• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perancangan Sistem Monitoring Temperatur Lingkungan Dengan Tampilan Display Matrix Berbasis Mikrokontroler At89s51

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Perancangan Sistem Monitoring Temperatur Lingkungan Dengan Tampilan Display Matrix Berbasis Mikrokontroler At89s51"

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

DENGAN TAMPILAN DISPLAY MATRIX

BERBASIS MIKROKONTROLER AT89S51

TUGAS AKHIR

CHRISTIAN FARADAY GINTING

(052408078)

PROGRAM STUDI FISIKA INSTRUMENTASI

DEPARTEMEN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

DENGAN TAMPILAN DISPLAY MATRIX

BERBASIS MIKROKONTROLER AT89S51

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Ahli Madya

CHRISTIAN FARADAY GINTING

(052408078)

PROGRAM STUDI FISIKA INSTRUMENTASI

DEPARTEMEN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul : PERANCANGAN SISTEM MONITORING TEMPERATUR LINGKUNGAN

DENGAN TAMPILAN DISPLAY MATRIX BERBASIS MIKROKONTROLER AT89S51

Kategori : TUGAS AKHIR

Nama : CHRISTIAN FARADAY GINTING

Nomor Induk Mahasiswa : 052408078

Program Studi : DIPLOMA III FISIKA INSTRUMENTASI

Departemen : FISIKA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU

PENGETAHUAN ALAM (MIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

Diluluskan di Medan, Juli 2008

Diketahui

Departemen Fisika FMIPA USU

Ketua Program Studi, Pembimbing,

Drs. Syahrul Humaidi, M.Sc

NIP.132050870 NIP.131459465

(4)

LEMBAR PERSETUJUAN

Judul : PERANCANGAN SISTEM MONITORING TEMPERATUR LINGKUNGAN

DENGAN TAMPILAN DISPLAY MATRIX BERBASIS MIKROKONTROLER AT89S51

Kategori : TUGAS AKHIR

Nama : CHRISTIAN FARADAY GINTING Nomor Induk Mahasiswa : 052408078

Program Studi : DIPLOMA III FISIKA INSTRUMENTASI Departemen : FISIKA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM (MIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

Diluluskan di Medan, Juli 2008

Diketahui

Departemen Fisika FMIPA USU

Ketua Program Studi, Pembimbing,

(5)

PERANCANGAN SISTEM MONITORING TEMPERATUR LINGKUNGAN DENGAN TAMPILAN DISPLAY MATRIX

BERBASIS MIKROKONTROLER AT89S51

TUGAS AKHIR

Saya mengakui bahwa tugas akhir ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juli 2008

(6)

PENGHARGAAN

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmatnya kertas kajian ini dapat diselesaikan dalam waktu yang telah ditetapkan.

(7)

ABSTRAK

(8)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN... ... i

LEMBAR PERNYATAAN... ... ii

PENGHARGAAN ... iii

1.4. Metodelogi Penulisan... 3

1.5. Sistematika Penulisan ... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA... 5

2.1. Perangkat Keras ... 5

2.1.1. Mikrokontroler AT89S51... ... 5

2.1.1.1. Konstruksi AT89S51... ... 6

2.1.1.2. Gambar Mikrokontroler AT89S51... ... 8

2.1.2. Sensor Temperatur... ... 11

2.1.2.1. Termokopel... ... 11

2.1.2.2. Termistor... ... 12

2.1.2.3. LM35... 12

2.1.3. Display Matrix... ... 14

2.1.4. Analog to Digital Converter (ADC) ... 15

2.2. Perangkat Lunak... ... 17

2.2.1. Instruksi Dasar Assembly ... 17

2.2.1.1. Instruksi Pemindahan Data... ... 17

2.2.1.2. Instruksi Aritmatika... ... 17

2.2.1.3. Instruksi Logika dan Manipulasi Bit... 18

2.2.1.4. Instruksi Percabangan... ... 18

(9)

3.1. Rancangan Sistem ... 19

3.2. Rangkaian Power Supply (PSA) ... 20

3.3. Rangkaian Mikrontroler AT89S51... ... 22

3.4. Rangkaian Sensor Temperatur... ... 23

3.5. Rangkaian Analog to Digital Converter ... 25

3.6. Rangkaian LED Display Matrix ... 27

BAB 4 PENGUJIAN SISTEM DAN PROGRAM... ... 29

4.1. Pengujian Rangkaian Mikrokontroler AT89S51 ... 29

4.2. Rangkaian Demultiplexer ... 30

4.3. Rangkaian LED Matrix Display... ... 32

4.3.1. Menghidupkan 1 buah LED pada LED Matrix Display... ... 32

4.3.2. Menghidupkan LED dalam 1 Kolom... ... 35

4.4. Hasil Uji Coba Sistem... ... 37

4.4.1 Hasil Kalibrasi Sistem Secara Keseluruhan... ... 37

4.4.1.1 Hasil Kalibrasi Sistem Terhadap Kondisi temperatur yang Tetap... ... 38

4.4.1.1.1. Kesalahan Sistem... ... 39

4.4.1.1.2. Akurasi Pembacaan Sistem... ... 39

4.5. Program Lengkap... ... 40

4.5.1 Program Baca ADC... ... 40

4.5.2. Program Display Matrix... ... 43

BAB 5 PENUTUP ... 55

5.1. Kesimpulan ... 55

5.2. Saran... ... 56

(10)

LAMPIRAN 1. Skema Rangkaian Display Matrix

2. Skema Rangkaian Sistem monitoring Temperatur Lingkungan

3a. Gambar Sistem monitoring Temperatur Lingkungan Tampak Depan

3b. Gambar Sistem monitoring Temperatur Lingkungan Tampak Atas

(11)

ABSTRAK

(12)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pengukuran, pemantauan dan tampilan nilai suhu adalah bagian sistem yang seringkali dibutuhkan di lingkungan, dalam suatu sistem elektronika, maupun dalam industri. Namun pembuatan alat ini dilatarbelakangi karena sensor temperatur merupakan salah satu sistem yang penting untuk membangun sebuah Weather Station, yang akan memantau dan memberikan informasi mengenai cuaca di suatu daerah.

Temperatur merupakan informasi yang sangat penting dalam menentukan kondisi cuaca pada sebuah daerah. Banyak hal yang bergantung pada kondisi temperatur atau cuaca pada daerah tersebut. Makhluk hidup pun sangat bergantung pada kondisi temperatur daerah yang ditempatinya. Temperatur juga merupakan salah satu kunci penting dalam dunia pertanian atau perkebunan, industri makanan, industri elektronika dan lain-lain.

(13)

suhu harus dipantau terus menerus.

Mikrokontroler kini semakin berkembang pesat dan semakin banyak diminati dalam aplikasi sistem kendali. Salah satu jenis mikrokontroler yang sekarang banyak beredar adalah mikrokontroler jenis AT89S51 dari atmel.

Sehubungan hal di atas penulis berkeinginan untuk mencoba mengembangkan sebuah sistem menggunakan mikrokontroler AT89S51 dengan pemrograman bahasa assembler.

Dalam mengantisipasi penggunaan yang lebih luas maka pengukur temperatur yang dipantau dengan mikrokontroler ini didisain agar dapat beroperasi secara stand alone (berdiri sendiri).

1.2. Tujuan

Adapun tujuan penulisan tugas akhir ini adalah:

1. Mengimplementasikan fungsi masukan analog pada mikrokontroler AT89S51 yang mendapat masukan dari LM35 sebagai sensor temperatur yang dikonversi menggunakan ADC.

(14)

1.3. Batasan Masalah

Pada tugas akhir ini, penulis menulis tentang perancangan sistem monitoring temperatur lingkungan dengan batasan-batasan sebagai berikut :

1. Mikrokontroler yang digunakan adalah jenis AT89S51. 2. Mengunakan sensor suhu LM35.

3. Menggunakan pemrograman bahasa assembler.

4. Display untuk menampilkan temperatur digunakan display matrix.

1.4. Metodologi Penulisan

Adapun metode penulisan tugas akhir ini adalah :

1. Identifikasi masalah dengan penelusuran referensi baik dari buku maupun dari hasil browsing di situs-situs internet

2. Pembahasan perancangan dan pengujian alat

1.5. Sistematika Penulisan

(15)

Dalam bab ini berisikan mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, batasan masalah, serta sistematika penulisan.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Landasan teori, dalam bab ini dijelaskan tentang teori pendukung yang digunakan untuk pembahasan dan cara kerja dari rangkaian Teori pendukung itu antara lain tentang mikrokontroler AT89S51, bahasa program yang digunakan. serta karekteristik dari komponen-komponen pendukung.

BAB 3. PERANCANGAN ALAT DAN CARA KERJA RANGKAIAN

Pada bagian ini akan dibahas perancangan dari alat, yaitu diagram blok dari rangkaian, skematik dari masing-masing rangkaian.

BAB 4. PENGUJIAN SISTEM DAN PROGRAM

Pada bab ini akan dibahas tentang uji coba sistem satu persatu serta pemaparan program yang digunakan.

BAB 5. PENUTUP

(16)

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Perangkat Keras

2.1.1. Mikrokontroler AT89S51

Mikrokontroler merupakan suatu komponen elektronika yang di dalamnya terdapat

rangkaian mikroprosesor, memori (RAM atau ROM) dan I/O, rangkaian tersebut

terdapat dalam level chip atau biasa disebut single chip mikrokomputer. Pada

mikrokontroler telah terdapat komponen-komponen mikroprosesor dengan bus-bus

internal yang saling berhubungan. Komponen-komponen tersebut adalah RAM, ROM,

timer, komponen I/O paralel dan serial, dan interupsi kontroler.

Tidak seperti sistem komputer, yang mampu menangani berbagai macam

program aplikasi (misalnya pengolah kata, pengolah angka dan lain sebagainya),

mikrokontroler hanya bisa digunakan untuk satu aplikasi tertentu saja. Perbedaan

lainnya terletak pada perbandingan RAM dan ROM-nya. Pada sistem komputer RAM

(17)

Mikrokontroler AT89S51 hanya memerlukan tambahan 3 kapasitor, 1 resistor dan 1

kristal serta catu daya 5 Volt. Kapasitor 10 mikro-Farad dan resistor 10 Kilo Ohm

dipakai untuk membentuk rangkaian reset. Dengan adanya rangkaian reset ini

AT89S51 otomatis direset begitu rangkaian menerima catu daya. Kristal dengan

frekuensi maksimum 24 MHz dan kapasitor 30 piko-Farad dipakai untuk melengkapi

rangkaian oscilator pembentuk clock yang menentukan kecepatan kerja

mikrokontroler.

Memori merupakan bagian yang sangat penting pada mikrokontroler.

Mikrokontroler memiliki dua macam memori yang sifatnya berbeda. Read Only

Memory (ROM) yang isinya tidak berubah meskipun IC kehilangan catu daya. Sesuai

dengan keperluannya, dalam susunan MCS-51 memori penyimpanan progam ini

dinamakan sebagai memori progam. Random Access Memori (RAM) isinya akan

sirna begitu IC kehilangan catu daya, dipakai untuk menyimpan data pada saat

progam bekerja. RAM yang dipakai untuk menyimpan data ini disebut sebagai

memori data.

Ada berbagai jenis ROM. Untuk mikrokontroler dengan progam yang sudah

baku dan diproduksi secara masal, progam diisikan ke dalam ROM pada saat IC

mikrokontroler dicetak di pabrik IC. Untuk keperluan tertentu mikrokontroler

menggunakan ROM yang dapat diisi ulang atau Programble-Eraseable ROM yang

disingkat menjadi PEROM atau PROM. Dulu banyak dipakai UV-EPROM (Ultra

Violet Eraseable Progamble ROM) yang kemudian dinilai mahal dan ditinggalkan

(18)

Jenis memori yang dipakai untuk Memori Program AT89S51 adalah Flash

PEROM, program untuk mengendalikan mikrokontroler diisikan ke memori itu lewat

bantuan alat yang dinamakan sebagai AT89S51 Flash PEROM Programmer. Memori

Data yang disediakan dalam chip AT89S51 sebesar 128 byte, meskipun hanya kecil

saja tapi untuk banyak keperluan memori kapasitas itu sudah cukup.

AT89S51 dilengkapi UART (Universal Asyncronous Receiver/Transmiter)

yang biasa dipakai untuk komunikasi data secara seri. Jalur untuk komunikasi data

seri (RXD dan TXD) diletakan berhimpitan dengan P3.0 dan P3.1 di kaki nomor 10

dan 11, sehingga kalau sarana input/ouput yang bekerja menurut fungsi waktu. Clock

penggerak untaian pencacah ini bisa berasal dari oscillator kristal atau clock yang

diumpan dari luar lewat T0 dan T1. T0 dan T1 berhimpitan dengan P3.4 dan P3.5,

sehingga P3.4 dan P3.5 tidak bisa dipakai untuk jalur input/ouput parelel kalau T0 dan

T1 dipakai.

AT89S51 mempunyai enam sumber pembangkit interupsi, dua diantaranya

adalah sinyal interupsi yang diumpankan ke kaki INT0 dan INT1. Kedua kaki ini

berhimpitan dengan P3.2 dan P3.3 sehingga tidak bisa dipakai sebagai jalur

input/output parelel kalau INT0 dan INT1 dipakai untuk menerima sinyal interupsi.

Port1 dan 2, UART, Timer 0,Timer 1 dan sarana lainnya merupakan register

yang secara fisik merupakan RAM khusus, yang ditempatkan di Special Functoin

(19)

2.1.1.2. Gambar IC Mikrokontroler AT89S51

Gambar IC mikrokontroler AT89S51 ditunjukkan pada gambar di bawah ini:

Gambar 2.5. IC Mikrokontroler AT89S51

Deskripsi pin-pin pada mikrokontroler AT89S51 :

Pin 1 sampai 8

Ini adalah port 1 yang merupakan saluran/bus I/O 8 bit dua arah. Dengan internal

pull-up yang dapat digunakan untuk berbagai keperluan. Pada port ini juga digunakan

sebagai saluran alamat pada saat pemrograman dan verfikasi.

Pin 9

Merupakan masukan reset (aktif tinggi), pulsa transisi dari rendah ke tinggi akan

me-reset mikrokontroler ini.

Pin 10 sampai 17

Ini adalah port 3 merupakan saluran/bus I/O 8 bit dua arah dengan internal pull-up

(20)

digunakan sebagai port parallel 8 bit serbaguna. Selain itu sebagian dari port 3 dapat

berfungsi sebagai sinyal control pada saat proses pemrograman dan verifikasi. Adapun

fungsi penggantinya seperti pada tabel 2.1.

Pin 18 dan 19

Ini merupakan masukan ke penguat osilator berpenguat tinggi. Pada mikrokontroler

ini memiliki seluruh rangkaian osilator yang diperlukan pada serpih yang sama (on

chip) kecuali rangkaian kristal yang mengendalikan frekuansi osilator. Karenanya pin

18 dan 19 sangat diperlukan untuk dihubungkan dengan kristal. Selain itu XTAL 1

dapat juga sebagai input untuk inverting oscillator amplifier dan input ke rangkaian

internal clock sedangkan XTAL 2 merupakan output dari inverting oscillator

amplifier.

Tabel 2.1. Fungsi pengganti dari port 3

BIT NAMA FUNGSI ALTERNATIF

P3.0

Untuk menerima data port serial

Untuk mengirim data port serial

Interupsi eksternal 0

Interupsi eksternal 1

Input eksternal waktu/pencacah 0

Input eksternal waktu/pencacah 1

Jalur menulis memori data eksternal

Jalur membaca memori data eksternal

Pin 20

(21)

Pin 21 sampai 28

Ini adalah port 2 yang merupakan saluran/bus I/O 8 biit dua arah dengan internal

pull-up. Saat pengambilan data dari program memori eksternal atau selama mengakses data

memori eksternal yang menggunakan alamat 16 bit, port 2 berfungsi sebagai

saluran/bus alamat tinggi (A8 – A15). Sedangkan pada saat mengakses ke data

memori eksternal yang menggunakan alamat bit 8 bit , port 2 mengeluarkan isi dari P2

pada Special Function Register.

Pin 29

Program Store Enable (PSEN) merupakan sinyal pengontrol untuk mengakses

program memori eksternal masuk ke dalam bus selama proses

pemberian/pengambilan instruksi (fetching).

Pin 30

Address Latch Enable (ALE)/ PROG merupakan penahan alamat memori eksternal

(pada port 1) selama mengakses ke memori eksternal. Pena ini juga sebagai pulsa/

sinyal input pemrograman (PROG)selama proses pemrograman.

Pin 31

External Access Enable (EA) merupakan sinyal kontrol untuk pembacaan memori

program. Apabila diset rendah (L) maka mikrokontroler akan melaksanakan seluruh

instruksi dari memori program eksternal, sedangkan apabila diset tinggi (H) maka

(22)

program counter kurang dar 4096. ini juga berfungsi sebagai tegangan pemrograman

(Vpp = +12 V) selama proses pemrograman.

Pin 32 sampai 39

Ini adalah port 0 yang merupakan saluran/bus I/O 8 bit open collector, dapat juga

digunakan sebagai multipleks bus alamat rendah dan bus data selama adanya akses ke

memori program eksternal. Pada saat proses pemrograman dan verifikasi, port 0

digunakan sebagai saluran/bus data. Eksternal pull-ups diperlukan selama proses

verifikasi.

2.1.2. Sensor Temperatur

Sensor adalah piranti yang menghasilkan sinyal keluaran yang sebanding dengan

parameter yang diindera (sensing). Pengukuran temperatur merupakan hal yang

penting. Pendeteksian temperatur dapat dilakukan dengan menggunakan sensor

temperatur. Ada beberapa jenis sensor temperatur yang dapat digunakan dalam

pengukuran temperatur, yakni:

2.1.2.1. Termokopel

Termokopel adalah sebuah sensor temperatur yang dibentuk dari dua jenis logam

berbeda. Lebih tepatnya hubungan sepasang logam yang berbeda jenis. Salah satu

logam befungsi sebagai penentu suhu referensi, sedangkan logam pasangannya

berfungsi sebagai pengukur suhu aktual. Perbedaan suhu antara dua logam tersebut

(23)

Gambar 2.2. Sensor Temperatur Termokopel

2.1.2.2. Termistor

Termistor adalah sensor temperatur berjenis resistor yang sensitif. Memang semua

resistor bila dipengaruhi suhu akan berubah resistansinya. Akan tetapi termistor

tersusun atas materi semikonduktor dengan resistivitas yang khusus sensitif terhadap

temperatur. Berbeda dengan kebanyakana resistor, resistansi termistor akan berkurang

sejalan dengan meningkatnya temperatur. Hal ini disebabkan oleh karakteristik bahan

yang menyusun termistor tersebut.

Gambar 2.3. Sensor Temperatur Termistor

2.1.2.3. LM35

LM35 adalah sensor temperatur semiconductor-junction yang tegangan out putnya

sebanding dengan temperatur dalam derajat Celcius (0 C). LM35 memiliki kelebihan

dibandingkan sensor suhu berpresisi Kelvin, dimana pemakai tidak perlu mengambil

(24)

memiliki keadaaan default yaitu akurasi ±¼ 0 C pada temperatur ruang dan ±3/4 0 C

pada range maksimum –55 sampai +150 0 C.

LM35 memiliki faktor skala linier +10.0 mV/0C, ini berarti untuk tiap

kenaikan satu derajat celcius pada suhu sekitar tegangan output akan naik 10 mV.

Tegangan kerja dari LM35 adalah 4 sampai 30 Volt dengan kuat arus sebesar 60 µA.

Gambar 2.4. Sensor Temperatur LM35DZ

Adapun beberapa kelebihan dari LM35 dari sensor temperatur lain adalah:

Hasil pengukuran lebih akurat dibandingkan dengan menggunakan

thermistor.

Rangkain sensor tertutup dan tidak bergantung (tidak terpengaruh) pada

oksidasi.

LM35 menghasilkan tegangan keluaran lebih besar dibandingkan dengan

(25)

LED matriks display adalah susunan LED berbentuk matriks yang dirangkai

sedemikian rupa yang apabila program dari mikrokontroler dikirim ke display matrix,

maka display matrix akan menampilkan sesuai kreasi yang ada pada program.

Misalnya karakter atau huruf diam/berjalan. Di kota-kota besar, biasanya display ini

sudah digunakan sebagai papan iklan, tampilan informasi harian, juga sebagai

pengganti pamflet di toko-toko.Dengan susunan LED 7 baris dan 16 kolom, sehingga

jumlah seluruh LED yang digunakan adalah 112. Bagian horizontal terdiri dari 7 baris,

karena untuk menampilkan sebuah karakter dibutuhkan 7 baris. Bagian vertikal terdiri

dari 16 kolom, sesuai dengan jumlah output dari kedua IC 74LS154 yang digunakan.

Adapun tampilan display matrix ditunjukkan pada gambar berikut:

Gambar 2.5. Display Matrix

Adapun komponen-komponen pendukung display matrix ini adalah:

• Transistor C 945

(26)

• Resistor 330 ohm

• Resistor 1 Kohm

• Resistor 4K7 ohm

• IC Scanning 74 LS154

2.1.4. Analog to Digital Converter (ADC)

Analog to Digital Converter (ADC) adalah sebuah piranti yang dirancang untuk

mengubah sinyal-sinyal analog menjadi sinyal - sinyal digital. IC ADC 0804 dianggap

dapat memenuhi kebutuhan dari rangkaian yang akan dibuat. IC jenis ini bekerja

secara cermat dengan menambahkan sedikit komponen sesuai dengan spesifikasi yang

harus diberikan dan dapat mengkonversikan secara cepat suatu masukan tegangan.

Hal-hal yang juga perlu diperhatikan dalam penggunaan ADC ini adalah tegangan

maksimum yang dapat dikonversikan oleh ADC dari rangkaian pengkondisi sinyal,

resolusi, pewaktu eksternal ADC, tipe keluaran, ketepatan dan waktu konversinya.

Beberapa karakteristik penting ADC :

1. Waktu konversi

2. Resolusi

3. Ketidaklinieran

(27)

sinyal digital yang nilainya proposional. Jenis ADC yang biasa digunakan dalam

perancangan adalah jenis successive approximation convertion atau pendekatan

bertingkat yang memiliki waktu konversi jauh lebih singkat dan tidak tergantung pada

nilai masukan analognya atau sinyal yang akan diubah. Dalam Gambar

memperlihatkan diagram blok ADC tersebut.

Gambar 2.7. Diagram Blok ADC

Secara singkat prinsip kerja dari konverter A/D adalah semua bit-bit diset

kemudian diuji, dan bilamana perlu sesuai dengan kondisi yang telah ditentukan.

Dengan rangkaian yang paling cepat, konversi akan diselesaikan sesudah 8 clock, dan

keluaran D/A merupakan nilai analog yang ekivalen dengan nilai register SAR.

Apabila konversi telah dilaksanakan, rangkaian kembali mengirim sinyal selesai

konversi yang berlogika rendah. Sisi turun sinyal ini akan menghasilkan data digital

yang ekivalen ke dalam register buffer. Dengan demikian, keluaran digital akan tetap

(28)

2.2. Perangkat Lunak

2.2.1. Instruksi Dasar Bahasa Assembly

Mikrokontroler AT89S51 mempunyai 256 kode instruksi. Seluruh instruksi dapat

dikelompokkan dalam 4 bagian yang meliputi instruksi 1 byte sampai 4 byte. Semua

instruksi tersebut dapat dibagi menjadi lima kelompok menurut fungsinya, yaitu:

1. Instruksi Pemindah Data

2. Instruksi Aritmatika

3. Instruksi Logika dan Manipulasi Bit

4. Instruksi Percabangan

5. Instruksi Stack, I/O, dan Kontrol

2.2.1.1. Instruksi Pemindahan Data

Bagian instruksi ini hanya menyalin data suatu lokasi memori (sumber) ke lokasi

tertentu (tujuan), tanpa terjadi perubahan isi data dari sumber. Selain lokasi memori,

data juga dapat dipindahkan dari suatu register ke register lain, pemindahan

(penyalinan) antar muka-register dan antar muka-memori.

2.2.1.2 Instruksi Aritmatika

Instruksi ini melaksanakan operasi aritmatika yang meliputi penjumlahan,

pengurangan, penambahan satu (increment), pengurangan satu(decrement), perkalian

(29)

Instruksi ini berhubungan dengan operasi-operasi logika pada accumulator dan

manipulasi bit. Macam dan instruksi ini adalah AND, OR, XOR, perbandingan,

pergeseran dan komplemen data.

2.2.1.4. Instruksi Percabangan

Instruksi ini mengubah urutan normal pelaksanaan suatu program. Dengan instruksi

ini program yang sedang dilaksanakan akan mencabang ke suatu alamat tertentu.

Instruksi ini dibedakan atas prcabangan bersyarat (misalnya CJNE) dan percabangan

tanpa syarat (misalnya ACALL).

2.2.1.5. Instruksi Stack, I/O, dan Kontrol

Instruksi ini mengatur penggunaan stack, membaca/menulis port I/O, serta

(30)

BAB 3

PERANCANGAN ALAT DAN CARA KERJA RANGKAIAN

3.1. Rancangan Sistem

Seperti telah dijelaskan pada Bab 1 di atas, bahwa temperatur di lingkungan berkisar antara 250C hingga 420C, sehinnga dibutuhkan sensor temperatur yang mampu mendeteksi temperatur dalam range tersebut. Dengan alasan tersebut, penulis menggunakan LM35DZ sebagai sensor temperatur pada sistem ini. Sebab LM35DZ mampu mendeteksi temperatur dari 00 C hingga 1000 C.

(31)

Gambar 3.1. Diagram Blok Sistem Monitoring Lingkungan

Secara garis besar perancangan sistem monitoring lingkungan dengan menggunakan display matrix terdiri dari lima ( 5 ) blok rangkaian utama. Sensor suhu digunakan untuk menginputkan perubahan tegangan ke sistem ADC. Perubahan tegangan yang diterima oleh ADC masih dalam bentuk data analog. Sistem ADC akan mengubah data analog menjadi data digital agar dapat diterima oleh mikrokontroler, karena mikrokontroler hanya dapat menerima data digital. Pada sistem monitoring lingkungan ini, mikrokontroler yang digunakan ada dua buah. Jenis kedua buah mikrokontroler ini adalah sama yaitu AT89S51. Mikrokontroler yang langsung berhubungan dengan ADC, berisi program untuk tampilan suhu. Yang satunya lagi langsung berhubungan dengan display. Mikrokontroler ini berisi program untuk tampilan lain selain suhu, yaitu beberapa karakter yang berbentuk kata-kata.

3.2. Rangkaian Power Supply ( PSA )

Rangkaian ini berfungsi untuk mensupplay tegangan ke seluruh rangkaian yang ada. Rangkaian PSA yang dibuat terdiri dari dua keluaran, yaitu 5 volt dan 12 volt,

SENSOR SUHU

ADC

MASTER

MIKROKONTROLER

DISPLAY MATRIX

(32)

Vreg LM7805CT

IN OUT TIP32C

100ohm

100uF

330ohm 220V 50Hz 0Deg

TS_PQ4_12

2200uF 1uF 1N5392GP

1N5392GP

12 Volt

5 Volt

keluaran 5 volt digunakan untuk mensupplay tegangan ke seluruh rangkaian, sedangkan keluaran 12 volt digunakan untuk mensuplay tegangan ke relay. Rangkaian power supplay ditunjukkan pada gambar 3.2 berikut ini :

Gambar 3.2. Rangkaian Power Supply (PSA)

(33)

Rangkaian ini berfungsi sebagai pusat kendali dari seluruh sistem yang ada. Rangkaian mikrokontroler ditunjukkan pada gambar berikut ini:

Gbr.3.3. Rangkaian Mikrokontroller AT89S51

Pin 31 External Access Enable (EA) diset high (H). Ini dilakukan karena mikrokontroller AT89S51 tidak menggunakan memori eskternal. Pin 18 dan 19 dihubungkan ke XTAL 12 MHz dan capasitor 33 pF. XTAL ini akan mempengaruhi kecepatan mikrokontroller AT89S51 dalam mengeksekusi setiap perintah dalam program. Pin 9 merupakan masukan reset (aktif tinggi). Pulsa transisi dari rendah ke tinggi akan me-reset mikrokontroller ini. Pin 32 sampai 39 adalah Port 0 yang merupakan saluran/bus I/O 8 bit open collector dapat juga digunakan sebagai multipleks bus alamat rendah dan bus data selama adanya akses ke memori program

(34)

eksternal. Pada port 0 ini masing masing pin dihubungkan dengan resistor 4k7 ohm. Resistor 4k7 ohm yan dihubungkan ke port 0 befungsi sebagai pull up( penaik tegangan ) agar output dari mikrokontroller dapat mentrigger transistor. Pin 1 sampai 8 adalah port 1. Pin 21 sampai 28 adalah port 2. Dan Pin 10 sampai 17 adalah port 3. Pin 39 yang merupakan P0.0 dihubungkan dengan sebuah resistor 330 ohm dan sebuah LED. Ini dilakukan hanya untuk menguji apakah rangkaian minimum mikrokontroller AT89S51 sudah bekerja atau belum. Dengan memberikan program sederhana pada mikrokontroler tersebut, dapat diketahui apakah rangkaian minimum tersebut sudah bekerja dengan baik atau tidak. Jika LED yang terhubug ke Pin 39 sudah bekerja sesuai dengan perintah yang diberikan, maka rangkaian minimum tersebut telah siap digunakan. Pin 20 merupakan ground dihubungkan dengan ground pada power supplay. Pin 40 merupakan sumber tegangan positif dihubungkan dengan + 5 volt dari power supply.

3.4. Rangkaian Sensor Temperatur

(35)

kenaikan 10mV untuk setiap derajat Celcius. Dengan karakteristik LM35 tersebut, maka diperlukan sinkronisasi antara LM35 dengan ADC eksternal yang digunakan.

ADC eksternal diberikan tegangan referensi 5V, dengan lebar data yang digunakan adalah 10 bit data. Sehingga besar tegangan setiap kenaikan satu bit adalah:

Resolusi = V 4,88mV 5mV 1024

5

= =

Resolusi 5 mV pada ADC, sedangkan kenaikan pada LM35 adalah 10 mV untuk setiap derajat Celcius yang akan menjadi masukkan pada ADC. Dengan keadaan tersebut, maka setiap kenaikan 1 derajat Celcius suhu yang dideteksi LM35, diterjemahkan dalam 2 bit data oleh ADC. Sehingga pada rangkain sensor temperatur tidak perlu ditambahkan rangkaian penguat pada keluarannya.

Gambar 3.4. Rangkaian Pengukuran Sensor Temperatur

(36)

atas, besarnya nilai R=75 dan C=1 µF, berfungsi sebagai damper (peredam noise) dan nilainya telah direkomendasikan oleh pabrik (data book) . Namun pada perancangan sistem monitoring temperatur lingkungan ini, penulis tidak menggunakan IC LM358 ataupun rangkaian buffer karena rangkaian ADC eksternal yang digunakan sudah cukup mengurangi pembebanan pada sensor suhu.

3.5. Rangkaian Analog to Digital Converter (ADC)

IC ADC 0804 mempunyai dua masukan analog, Vin (+) dan Vin (-), sehingga dapat menerima masukan diferensial. Masukan analog sebenarnya (Vin) sama dengan selisih antara tegangan-tegangan yang dihubungkan dengan ke dua pin masukan yaitu Vin= Vin (+) – Vin (-). Kalau masukan analog berupa tegangan tunggal, tegangan ini harus dihubungkan dengan Vin (+), sedangkan Vin (-) digroundkan. Untuk operasi normal, ADC 0804 menggunakan Vcc = +5 Volt sebagai tegangan referensi.

IC ADC 0804 memiliki generator clock intenal yang harus diaktifkan dengan menghubungkan sebuah resistor eksternal (R) antara pin CLK OUT dan CLK IN serta sebuah kapasitor eksternal (C) antara CLK IN dan ground digital. Frekuensi clock yang diperoleh di pin CLK OUT sama dengan :

(37)

3 aktif (disable) dan semua keluaran berada dalam keadaan impedansi tinggi.

Masukan (write atau start convertion) digunakan untuk memulai proses konversi. Untuk itu harus diberi pulsa logika 0. Sedangkan keluaran (interrupt atauend of convertion) menyatakan akhir konversi. Pada saat dimulai konversi, akan berubah ke logika 1. Di akhir konversi akan kembali ke logika 0. Rangkaian ADC ditunjukkan seperti gambar berikut:

(38)

3.6. Rangkaian LED Display Matrix

Rangkaian LED matriks display ini merupakan susunan LED berbentuk matriks dengan 7 baris dan 16 kolom, sehingga jumlah seluruh LED yang digunakan adalah 112. Bagian horizontal terdiri dari 7 baris, karena untuk menampilkan sebuah karakter dibutuhkan 7 baris. Bagian vertical terdiri dari 16 kolom, sesuai dengan jumlah output dari kedua IC 74LS154 yang digunakan. Rangkaian LED matriks display dapat dilihat pada gambar berikut :

Bagian horizontal yang terdiri dari 7 baris, masing-masing dihubungkan ke kolektor dari transistor C945. Emitor dihubungkan ke ground dan basis dihubungkan dengan resistor 1 Kohm. Resistor ini dihubungkan dengan Port 0 dari mikrokontroller AT89S51. Untuk memastikan transistor akan aktif bila diberi sinyal high dari microprocessor, maka Port 0 juga dihubungkan dengan resistor 4K7 yang langsung ke sumber tegangan +5 volt, sehingga jika Port 0 diberi nilai high maka arus akan mengalir dari VCC ke transistor C945 yang bertipe NPN yang mengakibatkan transistor aktif karena mendapatkan tegangan basis yang lebih besar dari 0,7 volt. Sehingga, dengan memberikan suatu data (nilai) tertentu pada Port 0, maka transistor akan aktif sesuai dengan data (nilai) yang diberikan pada Port 0.

(39)
(40)

BAB 4

PENGUJIAN SISTEM DAN PROGRAM

4.1. Pengujian Rangkaian Mikrokontroller AT89S51

Untuk mengetahui apakah rangkaian mikrokontroller AT89S51 telah bekerja dengan

baik, maka dilakukan pengujian.Pengujian bagian ini dilakukan dengan memberikan

program sederhana pada mikrokontroller AT89S51. Programnya adalah sebagai

berikut:

Loop:

Setb P2.7

Acall tunda

Clr P2.7

Acall tunda

Sjmp Loop

Tunda:

Mov r7,#0ffh

Tnd: Mov r6,#0ffh

Djnz r6,$

Djnz r7,tnd

(41)

selama ± 0,13 detik kemudian mematikannya selama ± 0,13 detik secara terus

menerus. Perintah Setb P2.0 akan menjadikan P2.7 berlogika high yang menyebabkan

transistor aktif, sehingga LED hidup. Acall tunda akan menyebabkan LED ini hidup

selama beberapa saat. Perintah Clr P2.7 akan menjadikan P2.7 berlogika low yang

menyebabkan transistor tidak aktif sehingga LED akan mati. Perintah Acall tunda

akan menyebabkan LED ini mati selama beberapa saat. Perintah Sjmp Loop akan

menjadikan program tersebut berulang, sehingga akan tampak LED tersebut berkedip.

Lamanya waktu tunda dapat dihitung dengan perhitungan sebagai berikut :

Kristal yang digunakan adalah kristal 12 MHz, sehingga 1 siklus mesin

membutuhkan waktu = 12 1

12MHz = mikrodetik.

Jika program tersebut diisikan ke mikrokontroller AT89S51, kemudian

mikrokontroller dapat berjalan sesuai dengan program yang diisikan, maka rangkaian

minimum mikrokontroller AT89S51 telah bekerja dengan normal.

4.2. Rangkaian Demultiplexer

Rangkaian demultiplexer terdiri dari tiga buah IC demultiplexer, 2 diantaranya

berfungsi untuk memilih kolom yang akan diaktifkan dan yang satunya lagi

digunakan untuk mengaktifkan kedua IC demultiplexer lainnya. IC demultiplexer

(42)

demultiplexer yang digunakan untuk memilik IC yang yang aktif adalah IC 74LS138.

IC 74LS154 ini menerima masukan dari mikrokontroller AT89S51 dan keluarannya

terhubung ke LED matriks display. Sedangkan IC 74LS138 menerima masukan dari

mikrokontroller AT89S51 dan keluarannya terhubung ke kedua IC 74LS154.

Prosedur pengujian dilakukan dengan merujuk pada tabel kebenaran IC

tersebut.. Langkah-langkah pengujian yang dilakukan adalah sebagai berikut :

• Masukan G1 dan G2 diberi logika rendah (0). Selanjutnya masukan A, B, C

dan D diberi logika rendah (0). Pada keluaran diamati logika keluarannya,

dimana pada keadaan ini maka keluaran Q0 (kaki 1) harus berlogika rendah (0)

sedangkan keluaran lainnya (keluaran Q1 hingga Q15) berlogika tinggi (1).

• Selanjtnya dilakukan variasi terhadap logika masukan A, B, C dan D.

Misalnya masukan 0101, maka hanya keluaran Q5 (kaki 6) yang berlogika

rendah (0) sedangkan keluaran lainnya (Q0-Q4, Q6-Q15) harus berlogika

tinggi.

• Demikian seterusnya pengujian dilakukan dengan mengikuti logika pada tabel

kebenaran IC 74LS154 tersebut. Bila kondisinya terpenuhi maka dapat

disimpulkan IC ini bekerja dengan normal.

• Prosedur pengujian yang sama dijalankan pada IC 74LS154 yang lainnya

(terdapat 2 buah IC 74LS154 pada bagian ini).

• Prosedur yang sama juga dijalankan pada IC 74LS138. Perbedaanya hanya

(43)

5V VCC

Q1 2SA733

R1 33ohm Q2

2SC945

LED1 R2

1.0kohm

P0.0 (AT89S51)

IC 74154 (1)

Voltage) minimal sebesar 2,7 volt dan tegangan keluaran low (Low Level Output

Voltage) maksimal sebesar 0,4 volt. Dari hasil penelitian didapatkan data sebagai

berikut :

High Level Output Voltage 0,36 Volt

Low Level Output Voltage 4,75 Volt

4.3. Pengujian Rangkaian LED matriks display

Rangkaian LED matriks display terhubung dengan mikrokontroller AT89S51 (pada

bagian horizontal) dan demultiplexer ( pada bagian vertikal), dengan demikian untuk

menguji bagian ini dibutuhkan 2 buah sinyal masukan, yaitu sinyal masukan dari

mikrokontroller AT89S51 dan sinyal masukan dari IC 74LS154.

4. 3.1 Menghidupkan 1 buah LED Pada LED matriks display

(44)

Untuk menghidupkan LED di atas, maka kedua transistor yaitu transistor NPN

C945 dan transistor PNP A733 harus dalam keadaan aktif. Dengan demikian maka

arus dari VCC 5 volt akan mengalir ke emitor – kolektor (pada transistor PNP A733)

– LED – kolektor – emitor (pada transistor NPN C945) dan sampai ke ground,

sehingga LED akan hidup. Bila salah satu dari kedua transistor tersebut tidak dalam

keadaan aktif, maka LED tidak akan hidup.

Transistor PNP A733 akan aktif bila basis mendapatkan tegangan yang lebih

kecil dari 4,33 volt. Hal ini disebabkan karena VBE

Transistor NPN C945 akan aktif bila basis mendapatkan tegangan yang lebih

besar dari 0,7 volt. Pada rangkaian di atas (gambar 1), basis dari transistor C945

dihubungkan dengan resistor 1 Kohm dan resistor tersebut dihubungkan dengan P0.0

dari mikrokontroller AT89S51. Mikrokontroller AT89S51 memiliki tegangan

keluaran high ( Output High Voltage) minimal sebesar 2,4 volt dan tegangan keluaran

low (Output Low Voltage) maksimal sebesar 0,45 volt, sehingga apabila kaki output untuk transistor PNP A733 adalah

sekitar – 0,67 volt. Sedangkan transistor NPN C945 akan aktif bila basis

mendapatkan tegangan yang lebih besar dari 0,7 volt. Dengan demikian, jika basis

pada transistor PNP A733 dihubungkan dengan resistor 330 ohm dan resistor tersebut

kemudian dihubungkan ke salah satu kaki yang merupakan output dari IC 74LS154,

maka hanya dengan memberikan sinyal low pada kaki tersebut maka transistor PNP

A733 akan aktif. Dengan demikian apabila kaki output dari IC DM74LS154 yang

terhubung dengan basis pada transistor PNP A733 dalam kondisi low, maka transistor

(45)

dalam kondisi high, maka transistor C945 akan aktif.

Dengan demikian, untuk menghidupkan LED pada rangkaian gambar 1

dibutuhkan kondisi high pada kaki mikrokontroller AT89S51 (yang terhubung dengan

transistor C945 ) dan kondisi low pada kaki IC DM74LS154 (yang terhubung dengan

transistor A733). Jika salah satu dari kedua syarat ini tidak dipenuhi, maka LED tidak

akan hidup. Keadaan LED akibat pengaruh kondisi high/ low pada kaki

mikrokontroller AT89S51 dan kaki IC DM74LS154 adalah sebagai berikut:

Tabel 4.1. Pengaruh Kondisi High/Low pada 1 Buah LED

Kaki mikrokontroller AT89S51 Kaki IC DM74LS154 Keadaan LED

High High Mati

High Low Hidup

Low High Mati

(46)

5V

4.3.2 Menghidupkan LED dalam 1 kolom.

Gambar 4.2. Rangkaian LED pada 1 Kolom

Seperti telah dijelaskan sebelumnya, untuk menghidupkan LED pada

rangkaian gambar 2 dibutuhkan kondisi high pada kaki mikrokontroller AT89S51

(yang terhubung dengan transistor C945 ) dan kondisi low pada kaki IC DM74LS154

(yang terhubung dengan transistor A733). Sebagai contoh bila LED 1 akan

dihidupkan, maka kaki P0.0 pada mikrokontroller AT89S51 (yang terhubung dengan

transistor C945 ) harus dalam kondisi high dan kaki IC DM74LS154 (yang terhubung

dengan transistor A733) harus dalam kondisi low. Jika kondisi di atas tidak dipenuhi,

(47)

dalam kondisi low. Dengan cara yang sama maka LED 3, LED 4, LED 5, LED 6 dan

LED 7 dapat dihidupkan.

Dengan cara yang sama, kita dapat juga menghidupkan beberapa LED secara

bersamaan, yaitu dengan memberikan kondisi high pada kaki-kaki mikrokontroller

AT89S51 yang berhubungan dengan LED yang akan dihidupkan dan memberikan

kondisi low pada kaki IC DM74LS154 .

Keadaan ketujuh LED akibat pengaruh kondisi high/ low pada kaki mikrokontroller

AT89S51 dan kaki IC DM74LS154 adalah sebagai berikut:

Tabel 4.2.Pengaruh Kondisi High/Low pada LED dalam 1 Kolom

IC

74154

Port 0 AT89S51 Kondisi LED

0 1 2 3 4 5 6 LED1 LED2 LED3 LED4 LED5 LED6 LED7

Low L L L L L L L Mati Mati Mati Mati Mati Mati Mati

Low H L L L L L L Hidup Mati Mati Mati Mati Mati Mati

Low L H L L L L L Mati Hidup Mati Mati Mati Mati Mati

Low L L H L L L L Mati Mati Mati Hidup Mati Mati Mati

Low L L L H L L L Mati Mati Mati Mati Hidup Mati Mati

Low L L L L H L L Mati Mati Mati Mati Mati Hidup Mati

Low L L L L L L H Mati Mati Mati Mati Mati Mati Hidup

Low H H L L L L L Hidup Hidup Mati Mati Mati Mati Mati

Low H H H L L L L Hidup Hidup Hidup Mati Mati Mati Mati

(48)

Low H L H H L H H Hidup Mati Hidup Hidup Mati Hidup Hidup

: :

Dan seterusnya.

4.4. Hasil Uji Coba Sistem

Setelah menyelesaikan rancangan secara hardware, penulis melanjutkan dengan

menguji kemampuan sistem dalam mendeteksi dan memantau temperatur dengan dua

kegiatan berikut:

• Kalibrasi sistem secara keseluruhan

• Uji coba sistem untuk pengukuran temperatur lingkunagan

4.4. 1 Hasil Kalibrasi Sistem Secara Keseluruhan

Setelah selesai melakukan perancangan sistem secara keseluruhan, penulis

melakukan kalibrasi sistem secara keseluruhan. Kalibrasi dilakukan dengan dua

metode, yaitu:

• Kalibrasi terhadap kondisi temperatur yang tetap (tidak berubah-ubah)

• Kalibrasi terhadap temperatur dengan berbagai kondisi

Pada sub bab hasil kalibrasi sistem secara keseluruhan ini akan dibahas hasil

(49)

Kalibrasi ini dilakukan dengan cara memantau temperatur di ruangan ber-AC (Air

Conditioner) yang diberikan suhu tetap, yakni 250 C. Pemantauan temperatur untuk

kalibrasi ini dilakukan sebanyak sepuluh (10) kali pemantauan, dengan range waktu 1

menit. Dari hasil pemantauan sebanyak 10 kali tersebut diperoleh hasil pemantauan

temperatur yang konstan 250

No.

C.

Tabel 4.1. Hasil Kalibrasi Sistem Terhadap Kondisi Temperatur yang Tetap

t (menit) T (0 C) Τ

(0 C) Τ−Τ (0 C)

1 1 25 25 0

2 2 25 25 0

3 3 25 25 0

4 4 25 25 0

5 5 25 25 0

6 6 25 25 0

7 7 25 25 0

8 8 25 25 0

9 9 25 25 0

10 10 25 25 0

Sehingga dengan hasil kalibrasi tersebut dapat diperoleh beberapa informasi

berikut:

• Kesalahan sistem

(50)

4.4.1.1.1. Kesalahan sistem

Error sistem merupakan tingkat kesalahan dari hasil pengukuran temperatur

oleh sistem. Maka dari hasil kalibrasi pada tabel di atas dapat dikatahui tingkat

kesalahan sistem adalah:

Error =

ΤΤ

Τ x 100 % = 0%

Dari hasil perhitungan di atas diketahui bahwa tingkat kesalahan sistem adalah

nol persen (0%). Atau dengan kata lain tidak ada kesalahan. Hal tersebut

kemungkinan disebabkan kerena resolusi yang digunakan oleh penulis adalah 10

4.4.1.1.2. Akurasi pembacaan sistem

C.

Sehingga memperkecil kemungkinan terjadinya kesalahan pengukuran.

Akurasi pembacaan sistem merupakan tingkat ketelitian hasil pengukuran

temperatur oleh sistem. Maka dari hasil kalibrasi pada tabel di atas dapat diketahui

tingkat keakuratan sisem adalah:

(51)
(52)
(53)
(54)
(55)
(56)
(57)
(58)
(59)
(60)
(61)
(62)
(63)
(64)
(65)
(66)
(67)

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Dari hasil prototype aplikasi alat yang dapat memantau (memonitoring) temperatur

lingkungan, serta dari hasil percobaan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan

beberapa hal sebagai berikut:

• Pengolahan data masukan analog pada AT89S51 menggunakan ADC

eksternal sangat mempermudah proses perancangan Sistem Pengukuran

Temperautur secara hardware.

• Dengan pemrograman bahasa assembler, perancangan Sistem Pengukur

Tempertatur menjadi lebih mudah dan membutuhkan waktu yang lebih

singkat.

• Menggunakan Sistem Monitoring Temperatur ini, mempermudah

pemantauan temperatur yang dilakukan secara terus-menrus melaui display

matrix.

• Sistem Monitoring Temperatur Lingkungan yang telah dibuat dapat

bekerja dengan baik, dan menampilkan kondisi suhu lingkungan yang

(68)

4.2. Saran

Agar diperoleh informasi temperatur terukur lebih teliti, lebih baik apabila resolusi

sistem di-set lebih kecil, misalnya 0,50 C. Sehingga sistem dapat mendeteksi

perubahan kecil dari temperatur.

Untuk pemantauan temperatur melalui display matrix, penulis menyarankan

untuk menggunakan mikrokontroler yang mendukung penggunaan aplikasi wireless.

Dengan menggunakan wireless pemantauan temperatur dapat dilakukan di tempat

(69)

DAFTAR PUSTAKA

Agfianto, Belajar Mikrokontroler AT89C51/52/55 Teori dan Aplikasi, Edisi Kedua,

Penerbit: Gava Media, Yogyakarta, 2004.

Anonim, LM35 PrecisionCentigradeTemperature Sensors November 2000.

Andi, Panduan Praktis Teknik Antarmuka dan Pemrograman Mikrokontroler

AT89C51, Penerbit PT Elex Media Komputindo, Jakarta, 2003.

Clayton George, Winder Steve, Operational Amplifiers, Edisi Kelima, Penerbit

Erlangga, Jakarta, 2004.

Malvino, Albert paul, Prinsip-prinsip Elektronika, Jilid 1 & 2, Edisi Pertama,

Penerbit: Salemba Teknika, Jakarta, 2003.

(70)
(71)
(72)

LAMPIRAN 3a

GAMBAR SISTEM MONITORING TEMPERATUR LINGKUNGAN TAMPAK DEPAN

LAMPIRAN 3b

Gambar

Gambar  2.5. IC Mikrokontroler AT89S51
Tabel 2.1. Fungsi pengganti dari port 3
Gambar 2.3. Sensor Temperatur Termistor
Gambar 2.4. Sensor Temperatur LM35DZ
+7

Referensi

Dokumen terkait

Medan anistropi (HA), juga merupakan nilai intrinsik yang sangat penting dari magnet permanen karena nilai ini dapat didefinisikan sebagai koersivitas maksimum yang menunjukkan

Analysis of 5-year survival of patients treated for breast cancer at Sardjito Hospital in Yogyakarta province, Indonesia.. Evi Susanti Sinaga , Riris Andono Ahmad 1 ​ 1 ​ ,

Pemilihan metode seleksi dalam algoritma genetika untuk optimasi terhadap fungsi tujuan dan pendugaan parameter stress dan strain dalam analisis creep dan fatique , dilakukan

3.3.5 Pemisahan secara Partisi Ekstrak Etanol Total (E1) Daun Rambutan (Nephelium lappaceum Linn) dengan Pelarut n-Heksana, Etil Asetat dan Etanol. Sebanyak 10 gram

Gedung H, Kampus Sekaran-Gunungpati, Semarang 50229 Telepon: (024) 8508081,

Ring A mengalami kerusakan creep yang lebih parah dibandingkan dengan ring B akibat dari temperatur tube ring A lebih besar daripada ring B yang didukung dengan

Program yang dilaksanakan pada saat PPL adalah program yang direncanakan setelah melaksanakan observasi di Bidang Pendidikan Menengah (DIKMEN) serta atas wawancara

Perbedaan persepsi, adanya stereotip, prasangka dan juga etnosentrisme dari suatu suku terhadap suku lainnya sering terealisasi dalam fenomena- fenomena yang sering diamati,