HUBUNGAN RELIGIUSITAS DAN HARGA DIRI TERHADAP
PERILAKU PROSOSIAL PADA MAHASISWA
SKRIPSI
Diajukan kepada Universitas Muhammadiyah Malang sebagai salah satu persyaratan
memperoleh gelar Sarjana Psikologi
Oleh :
Raditya Bagus Pratama
201010230311176
FAKULTAS PSIKOLOGI
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayahnya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Hubungan Religiusitas
dan Harga Diri terhadap Perilaku Prososial pada Mahasiswa” dengan baik dan tepat
waktu sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Psikologi di Universitas
Muhammadiyah Malang.
Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapat bimbingan dan
arahan serta bantuan yang bermanfaat dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam
kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar besarnya
kepada :
1.
Allah SWT yang telah memberikan ridho dan kesehatan kepada penulis sehingga
dapat menyelesaikan skripsinya dengan tepat waktu
2.
Ibu Dra. Tri Dayakisni, M.Si selaku dosen pembimbing 1 sekaligus ibu Dekan
Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang. Walaupun sibuk tapi
telah berkenan meluangkan banyak waktu untuk membimbing dalam penulisan
skripsi ini
3.
Ibu Diana Savitri H, S.Psi, M.Psi selaku dosen pembimbing 2 yang telah banyak
memberikan waktunya dan membimbing dalam penyusunan penulisan skripsi
ini.
4.
Keluarga tercinta Mama, Papa, Ibu, Bapak yang telah banyak memberikan doa
dan motivasi kepada penulis agar skripsi ini bisa terselesaikan tepat waktu.
5.
Direktur Akademi keperawatan RST. Soepraoen Malang yang memberi izin
berlangsungnya penelitian
6.
Kepala Rumah Sakit RST. Soepraoen Malang yang memberi izin dan memberi
arahan
7.
Letkol. Totok yang telah banyak memberikan arahan, dan motivasi
8.
Mahasiswa Akademi Keperawatan RST. Soepraoen Malang yang telah bersedia
9.
Teman seperjuangan Riris yang selalu memberi motivasi dan sharing saat
mengerjakan skripsi
10.
Adekku Enrico dan Adin “
The Karate Kid
” yang membantu mengoreksi angket
serta input data
11.
Teman-teman Psikologi C 2010 yang saling memberi dukungan agar skripsi
dapat terselesaikan
Penulis menyadari tiada satupun karya manusia yang sempurna, sehingga kritik
dan saran demi perbaikan karya skripsi ini sangat penulis harapkan. Meski demikian
penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi peneliti khususnya dan
pembaca
Malang, 25 Maret 2014
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
LEMBAR PENGESAHAN ii
SURAT PERNYATAAN iii
KATA PENGANTAR iv
DAFTAR ISI vi
DAFTAR TABEL vii
DAFTAR LAMPIRAN viii
ABSTRAK
1
PENDAHULUAN
2
TINJAUAN PUSTAKA 4
METODE PENELITIAN 9
A.
Rancangan Penelitian
9
B.
Variabel dan Instrumen Penelitian
9
C.
Validitas Instrumen
10
D.
Subjek Penelitian
11
E.
Prosedur Penelitian
12
HASIL PENELITIAN
12
DISKUSI
14
SIMPULAN DAN IMPLIKASI
15
DAFTAR TABEL
TABEL 1
Halaman
Indeks Validitas Alat Ukur Penelitian
11
TABEL 2
Indeks Reliabilitas Alat Ukur Penelitian
11
TABEL 3
Perhitungan T-Score Skala Religiusitas
12
TABEL 4
Perhitungan T-Score Skala Harga Diri
13
TABEL 5
Perhitungan T-Score Skala Prososial
13
TABEL 6
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1
Halaman
Skala
tryout
dan
blueprint
skala 1, 2, dan 3
19
LAMPIRAN 2
Hasil uji validitas dan reliabilitas skala 1, 2, dan 3
32
LAMPIRAN 3
Skala penelitian dan
blueprint
skala 1, 2, dan 3
47
LAMPIRAN 4
Hasil uji regresi berganda
57
LAMPIRAN 5
Tabulasi
tryout
61
LAMPIRAN 6
DAFTAR PUSTAKA
___________
Http://ww.psychologymania.com/2012/08/definisi-religiusitas.html
Ancok, S. (2001). Definisi Religiusitas. Diakses pada 2 November 2013.
http://www.psychologymania.com/2012/08/definisi-religiusitas.html.
Anggraeni, N (2014).
Perbedaan perilaku prososial ditinjau dari gaya kelekatan pada
remaja.
Skripsi, Fakultas Psikologi Univesitas Muhammadiyah. Malang.
Annisa, (2010).
Tingkah laku prososial kenapa orang-orang menolong.
Diakses pada 26
September 2013, dari
http://annisaavianti.wordpress.com/2010/07/31/tingkah-laku-prososial-kenapa-orang-orang-menolong/
Baron, A.R. Byrne (2003).
Psikologi sosial
(Edisi sepuluh jilid 2), Jakarta : Erlangga
Clemes, H., Bean, R., Clark, A. (1995).
Bagaimana meningkatkan harga diri remaja
.
Alih Bahasa : Meitasari Tjandrasa
. Jakarta : Arcon
Coopersmith, S. (1967).
The antecedent of self esteem.
San Fransisco : W.H Freeman &
Co.
Djarir, I. (2004).
Erosi moral dan pemahaman kembali agama
. (www.Suara merdeka.
Com, diakses pada 12 Oktober 2013).
Nancy, E, Sallquist Julie dan French Doran. 2009. The relations of majority-minority
group status and having and other-religion friend to indonesian youth
socioemotional functioning
. Journal of Developmental Psychology.
Vol. 45, h.
248-259
Dayakisni Tri, dan Hudaniah, (2009).
Psikologi sosial
, Malang : UMM Press
Edison, S. & German, S. (2004).
Why do People donate? A model of willingness to
donate.
Diakses
pada
20
Oktober
2013
dari
http://www.sbaer.uca.edu/research/sma/1995/pdf/06.pdf
Jalaluddin, R, (2004).
Psikologi agama
. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Laila, (2007),
Hubungan antara religiusitas dengan perilaku prososial (Studi pada
siswa SMKN 2 Malang),
Skripsi, Fakultas Psikologi Univesitas Muhammadiyah.
Malang
Myers G David, (2010).
Psikolgi sosial,
Jakarta : Salemba Humanika
Pichon, I, Giulio B. Vassilis G (2007). Nonconscious Influences Of Religion on
Prosociality ; A Primary Study Europan
Journal Of Social Psychology.
Vol.37
(1032-1045)
Rigby, K. & Slee, P. (1993). Dimensions of interpersonal relation among Australian
childern and implications for psychological well-being.
Journal of Social
Psychology,
133, 33-42.
Schultz, D. 1991.
Psikologi Pertumbuhan: Model-model kepribadian sehat
. Alih bahasa
:
Yustinus. OFM. Yogyakarta : Kanisius.
Sugiyono, (2011).
Metode penelitian kuantitatif dan kualitatif.
Bandung : Alfabeta
Swastika, L (2010),
Tingkah laku prososial mahasiswa terhadap pengemis ditinjau dari
tingkat religiusitas,
Skripsi. Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata.
Semarang
Wahyu, D. (2005).
Pengaruh harga diri terhadap interaksi social pada remaja akhir.
Skripsi. Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang
Winarsunu, T. (2009).
Statistik dalam penelitian psikologi dan pendidikan.
Malang :
UMM Press.
Wordpress, (2010, 10 Juli)
Harga diri dan perilaku prososial
. Diakses 8 Oktober 2013,
dari
BAB I PENDAHULUAN
Dalam kehidupan sehari-hari kita pasti tidak bisa lepas dari perilaku tolong menolong, dikarenakan manusia adalah makhluk sosial yang hidup secara berdampingan dengan sesama manusia. Namun akhir-akhir ini dengan berjalannya waktu dan perubahan zaman, perilaku tolong menolong, dan kepedulian terhadap sesama manusia semakin berkurang. Tindakan tolong-menolong, dan kepedulian terhadap sesama disebut juga dengan perilaku prososial. Pentingnya perilaku prososial dapat menjaga kelangsungan kehidupan antar sesama manusia. Dengan melakukan tindakan prososial maka sudah dapat membantu dan meringankan beban orang yang membutuhkan pertolongan, terlebih jika seseorang bekerja di bidang pelayanan kesehatan seperti perawat. Profesi sebagai perawat dituntut memiliki perilaku prososial dengan baik karena bekerja sebagai social service oriented.
Pada kenyataannya terdapat fenomena kurangnya perilaku prososial di bidang pelayanan kesehatan. Terdapat keluhan dari keluarga pasien mengenai kurangnya pelayanan perawat di rumah sakit dengan baik sehingga menyebabkan pasien terlantar dan tidak segera mendapat pelayanan, yang seharusnya pelayanan dengan baik diperoleh oleh pasien (Jawa pos, 21 Maret 2014). Berangkat dari fenomena kurangnya perilaku prososial pada perawat, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan subjek mahasiswa Akademi Keperawatan, dikarenakan nantinya mahasiswa akan bekerja sebagai perawat.
Tingkah laku prososial merujuk kepada tindakan sukarela yang bertujuan untuk menolong ataupun memberi faedah kepada individu ataupun individu yang lain Eisenberg and Mussen (dalam Dayakisni dan Hudaniah, 2009). Faktor-faktor yang mempengaruhi prososial antara lain adalah, Self-gain: merupakan usaha yang dilakukan untuk menambah potensi-potensi guna penyempurnaan diri. Personal values and norms: merupakan nilai-nilai dan norma-norma pribadi. Empathy: pemahaman pikiran-pikiran dan perasaan-perasaan orang lain dengan menempatkan diri dalam kerangka ke dalam pedoman psikologis orang tersebut, tanpa sungguh merasakan apa yang dialami oleh orang yang bersangkutan Staub (dalam Dayaksini dan Hudaniah, 2009).
melakukan ibadah sehari-hari, berdoa, dan membaca kitab suci. Dalam setiap keyakinan yang dianut pasti mengajarkan untuk bisa saling tolong menolong antar sesama atau berperilaku prososial. Meredith Mc. Guire (dalam Jalaludin, 2004 ) bahwa agama merupakan perangkat sistem nilai dalam bentuk pengabsahan dan pembenaran dalam mengatur individu dan masyarakat. Penelitian yang dilakukan oleh Nancy, dkk (2009), mendapatkan hasil bahwa kelompok yang minoritas dan mayoritas dalam agama memiliki perbedaan empati dan respon perilaku prososial yang berbeda tanpa memandang perbedaan kultur budaya.
Dalam penelitian Pichon (2007) konsep religiusitas meningkatkan intensi prososial karena secara tidak disadari agama telah mengaktifkan konsep prososial dalam pemikiran manusia melalui ajarannya, melalui eksperimen tentang kata-kata religiusitas seperti iman dan ziarah dapat mendorong seseorang untuk melakukan prilaku prososial. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa kaum minoritas cara beragama mereka lebih baik daripada kaum mayoritas yang kebanyakan terhadap umat beragama kurang peduli terhadap sesama.
Kurangnya kesadaran beragama pada diri seseorang menyebabkan menurunnya rasa kepedulian untuk menolong bagi sesamanya, sehingga muncul sifat egois yaitu hanya mementingkan dirinya saja, tidak peka dengan keadaan yang ada di sekitarnya dan kecenderungan bersikap individualistik yaitu tidak mau berbagi dengan sesamanya tetapi hanya memikirkan dirinya saja (dalam Laila, 2007). Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Swastika pada tahun 2010, penelitian yang dilakukan menunjukan bahwa ada hubungan positif yang sangat signifikan antara religiusitas dengan tingkah laku prososial mahasiswa terhadap pengemis. Sumbangan efektif religiusitas mahasiswa terhadap tingkah laku prososial mahasiswa terhadap pengemis sebesar 23,62 %.
Semakin tinggi tingkat harga diri seseorang semakin besar kemungkinan orang tersebut berperilaku prososial. Menurut Coppersmith (1967) salah satu faktor yang dapat mempengaruhi harga diri seseorang adalah faktor nilai kebaikan yang dipegang oleh individu. Nilai-nilai tersebut ditandai dengan adanya kepatuhan terhadap etika, moral, dan prinsip religius. Seseorang yang bisa mematuhi etika dan nilai-nilai agama akan mampu menilai dan menerima dirinya sebagai diri yang positif. Nilai-nilai agama pada diri seseorang akan menuntun seseorang tersebut menjadi pribadi yang baik dan peduli terhadap sesama. Dikarenakan setiap agama mengajarkan untuk dapat saling tolong menolong dan peduli terhadap sesama. Dari penjelasan dan penelitian-penelitian sebelumnya dapat disimpulkan bahwa religiusitas dan harga diri dalam diri seseorang dapat mempengaruhi dan berdampak pada perilaku prososial seseorang dikarenakan dalam diri seseorang memiliki personal value and norms. Jika seseorang sudah menanamkan personal value and norms yang baik dalam dirinya maka religiusitas dan harga diri seseorang tersebut akan semakin baik karena mempunyai nilai-nilai dan norma pribadi yang positif yang ada dalam dirinya sehingga dapat menyebabkan seseorang terdorong untuk peduli terhadap sesama dan dapat berperilaku prososial dengan baik.