• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis kesehatan pohon di Kebun Raya Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis kesehatan pohon di Kebun Raya Bogor"

Copied!
103
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KESEHATAN POHON

DI KEBUN RAYA BOGOR

ARINA MIARDINI

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA

FAKULTAS KEHUTANAN

(2)

ABSTRAK

ARINA MIARDINI (E34102044). Analisis Kesehatan Pohon di Kebun Raya Bogor. Dibimbing oleh ENDES NURFILMARASA DAHLAN dan ELIS NINA HERLIYANA.

Kebun Raya Bogor (KRB) merupakan salah satu bentuk hutan kota yang berada di kota Bogor. KRB sebagai kawasan konservasi ex-situ memiliki potensi kekayaan tumbuhan koleksi yang cukup menarik. KRB memiliki koleksi 222 famili, 1.259 marga, 3.423 jenis, 13.563 spesimen yang ditanam di atas areal kebun seluas 87 hektar.

Adanya polusi udara, aktivitas manusia dan faktor biologi serta usia pohon-pohon di KRB yang makin meningkat diduga mengakibatkan penurunan kualitas pohon KRB. Penurunan kualitas KRB dapat dilihat dari tingkat kerusakan yang diderita oleh pohon-pohon penyusunnya. Kerusakan yang terjadi dapat disebabkan oleh adanya penyakit, serangga hama, gulma, api cuaca, satwa maupun akibat kegiatan manusia.

Kerusakan pohon di KRB akibat hujan badai pada tanggal 1 Juni 2006 mengakibatkan 229 pohon koleksi tumbang dan patah. Satu bulan berselang setelah kerusakan besar pohon-pohon di KRB, pohon Randu pada vak XX B melukai 11 anak-anak dan seorang anak meninggal akibat tertimpa patahan cabang pohon tersebut. Kerusakan pohon di KRB sebaiknya dapat dideteksi secara awal. Deteksi awal memungkinkan tindakan perawatan bagi pohon-pohon yang sakit sehingga dapat meminimalisir kerusakan pohon dan menghindari jatuhnya korban jiwa.

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui tipe kerusakan dan tingkat kerusakan pohon di KRB serta mengetahui tindakan pemeliharaan pohon di KRB. Penelitian dilakukan selama 3 bulan yaitu pengamatan langsung selama 2 bulan (Januari 2006 - Februari 2006), analisis dan pengolahan data dilakukan bulan Mei 2006. Jumlah contoh yang diamati sejumlah 1356 pohon, yang terdiri dari 22 famili dan tersebar pada 50 vak.

Analisis kesehatan pohon di KRB dapat menggunakan konsep modifikasi

Manglod (1997) melalui metode Forest Health Monitory (FHM). Konsep ini

merupakan salah satu cara menilai kesehatan hutan berdasarkan tipe kerusakan yang diderita oleh pohon tersebut, bagian pohon yang rusak dan tingkat keparahan kerusakan.

Tingkat kepekaan tanaman yang rentan berbeda-beda, sehingga berat ringannya intensitas kerusakan yang diderita oleh tiap pohon juga berbeda. Tipe kerusakan pohon yang dijumpai di KRB adalah 10 tipe dari 13 definisi tipe kerusakan yang dikemukakan oleh Manglod. Tipe kerusakan yang paling banyak

dijumpai di KRB adalah tipe 2 (heart-rot: tubuh buah, indikator lapuk lanjut)

sebesar 42,03 % dari total kasus yang dijumpai, sedangkan kerusakan yang paling jarang dijumpai adalah tipe kerusakan 13 (akar patah/ mati) sebesar 0,36 %.

(3)

mengalami kerusakan, masih tergolong sehat sebesar 45,88 %, tingkat kerusakan ringan sebesar 38,35 %, tingkat kerusakan sedang sebesar 11,51 % dan tingkat kerusakan berat sebesar 4,26 %.

Bagian pohon yang banyak mengalami kerusakan bagian 1 (akar dan tunggak) yaitu sebesar 20,02 % dari total bagian pohon yang mengalami kerusakan. Bagian pohon lain yang banyak mengalami kerusakan bagian 3 (batang bawah) yaitu sebesar 19,11 % dari total bagian pohon yang mengalami kerusakan. Batang bagian bawah mengalami kerusakan paling banyak tipe 1 (kanker) sebesar 49,28 % dari total jumlah kasus pada bagian 3. Bagian 5 (batang atas) mengalami kerusakan sebesar 18,11 %, sedangkan bagian 4 (batang atas dan bawah) menunjukkan kerusakan yang paling kecil sebesar 3,62 %. Pada bagian cabang mengalami kerusakan sebesar 14,67 %.

Kerusakan pada bagian batang dan akar ini akan meningkatkan resiko pohon rubuh atau tumbang. Pada saat hujan badai kamis malam 1 Juni 2006, sebanyak 229 pohon koleksi KRB tumbang atau patah. Pada lokasi pengamatan terdapat 102 pohon koleksi yang tumbang ataupun patah. Sekitar 84,31% dari koleksi pohon yang tumbang/ patah, tercatat telah mengalami kerusakan pada pencatatan berdasarkan penilaian kesehatan pohon.

Pemeliharaan koleksi tanaman di KRB dilakukan oleh Sub Bidang Pemeliharaan Koleksi. Sub bidang ini selain melakukan pemeliharaaan tanaman juga bertugas melakukan penyiapan bahan, sarana serta melakukan penanaman. Pemeliharaan diantaranya meliputi penyiraman, pemupukan, penyiangan, pemangkasan dan penebangan, pembersihan dan keindahan kebun (pertamanan). Selain itu Sub Bidang Pemeliharaan Koleksi juga membawahi Unit Koleksi Tanaman Anggrek dan Unit Pengomposan.

(4)

ANALISIS KESEHATAN POHON

DI KEBUN RAYA BOGOR

ARINA MIARDINI

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan

Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA

FAKULTAS KEHUTANAN

(5)

Judul Penelitian : Analisis Kesehatan Pohon di Kebun Raya Bogor

Nama Peneliti : Arina Miardini

NIM : E34102044

Disetujui, Komisi Pembimbing

Ir. Endes Nurfilmarasa Dahlan, MS Ir. Elis Nina Herliyana, MSi

Ketua Anggota

Diketahui,

Dekan Fakultas Kehutanan

Prof. Dr. Ir. Cecep Kusmana, MS

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Grobogan, 5 September 1983 merupakan anak

pertama dari pasangan Bapak Yuari Faeni dan Ibu Suparmi, SPd.

Pendidikan formal penulis dimulai di TK Idhata I Sindurejo.

Kemudian penulis melanjutkan ke SDN Sindurejo 1 dan lulus tahun

1996. Penulis melanjutkan ke SLTPN 1 Purwodadi dan lulus tahun 1999.

Pendidikan selanjutnya ditempuh di SMUN 1 Purwodadi dan lulus tahun 2002.

Pada tahun yang sama penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur

USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) di Fakultas Kehutanan Jurusan Konservasi

Sumberdaya Hutan dan Ekowisata.

Penulis pernah tergabung dalam IFSA (International Forestry Student

Association) tahun 2002-2003. Penulis mengikuti Studi Konservasi Lingkungan (SURILI) 2005 di Taman Nasional Betung Kerihun Kalimantan Barat sebagai tim

KPE (Kelompok Pemerhati Ekowisata). Pada tahun yang sama penulis mengikuti

Praktek Pengenalan Hutan di Sancang-Kamojang dan Praktek Pengelolaan Hutan

di KPH Ciamis (BKPH Banjar Utara, BKPH Banjar Selatan dan BKPH Ciamis).

Pada tahun 2006 penulis melakukan Praktek Kerja Lapang Profesi di Taman

Nasional Ujung Kulon. Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana

kehutanan penulis melakukan penelitian dengan judul ”Analisis Kesehatan

(7)

i

PRAKATA

Bismillahirrahmanirrahiim,

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karuniaNya,

serta shalawat dan salam semoga selalu dilimpahkan kepada Muhammad SAW,

beserta keluarga dan sahabatnya. Karya ilmiah yang berjudul ”Analisis

Kesehatan Pohon di Kebun Raya Bogor“ merupakan syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan di Institut Pertanian Bogor. Predikat Kebun Raya Bogor

sebagai kebun dunia memerlukan suatu tinjauan kesehatan pohon dalam

implementasi manajemen pengunjung dan upaya konservasi.

Dengan penuh hormat, penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang

sebesar-besarnya kepada:

1. Ayahanda Yuari Faeni dan Ibunda Suparmi, SPd, atas untaian doa,

dukungan dan kasih sayangnya.

2. Ir Endes N Dahlan, MS dan Ir Elis Nina Herliyana, Msi selaku

pembimbing skripsi atas bimbingan dan pengarahannya.

3. Ir. I Ketut N. Pandit, MS dan Dr. Ir. Teddy Rusolono, MS selaku dosen

penguji.

4. Kepala Konservasi Ex-situ Kebun Raya Bogor, Bapak Sujati dan seluruh

pegawai KRB atas ijin dan bantuannya selama penelitian berlangsung.

5. Bapak Lilik Budi Prasetyo, atas bantuan alat dan bimbingannya.

6. My lovely husband Fajar Kurniawan and my cute baby boy Althaaf Arullah Kurniawan, atas dukungan semangat yang tak pernah henti.

7. Cinde, Ulfa, Indri dan Diajeng, terimakasih atas bantuan dan dukungannya

8. Teman-teman KSH 39 serta semua pihak yang tak dapat disebut satu

persatu.

Penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini masih jauh dari sempurna untuk

itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan oleh penulis. Semoga

karya ilmiah ini bermanfaat bagi penulis dan bagi pembaca pada umumnya.

Bogor, Agustus 2006

(8)

ii

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

DAFTAR LAMPIRAN ... v

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Tujuan ... 2

1.3. Manfaat Penelitian ... 2

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Hutan Kota ... 3

2.2. Peranan Hutan Kota ... 3

2.3. Tipe Hutan Kota ... 4

2.4. Bentuk Hutan Kota ... 5

2.5. Faktor yang Mempengaruhi Kerusakan Pohon ... 6

2.6. Tipe-tipe Kerusakan Pohon ... 9

III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 3.1. Sejarah KRB ... 11

3.2. Fungsi KRB ... 11

3.3. Koleksi KRB ... 12

3.4. Letak Geografis ... 12

3.5. Topografi ... 13

3.6. Iklim ... 13

3.7. Geologi ... 13

IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu ... 14

4.2. Bahan dan Alat ... 14

4.3. Jenis dan Cara Pengambilan Data ... 14

4.4. Analisis Data ... 15

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Tipe Kerusakan Pohon di KRB ... 17

5.2. Tingkat Kerusakan Pohon di KRB ... 28

5.3. Bagian Pohon yang Rusak di KRB ... 29

5.4. Tindakan Pemeliharaan dan Perawatan Pohon di KRB ... 35

5.5. Rekomendasi Perlakuan dan Penanggulangan Kerusakan Pohon di KRB ... 41

VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ... 45

6.2. Saran ... 46

DAFTAR PUSTAKA ... 47

(9)

iii

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Tally Sheet Penilaian Kerusakan Pohon di KRB ... 15

2. Tipe Kerusakan dan Bagian Pohon yang Mengalami Kerusakan

(10)

iv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Tipe Kerusakan dan Persentase Kasus yang Dijumpai di KRB ... 17

2. Kanker pada (a) D. grandifloris, (b) A. cuninghamii dan (c) S. siamensis ... 18

3. Gejala Heart-rot pada (a) A. harmsiana dan (b) H. sylvestris ... 19

4. Tubuh buah pada (a) A. cuanzensis dan (b) D. longan ... 20

5. Jamur Upas (Corticium salmonicolor) pada (a) G. perrotetiana dan (b) N. fasciculata ... 21

6. Luka Terbuka pada (a) H. macrothyrsa dan (b) P. diversifolium ... 22

7. Eksudasi pada A. cuninghamii ... 23

8. Batang Patah pada (a) Bridelia sp dan (b) T. coniferta ... 23

9. Malformasi pada (a) S. coadunata dan (b) N. subtidus ... 24

10. Akar Patah atau Mati pada A. polytachy ... 24

11. Cabang Mati pada P. caribaea ... 25

12. Daun Rusak pada (a) B. hybrida dan (b) S. malaccense ... 26

13. Klorosis pada M. caesia ... 27

14. Tingkat Kerusakan Pohon dan Persentase Kasus yang Dijumpai di KRB ... 28

15. Hubungan antara NIK dengan Ukuran Pohon ... 29

16. Bagian Pohon yang Mengalami Kerusakan dan Persentase Kerusakannya ... 30

17. Kerusakan KRB Pasca Hujan Badai (Kamis, 1 Juni 2006) ... 31

18. Identifikasi Tipe Kerusakan Pohon Tumbang dan Persentasenya (1 Juni 2006) di KRB ... 32

19. Identifikasi Bagian Pohon yang Mengalami Kerusakan dan Persentasenya (1 Juni 2006) di KRB ... 33

20. Pohon Randu pada Vak XX B yang Merenggut Korban ... 34

21. Pembersihan Tumbuhan Pengganggu pada Vak I A (Fabaceae) ... 37

22. Pemangkasan di Vak XVI C ... 38

23. Contoh Perawatan Pohon di KRB dengan Pengisian Semen pada Bagian yang Keropos ... 39

(11)

v

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Kriteria Penilaian Kerusakan Menurut Metode Forest

Health Monitory (FHM) ... 50

2. Peta Lokasi Pengambilan Data di KRB ... 52

3. Tabel Hasil Penilaian Kerusakan Pohon di KRB berdasar Metode Forest Health Monitory (FHM) ... 53

4. Peta Persebaran Tipe Kerusakan Kanker ... 82

5. Peta Persebaran Tipe Kerusakan Heart-rot, Tubuh Buah dan Indikator Lapuk Lanjut ... 83

6. Peta Persebaran Tipe Kerusakan Luka Terbuka ... 84

7. Peta Persebaran Tipe Kerusakan Eksudasi ... 85

8. Peta Persebaran Tipe Kerusakan Batang Patah ... 86

9. Peta Persebaran Tipe Kerusakan Malformasi ... 87

10. Peta Persebaran Tipe Kerusakan Akar Patah atau Mati ... 88

11. Peta Persebaran Tipe Kerusakan Cabang Patah atau Mati ... 89

12. Peta Persebaran Tipe Kerusakan Daun Rusak ... 90

13. Peta Persebaran Tipe Kerusakan Daun Berubah Warna ...91

(12)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kebun Raya Bogor (KRB) merupakan salah satu bentuk hutan kota yang

berada di kota Bogor. KRB memiliki visi menjadi kebun raya kelas dunia,

terutama dalam bidang konservasi tumbuhan, penelitian dan pelayanan dalam

aspek botani, pendidikan lingkungan, hortikultura, lanskap dan pariwisata. KRB

sebagai kawasan konservasi ex-situ memiliki potensi kekayaan tumbuhan koleksi

yang cukup menarik. KRB memiliki koleksi 222 famili, 1.259 marga, 3.423 jenis,

13.563 spesimen yang ditanam di atas areal kebun seluas 87 hektar.

Adanya polusi udara, aktivitas manusia, faktor biologi serta usia

pohon-pohon di KRB yang makin meningkat, diduga mengakibatkan penurunan kualitas

pohon KRB. Penurunan kualitas KRB dapat dilihat dari tingkat kerusakan yang

diderita oleh pohon-pohon penyusunnya. Kerusakan yang terjadi dapat disebabkan

oleh adanya penyakit, serangga hama, gulma, api, cuaca, satwa maupun akibat

kegiatan manusia.

Analisis kesehatan pohon di KRB dapat menggunakan konsep modifikasi

Manglod (1997). Konsep ini menilai kesehatan hutan berdasarkan kesehatan

pohon penyusunnya. Dalam kerangka kesehatan hutan suatu individu pohon akan

tergabung menjadi penyusun populasi kebun sehingga harus sangat diperhatikan

juga kesehatan pohon sebagai individu. Kematian suatu individu pohon menjadi

masalah yang penting diperhatikan karena akan mengakibatkan kemerosotan

populasi. Tingkat kesehatan pohon atau kelompok pohon pada dasarnya

merupakan hasil akhir interaksi antar pohon dan faktor biotik maupun abiotik.

Pohon sebagai obyek utama yang merupakan daya tarik KRB diharapkan

terjamin kesehatannya sehingga memberikan rasa aman dan nyaman bagi

pengunjung.. Kerusakan pohon di KRB akibat hujan badai pada tanggal 1 Juni

2006 mengakibatkan 229 pohon koleksi tumbang dan patah. Kerugian material

KRB mencapai miliaran rupiah, sementara kerugian imaterial tidak dapat

dihitung. Satu bulan berselang setelah kerusakan besar pohon-pohon di KRB,

pohon Randu pada vak XX B melukai 11 anak-anak dan seorang anak meninggal

(13)

2

Kerusakan pohon di KRB sebaiknya dapat dideteksi secara awal dengan

mengetahui tingkat kerusakan yang dinilai dari segi tipe kerusakan, bagian pohon

yang rusak dan tingkat keparahan kerusakan. Deteksi awal memungkinkan

tindakan perawatan bagi pohon-pohon yang sakit sehingga dapat meminimalisir

kerusakan pohon dan menghindari jatuhnya korban jiwa.

Pengunjung KRB umumnya bertujuan untuk berekreasi, sehingga

keselamatan pengunjung perlu diperhatikan. Informasi mengenai kerusakan pohon

di KRB akan memberikan jaminan keamanan bagi para pengunjung agar merasa

nyaman dan aman saat berekreasi. Kelestarian pohon di KRB perlu ditunjang

dengan adanya tindakan pemeliharaan dan perawatan pohon. Hal ini merupakan

salah satu wujud konservasi terhadap keberadaan KRB sebagai milik dunia.

1. 2. Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui tipe kerusakan dan tingkat

kerusakan pohon di KRB serta mengetahui tindakan pemeliharaan pohon di KRB.

1. 3. Manfaat

Manfaat penelitian ini adalah memberikan informasi mengenai kondisi

pohon-pohon di KRB serta memberikan rekomendasi tindakan perlakuan dan

(14)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Hutan Kota

Definisi hutan kota (Urban Forest) menurut Fakuara (1987) adalah

tumbuhan atau vegetasi berkayu di wilayah perkotaan yang memberikan manfaat

lingkungan yang sebesar-besarnya dalam kegunaan-kegunaan proteksi, estetika,

rekreasi dan kegunaan-kegunaan khusus lainnya.

Menurut Peraturan Pemerintah No.62 Tahun 2002, hutan kota adalah suatu

hamparan lahan yang bertumbuhan pohon-pohon yang kompak dan rapat di dalam

wilayah perkotaan baik pada tanah negara maupun tanah hak, yang ditetapkan

sebagai hutan kota oleh pejabat yang berwenang.

Menurut Grey dan Daneke (1978), hutan kota merupakan tempat yang

ditumbuhi oleh pepohonan dan berasosiasi dengan vegetasi atau bentuk lahan

lainnya, sehingga dapat memberikan sumbangan lingkungan hidup yang baik bagi

manusia.

2. 2. Peranan Hutan Kota

Hutan kota memiliki beberapa peranan penting, diantaranya yaitu sebagai

identitas kota, pelestarian plasma nutfah, penahan dan penyaring partikel padat

dari udara, penyerap dan penjerap partikel timbal, penyerap dan penjerap debu

semen, peredam kebisingan, mengurangi bahaya hujan asam, penyerap karbon

monoksida, penyerap karbondioksida dan penghasil oksigen, penahan angin,

penyerap dan penapis bau, mengatasi penggenangan air, mengatasi intrusi air laut,

produksi terbatas, ameliorasi iklim, dan pengelolaan sampah (Dahlan, 1992).

Menurut Peraturan Pemerintah No. 62 tahun 2002 fungsi hutan kota

adalah untuk memperbaiki dan menjaga iklim mikro dan nilai estetika,

meresapkan air, menciptakan keseimbangan dan keserasian lingkungan fisik kota,

(15)

4

2. 3. Tipe Hutan Kota

a. Tipe Pemukiman

Hutan kota di daerah pemukiman dapat berupa taman dengan komposisi

tanaman pepohonan yang tinggi dikombinasikan dengan semak dan rerumputan.

Taman adalah sebidang tanah terbuka dengan luasan tertentu di dalamnya ditanam

pepohonan, perdu, semak dan rerumputan yang dapat dikombinasikan dengan

kreasi dari bahan lainnya. Umumnya dipergunakan untuk olah raga, bersantai,

bermain dan sebagainya.

b. Tipe Kawasan Industri

Suatu wilayah perkotaan pada umumnya mempunyai satu atau beberapa

kawasan industri. Limbah dari industri dapat berupa partikel, aerosol, gas dan

cairan dapat mengganggu kesehatan manusia. Di samping itu juga dapat

menimbulkan masalah kebisingan dan bau yang dapat mengganggu kenyamanan.

Hutan kota dapat dibangun untuk menghindari dan memperkecil dampak akibat

adanya kawasan industri.

c. Tipe Rekreasi dan Keindahan

Rekreasi pada kawasan hutan kota bertujuan untuk menyegarkan kembali

kondisi badan yang sudah penat dan jenuh dengan kegiatan rutin, supaya siap

menghadapi tugas yang baru. Untuk mendapatkan kesegaran diperlukan suatu

masa istirahat yang terbebas dari proses berpikir yang rutin sambil menikmati

sajian alam yang indah, segar dan penuh ketenangan.

d. Tipe Pelestarian Plasma Nutfah

Hutan konservasi mengandung tujuan untuk mencegah kerusakan

perlindungan dan pelestarian terhadap sumberdaya alam. Bentuk hutan kota yang

memenuhi kriteria ini antara lain: kebun raya, hutan raya dan kebun binatang. Ada

2 sasaran pembangunan hutan kota untuk pelestarian plasma nutfah yaitu sebagai

tempat koleksi plasma nutfah, khususnya vegetasi secara ex-situ dan sebagai

habitat, khususnya untuk satwa yang akan dilindungi atau dikembangkan

e. Tipe Perlindungan

Selain dari tipe yang telah disebutkan di atas, areal kota dengan mintakat

(16)

5

tebing-tebing yang curam ataupun daerah tepian sungai perlu dijaga dengan

membangun hutan kota agar terhindar dari bahaya erosi dan longsoran.

f. Tipe Pengamanan

Hutan kota tipe pengamanan adalah jalur hijau di sepanjang tepi jalan

bebas hambatan. Dengan menanam perdu yang liat dan dilengkapi dengan jalur

pohon pisang dan tanaman yang merambat dari legum secara berlapis-lapis, akan

dapat menahan kendaraan yang keluar dari jalur jalan. Sehingga bahaya

kecelakaan karena pecah ban, patah setir ataupun karena pengendara mengantuk

dapat dikurangi.

2. 4. Bentuk-bentuk Hutan Kota

Menurut Dahlan (1992), hutan kota memiliki beberapa bentuk, yaitu:

1. Jalur Hijau

Jalur hijau di tepi jalan bebas hambatan yang terdiri dari jalur tanaman

pisang dan jalur tanaman yang merambat serta tanaman perdu yang liat yang

ditanam secara berlapis-lapis diharapkan dapat berfungsi sebagai penyelamat bagi

kendaraan yang keluar dari badan jalan, sedangkan pada bagian yang lebih luar

lagi dapat ditanami dengan tanaman yang tinggi dan rindang untuk menyerap

pencemar yang diemisikan oleh kendaraan bermotor.

2. Taman Kota

Taman dapat diartikan sebagai tanaman yang ditanam dan ditata

sedemikian rupa, baik sebagian maupun semuanya hasil rekayasa manusia untuk

mendapatkan komposisi tertentu yang indah.

3. Kebun dan Halaman

Jenis tanaman yang ditanam di kebun dan halaman biasanya dari jenis

yang dapat menghasilkan buah dan beberapa jenis lainnya. Halaman rumah dapat

memberikan suatu kebanggaan tertentu. Halaman rumah ditata apik sedemikian

rupa untuk mendapatkan citra, kebanggaan dan keindahan tertentu bagi yang

empunya rumah maupun orang lain yang memandang dan menikmatinya.

4. Kebun Raya, Hutan Raya dan Kebun Binatang

Kebun raya, hutan raya dan kebun binatang dapat dimasukkan ke dalam

(17)

6

maupun dari daerah lain, baik dari daerah lain di dalam negeri maupun di luar

negeri.

5. Hutan Lindung

Mintakat kota ke lima yaitu daerah dengan lereng yang curam harus

dijadikan kawasan hutan karena rawan longsor. Demikian pula dengan daerah

pantai yang rawan akan abrasi air laut, hendaknya dijadikan hutan lindung.

6. Kuburan dan Taman Makam Pahlawan

Pada tempat pemakaman banyak ditanam pepohonan. Nampaknya sebagai

manifestasi kecintaan orang yang masih hidup terhadap orang yang sudah

meninggal tak akan pernah berhenti, selama pohon tersebut masih tegak berdiri.

Personifikasi ini nampaknya menyatakan bahwa dengan melalui tanaman dapat

digambarkan bahwa kehidupan tidaklah berakhir dengan kematian, namun

kematian adalah awal dari kehidupan

2.5. Faktor yang Mempengaruhi Kerusakan Pohon

Menurut Djafarudin (1996), secara alamiah yang termasuk pengganggu

tanaman dapat dikelompokkan menjadi:

1. Pengganggu yang termasuk jasad hidup (organisme hidup-non biotis/ abiotis)

Hama ialah jasad pengganggu yang merupakan sejenis makhluk hidup

yang termasuk kepada kelompok hewan atau binatang. Serangga dapat merusakan

tanaman dengan cara: a) memakan bagian tanaman dengan cara menggerek

batang, ranting, buah atau biji; b) menghisap cairan sel-sel tanaman terutama

daun; c) menyebabkan bengkak/ puru pada bagian tertentu; d) menyebabkan

kanker pada batang/ bagian berkayu; e) meletakkan telur pada bagian tanaman;

mengambil bagian tanaman untuk dijadikan sarang dan f) menularkan jasad

pengganggu.

Gulma yaitu jasad pengganggu yang merupakan sebangsa jenis tumbuhan

tingkat tinggi yang bukan termasuk ke dalam penyebab penyakit biotis. Gulma

bersifat mengganggu, merugikan merusak kalau ditinjau dari segi sifat dan

keberadaannya.

2. Pengganggu yang bukan jasad hidup

Bencana alam lingkungan seperti banjir, erosi, kekeringan, longsor yang

(18)

7

secara alamiah) yang secara tak langsung sebagai akibat tindakan kurang hati-hati

atau kurang lengkapnya prasyarat tumbuh dan kesalahan budidaya.

Penyakit khususnya penyakit biotis adalah penyakit yang disebabkan oleh

sejenis makhluk hidup selain daripada hewan dan tumbuhan tingkat tinggi.

Penyakit terjadi jika pada satu waktu di satu tempat terdapat: 1) tumbuhan yang

rentan; 2) patogen yang virulen dan 3) lingkungan yang sesuai. Penyakit tidak

akan terjadi jika patogen yang virulen bertemu dengan bagian tumbuhan yang

rentan, tetapi lingkungan tidak membantu perkembangan patogen dan tidak

meningkatkan kerentanan tumbuhan. Patogen melakukan interaksi dengan

tumbuhan inang. Patogen melakukan aksi, sedang tumbuhan inang mengadakan

reaksi. Lingkungan, seperti kelembaban, suhu, sinar matahari dan hara tanah

mempengaruhi tumbuhan inang maupun patogen. Interaksi ini sering digambarkan

sebagai segitiga penyakit ” disease triangle” (Semangun, 1996).

Unsur lain yang berpengaruh terhadap kerusakan pohon yaitu kerusakan

mekanis. Kerusakan mekanis pada pohon biasanya berbentuk suatu luka terbuka

pada kulit kayu, walaupun ada pula kerusakan mekanis sampai menyebabkan

matinya pohon yaitu karena disambar petir. Kerusakan mekanis pada pohon dapat

terjadi disebabkan oleh tumbangnya suatu pohon yang menyebabkan luka pada

kulit dan kayu pohon, kebakaran pada pohon, hujan es atau salju yang

menyebabkan daun rontok dan sambaran petir (Soeratmo, 1974).

Menurut Widyastuti et.al. (2005) faktor abiotik penyebab kerusakan pohon adalah faktor fisik dan kimia penyusun lingkungan tempat tumbuh yang tingkat

keberadaannya tidak mendukung pertumbuhan atau perkembangan normal pohon

penyusun hutan.

a. Suhu

Tiap jenis tumbuhan mempunyai kisaran persyaratan suhu yang dapat

ditoleransi dalam pertumbuhannya. Perubahan suhu yang melampaui batas

toleransi akan menyebabkan tumbuhan mengalami penyimpangan fisiologis dan

dapat menyebabkan kematian. Pertumbuhan pohon sangat peka terhadap suhu.

Beberapa jenis pohon tumbuh dengan baik pada kisaran yang lebar, jenis yang

lain hanya mentolerir kisaran yang lebih sempit. Kerusakan akan terjadi pada saat

(19)

8

b. Kelembaban

Saat kelembaban nisbi tinggi, penguapan dari tumbuhan menjadi rendah,

sehingga dapat terjadi penghambatan penyerapan hara. Kekurangan hara ini dapat

berakibat gangguan formasi sel dan daun tumbuhan.

c. Iklim

Pada hutan yang jenis tumbuhan penyusunnya merupakan jenis eksotik

atau dibangun pada lahan-lahan marginal maka faktor iklim atau faktor tempat

tumbuh dapat merupakan faktor pembatas bagi pertumbuhan tanaman. Bila faktor

tersebut berada di atas atau di bawah batas kemampuan adaptasi tumbuhan maka

dapat terjadi kerusakan fisiologis atau mekanis.

d. Unsur hara

Kekahatan unsur hara dapat terjadi jika ketersediaan unsur hara dalam

tanah tidak mencukupi jumlah yang diperlukan tumbuhan yang hidup di tempat

tersebut. Selain itu kelebihan unsur hara juga mampu menyebabkan kerusakan

pada tumbuhan akibat kerusakan sel secara langsung oleh unsur hara tertentu.

e. Polusi Udara

Kerusakan tumbuhan oleh polutan pada umumnya meningkat seiring

dengan peningkatan intensitas cahaya, kelembaban tanah dan kelembaban nisbi

udara, suhu dan keberadaan polutan udara yang lain. Ozon yang terserap oleh

daun melalui stoma menyebabkan kerusakan membran sel pada jaringan palisade

dan jaringan yang lain. Peroxiasil nitrat jika terserap tumbuhan menyebabkan

kerusakan jaringan parenkim daun.

f. Kekurangan Oksigen

Kondisi kekurangan oksigen di alam secara umum berasosiasi dengan

kelembaban tanah atau suhu uadara yang tinggi. Kombinasi antara kelembaban

dan suhu yang tinggi dalam tanah atau udara menyebabkan kerusakan perakaran

tumbuhan.

g. Cahaya

Kekurangan cahaya menghambat pembentukan klorofil dan merangsang

pemanjangan ruas sehingga daun berwarna pucat, jaringan menjadi lemah dan

(20)

9

2. 6. Tipe-tipe Kerusakan pada Pohon

Menurut Mangold (1997), definisi kerusakan yang terdapat pada pohon

dapat dideskripsikan sebagai berikut:

1. Kanker

Kanker mungkin dapat disebabkan oleh berbagai agen tetapi lebih sering

disebabkan oleh jamur. Kulit kambium dimatikan dan diikuti dengan kematian

kayu dibawah kulit. Matinya kayu di bawah kulit tersebut bisa disebabkan oleh

agen penyebab kerusakan yang memang melakukan penetrasi hingga ke kayu. Hal

ini menimbulkan daerah jaringan yang mati akan semakin dalam dan luas atau

membentuk gall yang disebabkan oleh jamur karat pada akar, batang atau cabang.

2. Busuk Hati, Tubuh Buah dan Indikator Lapuk Lanjut

Tubuh buah pada batang utama, batang tajuk dan pada titik percabangan

adalah indikator lapuk kayu ”Punky Wood” atau kayu gembol timbul bila ada

lubang yang besarnya lebih dari lebar suatu pensil terjadi pada batang utama.

Kayu gembol merupakan petunujuk adanya jaringan kayu yang lunak, sering

mengandung air dan mengalami degradasi. Suatu luka terbakar pada pangkal

suatu pohon adalah juga merupakan indikator lapuk. Lubang (rongga) di dalam

batang utama dari cabang tua adalah juga lapuk. Tunggak-tunggak lapuk yang

terkait dengan regenerasi melalui trubus. Busuk ada dua macam penyebabnya,

yaitu busuk kering dan busuk basah. Penyakit busuk ini meyerang akar, batang,

kuncup dan buah (Pracaya, 2003).

3. Luka Terbuka

Suatu luka atau serangkaian luka yang ditunjukkan dengan mengelupasnya

kulit atau kayu bagian dalam telah terbuka dan tidak ada tanda lapuk lanjut. Luka

pangkasan yang memotong ke dalam kayu batang utama dikodekan sebagai luka

terbuka, jika memenuhi nilai ambang tetapi luka-luka yang tidak mengganggu

keutuhan kayu batang utama dikeluarkan (tidak termasuk).

4. Resinosis atau gumosis

Daerah resin atau gum (cairan) eksudasi pada cabang atau batang.

5. Batang patah kurang dari 0,91 m

Akar-akar putus di dalam karak/pada 0,91 m dari batang baik karena

(21)

10

terpotong atau luka oleh binatang. Batang patah/ rusak pada daerah batang (di

bawah dasar dari tajuk hidup dan pada pohon masih hidup).

6. Malformasi

Malformasi (perubahan bentuk) ialah berubah bentuk tanaman atau alat

serta organnya.

7. Akar Patah atau Mati

Akar-akar di luar 0,91 m dari batang yang terluka atau mati.

8. Mati ujung

Kematian dari ujung batang tajuk yang disebabkan oleh salju, serangga,

penyakit atau sebab-sebab lainnya.

9. Cabang Patah atau mati

Cabang yang patah atau mati. Cabang mati terdapat pada batang atau

batang tajuk di luar daerah tajuk hidup tidak dikodekan.

10. Percabangan berlebihan atau brum di dalam darah tajuk hidup.

Brum adalah suatu gerombolan ranting yang padat, tumbuh di suatu

tempat yang sama terjadi di dalam darah tajuk hidup. Termasuk struktur vegetatif

dan organ yang bergerombol tidak normal.

11. Kerusakan kuncup daun atau tunas

Termakan serangga, terkerat atau daun terkeliat, kuncup atau tunas

terserang > 50%, pada sekurang-kurangnya 30% dari daun, kuncup atau tunas.

12. Perubahan warna daun

Sekurang-kurangnya 30% dari daun yang terganggunya 50%. Daun

terganggu harus lebih dari beberapa warna yang lain dari warna hijau. Jika

pengamat tidak yakin bahwa warna daun itu hijau, maka anggaplah warna itu

hijau dan bukan warna lain.

13. Lain-lain

(22)

III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

3. 1. Sejarah Kebun Raya Bogor (KRB)

Sejarah berdirinya KRB bermula dari Prof. Dr. C.G.C. Reinwardt, botanis

asal Jerman yang berada di Indonesia pada awal abad ke-19. Kemudian ia menulis

surat yang disampaikan kepada G.A.G.P. Baron van der Capellen, Gubernur

Jendral Hindia Belanda di Batavia, memohon sebidang tanah untuk penelitian

manfaat berbagai tumbuhan serta koleksi tanaman yang bernilai ekonomi, berasal

dari kawasan Indonesia dan mancanegara. KRB didirikan pada tanggal 18 Mei

1817 dengan nama S’ Lands Plantetuin Buitenzorg dan Hortus Botanicus

Bogoriensis. Pimpinan pertama adalah seorang ahli botani Prof. DR. C.G. Reindwardt. Pada perkembangannya, ketika masa pimpinan J.E.Teysman (1831).

KRB mulai dikembangkan menjadi pusat penelitian botani yang penting

di Asia Tenggara. Kedudukan KRB sekarang adalah Unit Pelaksana Teknis (UPT)

Balai Pengembangan Kebun Raya Bogor Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia

(LIPI). KRB atau nama lengkapnya Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya

Bogor, LIPI berada di bawah Kedeputian Ilmu Pengetahuan Ilmu Hayati -

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). KRB merupakan pusat kebun raya

yang membawahi 3 cabang kebun raya, yaitu Kebun Raya Cibodas, Kebun Raya

Purwodadi dan Kebun Raya "Eka Karya" Bedugul - Bali.

3. 2. Fungsi KRB

Pusat Konservasi Tumbuhan KRB mempunyai tugas melaksanakan

penyiapan bahan perumusan kebijakan, penyusunan pedoman pemberian

bimbingan teknis, penyusunan rencana dan program, pelaksanaan penelitian

bidang konservasi exsitu tumbuhan tropika serta evaluasi dan penyusunan

laporan.

Sebagai pusat konservasi tumbuhan, KRB diantaranya melakukan kegiatan

sebagai berikut:

a. Manusia, konservasi exsitu yakni melakukan eksplorasi tumbuhan di

(23)

12

b. Penelitian meliputi bidang: a) taksonomi, yaitu memberi kepastian nama

tanaman atau sertifikasi, inventarisasi dan evaluasi; b) biosistematik, yaitu

mempelajari hubungan kekerabatan antara tumbuhan; c) hortikultura,

meliputi penelitian adaptasi tanaman, cara budidaya dan pengembangan

ilmu pertanaman

c. Pendidikan, terutama di bidang ilmu botani, pertamanan dan lingkungan

hidup.

d. Pariwisata

e. Penemuan serta pengumpulan jenis-jenis tanaman langka yang hampir

punah di Indonesia

3. 3. Koleksi KRB

Koleksi KRB terdiri atas 222 famili, 1.259 marga, 3.423 jenis, 13.563

spesimen yang ditanam di atas areal kebun seluas 87 ha. Beberapa jenis koleksi

merupakan koleksi unik, spesifik dan langka seperti tanaman tua yang berumur

lebih dari 100 tahun, tanaman eksotik, atraktif seperti pohon raja, teratai raksasa,

bunga bangkai raksasa, spesimen tipe, koleksi anggrek, koleksi palem, koleksi

polong-polongan.

Tanaman koleksi ditata sedemikian rupa berdasarkan kelompok famili

yang terdiri atas petak atau lebih dikenal dengan vak. Vak di KRB terdiri dari 402

vak. Jenis koleksi KRB dengan tingkat status kelangkaan berdasarkan IUCN

Redlist Book 2001, antara lain Acacia crassicarpa, Afzelia africana, Agathis

australis, Agathis dammara, Aglaia odorata, Anisoptera costata, Aquilaria microcarpa, Araucaria rulei, Borassodendron machadonis, Brugmansia versicolor, Canarium pseudodecumanum, Chamaecyparis formosensis, Clethra javanica, dan Coccothrinax crinita.

3. 4. Letak Geografis

KRB mempunyai luas 87 hektar, terletak antara 106 o43’30”–106o52’00”

bujur timur dan 6o30’30”–6o41’00” lintang selatan. KRB terletak pada ketinggian

235-260 meter di atas permukaan laut (mdpl). serta mempunyai ketinggian

(24)

13

Secara administrasi KRB termasuk dalam wilayah Kecamatan Bogor

Tengah, Kota Bogor. Batas-batas wilayah KRB yaitu:

- sebelah utara dibatasi oleh Jalan Jalak Harupat

- sebelah selatan dibatasi oleh Jalan Otto Iskandardinata

- sebelah timur dibatasi oleh Jalan Padjajaran

- sebelah barat dibatasi oleh Jalan Ir. H. Djuanda

3. 5. Topografi

Keadaan topografi KRB secara umum termasuk datar dengan kemiringan

3-5 %. Kawasan ini dilalui oleh sungai Ciliwung dan anak sungainya serta sungai

Cibatok.

3.6. Iklim

Suhu udara rata-rata harian minimum 25o C pada pagi hari dan maksimum

27o C pada siang hari dalam keadaan cuaca cerah. Kelembaban udara tinggi dan

hanya sedikit terjadi perubahan suhu musiman. Lama penyinaran tertinggi terjadi

pada bulan Agustus dan terendah pada bulan Januari.

Curah hujan rata-rata 4330 mm pertahun, hari hujan rata-rata 165 per

tahun dengan 12 bulan basah. Curah hujan tertinggi > 400 mm/ bulan yang terjadi

pada bulan-bulan November, Desember dan Januari dengan hari hujan rata-rata

lebih dari hujan rata-rata lebih dari 14 hari perbulan. Curah hujan rendah 250 mm/

bulan terjadi pada bulan-bulan Juni, Juli dan Agustus dengan hari hujan rata-rata

lebih kecil dari 10 hari per bulan. Menurut Schmidt dan Fergusson (1951) Bogor

termasuk tipe curah hujan A.

3. 7. Geologi

Jenis tanah di KRB termasuk latosol coklat kemerahan. Teksturnya halus,

drainase yang sedang, aktivitas biologi yang baik, permeabilitas baik, kepekaan

terhadap erosi kecil, bahan organik tergolong rendah sampai sedang di lapisan

atas dan menurun ke bawah dan daya absorbsinya tergolong rendah sampai

(25)

IV. METODE PENELITIAN

4. 1. Lokasi dan Waktu

Pengambilan data dilakukan di KRB. Penelitian dilakukan selama 3 bulan

yaitu pengamatan langsung selama 2 bulan (Januari 2006 - Februari 2006),

analisis dan pengolahan data dilakukan bulan Mei 2006.

4. 2. Bahan dan Alat

Bahan penelitian yang digunakan adalah seluruh pohon yang terdapat di

KRB dan peta KRB, sedangkan alat yang digunakan antara lain: binokuler, pita

diameter, haga hypsometer, GPS (Global Positioning System), tally sheet, kamera digital dan alat tulis menulis.

4. 3. Jenis dan Cara Pengambilan Data

Jenis data yang diambil meliputi data primer dan data sekunder. Data

sekunder dilakukan melalui studi literatur dan wawancara dengan pihak pengelola

KRB. Data primer yang diambil di lapangan antara lain: jenis pohon, diameter,

tinggi total, kondisi kerusakan pohon dan koordinat pohon yang mengalami

kerusakan.

Tanaman koleksi di KRB ditata sedemikian rupa berdasarkan kelompok

famili yang terdiri atas petak atau lebih dikenal dengan vak. Vak terpilih adalah

daerah yang sering dikunjungi pengunjung. Pentuan vak yang sering dikunjungi

dilakukan melalui penelusuran vak di seluruh KRB selama satu minggu

berturut-turut mulai jam 08.00-15.00. Vak pengambilan contoh dapat dilihat pada

Lampiran 2.

Pohon pada masing-masing vak terpilih didatangi secara sensus dan

dicatat diameter, tinggi dan kondisinya serta diambil koordinatnya. Pengukuran

diameter dan tinggi ini diperlukan untuk mengetahui indikator pertumbuhannya.

Pohon yang sehat dan mati tidak dihitung karena tidak termasuk pohon yang

mengalami kerusakan. Dalam metode Forest Health Monitory (FHM), tanda dan

gejala kerusakan dicatat berdasarkan definisi kerusakan tersebut dapat mematikan

(26)

15

Pengamatan pohon dilakukan pada seluruh sisi dimulai dari akar.

Kerusakan yang dicatat pada masing-masing pohon yaitu maksimal tiga

kerusakan. Ketika ada kerusakan yang berganda terjadi di tempat yang sama maka

hanya kerusakan paling parah yang ditulis. Data kerusakan pohon yang digunakan

untuk mengetahui indikator kerusakan pohon adalah lokasi, tipe kerusakan dan

nilai ambang batas keparahan. Pengkodean dan penilaian kerusakan pohon dapat

dilihat pada Lampiran 1. Data kerusakan pohon kemudian dimasukkan ke dalam

tabel sebagai berikut:

Tabel 1. Tally Sheet Penilaian Kerusakan Pohon menurut metode FHM

Lokasi : Vak ...

No Jenis pohon Tinggi (m) Diameter (cm)

Kerusakan 1 Kerusakan 2 Kerusakan 3 A B C A B C A B C

Keterangan :

A : Lokasi kerusakan

B : Tipe kerusakan

C : Kelas keparahan Kerusakan

4. 4. Analisis Data

Menurut Khoiri (2004) penilaian kerusakan digunakan kriteria-kriteria

berdasarkan metode FHM. Data yang diperoleh dari dari penilaian kerusakan

dihitung nilai indeks kerusakannya dengan kode dan bobot nilai indeks kerusakan

(NIK). Hasil perhitungan akhir dapat diketahui NIK (Kelas sehat, kelas ringan,

kelas sedang dan kelas berat).

NIK =

= 1104 1 ) . . ( i zi yi xi Keterangan:

NIK : Nilai Indeks Kerusakan pada level pohon

xi : Nilai bobot pada tipe kerusakan

yi : Nilai bobot pada bagian pohon yang mengalami kerusakan

(27)

16

Selanjutnya dapat diketahui kelas kerusakan pohon berdasarkan bobot

nilai indeks dengan kriteria sebagai berikut:

Kelas sehat : 0 – < 5

Kelas kerusakan ringan : 6 – 10

Kelas kerusakan sedang : 11 – 15

Kelas kerusakan berat : 16 – > 21

(28)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Tipe Kerusakan Pohon di KRB

KRB sebagai salah satu bentuk hutan kota merupakan aset yang besar baik

di bidang pendidikan maupun rekreasi. Beragam aktivitas yang dilakukan di KRB

memberikan suatu pertanyaan tentang kelayakan KRB sebagai kebun botani

tingkat dunia. Pohon merupakan obyek utama KRB sehingga upaya pemantauan

terhadap kesehatan pohon di KRB memberikan implikasi jaminan kelayakan

KRB. Menurut Ebbels (2003), diagnosa kesehatan pohon merupakan suatu proses

pengamatan berdasarkan gejala dan tanda secara alami yang disebabkan oleh

penyebab apapun dalam hubungannya dengan perkembangan kesehatan hutan.

Kerusakan yang diamati timbul akibat terganggunya proses fisiologis

pohon baik akibat penyakit, serangga dan penyebab abiotik lainnya. Beberapa

gejala yang dapat diamati akibat terganggunya pertumbuhan tanaman yaitu terjadi

perubahan pada tanaman dalam bentuk, ukuran, warna, tekstur dan lain-lain.

Tingkat kepekaan tanaman yang rentan berbeda-beda, sehingga berat

ringannya intensitas kerusakan yang diderita oleh masing-masing pohon juga

berbeda. Berdasarkan definisi tipe kerusakan pohon terdapat 10 tipe kerusakan

pohon di KRB dari 13 definisi kerusakan yang dikemukakan oleh Manglod. Tipe

kerusakan beserta persentase kasus yang dijumpai dapat dilihat pada Gambar 1.

Tipe Kerusakan Pohon di KRB

Malformasi 4% Eksudasi 1% Luka terbuka 3% Akar patah/ mati

0% Daun rusak10%

Cabang patah/mati

2% Daun berubah

warna 2%

Heart rot: tubuh buah, dan indikator lapuk lanjut 42% Kanker 35% Batang patah 1%

(29)

18

5.1.1. Tipe Kerusakan Kanker

Tipe kerusakan kanker di KRB dijumpai dalam jumlah yang besar yaitu

sebanyak 389 kasus atau 35,24 % dari total kasus yang dijumpai. Contoh gejala

kanker terjadi pada Dipterocarpus grandifloris, Araucaria cuninghamii dan

Sindora siamensis (Gambar 2). Tipe kerusakan ini dapat terjadi pada bagian-bagian berkayu, pada kulit batang, cabang atau akar terdapat bagian-bagian yang mati

yang mengering, berbatas tegas, mengendap dan pecah-pecah (Semangun, 1996).

Permukaan kulit biasanya agak tertekan kebawah atau bagian kulitnya

pecah sehingga terlihat bagian kayunya. Kanker bisa terjangkit semusim atau

tahunan, sehingga dari musim ke musim akan semakin besar. Kanker menyerang

pada bagian berkambium sehingga mematikan fungsi pengangkutan unsur hara

dan penyaluran nutrisi. Persebaran tipe kerusakan kanker ini dapat dilihat pada

Lampiran 4.

Gambar 2. Kanker pada a) D. Grandifloris; b) A. cuninghamii

dan c) S. siamensis

Adanya tipe kerusakan 1 yang cukup tinggi ini, selain akibat inang yang

rentan dan patogen yang virulen juga dimungkinkan didukung oleh faktor luar

yang sangat berperan. Faktor luar ini mempengaruhi patogen secara tidak

langsung.

5.1.2. Tipe kerusakan Heart-rot: tubuh buah, dan indikator lapuk lanjut

Tipe kerusakan Heart-rot: tubuh buah, dan indikator lapuk lanjut paling banyak dijumpai di KRB sebesar 464 kasus (42,03 %). Tipe kerusakan Heart-rot:

tubuh buah, dan indikator lapuk lanjut di KRB hampir menyebar merata pada

(30)

19

Tipe kerusakan ini menyebabkan meningkatnya resiko penurunan penyerapan air

dan unsur hara serta kerusakan sehingga pohon mudah rubuh oleh angin. Proses

pelapukan kayu oleh mikroorganisme dengan kisaran yang luas bergantung pada

mikroorganisme penyebab kelapukan, jenis tumbuhan dan mikrohabitat dalam

sumber makanan ( Widyastuti, 2005).

Contoh Heart-rot yang dijumpai di KRB antara lain pada Aglaia

harmsiana dan Horsfieldia sylvestris yang ditunjukkan pada Gambar 3. Heart-rot

menunjukkan gejala bagian yang terserang mati, terurai dan berwarna coklat.

Dalam pengamatan ini gejala Heart-rot sukar teramati kerena tipe kerusakan ini berada pada bagian dalam batang sehingga Heart-rot yang teramati hanya terbatas pada bagian-bagian batang yang sudah keropos dan tampak dari luar.

Pada vak I A yang didominasi oleh famili Fabaceae menunjukkan

kerusakan paling parah dibandingkan dengan pohon pada vak pengamatan

lainnya. Umur pohon pada vak ini berkisar antara 70-200 tahunan, sehingga

merupakan suatu kewajaran jika mengalami kerusakan terutama lapuk karena

[image:30.612.209.451.404.554.2]

pertumbuhan yang mulai menurun.

Gambar 3. Gejala Heart-rot pada a) A. harmsiana dan b) H. sylvestris

Beberapa tanda yang dijumpai dalam identifikasi lapuk ini antara lain

adanya tubuh buah/ jamur. Tubuh buah yang dijumpai di KRB antara lain terjadi

pada Afzelia cuanzensis dan Dimocarpus longan (Gambar 4). Tubuh buah ini

merupakan salah satu tanda (sign) dalam diagnosa kesehatan pohon ini. Tubuh

buah yang dijumpai tampak di permukaan bagian pohon yang terserang berbentuk

(31)

20

atau membulat. KRB memiliki tingkat kelembaban yang tinggi, hal ini sangat

mendukung pembentukan spora. Kelembaban yang tinggi ini juga akan

mengurangi ketahanan inang terhadap patogen. Kelembaban kebun dipengaruhi

oleh beberapa faktor misalnya kerapatan tanaman, pohon yang terlalu rimbun,

topografi dan angin (Semangun, 1996).

[image:31.612.146.496.191.319.2]

Gambar 4. Tubuh buah pada a) A. cuanzensis dan b) D. longan

Jamur upas dijumpai sebagai tanda gejala pelapukan. Jamur upas disebut

pula penyakit merah jambu atau penyakit merah muda banyak menyerang bagian

cabang. Contoh jamur upas dapat menyerang pada Guarea perrotetiana dan

Northea fasciculata (Gambar 5). Pada ranting cabang terlihat adanya miselium seperti sarang labah-labah atau sutera yang mengkilap yang kemudian warnanya

berubah menjadi merah jambu. Berdasarkan hasil pengamatan, serangan jamur

upas di KRB mencapai tingkatan rumah labah-labah sampai tingkatan corticium.

Pada tingkat rumah labah-labah, ditandai dengan pembentukan miselium seperti

anyaman sutera putih mengkilat. Pada tingkatan ini miselium belum masuk ke

dalam jaringan tanaman. Pada tingkatan bisul-bisul ditandai dengan hifa

berkumpul menjadi satu membentuk tukal di muka lentisel dan mulai masuk ke

dalam kulit. Pada tingkatan corticium cendawan membuat lapisan kerak berwarna

merah jambu kemudian berubah menjadi putih. Kulit tanaman yang telah diserang

(32)

21

[image:32.612.141.494.78.204.2]

Gambar 5. Jamur Upas (Corticium salmonicolor) pada a) G. perrotetiana dan b) N. fasciculata

Serangan jamur upas meskipun jarang namun perlu diperhatikan

perkembangannya, karena spora jamur upas ini akan terbentuk subur saat musim

hujan dan kelembaban yang tinggi, atau bisa juga akibat kekurangan sinar

matahari atau tanaman rimbun. Areal KRB yang memiliki kelembaban udara

tinggi dan curah hujan rata-rata 4330 mm pertahun dengan 12 bulan basah akan

mendukung perkembangan spora jamur upas. Pengamatan ditujukan pada pangkal

cabang dan ranting bagian bawah, dimana biasanya air mengumpul dan tidak

cepat mengering.

Untuk mencegah perluasan serangan jamur upas maka bagian yang

terserang digosok sampai hilang, dan usahakan jangan sampai terkena pada

bagian yang sehat. Bekas luka gosokan dapat diolesi dengan cat atau disemprot

dengan fungisida. Jika serangan mencapai tingkat bisul dan corticium maka lebih baik tanaman dipotong. Pemotongan pada bagian yang sehat jauh dari batas

bagian yang sakit. Cabang tanaman sakit yang telah dipotong harus dibakar .

5.1.3. Tipe Kerusakan Luka Terbuka

Luka terbuka di KRB dijumpai sebanyak 33 kasus ( 2,99 %). Contoh

kerusakannya dilihat pada Gambar 6 yaitu luka terbuka pada Horsfieldia

macrothyrsa terjadi akibat tebasan golok sedangkan luka terbuka pada

Pterospermum diversifolium disebabkan akibat vandalisme pengunjung. Luka terbuka yang dijumpai terjadi karena perlukaan benda tajam berupa vandalisme,

tebasan golok dan luka akibat sambaran petir. Vandalisme dilakukan oleh

pengunjung yang kurang menyadari akibat yang ditimbulkannya bila mereka

(33)

22

memasuki batang. Perlukaan tidak sengaja oleh petir pada pohon merupakan hal

yang umum. Pohon yang tersambar petir sering mempunyai luka memanjang yang

dalam, karena panas yang terlalu tinggi mengubah cairan pohon menjadi uap

panas sehingga batang meledak (Semangun,1996).

Menurut Dahlan (1992), luka terbagi menjadi 2 bagian, yaitu: a) luka yang

terbatas hanya pada kulit luar saja dan b) luka yang terjadi pada kulit luar, kulit

dalam dan juga luka pada kayu gubal dan kayu teras. Semua bentuk dan ukuran

luka dapat berfungsi sebagai tapak infeksi, mulai dari luka yang ditimbulkan oleh

serangga makroskopik sampai luka karena aktivitas pemotongan batang serta

cabang. Banyak patogen yang memanfaatkan luka sebagai tapak infeksi alternatif

dan mengambil keuntungan melalui jaringan yang menjadi rentan. Persebaraan

tipe kerusakan ini ditunjukkan pada Lampiran 6.

[image:33.612.200.442.325.445.2]

Gambar 6. Luka terbuka pada a)H. macrothyrsa dan b) P. diversifolium

5.1.4. Tipe Kerusakan Eksudasi (Resinosis dan Gumosis)

Eksudasi yaitu keluarnya cairan dari bagian tanaman yang sakit,

berdasarkan cairan yang keluar dapat dibedakan menjadi a) Gummosis apabila

dikeluarkan gum atau belendok, sedangkan b) resinosis apabila yang dikeluarkan

adalah resin (Martoredjo, 1984). Persebaran tipe kerusakan ini ditunjukkan pada

Lampiran 7.

Gejala eksudasi di KRB hanya dijumpai 7 kasus (0,63 %)dengan tingkat

keparahan yang masih rendah. Eksudasi yang dijumpai disebabkan karena luka

akibat benda tajam yang kemudian mengeluarkan getah pada bagian pohon yang

terluka. Eksudasi akibat perlukaan benda tajam dapat dilihat pada Araucaria

(34)
[image:34.612.267.372.77.216.2]

23

Gambar 7. Eksudasi pada A. cuninghamii

5.1.5. Tipe Kerusakan Batang patah

Tipe kerusakan batang patah di KRB tergolong kecil yaitu 8 kasus (0,72

%). Batang patah yang dijumpai terjadi akibat bekas penebangan pemeliharaan,

petir dan bekas patahan dari batang yang lapuk. Pemangkasan pemeliharaan dapat

menimbulkan kerusakan lebih lanjut jika bekas pangkasan tidak dirawat seperti

yang terjadi pada Bridelia sp. dan Trislaniopsis coniferta (Gambar 8). Batang patah ini jika tidak segera dilakukan perawatan akan menimbulkan infeksi dan

kerusakan lainnya. Persebaran tipe kerusakan ini dapat dilihat pada Lampiran 8.

Gambar 8. Batang patah pada a) Bridelia sp. dan b) T. coniferta

5.1.6. Tipe Kerusakan Malformasi

Tipe kerusakan malformasi di KRB dijumpai sebanyak 46 kasus (4,16 %).

Contoh tipe kerusakan ini terjadi pada Sarcocoprana coadunata dan Neonauclea subtidus seperti yang ditunjukkan pada Gambar 9. Malformasi akan menghambat pertumbuhan sehingga tanaman yang seharusnya normal simetris menjadi tidak

[image:34.612.192.445.418.563.2]
(35)

24

[image:35.612.158.483.79.196.2]

Gambar 9. Malformasi pada (a) S. coadunata dan (b) N. subtidus

5.1.7. Tipe Kerusakan Akar patah atau mati

Tipe kerusakan akar patah atau mati di KRB memiliki intensitas paling

kecil yaitu hanya 4 kasus (0.36 %). Akar patah atau mati yang dijumpai terjadi

karena penebangan bagian yang lapuk namun menyisakan bagian yang berpatogen

sehingga serangan tetap berlanjut hingga mematikan akar dan pohon tidak lagi

produktif tumbuh. Perawatan pohon tumbang yang disebabkan oleh angin/petir

maupun kerapuhan dilakukan melalui pemangkasan. Pemangkasan biasanya

menyisakan sekitar ¼ bagian pohon seperti pada Aphanamixis polystachy

(Gambar 10).

Pemangkasan pemeliharaan ini dilakukan dengan alasan mempertahankan

pohon apabila pohon tersebut tumbuh lagi dan menghasilkan tunas/ anakan baru.

Pihak KRB hendaknya mengetahui batas-batas bagian pohon yang terserang

kerusakan sehingga saat melakukan pemangkasan diusahakan tidak meninggalkan

bagian sakit yang nantinya akan menimbulkan kerusakan pada bagian lain.

Persebaran tipe kerusakan ini ditunjukkan pada Lampiran 10.

[image:35.612.272.384.533.678.2]
(36)

25

5.1.8. Tipe Kerusakan Cabang patah atau mati

Tipe kerusakan cabang patah atau mati memiliki derajat keparahan yang

berbeda-beda berkisar antara 20 %- 80 % dengan jumlah kerusakan sebanyak 17

kasus (1,53 %). Salah satu pohon yang mengalami kematian pada cabangnya yaitu

Pinus caribaea ditunjukkan pada Gambar 11. Hal ini dimungkin karena penyakit parasit, non parasit atau hama (Pracaya, 2003). Gejala yang terlihat adanya cabang

yang mati dan daunnya berguguran. Cabang patah yang dijumpai disebabkan

karena cabang lapuk dan akhirnya patah. Persebaran tipe kerusakan ini

[image:36.612.265.373.268.397.2]

ditunjukkan pada Lampiran 11

Gambar 11. Cabang Mati pada P. caribaea

Pada famili Sterculiaceae terdapat dua pohon Pterygota agata yang

mengalami kematian pada cabang dengan tingkat keparahan sekitar 40 %. Cabang

patah dan mati ini disebabkan oleh air buangan dan kotoran kalong vampir

(Pteropyrus vampirus) yang pernah menjadikan pohon ini sebagai sarang ataupun tempat singgah sehingga tajuk yang ditempati lama-kelamaan akan mati.

5.1.9. Tipe Kerusakan Daun Rusak

Tipe kerusakan daun rusak dijumpai sebanyak 112 kasus (10,14 %).

Persebaran tipe kerusakan ini ditunjukkan pada Lampiran 12. Gejala yang banyak

terlihat adalah daun termakan serangga ataupun terserang jamur. Pada famili

Sapindaceae daun rusak akibat bercak daun teramati cukup besar. Jamur yang

dapat menyebabkan bercak daun leci misalnya adalah Botryodiplodia theobromae,

(37)

26

Daun pada Pterocarpus indicus selain terserang bercak daun juga

menunjukkan gejala gosong yang sering disebut ”terbakar” adalah mati dan

mengeringnya daun. Contoh tipe kerusakan daun terjadi pada Brownea hybrida

dan Syzygium malaccense (Gambar 12).

[image:37.612.174.466.170.274.2]

Gambar 12. Daun Rusak pada (a) B. hybrida dan (b) S. malaccense

5.1.10. Tipe Kerusakan Daun berubah warna

Tipe kerusakan daun berubah warna dijumpai sebanyak 24 kasus (2,17 %).

Salah satu contoh klorosis terjadi pada Mangifera caesia yang daunnya berubah menjadi warna kuning. Kerusakan ini dapat dilihat pada Gambar 13. Perubahan

tersebut dapat terjadi oleh berbagai sebab berikut: a) etiolasi terjadi akibat

kekurangan cahaya atau terlalu lama tumbuh di tempat gelap; b) khlorosis terjadi

akibat temperatur rendah, kekurangan Fe, terserang virus, gangguan oleh

cendawan, bakteri dan sebagainya; c) khorornosis merupakan warna hijau dirubah

oleh zat yang memberi warna, merah jingga dan sebagainya dan d) albino yaitu

tanaman gagal membentuk zat warna (Anonim, 2004). Persebaran tipe kerusakan

ini ditunjukkan pada Lampiran 13.

Kerusakan yang sering dijumpai adalah klorosis. Perubahan warna ini

dapat disebabkan oleh rusaknya klorofil (zat hijau daun) atau akibat kekurangan

cahaya matahari atau karena serangan penyakit. Perubahan warna juga terjadi

dalam bentuk bercak-bercak cokelat karat, ungu,hitam, kelabu, keputih-putihan

atau bersama-sama (Pracaya, 2003). Rusaknya kloroplas menyebabkan

menguningnya daun yang lazimnya berwarna hijau. Gejala ini sering mendahului

gejala nekrosis. Kalau gejala menguning ini sistemik dan terdapat pada semua

daun, biasanya merupakan gejala sekunder yang disebabkan karena serangan

parasit pada bagian lain atau dapat juga disebabkan karena keadaan luar yang

(38)

27

Gambar 13. Klorosis pada M. caesia

Gejala kerusakan akibat kekeringan pada umumnya berupa kelayuan yaitu

kehilangan tekanan turgor jaringan inang. Kelayuan dan gugurnya daun

merupakan gejala awal kekurangan air, dan apabila kekurangan air berlangsung

terus maka dehidrasi akan meluas pada seluruh bagian tumbuhan. Pohon jenis

Fernandoa macroloba (no 27, vak XI H) mengalami kelayuan pada daun disebabkan karena hilangnya turgor. Gejala ini diduga diakibatkan oleh kerusakan

bagian perakaran, penyumbatan saluran air atau oleh senyawa yang beracun yang

dikeluarkan oleh patogen yang terbawa oleh aliran air kebagian atas tanaman.

Menurut Widyastuti et.al. (2005) kelayuan dapat mengakibatkan satu atau kombinasi gangguan ini:

a. gangguan absorbsi air dan hara oleh akar. Gangguan ini dapat diakibatkan

oleh kerusakan jaringan akar oleh parasit, faktor fisik seperti kekeringan

dan terlalu banyak air atau oleh faktor kimia seperti kekurangan hara.

b. gangguan pada konduksi air dalam tumbuhan. Fungi penyebab layu yang

menyerang jaringan pembuluh tumbuh dan berkembang di dalam sistem

pembuluh tumbuhan.

c. kehilangan kontrol transpirasi. Pada pertumbuhan yang sehat untuk

menghemat air stoma akan menutup saat kelembaban rendah. Tumbuhan

yang terinfeksi sering kehilangan kemampuan ini dan mengalami kelayuan

saat air hilang melalui transpirasi lebih banyak daripada air yang diserap

(39)

28

5.2. Tingkat Kerusakan Pohon di KRB

Tingkat Kerusakan Pohon di KRB

Sangat Sehat 48%

Sehat 24% Ringan

20%

Sedang 6%

[image:39.612.176.459.107.276.2]

Berat 2%

Gambar 14. Tingkat Kerusakan Pohon dan Persentasi Kasus yang Dijumpai di KRB

Berdasarkan hasil pengamatan melalui metode FHM diperoleh hasil

bahwa kondisi kerusakan pohon di KRB tergolong ringan dengan nilai indeks

kerusakan (NIK) sebesar 6,28 (skala 21). Kondisi kesehatan pohon di KRB

dikategorikan menjadi 5 kategori (Gambar 14). Pohon yang tercatat memiliki

kerusakan sebanyak 704 pohon atau sekitar 51.97 % dari total jumlah contoh

yang diamati. Pohon yang mengalami kerusakan, masih tergolong sehat sebesar

45,88 %, tingkat kerusakan ringan sebesar 38,35 %, tingkat kerusakan sedang

sebesar 11,51 % dan tingkat kerusakan berat sebesar 4,26 %.

Pohon-pohon yang tidak dijumpai adanya kerusakan dapat dikatakan tahan

terhadap kerusakan, dalam keadaan biasa dapat menyesuaikan diri dengan

patogen maupun penyebab kerusakan lainnya yang berada dalam jaringan

tubuhnya sehingga tidak mempengaruhi kemampuan produksinya.. Pohon dengan

kelas sehat tergolong pohon yang cukup tahan terhadap kerusakan. Pohon-pohon

dengan tingkat kerusakan ringan, sedang dan berat merupakan pohon yang tidak

(40)

29

Hubungan antara NIK dengan Ukuran Pohon

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

20-39 40-59 60-79 80-99 >100

Diameter (cm)

NI

[image:40.612.168.470.77.274.2]

K

Gambar 15. Hubungan antara NIK (Nilai Indek Kerusakan) dengan Ukuran Pohon

Tingkat kerusakan pohon di KRB berdasarkan Gambar 15, menunjukkan

bahwa ada hubungan antara diameter yang diasumsikan sebagai umur dengan

nilai indek kerusakan (NIK). Semakin tua usia pohon maka semakin tinggi pula

nilai indek kerusakannya. Namun saat dilakukan analisis regresi untuk menduga

hubungan antara diameter dengan nilai indek kerusakan (NIK), dihasilkan nilai R

square yang sangat rendah yaitu 6,8 % sehingga ada 93,2% variabel lain yang

berpengaruh terhadap kerusakan pohon.

5.3. Bagian Pohon yang Rusak di KRB

Tabel 2. Tipe Kerusakan dan Bagian Pohon yang rusak di KRB

No Tipe Kerusakan Lokasi

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1 Kanker 123 18 104 10 89 17 28 - -

2 Heart-rot, tubuh buah dan indikator lain tentang lapuk lanjut

85 64 93 27 80 25 90 - -

3 Luka terbuka 9 - 7 - 17 - - - -

4 Eksudasi (resinosis dan gumosis)

- - 4 - 3 - - - -

11 Batang patah atau mati - - 2 2 4 - - - -

12 Malformasi - - 1 1 7 10 27 - -

13 Akar patah atau mati 4 - - - -

22 Cabang patah atau mati - - - 17 - -

24 Daun rusak - - - - - - - - 112

25 Daun berubah warna (tidak hijau)

- - - - - - - - 24

[image:40.612.124.515.510.704.2]
(41)

30

Keterangan:

1 : Akar dan tunggak

2 : Akar dan batang bagian bawah

3 : Batang bagian bawah

4 : Bagian bawah dan bagian atas batang

5 : Bagian atas batang

6 : Batang tajuk

7 : Cabang

8 : Kuncup dan tunas

9 : Daun

Bagian pohon yang banyak mengalami kerusakan bagian 1 (akar dan

tunggak) yaitu sebesar 20.02 % dari total bagian pohon yang dijumpai mengalami

kerusakan. Tipe kerusakan yang mendominasi pada bagian ini yaitu tipe 1

(kanker) sebesar 55,65 % dari total jumlah kasus pada lokasi 1 (akar dan tunggak).

Persentase bagian pohon yang mengalami kerusakan dapat dilihat pada Gambar

16. Akar merupakan organ kunci kelangsungan hidup pohon akar sebagai

penyerap hara dan air yang paling dibutuhkan dalam pertumbuhan dan

perkembangan pohon. Secara fisik akar juga berperan sebagai penopang

berdirinya pohon. Dengan demikian pelemahan fungsi yang dikaibatkan oleh

adanya agen perusak akar menjadi masalah pokok dalam pengelolaan kesehatan

akar. Dalam diagnosa kerusakan akar sedikit mengalami kesulitan karena gejala

serangannya tidak mudah dikenali, kecuali hanya jika terjadi keparahan pada

tingkat yang membahayakan.

Bagian Pohon yang Mengalami Kerusakan di KRB

[image:41.612.190.451.500.671.2]

Akar dan Tunggak 20% Akar dan Batang Bagian Bawah 8% Bagian Atas Batang 19% Batang Tajuk 5% Cabang 11% Daun 13% Bagian Atas dan Bawah 4% Bagian Bawah 20%

Gambar 16. Bagian Pohon yang Mengalami Kerusakan

(42)

31

Bagian pohon lain yang banyak mengalami kerusakan bagian 3 (batang

bawah) yaitu sebesar 19,11 % dari total bagian pohon yang mengalami kerusakan.

Pada bagian pohon ini paling banyak mengalami kerusakan tipe 1 (kanker)

sebesar 49,28 % dari total jumlah kasus pada bagian 3. Bagian 5 (batang atas)

mengalami kerusakan sebesar 18,11 %, sedangkan bagian 4 (batang atas dan

bawah) menunjukkan kerusakan yang paling kecil sebesar 3,62 %.

Batang secara fisik merupakan penopang tajuk dan secara fisiologis

berperan sebagai organ penyangga sistem transport untuk distribusi unsur hara.

Peran batang menurut widyastuti et.al. (2005) dalam proses kelangsungan hidup pohon menempati urutan ketiga setelah akar dan daun, sebab infeksi oleh fungi

dapat membahayakan pohon dan menyebabkan kematian.

Kerusakan pada bagian batang dan akar ini akan meningkatkan resiko

pohon rubuh atau tumbang. Pada saat hujan badai kamis malam 1 Juni 2006,

sebanyak 229 pohon koleksi KRB tumbang atau patah. Kebanyakan usia pohon

itu 50-100 tahun. Kerusakan bukan hanya beberapa bidang pagar besi roboh

tertimpa pohon, atau belasan pohon tumbang yang terlihat dari jalan raya yang

mengitari KRB, tetapi juga kondisi di dalam KRB. Di antaranya ada pohon yang

diameter pangkalnya sampai satu meter lebih tumbang, tercerabut dengan

akar-akarnya (Gambar 17).

[image:42.612.138.506.461.597.2]

Gambar 17. Kerusakan KRB Pasca Hujan Badai (Kamis, 1 Juni 2006)

Pada lokasi pengamatan terdapat 102 pohon koleksi yang tumbang

ataupun patah. Sekitar 84,31% dari koleksi pohon yang tumbang/ patah, tercatat

telah mengalami kerusakan pada pencatatan berdasarkan penilaian kesehatan

(43)

32

kerusakan pohon di KRB pasca hujan badai 1 Juni 2006. Gambar 18 menjelaskan

tentang tipe kerusakan dan persentasenya. Tipe kerusakan yang mendominasi

adalah heart-rot, tubuh buah dan indikator lapuk lanjut (43%).

Kerugian material KRB mencapai miliaran rupiah, sementara kerugian

imaterial tidak dapat dihitung Oleh karena itu, pemotongan pohon yang sudah

tumbang itu dilakukan sangat hati-hati agar tidak menambah kerugian KRB atau

merusak pohon-pohon lainnya yang masih tegak atau dapat dipertahankan.

Tindakan pihak KRB terhadap kerusakan besar yang dialami ini adalah

dengan penutupan sementara KRB untuk umum, penutupan itu dilakukan untuk

keperluan pendataan dan pemotongan pohon tumbang, membersihkan jalan- jalan

di areal KRB dari sampah pohon tumbang, serta pemangkasan cabang atau ranting

yang sudah patah tetapi masih menempel pada batang induknya.

Identifikasi Tipe Kerusakan

Kanker 37%

Heart_rot,Tubu h buah, Lapuk

[image:43.612.188.453.330.520.2]

Lanjut 43% Batang patah 1% Daun Berubah Warna 2% Cabang patah/ mati 1% Luka Terbuka 7% Daun Rusak 8% Malformasi 1%

Gambar 18. Identifikasi Tipe Kerusakan Pohon Tumbang dan Persentasenya (1 Juni 2006) di KRB

Bagian pohon yang mengalami kerusakan yang diakibatkan oleh hujan

badai ini terjadi pada bagian akar (22%) dan batang bagian bawah (22%).

Identifikasi bagian pohon yang mengalami kerusakan dapat dilihat pada

Gambar 19. Kerusakan yang timbul akibat hujan badai ini tercabutnya bagian

bawah pohon dari tanah. Kasus ini diduga diakibatkan karena kerusakan pada

akar. Kerusakan pada akar ini akan meningkatkan resiko penurunan penyerapan

(44)
[image:44.612.188.450.80.264.2]

33 Lokasi Kerusakan Akar dan Batang bagian Bawah 9% Batang Bagian Bawah 22% Batang Bagian Atas dan Bawah 5% Batang Bagian Atas 19% Batang Tajuk 3% Daun 10% Cabang 10% Akar dan Tunggak 22%

Gambar 19. Identifikasi Bagian Pohon yang Mengalami Kerusakan dan Persentasenya (1 Juni 2006) di KRB

Kerugian yang muncul berkaitan dengan pohon baik di KRB dianggap

musibah. Selama ini pemeriksaan atas pohon-pohon yang berada di KRB belum

menggunakan suatu metode penilaian kerusakan pohon ataupun alat pendeteksi

kerusakan pohon. Penilaian kriteria pohon yang rusak dan perlu ditebang hanya

dilakukan melalui pengamatan Pengawas Kebun yang kemudian dilaporkan pada

Kepala konservasi Eksitu untuk dilakukaan tindakan lebih lanjut. Penebangan

pohon di KRB relatif jarang dilakukan saat pohon masih tegak berdiri.

Penebangan dilakukan saat pohon sudah hampir atau sudah mati. Hal ini sangat

wajar dilakukan oleh pihak KRB karena orientasi pihak KRB adalah koleksi.

Pada bagian cabang mengalami kerusakan sebesar 14,67 %. Bagian ini

sulit untuk dilakukan perawatan, karena lokasinya yang sulit dijangkau dan

membutuhkan pemanjatan untuk melakukan pemangkasan cabang yang

mengalami kerusakan. Biasanya pihak KRB hanya membiarkan saja cabang yang

(45)
[image:45.612.241.433.77.221.2]

34

Gambar 20. Pohon Randu pada Vak XX B yang Merenggut Korban

Kerusakan pada bagian cabang ini sangat rentan terhadap tingginya resiko

cabang/dahan rubuh. Pohon dengan tipe kerusakan 2 (Heart-rot, tubuh buah dan

indikator lapuk lanjut) pada bagian cabang akan lebih mudah patah dan menimpa

pengunjung. Hal ini dapat dilihat dari peristiwa pada hari selasa siang 4 Juli 2006.

Dahan Pohon Randu (Gambar 20) berdiameter sekitar 30 cm patah kemudian

menimpa belasan bocah yang sedang bercanda ria di bawah pohon tersebut.

Musibah ini mengakibatkan satu bocah tewas dan 11 lainnya luka-luka.

Dengan adanya kejadian semacam ini, pihak KRB harus memperhatikan

keselamatan pengunjung dengan memperhatikan kondisi kesehatan pohon di

KRB. Antisipasi ini sangat diperlukan untuk memberikan peringatan bagi

pengunjung terhadap kondisi KRB saat kunjungan.

Beberapa tindakan preventif yang dapat dikembangkan sebagai

manajemen keselamatan pengunjung terhadap kondisi pohon-pohon di KRB

antara lain: a) membuat papan pengumuman pada pohon-pohon berkriteria tingkat

kerusakan berat atau yang dianggap dapat membahayakan pengunjung dan

b) peringatan pada pengunjung saat cuaca buruk untuk tidak melakukan

kunjungan.

Tipe kerusakan daun juga menunjukkan nilai yang besar yaitu 12,32 %

dari total kerusakan yang dijumpai. Akibat umum yang disebabkan oleh

kerusakan pada daun ini adalah terhambatnya proses fotosintesis sebagai fungsi

utama daun. Kebanyakan penyakit daun ditimbulkan oleh serangga dan infeksi

fungi. Infeksi pada bagian daun dapat sampai merusak bahkan mematikan

(46)

35

Daun merupakan bagian yang penting bagi pertumbuhan pohon sehingga

diperlukan adanya perawatan bagi kesehatan pohon. Tahap awal yang dapat

dilakukan yaitu dengan pengontrolan secara berkala terhadap daun yang

didiagnosa mengalami kerusakan dan mengambil tindakan perawatan baik dengan

penyemprotam fungisida maupun pemangkasan daun yang telah rusak.

Kerusakan pada daun yang dekat dengan jalan raya, pada vak XX dan I

dapat dimungkinkan karena pencemaran udara. Polutan menjadi masalah apabila

telah melebihi batas yang diperkenankan. Gas-gas yang dikeluarkan oleh emisi

dari kendaraan bermotor mampu mempengaruhi kesehatan daun. Menurut

Fakuara (1986) pohon dan segala jenis tanaman paling sensitif terhadap SO2.

Polutan ini masuk ke dalam daun melalui stomata dan bereaksi di dalam sel

menyebabkan rusaknya daun/matinya jaringan tanaman. Kerusakan dapat kronis/

tidak tergantung pada tingkat pencemaran dan tingkat ketahanan dari tanaman itu

sendiri.

5.4. Tindakan Pemeliharaan dan Perawatan Pohon Koleksi di KRB

Pemeliharaan koleksi tanaman di KRB dilakukan oleh Sub Bidang

Pemeliharaan Koleksi. Sub bidang ini selain melakukan pemeliharaaan tanaman

juga bertugas melakukan penyiapan bahan, sarana dan serta melakukan

penanaman. Kegiatan pemeliharaan y

Gambar

Tabel 1. Tally Sheet Penilaian Kerusakan Pohon menurut metode FHM
Gambar 1. Tipe Kerusakan dan Persentase Kasus yang Dijumpai di KRB
Gambar 2. Kanker pada a) D. Grandifloris; b) A. cuninghamii          dan c) S. siamensis
Gambar 3. Gejala Heart-rot pada a) A. harmsiana dan b) H. sylvestris
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini menunjukkan adanya perbedaan kadar karbon yang sangat nyata pada setiap bagian pohon yang diteliti, yaitu: akar, batang utama, cabang, ranting, dan daun.

Dari perhitungan persentase kerusakan dengan menggunakan rumus Indeks Kerusakan didapatkan hasil persentase tingkat kerusakan daun dan batang pada petak petak

1) Analisis xilem, floem, kolenkim pada bagian akar tanaman Hanjuang (Cordyline furticosa) di Kebun Raya Bogor. 2) Analisis stomata, kolenkim, karotenoid, zar ergastik

Tipe Kerusakan yang Diperoleh Pada Jalur Hijau Kota Medan Bagian Utara

Data yang digunakan untuk membangun persamaan biomassa dan massa karbon total pohon dan bagian-bagian pohon (daun, ranting, cabang, batang dan akar) adalah diameter

Dari perhitungan persentase kerusakan dengan menggunakan rumus Indeks Kerusakan didapatkan hasil persentase tingkat kerusakan daun dan batang pada petak petak

Data yang digunakan untuk membangun persamaan biomassa dan massa karbon total pohon dan bagian-bagian pohon (daun, ranting, cabang, batang, dan akar) adalah diameter dalam

Tipe kerusakan vegetasi yang paling banyak ditemui adalah tipe kerusakan cabang patah atau mati 24,19%, tipe kerusakan malformasi 21,11%, tipe kerusakan perubahan warna daun 15,10%,