• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI DESKRIPTIF HUBUNGAN LINGKUNGAN SEK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "STUDI DESKRIPTIF HUBUNGAN LINGKUNGAN SEK"

Copied!
62
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yaitu antara 13 sampai dengan 18 tahun. Hal tersebut menimbulkan sejumlah konsekuensi perubahan aspek fisik, psikologis, intelektual, emosi, seksual dan spiritual. Secara psikologis misalnya pemikiran, sikap, perasaan, minat dan kehendak masih sering berubah-ubah dan dianggap belum mencapai taraf kestabilan. Pada masa ini terjadi pertumbuhan otak untuk berfikir secara rasional dan logis. Remaja pada umumnya memiliki kepribadian yang belum stabil, namun hal itu berangsur-angsur berkurang sejalan kematangan kepribadiannya. Bila berhasil mengatasi konflik, maka ia akan menjadi dewasa. Dewasa berarti memiliki jati diri yang mantap, emosi yang stabil, dan bertanggungjawab serta memiliki kejiwaan yang sehat, selaras dan seimbang (Fitri, 2012).

(2)

sejumlah komponen antara lain tujuan pelajaran, bahan ajar, siswa yang menerima pelayanan belajar, guru, metode dan pendekatan, situasi, dan evaluasi kemajuan belajar. Secara khusus dalam proses belajar mengajar guru berperan sebagai pengajar, pembimbing, perantara sekolah dengan masyarakat, administrator dan lain-lain. Agar tujuan itu dapat tercapai, semua komponen yang ada harus diorganisasikan dengan baik sehingga sesama komponen itu terjadi kerjasama yang pada akhirnya dapat dilihat pada evaluasi akhir pada hasil akhir belajar siswa atau prestasi belajar (Abdullah, 2008).

Data Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan menyatakan bahwa jumlah pembangunan sekolah di Indonesia terus meningkat sejak 2009 hingga 2011 yakni dari 117-577 sekolah. Hal ini sebanding dengan peningkatan presentasi kelulusan siswa SMA yang mencapai 99.50% pada tahun 2011, berarti hanya 0.50% siswa yang tidak lulus. Pada tahun 2011, Jumlah siswa SMA/MA/SMALB yang lulus 1.517.125 orang (99,50 %) dengan nilai rata-rata tertinggi 9,33. Tahun 2012, siswa yang lulus 99,72 % artinya terjadi peningkatan kelulusan (Kompas.com, 2012).

(3)

dan SMK Sederajat di Kabupaten Sumba Timur, NTT, Presentasi kelulusan mencapai 96,53 %. Sementara untuk tingkat SMK mencapai 99,33 %. Dari 11 SMA yang melaksanakan UN hanya 3 sekolah yang mencapai kelulusan 100 %. SMA Negeri 1 Haharu merupakan salah satu SMA yang tidak mencapai kelulusan 100% pada tahun ini (Moripanet Sumba, 2013).

Berdasarkan hasil wawancara kepada wakil kepala sekolah SMA Negeri 1 Haharu pada 03 Desember 2014, diperoleh informasi bahwa presentasi kelulusan SMA Negeri 1 Haharu stabil selama periode 2010 – 2012 yaitu 100%. Namun pada tahun 2013 menurun menjadi 96% dan rata-rata nilai siswa menurun pada tahun tersebut. Selain itu prestasi-prestasi akademik diluar sekolah juga mengalami penurunan (SMA N 1 Haharu, 2014). Beliau juga mengungkapkan bahwa sekolah telah berupaya semaksimal mungkin dalam membantu meningkatkan dorongan semangat belajar, prestasi dan angka kelulusan siswa. Upaya-upaya tersebut diwujudkan dalam pemberian motivasi setiap kali apel pagi dan sisipan selama jam pelajaran, pemberian Les Tambahan kepada siswa kelas XII sebagai metode untuk mengulang kembali materi yang telah dilewati mengingat kelas XII merupakan kelas persiapan Ujian Nasional, serta sekolah memberikan Try Out secara gratis tanpa dipungut biaya apapun. Dalam wawancara tersebut, beliau juga mengungkapkan bahwa untuk mencapai hasil maksimal dukungan keluarga sangat diperlukan dalam meningkatkan prestasi siswa.

(4)

dan dukungan keluarga memiliki pengaruh positif terhadap prestasi belajar siswa (Kristianto, 2012). Penelitian lain menemukan bahwa faktor motivasi belajar dari siswa juga memiliki pengaruh positif terhadap prestasi belajar siswa (Hamdu,2011).

Berdasarkan hal diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti apakah ada hubungan antara lingkungan sekolah, keluarga, dan motivasi dengan prestasi belajar siswa kelas XII di SMA Negeri 1 Haharu.

1.2 PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut “Apakah ada Hubungan antara Lingkungan Sekolah, Keluarga, dan Motivasi dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas XII di SMA 1 Haharu?”

1.3 TUJUAN PENELITIAN

1.3.1 Tujuan Umum

(5)

1.3.2 Tujuan Khusus

1.3.2.1 Untuk mengetahui hubungan lingkungan sekolah dengan prestasi belajar siswa kelas XII di SMA Negeri 1 Haharu.

1.3.2.2 Untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan prestasi belajar siswa kelas XII di SMA Negeri 1 Haharu

(6)

1.4 MANFAAT PENELITIAN

Adapun manfaat penelitian ini ditujukan bagi :

1.4.1 Bagi Siswa SMA Negeri 1 Haharu

Dari penelitian ini diharapkan siswa dapat menambah pengetahuan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, serta menambah wawasan untuk manajemen diri agar dapat meningkatkan atau mempertahankan prestasi yang ada.

1.4.2 Bagi SMA Negeri 1 Haharu

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi pengelola SMA Negeri 1 Haharu dalam memberikan perhatian terhadap pentingnya pengaruh lingkungan sekolah dan motivasi belajar terhadap prestasi. Selanjutnya manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan sebagai bahan evaluasi dan pengembangan program pendidikan baru dan lingkungan yang mendukung bagi prestasi belajar siswa.

(7)

Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh institusi untuk dijadikan acuan dalam proses pembelajaran bagi mahasiswa.

1.4.4 Bagi Penelitian

1.4.4.1 Peneliti Sekarang

Menambah pengetahuan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar.

1.4.4.2 Peneliti Selanjutnya

Sebagai informasi bagi penelitian selanjutnya untuk meneliti hubungan lingkungan sekolah, keluarga dan motivasi terhadap prestasi belajar.

1.4.5 Bagi Masyarakat

(8)

1.5 KEASLIAN PENELITIAN

Penelitian tentang hubungan lingkungan sekolah, keluarga dan motivasi dengan prestasi belajar siswa kelas XII SMA Negeri 1 Haharu belum pernah dilakukan. Penelitian sebelumnya yang dapat menunjang penelitian ini adalah :

1. Penelitian yang dilakukan oleh Kristianto, Tahun 2012 yang berjudul : Hubungan Lingkungan Pendidikan dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas XI Jurusan Teknik Mekanik Otomotif Se-Kota Sleman. Penelitian bersifat Ex-Post Facto dengan jumlah sampel 200 orang.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Hamdu, Tahun 2011 yang berjudul : Pengaruh Motivasi Belajar Siswa Terhadap Pestasi Belajar Ipa Di Sekolah Dasar IV SDN Tarumanagara, Kecamatan Tawang Kota Tasikmalaya. Penelitian berupa korelasi deskriptif dengan jumlah sampel 26 orang.

Perbedaan dengan penelitian ini adalah terdapat pada : jumlah variabel, tahun penelitian, jumlah responden, tempat penelitian.

(9)

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 KONSEP PRESTASI BELAJAR

2.1.1 Pengertian Prestasi Belajar

Poerwadarminta (1987) menyatakan bahwa prestasi adalah hasil yang telah dicapai. Pernyataan ini diperjelas oleh Arijo (1994) yang menyatakan bahwa prestasi adalah hasil usaha yang dicapai seseorang melalui perbuatan belajar yang memperoleh hasil dalam bentuk tingkah laku nyata dan baru. Hasan (1994) belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, keterampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat relatif konstan dan berbekas. Hal ini bermakna bahwa belajar merupakan perubahan tingkah laku akibat adanya interaksi antara individu pada lingkungannya sehingga memperoleh pengalaman.

(10)

tidak sama.

2.1.2 Indikator Prestasi Belajar

Indikator prestasi belajar meliputi tiga ranah yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Namun, dalam penelitian ini penulis menspesifikasikan hanya pada prestasi kognitif saja. Tipe (indikator) hasil belajar kognitif berdasarkan teori Bloom yang dikutip oleh Uzer Usman (2000) meliputi ingatan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat di bawah ini mengenai indikator-indikator dalam prestasi kognitif sebagai berikut:

1. Ingatan

(11)

2. Pemahaman

Tipe hasil belajar pemahaman lebih tinggi satu tingkat dari tipe hasil belajar pengetahuan hafalan. Pemahaman memerlukan kemampuan menangkap makna atau arti dari sesuatu konsep. Oleh karena itu, diperlukan adanya hubungan atau peraturan antara konsep dengan makna yang ada dalam konsep tersebut.

3. Penerapan

Penerapan mengacu kepada kemampuan menggunakan atau menerapkan materi yang sudah dipelajari pada situasi yang baru dan menyangkut penggunaan aturan prinsip. Misalnya, memecahkan suatu masalah dengan menggunakan suatu rumus tertentu (Rusyan, 1989). Tingkah laku untuk merumuskan tujuan instruksional pada aplikasi ini, yang menurut Nana Sudjana (1989) adalah dengan menggunakan kata-kata menghitung, memecahkan, mendemonstrasikan mengungkapkan, menjalankan, menggunakan, menghubungkan, mengerjakan, mengubah, menunjukan proses serta mengurutkan uraian dan lain-lain.

(12)

Analisis adalah merupakan pemeriksaan dan penilaian secara teliti, indikatornya yaitu dapat menguraikan, dapat mengklarifikasikan atau dapat memilah-milah (Muhibbin Syah, 1995) cara mengevaluasikannya adalah dengan memberikan tes tertulis dan pemberian tugas. Dari pernyataan-pernyataan di atas, maka dapat dipahami bahwa yang dimaksud dengan hasil belajar analisis adalah kesanggupan memecahkan, mengurai suatu integrasi (kesatuan yang utuh) menjadi unsur-unsur atau bagian-bagian yang mempunyai tingkatan analisis.

5. Sintesis

Dalam hal ini Nana Sudjana (1985) mengemukakan bahwa sintesis adalah lawan analisis, bila pada analisis tekanan pada kesanggupan menguraikan suatu integritas menjadi bagian yang bermakna, sedangkan pada sintesis adalah kesanggupan menyatukan unsur atau bagian menjadi satu intergritas. Dalam sintesis ini memerlukan kemampuan hafalan, pemahaman, aplikasi dan analisis. Pada tahapan berfikir secara sintesis adalah berfikir devergent sedangkan berfikir analisis adalah berfikir konvergent.

(13)

Istilah evaluasi menurut Ahmad Tafsir (1992) adalah tindakan yang dilakukan untuk mengetahui hasil pengajaran pada khsusunya, hasil pendidikan pada umumnya. Tipe hasil belajar ini dikategorikan paling tinggi karena terkandung didalamnya semua hasil belajar ranah kognitif. Sementara W.S. Winkell (1996) menjelaskan bahwa yang dimaksud hasil belajar evaluasi adalah kemampuan untuk membentuk suatu pendapat mengenai sesuatu atau beberapa hal, selaras dengan pertanggungjawaban pendapat tersebut, yang didasarkan pada kriteria tertentu.

Tingkah laku operasional dilukiskan dalam kata-kata, menilai, membandingkan, mempertimbangkan, menyarankan, mengkritik, menyimpulkan, mendukung, serta memberikan pendapat dan lain-lain.

2.1.3 Faktor-faktor Yang dapat Menumbuhkan Prestasi Belajar

(14)

1. Faktor-faktor yang bersumber dari dalam diri manusia dapat diklasifikasikan menjadi dua, yakni faktor biologis dan faktor psikologis. Yang dapat dikategorikan sebagai faktor biologis antara lain usia, kematangan dan kesehatan, sedangkan yang dapat dikategorikan sebagai faktor psikologis adalah kelelahan, suasana hati, minat dan kebiasaan belajar.

2. Faktor-faktor yang bersumber dari luar diri manusia yang belajar dapat diklasifikasikan menjadi dua juga, yakni faktor manusia (human) dan faktor non manusia seperti alam, benda dan lingkungan fisik.

Hal ini senada dengan pendapat Ngalim Purwanto (1995:102) yang berpendapat, bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dapat dibedakan menjadi dua golongan. Pertama, faktor yang ada pada diri organisme itu sendiri yang kita sebut faktor individual. Kedua, faktor yang ada di luar individu yang kita sebut faktor sosial.

(15)

terkait dengan guru, hubungan sosial, keadaan sekolah yang semuanya itu akan turut mempengaruhi terhadap proses belajar mengajar yang pada akhirnya akan mempengaruhi terhadap prestasi belajar siswa.

2.2 KONSEP LINGKUNGAN SEKOLAH

2.2.1 Pengertian Lingkungan Sekolah

Lingkungan diartikan sebagai kesatuan ruang suatu benda, daya, keadaan dan mahluk hidup termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan peri kehidupan dan kesejahteraan manusia serta mahluk hidup lainnya (Munib, 2005). Pengertian Sekolah adalah wahana kegiatan dan proses pendidikan berlangsung. Di sekolah diadakan kegiatan pendidikan, pembelajaran

dan latihan (Tu’u, 2004). Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang

sistematis melaksanakan program bimbingan, pengajaran, dan latihan dalam

rangka membantu siswa agar mampu megembangkan potensinya baik yang

menyangkut aspek moral, spiritual, intelektual, emosional maupun sosial

(Syamsu, 2001). Sedangkan lingkungan pendidikan adalah berbagai faktor yang berpengaruh terhadap pendidikan atau berbagai lingkungan tempat berlangsungan proses pendidikan.

(16)

potensi siswa.

2.2.1 Faktor-faktor dalam lingkungan sekolah

Menurut Slameto (2003) faktor-faktor sekolah yang mempengaruhi belajar

mencakup :

a. Metode mengajar

Metode mengajar adalah suatu cara atau jalan yang harus dilalui didalam mengajar. Metode mengajar dapat mempengaruhi belajar siswa. Metode mengajar guru yang kurang baik akan mempengaruhi belajar siswa yang tidak baik pula. Agar siswa dapat belajar dengan baik,maka metode mengajar harus diusahakan yang setepat, efisien dan efektif mungkin.

(17)

Kurikulum diartikan sebagai sejumlah kegiatan yang diberikan kepada siswa. Kegiatan itu sebagian besar adalah menyajikan bahan pelajaran agar siswa menerima, menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran itu. Kurikulum yang kurang baik akan berpengaruh tidak baik pula terhadap belajar.

c. Relasi guru dengan siswa

Proses belajar mengajar terjadi antara guru dengan siswa. Proses ini dipengaruhi oleh relasi didalam proses tersebut. Relasi guru dengan siswa baik, membuat siswa akan menyukai gurunya, juga akan menyukai mata pelajaran yang diberikannya sehingga siswa berusaha mempelajari sebaik-baiknya.Guru yang kurang berinteraksi dengan siswa dengan baik menyebabkan proses belajar-mengajar itu kurang lancar.

d. Relasi siswa dengan siswa

(18)

bimbingan dan penyuluhan. Menciptakan relasi yang baik antar siswa akan memberikan pengaruh positif terhadap belajar siswa.

e. Disiplin sekolah

Kedisiplinan sekolah erat kaitannya dengan kerajinan siswa dalam sekolah dan belajar.Kedisiplinan sekolah mencakup kedisiplinan guru dalam mengajar, pegawai sekolah dalam bekerja, kepala sekolah dalam mengelola sekolah, dan BP dalam memberikan layanan. Seluruh staf sekolah yang mengikuti tata tertib dan bekerja dengan disiplin membuat siswa disiplin pula. Dalam proses belajar, disiplin sangat dibutuhkan untuk mengembangkan motivasi yang kuat. Agar siswa belajar lebih maju, maka harus disiplin di dalam belajar baik di sekolah, di rumah dan lain-lain.

f. Alat pelajaran

(19)

sangat dibutuhkan guna memperlancar kegiatan belajar-mengajar.

g. Waktu sekolah

Waktu sekolah adalah waktu terjadinya proses belajar mengajar disekolah. Waktu sekolah akan mempengaruhi belajar siswa. Memilih waktu sekolah yang tepat akan memberikan pengaruh yang positif terhadap belajar. Sekolah dipagi hari adalah adalah waktu yang paling tepat dimana pada saat itu pikiran masih segar dan kondisi jasmani masih baik.

2.3 KONSEP KELUARGA

2.3.1 Definisi Keluarga

Definisi keluarga menurut beberapa ahli dalam buku oleh Sudiharto, 2007

(20)

budaya”

b) Menurut Departemen Kesehatan (1988) mendefinisikan sebagai berikut : “Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga serta beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di satu atap dalam keadaan saling bergantungan”.

c) Menurut Friedman (1998) mendefinisikan sebagai berikut : “Keluarga adalah dua atau lebih individu yang tergabung karena ikatan tertentu untuk saling membagi pengalaman dan melakukan pendekatan emosional, serta mengidentifikasi diri mereka sebagai bagian dari keluarga”

d) Menurut BKKBN (1999) mendefinisikan sebagai berikut : “Keluarga adalah dua orang atau lebih yang dibentuk berdasarkan ikatan perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan materil yang layak, bertakwa kepada Tuhan, memiliki hubungan yang selaras dan seimbang antara anggota keluarga dan masyarakat serta lingkungannya.

2.3.2 Tipe/Bentuk Keluarga (Sudiharto, 2007)

(21)

ikatan perkawinan yang direncanakan yang terdiri dari suami, istri, dan anak-anak, baik karena kelahiran (natural) maupun adopsi.

b) Keluarga asal (Family of origin), merupakan suatu unit keluarga tempat asal seseorang dilahirkan.

c) Keluarga besar (Extended family) adalah keluarga inti ditambah keluarga yang lain ( karena hubungan darah ), misalnya kakek, nenek,

bibi, paman, sepupu.

d) Keluarga berantai (social family) adalah keluarga yang terdiri dari wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan suatu keluarga inti.

e) Keluarga duda atau janda, adalah keluarga yang terbentuk karena perceraian dan/atau kematian pasangan yang dicintai.

f) Keluarga komposit ( composite family), adalah keluarga dari perkawinan poligami dan hidup bersama.

(22)

bentuk keluarga ini tidak lazim dan bertentangan dengan budaya timur. Namun, lambat laun keluarga kohabitasi ini mulai dapat diterima.

h) Keluarga inse ( incest family), seiring dengan masuknya nilai-nilai global dan pengaruh informasi yang sangat dahsyat, dijumpai bentuk keluarga yang tidak lazim, misalnya anak perempuan menikah dengan ayah kandungnya, ayah menikah dengan anak perempuan tirinya. Walaupun tidak lazim dan melanggar nilai-nilai budaya, jumlah keluarga inses semakin hari semakin besar. Hal tersebut dapat kita cermati melalui pemberitaan dari berbagai media cetak dan elektronik.

i) Keluarga tradisional dan nontradisional, dibedakan berdasarkan ikatan perkawinan. Keluarga tradisional diikat oleh perkawinan, sedangkan keluarga nontradisional tidak diikat oleh perkawinan.

2.3.3 Tahap Perkembangan Keluarga

Keluarga dengan anak dewasa (pelepasan) Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah menambah anggota keluarga dengan kehadiran anggota keluarga yang baru melalui pernikahan anak-anak yang telah dewasa, menata kembali

(23)

2.3.4 Peran Keluarga (Friedman, 1998)

1. Peran formal

a) Peran parenteral dan perkawinan

Nyc dan Gecas (1976) mengidentifikasi 8 peran dasar yang membentuk posisi sosial sebagai suami-ayah dan ibu-istri:

1) Peran sebagai provider (penyedia)

2) Peran sebagai pengatur rumah tangga

3) Peran perawatan anak

4) Peran sosialisasi anak

5) Peran rekreasi

(24)

7) Peran terapeutik (memenuhi kebutuhan afektif pasangan)

8) Peran seksual

b) Peran perkawinan

Kebutuhan bagi pasangan untuk memelihara suatu hubungan perkawinan yang kokoh. Anak-anak terutama dapat mempengaruhi hubungan perkawinan yang memuaskan menciptakan situasi dimana suami-istri membentuk suatu koalisi dengan anak. Memelihara suatu hubungan perkawinan merupakan salah satu tugas perkembangan yang vital dari keluarga.

2. Peran informal

a. Pengharmonis : Menengahi perbedaan yang terdapat diantara para anggota, menghibur dan menyatukan kembali pendapat.

(25)

c. Pendamai ( Compromiser ) : Merupakan salah satu bagian dari konflik dan ketidaksepakatan, pendamai menyatakan kesalahan posisi dan mengakui kesalahannya atau menawarkan penyelesaian “setengah jalan”

d. Perawat keluarga : Orang yang terpanggil untuk merawat dan mengasuh anggota keluarga lain yang membutuhkannya.

e. Koordinator keluarga : Mengorganisasi dan merencanakan kegiatan-kegiatan keluarga yang berfungsi mengangkat keterikatan atau keakraban.

2.3.5 Fungsi Keluarga ( Friedman, 1998 )

1. Fungsi afektif

Berhubungan dengan fungsi internal keluarga dalam pemenuhan kebutuhan psiko social fungsi efektif ini merupakan sumber energi kebahagiaan keluarga.

(26)

Sosialisasi di mulai sejak lahir keberhasilan perkembangan individu dan keluarga dicapai melalui interaksi atau hubungan antar anggota. Anggota keluarga belajar disiplin, belajar norma, budaya dan perilaku melalui hubungan interaksi dalam keluarga.

3. Fungsi reproduksi

Keluarga berfungsi meneruskan keturunan dan menambahkan sumber daya manusia.

4. Fungsi ekonomi

Keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan seluruh keluarga seperti kebutuhan makan, minum, pakaian, dan tempat tinggal, dll.

5. Fungsi keperawatan kesehatan

Kesanggupan keluarga untuk melakukan pemeliharaan kesehatan dilihat dari 5 tugas kesehatan keluarga yaitu:

(27)

b) Keluarga mampu mengambil keputusan yang tepat untuk mengatasi masalah kesehatan.

c) Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan

d) Memodifikasi lingkungan, menciptakan dan mempertahankan suasana rumah yang sehat.

e) Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang tepat.

2.4 KONSEP MOTIVASI BELAJAR

2.4.1 Pengertian Motivasi Belajar

(28)

Motivasi adalah proses yang memberi semangat, arah, dan kegigihan perilaku. Artinya, perilaku yang memiliki motivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah, dan bertahan lama (Santrock, 2007). Dalam kegiatan belajar, maka motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai (Sardiman, 2000).

Sejalan dengan pernyataan Santrock di atas, Brophy (2004) menyatakan bahwa motivasi belajar lebih mengutamakan respon kognitif, yaitu kecenderungan siswa untuk mencapai aktivitas akademis yang bermakna dan bermanfaat serta mencoba untuk mendapatkan keuntungan dari aktivitas tersebut. Siswa yang memiliki motivasi belajar akan memperhatikan pelajaran yang disampaikan, membaca materi sehingga bisa memahaminya, dan menggunakan strategi-strategi belajar tertentu yang mendukung. Selain itu, siswa juga memiliki keterlibatan yang intens dalam aktivitas belajar tersebut, rasa ingin tahu yang tinggi, mencari bahan-bahan yang berkaitan untuk memahami suatu topik, dan menyelesaikan tugas yang diberikan. Siswa yang memiliki motivasi belajar akan bergantung pada apakah aktivitas tersebut memiliki isi yang menarik atau proses yang menyenangkan. Intinya, motivasi belajar melibatkan tujuan-tujuan belajar dan strategi yang berkaitan dalam mencapai tujuan belajar tersebut (Brophy, 2004).

(29)

Terdapat dua aspek dalam teori motivasi belajar yang dikemukakan oleh Santrock (2007), yaitu:

a. Motivasi Eksternal, yaitu melakukan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu yang lain (cara untuk mencapai tujuan). Motivasi eksternal sering dipengaruhi oleh insentif eksternal seperti imbalan dan hukuman. Misalnya, murid belajar keras dalam menghadapi ujian untuk mendapatkan nilai yang baik. Terdapat dua kegunaan dari hadiah, yaitu sebagai insentif agar mau mengerjakan tugas, dimana tujuannya adalah mengontrol perilaku siswa, dan mengandung informasi tentang penguasaan keahlian.

b. Motivasi Internal, yaitu motivasi internal untuk melakukan sesuatu demi sesuatu itu sendiri (tujuan itu sendiri). Misalnya, murid belajar menghadapi ujian karena dia senang pada mata pelajaran yang diujikan itu. Murid termotivasi untuk belajar saat mereka diberi pilihan, senang menghadapi tantangan yang sesuai dengan kemampuan mereka, dan mendapat imbalan yang mengandung nilai informasional tetapi bukan dipakai untuk kontrol, misalnya guru memberikan pujian kepada siswa. Terdapat dua jenis motivasi Internal, yaitu:

(30)

melakukan sesuatu karena kemauan sendiri, bukan karena kesuksesan atau imbalan eksternal. Minat Internal siswa akan meningkat jika mereka mempunyai pilihan dan peluang untuk mengambil tanggung jawab personal atas pembelajaran mereka.

2) Motivasi Internal berdasarkan pengalaman optimal. Pengalaman optimal kebanyakan terjadi ketika orang merasa mampu dan berkonsentrasi penuh saat melakukan suatu aktivitas serta terlibat dalam tantangan yang mereka anggap tidak terlalu sulit tetapi juga tidak terlalu mudah.

2.4.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar

Menurut Brophy (2004), terdapat lima faktor yang dapat mempengaruhi motivasi belajar siwa, yaitu:

a. Harapan guru

b. Instruksi langsung

(31)

d. Penguatan dan hadiah

e. Hukuman

Sebagai pendukung kelima faktor di atas, Sardiman (2000) menyatakan bahwa bentuk dan cara yang dapat digunakan untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar adalah:

1. Pemberian angka, hal ini disebabkan karena banyak siswa belajar dengan tujuan utama yaitu untuk mencapai angka/nilai yang baik.

2. Persaingan/kompetisi

3. Ego-involvement, yaitu menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan sehingga bekerja keras dengan mempertaruhkan harga diri.

4. Memberi ulangan, hal ini disebabkan karena para siswa akan menjadi giat belajar kalau mengetahui akan ada ulangan.

(32)

Pujian, jika ada siswa yang berhasil menyelesaikan tugas dengan baik, hal ini merupakan bentuk penguatan positif.

2.5 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRESTASI BELAJAR

Kenyataan menunjukkan bahwa prestasi belajar seseorang tidaklah sama, tetapi sangat variatif/ berbeda. Perbedaan ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, yang secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua yaitu : Faktor dari dalam diri seseorang (internal) dan Faktor dari luar seseorang (External).

A. Beberapa Faktor dari dalam (Internal) yaitu :

1. Inteligensi

Winkel (1986) memberi batasan tentang pengertian inteligensi dengan mengatakan, ineteligensi adalah kemampuan untuk bertindak dengan mendapatkan suatu tujuan untuk berfikir secara rasional, dan untuk berhubungan dengan lingkungan disekitarnya secara memuaskan. Dari pengertian ini dapat dikatkan bahwa faktor inteligensi menjadi penting dalam proses belajar seseorang guna mencapai prestasi belajarnya.

(33)

Winkel (1986) menyatakan motivasi adalah motor penggerak yang mengaktifkan siswa untuk melibatkan diri. Hal ini sejalan dengan Sardiman (2003) yeng menyatakan bahwa motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin keberlangsungan dari kegiatan belajar dan memberi arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai. Jadi motivasi mempunyai peranan penting dalam mencapai prestasi belajar, sehingga perlu upaya untuk menghidupkan motivasi dari seseorang. Hal ini sejalan dengan penelitian yang menemukan bahwa ada hubungan positif antara motivasi dengan prestasi belajar (Hamdu, 2011).

3. Sikap

(34)
(35)

4. Minat

Minat sangat besar pengaruhnya terhadap prestasi belajar siswa. Pendapat ini didukung oleh pernyataan beberapa pakar yang mengatakan bahwa: ‘minat adalah kecenderungan yang tepat untuk memperhatikan dan memegang beberapa kegiatan yang diamati siswa diperhatikan terus menerus disertai dengan rasa senang dan diperoleh suatu kepuasan’ (Cony Semiawan, 1990). Juga menurut Winkel (1986) bahwa minat adalah kecenderungan yang menetapkan untuk rasa tertarik pada bidang-bidang tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam bidang-bidang itu.Seseorang yang didorong oleh minat dan merasa senang dalam belajar dapat memperoleh prestasi belajar yang optimal. Oleh karena itu yang dapat diupayakan agar siswa dapat berprestasi dengan baik perlu dibangkitkan minat belajarnya.

5. Bakat

(36)
(37)

6. Konsentrasi

Konsentrasi adalah pemusatan pemikiran dengan segala kekuatan perhatian yang ada pada suatu situasi. Pemusatan pikiran ini dapat dikembangkan melalui latihan.

B. Beberapa Faktor dari Luar (External)

1. Faktor Keluarga

Faktor keluarga turut mempengaruhi perkembangan prestasi belajar siswa. Pendidikan yang pertama dan utama yang diperoleh ada dalam keluarga. Jadi keluarga merupakan salah satu sumber bagi anak untuk belajar. Kalau pelajaran yang diperoleh anak dari rumah tidak baik, kemungkinan diluar lingkungan keluarga anak menjadi nakal dan begitu juga sebaliknya.

(38)

berlangsung dan dilaksanakan dalam lingkungan rumah tangga, sekolah dan masyarakat. Karena itu pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah. Hal ini sejalan dengan penelitian yang menemukan bahwa ada hubungan positif antara dukungan keluarga dengan prestasi belajar (Kristianto, 2012).

2. Faktor Sekolah

(39)

3. Faktor Masyarakat

Masyarakat merupakan lingkungan pendidikan ketiga sesudah keluarga dan sekolah, yang mempengaruhi anak dalam mencapai prestasi belajar yang baik. Anak haruslah dapat berinteraksi dengan masyarakat sekitarnya, karena dari pengalaman yang dialami siswa dimasyarat banyak diperoleh ilmu yang berguna bagi anak didik (Sunarto dan Hartono, 2002).

(40)

BAB III

KERANGKA KONSEP

3.1 KERANGKA KONSEP

Intelegensi

Faktor Internal

(41)

Keterangan :

: Diteliti : Tidak diteliti : Mempengaruhi

Gambar 3.1 Kerangka konsep hubungan lingkungan sekolah, keluarga dan motivasi dengan prestasi belajar siswa kelas XII di SMA Negeri 1 Haharu

Faktor Eksternal

Konsentrasi

Masyaraka Sekolah Keluarga

(42)

3.2 DEFINISI OPERASIONAL

Tabel 3.2 Definisi operasional hubungan lingkungan sekolah, keluarga dan motivasi dengan prestasi belajar siswa kelas XII di SMA Negeri 1 Haharu

Variabel Definisi Operasional Parameter Alat Ukur Skala Independen

(43)

Dependen

Prestasi belajar siswa Kelas XII di SMA Negeri 1 Haharu

Prestasi belajar adalah ukuran kemampuan yang didapat, dicapai atau ditampilkan siswa sebagai bukti dari usaha yang dilakukannya dalam belajar.

Nilai batas KKM SMA N 1 Haharu adalah 1327 dari 17 mata pelajaran

(44)

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 JENIS PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif dengan menggunakan metode penelitian cross-sectional yaitu penelitian yang menekankan pada waktu pengukuran/observasi data variabel independen dan dependen hanya satu kali, pada satu saat.

4.2.1 POPULASI DAN SAMPEL

4.2.1.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan suatu variabel yang menyangkut masalah yang diteliti (Nursalam, 2003), sedangkan menurut Notoatmodjo (2002) populasi adalah keseluruhn obyek yang diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah Siswa kelas XII di SMA Negeri 1 Haharu yang berjumlah 120 orang.

(45)

Sampel adalah bagian dari populasi yang diteliti dengan sampling tertentu untuk bisa mempengaruhi atau mewakili populasi (Nursalam, 2003). Sedangkan menurut Notoatmodjo, 2002 sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan obyek yang diteliti yang dianggap mewakili seluruh populasi.

Teknik sampling dalam penelitian ini adalah non random sampling yaitu accidental sampling, ialah dengan cara memilih sampel yang dilakukan dengan pengambilan kasus atau responden yang kebetulan ada atau tersedia saat dilakukan penelitian. Sehingga besar sampel dalam penelitian ini adalah menggunakan rumus :

n = N . z2p .q

p : perkiraan proporsi, jika tidak diketahui dianggap 50% q : 1 – p (100% - p )

D : Tingkat kesalahan yang dipilih (d = 0,05) (Nursalam, 2003)

(46)

Jadi sampel dalam penelitian ini adalah 47 orang dengan kriteria inklusif dan eklusif sebagai berikut :

a. Kriteria inklusif

1. Siswa kelas XII SMA Negeri 1 Haharu

2. Bersedia menjadi responden

b. Kriteria eklusif

1. Bukan siswa kelas XII SMA Negeri 1 haharu

(47)

4.3 VARIABEL PENELITIAN

4.3.1 Variabel Independen (bebas)

Variabel independen adalah stimulus aktifis yang di manipulasi oleh peneliti untuk menciptakan suatu dampak pada variabel dependen (Nursalam,2003). Variabel independen dalam penelitian ini adalah lingkungan sekolah, keluarga dan motivasi belajar siswa.

4.3.2 Variabel Dependent (tergantung)

Variabel dependent adalah variabel repon yang muncul sebagai akibat dari manipulasi suatu variabel independent. Variabel dependent dalam penelitian ini adalah prestasi belajar siswa.

4.4 INSTRUMEN PENELITIAN

(48)

4.5 LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN

Lokasi penelitian di SMA Negeri 1 Haharu. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Februari 2014.

4.6 PROSEDUR PENGAMBILAN DAN PENGUMPULAN DATA

a. Data primer

Data yang langsung dikumpulkan dari responden yaitu siswa kelas XII di SMA Negeri 1 Haharu dengan membagikan kuesioner dan wawancara.

b. Data Sekunder

Yaitu data yang diperoleh dari bagian Akademik SMA Negeri 1 Haharu.

(49)

4.7.1 Pengolahan Data

Setelah data dikumpulkan selanjutnya dilakukan pengolahan data sebagai berikut :

a) Editing yaitu untuk melihat apakah data yang sudah diperoleh sudah terisi lengkap atau kurang.

b) Decoding yaitu mengklasifikasikan jawaban dari responden menurut macamnya dengan membedakan tingkat pengetahuan responden baik, cukup dan kurang.

c) Scoring yaitu pemberian nilai dari masing-masing responden.

Pemberian skor :

1. Bila jawaban benar diberi skor : 1

2. Bila jawaban salah diberi skor : 0

(50)

Rumus perhitungan : f nx P

Keterangan : P : Presentase

f : jumlah jawaban benar

n : jumlah semua pertanyaan

d) Tabulating yaitu memasukkan data yang sudah dikelompokkan ke dalam tabel-tabel distribusi frekuensi agar mudah dipahami.

4.7.2 Analisa Data.

Data dikumpulkan, dikelompokkan dan dimasukan dalam tabel dan diberi penjelasan kemudian diolah secara unvariat sesuai dengan variabel penelitian.

4.8 ETIKA PENELITIAN

a. Informend Consent.

(51)

Jika subyek bersedia diteliti maka harus menandatangani lembar persetujuan. Jika subyek menolak untuk diteliti maka, peneliti tidak memaksa subyek menjadi responden.

b. Anonimity ( Tanpa Nama ).

Adalah menjaga kerahasiaan identitas subyek, peneliti tidak akan mencantumkan nama subyek pada lembar pengumpulan data (Kuesioner) lembar tersebut hanya diberi nomor kode tertentu.

c. Confidentiality ( Kerahasiaan ).

Kerahasiaan informasi yang diberikan oleh subyek dijamin oleh peneliti.

4.9 KETERBATASAN

a. Waktu Penelitian yang terbatas dan biaya yang tersedia serta kemampuan peneliti yang masih sangat terbatas sehingga hasil diharapkan kurang sempurna dan kurang memuaskan.

(52)

bisa dilihat secara statistik.

4.10 JADWAL PENELITIAN

Tabel 4.10 : Jadwal Penelitian

No

. Kegiatan

Jadwal Penelitian

Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul aug

1. Persiapan proposal 2. Seminar proposal

3. Perbaikan proposal

4. Pengumpulan data

5. Penyusunan

laporan

6. Ujian KTI

7. Perbaikan KTI

(53)

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 HASIL PENELITIAN

5.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Haharu merupakan sebuah sekolah yang berada di Desa Kuta Kecamatan Kanatang Kabupaten Sumba Timur. SMA Negeri 1 Haharu didirikan pada Tanggal 06 April 2005 dengan luas tanah mencapai 20.000 M2. Sekolah ini memiliki 27 Ruangan yang tersedia yang terdiri dari 13 Ruang Belajar, 3 ruang Laboratorium IPA-Biologi, 3 Ruang Labortorium IPA-Fisika, 2 Ruangan Perpustakaan, 5 Ruang Kantor dan 1 Ruang Komputer. Jumlah Guru di SMA Negeri 1 Haharu yaitu PNS sebanyak 18 Orang (7 laki, 11 Perempuan), Guru PTT 2 orang (1 Laki-laki, 1 Perempuan), Guru bantu sekolah 5 orang (1 Laki-Laki-laki, 4 Perempuan), Jumlah Pegawai TU-Negeri 2 orang (Laki-laki), Pegawai Honorer (PTT) 3 orang (2 Laki-laki, 1 Perempuan) dan Penjaga sekolah (honorer) 2 orang (Laki-laki). Jumlah Murid di SMA Negeri 1 Haharu adalah 352 orang, dengan jumlah Murid kelas XII yaitu 127 orang (57 Laki-laki dan 70 Perempuan).

Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Haharu mempunyai batas-batas yaitu :

1. Timur berbatasan dengan : Pantai

2. Selatan berbatasan dengan : Perbatasan desa Kuta

3. Barat berbatasan dengan : Jalan Umum menuju Rambangaru 4. Utara berbatasan dengan : Sekolah Luar Biasa Negeri

5.1.2 Data Umum dan Data Khusus Responden 1. Data Umum Responden

(54)

Kategori (N=47) N % Haharu, terdiri dari 36 % responden berjenis kelamin laki-laki dan 73% reponden berjenis kelamin perempuan.

Selain itu tabel diatas menunjukkan bahwa responden penelitian ini terdiri dari 4 kelas dengan Persentasi tertinggi berasal dari kelas XII IPA II (31,91%) dan Persentasi terendah berasal dari kelas XII IPS I dan XII IPS dengan masing- masing berjumlah 21,27%.

Tabel diatas juga menunjukkan bahwa berdasarkan umur responden ditemukan Persentasi tertinggi ada pada responden dengan umur 18 tahun (53,19%) dan Persentasi terendah pada responden dengan umur 16 dan 21 tahun dengan masing-masing berjumlah 2,13%.

2. Data Khusus Responden

a) Hubungan Lingkungan Sekolah dan Prestasi Belajar

(55)

Cukup 10,63% 10,63% 21,26% % Prestasi Belajar 42,54% 57,43% 100%

Sumber: Hasil Olahan Peneliti 2014

Dari tabel diatas diperoleh bahwa lingkungan sekolah SMA Negeri 1 Haharu termasuk kategori baik (78,72 %) namun prestasi belajar siswa termasuk kategori kurang (59,57 %).

b) Hubungan Lingkungan Keluarga dan Prestasi Belajar

Keluarga Prestasi Belajar % Keluarga Baik Kurang

Baik 4% 6,38% 10,64%

Cukup 25,53% 34,04% 59,57%

Kurang 12,76% 17,02% 29,78%

% Prestasi Belajar 42,55% 57,44% 100% Sumber: Hasil Olahan Peneliti 2014

Dari tabel diatas diperoleh bahwa lingkungan keluarga termasuk kategori cukup (59,57%) dan prestasi belajar siswa termasuk kategori kurang (42,55%).

c) Hubungan Motivasi Belajar dan Prestasi Belajar

Motivasi Belajar Prestasi Belajar % Motivasi Belajar Baik Kurang

Baik 4,24% 14,89% 19,13%

Cukup 36,19% 40,42% 76,61%

Kurang 2,13% 2,13% 4,26%

% Prestasi Belajar 42,56% 57,44% 100,00% Sumber : Hasil Olahan Peneliti 2014

Dari tabel diatas diperoleh bahwa motivasi belajar siswa kelas XII SMA Negeri I Haharu termasuk dalam kategori cukup (76,60%) dan prestasi belajar siswa termasuk dalam kategori kurang (53,32%).

(56)

Dalam penelitian ini, dari 47 responden menunjukkan sebesar 57,45% memiliki prestasi kurang dan 42,55% memiliki prestasi baik . Pada dasarnya prestasi belajar seseorang tidaklah sama, tetapi sangat variatif/ berbeda. Sejalan dengan pendapat Winkle (1986) yang mengemukakan bahwa tinggi rendahnya pestasi belajar seseorang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, yang secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua yaitu: faktor dari dalam diri seseorang (Internal) dan faktor dari luar seseorang (Eksternal).

Penelitian ini menunjukkan bahwa faktor lingkungan sekolah termasuk dalam kategori baik (78,72%), tidak mempengaruhi prestasi belajar siswa, yang berdasarkan hasil perhitungan termasuk dalam kategori kurang (53,32%). Hal ini bertentangan dengan penelitian Kristanto (2012) yang menemukan bahwa ada hubungan positif antara lingkungan sekolah dengan prestasi belajar. Berdasarkan hasil tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa faktor lingkungan sekolah yang baik tidak serta merta menghasilkan siswa dengan prestasi belajar yang baik, sehingga masih ada faktor lain yang juga mempengaruhi prestasi belajar siswa.

(57)

oleh dukungan keluarga namun masih ada pengaruh lain yang juga dapat menentukan baik atau kurangnya prestasi belajar siswa.

Penelitian ini juga menemukan bahwa motivasi belajar siswa tergolong kategori cukup (76,60%). Namun dari motivasi yang cukup ini tidak mempengaruhi prestasi belajar siswa yang dalam penelitian ini paling banyak masuk kategori kurang (53,32%). Hal ini bertentangan dengan penelitian Hamdu (2011) yang menemukan bahwa ada hubungan positif antara motivasi belajar dengan prestasi belajar. Peneliti menyimpulkan bahwa motivasi siswa dalam penelitian ini tidak mempengaruhi prestasi belajar siswa. Prestasi belajar siswa bisa dipengaruhi oleh faktor lain.

Tidak adanya hubungan antara lingkungan sekolah, keluarga dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar siswa dalam penelitian ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor yaitu kemungkinan prestasi belajar siswa lebih cenderung dipengaruhi oleh faktor internal siswa (intelegensi, sikap, minat, bakat dan konsentrasi) selain keluarga dan sekolah (masyarakat) . Oleh karena itu penelitian tentang hubungan faktor Internal selain motivasi dan eksternal lainnya dengan prestasi belajar perlu dilakukan.

Hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Kristanto (2012) dan Hamdu (2011) yang menyatakan bahwa adanya hubungan positif antara Lingkungan Keluarga, Sekolah dan Masyarakat dengan Prestasi Belajar. Perbedaan ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu :

1. Lokasi Penelitian. Adanya perbedaan tempat/lokasi penelitian menjadi salah satu faktor diperolehnya perbedaan hasil penelitian walaupun dengan variabel yang sama.

(58)

3. Kuesioner/angket. Kuesioner dalam penelitian ini berbeda dengan peneliti sebelumnya sehingga tingkat kesulitan dan kemudahan menjawab kuseioner berbeda-beda sesuai dengan pengalaman masing-masing responden.

4. Responden Penelitian. Perbedaan responden juga menjadi dasar perbedaan hasil penelitian ini.

5.3 SOLUSI UNTUK MENGATASI PERMASALAHAN PENELITIAN Salah satu permasalahan umum yang dialami oleh Siswa adalah prestasi belajar yang kurang memuaskan. Hal ini diakibatkan oleh faktor internal siswa (motivasi belajar) dan faktor eksternal siswa (lingkungan sekolah dan keluarga).

Untuk mengatasi masalah tersebut, ada beberapa hal yang bisa dilakukan sebagai solusi dari permasalahan tersebut antara lain :

1. Hindari rasa malu untuk bertanya

Ini merupakan cara sederhana namun efektif untuk melatih kemampuan berbicara didepan umum atau ketika kurang memahami materi yang disampaikan oleh guru disekolah. Selain itu hindari berbuat curang saat ujian sehingga kemampuan yang sebenarnya terlihat dari proses belajar yang ada, bukan dari hasil nyontekan.

2. Bagi waktu untuk istirahat, bermain dan diskusi

Diusia remaja merupakan masa untuk bermain dan berekspresi. Namun jika siswa mampu membagi waktu dengan baik maka semua kegiatan akan berjalan sesuai baik itu belajar, bermain maupun menyalurkan hobi.

3. Carilah pembimbing dan teman yang baik

(59)

4. Memberikan teknik belajar yang tepat

Kurang pahamnya materi disekolah bisa diatasi dengan teknik belajar yang bisa menumbuhkan dan meningkatkan minat belajar anak. Dengan begitu proses belajar menjadi cepat dan menyenangkan dan tentunya anak akan memahami pelajaran yang mereka pelajari disekolah.

5. Dukungan dari orang tua

Masalah yang dihadapi anak dalam meningkatkan prestasi belajar bisa diatasi dengan adanya dukungan dan kasih sayang orang tua. Anak yang kurang perhatian dan dukungan kasih sayang dari orang tua memungkinkan meraka melakukan perilaku yang merugikan. Jika lingkungan anak positif maka anak akan positif, begitupun sebaliknya. 6. Pemahaman dan tujuan akan sekolah

Banyak anak yang tidak tahu untuk apa mereka harus sekolah sehingga membuat mereka stres dan merasa terpaksa untuk belajar. Untuk itu peran orang tua untuk memberikan pemahaman yang jelas bagi anak mengapa mereka harus belajar dan pergi sekolah.

5.4 KETERBATASAN PENELITIAN Kelemahan Penelitian

Dalam suatu penelitian selalu ditemukan kelemahan yang dapat mempengaruhi hasil penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian pertama yang dilakukan peneliti dan dalam penelitian ini tentu mempunyai keterbatasan antara lain:

1. Penelitian ini adalah deskriptif sehingga hubungan sebab akibat tidak bisa dilihat.

2. Variabel yang mempengaruhi Prestasi Belajar hanya diwakili oleh 1 faktor Internal (Motivasi Belajar) dan 2 faktor Eksternal (Lingkungan Sekolah dan Keluarga), sedangkan masih ada faktor-faktor lain yang mungkin dapat lebih signifikan hubungannya dengan Prestasi Belajar. 3. Periode pengamatan Prestasi belajar yang relatif pendek yaitu hanya 1

(60)
(61)

BAB VI PENUTUP

6.1 KESIMPULAN

Penelitian yang dilakukan pada siswa/siswi kelas XII di SMA Negeri 1 Haharu Desa Kuta Kecamatan Kanatang Kabupaten Sumba Timur dengan responden berjumlah 47 orang diperoleh 36,17 % berjenis kelamin laki-laki 63,83% berjenis kelamin perempuan. Selain itu responden penelitian ini terdiri dari 4 kelas dengan presentasi tertinggi berasal dari kelas XII IPA II (31,91%) dan Persentasi terendah berasal dari kelas XII IPS I dan XII IPS dengan masing- masing berjumlah 21,27%. Sedangkan berdasarkan umur responden ditemukan Persentasi tertinggi ada pada responden dengan umur 18 tahun (53,19%) dan Persentasi terendah pada responden dengan umur 16 dan 21 tahun dengan masing-masing berjumlah 2,13%.

Hasil penelitian ini menemukan bahwa Persentasi prestasi belajar siswa tergolong kategori kurang (57,45%) dan lingkungan sekolah tergolong kategori baik (78,72 %). Sedangkan lingkungan keluarga tergolong kategori cukup (59,57%) dan motivasi belajar siswa tergolong kategori cukup (76,60%).

(62)

6.2 SARAN

1) Bagi Sekolah

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi pengelola SMA Negeri 1 Haharu sebagai bahan evaluasi dan pengembangan program pendidikan baru dan lingkungan yang mendukung bagi prestasi belajar siswa terutama memperhatikan faktor internal lainnya yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa.

2) Bagi Penelitian Selanjutnya

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dasar untuk diteliti lebih lanjut dengan variabel yang berbeda dan lebih signifikan baik itu faktor Internal maupun Eksternal serta periode pengamatan prestasi belajar yang ditambah.

3) Bagi Masyarakat

Gambar

Gambar 3.1 Kerangka konsep hubungan lingkungan sekolah, keluarga dan motivasi dengan prestasi belajar siswa kelas XII di SMA Negeri 1 Haharu
Tabel 3.2 Definisi operasional hubungan lingkungan sekolah, keluarga
Tabel 4.10 : Jadwal Penelitian
Tabel  diatas  juga  menunjukkan  bahwa  berdasarkan  umur

Referensi

Dokumen terkait

Dengan transmisi synchronous, ada level lain dari synchronisasi yang perlu agar receiver dapat menentukan awal dan akhir dari suatu blok data.. Untuk itu, tiap blok dimulai

Kendalanya yaitu pada waktunya mbak, memang dari sekolah sudah difasilitasi cuman ya kurang waktu sekian itu. Tidak semua siswa dapat setoran hari itu mbak, jadi

Untuk dapat mengikuti kegiatan belajar mata pelajaran Bahasa Inggris Maritim ini setidaknya siswa sudah memahami dan bisa melakukan pronunciation (pelafalan) dasar seperti

metode keamanan jaringan protokol 802.1x berbasis radius dengan sertifikat.. dengan sistem operasi windows

Tujuan dari penyusunan skripsi ini adalah untuk mengetahui dan mengkaji bagaimana prosedur pengajuan perkara councorsus (perbarengan) di Pengadilan Agama Jember ;

maksudnya adalah untuk menjaga kesehatan, pendidikan dan perkembangan anak, tetapi secara filosofis ketentuan tersebut menginginkan jika memungkinkan anak di bawah usia sekolah

Untuk tujuan ini, auditor melakukan berbagai prosedur audit guna membuktikan eksistensi aktiva yang bersangkutan dan keterjadian transaksi yang berkaitan dengan

Guru telah melakukan upaya perbaikan proses pembelajaran dengan memotivasi siswa dan menggunakan metode demonstrasi, tetapi belum memberikan hasil yang optimal karena