• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN STRES KERJA DENGAN PERILAKU CYBERLOAFING PADA KARYAWAN ADMINISTRASI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN STRES KERJA DENGAN PERILAKU CYBERLOAFING PADA KARYAWAN ADMINISTRASI"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam rangka memenuhi tuntutan penggunaan teknologi kerja agar makin efisien dan efektif dalam menghasilkan barang dan jasa perusahaan menerapkan komputerisasi yang didukung dengan seperangkat teknologi informasi berbasis internet. Penerapan ini pun juga dilakukan oleh beberapa perusahaan di kota Batu, dan Malang. Perusahaan memfasilitasi tiap pekerjanya dengan satu orang satu komputer. Keberadaan fasilitas komputer dan internet membantu karyawan menyelesaikan tugasnya dengan cepat dan efisien, meningkatkan kreatifitas karyawan, membangun karakter pelayanan kepada masyarakat dengan berbasis teknologi modern sehingga menghemat waktu dan biaya anggaran perusahaan.

Namun, akses internet bagi karyawan seolah seperti pedang bermata dua. Anandarajan (2000) berargumen bahwa selain menjadi alat bisnis yang efisien internet juga menyediakan akses kepada karyawan ke taman bermain terbesar di dunia. Efek dari penerapan komputerisasi dan internet ternyata juga telah merevolusi kemalasan pegawai akan tugasnya. Harapan perusahaan dengan dinaikkan secara kuantitas dan kualitas infrastruktur yang ada dapat dipergunakan oleh karyawan se-efisien mungkin dalam rangka meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi justru disalah gunakan oleh para karyawannya. Fakta dilapangan menunjukkan bahwa sarana dan prasarana yang disediakan oleh perusahaan justru dimanfaatkan untuk kepentingan pribadi oleh karyawan. Contoh perilakunya adalah seperti penggunaan telepon kantor untuk keperluan pribadi, penggunaan mobil dinas untuk kepentingan keluarga, dan bahkan fenomena yang menarik selama satu dekade terakhir adalah cyberloafing.

(2)

2

mengakses Facebook di jam kantor. "Kebanyakan dari mereka login ke Facebook, meminimalkan di layar dan menjalankannya sepanjang hari," ucap juru bicara pemerintah kota Dallas, Frank Librio (Detik, 15 Juli 2010). Bagi sebagian pengguna internet di perusahaan Amerika Serikat menganggap bahwa kegiatan mencari skor sepakbola di internet, mengirim email pada teman hanya mengambil beberapa detik yang tidak akan menimbulkan masalah besar bagi perusahaan.

Sebuah survei dilakukan Greengard (2002), bahwa 56% karyawan pernah menggunakan internet untuk alasan pribadi. Tahun 2003, 59% penggunaan internet bertujuan untuk non-pekerjaan (Griffiths, 2003). Sedangkan pada tahun 2005, cyberloafing (menggunakan internet untuk kepentingan pribadi di tempat kerja) menjadi hal yang paling umum dilakukan oleh karyawan dalam membuang waktu di tempat kerja. Beberapa penelitian membuktikan bahwa jumlah waktu yang mereka gunakan untuk cyberloafing kian menigkat, yakni 3 jam perminggu (Greenfield dan Davis, 2002) menjadi 2,5 jam perhari (Mill, Hu, Belladona, Clay, 2001).

Fenomena di Indonesia, dengan semakin meningkatnya pengguna facebook yang salah satunya adalah PNS membuat beberapa PNS di berbagai instansi di wilayah Indonesia memiliki kecenderungan untuk lebih mengutamakan facebook daripada tugas kerja. Menurut Azwar selaku Kabag Humas Setdakab Banjar, Pemerintah Kabupaten Banjar Provinsi Kalimantan Selatan menerapkan pembatasan waktu penggunaan situs jejaring sosial seperti facebook di lingkungan mereka selama jam kerja sejak 4 Februari 2010. Selama rentang waktu 08.00 hingga pukul 13.00 Wita akses ke situs pertemanan dunia maya tidak bisa diakses karena sengaja diblokir (BBCIndonesia, 24 November 2011).

(3)

3

pelayanan administrasi seperti surat menyurat, notulensi, pengarsipan dan lain sebagainya.

Soetrisno dan Renaldi (2006) menyebutkan bahwa secara garis besar bidang administrasi mempunyai tiga peranan pokok yakni melayani pelaksanaan pekerjaan operasional untuk mencapai tujuan organisasi, menyediakan keterangan-keterangan bagi pucuk pimpinan organisasi untuk membuat keputusan atau melakukan tindakan yang tepat dalam menyelesaikan masalah, dan membantu kelancaran perkembangan organisasi sebagai suatu keseluruhan.

Secara teknis Litlefild dan Rachel (dalam Soetrisno dan Renaldi, 2006) menggambarkan pekerjaan administrasi memerlukan mental yang lebih besar karena banyak tugas tak terukur , seringkali terjadi perubahan variasi atau corak yang lebih besar dalam pekerjaan. Banyak sekali tugas-tugas dalam volume kecil seperti pengarsipan surat masuk dan menjawabnya tidak memiliki ukuran yang baku sehingga berimbas pada ketidakteraturan kerja. Ketidakteraturan dari sisi lingkungan pekerjaan ini sedikit banyak membawa stres pada pekerjanya. Ritme pekerjaan yang tidak berubah akan tugasnya dalam mengarsipkan dan menulis surat membuat karyawan administrasi merasa bosan terus menerus berada depan komputer, ditambah dengan lingkungan kerja yang tidak berubah membuat beberapa karyawan administrasi seringkali merasakan rutinitas yag membosankan.

Mondy (2008) mengemukakan bahwa pekerja administrator termasuk pekerjaan yang di persepsikan dengan pekerjaan yang dipenuhi stres bersama 11 jenis pekerjaan dari pemeringkatan atas 130 pekerjaan oleh National Institute for Occupational Safety and Health. Beberapa hal penyebab seorang administrator

(4)

4

mengidentifikasikan bahwa karyawan tersebut mengalami stres adalah terlambat ke tempat kerja, jenuh bekerja, sering keluar kantor pada saat jam kerja.

Pada dasarnya sejumlah faktor yang berhubungan dengan pekerjaan yang dijalankan seseorang bisa menyebabkan stres di tempat kerja. Stres secara ilmiah tidak selalu berarti negatif, yang mengarah pada timbulnya penyakit fisik, mental, maupun perilaku yang tidak wajar. Stres kerja juga merupakan kekuatan positif yang diperlukan karyawan untuk menghasilkan prestasi yang tinggi, sebagai contoh: bekerja dengan tekanan batas waktu dapat merupakan proses kreatif yang merangsang, keterkaitannya dengan pekerjaan menjadi semakin tinggi serta mampu mengendalikan situasi yang dirasakan sebagai tantangan. Namun jika seseorang terlalu ambisius, semangat kerja menjadi menurun kembali, stres terlalu menguras kekuatannya dan situasi berubah menjadi ancaman yang mencemaskan (Munandar, 2006).

Ketika banyak karyawan mengalami stres di tempat kerja dan beragam cara yang digunakan oleh karyawan dalam rangka mengatasi ataupun mengurangi stres di tempat kerja. Lazarus dan Folkman (1984) menyebut metode untuk mengelola segala tuntutan yang dianggap membebani atau melebihi kemampuan sesorang (stres) ini dengan coping (seperti yang disebutkan Taylor, Peplau, Sears, 2009). Hasil penelitian terbaru yang dilakukan oleh Henle dan Blanchard (2008) perilaku cyberloafing disebut sebagai salah satu varian perilaku coping stres karyawan di tempat kerja. Hal ini dikarenakan perilaku cyberloafing memungkinkan karyawan untuk melarikan diri dari stres kerja sejenak dengan demikian dapat mengurangi emosi negatif karyawan.

(5)

5

internet untuk kepentingan pribadi, dan selanjutnya akan menyebabkan degradasi sistem komputer.

Cyberloafing juga menyebabkan perusahaan bertanggung jawab hukum akan

perilaku karyawannya seperti pelecehan, pelanggaran hak cipta, fitnah, pekerjaan yang ditinggalkan. Hasil studi empiris mengenai perilaku cyberloafing menyebutkan bahwa perilaku cyberloafing memiliki prevalensi dan konsekuensi yang merusak di tempat pekerja. Bagi para pemberi kerja cyberloafing dapat memunculkan konsekuensi yang negatif karena penyimpangan produksi yang diakibatkan cyberloafers merugikan organisasi (perusahaan). Sebuah survey yang dilakukan Malachowski (2005) menemukan bahwa perilaku cyberloafing menjadi gangguan paling umum di tempat kerja.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa meskipun perilaku cyberloafing memiliki efek positif seperti kreativitas yang meningkat, namun

cyberloafing lebih banyak memiliki konsekuensi yang mahal bagi para pemberi kerja yang tetap membiarkannya terjadi pada organisasi atau perusahaan mereka. Sekalipun karyawan berasumsi bahwa cyberloafing dilakukan untuk mengurangi emosi negatif yang diakibatkan oleh stres di tempat kerja, tetap saja karyawan tidak dibenarkan untuk melakukan cyberlofing di tempat kerja. Hal ini dikarenakan perusahaan membayar mahal karyawan guna mendapatkan produktivitas yang didapatkan, sehingga karyawan dengan perilaku cyberloafing bisa disebut mangkir dari tugas yang seharusnya dilakukannya.

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti ingin membuktikan apakah benar ada hubungan antara stres kerja dengan perilaku cyberloafing pada karyawan administrasi. Maka peneliti mengambil judul hubungan antara stres kerja dengan perilaku cyberloafing pada karyawan administrasi.

B. Rumusan Masalah

(6)

6 C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari diadakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara stres kerja dengan perilaku cyberloafing pada karyawan administrasi.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat secara teoritis

Diharapkan penelitian ini dapat menambah wawasan dan khasanah keilmuan psikologi, khususnya psikologi industri dan organisasi terlebih mengenai Psikologi Sumber Daya Manusia yang berhubungan dengan stres kerja dengan perilaku cyberloafing pada karyawan administrasi.

2. Manfaat secara praktis

(7)

HUBUNGAN STRES KERJA DENGAN PERILAKU CYBERLOAFING PADA KARYAWAN ADMINISTRASI

SKRIPSI

Oleh :

SRI HAPPY NISAURRAHMADANI NIM : 06810220

FAKULTAS PSIKOLOGI

(8)

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi ini telah diuji dan dipertahankan dihadapan dewan penguji pada sidang ujian skripsi pada tanggal 13 April 2012

Dewan Penguji

Ketua Penguji : Dra. Djudiah,M.Si

Anggota Penguji : 1. Hudaniah,S.Psi.,M.Si

2.Yuni Nurhamida, S.Psi., M.Si

3. Ni’matuzahroh, S.Psi.,M.Si

Mengesahkan, Dekan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang

(9)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT, Sang Raja Pemberi Karunia, atas limpahan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW, keluarga, sahabat, dan orang-orang yang senantiasa berada di jalan-Nya

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan karya tulis ini memperoleh banyak bantuan, dukungan serta dorongan semangat dari berbagai pihak. Maka patut kiranya kali penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Ayah dan ibuku yang tak pernah berhenti untuk berdo’a dan memotivasi penulis dalam segala hal, tetaplah menjadi insipirasi dalam menjalani hidupku.

2. Seluruh keluarga besar penulis, kedua adik ku, Emak, tante, om, bude. Terima kasih telah selalu menanyakan, “kapan wisuda?”.

3. Mr.Nuzri Nissandaru, terima kasih untuk LDR yang menyenangkan. Tetaplah bersemangat untuk mewujudkan mimpi yang lebih indah.

4. Ibu Dra. Cahyaning Suryaningrum, M.Si selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang.

5. Ibu Djudiyah, M.Si selaku Dosen Pembimbing I. Terima kasih atas kesempatan, kritik dan motivasi yang yang telah diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

6. Ibu Hudaniah, S.Psi, M.Si selaku Dosen Pembimbing II. Terimakasih atas motivasi dan masukannya bagi penulis.

7. Ibu Diana Savitri H., M.Psi selaku dosen wali yang selalu mengingatkan kepada penulis untuk segera menyelesaikan tugas akhir ini.

8. Keluarga kedua ku, Kanda, Yunda, Adinda, dan teristimewa untuk anggota “Genk Imut” HMI Komisariat Psikologi UMM (Dyah, Lilik, Didin, Atul, Luluk), ku tunggu pertemuan kita selanjutnya di warkop ‘SUKSES’. Untuk adinda Ifah, Fatwa, Ria, Yeni, Ika, jangan pernah menyerah dan lelah dalam berjuang.

(10)

bersemangat kawan untuk memperjuangkan kesejahteraan kaum kita. Maaf saya wisuda terlebih dahulu.

10.Seluruh keluarga besar TK IT Thoybah Batu, terima kasih banyak untuk dukungan dan motivasi untuk menyelesaikan karya tulis ini.

11. Ibu Dodok, Ibu Suci, selaku Karyawan PT. PLN APJ Malang, Oky yang telah bersedia menolong penulis di lapangan. Terima kasih untuk waktunya.

12.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, tanpa bermaksud mengabaikan bantuan anda bagi penulis.

Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda atas bantuan yang diberikan kepada penulis. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan karya tulis ini, penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang solutif untuk menyempurnakan karya tulis ini.

Akhirnya penulis berharap skripsi ini bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan pada pembaca pada umumnya.

Malang, 6 April 2012 Penulis

(11)

DAFTAR ISI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Cyberloafing 1. Pengertian Cyberloafing ... 7

2. Aspek-aspek Cyberloafing ... 8

3. Jenis-jenis Cyberloafing ... 9

4. Dampak Cyberloafing ... 9

D. Hubungan stres kerja dengan perilaku cyberloafing ... 19

E. Kerangka berpikir ... 23

(12)

BAB III METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian ... 26

B. Variabel Penelitian 1. Identifikasi variabel Penelitian ... 26

2. Definisi operasional variabel penelitian ... 27

C. Populasi dan Sampel ... 28

D. Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data 1. Jenis data ... 29

2. Metode pengumpulan data ... 30

3. Validitas dan Reliabilitas a. Validitas ... 37

b. Reliabilitas ... 40

E. Prosedur Penelitian ... 42

F. Teknik Analisa Data ... 43

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 44

B. Analisa Data ... 46

C. Pembahasan ... 47

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 51

B. Saran-saran ... 52

DAFTAR PUSTAKA ... 53

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Skor untuk jawaban pernyataan pada Skala Likert ... 31

Tabel 2 Blue Print Skala Stres Kerja ... 34

Tabel 3 Skor jawaban pernyataan pada Skala Perilaku Cyberloafing ... 35

Tabel 4 Uji Validitas Skala Stres Kerja ... 39

Tabel 5 Uji Validitas Skala Perlaku Cyberloafing ... 39

Tabel 6 Rangkuman Reliabilitas Skala Stres Kerja ... 41

Tabel 7 Rangkuman Reliabilitas Skala Perilaku Cyberloafing ... 41

Tabel 8 Rangkuman Reliabilitas Keseluruhan ... 41

Tabel 9 Rancangan Analisa Data ... 43

Tabel 10 Sebaran T-Score Stres Kerja ... 45

Tabel 11 Sebaran T-Score Perilaku Cyberloafing ... 45

Tabel 12 Sebaran T-Score Perilaku Cyberloafing Berdasarkan Usia ... 45

(14)

DAFTAR PUSTAKA

Anandarajan, M., Simmers, C., & Igabaria, M. (2000). An exploratory investigation og the antecedents and impact of internet usage: an individual perspective. Behavior & Information Technology, 19, 69-85.

Anoraga, P. (1992). Psikologi kerja. Jakarta : PT Rineka Cipta.

Azwar, S. (2007). Reliabilitas dan validitas. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. _______. (2004). Metode penelitian. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

_______. (2008). Penyusunan skala psikologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Beehr, T.A. & Newman, J.E. (1988). Psychological stress in the workplace. London : Routledge.

Blanchard, A.L. & Henle, C.A. (2007). Correlates of different forms of cyberloafing: The role of norms and external locus of control. Computers in human behavior, 24, 1067-1084.

Block, W. (2001). Cyberslacking, business ethics and managerial economics. Journal of Bussiness Ethics, 33, 225-231.

Conlin, M. (2000). Workers, Surf at Your Own Risk. Bussiness Week, 3685 (June 12), 105-106.

Fraser, T.M. (1992). Stres dan kepuasan kerja. Jakarta : PT Pustaka Binaman Pressindo. Greenfield, D.N., & Davis, R.A. (2002). Lost in cyberspace:The web at work.

CyberPsychology and Behavior, 5, 347-353.

Gibson, J.L., Ivancevich, J.M., Donnely, J.H. (1996). Organisasi : Perilaku, Struktur dan Proses. Jakarta : PT Binarupa Aksara.

Greengard, S. (2002). The high cost of cyberslacking. Workforce, 12 (December), 22-24. Griffiths, M. (2003) Internet abuse in the workplace: Issues and concerns for employers and

employment counselors. Journal of Employment Counseling, 40, 87-96. Hawari, D. (2006). Manajemen stres, cemas dan depresi. Jakarta : Gaya Baru.

(15)

Ivancevich, J.M., Konopaske, R., & Mattenson, M.T., (2006). Perilaku dan manajemen organisasi. Jakarta : Erlangga.

Kerlinger, N.F. (2004) Azas-azas penelitian behavioural. Yogyakarta : UGM.

Lazarus, R.S & Folkman, S. (1984). Stres, appraisal and coping. New York : Springer

Lim, V.K.G. (2002). The IT Way of loafing on the job: cyberloafing, neutralizing, and organizational justice. Journal of Organizational Behavior, 23, 675-694.

___ & T. S. H. Teo. 2005. "Prevalence, Perceived Seriousness, Justification and Regulation of Cyberloafing in Singapore: An Exploratory Study." Information & Management 42: 1081-1093.

Luthans, F. (2006). Perilaku organisasi. Yogyakarta : Andi.

Malachowski, D. (2005). Wasted time at work costing companies billions. Diakses pada 25 September 2011 dari http://www.salary.com.careers/

Mills, J.E., Hu, B., Beldona, S., & Clay, J. (2001) Cyberslacking: A liability issue for wired workplaces. Cornell Hotel and Restaurant Administration Quarterly, 42, 34-47. Mondy, R.W. (2008). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Erlangga

Munandar. (2006). Psikologi industri dan organisasi. Jakarta : UI Press Nasrudin, E. (2010). Psikologi manajemen. Bandung : Pustaka Setia.

Rizzo, J., House, R., Lirtzman S. (1970). Role conflict and role ambiguity in complex organizations. Administrative Science Quarterly, 15, 150-163.

Robbins, S.P. & Judge, T.A. (2008). Perilaku organisasi Jilid 1. Jakarta : Salemba Empat. Robbins, S.P. & Judge, T.A. (2008). Perilaku organisasi Jilid 2. Jakarta : Salemba Empat. Sharma, S. K. and J. N. D. Gupta. 2003/2004. Improving Workers' Productivity and

Reducing Internet Abuse. The Journal of Computer Information Systems 44: 74-78. Sipior, J.C. & Ward, B.T. (2002) A strategic response to the broad spectrum of internet

abuse. Information Systems Management, 19, 71-79.

Soetrisno & Renaldi, B. (2006). Manajemen Perkantoran Modern. Jakartan : Lembaga Administrasi Negara.

(16)

Supardi. (2007). Analisa stres kerja pada kondisi dan beban kerja perawat dalam klasifikasi pasien di ruang rawat inap rumkit TK II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan (Tesis, Magister Kesehatan Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatra Utara, Medan)

Suprihanto, S., Harsiwi, T.A., Hadi, P. (2003). Perilaku organisasional Jilid I. Yogyakarta : Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YPKN.

Suryabrata, S. (2005). Pengembangan alat ukur psikologis. Yogyakarta : Andi.

Taylor, S.E., Peplau, L.A., Sears, D.O., (2009). Psikologi sosial. Jakarta : Kencana Prenada Media Goup.

Winarsunu, T. (2010). Statistik dalam penelitian psikologi dan pendidikan. Malang : UMM Press.

___________. (2010). Sibuk Facebook-an di Kantor, PNS Didisiplinkan. Diakses pada 15 Juli 2010) dari http://us.detikinet.com/read.

___________. (2011). Larangan facebook untuk PNS. Diakses pada 24 November 2011) dari http://www.bbc.co.uk/indonesia/

___________. (2011). 10 Jenis pekerjaan yang menyebabkan stres tingkat tinggi. Diakses pada 10 Desember 2011 dari http://www.sidomi.com/14326/10-jenis-pekerjaan-yang-menyebabkan-stres-tingkat-tinggi/

Referensi

Dokumen terkait

Kedua, Indonesia juga mengutus salah satu perwakilan biksu budha yang ada di Indonesia untuk berdiskusi dengan tokoh budha yang ada di Myanmar dan memberikan sebuah saran

Penelitian ini akan melihat fenomena yang terjadi terhadap peningkatan kapasitas pendinginan dari suatu model tabung vortex akibat adanya masukan udara dengan sengaja pada

Bararulya- Maaf seperti yang sudah kita kerj akan beberapa

Melalui pembagian kelompok sosial tersebut dapat diketahui bahwa kepercayaan masyarakat terhadap kesenian Badut Topeng dalam hal ini lebih dominan dari pada yang tidak..

Menurut Ahmad Isnanto sebagai Branch Operating Manager PT Mandala Finance tbk cabang Bangka, Usaha Dagang Kaset Riski dinyatakan layak mendapatkan pinjaman kredit Modal

Pernyataan yang sesuai dengan bacaan tersebut adalah kalimat (C) karena hal itu yang sesuai dengan bacaan yang terdapat pada paragraf kedua kalimat terakhir. Kunci

Berdasarkan temuan penelitian dan analisis uji statistik dapat disimpulkan bahwa citra perusahaan, kepercayaan dan kemudahan penggunaan memiliki pengaruh yang

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah peningkatan hasil belajar matematika yang diajarkan dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe two stay two