• Tidak ada hasil yang ditemukan

Biologi Reproduksi Ikan Terbang (Hirundichthys axycephalus) di Laut Flores

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Biologi Reproduksi Ikan Terbang (Hirundichthys axycephalus) di Laut Flores"

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

BIOLOGI REPRODUKSI IKAN TERBANG

(Hirundiclrthys

oxycephaJus)

DI LAUT FLORES

Oleb:

NIKO ARI WIBOWO

SKRIPSI

DEPARTEMENMANAJEMENSUMBERDAYAPERAU

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUT}/

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

/

(2)

r

PERNY AT

A.AN

MENGENAI SKRIPSI

{)engan

ini

saya menyatakan

bahwa

Skripsi

yang berjudul :

BIOLOGI REPRODUKSI

IKAN

TERBANG

(l£aunJfich1ltYs

oxycephalus)

DI LAUT FLORES

Adalab benar merupakan

basil

karya sendiri dan belum

pernah

diajukan dalam

bentuk:

apapun kepada

perguruan

tinggi

manapUll-

Semua sumber

data dan

informasi

yang

berasal

atau

dik-utiP

dari

kar)'a

yang

diterbitkan

maupun tidak

ditetbitkan oleh

penulis

lain telab disebutkan dalam teks dan dicantum kan

dalam

Daftar

Pustaka

di Bagian

Akhir

Skripsi

ini

Bogor, Agustus 2007

(3)

I, MMMMMMMMMMMMMNセMMM

PERNY ATAAN MENGENAI SKRIPSI

Dengan

ini

saya menya

takan

bahwa Skripsi yang be1judul :

BIOLOGI REPRODUKSIIKAN TERBANG

(Jruwutidztkys oxycepludlls)

DI LAUT FWRES

Adalah benar menrpakan

basil

karya sendiri dan belum

pernah

diajukan dalam

bentuk

apapun

kepada perguruan

tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi

yang berasal

atau

dikutip dari

karya

yang

diterbitkan maupun tidak diterbitkan oleh penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantmnkan dalam Daftar

Pustaka

di Bagian Akhir Skripsi

ini

BogoT, Agustus 2007

N1KO ARI WIBOWO

04103081

(4)

\

A8STRAK

NIKO ARI WIBOWO. Biologi Reproduksi Ikan Terbang (Kuun.dicktItys oxycepbalus) di

Laot

fiッセ@

Di bawah bimbingan M. MIlkIlm Kamal dan Asikin Djama1i

Penelitian

ini dilakukan

di

Laut

Flores pada bulan Oktober sampai Desember 2005. Ikan contob merupakan basil tangkapan nelayan yang ditangkap dengan menggunakan drift gillnet.

Analisis

laborntorium meliputi identifikasi, pengukuran panjang dan penimbangan berat ikan contoh, pengamatan tingkat kematangan gonad (TKG), fekunditas, dan pengukuran diameter telur.

Analisis

data meliputi perbitungan kelas ukuran, rasio kelamin, bubungan panjang dad berat, faktor kondisi, ukuran ikan pertama kali matang gonad, indeks kematmgan gonad, dan fekunditas.

Ikan terbang (H oxycephalus) yang djamati berjumlah 221 ekor terdiri

dari

123 ekor (55,66%) ikan jantan dan 98 ekor (44,34%)

i.kan betina. Berdasarkan

analjss hubungan panjang dan berat, diperoleb pola pertumbuhan

i.kan

terbang (H

oxycephalus) jantan dan betina adalah allometrik

negatif.

Berdasarkan pengamatan tingkat kematangan gonad diperoleb

basil

bahwa kematangan gonad ikan terbang terjadi secara serentak pada selang panjang total 1 n-l82 mm. Tidak ditemukannya gonad dalam fuse

salin

(TKG V) ditambah dengan perkembangan nilai IKG yang positif pada setiap bulannya, menimbuIkan dugaan bahwa ikan terbang (H
(5)

OIeb:

N1KO ARI WlBOWO

04103081

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat Untnk

Memperoleb GeIar Sarjana Pacla FaknItas Perikanan dan limn Kelan1an

DEPARTEMEN MANA.J£MEN SUMBERDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN llMU KELAUTAN

ュsセpertセbogor@

(6)

Judul Skripsi

Nama Mahasiswa

NomorPokok

Program Studi

LEMBAR PENGESAHAN

: Biologi Reproduksi Ikan T erbang (Hirundichthys

oxycepha/us) Di Laut Flores

: Niko Ari Wibowo

: C24103081

: Manajemen Sumberdaya Perairan

Disetujui:

L Komisi Pembimbing

Dr. Ir. M. Mukhlis Kamal, MSc NIP. 132 084 932

Prof. Dr. Ir. Asikin Djamali NIP. 320001093

Mengetahui:

(7)

PRAKATA

Segala puji syu1rur kepada

Allah

swr

yang telah memberikan

berkah.

rahrnat, dan kanmia-Nya sebingga skripsi yang betjudul "Biologi Reprodnksi Ikan Terbang (Hirundichthys oxyaphallls) di Laot

Flores"

dapat diselesaikan oleh

penulis.

Skripsi ini disusun sebagai salah

saw

syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada

Faku1tas

Perikanan dan llmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Dalam

kesempat;m

ini.

penulis

mengucapk.an

terima k.asih

kepada :

I. Alrnamater tercinta, Institut Pertanian Bogor (IPS), yang telah memberi banyak

ilmu, pengetahuan.

dan

wawasan.

2.

Dr.

Ir. M. Mukhlis Kamal,

Msc

dan

Prof.

Dr.

Ir.

Asikin

Djamali

selaku komisi pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan. araban dan nasebat.

3.

Dr.

Ir. Unggul Aktani M.Sc selaku pembimbing akademik alas segala araban dan nasehatnya

4.

Dr.

Ir. Yuni7.ar Emawati, MS. dan Ir. Zairion, MSc. yang telah memberikan banyak masukan dan

saran

sehingga

tulisan ini dapat tersaji dengan

baik.

dan lebih

informatif.

5. SelW1lh dosen serta staf karyawan Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan

serta

Fakultas Perikanan dan llmu Kelautan atas bantuannya 6. Keluarga

Besar

yang

selalu mendoakan, mendukung dan memberi

semangat

7. Ternan-ternan

MSP angkatan

36, 37, 38, 39

dan

40, 41, 42

atas dukungannya dan doanya

8. Semua pihak yang telah membantu dan tidak mlmgkin disebutkan satu

persa1U.

Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan.

Bogor, Agustus 2007

Penulis

VI

II

(8)

DAFfARISI

Halaman

DAFfAR lSI ... V11

DAFf AR GAMBAR ... IX

DAFT AR T ABEL ...

x

DAFT AR LAMPIRAN ... XI L PENDABULUAN 1.1. Latar Be1akang ... 1

12. Pennnusan Masalah ... 2

1.3. Tujuan... 2

D. TlNJAUAN PUST AKA 2.1. Taksonomi dan Morfologi Ikan Terbang ... 3

2.2. Habitat dan sebaran geografis ... ... 4

2.3. Aspek Reproduksi ... 6

2.3.1. Nisbah Kelamin ... 6

2.3.2. Tingkat Kematangan Gonad ([KG) ... 7

2.3.3. Indeks Kematangan Gonad (IKG) ... 7

2.3.4. Faktor Kondisi ...

8

2.3.5. Fekunditas ... 8

2.3.6. Diameter Telur ...

8

23.7.

Histologis Telur ...

9

DL METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat ... 11

3.2. Alat dan Bahan ... 12

33.

Metode Ketja ... 12

3.3.1. Pengambilan contoh ikan di lapangan ... 12

3.32. Proses ketja di laboratorium ... 12

3.32.1. Identifikasi ikan contoh ... 12

3.3.22. Pengukuran panjang berat dan pengamatan TKG ... ... ... 13

3.32.3. Fekunditas dan diameter.telur ... 14

3.4. Analisa

Data ...

14

3.4.1. Perhitungan kelas

ukuran ...

14

3.42. Rasio Kelamin ... 15

3.4.3. Panjang berat dan faktor kondisi ... 15

3.4.3.1. Hubunganpanjangberat ...• 15

(9)

3.4.32. Faktor kondisi ... 17

3.4.4. Tmgkat Kematangan Gonad (TKG) ... ___ .. 17

3.4.5. Indeks Kematmgan Gonad (IKG) ... ______ ... ___ ... ___ ... ___ ... ___ . 18 3.4.6. Fekunditas ... ... 18

IV. BASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Komposisi tangkapan dan nisbah kelamin .... ___ ... ___ .... 19

4.2. Hubungan panjang berat ... 22

4.3. Faktor kondisi ... 24

4.4. Aspek Reproduksi ... 26

4.4.1. Tingkat Kematangan Gonad ... 26

4.42. Indeks Kematangan Gonad ... ___ ... ___ .. ___ ... ___ ... ___ ... ___ ... 35

4.4.3. Fekunditas ... 36

4.4.4. Diameter telur dan pola pemijahan ... 38

4.5. Pengelolaan ... 40

v.

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... セNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNN@ 42 52. Saran ... 42

DAFT AR PUST AKA ...

43

LAMPIRAN ... 47

RIW A YAT HIDUP ... 69

VJJI

(10)

! .

DAFfARGAMBAR

Halaman

I. HinmdichJhys oxycephalus

... ... ... ...

3

2. Balas sebaran ikan terbang ... ... ... ... 5

3. Jumlah danjenis ikan terbang yang ditemukan (di perairan indonesia) selama tahun 2004-2006...

5

4.

Proses

pembentukan Spermatozoa (Spermatogenesis) ... 10

5. Proses pembentukan Ovwn (Oogenesis)... 10

6

Peta perairan Laut Flores... 11

7. Diagram gonad ikan dan bagian-bagian yang dihitung telumya... 14

8. HinmdichJhys oxycephalus

... ... ...

19

9. Sebaran frekuensi panjang ikan terbang

(Hoxycephalus)

jantan dan betina di Laut Flores ... ... 20

10. Nisbah kelamin ikan terbang

(Hoxycephalus)

setiap bulan Pengamatan ... ... 21

11. Nisbah kelamin ikan terbang

(Hoxycephalus)

berdasarkan kelas ukuran panjang total... .... .... ... ... ... 22

12. Hubungan panjang berat ikan terbang

(Hoxycephalus)

...

23

13. Faktor kondisi ikan terbangjantan dan betina berdasarkan bulan ... 24

14. Faktor kondisi TKG ill dan TKG IV ... 26

IS. Persentase kematangan gonad ikan terbang

(Hoxycephalus)

setiap bulan pengamatan di Laut Flores ... 28

16. Tingkat kematangan gonad ikan terbang

(Hoxycephalus)

jantan dan Betina di Laut Flores ... 28

17. Tingkat kematangan gonad ikan terbang

(Hoxycephalus)

berdasarkan selang kelas panjang total ... 31

18.

a

Struktur histologis gonad ikan terbang

(Hoxycephalus)jantan... 33

b. Struktur histologis gonad ikan terbang

(Hoxycephalus)

betina... ... 34

19. Indeks kematangan gonad ikan terbang

(H.oxycephalus)

setiap bulan pengamatan ... 35

20. Indeks kematangan gonad ikan terbang

(H.oxycephalus)

setiap seIang panjang ... 36

21. Hubungan fekunditas dengan panjang total ikan terbang

(H.oxycephalus)

di Laut Flores ... 37

22. Sebaran diameter telm ikan terbang

(H.oxycephalus)... 39

IX

(11)

BイMセセMセMセMセNセセM]]]MM]M]MMセセN]MセMMセMMMMセMMMNMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMセ@

DAFfAR TABEL

HaIaman

Tabell.

K1asifikasi

tingkat kematangan gonad ibn terbang

(Hennawati, 2006) ... ... 13 Tabe12. Tingkat kematangan gonad ibn terbang

(Hoxycephalus)

berdasarkan basil pengamatan morfologi gonad ... 27 Tabe13. Beberapa fenomena penting tentang ibn terbang di Selat

Makassar dan

Laut

Flores (Sihotang.2004) ... 29 Tabe14. Indeks kematangan gonad rata-rata ibn terbang

(Hoxycephalus)

pada

setiap bulan pengamatan ... 35
(12)

DAFfAR LAMPmAN

Halaman

1. Alat tangkap yang digunakan untuk menangkap i.kan danlatau

telm i.kan terbang

(Hoxycephalus)

di Laut Flores ... 48 2. Metode identifikasi i.kan terbang

(Hoxycephalus)

...

50 3. Gambar perbandingan diameter telm i.kan terbang

(Hoxycephalus)

(TKG II, TKG Ill, TKG IV) ... 52 4. Metode pembuatan preparat histologis gonad i.kan terbang

(Hoxycephalus)

menurut Banks (1986) in Hermawati (2006) ... ,... 53 5. Sebaran frekuensi i.kan terbang

(H oxycephalus)

jantan dan

betina di Laut Flores pada setiap bulan pengamatan ... 55 6. Uji Chi-square terbadap nisbah kelamin i.kan terbang

(Hoxycephalus)

jantan dan betina di Laut Flores ... 56 7. TKG ikan terbang

(H.oxycephalus)

...

58

8. IKG ikan terbang

(Hoxycephalus)

...

59

9. Pend:ugaan

ukuran

i.kan pertama kali matang gonad

berdasarkan metode Spearman-Karber ... 60 10. Diameter telur ikan terbang

(Hoxycephalus)

...

62 II. Data pengamatan ikan terbang

(Hoxycephalus)

jantan dan

betina di Laut Flores selama tiga bulan pengamatan ... 63

Xl

(13)

f!

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Bdakang

Ik.an terbang merupakan salah

sam

swnberdaya

ibn

pelagis kecil yang mempunyai eiri khusus

berupa

kemampuan untuk dapat terbang eli atas

permukaan

air.

Ikan terbang menghuni lapisan

pennukaan

perairan tropik dan subtropik dari

samudera

Pasiiik, Hinelia,

Atlantik

dan laut-laut disekitarIlya Paling sedikit telah diketahui 18 species

ibn

terbang yang tersebar eli perairan Indonesia (Weber dan de Beaufort,I922).

Ditinjau dari segi ekonomi,

ibn

terbang merupakan swnberdaya hayati

ibn

dengan nilai ekonomis yang cukup tinggi. Di daerah timur Indonesia

seperti

eli Sulawesi Selatan, dari seluruh komoditi ekspor

basil

perikanan eli daerah tersebut, telur

ibn

terbang menempati urutan kedua setelah udang baik elitinjau dari volume maupun nilainya (Hutomo el aJ.,1985). Pada mulanya hanya

ibn

terbang yang elinsahakan, tetapi sejak tahun 1970 telah dimulai ekspor telurnya ke

Jepang (R.api,

2005).

Berdasarkan

informasi dari nelayan yang ditemui dari tahun ketahun ekspor telur

ibn

terbang semakin meningkat, dan akhir-akhir

ini

ada kecenderungan menurun..

Pamanfaatan telur dan

induk

ibn

terbang yang tidak terkendali telah mengaru:am kelestarian

ibn

terbang eli Selat MakaS8T dan

Laut

Rores (Nessa el

aJ., 1977; Nessa 1978; Ali 1981; Nessa el aJ., 1993; Ali el oJ., 2004a; 2004b; 2005

in Ali el aJ., 2005) sehingga dalam rangka pemllJibannya diperlukan suatu

rencana

pengelolaan dan konservasi

agar

pemanfaatan

ibn

terbang dapat berlangsung secara berkelanjutan.
(14)

I,

r-;;;';-

M[[L[[M]ML[[[MセZL[[[MセZL[[[MZL[[[MM[[[[M[[[[M .::,-.::." -:....:;--;;::....:;··-:,;;;-;,;;;-,,-... -'-. . -iiiii-iiii-.·-iili·--iiii-_.--. . -- _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ ..,,--,

2

1.2 Perumusan Mwtla

h

Perikanan

ibn

terbang sebenarnya Irurang mengunllmgkan dilihat dari kelestarian sumbernya Saat penangkapan

ibn

ini bersamaan dengan

sam

ibn

ini memijah, dan bahkan telumya mempakan komoditi ekonomis yang cukup tinggi

nilainya (Hutomo el ai., 1985), dengan eksploitasi telur

ibn

terbang yang demikian tinggi dan berlangsung terns menerus,

dikhawatirkan

akan terjadi

recruitment over fishing,

yaitu penurunan populasi ikan yang disebabkan oleh berkurangnya input individu bam dalam populasi tersebut akihat adanya tekanan penangkapan yang besar (terutama penangkapan yang dilakukan bersamaan dengan musim pemijahan). Ditambah lagi dengan diperkenalkannya penangkapan

dengan jaring insang, maka tekanan penangkapan terbadap populasi ikan ini semakin kuat, dengan demikian untuk menjaga ketersediaan

ibn

ini agar tetap lestari hendaknya

IOta

hams selalu berbati-bati dalam menjalankan kegiatan penangkapan. Perbitungan dan pengendalian yang cenna1 terbadap penambahan upaya penangkapan mutlak diperlukan. Pengetahuan tentang biologi reproduksi mempakan salah satu

a1at

yang dapat digunakan dalam rangka pemanfaatan berkelanjutan sumberdaya

ibn

terbang.

1.3 Tojoan

(15)

I, セ]]]]MZ[[[MM]M]M

-:.;:;-

;::,;-.=---o-"""--... - ... -iiiii-iiiiiiiiliiiiI-ゥゥゥゥゥMMゥゥゥゥMMゥゥゥゥ!MM . . --_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ - ,

II. TINJAUAN PUST AKA

2.1 Taksonomi dan Morfologi

Ikan

Terbang

Klasifikasi ikan terbang menurut Parin (1999) adalah sebagai

berikut :

Synonim

Filum : Chordata Subfilum : Vert.ebrata

Kelas : Osteichthyes Subkelas : Actinopterigii

Ordo : Beloniformes Famili

: Exocoetidae

Genus : Hirundichlhys

Species : Hirundichlhys oxycephalus (Bleeker, 1852)

: Cypse/urus oxycephalus (Blekeer, 1852), Exocoetus oxycepalus (Bleeker, 1852), Hirundichlhys

affinis

(non

Gunther, 1886) in Fujiami (2007).

Nama lnggris : Bony flying fish (www.fishbase.com). Flying fish (Parin. 1999 in

www.fishbase.com) .

Nama lokal : ikan Siloar (Binuangeun), ikan terbang (femate dan Pelabuhan Raw), Antoni (Bitung) (www.pipp.dkp.go.idin Fujiami, 2007), tuing-tuing (Bugis), Torani (Makassirr), Tourani (Mandar),

[image:15.607.58.455.61.723.2]

antoni (Minahasa, Sangir, Talaud) (Syahailarua, 2004).

(16)

"

4

Menwu Syahajlarua,2OO6 Ikan terbang (Exocoetidae) mempunyai delapan marga, yaitu Cheilopogon

(30

jenis), Cypselurus

(11),

Exocoetus

(2),

Fodiator (2), HinmdichJhys (7), Oryporhampus (3), Parexocoetus (3), dan PrognichJhys (4).

Di

perairan Pasifik

barat hanya ditemukan 6

marga

dengan jumlah jenis sebanyak

31

(parin,

1999), 18

jenis diantaranya terdapat di

perairan

Indonesia (Weber & Beaufort, 1922). Selanjutnya, revisi taksonomi i.kan terbang memisahkan

marga

Cypselurus dan Cheilopogon (Parin,

1999;

Syahailatua,

2004

in Syahai1atua, 2006), dan juga memindahkan beberapa jenis ke

marga

yang lain, sehingga jenis-jenis

yang

umum dikenal

di

Indonesia

mengalami

pergantian nama ilmiahnya, seperti Cypselurus orycephalus menjadi HinmdichJhys oxycephalus (Syahailatua, 2006).

Species ikan terbang memilik:i

ciri

berupa bentuk tubuh yang bulat memanjang seperti cerutu (oblong), agak termampat pada bagian samping. Bagian atas tubuh dan kepala berwama gelap, bagian bawah tubuh mengkilap,

hal

ini

dimaksudkan untuk mengbindari

pemangsa

baik dari air seperti ikan lumba-lumba maupun dari udara yaitu bwung pemakan i.kan.

Kedua

mhangnya

sarna

panjang. Memilild duri-duri lemah pada sirip dorsal berjumlah

10-12,

sirip anal berjumlah

11-12,

dan pada sirip pektoral sebanyak

14-15

dengan sirip pertama tidak bercabang (Parin,

1999).

Sirip pektoral panjang yang diadaptasikan untuk melayang. Sirip ventral panjang atau pendek, tertancap pada bagian abdominal dengan enam buah duri lemah yang bercabang. Sirip ekor bercagak dengan bagian bawah lebih panjang. Garis

latera1

terletak pada bagian bawah tubuh (Hutomo et

oJ.,

1985)

(Gambar

I).

2.2 Habitat dan Sebaran セ@

Ikan terbang mempakan ikan pelagis kecil

yang

menghuni lapisan permukaan perairan

(laut)

tropik dan subtropik pada

kedalaman 0-20 m

(www.fishbase.com). Ikan

ini

tersebar dari Samudera Pasilik, Hindia, dan Atlantik serta

laut-laut

disekitamya (Gambar 2).

Sebaran

dari ikan

ini

dibatasi

oleh isotherm

20·C.

Jumlah species terbanyak terdapat

di

wilayah

khatulistiwa,

makin ke utara dan selatan makin sedikit speciesnya (Hutomo

eloJ.,

1985).
(17)

..

- - - --MMセM MMセM MNMMZZセMNBMMMMMMMセMMMセMMMB@

-5

Lebih dati 20 species ikan terbang ditemukan di bagian tengah Samudera

Pasifik

(Oseania),

Dua betas

sampai tiga

betas

species ditemukan di perairan pulau-pulau Hawaii, Perairan

pantai

Australia dihuni oleb 10 species dan perairan Selandia

Barn

oleb 6 species,

Di

pantai Amerika bagian Samudera Pasifik dilaporkan ditemukan lebih dari 12 species (Hutomo et 01.,1985).

Samudera Pasifik mempakan daerah yang kaya ikan terbang dengan sekitar 40 species yang menghuninya, terutama di perairan Indonesia, Filipina,

Jepang

bagian selatan dan ()cP;ania Dengan kata lain perairan

ini

merupakan pusat penyebaran ikan terbang (Hutomo et 01.,1985). [image:17.612.69.457.34.782.2]

...

..

..

:12

...

It.

..

Gambar 2. Batas sebaran ikan terbang (Patin, 1960 in Hutomo el 01., 1985)

Angka yang dilingkari pada daerah yang diarsir menerangkan jumlah species yang telah ditemukan diperai.ran tersebut.

Gambar 3. Jumlah danjenis

ikan terbang yang

ditemukan (di perairan Indonesia) selama tabun 2004-2006. Angka

pada gambar

ada1ah jumlah dan jenis

ikan terbang yang teridentifikasi pada lokasi sampel

(18)

r

MMMMMMセMMMMMセMMZZZZ]MMMNMMMMMMMセM

6

Ikan terbang banyak elijwnpai eli perairan timur Indonesia, eliantaranya adalah: Selat Makasar, LalIt Flores,

Laut

Natuna,

Laut

Am,

Laut Arafura

Papua, bagian utara Sulawesi Utara, Perairan selatan Bali dan Jawa timur, pantai barat Sumatera barat,

Laut

Halm.ahera,

Laut

Banda, perairan Sabang

tYUDg

Banda Aceh dan laut utara Papua. Di Indonesia

terdapat

18 jenis ikan terbang (distribusi dan jwn1ah

species

yang telah ditemukan, disajikan pada Gambar 3). Sedangkan eli Sulawesi selatan dan Laut Flores elitemukan sebelas jenis ikan terbang (Syabaj1atua, 2006). Menurut Parin, 1996 in www.fishbase.comikan terbang jenis Hirundichthys oxycephaJus tersebar eli beberapa wilayah perairan yaitu : Indo-West Pacific: Arabian

Sea

(Laut Arab) to southern Japan (Selatan Jepang), New Guinea and New South Wales, Australia Menurut

Ali

(2005), ikan terbang jenis Hirundicthys oxycephaJus merupakan jenis ikan terbang dominan eli

Laut

Flores, sedangkan berdasarkan

laporan Hennawati (2006),

ikan terbang

je1tis

ini

juga elitemukan eli perairan Binuangeun, Banten, Jawa

Barat.

Menmut Sihotang (2004), ikan terbang eli Sulawesi Selatan melakukan ruaya untuk kebetbasilan penetasan telur dan ketersediaan makanan anaknya, dan ruaya pemijahan

ini

memiliki pengaruh langsung terbadap

proses

rekruitmen dan mortalitas. Ikan terbang bukan tipe ikan peruaya jarak jauh, ikan

ini

hanya beruaya debt

pantai

dan kemah laut. Ikan terbang merupakan jenis ikan

oseanodrom, artinya ikan yang seluruh daur bidupnya berada eli laut, memijah eli laut, mulai dari telur, kemudian menetas menjadi larva, lalu juvenile, dan dewasa eli laut serta melakukan ruaya eli laut.

2.3.

Aspek

Reproduksi

2.3.1

N'lSbah

Kelamin

Nisbah kelamin mempakan perbandingan jwn1ah ikan jantan dengan jwn1ah ikan betina dalam suatu populasi, nisbah 1:1 yaitu 50010 jantan dan 50% betina merupakan kondisi ideal (Ball dan Roo, 1984). Pada kenyataannya konelisi ideal tersebut sering menyimpang yang disebabkan oleh

faktor

tinglcab

laku

ikan itu sendiri,

perbedaan

laju mortalitas, dan pertumbubannya Keseimbangan nisbah kelamin

dapat

berubah menjelang pemijahan (Nikolsky, 1963), atau juga

dapat

(19)

(i

7

disebabkan

karena

adanya perubahan kelamin (furner. 1986) misalnya yang terjadi pads species yang hermaphrodite.

2.3.2 Tingkat Kematangan Gonad (fKG)

Sesuai dengan umur. organ

reproduksi

ikan memiliki proses perkembangan penting yang

disebut

tingleat kematangan gonad (TKG). yaitu tahap perkembangan gonad sebelum dan sesudah

ikan

memijab·(Effendie,I979). Pengetabuan kematangan gonad ikan diperlukan ootuk mengetahui perbandingan antara ikan yang telab matang gonad dengan

ikan

yang belum matang gonad dari stok

yang

ada di perairan.

ukuran

atau umur

ikan

saa1 pertama kali matang gonad. mengetahui waktu pemijaban, lama pemijaban, dan frekuensi pemijabaan dalam satu taboo (Effendie, 1997).

Salah satu

cars

ootuk mengukur tingleat kematangan gonads ikan Malah dengan mengulrur perbandingan panjang gonad dengan rongga tubuh (body caviJy). Selain

itu

dapat pula dilakukan dengan mengamati

warna

gonad, pembuluh darah dan butir-butir telur didalamnya (Effendie. 1979).

Ada dua faldor yang

mempengaruhi

saat pertama kali ikan

mencapai

matang gonad yaitu faktor

dalam

dan faktor luar. Faktor dalam yang berpengaruh adalab perbedaan species. umur, ukuran, serta sifat-sifat fisiologis masing-masing individu. Sedangkan faktor luar yang sangat mempengaruhi adalab ketersediaan makanan (Lagler et aI,I997). Royce (1972) menyatakan bahwa proses perkembangan telur dan sperma serta proses pengeluarannya membutuhkan energi ekstra dan kondisi

makanan

yang baiL

2.3.3 Indeks Kematangan Gonad

Dalam proses

reproduksi

terjadi pertambahan

berat

gonad yang sejalan dengan bertambah besarnya ukuran diameter telur. Perkembangan bera1 gonad akan mempengaruhi bera1 tubuhnya Tahapan perkembangan tingleat kematangan gonad dapat dinyatakan dengan indeks kematangan gonad (IKG), yaitu sebagai

hasi1

perbandinganantara bera1 gonad dengan bera1 tubuhnya dikalikan 100010.

Nilai indeks kematangan gonad (IKG) akan mencapai kisaran maksimum ketika akan memijab kemudian akan menUflID dengan cepat selama pemijaban

(20)

8

sedang berlangsung sampai selesai. Perbandingan

nilai

{KG

ini

lebih besar oilainya pada ikan betina dibandingkan dengan ikan jantan (Effendie, 1997).

2.3.4 Faktor Kondisi

Faktor kondisi (K) memmjukan kP1ldaan ikan dilihat dari

segi

kapasitas

fisik

untuk pertabanan bidup dan reproduksi (Effendie, 1979). Faktor kondisi

biasanya dig.makan untuk menentukan kecocokan lingkungan dan membandingkan berbagai tempat bidup. Perhitungan faktor kondisi didasarkan

pada

panjang dan berat

ikan.

Faktor kondisi

ini dapat

dig.makan sebagai indikator kondisi pertwnbuhan ikan diperairan. Nilai faktor kondisi suatu jenis ikan dipengaruhi oleh umur, makanan,jenis kelamin dan TKG (Effendie, 1997).

2.35 Fekonditas

Fekunditas adalah jumlah telur masak sebehmi dikeluarkan pada waktu ikan memijah dan disebut juga sebagai fekunditas individu atau mutlak (Effendie, 1979). Sedangkan jumlah telur per satuan berat atau panjang mempakan

fekunditas oisbi (Nikolsky, 1%3).

Species ikan yang memiliki fekunditas

besar

pada umumnya memijah di daerah permukaan., sebaliknya species yang fekunditasnya keciJ biasanya melindungi telurnya pada tanaman atau substrat lainnya Lingkungan sangat

mempengaruhi fekunditas ikan yaitu bila keadaan lingkungan lebih lambat pertwnbuhannya pada ukuran pada ukuran yang sarna felrunditasnya

bertambab

(Nikolsky, 1%3) dan berkaitan pula dengan ketersediaan makanan (Wotton, 1979 in Susilawati, 2000). Meningkatnya ukuran panjang tubuh ikan diilruti dengan peningkatan jumlah fekunditas bingga mencapai ukuran tertentu dan kemudian akan menurun (Suwami, 1998).

2.3.6 Diameter Telnr

Perkembangan

diameter

telur

semakin

meningkat dengan meningkatnya kematangan gonad ikan

sam

mendekati pemijahan (Effendie, 1979). Ovarium yang mengandung telur ikan

masak

berukuran sarna semua menunjukan waktu pemijahan yang pendek, sebaliknya waktu pemijahan yang panjang dan terns
(21)

Ir========--.--.---.---.--.---10

[image:21.596.57.434.35.718.2]

dengan sel telur berwama kuning tua yang menandakan telur siap untuk dikeluarkan (Gambar 5). Pada selaput luar telur (membrane), diliputi oleh umbai-umbai yang berbentuk benang yang berfungsi sebagai alat untuk menempel pada algae atau benda-benda terapung saat

sudah

dikeluarkan (Parin.

1960

in Hermawati, 2006). Pada TKG V terdapat adanya

ruang-ruang

kosong tempat ovum yang telah dikeluarkan pada saat ikan memijah..

Gambar 4. Proses pembentukan Spermatozoa (Spermatogenesis) (sumber : www.fix.cox miami.edu)

(22)

m.

METODE PENELITlAN

3.1 Waktu

dan

Tempst

Penelitian

ini dilakukan

selama 3 bulan, dimulai

pada

bulan Oktober bingga bulan Desember 2005. Sampel ikan didapatkan dari basil

penangkapau

ikan oleh para nelayan di sekitar

perairau

Laut Flores (Gambar 6) yang kemudian didaratkau di pelabuhan perikanan Gondol. Sampel tersebut selanjutnya dibawa ke Bogor untuk dianalisis lebih lanjut. Analisis ikan

dilakukan

di laboratorium ekobiologi, Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan llmu Kelautan,

Institut

Pertanian Bogor.

.

\

.::..

, ' " ,

.. • -ej ".1

Lセ@ '. (aut Roms - •.

peusngkapan'

117"20" E 121°E 124"40' E 128"20' E

,

.

"!iI

132" E

3"40' S

(J

.'

7"20' S [image:22.596.39.458.120.684.2]

QセoGe@

Gambar

6.

Peta

perairan

Laut Flores.

Daerah

yang dilingkari merupakan lokasi Pengambilan sampel ikan terbang (H

o:rycephalus)

(sumber: www.wikipediacom)

(23)

ti

I, セセセセセ]]]]セ@

____

..

セ@

___________

セセ@

__________________________________________

セセ@

12

3.2 Alat dan bahan

Alat yang digtmakan dalam penelitian

ini

adalah satu set alat bedah yang digunakan untuk membedah ikan, penggaris untuk mengukur panjang total dan panjang baku, baki dan

penampung

ikan, timbangan digital dengan tingkat ketelitian 0,0001 g yang digunakan

untuk

menimbang berat tubuh dan gonad ikan , tissue, cawan Petri, gelas ukur, botol film, plastik ldip untuk menyimpan gonad yang telah diawetkan, mikroskop dengan micrometer okuler dan objektif (model

CHS-213EM

bilogycal microscope

no.

400391 ;

code number

F2-OO7 ;

manufacture by Olympus), kamera digital (model EX-Z60; 6 megapixel;

exilim

optical 3X; manufacture by Casio), serta gelas objek yang diglIDakan untuk

meoganalisis

diameter telur ikan contoh.

Adapun bahan yang digunakan ooalah ikan terbang itu sendiri, formalin

10010 untuk mengawetkan ikan contob, Formalin 4% untuk mengawetkan gonad dan larutan Bouin untuk mengawetkan gonad ikan yang akan dihistology.

3.3. Metode Kerja

3.3.1 PengambiJan contoh

ikan

di lapangan

Ikan contoh diperoleh dari basil tangkapan nelayan. Waktu penangkapan ikan dilakukan pada bulan Oktober sampai Desember 2005 dengan frekuensi penangkapan sebanyak satu bulan sekali. Alat tangkap yang digunakan adalah jaring insang hanyut (drift gillnet) yang dioperasikan dengan kapal Pattorani (Lampiran l.b). Ikan contoh yang tertangkap kemudian dimasukan ke dalam wadah dan diawetkan dengan formalin 10010.

3.3.2

Proses

kerja di laboratorium 3.3.2.1

Identifikasi ibn

contoh

Identifikasi ikan terbang dilakukan di laboratorium Biomakro I. Mengacu kepada Hutomo et ai., (1985) dan Carpenter dan Volker (1999) (Lampiran 2), bagian utama dari tubuh ikan yang diamati dalam pengidentifikasian antara lain adalah bentuk tubuh, sirip pektoral, sirip dorsal, sirip ventral. sirip anal, sirip ekor dan sungut.

(24)

: ;

I, セセ]]]]]]]]セ@

____

--_-__

-_-______________________________________

セセ@

__ __

13

3.3.2.2 Pengulmran panjang berat dan peogamatao TKG

Pada analisis di laboratorium

dilakukan

penguIruran

panjang total dengan menggunakan penggaris dengan tingkat ketelitian 1 rom, selanjutnya dilakukan pula penimbangan bera1 individu i.kan. Penentuan jenis kelamin

dilakukan

dengan

pengamatan gonad ikan contoh.. Penentuan

TKG

ikan mengacu kepada metode klasifikasi tingkat kematangan gonad yang

dilakukan

oleh Hermawati (2006) (Tabell).

Tabel 1. KJasifikasi tingkat kematangan gonad ikan terbang (Hermawati, 2006)

TKG

I II ill IV

v

Betina

Ukuran

gonad pendek dan terbungkus selaput wama hitam, warna coklat

muda, mengisi 113 rongga tubuh. butiran tetur masih sangat kecil dan

berwama putih di bagian anterior.

Ukuran

lebih besar dari TKG 1 dan selaput pembungkus wama hitam masih

ada, wama gonad Iruning putih dan mulai tampak butiran telur wama

Iruning dibagian anterior.

Ukuran

mulai membesar mengisi Yo bagian ronga tubuhnya, selaput hitam mulai memudar, warna gonad kuning,

butiran tetur lebih banyak.

Butiran nampak jelas dan

makin

banyak, gonad mengisi seluruh bagian rongga tubuh dan berwama Iruning tua

Gonad mengempis dan keriput, dibagian pelepasan terlihat sisa-sisa

telur.

Jantan

Ukuran kecil dan pendek,

wama putih krem. Gonad terbungkus selaput hitam.

Ukuran

lebih besar dari

TKG 1, wama putih susu

dan masih terbungkus selaput hitam.

Bentuk lebih

jelas dari TKG 1.

Ukuran

mulai membesar dan selaput pembungkus gonad

mulai memudar,

warna

makin putih.

Ukuran lebih besar dari

TKG

m,

permukaan testes

nampak bergerigi, wama makin putih dan mengisi

seIuruh rongga tubuh.. Kantung gonad mulai mengempis dan keriput bila

[image:24.605.45.465.30.722.2]
(25)

Bイ]]]]]]]]]セMMMセMセセMMMセセMセMセセMMBMNセMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMセMML@

II

14

3.3.23 Fekunditas

dan

diameter telur

Perbitungan fekunditas dilakukan dengan metode gravimetrik. dari telur ikan betina yang memiliki TKG ill, IV. Jwnlah telur contoh dig.makan untuk menduga jwnlah total telur yang ada pada gonad melalui perbandingan berat gonad contoh dengan berat gonad totalnya

Pembuatan preparat histologis gonad ikan terbang mengacu pada metode . yang dilakukan Banks (1986) in Hermawati (2006) (Lampiran 4), sedangkan analisis histologi gonad pada

setiap

TKG dilakukan dengan mengacu pada Hennawati (2006).

Diameter telur ikan contoh diukur dari gonad dengan fase TKG II, TKG ill, dan TKG IV. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan sampel telur

dari

[image:25.608.57.453.27.747.2]

masing-masing gonad pada

setiap

TKG dari bagian anterior, median dan posterior gonad ikan betina yang diamati dengan menggunakan mikroskop yang dilengkapi dengan mikrometer (Gambar 7).

Gambar

7. Diagram gonad ikan

dan bagian-bagian yang dihitung telurnya (sumber : Djamali et oJ., 1975)

3.4 Anstiss Data

3.4.1 _ Perbitungan kelas nkuran

Jumlah kelas interval (kelas ulruran) dapat dihitung dengan menwmakan rumus Sturges seperti

berikut

(Sugiyono, 2003):
(26)

I, セセセ]]]]]]M]NセセM

..

セMM⦅NM⦅M⦅M⦅M

..

_._--_--_ .. ________________________________

MMセセセM

Keterangan: K = Jumlah kelas interval n = Jumlah data observasi

• mュセァイ・ュュァセセ。ィZ@

wilayah = Data terbesar - data terkecil

• Mengbi1ung lebar kelas :

3.4.2

Rasio

keJamjn

Lebarkelas= Wilayah Jumlahkelas

15

Rasio kelamin dihitung dengan cam membandingkan jumlah ikan

jantan dan ikan betina

Keterangan: M

F

=

=

Rasio kelamin

=

M

F

jumlah ikanjantan (ekor) jumlah ikan betina (ekor)

Keseragaman sebaran

nisbah

kelamin dilalrukan dengan

uji

"Chi-Square" (Steel dan Torrie, 1980).

keterangan : 0;

ej

セHoゥ@ -ei) 2

クR]セlNNNNセ@ __ セ@

ei

= frekuensi ikan jantan dan betina yang djamati ke-i

= frekuensi harapan yaitu frekuensi ikan jantan

+

frekuensi ikan

betina dibagi dua

= nilai peubah acak X2 yang sebaran

penarikan

contohnya menghampiri sebaran Chi-square

3.4.3

Panjang herat

dan

faktor kondisi

3.4.3.1 Bobungan panjang herat

Hubungan

panjang

dengan

berat dapat menentukan pola pertumbuhan ikan dan dihitung dengan menggunakan rumus (Effmdie, 1979), yaitu :

W=aLb

I'

I

,I

(27)

\,

セセセセセセ]]セセ]MMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMセML@

I ,

16

Keterangan: W =

Bernt i.kan

L

= Panjang i.kan

a dan b

=

Konstanta

Transfonnasi ke dalam logaritma mempunyai persamaan (Walpole, 1992):

Keterangan :

LogW

=

Logo

+

LogL atau Y

=

a

+

bx

LogWxL(LogL)2

-

LLogLxL{LogLxLogW)

Log

0=

NxL(LogL2)-(LLogL)2

N

W L

adanb

b

=

LLogW

-(NxLoga)

LLogL

: Jumlah

ikan

: Berat total (g) : Panjang total (mm) : Konstanta

Untuk menguji

dalam

penentuan nilai b

maka

perlu dilakukan uji 1, dimana terdapat usaha untuk melakukan penolakan atau penerimaan hipotesa yang dibuat. Hipotesa

Ho : b=3

HI

: b;t3

T

hit =

P.

-

Po

SP.

Dimana

Sp,

adalah simpangan koefisien b yang dapat ditentukan dari model ruums sebagai berikut :

S2fJ.

=

KIG

serlangkan SfJ.

]セsRヲjN@

dan KTG dicari melalui

L(X.

-

Xrata)

analisis covarian.· Untuk penarikan keputusan yang membandingkan T hit dengan T tabel

pada

selang kepercayaan 95 0/0, Jika

nilai

T hit

>

T tabel

maka

keplltllsannya adalah menolak hipotesa nol., dan jika T hit

<

T tabel maka keplltllsannya adalah meneri.ma hipotesa nol (Ricker

in

Fujiarni. 2007).

I

It

(28)

"

イMMMセセNセMセ]]M]M]MMセ]MMセMMMMM]MセセMMMMMMMM

..

MNMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMセ@

17

Untuk mengetahui keeratan hubungan antara panjang dengan berat maka dig'makan koefisien korelasi (r) dengan rumus :

L

(LogLxLogW)

r

./t(LogL)2

XL

(LogWi

Bila r mendekati +1 atau -1 maka hubungan antara kedua peubah kuat

dan

terdapat korelasi yang tinggi diantara keduanya

3.4.3.2 Faktor kondisi

Faktor kondisi (K) berdasarkan pada panjang

dan

berat ikan contob. Ikan memililO pertumbuhan yang bersifat isometrik apahila nilai b = 3,

maka

faktor kondisi menggunak.an rumus dengan persamaan (Effendi 1979) :

I<fW

K(Ti)

=-r

Keterangan:

KmJ

= faktor kondisi

W =

berat

rata-rata

ibn

dalam satu kelas (g) L = panjang rata-rata ikan dalam satu kelas (mm)

Pada ikan yang mempunyai pertumbuhan yang bersifat allometrik (b

:f.

3),

maka persamaan yang dignnakan adalah :

Keterangan:

K

=

faktor kondisi

W K =

-aI!

W = berat rata-rata ikan satu kelas (g) L = panjang total rata-rata satu kelas (mm)

a

dan

b= konstanta dari regresi

3.4.4 Tingkat kematangao gonad (fKG)

Metode yang dig'makan untuk menduga u1ruran rata-rata ikan terbang pertama kali matang gonad yaitu metode Spearman-Karber (Udupa in Hermawati, 2006):

(29)

18

Keterangan: M = log panjang ibn pada kematangan gonad pertama

xJc

= log

nilai

tengah kelas panjang yang terakhir ibn telah matang

gonad

x = log pertambahan panjang pada

nilai

tengah

pi

=

proporsi ibn

matang gonad pada kelas panjang ke-i dengan jumlah ibn pada selang panjang ke-i

ni = jumlah

ikan

pada kelas panjang ke-i qi = I-pi

m = panjang ibn pertama kali matang

gonad

sebesar antilog In,

3.4.5 Indeks kematangBn gonad

Nilai indeks kematangan gonad (IKG) dapat diketahui dengan menggunakan rumus menurut Effendi (1979):

IKG

=

Bg xl000Al

W

Keterangan: [KG

=

indeks kematangan gonad

Bg

= berat gonad (g) W = berat tubuh total (g)

3.4.6 J?eknndUhbls

Fekunditas dihitung dengan menggunakan metode gravimetrik dan rumus yang dipakai menurut Effendi (1979) in Hermawati (2006) adalah :

F=

Bg

xN g

Keterangan : F = fekunditas

Bg=

berat gonad (g) g = berat telur contoh (g)
(30)

IV. BASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Komposisi tangkapan dan nisbah kelamin

Ikan terbang (H. oxycephaJus) (Gambar 8) yang ditangkap selama penelitian betjumlah 221 ekor yang terdiri dari 123 ekor ikan jantan dan 98 ikan betina dengan ukuran panjang total pada ikan jantan yang berkisar antara 177 - 240 mm (196 ± 11,75 mm) dengan berat berkisar antara 39,91 - 102,2 g (60,57 ± 11,39 g).

[image:30.612.52.450.60.740.2]

Sedangkan ukuran panjang total pada ikan betina berkisar antara 150 - 245 mm (203 ±11,45 mm) dengan berat tubuh berkisar antara 44,6 - 102,8 g (67,96 ± 9,75 g).

Berdasarkan

ukuran panjang, ikan terbang pada penelitian ini dikelompokan menjadi 9 kelas ukuran panjang total. Kuantitas tangkapan

ikaJ:I

jantan paling banyak ditemukan pada selang panjang 183 - 193 mm sebanyak

?

1 ekor, sedangkan kuantitas tangkapRll ikan

betina

paling banyak ditemukan pada selang panjang 194 - 204 mm sebanyak 40 ekor (Gambar 9).

Gambar 8. Hinmdichlhys oxycephaJus (Sumber: Ali, 2005 dan www.fishbase.com)

(31)

20

terbang yang ditemukan di Sulawesi Selatan oleh Ali (1981) yang berkisar antara 118 - 223 nun, k:isaran total panjang tubuh ikan terbang di Laut Flores ini mempunyai ukuran yang lebih besar. Kondisi ini diperkirakan teJjadi karena pengaruh tingkat pemanfaatanJeksploitasi ikan terbang yang besar yang dilakukan di Laut Flores. Menurut Hermawati (2006) status pemanfaatan ikan terbang di

perairan

Binuangeun

masih

rendah sehingga ukuran individu-individu penyusun populasi ikan terbang

masih

relatifbesar. Sedangkan pemanfaatanleksploitasi ikan terbang di Sulawesi Selatan sudah berlangsung lama dan sudah ada kecendenmgan penurunan populasi (Ali, 2005) sehingga dapat mengakibatkan ukuran ikan yang tertangkap menjadi lebih kecil.

60

-::- 50

セ@

セTP@

c

セ@ 30

S!

'" 20

E

セ@ 10

51

o 1 0 0

o KMNセMセMNNLN@

Kelas ukuran panjang total (mm)

gJantan

wBetina

[image:31.607.36.459.39.575.2]

3 2 1 1

Gambar 9. Sebaran fiekuensi panjang ikan terbang (H orycephe/us) jantan dan betina di Laut Flores

Berdasarkan komposisi tangkapan, perbandingan ikan jantan dan ikan betina adalah 1,3:1 atau 55,66 % ikan jantan dan 44,34 % ikan betina. Secara keseluruhan maupun tiap bulan kecuali pada basil tangkapan bulan November (perbandingan jantan : betina = 1: 1), perbandingan ikan terbang yang tertangkap tidak seimbang, yaitu ikan jantan lebih banyak dibandingkan dengan ikan betina. Berdasarkan uji Chi-square pada taraf nyata (0,05) nisbah kelamin antara jantan dan betina pada tiap bulan pengamatan tidak seimbang (X binmg > セL@ maka

tolak Ha) (Lampiran 6). Menurut Hermawati (2006), nisbah kelamin ikan terbang (Horycephalus) di

perai:ran

Binuangeun yang ditangkap menggllnakan Gil/net adalah 2:1 (tidak seimbang). Sedangkan menurut Ali (1981), menyatakan bahwa ikan Terbang di Laut Flores yang ditangkap dengan bubu hanyut memiliki nisbah kelamin 1: 1. Perbedaan dari ketiga basil penelitian ini diduga teJjadi akibat
(32)

21

adanya perbedaan alat tangkap yang digtmakan dan perbedaan

w3ktu

penangkapan yang memungkinkan teIjadinya perbedaan komposisi ikan Gantanlbetina) akihat adanya ruaya secara berkala pada masa sebelurn atau sesudah musim pemijahan (Sihotang, 2004). Selain itu perbedaan dari ketiga basil penelitian tersebut dapat pula dikaitkan dengan pemyataan dari Ball dan Rao (1984) yang menyatakan bahwa perbedaan komposisi kelamin dapat dipengaruhi oleh laju mortalitas, pertumbuhan, dan tingkah laku ikan Gantanlbetina).

Ketidakseimbangan rasio kelamin ikan jantan dan betina ini diduga teIjadi karena proses alamiah dari strategi reproduksi ikan tersebut, yaitu jumlah ikan jantan yang lebih banyak dibutuhkan untuk. memenuhi kuantitas spenna dalam menunjang keberhasilan reproduksi, meskipun belurn diketahui secara pasti berapa perbandingan komposisi jantan dan betina dalam pemijahan. Jika dikaitkan dengan proses reproduksi ekstemal yang memiliki faktor penghamhat fertilisali yang sangat besar seperti faktor lingkungan dan predator, maka kuantitas spenna yang dibutuhkan untuk. membuahi sel telur hams berada dalam jumlah yang besar. Pada waktu penelitian ini (Oktober-Desember) ditemukan bahwa jumlah ikan jantan lebih banyak dibandingkan dengan jumlah ikan betina (Gambar 10), diduga kondisi ini teIjadi karena pada bulan Oktober hingga Desember merupakan waktu memasuk.i masa musim pemijahan.

Ali

(2005) menyatakan bahwa musim pemijahan ikan terbang (H oxycephalus) di Laut Flores diperlcirakan teIjadi pada bulan Februari-Maret, dengan puncak pemijahan Juni-Juli dan berakhir pada bulan September-Oktober. Sedangkan Dwiponggo et al (1990) in Andamari dan Zubaidi (1994) menyatakan bahwa musim pemijahan ikan terbang di Selat Makassar dan Laut Flores berlangsung pada bulan April sampai September.

セ@ 2,5

.,

セ@ 2

セ@

1,5

セ@

1

r.

.!

0,5

III

Z

0 KMMMMMMMMMセMMMMMMMMセMMMMMMM

Oktober November

Bulan

Desember

(33)

..

I, イMBG[G[[[MセZZBM]セM]]M[[[[M[[[[MBG[[M]]]M]M[]M[[[[[NッNM ... - -... -_____ iiiiii ... --iiii-iiiiiiliiii--ioi-. . - -ioi-"-"'-_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ セ@

- 1 '

22

Berdasark.an kelas uIruran panjang, nisbah kelamin atau komposisi jumlah ikan jantan dan ikan betina berfluktuasi

paLla

setiap selang uIruran panjang. Nisbah kelamin yang paling tinggi terdapat pada selang 172-182 mm dan yang paling rendah terdapat

paLla

selang 150-160 mm. Pada selang kelas 238-248 mm nisbah kelamin seimbang dengan jumlah ikan jantan dan betina masing-masing I ekor (Gambar 11). Berdasark.an penelitian yang dilakukan oleb Hermawati (2006) di perairan Binuangeun, nisbah kelamin yang paling tinggi terdapat pada selang panjang 222-228 mm dan yang terkecil terdapat

paLla

selang panjang 271-277 mm. Perbedaan antara nilai nisbah kelamin di Laut Flores dan di perairan Binuangeun diduga akihat adanya pengaruh overfishing di Laut Flores yang menyebabkan terjadinya perubahanlketidakseimbangan komposisi kel.amin, karena

paLla

saat dilakukan kegiatan penangkapan bisa saja hanya ikan jantan yang tertangkap lebih banyak ataupun sebaliknya hanya ikan betina yang tertangkap lebih banyak. Selain itu tingginya tingkat eksploitasi di Laut Flores meyebabkan menurunnya jumlah ikan-ikan yang berukuran besar, sehingga hanya dapat ditemukan ikan-ikan yang beruIruran kecil yang menyusun komposisi kelamin ikan terbang (H orycephalus) di Laut Flores.

m

セQセI@

セ@

E

6J

'" j

a; 4

セ@

.c 2 セN⦅セ@

セ@

0 i • . '• • : : ; :

-z 150 - 161 - 172 - 183 - 194 - 205 - 216 - 227 -

238-160 171 182 193 204 215 226 237 248

[image:33.610.58.460.19.757.2]

Selang panjang (mm)

Gambar II. Nisbah kelamin ikan terbang (H orycephalus) berdasarkan kelas uIruran panjang total (mm)

4.2 Hobungan panjang berat

Dari bubungan panjang berat ikan terbang (H orycephalus) diperoleb suatu

model pertumbuhan yaitu W = O.OOO9L 2.lon

paLla

ikan jantan dan W =

O,0268LI.4735

paLla

ikan betina (Gambar 12).

Model pertumbuhan tersebut menunjukan bubungan yang cukup erat dengan nilai koefisien korelasi (r) ikanjantan dan betina yang mendekati 1, yaitu

(34)

23

nilai (r) jantan sebesar 0,72 dan nilai (r) betina sebesar 0,59. Dari model pertwnbuhan tersebut diperoleh nilai b sebesar 2,11 untuk ikan jantan dan 1,47 untuk ikan betina Hal ini menunjukan bahwa ikan terbang memiliki pola pertwnbuhan allometrik. negatif (b<3) yang berarti pertwnbuhan panjang lebih

cepat dibandingkan dengan pertumbuhan berat tubuhnya (Effendie, 1979). Namun pola pertwnbuhan ikan terbang yang tergolong allometrik negatif ini belurn

diketahui secara pasti faktor-faktor penyebabnya.

Jantan

120 ]

tI

1 :

セ@

ケ]oNセiPWR@

セ@ = 0.5158 60

1

40

-20J

,...

o!

CD

....,

...

0 100 200 300

CiI

Betina

I-GI

Qセ@

1

=

100

••

Y = O. 0268x 1.4T35

80

W= 0.3529

.J

60

:1

0,

0 100 200 300

[image:34.605.15.464.30.503.2]

PanJang (mm)

Gambar 12. Hubungan panjang berat ikan terbang (H oxycephalus)

Pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh beberapa faktor yang meliputi faktor internal dan eksternal. Faktor dalam (internal) meliputi urnur, ukuran, genetik, jenis kelamin, ォ・エ。セ。ョ。ッ@ tubuh dan tingkat kematangan gonad. SedangJ<ao faktor luar (eksternal) meliputi ketersediaan makanan di alam, stock ikan yang ada di perairan dan faktor linglrungan seperti kondisi perairan dan kualitas perairan (Effendie, 1997).

(35)

I,

fi

24

43 Faktor kondisi

Faktor kondisi ikan jantan dan ikan betina berfluktuatif. Nilai kisaran rata-rata faktor kondisi ikan jantan 1,00-1,08 dengan rata-rata-rata-rata nilai faktor kondisi

tertinggi pada bulan Olctober, sffiangkan kisaran rata-rata faktor kondisi ikan betina adalah 0,9-1,02 dengan rata-rata nilai faktor kondisi tertinggi pada bulan Desember (Gambar 13).

'.2

'.'

u

...

-

. "

:a

s::

...

Q

..::c D.l

-...

'.2

'.'

...

...

...

セMMMMセMMMMMMセMMMMセMMMMセ@

[image:35.608.53.450.64.524.2]

-Bulan

Gambar 13. Faktor kondisi ikan terbangjantan dan betina berdasarkan bulan

Fluktuasi nilai faktor kondisi ini dapat disebabkan oleh pengaruh perbedaan umur ikan dan pembahan pola makan ikan saat ikan tumbuh. Faktor lain yang diduga mempengaruhi adalah kondisi Lingkungan dan ketersedian makanan Dilihat dari nilai k.isaran rata-rata, faktor kondisi ikan jantan memang lebih tinggi dari faktor kondisi ikan betina, namun dilihat dari perkembangan faktor kondisi

setiap bulan., faktor kondisi ikan jantan mengalami perkembangan yang negatif (menurun) setiap bulannya namun penurunannya .tidak signifikan pada interval antara bulan November dan Desember, sedangkan faktor kondisi ikan betina mengalami perkembangan yang positif (naik) setiap bulannya Kenaikan nilai faktor kondisi ikan betina setiap bulan diduga terjadi berkaitan dengan

11

(36)

I,

25

perkembangan diameter telur dan volume telur ikan. betina yang berpengaruh terhadap perkernbangan gonad. Sedangkan penunman faktor kondisi ikan jantan yang kontra dengan perkembangan IKG-nya yang positif pada setiap bulannya diduga terjadi akihat rnenW1.IIlDya asupan makanan yang dikonsumsi oleh ikan tersebut. Hal tersebut didulrung oleh laporan Nurmawaty (2007), yang rnenyebutkan bahwa Indeks Stomach Content (ISC) ikan terbang (H oxycephalus) jantan yang diteliti dari lokasi dan waktu pengamatan yang sarna menunjukan perkembangan yang secara garis besar relatif rnenurun setiap bulannya, namun belum dapat diketahui secara pasti faktor-faktor penyebahnya

Berdasarkan hubungan antara faktor kondisi dengan tingkat kematangan gonad (Ill dan IV) setiap bulannya diperoleh data yang berf1uktuasi (Gambar 14). Pada ikan jantan, nilai rata-rata faktor kondisi pada TKG IV lebih kecil daripada faktor kondisi pada TKG III. Selain itu nilai faktor kondisi pada TKG III dan TKG IV rnengalami penunman pada setiap bulannya, namun pada TKG IV rnengalami kenaikan lagi pada interval antara bulan November-Desember. Kondisi

ini

diduga terjadi berkaitan dengan kebiasaan ikan yang pada umumnya cenderung rnengurangi aktifitas makannya seiring dengan semakin rneningkatnya kematangan gonad ikan tersebut. Hal

ini

dapat djarnati dengan rnelihat hubungan panjang berat yang nilai koefisien korelasinya semakin kecil setiap bulannya, artinya secara berkala (Oktober-Desember) setiap pertambahan panjang tidaklagi diikuti oleh pertambahan bobot ikan. Menurut Effendie (1997) Perhitungan faktor kondisi didasarkan pada panjang dan berat ikan, selain itu faktor kondisi dapat diglIDakan sebagai indikator kondisi pertumbuhan ikan diperairan. Kondisi

ini

juga diduga berkaitan dengan faktor ketersediaan makanan yang diperkirakan berada dalam kondisi yang kurang baik, sehingga berdampak pada terganggunya kondisi pertumbuhan ikan di perairan. Sihotang (2004) rnelaporkan bahwa kondisi cuaca yang buruk (musim hujan) tetjadi pada bulan November hingga Januari di sebagian Laut Flores dan perairan Sulawesi Selatan. Hal ini diduga sebagai salah satu faktor penyebah penurunan ketersediaan rnakanan (Effendie, 1997) rnenyatakan bahwa nilai faktor kondisi suatu jenis ikan dipengaruhi oleh umur, rna kanan, jenis kelamin dan TKG. Pada ikan betina secara umum rata-rata nilai faktor kondisi pada TKG IV lebih tinggi dari pada TKG III dan kurva mengalami

(37)

·

26

peningkatan secara konstan pada setiap bulannya (Oktober-Desember) kecuali pada TKG ill yang mengalami penunman kondisi pada interval November -Desember. Perkembangan kurva faktor kondisi yang positif (meningkat) pada TKG IV di setiap bulannya diduga tetjadi berkaitan dengan strategi reproduksi ikan dalam rangka mempersiapkan pemijahan, salah satunya dengan earn menambah konsumsi makanan untuk memperbanyak cadangan energi guna melepaskan telur. Sedangkan nilai faktor kondisi yang fluktuatif pada TKG ill diduga berkaitan dengan ketersediaaan makanan yang semakin menurun setiap bulannya

Jantan

u

1

f

I

セセ@

l' I

I

I

Betina

1,3

\.

T T

-

I

I

I

ゥセ@

セ@

I

セ@

1 -

! u

-

セセMMMMセMMMMセMMMMセMMMMセ@

-....

[image:37.610.56.470.23.781.2]

Bulan

Gambar 14. Faktor kondisi TKG ill dan TKG IV

4.4 Aspek reproduksi

4.4.1 Tingkat Kematangan Gonad

Perkembangan gonad dapat diketahui

dari

pengamatan morfologi dan histologi. Parameter yang diamati untuk mengidentifikasi TKG pada ikan jantan dan ikan betina adalah warna, bentuk dan ulru:ran, serta volume telur dan testes di dalam gonad (Tabel 2).

1 ,

I

Ii

(38)

27

Tabe12. Tingkat kematangan gonad ikan terbang (H. oxycephalus)

berdasarkan

basil pengamatan morfologi gonad

TKG Jantan

I Ukuran kecil, pendek, berwama

putih seperti benang.

II Ukuran lebih panjang daripada TKG

L

berwama putih.

Ukurannya lebih besar dari TKG

IL

berwama putih, permukaan

m

gonad (bagian luar) bergelombang dan mudah putus, mengisi sebagian (± 40-60 %) rongga

tubuh.

Ukuran gonad besar, permukaan IV gonad bergelombang, mengisi

bampir sebagian besar (± 60-7(010)

rongga tubuh.

Betina

Ukuran kecil, panjang dan tran.sparan. butir telur tidak

dapat

terlihat

dengan mala telanjang.

Ukuran gonad lebih panjang

dari

TKG

L

wama

putih

kelmningan, di ujung anterior terdapat bagian gonad

yang lebih besar dibandingkan pada bagian tengah dan posterior.

Ukuran gonad lebih besar dari TKG

IL

wama gonad kuning kemerahan, butir telur terlihat jelas dengan jurnlah yang lebih banyak dan mengisi sebagian (± 50-70 %)

rongga tubuhnya

Ukuran gonad besar, wama kuning kemerahan, butir telur dapat dipisahkan dan mengisi hampir

sebagian besar (± 70-85 %) rongga tubuh.

Pada pengamatan baik ikan jantan

maupun

betina, TKG

m

dan IV ditemukan pada setiap bulannya (Gambar 15). Tingkat kematangan gonad yang ditemukan antara bulan Oktober hingga Desember secara umum terdiri dari ikan terbang dengan karakteristik berupa fuse gonad muda (TKG I), fase mulai matang (TKG 11), fase matang (TKG ID), dan fase meroijah (TKG IV), sedangkan gonad dalam fase salin (TKG V) tidak ditemukan pada setiap bulan pengamatan,

hal

tersebut menandakan

bahwa

tidak ada pemijahan yang terjadi pada

waktu

sebelum bulan pengamatan (Oktober-Desember).

Dari

pola

ini

dapat diduga

bahwa

ikan terbang (H. oxycephalys) sedang berada dalam kondisi memasuki musim pemijahan (Gambar

J

6).
(39)

100%

80% 60% 40%

- 20%

Jantan (N

=

123)

セ@

セ@ 0% -l--... ' - - r - - - - ' - , . - -... - - - - .

-

go)

C

セ@

:s

.:.:

t

100%

セ@ 80%

60% 40%

20%

Olctober (51) November Oesember

(32) (40)

Betina

(N

=

98)

0%

-l----!!!!!!l-,---'"""i!""'L--,,---Olctober(47) November Oesember

(32) (19)

Bulan

Ell TKG IV

BTKG III

QTKGII

[image:39.610.95.400.54.349.2]

Ell TKG I

Gambar 15. Persentase kematangan gonad ikan terbang (H. orycephaJus) setiap bulan pengamatan di Laut Flores. Angka yang berada pada diagram batang menunjukanjumlah ikan (ekor)

,

,

\ '

I

I,i I ,

I

,

,

I

fl'

(Jantan) (Setina)

28

Gambar 16. Tingkat kematangan gonad ikan terbang (H. oxycephaJus) jantan dan betina di Laut Flores. Angka pada gambar menunjukan tingkat kematangan gonad ikan.

Berdasarkan pengamatan setiap bulan, ikan jantan maupun ikan betina dengan komposisi TKG ill dan TKG IV terbanyak ditemukan pada bulan Desember, yaitu TKG ill sebesar 42 % dan TKG IV sebesar 58 % pada ikan betina Pada ikanjantan ditemukan TKG ill sebesar 38 % dan TKG IV sebesar 55 %. Namun jumlah ikan dengan fase TKG ill pada ikan jantan paling banyak ditemukan pada bulan Oktober sebesar 71 %. Temuan

ini

menimbulkan dugaan [image:39.610.77.420.65.584.2]
(40)

29

bahwa

masa

pemijahan ikan terbang di Laut Flores diperkirakan tetjadi setelah bulan Desember (sekitar awal tabun). Hal ini dapat dilihat dari tidak ditemukannya gonad dalam fase

salin

(TKG V) pada setiap bulan pengamatao yang mengindikasikan belurn terjadinya pemijahan

pada

reotang bulan peogamatao (Oktober-Desember), dugaan tersebut juga diperkuat dengan masih kecilnya ukuran diameter telur pada fase gonad mataog yang ditemukan dalam penelitian ini dibandiogkao dengan ukuran telur mataog

pada

penelitian yang dilakukan oleb

Ali

(1981). Selain itu perkembangan nilai £KG yang positif (meningkat) pada setiap bulannya baik pada ikan jantan maupun ikan betina merupakan indikasi kuat bahwa ikan terbang (H orycephalus) sedang

berada

dalam fase memasuki musim pemijahan pada interval bulan Oktober-Desember. Kondisi ini sesuai dengan apa yang diperoleb

Ali

dan Nessa (2005) yang menyatakao bahwa ikan terbang diperkirakan sudah mulai memijah

pada

bulan Februari-Maret dangan puncak pemijahan Juni-Juli dan

berakbir

September-Oktober. Hipotesa lain yang memperkuat dugaan diatas dapat pula dilihat dari basil pengamatan yang dilaporkan oleb Sihotang (2004) seperti yang tersaji pada Tabe13.

Tabe13. BebeIapa fenomena pentiog tentang ikan terbang di Selat Makassar dan Laut Flores (Sihotang, 2004)

No Kejadian ikan terbang di Selat Jumlah bulan per tabun

Makassar dan Laut Flores J F M A M J J A S 0 N

0

I Musim bertelur x x x x x x x x

2 Induk ikan terbang pergi ke x x x SG (! . ground)

3 Induk meninggalkan daerah x x x x x

SG

4 T elur menetas terbawa arus

menjadi juvenile x x x x x x x x x

5 Setelah berumur 12 bulan

menetas x x

x x

x

x x x

6

Effektif menangkap ikan x x x x

dengan Gil/net Efektif tangkap telur ikan

x

7 terbang dengan Bale-bale,

x x

x x x x

Pakkaja .

(41)

30

Berdasarkan basil pengamatan, diperoleb basil bahwa i.kan jantan pertama kali matang gonad paLla

ukuran

177 mm atau berada paLla selang 172-182 mm, dan i.kan

betina

pertama kali matang gonad juga paLla

ukuran

yang sarna yaitu 177 mm atau berada paLla selang keIas panjang total 172-182 IllIIl- Data pengamatan

(Gambar 11) menunjukan bahwa i.kan terbang sedang berada dalam tahap

memasuki

musim pemijahan, karena tingkat kematangan gonad paLla i.kan terbang jantan dan i.kan terbang betina berlangsung secara serentak (paLla

ukuran

panjang total 177 mm), dengan perkembangan TKG dalam fase matang yang hampir

seragam (paLla selang 183-215 mm), dan komposisi kelamin antara i.kan jantan dan i.kan

betina

yang secara umum berada dalam kondisi siap memijah Gumlah i.kan jantan

>

i.kan betina).

Berdasarkan

analisa data dengan menggtmakan metode

Spearman-Karber

diperoleb basil bahwa i.kan terbang

(H oxycephalus)

jantan pertama kali matang gonad paLla ukuran 208 mm, dan i.kan terbang betina pertama kali matang gonad paLla ukuran 201 mm (Lampiran 9). Perbedaan basil yang diperoleb berdasarkan basil pengamatan dengan ana lisa

statistik, disebabkan

karena perolehan basil tangkapan yang tidak merata paLla setiap

ukuran

panjang total (Gambar 9) (Kamal, 2007 komunikasi pnbadi). sehingga tidak mewakili distribusi TKG paLla setiap keIas panjang (Gambar 11).

SeIain

itu metode statistik cenderung menggambarkan kondisi

ukuran

ideal i.kan saat pertama kali matang gonad. Menurut Hermawati (2006) i.kan terbang

(H oxycephalus)

jantan pertama kali matang gonad paLla ukuran 237

mm

dan i.kan betina 238

mm

sedangkan Ali (1981) melaporkan bahwa i.kan jantan pertama kali matang gonad paLla

ukuran

180 mm dan

betina

170 mm, namun dalam penelitian terbanmya Ali (2005) meIaporkan bahwa rata-rata panjang cagak saat pertama kaIi ikan terbang (H

oxycephalus)

matang gonad adalah 151,1

mm

paLla proporsi populasi 50 %. Perbedaan

ukuran

i.kan saat pertama kali

berada

dalam

fase

produktifImatang gonad paLla ketiga penelitian tersebut diduga berkaitan dengan tingkat eksploitasi ikan terbang yang ada di masing-masing

perairan

tersebut
(42)

! t " セMMM . - - - , - - - -MMセM MMMMセセ@

100% 90%

80%

Jantan (N

=

123)

9 l1CG IV

セ@ Yセイオ@

60%

SO% セャQcgii@

40% 30%

20% 9 l1CG I

10%

0% l , ,

-150- 161- 172- 183- 194- 2OS- 216- 227-

238-160 171 182 193 204 215 226 237 248

Betina (N = 98)

150- 161- 172- 183- 194- 2OS- 216- 227-

238-160 171 182 193 204 215 226 237 248

[image:42.605.77.427.64.400.2]

SeIang keIas (mm)

Gambar 17_ Tingkat kematangan gonad ikan terbang (H oxycepholus) berdasarkan selang kelas panjang total

31

Adanya penangkapan yang berlebihan (overfishing) yang teJjadi di

Laut

Flores diduga sebagai salah satu faktor yang menyebabkan ikan terbang di lokasi tersebut menerapkan stIategi reproduksi alamiah yaitu dengan mempercepat kematangan gonadnya

pada

ukuran panjang yang lebih kecil demi menjaga kelangsungan hidupnya Menurut Ali (2005), terdapat kecenderungan awal musim pemijahan ikan terbang di sekitar

Laut

Flores berlangsung lebih awal yaitu Februari-Maret dan berakhir September-Oktober dibandingkan dengan dua dekade lalu. Menmutnya kejadian

ini

mlmgkin disebabkan karena perubahan kematangan gonad ikan yang berlangsung lebih cepat Kematangan lebih cepat
(43)

32

Perubahan musim reproduksi yang lebih cepat merupakan adaptasi terhadap tekanan lingkungan dan menjadi strategi reproduksi sehingga populasi ikan terbang masih tetap bertahan (Ali, 2005). Menurut Kamler (1992)

in

Ali (2005), ikan yang mengalami tekanan penangkapan kem1mgkinan melakukan proses

adaptasi dengan memperJihatkan perubahan strategi reproduksi berkaitan dengan kematangan, pemijahan, fekunditas, pertumbuhan dan sebagainya Ukuran ikan saat pertama kali matang gonad berhubungan dengan pertumbuhan ikan dan faktor lingkungan yang mempengaruhinya terutama ketersediaan makanan, oleh karena itu ukuran ikan saat pertama kali matang gonad tidak selalu sarna

(Effendie, 1997) (Gambar 17).

Berdasarkan basil histologi pada testes ibn terbang (H oxycephalus) jantan, pada TKG I terlihat adanya spermatogonium yang terikat dengan jaringan

ikat kuat. Pada saat memasuki TKG II gonad mulai berkembang dan kantung-kantung tubulus seminiferi berisi spermatosit primer. Memasuki TKG IlI, spermatosit primer mengalami pembelahan secara mitosis menjadi spermatosit sekunder. Pada TKG IV mulai berkembang membentuk spermatid yang kemudian akan mengalami metamorfosa (spenniogenesis) menjadi spermatozoa yang siap untuk dikeluarkan saat pemijahan (Gambar lSa).

Berdasarkan basil histologi pada gonad ikan terbang (H oxycephalus) betina, pada TKG I terlihat bahwa ukuran telur sangat kecil dan tidak memiliki kuning telur dan terlihat nukleus dengan jelas. Pada TKG II oogonia akan membelah secara mitosis menjadi oosit dan mulai terjadi pengendapan kuning telur. Pada TKG

m

oosit akan berkembang menjadi ootid dengan jumlah kuning telur yang semakin banyak. Pada TKG IV ootid akan berkembang menjadi ovum

dengan ukuran diameter telur yang lebih besar dari TKG

m

yang akan dikeluarkan

pada

waktu memijah (Gambar 18b).
(44)

MMMMMMMセM MMBMMセMセMMMMMMMMセMMM

TKGI

Perbesaran mikroskop (IOxIO) Perbesaran kamera (60-70 em)

TKGID

Perbesaran mikroskop (IOxIO) Perbesaran kamera (40-60 em)

TKGU

Perbesaran mikroskop (IOxIO) Perbesaran kamera (40-60 em)

TKGIV

[image:44.596.38.457.45.703.2]

Perbesaran mikroskop (IOxIO) Perbesaran kamera (40-60 em)

Gambar 18a Struktur histologis gonad i.kan terbang (H oxycephalus) jantan

Keterangan

Sg : spermatogonium Sp : Spermatosit primer Ss : Spermatosit sekunder

St : Spermatid

1 ,

33

(45)

I,

.!'

TKGI

Perbesaran mikroskop (IOxIO) Perbesaran kamera (60-70 em)

TKGm

Perbesaran mikroskop (IOxIO) Perbesaran kamera (60-70 em)

TKGO

Perbesaran mikroskop (IOxIO) Perbesaran kamera (40-60 em)

TKGIV

[image:45.608.52.479.51.704.2]

Perbesaran mikroskop (IOxIO) Perbesaran kamera (40-60 em)

Gambar I8b. Struktur histologis gonad ikan terbang

(Hoxycephalus)

betina

Keterangan

Og : oogoruwn Os : oosit Nu : nukleus

Yg : yolk egg (lruning telur) Ov : ovum

Flk : folikel (kantung telur)

34

(46)

4.4.2 Indeks Kematangan G1lnad (IKG)

Tabe14. Indeks kematangan gonad rata-rata ikan terbang (H oxycephalus) pada setiap bulan pengamatBn

Jenis kelamin

Jantan Betina

Jantan

2..S 2.0 ',5 '.0 Q.5

,....

0.0 [image:46.612.39.463.44.769.2]

セ@ <) '-' セ@ Retina セ@

..

...

'2 .0

2 0

T

r

Oktober 0,46 2,12 Bolan

Bulan

November 0,57 3,50 Desember 0,97 4,92

Gambar 19. Indeks kematangan gonad ikan terbang (H oxycephalus) setiap bulan pengamatan

35

K.isaran

rata-rata nilai IKG ikan terbang jantan berdasarkan bulan adalah 0,46 0/0-0,97 % sfflangkan ikan terbang betina berkisar antara 2,12 %-4,92 % (Tabel 4). Nilai

kisaran

rata-rata IKG ikan jantan lebih kecil dibandingkan ikan betina, hal

ini

terjadi

karena

proporsi herat gonad

ikan

betina terbadap berat tubuhnya lebih

besar

dibandingkan ikan jantan. Menurut Effendie (1997), nilai IKG akan menurun pada waktu memijah

Gambar

Gambar 1. Hirundichlhys oxycephalus (www.fishbase.com)
Gambar 2. Batas sebaran ikan terbang (Patin, 1960 in Hutomo el 01., 1985)
Gambar 4. Proses pembentukan Spermatozoa (Spermatogenesis) (sumber :
Gambar 6. Peta perairan Laut Flores. Daerah yang dilingkari merupakan lokasi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan analisis data hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa bibit ulat sutra dari PSA Soppeng dan PSA Temanggung bila dipelihara dalam lingkungan panas

TOKSISITAS EKSTRAK N-HEKSANA SERBUK GERGAJI KAYU SENGON (Albizia falcataria L. Forberg) TERHADAP MORTALITAS SERANGGA PENGGEREK BUAH KOPI (Hypothenemus hampei Ferr.) (Scolytidae:

Tidak dapat dipungkiri bahwasa- nya dalam keseharian ada mata pelaja- ran tertentu yang kurang diminati oleh siswa karena dianggap sebagai mata pelajaran wajib dan

Tujuan penelitian ini adalah untuk 1) mengetahui pengaruh pendapatan produk sampingan 2) efisiensi operasi 3) tehadap profitabilitas secara parsial maupun simultan

Hal ini disebabkan lahan pertanian (sawah, sawah tadah hujan dan tegalan/ladang) pada wilayah tersebut kecil (Tabel 2) karena luas wilayah kecamatan (yang berada di

Pendekatan pembelajaran adalah aplikasi suatu cara pandang tertentu dalam memahami makna pembelajaran. Pendekatan tersebuat diantaranya;1)

pelanggaran terhadap kode etik, baik dugaan tersebut berasal dari pengetahuan Dewan Kehormatan Daerah sendiri maupun karena laporan dari Pengurus Daerah ataupun pihak lain kepada

1) Kegiatan awal dan persiapan ; dilakukan oleh tim pengabdi dengan beberapa kepala sekolah dan guru SD Muhammadiyah di Surabaya sebagai tempat pelaksanaan kegiatan