• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Bahan Pemutih Gigi Hidrogen Peroksida 35% Terhadap Shear Bond Strength Resin Komposit dengan Bahan Adhesif Total Etch ( Penelitian In Vitro)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Bahan Pemutih Gigi Hidrogen Peroksida 35% Terhadap Shear Bond Strength Resin Komposit dengan Bahan Adhesif Total Etch ( Penelitian In Vitro)"

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH BAHAN PEMUTIH GIGI HIDROGEN

PEROKSIDA 35%

TERHADAP

SHEAR BOND STRENGTH

RESIN KOMPOSIT NANOPARTIKEL DENGAN BAHAN

ADHESIF

TOTAL ETCH

(PENELITIAN IN VITRO)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh :

DEWISARI IMANI LBS

080600100

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Ilmu Konservasi Gigi

Tahun 2014

Dewisari Imani Lubis

Pengaruh Bahan Pemutih Gigi Hidrogen Peroksida 35% Terhadap Shear Bond Strength Resin Komposit dengan Bahan Adhesif Total Etch ( Penelitian In Vitro)

xii + 49 halaman

Prosedur bleaching adalah salah satu perawatan yang sering dilakukan saat ini. Bahan bleaching tidak hanya memberi efek kepada gigi melainkan juga pada restorasi yang terdapat pada gigi yang dibleaching tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya pengaruh jenis bahan pemutih gigi hidrogen

peroksida 35% terhadap shear bond strength resin komposit nanofil.

Penelitian dilakukan pada 30 gigi insisivus yang telah ditanam ke dalam

tabung silinder dengan diameter 1,5 cm berisi akrilik untuk membantu memudahkan

pengukuran. Sampel dibagi dalam tiga kelompok, kelompok kontrol yang tidak diberi

perlakuan (kelompok I), kelompok yang dilakukan uji geser 1 hari post bleaching (kelompok II), dan kelompok yang dilakukan uji geser 7 hari post bleaching (kelompok III). Terhadap semua kelompok dilakukan veneering labial dan kemudian dilakukan thermocycling untuk mengkondisikan sampel sesuai dengan kondisi rongga mulut.

Hasil penelitian menunjukkan nilai kekuatan geser perlekatan , yaitu 7,677 ±

0,832 N pada kelompok kontrol, 5,776 ± 1,159 N pada kelompok II ( 1 hari ), dan

8,616 ± 2,023 N pada kelompok III ( 7 hari ). Uji anova menunjukkan adanya

(3)

Analisa data dilanjutkan dengan uji LSD yang menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan yang signifikan antara kelompok I (kontrol) dan kelompok II (1 hari) dan

antara kelompok II (1 hari) dan III (7 hari). Sedangkan antara kelompok I (kontrol)

dan III (7 hari) tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan.

Kesimpulan penelitian ini adalah adanya pengaruh jenis bahan pemutih gigi

hidrogen peroksida 35% terhadap kekuatan geser perlekatan resin komposit nanofil

dan penundaan aplikasi resin komposit selama 7 hari menunjukkan penurunan

kekuatan geser lebih rendah daripada bila diaplikasikan segera setelah bleaching.

Kata kunci : office bleaching, kekuatan geser perlekatan resin komposit

(4)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan

Dihadapan tim penguji skripsi

Medan,10 Mei 2014

Pembimbing Tanda tangan

1. Prof.Trimurni Abidin,drg.,M.Kes.,Sp.KG (K) ………

(5)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan tim penguji

Pada tanggal 10 Mei 2014

TIM PENGUJI

KETUA : Prof.Trimurni Abidin,drg.,M.Kes.,Sp.KG (K)

ANGGOTA : Prof.Dr.Rasinta Tarigan.,drg.,Sp.KG (K)

(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk

mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi pada Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada ayahanda dan ibunda tercinta, Alm.H. Umar Ibrahim Lubis dan

Hj.Syamsinar,drg. yang telah begitu banyak memberikan pengorbanan untuk

membesarkan, mendidik, memberikan kasih sayang, cinta dan semangat yang tidak

dapat terhitung. Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada kakak dan

adik, Fathma Diansari Lubis, SP dan Yusra Purnamasari Lubis yang telah

memberikan bantuan dan dukungan dalam mengerjakan skripsi ini.

Dalam penelitian dan penulisan skripsi ini, penulis mendapatkan banyak

bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati

dan penghargaan yang tulus, penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada :

1. Prof. Nazruddin, drg., C.Ort., Ph.D., Sp.Ort selaku Dekan Fakultas

Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

2. Cut Nurliza, drg., M.Kes selaku Ketua Departemen Ilmu Konservasi Gigi

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

3. Prof. Trimurni Abidin, drg., M.Kes., Sp.KG (K) selaku dosen pembimbing

skripsi yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga, pemikiran, kesabaran,

dukungan, bimbingan dan semangat kepada penulis.

4. Amrin Thahir drg., selaku penasehat akademik yang telah banyak

memberikan nasehat serta arahan selama masa pendidikan di Fakultas

Kedokteran Gigi Universitas Sumatra Utara.

5. Seluruh staf pengajar dan tenaga administrasi FKG USU terutama

Departemen Ilmu Konservasi Gigi yang telah memberikan bantuan, saran dan

(7)

6. Prof. Dr. Harry Agusnar, drs., M.Sc., M.Phil selaku Kepala Bagian

Laboratorium Pusat Penelitian FMIPA USU, beserta Bapak Aman atas izin,

bantuan fasilitas dan bimbingan yang telah diberikan selama penulis

melaksanakan penelitian.

7. Hamonangan Nainggolan, Msc. Selaku ketua laboratorium biologi LIDA

USU dan DR.drs. Darwin Yunus, Msc. Selaku ketua laboratorium kimia

LIDA USU atas izin penelitian.

8. Maya Fitria, SKM., M.Kes. selaku staf pengajar di Departemen

Kependudukan dan Biostatistik FKM USU yang telah memberikan bimbingan

mengenai analisa statistika kepada penulis.

9. Sahabat-sahabat terbaik penulis yang telah memberikan dukungan, semangat,

serta doa selama penulis mendapat pendidikan di FKG USU ini.

10.Semua pihak yang telah banyak membantu penulisan skripsi ini yang tidak

dapat saya sebutkan satu persatu.

Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah

turut membantu dan memohon maaf apabila ada kesalahan selama melakukan

penelitian dan penyusunan skripsi ini. Dengan segala kerendahan hati penulis

menyadari bahwa materi serta pembahasan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan.

Akhirnya penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan

pikiran yang berguna bagi fakultas, pengembangan ilmu pengetahuan dan

masyarakat.

Medan, Mei 2014

Penulis

(Dewisari Imani Lbs)

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ...

HALAMAN PERSETUJUAN ...

HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI ...

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

(9)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teknik Pemutihan Gigi ... 6

2.2 Bahan Adhesif ... 12

2.3 Resin Komposit ... 15

2.4 Shear Bond Strength ... 19

2.5 Kerangka Teori ... 21

2.6 Kerangka Konsep ... 22

2.7 Hipotesis Penelitian………. 24

BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 25

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 25

3.3 Sampel dan Besar Sampel Penelitian ... 25

3.4 Variabel dan Defenisi Operasional ... 27

3.5 Alat dan Bahan Penelitian ... 29

3.6 Prosedur Penelitian ... 31

3.7 Metode Analisa Data ... 35

BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian ... 36

4.2 Analisis Hasil Penelitian ... 37

4.3 Uji Anova ... 38

(10)

BAB 5 PEMBAHASAN ... 40

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan ... 46

6.2 Saran ... 46

DAFTAR PUSTAKA ... 47

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Klasifikasi Bahan Bonding ... 12

2. Strategi Adhesi berdasarkan jumlah tahapan aplikasi ... 14

3. Kondisi Restorasi Setelah Uji Geser ... 36

4. Data Hasil Pengukuran Shear Bond Strength ... 37

5. Tabel Hasil Uji Anova ... 37

(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Ikatan Kimia Karbamid Peroksida dan Hidrogen Peroksida ... 9

2. Ilustrasi mekanisme bleaching oleh agen aktif peroksida ... 11

3. Permukaan enamel pada gigi yang tidak dilakukan bleaching………….. 11

4. Gambaran SEM enamel yang telah di bleaching……….. 11

5. Permukaan Dentin dengan Bahan Adhesif menggunakan SEM ... 14

6. Menghitung material modulus geser ... 19

7. Micromotor ... 30

8. Visible Ligth Curing Unit………... 30

9. a. Microbrush……….. 30

b. Spuit………. 30

c. Pinset……… 30

d. Instrumen Plastis……….. 30

e. Pot Akrilik……… 30

10. a. Resin komposit nanofil ... 31

b. Bahan Bonding ... 31

c. Etsa ... 31

11. Bahan office bleaching hidrogen peroksida 35% ... 31

(13)

13. 1. Menuang akrilik ke dalam cetakan ... 32

2. Peletakan mahkota gigi ... 32

3. Sampel yang telah selesai………. 32

14. 1. Aplikasi bahan bleaching ... 32

2. Membersihkan bahan bleaching ... 32

3. Penyinaran bahan bleaching………. 32

15. Permukaan gigi dilakukan labial veneering... 33

16. 1. Menutup permukaan gigi dengan pita perekat ... 33

2. Aplikasi bahan bonding ... 33

3. Aplikasi resin komposit ... 33

4. Penyinaran menggunakan light cure ... 33

5. Sampel yang telah selesai ... 33

6. Sampel yang telah diletakkan sampel antagonis dan siap diuji ... ... 33

17. 1. Sampel direndam di dalam air bersuhu 5ºC ... 34

2. Perendaman dalam waterbath bersuhu 55ºC ... 34

18. Sampel disimpan dalam inkubator ... 34

19. Uji kekuatan geser perlekatan ... 35

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Alur pikir

Lampiran 2 Alur penelitian

Lampiran 3 Analisis Data Anova Satu Arah

Lampiran 4 Analisa Uji LSD

Lampiran 5 Ethical Clearance  

(15)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Ilmu Konservasi Gigi

Tahun 2014

Dewisari Imani Lubis

Pengaruh Bahan Pemutih Gigi Hidrogen Peroksida 35% Terhadap Shear Bond Strength Resin Komposit dengan Bahan Adhesif Total Etch ( Penelitian In Vitro)

xii + 49 halaman

Prosedur bleaching adalah salah satu perawatan yang sering dilakukan saat ini. Bahan bleaching tidak hanya memberi efek kepada gigi melainkan juga pada restorasi yang terdapat pada gigi yang dibleaching tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya pengaruh jenis bahan pemutih gigi hidrogen

peroksida 35% terhadap shear bond strength resin komposit nanofil.

Penelitian dilakukan pada 30 gigi insisivus yang telah ditanam ke dalam

tabung silinder dengan diameter 1,5 cm berisi akrilik untuk membantu memudahkan

pengukuran. Sampel dibagi dalam tiga kelompok, kelompok kontrol yang tidak diberi

perlakuan (kelompok I), kelompok yang dilakukan uji geser 1 hari post bleaching (kelompok II), dan kelompok yang dilakukan uji geser 7 hari post bleaching (kelompok III). Terhadap semua kelompok dilakukan veneering labial dan kemudian dilakukan thermocycling untuk mengkondisikan sampel sesuai dengan kondisi rongga mulut.

Hasil penelitian menunjukkan nilai kekuatan geser perlekatan , yaitu 7,677 ±

0,832 N pada kelompok kontrol, 5,776 ± 1,159 N pada kelompok II ( 1 hari ), dan

8,616 ± 2,023 N pada kelompok III ( 7 hari ). Uji anova menunjukkan adanya

(16)

Analisa data dilanjutkan dengan uji LSD yang menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan yang signifikan antara kelompok I (kontrol) dan kelompok II (1 hari) dan

antara kelompok II (1 hari) dan III (7 hari). Sedangkan antara kelompok I (kontrol)

dan III (7 hari) tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan.

Kesimpulan penelitian ini adalah adanya pengaruh jenis bahan pemutih gigi

hidrogen peroksida 35% terhadap kekuatan geser perlekatan resin komposit nanofil

dan penundaan aplikasi resin komposit selama 7 hari menunjukkan penurunan

kekuatan geser lebih rendah daripada bila diaplikasikan segera setelah bleaching.

Kata kunci : office bleaching, kekuatan geser perlekatan resin komposit

(17)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dewasa ini perawatan gigi tidaklah hanya pada pemulihan penyakit dan

fungsi gigi namun juga dari segi pemenuhan nilai estetika. Semakin tinggi tingkat

kesadaran masyarakat pada kebutuhan akan estetika pada rongga mulut

berdampak pada meningkatnya permintaan untuk dilakukannya pelayanan

pemutihan gigi. Hal ini berhubungan dengan perubahan warna gigi (tooth

discoloration) yang dapat terjadi baik pada gigi permanen maupun gigi

desidui.1Ada berbagai cara untuk mendapatkan warna gigi yang ideal, yaitu

dengan menggunakan bahan pemutih, veneers, dan mahkota.1 Pemutihan gigi merupakan salah satu cara yang relatif sederhana dan konservatif.2,3

Disisi lain perawatan konservatif berupa penumpatan tetaplah menjadi

tuntutan utama karena berhubungan dengan fungsi gigi. Sehingga apabila seorang

pasien membutuhkan kedua perawatan tersebut maka akan terjadi interaksi antara

gigi dengan bahan pemutih dan bahan adhesif dari restorasi maupun bahan

restorasi itu sendiri yang dapat mempengaruhi perlekatannya terhadap gigi.4

Penyebab perubahan warna secara umum dibagi atas diskolorisasi ekstrinsik

dan diskolorisasi intrinsik.5 Perubahan warna ekstrinsik ditemukan pada

permukaan luar gigi dan biasanya disebabkan kebiasaan minum – minuman

berwarna seperti teh, kopi atau sirup yang dapat menyebabkan perubahan warna

dari coklat sampai hitam. Penyebab lain perubahan warna gigi yaitu pada perokok

akibat pemakaian tembakau baik dihisap atau dikunyah yang menyebabkan warna

gigi menjadi cokelat kekuning-kuningan sampai hitam. Sedangkan diskolorisasi

intrinsik merupakan perubahan warna yang mengenai bagian dalam struktur gigi

selama masa pertumbuhan dan umumnya perubahan warna terjadi dalam dentin

(18)

Perubahan warna gigi akibat faktor intrinsik merupakan noda – noda yang

timbul akibat faktor endogen, baik yang didapat dari sumber lokal maupun

sistemik. Faktor lokal penyebab perubahan warna sesudah gigi erupsi dapat

disebabkan karena perdarahan akibat trauma, kesalahan prosedur perawatan gigi,

dekomposisi jaringan pulpa, pengaruh obat-obatan dan pasta pengisi saluran akar

dan pengaruh bahan – bahan restorasi.3,6,7

Pemutihan kembali (bleaching) merupakan salah satu usaha memperbaiki perubahan warna pada gigi dengan pemakaian bahan oksidator kuat.2 Ada dua

macam bahan pemutih eksternal yang digunakan: yaitu hidrogen peroksida dan

karbamid peroksida. Kedua bahan ini sama-sama mengandung hidrogen

peroksida yang akan terurai menjadi H2O dan O2.

Hidrogen peroksida dengan konsentrasi 30-35% disebut juga superoksol yang

sering digunakan untuk ekstrakoronal maupun intrakoronal bleaching.6 Sedangkan karbamid peroksida merupakan gabungan antara hidrogen peroksida

(Karbamid peroksida 10% sama efektifnya dengan hydrogen peroksida 3%)9 dan

urea , dapat juga disebut urea peroksida.6. Perubahan mikrostruktur yang terjadi

pada email karena penggunaan bahan pemutih gigi berbasis peroksida ini dapat

menyebabkan degradasi adhesif pada interfasial restorasi yang sudah ada dan hal

tersebut mengakibatkan penurunan ikatan resin restorasi.8

Ada beberapa sistem pemutihan gigi, diantaranya adalah in-office bleaching

dan home bleaching. In-office bleaching dilakukan oleh dokter gigi di tempat

praktek dokter gigi sedangkan home bleaching dilakukan sendiri di rumah oleh pasien.2,5 Tindakan in-office bleaching sepenuhnya dilakukan di bawah pengawasan dokter gigi,namun demikian praktisi tetaplah harus melakukan

tindakan-tindakan pencegahan. Pada umumnya In – office bleaching digunakan untuk diskolorisasi gigi disebabkan oleh faktor eksternal seperti mengkonsumsi

makanan ataupun minuman berwarna seperti kopi, teh, sirup ataupun minuman

ringan yang mengandung pewarna.4

(19)

molekul-molekul pigmen besar baik melalui reaksi oksidasi atau reduksi. Residu

dari hidrogen peroksida dalam proses pemutihan tersebut dilaporkan dapat

mengganggu ikatan interfasial gigi dan restorasi. Ell-Mur et al menyatakan dalam penelitiannya hal tersebut dapat mempengaruhi kemampuan sealing atau kualitas permukaan restorasi.4,10 Reaksi oksidasi ini juga menyebabkan perubahan yang

mempengaruhi kekuatan perlekatan dari enamel.7 Salah satu bahan tambalan

sewarna gigi adalah resin komposit. Perawatan pemutihan gigi pada permukaan

enamel dapat menganggu proses perlekatan dari resin komposit yang diletakkan

sesaat sesudah perawatan tersebut.1

Bahan adhesif dengan teknik total etch memiliki hybriditation layer lebih panjang sehingga menyebabkan ikatan kimia yang baik. Meskipun sistem ini

menghasilkan hasil yang baik bila digunakan dengan benar, total etch dianggap sebagai teknik dengan tingkat sensitivitas yang tinggi dikarenakan diperlukan

langkah kerja dan waktu pengaplikasian yang tepat. Pengetsaan yang berlebihan

akan menyebabkan hilangnya mineral pada dentin lebih dari yang diinginkan dan

terpaparnya serat kolagen lebih dalam dari yang dapat ditembus oleh bahan

adhesif ini. Pengeringan yang berlebihan juga dapat menyebabkan jaringan serat

kolagen ruptur dan memblokir akses penetrasi bahan ke daerah dentin di

bawahnya. Hal ini dapat menyebabkan kekuatan perekat yang lebih rendah dan

sekaligus kepekaan dan nyeri setelah penumpatan.11

Ketika restorasi estetik dibutuhkan, restorasi harus ditempatkan menggunakan

teknik ikatan (bonding) namun sangatlah beresiko untuk melekatkan langsung bahan resin segera setelah bleaching karena akan mengubah ikatan langsung dari resin terhadap struktur gigi.

Bahan-bahan pemutih yang digunakan dalam pemutihan gigi menyebabkan

pelepasan oksigen dan dapat juga menyebabkan perubahan morfologi dalam

struktur mineral.1,7,9 Perubahan-perubahan dalam komposisi kimia dari enamel

yaitu jauh berkurangnya jumlah kalsium dan fosfor di samping itu juga terjadinya

modifikasi morfologi dari mayoritas kristal dari lapisan permukaannya bila

(20)

Beberapa studi telah menunjukkan secara signifikan rata-rata kekuatan

perlekatan antara resin komposit dengan enamel yang telah di-bleaching lebih rendah,8,9,10 dibandingkan dengan enamel yang tidak di-bleaching. Penurunan kekuatan perlekatan perlu untuk diperhatikan secara khusus karena adanya

oksigen yang dilepaskan oleh proses pemutihan dapat menghambat polimerisasi

sistem adhesif dan menyebabkan berkurangnya kekuatan perlekatan antara bahan

restoratif dan substrat gigi.

Namun penurunan kekuatan perlekatan setelah prosedur pemutihan adalah

tergantung pada waktu. Metz et al menyatakan bahwa bleaching dapat menyebabkan penurunan kekuatan perlekatan antara enamel dengan resin sampai

empat belas hari setelah prosedur bleaching. Mortazavi et al dalam penelitiannya menunjukkan adanya penurunan kekuatan perlekatan antara enamel yang telah

di-bleaching dengan resin komposit yang direkatkan 24 jam setelah bleaching.

Menunda prosedur bonding setelah bleacing adalah salah satu metode yang direkomendasikan12. El-Seoud et al menyatakan dalam penelitiannya bahwa gigi yang telah di bleaching menunjukkan tingkat perlekatan yang lebih baik apabila dilakukan bonding setelah tujuh hari kemudian. Bittencourt et al dalam penelitiannya juga menyatakan adalah perlu untuk menunggu selama tujuh hari

sebelum melakukan prosedur aplikasi bahan adhesif untuk restorasi.

Resin yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis resin komposit

nanopartikel, dimana resin komposit ini memiliki permukaan yang lebih halus dan mengkilat, pengkerutan (shrinkage) polimerisasi yang lebih minim dan resistensi yang lebih baik serta memiliki daya atrisi yang lebih rendah. Hal ini

menyebabkan resin komposit nanofil banyak digunakan saat ini 14

Pada penelitian ini akan dilakukan penelitian mengenai pengaruh aplikasi

bahan pemutih gigi terhadap kekuatan geser perlekatan (shear bond strength) bahan tambalan resin komposit dengan interval waktu yang berbeda antara

prosedur pemutihan gigi dengan aplikasi bahan adhesif menggunakan bahan

(21)

1.2 Rumusan Masalah

Dari uraian dalam latar belakang timbul masalah yaitu :

1. Apakah aplikasi bahan pemutih gigi memberi pengaruh terhadap kekuatan

geser perlekatan (shear bond strength) restorasi resin komposit ?

2. Apakah interval waktu antara prosedur pemutihan gigi dengan aplikasi bahan

restorasi resin komposit dengan bahan adhesif total etch akan memberi pengaruh terhadap kekuatan geser perlekatan (shear bond strength) resin komposit ?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Mengetahui pengaruh aplikasi bahan pemutih gigi terhadap kekuatan geser

perlekatan (shear bond strength) restorasi resin komposit. 

2. Mengetahui pengaruh interval waktu antara prosedur pemutihan gigi dengan

aplikasi bahan restorasi resin komposit dengan bahan adhesif total etch terhadap kekuatan geser perlekatan (shear bond strength) resin komposit.   

1.4 Manfaat Penelitian

Dengan diketahuinya pengaruh aplikasi bahan pemutih gigi terhadap kekuatan

geser perlekatan (shear bond strength) bahan tambalan resin komposit dan pengaruh interval waktu yang berbeda antara prosedur pemutihan gigi dengan

aplikasi bahan adhesif menggunakan bahan adhesif total etch terhadap shear

bond strength resin komposit diharapkan dapat :

1. Memberi informasi dan pengetahuan terhadap dokter gigi dan praktisi

mengenai pengaruh aplikasi bahan pemutih gigi pada restorasi resin komposit

yang akan digunakan. 

2. Memberi informasi dalam mempertimbangkan waktu untuk dilakukannya

(22)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Pemutihan gigi adalah usaha untuk mencerahkan warna gigi dengan

mengaplikasikan bahan kimia untuk mengoksidasi pewarnaan organik. Proses

pencerahan atau eliminasi noda permukaan ini menggunakan larutan peroksida kuat

pada gigi yang mengalami diskolorasi intrinsik maupun ekstrinsik.9,12

2.1 Teknik Pemutihan Gigi

Teknik pemutihan gigi dapat diklasifikasikan menurut vitalitas gigi yaitu

pemutihan gigi vital dan nonvital serta menurut prosedur yang dilakukan yaitu

pemutihan gigi yang dilakukan di klinik dan di luar klinik. Pemutihan gigi vital dapat

dilakukan di klinik dokter gigi (in-office /power bleaching) dan di luar klinik (home

bleaching). Pemutihan gigi in-office adalah proses pemutihan gigi yang dilakukan di

klinik dokter gigi dengan teknik termokatalitik (aktivasi panas), termofotokatalitik,

dan laser assisted bleaching dengan menggunakan bahan hidrogen peroksida 30%

atau 35% dalam bentuk cairan / gel.13 Sedangkan pemutihan gigi home bleaching dilakukan sendiri oleh pasien di rumah dengan petunjuk dan pengawasan dokter gigi.

Proses home bleaching memerlukan tray yang dirancang khusus untuk mengaplikasikan bahan pemutih gigi.9

2.1.1 Pemutihan Gigi Secara Eksternal

Pewarnaan pada gigi vital biasanya disebabkan oleh karena pewarnaan

tetrasiklin dan faktor ekstrinsik, misalnya karena fluorosis atau defek superfisial.16

2.1.2 Pemutihan Gigi Secara Intrakoronal

Pemutihan gigi secara intrakoronal adalah pilihan konservatif untuk

perawatan estetik gigi non vital yang mengalami diskolorisasi yang lebih invasif.

Metode yang paling sering digunakan untuk memutihkan gigi yang berkaitan dengan

(23)

walking bleach. Teknik-teknik ini mempunyai beberapa perbedaan, tetapi keduanya

mempunyai hasil yang sama. Walking bleach lebih banyak dipilih karena memerlukan paling sedikit waktu kunjungan dan lebih nyaman serta lebih aman

untuk pasien. Kombinasi dari natrium perborat dan air atau hydrogen peroksida telah

digunakan pada teknik walking bleach. Bahan-bahan tersebut ditempatkan pada ruang pulpa, ditutup, dibiarkan selama 3-7 hari dan kemudian ditempatkan secara teratur

sampai pemutihan yang sesuai dapat tercapai.7,9,12

2.1.3 Bahan Pemutih Gigi

Sebagian besar teknik pemutihan gigi menggunakan hidrogen peroksida

maupun derivatnya dalam konsentrasi dan teknik aplikasi yang berbeda. Perawatan

home-bleaching biasanya menggunakan karbamid peroksida dengan konsentrasi

10%-22%, sedangkan in-office bleaching biasanya menggunakan hidrogen peroksida dengan konsentrasi 35%-50%. Perawatan juga dapat dilakukan dengan menggunakan

karbamid peroksida konsentrasi tinggi untuk in-office bleaching ataupun hidrogen peroksida konsentrasi rendah untuk home-bleaching. Hidrogen peroksida relatif tidak stabil dan mengalami dekomposisi secara perlahan serta melepaskan oksigen.

Hidrogen peroksida dapat larut dalam air dan menyebabkan suasana asam. Hidrogen

peroksida tersedia dalam berbagai konsentrasi namun yang paling banyak digunakan

adalah pada konsentrasi 30-35%. Hidrogen peroksida bersifat kaustik dan dapat

membuat jaringan terbakar jika terjadi kontak. Hidrogen peroksida juga melepaskan

radikal bebas yang toksik,anion perhidroksil, ataupun keduanya. Larutan hidrogen

peroksida dengan konsentrasi tinggi harus ditangani dengan hati-hati karena bersifat

tidak stabil secara termodinamis dan dapat meledak kecuali jika disimpan dalam

lemari pendingin dan dimasukkan dalam wadah yang gelap.16

Karbamid peroksida telah digunakan sebagai bahan pemutih gigi sejak tahun

1989 dan merupakan bahan yang sering dipakai dalam perawatan pemutihan gigi

vital. Karbamid peroksida merupakan jenis bahan pemutih gigi untuk diskolorasi

eksternal yang juga dikenal sebagai hidrogen peroksida urea. Bahan pemutihan gigi

(24)

sodium stanat, asam fosfat atau asam sitrat, dan zat perasa tambahan. Dalam beberapa

bahan, karbopol, polimer asam poliakrilat yang larut air, ditambahkan sebagai bahan

pengental serta untuk memperpanjang waktu penyimpanan. Karbopol juga dapat

menambah kekentalan dan daya lekat serta memperlambat proses pelepasan oksigen

dari karbamid sehingga memungkinkan oksigen bereaksi lebih lama dengan bahan

yang menyebabkan pewarnaan.7,12

Macam-macam bahan-bahan pemutih gigi adalah sebagai berikut7 :

1. Hidrogen peroksida

Hidrogen peroksida merupakan oksidator kuat dan tersedia dalam berbagai

konsentrasi, yang paling umum di pakai adalah konsentrasi 30-35 %. Contoh larutan

hidrogen peroksida adalah superoxol, perhidrol.

2. Pirozon

Pirozon adalah larutan hidrogen peroksida 25 % dalam eter 75 %. Larutan ini

bersifat kaustik, mudah menguap juga baunya merangsang menyebabkan rasa mual

pada pasien.

3. Natrium perborat

Natrium perborat dapat diperoleh dalam bentuk bubuk. Bahan yang masih

baru mengandung kira-kira 95 % perborat dalam 9,9 % oksigen. Bahan ini bersifat

alkali,lebih mudah dikontrol dan lebih aman daripada cairan hidrogen pekat.

4. Karbamid peroksida

Karbamid peroksida dikenal sebagai urea hidrogen peroksida, dapat diperoleh

dalam berbagai konsentrasi antara 3-15 %. Umumnya preparat ini mempunyai pH

5-6,5 % dan mengandung kira-kira 10 % karbamid peroksida, biasanya mengandung

gliserin atau propilen glikol, natrium stannat, asam fosfat atau asam sitrat dan aroma.

5. Larutan Mc. Innes

Larutan ini terdiri atas 5 bagian asam klorida 36 %, 5 bagian hidrogen

peroksida 30 % dan 1 bagian eter, biasanya digunakan untuk menghilangkan noda

(25)

6. Natrium peroksiborat monohidrat

Contoh bahan ini adalah amosan, yang melepaskan oksigen lebih banyak

daripada natrium perborat, diindikasikan untuk pemutihan gigi secara internal.

2.1.4 Mekanisme pemutihan gigi

Bahan yang dapat menghasilkan warna dalam larutan atau permukaan

merupakan senyawa organik yang memiliki rantai konjugasi yang panjang baik dalam

bentuk ikatan tunggal maupun rangkap. Bahan tersebut mengandung heteroatom,

karbonil, dan cicin fenil dalam sistem konjugasi dan sering dikenal dengan sebutan

kromofor. Pemutihan dan dekolorasi kromofor dapat terjadi melalui perusakan satu

atau lebih ikatan rangkap dalam rantai konjugasi, dengan memotong rantai konjugasi,

atau dengan mengoksidasi molekul kimia lainnya dalam rantai konjugasi.

Gambar 1. Ikatan kimia (A) Karbamid Peroksida (B) Hidrogen Peroksida5

Hidrogen peroksida mengoksidasi berbagai varietas senyawa organik maupun

inorganik. Mekanisme reaksi ini bervariasi tergantung pada substrat, lingkungan

reaksi, dan katalisis.2,10,16 Secara umum, mekanisme pemutihan dengan hidrogen

peroksida belum dapat diketahui secara pasti. Karbamid peroksida 10% pecah

menjadi hidrogen peroksida (H2O2) 3,35%, urea (CH4N2O) 6,65%, air, dan oksigen.

Karbamid peroksida 15% pecah menjadi 5,4% hidrogen peroksida (H2O2) dan

karbamid peroksida 20% pecah menjadi hidrogen peroksida 7%. Pecahan ini menjadi

perhatian khusus karena efeknya yang belum diketahui secara pasti.

Hidrogen peroksida sendiri dapat terurai menjadi air dan oksigen secara

(26)

Bahan pemutih peroksida dan nonperoksida masuk melalui perantara enamel

ke tubuli dentin dan mengoksidasi pigmen pada dentin, menyebabkan warna gigi

menjadi lebih cerah. Proses ini dapat dipercepat menggunakan pemanasan dengan

sinar berintensitas cahaya rendah atau sinar dengan intensitas cahaya tinggi, misalnya

sinar kuring komposit konvensional,sinar laser, dan sinar plasma arc dengan intensitas tinggi. Larutan peroksida mengalir secara bebas melalui email dan dentin

karena porusitas dan permeabilitas struktur keduanya. Perpindahan secara bebas ini

terjadi karena berat molekul peroksida yang relatif lebih rendah serta penetrasi alami

radikal oksigen dan superoksida. Bahan pemutih gigi dapat berperan sebagai

oksidator atau reduktor, kebanyakan preparat yang tersedia adalah oksidator.5,15,17

Hidrogen peroksida merupakan suatu zat yang mempunyai kemampuan untuk

menembus email mencapai email dan dentin yang terkena pewarnaan. Penembusan

ini terjadi karena berat molekul hidrogen peroksida yang rendah dan mempunyai

kemampuan denaturasi protein sehingga dapat meningkatkan gerakan ion-ion melalui

gigi. Menurut beberapa peneliti, terjadinya pemutihan gigi ini disebabkan oleh

adanya reaksi oksidasi. Noda-noda yang ada di email dan dentin akan dioksidasi oleh

hidrogen peroksida yang bersifat sebagai oksidator kuat. Bahan oksidator ini

mempunyai kemampuan untuk merusak molekul-molekul zat warna, melalui

reaksinya dengan oksigen bebas yang dilepaskan, sehingga warna menjadi netral dan

menyebabkan terjadinya efek pemutihan.

Hidrogen peroksida merupakan suatu bahan yang dapat menghasilkan radikal

bebas, HO2* + O* yang sangat reaktif. Pada proses pemutihan gigi, hidrogen

peroksida berdifusi melalui matriks organik email dan dentin. Radikal bebas

bermuatan merupakan radikal yang tidak stabil dan akan bereaksi dengan molekul

organik atau radikal bebas lainnya terutama molekul-molekul zat warna di dalam gigi

(27)
(28)

2.2 Bahan Adhesif

Sistem adhesif dalam kedokteran gigi telah dipakai selama 30 tahun terakhir.

Perkembangan bahan adhesif telah menyebabkan restorasi resin komposit lebih dapat

diandalkan dan bertahan lebih lama. Sistem adhesif yang lebih baru menghasilkan

kekuatan perlekatan yang tinggi pada dentin yang lembab dan kering, dengan

pembuangan smear layer secara keseluruhan ataupun sebagian. Akan tetapi, kekuatan perlekatan dapat bervariasi tergantung pada kelembaban instrinsik dentin, daerah

yang dietsa dan bahan adhesifnya.18,19

Tipe bahan bonding Generasi Komponen Contoh

Total etch,multiple bottle, multipurpose plus ( 3M

ESPE), All Bond 3 ( Bisco) Total etch, multiple bottle,

dual-cured

Total etch, single bottle, light cured

5 Asam fosfor,

primer-adhesif

Adper Single Bond Plus (3M ESPE), one step plus (Bisco)

Total etch, single bottle, dual- cured

5 Asam fosfor,

primer-adhesif dengan katalis

Bond-1 (Pentron Clinical), ExiTE (Ivoclar Vivadent) Self etch, light-cured 6 tipe 1 Acidicic Primer, adhesif Adper Scocthbond SE (3M

ESPE), Clearfil SE Bond (Kuraray America)

Self etch, dual-cured 6 tipe 1 Acidicic Primer, adhesif, katalis

AdheSE (Ivoclar Vivadent),

Clearfil Liner Bond 2V (Kuraray America)

Self ecth, light-cured 6 tipe 2 Acidicic Primer-adhesif All Bond SE (Bisco), Adper Prompt L-Pop SE (3M ESPE)

Self-etch (no mix), light-cured

7 Acidicic Primer-adhesif AdheSE 1 F (Ivoclar Vivadent), Clearfil S3 Bond (Kuraray America)

Self etch, dual-cured 7 Acidicic Primer-adhesif,

katalis

Clearfil DC Bond (Kuraray America)

(29)

2.2.1 Bahan adhesif total etching

Bahan perekat atau bonding agent adhesive system menyebabkan resin komposit dapat melekat, sehingga bertahan dari pemisahan, dan menyebarluaskan

beban melalui perlekatannya. Salah satu upaya untuk meningkatkan perlekatan resin

ke jaringan gigi adalah penggunaan teknik etsa asam dan bahan bonding adhesive. Pada penelitian ini, sistem adhesif yang digunakan adalah two-step total-etch

adhesive. Sistem adhesif ini merupakan sistem adhesif generasi ke-4.

Bahan adhesif total etching merupakan sistem adhesif yang melakukan proses irigasi etsa sebelum aplikasi bonding. Sistem ini menghasilkan ikatan yang lebih kuat

antara bahan restorasi dan permukaan gigi.Bahan adhesif dengan sistem

Etch-and-rinse dapat berupa bahan dengan 2 atau 3 langkah pengaplikasian tergantung pada

apakah bahan primer dan bonding dipisahkan atau tergabung dalam satu botol.

Strategi adhesi dilakukan dalam dua langkah ataupun cara yang paling konvensional

adalah tiga langkah dengan aplikasi yang berurutan berupa kondisioner (Asam etsa ),

diikuti oleh bahan primer, dan akhirnya, penerapan bahan bonding (adhesif resin).21

Bahan adhesif total etching terdiri dari tiga komposisi bahan yakni bahan etsa, primer dan bonding. Bahan etsa berupa asam fosfat dengan konsentrasi antara 30 –

70 % yang diaplikasikan pada enamel dan dentin. Bahan ini dapat melarutkan smear

layer dan permukaan enamel atau dentin. Bahan primer yang terdiri dari etanol,

aseton, and air berfungsi untuk mencegah jaringan kolagen dentin kolaps (Gambar 3)

dan membantu pembentukan hybrid layer. Sedangkan bahan bonding berfungsi untuk membentuk resin tag yakni ikatan antara bahan adhesif dan permukaan gigi yang dietsa.

a. Three-step total-etch adhesive

Terdiri dari tiga tahap aplikasi yaitu tahap etching, dilanjutkan dengan tahap

priming, dan terakhir tahap bonding yaitu aplikasi dengan resin adhesif. Bahan

primer dan adhesif berada dalam keadaan terpisah (two-bottle component). Bahan ini merupakan sistem adhesif generasi ke-4. Pengetsaan enamel dan dentin secara

(30)
(31)

2.3 Resin Komposit

Dalam restorasi estetik, terutama untuk gigi anterior telah dikembangkan

nanoteknologi untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. Nanoteknologi

(nanoteknologi molekuler atau teknik molekuler) adalah teknologi yang

memproduksi bahan yang memiliki ukuran struktur 0,1 – 100 nanometer (nm) dengan

menggunakan berbagai macam metode fisik maupun kimiawi. Salah satu kontribusi

yang paling signifikan dalam bidang kedokteran gigi adalah dikembangkannya

teknologi resin berbasis komposit. Resin komposit nanofiller mempunyai keuntungan pada sifat optisnya. Secara keseluruhan, resin ini menyediakan opasitas visual yang

rendah sebagai dental komposit yang tak berpigmen. Hal ini memungkinkan dokter

gigi memanipulasi shade dan opasitasnya, sehingga resin komposit nanofil ini menjadi restorasi dengan nilai estetis yang tinggi. Kekuatan dan estetika resin

berbasis nanokomposit telah teruji dapat digunakan untuk restorasi anterior dan

posterior. Resin komposit nanofiller mengandung bahan pengisi dengan volume 69% dan berat 84% yang memungkinkan resin ini memuat bahan pengisi lebih banyak

sehingga kekuatannya juga akan semakin meningkat serta pengkerutan akan

berkurang. Bahan pengisi higher filler memiliki angka pengkerutan yang rendah sekitar 1,6%.

2.3.1 Matriks Resin

Bahan komposit banyak menggunakan monomer yang merupakan diakrilat

aromatik atau alipatik. Bisphenol-A-Glycidyl Methacrylate (Bis-GMA), Urethane

Dimethacrylate (UDMA), dan Trietilen Glikol Dimetakrilat (TEGDMA) merupakan

Dimetakrilat yang umum digunakan dalam resin komposit. Monomer dengan berat

molekul tinggi, khususnya Bis-GMA amatlah kental pada temperatur ruang.

Monomer yang memiliki berat molekul lebih tinggi dari pada metilmetakrilat yang

membantu mengurangi pengerutan polimerisasi Bis-GMA dan UDMA merupakan

cairan yang memiliki kekentalan tinggi karena memiliki berat molekul yang

(32)

2.3.2 Partikel Bahan Pengisi

Penambahan partikel bahan pengisi kedalam resin matriks secara signifikan

meningkatkan sifatnya. Seperti berkurangnya pengerutan karena jumlah resin sedikit,

berkurangnya penyerapan air dan ekspansi koefisien panas, dan meningkatkan sifat

mekanis seperti kekuatan, kekakuan, kekerasan, dan ketahanan abrasi. Faktor-faktor

penting lainnya yang menentukan sifat dan aplikasi klinis komposit adalah jumlah

bahan pengisi yang ditambahkan, ukuran partikel dan distribusinya, radiopak, dan

kekerasan.17,24

Ukuran partikel pengisi yang besar cenderung dapat tertarik dari matriks resin

ke permukaan restorasi ketika restorasi berada dibawah fungsi atau terkikis oleh

makanan dan penyikatan gigi, sehingga menghasilkan keausan dari matriks resin dan

permukaan yang kasar pada restorasi. Partikel pengisi yang berukuran lebih kecil

tidak mudah tertarik dari matriks resin dan karena itu menyebabkan lebih sedikit

keausan akibat pemakaian. Partikel pengisi dengan ukuran yang lebih kecil

menghasilkan permukaan yang lebih halus setelah proses finishing dan polis.17

2.3.3 Bahan Pengikat

Bahan pengikat berfungsi untuk mengikat partikel bahan pengisi dengan resin

matriks. Adapun kegunaannya yaitu untuk meningkatkan sifat mekanis dan fisik

resin, dan untuk menstabilkan hidrolitik dengan pencegahan air. Ikatan ini akan

berkurang ketika komposit menyerap air dari penetrasi bahan pengisi resin. Bahan

pengikat yang paling sering digunakan adalah organosilanes. Zirconates dan titanates

juga sering digunakan.24

2.3.4 Sifat-Sifat Resin Komposit

Secara fisik resin komposit memiliki nilai estetik yang baik sehingga nyaman

digunakan pada gigi anterior. Selain itu juga kekuatan, waktu pengerasan dan

(33)

Sifat mekanis pada bahan restorasi resin komposit merupakan faktor yang

penting terhadap kemampuan bahan ini bertahan pada kavitas. Sifat ini juga harus

menjamin bahan tambalan berfungsi secara efektif, aman dan tahan untuk jangka

waktu tertentu.17,24

Resin komposit tidak berikatan secara kimia dengan email. Adhesi diperoleh

dengan dua cara. Pertama dengan menciptakan ikatan fisik antara resin dengan

jaringan gigi melalui etsa. Pengetsaan pada email menyebabkan terbentuknya

porositas tersebut sehingga tercipta retensi mekanis yang cukup baik. Kedua dengan

penggunaan lapisan yang diaplikasikan antara dentin dan resin komposit dengan

maksud menciptakan ikatan antara dentin dengan resin komposit tersebut (dentin bonding agent).17,28

Kekuatan kompresif dan kekuatan tensil resin komposit lebih unggul

dibandingkan resin akrilik. Kekuatan tensil komposit dan daya tahan terhadap fraktur

memungkinkannya digunakan bahan restorasi ini untuk penumpatan sudut insisal.

Akan tetapi memiliki derajat keausan yang sangat tinggi, karena resin matriks yang

lunak lebih cepat hilang sehingga akhirnya filler lepas.12,28

Resin komposit menjadi padat bila berpolimerisasi. Polimerisasi adalah reaksi

kimia yang terjadi ketika molekul-molekul resin dengan berat molekul kecil yang

disebut monomer bergabung bersama untuk membentuk rantai panjang. Molekul

dengan berat molekul besar yang disebut polimer. Resin komposit light cured merupakan tipe resin komposit yang umum digunakan pada praktek pribadi.

Intensitas sinar tampak pada gelombang sinar biru mengaktivasi material ini. Sinar

biru dengan panjang gelombang antara 400 nm dan 500 nm mengaktivasi diketon,

dengan adanya organik amin, menyebabkan resin terpolimerisasi. Komponen ini

keduanya ada dalam komposit dan tidak bereaksi sampai sinar memulai reaksi. Agar

polimerisasi sempurna, direkomendasikan ketebalan restorasi resin komposit kurang

dari atau sama dengan 2 mm. Kedalaman polimerisasi tergantung pada lokasi dan

warna dari restorasi. Area interproksimal mungkin membutuhkan waktu tambahan

untuk terpolimerisasi sempurna karena akses yang lebih susah. Warna yang lebih

(34)

diabsorbsi oleh warna gelap dan tidak diteruskan melalui material semudah melalui

material yang berwarna lebih terang. Ketka penyinaran, light curing tip diletakkan sedekat mungkin dengan permukaan resin namun tidak sampai bersentuhan. 14,17

2.3.5 Klasifikasi Resin komposit

Pada tahun 1994 dan 1995, Bayne dan Studevant mengklasifikasikan resin

komposit kedalam beberapa jenis, yaitu :

- Macrofillers dengan ukuran partikel pengisi berkisar 10-100 µm

- Midfillers dengan ukuran partikel pengisi berkisar 1-10 µm

- Minifillers dengan ukuran partikel pengisi berkisar 0,1-1 µm

- Microfillers dengan ukuran partikel pengisi berkisar 0,01-0,1 µm

- Nanofillers dengan ukuran partikel pengisi berkisar 0,05-0,01 µm

2.3.6 Resin Komposit Nanofil

Nanoteknologi (nanoteknologi molekuler atau teknik molekuler) adalah suatu

teknologi yang memproduksi filler yang memiliki ukuran struktur nanometer (nm) dengan menggunakan metode prepolimerisasi. Resin komposit nanofil terbuat dari

zirkonium/silika atau nanosilika dengan ukuran 20 nm dan memiliki rata-rata ukuran

filler antara 0,6-1,4 µm. Jenis matriks resin yang dikandung adalah Bis-GMA,

UDMA, TEGDMA dan Bis-EMA. Resin komposit nanofil terbuat dari

zirconium/silica atau nanosilika ukuran partikel yang sangat kecil, volume anorganik

fillernya 78,5%, mudah dilakukan pemolisan, kekuatan baik dan modulus tinggi.

Resin komposit nanofil diperkenalkan dipasaran kedokteran gigi dengan tujuan

menyediakan hasil estetik yang lebih baik, permukaan yang lebih halus dan

mengkilat, pengkerutan (shrinkage) polimerisasi yang lebih minim dan resistensi serta daya penggunaan yang lebih baik dan daya atrisi yang lebih rendah sehingga

resin komposit nanofil lebih banyak dipakai oleh kalangan dokter gigi saat ini.14,17,28

Resin komposit nanofil mempunyai keuntungan pada sifat optisnya dan

memiliki nilai estetis yang tinggi. Resin komposit nanofil juga dapat mengurangi

(35)

Terdapat dua jenis partikel pengisi pada resin komposit nanofil, yaitu

nanomer dan nanokluster. Nanomer adalah silika yang berukuran sangat kecil, hanya 20-70 nanometer dan berikatan secara sempurna dengan matriks resin. Nanokluster

adalah SiO2 dan ZrO2 yang saling berikatan dan berukuran 0,4-1 mikron.17

Resin komposit nanofil memiliki karakteristik yang sama baiknya dengan

resin komposit mikrohibrid, nanofil dan mikrofil. Resin komposit nanofil memiliki

kekuatan sebaik resin komposit mikrohibrid, permukaan polis sebaik resin komposit

mikrofil, sehingga kekuatan dan estetika resin berbasis nanokomposit yang telah

teruji dapat digunakan baik restorasi anterior maupun posterior.17,22

2.4 Shear bond strength

Shear bond strength adalah tekanan geser (shear stress) maksimum yang

dapat diterima atau ditahan suatu material sebelum lepas. Pengukuran bond strength

secara in vitro penting dilakukan dalam perkembangan material bahan adhesif dan restoratif yang baru untuk melihat karakteristik kemampuan perlekatannya. Tujuan

utamanya adalah untuk mengukur kekuatan pelepasan (debonding force) dibandingkan dengan area yang dilakukan bonding. Pengukuran bond strength dapat

dilakukan melalui uji tensile atau uji shear. Pengukuran shear bond strength merupakan pengukuran yang paling umum dilakukan di laboratorium untuk

mengevaluasi sistem bonding.24,27

(36)

Sebuah sistem ikatan yang ideal adalah salah satu faktor yang dapat

memberikan kekuatan ikatan yang optimal sehingga meminimalkan kerusakan pada

permukaan enamel. Kekuatan ikatan yang dapat diterima secara klinis telah

dilaporkan bervariasi di kisaran 5-7 Mpa yang secara klinis dapat diterima bahwa

rentang kekuatan ikatan ini dianggap mampu menahan kekuatan pengunyahan dan

(37)

2.5 Kerangka Teori

   

Bleaching menggunakan hydrogen

peroksida

‐ Mengandung hydrogen peroksida dan urea

‐ Terurai menjadi urea dan hidrogen peroksida secara spontan dengan reaksi:

H2NCONH2 . H2O2 H2NCONH2 + H2O2

Gigi setelah di bleaching Perubahan struktur permukaan email karena reaksi oksidasi menghasilkan porositas dalam struktur email. Kristal hidroksiapatit dari jaringan kolagen dilepaskan dan individual fibers akan terpapar

• mengandung lebih banyak pasi anorganik (80% berat dan 70% volume) dibanding komposit

konvensional

• Permukaan resin lebih halus

Shear Bond Strength? Pengaruh waktu aplikasi

(38)

2.6 Kerangka konsep

Shear Bond Strength antara resin komposit dan gigi

Pengaruh waktu aplikasi bahan adhesif setelah dilakukan bleaching dengan Hidrogen Perosida 35%

 1 hari post bleaching

(39)

Hidrogen peroksida merupakan senyawa kimia reaktif yang mengandung

unsur hidrogen dan oksigen dan merupakan agen oksidasi yang sangat kuat. Hidrogen

peroksida berdifusi melalui matriks organik email, selanjutnya akan dihasilkan

radikal - radikal bebas melalui reaksi reduksi – oksidasi. Radikal bebas ini terus

bereaksi sampai stain terurai menjadi molekul – molekul sederhana yang bersifat sedikit merefleksikan cahaya, yaitu terjadi pengurangan atau eliminasi discoloration. Sampai suatu saat akan mencapai suatu titik dimana molekul-molekul sederhana yang

terbentuk telah maksimal, keadaan ini disebut saturation point ( titik jenuh). Pada titik ini kerusakan struktur gigi dimulai dan proses hilangnya email menjadi lebih

cepat. Pada gigi yang telah di – bleaching, akan terjadi perubahan morfologi dalam struktur mineral sehingga terjadi demineralisasi dari dentin intertubular dan

peritubular. Proses bleaching juga menyebabkan terjadinya kehilangan lapisan aprismatik, terbentuknya depresi, porositas dan erosi yang lebih besar dan lebih cepat

karena banyaknya oksidator yang lepas pada enamel serta kristal hidroksiapatit dari

jaringan kolagen dilepaskan dan individual fibers akan terpapar.

Bahan adhesif dengan teknik total etch dapat melarutkan kristal hidroksiapatit pada peritubular dan intertubular dentin disekitar kolagen sehingga jaringan kolagen

menjadi terekspos. Bahan primer masuk kedalam tubulus dentin dan kesekitar serabut

kolagen yang terbuka, resin akan berpenetrasi kedalam jaringan kolagen dan akan

menghasilkan mechanical interlocking dengan dentin dan membentuk hybrid layer yang penting untuk membentuk ikatan yang kuat antara resin dan dentin.

Resin komposit nanofil memiliki kekuatan dan estetika yang sangat baik

sehingga dapat digunakan baik untuk restorasi anterior maupun posterior. Resin

komposit nanofil memiliki permukaan yang lebih halus dan mengkilat, pengkerutan

(shrinkage) polimerisasi yang lebih minim dan resistensi yang lebih baik serta

memiliki daya atrisi yang lebih rendah dari jenis resin komposit lainnya.Resin

komposit dan dinding kavitas berikatan dengan sistem adhesif sehingga perubahan

mikrostruktur yang terjadi pada email dapat menyebabkan degradasi adhesif pada

ikatan interfasial restorasi yang telah terbentuk. Hal tersebut mengakibatkan

(40)

2.7 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan landasan teori di atas, dapat dirumuskan suatu hipotesis sebagai

berikut :

1. Ada pengaruh aplikasi bahan pemutih gigi memberi terhadap kekuatan

geser perlekatan (shear bond strength) retorasi resin komposit.

2. Ada pengaruh interval waktu antara prosedur pemutihan gigi dengan aplikasi

bahan restorasi resin komposit dengan bahan adhesif total etch terhadap kekuatan geser perlekatan (shear bond strength) resin komposit.

(41)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan dan Jenis Penelitian

3.1.1 Rancangan Penelitian Posttest only control group design 3.1.2 Jenis Penelitian Eksperimental Laboratoris

3.2 Tempat dan waktu Penelitian 3.2.1 Tempat Penelitian

1. Departemen konservasi Gigi FKG USU

2. Laboratorium LIDA USU

3.2.2 Waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013

3.3 Sampel dan Besar Sampel Penelitian 3.3.1 Sampel Penelitian

Gigi insisivus sentralis maksila yang telah diekstraksi dengan kriteria inklusi

sebagai berikut:

- Mahkota masih utuh dan tidak ada karies

- Tidak ada fraktur

- Belum pernah direstorasi

3.3.2 Besar Sampel

Menggunakan standar deviasi dari penelitian De Oliveira et al (2011)26, diperoleh jumlah sampel:

n = (Zα+Zβ)2 2δ2 = (1,96 + 1,64 )2 2(27,91) = 6,95

d2 (10,2)2

Keterangan :

(42)

Zα = Harga Standard normal dari a = 0,05

Zβ = Harga standard normal dari b = 0.10 δ = penyimpangan yang ditolerir

d = simpangan baku dari kelompok kontrol

Besar sampel untuk masing – masing kelompok menurut perhitungan di atas adalah

6,95. Namun, untuk meningkatkan validitas penelitian dan mengurangi terjadinya

bias, maka jumlah sampel yang dipakai untuk setiap kelompok perlakuan adalah 10.

Jadi, jumlah keseluruhan sampel adalah 30 sampel yang dibagi dalam 3 kelompok

perlakuan, yaitu :

(43)

3.4 Variabel dan Defenisi operasional 3.4.1 Identifikasi Variabel Penelitian

Variabel Bebas

Shear bond strength antara

resin komposit dan gigi

Variabel Tidak Terkendali

- Variasi besar gigi dan ukuran internal masing – masing gigi

- Jarak antara waktu pencabutan gigi dan dilakukannya penelitian - Umur Gigi

Variabel Terkendali

‐ Gigi insisivus 1 RA yang telah dicabut masih utuh dan bebas karies

‐ Resin komposit nanofil enamel shadeA2

‐ Konsentrasi bahan bleaching: Hydrogen peroksida 35%

- Jenis bahan adhesif: twostep total etch

- Lama aplikasi etsa

- Lama aplikasi bahan bonding - Lama penyinaran bahan bonding

- Lama penyinaran bahan restorasi resin komposit

- Jarak penyinaran bahan restorasi resin komposit

- Perlakuan thermocycling: 200 putaran pada suhu 5°C dan 55°C dalam

waterbath selama 30 detik tiap siklusnya

dengan waktu perpindahan 3 detik. - Jenis bur polish

- Jenis sinar LED

- Arah penyinaran lightcure

- Intensitas cahaya lightcure

- Masa/jangka waktu persiapan pembuatan bahan restorasi sampai pengujian kekuatan perlekatan geser - Teknik pengujian tekanan ( alat, besar,

(44)

Variabel Penelitian

- Variabel Bebas

- Waktu aplikasi bahan adhesif sesudah dilakukan bleaching : - 1 hari - 7 hari

- Variabel Tergantung

Shear bond strength antara resin komposit dan gigi

- Variabel Tidak Terkendali

- Variasi besar gigi dan ukuran internal masing – masing gigi

- Jarak antara waktu pencabutan gigi dan dilakukannya penelitian

- Umur Gigi

- Variabel Terkendali

‐ Gigi insisivus 1 RA yang telah dicabut masih utuh dan bebas karies ‐ Jenis resin komposit nanofil : Enamel Shade A2

‐ Konsentrasi bahan bleaching: Hidrogen peroksida 35% ‐ Jenis bahan adhesif: Twosteptotaletch

‐ Lama aplikasi bahan etsa : 15 detik (Menurut rekomendasi pabrik) ‐ Lama penyinaran bahan bonding: 10 detik (Menurut rekomendasi pabrik) ‐ Lama penyinaran bahan restorasi resin komposit : 20 detik (Menurut

rekomendasi pabrik)

‐ Jarak penyinaran bahan restorasi resin komposit: 1mm (Menurut rekomendasi pabrik)

‐ Perlakuan thermocycling: 50 putaran pada suhu 5°C dan55°C dalam

waterbath selama 30 detik tiap siklusnya dengan waktu perpindahan 3 detik

‐ Jenis bur :

‐ Jenis sinar LED : light curing unit

‐ Arah penyinaran lightcure : tegak lurus terhadap tambalan ‐ Intensitas cahaya lightcure

‐ Masa/jangka waktu preparasi sampai pengujian kekuatan perlekatan geser ‐ Teknik pengujian tekanan ( alat, besar, kecepatan, dan sudut pemberian

(45)

3.4.2 Definisi Operasional

VARIABEL DEFENISI OPERASIONAL CARA UKUR SKALA UKUR

Variabel Bebas

1 Waktu aplikasi bahan adhesif

Aplikasi dilakukan dalam dua waktu yaitu 1 hari post bleaching

dan 7 hari post bleaching

NO VARIABEL DEFINISI

OPERASIONAL

Besar beban geser yang dapat diterima suatu substansi dan substansi lainnya hingga kedua substansi terlepas

Mpa Numerik Torsee’s

Electronic

k. Tabung baja sebagai alat bantu uji geser

(46)
(47)

Gambar 10. A. Resin Komposit Nanofil (FiltekTM 350 XT), B. Bahan Bonding: (AdperTM Single Bond Adhesive, 3M ESPE, USA), C.Jenis etsa: ScotchbondTM,3M ESPE USA

Gambar 11. Hidrogen perokisda 35% Gambar 12. Akrilik

3.6 Prosedur Penelitian 3.6.1 Pembuatan sampel

Tiga puluh gigi insisivus dibersihkan dari deposit kalkulus atau jaringan lunak

kemudian dikelompokkan menjadi 3 kelompok, masing-masing kelompok sebanyak

10 sampel yang diambil secara acak dan gigi dipotong pada CEJ (cementoenamel

junction). Akar gigi dibuang dan mahkota gigi (dengan mengekspos bagian labialnya)

ditanam dalam akrilik didalam cetakan sampel yang terbuat dari tabung plastik (spuit)

5 ml yang dipotong dengan panjang + 1,5 ml. Pada bagian palatal dari sampel dilapisi

(48)

Gambar 13. 1.Penuangan akrilik kedalam cetakan sampel, 2. Peletakan mahkota gigi

(dengan mengekspos bagian labial ), 3. Sampel yang telah selesai

3.6.2 Perlakuan sampel

a. Aplikasi bahan bleaching

Sampel dibagi menjadi 3 kelompok:

Kelompok II dan III terdiri dari masing – masing 10 gigi diberi perlakuan bleaching dengan gel hidrogen peroksida 35% yang diaplikasikan setebal 1 mm kemudian

disinar selama 30 detik lalu setelah 10 menit dibilas dengan air selama 1 menit lalu

aplikasi diulangi hingga total aplikasi 30 menit.

Gambar 14. 1. Aplikasi bahan bleaching, 2. Membersihkan bahan bleaching, 3. Penyinaran bahan bleaching

b. Persiapan sampel

Permukaan gigi dilakukan veneering labial menggunakan bur depth cutter29 kemudian permukaan tersebut ditutupi dengan pita perekat kecuali untuk pembukaan

sekitar 5 mm antara sepertiga tengah dan insisal dari mahkota. Pada daerah ini,

dilakukan bonding dengan bahan adhesif digunakan sesuai dengan rekomendasi

pabrikan. Resin komposit digunakan untuk mensimulasikan restorasi dalam spesimen

untuk uji kekuatan ikatan geser.1,26 Setelah sampel gigi selesai ditanam, maka 3 

1  2 3 

(49)

dibuatlah sampel antagonis. Cetakan yang dibutuhkan sama dengan cetakan

sebelumnya yaitu tabung syringe plastic 5 ml. Cetakan antagonis ini disatukan dengan cetakan gigi yang telah jadi sebelumnya, kemudian diisi akrilik. Sampel

dimasukkan ke dalam air selama 3 menit hingga akrilik mengeras.

Gambar 15. Permukaan gigi dilakukan veneering labial 29

Gambar 16. 1.Menutup permukaan gigi dengan pita perekat dan menyisakan 5mm,

2&3. Aplikasi bahan bonding 4. Pengaplikasian resin komposit, 5. Penyinaran menggunakan light cure,6.Sampel yang telah selesai, 7. Sampel yang telah dile- takkan sampel antagonis dan siap diuji

1 c. Proses Thermocyling

Seluruh sampel tersebut tersebut dilakukan proses thermocyling 200 putaran pada 50C dan 550C dengan menggunakan waterbath dengan waktu transfer 3 detik .26

1 2

4

3

(50)

Gambar 17. A. Sampel direndam didalam air bersuhu 50C, B. Perendaman dalam waterbath

bersuhu 550C dengan waktu transfer 3 detik

d. Penyimpanan dalam inkubator

Pada sampel kelompok III yang akan diuji 7 hari post bleaching dilakukan

penyimpanan dalam inkubator dengan suhu 37°C selama 7 hari sebelum dilakukan uji.

Gambar 18. Sampel disimpan di dalam inkubator

3.6.3 Uji kekuatan geser perlekatan (shear bond strength)

Uji kekuatan geser perlekatan dilakukan di Laboratorium Pusat Penelitian

FMIPA USU. Sampel dimasukkan pada tabung baja kemudian dipasangkan pada grip

alat uji kekuatan geser perlekatan. Alat uji yang digunakan dalam penelitian ini

(51)

beban maksimal yang digunakan adalah 100 kg dengan kecepatan geser 1 mm/menit.

Data yang digunakan berupa load atau gaya dengan satuan kgf yang kemudian dikonversikan ke dalam satuan Newton.

Gambar 19. (A) Alat Uji Tekan Torsee’s Electronic SysteUniversal Testing Machine (B)Uji kekuatan geser perlekatan

(shear bond strength)

3.7 Analisis Data

Data yang diperoleh dari empat kelompok tersebut dianalisis dengan

menggunakan analisis kuantitatif ANOVA untuk mengetahui pengaruh bahan

pemutih gigi hidrogen peroksida 35% terhadap kekuatan geser perlekatan resin

komposit. Selanjutnya dilakukan uji LSD untuk mengetahui pengaruh interval waktu

pengaplikasian resin komposit setelah bleaching terhadap kekuatan geser perlekatan resin komposit.

               

(52)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Hasil Penelitian

Penelitian dilakukan terhadap 30 buah sampel yaitu gigi insisivus rahang atas

yang dibagi secara random ke dalam 3 kelompok dengan perlakuan yang berbeda.

Dari hasil penelitian ini diperoleh load atau kekuatan geser saat putus dalam satuan

kgf (kilogram force), yang dikonversikan ke dalam satuam Newton, dan stroke ataupun kecepatan regangan pada saat putus dalam mm/menit. Beban geser diberikan

hingga akrilik terlepas (cetakan terlepas). Kondisi sample restorasi resin komposit

setelah diuji dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1 . KONDISI RESTORASI SETELAH UJI GESER (KONTROL)

Kondisi restorasi Kelompok I Kelompok II Kelompok III Jumlah

Patah pada

perlekatan RK –

gigi (adhesive failure)

10 10 8 28

Patah pada

perlekatan RK

( cohesive failure)

- - 2 2

Keterangan : Kelompok I : Kelompok kontrol

(53)

Dari 30 sampel yang diuji terlihat 28 sampel restorasi resin komposit patah

pada perlekatan RK – gigi (adhesive failure) dan 2 sampel lainnya patah pada

perlekatan RK.

Tabel 2 . DATA HASIL PENGUKURAN SHEAR BOND STRENGTH

Sampel Kelompok 1

(Kontrol)

Kelompok 2 (1

hari)

Kelompok 3 (7 hari)

1 7.94 5.72 10.25

2 8.02 2.81 11.89

3 7.31 3.10 11.15

4 7.54 3.65 9.44

5 8.15 3.75 7.48

6 7.29 4.87 8.02

7 6.15 4.57 6.11

8 9.44 1.85 6.10

9 7.48 4.89 8.55

(54)

4.2 Analisis Hasil Penelitian

Tabel di bawah ini menunjukkan rata-rata nilai kekuatan geser perlekatan dan

standard deviasi kelompok I, II dan III.

Tabel 3. TABEL HASIL UJI ANOVA

Kelompok N χ (mm) ± SD P

I 10 7.6770 0.83293

0,000*

II 10 5.7760 1.15982

III 10 8.6160 2.02321

*Terdapat perbedaan yang bermakna pada p<0,05

Gambar 20. Grafik Histogram nilai rerata antara kelompok I,II dan III Keterangan : Kelompok I : Kelompok kontrol

(55)

4.2.1 Uji Anova

Dari tabel Anova diperoleh nilai signifikasi 0,005 (p<0,05) dengan demikian

Ho di tolak. Dapat ditarik kesimpulan bahwa rata-rata nilai kekuatan geser

perelekatan sampel resin komposit nanofil diantara kelompok I, II dan III memang

secara signifikan berbeda. Untuk mengetahui perbedaan rata-rata nilai kekuatan geser

perlekatan sampel diantara masing-masing kelompok I,II dan III, dapat dilihat dari uji

Least Significant Difference (LSD).

4.2.2 Uji Least Significant Difference (LSD)

Tabel 4. HASIL ANALISA UJI LSD ANTARA KELOMPOK I, II DAN III

Kelompok P

Kelompok I (kontrol) - Kelompok II ( 1 hari ) 0,006*

Kelompok I ( kontrol ) - Kelompok III ( 7 hari ) 0,154

Kelompok II ( 1 hari ) - Kelompok III ( 7 hari ) 0,000*

*Terdapat perbedaan yang bermakna pada p < 0,05

Pada tabel 4 (hasil uji komparasi ganda) di atas perbandingan kelompok

kontrol dan kelompok yang dilakukan uji geser 1 hari post bleaching diperoleh signifikasi sebesar 0,006 (p<0,05). Hal ini berarti bahwa terdapat perbedaan yang

bermakna rata-rata nilai kekasaran permukaan antara kelompok kontrol dan yang

dilakukan uji geser 1 hari post bleaching. Sedangkan perbandingan antara kelompok kontrol dan kelompok yang dilakukuan uji geser 7 hari post bleaching diperoleh signifikasi sebesar 0,154 (p>0,05). Hal ini berarti tidak terdapat perbedaan yang

bermakna antara kelompok kontrol dan kelompok yang dilakukuan uji geser 7 hari

post bleaching. Perbedaan yang bermakna juga ditemukan antara kelompok yang uji

geser 1 hari post bleaching dan kelompok yang diaplikasikan uji geser 7 hari post

(56)

BAB 5

PEMBAHASAN

Penelitian ini mengevaluasi efek dari bahan bleaching terhadap kekuatan geser perlekatan antara resin komposit dengan gigi dan hubungannya dengan waktu

aplikasi kedua bahan tersebut. Hal ini untuk mengetahui kapan waktu yang paling

baik untuk dilakukan restorasi dengan bahan adhesif setelah dilakukan bleaching eksternal.

Kekuatan geser perlekatan suatu bahan tumpatan terhadap jaringan keras gigi

dapat diukur dengan uji shear bond strength yaitu menggeser bahan tersebut terhadap jaringan permukaan gigi. Nilai yang diperoleh akan memberikan gambaran

bagaimana kekuatan geser perlekatan itu terhadap jaringan keras gigi. Untuk

menganalisa kekuatan bahan adhesif harus diamati di daerah mana terjadinya

fraktur/patah atau lepasnya perlekatan. Jika bagian yang patah berada antara gigi dan

resin komposit, disebut adhesive failure, sedangkan jika bagian yang patah berada pada gigi atau resin komposit, disebut cohesive failure.

Resin komposit yang digunakan pada penelitian ini adalah resin komposit

nanofil yang terbuat dari zirkonium/silika atau nanosilika dengan ukuran 20 nm dan

memiliki rata-rata ukuran filler antara 0,6-1,4 µm. Jenis matriks resin yang dikandung

adalah Bis-GMA, UDMA, TEGDMA dan Bis-EMA. Resin komposit nanofil ini

memiliki volume anorganik filler 78,5%, mudah dilakukan pemolisan, memiliki kekuatan yang baik dan modulus yang tinggi. Saat ini resin komposit nanofil banyak

digunakan oleh kalangan dokter gigi untuk memenuhi kebutuhan estetik yang lebih

baik, khususnya untuk restorasi gigi anterior. Resin komposit nanofil memiliki

permukaan yang lebih halus dan mengkilat, pengkerutan (shrinkage) polimerisasi yang lebih minim dan resistensi yang lebih baik serta memiliki daya atrisi yang lebih

rendah dari jenis resin komposit lainnya.11, 25

(57)

atau tanpa penyinaran, karena produk ini tidak membutuhkan aktivasi. Beberapa

penelitian sebelumnya melaporkan bahwa proses penyinaran dapat mempercepat

proses pemutihan dan meningkatkan efek pemutihan gigi secara signifikan. Sehingga

pada penelitian ini digunakan penyinaran dengan lampu LED untuk meningkatkan

proses pemutihan.17,18

Pada tabel satu terlihat bahwa sebagian besar sampel ( 28 sampel ) adhesive fa

ilure dan 2 sampel yang mengalami cohesive failure. Beberapa kemungkinan yang m

enyebabkan hal ini terjadi yaitu pertama, pengeringan permukaan gigi sebelum aplika

si bahan adhesif yang tidak terkontrol sehingga kemungkinan ada permukaan email y

ang terlalu kering. Pada permukaan email yang kering, kolagen yang terdapat dalam

tubulus dentin menjadi kolaps sehingga mikroporositas tidak terbentuk dan resin tida

k dapat berpenetrasi ke dalam kolagen. Hal ini menyebabkan perlekatan bahan adhesi

f ke permukaan dentin menjadi kurang baik. Kedua, arah penyinaran resin komposit y

ang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan arah penyinaran dari oklusal. Pada s

aat penyinaran, pengkerutan polimerisasi terjadi ke arah sumber sinar sehingga terjadi

celah antara resin komposit dan gigi. Ketiga, tekanan pengeringan udara yang diguna

kan untuk menghilangkan solvent pada bahan adhesif terlalu kuat sehingga kemungki nan komponen resin juga dihilangkan. Solvent harus diuapkan sepenuhnya dengan pe ngeringan udara yang perlahan. Bahan adhesif mengandung aseton dan etanol dapat s

egera kering, sedangkan pengeringan pada bahan adhesif yang mengandung air memb

utuhkan beberapa detik.

Bahan pemutih hidrogen peroksida 35% akan terurai sepenuhnya di dalam

proses bleaching. Didalam reaksi redoks, oksidator seperti hidrogen peroksida mempunyai radikal bebas dengan elektron yang tidak berpasangan, dimana elektron

ini akan dilepaskan oleh reduktor. Radikal bebas dari peroksida adalah perhidroksil

dan oksigen nasen. Reaksi oksigen nasen dengan molekul-molekul hidroksiapatit

pada gigi akan menyebabkan terjadi pengendapan CaO. CaO inilah yang

Gambar

Gambar
Gambar 1. Ikatan kimia (A) Karbamid Peroksida (B) Hidrogen Peroksida5
Gambar 2 disebabkan ochromopors,fragmen-frag: Ilustrasi moleh chromopo dan (c). Terjgmen kecil olemekanisme bleors ekstrinsik rjadi dekoloriseh radikal peroeaching oleh dan intrinsik, sasi dentin daoksida.15 agen aktif (b)
Tabel 1:  Klasifikasi bahan bonding 20
+7

Referensi

Dokumen terkait

Nano hibrid resin komposit ini maka bahan ini dapat digunakan sebagai tambalan estetis pada gigi anterior dan juga tambalan yang membutuhkan ketahanan pemakaian pada gigi

Rizka Vila Putri : Perbedaan Kekuatan Tarik Perlekatan Antara Resin Komposit Dan Permukaan Gigi Dengan Aplikasi Single, Double, Dan Triple Sistem Adhesif, 2008... Rizka Vila Putri

Cut Rohana: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perlekatan Bahan adhesif Berbasis Resin Terhadap Struktur Permukaan Gigi, 2003... Cut Rohana: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Dari penelitian yang telah dilakukan disimpulkan bahwa durasi aplikasi bahan adhesif self-etch berpengaruh terhadap kebocoran mikro pada tumpatan resin komposit kelas

total-etch memiliki kekuatan tarik perlekatan yang lebih baik dibandingkan sistem adhesif self-etch pada restorasi klas I dengan menggunakan resin

Berdasarkan hasil penelitian in vitro, dari hasil analisis menggunakan scanning electron microscope (SEM), pada permukaan email yang diaplikasikan bahan pemutih

Bahan bonding adalah bahan yang berguna untuk menciptakan ikatan antara permukaan gigi dengan resin komposit dan membentuk hybrid layer pada dentin 5. Perbedaan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui shear bond strength bracket metal dengan dua jenis bahan adhesif yang berbeda yang direkatkan pada gigi