Roms SEBAGAI SARANA PENGAYAAN
PENDIDlKAN AGAMA ISLAM
DI SMA BUDI MULIA CILEDUG
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas llmu Tabiyah dan Keguruan untuk.
Memenuhi Syarat-syarat Mencapai Gelar
Sarjana Pendidikan Islam 8-1
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
ROHIS SEBAGAI SARANA PENGAYAAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
DI SMA BUDI MULIA CILEDUG
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan untuk
Memenuhi Syarat-syarat Mencapai Gelar
Sarjana Pendidikan Islam S-l
Disusun Oleh :
Fatwa Oscar Gozali
NIM: 102011023446Drs. H.
ajid Khon M.Ag
NIP : I 1 682 377
JURUSAN PENDIDlKAN AGAMA ISLAM
FAKULT AS ILMU TARBIYAD DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang berjudul ROllIS SEBAGAI SARANA PENGAYAAN
PENOIOIKAN AGAMA ISLAM 01 SMA BUDI MULIA CILEDUG telah
diujikan dalam sidang l11unaqosyah Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Kegunl3,n UIN
Syarjf Hidayatullah Jakarta pada tanggal 16 Nopember 2006. Skripsi ini telah
diterima sebagai salah satu untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1(S 1)
pacla Jurusan Pendidikan Agama Islam.
Jakarta, 16 Nopember 2006
Pembantu Dekan 1
Sekretaris Merangkap Anggota,
Anggota: Siclang Munaqosyah
Dekan
Ketua Merangkap Anggota,
Pengl1ji I
Drs. H. Ghufron Thsan M.A NIP. 150202340
KATAPENGANTAR
Alhamdulillah, puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang selalu ュ・ョケ。ケセュァゥ
hambanya, yang selalu melimpahkan rahmat, nikmat dan hidayahnya sehingga dapat
menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga Allah SWT selalu
mencurahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat dan para
pengikutnya.
Dalam pembuatan skripsi ini penulis menyatakan dengan kerendahan hati
bahwa hal tersebut tidak akan pernah terwujud tanpa adanya bantuan, dorongan,
bimbingan dan saran-saran dari berbagai pihak yang bersifat membangun demi
kesempurnaan skripsi ini. Oleh karena itu sudah seharusnya penulis menyampaikan
ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof.Dr.Dede Rosyada, M.A sebagai Dekan Fakultas I1mu Tarbiyah dan
Keguruan Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Drs. Abdul Fattah Wibisono, M.A, sebagai Ketua Jurusan Pendidikan ,
セ.
Agama Islam.
3. Bapak Drs. Sapiudin Shidiq,M.A, sebagai Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama
Islam.
4. Bapak Drs. H. Abdul Majid Khon M.Ag, sebagai dosen pembimbing skripsi yang
dengan sabar dan perhatian memberikan petunjuk dan waktunya yang sangat
berharga, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
5. Kepala sekolah SMA Budi Mulia, Bapak Dr. H. M Suryadi Syarief, S.E., M.M.,
Ciledug atas arahan dan kesempatan yang diberikan, Pembina Rohis Bapak Ir.H.
'06.
6. Ayahanda H. Gozali Husin dan Hj. Sunaya tercinta yang selalu memberikan
dukungan, dorongan dan perhatian berkat perjuangan kalian penulis akhirnya
dapat menyelesaikan kuliah, semoga kasih sayang Allah selalu bersama kalian.
7. Kakak tercinta Hj Dede Sindarwati, Hj. Siti Mahmudah, Muchlas Taufik, Yusro,
Badriah, Dini Rohaini, lbnu Sabililhaq yang selalu mendorong dan membantu
dalam meyelesaikan skripsi ini.
8. Kekasih tercinta lim Hamidah yang selalu setia menemani serta membantu dalam
menyelesaikan skripsi ini.
9. Teman-teman senasib dan seperjuangan PAl '02 khususnya kelas 'A tercinta yang
sama-sama berjuang dalam kuliah dan skripsi atas kerjasama dan
kekeluargaannya. Penghuni kost legoso, kawan-kawanku, Ahmad Sahal, Madinah,
Dasukih, Ozyn, Dymyati, Abdurrahman, Ira, Mba Nita, Hafazoh, Irma, atas
kebersamaan yang terus terjalin.
Akhirnya penulis berdo'a kepada Allah SWT semoga amal kebajikan kita
diterima dan mendapatkan balasan yang layak dari-Nya. Semoga skripsi ini
bermanfaat bagi penulis dan pembaca pada umumnya.Amin Ya Robbal 'A/amin.
Ciledug, 09 November 2006
BABII
DAFTARISI
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR lSI v
DAFTAR TABEL vii
BAB I PENDAHULUAN '.:" .. 1
A. Latar Belakang Masalah .
B. Identifikasi Masalah, Pembatasan dan Perumusan
Masalah 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 7
D. Sistematika Penulisan 8
KAJIAN TEORI '" 10
A. Bimbingan Rohani Islam 10
1. Pengertian Bimbingan, rohani dan Islam 10
2. Dasar dan Tujuan Rohis 18
B. Pendidikan Agama Islam .24
1. Pengertian PAI. 24
2. Dasar dan Tujuan PAI.. 28
3. Ruang Lingkup PAL 35
4. Problematika PAL .40
C. Kurikulum 42
BABV BABIV BAB III
2. Ekstrakurikuler 43
3. Ko-Kurikuler. 43
METODOLOGI PENELITIAN .45
A. Tehnik Pengumpulan Data .45
1. Observasi 45
2. Angket. , 45
3. Wawancara 46
4. Populasi dan Sampel.. .46
B. Tehnik Pengolahan Data .46
1. Editing 46
2. Tabulating 47
C. Tehnik Analisis Data .48
lIASIL PENELITIAN 49
A. Gambaran Umum SMA Budi Mulia Ciledug .49
B. Deskripsi Data セ 57
C. Analisis Data 57
PENUTUP 84
A. Kesimpulan 84
8.
Saran-saran 85DAFTARPUSTAKA 87
A. Latar Bclakang Masalah
Dalam proses kehidupan manusia adanya pendidikan adalah syarat mutlak
yang harus ditempuh dan dimiliki oleh manusia. Pendidikan adalah bagian dari
proses kehidupan yang akan membawa manusia kepada perkembangan
kedewasaan jasmaniah dan rohaniah secara ideal. Oleh karena itu, pendidikan
harus diupayakan secara bersungguh-sungguh baik dalam kegiatan fonnal
maupun nonformal.
Tidak dapat dihindari, sebab peran pendidikan sangat mempengaruhi pola
kehidupan manusia. Segala aktivitas pendidikan diarahkan kepada pembinaan
perkembangan dan pembentukan kehidupan manusia yang hakiki, yaitu bentuk
kehidupan manusia yang berkualitas, yang berguna bagi dirinya sendiri, 「。ョァセ。L
dan negaranya serta kehidupan yang diridhai oleh Allah SWT.
Kehidupan yang berkualitas seperti tersebut di atas itulah yang
dikehendaki oleh setiap usaha kegiatan pendidikan, sebagaimana rumusan Tujuan
Pendidikan Nasional yang tertuang dalam Undang-Undang RI NO. 20 pasal 03
tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional:
2
YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab".I
Berdasarkan Tujuan Pendidikan Nasional di atas, maka dapat diambil
pengertian bahwa pendidikan bangsa kita selain tertuju pada perkembangan
material, juga tertuju pada perkembangan mental spiritua1. lui berarti, di dalam
upaya pembangunan bangsa Indonesia tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan jasmaniah, tetapi juga peningkatan kesejahteraan rohaniah secara
seimbang.
Dalam usahanya membangun mental spiritual, pemerintah menerapkan
pelaksanaan pendidikan agama di sekolah-sekolah umurn. Pendidikan agama di
sekolah perlu mendapat perhatian yang sungguh-sungguh karena pendidikan
agama sangat besar pengaruhnya terhadap upaya mewujudkan masyarakat adil
dan makmur yang didambakan oleh bangsa Indonesia.
Keberhasilan pendidikan agama di sekolah sangat bergantung pada faktor
penunjang. Faktor penunjang tersebut terdiri dari sarana dan prasarana yang
tersedia yang memungkinkan para guru dapat mengembangkan dan melaksanakan
semua program pendidikan agama yaitu meliputi program intra kurikuler, ko
kurikuler, dan ekstra kurikuler.
Namun dalam pelaksanaannya program pendidikan agama di Indonesia
belum berjalan seperti yang diharapkan. Hal ini disebabkan oleh berbagai kendala
1 Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan,
dalam bidang pelaksanaan metode, sarana fisik dan nonfisik, disamping suasana
lingkungan pendidikan yang kurang menunjang suksesnya pendidikan mental
spiritual dan moral.
Towaf (1996) sebagaimana dikutip oleh Muhairnin menyatakan bahwa:
"Kelemahan-kelemahan Pendidikan Agama Islam di sekolah antara lain sebagai
berikut : Pendekatan masih cenderung normatif, dalam arti pendidikan agama
menyajikan norma-norma yang seringkali tanpa ilustrasi konteks sosial budaya
sehingga peserta didik kurang menghayati nilai-nilai agama sebagai nilai yang
hidup dalam keseharian."2
Kurikulum Pendidikan Agama Islam yang dirancang di sekolah
sebenarnya lebih menawarkan minimum kompetensi atau minimum informasi,
tetapi pihak guru Pendidikan Agama Islam seringkali terpaku padanya sehingga
semangat untuk memperkaya kurikulum dengan pengalaman belajar yang bervariasi kurang tumbuh.
Sebagai dampak yang menyertai situasi tersebut di atas ュセ。 guru
Pendidikan Agama Islam kurang berupaya menggali berbagai metode yang
mungkin bisa dipakai untuk pendidikan agama sehingga pelaksanaan pembelajaran cenderung monoton.
2 Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam; Upaya Mengefektifitaskan PAl Di Sekolah,
Keterbatasan sarana dan prasarana mengakibatkan pengelolaan cenderung
seadanya. Pendidikan agama yang diklaim sebagai aspek yang penting seringkali
kurang diberi prioritas dalam urusan fasilitas.
Terlepas dari perrnasalahan di atas, perrnasaIahan yang sering dihadapi
para guru pendidikan agama di sekolah dalam melaksanakan dan merealisasikan
tujuan pendidikan agama yaitu terbatasnya alokasi waktu yang tersedia terutama
di sekolah-sekolah urnum. Alokasi waktu yang tersedia hanya dua jam pelajaran
setiap minggu, dirasa sangat kurang bila dibanding dengan jurnlah materi yang harus disajikan kepada siswa.
Permasalahan di atas membawa konsekuensi logis terhadap sekolah
sebagai ujung tombak dalam upaya pencapaian tujuan pendidikan agama, dan
harns mendapat penanganan secara sungguh-sunghguh. Pelaksanaan pendidikan
agama tidak boleh hanya terpaku pada alokasi waktu yang tersedia, tetapi perlu
memberdayakan setiap potensi yang ada, yang dapat digerakkan untuk menunjang
pelaksanaan dan pencapaian tujuan Pendidikan Agama Islam.
Dengan .demikian, perlu disusun program pengayaan altematif yang
memungkinkan siswa mendapatkan Pendidikan Agama Islam secara·optimal.
\-.
Untuk itu, perlu adanya kegiatan yang bersifat positif bagi siswa agar dapat
menanggulangi perrnasalahan yang terjadi karena kurangnya Pendidikan Agama
Islam di sekolah urnurn. Salah satu kegiatan positif tersebut adalah bimbingan
memberi suatu alternatif pendidikan keagamaan dan pembinaan serta penyegaran
dalam mempelajari agama Islam.
Dalam kegiatan tersebut siswa bebas mengembangkan kemampuannya
dalam menggali ajaran-ajaran Islam dalam berbagai bentuk kegiatan seperti
diskusi keagamaan, shalat berjamaah, serta peningkatan membaca AI-Qur'an. Hal
tersebut dapat menambah penguasaan siswa tentang ajaran-ajaran Islam, dan
dalam pengamalannya siswa tidak hanya terpaku pada sejumlah kurikulum yang
tersaji dan alokasi waktu yang tersedia. Materi-materi yang dipelajari pun lebih
variatif dan bersifat kontekstual. Siswa dapat mengaplikasikan wacana-wacana
keIslaman dalam bentuk kegiatan-kegiatan keagaanlaan, sehingga ajaran-ajaran
Islam yang siswa miliki sangat mungkin terinternalisasi ke dalam pribadi siswa,
karena pengetahuan dan pemahaman tentang ajaran Islam yang mereka miliki
sesering mungkin diterapkan dalam bentuk kegiatan-kegiatan keagamaan yang
telah terprogram, yang sifatnya berjangka dan terns-menerns.
Mengingat sangat pentingnya program pengayaan dalam mengembangkan
pendidikan agama di sekolah, hal ini mendorong penulis untuk memilih judul:
"ROHIS SEBAGAI SARANA PENGAYAAN PENDIDIKAN AGAMA
B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Mengingat cukup kompleksnya permasalahan penelitian .ini maka
permasalahannya dibatasi sebagai berikut :
1. Bimbingan Rohani dalam penelitian ini dapat dilihat dari dimensi-dimensinya
yaitu dimensi kegiatan diskusi keagamaan,dimensi shalat beIjama'ah dan
dimensi peningkatan membaca AI-Qur'an.
2. Pendidikan Agama disini adalah pendidikan yang diarahkan kepada
pembinaan,perkembangan dan pembentukan kehidupan manusia yang
hakiki,kehidupan manusia yang berkualitas, yang berguna bagi dirinya
sendirinya, bangsa dan Negaranya, serta kehidupan yang diridhoi oleh Allah
SWT.
3. Objek yang akan diteliti adalah siswa kelas II SMA Budi Mulia Ciledug,
siswa yang mempunyai pengalaman lingkungan pendidikan menengah atas
dan masih fokus dalam kegiatan Bimbingan Rohani Islam.
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan di atas maka penulis merumuskan masalall sebagai berikut:
1. Bagaimana bentuk kegiatan Rohis dalam upaya pengayaan Pendidikan Agama
2. Bagaimana peran Roms dalam menunjang pengayaan Pendidikan Agama di
SMA Budi Mulia?
3. Bagaimana keberhasilan Roms yang telah diperoleh siswa SMA Budi Mulia
Ciledug?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk menjelaskan bentuk kegiatan Rohis di SMA Budi Mulia Ciledug
b. Untuk mengetahui peran Roms di SMA Budi Mulia Ciledug dalam
menunjang pengayaan Pendidikan Agama.
c. Untuk mengetahui keberhasilan Rohis di SMA Budi Mulia Ciledug
2. Manfaat Penelitian
a. Diharapkan bisa menjadi bahan pengembangan dan masukan dalam
pelaksanaan Pendidikan Agarna Islam di SMA Budi Mulia Ciledug.
b. Diharapkan pula dapat berguna untuk menambah khasanah keilmuan bagi
para guru agama dalam upaya pencapaian tujuan Pendidikan Agama Islam
Bab II
D. Sistematika Penyusunan
Adapun sistematika penyusunan skripsi ini adalah sebagai 「・イゥォオセNZ
Bab I Pendahuluan; bab ini terdiri dari 5 sub bab, yaitu: latar belakang
masalah, Identifikasi,pembatasaan, serta perumusan masalah, tujuan
dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.
Kajian Teori, bab ini terdiri dari 3 sub bab, yaitu: Bimbingan
Rohani Islam (ROHIS), meliputi : Pengertian Bimbingan, Rohani
dan Islam, Dasar dan Tujuan ROHIS; Pendidikan Agama Islam,
meliputi: Pengertian PAl, dasar dan tujuan PAl, ruang lingkup PAl,
serta Problematika PAI; Kurikulum, meliputi: Intrakurikuler,
Ekstrakurikuler dan Ko-Kurikuler.
Bab III
BabIV
BabV
Metodologi Penelitian meliputi: Teknik Pengumpulan Data;
Observasi; Angket; Wawancara; Teknik Pengolahan Data, dan
Teknik Analisis Data
Deskripsi Data meliputi: Gambaran umum SMA Budi Mulia
Ciledug; Deskripsi DatadanAnalisis Hasil Penelitian.
[image:16.487.45.442.206.529.2]BABII
KAJIAN TEORI
A. Bimbingan Rohani Islam (Rohis)
1. Pengertian Bimbingan Rohis
Secara etimologis kata bimbingan merupakan terjemahan dari kata
"guidance" berasal dari kata keIja "to guide" yang mempunyai arti
"menunjukkan, membimbing, menuntun, ataupun membantu orang lain ke arah
tujuan yang bermanfaat bagi hidupnya masa kini dan masa mendatang". Sesuai
dengan istilahnya, maka secara umum bimbingan dapat diartikan sebagai suatu
bantuan atau tuntunan.I
Untuk dapat memperoleh pengertian yang lebih jelas, di bawah ini akan
dikemukakan beberapa defmisi. Definisi bimbingan yang dikemukakan oleh
Djumhur dan M. Surya ialah bimbingan ialah suatu proses ー・ュ「・イゥセ bantuan
yang terns menerus dan sistematis kepada individu dalam memecahkan masalah
yang dihadapinya, agar tercapai kemampuan untuk dapat memahami dirinya
(self-understanding), kemampuan untuk menerima dirinya (self-acceptance),
kemampuan untuk mengarahkan dirinya (self-direction), kemampuan untuk
merealisasikan dirinya (self-realization), sesuai dengan potensi atau
kemampuannya dalam mencapai penyesuaian dirinya dengan lingkungannya, baik
keluarga, sekolah maupun masyarakat. Dan bantuan itu diberikan oleh
orang-orang yang memiliki keahlian pengalaman khusus dalam bidang tersebut.
Stoops mengemukakan bahwa "bimbingan adalah suatu proses terus
menerus dalam membantu perkembangan individu untuk mencapai
kemampuannya secara maksimal dalam mengarahkan manfaat yang
sebesar-besarnya baik bagi dirinya maupun masyarakat?
Menurut Crow & Crow, bimbingan diartikan sebagai "bantuan yang
diberikan oleh seseorang baik pria maupun wanita yang memiliki pribadi baik dan
pendidikan yang memadai, kepada seorang individu dari setiap usia untuk
menolongnya mengemudikan kegiatan-kegiatan hidupnya sendiri, membuat
pilihannya sendiri dan memikul bebannya sendiri.3
Dari beberapa defmisi yang dikutip di atas, H.M. Surya mendefinisikan
bimbingan sebagai berikut:
"pertama, bimbingan merupakan suatu proses yang berkesinambungan sehingga bantuan itu diberikan secara sistematis, berencana, terus menerus dan terarah.
Kedua, bimbingan merupakan proses membantu individu yang tidak terdapat adanya unsur paksaan.
Ketiga,bahwa bantuan diberikan kepada setiap individu yang memerlukannya di dalam proses perkembangannya.
Keempat, bahwa bantuan yang diberikan melalui pelayanan bimbingan bertujuan agar individu dapat mengembangkan dirinya seCaI'a optimal sesuai dengan potensi yang dimilikinya.
Kelima, yang menjadi sasaran bimbingan ialah agar individu dapat mencapai kemandirian, yakni tercapainya perkembangan yang optimal dan dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungannya.
2Ibid, h.28
Keenam, menggunakan pendekatan pribadi atau kelompok dengan memanfaatkan berbagai teknik dan media bimbingan.
Ketujuh, layanan bimbingan dilaksanakan dalam suasana asOOan yang
nonnatif, yaitu suasana yang akrab, saling menghonnati, saling percaya, tanpa pamrih dan didasarkan pada nonna-nonna yang berlaku.
Kedelapan, bahwa untuk melaksanakan kegiatan bimbingan diperlukan
adanya personil-personil yang memliki keahlian dan pengalaman khusus
dalam bidang bimbingan.4
Adapun Rohis berasal dari dua kata, yaitu Rohani dan Islam. Kata rohani
dalam bahasa arab berarti "ruh", sedangkan dalam kamus bahasa Indonesia arti
rohani adalah "rohn yang bertalian dengan yang tidak berbadan jasmani.5 Dari
pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa birnbingan atau pernbinaan kerohanian
yaitu segala usaha dan tindakan yang rnenunjukkan kegiatan untuk mernbentuk.
rnernelihara, serta rneningkatkan kondisi atau keadaan rohani seseorang agar
senantiasa sadar sebagai rnakhluk Tuhan.
Sedangkan rnenurut Abdul Halim Mahrnud "ruh" adalah bagian manusia
yang paling mulia, karena ia adalah tiupan dari Allah SWT. ia hams dididik
dengan tujuan untuk mernpennudah jalan di hadapan-Nya, untuk bemlakrifat
kepada Allah SWT dan mernbiasakannya serta melatihnya untuk melaksanakan
benar-benar ibadah kepada Allah.6
Roo adalah nama bagi nafsu yang dengannya menjalin kehidupan,
gerakan, upaya mencari kebaikan, dan upaya rnenghindarkan keburukan dari
4M. Surya,Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Universitas Terbuka, 1997), h. 20
5Departemen Pendidikian dan Kebudayaan, Kamus besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 1989), h. 752
dalam diri manusia. Roo yang dimaksud itu adalah yang disebutkan dalam firman
Allah SWT:
I 4 1 . - J j. J
j..-セ j..-セj|
セj セj
;i
セ
CJj\
Ji
セjェ|
セ
2J5J.LL;J
{A
0:
セ|NイBG
セ|ス
Artinya: "Dan mereka bertanya kepadamu tentang Ruh. Katakanlah: Ruh itu
termasuk urusan Tuhanku dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit".(Q. S. AI-Isra : 85).
Rohani juga adalah nama bagi keseluruhan yang ada pada bagian batin
dari manusia. Sayid Sabiq dalam bukunya Aqidatul lslamiah sebagaimana yang
dikutip oleh Drs. Syahminan Zaini mengatakan bahwa "Dengan rohani itu
manusia dapat menemukan, mengingat, berfikir, mengetahui, berkehendak,
memilih dan mencintai".7
Dalam buku Harun Nasution, Al-Razi mengatakan bahwa Tuhan pada
mulanya tidak berniat membuat alam ini. Tapi pada suatu ketika roh tertarik pada
materi pertama, bermain dengan materi itu, tetapi materi pertama berontak. TOOan
datang menolong roh dengan membentuk alam ini dalam susunan yang kuat
sehingga roh dapat mencari kesenangan materi didalamnya. Tuhan mewujudkan
manusia dan didalamnya mengambil tempat. Terikat pada materi, roh lupa pada
asalnya dan lupa bahwa kesenangannya yang sebenarnya bukan terletak dalam
persatuan dengan materi tetapi dalam melepaskan diri dari materi8•
13
Sedangkan pengertian Rohani di dalam kamus sinonim Bahasa Indonesia
disebutkan dengan kata batin, spiritual, kejiwaan. Mahrnud Yunus menyebutkan
rohani adalah suatu kondisi kejiwaan seseorang dimana terbentuk hubungan
dalam budi pekerti seseorang serta melalui hubungan manusia sesuai dengan
ajaran agama yang dianutnya.
Rohani manusia memiliki unsur daya, kemampuan pikir, merasakan atau
menghayati dan kehendak atau hawa nafsu, serta juga akal. Menurut Aunur
Rahim Faqih, kemampuan ini merupakan sisi lain kemampuan fundamental
potensi untuk: "(1) mengetahui (mendengar), (2) memperhatikan atau
menganalisis (melihat; dengan bantuan ataudukungan pikiran), dan (3)
menghayati (bati atau af'idah, dengan dukungan kalbu dengan akal)".9
Sedangkan pengertian Islam berarti berserah diri kepada Allah. Hal ini
dipertegas oleh finnan Allah sebagai berikut :
.".. .... .".. .".. 0 /. 0 .... .".. . " . . . , .".. ....
セャj
セセj
セj「
オpセGZj|j
オ|セ|
J:;:
セイ
セj
Pセ
4tI\
jセ
セイ
,... " . " . . " . , . . " . . . " . .
(A'" :
P|セ
Ji)
0:';';'"J
Artinya : "Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah,
padahal kepada-Nyalah berserah diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allah-Iah
mereka dikembalikan" (Q.S. Ali Irnran : 83). .
Mohammad Daud Ali, dalam bukunya "Pendidikan Agama Islam"
mengartikannya sebagai berikut: "Islam berarti ketundukan, ketaatan, kepatuhan
(kepada kehendak Allah) berasal dari kata salam, yang berarti sejahtera, tidak
tercela, tidak bercacat. Dari akar kata itu juga terbentuk kata-kata salm, silm yang
berati kedamaian, kepatuhan, penyerahan (diri)".10
Sedangkan pengertian Islam menurut Altaf Gauhar, ialah pemasrahan diri
yang sempurna kepada Allah dan keyakinan yang terus menerus kepada wahyu
Allah yang telah disampaikan melalui Nabi Muhammad SAW. Di sisi lain Islam
juga dapat berarti way of life, peraturan yang bersifat integral, yang mengatur
hidup dan kehidupan manusia dan menjadi dasar akhlak yang mulia, YaJ1g dibawa
oleh nabi Muhammad SAW Ufltuk disampaikan kepada umat manusia.11
Dalam buku Ensiklopedi Islam disebutkan bahwasannya kata Islam yang
berasal dari kata aslama,yuslimu, Islam, mempunyai beberapa arti yaitu : 1.
melepaskan diri dari segala penyakit lahir dan batin, 2. kedamaian dan keamanan,
dan 3. ketaatan dan kepatuhan.12
Dalam pandangan Islam, bahwa manusia pada hakikatnya adalah sebagai
hamba Allah yang harus mengabdikan diri kepada-Nya setiap saat, sebagai wujud
keimanannya. Oleh karenanya dasar atau pokok ajaran Islam adalah tentang
keimanan yang harus diyakini oleh setiap muslim.
10 Muhammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2002), Cel. Ke-4, h. 49
IIAltaf Gaur,Tantangan Islam,(Bandung: Pustaka, 1983), Cet. Ke-3, h. 2
12 Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam, (Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van
15
Dari penjabaran di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa Islam adalah
agama perdamaian yang selalu membawa manusia kearah yang lebih baik
sehingga dapat menciptakan generasi muda yang selalu taat dan tunduk terhadap
ajarannya. Pada hakekatnya manusia sebagai hamba Allah yang harns patuh dan
taat sehingga dapat mengabdikan dirinya kepada-Nya.
Hal pertama yang dituntut Islam dari seorang muslim adalah keimanan yang sebenar-benarnya kepada Allah SWT., hubungan yang erat dengan-Nya,
zikir kepada-Nya, yang tidak putus-putusnya, serta bertawakkal kepada-Nya
senantiasa memohon pertolongan dari-Nya dan merasa bahwa dirinya selalu
membutuhkan kekuatan, bantuan dan dukungan-Nya, meskipun dirinya telah
memiliki semuanya.
Untuk menanarnkan sikap keimanan seorang muslim perlu diberikan
bimbingan secara terns-meneros, sehingga meraka benar-benar menjadi mukmin
yang hidup hatinya, mukmin yang pandangannya selalu terbuka, perhatiannya
selalu tertuju kepada Allah kepada ciptaan Allah dengan keyakinan bahwa
kekuasaan Allah-Iah yang menjalankan alam jagat raya ini serta yang mengatur
kehidupan manusia.
Pembinaan kualitas keimanan seorang muslim meliputi pembinaan seluruh
aspek manusia secara komprehensif, yaitu jasmaniyah, rohaniyah dan akalnya,
agar tetap berada pada tingkat keadaan yang normal, sehingga dapat menjalankan
Dr. Zakiyah Daradjat mengemukakan bahwa agama adalah kebutuhan
jiwa (psykis) manusia, yang akan mengatur dan mengendalikan sikap, pandangan
hidup, kelakuan, dan cara menghadapi tiap-tiap masalah. Karena pentingnya
masalah adalah pembangunan mental, maka pendidikan agama harus
dilaksanakan secara intensif.13
Untuk memperkokoh keimanan dan ketakwaan secara kaffah
(menyeluruh) setiap muslim perlu mendapatkan pembinaan secara serentak di
semua bidang tidak hanya di keluarga melalui orang tua, dimasyarakat melalui
tokoh-tokoh masyarakat, dan di sekolah melaui guru tetapi dapat juga melalui
sarana-sarana yang dapat dijadikan wadah untuk pembinaan keagamaan; Hal itu
dapat diperoleh melalui organisasi-organisasi ekstrakurikuler dalam bidang
keagamaan yang terdapat di sekolah sebagai pusat pendidikan.
Dalam pendidikan semua pasti menginginkan siswa-siswi memiliki bobot
ilmu dan iman yang sarna atau memiliki daya pikir dan zikir yang seimbang dan
sejalan. Untuk itu sarana peribadatan sangat diperlukan dalam rangka membina
ketaqwaan dan peribadatan siswa. Sebab, pertemuan satu jam mata pelajaran
agama yang dilaksanakan di dalam kelas belumlah cukup, karena itu, djbutuhkan
kegiatan keagamaan yakni diskusi dan lain sebagainya, di luar jam mata pelajaran
13Zakiyah Daradjat, Pendidikan Agama Dalam Pembinaan Mental, (Jakarta: Bulan Bintang,
yang ada. Dibutuhkan juga kreatifitas dalam menggalakkan kegiatan agama dari
kelompok keeil sampai kegiatan yang bersifat massal.14
Dalam mencapai tujuan Pendidikan Agama Islam yang kaffah dapat
ditempuh melalui pendekatan, sarana dan mekanisme yang fleksibel. Tidak harus
seeara formal dibangku sekolah. Hal itu dapat ditempuh melalui berbagai asosiasi
dan organisasi yang ada di sekolah baik intra maupun ekstra, salah satunya adalah
dengan diselenggarakannya kegiatan Bimbingan Rohani Islam (ROHIS).
Menurut Hallen A dalam bukunya "Bimbingan dan Konseling Islam"
bahwa: "Bimbingan Islam adalah proses pemberian bantuan yang terarah,
kontinu, dan sistematis kepada setiap individu agar dapat mengembangkan
potensi atau fitrah beragama yang dimilikinya seeara optimal dengan cara
mengintemalisasikan nilai-nilai yang terkandung di dalam aiセqオイG。ョ dan Hadits
Rasulullah dalam did, sehingga ia dapat hidup selaras dan sesuai dengan tuntutan
AI-Qur'an dan Hadits. Untuk mengembangkan potensi atau fitrah tersebut, Allah
SWT melengkapi manusia dengan sarana atau alat yakni pendengaran,
penglihatan, dan hati.15
Dengan demikian bimbingan rohani Islam merupakan proses bimbingan
sebagaimana kegiatan bimbingan lainnya terhadap individu agar kemampuan
rohaniahnya selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga dapat
mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
14 Tim Kerja Pembinaan Mental Pelajar DKI Jakarta, Buku Pedoman Pembinaan
ROHI8-0818,(Jakarta: Aries Lima, 1994), Cet. Ke-l, h. 18
2. Dasar dan Tujuan Robis
a. Dasar Diselenggarakannya Robis
Dasar pemikiran diselenggarakannya Rohis adalah remaja merupakan
generasi penerus yang sangat dibutuhkan dalam melanjutkan pembangunan.
Masa remaja adalah masa transisi yang penuh gejolak, oleh karena itu
diperlukan suatu wadah yang dapat membina mental spiritual agar jangan
mudah goyah. Kemajuan teknologi yang berkembang begitu cepat dapat
memberikan kemudahan dan kesenangan hidup belum tentu dapat menjamin
kebahagiaan hidup baik dalam keluarga maupun masyarakat juga di akhirat
nanti
Di lain pihak banyak siswa yang kehilangan motivasi belajar, nilai
moral menjadi kabur, keagamaan menuru.n, bahkan ada yang tidak
mengindahkan ketentuan agama. Dalam rangka mengurangi dampak negatif
dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi diperlukan キ。、セ untuk
membimbing dan membina siswa atau remaja kearah
pengalaman-pengalaman ketakwaan secara riel, baik secara individual maupun secara
kelompok. 8udah tentu ditentukan kerjasama dari tiga lingkungan yaitu
lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat selain itu sarana dan prasarana
yang memadai.
Mengingat pentingnya pembinaan mental bagi remaja, maka 0818
8MA Budi Mulia Ciledug mengadakan kegiatan ekstrakurikuler dibidang
para remaja. Dan sebagai sarana pengayaan altematif bagi para pelajar untuk
memperoleh Pendidikan Agama Islam dalam rangka mencapai Tujuan
Pendidikan Agama Islam di sekolah.
Selain itu bahwa dasar diselenggarakannya Roms yang terdapat di
SMA Budi Mulia bersandar pada visi dan misi Yayasan Budi Mulia yaitu:
a. Visi:
Mewujudkan pendidikan yang berakhlak, berdaya saing, unggul dalarn
ー・ョァオセ。。ョ ilmu pengetahuan dan teknologi.
b. Misi:
1. Meningkatkan kualitas keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan
yang Maha Esa.
2. Mewujudkan pendidikan yang unggul berkualitas dan berdaya
samg.
3. Mewujudkan SDM yang berakhlak mulia, cerdas, sehat, kreatif,
inovatif, disiplin, bertanggung jawab, terampil, serta unggul dalam
penguasaan Ilmu pengetahuan dan teknologil6
Rohis SMA Budi Mulia Ciledug ll},erupakan salah satu organisasi
-;.
ekstrakurikuler di bawah OSIS , merupakan suatu wadah pembinaan siswa
yang beragarna Islam dalam rangka kegiatan yang terarah meningkatkan mutu
keimanan dan ketakwaan dengan cara pendalaman terhadap ajaran Islam
dengan segala variasi.
Oleh karenanya untuk kemajuan bimbingan rohani Islam perlu adanya
ketrampilan dan kemampuan yang kuat sehingga mampu mengelolanya
dengan baik dan benar dan tetap berjalan sesuai dengan harapan masa depan
sehingga mendapatkan Pendidikan Agama yang maksimal.
b. Tujuan Rohis
Pendidikan agama merupakan produk pembinaan budi pekerti
(akhlakul karimah) dipandang periu menemukan bentuk dan pola baru,
sehingga melahirkan pemahaman yang rinei tentang nilai-nilai moral dan
dapat menampilkan sikap dan perilaku yang sopan santun, kasih sayang, jujur,
suka menolong,「・セ、ゥウゥーャゥョL beretos kerja dan sebagainya.
Sedangkan tujuan Pendidikan Agama Islam pada sekolah umum ialah
untuk meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan
peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang
beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT. serta berakhlak mulia dalam
kehidupan pribadi, bennasyarakat dan bemegara.17
Secara garis besar tujuan bimbingan Islam menurut Aunur Rahim
Faqih, dibagi menjadi dua; tujuan secara umum dan tujuan secara khusus, sebagaimana berikut:
1. Tujuan Dmum
Membantu individu guna mewujudkan dirinya sebagai manusia seutuhnya
agar mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.
2. Tujuan Khusus
a. Membantu individu agar tidak menghadapi masalah
b. Membantu individu mengatasi masalah yang sedang dihadapinya.
c. Membantu individu memelihara dan mengembangkan situasi dan
kondisi yang lebih baik atau yang telah baik agar tetap baik atau
menjadi lebih baik, sehingga tidak akan menjadi sumber masalah lagi
bagi dirinya dan orang lain.Is
Dengan demikian, tujuan bimbingan rohani Islam adalah untuk
menghindari masalah-masalah gangguan mental spiritual, serta mampu
mengatasinya dengan nilai-niIai atau ajaran-ajaran agama yang telah
mendasari kehidupannya secara pribadi, sehingga diharapkan dapat membawa
kebahagiaan hidup didunia maupun diakhirat.
3. Rohis Sebagai Sarana Pengayaan
Sarana merupakan segala sesuatu yang dipakai sebagai alat dalam
mencapai maksud dan tujuan.I9
18Aunur Rahim Faqih,Op.Cit. h.38
19 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, (Jakarta: Balai
Pengertian sarana pendidikan menurut tim penyusun Pedoman Sarana
Pendidikan mempunyai dua pengertian. yaitu secara umum dan Khusus.
Pengertian sarana secara umum adalah semua fasilitas yang menunjang proses
pencapaian tujuan pendidikan, termasuk kurikulum. benda dan biaya. Sedangkan
pengertian sarana secara khusus adalah semua benda bergerak maupun tidak
bergerak yang digunakan dalam proses belajar mengajar agar pencapaian tujuan
pendidikan dapat beIjalan dengan lancar, teratur, efisien. dan efektif.20
Dalam buku pedoman pembakuan bangunan, perabot dan media
pendidikan, yang dilakukan oleh departemen pendidikan dan kebudayaan
dijelaskan bahwa: "sarana Pendidikan adalah segala fasilitas baik bergerak
maupun tidak yang menunjang proses belajar mengajar, sehingga tujuan
pendidikan dapat tercapai secara efektif dan efisien.21
Di dalam kamus besar Bahasa Indonesia sarana adalah segaia sesuatu
yang dapat dipakai sebagai alat dalam mencapai maksud atau tujuan.22
Sedangkan pengayaan adalah proses, cara, perbuatan mengayakan,
memperkaya, memperbanyak pengetahuan dan lain-lain.23 Kegiatan pengayaan
berarti kegiatan yang diberikan pada siswa di Iuar jam pelajaran formal. Di
20 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Informasi Pembakuan sarana Pendidikan,
(Jakarta: Proyek Pembakuan Sarana Pendidikan, 1990), h. 5
21 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Buku Pedoman Pembakuan Bangunan Perabot
Sekolah dan Media Pendidikan,(Jakarta: Proyek Pembakuan sarana pendidikan, 1976), h.l
22Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,Op. Cit.,h. 784
harapkan siswa tersebut menjadi lebih kaya pengetahuan dan keterampilannya
atau lebih mendalami bahan pelajaran yang sedang mereka pelajari.24
Tujuan kegiatan pengayaan adalah agar siswa dapat menguasai bahan
pelajaran secara optimal. Kegiatan pengayaan hams mempunyai nilai material
(menambah pengetahuan), nilai formal (membentuk pribadi), dan nilai praktis
(dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari).
Namun dalam praktek Pendidikan Islam kadang kala menjumpai kesulitan
dan belum mencukupi untuk Pendidikan Agama Islam. Kalau aspek kognitif dan
psikomotor mungkin dapat seluruhnya dipergunakan, tetapi aspek afektif lah yang
dirasakan masih menemui kesulitan, karena sulit dijelaskan urutan pengajarannya
dalam kegiatan pendidikan. Untuk itu perIu dilakukan pembinaan yang serentak
di semua bidang yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat. Dan untuk lebih
menitikberatkan pada aspek afektif yang seimbang dengan segi kognitif, maka
pendidikan Islam juga memadukan secara harroonis pendidikan formal,
nonformal dan informal.25
Salah satunya dengan diselenggarakannya kegiatan ekstrakurikuler dalam
dunia persekolahan ditujukan untuk menggali dan memotivasi siswa dalam
bidang tertentu. Kegiatan itu pun hams ditujukan untuk membangkitkan
semangat, dinamika, dan optimisme siswa sehingga mereka mencintai sekolahnya
24Suharsimi Arikunto, Pengelolaan Kelas dan Siswa,(Jakarta:Rajawali Press, 1988), h. 36.
2SMuslih Usa,Pendidikan Islam di Indonesia, (Yogyakarta: PT Tiara Wacana Yogya, 1991),
dan menyadari poslsmya di tengah-tengah masyarakat.26 Seperti dengan
diselenggarakannya organisasi Roms di sekolah-sekolah.
Sesuai dengan pemyataan di atas Rohis merupakan kegiatan
ekstrakurikuler dalam bidang keagamaan, yang menyelenggarakan sejumlah
program kegiatan yang ditujukan untuk menggali potensi-potensi keagamaan
yang dimiliki seseorang, khususnya pelajar. Program kegiatan yang telah
dirumuskan dalam program kerja tersebut dilaksanakan secara berkala dan terus
menerus, di luar jam pelajaran sekolah.
B. Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Sebelum sampai kepada pembahasan tentang pengertian pendidikan
Agama Islam, terlebih dahulu penulis akan mengemukakan pendidikan secara
umum serta pengaruhnya terhadap perkembangan yang terjadi pada diri manusia.
Hal ini penulis pandang perlu untuk diungkapkan sebagai bahan pemikiran dan titik tolak pembahasan tentang pengertian Pendidikan Agama Islam.
Oalam bahasa Indonesia kata pendidikan terdiri dari kata yang mendapat
awalan
pe-
dan akhiran-an.
Kata tersebut sebagaimana dijelaskan kamus umumbahasa Indonesia adalah perbuatan (hal, cara) mendidik.27 Sedangkan dalam
26Abdurrahman An-Nahlawi, Pendidikan Islam di Rumah; Sekolah dan Masyarakat, (Jakarta:
Gema Insani Press, 1995), Cet. Ke-l, h. 187
bahasa Inggris kata pendidikan disebut "education" dengan kata kerja "educate"
yang berarti "mendidik,,?8 Adapun kata pendidikan dalam bahasa Arab
BセjゥB、・ョァ。ョ kata kelja エQセjB berarti mengasuh, mendidik, dan memelihara.29
Sedangkan menurut Abdurrahman AI-Bani yang dikutip oleh
Abdurrahman An-Nahlawi bahwa dalam pendidikan tercakup tiga unsur yaitu:
a. Menjaga dan memelihara anak.
b. Mengembangkan bakat dan potensi anak sesuai dengan kekhasan
masing-masing.
c. Mengarahkan potensi dan bakat agar mencapai kebaikan dan
kesempurnaan yang seliruhnya dilakukan secara bertahap.30
Menurut Ngalim Purwanto, pendidikan adalah segala usaha orang dewasa
dalam pergaulannya dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani
dan rohaninya ke arah kedewasaan.31
Hakikat pendidikan yaitu proses bimbingan dan pembinaan terhadap jiwa
dan raga manusia di dalam pertumbuhan dan perkembangannya, untuk mencapai
suatu tujuan hidup yang diharapkan. Dalam hal ini para ahli pendidikan
berpendapat menurut definisi masing-masing.
セ.
28 John M. Echol dan Hasan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia,
1997), Cet. Ke-XXIV, h. 207
29Mahmud Yunus,Kamus Arab-Indonesia,(Jakarta: PT. Hidakarya Agung, 1989), h. 137 30Abdurrahman An-Nah1awi, Op.Cit,h.21
31 Ngalim Purwanto, Jlmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: PT. Remaja Rosda
Menurut Ahmad D. Marimba: "Pendidikan adalah segala usaha atau
pembinaan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan
rohani terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang mulia".32
Sedangkan dalam bahasa Arab kata yang biasa digunakan untuk
pengertian pendidikan adalah Tarbiyah. Sesuai dengan firman Allah sセt dalam
AI-Qur'an :
Artinya: "Dan ucapkanlah: "Wahai tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku di waktu kecil. (QS AI-Isra :24)
Dari beberapa definisi yang dikemukakan oleh para aWi pendidikan
tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah proses yang
dilakukan dan diusahakan secara sadar dan disengaja'dari orang dewasa atau
pendidik kepada anak didik, untuk membina dan memimpin perkembangan
jasmani dan rohaninya ke arah kedewasaan dan terbentuknya kepribadian utama
dan mulia sesuai dengan nilai-nilai dan budaya yang ada di masyarakat, agar
kelak dapat hidup secara wajar sebagai diri pribadi dan sebagai anggota
masyarakat.
William We. Gueken S.J, berpendapat bahwa: " Pendidikan diartikan sebagai suatu perkembangan dan kelengkapan dari kemampuan-kemampuan
32Ahmad D. Marimba, Penganlar Filsafal Pendidikan Is/am, (Bandung: Al-Ma'arif, 1989),
27
manusia, baik moral, intelektual maupun jasmani yang diorganisasikan, dengan atau untuk kepentingan individual atau sosial dan diarahkan kepada kegiatan-kegiatan yang besatu dengan penciptanya sebagai tujuan akhimya.,,33
Dalam hubungan dengan pengertian di atas, maka peran pendidikan membawa manusia secara lahir dan batin kepada suatu kehidupan bahagia dan sejahtera di dunia dan akhirat. dalam konteks pengertian ini, Islam memiliki konsep pendidikan yaitu: "Suatu pendidikan yang mencakup seluruh aspek kehidupan yang dibutuhkan hamba Allah".34
Dari beberapa pengertian pendidikan ケ。ョセ telah dikemukakan oleh para ahli pendidikan tersebut di atas, maka penulis memberi kesimpulan bahwa pendidikan terdapat unsur usaha yang disengaja dari orang dewasa atau pendidik kepada anak didik, untuk membina dan memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah kedewasaan dan terbentuknya kepribadian utama dan mulia sesuai dengan nitai-nilai dan budaya yang ada di masyarakat, agar kelak dapat hidup secara wajar sebagai diri pribadi dan sebagai anggota masyarakat serta menyiapkan peserta didik untuk mencapai kedewasaan melalui bimbingan, pengajaran dan latihan.
Sedangkan mengenai pendidikan Islam, Zakiyah Daradjat mengemukakan sebagai berikut: "Secara umum dapat kita katakan bahwa pendidikan Islam itu adalah pembentukan kepribadian muslim".35
"Menurut Drs. Nasir Salihun, Pendidikan Agama Islam adalah suatu yang sistematis dan pragmatis dalam membimbing anak didik yang beragama Islam dengan cara yang sedemikian, sehingga ajaran-ajaran agama Islam itu benar-benar dapat menjiwai, menjadi bagian integral dalam pribadinya, dimana ajaran Islam itu benar-bemar dipahanli, diyakini kebenarannya, diamalkan
menjadi pedoman llidupnya, menjadi pengontrol terhadap perbuatan,
pemikiran dan sikap mentalnya.,,36 .
Dari definisi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa Pendidikan Agama
Islam adalah usaha sadar untuk membina generasi anak dari orang dewasakepada
peserta didik untuk mencapai pendidikan ajaran-ajaran agama Islam untuk dapat
menjiwai dan memahami agar dapat menjadi petunjuk dalam kehidupannya,
sehingga secara lahir dan batin kepada suatu kehidupan bahagia dan sejahtera di
dunia dan akhirat
2. Dasar dan Tujuan Pendidikan Agama Islam
a. Dasar Pendidikan Agama Islam
Dasar-dasar Pendidikan Islam dijelaskan AI-Taumy: "Islam adalah
sumber azasi dari mana masyarakat mengambil falsafah pendidikan,
tujuan-tujuan, dasar-dasar.37
Sedangkan aィュセ、 D. Marimba mengemukakan: "AI-Qur'an
mencakup segala masalah baik yang mengenai peribadatan maupun mengenai
36 H. A. Nasir Salihun, Peranan Pendidikan Agama Islam terhadap Pemecahan Problem
Remaja, (Jakarta: Kalam Mulia, 1999), h. 11-12
37Omar Muhammad At-Taumy, Filsafat Pendidikan Islam, Terjemaham Hasan Langgulung,
kemasyarakatan. Kegiatan berupa pendidikan ini banyak sekali mendapat
tuntunan yangjelas di dalam AI_Qur'an,,38
Dari beberapa pemyataan di atas dapat dikatakan bahwa landasan
Pendidikan Agarna Islam didasarkan pada landasan ajaran Islam itu sendiri,
yaitu Qur'an dan Hadits. Landasan Pendidikan Agama Islam berupa
AI-Qur'an dan Hadits memiliki muatan dan nilai-nilai yang sangat kaya untuk
digali serta menjadikanya pijakan dalam merealisasikan tujuan pendidikan
dalam Islam. Berikut ini dikemukakan ayat-ayat dan Hadits yang memberikan
penegasan terhadap pentingnya Pendidikan Agama Islam bagi umatnya.
Firman Allah, surat An-Nahl :125,
Artinya: "Serulah (manusia) kepada jalan tuhamu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tenta;ig siapa yang tersesat dad jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui
orang-orang yang mendapat petunjuk."CQS An-Nahl: 125).
AI-Qur'an sebagai dasar utama hidup muslim telah banyak
memberikan dalil, pedoman serta isyarat dalam menunjukkan betapa
30
pentingnya ilmu pengetahuan serta bagaimana melakukan pendidikan dan
pembinaan umat manusia. Sebagaimana Firman Allah:
;J> セ __
I:;T
セセi
セ| セB[
(\ \ :
セセセ|I
p;.:.
,.. Artinya: "Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu
dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah maha mengetahui apa yang kamu kerjakan." (QS. AI-Mujadilah: 11).
Nabi bersabda:
, J セ "" '" til \ ' " セセBB -"" A. .., ./
Jfi
セI
セ
セi セ
セi jセj
0i
J\j
セ
セi セj
0:;;
セゥ
d-,.. , . . , . .
...-:: 0 / セ r ,A."" 0 0 セNNL ,
WI
Jl
セ^
セ
4U\
セ
セ
¥
セ
セ^
セ
セ
. / ..,,,,, .., ,..
Artinya: "Dari Abu Hurairah R.A. berkata: Rasulullah SAW bersabd: siapa yang berja/an di suatu ja/an untuk menuntut ilmu pengetahuan, Allah akan memudahkan baginyajalan ke surga".(H.R.Mw>lim)39
Ayat-ayat AI-Qur'an dan Hadits Nabi SAW, tersebut di atas adalah
sebagai landasan religius yang mendorong kiprah umat Islam ke dalam suatu
karya nyata di bidang pendidikan. Landasan ini juga memberikan motivasi
yang kuat, bahwa usaha-usaha mencerdaskan kehidupan manusia bukan hanya
sekedar untuk menunjukan eksistensi manusia di dalam kehidupan dunia
semata, tetapi lebih dad itu, bahwa オウ。ィ。セオウ。ィ。 mencerdaskan kehidupan
manusia adalah sebagai bukti pengabdian did kepada Allah SWT.
Dalam hubungan kehidupan bermasyarakat dan bemegara mI,
operasional Pendidikan Agama Islam berada di dalam kerangka aturan itu dan
sekaligus memberikan legalitas Pendidikan Agama Islam sebagai bagian dari
pendidikan nasional. Sebagai konsekwensi logisnya, operasional Pendidikan
Agama Islam di samping mengacu pada landasan religius yaitu AI-Qur'an dan
Hadits juga mengacu pada fungsi dan tujuan pendidikan nasional, yaitu
Undang-Undang RI, No. 20 tahun 2003 pasal 3 yaitu:
"Pendidikan Nasional berfungsi rnengernbangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi waga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.40 .
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dasar Pendidikan Agama
Islam didasarkan pada landasan ajaran Islam itu sendiri, yaitu AI-Qur'an dan
Hadits. Landasan Pendidikan Agama Islam berupa AI-Qur' an dan Hadits
memiliki muatan dan nilai-nilai yang sangat kaya untuk digali serta
rnenjadikanya pijakan dalam merealisasikan tujuan pendidikan dalam Islam.
C. Tujuan Pendidikan Agama Islam
Setiap kegiatan yang dilakukan manusia pasti mempunyai tujuan yang
hendak dicapai. Secara urnurn yang dimaksud dengan tujuan adalah, suatu yang
diharapkan tercapai setelah sesuatu usaha atau kegiatan selesai.
Ada beberapa pendapat dalam menetapkan tentang tujuan pendidikan
Islam, sebagai berikut:
1. Abdurrahman An-Nahlawi mengemukakan tujuan pendidikan Islam adalah
merealisasikan penghambaan kepada Allah dalam kehidupan manusia, baik
secara individu maupun secara sosia1.41
2. Drs. Abdurrahman Shaleh, tujuan Pendidikan Agama Islam ialah memberikan
bantuan kepada manusia yang belum dewasa, supaya cakap menyelesaikan
tugas hidupnya yang diridhai Allah SWT. Sehingga terjalinlah kebahagiaan
dunia dan akhirat at;as kuasanya sendiri.42
Secara umum Pendidikan Agama Islam bertujuan untuk meningkatkan
keimanan, pemaharnan, penghayatan, dan pengamalan peserta didik tentang
Agama Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertaqwa
kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pibadi, bermasyarakat,
berbangsa, bemegara (OBPP PAl, 1994).
Dalarn rumusan tujuan PAI tersebut mengandung pengertian bahwa proses
Pendidikan Agama Islam yang dilalui dan dialami siswa di sekolah dirriUlai dari
tahapan sebagai berikut:
41Abdurrahman An·Nahlawi,Gp.Cit.,h. 117
42Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati,Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), Cet. Ke-I,
33
a. Kognisi, yakni pengetahuan dan pemahaman siswa terhadap ajaran dan nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran Islam.
b. Afeksi, yakni terjadinya proses internalisasi ajaran dan nilai agama ke dalam
diri pribadi siswa, dalama arti menghayati dan meyakini ajaran danョゥャ。ゥMョゥャセ
yang terkandung dalam ajaran Islam setelah mengetahui dan memahami ajaran dan nilai agama Islam.
c. Psikomotor, melalui tahapan afeksi tersebut diharapkan dapat tumbuh motivasi dalam diri siswa dan tergerak untuk mengamalkan ajaran dan
nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari.43
Al- Taumy mengemukakan sebagai berikut:
"Ciri-ciri tujuan Pendidikan Islam yang paling menonjol adalah sifatnya yang bercorak agama dan akhlak, sifat keseluruhannya yang mencakup segala aspek pribadi pelajar dan semua aspek perkembangan dalam masyarakat. Sifat berimbang pada penumpuhannya dijelaskan tidak adanya pertentangan diantara unsur-unsurnya dan antara cara-cara pelaksanaannya, sifat ralistis dan dapat dilaksanakan penekanan pada perubahan yang dikehendaki pada tingkah laku pada kehidupan.',44
Manusia terdiri dad jasmani dan rohani yang keduanya memiliki potensi.
Maka Pendidikan Agama Islam mengembangkan potensi itu agar berjalan secara
seimbang menuju terbentuknya pribadi yang bertakwa kepada Allah SWT.45
Ketakwaan dalam Islam tidak hanya terpenuhinya rohaniah semata, tetapi juga
kesempurnaan hidup duniawi. Sebagaimana ditegaskan dalam AI-Quran surat
Al-Qashash ayat 77:
, '! J. ,. , 0 . . . . : A.
W
セiェ
t;:UI
0-: ;::.(:;;
セ
'1j
ッセセQ
セiZu|
セi
Ajャ[i|ZセZ
f l j
". 0 0.セ 0 セ J " セ セ 0 't 0 • , . , . ... 0 0 " . ' ,. , 0'" ' \ , , . 0 '!
セj
...Q411セ
'1 <\.UI
Pセ
セNjGQQ
:J
セui
セ
'1
J
セャ
<\.U\
セi
{VV
11:
セiス
43Muhaimin .Op. cit., h. 79
44Omar Muhammad Al- Taumy,Op. Cit.,h. 436
34
Artinya: "Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat dan janganlah kamu melupakan kebahagiaan dari (kenikmatan) dunia dqn berbuat baiklah kepada orang lain sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan". (Q.S. AI-Qashash : 77).
Sedangkan tujuan operasional Pendidikan Agama Islam sebagai bagian
dari sistem Pendidikan Nasional, sebagaimana dirumuskan dalam kurikulum
Pendidikan Agama Islam sebagai berikut: "Pendidikan Agama Islam bertujuan
meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan muslim yang beriman dan
bertakwa kepada Allah SWT, serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi,
bermasyarakat, berbangsa, dan bemegara".
Dari tujuan yang dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa
pendidikan Agama Islam bertujuan mencetak pribadi-pribadi muslim yang
beriman, berakhlak, berilmu, dan bertakwa, selaras dan seimbang baik kepada .
Allah SWT. Sebagai pencipta ataupun kepada sesama manusia dan alam sekitar,
sehingga cita-cita insan kamil dapat terwujud.
D. Ruang Lingkup dan Problematika Pendidikan Agama Islam
1. Ruang Lingkup PAI
Pendidikan Agama Islam adalah pendidikan manusia seutuhnya, yaitu
pendidikan yang dapat membina selwuh aspek kehidupan manusia baik jasmani
dan rohani agar anak dapat menjalankan fungsi kehidupannya secara wajar
l--:::----..
セᄋ]ᄋMZMᄋセセᄋセ ...セ.._"e'. . . .ᄋセGNZᄋLLZMNセᄋZBB|N。ᄋᄋセ|ᄋエイセセG[ャNiNᄋセ ...ᄋセ ..;:.,,;;..·,;•._ .", \ (0)
エAセゥセJZᆬセスL[GセセZセセセセiL
uZZセセセセセ[ャセ
,'-H,35
dengan pribadinya, masyarakat/lingkoogan maupoo dalam huboogannya dengan
AllahSWT.
Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam yang terdapat dalam
kurikulum/GBPP Sekolah Menengah Dmwn mata pelajaran Pendidikan Agama
Islam meliputi keselarasan dan keseimbangan antara:
a. Huboogan manusia dengan Allah SWT
b. Huboogan manusia dengan sesama manusia
c. Huboogan manusia dengan dirinya sendiri
d. Huboogan manusia dengan makhluk lain dan lingkoogalUlya46
Huboogan manusia dengan Allah adalah huboogan vertikal antara
makhluk dengan khaliknya yang merupakan prioritas pertama dalam Pendidikan
Agama Islam.
Huboogan manusia dengan sesama manusia adalah huboogan horizontal
dalam kehidupan bermasyarakat, karena pada dasamya seseorang tidak dapat
hidup tanpa orang lain.
Hubungan manusia dengan dirinya sendiri adalah hubungan manusia
dengan makhluk individu yang membutuhkan perhatian bagi dirinya sendiri
sepelti sandang, pangan, papan, dan kesehatan.
Huboogan manusia dengan alam dan lingkungannya adalah huboogan
manusia sebagai khalifah Allah di muka bumi ootuk mengatur, memanfaatkan
serta mengolah alam dan lingkoogan seCara optimal dan benar.
36
Berdasarkan ruang lingkup Pendidikan Agama Islam di atas, maka bahan
atau materi Pendidikan Agama Islam meliputi tujuh unsur pokok, yaitu:
1. Keimanan
2. Ibadah
3. aQセqオイ。ョ
4. Akhlak
5. Muamalah
6. Syari'ah
7. Tarikh
Materi Pendidikan Agama Islam adalah segala sesuatu yang hendak
diberikan kepada peserta didik untuk menghayati serta diarahkan dalam proses
kegiatan pendidikan untuk mencapai tujuan Pendidikan Agama Islam. Menurut
Zuhairini dkk, bahwa inti ajaran pokok Islam meliputi masalah keimanan
(aqidah), masalah keislaman (syari'ah), dan masalah ihsan (akhlak) yang
penjelasannya sebagai berikut:
L Aqidah : Adalah bersifat I'tiqad batin, mengajarkan keesaan Allah, Esa sebagai Tuhan yang mencipta, mengatur dan meniadakan alam
ini.
2. Syari'ah: Adalah berhubungan dengan amal lahir dalam rangka mentaati semua peraturan dan hukum Tuhan, guna mengatur hubungan antara manusia dengan Tuhan dan mengatur pergaulan hidup dan kehidupan manusia.
3. Akhlak Adalah suatu amalan yang bersifat pelengkap, penyempurna bagi
kedua amal di atas dan yang mengajarkan tentang cara pergaulan
hidup manusia.47
47 Zuhairini,et. ai, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Surabaya: Usaha Nasional, 1983),
37
Ketiga pokok ajaran ini kemudian dijabarkan dalam bentuk rukun Iman,
rukun Islam, dan Akhlak, dan dari ketiganya lahirlah beberapa keilmuan agama,
yaitu : Ilmu Tauhid, Ilmu Fiqih, dan Ilmu Akhlak.
Ketiga pokok Pendidikan Agama Islam tersebut sesual dengan surat
Luqman ayat 13, 17, dan 18, yang berbunyi sebagai berikut:
oJ ".. II!. 4J \ ".. vi J } 0J ".. ,- 0
セ Zセ
?W
Ajセ|
01
aゥiセ
!J)J
u
;}4
セ
セj
セu
0L:.AJ
JL;
セセj
(\" : 0la.AJ)
Artinya : "Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia
memberi pelajaran kepadanya :"Wahai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar kedzaUmanyang besar". (Q.S.luqman: 13)
Dapat diambil kesimpulan bahwa ayat di atas menunjukan tentang
keimanan seseorang untuk tidak mempersekutukan Allah, karena barang siapa
yang mempersekutukan Allah termasuk kedzaliman yang amat besar, sehingga
akan melldapatkan pellyesalan di hari kiamat.
01
セセヲ
c
J$-
セij
PI
J-
セ|j ェjOZiセ
セヲj
セー|
セゥ セT
"" "" "" "" ",; "" ; / ""
..
<\V :
PセI
jセセ|
\0;,
セ セセ
"" "" "" ""
Artinya: "Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan
yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang munkar dan bersabarla hadap apa yang menimpa kamu, sesungguhnya yang demikian itu termasuk h tel' hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah)".
(Q.S. Luqman: 17)
Berdasarkan ayat tersebut yang menunjukan tentang keislaman seseorang
karena shalat itu dapat mencegah dari segala perbuatan yang mungkar yang tidak
baik dipandang menurut syari'at Islam dan bersabar ketika ditimpa musibah.
LLセ 0
セIGQ|
AItinya : "Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia karena
sombong danjanganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri".48(Q.S. Luqman: 18) .,.
Kemudian yang terakhir bahwa ayat tersebut menunjukan tentang akhlak,
yang menjelaskan tentang larangan untuk memalingkan muka dari manusia
karena sombong, angkuh yang enggan untuk berinteraksi sesama manusia, karena
pada dasarnya manusia adalah makhluk social yang dapat berinteraksi antar
sesama dan tidak menaruh kebencian dan kesombongan di muka bumi ini.
Berdasarkan uraian di atas sangat jelas bagaimana Islam mendidik
manusia sebagai pribadi yang sempurna, selaras dan serasi dalam menjalin
hubungan yang mengikat sebagai makhluk individu, makhluk sosial, maupun
dalam hubungannya dengan sang pencipta, yaitu Allah SWT. Untuk
menghambakan diri kepada-Nya demi menggapai ridha-Nya.
2. Problematika Pendidikan Agama Islam
Sekolah sebagai pusat pendidikan, tempat anak-anak berinteraksi antar
sesama individu dan guru dalam menjalani masa perkembangannya, memberikan
39
jalan terhadap anak didik untuk mendapatkan pengetahuan dan
pengalaman-pengalaman yang berguna bagi kehidupan diri pribadinya di tengah masyarakat.
Dalam fungsinya menjalankan tugas-tugas pendidikan, khususnya Pendidikan
Agama Islam di sekolah pun terdapat persoalan-persoalan.
Dalam hal ini, A. Tafsir mengemukakan sebagai berikut: "Pendidikan
Agama Islam di sekolah sampai saat ini belum juga memuaskan, dikatakan gagal
mungkin agak keterlaluan. Penyebabnya banyak, antara lain mungkin kurangnya
waktu, yaitu jam pelajaran yang dialokasikan untuk Pendidikan Agama Islam
katanya terlalu sedikit. Sebenarnya alasan ini belum tentu benar, penyebab yang
sesungguhnya amat pelik, rumit".49
Adapun fenomena problematika Pendidikan Agama Islam saat ini antara
lain disebabkan oleh dua faktor yaitu:
1. Faktor Ekstemal antara lain:
Timbulnya sikap orang tua yang kurang menyadari pentingnya
pendidikan agama yang mungkin disebabkan oleh dampak kebutuhan
ekonominya yang mendorong bekerja 20 jam di luar rumah, dan menyerahkan
sepenuhnya kepada sekolah untuk mendidik anaknya yang hanya dua jam per
mmggu.
Situasi lingkungan sekitar sekolah yang beragam bentuknya yang
kurang mendukung.50
49A.Tafsir,Ilmu Pendidikan dalam perspektijIslam, (Bandung: Rernaja Rosda Karya, 1992),
h.23
50 Djarnaluddin Aly & Abdullah Aly, Kapita Selekta Pendidikan Islam. (Bandung:Pustaka----·-セ
Setia, 1999), Cet. Ke-2, h. 18 ⦅NセLMMM ' '\
r--'-- - .'-
NLLLZ[セᄋャゥセャN., \,
2. Faktor Internal antara lain:
a. Guru kurang kompeten untuk menjadi tenaga profesional pendidikan.
b. Penyalahgunaan mamajemen penempatan yang mengalihtugaskan
guru agama ke bagian administrasi, akibatnya pendidikan agama tidak
dilaksanakan seCara pragmatis.
c. Pendekatan metodologi guru masih terpaku kepada orientasi
tradisional sehingga tidak mampu menarik minat murid· pendidikan
agama.
d. Kurangnya persiapan guru agama dalam mengajar.
e. Kurikulum terlalu padat karena terlalu banyak menampung keinginan
tanpa mengarahkan prioritasdan sebagainya.51
Dari apa yang dikemukakan di atas menunjukkan kepada kita betapa
banyak persoalan-persoalan yang dihadapi oleh kita dalam merealisasikan
Pendidikan Agama Islam.
E. Kurikulum
Pada mulanya istilah kurikulum dijumpai dalam dunia statistik pada
zaman Yunani Kuno seperti yang clikutip Nurdin, Berasal dari kata"curir" yang
artinya pelari, dan "curare" yang artinya tempat berpacu atau tempat berlomba.
Sedangkancurriculum mempunyai arti ''jarak'' yang hams ditempuh oleh pelari.
Bila dilihat dalam kamus Webster tahun 1812, yang dikutip Syafruddin Nurdin,
kurikulum ialah a race, a place for running, a chariot.52Maksudnya kurikulum
memiliki dua pengertian ; yakni suatu jarak dalam perlombaan yang harus
ditempuh oleh para pelari, dan juga diartikan sebagai chariot, yaitu semacam
kereta pacu pada zaman dulu untuk membawa seseorang dari awal hingga finis.
Perkembangan selanjutnya, istilah kurikulum dipakai dalam dunia pendidikan dan
pengajaran, sebagaimana temmat dalam Webster Dictionari tabun 1955,
kurikulum didefinisikan sebagai berikut :
"A Course, especially aspecified Fixed course ofstudy, as in a school or
collage, as one leading to a degree.,,53
Definisi ini mengandung makna bahwa kurikulum merupakan sejumlah
mata pelajaran di sekolah atau di akademi yang harus ditempuh oleh siswa untuk
mencapai suatu tingkat atau ijazah.
Dalam surat keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia No. 0209/u/1984 tentang perbaikan kurikulum Sekolab Menengah
Umum Tingkat Atas bagian lampiran dijelaskan tentang pengertian intra,
ko-kurikuler, dan ekstra-kurikuler:
1. Kegiatan Intra-kurikuler dilakukan di sekolah penjatahan waktunya telah
ditentukan dalam struktur program. Maksud kegiatan ini ialah untuk
mencapai tujuan minimal yang perlu dicapai dalam masing-masing mata
52Syafruddin Nurdin,Guru Pro!esiona/ dan lmp/ementasi KlIriku/um, (Jakarta: Ciputat Press,
2003), h. 33
pelajaran.Seperti belajar tambahan diluar jam yang ditentukan, Remedial dan
Enrichman teaching.
2. Kegiatan ko-kulikuler adalah kegiatan diluar jam pelajaran biasa yang
bertujuan agar siswa lebih memperdalam dan lebih menghayati apa yang
dipelajari dalam kegiatan Intra kurikuler.
Kegiatan ko-kurikuler dilaksanakan dalam berbagai bentuk seperti
mempelajari buku-buku tertentu, melakukan penelitian, membuat karangan,
dan kegiatan-kegiatan yang sejenis dengan tujuan untuk lebih
menghayati/memperdalam apa yang telah dipelajari. Hasil kegiatan ini ikvt
menentukan dalam pemberian nilai bagi para siswa.
3. Sedangkan ekstra-kurikuler adalah kegiatan di luar jam pelajaran biasa
(termasuk pada waktu libur) yang dilakukan di sekolah ataupun di luar
sekolah dengan tujuan untuk memperluas pengetahuan siswa mengenai
hubungan antara berbagai mata pelajaran, menyalurkan bakat dan minat serta
melengkapi upaya pembinaan manusia seutuhnya.
Kegiatan mengunjungi obyek-obyek tertentu (gunung, candi, museum dan
sebagainya), drama, pramuka, Palang Merah Remaja, dan kegiatan-kegiatan lain
sejenis dapat dilangsungkan ke dalam kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan ini
dilakukan secara berkala atau hanya dalam waktu-waktu tertentu dan ikut dinilai.
Kalau kita mempelajari definisi kurikulum modem sebenamya kita
mengetahui bahwa kurikulum adalah seluruh pengalaman belajar yang berada di
bawall tanggung jawab sekolah. Dari sisi ini sebenamya tidak perlu dibedakan
43
intern, ko-kurikuler dan ekstrakurikuler semuanya untuk membentuk pribadi si terdidik. Kalau akan dibedakan hanya oleh karena segi pandangan yang berbeda54.
Dari penjabaran di atas dapat disimpulkan bahwa kurikulum merupakan
seluruh pengalaman belajar yang berada di bawah tanggung jawab sekolah yang
harus diikuti dan dilaksanakan oleh para siswa agar memperoleh hasil yang
diharapkan. Kurikulum ini mencakup kegiatan intra kurikuler, ko-kurikuler, dan
ekstra kurikuler. Ketiga jenis kegiatan ini bertujuan untuk membentuk
kepribadian siswa agar lebih matang sehingga dapat terbentuk suatu pribadi yang
unggul.
133
Dalam Pembahasan skripsi ini penulis menggunakan metode penelitian
Lapangan (Field Research), yaitu suatu metode dengan melihat obyeknya secara
langsung.
A. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:
1. Observasi
Observasi adalah : "Alat pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-gejala yang
diselidiki".l Observasi dilakukan dengan mengunjungi SMA Budi Mulia
Ciledug yang diteliti untuk mengamati pelaksanaan Pendidikan Agama Islam
di sekolah tersebut, aktivitas siswa (bentuk kegiatan dan materi yang
diterapkan dalam kegiatan Rohis), serta sarana-sarana pendukung yang
dibutuhkan sebagai data penelitian. 2. Angket
Angket adalah : "Suatu daftar yang berisikan rangkaian pertanyaan
mengenai suatu masalah atau bidang yang akan diteliti".2 Dibagikan kepada
I Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, Metod%gi Penelitian, (Jakarta: PT Bumi Aksara,
2004), Cet. Ke-6, h. 70
2Ibid, h. 83
para siswa guna memperoleh data tentang kegiatan Rohis siswa di SMA Budi
Mulia Ciledug.
3. Wawancara
Wawancara adalah : "Metode pengumpulan data dengan menggunakan
sistematika Tanya jawab secara lisan dimana dua orang atau lebih bertatap
muka mendengarkan secara langsung mengenai infonnasi-infonnasi atau
keterangan".3 dengan jalan mengadakan komunikasi langsung dan tanya
jawab kepada, pembina Rohis, guru Pendidikan Agama Islam serta kepala
sekolah
4. I)opulasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI dan XII (sebelas
dan duabelas) SMA Budi Mulia Ciledug tahun ajaran 2006/2007. Darijumlah
populasi tersebut siswa yang akan dijadikan sebagai sampel adalah 30 orang
yang penulis ambil dari salah satu kelas.
B. Telmik Pengolahan Data
Untuk mengolah data-data yang telah terkumpul dalam penelitian lUI
penulis melakukan langkah-Iangkah sebagai berikut:
1. Editing
Dalam pengolahan data, yang pertama kali harus dilakukan adalah
melakukan edit atau memilih/menyortir data sehingga hanya data yang
46
terpakai saja yang tinggal, sedangkan data yang tidak perlu dan tidak terpakai
disisihkan. Langkah editing ini bennaksud merapihkan data agar bersih, rapih
dan tinggal mengadakan pengoalahan lebih lanjut.
2. Tabulating
Tabulating adalah mentabulasi data jawaban yang telah diberikan ke
dalam bentuk. tabel, selanjutnya dinyatakan dalam bentuk frekuensi dan
prosentase. Untuk menentukan prosentasenya, maka dapat ditempuh dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
P
=
!.-
x
100% V'N
Keterangan: P: Prosentase yang dicari
F : Frekuensi
N : Number of cases4
Kemudian setelah diperoleh hasil prosentase dari penghitungan di atas,
maka seterusnya dicocokkan dengan angka dalam tabel sebagai berikut:
Mセ
No Prosentase Penafsiran
1. 60 % -100 % Sebagian besar
2. 51 %-59% Lebih dari setengahnya
3.
50% Setengahnya4. 40 %-49 % Hampir setengahnya
5. 1 % - 39 % . Sebagian keeil
4Anas Sudjono,Pengantar Statistik Pendidikan. (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005),eet.
47
c.
Teknik Analisa DataDalam menganalisa data yang penulis kumpulkan dari lapangan, penulis
menggunakan teknik deskriptif analisis kualitatif, yaitu menginterpretasikan
data-data yang telah diperoleh dalam bentuk kalimat sederhana dan mudah dipahamLs
Adapun prosedurnya adalah sebagai berikut:
1. Menyusun materi data, yaitu memproses bahan-bahan yang diperoleh selama
berada di lapangan berdasarkan pada data yang ada. Hal ini dilakukan di
samping untuk menghindari terjadinya deviasi pembahasan juga untuk
menjaga agarエオェオセ dari penelitian ini dapat dicapai maksimal.
2. Melakukan analisa dan interpretasi data, yaitu suatu proses pemberian mak