FAKTOR-FAKTOR KEGAGALsAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI 0-6 BULAN DI KELURAHAN TEGAL SARI KECAMATAN KISARAN BARAT
KOTA KISARAN
SKRIPSI OLEH
SALLY ALMIRA DALIMUNTHE 091121057
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PRAKATA
Segala puji kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayat yang telah
dilimpahkan-Nya kepada saya sehingga dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan
judul “ Faktor-faktor Kegagalan Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi 0-6 Bulan di
Kelurahan Tegal Sari Kota Kisaran”.
Selama proses penulisan skripsi ini , penulis banyak mendapatkan
dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu dalam kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Keperawatan USU.
2. Ibu Erniyati, S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan
USU.
3. Ibu Nur Afi Darti, S.Kp, Ns, M.Kep selaku dosen penguji I skripsi yang telah
banyak menyediakan waktu,masukan dan saran yang berharga dalam
menyelesaikan skripsi ini.
4. Ibu Nur Asnah Sitohang, S.Kep, Ns, M.Kep selaku dosen penguji II
5. Ibu Elyta Aizar, S.Kp selaku dosen penguji III.
6. Bapak Ismayadi S.Kep, Ns selaku Dosen Pembimbing Akdemik yang telah
memberikan nasehat dan bimbingan selama masa perkuliahan di Fakultas
Keperawatan USU.
7. Para pegawai di kantor Kecamatan dan Kelurahan Tegal Sari Kecamatan
8. Kepada orang tua tercinta atas segala pengorbanan dan perjuangan ayahanda
dan ibunda yang telah ikut serta membantu saya dengan memberikan motivasi
dan dorongan kuat untuk dapat menyelesaikan penulisan ini.
9. kepada adik-adik , kekasih serta teman-teman yang sudah memberikan
semangat dan masukan yang sangat bararti bagi penulis.
Semoga segenap bantuan, bimbingan dan arahan yang telah diberikan kepada
penulis mendapat imbalan yang setimpal dari Allah SWT. Penulis menyadari
bahwa penulisan skripsi ini masih belum sempurna. Untuk itu penulis
mengharapkan saran dan kritik serta masukan yang membangun dari semua pihak
sehingga skripsi ini menjadi lebih baik bagi perkembangan ilmu pengetahuandan
pelayanan serta untuk penelitian selanjutnya.
Medan, Januari 2011
Penulis
DAFTAR ISI
Lembar Persetujan ... i
Prakata ... ii
Daftar Isi ... iv
Daftar Tabel ... vi
Abstrak ... vii
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang ... 1
2. Perumusan Masalah ... 4
3. Tujuan Penelitian ... 4
3.1. TujuanUmum ... 4
3.2. Tujuan Khusus ... 4
4. Manfaat Penelitian ... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Defenisi ASI Eksklusif ... 6
2. Manfaat ASI Dan Menyusui ... 6
2.1. Manfaat ASI untuk bayi ... 6
2.2. Manfaat AS! untuk ibu ... 7
3. Komposisi ASI ... 7
4. Produksi ASI ... 9
5. Pola Pemberian ASI ... 11
7. Manajemen Laktasi ... 14
8. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi ASI ... 15
9. Faktor-faktor Kegagalan Pemberian ASI Eksklusif ... 18
9.1. Faktor Internal ... 18
9.2. Faktor eksternal ... 23
BAB III KERANGKA PENELITIAN 1. Kerangka Penelitian ... 25
2. Defenisi Operasional Penelitian ... 26
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 1. Desain Penelitian ... 29
2. Populasi dan Sampel ... 29
2.1. Populasi ... 29
2.2. Sampel ... 29
3. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 30
4. Pertimbangan Etik ... 30
5. Instrumen Penelitian ... 31
6. Vaiiditas Penelitian ... 32
7. Reliabilitas Penelitian ... 33
8. Pengumpulan Data ... 33
9. Analisa Data ... 34
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Peneiitian ... 36
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan ... 44
2. Saran ... 45
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
1. Surat Izin Penelitian dari Kampus
2. Surat Keterangan dari Kelurahan Tegal Sari
3. Surat Keterangan Penelitian dari Kecamatan
4. Inform Consent
5. Instrument Penelitian
6. Uji Reliabilitas
7. Jadwal Tentatif Penelitian
8. Taksasi Dana
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Data Demografi……… 38
Judul : Faktor – Faktor Kegagalan Pemberian ASI Ekslusif di
Kelurahan Tegal Sari Kecamatan Kisaran Barat Kota Kisaran
Nama : Sally Almira Dalimunthe
Nim : 091121057
Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep)
Tahun : 2011
Abstrak
ASI Eksklusif sangat penting bagi kesehatan dan kecerdasan bayi, yang merupakan generasi penerus bangsa ini. Namun pemberian ASI eksklusif di Indonesia masih sangat rendah berkisar 64%. Adapun faktor-faktor terjadinya kegagalan dalam pemberian ASI Eksklusif adalah faktor internal yaitu pengetahuan, pendidikan, pekerjaan, penyakit dan faktor eksternal yaitu promosi susu formula dan penolong persalinan. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui faktor- faktor internal dan eksternal kegagalan dalam pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan di Kelurahan Tegal Sari Kecamatan Kisaran Barat.
Penelitian ini menggunakan desain deskriptif dengan jenis penelitian cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu-ibu yang gagal dalam memberikan ASI Eksklusif pada bayi 0-12 bulan di kelurahan Tegal Sari Kecamatan Kisaran Barat Kota Kisaran, dengan jumlah sampel sebanyak 30 responden yang diambil dengan menggunakan metode simple random sampling. Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 11 juni sampai 12 juli 2010 dengan melakukan penyebaran kuisioner pada responden untuk mengetahui berapa persen faktor yang mempengaruhi kegagalan pemberian ASI Eksklusif.
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa faktor yang menyebabkan kegagalan dalam pemberian ASI Eksklusif terbanyak adalah faktor pekerjaan (76,7%) dan faktor penolong persalinan (76,7%).
Maka dengan demikian perlunya peningkatan penyuluhan kesehatan secara umum khususnya tentang ASI Eksklusif pada ibu hamil dan menyadarkan kepada petugas kesehatan dalam meningkatkan penggunaan ASI secara Eksklusif.
Judul : Faktor – Faktor Kegagalan Pemberian ASI Ekslusif di
Kelurahan Tegal Sari Kecamatan Kisaran Barat Kota Kisaran
Nama : Sally Almira Dalimunthe
Nim : 091121057
Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep)
Tahun : 2011
Abstrak
ASI Eksklusif sangat penting bagi kesehatan dan kecerdasan bayi, yang merupakan generasi penerus bangsa ini. Namun pemberian ASI eksklusif di Indonesia masih sangat rendah berkisar 64%. Adapun faktor-faktor terjadinya kegagalan dalam pemberian ASI Eksklusif adalah faktor internal yaitu pengetahuan, pendidikan, pekerjaan, penyakit dan faktor eksternal yaitu promosi susu formula dan penolong persalinan. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui faktor- faktor internal dan eksternal kegagalan dalam pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan di Kelurahan Tegal Sari Kecamatan Kisaran Barat.
Penelitian ini menggunakan desain deskriptif dengan jenis penelitian cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu-ibu yang gagal dalam memberikan ASI Eksklusif pada bayi 0-12 bulan di kelurahan Tegal Sari Kecamatan Kisaran Barat Kota Kisaran, dengan jumlah sampel sebanyak 30 responden yang diambil dengan menggunakan metode simple random sampling. Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 11 juni sampai 12 juli 2010 dengan melakukan penyebaran kuisioner pada responden untuk mengetahui berapa persen faktor yang mempengaruhi kegagalan pemberian ASI Eksklusif.
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa faktor yang menyebabkan kegagalan dalam pemberian ASI Eksklusif terbanyak adalah faktor pekerjaan (76,7%) dan faktor penolong persalinan (76,7%).
Maka dengan demikian perlunya peningkatan penyuluhan kesehatan secara umum khususnya tentang ASI Eksklusif pada ibu hamil dan menyadarkan kepada petugas kesehatan dalam meningkatkan penggunaan ASI secara Eksklusif.
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Indikator utama derajat kesehatan masyarakat adalah angka kematian bayi
(AKB) atau Infant Mortality Rate (IMR). Dari hasil penelitian yang ada, angka
kematian bayi ini tidak berdiri sendiri, melainkan terkait dengan faktor-faktor lain,
terutama gizi. Status gizi ibu pada waktu melahirkan, dan gizi bayi itu sendiri
sebagai faktor tidak langsung sebagai penyebab kematian bayi. Oleh sebab itu,
perbaikan gizi masyarakat yang difokuskan pada perbaikan gizi bayi dan anak
balita merupakan awal dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Sebaliknya kekurangan gizi pada bayi akan berakibat terhadap munculnya
masalah kesehatan yang lain, dan akhirnya akan berdampak terhadap menurunnya
derajat kesehatan masyarakat (Natoatmodjo, 2000).
Menyusui adalah cara yang optimal dalam memberikan nutirisi dan
mengasuh bayi, dan dengan penambahan makanan lengkap pada paruh kedua
tahun pertama, kebutuhan nutrisi, imunologi, dan psikososial dapat terpenuhi
hingga tahun kedua dan tahun-tahun berikutnya (Helen, 2007).
ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman tambahan lain
pada bayi berumur nol sampai enam bulan.
ASI adalah salah satu zat yang terbaik yang dimiliki manusia sebagai makanan
bayi. Setiap bayi harus diberi ASI paling tidak selama 4 bulan pertama dan lebih Bahkan air putih tidak diberikan dalam
baik lagi jika selama 6 bulan pertama hidupnya. Agar tidak ada keraguan apakah
seorang bayi bisa mendapatkan protein dari sumber lain, maka bayi ini harus terus
menerima ASI selama 2 tahun atau lebih. Oleh karna itu, ASI bukanlah makanan
yang buruk bagi bayi, tetapi makanan pilihan untuk bayi (Gupte, 2004).
Pemberian ASI sangat penting bagi tumbuh kembang yang optimal baik fisik
maupun mental dan kecerdasan bayi. Oleh karena itu pemberian ASI perlu
mendapat perhatian para ibu dan tenaga kesehatan agar proses menyusui dapat
terlaksana dengan benar. Faktor keberhasilan dalam menyusui adalah: 1)
komitmen ibu untuk menyusui, 2) dilaksanakan secara dini (Early intiation), 3)
posisi menyusui yang benar baik untuk ibu maupun bayi, 4) menyusui atas
permintaan bayi, dan 5) diberikan secara eksklusif (Roesli, 2005).
Survey yang dilaksanakan pada tahun 2002 oleh Nutrition and Health
Surveillance System (NSS) bekerjasama dengan Balitbangkes dan Hellen Keller
international di 4 kota ( Jakarta, Surabaya, Semarang, Makasar ) dan 8 pedesaan
(Sumatera Barat, Jawa Tengah, Jawa Barat, Lampung, Banten, Jawa Timur, NTB,
Sulawesi Selatan), menunjukan bahwa cakupan ASI Eksklusif 4-5 bulan di
perkotaan antara 4-12%, sedangkan di pedesaan 4-25%. Pencapaian ASI Eksklusif
5-6 bulan di perkotaan antara 1-13%, sedangkan di pedesaan 2-13% . Hanya 14%
ibu di Tanah Air yang memberikan air susu ibu (ASI) eksklusif kepada bayinya
sampai enam bulan. Rata-rata bayi di Indonesia hanya menerima ASI eksklusif
kurang dari dua bulan (Depkes RI, 2004).
Pemberian ASI masih belum sesuai target yang diharapkan, menurut data
menunjukkan bahwa pemberian ASI saja selama 2 bulan baru sebesar 64% dari
total bayi yang ada, padahal target yang diharapkan adalah pemberian ASI
eksklusif selama 6 bulan sebesar 80% (SDKI, 2002).
Penelitian Silalahi (2005) yang dilakukan di Desa Rawang kabupaten Asahan
didapat bahwa persentase pemberian ASI Eksklusif di daerah kota sudah baik
(77,8 %) dan di daerah desa cukup (68,3 %). Dari hasil ini dapat disimpulkan
bahwa terdapat perbedaan pemberian ASI Ekslusif berdasarkan kategori lokasi
dan ini bertolak belakang dengan hasil survey demografi kesehatan Indonesia
sebelumnya.
Rendahnya persentase pemberian ASI kemungkinan karena banyaknya faktor
yang menyebabkan kegagalan pemberian ASI baik faktor internal (pengetahuan
ibu, pendidikan ibu, pekerjaan ibu, dan penyaakit ibu) maupun eksternal (promosi
susu formula bayi, penolong persalinan) yang menyebabkan kegagalan pemberian
ASI selama 6 bulan (Ambarwati, 2004).
Hasil survey awal yang dilkukan oleh peneliti di wilayah kota kisaran, sebagian
besar ibu yang mempunyai bayi masih belum dapat memberikan ASI Eksklusif
secara sempurna, diketahui bahwa dari target yang diharapkan yaitu 92 bayi hanya
40 bayi yang di berikan ASI Eksklusif.
Berdasarkan pada masalah di atas, peneliti merasa tertarik untuk melakukan
penelitian tentang faktor-faktor yang berperan dalam kegagalan pemberian ASI
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah di kemukakan maka pertanyaan masalah
dalam penelitian ini adalah faktor- faktor apa sajakah yang mempengaruhi
kegagalan dalam pemberian ASI Eksklusif bayi usia 0-6 bulan di Kelurahan Tegal
sari Kota Kisaran.
3. Tujuan Penelitian 3.1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi kegagalan dalam pemberian ASI Eksklusif di wilayah kecamatan
Tegal Sari kota Kisaran.
3.2. Tujuan Khusus
3.2.1. Mengidentifikasi faktor-faktor internal yang mempengaruhi kegagalan
dalam pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan di Kelurahan Tegal
Sari Kota Kisaran.
3.2.2. Mengidentifikasi faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi kegagalan
dalam pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan di Kelurahan Tegal
Sari Kota Kisaran.
4. Manfaat Penelitian
4.1. Bagi Pendidikan Keperawatan
Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang
4.2. Bagi Praktek Keperawatan
Sebagai sumber informasi yang dapat membantu perawat dalam meningkatkan
pelayanan keperawatan yang berhubungan dengan masalah ASI Eksklusif
sehingga di harapkan dapat meningkatkan ststus gizi balita.
4.3. Bagi Penelitian Selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi pendukung untuk
melaksanakan penelitian lebih lanjut tentang faktor yang mempengaruhi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Defenisi ASI Eksklusif
Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan
garam-garam anorganik yang di sekresi oleh kelenjar mamae ibu, yang berguna
sebagai makanan bagi bayinya (WHO, 2004).
ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman
tambahan lain pada bayi berumur nol sampai enam bulan. Bahkan air putih tidak
diberikan dalam tahap ASI eksklusif ini (Depkes RI, 2004)
ASI eksklusif selama enam bulan pertama hidup bayi adalah yang terbaik.
Dengan demikian, ketentuan sebelumnya (bahwa ASI eksklusif itu cukup empat
bulan) sudah tidak berlaku lagi (WHO, 2001).
2. Manfaat ASI dan Menyusui
Keuntungan menyusui meningkat seiring lama menyusu eksklusif hingga
enam bulan. Setelah itu, dengan tambahan makanan pendamping ASI pada usia
enam bulan, keuntungan menyusui meningkat seiring dengan meningkatnya lama
pemberian ASI sampai dua tahun.
a. Manfaat ASI untuk bayi
ASI merupakan makanan alamiah yang baik untuk bayi, praktis, ekonomis,
mudah dicerna untuk memiliki komposisi, zat gizi yang ideal sesuai dengan
kebutuhan dan kemampuan pencernaan bayi, dapat juga melindungi infeksi
gastrointestinal. ASI tidak mengandung beta-lactoglobulin yang dapat
menyebabkan alergi pada bayi. ASI juga mengandung zat pelindung (antibodi)
Lysozyme, Complemen C3 dan C4
b. Manfaat ASI untuk ibu
, Antistapiloccocus, lactobacillus, Bifidus,
Lactoferrin. ASI dapat meningkatkan kesehatan dan kecerdasan bayi serta
meningkatkan jalinan kasih sayang ibu dan anak (bonding) (Gupte, 2004).
Suatu rasa kebanggaan dari ibu, bahwa ia dapat memberikan “kehidupan” kepada
bayinya dan hubungan yang lebih erat karena secara alamiah terjadi kontak kulit
yang erat, bagi perkembangan psikis dan emosional antara ibu dan anak. Dengan
menyusui, rahim ibu akan berkontraksi yang dapat menyebabkan pengembalian
rahim keukuran sebelum hamil serta mempercepat berhentinya pendarahan post
partum. Dengan menyusui kesuburan ibu akan menjadi berkurang untuk beberpa
bulan dan dapat menjarangkan kehamilan. ASI juga dapat mengurangi
kemungkinan kanker payudara pada masa yang akan datang (Gupte, 2004).
3. Komposisi ASI
Keadaan yang menguntungkan dari ASI meliputi asam amino dan
kandungan protein yang optimal untuk bayi normal. Asam lemak esensial dalam
jumlah yang berlimpah tetapi tidak berlebihan, kandungan natrium yang relatif
rendah tetapi adekuat, beban solut yang rendah dibandingkan dengan susu sapi,
dan absorbs yang sangat baik untuk zat besi, kalsium dan seng, yang menyediakan
jumlah yang adekuat dari zat-zat nutrisi ini untuk bayi yang disusui ASI secara
penuh selama 4-6 bulan (Merenstein, 2001).
ASI tidak saja mengandung makronutrien, vitamin,dan mineral tatapi juga
faktor pertumbuhan, hormon, dan faktor protektif. Paling sedikit terdapat 100
komponen pada ASI, termasuk zat yang belum teridentifikasi dan belum jelas
penjelasan yang sangat tepat karena susu awal memiliki lebih banyak sel darah
putih daripada darah sendiri.
Sifat khas manusia adalah otak yang besar dan rumit, yang mengalami
banyak perkembangan selama 2 tahun pertama. ASI menyediakan laktosa, sistein,
kolestrol, dan tromboplastin yang diperlukan untuk sintesis jaringan system syaraf
pusat. Namun, karena ASI merupakan nutrisi yang sempurna, analisis
komponenya memungkinkan kita memproduksi pengganti untuk ditambahkan
kedalam susu formula. Maka dari itu, susu formula tidak akan secara sempurna
menyerupai ASI. Walaupun ASI mungkin dapat dianggap nutrisi yang sempurna,
komposisinya bervariasi. Komposisi ASI bervariasi dari orang ke orang, dari satu
periode laktasi ke periode lain, dan setiap jam dalam sehari. Adapun komposisi
ASI antara lain mengandung protein, lemak, karbohidrat, garam mineral, air,
Vitamin seperti pada kolostrum (Melvyn, 2006).
Kolostrum mengandung zat kekebalan, vitamin A yang tinggi, lebih kental
dan berwarna kekuning-kuningan. Oleh karena itu, kolostrum harus diberikan
kepada bayi. Sekalipun produksi ASI pada hari-hari pertama baru sedikit, namun
mencukupi kebutuhan bayi. Pemberian air gula, air tajin dan masakan pralaktal
(sebelum ASI lancar diproduksi) lain harus dihindari (Depkes RI, 2005).
Kolostrum merupakan sekresi payudara yang bersifat alkali, yang mungkin
mulai dihasilkan selama bulan-bulan terakhir kehamilan dan pada 2- 4 hari
pertama setelah melahirkan. Mempunyai berat jenis yang lebih besar (1,040 -
1,060), kandungan protein yang lebih tinggi, vitamin larut lemak, mineral,
Kolostrum mengandung IgA sekretori, leukosit, dan zat-zat imun lainnya yang
berperan dalam mekanisme pertahanan neonatus (Merenstein, 2001).
4. Produksi ASI
Proses terjadinya pengeluaran air susu dimulai atau dirangsang oleh isapan mulut
bayi pada putting susu ibu. Gerakan tersebut merangsang kelenjar hipofisis
anterior untuk memproduksi sejumlah prolaktin, hormon utama yang
mengandalkan pengeluaran Air Susu. Proses pengeluaran air susu juga tergantung
pada Refleks Let Down atau refleks ejeksi susu , dimana hisapan putting dapat
merangsang kelenjar hipofisis posterior untuk menghasilkan hormon oksitosin, Di
bawah pengaruh oksitosin, sel-sel di sekitar alveoli berkontraksi, mengeluarkan
susu melalui system duktus kedalam mulut bayi (Bobak, 2005).
Laktasi dapat dianggap terdiri atas dua fase, laktogenesis, inisiasi laktasi, dan
galaktopoiesis, pemeliharaan sekresi air susu. Inisiasi laktasi berkaitan dengan
penurunan estrogen, progesteron, dari sirkulasi ibu saat persalinan. Dua hormon
terpenting yang berperan dalam laktasi adalah prolaktin yang merangsang
produksi air susu, dan oksitosin yang berperan dalam penyemprotan (ejeksi) susu
(Melvyn, 2006).
Menurut (Arifin, 2004), berdasarkan waktu diproduksi ASI dapat dibagi menjadi
3 yaitu:
1. Colostrum merupakan cairan yang pertama kali disekresi oleh kelenjar
mamae yang mengandung tissue debris dan redual material yang terdapat dalam
alveoli dan ductus dari kelenjar mamae sebelum dan segera sesudah melahirkan
anak. Disekresi oleh kelenjar mamae dari hari pertama sampai hari ketiga atau
dan merupakan cairan kental yang ideal yang berwarna kekuning-kuningan, lebih
kuning dibandingkan ASI Mature. ASI juga merupakan suatu laxanif yang ideal
untuk membersihkan meconeum usus bayi yang baru lahir dan mempersiapkan
saluran pencernaan bayi untuk menerima makanan selanjutnya. Dengan ASI
Mature dimana protein yang utama adalah casein pada colostrum protein yang
utama adalah globulin, Lebih banyak mengandung protein dibandingkan ASI
Mature, tetapi berlainan sehingga dapat memberikan daya perlindungan tubuh
terhadap infeksi.
Lebih banyak mengandung antibodi dibandingkan ASI Mature yang dapat
memberikan perlindungan bagi bayi sampai 6 bulan pertama. Lebih rendah kadar
karbohidrat dan lemaknya dibandingkan dengan ASI Mature. Total energi lebih
rendah dibandingkan ASI Mature yaitu 58 kalori/100 ml colostrum. Vitamin larut
lemak lebih tinggi. Sedangkan vitamin larut dalam air dapat lebih tinggi atau lebih
rendah. Bila dipanaskan menggumpal, ASI Mature tidak. PH lebih alkalis
dibandingkan ASI Mature. Lemaknya lebih banyak mengandung Cholestrol dan
lecitin di bandingkan ASI Mature. Terdapat trypsin inhibitor, sehingga hidrolisa
protein di dalam usus bayi menjadi krang sempurna, yangakan menambah kadar
antobodi pada bayi. Volumenya berkisar 150-300 ml/24 jam.
2. Air Susu Masa Peralihan (Masa Transisi) Merupakan ASI peralihan dari
colostrum menjadi ASI Mature. Disekresi dari hari ke 4 – hari ke 10 dari masa
laktasi, tetapi ada pula yang berpendapat bahwa ASI Mature baru akan terjadi
pada minggu ke 3 – ke 5. Kadar protein semakin rendah, sedangkan kadar lemak
3. Air Susu mature merupakan ASI yang disekresi pada hari ke 10 dan
seterusnya, yang dikatakan komposisinya relatif konstan, tetapi ada juga yang
mengatakan bahwa minggu ke 3 sampai ke 5 ASI komposisinya baru konstan.
ASI matur ini juga merupakan makanan yang dianggap aman bagi bayi, bahkan
ada yang mengatakan pada ibu yang sehat ASI merupakan makanan satu-satunya
yang diberikan selama 6 bulan pertamabagi bayi. Air susu matur merupakan
cairan putih kekuning-kuningan, karena mengandung casienat, riboflavin dan
karotin.Tidak menggumpal bila dipanaskan.Volume: 300 – 850 ml/24 jam.
Terdapat anti microbaterial factor, yaitu: Antibodi terhadap bakteri dan virus,
Enzim (lysozime, lactoperoxidese), Protein (lactoferrin, B12 Ginding Protein),
Faktor resisten terhadap staphylococcus, Complecement ( C3 dan C4
5. Pola pemberian ASI
).
Agar pemberian ASI eksklusif dapat berhasil, selain tidak memberikan makanan
lain perlu pula diperhatikan cara menyusui yang baik dan benar yaitu tidak
dijadwal, ASI diberikan sesering mungkin termasuk menyusui pada malam hari.
Ibu menggunakan payudara kiri dan kanan secara bergantian tiap kali menyusui.
Disamping itu, posisi ibu bisa duduk atau tiduran dengan suasana tenang dan
santai. Bayi dipeluk dengan posisi menghadap ibu. Isapan mulut bayi pada puting
susu harus baik yaitu sebagian besar areola (bagian hitam sekitar puting) masuk
kemulut bayi. Apabila payudara terasa penuh dan bayi belum mengisap secara
efektif, sebaiknya ASI dikeluarkan dengan menggunakan tangan yang bersih
(Depkes RI, 2005).
Keadaan gizi ibu yang baik selama hamil dan menyusui serta persiapan psikologi
menyusui harus menjaga ketenangan pikiran, menghindari kelelahan, membuang
rasa khawatir yang berlebihan dan percaya diri bahwa ASI-nya mencukupi untuk
kebutuhan bayi (Depkes RI, 1996).
6. Masalah Pemberian ASI
Kegagalan pemberian ASI eksklusif akan menyebabkan kekurangan jumlah sel
otak sebanyak 15% – 20%, sehingga menghambat perkembangan kecerdasan bayi
pada tahap selanjutnya. Ada beberapa masalah menyusui terkait dengan ibu yaitu :
1. Pembengkakan Payudara
Pembengkakan payudara ialah respon payudara terhadap hormon-hormon
laktasi dan adanya air susu. Payudara mambengkak dan menekan saluran air susu,
sehingga bayi tidak memperoleh air susu. Rasa nyeri dapat menjalar ke aksila.
Perawatan yang lebih baik dapat dilakukan dengan menggunakan es yang
diletakkan di payudara. Es akan mengurangi pembengkakan,sehingga sejumlah air
susu yang cukup dapat dikeluarkan untuk membuat areola menjadi lunak (Bobak,
2005).
Payudara dapat menjadi sangat bengkak jika bayi tidak sering menyusu
atau kurang efisien dalam mengisap selama beberapa hari pertama setelah ASI
keluar. Payudara memang sedikit bengkak disaat sedang mulai menyusui,
bengkak yang ekstrem menyebabkan pembengkakan dari duktus susu dalam
payudara dan pembuluh daerah di area dada (Juwono, 2004).
Puting susu dapat terasa nyeri pada beberapa hari pertama. Puting yang
luka dapat dicegah atau dibatasi dengan mengambil posisi yang benar dan dengan
menghindari pembengkakan sebelum hal ini terjadi (Bobak, 2005).
3. Saluran Yang Tersumbat
Kadang-kadang saluran air susu tersumbat, menimbulkan nyeri di
payudara, yang terlihat bengkak dan panas. Saluran yang tersumbat ini dapat di
sebabkan oleh pengosongan payudara yang tidak baik, pemakaian bra yang
terlalu ketat, posisi menyusui yang tidak benar, atau selalu menggunakan posisi
yang sama (Bobak, 2005).
4. Affterpains
Ibu yang menyusui dapat mengalami affterpains. Affterpains lebih sering
terjadi pada ibu multipara daripada ibu primipara. Affterpains Ini dapat cukup kuat
sehingga ibu merasa tidak nyaman dan ketegangannya dapat mengganggu proses
pemberian makan pada bayi (Bobak, 2005).
5. Persepsi Tentang Jumlah Susu Yang Tidak Adekuat
Suplai air susu yang tidak cukup jarang menjadi masalah, karena isapan
menstimulasi aliran susu dalam waktu cukup lama seharusnya dapat memberikan
suplai susu dan jumlah besar (Bobak, 2005).
6. Mastitis
Mastitis merupakan suatu infeksi payudara yang disebabkan oleh bakteri
dalam sisstem duktus. Mastitis menyebabkan bengkak, panas, dan nyeri, biasanya
hanya pada satu payudara, dan juga menyebabkan ibu menyusui merasa demam
7. Masalah pada Bayi.
Beberapa kondisi bayi bisa mempersulit tindakan menyusui pada bayi, salah
satu diantaranya adalah bayi tidak tahan terhadap laktosa atau fenilketonuria.
kelainan sumbing bibir atau langit-langit, dan kelainan bentuk mulut sehingga
bayi tidak dapat menghisap dengan baik.
7. Manajemen Laktasi
Manajemen laktasi adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk menunjang
keberhasilan menyusui. Dalam pelaksanaannya terutama dimulai pada masa
kehamilan, segera setelah persalinan dan pada masa menyusui selanjutnya.
Menurut (Arifin, 2004), Adapun upaya-upaya yang dilakukan adalah sebagai
berikut :
1. Pada masa Kehamilan (antenatal)
Memberikan penerangaan dan penyuluhan tentang manfaat keunggulan ASI,
manfaat menyusui baik bagi ibu maupun bayinya, disamping bahaya pemberian
susu botol. Pemeriksaan kesehatan, kehamilan dan payudara / keadaan putting
susu, apakah ada kelainan atau tidak. Disamping itu perlu dipantau kenaikan berat
badan ibu hamil. Lakukan perawatan payudara mulai kehamilan umur enam bulan
agar ibu mampu memproduksi dan memberikan ASI yang cukup. Memperhatikan
gizi/makanan ditambah mulai dari kehamilan trisemester kedua sebanyak 1 1/3
kali dari makanan pada saat belum hamil. Menciptakan suasana keluarga yang
menyenangkan. Dalam hal ini perlu diperhatikan keluarga terutama suami kepada
istri yang sedang hamil untuk memberikan dukungan dan membesarkan hatinya.
Ibu dibantu menyusui 30 menit setelah kelahiran dan ditunjukkan cara menysui
yang baik dan benar, yakni: tentang posisi dan cara melakatkan bayi pada
payudara ibu. Membantu terjadinya kontak langsung antara bayi-ibu selama 24
jam sehari agar menyusui dapat dilakukan tanpa jadwal. Ibu nifas dapat diberikan
kapsul vitamin A dosis tinggi (200.000S1
Makanan yang dimakan seorang ibu yang sedang dalam masa menyusui tidak
secara langsung mempengaruhi mutu ataupun jumlah air susu yang dihasilkan.
Dalam tubuh terdapat cadangan berbagai zat gizi yang dapat digunakan bila ) dalam waktu dua minggu setelah
melahirkan.
3. Pada masa menyusui selanjutnya (post-natal)
Menyusui dilanjutkan secara ekslusif selama 4 bulan pertama usia bayi, yaitu
hanya memberikan ASI saja tanpa makanan/minuman lainnya. Perhatikan
gizi/makanan ibu menyusui, perlu makanan 1 ½ kali lebih banyak dari biasa dan
minum minimal 8 gelas sehari. Ibu menyusui harus cukup istirahat dan menjaga
ketenangan pikiran dan keberhasilan menyusui. Menghindarkan kelelahan yang
berlebihan agar produksi ASI tidak terhambat. Pengertian dan dukungan keluarga
terutama suami penting untuk menunjang.
Rujuk ke Posyandu atau Puskesmas atau petugas kesehatan apabila ada
permasalahan menysusui seperti payudara banyak disertai demam. Menghubungi
kelompok pendukung ASI terdekat untuk meminta pengalaman dari ibu-ibu lain
yang sukses menyusui bagi mereka. Memperhatikan gizi/makanan anak, terutama
mulai bayi 4 bulan, berikan MP ASsI yang cukup baik kuantitas maupun kualitas.
sewaktu-waktu diperlukan. Akan tetapi jika makanan ibu terus menerus tidak
mengandung cukup zat gizi yang diperlukan tentu pada akhirnya kelenjar-kelenjar
pembuat air susu dalam buah dada ibu tidak akan dapat bekerja dengan sempurna,
dan akhirnya akan berpengaruh terhadap produksi ASI.
Apabila ibu yang sedang menyusui bayinya tidak mendapat tambahan makanan,
maka akan terjadi kemunduran dalam pembuatan ASI. Terlebih jika pada masa
kehamilan ibu juga mengalami kekurangan gizi. Karena itu tambahan makanan
bagi seorang ibu yang sedang menyusui anaknya mutlak diperlukan (Arifin,
2004).
Makanan yang harus dihindari oleh ibu menyusui adalah alkohol, merokok, dan
juga hindari makanan pedas seperti sambal dan makanan beraroma keras karena
dapat membuat bau tertentu pada ASI dan akan mengganggu bayi. Ini juga bisa
membuat bayi sakit perut (Gupte, 2004).
8.2. Ketentraman Jiwa dan Pikiran
Pembuahan air susu ibu sangat dipengaruhi oleh faktor kejiwaan. Ibu yang selalu
dalam keadaan gelisah, kurang percaya diri, rasa tertekan dan berbagai bentuk
ketegangan emosional, mungkin akan gagal dalam menyusui bayinya.
Pada ibu ada 2 macam, reflek yang menentukan keberhasilan dalam menyusui
bayinya, reflek tersebut adalah reflek Prolaktin merupakan hormon laktogenik
yang penting untuk memulai dan mempertahankan sekresi susu. Jumlah prolaktin
yang di sekresi dan jumlah susu yang di produksi berkaitan dengan besarnya
stimulus isapan, yaitu frekuensi, intensitas, dan lama bayi mengisap. Ejeksi susu
dari alveoli dan duktus susu terjadi akibat refleks let-down. Akibat stimulus
down dapat terjadi selama aktifitas seksual karena oksitosin dilepas selama
orgasme (Bobak, 2005)
Let-down reflex mudah sekali terganggu, misalnya pada ibu yang mengalami
goncangan emosi, tekanan jiwa dan gangguan pikiran. Gangguan terhadap let
down reflex mengakibatkan ASI tidak keluar. Bayi tidak cukup mendapat ASI dan
akan menangis. Tangisan bayi ini justru membuat ibu lebih gelisah dan semakin
mengganggu let down reflex (jurnal Arifin, 2004).
8.3. Pengaruh persalinan dan klinik bersalin
Banyak ahli mengemukakan adanya pengaruh yang kurang baik terhadap
kebiasaan memberikan ASI pada ibu-ibu yang melahirkan di rumah sakit atau
klinik bersalin lebih menitik beratkan upaya agar persalinan dapat berlangsung
dengan baik, ibu dan anak berada dalam keadaan selamat dan sehat. Masalah
pemebrian ASI kurang mendapat perhatian. Sering makanan pertama yang
diberikan justru susu buatan atau susu sapi. Hal ini memberikan kesan yang tidak
mendidik pada ibu, dan ibu selalu beranggapan bahwa susu sapi lebih dari ASI.
Pengaruh itu akan semakin buruk apabila disekeliling kamar bersalin dipasang
gambar-gambar atau poster yang memuji penggunaan susu buatan (Arifin, 2004).
8.4. Penggunaan alat kontrasepsi yang mengandung estrogen.
Bagi ibu yang dalam masa menyusui tidak dianjurkan menggunakan kontrasepsi
pil yang mengandung hormon estrogen, karena hal ini dapat mengurangi jumlah
produksi ASI bahkan dapat menghentikan produksi ASI secara keseluruhan oleh
karena itu alat kontrasepsi yang paling tepat digunakan adalah alat kontrasepsi
uterus ibu sehingga secara tidak langsung dapat meningkatkan kadar hormon
oxitoksin, yaitu hormon yang dapat merangsang produksi ASI (Arifin, 2004).
8.5. Perawatan Payudara
Perawatan fisik payudara menjelang masa laktasi perlu dilakukan, yaitu
memeriksa putting susu, mempersiapkan payudara dengan mengurut payudara
selama 6 minggu terakhir masa kehamilan. Pengurutan tersebut diharapkan
apablia terdapat penyumbatan pada duktus laktiferus dapat dihindarkan sehingga
9. Faktor- faktor Kegagalan Pemberian ASI
Ada 2 hal yang mempengaruhi kegagalan dalam pemberian ASI yaitu faktor
internal dan faktor eksternal.
9.1 Faktor Internal
Adapun yang termasuk kedalam faktor Internal yaitu:
a. Pengetahuan
Pengetahuan adalah sejumlah informasi yang dikumpulkan yang dipahami
dan pengenalan terhadap sesuatu hal atau benda-benda secara obyektif.
Pengetahuan juga berasal dari pengalaman tertentu yang pernah dialami dan yang
diperoleh dari hasil belajar secara formal, informal dan non formal
(Notoatmodjo,2005).
Dalam hal ini, banyak sekali alasan kenapa orang tua memberikan MPASI
< 6 bulan. Umumnya banyak ibu yang beranggapan kalau anaknya kelaparan dan
akan tidur nyenyak jika diberi makan. Meski tidak ada relevansinya banyak yang
beranggapan ini benar. Karena, belum sempurnanya sistem pencernaan sehingga
yang menangis terus menerus dianggap sebagai anak yang tidak kenyang. Padahal
menangis bukan semata-mata tanda anak yang kelaparan. Hal ini menunjukan
bahwa pengetahuan orang tua masih sangat rendah (Nurafifa, 2009).
b. Pendidikan
Pendidikan pada dasarnya adalah suatu proses pengembangan sumberdaya
manusia. Menurut Martoyo (1996) pendidikan adalah suatu proses pendidikan
jangka panjang yang dilakukan secara sistematis dan prosedurnya diorganisisr
melalui konsep belajar manajerial perorangan dan pengetahuan teoritis untuk
tujuan umum (Nurafifa, 2009).
Sciartino (1999) mengemukakan bahwa pendidikan yang cukup merupakan
dasar dalam pengembangan wawasan sarana yang memudahkan untuk dimotivasi
serta turut menentukan cara berpikir seseorang dalam menerima pengetahuan,
sikap dan perilaku masyarakat. Pendidikan juga dapat diartikan sebagai suatu
proses belajar yang memberikan latar belakang berupa mengajarkan kepada
manusia untuk dapat berpikir secara obyektif dan dapat memberikan kemampuan
untuk menilai apakah budaya masyarakat dapat diterima atau mengakibatkan
seseorang merubah tingkah laku (Nurafifa, 2009).
Dalam hal ini, banyak ahli pendidikan setempat mempunyai program pendidikan
yang lebih jelas meliputi modal ‘pendidikan untuk hidup’ sebagai subjek (mata
pelajaran) akademik tambahan. Kapanpun dan dimana mungkin, bidan harus
dengan yakin menerima kesempatan untuk ikut berperan dalam kelas “Pendidikan
Kesehatan”, kursus perawatan Anak dan “Persiapan Menjadi Orang Tua” yang
sekarang dilaksanakan di banyak sekolah dan pendidikan lanjut. Dapat terjadi
merupakan generasi berikutnya setelah orang tua mereka. Selain dari itu semua,
mendengarkan mereka, bersikap peka terhadap sesuatu yang tidak ingin mereka
katakan; mendorong mereka untuk menyatakan gagasan dan tanggapan mereka,
membantu mereka untuk mengungkapkan hambatan dan emosi mereka. Apabila
mungkin, izinkan mereka bertemu dengan seseorang ibu yang baru melahirkan
bersama bayinya, dan membicarakan sikap ibu tersebut terhadap bayinya terutama
dalam hubungannya dengan pemberian air susu ibu (Sylvia, 1997).
c. Pekerjaan ibu
Beberapa wanita karier mempunyai kecemasan lain, yaitu bahwa
memberikan air susu kepada bayi selama 4 sampai 6 bulan akan mempengaruhi
kegagalan profesi dan kemasyarakatan mereka dan mungkin akan merusak
prospek peningkatan karier. Ini semua merupakan masalah besar yang telah
berkembang pada kebudayaan dan masalah ini sangat nyata bagi para wanita yang
menghadapinya (Sylvia, 1997).
Ibu menyusui yang bekerja tidak perlu khawatir. Mereka tidak perlu
berhenti menyusui anaknya. Sebaiknya ibu bekerja tetap harus memberi ASI
eksklusif kepada bayinya hingga umur 6 bulan. Hal ini dikarenakan banyaknya
keuntungan yang diperoleh dibandingkan jika anak disusui dengan susu formula.
Tidak sulit untuk tetap menyusui bayi saat bekerja. Jika memungkinkan, bayi
dapat dibawa ke kantor ibu untuk disusui. Hal tersebut akan sedikit terkendala jika
di tempat bekerja atau di sekitar tempat bekerja tidak tersedia sarana penitipan
bayi atau pojok laktasi. Bila tempat bekerja dekat dengan rumah, ibu dapat pulang
untuk menyusui bayi pada waktu istirahat atau bisa juga meminta bantuan
Lokasi kantor ibu yang jauh dari rumah juga bukanlah penghalang untuk
tetap memberikan ASI ekslusif. Walaupun ibu bekerja dan tempat bekerja jauh
dari rumah, ibu tetap dapat memberikan ASI eksklusif kepada bayinya. Sebelum
pergi bekerja, ASI tersebut bisa dikeluarkan dan dititipkan pada pengasuh untuk
diberikan pada bayi. Di tempat bekerja, ibu dapat memerah ASI 2-3 kali (setiap 3
jam). Pengeluaran ASI dapat membuat ibu merasa nyaman dan mengurangi ASI
menetes. ASI simpan di lemari es dan dibawa pulang dengan termos es saat ibu
selesai bekerja. Ibu juga bisa menyimpannya dalam termos yang diberi es batu
atau blue ice. Kegiatan menyusui dapat dilanjutkan pada malam hari, pagi hari
sebelum berangkat, dan waktu luang ibu. Keadaan ini akan membantu produksi
ASI tetap tinggi (Surabaya, eHealth 2008).
d. Penyakit ibu
Pilihan untuk menyusui tidak terbuka untuk setiap ibu. Beberapa ibu tidak
bisa atau tidak boleh menyusui bayi mereka. Alasanya bisa emosional atau fiscal,
berkaitan dengan kesehatan ibu atau bayi, bisa sementara (dimana kadang-kadang
ibu bisa menyusui sesudahnya) atau jangka panjang. Beberapa faktor yang paling
sering bisa mencegah atau menghalangi seorang ibu dari menyusui termasuk:
Penyakit serius yang melumpuhkan (misalnya gagal jantung atau gagal ginjal,
atau anemia yang parah) atau kekurangan berat badan yang ekstrem meskipun
beberapa ibu bisa mengatasi masalah ini dan menyusui bayinya.
Infeksi yang serius, misalnya tuberculosis (TBC) aktif yang tidak dirawat
(setelah dirawat selama dua minggu, ibu boleh menyusui); untuk sementara
waktu, payudara bisa dipompa dan air susunya dibuang agar cadangan air susu
memerlukan obat yang akan memasuki air susu ibu dan membahayakan bayi,
misalnya obat-obat anti tiroid, antikanker, antihipertensi atau obat-obat yang bisa
mengubah suasana hati, misalnya lhitium, penenang, atau sedatif. Jika anda
menggunakan obat-obat saperti ini, tanyakan terlebih dahulu kepada dokter anda
sebelum anda mulai menyusui. Pada beberapa kasus, perubahan obat atau jarak
makan obat bisa memungkinkan anda untuk menyusui. Kontak dengan beberapa
bahan kimia tertentu di tempat kerja. Infeksi AIDS atau HIV, yang bisa ditularkan
melalui cairan tubuh, termasuk air susu ibu. Penyalahgunaan obat-obatan
termasuk penggunaan obat penenang, kokain, heroin, metadon, marijuana, atau
penyalahgunaan alkohol. penolakan yang mendalam terhadap menyusui.
Beberapa kondisi bayi bisa mempersulit tindakan menyusui, tatapi bukan
tidak mungkin untuk mencobanya (dengan dukungan medis yang benar).
Termasuk diantaranya adalah kelainan-kelainan seperti tidak tahan terhadap
laktosa atau fenilketonuria (PKU), di mana susu manusia maupun susu sapi tidak
bisa dicerna. Sumbing bibir dan atau langit-langit, dan kelainan bentuk mulut
lainya yang mengganggu penghisapan. Meskipun keberhasilan menyusu sebagian
tergantung dari jenis cacatnya, tetapi dengan bantuan khusus, tindakan menyusui
msih bisa dimungkinkan (Murkoff, 2006).
9.2. Faktor eksternal
Adapun hal yang termasuk dalam faktor eksternal yaitu :
a. Promosi Susu Formula Bayi
Tempat melahirkan memberikan pengaruh terhadap pemberian ASI
Eksklusif pada bayi karena merupakan titik awal bagi ibu untuk memilih apakah
diberikan oleh petugas kesehatan maupun non kesehatan sebelum ASI-nya keluar.
Meskipun ada kode etik internasional tentang pengganti ASI (susu formula),
pemasaran susu formula langsung ke rumah sakit saat ini semakin gencar dan
sangat mengganggu keberhasilan program ASI Eksklusif. (Nurafifa, 2009).
Selain itu adanya promosi susu formula juga bisa menjadi kemungkinan
gagalnya pemberian ASI walaupun mindset awal sebenarnya ASI, promosi bisa
berasal dari petugas kesehatan misalnya pada saat pulang dibekali susu formula,
ataupun dari iklan-iklan di beberapa media baik cetak maupun elektronik (jurnal
Hikmawati, 2008).
b. Penolong Persalinan
Menurut Depkes RI, 1998 tenaga yang dapat memberikan pertolongan
persalinan dapat dibedakan menjadi dua yaitu tenaga kesehatan profesional
(dokter spesialis kebidanan, dokter umum, bidan, pembantu bidan dan perawat
bidan) dan dukun bayi (terlatih dan tidak terlatih) (sugiarto, 2003)
Kendala yang dihadapi dalam upaya peningkatan penggunaan ASI adalah
sikap sementara petugas kesehatan dari berbagai tingkat yang tidak bergairah
mengikuti perkembangan ilmu kedokteran dan kesehatan. Konsep baru tentang
pemberian ASI dan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan ibu hamil, ibu
bersalin, ibu menyusui dan bayi baru lahir. Disamping itu juga sikap sementara
penaggung jawab ruang bersalin dan perawatan dirumah sakit, rumah bersalinn
yang berlangsung memberikan susu botol pada bayi baru lahir ataupun tidak mau
mengusahakan agar ibu mampu memberikan ASI kepada bayinya, serta belum
diterapkannya pelayanan rawat disebahagian besar rumah sakit atau klinik
BAB III
KERANGKA PENELITIAN
1. Kerangka Penelitian
Kerangka konseptual ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor
kegagalan pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan di Kelurahan Tegal Sari
Kecamatan Kisaran Barat. Adapun faktor-faktor resiko kegagalan permberian
ASI Eksklusif akan digambarkan sebagai berikut :
Skema: Kerangka konsep penelitan
2. Defenisi Operasional Variabel Penelitian Faktor Internal :
- Pengetahuan - Pendidikan - Pekerjaan Ibu
Faktor Eksternal :
- Promosi susu formula
- Penolong persalinan
Variabel Defenisi
Opersional
Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala
Faktor- faktor kegagalan pemberian ASI eksklusif Pengetahuan Penyebab terjadinya suatu kegagalan yang
terjadi pada
ibu-ibu yang sedang
memberikan ASI
kepada bayi.
Dalam hal ini
dapat
menyebabkan
bayi tidak
mendapatkan
ASI Eksklusif
selama 0-6 bulan
penuh.
Merupakan
hasil tau dari
manusia berupa informasi yang diketahui dan pemahaman ibu-Lembar kuesioner yang diberikan oleh peneliti Mengisi lembar kuesioner dan didampingi oleh peneliti untuk pertanyaan positip Ya
= 1 Tidak
= 0 untuk
kuesioner
negatif
Tidak = 1
Ya = 0
1. Ya = 11-20,
Tidak sebagai
faktor
kegagalan
2. Tidak = 0-10,
Sebagai faktor
kegagalan
Pendidikan
Pekerjaan
Penyakit
ibu yang
menyusui
terhadap faktor
resiko kegagalan
dalam
pemberian ASI
Eksklusif.
Merupakan
suatu tingkat
jenjang
pendidikan yang
dimiliki oleh
seseorang.
Merupakan
suatu kegiatan
rutinitas yang
dilakukan oleh
setiap orang
dalam
sehari-hari.
Promosi
susu
formula
Penolong
persalinan
suatu keadaan
yang terjadi
didalam tubuh
manusia di
karena kan oleh
infeksi atau hal
lainnya yang di
derita oleh ibu.
Merupakan
informasi susu
pengganti ASI
yang diberikan
kepada ibu-ibu
melalui iklan
dan media
elektronik.
Merupakan
orang yang
membantu
dalam proses
BAB IV
METODE PENELITIAN
1. Desain Penelitian
Penelitian ini mengunakan desain deskriptif analitik dengan jenis
penelitian cross sectional yang bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor
kegagalan pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan di Kelurahan Tegal Sari
Kota Kisaran.
2. Populasi dan Sampel Penelitian 2.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah ibu-ibu yang mempunyai bayi dan
balita yang pernah menyusui yang tinggal di Kelurahan Tegal Sari Kecamatan
Kisaran Barat. Dari hasil survey awal pada tanggal 10 April 2010, diproleh bahwa
terdapat 117 ibu yang memiliki bayi. Data ini diperoleh dari puskesmas sidodadi
kecamatan kisaran barat.
2.2. Sampel
Menurut Arikunto (2006), jika besar populasi > 100 maka sampel diambil
10% -15% atau 20% - 25%. Maka sampel pada penelitian ini adalah 25/100 x 117
= 29,25, Maka digenapkan besar sampel adalah 30 orang. Teknik pengambilan
sampel yang digunakan adalah simpel random sampling yaitu jenis propability
yang paling sederhana dan dapat di seleksi secara acak dengan cara mengundi
seperti penarikan lotre yang telah diberi kode oleh peneliti kepada setiap ibu-ibu
• Ibu- ibu yang mempunyai bayi dan balita yang tinggal di Kelurahan Tegal
Sari Kecamatan Kisaran Barat.
• ibu-ibu yang masih masa menyusui 0-12 bulan tetapi tidak memberikan
ASI Eksklusif.
• Bersedia menjadi responden
3. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di masyarakat Kelurahan Tegal Sari Kecamatan Kisaran
Barat yang akan dilakukan pada bulan Juni 2010. Lokasi ini dipilih karena
wilayahnya mudah dijangkau dan banyaknya jumlah populasi ibu-ibu yang
mempunyai bayi dan balita.
4. Pertimbangan Etik
Dalam penelitian ini terdapat beberapa hal-hal yang berkaitan dengan
permasalahan etik, yaitu: penelitian ini dapat dilakukan setelah mendapat izin dari
institusi Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan mengajukan
permohonan izin penelitian kepada kepala Puskesmas Sidodadi Kelurahan Tegal
Sari Kecamatan Kisaran Barat. Setelah mendapat persetujuan peneliti melakukan
pengumpulan data dimana peneliti mengukur langsung pada ibu-ibu yang
mempunyai bayi. Sebelum melakukan penelitian, responden diberi penjelasan
terlebih dahulu tentang tujuan, manfaat dari penelitian, dan kegiatan dalam
penelitian, hak-hak responden dalam penelitian dan kerahasiaan akan terjaga.
Jika responden bersedia untuk diteliti, maka responden terlebih dahulu
menandatangani lembar persetujuan yang telah dibuat peneliti. Responden berhak
walaupun penelitian masih berlangsung dan belum selesai. Hal tersebut tercantum
dalam informed consent yang berupa persetujuan partisipasi secara lisan atau
yang ditandatangani oleh responden sebelum penelitian dilaksanakan.
Jika responden tidak bersedia atau menolak untuk berpartisipasi, maka peneliti
tidak boleh memaksa dan harus tetap menghormati hak-hak responden. Dalam
menjaga kerahasiaan informasi responden, peneliti tidak mencantumkan namanya
pada lembar pengumpulan data, cukup dengan memakai inisial atau kode yang
hanya diketahui oleh peneliti dan responden. Kerahasiaan informasi responden
dijamin oleh peneliti.
5. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner.
Kuesioner disusun secara tertutup dengan menggunakan skala Gutman dalam
pertanyaan ini hanya disediakan 2 jawaban dan responden hanya memilih satu
diantaranya. Kuesioner ini terdiri dari beberapa bagian, yaitu data demografi, dan
pertanyaan yang berkaitan tentang faktor-faktor kegagalan dalam pemberian ASI
Eksklusif. Kuesioner tentang data demografi responden meliputi: umur, agama,
suku bangsa, tingkat pendidikan, pekerjaan. Pertanyaan karakteristik responden
meliputi usia bayi yang disusui, dan apakah ibu pernah mendapatkan penyuluhan
atau penjelasan dari petugas kesehatan tentang ASI Eksklusif.
Sedangkan kuesioner yang berkaitan dengan faktor-faktor kegagalan
dalam pemberian ASI eksklusif terdiri dari 20 pertanyaan. Masing-masing
pertanyaan terdiri dari 12 pertanyaan yang berkaitan dengan faktor internal dan 8
pertanyaan positif dan negatif, setiap pertanyaan positif yang menjawab “Ya”
mendapatkan nilai 1 dan “Tidak” mendapatkan nilai 0 dan untuk pertanyaan
negatif yang menjawab “Tidak” mendapatkan nilai 1 dan yang menjawab “Ya”
mendapat nilai 0 . Penilaian skala ukur yang digunakan adalah skala interval yang
digunakan dalam rumus statistik menurut sudjana yaitu:
P = Rentang kelas
Banyak kelas
Maka didapat nilai P = 10, dalam hal ini diketahui bahwa penilaian dibagi atas 2
kategori yaitu:
Ya = 11- 20 Tidak sebagai faktor kegagalan
Tidak = 0 - 10 Sebagai faktor Kegagalan
6. Validitas Penelitian
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat kevalidan
atau kesahihan sesuatu instrument. Suatu instrumen yang valid atau sahih
mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya, instrument yang kurang valid berarti
memiliki validitas rendah (Arikonto, 2006). Uji validitas yang dilakukan dalam
penelitian ini berupa uji validitas isi, yaitu dengan instrument yang mengacu pada
isi yang sesuai dengan variabel yang diteliti.
Uji validitas penelitian ini telah dilakukan oleh orang yang ahli di
bidangnya, dalam hal ini peneliti telah diadakan uji validitas instrumen kepada
bagian maternitas yaitu Ibu Siti Saidah Nasution,S.Kp,Ns,Mkep,Sp.Mat setelah
hasil uji validitas terdapat 20 soal yang telah valid dan dapat disebarkan kepada
responden.
7. Reliabilitas Penelitian
Uji reliabilitas instrumen adalah suatu uji yang dilakukan untuk
mengetahui konsistensi dari instrumen sehingga dapat digunakan sehingga dapat
digunakan untuk penelitian selanjutnya dalam ruang lingkup yang sama.Uji
reliabilitas yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah uji reliabilitas
konsistensi internal karena memiiki kelebihan yaitu pemberian instrument hanya
untuk satu kali dengan satu bentuk instrument kepada subjek (Arikunto, 2006).
Uji reliabilitas penelitian ini dilakukan terhadap 25 orang ibu-ibu yang
gagal dalam pemberian ASI Eksklusif yang tinggal di Kelurahan Mutiara
Kecamatan Kisaran. Uji reliabilitas dalam penelitian ini dicari dengan
menggunakan rumus K-R 21 karena instrument penelitian memiliki jumlah
pertanyaan genap. Dari hasil uji KR-21 diperoleh bahwa hasil reliabel pertanyaan
adalah r = 0,402 lebih besar dari harga r product moment r = 0,396, oleh karena
itu dapat disimpulkan bahwa instrument tersebut reliabel.
8. Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data dilakukan yaitu pada tahap awal peneliti akan
mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian melalui bagian pendidikan
Fakultas keperawatan USU. Setelah mendapat izin dari Fakultas Keperawatan,
peneliti mengajukan surat permohonan izin penelitian kepada kepala Kelurahan
Tegal Sari Kecamatan Kisaran Barat. Setelah mendapat izin dari kepala Kelurahan
Adapun teknik pengumpulan data penelitan ini dengan cara mendatangi dari
rumah kerumah ibu-ibu yang memiliki kriteria sampel. Sebelumnya, peneliti juga
sudah memberikan lembar persetujuan responden untuk di tandatangani dan
bersedia menjadi responden.
Setelah responden menandatangani informed consent, peneliti membagikan
instrument penelitiaan kepada responden dan dipersilahkan untuk menjawab
semua pertanyaan yang diajukan peneliti yaitu berupa data demografi dan
faktor-faktor kegagalan dalam pemberian ASI Eksklusif. Setelah diisi, kuesioner
dikumpulkan kembali oleh peneliti dan diperiksa kelengkapannya. Dalam hal ini
peneliti menunggu hasil jawaban dari responden pada saat itu juga sehingga jika
ada kekurangan kelengkapan data, peneliti dapat menyuruh responden untuk
melengkapinya saat itu juga.
9. Analisa Data
Setelah semua data terkumpul, maka peneliti melakukan analisa data
melalui beberapa tahap yaitu editing dilakukan untuk memeriksakan ketepatan
dan kelengkapan data. Apabila data belum lengkap ataupun ada kesalahan data
dilengkapi dengan mewawancarai ulang responden. Data yang telah terkumpul
dan dikoreksi ketepatan dan kelengkapanya kemudian diberi kode oleh peneliti
secara manual sebelum diolah dengan komputer. Kemudian data yang telah
dibersihkan kemudian dimasukkan kedalam program komputer. Pemeriksaan
semua data yang telah dimasukkan kedalam komputer guna menghindari
terjadinya kesalahan dalam pemasukan data. Kemudian data yang telah perbaiki
Dari hasil pengolahan data yang telah dilakukan, maka hasil analisa data
akan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi untuk mengetahui hasil
persentase dan hubungan faktor-faktor internal dan eksternal resiko keagagalan
pemberian ASI Eksklusif. Selanjutnya peneliti memasukan data kedalam teknik
komputerisasi.
9.1. Statistik Univariat
Statistik univariat adalah suatu metode untuk menganalisa data dari suatu
variabel yang bertujuan untuk mendeskripsikan suatu hasil penelitian (Polit &
Hugler, 2002). Pada penelitian ini, metode statistik univariat digunakan untuk
menganalisa data demografi dan faktor-faktor internal dan eksternal kegagalan
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAAN
1. Hasil Penelitian
Dari proses pengambilan data yang dilakukan dari tanggal 11 juni 2010
sampai 12 juli 2010, diperoleh informasi tentang faktor-faktor kegagalan dalam
pemberian ASI Eksklusif yang berada di Kelurahan Tegal Sari Kecamatan
Kisaran Barat.
Berikut ini akan dijabarkan mengenai hasil penelitian yang terdiri dari
hasil: gambaran umum lokasi penelitian, deskripsi karakteristik responden dan
deskripsi faktor – faktor kegagalan dalam pemberian ASI Eksklusif.
1.1. Deskripsi Karakterstik Responden di Kelurahan Tegal Sari Kecamatan Kisaran Barat.
Umur responden bervariasi mulai dari yang terlalu muda di bawah 19
tahun dan umur ibu yang terlalu tua di atas 40 tahun. Distribusi responden
menurut kelompok umur menunjukan bahwa rata-rata usia responden adalah
berusia 18-23 tahun (20%), 24-29 tahun (30%), dan yang paling banyak menjadi
responden adalah usia 30-35 tahun (36,7%), sedangkan yang paling sedikit adalah
usia 36-40 tahun hanya (13,3%).
Dilihat dari distribusi karakteristik suku, mayoritas responden bersuku
Batak (53,4%), Jawa (23,3%), Melayu (3.3%) dan yang lain-lain (20%) yaitu
Pendidikan membantu seseorang untuk menerima informasi tentang
pertumbuhan dan perkembangan bayi, misalnya memberikan ASI eksklusif
hingga bayi berumur 6 bulan. Proses pencarian dan penerimaan informasi ini akan
cepat jika ibu berpendidikan tinggi. Distribusi responden menurut tingkat
pendidikan menunjukkan bahwa 40% yang mempunyai tingkat pendidikan SMA,
sedangkan responden yang menyelesaikan pendidikan terakhir di Sekolah
Menengah Pertama (SMP) sebesar 30%, di Sekolah Dasar (SD) sebesar 16,7%
dan responden yang melanjut ke Perguruan Tinggi hanya sebesar 13,3%.
Distribusi responden menurut jenis pekerjaan menunjukkan bahwa dari 30
responden sebagian besar sebagai ibu rumah tangga 66,7%, sedangkan responden
yang bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil adalah 6,7%, responden yang bekerja
sebagai Pegawai Swasta 3,3%, dan Wiraswasta 23%. Dalam penelitian ini juga
diketahui mayoritas responden beragama Islam (100%).
Dari hasil penelitian ditemui 11 responden (36,7%) baru memiliki satu bayi,
dan selebihnya sebanyak 19 responden (63.3%) telah memiliki bayi lebih dari
satu. Ibu-ibu yang pernah mendapatkan penyuluhan atau penjelasan tentang ASI
Eksklusif dari petugas kesehatan sebesar 20%, sedangkan yang tidak pernah
mendapatkan penyuluhan tentang ASI EksklusifS sebesar 80% . Berikut dapat
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di Kelurahan Tegal Sari
Kec. Kisaran Barat ( n = 30 ).
Karakteristik Frekuensi Persentase (%)
Usia
a) 18 – 23 b) 34 – 29 c) 30 – 35 d) 36 – 40
Total Agama
a) Islam Total Suku
a) Batak b) Jawa c) Melayu d) Dan lain-lain
Total Pendidikan
a) SD b) SMP c) SMA d) PT
Total Pekerjaan
a) PNS b) Pegawai
swasta c) Wiraswasta
d) Ibu Rumah Tangga
Total Jumlah Anak
a) Satu orang b) Lebih dari 1
orang Total
Ibu pernah mendapat penyuluhan
a) Ya b) Tidak
1.2. Deskripsi faktor-faktor kegagalan dalam pemberian ASI Eksklusif. Berdasarkan dari hasil penelitan yang dilakukan diketahui bahwa faktor
pengetahuan responden tidak sebagai faktor kegagalan dalam pemberian ASI
Eksklusif. Dapat dilihat dari hasil 93,3% responden menjawab ya dan
pengetahuan responden baik
Dilihat dari faktor pekerjaan responden, diketahui bahwa responden yang
bekerja dan menjawab pertanyaan dengan ya adalah sebesar 23,3%. Sedangkan
76,7% responden tidak memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya dikarenakan
oleh pekerjaan ibu.
Dilihat dari faktor pendidikan responden diketahui bahwa 60% responden
yaitu tamatan SD,SMP,dan Perguruan Tinggi dan 40% responden tamatan SMA.
Dilihat dari faktor penyakit yang dialami responden, diketahui bahwa 66,7%
menyebabkan faktor penyakit sebagai faktor kegagalan dalam pemberian ASI
Eksklusif pada bayi, dan 33,3% tidak sebagai penyebab kegagalan dalam
pemberian ASI eksklusif.
Dilihat dari faktor promosi susu formula, diketahui bahwa 56,7% responden
telah memdapat promosi dan memberikan susu formula kepada bayinya sebelum
usia 6 bulan. Sedangkan responden yang memberikan ASI pada bayinya tanpa
Dilihat dari faktor penolong persalinan, diketahui bahwa 76,6% penolong
persalinan sebagai faktor kegagalan dalam pemberian ASI Eksklusif pada bayi
karena kurangnya informasi dari petugas penolong persalinan tentang menyusui
secara Eksklusif. Responden yang telah mendapatkan informasi tentang cara
memberikan ASI secara Eksklusif dari petugas penolong persalinan hanya 23,3%.
[image:49.595.109.520.353.744.2]Berikut ini dapat dilihat lebih jelas pada tabel 2.
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Faktor-Faktor Kegagalan Dalam Pemberian ASI
Eksklusif pada Bayi Di Kelurahan Tegal Sari Kec. Kisaran Barat (n=30)
No Variabel Frekuensi Persentase %
1.
2.
30
2. Pembahasan
Dalam bab pembahasan ini akan dibahas “Mengapa ASI Ekslusif tidak
diberikan, dan kemungkinan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi tidak
diberikannya ASI Ekslusif.”
Berdasarkan hasil penelitian sebagaimana yang telah dipaparkan pada tabel
2 menunjukan bahwa faktor pengetahuan tidak sebagai faktor kegagalan dalam
pemberian ASI Ekslusif pada bayi (93,3%) di Kelurahan Tegal Sari Kisaran Barat.
Hal ini tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ridwan dan
Rostia (2006) yang menunjukan bahwa faktor pengetahuan sebagai faktor
kegagalan terhadap pemberian ASI yaitu sebesar 60 % responden di Kelurahan
Pa’ Baeng-baeng Makasar.
Salah satu faktor yang mendukung faktor pengetahuan adalah pendidikan
yang dimiliki oleh responden. Hasil penelitian menunjukan bahwa mayoritas
tingkat pendidikan responden adalah SMU (40 %). Sesuai dengan hasil penelitian
Notosiswoyo (2001) menunjukan bahwa variabel pendidikan terakhir ibu
memiliki hubungan yang bermakna dengan pengetahuan. Pendapat lain yang
mengatakan bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin tinggi
pula tingkat pengetahuanya dan semakin rendah tingkat pendidikan seseorang
maka semakin rendah pula tingkat pengetahuannya (Natoatmodjo, 2005).
Berdasarkan penelitian , Faktor pekerjaan merupakan faktor kegagalan
dalam memberikan ASI Ekslusif yaitu 76,7%. Hal ini menunjukan bahwa
mayoritas responden adalah Ibu Rumah Tangga (66,7%). Hal ini tidak sejalan
pada kelompok ibu yang tidak bekerja keinginan untuk memberikan ASI
Eksklusif lebih tinggi dibandingkan pada ibu yang bekerja. Ada faktor lain yang
mempengaruhi seperti yang disebutkan oleh Amin (2001) bahwa faktor yang
mempengaruhi pemberian ASI Eksklusif yang paling dominan adalah faktor
lingkungan.
Berdasarkan dari faktor penyakit (internal) dari ibu seperti terjadinya
bendungan ASI yang mengakibatkan ibu merasa sakit sewaktu bayinya menyusu,
luka-luka pada putting susu yang sering menyebabkan rasa nyeri dan demam,
kelainan pada putting susu dan adanya penyakit tertentu seperti tuberkolose,
malaria yang merupakan alasan untuk tidak menganjurkan ibu menyusui bayinya.
Hal ini menunjukan bahwa faktor penyakit ibu (66,7%) merupakan faktor
kegagalan dalam pemberian ASI eksklusif.
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Soetjiningsih (1997), yang
menunjukan bahwa Ada penyebab lain yang tidak kalah penting yang
menyebabkan ibu tidak mau memberi ASI eksklusif dikarenakan puting susu ibu
yang lecet (57%) di desa Simpang Agung kecamatan Seputih Agung. .
Selain faktor internal terdapat juga faktor yang dapat mempengaruhi
kegagalan dalam pemberian ASI Eksklusif, seperti promosi susu formula
(56,7%).sebagai faktor kegagalan dalam pemberian ASI Eksklusif. Berdasarkan
hasil penelitian Nurcholish (2005) bersama program Appropriate Technologi in
Health (PATH) di daerah Cirebon, Kediri, Cianjur, Blitar tahun 2003 diketahui
berbagai “kenakalan” produsen susu formula dan makanan pendamping bayi,
kesehatan, baik dokter maupun bidan untuk turut serta memesarkan produk
mereka.
Hasil penelitian di Kelurahan Tegal Sari Kecamatan Kisaran Barat, juga
diketahui bahwa penolong persalinan sebagai faktor kegagalan dalam pemberian
ASI secara Eksklusif sebesar 76,7%. Hal ini di sebabkan karena bayi sudah
diberikan susu formula oleh petugas kesehatan pada hari pertama bayi di lahirkan.
Dan setelah pulang dari rumah bersalin ibu juga dibekali susu formula oleh
penolong persalinan. Hal tersebut menyebabkan kegagalan dalam pemberian ASI
Ekslusif.
Penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Suradi (2004)
bahwa pemberian air susu ibu (ASI) secara eksklusif masih rendah, disebabkan
oleh tatalaksana rumah sakit yang salah. Beberapa rumah sakit memberikan susu
formula pada bayi yang baru lahir sebelum ibunya mampu memproduksi ASI,
sehingga menyebabkan bayi tidak terbiasa menghisap ASI dari puting susu
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Penelitian yang dilakukan mengenai faktor-faktor kegagalan dalam
pemberian ASI Eksklusif di Kelurahan Tegal Sari Kec. Kisaran Barat
memberikan kesimpulan dan saran sebagai berikut :
a. Pengetahuan responden terhadap pemberian ASI sudah baik sehingga faktor
pengetahuan tidak sebagai faktor kegagalan dalam pemberian ASI.
b. Diketahui dari hasil data faktor kegagalan yang mempengaruhi dalam
pemberian ASI Eksklusif yang paling banyak terjadi di Kelurahan Tegal
Sari kec. Kisaran Barat adalah faktor penolong persalinan yang telah
memberikan susu formula pada bayi yang baru dilahirkan dan ibu juga di
bekali susu formula serta pekerjaan ibu yang yang tidak dapat memberikan
ASI kepada bayinya.
c. Faktor pekerjaan ibu merupakan sebagai faktor terjadinya kegagalan dalam
pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan di Kelurahan Tegal Sari Kec.
2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dalam penelitian ini, maka
disampaikan beberapa saran sebagai berikut:
a. Perlu peningkatan penyuluhan kesehatan secara umum khususnya tentang
ASI dan menyusui kepada masyarakat, khususnya kepada ibu hamil tentang
gizi dan perawatan payudara selama masa kehamilan, sehingga produksi
ASI cukup
b. Perlunya intervensi melalui pemberdayaan dan menyadarkan kepada
petugas kesehatan (Dokter, Bidan dan Paramedis lainnya), diantaranya
dengan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petugas dalam rangka
peningkatan penggunaan ASI secara Eksklusif.
c. Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengidentifikasi faktor-faktor
kegagalan lain yang mempengaruhi rendahnya pemberian ASI Eksklusif
DAFTAR PUSTAKA
Amiruddin, R. (2006). Susu Formula Menghambat Pemberian ASI Eksklusif pada
Bayi 6-11 Bulan. Di ambil Tanggal 5 Oktober 2010.
http://www.artikeilmiah.com.html
Arifin, M Siregar. (2004). Pemberian ASI Eksklusif dan Faktor-Faktor yang
Mempengaruhinya. Diambil tanggal 10 Maret 2010 dari http:// jurnal ASI
Eksklusif.com Azis, A Alimul hidayat. (2007). Riset Keperawatan dan
Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta: Salemba Medika.
Arikunto, S. (2006). Manajemen Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Bobak, M & Irene et, al. (2004). Keperawatan Maternitas. Edisi 4, Jakarta: EGC.
Gupte, Suraj M.D. (2004). Panduan Keperawatan Anak. Jakarta.
Magdalena, S. Silalahi. (2005). Pengetahuan dan Sikap Ibu-Ibu Menyusui di Kota
dan di Desa tentang Pemberian ASI Eksklusif. Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara
Merenstein, Gerald B. (2001). Buku Pegangan Pediatri. Edisi 17, Jakarta: Widya
Medika.
Murkoff, Heidi. (2006). Kehamilan: Apa yang Anda Hadapi Bulan per Bulan.
Edisi 3, Jakarta: Arcan.
Musbikin, Imam. (2006). Persiapan Menghadapi Persalinan. Jakarta: Mitra
Pustaka.
Nur afifah, Diana. (2007). Faktor yang Berperan Dalam Kegagalan Praktik
Pemberian ASI Eksklusif. Diambil Tanggal 10 februari 2010.
Notoatmodjo, S. (2000). Kesehatan Masyarakat Ilmu & Seni. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.
Notoatmodjo, S. (2005). Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.
Satyanegara, Surya. (2004). Panduan Lengkap Perawatan untuk Bayi dan Balita.
Jakarta: Arcan.
Schwartz, M. William. (2004). Pedoman Klinis Pediatri. Jakarta: EGC.
Verralls, Sylvia. (1997). Anatomi dan Fisiologi Terapan dalam Kebidanan. Edisi
3, Jakarta: EGC.
Lembar Persetujuan Menjadi Responden Penelitian
Saya yang bernama Sally Almira. Dlm Nim: 091121057 adalah mahasiswa
Fakultas keperawatan Universitas Sumatera Utara yang akan melakukan
penelitian yang berjudul “Faktor-faktor Kegagalan Pemberian ASI Eksklusif
pada Bayi 0-6 bulan di Kelurahan Tegal Sari Kec. Kisaran Barat”. Penelitian ini dilakukan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di
program Studi Ilmu keperawatan, Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera
Utara.
Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi faktor-faktor internal
dan eksternal kegagalan pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan di
Kelurahan Tegal Sari kec. Kisaran Barat. Untuk keperluan tersebut saya
mengharapkan ketersediaan Ibu-ibu untuk berpartisipasi dalam penelitian ini,
dimana penelitian ini tidak akan memberikan dampak yang membahayakan. Jika
Ibu-ibu bersedia, selanjutnya saya mohon ketersediaan ibu-ibu mengisi kuisioner
dengan jujur dan apa adanya. Jika bersedia silahkan menandatangani lembar