• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Indeks Kepuasan Masyarakat pada Instalasi Gawat Darurat (IGD) di Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan Tahun 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Indeks Kepuasan Masyarakat pada Instalasi Gawat Darurat (IGD) di Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan Tahun 2013"

Copied!
181
0
0

Teks penuh

(1)

TAHUN 2013

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

SKRIPSI

OLEH :

BADRA AL- AUFA

NIM : 109101000066

PEMINATAN MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

TAHUN 2013

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

SKRIPSI

OLEH :

BADRA AL- AUFA

NIM : 109101000066

PEMINATAN MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(3)

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

PEMINATAN MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN Skripsi, April 2013

Badra Al- Aufa, NIM : 109101000066

Gambaran Kualitas dan Kinerja Berdasarkan Indeks Kepuasan Masyarakat Pada Instalasi Gawat Darurat (IGD) di Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan Tahun 2013

xxi + 137 halaman, 7 bagan, 50 tabel, 6 lampiran

ABSTRAK

Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) merupakan data dan informasi tentang tingkat kepuasan masyarakat dalam memperoleh pelayanan dari aparatur penyelenggara pelayanan publik dengan membandingkan antara harapan dan kebutuhan. Sebagai salah satu badan layanan publik, kualitas dan kinerja Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSU Kota Tangsel perlu diketahui sebagai bahan evaluasi dan perbaikan mutu. Sehingga penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kualitas dan kinerja pelayanan pada Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Umum Daerah (RSU) Kota Tangerang Selatan dengan menggunakan analisis Indeks Kepuasan Masyarakat. Penelitian dilakukan secara kuantitatif untuk mengetahui nilai IKM dan secara kualitatif untuk mengetahui masalah dan solusi pada unsur yang memiliki nilai rata-rata dibawah nilai IKM secara keselurhan dalam penyediaan pelayananan di IGD RSU Kota Tangsel. Alat pengumpul data yang digunakan berupa kuesioner dan pedoman wawancara. Dalam penelitian ini digunakan empat belas unsur penilaian sesuai dengan KepMenPAN Nomor 25 Tahun 2004. Berdasarkan hasil penilaian, kesemua unsur telah memiliki nilai IKM yang baik dengan nilai akhir IKM sebesar 72,42. Adapun mutu pelayanan adalah B dengan kinerja unit pelayanan baik. Terdapat beberapa kendala dalam penyediaan pelayanan, antara lain pada unsur prosedur pelayanan, kejelasan petugas, kecepatan petugas, keadilan pelayanan, kepastian jadwal pelayanan, serta kenyamanan lingkungan.

(4)

MAJOR IN PUBLIC HEALTH

DEPARTMENT OF HEALTH CARE MANAGEMENT Thesis, April 2013

Badra Al- Aufa, NIM: 109101000066

Description of Quality and Performance Based on Public Satisfaction Index on Emergency Room’s South Tangerang Hospital

xviii + 137 pages, 6 charts, 55 tables, 5 appendixs

ABSTRACT

Public Satisfaction Index (HPI) is a data and information about the level of public satisfaction in obtaining the services of personnel public service providers by comparing the expectations and needs. As a public service agency, the quality and performance of the ER (emergency room) South Tangerang City Hospitals need to know as an evaluation and quality improvement. Thus this study aims to describe the quality and performance of services in the Emergency Room (ER) Regional General Hospital (Hospital) Tangerang City South by using analysis of Community Satisfaction Index. The study was conducted to determine quantitatively and qualitatively HPI value to determine the problem and solution on the element that has an average value below the value of SMEs as a whole in the provision of public hospital emergency department pelayananan in South Tangerang City. Data collection tool that is used in the form of questionnaires and interview guides. This study used fourteen elements in accordance with the assessment KepMenPAN No. 25 of 2004. Based on the results of the assessment, all the elements have had good value with HPI final score of 72.42. The quality of service is the performance of unit B with good service. There are several obstacles in the provision of services, such as the elements of service procedures, officers clarity, speed officer, justice of services, services schedule, and environmental comfort.

(5)

Judul Skripsi

GAMBARAN KUALITAS DAN KINERJA

BERDASARKAN INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT PADA INSTALASI GAWAT DARURAT (IGD) RUMAH SAKIT UMUM KOTA TANGERANG SELATAN

TAHUN 2013

Diajukan Kepada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

(6)

Skripsi dengan judul GAMBARAN KUALITAS DAN KINERJA

BERDASARKAN INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT PADA INSTALASI

GAWAT DARURAT (IGD) RUMAH SAKIT UMUM KOTA TANGERANG

SELATAN TAHUN 2013 telah diajukan dalam sidang ujian skripsi Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

pada 24 April 2013. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh

gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) pada Program Studi Kesehatan

Masyarakat.

Jakarta, 24 April 2013

(7)

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar strata satu di Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya

atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, April 2013

(8)

RIWAYAT HIDUP

Nama : Badra Al- Aufa

TTL : Lamongan, 22 November 1991

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Perum Griya Satwika (Komp. Telkom) C3/12 Pisangan, Ciputat, Tangerang Selatan

No. HP : +6285645350354

E-mail : badraalaufa@gmail.com

Riwayat Pendidikan :

1. TK Aisyiyah Bustanul Athfal 1995-1997

2. Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah I Kesambi 1997-2003

3. Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) Model Babat 2003-2006

4. Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 2 Lamongan 2006-2009

(9)

Segala puji bagi Allah, Dzat yang Maha Kuasa mencurahkan karunia, kemudahan dan petunjuk-Nya sehingga Skripsi yang berjudul : “Analisis Indeks Kepuasan Masyarakat pada Instalasi Gawat Darurat (IGD) di Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan Tahun 2013” dapat diselesaikan dengan baik. Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak yang telah memberikan dukungan, Penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :

1. Prof. DR. (HC) dr. MK Tadjuddin, Sp. And, selaku dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Febrianti, M.si, selaku ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. dr. HM. Yuli Prapancha Satar, MARS dan M. Farid Hamzens, MSi selaku Pembimbing yang telah membimbing dan mengajarkan nilai-nilai kehidupan akademik sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

4. Direktur RSU Kota Tangerang Selatan yang telah memberikan izin bagi penulis untuk melakukan penelitian di RSU Kota Tangerang Sealtan.

5. Kepala Ruangan serta Staf Instalasi Gawat Darurat RS yang sangat membantu dan berperan aktif dalam pengumpulan data penelitian.

6. Seluruh Dosen dan Staf Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan dan khususnya Program Studi Kesehatan Masyarakat yang telah membantu dalam kelancaran penelitian hingga penyelesaian masa studi.

7. Teman-teman seperjuangan, Kesehatan Masyarakat 2009 khususnya Peminatan Manajemen Pelayanan Kesehatan yang selalu menyemangati, mengingatkan dan menguatkan satu sama lain.

(10)

menulis serta sahabat diskusi terbaik.

10.Seluruh pihak yang tak dapat penulis sebutkan satu-persatu yang telah membantu dalam penyempurnaan skripsi ini.

Secara khusus penulis mengucapkan terima kasih dan rasa hormat yang mendalam kepada kedua orang tua, Allahu Yarham Aba KH. Oemar Hassan dan Umi’ Dra. Hj. Sumu Zanarofah, M.Ag. Juga Mbah Buk, serta seluruh saudara yang telah memberikan dukungan yang luar biasa, Mas Jik & Mbak Ain, Mas Dus & Mbak Irma, Mas Ririf & Mbak Iram, Mas Yuyus & Mbak Ayu, Mbak Five, Mbak Nice,

Baha’, juga semua keponakan yang telah membuat hari-hari penulis lebih berwarna,

Dzuka’, Arodur, Arro, Ara, Archie, Aileen, Arete, Aal, dan Qays.

Akhir kata, penulis mengharapkan adanya koreksi dan saran dari semua pihak bagi penyempurnaan skripsi ini. Semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat bagi penulis maupun para pembaca. Amin

(11)

LEMBAR JUDUL ... i 1.1.Latar Belakang Penelitian ... 1

(12)

2.1.2 Manfaat Mengetahui Kepuasan ... 13

2.4.1 Definisi Indeks Kepuasan Masyarakat ... 24

2.4.2 Sasaran Indeks Kepuasan Masyarakat ... 25

2.4.3 Manfaat Indeks Kepuasan Masyarakat ... 25

2.4.4 Unsur-Unsur Indeks Kepuasan Masyarakat ... 26

2.4.5 Analisis Indeks Kepuasan Masyarakat ... 29

2.4.6 Hasil Indeks Kepuasan Masyarakat ... 29

2.5Instalasi Gawat Darurat (IGD) ... 30

2.5.1 Definisi Instalasi Gawat Darurat ... 30

2.5.2 Alur Kerja Pelayanan Gawat Darurat ... 30

2.5.3 Persyaratan Fisik Bangunan IGD ... 31

2.6Kerangka Teori ... 33

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1 Kerangka Pemikiran ... 35

3.2 Definisi Operasional ... 37

3.3 Definisi Istilah ... 43

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian ... 44

4.2Lokasi dan Objek Penelitian ... 44

4.3 Populasi, Sampel dan Informan ... 44

(13)

4.3.3 Informan ... 47

4.4.Instrumen Penelitian ... 48

4.4.1 Kuantitatif ... 48

4.4.2 Kualitatif ... 49

4.5.Metode Pengumpulan Data ... 49

4.5.1 Kuantitatif ... 49

4.7.1 Pengolahan Data Kuantitatif ... 52

4.7.2 Pengolahan Data Kualitatif ... 53

4.8. Analisis Data ... 54

4.8.1 Analisis Data Kuantitatif ... 54

4.8.2 Analisis Data Kualitatif ... 55

BAB V HASIL 5.1 Gambaran Umum RSU Kota Tangerang Selatan 5.1.1 Latar Belakang ... 56

5.1.2 Visi dan Misi ... 57

5.1.3 Struktur Organisasi ... 58

5.1.4 Sumber Daya Manusia ... 59

5.1.5 Pelayanan Kesehatan RSU Kota Tangsel ... 59

5.2 Gambaran Umum Insalasi Gawat Darurat RSU Kota Tangsel . 61 5.2.1 Hasil Kegiatan di IGD RSU Kota Tangsel ... 62

5.3 Karakteristik Responden ... 64

(14)

5.3.3 Gambaran Karakteristik responden berdasarkan

Pendidikan Terakhir ... 66

5.3.4 Gambaran Karakteristik responden berdasarkan Pekerjaan ... 67

5.4 Karakteristik Informan ... 68

5.5 Hasil Penilaian Indeks Kepuasan Masyarakat ... 69

5.5.1 Prosedur Pelayanan ... 68

5.5.9 Kesopanan dan Keramahan Petugas ... 93

5.5.10 Kewajaran Biaya ... 96

5.5.11 Kepastian Biaya ... 98

5.5.12 Ketepatan Jadwal Pelayanan ... 101

5.5.13 Kenyamanan Lingkungan ... 104

5.5.14 Keamanan Pelayanan ... 106

5.5.15 Nilai Indeks Kepuasan Masyarakat ... 109

BAB VI PEMBAHASAN 6.1Penilaian Unsur-Unsur Indeks Kepuasan Masyarakat ... 111

6.1.1 Prosedur Pelayanan ... 111

6.1.2 Persyaratan Pelayanan ... 115

6.1.3 Kejelasan Petugas ... 114

(15)

6.1.7 Kecepatan Pelayanan ... 120

6.1.8 Keadilan Pelayanan ... 122

6.1.9 Kesopanan dan Keramahan Petugas ... 122

6.1.10 Kewajaran Biaya ... 123

6.1.11 Kepastian Biaya ... 124

6.1.12 Ketepatan Jadwal Pelayanan ... 125

6.1.13 Kenyamanan Lingkungan ... 126

6.1.14 Keamanan Pelayanan ... 128

6.2Masalah dan Alternatif Solusi ... 130

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1Kesimpulan ... 133

7.2Saran ... 136

(16)

Bagan 2.1 Penilaian Kualitas Pelayanan Menurut Konsumen ... 18

Bagan 2.2 Conceptual Model of Service Quality ... 21

Bagan 2.3 Kerangka Teori ... 34

Bagan 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian ... 36

Bagan 5.1 Struktur Organisasi RSU Kota Tangerang Selatan ... 58

Bagan 5.2 Progres Kunjungan Pasien Januari-Desember 2012 ... 62

(17)

Tabel 2.1 Unsur Penilaian Kualitas Pelayanan ... 26

Tabel 2.2 Nilai Persepsi, Interval IKM, Interval Konversi IKM, Mutu Pelayanan dan Kinerja Unit Pelayanan ... 29

Tabel 3.1 Definisi Operasional ... 37

Tabel 3.2 Definisi Istilah ... 43

Tabel 4.1 Perolehan Informasi Berdasarkan Informan ... 47

Tabel 4.2 Metode Pengumpulan Data ... 50

Tabel 4.3 Validasi Data ... 51

Tabel 4.4 Nilai Persepsi, Interval IKM, Interval Konversi IKM, Mutu Pelayanan dan Kinerja Unit Pelayanan ... 54

Tabel 5.1 Jumlah Pegawai yang Menduduki Jabatan ... 60

Tabel 5.2 Jumlah Pegawai Pada RSU Kota Tangsel ... 60

Tabel 5.3 Rekap Kunjungan Pasien Per Jenis Pelayanan Tahun 2012 ... 63

Tabel 5.4 Gambaran Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 65

Tabel 5.5 Gambaran Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 65

Tabel 5.6 Gambaran Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 66

Tabel 5.7 Gambaran Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan ... 67

Tabel 5.8 Nilai IKM Unsur Prosedur Pelayanan ... 69

Tabel 5.9 Nilai Kemudahan Prosedur Berdasarkan Karakteristik Pekerjaan Responden ... 70

Tabel 5.10 Nilai Kemudahan Prosedur Berdasarkan Karakteristik Pendidikan Responden ... 70

(18)

Pendidikan Responden ... 76 Tabel 5.14 Nilai IKM Unsur Kejelasan Petugas ... 77 Tabel 5.15 Nilai Kejelasan Petugas Berdasarkan Karakteristik

Pekerjaan Responden ... 78 Tabel 5.16 Nilai Kejelasan Petugas Berdasarkan Karakteristik

Pendidikan Responden ... 78 Tabel 5.17 Nilai IKM Unsur Kedisplinan Petugas ... 81 Tabel 5.18 Nilai Kedisiplinan Petugas Berdasarkan Karakteristik

Pekerjaan Responden ... 81 Tabel 5.19 Nilai Kedisiplinan Petugas Berdasarkan Karakteristik

Pendidikan Responden ... 82 Tabel 5.20 Nilai IKM Unsur Tanggung Jawab Petugas ... 83 Tabel 5.21 Nilai Tanggung Jawab Petugas Berdasarkan Karakteristik

Pekerjaan Responden ... 84 Tabel 5.22 Nilai Tanggung Jawab Petugas Berdasarkan Karakteristik

Pendidikan Responden ... 84 Tabel 5.23 Nilai IKM Unsur Kemampuan Petugas ... 86 Tabel 5.24 Nilai Kemampuan Petugas Berdasarkan Karakteristik

Pekerjaan Responden ... 86 Tabel 5.25 Nilai Kemampuan Petugas Berdasarkan Karakteristik

Pendidikan Responden ... 86 Tabel 5.26 Nilai IKM Unsur Kecepatan Petugas ... 88 Tabel 5.27 Nilai Kecepatan Petugas Berdasarkan Karakteristik

Pekerjaan Responden ... 88 Tabel 5.28 Nilai Kecepatan Petugas Berdasarkan Karakteristik

(19)

Pendidikan Responden ... 92 Tabel 5.32 Nilai IKM Unsur Keramahan dan Kesopanan Petugas ... 94 Tabel 5.33 Nilai Keramahan dan Kesopanan Petugas Berdasarkan

Karakteristik Pekerjaan Responden ... 94 Tabel 5.34 Nilai Keramahan dan Kesopanan Petugas Berdasarkan

Karakteristik Pendidikan Responden ... 95 Tabel 5.35 Nilai IKM Unsur Kewajaran Biaya ... 96 Tabel 5.36 Nilai Kewajaran Biaya Berdasarkan Karakteristik Pekerjaan

Responden ... 97 Tabel 5.37 Nilai Kewajaran Biaya Berdasarkan Karakteristik Pendidikan

Responden ... 97 Tabel 5.38 Nilai IKM Unsur Kesesuaian Biaya ... 99 Tabel 5.39 Nilai Kesesuaian Biaya Berdasarkan Karakteristik Pekerjaan

Responden ... 99 Tabel 5.40 Nilai Kesesuaian Biaya Berdasarkan Karakteristik Pendidikan

Responden ... 100 Tabel 5.41 Nilai IKM Unsur Ketepatan Jadwal Pelayanan ... 101 Tabel 5.42 Nilai Ketepatan Jadwal Pelayanan Berdasarkan Karakteristik

Pekerjaan Responden ... 102 Tabel 5.43 Nilai Ketepatan Jadwal Pelayanan Berdasarkan Karakteristik

Pendidikan Responden ... 102 Tabel 5.44 Nilai IKM Unsur Kenyamanan Lingkungan ... 104 Tabel 5.45 Nilai Kenyamanan Lingkungan Berdasarkan Karakteristik

Pekerjaan Responden ... 105 Tabel 5.46 Nilai Kenyamanan Lingkungan Berdasarkan Karakteristik

(20)
(21)

LAMPIRAN 1. Kuesioner Penelitian

LAMPIRAN 2. Pedoman Wawancara Pasien

LAMPIRAN 3. Pedoman Wawancara Petugas Administrasi LAMPIRAN 4. Pedoman Wawancara Tenaga Kesehatan LAMPIRAN 5. Surat Izin Penelitian

(22)

IGD Instalasi Gawat Darurat IKM Indeks Kepuasan Masyarakat

PPGD Pelatihan Penanganan Gawat Darurat

RSU Rumah Sakit Umum

(23)

1.1. Latar Belakang Penelitian

Salah satu upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat adalah

penyelenggaraan pelayanan kesehatan (Blum, 1990). Pelayanan kesehatan

merupakan setiap upaya yang diselenggarakan baik oleh individu maupun

kelompok dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan derajat

kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit sertamemulihkan kesehatan

perorangan, keluarga, kelompok, maupun masyarakat (Levey and Loomba dalam

Azwar 1994).

Semakin berkembangnya teknologi, meningkatnya pendidikan, serta

majunya kondisi sosial dan ekonomi masyarakat, unsur mutu (quality) menjadi syarat yang semakin penting untuk diperhatikan. Hal tersebut dikarenakan

tuntutan dan kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang bermutu

semakin meningkat (Azwar, 1994).

Selain itu, mutu atau kualitas jugamerupakan hal penting dalam pemasaran

pelayanan kesehatan dan untuk mengukur tingkat kualitas suatu pelayanan jasa

kesehatan dilakukan melalui proses pelayanan yang memberikan kontribusi

terhadap kepuasan pasien maupun nilai outcomes.Beberapa studi yang dilakukan

oleh Jodi Supraworo (2009) dan Frederik Mote (2008) menunjukkan bahwa

(24)

pelanggan. Dawn Bendall dan Thomas L. Powers (1995) menyatakan bahwa

kepuasan pasien berhubungan erat dengan penilaian kualitas layanan kesehatan

yang baik umumnya ditunjukkan melalui kesetiaan pasien dan tanggapan baik

terhadap provider layanan kesehatan. Sebaliknya, bila pasien merasa tidak puas maka kemungkinan besar pasien tidak akan kembali lagi dan akan memberikan

tanggapan negatif.

Hal tersebut membuat kualitas layanan kesehatan tidak hanya menjadi

perhatian sektor swasta, melainkan juga menjadi fokus bagi sektor publik. Sesuai

dengan UU Nomor 9 tahun 1960 tentang Pokok-Pokok Kesehatan yang

menyebutkan bahwa kesehatan rakyat merupakan salah satu modal pokok dalam

rangka pertumbuhan dan kehidupan bangsa dan memiliki peranan penting dalam

penyelesaian revolusi nasional dan penyusunan masyarakat sosialis Indonesia.

Sehingga pemerintah harus mengusahakan bidang kesehatan dengan

sebaik-baiknya, yaitu dengan menyediakan pelayanan kesehatan yang berkualitas dan

dapat diakses oleh masyarakat dengan mudah.

Selain itu, pelayanan kesehatan merupakan bentuk pelayanan publik berupa

jasa yang disediakan oleh pemerintah. Sesuai dengan SK MENPAN nomor 63

tahun 2003 bahwa pelayanan publik atau pelayanan umum pada dasarnya

merupakan segala bentuk pelayanan umum yang dilaksanakan oleh instansi

pemerintah di pusat, di daerah, di lingkungan BUMN/BUMD dalam bentuk

(25)

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009

tentang Pelayanan Publik menyatakan bahwa salah satu ruang lingkup pelayanan

publik adalah pelayanan kesehatan. Namun tidak dapat dipungkiri bila pelayanan

kesehatan, khususnya yang disediakan oleh sektor publik masih banyak kendala

dan hambatan terutama dalam hal kualitas pelayanan. Mote (2008) menyebutkan

bahwa tingkat kepuasan masyarakat terhadap kualitas pelayanan sektor publik

dinilai masih rendah, hal tersebut juga diperkuat oleh penelitian lain terhadap

kualitas pelayanan di birokrasi pemerintah daerah. Secara umum praktek

penyelenggaraan pelayanan publik masih jauh dari prinsip-prinsip tata

pemerintahan yang baik (Dwiyanto dkk, 2003).

Guna menjawab permasalahan tersebut, Menteri Pendayagunaan Aparatur

Negara telah membuat suatu pedoman umum untuk mengetahui indeks kepuasan

masyarakat pada unit pelayanan di instansi pemerintah. Pedoman tersebut

tertuang dalam Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara (PAN)

Nomor : Kep/25/M.PAN/2/2004 tentang Pedoman Umum Penyusunan Indeks

Kepuasan Masyarakat Unit Pelayanan Instansi Pemerintah. Penyusunan indeks

kepuasan masyarakat digunakan untuk mengetahui tingkat kinerja unit pelayanan

di lingkungan di instansi, Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi dan

Kabupaten/Kota. Disamping itu, data indeks kepuasan masyarakat dapat

berfungsi sebagai bahan penilaian terhadap unsur pelayanan yang masih perlu

(26)

Dalam keputusan tersebut, terdapat 14 unsur yang relevan, valid dan

reliabel, sebagai unsur minimal yang harus ada untuk dasar pengukuran indeks

kepuasan masyarakat (MenPAN, 2004). Keempat belas unsur tersebut adalah

prosedur pelayanan, persyaratan pelayanan, kejelasan petugas pelayanan,

kedisplinan petugas pelayanan, tanggung jawab petugas pelayanan, kemampuan

petugas pelayanan, kecepatan pelayanan, keadilan mendapatkan pelayanan,

kesopanan dan keramahan petugas, kewajaran biaya pelayanan, kepastian biaya

pelayanan, kepastian jadwal pelayanan, kenyamanan lingkungan, serta keamanan

pelayanan.

Pada kesempatan lain, menurut Zeithaml et al (1990), untuk mengetahui

kualitas pelayanan yang dirasakan secara nyata oleh konsumen, terdapat indikator

ukuran kepuasan konsumen yang terletak pada 5 dimensi kualitas pelayanan.

Kelima dimensi tersebut adalah tangibles(kualitas pelayanan yang berupa sarana fisik perkantoran, komputerisasi administrasi, ruang tunggu dan tempat

informasi), reliability(kemampuan dan keandalan untuk menyediakan pelayanan yang terpercaya), assurance(kemampuan dan keramahan serta sopan sanun pegawai dalam meyakinkan kepercayaan konsumen), emphaty(sikap tegas tetapi penuh perhatian dari pegawai terhadap konsumen)dan

responsiveness(kesanggupan untuk membantu dan menyediakan pelayanan secara cepat dan tepat, serta tanggap terhadap keinginan konsumen) (Zeithaml et al,

(27)

Dalam penelitian ini, peneliti mengggunakan pedoman yang telah

dikeluarkan oleh KepMenPAN untuk dapat mengukur kualitas dari sebuah

institusi pelayanan. Hal tersebut dikarenakan unsur yang terdapat pada pedoman

tersebut merupakan turunan dari lima unsur servqual (MenPAN, 2004). Selain itu, pedoman tersebut juga tidak hanya akan menghasilkan tingkat kepuasan dari

pengguna jasa namun juga dapat mengetahui tingkat kinerja, kualitas serta tingkat

kepuasan dari masyarakat (MenPAN, 2004).

RSU Kota Tangsel merupakan salah satu pelayanan publik yang

menyediakan pelayanan kesehatan untuk masyarakat secara menyeluruh. Adapun

pelayanan yang disediakan adalah pelayanan instalasi gawat darurat (IGD),

instalasi rawat jalan (IRJ), instalasi rawat inap, dan instalasi penunjang medis.

Pada akhir tahun 2012, RSU Kota Tangsel telah melakukan pengukuran

indeks kepuasan masyarakat guna mengetahui kualitas dan kinerja dari pelayanan

yang diberikan. Pengukuran dilakukan pada instalasi rawat jalan, instalasi rawat

inap, dan instalasi penunjang medis. Sementara belum dilakukan analisis

kepuasan pasien di Instalasi Gawat Darurat (IGD).

Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD Tangsel didukung oleh 9 dokter

umum dan 13 perawat. Dengan pergantian jam kerja 3 kali sehari, dimana setiap

pergantiannya satu orang dokter dan dua orang perawat, instalasi ini berjalan

selama 24 jam. Pada tahun 2012 angka kunjungan IGD RSUD Tangsel

(28)

umum, peserta Jamkesmas, Jamkesda, Askes, dan pasien yang digratiskan.

Namun berdasarkan observasi yang peneliti lakukan, pasien yang masuk IGD

cenderung mengaku puas meskipun tidak sedikit yang mengeluh terhadap fasilitas

dan sarana prasana yang masih terbatas di rumah sakit. Adapun rekapitulasi

kunjungan pasien IGD RSUD Tangsel disajikan pada tabel dibawah ini.

Tabel 1.1

Rekapitulasi Kunjungan Pasien IGD RSUD Tangsel Tahun 2012

Umum Jamkesmas Jamkesda Jampersal Askes Gratis Total

Sumber : Laporan RSUD Tangsel Jan-Des 2012

Pada studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti, terdapat beberapa

ketidakpuasan yang ditunjukkan oleh pengguna layanan IGD. Selain karena

petugas paramedis yang tersedia sangat minim jumlahnya, belum ada

(29)

Beberapa pengguna layanan juga mengeluhkan tentang kebersihan ruangan yang

kurang terjaga. Berdasarkan pada beberapa gejala tersebut, peneliti merasa perlu

melakukan penelitian untuk mengukur kualitas dan kinerja pelayanan yang

diberikan di IGD melalui analisis Indeks Kepuasan Masyarakat. Dengan demikian

dapat diketahui gambaran kualitas dan kinerja yang kemudian sebagai dasar

evaluasi dan upaya peningkatan kualitas sesuai dengan kebutuhan dan harapan

masyarakat terhadap unit IGD.

Berdasarkan uraian diatas, guna mengetahui kualitas pelayanan yang

dinilai oleh konsumen, maka penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian

dengan judul ”Gambaran Kualitas dan Kinerja Berdasarkan Indeks

Kepuasan Masyarakat Pada Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit

Umum (RSU) Kota Tangerang Selatan Tahun 2013”.

1.2. Rumusan Masalah

Rumah Sakit Umum Daerah Tangerang Selatan yang merupakan salah satu

badan pelayanan publik yang menyediakan pelayanan kesehatan bagi masyarakat.

Namun tidak dapat dipungkiri bila pelayanan kesehatanyang disediakan oleh

sektor publik masih banyak kendala dan hambatan terutama dalam hal kualitas

pelayanan.

Instalasi Gawat Darurat merupakan salah satu unit di rumah sakit yang

(30)

diorganisir. Hingga akhir tahun 2012, terdapat peningkatan angka kunjungan

pasien IGD RSU Kota Tangsel.

Berdasarkan observasi dan wawancara yang peneliti lakukan pada studi

pendahuluan, terdapat beberapa gejala adanya masalah pada kualitas dan kinerja

pelayanan di IGD RSU Kota Tangsel. Minimnya petugas paramedis yang

tersedia, belum adanya pengelompokan secara jelas antara pasien yang darurat

dan tidak darurat, serta kurang terjaganya kebersihan ruangan di IGD RSU Kota

Tangsel Adanya komplain dari beberapa pengguna terkait dengan layanan yang

disediakan di IGD RSU Kota Tangsel menunjukkan adanya gejala ketidakpuasan

dari pengguna layanan.

Sementara itu, RSU Kota Tangsel yang telah berdiri empat tahun belum

pernah melakukan analisis terhadap kepuasan pasien di IGD. Analisis ini

dianggap perlu untuk mengetahui kualitas dari pelayanan yang diberikan.Sesuai

dengan Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara (PAN) Nomor :

Kep/25/M.PAN/2/2004 tentang Pedoman Umum Penyusunan Indeks Kepuasan

Masyarakat Unit Pelayanan Instansi Pemerintah,terdapat instruksi pemerintah

daerah atau instansi untuk menilai seberapa besar kepuasan dari masyarakat

terhadap layanan yang diberikan, termasuk pada unit pelayanan

kesehatan.Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini penting dilaksanakan untuk

mengetahui mutu dan kinerja pelayanan yang telah diberikan di IGD RSU Kota

(31)

1.3. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan diatas maka pertanyaan

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1.3.1. Bagaimana gambaran kualitas dan kinerja pelayanan di Instalasi Gawat

Darurat (IGD) di Rumah Sakit Umum (RSU) Kota Tangerang Selatan

kepada masyarakat?

1.3.2. Berapa nilai indeks kepuasan masyarakat di Instalasi Gawat Darurat (IGD)

di Rumah Sakit Umum (RSU) Kota Tangerang Selatan kepada

masyarakat?

1.3.3. Apa masalah yang ada pada unsur pelayanan di Instalasi Gawat Darurat

(IGD) di Rumah Sakit Umum (RSU) Kota Tangerang Selatan kepada

masyarakat?

1.3.4. Apa alternatif solusi atas masalah yang terdapat pada unsur pelayanan di

Instalasi Gawat Darurat (IGD) di Rumah Sakit Umum (RSU) Kota

Tangerang Selatan kepada masyarakat?

1.4. Tujuan Penelitian

1.4.1. Tujuan Umum

(32)

Daerah (RSU)Kota Tangerang Selatan dengan menggunakan analisis

Indeks Kepuasan Masyarakat.

1.4.2. Tujuan Khusus

1.4.2.1.Mengetahui nilai indeks kepuasan masyarakat di Instalasi Gawat

Darurat (IGD) di Rumah Sakit Umum Daerah (RSU)Kota

Tangerang Selatan kepada masyarakat.

1.4.2.2.Mengetahui masalah pada unsur pelayanan di Instalasi Gawat

Darurat (IGD) di Rumah Sakit Umum Daerah (RSU)Kota

Tangerang Selatan.

1.4.2.3.Mengetahui alternatif solusi dalam menangani masalah pada unsur

pelayanan di Instalasi Gawat Darurat (IGD) di Rumah Sakit

Umum Daerah (RSU)Kota Tangerang Selatan.

1.5. Manfaat Penelitian

1.5.1. Bagi Peneliti

a. Penelitian ini dapat dijadikan wacana yang memperkaya pengetahuan

penulis dan sebagai sarana untuk mengimplementasikan keilmuan

yang telah didapatkan di bangku kuliah.

b. Penelitian ini dapat dijadikan alat untuk memberikan masukan kepada

RSU Kota Tangerang Selatan terkait dengan kepuasan pelayanan di

(33)

1.5.2. Bagi Rumah Sakit Umum (RSU) Tangerang Selatan

a. Sebagai alat evaluasi dan monitoring terhadap pelaksanaan pelayanan

di IGD RSU Kota Tangsel.

b. Sebagai bahan masukan dalam membuat kebijakan untuk

memperbaiki kualitas pelayanan di IGD RSU Kota Tangsel.

1.5.3. Bagi Instansi Pendidikan (UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)

a. Sebagai wadah pengembangan keilmuan dan penelitian dari salah satu

program kurikulum.

b. Menjalankan fungsi Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu pengajaran,

penelitian, dan pengabdian masyarakat.

c. Menambah khazanah pustaka bagi mahasiswa FKIK UIN Jakarta.

1.6.Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswa prodi kesehatan masyarakat,

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta. Merupakan studi evaluasi

dengan menggunakan metode kuantitatif dengan desain potong lintang, sementara

metode kualitatif. Penelitian ini dilakukan pada Bulan Januari-April 2013 dengan

menyebarkan kuesioner kepada pasien atau penanggung jawab pasien di Instalasi

Gawat Darurat (IGD) RSU Kota Tangerang Selatan serta wawancara mendalam

(34)

2.1Kepuasan dan Kepuasan Pelanggan

2.1.1 Definisi Kepuasan

Dalam bidang kesehatan, pengukuran kepuasan bukanlah sesuatu

yang baru. Pengukuran kepuasan sudah dimulai pada tahun 1860 oleh

Florence Nightingale. Terdapat bermacam-macam definisi tentang

kepuasan dan kepuasan pelanggan, baik yang sederhana maupun yang

kompleks. Adapun definisi-defini tersebut adalah sebagai berikut :

1. Kepuasan adalah perasaan senang gembira, lega karena sudah

terpenuhi hasrat hatinya (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1999)

2. Kepuasan adalah tingkat keadaan yang dirasakan seseorang yang

mempunyai hasil dari membandingkan penampilan atau outcome

produk yang dirasakan dalam hubungannya dengan harapan

seseorang. (Wijono, 1999)

3. Kepuasan konsumen adalah tingkatan dari perasaan seseorang

terhadap perbandingan antara hasil suatu pemahaman suatu produk

(35)

4. Kepuasan pelanggan dinyatakan sebagai rasio (perbandingan)

kualitas jasa yang didapat atau dirasakan dengan keinginan,

kebutuhan, dan harapan (Tjiptono, 2000)

5. Kepuasan pelanggan merupakan tingkat perasaan seseorang

setelag membandingkan kinerja (hasil) yang ia rasakan dengan

harapannya (Parasuraman et al, 1990)

6. Kepuasan pelanggan merupakan kinerja suatu barang/jasa

sekurang-kurangnya sama dengan apa yang diharapkan (Supranto,

1997)

Berdasarkan beberapa definisi diatas, pada dasarnya pengertian

kepuasan konsumen merujuk pada pemenuhan

keinginan/harapan/kebutuhan konsumen oleh pemberi pelayanan kesehatan

di sarana kesehatan (Depkes, 2002).

2.1.2 Manfaat Mengetahui Kepuasan

Menurut Tjiptono (1995), adanya kepuasan pelanggan/pasien dapat

memberikan beberapa manfaat antara lain :

a. Hubungan antara pemberi pelayanan dan pelanggan menjadi harmonis

b. Memberikan dasar yang baik bagi kunjungan ulang pasien

(36)

d. Membentuk suatu rekomendasi dari mulut ke mulut yang

menguntungkan pemberi pelayanan

e. Reputasi pemberi pelayanan menjadi baik di mat apelanggan/pasien

f. Dapat meningkatkan jumlah pendapatan.

Selain itu, kepuasan pasien penting untuk menyusun strategi

pemasaran. Hal ini tidak lepas dari fakta empiris yang menunjukkan bahwa

pasien yang tidak puas akan bercerita kepada keluarganya, teman-teman

atau tetangganya, sehingga mempengaruhi sikap dan keyakinan orang lain

untuk tidak berkunjung ke sarana kesehatan tersebut (Depkes, 2002).

2.1.3 Pengukuran Kepuasan

Menurut Kotler (1994), terdapat beberapa metode dalam pengukuran

kepuasan pelanggan yaitu :

1. Sistem keluhan dan saran; memberikan kesempatan kepada pelanggan

untuk menyampaikan keluhan ataupun saran. Organisasi yang

berorientasi pelanggan (customer-centered) memberikan kesempatan yang luas kepada para pelanggannya untuk menyampaikan saran dan

keluhan, misalnya dengan menyediakan kotak saran, kartu komentar,

(37)

2. Ghost shopping; merupakan salah satu cara untuk memperoleh gambaran kepuasan pelanggan/pasien dengan memperkerjakan

beberapa orang untuk berperan sebagai pembeli, selanjutnya

melaporkan temuan-temuannya mengenai kekuatan dan kelemahan

produk perusahaan pesaing.

3. Lost Customer Analysis; yaitu dengan menghubungi pelanggan yang berhenti berlangganan dan memahami mengapa hal tersebut terjadi.

Peningkatan lost customer rate menunjukkan kegagalan perusahaan untuk memuaskan pelanggan.

4. Survei kepuasan pelanggan; yaitu dengan melakukan survey untuk

dapat memperoleh umpan balik ataupun tanggapan secara langsung

dari pelanggan.

2.2Kualitas Pelayanan

Kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan

produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi

harapan. Kata kualitas sendiri mengandung banyak pengertian, beberapa contoh

pengertian kualitas menurut Tjiptono (1995) adalah :

1. Kesesuaian dengan persyaratan;

2. Kecocokan untuk pemakaian;

(38)

4. Bebas dari kerusakan/cacat;

5. Pemenuhan kebutuhan pelangggan sejak awal dan setiap saat;

6. Melakukan segala sesuatu secara benar;

7. Sesuatu yang bisa membahagiakan pelanggan.

Menurut Zeithaml et al (1990), untuk mengetahui kualitas pelayanan

yang dirasakan secara nyata oleh konsumen, ada indikator ukuran kepuasan

konsumen yang terletak pada 5 dimensi kualitas pelayanan menurut apa yang

dikatakan konsumen. Kelima dimensi servqual itu mencakup beberapa sub

dimensi sebagai berikut :

1. Tangibles (kualitas pelayanan yang berupa sarana fisik perkantoran, komputerisasi administrasi, ruang tunggu dan tempat informasi). Dimensi

ini berkaitan dengan kemodernan peralatan yang digunakan, daya tarik

fasilitas yang digunakan, kerapian petugas serta kelengkapan peralatan

penunjang (pamlet atau flow chart).

2. Reliability (kemampuan dan keandalan untuk menyediakan pelayanan yang terpercaya). Dimensi berkaitan dengan janji menyelesaikan sesuatu seperti

diinginkan, penanganan keluhan konsumen, kinerja pelayanan yang tepat,

menyediakan pelayanan sesuai waktu yang dijanjikan serta tuntutan pada

(39)

3. Responsiveness (kesanggupan untuk membantu dan menyediakan pelayanan secara cepat dan tepat, serta tanggap terhadap keinginan

konsumen). Dimensi responsiveness mencakup antara lain : pemberitahuan

petugas kepada konsumen tentang pelayanan yang diberikan, pemberian

pelayanan dengan cepat, kesediaan petugas memberi bantuan kepada

konsumen serta petugas tidak pernah merasa sibuk untuk melayani

permintaan konsumen.

4. Assurance (kemampuan dan keramahan serta sopan santun pegawai dalam meyakinkan kepercayaan konsumen). Dimensi assurance berkaitan dengan perilaku petugas yang tetap percaya diri pada konsumen, perasaan aman

konsumen dan kemampuan (ilmu pengetahuan) petugas untuk menjawab

pertanyaan konsumen.

5. Emphaty (sikap tegas tetapi penuh perhatian dari pegawai terhadap konsumen). Dimensi emphaty memuat antara lain : pemberian perhatian individual kepada konsumen, ketepatan waktu pelayanan bagi semua

konsumen, peusahaan memiliki petugas yang memberikan perhatian

khusus pada konsumen, pelayanan yang melekat di hati konsumen dan

petugas yang memahami kebutuhan spesifik dari pelanggannya.

Apabila digambarkan penilaian konsumen pada kualitas pelayanan

(40)

Bagan 2.1

Penilaian Kualitas Pelayanan Menurut Konsumen

Servqual atau kualitas pelayanan mengaitkan dua dimensi sekaligus, yaitu satu pihak penilaian servqual pada dimensi konsumen (customer). Sedangkan di pihak lain juga dapat dilakukan pada dimensi provider atau secara lebih dekat lagi adalah terletak pada kemampuan kualitas pelayanan yang diberikan oleh

“orang-orang yang melayani“ dari tingkat manajerial sampai ke tingkat front

line service.

Kedua dimensi tersebut dapat saja terjadi kesenjangan atau gap antara

harapan-harapan dan kenyataan-kenyataan yang dirasakan konsumen dengan

(41)

penelitian Zeithaml, dkk menggambarkan adanya 4 kesenjangan atau gap

tersebut.

Gap 1 disebut juga “ketidaktahuan tentang apa yang konsumen harapkan”

(not knowing what customers expect). Gap ini terjadi pada dimensi konsumen dengan dimensi manajemen tingkat atas. Faktor-faktor kunci yang menjadi

penyebab adalah : 1) Perusahaan atau organisasi kurang orientasi pada riset

pasar atau kurang menggunakan temuan-temuan riset yang berfungsi untuk

pengambilan keputusan tentang keinginan ataupun keluhan konsumen, 2)

Ketidakcukupan komunikasi ke atas, yaitu arus informasi yang menghubungkan

pelayanan di tingkat front line service dengan kemauan di tingkat atas (misscommunication), 3) terlalu banyaknya tingkatan atau hierarki manajemen.

Gap 2 disebut sebagai “ kesalahan standarisasi kualitas pelayanan “ (the

wrong quality service standars). Faktor-faktor kunci yang menjadi penyebab pada gap ini adalah: 1) komitmen pada manajemen belum memadai terhadap

kualitas pelayanan, 2) Persepsi mengenai ketidaklayakan, 3) Tidak adanya

standarisasi tugas, 4) Tidak terdapatnya penentuan tujuan.

Gap 3 disebut sebagai kesenjangan kinerja pelayanan (the service performance gap). Tidak terdapatnya spesifikasi atau suatu citra pelayanan yang khas pada suatu organisasi akan menyebabkan kesenjangan pada

penyampaian pelayanan pada konsumen. Faktor kunci yang menjadi penyebab

(42)

kecenderungan yang menimpa pegawai pemberi pelayanan terhadap kondisi

bimbang dalam memberikan pelayanan karena tidak terdapatnya

kepastian/standarisasi tugas-tugas mereka, 2) Konflik peran (role conflict), kecenderungan pegawai merasa tidak memiliki kemampuan untuk memuaskan

pelanggan, 3) Ketidakcocokkan antara pegawai dengan tugas yang dikerjakan,

4) Ketidakcocokkan antara teknologi dengan tugas yang dikerjakan, 5)

Ketidakcocokkan sistem pengendalian atasan, 6) Kekurangan pengawasan, dan

7) Kekurangan kerja tim.

Gap 4 disebut sebagai Ketidaksesuaian antara janji yang diberikan dengan

pelayanan yang diberikan (when promises do not macth delivery). Faktor-faktor kunci yang berperan sebagai penyebab gap ini adalah : 1) Tidak memadainya

komunikasi horizontal, 2) Kecenderungan memberikan janji kepada konsumen

secara berlebihan (muluk-muluk). Secara keseluruhan gap atau kesenjangan

(43)

Bagan 2.2

(44)

2.3Kinerja Pelayanan

2.3.1 Definisi Kinerja

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001), kinerja berarti

sesuatu yang dicapai; prestasi yang diperlihatkan; serta kemampuan

bekerja. Sementara Ilyas (2002), kinerja adalah penampilan hasil karya

personel baik kuantitas maupun kualitas dalam suatu organisasi. Ilyas

(2004) juga menyebutkan bahwa kinerja dapat merupakan penampilan

individu maupun kelompok kerja personel.

Sedangkan Nogi (2005) menyebutkan kinerja sebagai gambaran

mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan tugas dalam suatu organisasi

dalam mencapai sasaran, tujuan, visi, dan misi organisasi tersebut. Dengan

demikian, berdasarkan beberapa definisi diatas, kinerja dapat diartikan

sebagai suatu capaian atau hasil kerja atas aktivitas tertentu dalam

organisasi yang dilakukan berdasarkan perencanaan yang telah ditetapkan.

Pengertian mengenai kinerja tidak terbatas pada penilaian individu,

melainkan pada penilaian kinerja kelompok dan kinerja organisasi juga.

2.3.2 Pengukuran Kinerja

Robertson dalam Mahmudi (2005) menjelaskan bahwa pengukuran

kinerja merupakan suatu proses penilaian kemajuan pekerjaan terhadap

(45)

atas efisiensi penggunaan sumber daya dalam menghasilkan suatu produk

barang maupun jasa, kualitas barang maupun jasa, perbandingan hasil kerja

dengan target, serta efektifitas tindakan dalam mencapai tujuan organisasi.

Mahmudi (2005) menjelaskan bahwa tujuan pengukuran kinerja

dalam sektor publik adalah sebagai berikut :

a. Mengetahui tingkat ketercapaian tujuan organisasi

Penilaian kinerja berfungsi sebagai tonggak yang menunjukkan tingkat

ketercapaian tujuan dan menunjukkan apakah organisasi berjalan sesuai

arah atau menyimpang dari tujuan yang ditetapkan.

b. Menyediakan sarana pembelajaran pegawai

Penilaian kinerja merupakan sarana untuk pembelajaran pegawai

tentang bagaimana seharusnya mereka bertindak dan memberikan dasar

dalam perubahan perilaku, sikap, ketrampilan atau pengetahuan kerja

yang harus dimiliki pegawai untuk mencapai hasil kerja terbaik.

c. Memperbaiki kinerja periode-periode berikutnya

Penerapan penilaian kinerja dalam jangka panjang bertujuan untuk

membentuk budaya berprestasi di dalam organisasi dengan

menciptakan keadaan dimana setiap orang dalam organisasi dituntut

untuk berprestasi.

d. Memberikan pertimbangan yang sistematik dalam pembuatan

(46)

Organisasi yang berkinerja tinggi berusaha menciptakan sistem

penghargaan seperti kenaikan gaji/tunjangan, promosi atau hukuman

seperti penundaan promosi atau teguran, yang memiliki hubungan yang

jelas dengan pengetahuan, ketrampilan dan kontribusi terhadap kinerja

organisasi.

e. Memotivasi pegawai

Dengan adanya penilaian kinerja yang dihubungkan dengan manajemen

kompensasi, maka pegawai yang berkinerja tinggi atau baik akan

memperoleh penghargaan.

f. Menciptakan akuntabilitas publik

Penilaian kinerja menunjukkan seberapa besar kinerja manajerial

dicapai yang menjadi dasar penilaian akuntabilitas. Kinerja tersebut

harus diukur dan dilaporkan dalam bentuk laporan kinerja sebagai

bahan untuk mengevaluasi kinerja organisasi dan berguna bagi pihak

internal maupun eksternalorganisasi.

2.4Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM)

2.4.1 Definisi Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM)

Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) adalah data dan informasi

tentang tingkat kepuasan masyarakat yang diperoleh dari hasil pengukuran

(47)

memperoleh pelayanan dari aparatur penyelenggara pelayanan publik

dengan membandingka antara harapan dan kebutuhannya (KemenPAN,

2004).

2.4.2 Sasaran Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM)

Sasaran dari IKM yaitu tingkat pencapaian kinerja unit pelayanan

instansi pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat;

penataan sistem, mekanisme, dan prosedur pelayanan, sehingga pelayanan

dapat dilaksanakan secara lebih berkualitas, berdaya guna dan berhasil

guna; serta tumbuhnya kreativitas, prakarsa dan peran serta masyarakat

dalam upaya peningkatan kualitas pelayanan publik (KemenPAN, 2004).

2.4.3 Manfaat Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM)

Dengan tersedianya data IKM secara periodik, dapat diperoleh

manfaat sebagai berikut: (KemenPAN, 2004)

1. Diketahuinya kelemahan atau kekurangan dari masing-masing unsur

dalam penyelenggaraan pelayanan publik.

2. Diketahuinya kinerja penyelenggaraan pelayanan yang telah

dilaksanakan oleh unit pelayanan publik secara periodik.

3. Sebagai bahan penetapan kebijakan yang perlu diambil dan upaya

(48)

4. Diketahuinya indeks kepuasan masyarakat secara menyeluruh

terhadap hasil pelaksanaan pelayanan publik pada lingkup pemerintah

pusat dan daerah.

5. Memacu persaingan positif, antar unit penyelenggara pelayanan pada

lingkup pemerintah pusat dan daerah dalam upaya peningkatan

kinerja pelayanan.

6. Bagi masyarakat dapat diketahui gambaran tentang kinerja unit

pelayanan.

2.4.4 Unsur-Unsur Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM)

Berdasarkan prinsip pelayanan sebagaimana telah ditetapkan dalam

Keputusan MenPAN No. 63/KEP/M.PAN/7/2003, yang kemudian

dikembangkan menjadi 14 unsur yang relevan, valid, dan reliabel, sebagai

unsur minimal yang harus ada untuk dasar pengukuran indeks kepuasan

masyarakat adalah sebagai berikut :

Tabel 2.1 Unsur Penilaian Pelayanan (MenPan, 2003)

No. Unsur Penilaian Indikator

1 Prosedur Pelayanan Tingkat kemudahan dan kesederhanaan dari

sisi mekanisme/alur pelayanan

2 Persyaratan Pelayanan Persyaratan teknis dan administratif yang

(49)

No. Unsur Penilaian Indikator

sesuai dengan jenis pelayanannya

3 Kejelasan Petugas

Pelayanan

Keberadaan dan kepastian petugas yang

memberikan pelayanan (nama, jabatan, serta

kewenangan dan tanggung jawab)

4 Kedisiplinan Petugas

Pelayanan

Kesungguhan petugas dalam memberikan

pelayanan terutama terhadap konsistensi

waktu kerja sesuai ketentuan yang berlaku

5 Tanggung Jawab

Petugas Pelayanan

Kejelasan wewenang dan tanggung jawab

dalam penyelenggaraan dan penyelesaian

pelayanan

6 Kemampuan Petugas

Pelayanan

Tingkat keahlian dan keterampilan yang

dimiliki petugas dalam

memberikan/menyelesaikan pelayanan

kepada masyarakat

7 Kecepatan Pelayanan Target waktu pelayanan dapat diselesaikan

dalam waktu yang telah ditentukan oleh unit

penyelenggara pelayanan

8 Keadilan Mendapatkan

Pelayanan

Pelaksanaan pelayanan dengan tidak

membedakan golongan/status masyarakat

(50)

No. Unsur Penilaian Indikator

9 Kesopanan dan

Keramahan Petugas

Pelayanan

Sikap dan perilaku petugas dalam

memberikan pelayanan kepada masyarakat

secara sopan dan ramah serta saling

menghargai dan menghormati

10 Kewajaran Biaya Keterjangkauan masyarakat terhadap

besarnya biaya yang ditetapkan oleh unit

pelayanan

11 Kepastian Biaya

Pelayanan

Kesesuaian antara biaya yang dibayarkan

dengan biaya yang telah ditetapkan

12 Jadwal Pelayanan Pelaksanaan waktu pelayanan, sesuai

dengan ketentuan yang telah ditetapkan

13 Kenyamanan

Lingkungan

Kondisi sarana dan prasarana pelayanan

yang bersih, rapi dan teratur sehingga dapat

memberikan rasa nyaman kepada penerima

pelayanan

14 Keamanan Pelayanan Terjaminnya tingkat keamanan lingkungan

unit penyelenggara pelayanan ataupun

sarana yang digunakan, sehingga

masyarakat merasa tenang untuk

(51)

resiko-No. Unsur Penilaian Indikator

resiko yang diakibatkan dari pelaksanaan

pelayanan

2.4.5 Analisis Indeks Kepuasan Masyarakat

Dalam penyusunan IKM digunakan kuesioner sebagai alat bantu

pengumpulan data kepuasan masyarakat penerima pelayanan. Kuesioner

disusun berdasarkan tujuan survei terhadap kepuasan masyarakat

(KemenPAN,2004). Bentuk kuesioner terdapat dalam lampiran KepmenPAN

Nomor Kep/25/M.PAN/2/2004. Setelah data dikumpulkan, lalu diolah dan

dianalisis.

2.4.6 Hasil Indeks Kepuasan Masyarakat

Hasil dari analisis IKM berupa nilai indeks per unsur pelayanan. Dari

penilaian tersebut lalu diinterpretasikan sebagaimana tabel berikut:

Tabel 2.2

(52)

2.5 Instalasi Gawat Darurat (IGD)

2.5.1 Definisi Instalasi Gawat Darurat (IGD)

Instalasi Gawat Darurat (IGD) adalah Instalasi pelayanan rumah sakit

yang memberikan pelayanan pertama selama 24 jam pada pasien dengan

ancaman kematian dan kecacatan secara terpadu dengan melibatkan

multidiplin ilmu (Kemenkes, 1995). Berdasarkan pengertian tersebut,

pelayanan gawat darurat diberikan pada pasien yang datang ke rumah sakit

dalam kondisi gawat atau diperkirakan akan menjadi gawat.

Kegawatan adalah ancaman hilangnya nyawa atau anggota badan

pasien bila tidak mendapatkan pertolongan secepatnya. Pelayanan yang

diberikan bersifat tidak direncanakan dan mendadak, idealnya pelayanan

gawat darurat di rumah sakit merupakan pelayanan lanjutan setelah

penanganan awal oleh petugas ambulans atau awam terlatih (Kemenkes,

1995).

2.5.2 Alur Kerja Pelayanan Gawat Darurat

Alur kerja pelayanan gawat darurat terdiri dari empat tahapan yaitu

pendaftaran, triase, tindakan, dan observasi. Pada tahap triase pasien yang

baru datang oleh perawat ditentukan prioritasnya ke dalam tiga golongan,

(53)

1. Segera, jiwa terancam;

2. Mendesak, jiwa tidak terancam;

3. Kurang mendesak, jiwa tidak terancam.

Pada tahap ini dilakukan anamnesa dan pemeriksaan klinis, seperti

pengukuran temperatur, denyut jantung, nafas, tekanan darah, kesadaran, dan

kondisi trauma oleh seorang perawat triase.

Kemudian pasien masuk ke dalam tahapan tindakan, dokter akan

memberikan tindakan yang bersifat kedaruratan. Setelah pasien dalam kondisi

stabil dilakukan observasi di bangsal observasi untuk menentukan apakah

pasien boleh dibawa pulang, perlu rawat inap, rawat intensif, atau dirujuk ke

rumah sakit lain.

2.5.3 Persyaratan Fisik Bangunan IGD

Adapun persyaratan fisik bangunan IGD adalah sebagai berikut :

a. Luas bangunan IGD disesuaikan dengan beban kerja RS dengan

memperhitungkan kemungkinan penanganan korban masal/bencana.

b. Lokasi gedung harus berada di bagian depan RS, mudah dijangkau oleh

masyarakat dengan tanda-tanda yang jelas dari dalam dan dari luar rumah

(54)

c. Harus mempunyai pintu masuk dan keluar yang berbeda dengan pintu

utama (alur masuk kendaraan/pasien tidak sama dengan alur keluar)

kecuali pada klasifikasi IGD level 1 dan 2)

d. Ambulans/kendaraan yang membawa pasien harus dapat sampai di depan

pintu yang areanya terlindung dari panas dan hujan (Catatan: untuk lantai

IGD yang tidak sama tinggi dengan jalan ambulance harus membuat

Ramp)

e. Pintu IGD harus dapat dilalui oleh brancard

f. Memiliki area khusus parkir ambulance yang biasa menampung lebih dari 2 ambulance (sesuai dengan beban RS)

g. Susunan ruang harus sedemikian rupa sehingga arus pasien dapat lancar

dan tidak ada “cross infection”, dapat menampung korban bencana sesuai

dengan kemampuan RS, mudah dibersihkan, dan memudahkan kontrol

kegiatan oleh perawat kepala jaga

h. Area dekontaminasi ditempatkan di depan/di luar IGD atau terpisah

dengan IGD.

i. Ruang triase harus dapat memuat minimal 2 brancard j. Mempunyai ruang tunggu untuk keluarga pasien

k. Apotek 24 jam tersedia dekat IGD

(55)

2.6Kerangka Teori

Untuk memperoleh nilai indeks kepuasan masyarakat, menurut

KepMenPAN (2004), diperlukan penilaian terhadap 14 unsur kualitas pelayanan

publik yaitu prosedur pelayanan, persyaratan pelayanan, kejelasan petugas,

kedisiplinan petugas, tanggung jawab petugas, kemampuan petugas, kecepatan

pelayanan, keadilan dalam mendapatkan pelayanan, kesopanan dan keramahan

petugas, kewajaran biaya, kepastian biaya, jadwal pelayanan, kenyamanan

lingkungan, dan keamanan pelayanan.

Setelah diketahuinya nilai indeks kepuasan masyarakat, maka dapat

diketahui kualitas dan kinerja dari sebuah unit pelayanan publik. Adapun

(56)

Bagan 2.3 Kerangka Teori

(57)

Penelitian ini dilatarbelakangi kenyataan bahwa adanya peningkatan kunjungan dari

masyarakat di IGD RSU Kota Tangsel terutama dari kategori masyarakat umum, selain itu

terdapat indikasi ketidakpuasan yang ditunjukkan oleh pengguna layanan IGD RSU Kota

Tangsel berdasarkan wawancara dan observasi yang dilakukan pada penelitian pendahuluan.

Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis sejauh mana

peningkatan kualitas pelayanan kesehatan yang telah diberikan kepada masyarakat pengguna jasa

pelayanan kesehatan di IGD RSU Kota Tangsel yang ditunjukkan dalam indeks kepuasan

masyarakat.

Penelitian ini bertitik tolak pada kondisi dimana diduga kualitas pelayanan kesehatan di

IGD RSU Kota Tangsel sudah seperti yang diharapkan oleh para pengguna jasa layanan, hal ini

dilihat dari tingkat kepuasan masyarakat yang dilihat dari 14 indikator sesuai dengan

Kep.MENPAN No. 25 Tahun 2004. Keempat belas indikator tersebut digunakan untuk mengukur

indeks kepuasan masyarakat.

Seperti yang telah disebutkan pada kerangka teori, untuk mengetahui kualitas dan kinerja

pelayanan IGD RSU Kota Tangsel maka perlu dilakukan pengukuran terhadap 14 unsur

pelayanan yang telah ditetapkan oleh KepMenPAN sehingga dapat diketahui nilai indeks

kepuasan masyarakat sebagai pengguna layanan. Dalam penelitian ini juga dilakukan penilaian

terhadap keempat belas unsur sesuai dengan KepMenPAN 2004. Hal tersebut dikarenakan

keempat belas unsur tersebut merupakan unsur minimal yang harus ada untuk dasar pengukuran

(58)
(59)

kuantitatif dijelaskan pada tabel 3.1 dibawah ini.

Tabel 3.1 Definisi Operasional

Variabel Definisi Operasional

Kualitas Pelayanan

Pendapat penerima pelayanan yang memuat kesimpulan atau pendapat responden terhadap unsur-unsur pelayanan IGD RSUD yang dinilai (Kep.MENPAN No. 25 Tahun 2004)

Kinerja Pelayanan Hasil penilaian masyarakat terhadap keempat belas unsur pelayanan IGD RSUD yang dapat dikategorikan tidak baik, kurang baik, baik, dan sangat baik (Kep.MENPAN No. 25 Tahun 2004)

Indeks Kepuasan Masyarakat

tingkat kepuasan masyarakat yang diperoleh dari hasil pengukuran secara kuantitatif dan kualitatif atas pendapat masyarakat dalam memperoleh pelayanan IGD RSUD dari aparatur penyelenggara pelayanan publik dengan membandingkan antara harapan dan kebutuhannya (Kep.MENPAN No. 25 Tahun 2004)

Prosedur Pelayanan

Tingkat kemudahan dan kesederhanaan dari sisi mekanisme/alur pelayanan IGD RSUD (Kep.MENPAN No. 25 Tahun 2004)

 Alat Ukur : Kuesioner  Cara Ukur : Wawancara

 Hasil Ukur berupa Tingkat Kinerja : 1. Tidak Mudah

(60)

Cara Ukur : Wawancara

Kejelasan Petugas Keberadaan dan kepastian petugas yang memberikan pelayanan (nama, jabatan, serta kewenangan dan tanggung jawab). IGD RSUD(Kep.MENPAN No. 25 Tahun 2004)

Alat Ukur : Kuesioner

Definisi : Kesungguhan petugas dalam memberikan pelayanan terutama terhadap konsistensi waktu kerja sesuai ketentuan yang berlaku IGD RSUD. (Kep.MENPAN No. 25 Tahun 2004)

(61)

Tanggung Jawab Petugas

Definisi : Kejelasan wewenang dan tanggung jawab dalam penyelenggaraan dan penyelesaian pelayanan IGD RSUD (Kep.MENPAN No. 25 Tahun 2004)

Alat Ukur : Kuesioner

4. Tidak Bertanggung Jawab

Skala : Ordinal Kemampuan

Petugas

Definisi : Tingkat keahlian dan keterampilan yang dimiliki petugas dalam memberikan/menyelesaikan pelayanan kepada masyarakat IGD RSUD (Kep.MENPAN No. 25 Tahun 2004) Alat Ukur : Kuesioner

Definisi : Target waktu pelayanan dapat diselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan oleh unit penyelenggara pelayanan (Kep.MENPAN No. 25 Tahun 2004)

Alat Ukur : Kuesioner

(62)

1. Tidak Cepat

Definisi : Pelaksanaan pelayanan dengan tidak membedakan golongan/status masyarakat yang dilayani (Kep.MENPAN No. 25 Tahun 2004) pelayanan kepada masyarakat secara sopan dan ramah serta saling menghargai dan menghormati (Kep.MENPAN No. 25 Tahun 2004)

Alat Ukur : Kuesioner

Cara Ukur : Wawancara

Hasil Ukur : Tingkat Kinerja :

1. Tidak Sopan dan Ramah 2. Cukup Sopan dan Ramah 3. Sopan dan Ramah

4. Sangat Sopan dan Ramah

(63)

2004)

Definisi : Kesesuaian antara biaya yang dibayarkan dengan biaya yang telah ditetapkan (Kep.MENPAN No. 25 Tahun 2004)

Alat Ukur : Kuesioner

Jadwal Pelayanan Defnisi : Pelaksanaan waktu pelayanan, sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan (Kep.MENPAN No. 25 Tahun 2004)

(64)

Kenyamanan Lingkungan

Definisi : Kondisi sarana dan prasarana pelayanan yang bersih, rapi dan teratur sehingga dapat memberikan rasa nyaman kepada penerima pelayanan (Kep.MENPAN No. 25 Tahun 2004)

Alat Ukur : Kuesioner

Definisi :Terjaminnya tingkat keamanan lingkungan unit penyelenggara pelayanan ataupun sarana yang digunakan, sehingga masyarakat merasa tenang untuk mendapatkan pelayanan terhadap resiko-resiko yang diakibatkan dari pelaksanaan pelayanan (Kep.MENPAN No. 25 Tahun 2004)

(65)

dijelaskan pada tabel 3.2 dibawah ini.

Tabel 3.2 Definisi Istilah

Variabel Definisi Istilah

Prosedur Pelayanan

Tingkat kemudahan dan kesederhanaan dari sisi mekanisme/alur pelayanan IGD RSU Kota Tangsel, mulai dari pendaftaran, triase, diagnosa dokter, hingga penanganan yang diberikan.

Kejelasan Petugas Keberadaan identitas petugas (nama, jabatan, serta kewenangan dan tanggung jawab) dan informasi yang disampaikan oleh petugas kepada pengguna layanan IGD RSU Kota Tangsel. Kecepatan

Pelayanan

Waktu petugas dalam memberikan pelayanan bagi pasien di IGD RSU Kota Tangsel mulai dari pendaftaran, triase, diagnosa dokter, hingga penanganan yang diberikan.

Keadilan Mendapatkan Pelayanan

Kesamaan pelayanan yang diberikan di IGD RSU Kota Tangsel tanpa membedakan golongan atau status sosial pasien yang dilayani.

Kepastian Jadwal Pelayanan

Kesesuaian waktu pelayanan dengan jadwal yang ditetapkan di IGD RSU Kota Tangsel.

Kenyamanan Lingkungan

(66)

4.1 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan studi evaluasi dengan menggunakan metode

survey deskriptif analitik dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif.

Pendekatan kuantitatif dengan menggunakan desain potong lintang digunakan

untuk mengukur indeks kepuasan masyarakat terhadap pelayanan IGD RSU

Tangsel. Sementara pendekatan kualitatif digunakan untuk mengetahui

masalah yang terjadi pada unsur pelayanan yang memiliki kinerja dibawah

rata-rata.

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSU Kota

Tangsel. Penelitian ini dilakukan pada Bulan Januari-April 2013.

4.3 Populasi, Sampel, dan Informan

4.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien/penanggung jawab

pasien di Instalasi Gawat Darurat di RSU Kota Tangerang Selatan.

(67)

jawabnya saat menjalani perawatan di IGD. Oleh karena itu, penanggung

jawab pasien dianggap dapat memberikan informasi mengenai kualitas

pelayanan di IGD RSU Kota Tangerang Selatan.

4.3.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti dan dianggap

dapat mewakili populasi. Teknik pengambilan sampel yaitu mengambil

sampel secara acak, yaitu dengan metode simple ramdom sampling, dengan asumsi populasi homogen. Peneliti menyadari bahwa pasien yang masuk di

IGD RSU Kota Tangsel terdiri atas 4 golongan yakni gawat dan darurat,

gawat tidak darurat, tidak gawat tetapi darurat, tidak gawat dan darurat, serta

kecelakaan (Pedoman Pelayanan Gawat Darurat, 1995). Meskipun terdapat

perbedaan dalam tingkat kegawatdaruratan pada pasien IGD, namun fokus

dalam penelitian ini adalah pada nilai tambah dalam peningkatan mutu

pelayanan secara keseluruhan terhadap semua aspek pelayanan, sehingga

populasi dianggap memiliki kesempatan yang sama dalam memberkan

penilaian.

Adapun kriteria inklusi dalam pengambilan sampel pada penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Minimal berusia ≥ 17 tahun, hal tersebut dikarenakan

(68)

2. Dapat berkomunikasi dengan baik, sehingga dapat memberikan

jawaban dengan baik dalam memberikan penilaian atas kualitas

dan kinerja pelayanan IGD.

3. Bersedia menjadi responden dalam penelitian.

Besar sampel yang diambil dalam penelitian ini menggunakan rumus

jumlah sampel untuk estimasi proporsi (Notoadtmojo, 2010), yaitu :

Z 1-/2 .P(1-P) n = --- d

n = Besar sampel

Z 1-/2 = Nilai Z pada derajat kemaknaan (biasanya 95%=1,96)

P = Proporsi suatu kasus tertentu terhadap populasi, bila tidak diketahui proporsinya, ditetapkan 50% (0,05) d = Derajat penyimpangan terhadap populasi yang

diinginkan

Sehingga besar sampel penelitian ini dengan menggunakan rumus

diatas adalah sebagai berikut:

1,962 . 0,5 (1-0,5)

n = --- = 96,04 0,102

Dengan perhitungan diatas, maka dibutuhkan paling sedikit 96 orang

(69)

akurasi hasil penyusunan indeks, maka responden terpilih ditetapkan minimal

150 orang dari jumlah populasi penerima layanan, dengan dasar (“Jumlah

unsur” + 1) x 10 = jumlah responden atau (14 + 1) x 10 = 150 responden

(MenPAN, 2004).

4.3.3 Informan

Pemilihan informasi dilakukan dengan metode purposive sampling. Oleh karena itu, yang termasuk informan dalam penelitian ini adalah pasien

atau penanggung jawab pasien yang menggunakan jasa layanan IGD, petugas

administrasi, dan tenaga kesehatan.

Adapun sumber perolehan informasi dijelaskan pada tabel 4.1

Tabel 4.1

Perolehan Informasi Berdasarkan Informan

Unsur Pelayanan Pasien Tenaga

(70)

Unsur Pelayanan Pasien Tenaga

Instrumen penelitian berupa kuesioner. Kuesioner yang digunakan

terdiri atas pertanyaan yang mencakup 14 unsur pelayanan dalam Kepmenpan

Nomor Kep/25/M.Pan/2/2004 tentang Pedoman Umum Penyusunan Indeks

(71)

4.4.2 Kualitatif

Data primer mengenai masalah yang terjadi pada unsur pelayanan yang

memiliki nilai dibawah rata-rata diperoleh dengan melakukan wawancara

mendalam terhadap informan dengan menggunakan pedoman wawancara

semi terstruktur. Instrumen lain yang digunakan pada saat pengumpulan data

adalah pedoman observasi dan panduan telaah dokumen. Selain itu, peneliti

juga menggunakan alat bantu alat tulis, kamera dan perekam suara agar dapat

memperkuat akurasi data.

4.5 Metode Pengumpulan Data

4.5.1 Kuantitatif

Untuk mengumpulkan data kuantitatif, peneliti menggunakan data

primer dengan cara penyebaran kuesioner kepada responden. Bentuk jawaban

dari pertanyaan dari setiap unsur pelayanan secara umum mecerminkan

tingkat kualitas pelayanan, yaitu dari sangat baik sampai dengan tidak baik.

Untuk kategori “tidak baik” diberi nilai persepsi 1, “kurang baik” diberi nilai

2, “baik” diberi nilai persepsi 3, “sangat baik” diberi nilai persepsi 4

(KemenPAN, 2004).

4.5.2 Kualitatif

Untuk mengumpulkan data kualitatif, peneliti menggunakan beberapa

Gambar

Tabel 2.1 Unsur Penilaian Pelayanan (MenPan, 2003)
Tabel 3.1 Definisi Operasional
Tabel 3.2 Definisi Istilah
Tabel 4.1 Perolehan Informasi Berdasarkan Informan
+7

Referensi

Dokumen terkait

856/MENKES/SK/IX/2009 TENTANG STANDAR INSTALASI GAWAT DARURAT (IGD) RUMAH SAKIT DI RSUD BENDAN KOTA PEKALONGAN” yang akan dilakukan oleh: Anik Indriono , Mahasiswa:

Pasien yang masuk ke IGD rumah sakit tentunya butuh pertolongan yang cepat dan tepat untuk itu perlu adanya standar dalam memberikan pelayanan gawat darurat

Serta penanganan pasien gawat darurat jantung di IGD Rumah Sakit UNS Surakarta dalam kategori cukup karena semua tindakan sudah sesuai dengan Panduan Praktik

Hasil wawancara terhadap 5 (lima) orang perawat di RSUD Kota Langsa, rumah sakit ini memiliki beberapa permasalahan pada Instalasi Gawat Darurat (IGD), yaitu; (1)

Intalasi Gawat Darurat (IGD) rumah sakit adalah salah satu bagian di rumah sakit yang menyediakan penanganan awal bagi pasien yang menderita sakit dan cedera,

Intalasi Gawat Darurat (IGD) rumah sakit adalah salah satu bagian di rumah sakit yang menyediakan penanganan awal bagi pasien yang menderita sakit dan cedera,

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara emotional labor dengan burnout pada ibu yang bekerja sebagai perawat Instalasi Gawat Darurat IGD di Rumah Sakit Mitra Siaga

Nilai negatif yang terlihat pada semua item pernyataan menunjukkan bahwa belum terpenuhinya harapan pasien terhadap kinerja Petugas Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Universitas