selain

itu, tembaga juga banyak digunakan untuk bidang pertanian yakni sebagai

campuran untuk fungisida dan moluskisida. Logam ini dapat menyebabkan gastro

enteritis,shockdan kematian (Darmono, 2001).

2. Seng (Zn)

Seng banyak digunakan dalam produksi logam campuran, misalnya : perunggu,

loyang dan kuningan. Logam ini dapat menyebabkan pembentukan tulang yang

abnormal (Darmono, 1995).

3. Mangan (Mn)

Mangan biasa digunakan dalam industri baterai. Akibat yang ditimbulkannnya

dapat mempengaruhi metabolisme pembentukan Hb (Darmono,1995).

4. Besi (Fe)

Besi banyak digunakan dalam industri bahan celupan dan tekstil (Eckenfelder,

1989). Logam ini dapat menyebabkan gangguan mental (Darmono, 2001).

5. Timbal (Pb)

Timbal banyak digunakan untuk aki, baterai, produksi logam, kimia, listrik,

pigmen dan cat, sedangkan akibat yang ditimbulkannya, diantaranya dapat

menghambat sistem pembentukan Hb (Darmono, 2001).

6. Kadmium (Cd)

Kadmium banyak digunakan untuk pelapis logam, cat/pigmen, pembuatan PVC

atau plastik, juga untuk pembuatan baterai/aki; sedangkan akibat yang dapat

ditimbulkannya yaitu menyebabkan keracunan pada manusia dan kerapuhan

(41)

7. Crom (Cr)

Crom banyak digunakan sebagai bahan pelapis pada bermacam-macam peralatan.

logam ini dapat menyebabkan kanker paru-paru (Palar, 2004).

2.2.3 Bakteri Patogen

Bakteri patogen yang biasanya disebarkan melalui air limbah adalah bakteri

yang menyebabkan penyakit diare, disentri, kolera, atau tifus (Perpamsi-ITB, 1989).

Bakteri-bakteri tersebut tumbuh dalam suasana yang cocok bagi dirinya yaitu usus

manusia dan hewan berdarah panas. Oleh karena jumlah penderita dan pengidap

dibandingkan keseluruhan populasi yang ada sangat kecil, maka secara teknis

penelusuran bakteri patogen secara langsung sangat sulit dilakukan karena

konsentrasinya yang rendah (Santika, 1984). Oleh karena itu, untuk menduga

keberadaan bakteri patogen dalam lindi diperlukan bakteri indikator untuk menduga

terdapatnya bakteri patogen ataupun tidak. Sebagai indikatornya digunakan bakteri

E. coli. Pemilihan bakteri E. colisebagai bakteri indikator didasarkan pada beberapa

hal, yaitu bakteri E. coliterdapat pada tinja dalam jumlah yang besar; E. coli hidup

secara komensalisme dengan bakteri patogen; bakteri tersebut dapat dihitung dengan

mudah dan hasilnya dapat dipercaya; dan tidak dapat tumbuh di luar tubuh, kecuali di

dalam media biakan bakteri.

Tabel 7. Organisme patogen yang sering ditemukan di sampah

Organisme Penyakit Sumber

Bacillus anthracis Antrax Sampah. Spora sulit ditangani.

Ascaris spp Cacing Nematoda

Air buangan dan lumpur yang digunakan untuk pupuk. Berbahaya bagi manusia.

Mycobacterium tuberculosis Tuberculosis Air buangan dan limbah yang berasal dari Sanatorium.

Samonella paratyphi Demam Typhoid Air buangan. Kadang-kadang

bersifat endemik.

Shigella spp Bacillary dysentery Air tercemar.

Leptospira

icterohaemorhagiae Leptospirosis Selokan

Taenia spp Cacing pita Air buangan.

Vibrio cholerae Kolera Air buangan dan air yang tercemar.

Entamoeba hystolytica Disentri Air yang tercemar dan air yang

digunakan untuk pupuk.

(42)

2.2.4 Total Dissolve Solid,Total Suspended Soliddan Padatan Mengendap

Air buangan seringkali mengandung padatan terlarut yang tidak dapat

diidentifikasi secara visual dengan indera biasa. Selain itu, pada air buangan juga

mengandung bahan tersuspensi yang tetap melayang dalam air dan bahan yang mudah

mengendap yang langsung dapat diidentifikasi secara visual dengan indera biasa.

Jumlah padatan terlarut dapat diindikasikan oleh nilai total Dissolve Solid(TDS) dan

jumlah padatan tersuspensi dapat diindikasikan oleh nilai total padatan tersuspensi

(Total Suspended Solid) (TSS). Keduanya dapat diukur dengan cara gravimetrik.

Jumlah padatan mengendap dapat diukur dalam satuan ml/volume dengan

menggunakan tabungimhoff(Santika, 1984).

Bahan padatan terlarut dapat berupa bahan organik atau anorganik baik berupa

kation atau anion terlarut yang tidak tersaring dengan kertas saring milipore

berukuran pori 0,45 µm (Oram, 2010). Beberapa bahan anorganik yang merupakan

padatan terlarut yang mempengaruhi nilai TDS, seperti: Timbal (Pb), Kadmium (Cd),

Kromium (Cr), garam Magnesium maupun Kalsium (Effendi, 2003). Tampilan air

yang memiliki TDS tinggi seringkali tidak merubah warna air. Air tetap kelihatan

jernih, namun rasa menjadi berbeda. Nilai TDS yang tinggi dapat mengganggu biota

perairan seperti ikan, karena keberadaan bahan padatan terlarut dalam jumlah yang

tinggi dapat menjadi racun bagi ikan. Oleh karenanya, analisis total padatan terlarut

sering digunakan sebagai uji indikator untuk menentukan kualitas umum dari air.

Nilai total padatan terlarut mewakili jumlah ion yang terdapat dalam air (Fardiaz,

1992).

Padatan tersuspensi adalah bahan-bahan yang tertahan pada saringan milipore

dengan diameter pori 0,45 µm. Bahan-bahan tersebut terdiri atas lumpur dan pasir

halus serta jasad renik. Keberadaan bahan-bahan ini menyebabkan kekeruhan hingga

dapat menghambat laju fotosintesis fitoplankton yang merupakan produktivitas primer

perairan yang selanjutnya dapat mengganggu keseluruhan rantai makanan (Nasution,

2008). Padatan tersuspensi dapat mempengaruhi biota perairan melalui 2 cara.

Pertama, padatan tersuspensi dapat menghalangi penetrasi cahaya ke dalam badan air.

Hal ini akan mengurangi pasokan oksigen terlarut dalam badan air. Kedua, padatan

telarut yang tinggi dapat mengganggu biota perairan seperti ikan karena bahan ini

(43)

Padatan mengendap merupakan bahan padatan yang dapat langsung mengendap

jika air tidak terganggu untuk beberapa saat. Bahan yang mudah mengendap ini

terdiri dari partikel-partikel padatan yang mempunyai ukuran besar dan berat sehingga

dapat mengendap dengan sendirinya karena gravitasi. Padatan mengendap dapat

menimbulkan pendangkalan pada badan-badan air yang selanjutnya dapat

berpengaruh pada berkurangnya fungsi badan air (Nasution, 2008).

2.3 Pengaruh Lindi terhadap Lingkungan

Apabila lindi yang berasal dari TPA sampah masuk ke badan-badan air akan

mengakibatkan pencemaran pada badan-badan air tersebut yang ditandai dengan

perubahan kualitas air sungai dan selanjutnya dapat mempengaruhi terhadap

kehidupan masyarakat di sekitar TPA sampah yang memanfaatkan air yang sudah

tercemar untuk kehidupan sehari-harinya (Garnasih, 2009). Beberapa gangguan akibat

pencemaran yang disebabkan air limbah diuraikan di bawah ini.

2.3.1 Gangguan terhadap Kesehatan

Lindi dapat berfungsi sebagai pembawa penyakit karena di dalamnya sering

didapatkan bakteri patogen yang berasal dari sampah (Mulia, 2005). Menurut Dinas

Kesehatan Kota Bekasi (2000dalamSuganda, 2003), jenis penyakit dengan frekuensi

lebih tinggi yang ditemukan pada masyarakat di sekitar TPA sampah Bantar Gebang

adalah ISPA, kulit dan gastritis. Penyakit-penyakit tersebut dapat disebarluaskan

melalui lindi yang telah terkontaminasi oleh bakteri patogen sebagai akibat lindi yang

masuk ke badan-badan air di sekitar TPA sampah belum/kurang mendapatkan

perlakuan yang memadai.

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa sumur milik penduduk yang berada di

sekitar TPA Sampah Putri Cempo Surakarta mengandung jumlahE. colidi atas baku

mutu (Wahjuni, 1996). Demikian halnya dengan sampel air yang diambil dari areal

persawahan di sekitar TPA sampah milik Pemda Kota Bogor, juga mengandung

E. coli di atas baku mutu (DKP Kota Bogor, 2003). Kenyataan ini menunjukkan

bahwa lindi yang dialirkan ke lingkungan telah menjadi sumber penyebar penyakit

yang berasal dari sampah.

2.3.2 Gangguan terhadap Kehidupan Biotik

Zat pencemar yang ada di dalam lindi dapat menyebabkan menurunnya kadar

(44)

dapat menyebabkan kematian. Kematian juga dapat disebabkan oleh adanya zat

beracun yang terdapat dalam lindi. Selain menyebabkan kematian ikan-ikan dan

bakteri-bakteri, polutan yang terdapat dalam lindi juga dapat menyebabkan kerusakan

pada tanaman dan tumbuhan air. Kematian bakteri dapat menyebabkan proses

penjernihan sendiri (self purification) menjadi terhambat. Akibat selanjutnya adalah

air limbah akan sulit untuk diuraikan (Sugiharto, 1987).

2.3.3 Gangguan terhadap Keindahan dan Kenyamanan

Bau dapat disebabkan oleh hidrogen sulfida yang dihasilkan dari proses

pembusukan bahan organik secara anaerobik, sedangkan gangguan warna dan rasa

dapat disebabkan oleh senyawa organik (Effendi, 2003). Beberapa bau lainnya yang

berasal dari sampah adalah sebagai berikut.

Tabel 8. Katagori bau pada sampah

Senyawa Formula Kualitas Bau

(Moncieff, 1987dalamTsoet al., 1990)

2.3.4 Gangguan terhadap Benda

Kerusakan pada benda dapat disebabkan oleh keberadaan gas karbondioksida

dalam air limbah karena gas ini bersifat korosif, dapat mempercepat proses terjadinya

karat pada benda yang terbuat dari besi yang akhirnya dapat menimbulkan kebocoran.

Selain itu, keberadaan lemak pada air limbah juga dapat menimbulkan masalah karena

pada suhu tinggi berbentuk cair, namun dalam suhu normal akan menggumpal pada

saluran pipa-pipa (Sugiharto, 1987).

2.4 Pengolahan Air Limbah

Pengolahan air limbah bertujuan untuk menghilangkan bahan-bahan tersuspensi

terapung, menurunkan bahan organik biodegradable serta mengurangi organisme

patogen. Pengolahan dapat dilakukan secara alamiah maupun dengan bantuan

peralatan (Manik, 2005). Setiap metode pengolahan limbah menghasilkan efluen

dengan kualitas tertentu. Untuk menentukan efektivitas dari suatu metode pengolahan

(45)

Mara dan Cairncross (1994) mengemukakan bahwa sistem pengolahan air

limbah yang ideal harus memenuhi kriteria-kriteria berikut ini :

1. Kesehatan.

Sistem harus mempunyai kemampuan bakterisida yang tinggi terhadap

mikroorganisme patogen.

2. Guna ulang.

Sistem harus menghasilkan produk yang aman untuk digunakan kembali, terutama

dalam akuakultur dan agrikultur.

3. Ekologis.

Apabila tidak digunakan lagi, maka limbah cair yang dibuang ke lingkungan agar

dijaga tidak melebihi kemampuan alam untuk pemurnian diri sendiri.

4. Kenyamanan.

Bau yang ditimbulkan harus di bawah batas ambang yang diperkenankan.

5. Kultural.

6. Metode yang dipilih dalam pengumpulan, pengolahan dan penggunaan kembali

harus dapat diterima oleh budaya masyarakat setempat.

7. Operasional.

Ketrampilan yang diperlukan untuk mengoperasikan sistem pengolahan harus

dapat disediakan secara lokal dengan hanya sedikit tambahan latihan.

8. Biaya.

Menurut Subiyanto (2000), dalam pengelolaan air limbah, tidak ada aturan yang

pasti mengenai jenis pengolahan yang harus mendahului dibanding jenis pengolahan

lainnya. Semuanya tergantung pada keadaan khusus dalam setiap kasus dan tujuan

pengolahan. Informasi yang dibutuhkan sebelum memilih instalasi pengolahan

limbah adalah : (1) informasi tentang kualitas dan kuantitas limbah, dan (2) informasi

tentang baku mutu.

Penghilangan polutan dari air limbah dapat dilakukan melalui beberapa cara,

diantaranya melalui pemberian udara (aerasi) ke dalam air limbah maupun melalui

proses penyaringan menggunakan zeolit. Siregar (2005) mengemukakan bahwa

pengolahan aerasi bertujuan untuk membersihkan zat-zat organik/mentransformasi

zat-zat organik menjadi bentuk yang kurang berbahaya. Perubahan zat-zat organik

yang terlarut menjadi zat-zat partikulta (koloni bakteri) dapat dihilangkan dengan

(46)

itu, proses aerasi hanya merupakan tahapan tersendiri di dalam rantai proses

pengolahan yang modern. Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) biasanya

memiliki lebih dari satu proses pengolahan.

Filtrasi (penyaringan) guna menurunkan polutan dari air limbah dapat

dilakukan menggunakan zeolit. Menurut Sutarti dan Rahmawati (1994), zeolit mampu

menghilangkan kekeruhan, menurunkan kandungan bahan kimia dan menurunkan

jumlah bakteri patogen. Ketiga hal tersebut dapat terjadi karena selama proses, di

dalam media filter terjadi peristiwa-peristiwa: mekanis, penjerapan, metabolisme

secara biologis dan pertukaran ion.

Proses penghilangan polutan melalui sistim aerasi umumnya menghasilkan

partikulat dan bahan organik koloid berupa gumpalan lumpur. Untuk

mengendapkannya memerlukan waktu 20 – 30 menit (Jenie dan Rahayu, 1990).

Menurut Sugiharto (1987), kebutuhan udara dalam proses aerasi adalah sebesar

123 m3tiap kg BOD.

2.4.1 Pengolahan Aerasi

Proses aerasi merupakan proses penambahan gas oksigen yang berasal dari

udara ke dalam air limbah dengan tujuan untuk menghilangkan bahan organik

maupun bau yang disebabkan oleh senyawa hasil penguraian zat organik yang terjadi

secara anaerobik, misalnya NH3,H2S dan CH4. Dasar perencanaannya bersumber dari

pengertian aktivitas metabolisme (biokimia) mikroorganisme. Pengertian proses

biokimia itu sendiri adalah penggunaan enzim mikroorganisme untuk mengubah

bahan makanan/substrat (biodegradable carbon), demi berlangsungnya sintesis sel

dan pertumbuhan mikroorganisme tersebut (Metcalf dan Eddy, 2003). Lebih jauh lagi

dikemukakan bahwa prinsip aplikasi dari proses pengolahan dengan cara ini adalah :

(1) pengurangan bahan organik berkarbon (carboneous organic matter) dalam air

limbah, yang biasanya diukur dengan parameter BOD (biological organic demand),

TOC (total organic chemical) atau COD (chemical organic demand); (2) Nitrifikasi;

Gambar

Gambar 1.  Kerangka Pemikiran
Tabel 1.  Komposisi lindi buangan domestik
Gambar 9. Kondisi lindi sebelum dilakukan pengambilan sampel
Gambar 13. Fluktuasi nilai BOD5 pada 4 taraf laju aerasi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penelitian ini peralihan yang dimaksud adalah peralihan dari petani padi ke petani kelapa sawit di kelurahan ujung padang kabupaten simalungun.Tujuan

41 Tahun 2009 tanggal 11 Nopember 2009 tentang Tatacara Mendapatkan Sertifikat Pramuwisata, Kartu Tanda Pengenal Pramuwisata (KTPP) dan Penggunaan Pakaian Adat Bali oleh

Semiempirical Computation of Large Organic Structures and their UV/vis Spectra: Program Discription and Application to Poly(triacetylene) Hexamer and Taxotere . by Harold

1) Kepala sekolah, untuk tujuan mengetahui tentang adanya kegiatan keagamaan di sekolah dan upaya yang dilakukan berkenaan dalam pembentukan sikap religius siswa,

Operasionalisasi variabel diperlukan untuk menentukan jenis, indikator serta skala dari variabel-variabel yang terkait dalam penelitian, sehingga pengujian hipotesis dengan alat bantu

Sebuah skripsi diajukan guna memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pada Jurusan Pendidikan Khusus. ©

Penggunaan metode ini dikarenakan sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian yaitu untuk memperoleh seberapa besar pengaruh perilaku belajar di studio gambar

Untuk mengetahui kualitas air Sungai dalam kaitannya dengan penyediaan. dan penggunaan air sungai di Desa Kelambir Kecamatan