SKRIPSI
PENGARUH CORPORATE SOCIAL PERFORMANCE TERHADAP CORPORATE FINANCIAL PERFORMANCE DENGAN SIZE
SEBAGAI VARIABEL MODERATING
(Studi Empiris Pada perusahaanyang terdaftar di National Center forSustainability Reporting 2010-2013)
OLEH
FRISKA BR TARIGAN 120521011
PROGRAM STUDI STRATA-1 MANAJEMEN EKSTENSI DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK
Pengaruh Corporate Social Performance Terhadap Corporate Financial Performance Dengan Size Sebagai Variabel Moderating (Studi
Empiris Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di National Center ForSustainabilityReporting 2010-2013)
Penelitan ini bertujuan untuk mendapatkan bukti empiris hubungan antara Corporate Social Performance dan Corporate Financial Performance dengan menggunakan ukuran perusahaan (Size) sebagai variabel moderasi. Corporate Social Performance (CSP) diukur menggunakan 91 indikator dari Global Reporting Initiative (GRI). Corporate Financial Performance (CFP) diwakili dengan ROA dan ROE. Untuk Company Size diukur dengan menggunakan logaritma dari total assets. Metode penentuan sampel yang digunakan dengan menggunakan beberapa karakteristik sehingga diperoleh sampel sebanyak 10 Perusahaan yang terdaftar di National Center forSustainability Reporting dan juga di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2013. Metode yang digunakan dalam pengujian model penelitian ini ada 2 yaitu ordinary least square regression dan uji nilai selisih mutlak. Pengaruh CSP terhadap Corporate Financial Performance (doproksikan dengan ROA dan ROE), diuji dalam 4 tahap. Pengujian pertama menguji pengaruh Corporate Social Performance terhadap ROA tanpa variabel moderasi, kedua menguji pengaruh CSP terhadap ROE tanpa variabel moderasi, ketiga menguji pengaruh Corporate Social Performance terhadap ROA dengan variabel moderasi dan keempat menguji pengaruh Corporate Social Performance terhadap ROE dengan variabel moderasi. Hasil pengujian regresi linear menunjukkan bahwa Corporate Social Performance berpengaruh positif dan signifikan terhadap Corporate Financial Performance yang diproksi dengan ROA dan ROE. Untuk variabel moderasi, peneliti tidak menemukan pengaruh hubungan antara Corporate Social Performance terhadap ROA sedangkan Size positif namun tidak signifikan terhadap hubungan antara Corporate Social Performance terhadap ROE
ABSTRACT
Influence of Corporate Social Performance Against Corporate Financial Performance With Variable Size As Moderating (Study
In the empirical Company Listed on the National Center For SustainabilityReporting 2010-2013)
The objective of this study is to get empirical evidence relationship of Corporate Social Performance and Corporate Financial Performance using Company Size (Size) as moderating variable. Corporate Social Performance (CSP) is measured using 91 indicators of the Global Reporting Initiative (GRI). Corporate Financial Performance (CFP) proxied with ROA and ROE. For Company Size is measured by logarithm of total assets. The sampling method is used by using some of the characteristics of the so obtained sample of 10 company listed on the National Center for Sustainability Reporting and also in Indonesia Stock Exchange 2010-2013. The method used in this research model testing there are 2 that ordinary least squares regression and test the absolute value of the difference. CSP influence on Corporate Financial Performance (doproksikan with ROA and ROE), was tested in 4 stages. The first test examines the effect of Corporate Social Performance variables on ROA without moderation, both to test the effect on ROE CSP without moderating variable, the third test the influence of Corporate Social Performance with moderating variables on ROA and fourth Corporate Social Performance test the effect on ROE with moderating variable. Linear regression test results indicate that the Corporate Social Performance positive and significant impact on the Corporate Financial Performance is proxied by the ROA and ROE. For moderating variables, the researchers found no effect relationship between Corporate Social Performance against ROA while Size is positive but not significant to the relationship between Corporate Social Performance on ROE
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
atas Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan
skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Departemen Manajemen pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera
Utara. Penulis ingin menucapkan terima kasih terutama kepada orangtua tercinta
yaitu Ayahanda S.A Tarigan dan Ibunda B.D Sembiring yang senantiasa
mendoakan dan mendukung, mencukupi segala kebutuhan dana dan material,
nasehat-nasehat yang berharga, serta kasih sayang yang selalu menyertai
perjalanan hidup penulis. Skripsi ini berjudul “Pengaruh Corporate Social Performance Terhadap Corporate Financial PerformanceStudi Empiris Pada perusahaanyang terdaftar di National Center forSustainability Reporting
2010-2013”. Penulis telah banyak menerima bimbingan, saran, motivasi, dan doa dari
berbagai pihak selama penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini
penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec, Ac, Ak, CA., selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Dr. Isfenti Sadalia, S.E, ME., selaku Ketua Departemen S1 Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Dra. Marhayanie, M.Si., selaku Sekretaris Departemen Manajemen
4. Ibu Dr. Endang Sulistya Rini, S.E, M.Si., selaku Ketua Program Studi
Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
5. IbuDra. Nisrul Irawaty, MBA., selaku Dosen Pembimbing atas ketulusan hati
dan kesabarannya dalam membimbing, mendukung dan mengarahkan penulis.
6. Ibu Dra. Lisa Marlina, M.Si., selaku Dosen Pembanding yang telah memberikan
saran dalam penulisan maupun perbaikan skripsi ini.
7. Seluruh Dosen dan Pegawai Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Sumatera Utara untuk segala jasa-jasanya selama masa perkuliahan.
8. Kepada saudara penulis Dewi Kartika Tarigan yang penulis cintai dan yang
selalu mendoakan dan memberi dukungan untuk menyelesaikan skripsi ini.
9. Kepada Jimmy Braham Pinem. yang selalu memberikan semangat, motivasi,
dan selalu setia menemani sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
10.Kepada sahabat dan teman-teman penulis: Kak Lasria, Supyanti, Uci, Hesty,
Kak Ai, Kak Mitha, Kak Dahlia Sumah, Julius dan lain-lain yang tidak bisa
disebutkan satu persatu.
Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca
dan peneliti lainnya.
Medan, Mei 2015 Penulis,
DAFTAR ISI
2.3 Corporate Financial Performance (CFP) ... 26
2.3.1 ROA ... 26
2.3.2 ROE ... 27
2.4 Hubungan antara Corporate Social Performance (CSP) dengan Corporate Financial Performance (CFP) ... 29
2.5 Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Sosial dan Kinerja Keuangan (Size) 32
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 40 3.3 Batasan Operasional 40 3.4 Defisini Operasional Variabel ... 41
3.4.1 Kinerja Sosial Perusahaan (Corporate
3.6.1 Analisis Statistik Deskriptif ... 46
3.6.2 Uji Asumsi Klasik ... 47
2. Uji Multikolinearitas ... 47
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 53
4.1 Profil Perusahaan ... 53
4.2 Hasil Penelitian 61 4.2.1 Analisis Deskriptif 61 4.2.2 Uji Asumsi Klasik 62 4.2.2.1 Uji Asumsi Klasik pada Regresi yang Pertama 62 1. Uji Normalitas 62 2. Uji Multikolinearitas 65 3. Uji Heteroskedastisitas 65 4. Uji Autokorelasi 66 4.2.3 Pengujian Hipotesis 67 1. Uji Hipotesis Secara Serempak (Uji F) pada Regresi yang Pertama 67 2. Uji Hipotesis Secara Parsial (Uji t) pada Regresi yang Pertama 68 3. Koefisien Determinasi 69 4.2.2.2 Uji Asumsi Klasik pada Regresi yang Kedua 70 1. Uji Normalitas 70 2. Uji Multikolinearitas 72 3. Uji Heteroskedastisitas 73 4. Uji Autokorelasi 74 4.2.4 Pengujian Hipotesis 75 1. Uji Hipotesis Secara Serempak (Uji F) pada Regresi yang Kedua 75
2. Uji Hipotesis Secara Parsial (Uji t) pada Regresi yang Kedua 75 3. Koefisien Determinasi 76 4.2.2.3 Uji Asumsi Klasik pada Regresi yang Ketiga 77 1. Uji Normalitas 77 2. Uji Multikolinearitas 80 3. Uji Heteroskedastisitas 80 4. Uji Autokorelasi 81 4.2.5 Pengujian Hipotesis 82 1. Uji Hipotesis Secara Serempak (Uji F) pada Regresi yang Ketiga 82 2. Uji Hipotesis Secara Parsial (Uji t) pada Regresi yang Ketiga 83
3. Koefisien Determinasi 85
4.2.2.4 Uji Asumsi Klasik pada Regresi yang Keempat 86
1. Uji Normalitas 86
2. Uji Multikolinearitas 89
3. Uji Heteroskedastisitas 89
4. Uji Autokorelasi 90
1. Uji Hipotesis Secara Serempak (Uji F) pada Regresi yang Keempat 91 2. Uji Hipotesis Secara Parsial (Uji t) pada Regresi yang Keempat 92
3. Koefisien Determinasi 94
4.3 Pembahasan 95
BAB VKESIMPULAN DAN SARAN ... 97
5.1 Kesimpulan 97
5.2 Saran 98
Daftar Tabel
No. Tabel Judul Halaman
1.1 Data CSP, ROA, ROE dan SIZE 5
2.1 91 Indikator Berdasarkan GRI-G4 17
2.2 Penelitian Terdahulu 36
3.1 Oprasional Variabel 43
3.2 Jumlah Sampel Perusahaan Yang Terdaftar
Di National Center ForSustainability Reporting 45
4.1 Statistik Deskriptif 61
4.2 Hasil Uji Kolmogorov Smirnov 63
4.3 Hasil Uji Multikolinearitas 65
4.4 Hasil Uji Autokorelasi 67
4.5 Hasil Hipotesis Secara Serempak (Uji F) 68
4.6 Hasil Uji Hipotesis Secara Parsial (Uji t) 69
4.7 Hasil Koefisien Determinasi 70
4.8 Hasil Uji Kolmogorov Smirnov 71
4.9 Hasil Uji Multikolinearitas 73
4.10 Hasil Uji Autokorelasi 74
4.11 Hasil Hipotesis Secara Serempak (Uji F) 75
4.12 Hasil Uji Hipotesis Secara Parsial (Uji t) 76
4.13 Hasil Koefisien Determinasi 70
4.14 Hasil Uji Kolmogorov Smirnov 78
4.15 Hasil Uji Multikolinearitas 80
4.16 Hasil Uji Autokorelasi 82
4.17 Hasil Hipotesis Secara Serempak (Uji F) 82
4.18 Hasil Uji Hipotesis Secara Parsial (Uji t) 83
4.19 Hasil Koefisien Determinasi 85
4.20 Hasil Uji Kolmogorov Smirnov 87
4.21 Hasil Uji Multikolinearitas 89
4.22 Hasil Uji Autokorelasi 91
4.23 Hasil Hipotesis Secara Serempak (Uji F) 91
4.24 Hasil Uji Hipotesis Secara Parsial (Uji t) 92
Daftar Gambar
No. Gambar Judul Halaman
2.1 Kerangka Konseptual 38
4.1 Grafik Histogram 64
4.2 Normal Plot 64
4.3 Normal Plot 66
4.4 Grafik Histogram 72
4.5 Normal Plot 72
4.6 Normal Plot 73
4.7 Grafik Histogram 79
4.8 Normal Plot 79
4.9 Normal Plot 81
4.10 Grafik Histogram 88
4.11 Normal Plot 88
Daftar Lampiran
No. Lampiran Judul Halaman Lampiran A Perkembangan Corporate Social Performance
Tahun 2010-2013 102
Lampiran B Perkembangan Return On AssetTahun 2010-2013 102 Lampiran C Perkembangan Return On EquityTahun 2010-2013 103
ABSTRAK
Pengaruh Corporate Social Performance Terhadap Corporate Financial Performance Dengan Size Sebagai Variabel Moderating (Studi
Empiris Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di National Center ForSustainabilityReporting 2010-2013)
Penelitan ini bertujuan untuk mendapatkan bukti empiris hubungan antara Corporate Social Performance dan Corporate Financial Performance dengan menggunakan ukuran perusahaan (Size) sebagai variabel moderasi. Corporate Social Performance (CSP) diukur menggunakan 91 indikator dari Global Reporting Initiative (GRI). Corporate Financial Performance (CFP) diwakili dengan ROA dan ROE. Untuk Company Size diukur dengan menggunakan logaritma dari total assets. Metode penentuan sampel yang digunakan dengan menggunakan beberapa karakteristik sehingga diperoleh sampel sebanyak 10 Perusahaan yang terdaftar di National Center forSustainability Reporting dan juga di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2013. Metode yang digunakan dalam pengujian model penelitian ini ada 2 yaitu ordinary least square regression dan uji nilai selisih mutlak. Pengaruh CSP terhadap Corporate Financial Performance (doproksikan dengan ROA dan ROE), diuji dalam 4 tahap. Pengujian pertama menguji pengaruh Corporate Social Performance terhadap ROA tanpa variabel moderasi, kedua menguji pengaruh CSP terhadap ROE tanpa variabel moderasi, ketiga menguji pengaruh Corporate Social Performance terhadap ROA dengan variabel moderasi dan keempat menguji pengaruh Corporate Social Performance terhadap ROE dengan variabel moderasi. Hasil pengujian regresi linear menunjukkan bahwa Corporate Social Performance berpengaruh positif dan signifikan terhadap Corporate Financial Performance yang diproksi dengan ROA dan ROE. Untuk variabel moderasi, peneliti tidak menemukan pengaruh hubungan antara Corporate Social Performance terhadap ROA sedangkan Size positif namun tidak signifikan terhadap hubungan antara Corporate Social Performance terhadap ROE
ABSTRACT
Influence of Corporate Social Performance Against Corporate Financial Performance With Variable Size As Moderating (Study
In the empirical Company Listed on the National Center For SustainabilityReporting 2010-2013)
The objective of this study is to get empirical evidence relationship of Corporate Social Performance and Corporate Financial Performance using Company Size (Size) as moderating variable. Corporate Social Performance (CSP) is measured using 91 indicators of the Global Reporting Initiative (GRI). Corporate Financial Performance (CFP) proxied with ROA and ROE. For Company Size is measured by logarithm of total assets. The sampling method is used by using some of the characteristics of the so obtained sample of 10 company listed on the National Center for Sustainability Reporting and also in Indonesia Stock Exchange 2010-2013. The method used in this research model testing there are 2 that ordinary least squares regression and test the absolute value of the difference. CSP influence on Corporate Financial Performance (doproksikan with ROA and ROE), was tested in 4 stages. The first test examines the effect of Corporate Social Performance variables on ROA without moderation, both to test the effect on ROE CSP without moderating variable, the third test the influence of Corporate Social Performance with moderating variables on ROA and fourth Corporate Social Performance test the effect on ROE with moderating variable. Linear regression test results indicate that the Corporate Social Performance positive and significant impact on the Corporate Financial Performance is proxied by the ROA and ROE. For moderating variables, the researchers found no effect relationship between Corporate Social Performance against ROA while Size is positive but not significant to the relationship between Corporate Social Performance on ROE
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dewasa ini topik kinerja sosial terhadap stakeholders menjadi topik yang
sangat menarik dan semakin banyak dibahas di dunia maupun Indonesia, baik di
media cetak dan elektronik, seminar atau konferensi. Hal ini berkaitan dengan
adanya kesadaran suatu perusahaan atau institusi untuk tidak hanya menghasilkan
laba setinggi-tingginya, tetapi juga bagaimana laba tersebut dapat memberikan
manfaat kepada masyarakat untuk meningkatkan kehidupan mereka menjadi lebih
baik. Perubahan pada tingkat kesadaran masyarakat inilah yang memunculkan
kesadararan baru tentang pentingnya melaksanakan apa yang dikenal sebagai
Corporate Social Performance(CSP).
Wood mendefenisikan kinerja sosial perusahaan (Corporate Social
Performance-CSP) sebagai “sebuah konfigurasi prinsip-prinsip organisasi bisnis dari tanggung jawab sosial, proses tanggapan sosial, dan kebijakan-kebijakan,
program, dan hasil yang dapat diamati sebagai hubungan-hubungan tersebut
kepada hubungan perusahaan dalam bermasyarakat. (Orlitzky et al,. 2003)
Program tanggung jawab sosial merupakan investasi bagi perusahaan yang
berkaitan erat dengan keberlanjutan atau sustainability perusahaaan dan bukan
lagi dilihat sebagai sarana biaya melainkan sebagai sarana meraih keuntungan.
Terjaminnya keberlanjutan perusahaan apabila perusahaan melakukan pemenuhan
(shareholders)tetapi perusahaan juga wajib memperhatikan dimensi sosial dan lingkungan yang menjadi tempat pendukung dari operasi perusahaan tersebut.
Penerapan CSP dipercaya dapat meningkatkan kinerja perusahaan, dimana
para investor cenderung menanamkan modal kepada perusahaan yang melakukan
kegiatan CSP serta dapat meningkatkan citra perusahaan tersebut di mata
masyarakat apabila dapat menunjukkan tanggung jawab dan kepeduliannya
terhadap lingkungan eksternal.
Di Indonesia tanggung jawab sosial didukung oleh sejumlah aturan terkait
seperti Undang-undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas yang
disahkan DPR tanggal 20 Juli 2007 menandai babak baru pengaturan CSR di
negeri ini. Keempat ayat dalam pasal 74 UU tersebut menetapkan kewajiban
semua perusahaan di bidang sumber daya alam untuk melaksanakan tanggung
jawab sosial dan lingkungan. Substansi dalam ketentuan pasal 74 Undang-undang
No. 40 tentang Perseroan Terbatas mengandung makna, mewajibkan tanggung
jawab sosial dan lingkungan mencakup pemenuhan peraturan perundangan terkait,
penyediaan anggaran tanggung jawab sosial dan lingkungan, dan kewajiban
melaporkannya.
Pengungkapan terhadap aspek social, ethical, environmental dan
sustainability (SEES) sekarang ini menjadi suatu cara bagi perusahaan untuk mengkomunikasikan bentuk akuntabilitasnya kepada para stakeholder.
dikenal dengan Triple Bottom Line (Media Akuntansi, 2005). Bentuk pelaporan
ini diharapkan mempunyai hubungan yang positif pada Corporate Financial
Performance (CFP).
Pengambilan keputusan ekonomi hanya dengan melihat kinerja keuangan
suatu perusahaan, saat ini sudah tidak relevan lagi. Eipstein dan Freedman (1994),
dalam Anggraini (2006), menemukan bahwa investor individual tertarik terhadap
informasi sosial yang dilaporkan dalam laporan tahunan. Untuk itu dibutuhkan
suatu sarana yang dapat memberikan informasi mengenai aspek sosial, lingkungan
dan keuangan secara sekaligus. Sarana tersebut dikenal dengan nama laporan
keberlanjutan (sustainability report).
Sebelum melakukan investasi, investor perlu memastikan apakah modal
yang ditanamkan mampu memberikan tingkat pengembalian (rate of return) yang
diharapkan atau tidak, yaitu dengan cara mengetahui kinerja perusahaan.
Perusahaan yang berkinerja baik akan dapat memberikan tingkat pengembalian
yang lebih diharapkan dari pada berinvestasi pada perusahaan yang berkinerja
tidak baik. Untuk itu diperlukan suatu penilaian kinerja pada perusahaan yang
akan dijadikan sebagai tempat investasi.
Kinerja keuangan perusahaan merupakan faktor penting untuk menilai
keseluruhan kinerja perusahaan itu sendiri. Tingkat profitabilitas digunakan
sebagai dasar untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan. Indikator daya tarik
bisnis dapat diukur dari profitabilitas usaha, yaitu Return on Asset (ROA), Return
Size perusahaan merupakan variabel yang banyak digunakan untuk
menjelaskan pengungkapan sosial yang dilakukan perusahaan dalam laporan
tahunan yang dibuat. Secara umum perusahaan besar akan mengungkapkan
informasi lebih banyak daripada perusahaan kecil. Secara teoritis perusahaan
besar tidak akan lepas dari tekanan politis, yaitu tekanan untuk melakukan
pertanggungjawaban sosial. Pengungkapan sosial yang lebih besar merupakan
pengurangan biaya politis bagi perusahaan (Hasibuan, 2001) dalam (Purnasiwi,
2011). Dengan mengungkapkan kepedulian pada lingkungan melalui pelaporan
keuangan, maka perusahaan dalam jangka waktu panjang bisa terhindar dari biaya
yang sangat besar akibat dari tuntutan masyarakat.
Sebuah studi penting yang dilakukan oleh Profesor Stephen Erfle dan
Michael Frantantuono menemukan bahwa perusahaan-perusahaan yang memiliki
peringkat tertinggi dalam hal riwayat mereka pada berbagai isu sosial (termaksuk
kegiatan amal, program bakti sosial, pemeliharaan lingkungan hidup,
pemberdayaan perempuan, dan advokasi kelompok minoritas) juga memiliki
kinerja keuangan yang lebih besar. Kinerja keuangan yang lebih baik dalam hal
pertumbuhan laba operasi, rasio penjualan terhadap aset, pertumbuhan penjualan,
pengembalian atas ekuitas (ROE), pertumbuhan laba terhadap aset, pengembalian
atas investasi (ROI), pengembalian atas aset (ROA) dan pertumbuhan aset.
(Hartman dan Desjardins, 2008:170)
Di Indonesia organisasi penggiat CSR itu masih dapat dihitung dengan
jari, diantaranya adalah IBL (Indonesia Bussiness Link), Corporate Forum for
Development (ICSD), Yayasan Pembangunan Berkelanjutan, dan KEHATI, dan
belakangan muncul NCSR yang sejak empat tahun yang lalu memfokuskan
kegiatan pada sistem pelaporannya, yakni sustainability Reporting atau Laporan
Keberlanjutan, atau disebut juga Laporan CSR dengan merujuk pada standar
pelaporan internasional (Akuntansi Indonesia, 2008).
Sehingga penelitian menggunakan perusahaan yang terdaftar di National
Center For Sustainability Reporting (NCSR)sebagai sampel dalam penelitian ini. Tahun penelitian yang digunakan adalah tahun 2010, 2011, 2012 dan 2013 dengan
mengambil dan menghitung 3 (tiga) data perusahaan dari10 sampel yang
digunakan.Adapun datanya sebagai berikut:
Tabel 1.1
Data CSP, ROA, ROE dan SIZE
Tahun CSP Kinerja Keuangan SIZE
ROA ROE
TAMBANG BATU BARA BUKIT ASAM
2010 0,87 22,92 31,40 10,06
Dari Tabel 1.1 dapat dilihat bahwa tingkat CSP perusahaan Aneka
Tambang mengalami penurunan dari tahun 2010, 2011,2012 dan 2013 begitu juga
drastis namun SIZE mengalami kenaikan walaupun tidak terlalu besar. Pada
perusahaan Tambang Batu Bara Bukit Asam CSP, ROA, ROE dan Size. Pada
perusahaan Wijaya Karya CSP juga mengalami penurunan namun ROA dan ROE
mengalami peningkatan diukuti dengan SIZE.
Tanggung jawab sosial perusahaan yang tinggi sangat diperlukan karena
dengan mewajibkan perusahaan menyisihkan sebagian keuntungannya untuk
usaha sosial kemasyarakatan diharapkan dapat ikut memberdayakan masyarakat
secara sosial dan ekonomi. Dengan adanya peraturan ini membuat kinerja jangka
panjang perusahaan menjadi tidak hanya kinerja keuangan tetapi juga kinerja
sosial dan lingkungan. Dengan adanya tambahan dari dua dimensi tersebut
menunjukkan bahwa tanggung jawab perusahaan tidak hanya aspek keuangan
tetapi juga aspek sosial dan lingkungan..
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik melakukan penelitian
dengan Judul “Pengaruh Corporate Social Performance Terhadap Corporate Financial PerformanceStudi Empiris Pada perusahaanyang terdaftar di National Center forSustainability Reporting 2010-2013”
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang ada, maka rumusan masalah yang diajukan adalah :
1. Apakah Corporate Social Performance berpengaruh terhadap Corporate Financial Performance yang diproxi dengan ROA ?
3. Apakah Size berpengaruh terhadap hubungan antara Corporate Social Performance dan Corporate Financial Performance yang diproxi dengan ROA ?
4. Apakah Size berpengaruh terhadap hubungan antara Corporate Social Performance dan Corporate Financial Performance yang diproxi dengan ROE ?
1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah, maka tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah menganalisis dan mendapatkan bukti empiris tentang :
1. Pengaruh Corporate Social Performance terhadap Corporate Financial Performance yang diproxi dengan ROA.
2. Pengaruh Corporate Social Performance terhadap Corporate Financial Performance yang diproxi dengan ROE.
3. Pengaruh Size terhadap hubungan antara Corporate Social Performance dan
Corporate Financial Performance yang diproxi dengan ROA.
4. Pengaruh Size terhadap hubungan antara Corporate Social Performance dan
Corporate Financial Performance yang diproxi dengan ROE.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi Akademis, penelitian ini diharapkan untuk menambah wawasan dan
sebagai referensi untuk penelitian terkait social performance selanjutnya.
2. Bagi Perusahaan, dapat memberikan sumbangan pemikiran tentang
pentingnya tanggung jawab sosial perusahaan yang diungkapkan di dalam
pemikiran akan pentingnya kewajiban untuk menjaga lingkungan dan
dampak sosial yang ditimbulkan oleh perusahaan, sebagai pertimbangan
dalam pembuatan kebijaksanaan perusahaan untuk lebih meningkatkan
kepedulian para stakeholder.
3. Bagi Investor, penelitian ini diharapkan dapat membantu investor untuk
melihat lebih dalam tentang penerapan corporate social performance yang
telah di implementasikan oleh manajemen perusahaan.
4. Bagi masyarakat, penelitian ini memberikan stimulus secara proaktif
sebagai pengontrol atas perilaku-perilaku perusahaan dan penelitian ini juga
diharapkan dapat melihat sampai sejauh mana tanggung jawab sosial
perusahaan terhadap stakeholders, sehingga semakin meningkat kesadaran
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
Dalam penelitian ini terdapat beberapa teori yang digunakan sebagai
landasan yang mendasari penelitian dibidang tanggung jawab sosial perusahaan,
yaitu stakeholder theory dan legitimacy theory.
2.1.1 Teori Stakeholder
Freeman (1984:46) dalam Solihin (2010:49), mendefenisikan stakeholder
sebagai “setiap kelompok atau individu yang dapat mempengaruhi atau
dipengaruhi oleh pencapaian tujuan perusahaan”. Pada awalnya yang dimaksud
dengan stakeholder mencakup para pemengang saham (share owners), para karyawan (employees), para pelanggan (customers), para pemasok (suppliers),
para pemberi pinjaman (lenders) dan masyarakat luas (society).
Dill (Freeman dan Reid, 1983) dalam Solihin (2010:49) menekankan
pentingnya memperhitungkan peran yang dapat dilakukan stakeholder dalam
mempengaruhi keputusan yang dibuat oleh manajer perusahaan. Dalam kaitan ini,
Dill menyatakan :
Studi kasus di tersebut menceritakan bagaimana masyarakat luas dapat
mempengaruhi pencapaian tujuan perusahaan, sehingga keberadaan mereka harus
diperhitungkan sebagai pihak yang memiliki stake (kepentingan) terhadap
operasional perusahaan.
Perusahaan tidak hanya sekedar bertanggung jawab terhadap para pemilik
(Shareholder) sebagaimana terjadi selama ini, namun bergeser menjadi lebih luas
yaitu pada ranah sosial kemasyarakatan (Stakeholder), yang selanjutnya disebut
dengan tanggung jawab social (Social responsibility). Fenomena seperti ini
terjadi, karena adanya tuntutan dari masyarakat akibat negativeexternalities yang
timbul serta ketimpangan sosial yang terjadi (Harahap, 2002) dalam Nor Hadi
(2011:93). Untuk itu, tanggung jawab perusahaan yang semula hanya di ukur
sebatas pada indikator ekonomi (economic focused) dalam laporan keuangan, kini
harus bergeser dengan memperhitungkan faktor-faktor sosial (social dimentions)
terhadap stakeholder, baik internal maupun external.
Berdasarkan kedudukan stakeholders dalam pengelolaan perusahaan,
Jones (1995) dalam Solihin (2010:51) membagi stakeholders ke dalam dua
kategori, yaitu :
1. Inside Stakeholders
Inside Stakeholders terdiri dari orang-orang yang memiliki kepentingan dan tuntutan terhadap sumber daya perusahaan serta berada di dalam organisasi
perusahaan.
Yang termaksuk ke dalam kategori inside stakeholders adalah pemegang
2. Outside Stakeholders
Outside Stakeholders yaitu orang-orang maupun pihak-pihak (constituencies) yang bukan pemilik perusahaan, pemimpin perusahaan dan bukan
pula karyawan perusahaan tetapi memiliki kepentingan terhadap perusahaan dan /
atau dipengaruhi oleh keputusan serta tindakan yang dilakukan oleh perusahaan.
Yang termasuk kategori outside stakeholders adalah pelanggan
(customers), pemasok (suppliers), pemerintah (government), kreditor (creditors),
serikat pekerja (unions), komunitas lokal (local communities), masyarakat umum
(general public).
2.1.2 Teori Legitimasi
Legitimasi merupakan keadaan psikologis keberpihakan orang dan
kelompok orang yang sangat peka terhadap gejala lingkungan sekitarnya baik
fisik maupun non fisik. O’Donovan (2002) dalam Nor Hadi (2011:87)
berpendapat legitimasi organisasi dapat dilihat sebagai sesuatu yang diberikan
masyarakat kepada perusahaan dan sesuatu yang diinginkan atau dicari
perusahaan dari masyarakat. Dengan demikian, legitimasi merupakan manfaat
atau sumberdaya potensial bagi perusahaan untuk bertahan hidup (going concern).
Kelangsungan hidup perusahaan juga tergantung dari hubungan
perusahaan dengan masyarakat dan lingkungan tempat perusahaan beroperasi. Hal
ini sejalan dengan legitimacy theory yang menyatakan bahwa perusahaan
memiliki kontrak dengan masyarakat untuk melakukan kegiatannya berdasarkan
antara sistem nilai perusahaan dan sistem nilai masyarakat, maka perusahaan
dalam kehilangan legitimasinya, yang selanjutnya akan mengancam kelangsungan
hidup perusahaan (Haniffa dan Cooke, 2005).
Sejalan dengan karakternya yang berdekatan dengan ruang dan waktu,
legitimasi mengalami pergeseran bersamaan dengan perubahan dan
perkembangan lingkungan dan masyarakat di mana perusahaan berada (Dowling
1975) dalam Nor Hadi (2011:87). Perubahan nilai dan norma sosial dalam
masyarakat sebagai konsekuensi perkembangan peradaban manusia juga menjadi
motivator perubahan legitimasi perusahaan di samping juga dapat menjadi
tekanan bagi legitimasi perusahaan (Lindblom,1994) dalam Nor Hadi (2011:88).
Teori legitimasi menyatakan bahwa perusahaan dan komunitas sekitarnya
memiliki relasi sosial yang erat karena keduanya terikat dalam suatu “social
contract”. Teori kontrak sosial menyatakan bahwa keberadaan perusahaan dalam suatu area karena didukung secara politis dan dijamin oleh regulasi pemerintah
serta parlemen yang juga merupakan representasi dari masyarakat. Dengan
demikian, ada kontrak sosial secara tidak langsung antara perusahaan dan
masyarakat dimana masyarakat memberi cost dan benefits untuk keberlanjutan
korporasi (Lako, 2011:6). Kontrak sosial (social contract) dibuat sebagai media
untuk mengatur tatanan (pranata) sosial kehidupan masyarakat. Teori legitimasi
merupakan sistem pengelolaan perusahaan yang berorientasi pada keberpihakan
terhadap masyarakat (society), pemerintah individu dan kelompok masyarakat.
Untuk itu, sebagai suatu sistem yang mengedepankan keberpihakan kepada
2.2 CorporateSocialPerformance (CSP)
Pada awalnya konsep CSR terdiri atas empat komponen kewajiban
perusahaan terhadap masyarakat (Carroll, 1979 dalam Solihin, 2008:102).
Keempat komponen tersebut adalah economic responsibilities, legal responsibilities, ethical responsibilities, dan discretionary responsibilities.
Beberapa ahli seperti Ackerman dan Bauer (Carroll, 1979) dikutip dari
Solihin (2008:102), mengajukan kritik terhadap konsep CSR. Kritik mereka
ditujukan kepada istilah social responsibility dalam konsep CSR, yang
seolah-olah hanya menekankan kepada kewajiban perusahaan untuk melakukan sesuatu
kepada para pemangku kepentingan. Sebaliknya konsep CSR ini tidak
menunjukkan berbagai upaya sosial yang dilakukan perusahaan dan memberi
dampak terhadap para pemangku kepentingan yang dapat diukur hasilnya berupa
kinerja (performance) bagi perusahaan.
Di sisi lain, terdapat peneliti seperti Hay, Gray, dan Gates (Carroll,1979)
dalam Solihin (2008:102), yang secara deskriptif menjabarkan dalam area apa
saja perusahaan dianggap memiliki kewajiban terhadap masyarakat. Hal ini dapat
dilihat dari keputusan dan komitmen yang dibuat perusahaan untuk
mengalokasikan sumber daya yang mereka miliki dalam isu-isu tertentu seperti
tanggung jawab sosial perusahaan untuk mengatasi masalah polusi, kemiskinan,
diskriminasi rasial, serta berbagai area masalah sosial lainnya.
Kebutuhan untuk mencari model CSR yang dapat mengukur dampak
pelaksanaan CSR oleh perusahaan terhadap masyarakat serta sejauh mana
peningkatan kinerja keuangan perusahaan itulah yang mendorong lahirnya konsep
Corporate Social Performance sebagai penyempurnaan atas konsep CSR sebelumnya (Solihin, 2008:101).
Citra atau reputasi perusahaan sendiri merupakan salah satu aset yang
sangat berharga. Corporate Social Performance merupakan hal yang cukup
penting bagi citra (reputation) perusahaan, terutama untuk jangka panjang
perusahaan yang dapat memberi kontribusi cukup berarti dalam pengembangan
berkelanjutan bagi perusahaan. Dengan demikian Corporate Social Performance
dapat menjadi salah satu ukuran bagi citra atau reputasi perusahaan. (Yunan, 2005
dalam Maulana, 2008).
Wood mendefenisikan kinerja sosial perusahaan (Corporate Social
Performance-CSP) sebagai “sebuah konfigurasi prinsip-prinsip organisasi bisnis dari tanggung jawab sosial, proses tanggapan sosial, dan kebijakan-kebijakan,
program, dan hasil yang dapat diamati sebagai hubungan-hubungan tersebut
kepada hubungan perusahaan dalam bermasyarakat. (Orlitzky et al,. 2003)
Sedangkan menurut Karimi dalam Septiadini (2010) kinerja sosial
perusahaan adalah penilaian kinerja sebuah perusahaan dilihat dari peran sosial
CSR yang dimainkannya di tengah masyarakat. Semakin sebuah perusahaan
mengimplementasikan CSR dengan baik, maka kinerja sosial perusahaan tersebut
akan semakin terangkat. Hasil yang diharapkan, tentu kembali kepada perusahaan
dalam bentuk dukungan publik dan penguatan faktor sosial terhadap pengelolaan
dan pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development) dari masyarakat
Berdasarkan pembahasan teori tersebut, keberadaan perusahaan tidak
terlepas dari kepentingan berbagai pihak. Investor berkepentingan terhadap
sumber daya yang diinvestasikan di perusahaan. Kreditor berkepentingan terhadap
pengembalian pokok dan bunga pinjaman. Pemerintah berkepentingan terhadap
kepatuhan perusahaan terhadap peraturan yang berlaku agar kepentingan
masyarakat secara umum tidak terganggu. Namun yang tak kalah pentingnya
adalah pihak-pihak yang selama ini kurang mendapat perhatian, yaitu karyawan,
pemasok, pelanggan, dan masyarakat di sekitar perusahaan. Karyawan perlu
mendapatkan penghasilan dan jaminan sosial yang layak. Bila memungkinkan,
karyawan memerlukan pendidikan dan pelatihan teknis untuk meningkatkan
keahlian sehingga dapat meningkatkan karier di perusahaan. Pemasok
berkepentingan terhadap pelunasan utang dagang. Pelanggan berkepentingan
terhadap kualitas produk perusahaan. Terakhir, masyarakat yang tinggal di sekitar
perusahaan berkepentingan terhadap dampak sosial dan lingkungan yang berasal
dari aktivitas perusahaan.
Berdasarkan contoh dampak sosial dan lingkungan dari kegiatan operasi
perusahaan, maka tanggung jawab perusahaan tidak terbatas pada investor, yaitu
memberikan pengembalian yang maksimal kepada investor. Kepentingan publik
dan lingkungan juga perlu mendapat perhatian perusahaan sebagai dukungan atas
operasi perusahaan. Pelestarian lingkungan di samping bermanfaat bagi
masyarakat di sekitar juga bermanfaat bagi perusahaan khususnya perusahaan
Penelitian ini akan menggunakan jenis pendekatan pengukuran isi laporan
tahunan dengan aspek-aspek penilaian tanggung jawab sosial yang dikeluarkan
oleh Global Reporting Initiative (GRI) yang diperoleh dari website www.globalreporting.org
GRI-G4 juga menyediakan panduan mengenai bagaimana menyajikan
pengungkapan keberlanjutan dalam format yang berbeda: baik itu laporan
keberlanjutan mandiri, laporan terpadu, laporan tahunan, laporan yang membahas
norma-norma internasional tertentu, atau pelaporan online. Jenis pendekatan
pengukuran GRI-G4 melalui isi laporan tahunan dengan aspek-aspek penilaian
tanggungjawab sosial yang dikeluarkan oleh GRI (Global Reporting Initiative)
yang diperoleh dari website
. Standar GRI dipilih karena lebih memfokuskan pada
standar pengungkapan berbagai kinerja ekonomi, sosial, dan lingkungan
perusahaan dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas, rigor, dan pemanfaatan
sustainability reporting dan merupakan aturan internasional yang telah diakui oleh perusahaan di dunia.
(2013) indikator kinerja dibagi menjadi 3 komponen utama, yaitu ekonomi,
lingkungan, dan sosial mencakup praktik ketenagakerjaan dan kenyamanan
bekerja, hak asasi manusia, masyarakat, tanggung jawab atas produk dengan total
kinerja indikator mencapai 91 indikator. (Sumber :
Tabel 2.1
91 Indikator Berdasarkan GRI-G4 KATEGORI EKONOMI
-Kinerja Ekonomi EC1 Nilai ekonomi langsung yang dihasilkan dan didistribusikan
EC2 Implikasi finansial dan risiko serta peluang lainnya kepada kegiatan organisasi karena perubahan iklim EC3 Cakupan kewajiban organisasi atas
program imbalan pasti EC4 Bantuan financial yang diterima dari
pemerintah
-Keberadaan Pasar EC5 Rasio upah standar pegawai pemula (entry level)menurut gender dibandingkan dengan upah minimum regional di lokasi-lokasi operasional yang signifikan
EC6 Perbandingan manajemen senior yang dipekerjakan dari masyarakat local di lokasi operasi yang signifikan
-Dampak Ekonomi Tidak Langsung
EC7 Pembangunan dan dampak dari investasi infrastruktur dan jasa yang diberikan
EC8 Dampak ekonomi tidak langsung yang signifikan, termasuk besarnya dampak
-Praktek Pengadaan EC9 Perbandingan dari pembelian pemasok lokal di operasional yang signifikan
KATEGORI LINGKUNGAN
-Bahan EN1 Bahan yang digunakan berdasarkan berat atau volume
EN2 Persentase bahan yang digunakan yang merupakan bahan input daur ulang
-Energi EN3 Konsumsi energi dalam organisasi EN4 Konsumsi energi diluar organisasi EN5 Intensitas Energi
EN6 Pengurangan konsumsi energi -Air EN7 Konsumsi energi diluar organisasi
EN8 Total pengambilan air
berdasarkan sumber
EN9 Sumber air yang secara
signifikan dipengaruhi oleh pengambilan air
Lanjutan Tabel 2.1
91 Indikator Berdasarkan GRI-G4 -Keanekaragaman
Hayati
EN11 Lokasi-lokasi operasional yang dimiliki, disewa, dikelola didalam, atau yang berdekatan dengan, kawasan lindung dan kawasan dengan nilai keanekaragaman hayati tinggi diluar kawasan lindung
EN12 Uraian dampak signifikan
kegiatan, produk, dan jasa terhadap keanekaragaman hayati di kawasan lindung dan kawasan dengan nilai keanekaragaman hayati tinggi diluar kawasan lindung
EN13 Habitat yang dilindungi dan dipulihkan
EN14 Jumlah total spesies dalam iucn red list dan spesies dalam daftar spesies yang dilindungi nasional dengan habitat di tempat yang
dipengaruhi operasional, berdasarkan tingkat risiko kepunahan
-Emisi EN15 Emisi gas rumah kaca (GRK)
langsung (Cakupan 1)
EN16 Emisi gas rumah kaca (GRK) energi tidak langsung (Cakupan 2) EN17 Emisi gas rumah kaca (GRK) tidak
langsung lainnya (Cakupan 3) EN18 Intensitas emisi gas rumah kaca
(GRK)
EN19 Pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK)
EN20 Emisi bahan perusak ozon (BPO) EN21 NOX, SOX, dan emisi udara
signifikan lainnya -Efluen dan
Limbah
EN22 Total air yang dibuang berdasarkan kualitas dan tujuan
EN23 Bobot total limbah berdasarkan jenis dan metode pembuangan EN24 Jumlah dan volume total tumpahan
Lanjutan Tabel 2.1
91 Indikator Berdasarkan GRI-G4
EN25 Bobot limbah yang dianggap
berbahaya menurut ketentuan konvensi Basel2 Lampiran I, II, III, dan VIII yang diangkut, diimpor, diekspor, atau diolah, dan persentase limbah yang diangkut untuk pengiriman internasional EN26 Identitas, ukuran, status lindung,
dan nilai keanekaragaman hayati dari badan air dan habitat terkait yang secara signifikan terkena dampak dari pembuangan dan air limpasan dari organisasi
-Produk dan Jasa EN27 Tingkat mitigasi dampak terhadap dampak lingungan produk dan jasa EN28 Persentase produk yang terjual dan
kemasannya yang direklamasi menurut kategori
-Kepatuhan EN29 Nilai moneter denda signifikan dan jumlah total sanksi non-moneter atas ketidakpatuhan terhadap undang-undang dan peraturan lingkungan
-Transportasi EN30 Dampak lingkungan signifikan dari pengangkutan produk dan barang lain serta bahan untuk operasional organisasi, dan pengangkutan tenaga kerja
-Lain-lain EN31 Total pengeluaran dan investasi perlindungan lingkungan berdasarkan jenis
-Asesmen Pemasok Atas
Lingkungan
EN32 Persentase penapisan pemasok baru menggunakan kriteria lingkungan
EN33 Dampak lingkungan negatif
signifikan aktual dan potensial dalam rantai pasokan dan tindakan yang diambil
-Mekanisme Pengaduan
Masalah Lingkungan
EN34 Jumlah pengaduan tentang dampak lingkungan yang diajukan, ditangani, dan diselesaikan melalui mekanisme pengaduan resmi
KATEGORI SOSIAL
Lanjutan Tabel 2.1
91 Indikator Berdasarkan GRI-G4
-Kepegawaian LA1 Jumlah total dan tingkat perekrutan karyawan baru dan turnover karyawan menurut kelompok umur, gender, dan wilayah
LA2 Tunjangan yang diberikan bagi karyawan purnawaktu yang tidak diberikan bagi karyawan sementara atau paruh waktu, berdasarkan lokasi operasi yang signifikan
LA3 Tingkat kembali bekerja dan tingkat retensi setelah cuti melahirkan, menurut gender
-Hubungan Industrial
LA4 Jangka waktu minimum
pemberitahuan mengenai perubahan operasional, termasuk
apakah hal tersebut tercantum dalam perjanjian bersama
-Kesehatan dan Keselamatan Kerja
VV
LA5 Persentase total tenaga kerja yang diwakili dalam komite bersama formal manajemen-pekerja yang membantu mengawasi dan memberikan saran program kesehatan dan keselamatan kerja LA6 Jenis dan tingkat cedera, penyakit
akibat kerja, hari hilang, dan kemangkiran, serta jumlah total kematian akibat kerja, menurut daerah dan gender
LA7 Pekerja yang sering terkena atau berisiko tinggi terkena penyakit yang terkait dengan pekerjaan mereka
LA8 Topik kesehatan dan keselamatan yang tercakup dalam perjanjian formal dengan serikat pekerja
-Pelatihan dan Pendidikan
LA9 Jam pelatihan rata-rata per tahun per karyawan menurut gender, dan menurut kategori karyawan
LA10 Program untuk manajemen
Lanjutan Tabel 2.1
91 Indikator Berdasarkan GRI-G4
LA11 Persentase karyawan yang
menerima reviuw kinerja dan pengembangan karier secara reguler, menurut gender dan kategori karyawan
-Keberagaman dan Kesetaraan
Peluang
LA12 Komposisi badan tata kelola dan pembagian karyawan per kategori karyawan menurut gender, kelompok usia, keanggotaan kelompok minoritas, dan indikator keberagaman lainnya
-Kesetaraan Remunerasi Perempuan dan
Laki-laki
LA13 Rasio gaji pokok dan remunerasi bagi perempuan terhadap laki-laki menurut kategori karyawan,
LA14 Persentase penapisan pemasok baru menggunakan kriteria praktik ketenagakerjaan
LA15 Dampak negatif aktual dan
potensial yang signifikan terhadap praktik ketenagakerjaandalam rantai pasokan dan tindakan yang diambil
SUB-KATEGORI: HAK ASASI MANUSIA
-Investasi HR1 Jumlah total dan persentase
perjanjian dan kontrak investasi yang signifikan yang menyertakan klausul terkait hak asasi manusia atau penapisan berdasarkan hak asasi manusia
HR2 Jumlah waktu pelatihan karyawan tentang kebijakan atau prosedur hak asasi manusia terkait dengan Aspek hak asasi manusia yang relevan dengan operasi, termasuk persentase karyawan yang dilatih -Non-Diskriminasi HR3 Jumlah total insiden diskriminasi
dan tindakan korektif yang diambil -Kebebasan
Berserikat dan Perjanjian Kerja
Bersama
Lanjutan Tabel 2.1
91 Indikator Berdasarkan GRI-G4
-Pekerja Anak HR5 Operasi dan pemasok yang
diidentifikasi berisiko tinggi melakukan eksploitasi pekerja anak
dan tindakan yang diambil untuk berkontribusi dalam penghapusan
pekerja anak yang efektif -Pekerja Paksa
Atau Wajib Kerja
HR6 Operasi dan pemasok yang
diidentifikasi berisiko tinggi melakukan pekerja paksa atau wajib kerja dan tindakan untuk berkontribusi dalam penghapusan segala bentuk pekerja paksa atau wajib kerja
-Praktik Pengamanan
HR7 Persentase petugas pengamanan yang dilatih dalam kebijakan atau prosedur hak asasi manusia di organisasi yang relevan dengan operasi
-Hak Adat HR8 Jumlah total insiden pelanggaran yang melibatkan hak-hak masyarakat adat dan tindakan yang diambil
-Asesmen HR9 Jumlah total dan persentase operasi yang telah melakukan reviu atau asesmen dampak hak asasi manusia -Asesmen
Pemasok Atas Hak Asasi Manusia
HR10 Persentase penapisan pemasok baru menggunakan kriteria hak asasi manusia
HR11 Dampak negatif aktual dan
potensial yang signifikan terhadap hak asasi manusia dalam rantai pasokan dan tindakan yang diambil -Mekanisme
Pengaduan Masalah Hak Asasi Manusia
HR12 Jumlah pengaduan tentang dampak terhadap hak asasi manusia yang
diajukan, ditangani, dan diselesaikan melalui mekanisme
pengaduan formal SUB-KATEGORI: MASYARAKAT
-Masyarakat Lokal SO1 Persentase operasi dengan pelibatan masyarakat lokal, asesmen dampak, dan program pengembangan yang diterapkan
Lanjutan Tabel 2.1
91 Indikator Berdasarkan GRI-G4
-Anti-Korupsi SO3 Jumlah total dan persentase operasi yang dinilai terhadap risiko terkait dengan korupsi dan risiko signifikan yang teridentifikasi
SO4 Komunikasi dan pelatihan
mengenai kebijakan dan prosedur anti-korupsi
SO5 Insiden korupsi yang terbukti dan tindakan yang diambil
-Kebijakan Publik SO6 Nilai total kontribusi politik berdasarkan negara dan penerima/penerima manfaat
-Anti Persaingan SO7 Jumlah total tindakan hukum terkait Anti Persaingan, anti-trust, serta praktik monopoli dan hasilnya
-Kepatuhan SO8 Nilai moneter denda yang
signifikan dan jumlah total sanksi non-moneter atas ketidakpatuhan
S09 Persentase penapisan pemasok baru menggunakan kriteria untuk dampak terhadap masyarakat
SO10 Dampak negatif aktual dan potensial yang signifikan terhadap masyarakat dalam rantai pasokan dan tindakan yang diambil
-Mekanisme Pengaduan Dampak Terhadap
Masyakat
SO11 Jumlah pengaduan tentang dampak terhadap masyarakat yang diajukan, ditangani, dan diselesaikan melalui mekanisme pengaduan resmi
SUB-KATEGORI: TANGGUNGJAWAB ATAS PRODUK -Kesehatan
Keselamatan Pelanggan
PR1 Persentase kategori produk dan jasa yang signifikan dampaknya terhadap kesehatan dan keselamatan yang dinilai untuk peningkatan
Lanjutan Tabel 2.1 91 Indikator Berdasarkan GRI-G4 -Pelabelan
Produk dan Jasa
PR3 Jenis informasi produk dan jasa yang diharuskan oleh prosedur organisasi terkait dengan informasi dan pelabelan produk dan jasa, serta persentase kategori produk dan jasa yang signifikan harus mengikuti persyaratan informasi sejenis
PR4 Jumlah total Insiden ketidakpatuhan terhadap peraturan dan koda sukarela terkait dengan informasi dan pelabelan produk dan jasa, menurut jenis hasil
PR5 Hasil survei untuk mengukur kepuasan pelanggan
-Komunikasi Pemasaran
PR6 Penjualan produk yang dilarang atau disengketakan
PR7 Jumlah total Insiden ketidakpatuhan terhadap peraturan dan koda sukarela tentang komunikasi pemasaran, termasuk iklan, promosi, dan sponsor, menurut jenis hasil
-Privasi Pelanggan
PR8 Jumlah total keluhan yang terbukti terkait dengan pelanggaran privasi pelanggan dan hilangnya data pelanggan
-Kepatuhan PR9 Nilai moneter denda yang
signifikan atas ketidakpatuhan terhadap undang-undang dan peraturan terkait penyediaan dan penggunaan produk dan jasa
Sumber: (Data Diolah)
GRI-G4 dirancang agar dapat diterapkan secara universal untuk semua
organisasi, besar dan kecil, di seluruh dunia. Pengukuran dilakukan berdasarkan
indeks pengungkapan masing-masing perusahaan yang dihitung melalui
pembagian antara jumlah item yang diungkapkan dengan jumlah item yang
CSRDIj =
∑
xij
nj
Keterangan:
CSRIj : Corporate Social Responsibility Indeks Perusahaan j
nj : Jumlah kriteria pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) untuk perusahaan j, nj ≤ 91
Xij : 1 = Jika kriteria diungkapkan; 0 = Jika kriteria tidak diungkapkan
Dengan diprakarsai oleh IAI-KAM pada pertengahan 2005, telah didirikan
lembaga semacam GRI yang diberi nama “National Center For Sustainability
Reporting (NCSR)”. Lembaga independen ini memiliki misi: “Meyusun dan meyebarluaskan pedoman penyusunan laporan keberlanjutan untuk
organisasi/perusahaan di Indonesia”.
National Center forSustainability Reporting (NCSR) Indonesia adalah sebuah wadah (organisasi) independen dalam rangka pengembangan, pembinaan,
pengukuran dan pelaporan atas implementasi keberlanjutan perusahaan (corporate
sustainability). NSCR Indonesia memiliki anggota dari korporasi, organisasi, dan
individu-individu profesional yang mempunyai visi dan komponen yang sama
dalam menerapkan dan mengembangkan pembangunan berkelanjutan di
Indonesia.
Terbentuknya pusat pelaporan nasional, National Center forSustainability
Reporting (NCSR) pada tahun 2005. Lima organisasi independen penting, yaitu Institut Akuntan Manajemen Indonesia (IAMI), Indonesia Netherlands
Association (INA), National Committe on Governance (NCG), Forum for
mengumpulkan sumber daya mereka ke dalam prakarsa ini dengan visi menjadi
pemimpin dalam menyediakan standar pelaporan keberlanjutan bagi perusahaan
di Indonesia (Urip, 2014 : 99)
2.3 CorporateFinancialPerformance (CFP) 2.3.1 ROA
Harahap (2010:305) “Return On Assets (ROA)
menggambarkan perputaran aktiva diukur dari penjualan. Semakin
besar rasio ini maka semakin baik dan hal ini berarti bahwa aktiva
dapat lebih cepat berputar dan meraih laba”.
Return On Assets (ROA) menjadi salah satu pertimbangan investor di dalam melakukan investasi. Return on Asset adalah
salah satu bentuk dari rasio profitabilitas yang dapat mengukur
kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan
dalam aktiva yang digunakan untuk operasi perusahaan dalam
menghasilkan keuntungan.
Semakin tinggi laba yang dihasilkan, maka semakin tinggi
pulaROA, hal itu berarti bahwa perusahaan semakin efektif dalam
penggunaan aktiva untuk menghasilkan keuntungan. Jika rasio ini
mengalami penurunan maka akan mempengaruhi perusahaan dalam
mencari laba. Karena rasio ini menurun di pengaruhi oleh dua
indikator yaitu utang dan beban yang ditanggung oleh perusahaan
Jadi penurunan rasio ini sangat berpengaruh pada laba yang di
peroleh perusahaan.
2.3.2 ROE
Return On Equity (ROE) merupakan sebuah rasio yang sering dipergunakan oleh pemegang saham untuk menilai kinerja
perusahaan yang bersangkutan. ROE mengukur besarnya tingkat
pengembalian modal dari perusahaan (Sawir, 2005:20).
Weston dan Copeland (2002:241) mengatakan bahwa
“rentabilitas usaha adalah hasil pengembalian atas ekuitas
mengukur pengembalian nilai buku kepada pemilik perusahaan,
rasio ini merupakan suatu rasio tujuan akhir. Return on Equity atau
tingkat pengembalian ekuitas pemilik mengukur seberapa besar
kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba yang menjadi hak
bagi pemegang saham perusahaan. Rasio ini dipengaruhi oleh besar
kecilnya utang perusahaan, apabila proporsi utang perusahaan
makin besar maka rasio ini juga akan makin besar. Dengan
demikian maka modal yang dimiliki oleh perusahaan tidak
memberikan laba yang memuaskan bagi perusahaan. Rasio ini
digunakan untuk mengukur kinerja manajemen perusahaan dalam
mengelola modal yang tersedia untuk menghasilkan laba setelah
pajak.Semakin besar ROE, semakin besar pula tingkat keuntungan
yang dicapai perusahaan sehingga kemungkinan suatu perusahaan
tertarik pada seberapa besar kemampuan perusahaan memperoleh
keuntungan terhadap modal yang ia tanamkan.
Kinerja keuangan (finansial) perusahaan dapat diukur dari laporan
keuangan yang dikeluarkan perusahaan secara periodik yang memberikan suatu
gambaran tentang posisi keuangan. Adapun jenis laporan keuangan yang lazim
dikenal adalah: laporan neraca yang menggambarkan posisi keuangan perusahaan,
laporan laba/rugi yang menggambarkan hasil usaha perusahaan dan laporan arus
kas yang menggambarkan sumber dan penggunaan kas dalam suatu periode
(Harahap, 2011:105).
Analisis laporan keuangan adalah segala sesuatu yang menyangkut
penggunaan informasi akuntansi untuk membuat keputusan bisnis dan investasi.
Analisis keuangan dirancang bagi pengusaha, investor, dan kreditor di mana
mereka harus memahami bagaimana membaca mengartikan serta menganalisis
laporan keuangan. Laporan keuangan melaporkan posisi keuangan perusahaan
pada suatu waktu tertentu maupun selama beberapa periode yang lalu (Astuti,
2004:29).
Kinerja keuangan dipakai manajemen sebagai salah satu pedoman untuk
mengelola sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Laporan dari kinerja
keuangan dibuat untuk menggambarkan kondisi keuangan perusahaan masa lalu
dan digunakan untuk memprediksi keuangan dimasa yang akan datang. Kinerja
keuangan berperan penting karena digunakan sebagai indikator penilaian baik atau
buruknya kondisi keuangan dan prestasi kerja suatu perusahaan dalam waktu
Teknik analisis laporan keuangan yang digunakan dalam penelitian ini
untuk menilai kinerja keuangan perusahaan adalah analisis rasio. Teknik ini sudah
banyak digunakan para analis keuangan untuk mengetahui kondisi keuangan
perusahaan. Rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan
dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan
yang relevan dan signifikan (Harahap, 2011:297).
2.4 Hubungan antara CorporateSocialPerformance (CSP) dengan Corporate FinancialPerformance (CFP)
Peran perusahaan di tengah komunitas suatu bangsa adalah tidak hanya
sebagai “institusi ekonomi” yang mengejar tujuan ekonomi, tetapi juga sebagai
“institusi sosial”. Sebagai institusi sosial, perusahaan dituntut melakukan
pembaruan-pembaruan sosial dan mendonasikan sumber daya ekonominya untuk
membantu mengatasi isu-isu sosial dan lingkungan. Selain itu, setiap peningkatan
skala operasi perusahaan juga secara otomatis akan meningkatkan skala dampak
negatifnya pada lingkungan dan masyarakat, sementara profits-nya hanya
dinikmati para pemegang saham. Hal ini menyebabkan ketidakadilan sehingga
pebisnis dan korporasi harus bertindak adil dengan menyisihkan keuntungan
untuk membantu mengatasi isu-isu sosial dan lingkungan. Meskipun dalam jangka
pendek akan meningkatkan cost dan menurunkan laba, namun dalam jangka panjang akan mendatangkan economic benefits bagi perusahaan. Sebagai contoh,
pangsa pasar yang meluas karena loyalitas konsumen kian banyak, kelangsungan
bisnis yang aman dan kondusif karena meningkatnya kepercayaan para
Hubungan antara CSP dan CFP menurut penelitian Poddi & Vergali
(2009) menjelaskan bahwa biaya intangible lebih besar dilakukan oleh perusahaan
yang melakukan pengungkapan CSP. Sementara hasil penelitian tersebut
menunjukkan bahwa ROE lebih besar dimiliki oleh perusahaan yang secara
sukarela mengungkapkan CSP dibandingkan perusahaan yang tidak melakukan
pengungkapan CSP. Penelitiannya juga menujukkan terdapat hubungan positif
antara CSP dengan kinerja pasar perusahaan
Hubungan positif antara CFP dengan CSP juga dijelaskan oleh Waddock
& Graves, (1997) yang menyatakan jika perusahaan tidak berperilaku etis dan
bertanggung jawab, dengan mencoba untuk mengurangi cost pertanggungjawaban
sosial maka dalam jangka panjang perusahaan tidak akan mendapat manfaat
berkelanjutan. Selain itu CSP dianggap sebagai Good Management yang akan
meningkatkan hubungan dengan stakeholder dan dalam waktu yang sama akan
meningkatkan kinerja secara keseluruhan. Alasan berikutnya, dengan
mendasarkan pada theory of scarce resources, bahwa perilaku CSP merupakan
suatu konsekuensi dan bukan suatu sebab dari peningkatan kinerja. Ketika
perusahaan memiliki sumber daya yang lebih besar maka sebaiknya dialokasikan
untuk aktivitas semacam CSP,
Menurut model teori stakeholder, perusahaan perlu menjalin hubungan
dengan stakeholdernya, terutama stakeholder yang mempunyai power dalam mengendalikan ketersediaan sumber daya (Chariri dan Ghozali 2007:410).
Perusahaan juga perlu mengidentifikasi keinginan dan kebutuhan dari
shareholdernya saja yang perlu diakomodasi oleh perusahaan, melainkan seluruh stakeholdernya.
Oleh karena itu perusahaan akan mempertimbangkan kepentingan dari
pemangku kepentingan karena adanya komitmen moral dari manajemen
perusahaan terhadap para pemangku kepentingan. Komitmen moral ini akan
mendorong perusahaan untuk merumuskan strategi perusahaan di mana strategi
perusahaan akan berpengaruh terhadap pencapaian kinerja keuangan perusahaan.
Salah satu strategi untuk menjaga hubungan dengan stakeholder adalah dengan
mengungkapkan CSR, dimana kinerja sosial perusahaan dilihat dari peran CSR
yang dimainkannya ditengah masyarakat. Menurut model teori stakeholder ini
juga menyebutkan bahwa kenaikan dan penurunan kinerja keuangan sejalan
dengan kenaikan dan penurunan dari pengungkapan kinerja sosialnya.
Teori legitimasi menegaskan bahwa perusahaan terus berupaya untuk
memastikan bahwa mereka beroperasi dalam bingkai dan norma yang ada dalam
masyarakat atau lingkungan di mana perusahaan berada, di mana mereka berusaha
untuk memastikan bahwa aktifitas mereka (perusahaan) diterima oleh pihak luar.
Teori legitimasi kaitannya dengan kinerja sosial dan kinerja keuangan adalah
apabila terjadi ketidakselarasan antara sistem nilai perusahaan dan sistem nilai
masyarakat (legitimacy gap) maka perusahaan dapat kehilangan legitimasinya,
yang selanjutnya akan mengancam kelangsungan hidup perusahaan.
Untuk mensinergikan aktivitas operasionalnya dalam memperoleh tujuan
finansialnya dengan suatu sistem sosial yang berlaku di masyarakat dalam rangka
dalam waktu yang panjang. Perusahaan perlu merumuskan strategi yang dapat
mengakomodasi ketidakselarasan tersebut yaitu salah satunya dengan
mengungkapkan CSP yang pada akhirnya akan mempengaruhi kinerja sosial
perusahaan. berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hubungan antara
kinerja sosial perusahaan dan kinerja keuangan adalah positif dimana hubungan
positif tersebut menunjukkan arti yaitu pencapaian tinggi rendahnya kinerja
keuangan sejalan dengan pencapaian tinggi rendahnya kinerja sosial perusahaan.
2.5 Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Sosial dan Kinerja Keuangan 2.5.1 Size
Ferry dan Jones (1979), ukuran perusahaan adalah suatu skala dimana
dapat diklasifikasikan besar kecilnya perusahaan menurut berbagai cara, antara
lain: total aktiva, penjualan, log size, nilai pasar saham, kapitalisasi pasar, dan
lain-lain yang semuanya berkorelasi tinggi. Semakin besar total aktiva, penjualan,
log size, nilai pasar saham, dan kapitalisasi pasar maka semakin besar pula ukuran
perusahaan tersebut. Pada dasarnya ukuran perusahaan hanya terbagi dalam tiga
kategori yaitu perusahaan besar (large firm), perusahaan menengah (medium size),
dan perusahaan kecil (small firm). Sedangkan Yusuf dan Soraya (2004) ukuran
perusahaan merupakan ukuran atau besarnya asset yang dimiliki perusahaan,
ditunjukan oleh natural logaritma dari total aktiva.
Menurut Sawir (2004:101)ukuran perusahaan dinyatakan sebagai
determinan dari struktur keuangan dalam hampir setiap studi untuk alasan yang
1. Pertama, ukuran perusahaan dapat menentukan tingkat kemudahan
perusahaan memperoleh dana dari pasar modal. Perusahaan kecil umumnya
kekurangan akses ke pasar modal yang terorganisir baik untuk obligasi
maupun saham. Meskipun mereka memiliki akses, biaya peluncuran dari
penjualan sejumlah kecil sekuritas dapat menjadi penghambat. Jika
penerbitan sekuritas dapat dilakukan, sekuritas perusahaan kecil mungkin
kurang dapat dipasarkan sehingga membutuhkan penentuan harga
sedemikian rupa agar investor mendapatkan hasil yang memberikan return
lebih tinggi secara signifikan.
2. Kedua, ukuran perushaan menentukan kekuatan tawar-menawar dalam
kontrak keuangan. Perusahaan besar biasanya dapat memilih pendanaan dari
berbagai bentuk hutang, termaksud penawaran spesial yang lebih
menguntungkan dibandigkan yang ditawarkan perusahaan kecil. Semakin
besar jumlah uang yang digunakan, semakin besar jumlah uang yang
digunakan, semakin besar kemungkinan-kemungkinan pembuatan kontrak
yang dirancang sesuai dengan preferensi kedua pihak sebagai ganti dari
penggunaan kontrak standar hutang.
3. Ketiga, ada kemungkinan pengaruh skala dalam biaya dan return membuat
perusahaan yang lebih besar dapat memperoleh lebih banyak laba. Pada
akhirnya, ukuran perusahaan diikuti oleh karakteristik lain yang
mempengaruhi struktur keuangan. Karakteristik lain tersebut seperti
rencana keuangan dan tidak mengembangakan sistem akuntansi mereka
menjadi suatu sistem manajemen.
Company Size didefinisikan sebagai ukuran suatu perusahaan yang dapat diukur dengan jumlah aset suatu perusahaan, penjualan dan kapasitas pasar.
Dalam penelitian ini menggunakan jumlah aset sebagai cara untuk pengukuran
company size. Karena total aset suatu perusahaan lebih stabil dari tahun ke tahun. Semakin banyak jumlah aset suatu perusahaan seharusnya semakin baik juga
kondisi suatu perusahaan tersebut dan menarik perhatian bagi para investor untuk
menanam sahamnya pada perusahaan tersebut (Yustiana, 2011).
2.6Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini telah dilakukan
beberapa peneliti, secara ringkas adalah sebagai berikut:
Hubungan positif antara CFP dengan CSP dijelaskan oleh Waddock &
Graves, (1997) yang menyatakan jika perusahaan tidak berperilaku etis dan
bertanggung jawab, dengan mencoba untuk mengurangi kos pertanggungjawaban
sosial maka dalam jangka panjang perusahaan akan tidak akan mendapatkan
manfaat berkelanjutan. Selain itu CSP dianggap sebagai Good Management yang
akan meningkatkan hubungan dengan stakeholder dan dalam waktu yang sama
akan meningkatkan kinerja secara keseluruhan. Alasan berikutnya, dengan
mendasarkan pada theory of scarce resources, bahwa perilaku CSP merupakan
suatu konsekuensi dan bukan suatu sebab dari peningkatan kinerja. Ketika
perusahaan memiliki sumber daya yang lebih besar maka sebaiknya dialokasikan
Ahmad (2013) meneliti tentang Pengaruh Corporate Social Performance
terhadap Corporate Financial Performance. Hasil penelitian ini menunjukkan CSP berpengaruh secara segnifikan terhadap ROA dan ROE. Size berpengaruh
signifikan terhadap hubungan CSP dan ROA namun tidak terhadap ROE.
Leverage signifikan terhadap hubungan CSP dengan ROA dan ROE.
Titisari (2010) meneliti tentang Pengaruh Corporate Financial
Performance terhadap Corporate Social Performance. Hasil penelitian ini menunjukkan variabel financial performance yang di proxy dengan ROA
berpengaruh secara signifikan terhadap social performance. Sedangkan variabel
financial performance yang di proxy dengan ROE tidak signifikan mempengaruhi social performance.
Rachmawati dan Sari (2010) juga meneliti tentang hubungan antara
Corporate Social Performance (CSP) dengan Corporate Financial Performance (CFP). Hasil dari penelitian ini ialah Corporate Social Performance berpengaruh
positif terhadap Corporate Financial Performance dan Size berpengaruh positif
pada pengembalian asset di perusahaan.
Fauzi, et al. (2007) meneliti hubungan antara kinerja sosial perusahaan (CSP) dengan kinerja keuangan perusahaan (CFP) untuk menentukan apakah CSP
adalah terkait dengan kinerja perusahaan dengan menggunakan slack resource
theory dan good management theory. Selain itu, mengkaji apakah ukuran perusahaan atau industri mempengaruhi hubungan antara CSP dan CFP. Hasil dari
studi gagal untuk menemukan hubungan yang signifikan antara CSP dan CFP di
Tabel 2.2
Analisis Hasil Penelitian 1. Sandra A
positif dengan Financial Performance. kinerja sosial dan keuangan tidak berhubungan, Temuan performance yang di proxi dengan ROA berpengaruh secara signifikan terhadap
social performance.
Sedangkan variabel financial
performance yang di proxi dengan ROE tidak
2.7Kerangka Konseptual
Pemilik modal sebagai investor dalam suatu perusahaan akan memilih
perusahaan yang baik pengelolaannya. Perusahaan yang baik pengelolaannya
tidak hanya dalam pengelolaan keuangannya, tetapi juga dalam hal aktivitas
sosialnya. Saat perusahaan melakukan suatu aktivitas sosial dan perusahaan juga
mengungkapkannya di dalam laporan tahunan, secara otomatis pihak yang
membaca laporan tahunan akan mengetahui bahwa perusahaan melakukan
aktivitas sosial. Investor sebagai pemilik dana di perusahaan akan melihat bahwa
perusahaan melakukan aktivitas yang baik sehingga mereka akan semakin percaya
untuk menempatkan modalnya di perusahaan tersebut.
Pada dasarnya tanggung jawab manajemen juga untuk meningkatkan
kinerja keuangan. Komponen stakeholder seperti investor, kreditor, dan tenaga
kerja sangat memperhatikan tentang kinerja perusahaan. Kinerja keuangan yang
lebih tinggi menyebabkan peningkatan kemakmuran stakeholder. Selain itu,
berdasarkan slack resource theory (Waddock dan Graves, 1997), peningkatan kinerja keuangan membuat perusahaan memiliki lebih banyak kesempatan untuk
meningkatkan kinerja sosial dalam semua aspek. Ada banyak ukuran-ukuran yang
digunakan untuk mewakili kinerja keuangan termasuk ROA (Return on Assets)
dan ROE (Return on Equity) (Waddock dan Graves, 1997).
Menurut Waddock dan Graves (1997) ukuran perusahaan berkaitan
dengan kinerja sosial perusahaan, yaitu perusahaan-perusahaan besar berperilaku
dengan cara yang lebih bertanggung jawab secara sosial daripada perusahaan
institusional, yaitu perusahaan-perusahaan besar mendapatkan lebih banyak
perhatian dari kelompok stakeholder eksternal daripada perusahaan-perusahaan
kecil, dan dengan begitu mereka perlu menanggapinya.
Sebuah studi penting yang dilakukan oleh Profesor Stephen Erfle dan
Michael Frantantuono menemukan bahwa perusahaan-perusahaan yang memiliki
peringkat tertinggi dalam hal riwayat mereka pada berbagai isu sosial (termaksuk
kegiatan amal, program bakti sosial, pemeliharaan lingkungan hidup,
pemberdayaan perempuan, dan advokasi kelompok minoritas) juga memiliki
kinerja keuangan yang lebih besar. Kinerja keuangan yang lebih baik dalam hal
pertumbuhan laba operasi, rasio penjualan terhadap aset, pertumbuhan penjualan,
pengembalian atas ekuitas (ROE), pertumbuhan laba terhadap aset, pengembalian
atas investasi (ROI), pengembalian atas aset (ROA) dan pertumbuhan aset.
(Hartman dan Desjardins, 2008:170)
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Sumber : Rachmawati dan Sari (2010) Variable Independen (X)
Corporate Social Performance
Variable Dependen (Y)
Corporate Financial Performance : 1. ROA 2. ROE
Variable Moderating (Z)