GAMBARAN PENGETAHUAN IBU-IBU DI POSYANDU KELURAHAN POLONIA KECAMATAN MEDAN POLONIA KOTA MEDAN
TENTANG PENGGUNAAN OBAT BEBAS DAN OBAT BEBAS TERBATAS
OLEH:
NIDHYA SEPTIAYU EKA PUTRI NIM: 070100200
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2010
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU-IBU DI POSYANDU KELURAHAN POLONIA KECAMATAN MEDAN POLONIA KOTA MEDAN
DAN OBAT BEBAS TERBATAS
KARYA TULIS ILMIAH
OLEH:
NIDHYA SEPTIAYU EKA PUTRI NIM: 070100200
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
HALAMAN PENGESAHAN
Judul : Gambaran Pengetahuan Ibu-Ibu di Posyandu Kelurahan Polonia Kecamatan Medan Polonia Kota Medan tentang Penggunaan Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas
Nama : Nidhya Septiayu Eka Putri NIM : 070100200
Pembimbing Penguji I
dr. Tri Widyawati, M.Si dr. Simon Marpaung, M.Kes
NIP. 19760709 200312 2001 NIP . 19451217 196902 1 001
Penguji II
dr. Rusdiana, M.Kes
NIP. 19710915 200112 2 002
Medan, 15 Desember 2010 Dekan
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
Obat didefinisikan sebagai senyawa yang digunakan untuk mencegah, mengobati, mendiagnosis penyakit/gangguan, atau menimbulkan suatu kondisi tertentu, misalnya membuat seseorang infertil, atau melumpuhkan otot rangka selama pembedahan. Penggolongan obat berdasarkan keamanan Permenkes No. 725a/1989 tergolong dalam Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas. Obat Bebas yaitu obat yang dapat diperoleh tanpa resep dokter sedangkan Obat Bebas Terbatas adalah obat yang dijual bebas dan dapat dibeli tanpa resep dokter, tapi disertai dengan tanda peringatan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan responden di posyandu Kelurahan Polonia tentang penggunaan Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif. Populasi penelitian adalah wanita usia berusia 20-50 tahun yang bertempat tinggal di Kelurahan Polonia, Kecamatan Medan Polonia. Jumlah sampel minimal adalah sebanyak 72 orang. Penarikan sampel menggunakan non probability sampling, dengan teknik stratified random sampling. Pengetahuan responden tentang obat bebas dan obat bebas terbatas diukur melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner terstruktur. Pengetahuan ini dikelompokkan menjadi tiga kategori pengetahuan, yaitu pengetahuan baik, pengetahuan sedang dan pengetahuan kurang.
Berdasarkan hasil penelitian dari 72 orang responden, 25 orang (34,7%) memiliki pengetahuan baik dan 42 orang (58,3%) memiliki pengetahuan sedang dan 5 orang (6,9%) memiliki pengetahuan kurang tentang penggunaan obat bebas dan obat bebas terbatas. Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah tingkat pengetahuan ibu-ibu (responden) tentang penggunaan obat bebas dan obat bebas terbatas adalah sedang. Bagi penelitian selanjutnya perlu dinilai sikap, tindakan dan perilaku.
ABSTRACT
Drugs are defined as compounds that are used to prevent, treat, diagnose the disease/disorder, or cause a particular condition, such as making someone infertile, or paralyze skeletal muscles during surgery. Classification of drugs based on safety in Permenkes No. 725a/1989 classified in Drug Free and Drug-Free limited. Drug free can be obtained without a prescription while a Limited drugs free are sold freely and can be purchased without a prescription, but accompanied by a warning sign.
This study aims to determine respondents' knowledge in posyandu of Polonia District about using Other of The Counter drugs and Other of The Counter drugs Limited. This research use descriptive research method. The study population is women aged 20-50 years old who live in Kelurahan Polonia, Medan Polonia District. The number of samples at least as many as 72 people. Sampling using a non-probability with a stratified random sampling technique. Knowledge respondents is about Other of The Counter drugs and Other of The Counter drugs Limited are measured through interviews using a structured questionnaire. Knowledge grouped into three categories is good knowledge, moderate knowledge and poor knowledge.
Based on research results from 72 respondents, 25 people (34,7%) have the good and 42 people (58,3%) were moderate knowledge and 5 people (6,9%) have poor knowledge about the use of free drugs and free drug is limited. The conclusion that can be drawn from this research is the knowledge level of mothers (respondents) about the use of Other of The Counter drugs and Other of The Counter drugs is currently moderate. For further research needs to be assessed the attitudes, actions and behavior.
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kehadirat Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
yang telah memberikan berkat dan anugerah-Nya, sehingga penulis dapat
mengerjakan Karya Tulis Ilmiah ini dengan baik. Karya Tulis Ilmiah ini merupakan
salah satu persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan di Program Studi Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Penulis menyadari Karya Tulis Ilmiah ini dapat selesai berkat bantuan,
bimbingan dan arahan dari semua pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini
dengan kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp. PD-KGEH, selaku Dekan
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu dr. Tri Widyawati, MSi, selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan
waktu untuk memberikan bimbingan dan memberikan masukan kepada
penulis ketika dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah.
3. Bapak dr. Simon Marpaung, M. Kes dan Ibu dr. Rusdiana, M. Kes selaku
dosen penguji.
4. Seluruh civitas akademika Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara,
teristimewa kepada dosen dan staf departemen IKK serta staf Medical
Education Unit (MEU).
5. Kepala Puskesmas Polonia dan para pegawai di Puskesmas Polonia, yang
telah banyak membantu dalam memberikan masukan dan informasi dalam
melakukan Karya Tulis Ilmiah.
6. Masyarakat Kelurahan Polonia yang telah membantu penulis dalam
melaksanakan penelitian ini.
7. Orang Tua saya, Drs. H. Hadi Winarno, MM, dan Drg. Khairani serta abang
saya (dr. Tri Sugeng Hariadi), yang dengan setia memberikan dukungan dan
pengertian yang tinggi selama penulis melakukan Karya Tulis Ilmiah.
8. Adik penulis: Andi Akbar Perdana dan M. Naufal Rahadian. Terima kasih
9. Bapak atau Ibu dosen yang telah memberikan banyak bimbingan dan arahan
baik kegiatan belajar mengajar di kelas.
10.Sahabat terbaik saya Dila, Saidatina dan Nadra yang sudah membantu
memberikan semangat dan motivasi dengan penuh ketulusan sehingga dapat
tetap bersemangat untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
11.Semua teman satu stambuk saya terutama kepada teman satu dosen
pembimbing yang telah memberikan dukungan dan dorongan selama
melakukan Karya Tulis Ilmiah serta semua pihak yang penulis tidak dapat
menyebutkan satu-persatu.
12.Pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Terima kasih atas segala
bantuan yang telah diberikan. Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan
kalian.
Akhirnya saya berharap Karya Tulis Ilmiah ini dapat berguna bagi pengembangan
ilmu pengetahuan terutama dalam pengetahuan para Ibu di Puskesmas Polonia
mengenai Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas.
Medan, 15 Desember 2010
Penulis
Nidhya Septiayu EP
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Pengesahan………. i
Abstrak... ii
Abstract... iii
Kata Pengantar……….. iv
Daftar Isi……… vi
Daftar Gambar/skema……… ix
Daftar Tabel……… x
BAB 1 PENDAHULUAN……….... 1
1.1. Latar Belakang……… 1
1.2. Rumusan Masalah……….. 3
1.3. Tujuan Penelitian……… 4
1.4. Manfaat Penelitian………. 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA……… 6
2.1. Pengetahuan……… 6
2.1.1. Definisi Pengetahuan………... 6
2.1.2. Tingkat Pengetahuan………….... 6
2.1.3. Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan 7 2.1.4. Pengukuran Pengetahuan………. 8
2.2. Informasi Umum Obat.………... 8
2.2.1. Definisi Obat.………... 8
2.2.2. Penggolongan Obat...…………... 9
2.2.3. Informasi Kemasan, Etiket dan Brosur 14
2.2.4. Cara Pemilihan Obat... 15
2.2.5. Cara Penggunaan Obat... 15
2.2.6. Efek Samping... 16
2.2.7. Cara Penyimpanan Obat... 16
2.2.8. Kadaluarsa dan Obat Rusak…… 16
2.2.9. Hal-hal yang harus Diperhatikan 17
2.3.1. Obat Bebas...…… 18
2.3.2. Obat Bebas Terbatas...…… 19
2.4. Tempat Penjualan dan Cara Mendapatkan Obat 19 2.4.1. Tempat Penjualan Obat………... 19
2.4.2. Cara Mendapatkan Obat………. 20
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 21
3.1. Kerangka Konsep Penelitian………….. 21
3.2. Definisi Operasional………... 21
3.3. Cara Ukur………... 23
3.4. Alat Ukur……… 23
3.5. Skala Pengukuran……… 24
BAB 4 METODE PENELITIAN………. 25
4.1. Jenis Penelitian………... 25
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian…………. 25
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian………. 25
4.4. Metode Pengumpulan Data……… 27
4.5. Etika penelitian……….….… 28
4.6. Pengolahan dan Analisa Data……….... 29
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 30 5.1. Deskripsi Lokasi Penelitian……… 30
5.2. Deskripsi Karakteristik Responden…… 30
5.3. Pengetahuan Responden……… 33
5.4. Data Kuantitatif Bentuk Gambar……... 34
5.5. Data Kuantitatif Bentuk Tabel………... 35
5.6. Pembahasan……….…………... 37
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan………....………... 40
6.2. Saran……….……….……. 40
DAFTAR PUSTAKA………... 42
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
Gambar 3.1. Kerangka Konsep………... 21
Gambar 5.1 Gambaran Pengetahuan Responden
Tentang Penggunaan Obat Bebas dan
Obat Bebas Terbatas pada ibu-ibu
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
Tabel 3.1. Skor Pertanyaan pada Kuesioner
Pengetahuan………... 24
Tabel 4.1. Hasil Uji Vailiditas dan Reliabilitas
Kuesioner Penelitian... 28
Tabel 5.1. Distribusi pengetahuan responden
berdasarkan usia... 30
Tabel 5.2. Distribusi pengetahuan responden
berdasarkan pendidikan... 31
Tabel 5.3. Distribusi pengetahuan responden
berdasarkan pekerjaan... 31
Tabel 5.4. Distribusi pengetahuan responden
berdasarkan peghasilan... 32
Tabel 5.5. Distribusi pengetahuan responden
berdasarkan jumlah anak... 32
ABSTRAK
Obat didefinisikan sebagai senyawa yang digunakan untuk mencegah, mengobati, mendiagnosis penyakit/gangguan, atau menimbulkan suatu kondisi tertentu, misalnya membuat seseorang infertil, atau melumpuhkan otot rangka selama pembedahan. Penggolongan obat berdasarkan keamanan Permenkes No. 725a/1989 tergolong dalam Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas. Obat Bebas yaitu obat yang dapat diperoleh tanpa resep dokter sedangkan Obat Bebas Terbatas adalah obat yang dijual bebas dan dapat dibeli tanpa resep dokter, tapi disertai dengan tanda peringatan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan responden di posyandu Kelurahan Polonia tentang penggunaan Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif. Populasi penelitian adalah wanita usia berusia 20-50 tahun yang bertempat tinggal di Kelurahan Polonia, Kecamatan Medan Polonia. Jumlah sampel minimal adalah sebanyak 72 orang. Penarikan sampel menggunakan non probability sampling, dengan teknik stratified random sampling. Pengetahuan responden tentang obat bebas dan obat bebas terbatas diukur melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner terstruktur. Pengetahuan ini dikelompokkan menjadi tiga kategori pengetahuan, yaitu pengetahuan baik, pengetahuan sedang dan pengetahuan kurang.
Berdasarkan hasil penelitian dari 72 orang responden, 25 orang (34,7%) memiliki pengetahuan baik dan 42 orang (58,3%) memiliki pengetahuan sedang dan 5 orang (6,9%) memiliki pengetahuan kurang tentang penggunaan obat bebas dan obat bebas terbatas. Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah tingkat pengetahuan ibu-ibu (responden) tentang penggunaan obat bebas dan obat bebas terbatas adalah sedang. Bagi penelitian selanjutnya perlu dinilai sikap, tindakan dan perilaku.
ABSTRACT
Drugs are defined as compounds that are used to prevent, treat, diagnose the disease/disorder, or cause a particular condition, such as making someone infertile, or paralyze skeletal muscles during surgery. Classification of drugs based on safety in Permenkes No. 725a/1989 classified in Drug Free and Drug-Free limited. Drug free can be obtained without a prescription while a Limited drugs free are sold freely and can be purchased without a prescription, but accompanied by a warning sign.
This study aims to determine respondents' knowledge in posyandu of Polonia District about using Other of The Counter drugs and Other of The Counter drugs Limited. This research use descriptive research method. The study population is women aged 20-50 years old who live in Kelurahan Polonia, Medan Polonia District. The number of samples at least as many as 72 people. Sampling using a non-probability with a stratified random sampling technique. Knowledge respondents is about Other of The Counter drugs and Other of The Counter drugs Limited are measured through interviews using a structured questionnaire. Knowledge grouped into three categories is good knowledge, moderate knowledge and poor knowledge.
Based on research results from 72 respondents, 25 people (34,7%) have the good and 42 people (58,3%) were moderate knowledge and 5 people (6,9%) have poor knowledge about the use of free drugs and free drug is limited. The conclusion that can be drawn from this research is the knowledge level of mothers (respondents) about the use of Other of The Counter drugs and Other of The Counter drugs is currently moderate. For further research needs to be assessed the attitudes, actions and behavior.
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 tercantum secara jelas
cita-cita bangsa Indonesia yang sekaligus merupakan tujuan nasional bangsa Indonesia.
Tujuan nasional tersebut ialah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesia dan memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi serta keadilan sosial.
Untuk mencapai tujuan nasional tersebut diselenggarakanlah upaya pembangunan
yang berkesinambungan yang merupakan suatu rangkaian pembangunan yang
menyeluruh, terarah, dan terpadu termasuk diantaranya pembangunan kesehatan
(Undang-Undang Kesehatan, 2009).
Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang
harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945. Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, memiliki rencana strategis yang ingin dicapai pada
tahun 2010-2014 yaitu :
1. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat, swasta, dan masyarakat madani dalam
pembangunan kesehatan melalui kerjasama nasional dan global.
2. Meningkatkan pelayanan kesehatan yang merata, bermutu, dan berkeadilan, serta
berbasis bukti dengan pengutamaan pada upaya promotif dan preventif.
3. Meningkatkan pembiayaan pembangunan kesehatan, terutama untuk mewujudkan
jaminan sosial kesehatan nasional.
4. Meningkatkan pengembangan dan pendayagunaan SDM kesehatan yang merata
dan bermutu.
5. Meningkatkan ketersediaan, pemerataan, dan keterjangkauan obat dan alat
kesehatan serta menjamin keamanan, khasiat, kemanfaatan, dan mutu sediaan
farmasi, alat kesehatan dan makanan.
6. Meningkatkan manajemen kesehatan yang akuntabel, transparan, berdayaguna
dan berhasilguna untuk memantapkan desentralisasi kesehatan yang
Dari rencana strategis ke-5 yang ingin dicapai sebagaimana tersebut di atas maka
obat sebagai alat kesehatan dalam pemanfaatannya harus tepat, aman dan rasional
dengan kriteria : tepat indikasi, penderita, obat, dosis, cara dan interval waktu
pemberian, lama pemberian serta waspada terhadap efek samping obat dan
kontraindikasi. Kecermatan dalam pemberian obat sangat diperlukan dengan
meletakkan dasar pertimbangan pada azas manfaat dan resiko serta efek samping,
terapi optimal perlu diupayakan untuk menghindarkan pasien dari efek samping obat
dan lama pengobatan yang membuat biaya tinggi.
Obat pada dasarnya merupakan bahan yang hanya dengan takaran tertentu dan
dengan penggunaan yang tepat dapat dimanfaatkan untuk mendiagnosa, mencegah
penyakit, menyembuhkan atau memelihara kesehatan. Obat ini digunakan
sebagaimana mestinya karena dapat menimbulkan efek negatif. Oleh karena itu
sebelum menggunakan obat, harus diketahui sifat dan cara pemakaian obat agar
penggunaan tepat dan aman.
Menurut Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1963 tentang Farmasi telah diatur
penggolongan obat sebagai berikut :
1. Narkotika (Daftar O = Opiat, Obat Bius)
2. Psikotropika (OKT = Obat Keras Tertentu)
3. Obat Keras (Daftar G = Gevaarlij, Berbahaya)
4. Obat Bebas Terbatas (Daftar W = Waarschuwing, Waspada)
5. Obat Bebas (OTC = Other of the counter drugs)
Selain itu, pada Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.725a/1989
telah diatur adanya golongan obat yang hanya dapat diperoleh dari resep dokter (Obat
G) dan ada obat yang diperoleh tanpa resep dokter (Obat Bebas dan Obat Bebas
Terbatas) (Priyanto, 2008).
Obat Bebas dapat diperoleh dari Toko Obat, Pedagang Eceran Obat Berizin yang
dipimpin oleh Asisten Apoteker dan dari Apotek. Obat Bebas tersebut dalam kemasan
asli dari pabrik dengan disertai tanda lingkaran hijau sebagai tanda Obat Bebas dan
disertai brosur yang berisi nama obat, nama dari isi zat berkhasiat, indikasi, dosis atau
aturan memakainya, nomor batch dan nomor register, nama pabrik dan alamatnya,
dan cara penyimpanannya.
Obat Bebas Terbatas dapat diperoleh tanpa resep dari Pedagang Eceran Obat
pabrik dengan disertai tanda lingkaran berwarna biru sebagai tanda Obat Bebas
Terbatas, di samping itu ada tanda peringatan dari P. No. 1 – P. No. 6 sesuai dengan
SK Menkes No. 6355/Dirjen/SK/69 tanggal 5 November 1975, dan harus ditandai
dengan etiket-etiket atau brosur yang menyebutkan :
a. Nama obat yang bersangkutan
b. Daftar bahan berkhasiat serta jumlahnya yang digunakan
c. Nomor batch dan tanggal kadarluarsa, nomor register
d. Nama dan alamat produsen
e. Petunjuk kegunaan (indikasi) dan cara pemakaian dan peringatan,
pencegahan (kontraindikasi) yang dipandang perlu (Anief, 2008).
Di Indonesia belum terdapat data epidemiologi mengenai Obat Bebas dan Obat
Bebas Terbatas termasuk juga di Medan belum mempunyai data mengenai Obat
Bebas dan Obat Bebas Terbatas yang beredar di masyarakat.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk menggali lebih
lanjut dengan melakukan penelitian dengan judul “Gambaran Pengetahuan Ibu-Ibu di
Posyandu Kelurahan Polonia Kecamatan Medan Polonia Kota Medan tentang
Penggunaan Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas”.
1.2.Rumusan Masalah
Bertitik tolak dari uraian latar belakang yang telah dikemukakan tersebut diatas,
maka rumusan permasalahan yang akan dibahas dalam Karya Tulis Ilmiah ini adalah
Bagaimana gambaran pengetahuan Ibu-Ibu di Posyandu Kelurahan Polonia tentang
Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas?
1.3.Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pengetahuan
Ibu-Ibu di Posyandu Kelurahan Polonia tentang penggunaan Obat Bebas dan Obat
Bebas Terbatas.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan Ibu-Ibu tentang pengertian Obat
Bebas dan Obat Bebas Terbatas
2. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan Ibu-Ibu tentang manfaat Obat
Bebas dan Obat Bebas Terbatas
3. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan Ibu-Ibu tentang penggunaan Obat
Bebas dan Obat Bebas Terbatas
4. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan Ibu-Ibu tentang ciri dan tanda
Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas
5. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan Ibu-Ibu tentang obat yang dibeli
tanpa resep dokter
6. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan Ibu-Ibu tentang hal-hal yang
diperhatikan dalam kemasan obat
1.4.Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk :
1. Sebagai bahan masukan bagi masyarakat terutama Ibu-Ibu agar lebih
berhati-hati dalam memberikan atau menggunakan obat.
2. Sebagai bahan masukan bagi masyarakat terutama Ibu-Ibu untuk mengetahui
penandaan (simbol) tentang penggunaan Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas.
3. Sebagai masukan kepada Instansi Pemerintah khususnya Badan POM, Dinas
Kesehatan, dan lain-lain dalam pengawasan, perizinan dan sebagai bahan
untuk memberikan penyuluhan serta edukasi pada Ibu-Ibu tentang simbol
Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas.
4. Sebagai bahan masukan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
peneliti dalam bidang penelitian.
5. Sebagai bahan yang dapat dipergunakan sebagai data dasar untuk penelitian
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Umum Pengetahuan dan Pendidikan 2.1.1. Defenisi Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari kata tahu dan terjadi setelah seseorang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek, baik melalui indera penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa, dan raba (Notoatmodjo, 2003).
2.1.2. Tingkat Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan mempunyai enam tingkatan, yaitu:
1. Tahu
Tahu adalah suatu keadaan dimana seseorang dapat mengingat sesuatu yang
telah dipelajari sebelumnya. Tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang
paling rendah.
2. Paham
Paham diartikan sebagai suatu keadaan dimana seseorang mampu
menjelaskan dengan benar tentang objek yang diketahui dan dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
3. Aplikasi
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya.
4. Analisis
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan suatu objek ke dalam
komponen-komponen yang masih dalam satu struktur organisasi dan masih
ada kaitannya satu sama lain, misalnya mengelompokkan dan membedakan.
5. Sintesis
Sintesis adalah suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan
bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
Evaluasi adalah suatu kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap
suatu materi atau objek.
2.1.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2003) dalam Widianti (2007), pengetahuan seseorang
dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :
1. Pengalaman
Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman sendiri maupun pengalaman
orang lain. Pengalaman yang diperoleh dapat memperluas pengetahuan
seseorang.
2. Tingkat pendidikan
Secara umum, orang yang berpendidikan lebih tinggi akan memiliki
pengetahuan yang lebih luas daripada orang yang berpendidikan lebih
rendah.
3. Keyakinan
Biasanya keyakinan diperoleh secara turun-temurun, baik keyakinan yang
positif maupun keyakinan yang negatif, tanpa adanya pembuktian terlebih
dahulu.
4. Fasilitas
Fasilitas sebagai sumber informasi yang dapat mempengaruhi pengetahuan
seseorang adalah majalah, radio, koran, televisi, buku, dan lain-lain.
5. Penghasilan
Penghasilan tidak berpengaruh secara langsung terhadap pengetahuan
seseorang. Namun, jika seseorang berpenghasilan cukup besar, maka dia
mampu menyediakan fasilitas yang lebih baik.
6. Sosial budaya
Kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga dapat mempengaruhi
pengetahuan, persepsi, dan sikap seseorang terhadap sesuatu.
2.1.4. Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan memberikan seperangkat alat
tes/kuesioner tentang objek pengetahuan yang mau diukur, selanjutnya dilakukan
penilaian dimana setiap jawaban benar dari masing-masing pertanyaan diberi nilai
jumlah skor jawaban dengan skor yang diharapkan (tertinggi) kemudian dikalikan
100% dan hasilnya berupa presentase dengan rumus yang digunakan sebagai berikut :
Keterangan:
N = Nilai pengetahuan
Sp = Skor yang didapat
Sm = Skor tertinggi maksimum
(Notoatmodjo, 2003)
2.2. Informasi Umum Obat 2.2.1. Defenisi Obat
Obat didefinisikan sebagai senyawa yang digunakan untuk mencegah,
mengobati, mendiagnosis penyakit/gangguan, atau menimbulkan suatu kondisi
tertentu, misalnya membuat seseorang infertil, atau melumpuhkan otot rangka selama
pembedahan (Gunawan, 2007).
Selanjutnya menurut Tan Hoan Tjay dan Kirana Rahardja obat merupakan
semua zat baik kimiawi, hewani, maupun nabati yang dalam dosis layak dapat
menyembuhkan, meringankan, atau mencegah penyakit berikut gejalanya.
Meskipun obat dapat menyembuhkan tetapi banyak kejadian bahwa seseorang
telah menderita akibat keracunan obat. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa obat
dapat bersifat sebagai obat dan juga dapat bersifat sebagai racun. Obat itu akan
bersifat sebagai obat apabila tepat digunakan dalam pengobatan suatu penyakit
dengan dosis dan waktu yang tepat. Jadi bila digunakan salah dalam pengobatan atau
dengan kelebihan dosis akan menimbulkan keracunan. Bila dosisnya lebih kecil kita
tidak memperoleh penyembuhan.
Obat bila digunakan tidak menurut aturan yang telah ditentukan oleh ahlinya
(apoteker/dokter) justru akan dapat membunuhnya. Oleh karena itu dalam
menggunakan obat perlu diketahui efek obat tersebut, penyakit apa yang diderita,
berapa dosisnya serta kapan dan dimana obat itu digunakan.
2.2.2. Penggolongan Obat
Untuk memudahkan pengawasan, penggunaan dan pemantauan, obat
digolongkan sebagai berikut :
1. Penggolongan Obat Berdasarkan Keamanan (Permenkes No. 725a/1989)
a. Obat Bebas
Simbol :
Obat golongan ini termasuk obat yang paling relatif aman, dapat diperoleh
tanpa resep dokter, selain di apotek juga dapat diperoleh di warung-warung.
Obat Bebas dalam kemasannya ditandai dengan lingkaran berwarna hijau.
Contohnya adalah Parasetamol, Vitamin-C, Asetosal (aspirin), Antasida Daftar
Obat Esensial (DOEN), dan Obat Batuk Hitam (OBH).
b. Obat Bebas Terbatas
Simbol :
Obat golongan ini juga relatif aman selama pemakaiannya mengikuti aturan
pakai yang ada. Penandaan obat golongan ini adalah adanya lingkaran
berwarna biru dan 6 peringatan khusus. Sebagaimana Obat Bebas, obat ini
juga dapat diperoleh tanpa resep dokter di apotek, toko obat atau di
warung-warung. Contohnya obat flu kombinasi (tablet), Klotrimaleat (CTM), dan
Mebendazol.
c. Obat Keras
Simbol :
Golongan ini pada masa penjajahan Belanda disebut golongan G (gevaarlijk)
yang artinya berbahaya. Disebut obat keras karena jika pemakai tidak
memperhatikan dosis, aturan pakai, dan peringatan yang diberikan, dapat
menimbulkan efek berbahaya. Obat ini hanya dapat diperoleh dengan resep
dokter di apotek. Dalam kemasannya ditandai dengan lingkaran merah dengan
huruf K ditengahnya. Contoh obat ini adalah Amoksilin, Asam Mefenamat,
semua obat dalam bentuk injeksi, dan semua obat baru.
d. Psikotropika
Psikotropika atau dulu lebih dikenal dengan nama obat keras tertentu,
sebenarnya termasuk golongan obat keras, tetapi bedanya dapat
mempengaruhi aktivitas psikis. Psikotropika dibagi menjadi :
- Golongan I, sampai sekarang kegunaannya hanya ditujukan untuk ilmu
Contohnya : Metilen Dioksi Metamfetamin, Lisergid Acid Diathylamine
(LSD), dan Metamfetamin.
- Golongan II, III, dan IV dapat digunakan untuk pengobatan asalkan sudah
didaftarkan. Namun, kenyataannya saat ini hanya sebagian dari golongan
IV saja yang terdaftar dan digunakan, seperti Diazepam, Fenobarbital,
Lorasepam, dan Klordiazepoksid.
e. Narkotika
Narkotika merupakan kelompok obat yang paling berbahaya karena dapat
menimbulkan addiksi (ketergantungan) dan toleransi. Obat ini hanya dapat
diperoleh dengan resep dokter. Karena berbahaya, dalam peredaran, produksi,
dan pemakaiannya narkotika diawasi secara ketat.
2. Berdasarkan Cara Atau Jalur Pemakaian a. Obat Luar
Obat Luar ialah obat yang pemakaiannya tidak melalui saluran pencernaan
(mulut). Termasuk obat luar adalah salep, injeksi, lotion, tetes hidung, tetes
telinga, dan krim. Obat golongan ini jika diserahkan oleh apotek kepada
pasien selalu diberikan dengan etiket berwarna biru.
b. Obat Dalam
Ialah semua obat yang penggunaannya melalui mulut, masuk pada saluran
pencernaan, bermuara pada lambung, dan usus halus. Contohnya obat-obat
yang berbentuk tablet, kapsul, dan sirup. Jika diserahkan oleh apotek kepada
pasien selalu diberikan dengan etiket berwarna putih.
3. Berdasarkan Sumber Atau Asalnya a. Tanaman
Obat dapat bersumber dari akar, batang, daun, dan biji tanaman tertentu atau
dari kandungan tanaman seperti alkaloid, glikosida, resin, karbohidrat atau
protein.
b. Hewan
Dapat berupa hormon atau enzim, misalnya insulin.
Dapat berupa elemen-elemen organik atau bentuk garamnya, misalnya
alumunium hidroksida, magnesium trisilat, natrium karbonat, dan garam
inggris.
d. Sintesis
Kebanyakan obat yang digunakan sekarang bersumber dari semisintesis atau
sintesis.
4. Berdasarkan Efek Yang Ditimbulkan, Misalnya : a. Antiinfeksi
b. Antijamur
c. Antihitamin
d. Antihipertensi
e. Vaksin
f. Antikanker
5. Berdasarkan Bentuk Sediaan
a. Padat, meliputi ekstrak, serbuk, pil, tablet, suppositoria, kapsul, dan ovula.
b. Cair, meliputi sirup, larutan, suspensi, linimen, lotion, dan infus.
c. Semi padat, meliputi salep, krim, gel, dan pasta.
d. Gas, yaitu aerososl, oksigen, dan inhaler.
6. Berdasarkan Penamaan a. Obat Generik
b. Obat dengan nama dagang, obat diberi nama sesuai keinginan dari
produsennya, seperti panadol, ponstan, amoksan, dan adalat.
c. Obat dengan nama kimia. Penamaan ini jarang digunakan dalam praktek
sehari-hari karena sulit dihafalkan dan disebutkan, nama itu hanya untuk di
buku-buku untuk menjamin tidak keliru dengan zat lain. Contoh penamaan
obat seperti asetosal (generik), asam asetil salisilat (nama kimia), dan aspirin
(nama dagang).
7. Penggolongan Obat Berdasarkan Keamanan Jika Diberikan Selama Kehamilan
Obat-obat yang telah banyak digunakan oleh wanita hamil tanpa disertai
kenaikan frekuensi malformasi janin atau pengaruh buruk lainnya. Misalnya
Parasetamol, Penisilin, Eritromisin, Digoksin, Isoniazid, dan Asam Folat.
b. Kategori B
Obat-obat yang pengalaman pemakaiannya pada wanita hamil masih terbatas,
tetapi tidak terbukti meningkatkan frekuensi malformasi atau pengaruh buruk
lainnya pada janin. Kategori B dibagi lagi berdasarkan temuan-temuan pada
studi toksikologi pada hewan, yaitu:
- B1: Dari penelitian pada hewan tidak terbukti meningkatnya kejadian
kerusakan janin. Contoh simetidin, dipiridamol, dan spektinomisin.
- B2: Data dari penelitian pada hewan belum memadai, tetapi ada petunjuk
tidak meningkatnya kejadian kerusakan janin. Contoh tikarsilin,
amfoterisin, dopamin, asetilkistein, dan alkaloid belladonna.
- B3: Penelitian pada hewan menunjukkan peningkatan kejadian kerusakan
janin, tetapi belum tentu bermakna pada manusia. Misalnya
karbamazepin, pirimetamin, griseofulvin, trimetoprim, dan mebendazol.
c. Kategori C
Obat-obat yang dapat memberi pengaruh buruk pada janin tanpa disertai
malformasi anatomic semata-mata karena efek farmakologiknya. Efeknya
bersifat reversibel. Contoh narkotik, fenotiazin, rifampisin, aspirin, AINS, dan
diuretika.
d. Kategori D
Obat-obat yang terbukti menyebabkan meningkatnya kejadian malformasi
janin pada manusia atau menyebabkan kerusakan janin yang bersifat
ireversibel. Obat-obat dalam kategori ini juga mempunyai efek farmakologik
yang merugikan terhadap janin. Misalnya: androgen, fenitoin, pirimidon,
fenobarbiton, kinin, klonazepam, asam valproat, dan steroid anabolik.
e. Kategori X
Kategori obat yang telah terbukti mempunyai resiko tinggi terjadinya pegaruh
buruk yang menetap (irreversibel) pada janin jika diminum pada masa
kehamilan. Obat dalam kategori ini merupakan kontraindikasi mutlak selama
kehamilan. Misalnya isotretionin dan dietilstilbestrol, talidomid.
8. Penggolongan Obat Berdasarkan Kelas Terapi
Penggolongan berdasarkan kelas terapi umumnya digunakan dalam buku-buku
seperti DOEN, formularium (daftar obat yang digunakan Rumah Sakit), dan
panduan terapi. Contoh kelas terapi :
a. Analgetik, antipiretik, antiinflamasi non steroid
b. Anestetik
c. Antialergi
d. Antidotum dan obat lain untuk keracunan (Priyanto, 2008).
Sebelum menggunakan obat, termasuk Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas
harus diketahui sifat dan cara memakainya agar penggunaannya tepat dan
aman. Informasi tersebut dapat diperoleh dari etiket atau brosur pada kemasan
Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas.
2.2.3. Informasi Kemasan, Etiket dan Brosur Pada setiap kemasan obat selalu dicantumkan: Nama obat
Komposisi Indikasi
Informasi cara kerja obat Aturan pakai
Peringatan (khusus untuk obat bebas terbatas) Perhatian
Nama produsen Nomor batch/lot Nomor registrasi
Nomor registrasi dicantukan sebagai tanda izin edar abasah yang diberikan
oleh pemerintah pada kemasan obat. Tanggal kadaluarsa
2.2.4. Cara Pemilihan Obat
Untuk menetapkan jenis obat yang dibutuhkan perlu diperhatikan :
b) Kondisi khusus misalnya hamil, menyusui, bayi, lanjut usia, diabetes
mellitus dan lain-lain.
c) Pengalaman alergi atau reaksi yang tidak diinginkan terhadap obat
tertentu.
d) Nama obat, zat berkhasiat, kegunaan, cara pemakaian, efek samping dan
interaksi obat yang dapat dibaca pada etiket atau brosur obat.
e) Pilihlah obat yang sesuai dengan gejala penyakit dan tidak ada interaksi
obat dengan obat yang sedang diminum.
f) Untuk pemilihan obat yang tepat dan informasi yang lengkap, tanyakan
kepada apoteker di apotik.
2.2.5. Cara Penggunaan Obat
a) Penggunaan obat tidak untuk pemakaian secara terus menerus.
b) Gunakan obat sesuai dengan anjuran yang tertera pada etiket atau brosur.
c) Bila obat yang digunakan menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan,
hentikan penggunaan dan tanyakan kepada apoteker di apotik dan dokter.
d) Hindarkan menggunakan obat orang lain walaupun gejala penyakitnya
sama.
e) Untuk mendapatkan informasi penggunaan obat yang lebih lengkap,
tanyakan kepada apoteker di apotik.
Cara Pemakaian Obat Yang Tepat
Obat digunakan sesuai dengan petunjuk penggunaan, pada saat yang tepat
dan dalam jangka waktu terapi sesuai dengan anjuran. • Minum obat sesuai waktunya
• Bila anda hamil atau menyusui tanyakan obat yang sesuai • Gunakan obat sesuai dengan cara penggunaannya
2.2.6. Efek Samping
Efek samping obat adalah setiap respons obat yang merugikan dan tidak
diharapkan yang terjadi karena penggunaan obat dengan dosis atau takaran
normal pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis, dan terapi.
Yang perlu diketahui tentang efek samping adalah :
• Untuk mendapatkan informasi tentang efek samping yang lebih lengkap dan apa yang harus dilakukan bila yang mengalaminya, tanyakan pada apoteker. • Efek samping yang mungkin timbul antara lain reaksi alergi gatal-gatal, ruam,
mengantuk, mual dan lain-lain.
• Menggunakan obat pada kondisi tertentu seperti pada ibu hamil, menyusui, lanjut usia, gagal ginjal dan lain-lain dapat menimbulkan efek samping yang
fatal, penggunaan obat harus di bawah pengawasan dokter-apoteker.
2.2.7. Cara Penyimpanan Obat
1. Simpan obat dalam kemasan asli dan dalam wadah tertutup rapat.
2. Simpan obat pada suhu kamar dan terhindar dari sinar matahari langsung atau
yang seperti tertera pada kemasan.
3. Simpan obat ditempat yang tidak panas atau tidak lembab karena dapat
menimbulkan kerusakan.
4. Jangan menyimpan obat cair dalam lemari pendingin agar tidak beku, kecuali
jika tertulis pada etiket obat.
5. Jangan menyimpan obat kadaluarsa atau rusak.
6. Jauhkan dari jangkauan anak-anak
2.2.8. Kadaluarsa dan Obat Rusak
Tanggal kadaluarsa menunjukkan bahwa sampai dengan tanggal yang
dimaksud, mutu dan kemurnian obat dijamin masih tetap memenuhi syarat.
Tanggal kadaluarsa biasanya dinyatakan dalam bulan dan tahun. Tanggal
kadaluarsa berlaku untuk obat dalam kemasan aslinya.
Perubahan mutu obat dapat terlihat pada:
1. Tablet
• Terjadinya perubahan warna, bau atau rasa
• Kerusakan berupa noda, berbintik-bintik, lubang, sumbing, pecah,retak dan atau terdapat benda asing, jadi bubuk dan lembab
• Kaleng atau botol rusak 2. Kapsul
• Perubahan warna isi kapsul
3. Tablet salut
• Pecah-pecah, terjadi perubahan warna • Basah dan lengket satu dengan lainnya
• Kaleng atau botol rusak sehingga menimbulkan kelainan fisik 4. Cairan
• Menjadi keruh atau timbul endapan • Konsistensi berubah
• Warna atau rasa berubah • Botol plastik rusak atau bocor 5. Salep
• Warna berubah
• Pot atau tube rusak atau bocor
• Bau berubah (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2007).
2.2.9. Hal-hal yang harus Diperhatikan 1. Kemasan/wadah
Harus tersegel dengan baik, tidak rusak, tidak berlubang, tanggal kadaluarsa
jelas terbaca.
2. Penandaan pada wadah
• Baca zat berkhasiat dan manfaatnya
• Baca aturan pakainya, misalnya sebelumdan sesudah makan
• Untuk pencegahan overdosis, jangan minum obat 2 kali dosis bila sebelumnya lupa minum obat
• Baca kontraindikasinya
Misalnya: - tidak boleh diminum oleh ibu hamil/menyusui
- tidak boleh diminum oleh penderita gagal ginjal • Baca efek samping yang mungkin timbul
• Baca cara penyimpanannya
3. Bila ragu tanyakan pada Apoteker di apotek
4. Bila sakit berlanjut hubungi dokter
2.3.1. Obat Bebas
Obat Bebas yaitu obat yang dapat diperoleh tanpa resep dokter dan bisa
diperoleh di apotek, toko obat, toko dan pedagang eceran. Pada kemasan obat ditandai
dengan lingkaran hitam dengan latar berwarna hijau. Contohnya Parasetamol (pereda
nyeri dan demam), dan produk-produk vitamin (Widodo, 2004).
Obat Bebas adalah obat-obat yang telah digunakan dalam pengobatan modern
(ilmiah) dan tidak mempunyai bahaya yang mengkhawatirkan. Obat Bebas yang
diperjualbelikan tanpa resep dokter harus disetai dengan brosur yang menerangkan
cara pemakaiannya, jumlah takaran, kontraindikasinya dan peringatan terhadap
kemungkinan gangguan-gangguan akibat allergi terhadap obat yang bersangkutan
serta gejala-gejalanya, ditulis dengan huruf Latin dalam bahasa Indonesia.
Berdasarkan S.K Menkes R.I No.2380/A/SK/IV/83 tanda khusus untuk Obat
Bebas adalah berupa lingkaran berwarna hijau dengan garis tepi berwarna hitam.
Simbol :
2.3.2. Obat Bebas Terbatas
Obat Bebas Terbatas adalah obat yang dijual bebas dan dapat dibeli tanpa resep
dokter, tapi disertai dengan tanda peringatan. Tanda khusus untuk obat ini adalah
lingkaran berwarna biru dengan garis tepi hitam.
Simbol :
Khusus untuk Obat Bebas Terbatas, selain terdapat tanda khusus lingkaran biru,
diberi pula tanda peringatan untuk aturan pakai obat, karena hanya dengan takaran
dan kemasan tertentu, obat ini aman dipergunakan untuk pengobatan sendiri. Tanda
peringatan berupa empat persegi panjang dengan huruf putih pada dasar hitam yang
terdiri dari 6 macam yaitu :
P. No. 1 yaitu: Awas ! Obat Keras Bacalah aturan memakainya
P. No. 2 yaitu: Awas ! Obat Keras Hanya untuk kumur, jangan ditelan
P. No. 3 yaitu: Awas ! Obat Keras Hanya untuk bagian luar badan
P. No. 4 yaitu: Awas ! Obat Keras Hanya untuk dibakar
P. No. 5 yaitu: Awas ! Obat Keras Tidak boleh ditelan
P. No. 6 yaitu: Awas ! Obat Keras Obat Wasir, jangan ditelan
Pedagang Eceran Obat (diatur oleh Per. Menkes No. 167/Kab/B VII/1972) ialah
orang atau Badan Hukum Indonesia yang memiliki izin untuk menyimpan Obat Bebas
dan Obat Bebas Terbatas (daftar W) untuk dijual secara eceran di tempat tertentu
sesuai dengan syarat izinnya.
Obat yang boleh dijual pedagang eceran obat hanya Obat Bebas dan Obat Bebas
Terbatas dalam bungkusan asli dari pabrik yang membuatnya secara eceran. Obat
yang dijual harus bermutu baik dan berasal dari pabrik farmasi atau Pedagang Besar
Farmasi (PBF) yang berizin dari Depkes. Yang boleh mengusahakan adalah
Perusahaan Negara, Perusahaan Swasta dan Perorangan.
2.4.2 Cara Mendapatkan Obat
Obat Bebas dapat diperoleh dari Toko Obat, Pedagang Eceran Obat Berizin
yang dipimpin oleh asisten apoteker dan dari apotek. Obat Bebas tersebut dalam
kemasan asli dari pabrik dengan disertai tanda lingkaran hijau sebagai tanda Obat
Bebas dan disertai brosur yang berisi nama obat, nama dari isi zat berkhasiat, indikasi,
dosis atau aturan memakainya, nomor batch dan nomor register, nama pabrik dan
alamatnya, cara penyimpanannya.
Di apotek boleh membungkus kembali dari pengemasan besar, tetapi disertai
etiket apotek di mana ditulis nama obat serta aturan pemakaiannya atau dosis dan
hanya boleh dijual langsung pada si pemakai.
Obat Bebas Terbatas dapat diperoleh tanpa resep dari Pedagang Eceran Obat
Berizin yang dipimpin oleh asisten apoteker dan apotek, dalam bungkus asli dari
pabrik dengan disertai tanda lingkaran berwarna biru sebagai tanda Obat Bebas
Terbatas, di samping itu ada tanda peringatan dari P. No. 1 – P. No. 6 sesuai dengan
SK Menkes No. 6355/Dirjen/SK/69 tanggal 5 November 1975, dan harus ditandai
dengan etiket-etiket atau brosur yang menyebutkan:
a) Nama obat yang bersangkutan.
b) Daftar bahan berkhasiat serta jumlahnya yang digunakan.
c) Nomor batch dan tanggal kadarluarsa, nomor register.
d) Nama dan alamat produsen.
e) Petunjuk kegunaan (indikasi) dan cara pemakaian dan peringatan, pencegahan
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1. Kerangka Konsep Penelitian
Kerangka konsep adalah gambaran sederhana (ringkas) dan jelas mengenai
keterkaitan satu konsep dengan konsep yang lainnya, atau menggambarkan pengaruh
atau hubungan antara satu kejadian (fenomena) dengan kejadian (fenomena) yang
lainnya. Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitan
ini adalah :
Gambar 3.1. Kerangka Konsep
3.2. Defenisi Operasional 3.2.1. Defenisi Pengetahuan
Di sini penelitian perlu dijabarkan untuk menghindari perbedaan persepsi dalam
menginterpretasi masing-masing variabel penelitian. Adapun definisi operasional dari
penelitian ini adalah sebagai berikut :
Obat Bebas dan
a. Tingkat Pendidikan adalah jenjang pendidikan formal yang diperoleh ibu baik
tamat maupun tidak tamat saat dilakukan wawancara. Tingkat pendidikan dapat
dikategorikan menjadi:
• Tidak sekolah
• SD
• SMP
• SMA
• Diploma
• Sarjana
Dalam hal ini, tingkat pendidikan dibagi dua, yaitu :
a. Pendidikan rendah : tidak sekolah, tamat SD (atau pendidikan sederajat),
atau tamat SMP (atau pendidikan sederajat)
b. Pendidikan tinggi : tamat SMA (atau pendidikan sederajat) atau tamat
kuliah (D1, D3, S1, S2, atau S3).
b. Umur adalah lamanya hidup ibu yang dihitung sejak dilahirkan sampai ulang tahun
terakhir saat diadakannya wawancara. Umur dapat dikategorikan menjadi:
• 20-30 tahun
• 30-40 tahun
• 40-50 tahun
c. Pekerjaan adalah aktivitas sehari-hari yang ditekuni dan dilakukan oleh ibu.
Pekerjaan dapat dikategorikan menjadi:
• Ibu rumah tangga
• Pegawai Negeri/Swasta
• Wiraswasta
• Buruh
d. Penghasilan dikategorikan menjadi:
• Rendah, yaitu dengan penghasilan dibawah Rp. 1.000.000,00 per bulan.
• Sedang, yaitu dengan penghasilan Rp. 1.000.000,00 sampai dengan
Rp. 2.500.000,00 per bulan.
e. Jumlah anak adalah Jumlah anak yang menjadi tanggungan keluarga.
• 1 – 2 sedikit
• 3 – 5 sedang
• > 5 banyak
3.3. Cara Ukur : Adapun cara pengukuran dengan pertanyaan dalam bentuk angket/kuesioner.
3.4. Alat Ukur : Alat ukur yang digunakan berupa kuesioner yang terdiri atas 14 pertanyaan dengan 3 pilihan jawaban, yaitu: jawaban yang benar
diberi skor 2, jawaban yang salah diberi skor 1, jawaban tidak tahu
diberi skor 0 .
1) Pertanyaan no.1, no.2, no.4, no.6, no.7, no.13, no.15, dan no.16 tidak memiliki
poin. Pertanyaan-pertanyaan ini tidak dimasukkan ke dalam penilaian tingkat
pengetahuan, tetapi dijadikan sebagai data kualitatif.
2) Untuk pertanyaan no.3, no.5, no.8, no.9, no.10, no.11, dan no.12 jika
responden menjawab benar, maka responden mendapat skor 2. Jika menjawab
salah responden mendapat skor 1, jika tidak tahu responden mendapat skor 0.
3) Total poinnya adalah 14.
4) Seluruh skor yang didapatkan oleh responden akan dijumlahkan.
5) Nilai yang didapat oleh responden akan dihitung dengan menggunakan rumus:
Total poinnya adalah 14. Seluruh skor yang didapatkan oleh responden akan
dijumlahkan. Berdasarkan jumlah nilai yang diperoleh responden, maka
ukuran pengetahuan responden (ibu-ibu) menurut Pratomo dkk (1990),
dilakukan dengan menggunakan sistem skoring dengan memakai skala sebagai
berikut :
a. Baik, bila jawaban responden benar > 75% dari total skor atau total
nilai 11-14.
b. Sedang, bila jawaban responden benar antara 40-75% dari total skor
c. Kurang, bila jawaban responden benar <40% dari total skor atau total
nilai <5.
3.5. Skala pengukuran : Skala pengukuran yang digunakan adalah skala ordinal dan sistem nilai (skoring) dapat dilihat di tabel 3.1.
Tabel 3.1. Sistem Skor Kuesioner Aspek Pengetahuan
No. Skor
3 A=2 B=1 C=0
5 A=2 B=1 C=0
8 A=2 B=1 C=0
9 A=2 B=1 C=0
10 A=2 B=1 C=0
11 A=2 B=1 C=0
12 A=2 B=1 C=0
BAB 4
4.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan desain
penelitian cross sectional. Penelitian ini dilakukan untuk menilai gambaran
pengetahuan responden (ibu-ibu) tentang Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas di
Kelurahan Polonia Kecamatan Medan Polonia Kota Medan. Penelitian ini akan
dilakukan dengan metode observasi kuantitatif dengan menggunakan kuesioner.
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Posyandu kelurahan Polonia Kecamatan Medan
Polonia selama 2 bulan pada bulan Juni sampai dengan bulan Agustus 2010. Lokasi
ini dipilih dengan alasan karena:
a. Jarak kelurahan Polonia tidak terlalu jauh dari tempat tinggal peneliti,
sehingga dapat meringankan dalam hal waktu, tenaga dan dana dalam
melaksanakan penelitian.
b. Kelurahan Polonia merupakan kelurahan dengan penduduk terbanyak di
Kecamatan Medan Polonia.
c. Tingkat pengetahuan ibu-ibunya beragam.
d. Di daerah penelitian ini belum pernah diadakan penelitian sebelumnya
mengenai gambaran pengetahuan ibu-ibu tentang Obat Bebas dan Obat
Bebas Terbatas di Kelurahan Polonia Kecamatan Medan Polonia Kota
Medan.
4.3.Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1. Populasi Penelitian
Populasi terjangkau pada penelitian ini adalah semua Ibu-Ibu yang datang ke
Posyandu Kelurahan Polonia. Dari hasil survei awal, besar anggota populasi
terjangkau ini adalah 300 orang.
Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah :
1. Ibu-ibu yang bersedia menjadi responden penelitian setelah memperoleh
persetujuan setelah penjelasan (informed consent).
2. Terdaftar sebagai warga di Kelurahan Polonia.
4. Sudah menikah
5. Karakteristik ibu berdasarkan tingkat pendidikan, umur, pekerjaan, jumlah anak
dan penghasilan.
6. Responden berada di tempat pada saat mengumpulkan data.
Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah :
1. Tidak bersedia menjadi responden penelitian.
4.3.2. Sampel Penelitian
Sampel penelitian diambil dengan menggunakan metode Stratified Random
Sampling. Karakteristik ibu yang digunakan dalam penelitian ini adalah berdasarkan
tingkat pendidikan, umur, pekerjaan, jumlah anak dan penghasilan. Penggunaan
metode ini dilakukan dengan pertimbangan agar sampel yang terkumpul dapat
mewakili semua populasi yang akan diteliti.
Menurut Wahyuni (2007), jumlah sampel minimal akan dihitung dengan
menggunakan rumus :
Keterangan :
n = Besar sampel minimum
Z1-α/2 = nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada α tertentu P = harga proporsi di populasi
d = kesalahan (absolut) yang dapat ditolerir
N = jumlah di populasi
Berdasarkan rumus diatas, nilai yang harus di cari adalah nila p (harga proporsi),
sedangkan nilai yang ditetapkan oleh peneliti adalah Zαdan nilai d. Dalam penelitian N. Z²1 – α/2. p. (1-p)
ini, proporsi di populasi adalah 50% (0,50), q adalah 1-p (1-0,50) yaitu, 0,50. Peneliti
menetapkan α sebesar 5% sehingga Z1-α/2 = 1,96, dengan kesalahan absolut yang masih bisa ditolerir (d) di tetapkan sebesar 10% (0,1).
Dengan demikian, besar sampel yang diperlukan adalah :
n = N. Z2 1-α/2.p.(1-q) (N-1 )d2 +Z2 1-α/2.p.(1-q) = 300x1,962x0,5x0,5 (300-1)x 0,12+1,962x0,5x0,5 = 72
Jadi besar sampel minimum yang diperlukan adalah 72 subyek.
4.4.Metode Pengumpulan Data 4.4.1. Data primer
Pada penelitian ini, digunakan data primer yang didapat langsung dari
responden. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara dengan alat
pengumpulan data berupa kuesioner yang berisikan daftar pertanyaan serta pilihan
jawaban yang telah dipersiapkan. Pertanyaan-pertanyaan di dalam kuesioner
ditanyakan langsung oleh surveyor kepada responden.
Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas 14 pertanyaan.
Sebelum digunakan dalam penelitian, kuesioner disebarkan kepada 20 orang
responden non sampel penelitian, yang terdiri atas 3 orang responden tamat SD, 4
orang tamat SMP, 12 orang tamat SMA, dan 1 orang tamat perguruan tinggi.
Kuesioner ini diuji validitas dan reliabilitasnya dengan menggunakan SPSS versi
17.0.
Berikut ini adalah hasil uji validitas dan reliabilitas kuesioner penelitian yang
dilakukan uji validitas konstrak dengan Korelasi Pearson dan uji reliabilitas dengan
metode Alpha Cronbach.
Tabel 4.1 : Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Penelitian
Variabel Nomor Total Status Alpha Status Pertanyaan Pearson
Correlation
5 0,554 Valid Reliabel
8 0,706 Valid Reliabel
9 0,511 Valid Reliabel
10 0,531 Valid Reliabel
11 0,626 Valid Reliabel
12 0,644 Valid Reliabel
4.4.2. Data Sekunder
Data sekunder pada penelitian ini yang diperoleh dari Puskesmas Polonia
adalah Ibu-Ibu yang tinggal di Kelurahan Polonia tahun 2010, yaitu sebanyak 300
orang. Data ini diperlukan untuk mengetahui apakah jumlah subyek mencukupi di
dalam populasi tersebut.
4.5. Etika penelitian
Dalam penelitian ini, pengumpulan data dilakukan dalam bentuk
angket/kuesioner, dan sebelum pengisian kuesioner akan dilampirkan lembar
persetujuan responden. Kuesioner tersebut berisikan pertanyaan-pertanyaan berupa
pengetahuan dampak penggunaan kosmetik pemutih terhadap kesehatan kulit. Baik
nama serta identitas diri pasien akan menjadi rahasia peneliti dan tidak akan
disebarluaskan. Sedangkan hasil penelitian serta jawaban yang diberikan responden
hanya akan digunakan untuk keperluan penelitian. Waktu pengisian kuesioner
memakan waktu kurang lebih 25 menit.
4.6.Pengolahan dan Analisa Data
Dalam penelitian ini, data penelitian yang diperoleh dari hasil kuesioner berupa
jawaban dari responden diubah menjadi data kuantitatif dalam bentuk skor nilai.
Kemudian data yang telah terkumpul tersebut dilakukan pengolahan.
Langkah-langkah dalam pengolahan data tersebut adalah sebagai berikut (Wahyuni, 2007):
a. Editing
Editing adalah langkah untuk meneliti apakah isian kuisioner sudah
lengkap atau belum sehingga apabila ada kekurangan dapat segera
dilengkapi.
Coding adalah suatu usaha memeberikan kode/menandai
jawaban-jawaban responden atas pertanyaan yang ada pada kuisioner yang
nantinya akan memudahkan proses dengan komputer.
c. Entry data
Memasukkan data melalui pengolahan komputer dengan menggunakan
program SPSS (Statistical Product and Service Solution) versi 17.0.
d. Cleaning
Adalah pembersihan data. Kegiatan meneliti kembali data yang sudah
ada, apakah ada kesalahan atau tidak.
Setelah data diolah kemudian data tersebut dianalisa secara deskriptif untuk
mengetahui gambaran pengetahuan ibu-ibu di Posyandu Kelurahan Polonia
Kecamatan Medan Polonia Kota Medan tentang Penggunaan Obat Bebas dan Obat
Bebas Terbatas. Hasil dari analisa data tersebut akan disajikan dalam bentuk narasi
dan tabel distribusi frekuensi dan proporsi.
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini dipaparkan hasil penelitian beserta pembahasannya. Penelitian
dilakukan sejak penyusunan proposal hingga penyusunan laporan hasil penelitian.
Proses pengumpulan data penelitian dilakukan pada bulan Juni-Agustus 2010 dengan
melakukan wawancara terhadap 72 orang ibu-ibu yang bertempat tinggal di
Kelurahan Polonia tentang penggunaan obat bebas dan obat bebas terbatas.
5.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah Kelurahan Polonia. Kelurahan Polonia merupakan
salah satu kelurahan di Kecamatan Medan Polonia yang dipimpin oleh Ibu Lenawati
Syah, SH. Kelurahan ini memiliki luas 1,57 km2 dan dibagi menjadi 13 lingkungan. Penelitian mencakup seluruh lingkungan yang ada di Kelurahan Polonia. Secara
geografis, kelurahan ini memiliki batas-batas sebagai berikut: Utara: Kelurahan Anggrung atau Mongonsidi
Selatan: landasan terbang Bandar Udara Polonia Medan atau Kelurahan Sari Rejo
5.2. Deskripsi Karakteristik Responden
Responden penelitian adalah ibu-ibu dengan rentang usia 20 sampai 50 tahun
yang bertempat tinggal di Kelurahan Polonia.
Tabel 5.1 : Distribusi responden berdasarkan usia
No. Usia Jumlah (orang) %
1. 20-30 30 21,6
2. 31-40 34 24,48
3. 41-50 8 5,76
Total 100
Berdasarkan tabel 5.1 di atas diketahui bahwa usia responden paling
banyak adalah 31-40 tahun yaitu 34 orang (24,48%), sedangkan usia responden
paling sedikit adalah 41-50 tahun yaitu 8 orang (5,76%).
Tabel 5.2 : Distribusi responden berdasarkan pendidikan
No. Pendidikan Jumlah (orang) %
1. SD 9 12,5
2. SMP 16 22,2
3. SMA/SMK 42 58,3
4. D2/D3 2 2,8
5. S1/S2 3 4,2
Total 72 100,0
Berdasarkan tabel 5.2 di atas di atas pendidikan responden dikelompokkan
menjadi yaitu dua kategori, yaitu pendidikan rendah (tamat SD/sederajat atau
SMP/sederajat) dan pendidikan tinggi (tamat SMA/sederajat atau tamat
Perguruan Tinggi). Dari hasil pengelompokkan diatas, didapatkan 25 orang
(34,7%) berpendidikan rendah dan 47 orang (65,3%) berpendidikan tinggi.
Tabel 5.3 : Distribusi responden berdasarkan pekerjaan
1. ibu RT 64 88,9
2. pegawai
swasta/pegawai
negeri
7 9,7
3. Pedagang 1 1,4
Total 72 100
Berdasarkan tabel 5.3 di atas diketahui bahwa pekerjaan responden paling
banyak adalah ibu RT (rumah tangga) yaitu 64 orang (88,9%), sedangkan
pekerjaan responden paling sedikit adalah pedagang yaitu 1 orang (1,4%).
Tabel 5.4 : Distribusi responden berdasarkan penghasilan
No. Penghasilan Jumlah (orang) %
1. <1 juta 36 50,0
2. 1 juta-2,5 juta 31 43,1
3. >2,5 juta 5 6,9
Total 72 100,0
Berdasarkan tabel 5.4 di atas diketahui bahwa penghasilan responden
paling banyak adalah kelompok yang berpenghasilan di bawah Rp. 1.000.000,00
per bulan yaitu 36 orang (50,0%), sedangkan penghasilan responden paling
sedikit adalah kelompok yang berpenghasilan di atas Rp. 2.500.000,00 per bulan
yaitu 5 orang (6,9%).
Tabel 5.5 : Distribusi responden berdasarkan jumlah anak
No. Jumlah Anak Jumlah (orang) %
1. 1 orang 17 23,6
2. 2 orang 25 34,7
3. 3 orang 17 23,6
4. 4 orang 8 11,1
5. 5 orang 4 5,6
6. 6 orang 1 1,4
Berdasarkan tabel 5.5 di atas diketahui bahwa jumlah anak responden
paling banyak adalah 1-2 orang yaitu 42 orang (58,3%), 3-5 orang yaitu 29 orang
(40,3%), sedangkan jumlah anak responden paling sedikit adalah 6 orang yaitu 1
orang (1,4%).
5.3. Deskriptif Pengetahuan Responden tentang Penggunaan Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas
Responden pada penelitian ini yang pernah membeli obat di warung
sebesar 65 orang (90,3%), sedangkan yang tidak pernah membeli obat di warung
sebesar 7 orang (9,7%). Dan yang pernah memperhatikan lambang atau simbol
obat yang dibeli sebesar 42 orang (58,3%) serta responden yang tidak
memperhatikan lambang atau simbol obat yang dibeli sebesar 30 orang (41,7%).
Sedangkan tempat membeli obat responden paling banyak adalah apotik
sebesar 51 orang (70,8%), dan di warung sebesar 21 orang (29,2%). Untuk obat
yang biasa dibeli responden paling banyak adalah obat demam sebesar 25 orang
(34,7%), diikuti oleh obat sakit kepala sebesar 22 orang (30,6%), obat batuk
sebesar 21 orang (29,2%), obat pilek sebesar 3 orang (4,2%), dan lain-lain yaitu
1 orang (1,4%).
Obat yang bisa dibeli tanpa resep dokter menurut responden paling
banyak adalah obat demam sebesar 39 orang (54,2%), obat batuk sebesar 15
orang (20,8%), obat pilek sebesar 14 orang (19,4%), dan antibiotik sebesar 4
orang (5,6%). Sementara itu pengetahuan obat yang dibeli tanpa resep dokter
menurut responden paling banyak adalah melalui media elektronik yaitu 36 orang
(50,0%), pelayan kesehatan yaitu 33 orang (45,8%), dan lain-lain yaitu 3 orang
(4,2%).
Untuk gejala setelah makan obat bebas terbatas menurut responden paling
banyak adalah mengantuk sebesar 58 orang dan yang tidak mengantuk sebesar 3
orang (84,8%), jantung berdebar-debar sebesar 15 orang serta yang tidak ada
jantung berdebar-debar sebesar 11 orang (36,1%), keringat dingin sebesar 6 orang
serta yang tidak ada keringat dingin sebesar 14 orang (27,7%), mual sebesar 4
orang serta yang tidak ada mual sebesar 11 orang (20,9%), diare/mencret sebesar
4 orang serta yang tidak ada diare/mencret sebesar 13 orang (23,7%), muntah
yang diperhatikan responden dalam kemasan obat paling banyak adalah dosis
sebesar 45 orang (62,5%), cara penggunaan sebesar 18 orang (25,0%), indikasi
sebesar 6 orang (8,3%), dan isi obat sebesar 3 orang (4,2%).
5.4. Hasil Data Kuantitatif Bentuk Gambar
Gambaran Pengetahuan Responden
Gambar 5.1 Gambaran Pengetahuan Responden Tentang Penggunaan Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas
Berdasarkan gambar 5.1. di atas dapat dilihat bahwa sebanyak 25 orang
(34,7%) responden mempunyai tingkat pengetahuan baik tentang penggunaan
obat bebas dan obat bebas terbatas, sebanyak 42 orang (58,3%) responden
mempunyai tingkat pengetahuan sedang, sedangkan sebanyak 5 orang (6,9%)
responden mempunyai tingkat pengetahuan kurang.
5.5. Hasil Data Kuantitatif Bentuk Tabel
Skor
Pengetahuan Sedang
58,3%
Pengetahuan Baik 34,7% Pengetahuan
No. Pertanyaan Isi 0 1 2 Total
n % n % n %
1. 3 Pengetahuan
pengertian
obat bebas
5 6,9 5 6,9 62 86,1 72
2. 5 Pengetahuan
lambang atau
simbol obat
bebas
17 23,6 8 11,1 47 65,3 72
3. 8 Pengetahuan
efek samping
obat bebas
25 34,7 27 37,5 20 27,8 72
4. 9 Pengetahuan
pengertian
obat bebas
terbatas
22 30,6 7 9,7 43 59,7 72
5. 10 Pengetahuan
lambang atau
simbol obat
bebas terbatas
22 34,7 19 26,4 28 38,9 72
5. 11 Pengetahuan
efek samping
obat bebas
terbatas
18 25 18 25 36 50 72
6. 12 Pengetahuan
tentang salah
satu peringatan
obat bebas
terbatas
3 4,2 69 95,8 72
Berdasarkan tabel 5.5 di atas dapat dilihat bahwa sebanyak 62 orang
(86,1%) responden mempunyai skor pengetahuan 2, sebanyak 5 orang (6,9%)
responden mempunyai skor pengetahuan 1 dan sebanyak 5 orang (6,9%)
mempunyai skor pengetahuan 0 tentang pengertian obat bebas. Serta dapat
dilihat bahwa sebanyak 47 orang (65,3%) responden mempunyai skor
pengetahuan 2, sebanyak 8 orang (11,1%) responden mempunyai skor
pengetahuan 1 dan sebanyak 17 orang (23,6%) mempunyai skor pengetahuan 0
Berdasarkan tabel 5.5 di atas juga dapat dilihat bahwa sebanyak 20 orang
(27,8%) responden mempunyai skor pengetahuan 2, sebanyak 27 orang (37,5%)
responden mempunyai skor pengetahuan 1 dan sebanyak 25 orang (34,7%)
mempunyai skor pengetahuan 0 tentang efek samping obat bebas. Sementara itu
sebanyak 43 orang (59,7%) responden mempunyai skor pengetahuan 2,
sebanyak 7 orang (9,7%) responden mempunyai skor pengetahuan 1 dan
sebanyak 22 orang (30,6%) mempunyai skor pengetahuan 0 tentang pengertian
obat bebas terbatas.
Pada table juga didapatkan sebanyak 28 orang (38,9%) responden
mempunyai skor pengetahuan 2, sebanyak 19 orang (26,4%) responden
mempunyai skor pengetahuan 1 dan sebanyak 22 orang (34,7%) mempunyai
skor pengetahuan 0 tentang lambang atau simbol obat bebas. Dan sebanyak 36
orang (50%) responden mempunyai skor pengetahuan 2, sebanyak 18 orang
(25%) responden mempunyai skor pengetahuan 1 dan sebanyak 18 orang (25%)
mempunyai skor pengetahuan 0 tentang efek samping obat bebas terbatas.
Berdasarkan tabel di atas juga dapat dilihat bahwa sebanyak 69 orang
(95,8%) responden mempunyai skor pengetahuan 2, dan sebanyak 3 orang
(4,2%) mempunyai skor pengetahuan 0 tentang salah satu peringatan obat
bebas terbatas.
5.6. Pembahasan
Dari hasil penelitian terhadap 72 responden yang diteliti dapat
disimpulkan bahwa gambaran tingkat pengetahuan ibu-ibu di posyandu
kelurahan polonia tentang penggunaan obat bebas dan obat bebas terbatas
mempunyai pengetahuan sedang yaitu 42 orang (58,3%). Sementara itu,
sebanyak 25 orang (34,7%) mempunyai gambaran pengetahuan tentang obat
bebas dan obat bebas terbatas tergolong baik, sedangkan untuk gambaran
Berdasarkan penelitian dapat dilihat bahwa sebanyak 62 orang (86,1%)
responden mempunyai pengetahuan baik, sebanyak 5 orang (6,9%) responden
mempunyai pengetahuan sedang dan sebanyak 5 orang (6,9%) mempunyai
pengetahuan kurang tentang pengertian obat bebas. Dalam hal ini yang
dimaksud dengan pengertian obat bebas adalah sesuai dengan pengertian obat
bebas dalam penggolongan obat berdasarkan keamanan (Peraturan Menteri
Kesehatan, 1989).
Selanjutnya dapat disimpulkan juga bahwa sebanyak 43 orang (59,7%)
responden mempunyai tingkat pengetahuan baik, sebanyak 7 orang (9,7%)
responden mempunyai tingkat pengetahuan sedang dan sebanyak 22 orang
(30,6%) mempunyai tingkat pengetahuan kurang tentang pengertian obat
bebas terbatas. Dalam hal ini yang dimaksud dengan pengertian obat bebas
terbatas dalam penggolongan obat berdasarkan keamanan (Peraturan Menteri
Kesehatan, 1989).
Berdasarkan penelitian dapat dilihat bahwa sebanyak 47 orang (65,3%)
responden mempunyai tingkat pengetahuan baik, sebanyak 8 orang (11,1%)
responden mempunyai tingkat pengetahuan sedang dan sebanyak 17 orang
(23,6%) mempunyai tingkat pengetahuan kurang tentang lambang atau simbol
obat bebas. Tanda khusus obat bebas adalah berupa lingkaran berwarna hijau
dengan garis tepi berwarna hitam (Menteri Kesehatan R.I., 1983).
Selanjutnya berdasarkan penelitian dapat disimpulkan juga bahwa
sebanyak 28 orang (38,9%) responden mempunyai tingkat pengetahuan baik,
sebanyak 19 orang (26,4%) responden mempunyai tingkat pengetahuan
sedang dan sebanyak 25 orang (34,7%) mempunyai tingkat pengetahuan
kurang tentang lambang atau simbol obat bebas terbatas. Tanda khusus obat
bebas terbatas adalah lingkaran berwarna biru dengan garis tepi hitam
(Menteri Kesehatan R.I., 1983).
Berdasarkan penelitian dapat dilihat bahwa sebanyak 20 orang (27,8%)
responden mempunyai tingkat pengetahuan baik, sebanyak 27 orang (37,5%)
responden mempunyai tingkat pengetahuan sedang dan sebanyak 25 orang
(34,7%) mempunyai tingkat pengetahuan kurang tentang efek samping obat
bebas. Dan sebanyak 36 orang (50%) responden mempunyai tingkat