• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kepentingan Australia Dalam Kerjasama Australia Federal Police Dengan Kepolisian Republik Indonesia Dalam Penanggulangan Pencari Suaka

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kepentingan Australia Dalam Kerjasama Australia Federal Police Dengan Kepolisian Republik Indonesia Dalam Penanggulangan Pencari Suaka"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Kepentingan Australia Dalam Kerjasama Australia Federal Police

Dengan Kepolisian Republik Indonesia Dalam Penanggulangan

Pencari Suaka

Disusun dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana

Ilmu Politik (S.IP) Strata-1

Oleh: Ahmad Sholeh

(09260127)

JURUSAN HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Ahmad Sholeh

Nim : 09260127

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Jurusan : Ilmu Hubungan Internasional

Judul Skripsi : KEPENTINGAN AUSTRALIA DALAM

KERJASAMA AUSTRALIA FEDERAL POLICE DENGAN KEPOLISIAN REPUBLIC INDONESIA DALAM PENANGGULANGAN PENCARI SUAKA

Telah dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Ujian Skripsi

Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

Jurusan Ilmu Hubungan Internasional

Dan dinyatakan LULUS

Pada hari : Kamis

Tanggal : 22 Januari 2015

Tempat : Ruang Dosen FISIP

Mengesahkan Dekan FISIP – UMM

Dr. Asep Nurjaman, M.Si

Dewan Penguji: Tanda Tangan

1. Dyah Estu K M.Si ( )

2. Hevi Kurnia Hardini, MA. Gov ( ) 3. Drs. Abdullah Masmuh M.Si ( )

(3)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim,

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan berkah dan

rahmat nya sehingga penulis bisa menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan

baik, yang merupakan salah satu syarat dalam penyelesaian program studi strata

satu jurusan Hubungan Internasional pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Muhammadiyah Malang.

Isu Pencari suaka dan Penyelundupan manusia ke Australia memang tidak

bisa dipisahkan dengan Indonesia, walaupun Australia sebagai Negara tujuan

pencari suaka namun Indonesia merupakan tempat transit bagi para pencari suaka,

dan di Indonesia juga para pencari suaka ini akan menemukan para sindikat yang

akan membantu untuk menyelundupkan mereka ke Australia. selain itu factor

geografis antara Indonesia dengan Australia yang berdekatan juga menjadi alasan

singgahnya pencari suaka ke di Indonesia. Hal inilah yang kemudian mendorong

Australia untuk melakukan kerjasama dengan Indonesia melalui Australia Federal

Police dengan Kepolisian Republik Indonesia untuk penanggulangan pencari

suaka.

Penulis menyadari bahwa didalam proses pengerjaan dan penyajian skripsi

ini masih terdapat kekurangan yang perlu dibenahi dan disempurnakan. Oleh

karena itu masukan dan kritikan yang membangun sangat diharapkan oleh penulis

untuk membantu menutup celah dan kekurangan tersebut. Akhirul kata, penulis

berharap skripsi ini dapat memberikan kontribusi dan bermanfaat untuk

(4)

Internasional di lingkungan Universitas Muhammadiyah Malang dan juga disiplin

Ilmu Hubungan Internasional di Indonesia secara umum. Amien, Amin, Ya

Robbal „alamin.

Wassalamu’alaikum warahmatullahhi wa barakatuh.

Malang, 12 Februari 2015

Ahmad Sholeh

(5)

DAFTAR ISI

JUDUL...i

LEMBAR PERSETUJUAN...ii

LEMBAR PENGESAHAN...iii

BERITA ACARA BIMBINGAN...iv

KATA PENGANTAR...v

LEMBAR PERSEMBAHAN...vi

ABSTRAKSI...viii

DAFTAR ISI...ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 7

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8

1.4. Penelitian Terdahulu ... 8

1.5. Landasan Konseptual ... 16

1.5.1. Konsep Cooperatif Security ... 16

1.5.2. Konsep National Security. ... 20

1.6. Metodologi Penelitian ... 24

1.6.1. Tipe Penelitian... ... 24

1.6.2. Teknik Pengumpulan Data... ... 24

1.6.3. Teknis Analisa Data... ... 24

1.6.4. Ruang Lingkup Penelitian... ... 25

1.7. Argumen Dasar ... 25

1.8. Sistematika Penulisan ... 26

BAB II ISU PENCARI SUAKA DALAM HUBUNGAN BILATERAL INDONESIA-AUSTRALIA 2.1. Definisi Pengungsi Menurut Konvensi 1951 dan Protokol 1967 ... 28

2.2. Indonesia Sebagai Jalur Faforit Pencari Suaka ... 34

2.3. Australia Sebagai Negara Tujuan Pencari Suaka ... 41

(6)

2.5. Kerjasama Australia Federal-Police Dengan Kepolisia Republik

Indonesia Dalam Penanggulangan Pencari Suaka...55

BAB III KEPENTINGAN AUSTRALIA DALAM KERJASAMA AUSTRALIA FEDERAL POLICE DENGAN KEPOLISIAN REPUBLIK INDONESIA DALAM PENANGGULANGAN PENCARI SUAKA.

3.1. Australia Sovereignity ... 62 3.2. Societal Security... ... 69 3.3. Economic Security ... ... 74

BAB IV PENUTUP

4.1. Kesimpulan. ... 79

4.2. Saran ... 80

DAFTAR PUSTAKA

(7)

DAFTAR LAMPIRAN

1. ARRANGEMENT BETWEEN THE INDONESIA NATIONAL POLICE

AND THE AUSTRALIAN FEDERAL POLICE ON COOPERATION IN

(8)

DAFTAR PUSTAKA Buku

Buzan, Barry, 1983, People, States, and Fear: The National Security In The Third World, WHEATSHEAF BOOKS LTD, Britain

Chalk, Peter, 2000, Non-Military Security And Global Order: The Impact of Extrimism, Violence and Chaos on National and International Security, ST. MARTIN’S PRESS, LLC, New York

Gyngel, Allan and M Wesley, 2007, Making Australian Foreign Policy, Cambridge University Press,Oxford

Mas'oed, Mohtar, 1990, Ilmu Hubungon Internasionol: Disiplin dan Metodelogi, Pustaka LP3ES, Jakarta

Paul D. Williams, 2008, Security Studies; An Introduction, Routledge, New York

Raharjo, Satjipto, 2000, Ilmu Hukum, Cetakan ke-5, Citra Adiya Bakti, Bandung UNHCR, 2011, Handbook and Guidelines on Procedures and Criteria for

Determining Refugee Status: under the 1951 Convention and the 1967 Protocol relating to the Status of Refugees, Genewa

Vrachnaz, Jhon, dkk, 2005, Migration And Refugee law (Priciple And Practice in Australia), Cambridge University Press, New York

White, Brian, Richard Little dan Michael Smith, 1997, Issues In World Politics, Macmillan Press, London

Jurnal dan Internet

2012-13 FEDERAL BUDGET IN BRIEF: WHAT IT MEANS FOR REFUGEES AND PEOPLE SEEKING HUMANITARIAN PROTECTION dalam http://refugeecouncil.org.au/r/bud/2012-13-Budget.pdf diakses pada 16-11-2014

2013-14 FEDERAL BUDGET IN BRIEF: WHAT IT MEANS FOR REFUGEES AND PEOPLE SEEKING HUMANITARIAN PROTECTION dalam http://refugeecouncil.org.au/r/bud/2013-14-Budget.pdf diakses pada 16-11-2014

(9)

http://www.aic.gov.au/media_library/conferences/other/graycar_adam/200 0-08-smuggling.pdf diakses pada 01-09-2014

Citra Adelia, Perubahan kebijakan Bangladesh Terhadap Taum Rohingya di Perbatasan Bangadesh Myanmar, diunduh dari http://journal.unair.ac.id/filerPDF/E-Journal%20Skripsi.docx di akses pada 25-03-2014

Commonwealth of Australia, 2007, Kehidupan Di Australia, diunduh dari

http://www.immi.gov.au/living-in-Australia/values/book/translation/indonesian.pdf diakses pada 25-09-2014

Department of Immigration and Border Protection, Privacy Notice, diunduh dari https://www.immi.gov.au/allforms/foreign/1442iind.pdf diakses pada 15-11-2014

Dindya Sisca Prahenti, Dampak Singgahnya Pencari Suaka Ke Australia Terhadap Peningkatan Kejahatan Transnasional Di Indonesia, diunduh

dari dari

http://journal.unair.ac.id/filerPDF/DINDA%20Jurnal%20Skripsi.docx diakses pada 02-10-2014

Dra. Adrini Pujiyanti, M.si, Budaya Maritim Geo-Politik dan Tantangan Keamanan Indonesia, diunduh dari http://berkas.dpr.go.id/pengkajian/files/buku_lintas_tim/buku-lintas-tim-3.pdf di akses 25-09-2014

E. Cortes Kalena, Are Refugees Different With Economic Migrants? Some Empirical Evidence On The Heterogeneity Of Immigrants Group In The United States, Princenton University, dalam http://ftp.iza.org/dp1063.pdf diakses pada 28-12-2014

Humprey Wangke, 2012, “Indonesia Dan Masalah Imigran Gelap”, diunduh dari

(10)

http://repository.ubaya.ac.id/3344/1/Krustiyati_Kebijakan_2012.pdf diakses pada 01-09-2014

Louise Oliiff, What Works, laporan Refugee Council of Australia, diunduh dari http://www.refugeecouncil.org.au/docs/resources/reports/What_Works.pdf diakses pada 11-11-2014

M. Rifqi Herdiansyah. Kebijakan Pemerintah Australia Terkait Permasalahan Irregular Maritime Arrivals Periode Kepemimpinan Perdana Menteri Julian Gillard Tahun 2010-2012, diunduh dari http://journal.unair.ac.id/filerPDF/Jurnal%20Skripsi%20M.%20Rifqi%20 Herdianzah.pdf di akses pada 23 Oktober 2013

NOTA KESEPAHAMAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH COMMONWEALTH OF AUSTRALIA TENTANG PENANGGULANGAN KEJAHATAN LINTAS NEGARA DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA KEPOLISIAN, diunduh dari http://treaty.kemlu.go.id/uploads-pub/4245_AUS-2008-0174.pdf diakses pada tanggal 12-11-2013

Pengaturan Antara Kepolisian Republik Indonesia Dan Kepolisian Federal Australia Tentang Kerjasama Dalam Pencegahan Dan Penanggulangan Kejahatan Lintas Negara, dalam http://treaty.kemlu.go.id/index.php/treaty/index diakses pada 28-10-2013

Rizal Sukma, Konsep Keamanan Nasional, diunduh dari

http://booksreadr.org/pdf/konsep-keamanan-nasional-propatriaorid-towards-a-168132713.html diakses pada tanggal 28-03- 2014

Sigit Riyanto, Prinsip non-Refoulment dan Relevansinya Dalam Sistim Hukum Internasional, diunduh dari https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=5

Sita Hidriyah, Isu Imigran Gelap Dalam Hubungan Bilateral Australia Indonesia,

diunduh dari

http://berkas.dpr.go.id/pengkajian/files/info_singkat/Info%20Singkat-V-19-I-P3DI-Oktober-2013-60.pdf di akses pada 25-01- 2014

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO.9 TAHUN 1992 TENTANG

KEIMIGRASIAN, dalam

(11)

United Nation, REFUGEES AND STATELESS PERSONS; Convention Relating to The Status Of Refugees, diunduh dari https://treaties.un.org/doc/Publication/MTDSG/Volume%20I/Chapter%20 V/V-2.en.pdf di unduh pada 23-10-2013

Vera Puspita Ningsih, Upaya International Organization For Migration (Iom) Dalam Menangani Masalah Imigran Gelap Di Indonesia, diunduh dari

http://ejournal.hi.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/uploads/2014/05/(Vera%20Puspita%20Ningsih)%20eJournal%20I lmu%20Hubungan%20Internasional%20(05-07-14-06-10-40).pdf Diakses pada 03-10-2014

Yanyan Mochammad Yani, Drs. MAIR. Ph.D, Politik Luar Negeri,diunduh dari

http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2010/06/politik_luar_negeri.pdf diakses pada 25-10-2013

Yuliantiningsih, Aryuni, Perlindungan Pengungsi Dalam Persepektif Hokum Internasional Dan Hokum Islam, diunduh dari

AFP Bantu POLRI $3,6 Juta, http://www.kabarbisnis.com/umum/2813028-AFP_bantu_Polri_Aus__3_6_juta.html di akses pada 28-10-2013

Agus Tri Wibowo, Australia Terbangkan 39 Pencari Suaka ke PNG, dalam http://microsite.metrotvnews.com/Indonesiamemilih/read/2013/08/07/302/ 173668/Australia-Terbangkan-39-Pencari-Suaka-ke-PNG di akses pada 20-08-2014

Ahmad Faizal, Selundupkan 120 Imigran Gelap, 2 Nelayan Sumbawa

Diamankan, dalam

http://regional.kompas.com/read/2013/07/04/2138213/Selundupkan.120.I migran.Gelap.2.Nelayan.Sumbawa.Diamankan 26-05-2014

Ali, Tangani Imigran Gelap, Polisi Fedral Australia Bantu Polda Kepri 1 Miliar, dalam http://www.batamtoday.com/berita20070-Tangani-Imigran-Gelap,-Polisi-Federal-Australia- Bantu-Polda-Kepri-Rp1-Miliar.html Diakses pada 28-10-2013

(12)

Anwar Maga, POLRI-AFP Mantapkan Strategi Penanganan Penyelundupan Manusia, dalam http://mataram.antaranews.com/berita/25452/polri-dan-afp-mantapkan-strategi-penanganan-penyelundupan-manusia diakses pada 03-10-2014

Australia Bantu POLRI Tiga Kapal Patroli,

http://www.jpnn.com/read/2011/12/06/110341/Australia-Bantu-Polri-Tiga-Kapal-Patrol di akses pada 28-10- 2013

Australian Immigation and Australian Visas, dalam http://www.australia-migration.com/page/General_Hints_and_Tips/296 diakses pada 28-10-2014

Bali Proccess, Dalam http://www.unhcr.or.id/id/Bali-process-id di akses pada tanggal 28-10-2013

Bayu Galih, Gedung Penampung Imigran Dibangun di Lampung, Dalam http://m.bola.viva.co.id/news/read/334454-gedung-penampung-imigran-dibangun-di-lampung Diakses pada 28-10-2013

Ben Packham, “Jullia Gillard Announces Plan to Target Boat People Issue at sedunia-suka-duka-pengungsi-di-Australia/1148696 diakses pada 27-09-2014

Bianca Hall, Few Asylum Seeker Charged with Crime, dalam

http://www.smh.com.au/federal-politics/political-news/few-asylum-seekers-charged-with-crime-20130228-2f98h.html diakses pada 16-11-2014

Bilal Ramadhan, Australia Bantu POLRI Bangun Laboraturium Forensik, dalam

http://www.republika.co.id/berita/breaking- news/nasional/11/03/16/170014-australia-bantu-polri-bangun-laboratorium-forensik Diakses pada 28-10-2013

Caharacter and Police Certificate Requirements, dalam http://www.immi.gov.au/Help/Pages/character-police/requirements.aspx diakses 15-11-2014

(13)

Fani Ferdiansyah, Terhimpit Ekonomi, Nelayan Bantu Imigran Gelap,

http://daerah.sindonews.com/read/2012/11/18/21/689335/terhimpit-ekonomi-nelayan-bantu-imigran-gelap 26-05-2014

Fathurrahman Al Azis, Jalur Indonesia Paling Mudah Dilalui Imigran. dalam

http://log.viva.co.id/news/read/149226-jalur_Indonesia_paling_mudah_dilalui_imigran. diakses pada 25-09-2014 Gagah Wijoseno, 5 Alasan Indonesia Menjadi Jadi Surga Transi Pencari Suaka

Ke Australia,

http://news.detik.com/read/2011/12/20/182116/1795871/10/5-alasan-Indonesia-jadi-surga-transit-imigran-gelap-ke-Australia di akses 20-09-2014

Gemma Jones, Abbot Government In Crime Crackdown on Asylum Seekers, dalam http://www.news.com.au/national/abbott-government-in-crime-crackdown-on-asylum-seekers/story-fncynjr2-1226733799066 diakses pada 16-11-2014

Geografi Indonesia, dalam http://www.Indonesia.go.id/in/sekilas-Indonesia/geografi-Indonesia diakses pada 04-09-2014

Harmen Batubara, Lemahnya Kehadiran Negara Diwilayah Perbatasan, dalam

http://www.wilayahperbatasan.com/lemahnya-kehadiran-negara-di-wilayah-perbatasan/ diakses pada 22-08-2014

Hendra Gunawan, 84 Imigran Ditangkap Di Pantai Selatan Garut, dalam http://www.tribunnews.com/regional/2013/07/21/84-imigran-ditangkap-di-pantai-selatan-garut diakses pada 03-09-2014

Perjanjian Keamanan RI-Australia Resmi Berlaku,

http://www.setneg.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id= 1313 diakses pada tanggal 28-10-2013

Imigran Gelap Kerap Berselisih dengan Warga Puncak, dalam http://www.beritasatu.com/megapolitan/31708-imigran-gelap-kerap-berselisih-dengan-warga-puncak.html diakses pada 06-10-2014

(14)

Pengangkut-Imigran-Gelap-Diberi-Imbalan-Rp-5-Juta- diakses 26-05-2014

Isu Pengungsi Menjelang Pengungsi Australia, dalam http://www.bbc.co.uk/indonesia/dunia/2013/08/130816_australia_pemilu diakses pada 25-09-2014

Jessica Helena Wuysang, Hibah Kepolisian Australia, dalam http://www.antaranews.com/foto/35257/hibah-kepolisian-australia diakses pada 28-10-2013

Keamanan Komunikasi-Informasi Harus Diperkuat, dalam

http://beritasore.com/2013/11/07/wakapolri-keamanan-informasi-komunikasi-indonesia-harus-diperkuat/ diakses pada 03-10-2014

Kedutaan Besar Australia, “Ekonomi Global”, dalam

http://www.indonesia.embassy.gov.au/jaktindonesian/ekonomi_global.htm l diakses pada 27-05-2014

Kirsty Needham, Switch to onshore processing threatens a budget blow out dalam http://www.smh.com.au/national/switch-to-onshore-processing-threatens-a-budget-blowout-20111014-1lpai.html diakses 16-11-2014

Kronologi bom bali yang mengguncang dunia,

http://www.balipost.co.id/balipostcetaK/2003/5/12/f6.htm diakses pada 16-11-2014

Kusmayadi, 2 Polisi Ditangkap, Diduga Bekengi Penyelundupan Imigran ke

Australia, dalam

http://finance.detik.com/read/2012/04/25/144925/1901259/10/2-polisi-ditangkap-diduga-bekingi-penyelundupan-imigran-ke-australia diakses 25-08-2014

Louis Rikia, Kantor Imigrasi Pindah Imigran Illegal ke Rudenim,

http://antarajatim.com/lihat/berita/95401/kantor-imigrasi-pindah-imigran-ilegal-ke-rudenim diakses pada 26-08-2014

Maryam Ghamgusar, Australia: Why Boat People Risk It All, dalam http://www.bbc.com/news/world-asia-23933103 diakses pada 12-12-2014.

(15)

Mustiana Lestari, Kisah Imigran Gelap Bayar Rp. 30 Juta Demi Mencari Suaka,

Pencari Suaka, dalam http://www.unhcr.or.id/id/siapa-yang-kami-bantu/pencari-suaka diakses 06-05-2014

Rifqi, POLDA Banten Dapat Hibah Ranmor Dari Polisi Australia, dalam http://kabar-banten.com/news/detail/6644 diakses pada 28-10-2013

Robertus Belarminus, Alasan Imigran Timur Tengah Ke Australia, dalam http://megapolitan.kompas.com/read/2012/10/25/16354133/Alasan.Imigra australia diakses pada 28-10-2013

Sigit Zulmunir, Warga Bogor Tersangka Penyelundup Imigran Rohingya, dalam

http://en.tempo.co/read/news/2013/11/19/078530762/Warga-Bogor-Tersangka-Penyelundup-Imigran-Rohingya diakses pada 24-10- 2013

Tenggelamnya kapal imigran, dalam http://www.bbc.co.uk/indonesia/dunia/2012/06/120621_boatcapsize.shtml diakses pada 25-09-2014

UNHCR, Sebuah Organisasi Kemanusiaan Global Yang Rendah Hati, dalam http://www.unhcr.or.id/id/tentang-unhcr/sejarah-unhcr diakses pada

06-05-Wayan Agus Purnomo, Pelintas Batas Rawan Rawan Jadi Kurir Transnasional,

dalam http://www.tempo.co/read/news/2011/03/29/063323718/Pelintas-Batas-Rawan-Jadi-Kurir-Transnasional diakses pada tanggal 01-09-2014

(16)

http://www.afp.gov.au/ diakses pada 16-11-2014

http://www.afp.gov.au/en/policing/people-smuggling.aspx diakses pada 23 Oktober 2013

http://www.afp.gov.au/en/policing/people-smuggling.aspx diakses pada tanggal 25-12- 2013

http://www.afp.gov.au/en/Search.aspx?searchTerm=AFP%20is diakses pada 27-09-2014

http://www.afp.gov.au/policing.aspx diakses pada 27-09-2014

http://www.imigrasi.go.id/index.php/hubungi-kami/rumah-detensi-imigrasi diakses pada 02-10-2014

http://www.immi.gov.au/allforms/ diakses 15-11-2014

http://www.immi.gov.au/allforms/health-requirements/meeting-health-req.htm diakses 16-11-2014

http://www.immi.gov.au/managing-Australias-borders/border-security/travel/document/ diakses pada 15-11-2014

http://www.kamusbesar.com/

https://www.humanrights.gov.au/publications/face-facts-2012/2012-face-facts-chapter-3 diakses pada 27-11-2014

https://www.immi.gov.au/media/fact-sheets/62assistance.htm diakses pada 01-09-2014.

https://www.immi.gov.au/media/fact-sheets/82detention.htm diakses pada 29-12-2014

http://rudenimdenpasar.imigrasi.go.id/opini.php?act=detil&id=2013-05-14%2014:00:36 diakses pada 27-12-2014

(17)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Australia merupakan salah satu Negara yang memiliki permasalahan

dengan pencari suaka yang memaksa masuk wilayah Australia dengan cara yang

tidak legal. Australia merupakan destinasi para pencari suaka yang ingin

mendapatkan perlindungan dengan status sebagai pengungsi sehingga kemudian

mereka berharap akan mendapatkan kewarganegaraan dan ijin tinggal di

Australia. Beberapa Negara yang menjadi tujuan bagi para pencari suaka yang

ingin mendapatkan statusnya sebagai pengungsi merupakan Negara yang

memiliki keberhasilan ekonomi, kesejahteraan sosial, maupun kestabilan politik

seperti Amerika Serikat, Kanada, Prancis, Jerman, Inggris, spanyol serta Selandia

Baru termasuk Australia yang memiliki kestabilan politik dan ekonomi.1 Australia

sendiri termasuk salah satu Negara yang bisa dibilang memiliki keberhasilan

ekonomi dan stabilitas politik.

Para pencari suaka yang datang kebanyakan berasal dari Negara-Negara

Asia yang sedang mengalami konflik politik, diantaranya adalah Afghanistan,

Iraq, Iran, Sri Lanka dan dari beberapa Negara lainya.2 Terjadinya konflik politik

yang berkepanjangan tersebut mengakibatkan Negara asal dirasa tidak

1

Jurnal Skripsi, M. Rifqi Herdiansyah. “KEBIJAKAN PEMERINTAH AUSTRALIA TERKAIT PERMASALAHAN IRREGULARMARITIME ARRIVALS PERIODE KEPEMIMPINAN PERDANA MENTERI JULIAGILLARD TAHUN 2010-2012” dalam

http://journal.unair.ac.id/filerPDF/Jurnal%20Skripsi%20M.%20Rifqi%20Herdianzah.pdf di akses pada 23-10-2013

2Jannet Philips, 2014, “Boat People to Australia: A quick Guide To The Statistic”, diunduh dari

(18)

2 memungkinkan lagi untuk memberikan perlindungan kepada warga negaranya

sehingga memaksa mereka untuk mencari perlindungan di Negara lain.

Kedatangan para pencari suaka menuju Australia memiliki maksud untuk

mendapatkan kehidupan yang layak, perlindungan, serta jaminan keselamatan dari

Negara tujuan.

Isu pengungsi memang menjadi permasalahan dan agenda internasional,

hal tersebut dapat dilihat dari terbentuknya UNHCR (United Nation High

Commissioner for Refugees) yang merupakan organisasi tangan kanan PBB yang

khusus menangani isu pengungsi dunia.3 Organisasi ini bertujuan untuk

membantu masyarakat dunia yang hidupnya terncam dinegara asalnya dan tidak

memungkinkan untuk tetap tinggal dinegara asalnya agar mendapatkan

perlindungan dengan menempatkan mereka di Negara lainya.4

Australia merupakan salah satu Negara yang telah menandatangani

konvensi 1951 dan protokol 1967, dan telah secara resmi tergabung menjadi

anggota UNHCR. Ini artinya Australia memiliki kewajiban untuk turut

berpartisipasi dalam membantu para pengungsi yang ingin meninggalkan

negaranya, serta memberikan fasilitas dan perlindungan bagi para pengungsi

sesuai dengan komitmen yang tertuang dalam konvensi yang telah di setujui

bersama sebelumnya.5 Namun meskipun demikian demikian tetap ada prosedur

3

Brian White, Richard Little dan Michael Smith, 1997, “Issues In World Politics”, London, Macmillan Press, hal 217-218.

4

Lihat www.unhcr.org

5

United Nation, REFUGEES AND STATELESS PERSONS; Convention Relating to The Status Of Refugees, dalam

(19)

3 yang wajib untuk dipenuhi oleh para pencari suaka sebelum mereka mendapatkan

tempat ataupun perlindungan dari Australia dan Negara lainya.

Para pengungsi memiliki hak untuk mendapatkan perlindungan jaminan

keamanan dari pemerintah Australia sesuai dengan perintah konvensi 1951 dan

protocol 1967, namun kedatangan mereka dianggap menjadi masalah oleh

Pemerintah Australia. Hal tersebut di karenakan adanya pelanggaran prosedur

yang dilakukan oleh para pencari suaka, mereka masuk dalam territorial Australia

dengan cara yang tidak direkomendasikan. Australia beranggapan pencari suaka

yang datang tanpa teridentifikasi berpotensi memberikan dampak negative bagi

negaranya.6 Kondisi tersebut kemudian menjadi landasan bagi Australia

memberikan efek jera bagi para pencari suaka yang datang dengan menggunakan

perahu. Hal itu dapat dilihat dari beberapa kebijakan australia yang bersifat

preventif terhadap pencari suaka ini.

Para pencari suaka yang datang ke Australia memanfaatkan jalur perairan

Indonesia, dan menjadikan Indonesia sebagai tempat transit atau pemberhentian

sementara sebelum mereka melanjutkan perjalanan ke Negara tujuan. Perjalanan

mereka menuju Australia dengan menggunakan perahu, yang difasilitasi oleh

oknum tertentu yang merupakan warga Negara Indonesia.7 Letak georafis

Indonesia yang strategis menjadikan Indonesia sebagai jalur faforit bagi para

pencari suaka yang bertujuan ke Australia, sehingga Indonesia memiliki peran

6

Dalam http://www.afp.gov.au/en/policing/people-smuggling.aspx diakses 23 Oktober 2013

7

(20)

4 penting yang di bisa di manfaatkan oleh Pemerintah Australia untuk membendung

masuknya para imigran.

Dengan kondisi seperti ini tentunya Australia perlu untuk melakukan

kerjasama dengan Indonesia. Melalui kerjasama ini akan mempermudah Australia

untuk mencegah masuknya pencari suaka dengan menggunakan perahu karena

akan mempersempit ruang gerak para pencari suaka dan penyelundup untuk

menembus perbatasan Australia. Indonesia bisa menjadi benteng pertahanan

terluar Australia sebelum para pengungsi sampai ke batas wilayah Negara. Para

pencari suaka akan lebih dulu tertangkap oleh petugas keamanan Indonesia

sebelum mereka sampai ke australia.

Pada tahun 2002, Australia yang di pimpin oleh perdana menteri Jhon

Howard dan Indonesia di pimpin oleh Presiden Megawati melakukan kerjasama

dengan menginisiasi sebuah forum internasional yang di kenal dengan Bali Procces yang bertujuan untuk memberantas penyelundupan dan perdagangan

manusia, serta kejahatan transnasional terkait lainnya dengan melibatkan beberapa

Negara tetangga yang memiliki visi yang sama terhadap isu-isu tersebut dan

berkomitmen untuk mengatasi permasalahan people smuggling dan trafficking.8 Forum ini tentunya dapat di maksimalkan oleh Australia untuk menguatkan sektor

keamanan dalam pencegahan penyelundupan pencari suaka ke Australia pada

khususnya dan kegiatan-kegiatan yang mengarah pada isu transnational crime9

8

“Bali Proccess” Dalam http://www.unhcr.or.id/id/Bali-process-id di akses pada tanggal 28-10-2013

9

(21)

5 terkait lainya. Australia dan Indonesia juga melakukan kerjasama keamanan yang

di kenal dengan Lombok treaty pada tahun 2006, yaitu sebuah perjanjian kerjasama yang meliputi kerjasama intelijen, keamanan maritim, keamanan

penerbangan, proliferasi senjata pemusnah massal dan kerjasama tanggap

darurat.10

Upaya Pemerintah Australia untuk memperkuat pertahanan dan keamanan

territorialnya dari serbuan para pencari suaka yang mencari suaka terus berlanjut.

Upaya untuk menjadikan Indonesia partner sekaligus ujung tombak dalam

menghadang para pengungsi yang datang ke Australia melalui perairan Indonesia

di lanjutkan dengan melakukan kerjasama antar instansi kedua Negara. Pada tahun

2011 lalu, POLRI dan Australia Federal Police melakukan kesepakatan perjanjian kerjasama yang berdasarkan atas Lombok Treaty dalam pencegahan dan pemberantasan kejahatan lintas Negara. Perjanjian tersebut langsung di tanda

tangani oleh KAPOLRI Jendral Timur Pradopo (POLRI) dan Commissioner Tony Negus APM (AFP) serta disaksikan oleh masing masing Kepala Negara.11

Didalam kerjasama tersebut, Australia tentunya mempunyai sebuah misi

yang direfleksikan dengan melakukan ratifikasi nota kesepahaman dengan

Indonesia. Australia tentunya menyadari bahwa permasalahan pencari suaka

tersebut akan menghabiskan banyak waktu dan tenaga untuk di selesaikan. Di

“Security Studies; An Introduction”, New York, Routledge, hal; 454 dalam

http://bookfi.org/dl/1154013/402e3b diakses pada 08-10-2014

10“Perjanjian Keamanan RI

-Australia Resmi Berlaku” Dalam

http://www.setneg.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=1313 di akses pada tanggal 28-10-2013

11

Naskah kerjasama antara Kepolisian Republik Indonesia dengan Polisi Federal Australia

“Pengaturan Antara Kepolisian Republik Indonesia Dan Kepolisian Federal Australia Tentang Kerjasama Dalam Pencegahan Dan Penanggulangan Kejahatan Lintas Negara” dalam

(22)

6 perlukan sebuah strategi yang jitu untuk menghambat arus kedatangan para

pengungsi ke Australia. Sehingga dengan kerjasama tersebut, Australia dapat

menekan arus kedatangan pengungsi dan mengurangi beban Pemerintah dalam

penanganan isu tersebut.

Kebijakan Australia untuk mempererat hubungan kerjasama melalui

instrument Polisi Federal Polisi-nya merupakan hal yang tepat, karena secara

geografis, Indonesia adalah Negara tetangga Australia dan menjadi jalur faforit

bagi para pencari suaka. Ketika jalur tersebut, yang notabene banyak di

manfaatkan oleh para pencari suaka dapat di control, maka secara otomatis

Australia dapat meminimalisir arus kedatangan mereka. Namun sebaliknya jika

Australia tidak mampu mengontrol wilayah tersebut maka jumlah para pengungsi

yang datang tidak akan sepenuhnya mampu di bendung. Dan tentunya hal tersebut

akan merugikan Australia, serta potensi akan ancaman yang di timbulkan oleh

para pencari suaka akan semakin besar.

Pada tahun 2011 lalu, Polisi federal Australia juga memberikan bantuan

tiga buah kapal patroli kepada Kepolisian Republik Indonesia yang dapat

digunakan untuk kepentingan patrol di daerah perbatasan.12 Bantuan tersebut

merupakan refleksi dari kerjasama yang di lakukan sekaligus merupakan

kepanjangan tangan dari kepentingan Australia. Dengan bantuan yang diberikan

tersebut, tentunya akan mempermudah Kepolisian Republik Indonesia dalam

penanggulangan arus gelombang para pencari suaka. Manfaat yang di dapatkan

Australia sendiri adalah semakin ketatnya penjagaan jalur pintu masuk para

12“Australia Bantu POLRI Tiga Kapal Patroli”

(23)

7 pengungsi menuju Australia maka keamanan nasional Australia pun dapat

tercontrol.

Pada dasarnya penyelesaian masalah pencari suaka memang tidak hanya

bertumpu pada institusi Australia Federal Police ataupun POLRI saja. Namun juga

melibatkan pihak-pihak terkait dalam penangananya. Namun disini peneliti

melihat bahwa kedua institusi tersebut merupakan institusi utama yang mewakili

kepentingan penegakan hokum di masing-masing Negara. Permasalahan pencari

suaka yang di hadapi oleh Australia, merupakan permasalahan yang serius bagi

pemerintah Australia. Hal inilah yang menjadi factor pendorong bagi Australia

untuk kemudian menjalin hubungan kerjasama dengan Indonesia.

Isu pencari suaka ini sangat menarik untuk dibahas walaupun isu tersebut

merupakan isu klasik bagi Australia. Namun hingga saat ini isu tersebut masih

hangat diperbincangan oleh kedua Negara antara Indonesia dan Australia. Dalam

pembahasan pencari suaka ke Australia, tentunya Indonesia juga tidak terlepas

dari pembahasan tersebut dikarenakan indonesia merupakan tempat transit para

pencari suaka. Isu tersebut pula yang terkadang meningkatkan tensi hubungan

Antara Australia dengan Indonesia sehingga dengan latar belakang tersebut

kemudian peneliti mengangkat penelitian tentang “KEPENTINGAN AUSTRALIA

DALAM KERJASAMA AUSTRALIA FEDERAL POLICE DENGAN KEPOLISIAN REPUBLIK INDONESIA DALAM PENANGGULANGAN PENCARI SUAKA”.

1.2Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang di atas, maka didalam penelitian ini peneliti

(24)

8 kerjasama yang di lakukan antara Polisi Federal Australia dengan Kepolisian

Republik Indonesia dalam penanganan permasalahan pencari suaka?”.

1.3Tujuan Dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti mencoba untuk menjelaskan tentang

bagaimana kepentingan Australia dalam kerjasama yang di lakukan Kepolisian

Federal Australia dengan Kepolisian Republik Indonesia dalam penanggulangan

permasalahan pencari suaka, dengan menggunakan disiplin ilmu Hubungan

Internasional.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bisa bermanfaat dalam menambah pengetahuan

tentang usaha yang di lakukan Australia guna mendapatkan kepentingan

nasionalnya serta keamanan dari potensi yang mengancam Negaranya, yang

tentunya akan merugikan Negara yang bersangkutan, melalui kerjasama Polisi

Federal Australia dengan Kepolisian Republik Indonesia dalam penanggulangan

pencari suaka. Serta hasil penelitian ini di harapkan akan bermanfaat bagi peneliti

lain sebagai referensi atau dasar pemikiran dalam penelitian yang sejenis. 1.4Penelitian Terdahulu

Permasalahan pencari suaka merupakan sebuah isu global yang dihadapi

beberapa negara di dunia. Khususnya bagi Negara-negara yang menjadi destinasi

dan tempat transit para pencari suaka. Mereka adalah para korban pelanggaran

HAM yang seharusnya mendapatkan perlindungan, namun sebaliknya mereka di

(25)

9 banyak para pencari suaka yang datang tidak menghiraukan peraturan untuk

mendapatkan suaka di Australia, sehingga pemerintah Australia merasa di rugikan

oleh kedatangan para pencari suaka tersebut. Beberapa penelitian sebelumnya

sudah pernah membahas tentang permasalahan kedatangan pencari suaka yang

tidak mematuhi perosedur.

Humprey Wangke13 dalam jurnalnya “Indonesia dan Masalah Imigran Gelap” menjelaskan bahwa imigran gelap yang saat ini menjadi salah satu

permasalahan serius bagi Indonesia dan Australia sebagai dampak dari terjadinya

konflik politik yang terjadi di beberapa negara. Permasalahan Imigran gelap sulit

untuk di selesaikan dikarenakan kurangnya ketegasan pemerintah Australia dalam

menentukan status mereka dari pencari suaka menjadi pengungsi, sehingga

dengan demikian berdampak negative pada Indonesia. Indonesia yang hanya

berstatus sebagai Negara transit tidak dapat berbuat banyak karena para imigran

yang tertangkap di Indonesia menolak di tahan oleh pemerintah Indonesia karena

proses penyelesaiannya di anggap tidak jelas. Tidak termasuknya Indonesia dalam

daftar Negara yang menandatangani konvensi 1951 dan protocol 1967 juga

memberikan permasalahan dalam penanganan imigran gelap.

Perbedaan penelitian Humprey Wangke dengan milik peneliti adalah pada

focus penelitian yang akan di teliti. Peneliti akan membahas tentang kerjasama

antara Australia dengan Indonesia melalui Australia Federal Police dengan

kepolisian republic Indonesia untuk menangani isu pencari suaka. Kemudian dari

13

Peneliti bidang Hubungan Internasional pada Pusat Pengkajian Pengolahan Data dan Informasi (P3DI) Setjen DPR RI di unduh dari

(26)

10 kerjasama tersebut peneliti mencoba menjelaskan tentang kepentingan yang di

kejar Australia dalam kerjasama yang dilakukan tersebut.

Selanjutnya adalah penelitian yang di lakukan oleh M. Rizki

Herdiansyah14 yang berjudul “Kebijakan Pemerintah Australia Terkait Permasalahan Irregular Maritime Arrival Periode Kepemimpinan Perdana Mentri Jullian Gillard (2010-2012)”. Penulis dalam penelitianya membahas

tentang kebijakan-kebijakan apa saja yang di ambil oleh Australia yang di pimpin

oleh perdana mentri jullian Gillard dalam merespon kedatangan para pengungsi

yang tidak memenuhi persyaratan untuk mendapatkan suaka. Dapat di lihat bahwa

dalam jurnalnya peneliti menggunakan pendekatan kebijakan luar negeri.

Dalam kepemimpinan perdana mentri jullian Gillard Australia telah

mengeluarkan beberapa kebijakan, yang memiliki tujuan untuk menghadang

masuknya para pengungsi yang datang melalui jalur laut dan tanpa memiliki

document-document yang lengkap. Adapun beberapa kebijakan-kebijakan

tersebut antara lain: (1) Pasific Solution, (2) Mandatory Detention, (3)

Pemberlakuan Bridging Visa, (4) Pengembalian Pencari Suaka ke Negara Asal,

(5) Malaysia Solution

Kebijakan-kebijakan tersebut diatas merupakan kebijakan yang di

keluarkan pemerintah Australia periode kepemimpinan Jullian Gillard yang

bertujuan untuk melawan arus kedatangan para pengungsi. Sehingga dengan

kebijakan-kebijakan tersebut diharapkan akan berdampak terhadap arus

kedatangan para pengungsi yang mencoba masuk wilayah Australia tanpa

14

(27)

11 membawa dokumen-dokumen yang lengkap. Adapun beberapa factor yang di

jelaskan oleh peneliti yang kemudian mempengaruhi keluarnya

kebijakan-kebijakan tersebut, factor-faktor tersebut antara lain Bureaucratic Influencer, Partisan Infuencer, serta mass influencer yang kemudian menjadi rasionalisasi

pertimbangan oleh pemerintah Australia dalam pengambilan sebuah kebijakan

untuk meresponse arus kedatangan para pengungsi yang di nilai merugikan

Australia.

Fokus penelitian milik M. Rizki Herdiansyah berbeda dengan milik

peneliti, konsep yang digunakan oleh peneliti di atas adalah kebijakan luar negeri

serta melihat factor-faktor yang mempengaruhi keluarnya kebijakan preventive

Australia. Sedangkan konsep yang di gunakan peneliti saat ini adalah keamanan

nasional dan cooperative security, karena peneliti ingin melihat kepentingan

Australia dalam kerjasama Australia Federal Police dengan Kepolisian Republik

Indonesia yang akan menjadi focus pembahasan dalam penelitian ini.

Penelitian selanjutnya berjudul “Isu Imigran Gelap Dalam Hubungan Bilateral Australia-Indonesia” yang diteliti oleh Sita HIdriyah.15 Didalam jurnalnya peneliti membahas tentang isu para pengungsi yang mencoba

memaksakan diri untuk masuk ke wilayah Australia. Permasalahan pengungsi

merupakan isu global yang harus di tangani bersama. Melalui forum internasional

(Bali Proses) yang dimotori oleh Australia dan Indonesia bisa menjadi instrument

dalam memperkuat hubungan kerjasama bilateral untuk meresponse isu

15

Peneliti bidang Masalah-masalah Hubungan Internasional pada Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi (P3DI) Setjen DPR RI. “Isu Imigran Gelap Dalam Hubungan Bilateral

(28)

12 pengungsi, sehingga dari forum kerjasama tersebut menghasilkan solusi yang

tepat untuk mengatasi permasalahan pengungsi, yang tentunya dapat memberikan

dampak positif terhadap perkembangan isu tersebut bagi kedua negara. Indonesia

sendiri memiliki kepentingan dalam kerjasama tersebut yaitu untuk membagi

tanggung jawab dalam permasalahan pengungsi mengingat indonesia sendiri

belum menandatangani konvensi 1951 dan protokol 1967 dengan pembagian

tanggung jawab tersebut akan memberikan sebuah kerja sama yang bersimbiosis

mutualisme.

Fokus penelitian milik Sita Hidriyah yaitu dinamika kerjasama antara

Pemerintah Australia dengan Indonesia dalam meresponse isu pencari suaka, dan

mengasumsikan perlunya kerjasama antara Australia dan Indonesia untuk

penanganan pencari suaka. Penelitian diatas akan menambah refrensi serta

wawasan peneliti tentang dinamika kerjasama antara Australia dengan Indonesia

yang dapat di manfaatkan dalam penelitian “Kepentingan Australia Dalam

Kerjasama Australia Federal Police Dengan Kepolisian Republik Indonesia Untuk

Penanganan pencari suaka”.

Selanjutnya Jurnal Skripsi oleh Citra Adelia16 yang berjudul “Perubahan kebijakan Bangladesh Terhadap Kaum Rohingya di Perbatasan Bangadesh Myanmar”. Penelitian tersebut membahas tentang adanya transformasi isu

kemanusiaan menjadi sebuah isu keamanan. Pemerintah Bangladesh merubah

kebijakannya untuk membantu kaum Rohingya di karenakan munculnya

16Citra Adelia ”Perubahan kebijakan Bangladesh Terhadap Taum Rohingya di Perbatasan Bangadesh Myanmar” di unduh dari

(29)

13 permasalahan permasalahan yang di timbulkan oleh kaum Rohingya di

Bangladesh. Mereka kaum Rohingya menyebabkan ketidak setabilan ekonomi dan

sosial di Bangladesh sehingga kemudian dianggap mengancam keamanan

masyarakat Bangladesh. Keberadaan kaum Rohingya yang telah lama menetap

menimbulkan situasi tidak kondusif bagi stabilitas keamanan Bangladesh. Dari

situlah kemudian pemerintah merubah kebijakanya dari menerima menjadi

menolak kaum Rohingya yang datang ke Bangladesh dengan dasar keamanan

nasionalnya.

Penelitian yang peneliti bahas dengan judul “Kepentingan Australia Dalam

Kerjasama Australia Federal Police dengan Kepolisian Republik Indonesia Dalam

Penanggulangan pencari suaka” memiliki persamaan dengan penelitian milik

Citra Adelia yaitu adanya transformasi isu pengungsi yang bermula pada isu

kemanusiaan kemudian berubah menjadi isu keamanan. Peneliti sebelumnya juga

melihat isu pengungsi dengan konsep keamanan nasional. Namun perbedaanya

adalah Negara penerima pengungsi, dimana Citra Adelia membahas tentang isu

pengungsi di Srilangka sedangkan penelitian ini membahas isu tersebut di

Australia, yang juga menolak kedatangan pencari suaka yang datang dengan

menggunakan perahu.

Tabel 1.1

Tabel Posisi Penelitian

No Judul dan Nama Peneliti

Jenis Penelitian dan Analisa

Hasil

1. Jurnal:

Permasalahan

Imigran Gelap di Indonesia.

(30)

14 Oleh:

Humprey Wangke

kerjasama antar negara sebagai bentuk dari tindakan konkret untuk penyelesaian permasalahan tersebut. Permasalah pengungsi tidak akan pernah selesai jika hanya membebankan permasalahan tersebut kepada satu negara saja.Sehingga solusi terbaik utnuk penyelesaian peremasalahan imigran gelap tersebut dengan melakukan kerjasama antara Indonesia yang merupakan negara transit dengan Australia yang merupakan tempat tujuan para pengungsi. mendapatkan suaka di Australia akan selalu mendapatkan suaka dari pemerintah Australia. Hal tersebut di karenakan Australia sudah tidak lagi memberikan toleransi kepada pengungsi yang datang melalui jalur tidak resmi yaitu melalui jalur laut. Untuk itu Australia di era kepemimpinan Jullian Gillard mengeluarkan beberapa

kebijakan yang bersifat “Punitive”

artinya kebijakan tersebut bertujuan untuk memberikan efek jera kepada para pengungsi, sehingga akan berdampak terhadap berkurangnya arus kedatangan para pengungsi menuju Australia melalui jalusr illegal. Kebijakan kebijakan tersebut diantaranya adalah

Pasific Solution, Mandatory Detension, Pemberlakuan Bridging Visa, Pengembalian Pencari Suaka ke Negara Asal, dan Malaysia Solution.

(31)

15 mengajak negara negara terkait untuk membahas isu tersebut. Indonesia sendiri memiliki kepentingan dalam kerjasama tersebut yaitu adanya pembagian tanggung jawab bersama antara negara terkait. Shingga kemudian solusi terbaik dapat di dapatkan.

4. Jurnal Skripsi:

Penolakan Bangladesh terhadap

pengungsi kaum “rohingya” merupakan

perubahan persepsi pemerintah Bangladesh dalam memandang isu Migrasi Internasional. Kaum rohingya yang notabene membutuhkan suaka atau perlindungan sebagai akibat dari korban kemanusiaan telah berubah menjadi sebuah ancaman bagi Bangladesh. Hal tersebut di karenakan kondisi ekonomi sosial dan politik yang di akibatkan oleh etnis rohingya. Mereka menyebabkan ketidak stabilan ekonomi dan sosial pada akhirnya mengancam keamanan manusia masyarakat Bangladesh. Sehingga pengungsi yang berangkat sebagai isu kemanusian telah bertransformasi menjadi isu keamanan nasional Bangladesh.

5. Skripsi: Kepentingan Australia Dalam

(32)

16 penanggulangan gelombang kedatangan pencari suaka akan semakin efektif dan efisien, serta mengantisipasi ancaman yang akan di timbulkan.

1.5Landasan Konseptual

Untuk menjawab rumusan permasalahan di atas peneliti akan mencoba

menggambarkan serta menjelaskan dengan menggunakan beberapa landasan

konseptual :

1.5.1 Cooperative Security

Politik luar negeri merupakan sebuah instrumen atau strategi yang

digunakan suatu Negara, untuk mendapatkan kepentingan nasionalnya dalam

berhubungan dengan dunia internasional, dengan cara apapun sebuah Negara akan

akan berusaha untuk mendapatkan kepentingan nasionalnya.17 Menurut Allan

Gyngel kepentingan nasional merupakan tujuan suatu Negara yang berorientasi

pada kesejahteraan masyarakat serta kebutuhan masyarakat akan keamanan yang

di interpretasikan melalui kebijakan luar negerinya.18 Setiap Negara tentunya

memiliki kepentingan-kepentingan yang berbeda di kancah internasional, namun

kepentingan dasar suatu Negara antara lain adalah keamanan wilayah, warga,

serta kedaulatannya. Negara sebagai aktor yang melakukan politik luar negeri,

tetap menjadi unit politik utama dalam sistem hubungan internasional, meskipun

17

Dalam Artikel, Yanyan Mochammad Yani, Drs. MAIR. Ph.D, “Politik Luar Negeri”,Di unduh dari http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2010/06/politik_luar_negeri.pdf diakses pada 25-10-2013

18

(33)

17 terdapat aktor-aktor non-Negara yang juga berkecimpung dalam kancah

internasional.19

Keamanan berkaitan dengan isu-isu yang mengancam kelangsungan hidup

di dalam sebuah Negara dan Negara bukanlah satu-satunya yang menjadi

ancaman dalam agenda perluasan keamanan, Barry Buzan membagi keamanan kedalam lima dimensi yang kiranya membutuhkan penanganan yang lebih baik :20

a. Military security: berfokus pada aspek militer antar Negara.

b. Political security: fokus pada pengorganisasian stabilitas negara, sistem pemerintahan serta idiologi dan legitimasi terhadap pemerintah.

c. Economic security: fokus pada akses sumber daya, keuangan dan pasar yang berguna dalam upaya menjaga tingkat kemakmuran, karena ekonomi juga

bentuk dari power suatu Negara.

d. Societal security: memfokuskan pada upaya untuk tetap memelihara tradisi budaya baik dalam konteks bahasa, kultur, kebiasaan, agama dan identitas

nasional.

e. Environmental security: fokus pada menjaga lingkungan secara luas yang memiliki fungsi sebagai penopang bagi keberlangsungan mahluk hidup.

Buzan disini memperlihatkan bahwa permasalahan tentang isu keamanan

era ini tidak hanya berada pada sektor militer saja. Buzan mengklasifikasikannya

menjadi beberapa sector, seperti aspek-aspek yang telah di sebutkan sebelumnya.

Aspek-aspek yang diklasifikasikan oleh Barry Buzan dinilai pula memerlukan

perhatian, agar dapat terhindar dari sesuatu yang berpotensi mengancam. Perlunya

19Ibid 20

(34)

18 memperhatikan aspek aspek tersebut dikarenakan, ketika salah satu sektor tersebut

terganggu atau terancam, maka akan menyebabkan instabilitas sebuah Negara

sehingga sangat perlu untuk menjaga stabilitas sector-sector tersebut.

Peneliti disini melihat adanya potensi ancaman yang dapat ditimbulkan

oleh kedatangan para pencari suaka. Dalam kasus pencari suaka ini terlihat tidak

mengancam pada sector militer, namun mengancam sector-sektor lain di luar

militer. Dengan demikian permasalahan isu pencari suaka ini dapat di kategorikan

dalam isu keamanan non-tradisional. Coopertive Security terbentuk karena realita semakin meluasnya pemahaman konsep keamanan yang tidak mungkin mampu di

selesaikan per-negara, artinya untuk menghadapi berbagai tantangan keamanan

internasional yang bersifat non-tradisional diperlukan respon yang kolektif

dimana saling membangun kepercayaan perlu untuk diwujudkan. Cooperative

security memberikan sebuah penekanan terhadap upaya kerjasama antar aktor

yang di lakukan dalam menciptakan keamanan melalui sebuah dialog, konsultasi,

serta saling berbagi informasi satu sama lain.21

Australia merupakan salah satu dari beberapa Negara destinasi para

pencari suaka yang ingin mendapatkan perlindungan. Sebagian dari para pencari

suaka ini, datang dengan menggunakan cara yang tidak di anjurkan oleh

pemerintah australia karena dianggap telah melanggar peraturan imigrasi

Australia. Hal tersebut memberikan dampak pula terhadap Negara tetangga, yaitu

Indonesia yang merupakan jalur bagi para pencari suaka yang ingin mendapatkan

suaka di Australia. Indonesia tentunya juga dirugikan dengan keadaan tersebut

21

(35)

19 salah satunya adalah meningkatnya tingkat kejahatan Trans National. Menurut mantan Kepala Badan Reserse Kriminal Mabes Polri, Komisaris Jenderal Ito

Sumardi, para pelintas batas secara illegal yang sedang mencari suaka akan rawan

dimanfaatkan untuk digunakan sebagai kurir, atau bahkan kepentingan untuk

merakit bom dalam aksi terorisme.22

Kerjasama yang dilakukan oleh Australia dengan Indonesia melalui

Australia Federal Police dengan kepolisian Republik Indonesia dengan dasar

adanya saling kebutuhan akan rasa aman dari aspek ancaman yang sama, serta

mengancam keamanan nasional kedua Negara. Australia dan Indonesia sadar

bahwa pencari suaka yang datang tidak dengan mematuhi prosedur perlu

ditangani dengan serius dengan melakukan kerjasama yang di wakili oleh institusi

penegak hokum masing-masing Negara.23 Kerjasama yang dilakukan antar

instansi penegak hukum diaplikasikan dengan saling bertukar informasi yang di

perlukan, melakukan operasi bersama, serta kerjasama pengembangan

sumberdaya manusia dan peralatan sesuai dengan kesepakatan tertulis kedua belah

fihak.24

Australia Federal Police sepakat untuk melakukan kerjasama dengan

Kepolisian Republik Indonesia untuk mengatasi para pencari suaka dalam sebuah

perjanjian yang telah di sepakati oleh kedua fihak. Indonesia memiliki peran

22Wayan Agus Purnomo, “

Pelintas batas rawan rawan jadi kurir transnasional” dalam http://www.tempo.co/read/news/2011/03/29/063323718/Pelintas-Batas-Rawan-Jadi-Kurir-Transnasional di akses pada tanggal 01-09-2014

23Dalam “NOTA KESEPAHAMAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN

PEMERINTAH COMMONWEALTH OF AUSTRALIA TENTANG PENANGGULANGAN KEJAHATAN LINTAS NEGARA DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA KEPOLISIAN” di akses dari http://treaty.kemlu.go.id/uploads-pub/4245_AUS-2008-0174.pdf pada tanggal 12-11-2013

24

(36)

20 penting dalam penanganan pencari suaka ini, karena mengingat Indonesia

merupakan jalur yang banyak dilalui oleh para pencari suaka dan juga tersedianya

fasilitas yang akan mempermudah para pencari suaka menuju Australia. Upaya

Pemerintah Indonesia dalam penanganan pengungsi tidak terlepas dari peran

pemerintah Australia yang memberi sokongan atau bantuan logistik dan materil

kepada pemerintah Indonesia. Bantuan-bantuan tersebut tentunya sangat

membantu Indonesia untuk menghadang para pengungsi yang datang mengingat

Indonesia bukanlah anggota konvensi pengungsi 1951 dan Protokol 1967.

1.5.2 National Security

Dalam perkembangan isu keamanan dalam study hubungan internasional

saat ini ancaman tidak hanya datang dari actor negara namun actor non-negara

juga menjadi aspek ancaman bagi sebuah negara dan manusia yang ada di

dalamnya.25 Selama perang dingin keamanan nasional masih di definisikan

dengan dimana Negara secara fisik terlindungi dari ancaman yang timbul dari luar

yang dimaksud adalah Negara karena actor dalam hubungan internasional kala itu

hanya negara.26 Globalisasi menjadi aspek pendorong semakin luasnya actor-aktor

non-state dalam hubungan internasional, karena globalisasi memudahkan

siapapun untuk masuk ke batas negara lain, sehingga kemudian muncullah

25

Simon Dalby, dalam Dr. Anak agung banyu perwita dan Dr. Yanyan Muhammad Yani,

“Pengantar Ilmu Hubungan Internasional”,Bandung, ROSDA, 2005, hal 119

26

Abdul-Monem M. Al-Mashat, “National Security in the Third World”, (Boulder, Col.: Westview Press, 1985), hal. 19, dikutip dalam makalah, Rizal Sukma, “konsep keamanan

(37)

21 kelompok-kelompok kejahatan lintas Negara maupun organisasi-organisasi

internasional yang merupakan contoh aktor non-state.27

Secara harfiah aman berarti terbebas dari gangguan, bahaya, serta terbebas

dari rasa takut dan khawatir.28 Keamanan nasional merupakan salah satu

kepentingan suatu negara sehingga negara akan mengejar ataupun berusaha untuk

mendapatkan kepentingan yang di maksud. Artinya Negara akan berusaha untuk

melindungi keamanan nasionalnya dari ancaman yang menyebabkan instabilitas

yang datang dari luar maupun dalam negeri. Barry Buzan Mengasumsikan bahwa terdapat tiga landasan yang bisa dijiadikan alat untuk melihat keamanan nasional

suatu Negara, yaitu the idea of the state, the institutional expression of the state, dan the physical base of the state.29

Peneliti akan melihat ancaman pencari suaka dari kacamata Phisical Base of State yaitu negara terdiri dari penduduk dan territory sebuah Negara, termasuk kekayaan sumberdaya yang terkandung didalamnya.30 Ketika aspek tersebut

terancam atau terganggu maka bisa dibilang bahwa keamanan Negara juga

terancam. Dengan demikian peneliti akan melihat bagaimana Negara dalam kasus

ini adalah Australia berusaha untuk melindungi kedaulatan negaranya, penduduk

serta segala yang terkandung di dalamnya (sumberdaya alam) dari potensi

ancaman yang di sebabkan oleh kedatangan para pencari suaka yang datang

dengan illegal. Peneliti ingin menjelaskan bahwa pencari suaka ini nantinya

berpotensi mengancam aspek kedaulatan, social dan ekonomi Australia. Adapun

27

Dr. Anak Agung Banyu Perwita hal 125, Op.cit

28“Definisi keamanan dalam Kamus besar bahasa Indonesia” dalam

http://www.kamusbesar.com/

29Lihat, Barry Buzan, “People, States, and Fear: The National Security In The Third World”,

Hal 40

30Ibid,

(38)

22 aspek lainya seperti Ancaman terhadap stabilitas politik, lingkungan, dan ancaman

lainya tidak dibahas disini, karena isu tersebut tidak terlalu dominan dalam

perbincangan permasalahan pencari suaka di Australia.

Para pencari suaka yang masuk tanpa teridentifikasi ini sama dengan

menentang integritas Negara. Jika permasalahan ini tidak di atasi secara intens

maka akan semakin banyak pelanggaran kedaulatan wilayah Australia karena

kurangnya control terhadap wilayah perbatasan Australia.31 Permasalahan

kedaulatan memang menjadi permasalahan krusial, karena dari itu kemudian

pemerintah Australia mengeluarkan kebijakan yang extreme untuk membendung

isu pencari suaka ini. Pemerintah Australia mengeluarkan kebijakan Sovereign Border yaitu para pencari suaka yang tertangkap menuju Australia dengan menggunakan perahu hanya akan mendapatkan ijin tinggal sementara, atau

bahkan mereka akan di proses dipapua nugini (Pulau Manus dan Nauru) dan akan

di tempatkan disana.32 Tidak hanya itu, untuk penyelesaian permasalahan pencari

suaka ini tentunya menimbulkan permasalahan logistic dan pastinya biaya yang

dikeluarkan tidaklah sedikit.33

Australia Federal Police pun bertekad untuk mengatasi permasalahan

penyelundupan manusia yang berperan dalam menyelundupkan para pencari

suaka ke Australia. Tindakan Australia Federal Police terebut merupakan tindakan pencegahan agar hal yang tidak dinginkan seperti yang telah di jelaskan

31

Dalam http://www.afp.gov.au/en/policing/people-smuggling.aspx di akses pada tanggal 25-12- 2014

32

Dalam http://www.abc.net.au/news/interactives/operation-sovereign-borders-the-first-6-months/ diakses pada 23-11-2014

33Adam Graycar dan Rebecca Tailby, 2000, “People Smuggling: National Security Implication”, dalam,

(39)

23 tidak sampai terjadi. Pada dasarnya, setiap orang yang ingin ke Australia harus

memiliki dokumen-dokumen resmi dan valid visa, jika tidak maka resikonya

adalah akan ditempatkan di tempat detensi imigrasi untuk ditindak lanjuti.34

Australia sendiri tentunya memiliki standart yang perlu untuk dipenuhi oleh para

pencari suaka yang ingin tinggal di Australia.

Para ppencari suaka ini juga akan berpotensi mengganggu terhadap

stabilitas social di Australia. Mereka berpotensi melakukan kegiatan criminal,

Drug Trafficking, serta penyebaran penyakit berbahaya yang akan mengganggu masyarakat Australia.35 Fihak imigrasi Australia perlu untuk mengidentifikasi

mereka sebelum memberikan visa perlindungan bagi para pencari suaka untuk

menghindari sesuatu yang nantinya akan merugikan Australia.

Ketika mereka menuju Australia dengan menggunakan perahu artinya

mereka tidak mengikuti security check yang bertujuan untuk menyaring dan memastikan bahwa orang yang di ijinkan untuk tinggal di Australia itu nantinya

tidak akan bermasalah dan malah menjadi beban pemerintah Australia dan

merugikan masyarakat Australia. Karena Australia memiliki hak untuk

mengijinkan siapa saja yang berhak untuk mendapatkan ijin tinggal di Australia.

Dengan demikian Australia perlu melakukan sebuah tindakan atau kebijakan

dengan maksud untuk memproteksi masuknya pencari suaka dengan cara illegal

tersebut, sehingga akan mengkikis potensi ancaman yang akan mungkin di

timbulkan oleh para imigran berstatus pencari suaka ini.

34

Australian Immigation and Australian Visas, dalam http://www.australia-migration.com/page/General_Hints_and_Tips/296 diakses pada 28-10-2014

35Chalk, Peter, “

Non-Military Security And Global Order: The Impact of Extrimism, Violence and

Chaos on National and International Security”, New York, ST. MARTIN’S PRESS, LLC, 2000.

(40)

24

1.6Metodologi Penelitian 1.6.1 Tipe Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif, yaitu upaya menjawab

pertanyaan siapa, apa, dimana, kapan atau berapa; jadi merupakan upaya

melaporkan apa yang terjadi36. Penelitian ini akan membahas tentang

“Kepentingan Australia Dalam Kerjasama Australia Federal Police Dengan

Kepolisian Republik Indonesia Dalam Penanggulangan Pencari Suaka”

1.6.2 Teknik Pengumpulan Data

Tehnik pengumpulan data yang di gunakan oleh peneliti adalah dengan

cara Studi pustaka yaitu dengan mengumpulkan atau mencari data yang berupa

catatan, transkrip, buku, surat kabar, website, artikel dan lain sebagainya yang

diterbitkan oleh berbagai lembaga atau instansi yang berkaitan dengan topik yang

peneliti sedang teliti.

1.6.3 Teknis Analisis Data

Jenis data yang digunakan terhadap penelitian untuk membantu peneliti

dalam melakukan penelitian yaitu bentuk data kualitatif. Dimana fenomena yang

diperoleh bukan angka, tetapi berupa kata-kata atau kalimat sebagai kutipan yang

berdasarkan pada makna fenomena tersebut. Data-data yang didapatkan dikaji dan

dianalisa yang tepat mengenai teori atau konsep yang sesuai untuk digunakan

dalam melihat fenomena yang dikaji.

36Mohtar Mas'oed, 1990, “

(41)

25

1.6.4 Ruang Lingkup Penelitian 1.6.4.1Batasan Waktu

Peneliti memberikan lingkup kajian pada tahun 2011-2013, dimana pada

tahun 2011 tersebut merupakan waktu peratifikasian naskah perjanjian kerjasama

penanganan kejahatan lintas negara yang di lakukan antara Australia Federal Police dengan Kepolisian Republik Indonesia dan kerjasama tersebut berlaku untuk tiga tahun. Namun terdapat permasalahan yang berujung pada penghentian

kerjasama ini pada tahun 2013.

1.6.4.2Batasan Materi

Untuk memperjelas dan menghindari pembahasan yang meluas maka

penulis membatasi penelitian ini pada permasalahan kerjasama Australia Federal

Police dengan Kepolisian Republik Indonesia dalam Penanggualngan Pencari

Suaka (2011 - 2013) sebagai refleksi dari kepentingan yang di kejar oleh

Australia. Pembahasan ini juga hanya di maksudkan bagi para pencari suaka yang

menuju Australia dengan menggunakan perahu, bukan karena kasus over stay. Penelitian disini juga hanya akan membahas tentang ancaman pencari suaka ini

dalam aspek Kedaulatan, Keamanan social, dan Ekonomi.

1.7Argumen Dasar

Kepentingan Australia dalam kerjasama yang dilakukan antara Australia

Federal Police dengan Kepolisian Republik Indonesia adalah untuk menjaga

kedaulatan Negaranya, dan menjaga kesejahteraan masyarakat serta stabilitas

social masyarakat dari potensi ancaman yang akan ditimbulkan oleh para pencari

(42)

26 permasalahan bagi Australia, sehingga perlunya penanganan dengan indonesia

melalui kerjasama antara Australia Federal Police dengan Kepolisian Republik

Indonesia untuk menghalau para pencari suaka yang kedatanganya tidak

dibenarkan karena menggunakan perahu, mengingat Indonesia merupakan jalur

serta tempat transit yang sering di gunakan oleh para pencari suaka yang bertujuan

ke Australia.

1.8 Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan untuk mempermudah peneliti dalam

penulisan atau penyusunan penelitian tersebut sebagai kerangka awal.

JUDUL PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah 1.2Rumusan Masalah

1.3Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4Penelitian Terdahulu

1.5Landasan Konsep atau Teori 1.5.1 Konsep Cooperative Security Konvensi 1951 Dan Protokol 1967 2.2Indonesia Sebagai Jalur Favorit

Pencari Suaka

2.3Australia Sebagai Destinasi Para Pencari Suaka

2.4Peranan Pemerintah Indonesia dan POLRI Dalam Penanganan pencari suaka di Indonesia

(43)

27

BAB III KEPENTINGAN AUSTRALIA DALAM KERJASAMA AFP-POLRI

3.1 Menjaga Keamanan Kedaulatan Australia.

3.2 Kepentingan australia dalam kerjasama Australia Federal Police dengan Kepolisian Republik Indonesia

Gambar

Tabel Posisi Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Konsep perancangan diwujudkan dari penerapan metode Terapi Kognitif Perilaku sehingga muncul karakteristik dan kriteria yang perlu dipenuhi untuk merancang pusat

Hasil dalam penilitian menggunakan metode Partial Least Square (PLS) menunujukkan bahwa variabel perceived enjoyment tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap

Berdasarkan hasil tabulasi silang antara dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan ibu menghadapi menopause di Dusun Blimbingsari Catur Tunggal Depok Sleman Yogyakarta Tahun

Jadi pada tutorial ini kita akan membuat Running LED dengan sederhana saja, tanpa perlu ribet membuat skema rangkaian pada PCB secara manual, cukup dengan merangkai dari komponen

Dari pseudocode 3 dijelaskan bahwa untuk melakukan sebuah request kepada server maka client harus menujukan url ke sebuah url yang sudah ditentukan oleh opensocial

Diharapkan kehadiran saudara dengan membawa stempel perusahaan, dan bila saudara berhalangan hadir kemudian diwakilkan agar membuat surat kuasa yang ditandatangani diatas

Tok bolesti se može podeliti u tri klini č ke faze: rana infekcija se manifestuje kao kožna lezija ( erythema migrans ) koja se javlja na mestu uboda krpelja (faza 1), sledi rana

Discovery Learning terbukti mampu meningkatkan proses dan hasil belajar Fisika di SMP Katolik Regina Pacis Airmadidi materi hukum Newton dibandingkan model