KAJIAN POLA SEBARAN ALIRAN UDARA PANAS
PADA MODEL PENGERING EFEK RUMAH KACA HIBRID
TIPE RAK BERPUTAR MENGGUNAKAN
COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS
PUJI WIDODO
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Kajian Pola Sebaran Aliran Udara Panas pada Model Pengering Efek Rumah Kaca Hibrid Tipe Rak Berputar Menggunakan Computational Fluid Dynamics adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal dan dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Bogor, 20 Agustus 2009
Puji Widodo
ABSTRACT
PUJI WIDODO. Study of heatflow distribution pattern on Hybrid Green-house Effect (GHE) Solar Dryer with Rotating Racks Type Using Computational Fluid Dynamics (CFD). Under supervision of DYAH WULANDANI and Y. ARIS PURWANTO
Uniformity of moisture content of product is one of the problem at GHE Solar Dryer with static racks type dan horizontal rotating racks type. The distribution of heatflow inside the chamber during drying period has an effect on the uniformity of moisture content in the product. The hypothesis in this study was the geometry of drying chamber as well as the position of inlet-outlet has an effect on the heatflow distribution in GHE.
The objective of this study were : 1) to study the heatflow distribution in GHE solar dryer with rotating racks by simulation model using computational fluid dynamic (CFD), 2) to validate the model, and 3) to design GHE solar dryer prototype, and 4) to simulate of heatflow distribution inside GHE prototype.
There were 6 scenarios of GHE solar dryer model that simulated based on outlet form and inlet position. The parameter for simulation process were solar radiation, airflow velocity, ambient relative humidity, and drying chamber boundary condition. The solar dryer model was selected based on the CFD analysis which resulted the higest average temperature.
It was found that Scenario 5 resulted the average temperature of 43.5oC with standard deviation 2.2oC and average airflow velocity of 0.13m/s with standard deviation 0.15m/s . Validation of temperature at scenario 5 for three experiments resulted the absolute percentage determination (APD) of 0.36%, 1.97%. dan 2.42%. For airflow velocity resulted APD of 0.38%, 0.33% and 0.76%. Relative humidity resulted APD of 0.38%, 0.36% dan 0.76%.
Based on these results, the GHE solar dryer was then designed and constructed. The prototype of GHE solar dryer with rotating racks has dimention of 250x150x190 cm, has 3 silinders , 48 racks, 3 fans and 3 radiators with the capasity of 100 kg of products. The simulation using CFD for the prototype of GHE solar dryer showed that the average temperature distribution was 53.6oC with standard deviation of 1.28oC and the average velocity distribution of 0.30m/s with standartd deviation of 0.2m/s.
Key words : GHE solar dryer, computational fluid dynamic, drying process, ,
simulation model of GHE.
RINGKASAN
PUJI WIDODO. Kajian Pola Sebaran Aliran Udara Panas Pada Model Pengering Efek Rumah Kaca Hibrid Tipe Rak Berputar Menggunakan Computational Fluid
Dynamics (CFD). Dibimbing oleh DYAH WULANDANI dan Y ARIS
PURWANTO.
Keseragaman kadar air akhir produk yang dikeringkan masih menjadi masalah yang banyak dijumpai pada pengering ERK tipe rak statis dan rak yang berputar secara horisontal. Keseragaman kadar air produk ini akan berpengaruh terhadap kualitas produk. Salah satu penyebabnya adalah distribusi aliran udara panas yang tidak merata di dalam ruang pengering selama proses pengeringan.
Distribusi aliran udara panas diduga dipengaruhi oleh bentuk geometri ruang pengering dan posisi penempatan inlet-outlet. Analisis CFD dapat digunakan untuk menentukan model distribusi suhu yang terbaik melalui simulasi dan validasi model pengering.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji pola aliran udara optimal model pengering efek rumah kaca tipe rak berputar dengan melakukan simulasi menggunakan software Gambit dan Fluent; Menguji dan menvalidasi model pengering efek rumah kaca; Merancang prototipe pengering ERK dan melakukan simulasi pola aliran udara pada prototipe pengering ERK.
Dalam penelitian ini dilakukan pembuatan model Gambit dan simulasi Fluent dalam 6 skenario alat pengering berdasarkan bentuk geometri ruang pengering dan posisi inlet-outlet agar diperoleh model pengering ERK hibrid yang optimum. Variabel input dalam proses simulasi meliputi : iradiasi matahari, suhu, kecepatan aliran udara, sifat-sifat udara dan material pengering.
Berdasarkan analisis CFD kemudian ditentukan pemilihan model secara kuantitatif didasarkan pada rata-rata simulasi CFD suhu tertinggi dan digunakan sebagai acuan dalam pembuatan model ERK hibrid tipe rak berputar skala labolatorium.
Validasi simulasi dilakukan dengan membandingkan nilai suhu dan kecepatan udara antara hasil pengukuran dengan hasil simulasi dari model pengering yang optimum. Validasi suhu Skenario 5 yang dilakukan dengan 3 kali percobaan diperoleh hasil bahwa nilai simpangan mutlak 0.36% , 1.97% dan 2.42%, sedangkan validasi kecepatan aliran udara diperoleh simpangan mutlak 0.38%, 0.33% dan 0.76% serta validasi kelembaban udara diperoleh bahwa simpangan mutlak 0.38%, 0.36% dan 0.76%.
Hasil validasi distribusi suhu, kecepatan dan kelembaban udara digunakan sebagai pertimbangan untuk membuat rancangan pengering ERK hibrid tipe rak berputar skala lapang. Rancangan pengering ERK hibrid tipe rak berputar skala lapang memiliki kapasitas pengeringan 100 kg produk dan memiliki dimensi panjang, lebar dan tinggi berturut-turut 250, 150 dan 180 cm, di dalam ruang pengering terdapat 3 silinder sebagai tempat bergantung 48 rak pengering, terdapat pula 3 kipas dan 3 radiator.
Simulasi suhu CFD pada pengering ERK hibrid tipe rak berputar skala lapang menunjukkan bahwa distribusi suhu rata-rata ruang pengering 53.6oC dengan deviasi standar 1.2oC dan distribusi kecepatan aliran udara rata-rata 0.30m/dt dengan deviasi standar 0.2 m/dt sehingga pengering ERK skala lapang ini sesuai untuk digunakan sebagai alat pengering cengkeh yang optimal.
@Hak Cipta milik IPB, tahun 2008 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa
mencantumkan atau menyebutkan nara sumber
a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyususnan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah
b. Pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB 2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh Karya
KAJIAN POLA SEBARAN ALIRAN UDARA PANAS
PADA MODEL PENGERING EFEK RUMAH KACA HIBRID
TIPE RAK BERPUTAR MENGGUNAKAN
COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS
PUJI WIDODO F151070081
Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada
Mayor Teknik Mesin Pertanian dan Pangan
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Judul Tesis : Kajian Pola Sebaran Aliran Udara Panas Pada Model Pengering Efek Rumah Kaca Hibrid Tipe Rak Berputar Menggunakan
Computational Fluid Dynamics
Nama : Puji Widodo NRP : F151070081
Disetujui Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Dyah Wulandani, M.Si Dr. Ir. Y. Aris Purwanto,M.Sc
Ketua Anggota
Diketahui :
Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana Teknik Mesin Pertanian dan Pangan
Dr.Ir. Radite P. A. Setiawan, M.Agr Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodipuro, MS
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Alloh SWT dengan segala Maha KesempurnaanNya, dan shalawat kepada Nabi Muhammad SAW sebagai tauladan umat.
Alhamdulillah, penulis dapat menyelesaikan penelitian dengan judul ”Kajian Pola Sebaran Udara Panas Pada Model Pengering Efek Rumah Kaca Hibrid Tipe Rak Berputar Menggunakan Computational Fluid Dynamics.
Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian Hibah Bersaing pada proyek Pengembangan Alat Pengering Efek Rumah Kaca (ERK) Hybrid Tipe Rak Berputar Untuk Penyeragaman Aliran Udara Panas yang dibiayai oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional, 5 Maret 2008.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan rasa terima kasih yang mendalam kepada :
1. Dr. Ir. Dyah Wulandani, M.Si selaku ketua komisi pembimbing, atas segala arahan dan bimbingannya selama pendidikan, penelitian dan penyelesaian tesis.
2. Dr. Ir. Y. Aris Purwanto, M.Sc sebagai anggota komisi pembimbing, atas segala arahan dan bimbingannya selama pendidikan, penelitian dan penyelesaian tesis.
3. Dr.Ir. Teguh Wikan Widodo, M.Sc sebagai penguji luar komisi pada ujian tesis.
4. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Proyek Hibah Bersaing, Surat Perjanjian Pelaksanaan Desentralisasi Penelitian No. 318/SP2H/PP2M/2008, yang telah memberikan dana dalam penelitian ini.
5. Teman-teman TMP satu angkatan 2007: Pak Sigit, Mas Arief, Mas Wilson, Pak Edy, Mas Wahyu, Pak Tahir, Bu Anik, Bu Novi, Bu Ida dan Bu Yuli serta Pak Lilik dan Mas Diswandi, atas kebersamaannya selama pendidikan dan kepada Pak Harto, Mas Firman dan Mas Darma, atas bantuan teknis selama penelitian.
KAJIAN POLA SEBARAN ALIRAN UDARA PANAS
PADA MODEL PENGERING EFEK RUMAH KACA HIBRID
TIPE RAK BERPUTAR MENGGUNAKAN
COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS
PUJI WIDODO
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Kajian Pola Sebaran Aliran Udara Panas pada Model Pengering Efek Rumah Kaca Hibrid Tipe Rak Berputar Menggunakan Computational Fluid Dynamics adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal dan dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Bogor, 20 Agustus 2009
Puji Widodo
ABSTRACT
PUJI WIDODO. Study of heatflow distribution pattern on Hybrid Green-house Effect (GHE) Solar Dryer with Rotating Racks Type Using Computational Fluid Dynamics (CFD). Under supervision of DYAH WULANDANI and Y. ARIS PURWANTO
Uniformity of moisture content of product is one of the problem at GHE Solar Dryer with static racks type dan horizontal rotating racks type. The distribution of heatflow inside the chamber during drying period has an effect on the uniformity of moisture content in the product. The hypothesis in this study was the geometry of drying chamber as well as the position of inlet-outlet has an effect on the heatflow distribution in GHE.
The objective of this study were : 1) to study the heatflow distribution in GHE solar dryer with rotating racks by simulation model using computational fluid dynamic (CFD), 2) to validate the model, and 3) to design GHE solar dryer prototype, and 4) to simulate of heatflow distribution inside GHE prototype.
There were 6 scenarios of GHE solar dryer model that simulated based on outlet form and inlet position. The parameter for simulation process were solar radiation, airflow velocity, ambient relative humidity, and drying chamber boundary condition. The solar dryer model was selected based on the CFD analysis which resulted the higest average temperature.
It was found that Scenario 5 resulted the average temperature of 43.5oC with standard deviation 2.2oC and average airflow velocity of 0.13m/s with standard deviation 0.15m/s . Validation of temperature at scenario 5 for three experiments resulted the absolute percentage determination (APD) of 0.36%, 1.97%. dan 2.42%. For airflow velocity resulted APD of 0.38%, 0.33% and 0.76%. Relative humidity resulted APD of 0.38%, 0.36% dan 0.76%.
Based on these results, the GHE solar dryer was then designed and constructed. The prototype of GHE solar dryer with rotating racks has dimention of 250x150x190 cm, has 3 silinders , 48 racks, 3 fans and 3 radiators with the capasity of 100 kg of products. The simulation using CFD for the prototype of GHE solar dryer showed that the average temperature distribution was 53.6oC with standard deviation of 1.28oC and the average velocity distribution of 0.30m/s with standartd deviation of 0.2m/s.
Key words : GHE solar dryer, computational fluid dynamic, drying process, ,
simulation model of GHE.
RINGKASAN
PUJI WIDODO. Kajian Pola Sebaran Aliran Udara Panas Pada Model Pengering Efek Rumah Kaca Hibrid Tipe Rak Berputar Menggunakan Computational Fluid
Dynamics (CFD). Dibimbing oleh DYAH WULANDANI dan Y ARIS
PURWANTO.
Keseragaman kadar air akhir produk yang dikeringkan masih menjadi masalah yang banyak dijumpai pada pengering ERK tipe rak statis dan rak yang berputar secara horisontal. Keseragaman kadar air produk ini akan berpengaruh terhadap kualitas produk. Salah satu penyebabnya adalah distribusi aliran udara panas yang tidak merata di dalam ruang pengering selama proses pengeringan.
Distribusi aliran udara panas diduga dipengaruhi oleh bentuk geometri ruang pengering dan posisi penempatan inlet-outlet. Analisis CFD dapat digunakan untuk menentukan model distribusi suhu yang terbaik melalui simulasi dan validasi model pengering.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji pola aliran udara optimal model pengering efek rumah kaca tipe rak berputar dengan melakukan simulasi menggunakan software Gambit dan Fluent; Menguji dan menvalidasi model pengering efek rumah kaca; Merancang prototipe pengering ERK dan melakukan simulasi pola aliran udara pada prototipe pengering ERK.
Dalam penelitian ini dilakukan pembuatan model Gambit dan simulasi Fluent dalam 6 skenario alat pengering berdasarkan bentuk geometri ruang pengering dan posisi inlet-outlet agar diperoleh model pengering ERK hibrid yang optimum. Variabel input dalam proses simulasi meliputi : iradiasi matahari, suhu, kecepatan aliran udara, sifat-sifat udara dan material pengering.
Berdasarkan analisis CFD kemudian ditentukan pemilihan model secara kuantitatif didasarkan pada rata-rata simulasi CFD suhu tertinggi dan digunakan sebagai acuan dalam pembuatan model ERK hibrid tipe rak berputar skala labolatorium.
Validasi simulasi dilakukan dengan membandingkan nilai suhu dan kecepatan udara antara hasil pengukuran dengan hasil simulasi dari model pengering yang optimum. Validasi suhu Skenario 5 yang dilakukan dengan 3 kali percobaan diperoleh hasil bahwa nilai simpangan mutlak 0.36% , 1.97% dan 2.42%, sedangkan validasi kecepatan aliran udara diperoleh simpangan mutlak 0.38%, 0.33% dan 0.76% serta validasi kelembaban udara diperoleh bahwa simpangan mutlak 0.38%, 0.36% dan 0.76%.
Hasil validasi distribusi suhu, kecepatan dan kelembaban udara digunakan sebagai pertimbangan untuk membuat rancangan pengering ERK hibrid tipe rak berputar skala lapang. Rancangan pengering ERK hibrid tipe rak berputar skala lapang memiliki kapasitas pengeringan 100 kg produk dan memiliki dimensi panjang, lebar dan tinggi berturut-turut 250, 150 dan 180 cm, di dalam ruang pengering terdapat 3 silinder sebagai tempat bergantung 48 rak pengering, terdapat pula 3 kipas dan 3 radiator.
Simulasi suhu CFD pada pengering ERK hibrid tipe rak berputar skala lapang menunjukkan bahwa distribusi suhu rata-rata ruang pengering 53.6oC dengan deviasi standar 1.2oC dan distribusi kecepatan aliran udara rata-rata 0.30m/dt dengan deviasi standar 0.2 m/dt sehingga pengering ERK skala lapang ini sesuai untuk digunakan sebagai alat pengering cengkeh yang optimal.
@Hak Cipta milik IPB, tahun 2008 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa
mencantumkan atau menyebutkan nara sumber
a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyususnan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah
b. Pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB 2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh Karya
KAJIAN POLA SEBARAN ALIRAN UDARA PANAS
PADA MODEL PENGERING EFEK RUMAH KACA HIBRID
TIPE RAK BERPUTAR MENGGUNAKAN
COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS
PUJI WIDODO F151070081
Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada
Mayor Teknik Mesin Pertanian dan Pangan
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Judul Tesis : Kajian Pola Sebaran Aliran Udara Panas Pada Model Pengering Efek Rumah Kaca Hibrid Tipe Rak Berputar Menggunakan
Computational Fluid Dynamics
Nama : Puji Widodo NRP : F151070081
Disetujui Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Dyah Wulandani, M.Si Dr. Ir. Y. Aris Purwanto,M.Sc
Ketua Anggota
Diketahui :
Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana Teknik Mesin Pertanian dan Pangan
Dr.Ir. Radite P. A. Setiawan, M.Agr Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodipuro, MS
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Alloh SWT dengan segala Maha KesempurnaanNya, dan shalawat kepada Nabi Muhammad SAW sebagai tauladan umat.
Alhamdulillah, penulis dapat menyelesaikan penelitian dengan judul ”Kajian Pola Sebaran Udara Panas Pada Model Pengering Efek Rumah Kaca Hibrid Tipe Rak Berputar Menggunakan Computational Fluid Dynamics.
Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian Hibah Bersaing pada proyek Pengembangan Alat Pengering Efek Rumah Kaca (ERK) Hybrid Tipe Rak Berputar Untuk Penyeragaman Aliran Udara Panas yang dibiayai oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional, 5 Maret 2008.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan rasa terima kasih yang mendalam kepada :
1. Dr. Ir. Dyah Wulandani, M.Si selaku ketua komisi pembimbing, atas segala arahan dan bimbingannya selama pendidikan, penelitian dan penyelesaian tesis.
2. Dr. Ir. Y. Aris Purwanto, M.Sc sebagai anggota komisi pembimbing, atas segala arahan dan bimbingannya selama pendidikan, penelitian dan penyelesaian tesis.
3. Dr.Ir. Teguh Wikan Widodo, M.Sc sebagai penguji luar komisi pada ujian tesis.
4. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Proyek Hibah Bersaing, Surat Perjanjian Pelaksanaan Desentralisasi Penelitian No. 318/SP2H/PP2M/2008, yang telah memberikan dana dalam penelitian ini.
5. Teman-teman TMP satu angkatan 2007: Pak Sigit, Mas Arief, Mas Wilson, Pak Edy, Mas Wahyu, Pak Tahir, Bu Anik, Bu Novi, Bu Ida dan Bu Yuli serta Pak Lilik dan Mas Diswandi, atas kebersamaannya selama pendidikan dan kepada Pak Harto, Mas Firman dan Mas Darma, atas bantuan teknis selama penelitian.
Muhammad Zaky Ramadhan merupakan penyemangat bagi penulis dalam menyelesaikan sekolah pasca sarjana.
Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam penulisan penelitian ini. Oleh karena itu kritik, saran dan koreksi sangat kami harapkan demi penyempurnaan penelitian dan semoga bermanfaat.
Bogor, 20 Agustus 2009
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Yogyakarta pada tanggal 23 Oktober 1965 dari ayah Basuki dan Ibu Bunijah. Penulis merupakan putra kedua dari tiga bersaudara.
Tahun 1985 penulis lulus dari SMA Negeri 3 Yogyakarta dan pada tahun yang sama lulus seleksi penerimaan mahasiswa baru pada Fakultas Teknologi Pertanian , Jurusan Mekanisasi Pertanian, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Pada bulan Agustus Tahun 1994, penulis lulus program S-1, dan pada bulan Januari 1995 penulis bekerja di Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan, Departemen Pertanian RI sebagai Perekayasa pada mesin prosesing sampai saat sekarang.
Selama bekerja di Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian, penulis telah mengahasilkan rekayasa alat : pelet pakan ternak, pengering pelet tipe rak, mesin pemanen kedelai, perontok polong kacang tanah, pengering kacang tanah, pengupas kacang tanah, sortir kacang tanah, pengering kista artemia, delinter kapas tipe kering, dan pengering semprot (spary dryer) kapasitas 1 dan 5 liter/jam.
Tahun 1999, penulis berkesempatan mendapat tugas training dari Departemen Pertanian pada program Farm Mechanization II di Tsukuba, Jepang yang diselenggarakan oleh JICA pada bulan Februari sampai November.
Tahun 2007, penulis mendapat ijin tugas belajar untuk melanjutkan ke sekolah pasca sarjana, Institut Pertanian Bogor pada Program Studi Mayor Teknik Mesin Pertanian dan Pangan, Fakultas Teknik Pertanian, Departemen Teknik Pertanian.
Tahun 2008, penulis turut serta dalam penelitian Hibah Bersaing yang dibiayai oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi pada tanggal 5 Maret. Selama penelitian telah dihasilkan 2 makalah seminar dengan judul Analisis Computable
Fluid Dynamics (CFD) pada Model Pengering Efek Rumah Kaca Hybrid Tipe
Rak Berputar untuk Pengeringan Cengkeh yang disampaikan pada Seminar Nasional Mekanisasi Pertanian, Cimanggu-Bogor, 23 Oktober 2008 dan makalah Simulasi Model Pengering ERK Hibrid Tipe Rak Berputar Menggunakan
Computational Fluid Dynamics (CFD) yang disampaikan pada seminar
i
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI……… i
DAFTAR TABEL ………. ii
DAFTAR GAMBAR ……… iii
DAFTAR LAMPIRAN ……… iv
DAFTAR SIMBOL ………... v
BAB I. PENDAHULUAN ……… 1
1.1. Latar Belakang ……….. 1
1.2. Hipotesa... 3
1.3. Tujuan Penelitian ……….. 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ………. 4
2.1. Pengeringan ………... 4
2.2. Pengering Berenergi Surya ………... 6 2.3. Hasil-hasil Pengering ERK Pada Berbagai Produk Pertanian ………….. 8
BAB III. PENDEKATAN TEORI ……….. 9
3.1 Teknik Simulasi CFD ……… 9
3.2. Proses Simulasi CFD ………. 10
3.3. Metode Diskritisasi CFD ……….. 11
3.4. RH Udara Pengering………. 14
BAB IV METODOLOGI ………. 15
4.1. Waktu dan Tempat Penelitian ………... 15 4.2. Peralatan dan Bahan ……….. 15
4.2.1. Peralatan ……….. 15
4.2.2. Bahan ……….. 15
4.3. Tahapan Penelitian ……… 17
4.3.1. Penentuan Rancangan Model Pengering ERK……… 19 4.3.2. Pengujian dan Validasi ……… 21 4.3.3. Perancangan prototipe pengering ERK……… 24
BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN ……….. 26
ii
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1. Laju pengering rata-rata pada masing-masing rak ……… 8 Tabel 2. Kondisi batas pada simulasi suhu dan kecepatan udara
skenario 1-6……… 28
Tabel 3. Kondisi batas pada validasi suhu, kecepatan dan RH ruang pengering... 41 Tabel 4. Perancangan pengering ERK skala Lab. ... 48
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1. Data percobaan 1, 2 dan 3 ...………..…… 56 Lampiran 2. Perhitungan kondisi batas ruang pengering………. 65 Lampiran 3. Perhitungan simulasi suhu pada skenario 1-6... 71 Lampiran 4. Perhitungan simulasi kecepatan udara ruang pengering ... 73 Lampiran 5. Perhitungan kondisi batas ruang pengering untuk validasi
suhu, kecepatan dan RH udara ... 75 Lampiran 6. Validasi suhu udara ruang pengering... 77 Lampiran 7. Validasi kecepatan udara ruang pengering ... 80 Lampiran 8. Validasi RH udara ruang pengering ... 83 Lampiran 9. Perhitungan kondisi batas ruang pengering ... 86 Lampiran 10. Lampiran 10. Perhitungan rancangan pengering ERK
hibrid skala lapang... 93 Lampiran 11. Distribusi suhu memotong x = 1250mm pada pengering
v
DAFTAR SIMBOL
Simbol : Keterangan : Satuan
A : luas penampang m2
H : kelembaban mutlak kg/kg
a
H : kelembaban mutlak lingkungan kg/kg udara kering
w
H : kelembaban mutlak bahan kg/kg udara kering
N : jumlah data -
P : tekanan Pa
Pv : tekanan uap Pa
s
P : tekanan jenuh air Pa
c
Q : Nilai hasil simulasi
o
Q : Nilai hasil pengukuran
R : konstanta gas ideal J/mol oC
a
RH : kelembaban udara lingkungan %
r
RH : kelembaban udara pengering %
i
S : sumber gerakan energi dalam m3dtk-1
Mx
S : sumber gerakan momentum arah x m3dtk-1
My
S : sumber gerakan momentum arah y m3dtk-1
Mz
S : sumber gerakan momentum arah z m3dtk-1
T : suhu oC
a
T : suhu lingkungan oC
w
T : suhu bahan oC
W : kadar air %
h : koefisien konveksi W/moC
k : koefisien konduksi W/moC
t : waktu Detik
u : kecepatan arah x m/dtk
v : kecepatan arah y m/dtk
w : kecepatan arah z m/dtk
x : koordinat arah x m/dtk
y : koordinat arah y Detik
z : koordinat arah z m/dtk
ρ : berat jenis kg/m3
u
ρ : densitas arah x kg/m3
v
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pengeringan pada produk pertanian tertentu (cengkeh) menghendaki
kandungan minyak dalam bahan tetap utuh sehingga diperlukan pencegahan
terhadap penguapan minyak dan tidak dilakukan pengadukan agar diperoleh
bahan yang akan dikeringkan tidak mengalami penurunan kualitas. Oleh karena
itu diperlukan pengering cengkeh tipe rak. Pada umumnya, pengeringan produk
pertanian masih dilakukan secara tradisional yaitu pengeringan dengan cara
penjemuran di bawah sinar matahari secara langsung.
Usaha untuk melakukan proses pengeringan dapat pula dilakukan dengan
menggunakan pengering efek rumah kaca (ERK), yaitu bangunan berbentuk segi
empat, silinder atau kerucut terpancung dan berdinding transparan. Dinding
plastik transparan ini berfungsi sebagai perangkap gelombang panjang yang
dipancarkan oleh sinar matahari, sehingga terjadi akumulasi panas yang
dimanfaatkan untuk pengeringan produk pertanian. Salah satu keuntungan dengan
menggunakan pengering ERK adalah produk lebih bersih dan tidak
terkontaminasi dengan bahan yang tidak dikehendaki.
Masalah yang terjadi pada proses pengeringan cengkeh menggunakan
rak-rak statis adalah ketidakseragaman pada penurunan kadar air, suhu dan lama
waktu pengeringan antara rak atas, tengah dan bawah. Perbedaan hasil ini
diperoleh karena perbedaan posisi rak dalam ruang pengering. Udara pada rak-rak
yang dekat dengan sumber panas pada umumnya akan memiliki suhu yang tinggi
dan sebaliknya yang jauh dari sumber panas akan memiliki suhu yang rendah. Hal
tersebut di atas menyebabkan kualitas hasil pengeringan cengkeh yang tidak
seragam.
Wulandani (1997) melaporkan bahwa perbedaan suhu terjadi pada ruang
pengering pada proses pengeringan kopi berkisar 6oC antara bagian atas dan
bawah plat hitam yang dipasang horisontal di atas ruang pengering pada ruang
pengering transparan tipe bak. Mursalim (1995) mendapatkan perbedaan suhu
sekitar 10oC antara rak bagian tengah dan bawah pada pengeringan panili.
2
merata khususnya pengeringan yang menggunakan tipe rak pada pengeringan
cengkeh. Nampan-nampan pada tipe rak ini dapat menyebabkan distribusi udara
yang kurang baik dan menurunkan kinerja pengeringan karena waktu
pengeringan terlama dari produk yang terletak di nampan tertentu menjadi
penyebab lama pengeringan secara keseluruhan, dan masalah ini menentukan
total kapasitas pengeringan. Ratnawati (2003), melaporkan bahwa perbedaan suhu
terjadi pada ruang pengering sekitar 8.4oC antara rak bagian atas dan bagian
bawah pengering pada propses pengeringan cengkeh. Nugraha (2005),
menyatakan pula bahwa dalam proses pengeringan mahkota dewa, masalah
distribusi aliran udara panas yang belum merata menyebabkan menurunnya
kinerja alat pengering, Masalah ketidakseragaman kadar air produk hasil pertanian
juga merupakan akibat ketidakrataan aliran udara panas di dalam ruang pengering.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut di atas, maka dalam penelitian ini
akan dirancang alat pengering Efek Rumah Kaca (ERK) tipe rak berputar dengan
sistim pemanasan hibrid (surya dan biomassa) agar diperoleh keseragaman suhu
dalam ruang pengering atau produk yang dikeringkan akan menerima panas yang
sama di setiap posisi rak-rak berputar.
Untuk menentukan disain optimum, dalam perancangan ERK tipe rak
berputar vertikal skala labolatorium digunakan analisis Computational Fluid
Dyanamics (CFD). Disain optimum didasarkan pada keseragaman nilai suhu dan
kecepatan aliran udara. CFD adalah sistem analisis yang meliputi aliran fluida,
perpindahan panas, dan fenomena seperti reaksi kimia yang berdasarkan simulasi
komputer. CFD pada penelitian ini menggunakan software Gambit dan software
Fluent yang mampu melakukan simulasi sebaran udara panas dan kecepatan aliran
udara ke dalam virtual model atau prototipe dari sebuah sistem dengan
menerapkan kondisi nyata di lapang dan hasil analisis CFD dapat berupa prediksi
secara kuantitatif dan kualitatif. Simulasi distribusi dan pola aliran udara panas ini
diharapkan dapat menentukan disain ruang pengering beserta penempatan inlet
dan outlet secara lebih tepat sehingga tujuan keseragaman aliran udara panas
3
1.2. Hipotesa
Hipotesa penelitian ini adalah bahwa distribusi dan pola aliran udara panas
diduga dipengaruhi oleh geometri ruang pengering, lokasi penempatan inlet dan
outlet.
1.3. Tujuan penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Mengkaji pola aliran udara optimal dari 6 model pengering efek rumah kaca
tipe rak berputar dengan melakukan simulasi menggunakan software Gambit
dan Fluent.
2. Menguji dan menvalidasi model pengering efek rumah kaca.
3. Merancang prototipe pengering ERK lapang dan melakukan simulasi pola
aliran udara pada prototipe pengering ERK.
Kajian pola sebaran aliran udara panas dan validasi dilakukan untuk untuk
memprediksi, seleksi dan merancang kinerja pengering ERK hibrid tipe rak
berputar skala labolatoirum dan untuk menilai ketepatan model pengering ERK
lapang terhadap model yang dibentuk oleh CFD.
Output dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan pengering efek rumah
kaca hibrid tipe rak berputar skala labolatorium dengan pola sebaran aliran udara
panas yang merata pada ruang pengering melalui penempatan inlet, outlet, kipas,
sumber pemanas tertentu, sehingga diperoleh pola sebaran aliran udara panas
optimal.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengeringan
Pengeringan merupakan proses pengurangan kadar air bahan sampai
mencapai kadar air tertentu sehingga menghambat laju kerusakan bahan akibat
aktivitas biologis dan kimia (Brooker,1982). Menurut Fellow (2000), pengeringan
didefinisikan sebagai penerapan panas dalam kondisi terkontrol untuk
menghilangkan sejumlah air yang terkandung dalam bahan, sedangkan Henderson
dan Perry (1976) menyatakan bahwa pengeringan adalah proses pengeluaran air
dari suatu bahan pertanian menuju kadar air keseimbangan dengan udara
sekeliling atau pada tingkat kadar air dimana mutu bahan pertanian dapat dijaga
dari serangan jamur, aktivitas serangga dan enzim.
Dasar proses pengeringan adalah terjadinya penguapan air bahan ke udara
karena perbedaan kandungan air antara udara dengan bahan yang dikeringkan.
Agar suatu bahan menjadi kering, maka udara harus memiliki kandungan uap air
atau kelembaban nisbi yang relatif rendah dari bahan yang dikeringkan.
Pada saat suatu bahan dikeringkan, maka akan terjadi dua proses secara
bersamaan yaitu : (1) perpindahan energi panas dari lingkungan untuk
menguapkan air pada permukaan bahan, dan (2) perpindahan massa (air) di dalam
bahan akibat penguapan pada proses pertama. Air yang diuapkan terdiri dari air
bebas dan air terikat. Air bebas berada di permukaan dan yang pertama kali
mengalami penguapan (Mujumdar dan Devahastin, 2001).
Henderson dan Perry (1976) dan Brooker (1982), menyatakan bahwa proses
pengeringan dapat dibagi dua periode, yaitu : periode laju pengeringan tetap dan
laju pengeringan menurun. Selama laju pengeringan tetap, bahan mengandung air
cukup banyak dimana pada permukaan bahan berlangsung penguapan yang
lajunya dapat disamakan dengan laju penguapan pada permukaan air bebas.
Keadaan lingkungan sangat berpengaruh terhadap laju penguapan. Laju
pengeringan tetap berakhir pada saat laju difusi air dari bahan telah turun sehingga
lebih lambat dari laju penguapan. Periode ini berlangsung sangat singkat pada
5
Mekanisme pengeringan pada laju pengeringan menurun meliputi dua proses
yaitu pergerakan air dari dalam bahan ke permukaan bahan dan pengeluaran air
dari permukaan bahan ke udara sekitarnya. Laju pengeringan menurun terjadi
setelah laju pengeringan konstan dimana kadar air bahan lebih kecil dari pada
kadar air kritis (Henderson dan Perry, 1976). Sedangkan menurut Helmand dan
Singh (1980), menyatakan bahwa selama periode laju pengeringan konstan, laju
kadar air berpindah dari bahan dibatasi oleh laju evaporasi dari permukaan air
pada bahan. Laju pengeringan ini kontinyu sepanjang migrasi kadar air ke
permukaan dimana evaporasinya lebih cepat dari pada evaporasi di permukaan
dan laju evaporasinya dinyatakan dalam persamaan berikut :
) (
) (
a w m w
a k A H H
L T T hA dt
dw= − = −
... (1)
Pengeringan periode laju menurun terjadi setelah kadar air mencapai titik
kritis, proses pengeringan berlangsung pada laju yang menurun secara linear.
Menurut Brooker, (1974), beberapa parameter yang mempengaruhi waktu
yang dibutuhkan dalam proses pengeringan, antara lain :
1. Suhu udara pengering
Laju penguapan air bahan dalam pengering sangat ditentukan oleh kenaikan
suhu. Bila suhu pengering dinaikkan maka panas yang dibutuhkan untuk
penguapan air bahan menjadi berkurang. Suhu udara pengering berpengaruh
terhadap lama pengeringan dan kualitas bahan hasil pengeringan. Makin tinggi
suhu udara pengering, maka proses pengeringan makin singkat.
2. Kelembaban relatif udara pengering
Kelembaban udara relatif berpengaruh terhadap pemindahan cairan dari
dalam ke permukaan bahan. Kelembaban relatif juga menentukan besarnya
tingkat kemampuan udara pengering dalam menampung uap air di permukaan
bahan. Semakin rendah udara pengering, makin cepat pula proses pengeringan,
karena mampu menyerap dan menampung air lebih banyak dari pada udara
dengan kelembaban relatif yang lebih tinggi.
Laju penguapan air dapat ditentukan berdasarkan perbedaan tekanan uap air
pada udara yang mengalir dengan tekanan uap air pada permukaan bahan yang
6
kelembaban relatif udara. Semakin tinggi suhu, maka kelembaban relatif udara
makin turun sehingga tekanan uap jenuhnya akan naik.
3. Kecepatan udara pengering
Pada proses pengeringan, udara berfungsi sebagai pembawa panas untuk
menguapkan kandungan air pada bahan serta mengeluarkan uap air tersebut. Air
yang dikeluarkan dari bahan dalam bentuk uap dan harus secepatnya keluar dari
bahan. Bila tidak segera dipindahkan, maka akan membuat kondisi jenuh pada
permukaan bahan, sehingga akan memperlambat pengeluaran air selanjutnya.
Aliran udara yang ceat akan membawa uap air dari permukaan bahan dan
mencegah uap air tersebut menjadi jenuh di permukaan bahan. Semakin besar
volume udara yang mengalir, maka semakin besar pula kemampuan udara untuk
membawa uap air yang ada di permukaan bahan.
2.2. Pengering berenergi surya
Tujuan utama suatu sistem berenergi surya adalah mengumpulkan energi
radiasi surya menjadi panas. Dalam aplikasi pengeringan komoditi pertanian
terdapat tiga cara pengumpulan dan pengubahan energi surya yaitu :
(1) Penjemuran. Komoditi pertanian dihamparkan di atas tanah sehingga terkena
sinar matahari langsung. Hal ini menyebabkan jumlah panas yang hilang ke tanah
sangat banyak dan bahan yang dikeringkan akan menyerap uap air dari tanah
selama pengeringan; (2) Glanzing material yaitu menempatkan bahan pertanian di
bawah bahan kaca. Bahan kaca tertembus gelombang pendek sinar matahari
tetapi tidak tembus gelombang panjang inframerah (radiasi surya) sehingga
menimbulkan efek ruamah kaca. Bahan kaca penangkap energi surya berfungsi
sebagai : bahan penutup yang tak tembus radiasi panas yang dipantulkan oleh
bahan yang dikeringkan, sehingga panas terperangkap oleh penutup dan berfungsi
sebagai pembungkus untuk mengurangi kehilangan panas secara konveksi;
(3) meletakkan bahan pertanian dalam wadah (container) yang berfungsi penyerap
panas (absorber). Cara ketiga ini merupakan cara yang paling efektif dalam
pengumpulan energi surya dengan kehilangan panas yang rendah dan investasi
7
Panas yang terjadi di dalam pengering ERK sebagai akibat dari energi
gelombang pendek yang dipancarkan oleh matahari, diserap benda yang ada di
dalamnya, sebagian energi ini diserap dan dipantulkan dalam bentuk gelombang
panjang yang tak tembus penutup transparan. Lapisan penutup transparan
memungkinkan radiasi gelombang pendek dari matahari masuk dan menyekat
radiasi gelombang panjang (Abdullah et al., 1990).
Pengering efek rumah kaca (Abdullah et al., 1996) adalah sistem pengering
bertenaga surya dan struktur bangunan tembus cahaya yang memanfaatkan efek
rumah kaca. Sistem ini dapat digunakan pada pengeringan berbagai komoditas
pertanian, murah dibanding dengan sistem yang sudah ada, dan menghasilkan
kualitas yang memadai.
Jika matahari mengenai bahan tembus cahaya, maka sebagian sinar itu
diteruskan selain diserap dan dipantulkan kembali. Oleh karena itu penutup
transparan memerlukan bahan yang memiliki daya tembus (trasmissivity) yang
tinggi dengan daya serap (absortivity) dan daya pantul (reflektivity) yang rendah
agar memerangkap gelombang pendek sebanyak mungkin.
Suhu udara di dalam ruang pengering ERK berfluktuatif karena sangat
dipengaruhi oleh keberadaan surya. Iradiasi surya sifatnya selalu berubah dan
besar iradiasinya sangat dipengaruhi oleh waktu, lokasi dan musim. Oleh karena
itu pada sistem pengering ini masih diperlukan energi tambahan lainnya seperti
energi hasil pembakaran biomassa.
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pengeringan (Hall, 1957) yaitu :
faktor yang berhubungan dengan udara pengeringan dan faktor yang berhubungan
dengan sifat bahan yang dikeringkan. Faktor yang berhubungan dengan udara
pengeringan adalah suhu udara, debit aliran dan kelembaban udara pengering,
sedangkan faktor yang berhubungan dengan sifat bahan adalah bentuk, ukuran,
ketebalan bahan yang dikeringkan serta tekanan parsialnya. Menurut Suharto
(1991), faktor yang berpengaruh terhadap pengeringan diantaranya adalah suhu
dan kelembaban lingkungan, kecepatan aliran udara pengering, kadar air bahan,
8
2.3. Hasil-hasil pengering ERK pada berbagai produk pertanian
Pengeringan cengkeh dengan menggunakan rak pada pengering efek rumah
kaca telah menghasilkan penurunan kadar air, suhu dan lama waltu pengeringan
yang tidak seragam antara rak atas, tengah dan bawah. Hasil penelitian pengering
efek rumah kaca untuk pengeringan cengkeh ditunjukkan pada Tabel 1. sebagai
berikut :
Tabel 1. Laju pengeringan rata-rata pada masing-masing rak
Parameter Satuan Rak 1 Rak 2 Rak3
Suhu rak oC 46.9 39.6 38.5
Kadar air awal % bb 70.8 70.8 70.8
Kadar air akhir %bb 13.8 13.5 13.7
Laju pengeringan %bk/jam 5.5 3.4 3.1
Lama oengeringan Jam 40 65 70
(Sumber : Ratnawati.T, 2003)
Perbedaan hasil ini diperoleh karena perbedaan posisi rak dalam ruang
pengering sehingga distribusi suhu dalam ruang pengering pada masing-masing
rak tidak seragam, pada rak 1 mendapat panas yang tinggi sedangkan pada rak 3
panas yang diterima paling kecil, begitu pula dengan laju dan lama waktu
pengeringan.
Wulandani, (2005) melaporkan bahwa terjadi perbedaan yang cukup besar
antara suhu rak atas, tengah dan bawah dengan keragaman rata-rata 3.5oC dan
nilai ragam maksimum 4.5oC terjadi pada siang hari dengan tingkat radiasi surya
rata-rata 538 W/m2 yang sangat berpengaruh pada rak bagian atas. Perubahan
suhu pada rak atas mempunyai pola dan nilai yang hampir sama dengan
penjemuran. Suhu udara di rak tengah dan bawah lebih rendah dibandingkan
dengan suhu udara di rak atas, karena posisinya terhalang oleh sinar matahari oleh
rak-rak diatasnya. Namun demikian suhu udara di rak tengah memiliki
kecenderungan dan nilai yang sama dengan suhu udara di rak bawah.
Sebaran suhu udara pengering pada suhu lingkungan 32-34oC sebagai suhu
inlet dan suhu radiator 53-56oC dan iradiasi surya rata-rata 800.6 W/m2 diperoleh
sebaran suhu di dalam ruang pengering antara 37-46oC dan pada kecepatan aliran
udara inlet 1 dengan kecepatan 0.66 m/dt dan pada inlet 2 mengalir kecepatan
udara 1.35 m/dt sehingga sebaran kecepatan udara di dalam ruang pengering
0.01-0.7 m/dt (Nugraha, 2005).
9
BAB III
PENDEKATAN TEORI
3.1. Teknik Simulasi CFD
Computational Fluid Dynamics (CFD) adalah ilmu yang mempelajari cara
memprediksi aliran fluida, perpindahan panas, rekasi kimia, dan fenomena lainnya
dengan menyelesaikan persamaan-persamaan matematika atau model matematika
(Tuakia, 2008). Menurut Versteeg dan Malalasekera (1995) CFD adalah sistem
analisis yang meliputi aliran fluida, perpindahan panas dan fenomena seperti
reaksi kimia yang berdasarkan simulasi komputer. Pada saat sekarang aplikasi
CFD sudah banyak diterapkan pada disain mesin, ruang pembakaran, gas turbin
dan tungku pembakaran. Ditinjau dari istilah CFD bisa berarti suatu teknologi
komputasi yang memungkinkan untuk mempelajari dinamika dari benda-benda
atau zat-zat yang mengalir.
Pada dasarnya, persamaan-persamaan pada fluida dibangun dan dianalisis
berdasarkan persamaan-persamaan diferensial parsial (PDE=Partial Differential
Equation) yang menyatakan hukum-hukum konversi massa, momentum dan
energi.
Perangkat lunak (software) CFD mampu untuk melakukan simulasikan
aliran fluida, perpindahan panas, perpindahan massa, benda-benda bergerak,
aliran multifasa, reaksi kimia, interaksi fluida dengan struktur dan sistem akustik
hanya dengan pemodelan di komputer. Software CFD ini dapat membuat virtual
prototipe dari sebuah sistem atau alat yang ingin dianalisis dengan menerapkan
kondisi nyata di lapang. Software CFD akan memberikan data-data,
gambar-gambar, atau kurva-kurva yang menunjukkan prediksi dari performansi keandalan
sistem disain. Hasil analisis CFD dapat berupa prediksi kualitatif maupun prediksi
kuantitatif tergantung dari persoalan dan data input.
Keuntungan penggunaan CFD adalah :
1. Pemahaman Mendalam (Insight)
Analisis CFD mampu mendesain sistem atau alat yang sulit dibuat
prototipenya atau sulit untuk dilakukan pengujian. Analisis ini mampu masuk
10
2. Prediksi Menyeluruh (Foresight)
CFD adalah alat untuk memprediksi yang akan terjadi pada alat atau sistem
yang didisain dengan satu atau lebih kondisi batas dan dapat segera
menentukan disain optimal.
3. Efisiensi waktu dan biaya (Efficiency).
Foresight yang diperoleh CFD mampu membantu untuk mendisain lebih cepat
dan hemat uang. Analisis CFD akan lebih efisien waktu riset dan disain
sehingga akan mencapai ke sasarannya.
3.2. Proses Simulasi CFD
Seorang enjiner dalam merancang mesin memiliki berbagai alasan untuk
mendapatkan pengembangan persamaan-persamaan, namun masalah utamanya
dalam mendisain sistem termal adalah : (1) menyediakan proses simulasi termal
dan (2) mengembangkan pernyataan secara matematis untuk optimasi. Simulasi
secara nyata dan problem-problem optimasi harus dilaksanakan dengan
menggunakan komputer dan mengoperasikannya dengan persamaan-persamaan
dari pada tabel data (Stoecker, 1989).
Dalam membangun simulasi CFD dalam perancangan diperlukan tiga
tahapan yang meliputi:
1. Preprocessing
Preprocessing adalah membuat model dalam paket CAD (Computer Aided
Design), membuat mesh yang sesuai, dan menerapkan kondisi batas dan
sifat-sifat fluidanya.
2. Solving
Solvers merupakan program inti pencari solusi dalam CFD untuk menghitung
kondisi-kondisi yang diterapkan pada saat preprocessing.
3. Postprocessing
Postprocessing adalah adalah mengorganisasi dan menginterpretasi data
hasil simulasi CFD yang berupa gambar, kurva dan animasinya. Post Processor
yang meliputi : tampilan geometri domain dan grid, plot vektor, pergerakan
11
Semua program pendekatan CFD dilakukan melalui prosedur sebagai
berikut :
1. Software Gambit melakukan :
a. Pembuatan geometri model
b. Bidang atau volume yang diisi oleh fluida dibagi menjadi sel-sel kecil
(meshing)
2. Software Fluent melakukan :
a. Pendefinisian model fisik, misalnya : persamaan-persamaan gerak, entalpi,
konversi spesies untuk zat-zat yang didefinisikan.
b. Pendefinisian kondisi-kondisi batas, termasuk di dalamnya sifat-sifat dan
perilaku dari batas-batas model. Untuk kasus transient, kondisi awal juga
didefinisikan.
c. Persamaan-persamaan matematika yang membangun CFD diselesaikan
secara iterasi, bisa dalam kondisi tunak (steady state) atau transien.
d. Analisis dan visualisasi dari solusi CFD
3.3. Metode Diskritisasi CFD
CFD sebenarnya mengganti persamaan-persamaan differential parsial dari
kontinuitas, momentum, dan energi dengan persamaan-persamaan aljabar. CFD
merupakan pendekatan dari persoalan yang asalnya kontinum atau memiliki
jumlah sel tak terhingga menjadi model yang diskrit atau jumlah sel terhingga
(Tuakia, 2008). Persamaan pengatur aliran fluida adalah persamaan diferensial
parsial. Komputer digital tidak dapat digunakan untuk menyelesaikan persamaan
tersebut secara langsung. Oleh karena itu persamaan diferensial ini harus
ditransformasikan ke dalam persamaan aljabar yang sederhana dan disebut dengan
metode diskritisasi (Versteeg dan Malalasekera, 1995).
Ada beberapa teknik diskritisasi yang digunakan dan masing-masing
berdasarkan prinsip yang berbeda. Beberapa teknik tersebut adalah :
a. Metode beda hingga (Finite Difference methode)
b. Metode elemen hingga (Finite element methode)
12
Dalam simulasi pola aliran udara, udara digambarkan secara kuantitatif
dalam besaran suhu dan kecepatan dalam persamaan diferensial, dalam
koordinat Cartesian dan dipecahkan dengan menggunakan teknik CFD tiga
dimensi yang didasarkan pada analisis numerik dengan metode volume hingga.
Pemecahan simulasi dengan menggunakan software CFD : FUENT 6.1 dan
pembentukan geometri alat menggunakan software Gambit.
Kondisi batas dinyatakan sebagai berikut :
a. Kecepatan udara pada semua dinding dan atap pengering pada arah x,y dan
z adalah 0.
b. Kecepatan udara pada dinding rak pengering pada arah x, y dan z adalah 0.
c. Kecepatan udara pada kipas besarnya ditentukan berdasarkan kebutuhan
udara untuk menguapkan air dari sejumlah massa bahan.
Pemecahan masalah aliran (kecepatan, tekanan, suhu dan lain-lain)
didefinisikan pada titik (nodal) di dalam tiga sel. Ketepatan CFD dibentuk oleh
sejumlah sel di dalam grid. Secara umum semakin besar jumlah sel, ketelitian
hasil pemecahan semakin baik. Mesh optimal tidak selalu seragam, semakin halus
pada bagian yang memiliki variasi cukup besar dan semakin kasar untuk bagian
yang relatif tidak banyak perubahan.
Persamaan aliran fluida menyatakan hukum kekekalan fisika dalam bentuk
matematis, yaitu terdiri dari persamaan-persamaan :
1 Massa fluida kekal
2 Laju perubahan momentum sama dengan resultansi gaya pada partikel
fluida (Hukum II Newton)
3 Laju perubahan energi sama dengan resultansi laju panas yang
ditambahkan dan laju kerja yang diberikan pada partikel fluida ( Hukum
I Termodinamika).
Kekekalan Massa 3 Dimensi Steady-State
Laju kenaikan massa dalam elemen fluida = Laju net masssa ke dalam elemen
terbatas
Atau dituliskan alam bentuk matematis :
0 ) ( ) ( ) (
= ∂ ∂ + ∂ ∂ + ∂ ∂
z w y
v x
u ρ ρ
ρ
13
Persamaan (2) disebut sebagai persamaan kontinuitas untuk fluida. Ruas kiri
menggambarkan laju net massa keluar dari elemen melewati batas dan dinyatakan
sebagai faktor konveksi.
Persamaan Momentum dalam 3 Dimensi Staedy State
Persamaan momentummerupakan persamaan Navier-Stokes dalam bentuk
yang sesuai dengan volume hingga , sebagai berikut :
Momentum x :
Mx S z u y u x u u x z u w y u v x u
u ⎥+
⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ ∂ ∂ + ∂ ∂ + ∂ ∂ + ∂ ∂ = ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ ∂ ∂ + ∂ ∂ + ∂ ∂ 2 2 2 2 2 2 ρ
ρ ...(3)
Momentum y :
My S z v y v x v u y z v w y v v x v
u ⎥+
⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ ∂ ∂ + ∂ ∂ + ∂ ∂ + ∂ ∂ = ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ ∂ ∂ + ∂ ∂ + ∂ ∂ 2 2 2 2 2 2 ρ
ρ ...(4)
Momentum z :
Mz S z w y w x w u z z w w y w v x w
u ⎥+
⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ ∂ ∂ + ∂ ∂ + ∂ ∂ + ∂ ∂ = ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ ∂ ∂ + ∂ ∂ + ∂ ∂ 2 2 2 2 2 2 ρ
ρ ...(5)
Persamaan energi dalam 3 Dimensi Steady State
Persamaan energi diturunkan dari hukum pertama termodinamika yang
menyatakan bahwa : laju perubahan energi partikel fluida = laju npenambahan
panas ke dalam partikel fluida ditambahkan dengan laju kerja yang diberikan
pada partikel.
Atau dalam persamaan matematis :
i S z T y T x T k z w y v x u p z T w y T v x T
u ⎥+
⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ ∂ ∂ + ∂ ∂ + ∂ ∂ + ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ ∂ ∂ + ∂ ∂ + ∂ ∂ = ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ ∂ ∂ + ∂ ∂ + ∂ ∂ 2 2 2 2 2 2 ρ ...(6) Persamaan State
Kecepatan fluida selalu mencari keseimbangan secara termodinamika,
kecuali adanya gangguan. Jika digunakan variabel ρ dan p, maka persamaan state
untuk p dan i :
P = p (ρ,T) ...(7)
14
Untuk gas ideal :
P = ρ R T ...(9)
I = C v T ...(10)
3.4. RH Udara Pengering
Pemanasan udara dalam proses pengeringan dapat digambarkan dalam kurva
psychrometric. Perubahan suhu selama pemanasan, berlangsung berbentuk garis
horisontal pada kurva psychrometric, pada kondisi tekanan uap tetap dan kondisi
kelembaban mutlak tetap. Selama pemanasan dianggap tidak terjadi penambahan
uap air, artinya jumlah udara kering yang masuk sama dengan jumlah udara
kering keluar. Pada kondisi tekanan atmosfir, bila suhu meningkat maka akan
terjadi penurunan kelembaban udara.
RH merupakan perbandingan antara tekanan uap terhadap tekanan jenuh air
pada suhu ruangan.
RH =
Ps Pv
...(11)
Kelembaban mutlak (H) konstan selama pemanasan, karena :
H =
v atm
v
P P
P −
6219 . 0
, dimana 255.38 ≤T≤533.16oK dan Pv < Patm ...(12)
Maka tekanan uap (Pv) juga konstan selama proses pemanasan. Jika
kelembaban udara lingkungan (RHa) dan kelembaban udara pengering (RHr),
maka :
sr sa a r
P P RH RH
= ...(13)
ln 2
4 3 2
GT FT
ET DT CT BT A R Ps
−
+ + + + = ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛
...(14)
255.38 ≤T≤533.16oK (Keenan dan Keyes, 1936) dalam ASAE Standard 1994. dimana :
R = 22105649.25 D = 0.12558 x 10-3
A = -27405.526 E = -0.48502 x 10-7
B = 97.5413 F = 4.34903
15
BAB IV
METODOLOGI
4.1. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Maret 2008 sampai Maret 2009.
Lokasi penelitian di Labolatorium Energi dan Elektrifikasi Pertanian, Departemen
Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian IPB, Bogor.
4.2. Peralatan dan Bahan
4.2.1. Peralatan
Peralatan yang digunakan untuk penelitian ini adalah :
1. Pengering tipe Efek Rumah Kaca (ERK) Tipe Rak Berputar
2. Thermocouple tipe CC, dengan ketelitian 0.05oC
3. Chino Recorder Yokogawa tipe 3058, dengan ketelitian 0.05 mV
4. Multimeter digital model YEW tipe 2506A,dengan ketelitian 0.05 Ohm
5. Hotwire Anemometer model Lutron tipe AM-4204HA, dengan ketelitian
0.05 m/dt
6. Pyranometer model EKO tipe MS-401
7. Software Gambit 2.2.30 serta software Fluent 6.1
4.2.2.Bahan
Model pengering ERK hybrid (Gambar 1) yang digunakan dalam
penelitian adalah bangunan segiempat transparan yang terdapat lubang input
pada sisi samping dan pada sisi yang berlawan terdapat lubang output dengan
bentuk limas terpancung dan pada bagian dalamnya terdapat delapan rak yang
dapat berputar, radiator yang ditempat di tengah sisi bawah bangunan
pengering yang dilandasi plat hitam. Pada lubang pengeluaran (outlet)
16
Gambar 1. Model pengering ERK hibrid skala lab.
Disain pengering ERK hybrid tipe rak berputar terdiri dari :
(1) Rangka pengering dengan dimensi 1200x860x1350 mm terbuat dari besi
stall 30x30 mm;
(2) Rak pengering berjumlah 8 rak berukuran 200x600x30 mm;
(3) Atap dan dinding berupa plastik mika polyethyline transparan tebal
0.0005 m;
(4) Lantai terbuat dari plat besi tebal 1 mm yang dilapisi cat warna hitam
sebagai absorber panas;
(5) Radiator berperan sebagai alat penukar panas dari air panas ke udara
dalam pengering;
(6) Kipas radiator untuk meratakan suhu udara dalam pengering dan kipas
outlet untuk mengeluarkan udara panas;
(7) Sistem transmisi terdiri dari sprocket and chain dan
17
Disain model pengering ERK hybrid tipe rak berputar terdapat pada
Gambar 2.
Gambar 2. Disain model pengering ERK hibrid
Keterangan :
1. Atap 5. Lubang inlet dan outlet 2. Rangka pengering 6. Kipas
3. Rak 7. Lantai 4. Radiator
4.3. Tahapan Penelitian
Tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi 3 tahapan yaitu :
1. Melakukan kajian pola sebaran aliran udara optimal dari 6 model pengering
efek rumah kaca yang terdiri dari : Menggambar geometri model alat
pengering dengan menggunakan software Gambit, Melakukan simulasi
aliran udara (suhu dan kecepatan) dengan menggunakan software Fluent,
Membentuk pola aliran udara suhu, kecepatan dan RH dan melakukan
pemilihan model alat pengering yang optimum.
2. Pengujian dan validasi model pengering ERK hibrid : Tahap ini diawali
dengan pembuatan model alat pengering skala labolatorium yang optimum
yang didasarkan pada hasil tahap 1. Kemudian dilakukan pengujian. Hasil
pengujian digunakan untuk melakukan validasi simulasi CFD.
3. Perancangan pengering ERK hibrid skala lapang. Tahap ini melakukan
perancangan prototipe pengering ERK hibrid skala lapang , membentuk
geometri alat pengering hibrid skala lapang dan melakukan simulasi dengan
menggunakan software Fluent. (Lihat Gambar 3).
1
2
3
4
5
6
[image:44.612.180.456.121.244.2]18
Gambar 3 Diagram alur penelitian
Pembuatan Geometri prototipe dan
Simulasi
Menggambar geometri model alat pengering dengan software Fluent
Mulai
Simulasi aliran udara Suhu, Kecepatan dan RH
Pola aliran udara Suhu, Kecepatan dan RH
Pemilihan model alat pengering yang
optimum
Pembuatan model alat pengering skala labolatorium
Pengujian (data, suhu, kecepatan dan RH)
Perancangan prototipe pengering ERK skala lapang
19
4.3.1. Penentuan rancangan model pengering ERK
a. Pembuatan Model Gambit
Tahap pertama dalam simulasi CFD adalah pembuatan geometri alat
pengering dengan mengunakan software Gambit 2.2.30. Di dalam
program ini ditentukan domain dan kondisi batas model pengering yang
meliputi ruang pengering, saluran inlet dan outlet, rak kipas dan penukar
panas, lalu dilakukan pembuatan proses pembuatan grid dengan interval
tertentu.
Dalam pembuatan model ini terdapat dua model pengering yaitu
bangunan kotak transparan dengan bagian atap lengkung dengan inlet
pada dinding depan dan outlet pada dinding datar di belakang, sedangkan
model lainnya memiliki stukrtur sama dengan dinding belakang berbentuk
prisma segiempat terpancung. Model pengering ini berdimensi panjang
1100 mm, lebar 860 mm, tinggi 1350 mm dan tinggi lengkung atap 200
mm, sebagaimana terdapat pada Gambar 4.
Model 1 Model 2
Gambar 4. Model pengering ERK hibrid
Keterangan :
1. Lubang inlet 4. Fan 2. Lubang outlet 5. Radiator 3. Rak
Pada model 1 terdapat 3 skenario bentuk geometri model pengering,
demikian halnya dengan model 2 juga terdapat 3 skenario bentuk geometri
model pengering berdasarkan posisi lubang inlet pada ketinggian 1000, 675
dan 337.5 mm dari permukaan lantai, sehingga model pengering memiliki 6
skenario bentuk geometri model pengering seperti terdapat pada Gambar 5. 1
2,4 2,4
3 4
20
Gambar 5. Skenario bentuk geometri model pengering
b. Simulasi dengan Fluent
Geometri yang sudah dibuat diekspor ke Fluent untuk analisis lebih
lanjut. Program Fluent melakukan proses input data Fluent sebagai
berikut :
1. Mendifinisikan
a. Model, dimana didalamnya ditentukan solver tiga dimensi,
pemakaian energi, viscos model (laminer/turbulen)
b. Menentukan jenis fluida dan material penyusun bangunan
pengering yang digunakan serta sifat termofisiknya.
c. Menentukan kondisi operasi (Operation Condition)
d. Memasukkan nilai-nilai kondisi batas (Boundary Condition)
terhadap domain yang sudah dibuat dengan program Gambit.
2. Melakukan proses inisialisasi
3. Melakukan proses iterasi
Skenario 1 Skenario 2
Skenario 3 Skenario 4
21
4. Melihat tampilan hasil simulasi dalam bentuk Grid, Kontur (suhu,
kecepatan, tekanan dan lain-lain), Vektor (suhu, kecepatan , tekanan
dan lain-lain) sesuai dengan kebutuhan.
5. Mendapatkan informai data yang terkait hasil simulasi untuk
keperluan validasi Plot (XY plot, Histogram, Residual).
Asumsi yang digunakan dalam simulasi pola sebaran aliran udara
panas sebagai berikut:
1. Udara bergerak dalam kondisi steady state
2. Aliran udara diangap laminer
3. Udara tidak terkompresi (incompressible), ρ konstan
4. Bilangan Prandlt udara konstan (panas jenis, konduktivitas dan
viskositas udara konstan.
5. Udara lingkungan dianggap konstan selama simulasi
6. Iradiasi surya didefinisikan sebagai fluks dari atap dan dinding–
dinding bangunan pengering.
Hasil yang diperoleh dari simulasi dengan Fluent berupa model-model
distribusi suhu dan kecepatan pada skenario 1 sampai dengan skenario 6.
c.Penentuan model optimum
Penentuan model optimum ditentukan oleh nilai rata-rata suhu
tertinggi dari distribusi suhu pada skenario 1 – 6. Nilai rata-rata
didapatkan dari curve-fitting bidang distribusi lapisan tengah model
pengering (jarak bidang distribusi suhu terhadap sumbu z 550mm) yang
disusun menjadi data tabel XY dengan nilai suhu tertentu.
Model optimum pengering hibrid yang terpilih sebagai acuan untuk
divalidasikan dan distribusi kecepatan pada skenario 1-6 yang terpilih
yaitu skenario yang mengikuti pada model optimum yang terpilih.
4.3..2. Pengujian dan Validasi
Pengujian dan validasi didasarkan pada model optimum pengering
22
a. Pengujian
Pengujian model pengering ERK hibrid dilakukan tanpa beban,
dan parameter yang diukur meliputi : iradiasi matahari, suhu,
kecepatan dan kelembaban. Pengukuran suhu dilakukan pada suhu :
lingkungan, inlet, uotlet, dinding model pengering, atap dan lantai
serta suhu dalam ruang pengering. Pengukuran kecepatan aliran udara
dan kelembaban udara dilakukan pada : inlet, outlet dan di dalam
ruang pengering. Pengukuran dilakukan pada posisi bidang XY yang
memotong sumbu. kecepatan aliran udara dan kelemababn udara
terhadap sumbu Z = 432.5 0mm.
1. Iradiasi Surya
Pyranometer diletakkan disamping alat pengering yang tidak
terhalang sinar matahari. Pengukuran dilakukan saat alat mulai
dioperasikan sampai percobaan selesai dan data keluarannya berupa
tegangan (mV) yang terlihat pada multimeter. Nilai 1 mV keluaran
Pyranometer setara dengan 1000/7 Watt/m2.
2. Suhu dan kecepatan aliran udara
Pengukuran suhu udara menggunakan termokopel, dan Hotwire
anemometer. Pengukuran suhu dilakukan pada titik-titik suhu :
lingkungan, ruang pengering, radiator, Inlet dan outlet.
Titik-titik pengukuran suhu, kecepatan aliran udara dan
kelembaban udara di dalam ruang pengering menggunakan grid 10
artinya pengukuran suhu pada setiap dimensi 10 cm arah panjang X,
10 cm arah lebar Z dan 10 cm arah tinggi Y dengan menggunakan
Hotwire Anemometer, sehingga terdapat 9 lapis pengukuran dan
dalam satu lapis pengukuran terdapat 110 titik pengukuran, sehingga
jumlah total titik pengukuran suhu, kecepatan dan kelembaban udara
masing-masing terdapat 990 data.
3. Kelembaban Udara (RH Udara)
Pengukuran kelembaban udara mengunakan termometer bola
basah dan kering dan kelembaban udara yang diukur meliputi
23
Gambar 6. Letak titik pengukuran suhu, kecepatan udara dan RH
b. Validasi Simulasi
Dalam validasi simulasi model pengring terdapat 3 percobaan
dengan 3 ulangan yaitu: bidang yang dianalisis percobaan 1 pada
posisi Z=10, 30 dan 70 cm; bidang yang dianalisis percobaan 2 pada
posisi Z=20,40 dan 70 cm; dan biodang yang dianalisis percobaan 3
pada posisi X=20,40 dan 60 cm. Bidang yang dianalisis adalah bidang
distribusi suhu dan kecepatan aliran udara pada model pengering
optimum.
Validasi model simulasi dilakukan dengan membandingkan nilai
suhu, kecepatan dan kelembaban udara hasil perhitungan dengan hasil
pengukuran pada bangunan pengering, pada grid 10 cm. Kriteria hasil
validasi dianalisis dengan metode Curve-fitting, yaitu cara penentuan
titik-titik suhu, kecepatan, dan kelembaban udara pada bidang simulasi
ke dalam bentuk data XY dan dibuat grafik korelasi data titik-titik
pengukuran CFD terhadap data titik pengukuran lapang.
Hasil validasi simulasi model pengering menggunakan CFD
dapat berupa kontur distribusi suhu dan kecepatan udara. Parameter
validasinya ditentukan oleh simpangan mutlaknya (APD) sebagai
berikut :
Simpangan mutlak (APD)
∑
(
)
⎥⎦ ⎤ ⎢
⎣
⎡ −
=
ukur hitung ukur
y y y
n
24
4.3.3 Perancangan prototipe pengering ERK
Dalam melakukan perancangan prototipe pengering ERK
dibutuhkan beberapa parameter yang berkaitan dengan kinerja prototipe
yaitu antara lain : jenis produk, kapasitas produk, kadar air awal dan akhir,
dan suhu pengeringan. Jenis produk yang akan digunakan dalam
perancangan ini adalah cengkeh.
Untuk mencegah menguapnya minyak cengkeh dalam proses
pengeringan maka pengeringan cengkeh perlu dilakukan pada suhu
optimum 55oC dan suhu maksimum yang diijinkan 60oC. Proses
pengeringan bertujuan untuk menurunkan kadar air rata-rata bunga
cengkeh setelah dipanen dari kadar air 70% basis basah menjadi kadar air
14% basis basah agar aman dari jamur dan bakteri (Argo, 1984).
Performansi alat pengering ERK secara teknis meliputi : iradiasi
surya, laju pengeringan, kadar air, energi surya dan listrik yang diterima
alat pengering, panas yang digunakan untuk menaikkan suhu dan
menguapkan air bahan, efisiensi pengeringan dan energi spesifik
pengeringan.
Penurunan kadar air produk selama proses pengeringan dihitung
berdasarkan :
Kadar air (% bb) = 100%
tan
x m m
m
pada air
air
+ ………. (17)
Kadar air (% bk) = 100%
tan
x m
m
pada
air ……….. (18)
Laju pengeringan
Laju pengeringan produk :
t M M
dt
dM o t
Λ −
= …..………. (19)
Energi untuk pengeringan (kJ) terdiri dari :
a. Energi panas dari iradiasi surya
25
b. Energi panas radiator
QRD =3.6UARD(TRD −Tr)t ……….………… (21) Total energi panas yang dikandung dalam udara pengering
RD IR E Q Q
Q = + ……… (22)
c. Energi listrik untuk kipas dan pompa air
Pkt
QL =3.6 ………. (23)
Kebutuhan energi untuk pengeringan produk (kJ) terdiri dari :
a. Panas yang digunakan untuk menaikkan suhu bahan
Pkt M
Cpp =0.837+0.034( o)3.6 .………...…………. (24) (Siebel, 1982)
Ql1 =moCpp(Tmak −Tinit)….……… (25) b. Panas yang digunakan untuk menguapkan air bahan
) ( 386 . 2 503 .
2 Tp
Hfg = − ……….. (26)
0.1≤T(oC)≤65.57 (Brooker, 1982)
Hfg m
Q2 = u. ………...……… (27) Energi total untuk menaikkan suhu bahan dan energi penguapan bahan
(QD), kJ
2 1 Q
Q
QD = + .. ……… (28)
Efisiensi pengeringan
a. Efisiensi sistem pengering
% 100
x Q Q
S D S =
η .. ………. (29)
b. Energi spesifik pengering
mu QS
T =
26
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Simulasi Model Pengering dengan Gambit
5.1.1. Bentuk domain 3D model pengering
Bentuk domain 3D ruang pengering diperoleh dari pr