• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rancangbangun sistem intelijen untuk strategi pengembangan agroindustri tapioka dengan pendekatan teori Chaos

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Rancangbangun sistem intelijen untuk strategi pengembangan agroindustri tapioka dengan pendekatan teori Chaos"

Copied!
252
0
0

Teks penuh

(1)

AGROINDUSTRI TAPIOKA DENGAN

PENDEKATAN TEORI CHAOS

PUDJI ASTUTI

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi yang berjudul Rancangbangun

Sistem Intelijen untuk Strategi Pengembangan Agroindustri ubi kayu dengan

Pendekatan Teori Chaos adalah karya saya sendiri dengan arahan komisi

pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi

manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan

maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan

dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.

Bogor, Agustus 2010

(3)

Development Strategy with Chaos Theory Approach. Supervised by ERIYATNO, MUSLIMIN NASUTION, YANDRA ARKEMAN

Chaos could occur anytime in agriculture sector, and that some occurences will be predictable and some will not, so it needs early warning system that could detect early chaotic conditions and take action for crisis recovery. Tapioca agro-industry turbulence condition was characterized by decreasing ability of the industry in production and business functions. Tapioca price and material supply was identified as key crisis factors in tapioca small scale agroindustry.

This research was aimed to design early warning system for tapioca agroindustry. The expert management system was established as controlling tools through formulating policies for managing crisis due to chaotic situation. The output of this research was computer program, called “Simak-Chaotica” which consists of submodels: 1) the chaos existence test, 2) predictions in chaos key factor, 3) crisis signal analysis, and 4) crisis control policy

Chaotic investigation with chaos theory approach for tapioca price and raw material supply identified by positive Lyapunov exponent and fractal dimension. Fractal dimension could determine another chaos component, embedding dimension to be considered as information about how many time lags were involed in Artificial Neural Network (ANN) forecasting. In the case study Lyapunov exponent value for the price of tapioca and raw material supply, respectively, were 0.1119 bits / week and 0.15656 bits / week. These properties indicate that the tapioca price and raw material supplies could not be predicted in the long term. Ttapioca price could be predicted within a period of 1 / 0, 1119 = 8.89728 approximately in 9 weeks, and the raw material supply in a period of 1 / 0, 15 656 = 6.34942 approximately in 6 weeks. Fractal dimension for the tapioca price was 1.05075 and 1.59616 for the raw material supply. Crisis signal analysis submodel was set up with threshold analysis, and supplemented with control management procedure. When tapioca price or raw material supply was evaluated at crisis level, then status alert would be presented as “Siaga”, “Waspada”, or “Bahaya”. Strategy and policy alternatives were formulated by Issue Management Technology (IMT) and OWA. Rule base was used to select policy alternatives for chaotic management. Agroindustry will cooperative body will ensure the long term cassava business resistance to the crisis. It was community based institution that relies on social cohesion and collective efficiency.

(4)

Agroindustri Tapioka dengan Pendekatan Teori Chaos. Dibimbing oleh: ERIYATNO, MUSLIMIN NASUTION, YANDRA ARKEMAN

Perubahan teknologi industri hilir dan perkembangan perdagangan bebas telah membawa pengaruh besar terhadap daya saing industri tapioka rakyat. Krisis agroindustri tapioka yang ditandai dengan penurunan kemampuan industri dalam menjalankan fungsi produksi dan bisnisnya menjadi ancaman yang bisa terjadi setiap saat.

Chaos dapat terjadi kapanpun dan dimanapun, oleh karena itu diperlukan sistem deteksi dini yang mampu mendeteksi lebih awal kondisi chaos dan melakukan tindakan pemulihan krisis. Tujuan penelitian ini adalah menghasilkan model sistem manajemen ahli yang mencakup sistem deteksi dini keadaan chaos dan sistem manajemen kontrol. Model sistem manajemen ahli ini dapat digunakan oleh para pengambil keputusan dalam proses penentuan kebijakan dalam rangka pemulihan dan pencegahan krisis dampak chaos pada agroindustri tapioka. Keluaran (output) dari penelitian ini adalah perangkat lunak komputer yang berfungsi sebagai Sistem Manajemen Ahli yang dapat dimanfaatkan oleh pemangku kepentingan dalam pengembangan agroindustri tapioka.

Sumber-sumber pemicu krisis pada agroindustri tapioka diidentifikasi berdasarkan pengaruhnya terhadap kelangsungan industri tapioka. Hasil identifikasi sumber pemicu krisis agroindustri tapioka adalah fluktuasi dan ketidak pastian harga tapioka halus serta fluktuasi pasokan tapioka kasar sebagai bahan baku tapioka halus. Identifikasi sumber turbulensi dilakukan untuk menentukan variabel yang dominan berpengaruh terhadap harga tapioka halus dan pasokan tapioka kasar. Kuisioner perbandingan berpasangan Fuzzy digunakan untuk mengakuisisi preferensi pakar dengan penilaian kualitatif (linguistik). Proses pembobotan dilakukan dengan konsep fuzzy Analitik Hierarchi Proses. Variabel yang dominan mempengaruhi harga tapioka halus adalah banyaknya stock tapioka di pasar yang berasal dari produksi industri besar dan tapioka impor, harga tapioka kasar dan biaya produksi tapioka halus. Harga tapioka kasar ditentukan sesuai dengan kualitas tapioka kasar. Variabel yang dominan berpengaruh terhadap pasokan tapioka kasar adalah harga ubi kayu dan jumlah produksi ubi kayu.

Keberadaan sistem intelijen yang mampu melakukan deteksi dini terhadap dampak chaos sangat diperlukan untuk membantu pengambil kebijakan dalam rangka pengembangan agroindustri tapioka. Perangkat lunak sistem manajemen ahli yang diberi nama SIMAK-CHAOTICA ( Sistem Intelijen Manajemen Krisis Agroindustri Tapioka ) yang dihasilkan pada penelitian ini mampu memenuhi kebutuhan tersebut, dan model dirancang untuk mudah digunakan oleh pengguna, karena interaktif dan user friendly. SIMAK-CHAOTICA terdiri dari 4 submodel yaitu: 1) submodel uji eksistensi chaos, 2) submodel prediksi faktor kunci chaos, 3) submodel analisis sinyal krisis, dan 4) kebijakan pengendalian krisis.

(5)

0,1119 bits/minggu dan 0,15656 bits/minggu. Nilai eksponen Lyapunov positif menunjukkan bahwa data sensitif terhadap kondisi awal sehingga data tidak bersifat random yang sebenarnya melainkan deterministic chaos. Sifat ini menunjukkan bahwa harga tapioka halus dan pasokan tapioka kasar tidak dapat diprediksi dalam jangka panjang. Harga tapioka halus valid untuk diprediksi dalam jangka waktu 1/0,1119 =8,89728 9 minggu kedepan, dan pasokan tapioka kasar dalam jangka waktu 1/0,15656=6,34942 6 minggu kedepan. Dimensi fraktal untuk data harga tapioka halus sebesar 1,05075 dan pasokan tapioka kasar sebesar 1,59616. Embedding dimension untuk harga tapioka halus dan pasokan tapioka kasar berturut-turut adalah [1,3] dan [2,4]. Nilai ini dapat memberikan informasi jumlah variabel penyusun perilaku data-data tersebut. Informasi ini akan digunakan untuk menentukan jumlah variabel input pada proses prediksi harga tapioka halus dan pasokan tapioka kasar.

Pada sub-model prediksi faktor kunci chaos digunakan Jaringan Syaraf Tiruan untuk memprediksi data harga tapioka halus dan pasokan tapioka kasar yang bersifat deterministik chaos. Jumlah input layer disesuaikan dengan embedding dimension yang diperoleh dari submodel uji eksistensi chaos. Variabel input yang digunakan sesuai dengan urutan bobot dari yang terbesar yang telah dilakukan pembobotan pada identifikasi sumber turbulensi. Untuk prediksi harga tapioka halus digunakan struktur jaringan dengan 3 neuron input layer, satu hidden layer

dan satu output layer. Variabel input untuk harga tapioka halus adalah volume impor tapioka, harga tapioka kasar dan biaya produksi tapioka halus. Proses pembelajaran menggunakan 130 pola data, pengujian menggunakan 50 pola data dengan fungsi aktivasi sigmoid biner dan jangka waktu prediksi 9 minggu. Untuk prediksi pasokan tapioka kasar digunakan struktur jaringan dengan 2 neuron input layer, satu hidden layer dan satu output layer. Variabel input untuk pasokan tapioka kasar adalah harga ubi kayu, dan jumlah produksi ubi kayu dan jangka waktu prediksi 6 minggu.

Sub-model analisis sinyal krisis mendeteksi dampak chaos dari faktor kunci sumber krisis. Analisis batas ambang (threshold analysis) digunakan untuk mendeteksi adanya potensi krisis pada harga tapioka halus dan pasokan tapioka kasar. Indikator krisis adalah hasil prediksi harga tapioka halus dan pasokan tapioka kasar apakah mampu memenuhi kapasitas produksi pada level BEP dan kelayakan bisnis. Submodel analisis sinyal krisis menghasilkan sinyal “Normal”, “ Siaga”, “Waspada” dan “Bahaya”. Informasi ini berguna untuk perumusan strategi yang lebih spesifik. Hasil implementasi menunjukkan pasokan tapioka selama 3 minggu dari 6 minggu yang diprediksi tidak mencukupi kapasitas BEP, dan harga tapioka halus yang diprediksi selama 9 minggu dibawah harga pokok produk. Hal ini menunjukkan industri tapioka halus tidak memiliki posisi yang kuat terhadap integrasi ke hulu sebagai sumber pasokan bahan baku dan tidak memiliki daya saing terhadap pasar. Oleh karena itu sistem deteksi dini memberikan sinyal “Bahaya”.

(6)

untuk melakukan kebijakan penanggulangan krisis. Arah strategi yang disarankan adalah penguatan pada sektor hulu dan sektor hilir (backward dan forward linkage). Untuk solusi pencegahan krisis direkomendasikan untuk memberdayakan koperasi agroindustri tapioka sebagai lembaga ekonomi masyarakat yang bertumpu pada kohesi sosial dan kolektif efisien. Keberadaan koperasi sebagai mediator antara petani, industri kecil tapioka dan pemerintah melalui lembaga-lembaga yang terkait akan menjamin pengembangan industri jangka panjang.

(7)

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa

mencantumkan atau menyebutkan sumber

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian,

penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau

tinjauan suatu masalah

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya

(8)

PENDEKATAN TEORI

CHAOS

PUDJI ASTUTI

Disertasi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Doktor pada

Program Studi Teknologi Industri Pertanian

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(9)

Nama : Pudji Astuti

NRP : F361040061

Program Studi : Teknologi Industri Pertanian

Ketua Komisi : Prof.Dr.Ir. Eriyatno, MSAE

Pembimbing

Anggota : 1. Dr.Ir. Yandra Arkeman,M.Eng

2. Dr. Ir.Muslimin Nasution

Ujian Tertutup

Penguji Luar Komisi : 1. Dr.Ir.Agus Buono,M.Si,M.Kom

Staf Pengajar Departemen Ilmu Komputer FMIPA, Institut Pertanian Bogor

2. Dr.Ir. Titi Candra Sunarti,M.Si

Staf Pengajar Departemen Teknologi Industri Pertanian, Institut Pertanian Bogor

Ujian Terbuka

Penguji Luar Komisi : 1. Prof.Dr.Sri Edi Swasono

Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

2. Dr.Ir. Arief Daryanto,M.Ec

Direktur Program Pascasarjana Manajemen dan Bisnis, Institut Pertanian Bogor

Ujian Terbuka pada

Hari : Jum‟at

Tanggal : 27 Agustus 2010

Waktu : 13.30 - Selesai

Tempat : Gedung Andi Hakim Nasution

(10)
(11)

hidayahNya disertasi yang berjudul Rancangbangun Sistem Intelijen untuk Strategi Pengembangan Agroindustri Tapioka dengan Pendekatan Teori Chaos dapat diselesaikan. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang tulus kepada yang terhormat Bapak Prof.Ir.Eriyatno,MSAE, sebagai ketua komisi pembimbing yang telah memberikan curahan waktu, bimbingan arahan, nasehat dengan penuh dedikasi, serta memberikan dorongan moral yang tak terbatas kepada penulis hingga selesainya penulisan disertasi ini. Penghargaan dan ucapan terima kasih yang tulus kepada Bapak.Dr.Ir.Muslimin Nasution dan Bapak Dr.Ir.Yandra Arkeman selaku anggota komisi pembimbing atas semua bimbingan, arahan dorongan moral hingga penyelesaian disertasi ini.

Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Dr.Syam Herodian sebagai pimpinan sidang ujian terbuka, penghargaan dan ucapan terima kasih kepada Prof.Dr.Sri-Edi Swasono, Dr.Arief Daryanto,M.Ec sebagai penguji luar komisi pembimbing dan Dr.Ir.Machfud,MS sebagai Ketua Program Studi TIP-IPB. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Dr.Ir.Agus Buono,M.Si, M.Kom dan Dr.Ir.Titi Candra Sunarti,M.Si yang telah berkenan sebagai penguji luar komisi pada ujian tertutup, serta Dr.Ir.Sugiyono sebagai pimpinan sidang pada ujian tertutup.

Penulis menyadari bahwa kesempatan studi program Doktor dan penyelesaian disertasi ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak, oleh karena itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Rektor Universitas Trisakti yang telah memberikan beasiswa, kepada pimpinan Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor yang telah memberikan bantuan penelitian dan penulisan disertasi melalui program Hibah Program Doktor tahun 2009. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada teman-teman Dosen Jurusan Teknik Industri Universitas Trisakti atas semua dukungan dan bantuan dan kebersamaan selama proses perkuliahan hingga selesainya disertasi ini. Ucapan terima kasih untuk mas Agus, Nabila dan Haykal atas doa dan pengertiannya.

Terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu atas bantuan, dukungan dan doa yang telah diberikan selama masa studi. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi kesejahteraan bangsa dan perkembangan ilmu pengetahuan.

(12)

sebagai anak bungsu dari 5 anak pasangan Surodo Notowiyoto(alm) dengan

Supijatin(almh). Pendidikan SD sampai SMP diselesaikan di Ngawi, dan pada

tahun 1981 menyelesaikan Sekolah menengah atas di SMA 5 Malang. Pendidikan

Sarjana ditempuh di Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam (MIPA) Universitas Gadjahmada lulus tahun 1987. Pada tahun

1994 penulis melanjutkan studi di Program Pascasarjana Universitas Indonesia

pada program studi Teknik Manajemen Industri dengan beasiswa dari Universitas

Trisakti dan bantuan biaya penelitian dari ICMI. Penulis lulus program Magister

pada tahun 1996. Pada tahun 2004 penulis mendapat kesempatan melanjutkan studi

program Doktor pada program studi Teknologi Industri Pertanian di Sekolah

Pascasarjana Institut Pertanian Bogor dengan beasiswa dari Universitas Trisakti.

Penulis juga mendapatkan bantuan biaya penelitian dan penulisan disertasi dari

pemerintah Republik Indonesia melalui Hibah Program Doktor tahun 2009.

Setelah menyelesaikan program sarjana pada tahun 1987 hingga tahun 1988

penulis bekerja sebagai staf di Bank Duta Jakarta. Pada tahun 1988 sampai dengan

saat ini penulis bekerja sebagai staf pengajar di Jurusan Teknik Industri, Fakultas

Teknologi Industri Universitas Trisakti. Selain sebagai staf pengajar penulis

menjabat sebagai Kepala Laboratorium Sistem dan Simulasi Industri di Jurusan

Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri Universitas Trisakti.

Pada tahun 1992 penulis menikah dengan Agus Sufyan dan dikaruniai 2

orang anak yaitu Nabila Yusrina Nur Abidah (16 tahun) dan Haykal Gustian

(13)

DAFTAR TABEL... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DFATAR ISTILAH ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN. ... xix

PENDAHULUAN . ... 1

Latar Belakang . ... 1

Tujuan Penelitian . ... 5

Manfaat Penelitian. ... 6

Ruang LingkupPenelitian . ... 6

TINJAUAN PUSTAKA. ... 7

Agroindustri ubikayu . ... 7

Manajemen Krisis. ... 10

Sistem Manajemen Chaotic. ... 12

Teori Chaos... 40

Sistem Deteksi Dini. ...22

Sistem Manajemen Ahli... ... 24

Analisa Resiko Batas Ambang... 25

Sistem Intelijen ... ... 26

Fuzzy Perbandingan Berpasangan... 28

Prediksi... ... 32

Jaringan Syaraf Tiruan... 33

Manajemen Strategis... 43

Issue Management Technology...46

Ordered Weighted Average... 48

Koperasi... 49

Penelitian Terdahulu………...50

METODOLOGI PENELITIAN ...55

(14)

Metoda Pengumpulan data...60

Tahapan Penelitian...60

PEMODELAN SISTEM...63

Pendekatan Sistem ...63

Analisis Kebutuhan ...70

Formulasi Permasalahan...72

Identifikasi Sistem...73

Identifikasi Sumber Turbulensi...77

Uji Eksistensi Chaos...82

Prediksi harga tapioka halus dan pasokan bahan baku...90

Analisis Sinyal Krisis...99

Analisis Eksternal industri...109

Analisis Internal...106

Tahap masukan dan pencocokan...113

Analisis Krisis...114

Penentuan Strategi dan kebijakan penanggulangan krisis...121

Akuisisi Pengetahuan...129

Mesin Inferensi dan User Interface...135

SISTEM MANAJEMEN AHLI...137

Konfigurasi Model...137

Cakupan Model Simak-Chaotica...138

Sistem Manajemen Basis Model...140

Sistem Manajemen Basis Data...144

Sistem Manajemen Pengetahuan...145

Pembentukan Mesin Inferensi...146

Sistem Manajemen Dialog...147

(15)

Uji Eksistensi Chaos... 153

Prediksi Harga Tapioka dan Pasokan Bahan Baku... 156

Analisis Krisis... 159

Kebijakan... 160

Keterbatasan model... 162

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan... 163

Saran... 166

DAFTAR PUSTAKA... 167

(16)

xiv

1 Perbandingan Gizi tanaman Pangan... 7

2 Produktivitas dan potensi ubi kayu dan tanaman tumpangsari lainnya pada lahan hutan... 9

3 Standar mutu tapioka... 10

4 Prosedur IMT... 47

5 Matrik Kebijakan... 47

6 Daftar pabrik tapioka halus di kabupaten Bogor……… 67

7 Rata-rata pasokan bahan baktu dan waktu produksi tapioka... 68

8 Daftar kebutuhan pemangku kepentingan industri tapioka... 71

9 Struktur harga tapioka halus bulan Juli 2009... 79

10 Matriks perbandingan berpasangan Fuzzy………... 81

11 Bobot variabel yang berpengaruh terhadap harga tapioka... 82

12 Bobot variabel yang berpengaruh terhadap pasokan bahan baku... 82

13 Input penghitungan eksponen Lyapunov... 84

14 Faktor- faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman pada industri.. 112

15 Alternatif tindakan stakeholders penanggulangan krisis……….. 122

16 Bobot parameter Dampak dan Manfaat keadaan siaga ... 128

17 Bobot parameter Dampak dan Manfaat keadaan Waspada... 128

18 Bobot parameter Dampak dan Manfaat keadaan Bahaya... 129

19 Matriks perihal kebijakan koperasi untuk keadaan siaga... 129

20 Matriks perihal kebijakan koperasi untuk keadaan waspada... 130

21 Matriks perihal kebijakan koperasi untuk keadaan Bahaya... 131

22 Matriks perihal kebijakan Pemerintah untuk keadaan waspada dan bahaya... 132

23 Matriks perihal kebijakan Bulog untuk keadaan waspada dan bahaya... 132

24 Matriks perihal kebijakan Agroindustri tapioka untuk keadaan siaga... 133

25 Matriks perihal kebijakan Agroindustri tapioka untuk keadaan waspada.. 133

26 Matriks perihal kebijakan Agroindustri tapioka untuk keadaan Bahaya.... 134

(17)

xv

Halaman

1 Pohon industri ubi kayu... 7

2 Siklus Krisis... 11

3 Sistem Manajemen Chaotic... 14

4 Self-similarity fractal... 16

5 Siklus deteksi dini... 23

6 Grafik Fungsi Keanggotaan dalam Fuzzy AHP... 30

7 Susunan Syaraf Manusia……………… 34

8 Struktur jaringan syaraf tiruan………... 35

9 Proses umpan maju di titik aktif………..... 38

10 Kerangka pemikiran penelitian ………... 57

11 Diagram alir tata laksana penelitian………... 62

12 Model Keterkaitan Agroindustri Tapioka... 70

13 Diagram Sebab akibat sistem agroindustri tapioka... 76

14 Diagram Black Box Manajemen Pengendalian Krisis ………. 77

15 Diagram alir prosedur identifikasi sumber turbulensi ………..… 78

16 Diagram root cause agroindustri tapioka... 79

17 Grafik perbandingan hari kerja ...… 78

18 Flowchart algoritma penghitungan eksponen Lyapunov ………. 85

19 Diagram alir penghitungan dimensi fraktal ……….. 89

20 Diagram alir peramalan harga tapioka dengan JST... 91

21 Struktur Jaringan Syaraf Tiruan... 93

22 Diagram alir penentuan krisis... 100

23 Diagram alir perumusan strategi kebijakan pengendalian krisis... 101

24 Matrik Internal Eksternal………. 114

25 Struktur sistem pemberdayaan kelembagaan koperasi agroindustri tapioka. 117 26 Tampilan Sistem Manajemen Ahli Simak-chaotica... 138

27 Konfigurasi Sistem Manajemen Ahli Manajemen Krisis... 139

(18)

xvi

31 Tampilan sub-menu Analisis Sinyal Krisis ………….………... 144

32 Tampilan sub-menu pemilihan alternatif strategi kebijakan untuk keadaan ”SIAGA”... 148

33 Tampilan sub-menu pemilihan alternatif strategi kebijakan untuk keadaan ”WASPADA”... 149

34 Tampilan sub-menu pemilihan alternatif strategi kebijakan untuk keadaan ”BAHAYA”... 149

35 Tampilan hasil eksekusi program untuk sub-model uji eksistensi chaos harga tapioka... 154

36 Tampilan hasil eksekusi program untuk sub-model uji eksistensi chaos pasokan bahan baku... 155

37 Tampilan hasil prediksi harga tapioka dengan jaringan syaraf tiruan ... 157

38 Tampilan hasil prediksi pasokan dengan jaringan syaraf tiruan ... 158

39 Tampilan hasil analisis sinyal Krisis... 159

40 Tampilan sub-model kebijakan Agroindustri untuk keadaan “BAHAYA”………... 161

(19)

xvii

Agroindustri : Suatu kegiatan pengolahan bahan baku yang bersumber dari hasil pertanian maupun peternakan. Pengolahan meliputi proses transformasi fisik,

kimiawi, pengemasan dan distribusi.

Chaos: Sistem non linier dinamik, deterministik yang dapat menghasilkan hasil acak. Sebuah sistem yang bersifat chaos memiliki sebuah dimensi fraktal dan

memperlihatkan ketergantungan yang sensitif terhadap kondisi awal.

Chaotic Management System adalah suatu pendekatan sistematis untuk

mendeteksi, menganalisis dan merespon turbulence dan chaos.

Dimensi fraktal : Sebuah bilangan yang secara kuantitatif menjelaskan bagaimana sebuah obyek menempati ruangnya. Dalam geometri Euclid obyek dianggap

padat dan kontinu atau disebut bilangan bulat. Fraktal adalah kasar dan

seringkali diskontinu, seperti sebuah bola yang dibentuk dari selembar kertas

yang diremas, bulat berongga memiliki dimensi fraktal.

Dimensi Korelasi : Estimasi dari dimensi fraktal yaitu mengukur probabilitas bahwa dua titik yang diambil secara acak akan berada pada suatu jarak yang

tetap, dan menguji bagaimana probabilitas itu berubah dengan jarak yang

bertambah.

Eksponen Lyapunov: Sebuah eksponen yang positif mengukur sensitivitas ketergantungan pada kondisi awal, atau seberapa jauh prediksi/peramalan akan

menyimpang berdasarkan pada estimasi kondisi awal. Dalam pandangan lain 1

dibagi eksponen Lyapunov adalah kehilangan kemampuan memprediksi

Fraktal: Sebuah obyek dimana bagian-bagiannya memiliki kemiripan terhadap keseluruhan, yaitu komponen-komponen individu memiliki “kesamaan diri”.

Manajemen Krisis: Suatu cara pengelolaan yang proaktif dari kegiatan organisasi yang mengarah pada keberlanjutan fungsinya sesegera mungkin setelah

adanya krisis

(20)

xviii

1 Rule Base...173

2 Daftar file pada Submodel Uji eksistensi Chaos program Simak-Chaotica...181

3 Daftar file pada Submodel Prediksi Harga Tapioka program Sima-Chaotica..182

4 Daftar file pada Submodel Prediksi Pasokan Bahan Baku program Simac-Chaotica...183

5 Daftar file pada Submodel Analiais Sinyal Krisis program Simac-Chaotica....184

6 Daftar file pada Submodel Kebijakan Pengendalian Krisis keadaan ”SIAGA” program Simac-Chaotica...185

7 Daftar file pada Submodel Kebijakan Pengendalian Krisis keadaan ”WASPADA” program Simak-Chaotica...186

8 Daftar file pada Submodel Kebijakan Pengendalian Krisis keadaan ”BAHAYA” program Simac-Chaotica...187

9 Petunjuk Penggunaan Program Aplikasi Sistem Penunjang keputusan Simak-Chaotica...188

10 Kusioner variabel yang mempengaruhi harga tapioka...200

11 Kusioner variabel yang mempengaruhi pasokan tapioka kasar...201

12 Matriks Pembobotan faktor internal...202

13 Matriks Pembobotan faktor eksternal...203

14 Hasil Pengolahan data...204

15 Listing program training harga tapioka halus...220

16 Listing program testing harga tapioka halus...222

17 Listing program forecasting harga tapioka halus...223

18 Listing program training pasokan tapioka kasar...224

19 Listing program testing pasokan tapioka kasar...225

20 Listing program forecasting pasokan tapioka kasar...226

(21)
(22)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Krisis perekonomian global telah berdampak kepada krisis nasional di

sektor pertanian dan agroindustri yang ditandai dengan menurunnya fungsi

produksi dan fungsi bisnis pada sektor pertanian dan agroindustri. Indonesia

mengalami dampak negatif akibat melemahnya perdagangan dunia. Sejumlah

komoditas ekspor produk pertanian mengalami penurunan permintaan dan harganya

terpuruk. Menguatnya sistem industri dan perdagangan konglomerasi di Indonesia

tidak secara langsung membawa petani dan agroindustri rakyat dapat menikmati

nilai tambah sekunder, tersier maupun kuarter. Petani dan agroindustri rakyat hanya

menikmati nilai tambah primer sebagai pemberian alam atas hasil pertanian. Nilai

tambah sekunder, tersier dan kuarter dinikmati industri dan pedagang besar

(Swasono,2010). Perubahan iklim dan pengalihan pemanfaatan lahan produktif ke

arah non produktif mengakibatkan terkikisnya potensi sumberdaya alam. Hal ini

yang akan semakin memarjinalkan petani dan agroindustri rakyat (Nasution 2002c).

Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan

sebagaimana dijamin secara konstitusi dalam pasal 33 ayat (1) UUD 1945 telah

bergesar ke arah asas perorangan dengan moral ekonomi berbasis pada persaingan

(Ruslina,2010). Keterpurukan industri rakyat dan pemiskinan masyarakat pedesaan

akan berdampak kepada situasi chaos. Chaos dapat terjadi setiap saat dan

dimanapun.

Ubi kayu merupakan salah satu tanaman yang mempunyai peran penting di

Indonesia, karena tidak hanya sebagai tanaman pangan melainkan sebagai bahan

baku bioenergi. Indonesia termasuk sebagai negara penghasil ubi kayu terbesar

ketiga (13.300.000 ton) setelah Brazil (25.554.000 ton), Thailand (13.500.000 ton)

serta disusul negara-negara seperti Nigeria (11.000.000 ton), India (6.500.000 ton)

dari total produksi dunia sebesar 122.134.000 ton per tahun. Produktivitas yang

masih rendah yaitu 12,2 ton/ha dibandingkan dengan India (17,57 ton), Angola

(14,23 ton/ha), Thailand (13,30 ton/ha) dan China (13,06 ton/ha) Agrica( 2007).

Sentra produksi ubi kayu di Indonesia adalah di Pulau Sumatera (70%) Jawa

dan Sulawesi (30%). Rata-rata produksi Nasional adalah 20.411.327 ton BPS

(23)

pangan, 19,8% untuk produksi tapioka, 14,8% untuk keperluan ekspor, 1,8% untuk

pakan dan 8,6% untuk industri non pakan. Produksi ubi kayu di Kabupaten Bogor

mencapai 18,9 ton/ha, lebih tinggi dari rerata produksi nasional yaitu 9,4 ton/ha

(Wardana, 2006). Hal tersebut menandakan bahwa kabupaten Bogor merupakan

sentra ubi kayu yang perlu dikembangkan.

Sebagai tanaman pangan, ubi kayu merupakan sumber karbohidrat bagi

sekitar 500 juta manusia di dunia. Ubi kayu mempunyai kandungan karbohidrat

yang cukup tinggi yaitu sebanyak 32,4 gr dan kalori 567,0 kal dalam 100 gr ubi

kayu. Pemilihan ubi kayu sebagai bahan pangan subtitusi beras mempunyai alasan

yang kuat, karena mudah dibudidayakan, merupakan makanan pokok asli sebagian

masyarakat Indonesia, dan kandungan gizi yang memadai. Selain sebagai bahan

pangan, ubi kayu juga sebagai bahan baku berbagai sektor industri diantaranya

dapat diolah menjadi asam sitrat, monosodium glutamat, sorbitol, glukosa kristal,

dextrose monohydrate, dextrin, alcohol, etanol.

Produksi tapioka di Indonesia dalam kurun waktu tahun 1996 hingga 2001

rata-rata per-tahun 16 juta ton (dari Sumatera, Jawa dan Sulawesi) merupakan

produsen tapioka nomor 2 didunia setelah Thailand sebesar 30 juta ton per-tahun.

Jumlah produksi ini terserap pasar dalam negeri rata-rata 13 juta ton per-tahun dan

permintaan akan naik rata-rata 10% pertahun. Proyeksi hingga tahun 2011

permintaan domestik diperkirakan akan menjadi 33,72 ton. Dengan demikian

peluang pasar tapioka masih terbuka .

Pada umumnya industri tapioka di Indonesia dapat dikelompokkan menjadi

3 kelompok. Pertama kelompok industri tapioka berskala besar yang sudah

menggunakan mesin-mesin modern. Kedua, kelompok industri kecil tapioka halus

yang menggunakan mesin-mesin semi modern. Ketiga industri tapioka rakyat yang

menghasilkan tapioka kasar. Pada industri rakyat ini memproduksi tapioka kasar

menggunakan teknologi sederhana.

Aliran produk dalam rantai pasokan tapioka dimulai dari petani ubi kayu

hingga industri hilir. Ubi kayu dari petani dipasok ke industri rakyat penghasil

tapioka kasar, produk tapioka kasar dipasok sebagai bahan baku tapioka halus, dan

produk tapioka halus diserap oleh konsumen industri makanan dan konsumen

(24)

ditentukan oleh mekanisme pasar yang dikendalikan oleh industri tapioka besar dan

stok tapioka nasional. Harga tapioka halus ini akan menentukan harga tapioka kasar

dan harga ubi kayu (Firdaus, 2004). Sebagaimana agroindustri pada umumnya,

agroindustri tapioka rentan terhadap sitem pasokan bahan baku, karena bersifat (1)

musiman, (2) mudah rusak, (3) menempati ruang banyak, (4) memiliki keragaman

kualitas, (4) berskala kecil-kecil. Hal ini menyebabkan volume produksi

berfluktuasi antar musim, antar waktu maupun antar daerah.

Sistem tataniaga ubi kayu rentan terhadap harga karena transmisi harga

yang rendah, kenaikan harga komoditi di tingkat konsumen tidak serta merta dapat

meningkatkan harga di tingkat petani produsen. Namun sebaliknya penurunan

harga di tingkat konsumen umumnya lebih cepat ditransmisikan kepada harga di

tingkat produsen. Struktur pasar dari tapioka bersifat monopsonis dimana harga

ditetapkan oleh perusahaan besar, sehingga usaha tani dan industri kecil berada

pada posisi yang lemah terhadap posisi tawar. Hal ini menyebabkan petani ubi kayu

dan industri kecil tapioka pada posisi tawar yang lemah (Wardana, 2006). Risiko

yang ditimbulkan akan menyebabkan turbulensi yaitu keadaan yang berubah

sangat cepat, tidak dapat diprediksi, dan ketidakpastian pada agribisnis tapioka.

Era turbulensi tidak mungkin terelakkan lagi, lambat laun akan menjadi

lingkungan baru yang permanen yang disebut dengan kenormalan baru (new Normality). Normalitas tersebut bukan ditandai oleh stabilitas dan kepastian (certainty) seperti yang terdapat pada era sebelumnya, melainkan terbentuk dari ketidakmenentuan dan chaos. Oleh karena itu (Kotler, 2009) menyebutnya sebagai

era chaos. Normalitas baru tersebut mewujud dalam bentuk kombinasi antara

perekonomian yang boom, turun, resesi bahkan depresi dalam siklus yang kian cepat. Normalitas baru yang mewujud dalam bentuk chaos itu setiap saat akan siap

menelan korbannya.

Sistem tataniaga dalam rantai pasokan agroindustri tapioka dari hulu hingga

hilir diwarnai dengan permasalahan yang kompleks, dinamis akibat tekanan

lingkungan hulu dan hilir (Kesenja, 2005). Perencanaan strategi dengan pendekatan

konvensional seringkali mengabaikan ketidak pastian dan mengandalkan

asumsi-asumsi. Pada era turbulensi pendekatan ini tidak sesuai lagi. Kesalahan manajemen

(25)

turbulensi memaksa pelaku industri melakukan perubahan dalam rangka

kelangsungan bisnisnya dengan mengubah turbulensi menjadi peluang baru (Kotler,

2009).

Manajemen perubahan adalah mengakomodasi berbagai dinamika atau

perubahan lingkungan dan mengelolanya di dalam suatu sistem manajemen yang

handal. Empat pilar utama dalam manajemen perubahan yaitu strategi, operasi,

budaya dan kompensasi. Empat pilar ini menunjang perubahan dalam organisasi

baik dalam tatanan makro maupun mikro. Reformasi di tatanan mikro akan berhasil

bila tatanan makro juga ikut berubah. Platt (2001) yang diacu dalam Kasali (2005)

membedakan perubahan strategis suatu perusahaan dalam 3 kategori yakni:

Transformasi Manajemen, Manajemen Turnaround dan Manajemen Krisis.

Transformasi manajemen biasanya dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yang

sehat, atau perusahaan-perusahaan yang mulai menangkap sinyal yang kurang

menggembirakan. Manajemen Turnaround biasanya dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yang sudah mulai menghadapi permasalahan-permasalahan yang agak

pelik dan mulai melibatkan pihak-pihak yang lebih luas. Sedangkan manajemen

krisis biasanya dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yang telah memasuki masa

krisis, dimana perusahaan sudah berada pada posisi berbahaya dan eksistensinya

diragukan.

Chaotic Management System adalah suatu pendekatan sistematis untuk mendeteksi, menganalisis dan merepon turbulence dan chaos (Kotler, 2009). Teori ekonomi tradisional didominasi oleh model linier yang didasarkan pada konsep

distribusi normal. Sebagai konsekuensinya masa depan menjadi sangat terhubung

dengan masa lalu ataupun saat sekarang. Berlawanan dengan hal tersebut telah

terbukti oleh beberapa temuan yang dimulai dari ketidakcocokan antara

konsekuensi alamiah dengan perilaku data time series. Peter (1991) telah berhasil

mengidentifikasi perilaku pasar keuangan yang memiliki perilaku non linier dan

bersifat chaos. Banyak usaha dilakukan untuk mengekstraksi informasi yang tepat

terhadap perilaku harga dengan melibatkan diskripsi kerangka teori chaos.

Proses deterministik ditandai dengan menggunakan pencocokan regresi,

sedangkan proses random ditandai melalui parameter statistik dari fungsi distribusi.

(26)

dapat menangkap sifat dari system yang bersifat chaos. Dengan pendekatan teori

chaos perilaku sistem dapat diidentifikasi secara tepat dan akurat. Untuk

memprediksi keadaan pada masa yang akan datang dapat dipilih teknik peramalan

yang tepat dan mampu memetakan atau menghubungkan arus data input kepada

arus data output tanpa memerlukan asumsi tentang struktur data, distribusi data dan

independensi data. Kesalahan dalam memprediksi keadaan yang akan datang

akan berakibat kepada kekacauan sistem (chaotic system). Suatu sistem yang faktor-faktor penyusunnya rentan terhadap ketidak pastian sangat berpotensi untuk

menjadi chaos. Demikian pula pada agroindustri tapioka yang memiliki karateristik

khas yaitu produk maupun bahan baku yang mudah rusak, bahan baku bersifat

musiman, bergantung pada iklim, memiliki kualitas yang bervariasi, dan

perdagangan bersifat monopsonistik. Hal ini akan berakibat kepada resiko

ketidakpastian harga produk dan sistem produksi. Oleh karena itu dalam

perencanaan pengembangan agroindustri tapioka diperlukan metoda pendekatan

yang tepat. Berdasarkan fenomena tersebut, penelitian tentang Rancangbangun

Sistem Intelijen untuk Strategi Pengembangan Agroindustri Tapioka dengan

Pendekatan Teori Chaos dilakukan sebagai suatu alternatif pemecahan masalah secara cepat dan akurat dalam menghadapi keadaan krisis.

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini merancang model sistem intelijen yang mencakup

sistem deteksi dini keadaan chaos dan sistem manajemen kontrol yang dapat digunakan oleh para pengambil keputusan dalam proses penentuan kebijakan dalam

rangka pemulihan dan pencegahan krisis pada agroindustri tapioka. Keluaran

penelitian ini menghasilkan perangkat lunak Model Sistem Intelijen SIMAK

-CHAOTICA (Sistem Intelijen Manajemen Krisis Agroindustri Tapioka) yang dapat dipakai untuk mendeteksi keadaan krisis sebagai dampak keadaan chaos serta

memberikan rekomendasi kebijakan atas prediksi keadaan yang diperkirakan akan

terjadi. Kebaruan dari penelitian ini adalah penggunaan teori chaos yaitu suatu

metoda kuantitatif untuk mendeteksi keadaan chaos dari sistem agroindustri tapioka

dan mengintegrasikannya dengan model prediksi dengan jaringan syaraf tiruan dan

(27)

Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pengembangan

agroindustri tapioka dimasa mendatang, Secara rinci manfaat penelitian ini adalah:

1. Sebagai rujukan bagi pemangku kepentingan untuk memahami secara holistik

persoalan krisis pada agroindustri tapioka dari sisi mikro maupun makro.

2. Sebagai rujukan bagi pemangku kepentingan untuk memahami secara holistik

akan pentingnya mendeteksi lebih awal terhadap kemungkinan terjadinya

chaos dalam rangka pencegahan dan pemulihan krisis pada agroindustri

tapioka.

3. Dapat dipergunakan sebagai rujukan penyusunan strategi dan rekomendasi

kebijakan pada pengembangan agroindustri tapioka.

Bagi perkembangan keilmuan penelitian ini dapat dijadikan sebagai rujukan dalam

penelitian lanjutan mengenai rancangbangun model sistem intelijen dan

pengembangan teori chaos pada bidang lain.

Ruang Lingkup Penelitian

Rancangbangun model difokuskan pada rantai pasokan industri tapioka

dengan mempelajari perilaku chaos. Obyek peneltian meliputi petani ubi kayu, industri tapioka kasar dan industri kecil tapioka halus. Sebagai validasi model

diterapkan pada industri tapioka skala kecil di kabupaten Bogor. Pengambilan data

(28)

TINJAUAN PUSTAKA

Agroindustri ubi kayu

Cassava atau ubi kayu termasuk dalam famili Euphorbiaceae. Ada dua jenis ubi kayu yaitu ubi kayu pahit atau beracun dan ubi kayu manis atau tidak beracun.

Kedua jenis ubi kayu ini diklasifikasikan sebagai Manihot esculenta atau Manihot utilissima. Pemilihan ubi kayu sebagai bahan pangan subtitusi beras mempunyai alasan yang kuat. Pertama umbi-umbian termasuk ubi kayu merupakan makanan

pokok asli sebagian masyarakat Indonesia, dan yang kedua kandungan gizi ubi

kayu sangat memadai sebagai sumber karbohidrat. Pada Tabel 1 berikut disajikan

perbandingan kandungan gizi beberapa komoditi pangan.

Tabel 1 Perbandingan Gizi tanaman pangan

Kandungan Gizi Beras Gandum Ubi kayu Garut Ubi jalar

Kalori (kal) Protein (gr) Lemak (gr) Karbohidrat (gr) Kalsium (mg) Phosfor (mg)

Zat besi (mg)

Vit.A (SI)

Vit.B(mg)

Vit.C(mg)

Air ( gr)

Bagian yg dapat

dimakan (%) 360,0 6,8 0,7 78,9 6,0 140,0 0,8 0,0 0,1 0,0 13,0 100,0 365,0 8,9 1,3 77,3 16,0 106,0 1,2 0,0 0,1 0,0 9,1 100,0 363,0 1,1 0,5 88,2 84,0 125,0 1,0 0,0 0,0 0,0 9,1 100,0 355,0 0,7 0,2 85,2 8,0 22,0 1,5 0,0 0,1 0,0 13,0 100,0 136,0 1,1 0,4 32,3 57,0 52,0 0,7 900,0 0,1 35,0 40,0 100,0

Sumber : Direktorat Gizi DepKes RI (1981) dalam Utami (2006)

Selain sebagai bahan pangan ubi kayu juga sebagai bahan baku berbagai

sektor industri. Bahkan onggok dari tapioka dapat dijadikan sebagai bahan baku

(29)

Ubi kayu

Kulit

Makanan ternak

Umbi

Onggok

Obat Nyamuk Bakar Asam sitrat Industri makanan/

kimia

Tapioka

Tapioka pearl

Dextrin

Maltosa

Glukosa

Fruktosa

Macam-macam alkohol

Asam-asam organik

Sorbitol

Senyawa kimia lain

Industri makanan

Industri makanan

Industri makanan/ bio energi

Industri makanan/ kimia

Industri makanan

Industri kimia

Gaplek Pelet Makanan ternak

Bahan makanan

Tepung ubikayu

Makanan ringan

Bahan makanan

Daun

Sayuran

Makanan ternak

Sektor Pertanian

Sektor industri

Konsumen

Gambar 1 Pohon industri ubi kayu (Bank Indonesia, 2004)

Ubi kayu dapat tumbuh di lahan kering dari dataran rendah hingga dataran

tinggi dan dapat diusahakan terus-menerus sepanjang tahun. Pada kondisi lahan

(30)

ubi kayu karena selain mudah dalam pemeliharaan juga relatif tahan terhadap

kekeringan.

Melihat berbagai kegunaan dan potensi ubi kayu di Indonesia maka

komoditas ini memiliki peranan dan kedudukan yang sangat strategis. Peranannya

akan sangat berarti pada saat musim kering ( paceklik) digunakan sebagai sumber

bahan pangan utama, sedangkan pada musim panen melimpah ubi kayu digunakan

sebagai bahan baku industri hilir. Bahkan dengan adanya kebijakan pemerintah

untuk mencari alternatif energi terbarukan ubi kayu mengambil peranan penting

sebagai penghasil bioetanol yang merupakan bahan substitusi bensin.

Pengembangan ubi kayu bisa dilakukan tanpa penyediaan lahan khusus

melainkan ditanam secara tumpang sari pada lahan yang sudah ada, misalnya hutan

jati atau mahoni sangat potensial untuk pengembangan ubi kayu. Luas hutan untuk

tumpangsari tanaman pangan adalah 108 juta ha (HTI, HPH, Hutan Rakyat), jika

10% luas lantai hutan digunakan untuk budidaya tanaman pangan akan

menghasilkan 378 juta ton dengan potensi pati 95 juta ton, untuk jelasnya disajikan

dalam Tabel 2:

Tabel 2 Produktivitas dan potensi ubi kayu dan tanaman tumpangsari lainnya pada

lahan hutan.

Jenis

tanaman

Produktivitas per

musim (ton/ha)

Potensi panen

( juta ton)

Potensi pati

(juta ton)

Potensi etanol

(juta l)

Ubikayu 35 378 95 60

Garut 20 216 32 17

Ganyong 20 216 32 17

Talas 8 86 17 9

Kimpul 30 324 65 52

Ubijalar 20 216 54 35

Jagung 7 76 49 15

Sumber: Dephutbub (1999)

Kualitas tapioka dikelompokkan berdasarkan nilai dari kriteria kualitas

(31)

BaSO4, kekentalan, Derajat asam dan kadar HCN. Secara lengkap kualitas tapioka

[image:31.595.55.477.47.843.2]

disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3 Standar mutu tapioka menurut SNI.01-3451-1994

Kriteria mutu Mutu I Mutu II Mutu III

Kadar air (% maks) 17 17 17

Kadar abu (% maks) 0,6 0,6 0,6

Serat + kotoran(% maks) 0,6 0,6 0,6

Derajad putih Min Min Min

BASO4 =100 Min 94,5 Min 92 Min 92

Kekentalan (Engler) 3-4 2,5-3 2,5

Derajad asam (ml NAOH/100 gr) 4 4 4

Kadar HCN (%) negatif negatif Negatif

Sumber: Sumber : Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan (2003)

Manajemen Krisis

Suatu fenomena pada alam semesta dapat digambarkan dengan dua keadaan yaitu

normal dan abnormal. Normal diartikan sebagai keadaan sistem yang teratur, stabil,

berjalan sebagaimana mestinya. Abnormal berlaku kebalikan dari normal.

Berdasarkan strukturnya, abnormal terbagi menjadi dua, yaitu abnormal terstruktur

yang disebut sebagai krisis dan abnormal yang tidak terstruktur yang disebut

sebagai chaos.

Definisi Krisis menurut Fink(1996) bahwa krisis bisa diartikan sebagai

suatu keadaan yang tidak stabil dimana perubahan mendasar bisa terjadi.

Sedangkan Eriyatno et al (2010) mendefinisikan krisis sebagai suatu peristiwa

mendadak yang secara signifikan mempengaruhi kemampuan lembaga untuk

menjalankan fungsinya. Krisis menimbulkan gangguan yang secara fisik

berdampak nyata terhadap suatu sistem dan mengancam eksistensi maupun

kelangsungan sistem tersebut. Krisis dapat terjadi pada perseorangan maupun

terhadap organisasi atau lembaga.

Secara garis besar berdasarkan anatominya siklus krisis dapat dibagi menjadi empat

(32)

tahap pemulihan (resolution). Situasi krisis prodomal antara lain ditandai oleh peningkatan intensitas ketegangan, peningkatan perhatian media massa atau

pemerintah, kemunculan hambatan atau gangguan terhadap operasi bisnis Krisis

prodomal dapat berkembang menjadi krisis akut. Krisis akut ditandai dengan sudah

ditemukannya krisis dan jika peringatan dini mengenai kemunculan krisis tidak

ditangani secara serius, maka sangat sulit menemukan titik balik menjadi keadaan

normal kembali. Dengan perencanaan dan penanganan yang tepat, ledakan krisis

pada tahap akut dapat diatur waktu, tempo maupun magnitudenya, sehingga

dampak buruk dapat dikendalikan. Periode krisis tingkat akut biasanya berlangsung

singkat, kemudian dilanjutkan dengan krisis tingkat kronis (Fink, 1996).

Gambar 2 Siklus Krisis (Fink, 1996).

Metoda yang paling sederhana dalam menghindari krisis adalah konsensus yang

memungkinkan para pihak yang berkepentingan berpartisipasi dalam upaya

mencegah konflik. Pengambilan keputusan berdasarkan konsensus tergantung pada

dua hal yaitu 1) optimasi dari terpenuhinya kepentingan semua pihak dan 2)

kompromi dari pihak-pihak yang berkepentingan.

Pencegahan dan penghindaran krisis tergolong langkah yang sangat rumit,

karena datangnya krisis pada umumnya sangat mendadak serta perkembangannya

sangat cepat. Sehingga, upaya melakukan konsensus guna menyelesaikan krisis,

sangat sulit dilakukan setelah krisis berlangsung. Perencanaan dan kesiagaan

penanggulangan krisis yang tepat merupakan faktor kunci bagi keberhasilan

penanganan krisis dalam suatu lembaga. (Fink, 1996)

Manajemen krisis adalah suatu pengetahuan yang dikenal sebagi prosedural

model atau protokol yaitu suatu cara pengelolaan yang proaktif dari kegiatan

Prodomal Acute

Chronic Resolution

(33)

organisasi yang mengarah pada keberlanjutan fungsinya sesegera mungkin setelah

adanya krisis (Eriyatno et al., 2010). Avevedo (2007) dalam Eriyatno et al (2010)

menyebutkan bahwa kegiatan manajemen krisis yang proaktif dicirikan oleh

prakiraan potensi krisis (forecasting) dan perencanaan pengendaliannya. Manajemen krisis berupaya mengidentifikasi sumber pemicu krisis, kemudian

meminimalkan kerusakan sebagai dampak krisis dan akhirnya melakukan upaya

pemulihan.

Sistem Manajemen Chaotic

Pada umumnya penetapan parameter krisis dalam bisnis terkait dengan manajemen

risiko kuantitatif, meskipun disadari bahwa dunia nyata belum tentu berperilaku

secara acak dengan bentuk teratur. Teknik ekonometrik yang banyak dipraktekkan

dalam mazhab neo-klasik mengkategorikan sifat acak tersebut sebagai perilaku

yang dapat dianalisis, sedangkan apa yang terjadi di pasar uang ataupun pasar

modal adalah ketidak teraturan yang disebabkan proses umpan balik. Asumsi yang

diakui oleh faham neo-klasik yaitu berlakunya prasyarat statistik ternyata hal ini

terbukti tidak sahih di praktek pasar finansial. (Eriyatno et al., 2010).

Penanggulangan krisis pada pada tahap akut turbulensi menjadi ancaman

menakutkan jika kekacauan, keacakan, dan ketidakpastian meluas ke arah

lenyapnya kekuatan pengendalian. Henderson (1991) menggambarkan semacam

zone peralihan dalam sistem (ekonomi, politik, sosial) yang tengah mengalami proses transformasi. Zone transisi ini dicirikan dengan adanya kondisi peregangan (fibrillation) di dalamnya. Zone peregangan ditandai munculnya ketidakpastian dan risiko amat besar. Inilah titik kritis yang dalam teori chaos disebut wilayah bifurkasi (bifurcation), yaitu zone perubahan yang di dalamnya tumbuh banyak mode dan percabangan yang akan menentukan arah perubahan.

Menurut Collins English dictionary Chaos diartikan sebagai “kekacauan”.

Dalam bahasa umum seringkali chaos diartikan sebagai situasi kacau balau, misalnya kondisi perekonomian, perilaku masyarakat akibat terjadinya perang,

bencana alam atau suatu kejadian yang sifatnya mendadak dan tidak terkendali.

(34)

1. Nonlinieritas, yaitu adanya sedikit perubahan pada satu level akan menghasilkan

perubahan besar pada level yang sama atau level yang lain dari suatu sistem.

2. Ketidakstabilan status sistem. Dalam teori chaos ada 2 bentuk ketidakstabilan yaitu: i). ketidaksatabilan struktural, terjadi ketika ada sedikit perubahan

konstruksi (kondisi awal) dapat memberi pengaruh yang besar terhadap perilaku

sistem. dan ii). ketidakstabilan perilaku, sedikit perubahan pada pola keterkaitan

elemen sistem maka akan memicu ketidakstabilan sistem. Contohnya dengan

adanya perubahan harga oleh suatu perusahaan akan menyebabkan perang

harga pada industri.

3. Emergent order, sistem dapat berkembang sendiri, evolusi dipengaruhi oleh faktor endogen

Menurut Sterman (1988) kondisi chaos sering tidak disadari karena struktur dari sistem tidak chaos, tetapi menimbulkan sistem chaotic dinamic karena adanya interaksi (pola keterkaitan) unsur-unsur endogen dalam sistem atau adanya

intervensi lingkungan ( exogen).

Chaotic Management System adalah suatu pendekatan sistematis untuk mendeteksi, menganalisis dan merepon turbulence dan chaos. Menurut Kotler (2009) untuk mencapai Business Enterprize yang berkelanjutan dengan pendekatan

Chaotic Management System terdiri dari 4 tahapan yaitu:

1. Mendeteksi sumber turbulence melalui pengembangan sistem deteksi dini 2. Merespon dan menanggulangi chaos dengan mengkonstruksikan beberapa

skenario strategi

3. Memilih strategi berdasarkan pada prioritas skenario dan resiko.

(35)
[image:35.595.93.433.68.494.2]

Gambar 3 Sistem Manajemen Chaotic (Kotler, 2009)

Teori Chaos

Penggunaan kata chaos dalam istilah sehari-hari sering diartikan sebagai ”kekacauan yang menjadi-jadi”. Dalam bidang sains, chaos adalah bahasa teknis dari sebuah fenomena sistem nonlinier yang kelakuannya sangat bergantung secara

sensitif pada kondisi awalnya (Wiggins, 1990). Sistem yang mengalami chaos

disebut sistem chaotik.

Penelitian mengenai chaos dimulai tahun 1890, ketika seorang astronom dan

matematikawan Prancis Henry Poincare mempelajari sistem tata surya. Poincare

pertama kali menemukan konsep chaos dalam gerak orbit tiga obyek yang mana

satu sama lain menggunakan gaya tarik untuk memaksa yang lainnya. Poincare

menyatakan bahwa suatu sistem yang terdiri dari beberapa bagian berinteraksi

(36)

(Chorafas, 1994). Konsep ini menjadi awal dari teori Chaos atau secara umum

disebut dengan teori sistem non linier dinamik.

Chaos dan keteraturan (order) dipandang saling berlawanan (antagonis). Hukum alam seperti hukum Newton dan hukum Keppler memperlihatkan

keteraturan (order), sedangkan chaos dipahami sebagai wajah lain dari alam ketika

kesederhaan atau hukum yang kompleks (complicated laws) menjadi tidak valid. Chaos tidak hanya dilihat sebagai kompleksitas dengan derajat tinggi atau bentuk

yang lebih kompleks dari keteraturan, tetapi dipandang sebagai kondisi dimana

alam gagal mematuhi hukum.

Karakteristik penting dari sistem dinamik chaos, yang pertama dan paling

penting adalah mempunyai ketergantungan yang sensitif terhadap kondisi awal.

Sistem dinamik mempunyai sifat yang tidak dapat diprediksi untuk jangka panjang.

Ketidakmungkinan prediksi ini terjadi karena sistem dinamik merupakan sistem

umpan balik (feedback system), dimana keluaran saat ini menjadi masukan bagi keadaan selanjutnya. Karakteristik kedua adalah memiliki tingkat kritis. Sistem

yang melewati titik kritisnya akan kehilangan kestabilan. Konsep ini dapat

digambarkan seperti kejadian dimana suatu timbangan yang telah berada pada titik

maksimum atau titik kritisnya, jika ditambah beban dengan berat sekecil apapun

akan menyebabkan kehilangan kestabilan dan timbangan menjadi rusak.

Karakteristik ketiga adalah memiliki dimensi fraktal.

Fraktal deterministik dan fraktal acak

Ide fraktal diperkenalkan oleh Benoit Manderlbrot pada tahun 1975 untuk

menjelaskan obyak kompleks yang tidak dapat dijelaskan dengan menggunakan

(37)

fraktal. Setiap cabang memiliki cabang-cabang lain yang lebih kecil, memiliki

kesamaan terhadap keseluruhan dalam sebuah pandangan kualitatif.

Fraktal dapat dibedakan menjadi fraktal deterministik dan fraktal acak

(random fractal). Fraktal deterministik dihasilkan oleh pengulangan aturan-aturan deterministik dan memiliki bentuk yang umumnya simetris. Contoh bentuk fraktal

deterministik adalah segitiga Sierpinski .

Gambar 4 Self-similarity fractal (Peter, 1991)

Sedangkan fraktal acak dihasilkan oleh kombinasi aturan-aturan yang dipilih secara

acak pada skala yang berbeda. Contoh fraktal acak adalah garis tepi pantai. Dari

pesawat udara yang sedang terbang tinggi, garis tepi pantai terlihat seperti garis

mulus yang tak teratur. Makin rendah pesawat terbang, garis pantai itu terlihat

makin bergerigi, sampai pada jarak dekat dimana setiap batu dapat terlihat. Kurva

times series dapat dibandingkan dengan garis pantai. Garis bergerigi pada kurva

times series mula-mula seperti garis pantai. Makin dekat kita melihatnya (makin

kecil pertambahan unit waktunya) makin banyak rincian yang terlihat.

Geometri euclid dan geometri fraktal

Geometri euclid menyederhanakan alam menjadi obyek-obyek yang

simteris dan murni ke dalam bentuk dimensi yang dinyatakan dalam bentuk

bilangan bulat. Garis lurus dianggap memiliki dimensi satu, bidang memiliki

dimensi dua, dan bangun ruang memiliki dimensi tiga. Bidang dua dimensi adalah

(38)

yang tak berlubang didalamnya. Bangun ruang memiliki sejumlah bentuk simetris

dan murni seperti bola, kerucut, silinder, dan balok. Tidak satupun dari

benda-benda tersebut yang memiliki lubang didalamnya dan tidak memiliki permukaan

yang kasar. Kesemuanya memiliki bentuk yang mulus (smooth) dan murni. Bagi Yunani kuno, simetri dan padat merupakan tanda kesempurnaan. Kelemahan

Geometri Euclid adalah tidak dapat membantu kita dalam memahami bagaimana

suatu obyek dibentuk.

Dimensi suatu obyek dalam geometri fraktal tidak harus selalu bilangan

bulat.. Selembar kertas yang dianggap bidang dua dimensi, jika diremas menjadi

bola dan akan berdimensi lebih dari dua tetapi tidak akan tepat berdimensi tiga.

Dimensi bola kertas tersebut akan terletak antara dua dan tiga, terkecuali jika bola

kertas tersebut dipadatkan maka akan menjadi obyek tiga dimensi. Kurva times

series yang tampak seperti garis bergerigi, tidak berdimensi satu karena tidak lurus

dan juga tidak berdimensi dua karena tidak memenuhi suatu bidang. Dimensinya

lebih besar dari dimesi garis dan kurang dari dimensi bidang, dimensinya terletak

antara satu dan dua.

Bila suatu obyek berada dalam ruang yang lebih besar daripada dimensi

fraktalnya, ruang tersebut disebut dimensi melekat (embedding dimension) dan cenderung dianggap dimensi obyek itu. Sebagai contoh, bola kertas yang diremas

dianggap berdimensi tiga walaupun tidak mengisi penuh ruang tiga dimensi.

Sebenarnya obyek fraktal mempertahankan dimensinya bila diletakkan pada

dimensi melekat yang lebih besar dari pada dimensi fraktalnya. Kurva times series

juga tidak mengisi bidang dua dimensi, hanya times series acak yang mengisi

bidang dan mempunyai dimensi dua.

Dimensi Fraktal

Dimensi fraktal menjelaskan bagaimana suatu obyek menempati ruangnya.

Dimensi fraktal menunjukkan seluruh faktor yang mempengaruhi sistem obyek

dengan skala tertentu. Ada beberapa cara untuk menghitung dimensi fraktal, tetapi

semuanya melibatkan cara bagaimana memeriksa volume atau area bentuk fraktal

(39)

metode awal penghitungan dimesi fraktal adalah mengitung jumlah lingkaran

dengan diameter tertentu yang dibutuhkan untuk memenuhi kurva. Bila

diameternya diperbesar dan jumlah lingkaran yang dibutuhkan dihitung, akan

ditemukan jumlah lingkaran berskala memenuhi hubungan berikut:

1 *dD

N (1)

Dimana N=jumlah lingkaran

d=diameter lingkaran

D=dimensi fraktal

Dengan menggunakan logaritma, persamaan diatas siubah menjadi:

1 log log   d N

D (2)

Dimensi fraktal memberikan informasi penting mengenai hal-hal yang mendasar

dari sistem. Bilangan bulat terbesar terdekat dari dimensi fraktal memberikan

informasi banyaknya variabel dinamik minimal yang dibutuhkan untuk

memodelkan dinamika sistem tersebut. Sebagai contoh, suatu sistem yang memiliki

dimensi fraktal sebesar 2,37 artinya diperlukan sedikitnya tiga variabel untuk

memodelkannya dalam sistem dinamik.

Grassberger dan Procacia (1983) mengembangkan metode dimensi korelasi

(correlation dimentsion) sebagai pendekatan penghitungan dimensi fraktal dengan menggunakan integral korelasi (correlation integral), Cm(R). Integral korelasi adalah probabilitas sepasang titik didalam attractor yang berada dalam jarak R satu dengan lainnya. Untuk menghitung banyaknya pasangan titik yang memenuhi

kondisi tersebut, pertama times series yang digunakan direkonstruksi menjadi ruang

fasa, dimulai dengan dimensi melekat (m) yang rendah, yaitu m=2, m=3 dan

seterusnya. Kemudian mulai dengan jarak R yang pendek, integral korelasi Cm(R)

dihitung untuk jarak ini, sesuai dengan persamaan:

) ( * ) / 1 ( ) ( 1 , 2

    N j i j i j i X X R Z N R Cm (3)
(40)

N = banyaknya observasi

R = jarak

Cm = integral korelasi untuk dimensi m

Z(x) disebut fungsi Heaveside karena nilainya 0 jika jarak antara dua titik Xidan

j

X lebih dari R dan nilainya 1 jika jaraknya kurang dari R. Integral korelasi

adalah probabilitas 2 titik yang dipilih secara acak hanya akan terpisah dengan jarak

kurang dari R unit. Jika diperbesar nilai R, Cm akan meningkat pada laju D ,

sehingga akan diperoleh hubungan:

D

R

Cm (4)

Atau

  *log( ) )

log(Cm D R konstanta (5)

Untuk sebuah dimensi(m), dapat dihitung Cm untuk peningkatan nilai R. Dengan

mencari kemiringan pada garis log(Cm) dengan log(R) melalui regresi linier, dapat

diestimasi dimensi korelasi (D) untuk masukan dimensi melekat (m). Dengan

meningkatkan m, D akan berangsur-angsur menyatu menuju nilai sebenarnya. Hasil

yang sama diperoleh sejalan dengan dimensi masukan (m) menjadi semakin besar

dari dimensi fraktal (D), sesuai dengan alasan yang dikemukakan. Sebuah fraktal

dimasukkan kedalam sebuah dimensi yang lebih tinggi akan mempertahankan

dimensi aslinya karena korelasinya yang ada antara titik-titiknya. Jadi dimensi

korelasi dari Grassberger dan Procaccia merupakan estimasi yang baik untuk

dimensi fraktal. Embedding dimension (m) mengukur kepadatan dalam attractor

dalam menemukan probabilitas sebuah titik yang berjarak R dari titik lain.

Correlation integral Cm(R) adalah banyaknya sepasang titik yang berada dalam batas R. Untuk attractor chaos, Cm(R) mencapai kestabilan setelah sebuah nilai m yang mencapai nilai sebenarnya. Kemudian, melalui penghitungan kemiringan

grafik log(R) untuk nilai m yang berbeda, akan diperoleh dimensi korelasi. Jika

kestabilan tidak terjadi maka dapat disimpulkan bahwa proses yang mendasari

adalah proses stokastik. Takens (1981) memperlihatkan bahwa untuk memperoleh

(41)

1

2 

  E A

A d

d (6)

Dimana dAadalah dimensi attractor atau dimensi fraktal dan d adalah embedding E dimension.

Ruang fasa (phase space)

Inspeksi visual terhadap data menjadi penting pada sistem dinamik non

linier, karena biasanya memiliki penyelesaian yang tidak tunggal. Penyelesaian

yang ada mungkin berjumlah berhingga atau bahkan tidak berhingga. Sistem yang

bersifat chaos memiliki penyelesaian yang tidak berhingga yang terdapat pada

ruang berhingga (finite space). Sistem tersebut ditarik ke daerah ruang kumpulan jawaban yang mungkin yang biasanya mempunyai dimensi fraktal. Ruang fasa

(phase space) adalah ruang dimana semua kemungkinan terjadi, sedangkan daerah dimana jawaban itu berada didalam ruang fasa disebut dengan attractor. Terdapat tiga jenis dasar attractor sistem non linier. Jenis paling sederhana adalah point attractor. Pada jenis ini, titik permulaan dimana sistem itu mulai bekerja akan berakhir di suatu titik dimana kesetimbangan sistem terjadi. Ekonomi klasik

cenderung memandang sistem ekonomi sebagai sistem seimbang (equilibrium system) atau point attractor. Jenis yang kedua adalah limit cycles, bentuk

attractornya seperti lingkaran tertutup. Jenis attractor ini merupakan suatu sistem yang mempunyai periode teratur. Jenis yang terakhir adalah strange attractor. Jenis ini mempunyai perputaran yang tidak periodik yang kelihatan seperti acak dan

kacau akan tetapi terbatas pada daerah tertentu.

Mengukur Chaos

Ketergantungan yang sensitif terhadap kondisi awal, dapat diukur dengan

sebuah bilangan skalar eksponen Lyapunov. Eksponen Lyapunov mengukur berapa

cepat orbit yang terdekat menyimpang dalam ruang fasa dan menandai bagaimana

lintasan ruang fasa dan proses dinamik berkembang. Secara umum terdapat lebih

dari satu bilangan eksponen Lyapunov tergantung dari dimensi permasalahannya,

tetapi selama bilangan terbesar bertanda positif mengindikasikan adanya

(42)

memiliki indikasi yang sangat penting dalam mendeteksi chaos. Persamaan formal

dari eksponen Lyapunov () untuk dimensi yang ke i

)adalah :

             

 (0)

) ( log 1 2

lim

i i t p t p t  (7)

Dengan memanfaatkan fungsi logistik maka persamaan menjadi

) 2 ( log 1 1 2

   N n n rX r N  (8) Dimana :

 = Bilangan eksponen Lyapunov

t = perioda waktu

) (t

pi = data barisan ke-i pada periode ke-t

) 0 ( i

p = data barisan ke-i pada periode awal

n

X = data ke-n

N = jumlah data

r = parameter input

Bilangan eksponen Lyapunov ini kemudian dapat dihitung dengan menggunakan

komputer hingga derajat ketelitian tertentu yang ditentukan oleh nilai N pada

berbagai nilai parameter r. Identifikasi Chaos terhadap bilangan Lyapunov adalah

sebagai berikut:

0

 orbit akan tertarik menuju titik stabil atau periodik stabil. Titik-titik tetap

dan periodik superstabil memiliki bilangan Lyapunov 

0

 mengindikasikan sistem berada dalam keadaan steady state.

0

 orbit ini bersifat tidak stabil dan mengalami chaos. Titik-titik yang berdekatan akan menyebar pada jarak yang sembarang.

Satuan dari eksponen Lyapunov adalah bits/iteration. Ketika diaplikasikan pada

deret waktu maka satuan tersebut lebih sering disebut dengan bits/perioda

pengukuran. Keakuratan bits mengukur seberapa besar kita mengetahui kondisi saat

(43)

kehilangan 0,05 bit dari kekuatan prediksi tiap hari, sehingga informasi menjadi

tidak berguna setelah 1/0,05 atau 20 hari.

Allan Wolf (1985) yang diacu dalam (Muhyidin, 2005) mengembangkan

metode penghitungan eksponen Lyapunov, berdasarkan pada penghitungan jarak

yang memisahkan lintasan yang bersebelahan di dalam ruang fasa. Jika jarak awal

antara lintasan adalah N0 maka setelah interval waktu yang pendek, jarak N yang baru dengan eksponen Lyapunov h, adalah:

ht

e N

N0 (9)

Jika h<0 maka lintasan akan konvergen secara eksponesial, sedangkan jika h>0

maka lintasan akan divergen secara eksponensial. Prosedur yang dilakukan oleh

Wolf adalah mengambil lintasan tertentu dalam ruang fasa dan menghitung rasio

dimana jarak kepada lintasan terdekat. Hasilnya adalah rata-rata jarak

sepanjang waktu pengamatan, sehingga bilangan Lyapunov dalam formula khusus

adalah:

 

N

k k

k

N d t

t d t

t h

1 0 1 2

0 ( )

) ( log 1

(10)

Algoritma Wolf memerlukan data yang sangat banyak. Wolf menyatakan bahwa

sedikitnya 30 titik diperlukan utuk menghitung lintasan tunggal, dan sedikitnya

d

30 titik untuk menghitung sisa dengan dimensi d, Vaga (1994) yang diacu dalam

(Muhyidin, 2005).

Sistem Deteksi Dini

Deteksi dini merupakan kegiatan pendugaan untuk suatu keadaan dimasa

mendatang dengan mengadakan taksiran terhadap berbagai kemungkinan yang

terjadi sebelum suatu rencana yang lebih pasti dilakukan (Eriyatno, 1999). Sistem

deteksi dini dikembangkan menjadi bagian dari manajemen risiko. Resiko adalah

suatu dampak dari ketidakpastian suatu kejadian yang mengawalinya. Perubahan

lingkungan eksternal maupun internal akan memunculkan suatu ketidakpastian

(44)

Manajemen resiko adalah suatu kegiatan yang mengelola ketidakpastian

resiko sebelum suatu kejadian terjadi. Sedangkan manajemen krisis didefinisikan

sebagai kegiatan yang mengelola resiko dampak yang telah terjadi (Gilad, 2004).

Dalam penanganan krisis dalam bentuk manajemen kontrol sangat

dibutuhkan suatu metoda untuk melakukan pendugaan lebih awal. Sistem ini

dilakukan secara kontinyu dimulai dari mengidentifikasi resiko sebagai indikator

dampak krisis, kemudian melakukan pemantauan intelijen untuk mendapatkan

sinyal-sinyal keadaan krisis dan selanjutnya manajemen melakukan tindakan

antisipasi (Gilad, 2004). Untuk jelasnya digambarkan pada diagram berikut ini.

Identifikasi resiko

Pemantauan Intelijen Tindakan

manajemen

Indikator

Sinyal Umpan balik

Gambar 5 Siklus deteksi dini (Gilad, 2004)

Keadaan turbulensi dapat terjadi setiap saat dan dimanapun. Turbulensi ada

yang dapat dideteksi lebih awal dan ada yang tidak dapat dideteksi. Turbulensi

yang dapat dideteksi dapat dianalisis dan kemudian dilakukan tindakan secepat

mungkin. Tindakan pertama adalah mengidentifikasi peluang yang mungkin terjadi

dengan akan terjadinya turbulensi atau resiko yang mungkin akan muncul. Strategi

yang dilakukan mengacu kepada mengeksploitasi p

Gambar

Tabel 3 Standar mutu tapioka menurut SNI.01-3451-1994
Gambar 3 Sistem Manajemen Chaotic  (Kotler, 2009)
Gambar 10. Kerangka pemikiran penelitian
Gambar 11 Diagram alir tata laksana penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan membuat sistem cerdas untuk mengelola risiko industri biodiesel dengan pendekatan fuzzy AHP dan fuzzy inference system sehingga diperoleh