• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Suasana Toko dan Citra Merk terhadap Minat Beli (Survey pada Konsumen Bloods Distribusi Outlet Bandung)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Suasana Toko dan Citra Merk terhadap Minat Beli (Survey pada Konsumen Bloods Distribusi Outlet Bandung)"

Copied!
172
0
0

Teks penuh

(1)

Created by trial version, http://www.pdf-convert.com

Buying Interest

(Survey at consumer of Bloods Distribution Outlet Bandung)

Skripsi

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi

Universitas Komputer Indonesia .

Disusun Oleh :

Akbar Roffiana Salim 21209027

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

(2)

vi

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr Wb,

Dengan mengucapkan puji syukur kepada ALLAH SWT atas segala karunia,

hidayah, inayah serta memberikan kekuatan, ketabahan, kesabaan dan peunjuk bagi

peneliti dalam menyelesaikan penelitian skripsi ini dengan judul “Pengaruh Suasana Toko dan Citra Merek terhadap Minat Beli (Survey pada Konsumen Bloods Distribution Outlet)” (The Influence of Store Atmosphere and Brand Image to

Buying Interest (Survey at costumer of Bloods Distribution Outlet).

Dengan terselesaikannya skripsi ini, peneliti ingin menghaturkan rasa terima

kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua, Mamah Hj. Dedeh Faridah dan

Bapak Ir. H. Arkat Agus Salim yang sangat peneliti sayangi. Saya persembahkan

karya terindah ini untuk Bapak dan Mamah yang sangat saya cintai, untuk setiap doa

yang selalu dipanjatkan, untuk setiap tetesan keringat yang yang telah dicucurkan,

untuk setiap dukungan yang diberikan, semoga saya bisa menjadi anak yang

membanggakan.Amin.

Dalam kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih atas

semua bimbingan serta bantuannya, serta penghargaan setinggi-tingginya sehingga

(3)

vii

1. Dr. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto Selaku Rektor Universitas Komputer

Indonesia.

2. Dr. Dedi Sulistiyo S.,MT selaku Dekan Fakultas Ekonomi di Universitas

Komputer Indonesia sekaligus penguji dalam pembuatan skripisi ini yang

telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat dalam membimbing dan

menguji.

3. Dr. Raeni Dwi Santy SE., M.Si., selaku Ketua Program Studi Manajemen di

Universitas Komputer Indonesia dan sekaligus dosen pembimbing dalam

proses pembuatan skripsi ini, terima kasih atas bimbingan, masukan dan

arahan yang selama ini telah bunda berikan kepada penulis. Serta pelajaran

dan ilmu yang bunda berikan kepada penulis. Tidak hanya ilmu yang penulis

dapatkan tetapi juga arti penting dalam menghadapi hidup baik dalam

menghargai dosen, teman, diri sendiri, waktu, serta disiplin dalam segala hal

yang bunda ajarkan kepada penulis. Semua yang sudah terlewati bersama

menjadi pengalaman yang menyenangkan dan tidak akan pernah dilupakan

oleh penulis. Thank you for everything, Mom.You are the best I ever had.

4. Isniar Budiarti SE.,M.Si selaku dosen wali MN 1 2009. Terima kasih telah

memberikan saran dan masukan selama penulis menempuh proses belajar di

Universitas Komputer Indonesia..

5. Windi Novianti.,SE.MM selaku Penguji dalam proses pembuatan skripsi ini,

terima kasih atas masukan, bimbingan dan ilmu komputer yang diberikan ibu

(4)

viii

6. Bapak dan Ibu dosen serta seluruh karyawan yang telah memberikan ilmu

pengetahuan dan bantuan bagi penulis selama menyelesaikan studi ini mohon

maaf tidak bisa penulis sebutkan satu per satu.

7. Rismaya S.Sos dan Hana Umi Kulsum, A.Md selaku sekretariat jurusan

Program Manajemen yang telah membantu dan memberikan informasi yang

lengkap dan ter up to date, yang tidak henti-hentinya dan lelah-lelahnya

memberikan nasehat ,bantuan, serta masukan mengenai perkuliahan di

Universitas Komputer Indonesia.

8. Firdaus Pariaman dan Firman selaku pimpinan Bloods yang telah

mengizinkan, memberikan informasi, selama penulis melakukan penelitian di

Bloods Distribution Outlet.

9. Crew Bloods Rara, Piun, Ilham Muqit Salim yang telah memberikan

informasi selama penelitian di Bloods .

10.Elis Listiani Salim.,Spd dan Dedi Ariyanto A.Md selaku kakak yang telah

memberikan motivasi dalam proses penulisan skripsi ini.

11.Nova Riska Kumalasari, SE yang telah memberikan motivasi, memberikan

masukan dalam proses pembuatan skripsi ini.

12.Arie Firmansyah, Ari Normansyah, Fatria Teguh Nugraha Kuspandi, Taufik

Ramdani, Gilang Agustya Hidayatulloh, Muhammad Adhi Mukti, Ardy, Said,

Akmal, Edwin M.Miraz, Muhammad Umar, Irfan Bana, Murdiani, Ragil

Prasetyo, Goegah Gundara, Wawan Leutik, Bu e, Teh Uni, Om Heru, Abdul

(5)

ix

Jhon Dena, Dado , mang Ogun, serta teman-teman di Ukm Atm Mandiri

Mandiri, MN1, Riben Squad 6, Komunitas Skinhead, CBHC motor Club, dan

teman-teman yang lainnya yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu.

Untuk kesempurnaan skripsi ini maka kritik dan saran membangun sangat

peneliti nantikan. Penulis mengharapkan mudah-mudahan skripsi ini dapat

bermanfaat dan menjadi keberkahan untuk semuanya, amin. terimakasih.

Bandung, Juli 2013

(6)

162

Assael, H. 2002. Consumer Behaviour and Marketing Action Fourth Edition. New York : Kent Publishing.

Barker, Chris, Pistrang, Nancy.,& Elliot,Robert. 2002. Reasearch Methods In

Clinical Psychology Second Edition . Jhon Wiley & Sons.

Berman, Barry dan Evans, Joel R, (2004). Retail Management A Strategic

Apporoach. Ninth Edition. New Jersey : Pearson Education International.

Berman, Barry dan Evans, Joel R. (2007). Retail management: a strategic

approach. Edisi-10. New Jersey : Pearson Prentice Hall.

Bilson Simamora. (2003). Panduan Riset Perilaku Konsumen, Penerbit Jakarta : PT.Gramedia Pustaka Utama.

Charles W. Lamb, Joseph F. Hair, Carl Mcdaniel. 2001. Pemasaran. Edisi

Pertama. Jakarta : Salemba Empat.

Cristina Widya Utami, 2006. Manajemen Ritel (Strategi dan Implementasi Ritel

Modern). Jakarta: Salemba Empat.

Hendri, Ma’ruf. 2005. Pemasaran Ritel. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama

Hermawan Kertajaya, 2004. Hermawan Kertajaya on Marketing Mix. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

J, Paul Peter dan Olson, 2000, Perilaku Konsumen dan Strategi Pemasaran. Edisi 4, jilid 1. Jakarta : Erlangga.

John C. Mowen & Michael Minor. (2002). Perilaku Alih Konsumen. Alih bahasa Lina Salim. Jakarta : Erlangga.

Keller, Kevin Lane. 2003. Strategic Management, Building, Measuring, and

(7)

163

Kotler, Philips. 2004. Manajemen Pemasaran Jilid 2. Terjemahan Drs. Benyamin Molan. Jakarta : PT Indeks Kelompok Gramedia.

Kotler, Phillip, & Garry Amstrong. 2006. Principles of Marketing, 11th Edition

Pearson International Edition. New Jersey : Prentice Hall.

Kotler, Phillip. 2000. Manajemen Pemasaran. Alih Bahasa: Hendra Teguh, Ronny A. Rusli dan Benyamin Molan, Jakarta: Prenhallindo.

Kotler, Phillip. 2002. Manajemen Pemasaran, Jilid I, Edisi Milenium. Jakarta : PT. Prenhallindo

Levy dan Weltz 2001. Retailling Management. Boston : Mc. Graw Hill. Irwin.

Siagian. S. P. 2002. Kiat Meningkatkan Produktivitas Kerja. Jakarta : Rineka Cipta.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung : CV.Alfabeta.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan

R&D. Bandug : CV.Alfabeta.

Sumarwan, Ujang. 2011. Perilaku Konsumen: Teori dan Penerapannya dalam

Pemasaran. Jakarta: Penerbit PT Ghalia Indonesia

Sutisna & Teddy Pawitra. 2001. Perilaku Konsumen dan Komunikasi

Pemasaran. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Sutisna. 2003. Perilaku Konsumen dan Komunikasi Pemasaran. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

(8)

164

Wibowo. Prof, Dr, SE, M.Phil. (2007). Manajemen Kinerja. Jakarta : PT. Rajagrafindo Persada.

Artikel :

http://pelita.or.id /baca.php?id=51119 (diunduh pada tanggal 31 Januari 2013)

http://finance.detik.com/ read/2012/04/10/120422/1888687/4/wah-geser-jakarta-bandung-jadi-destinasi-baru-pusat-belanja (diunduh pada tanggal 31 Januari 2013)

http://www.bandung.go.id (diunduh pada tanggal 31 Januari 2013)

Jurnal :

E. Desi Arista Sri Rahayu Tri Astuti. SSN 1693-928X . Vol. 13 No. 1 hal. 37-45 .2011. Analisis Pengaruh Iklan, Kepercayaan Merek, Dan Citra Merek Terhadap Minat Beli Konsumen.

Huda, Akhsanul dan Martaleni. Vol. 4, No. 1. Hlm. 1-14. 2007. Penerapan Strategi Physical Surrounding terhadap Keputusan Pembelian Konsumen pada

Lesehan dan Galeri Joglo Dau. Jurnal Manajemen. Gajayana.

Muhammad Fuad. ISSN:2085-0972 Tahun 2010.Store Atmosphere Dan Perilaku Konsumen Di Toko Buku Gramedia Malang.

(9)

165

Intentions

Radji, Djoko Lesmana. Penelitian Vol 10, No 1 (2009): Jurnal Bisnis & Manajemen - Articles. Hubungan Citra Merek, Kepuasan dan Loyalitas Konsumen

Raeny Dwi Santy dan Muhammad Ihsan, Majalah Ilmiah UNIKOM, Vol. 11 No.1,

Rangkuti, Freddy (2002). Measuring Customer Satisfaction Teknik Mengukur dan Strategi Meningkatkan Kepuasan Pelanggan dan Analisis Kasus PLN-JP. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

(10)

1 1.1 Latar Belakang

Era globalisasi menjanjikan suatu peluang dan tantangan bisnis baru bagi

perusahaan yang beroperasi di Indonesia. Di satu sisi, Era globalisasi memperluas

pasar produk dari perusahaan Indonesia, sementara di sisi lain, keadaan tersebut

memunculkan persaingan yang makin ketat baik antar perusahaan domestik maupun

perusahaan asing. Dengan kondisi tersebut, maka peran aspek pemasaran sangat

menunjang daya saing perusahaan dalam mengantisipasi kondisi persaingan tersebut,

utamanya dalam tujuan memenuhi kebutuhan konsumen. Kegiatan pemasaran yang

berorientasi pada pelanggan yang dilakukan oleh suatu perusahaan sangatlah

menentukan keberhasilan usaha perusahaan tersebut di masa yang akan datang.

Perusahaan harus meningkatkan kepekaannya terhadap perubahan

lingkungan yang dapat mempengaruhi perilaku konsumen dalam pengambilan

keputusan pembelian. Perusahaan perlu mengubah dari paradigma lama ke paradigma

baru. Paradigma baru memandang produk dari kacamata konsumen. Fokus paradigma

baru ini adalah bukan pada bagaimana membuat produk tetapi bagaimana sebaiknya

memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen. Paradigma baru melibatkan

konsumen dalam organisasi, maksudnya adalah agar tumbuh komunikasi yang

(11)

Bandung merupakan salah satu kota terbesar di Indonesia. Sebagai kota

besar yang terus berkembang, laju pertumbuhan perekonomian serta perubahan

teknologi dan arus informasinya pun semakin cepat. Hal ini menjadi salah satu faktor

pendorong terciptanya persaingan ketat di dalam dunia bisnis. Pasar yang semakin

dinamis, mengharuskan para pelaku bisnis untuk secara terus-menerus berimprovisasi

dan berinovasi dalam mempertahankan para pelanggannya.

Dikutip dari sebuah surat kabar elektronik bahwa Bandung mendapatkan

peringkat sebagai kota yang akan mengalami lompatan besar dalam pertumbuhan

daya saing, Terpilihnya Bandung sebagai proyek percontohan kota kreatif Se-Asia

Timur merupakan sebuah penghargaan sekaligus tantangan untuk membuktikan

keandalan kota yang selama ini dikenal sebagai pionir perkembangan industri kreatif

di indonesia. Selain itu, Kota Bandung juga terpilih sebagai proyek percontohan

ekonomi kreatif yang diikuti 11 negara di Yokohama jepang akhir Juli 2007.

Hal itu dikatakan Kadisbudpar Jawa – Barat Budhyana kepada Pelita diruang kerjanya Senin (16/6). Dia melanjutkan, daya tarik industri di Bandung yang

dihasilkan oleh komunitas – komunitas yang berkembang sendiri selama 10 tahun terakhir dan produknya, terutama fashion, menjadi tren hidup kaum muda.

(http://pelita.or.id, diunduh pada tanggal 31 Januari 2013).

Perkembangan laju pertumbuhan ekonomi (LPE) di Kota Bandung selama 6

(enam) tahun terakhir (Tahun 2006 – 2011) menunjukkan peningkatan yang positif. Jika pada tahun 2006 LPE Kota Bandung di tahun 2006 mencapai 7,83%, pada tahun

(12)

Grafik. 1.1

Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Kota Bandung

Tahun 2006–2011 dan Perbandingannya dengan Tingkat Nasional (%) Sumber : http://www.bandung.go.id

Tingkat LPE Kota Bandung ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan

kinerja LPE secara nasional. Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi Kota

Bandung relatif lebih baik jika dibandingkan dengan kondisi ekonomi secara

nasional. Selama periode 2006-2011, rata-rata LPE Kota Bandung mencapai 8,27%,

sedangkan rata-rata LPE nasional secara periode 2006-2011 hanya berada di kisaran

5,83%.

Perkembangan ini dapat pula kita lihat pada sektor bisnis clothing yang

menjadi minat besar bagi para pembisnis baru. Ketua Asosiasi Distro Bandung, Ade

menuturkan bahwa terjadi perubahan besar dalam bisnis distro, factory outlet (FO)

dan perkembangan mal dua tahun terakhir di Bandung. "Memang Bandung selalu

menciptakan sesuatu yang baru. Distro, FO, Mall menjadi daya tarik pariwisata,

(13)

(10/4/2012). Saat ini clothing distro di Bandung jumlahnya sudah mencapai ratusan,

misalnya di satu kawasan seperti Sultan Agung dan Trunojoyo saja jumlah sudah

sangat banyak. Menurutnya saat ini banyak para pelaku distro di daerah di luar

Bandung merasa iri dengan perkembangan pesat Bandung. (http://finance.detik.com,

diunduh pada tanggal 31 Januari 2013).

Melalui perkembangan tersebut sudah dapat dilihat bahwa, harga, kualitas

dan pelayanan tidak lagi menjadi bahan pertimbangan utama bagi konsumen, saat ini

atmosphere (suasana) menjadi faktor penting, suasana yang nyaman dan homey

menjadi bahan pertimbangan tersediri bagi konsumen mengunjungi sebuah distro

sebelum memutuskan untuk berbelanja di distro tersebut. Meskipun sebuah atmosfer

toko tidak secara langsung mengkomunikasikan kualitas produk dibandingkan

dengan iklan, atmosfer toko merupakan komunikasi secara diam – diam yang dapat menunjukkan kelas sosial dari produk-produk yang ada didalamnya. Perancangan

tersebut dilakukan selain untuk menarik konsumen, juga memicu pembelian oleh

konsumen, serta menciptakan suasana tertentu yang kemudian dapat mempengaruhi

emosi konsumen, dan untuk dapat mempengaruhi bagaimana konsumen berperilaku.

Peter dan Olson (2000) menyatakan bahwa tiga keputusan utama dalam mendesain

lingkungan fisik suatu usaha adalah lokasi, tata letak, serta rangsangan atau

atmosphere yang ditimbulkannya.

Untuk dapat menciptakan atmosphere yang menyenangkan, maka perlu

diciptakan store atmosphere yang baik. Store atmosphere merupakan perpaduan

(14)

aroma dan komunikasi visual untuk menciptakan suasana yang dapat mempengaruhi

persepsi dan respon konsumen ( Levy & Weitz, 2007:576).

Store atmosphere merupakan salah satu elemen dari retailing mix yang

mampu mempengaruhi proses keputusan pembelian. Dengan menciptakan store

atmosphere yang menyenangkan, diharapkan konsumen akan merasa nyaman dan

betah berlama-lama didalam ruangan yang dapat mempengaruhi persepsi dan emosi

konsumen untuk merangsang keinginan membeli yaang tidak direncanakan.

(Sumber: Evan & Berman, 2007:545).

Store atmosphere menjadi semakin penting karena dewasa ini ada

kecenderungan berubahnya motif seseorang untuk berbelanja, dimana kegiatan

berbelanja tidak hanya sebagai kegiatan fungsional untuk membeli barang-barang

saja tetapi sebagai kegiatan mengisi waktu, rekreasi, hiburan atau bahkan pelepas

stress. Jadi ketika seorang konsumen masuk toko tidak akan hanya memberikan

penilaian produk yang akan ditawarkan, tetapi juga kan memberikan penilaian

terhadap kreatifitas penciptaan suasana toko.

Harapan yang dimiliki seorang konsumen belum tentu akan mendorong

konsumen yang bersangkutan untuk melakukan pembelian. Harapan tersebut harus

mampu distimulir sehingga timbulnya tekanan untuk segera mewujudkannya dalam

bentuk tindakan pembelian. Terdapat bermacam faktor yang dapat menjadi stimulus,

antara lain adalah store atmosphere. Pihak manajemen toko dapat mendesain atmosfir

toko sedemikian rupa sehingga menimbulkan rasa nyaman dan aman di dalam diri

(15)

Sutisna, 2003). Dengan kata lain, store atmosphere bisa mempengaruhi perasaan atau

mood dari para konsumen yang berkunjung ke toko milik perusahaan sehingga

tertarik untuk melakukan keputusan pembelian.

Keyakinan (kepercayaan) dan evaluasi konsumen terhadap suatu produk

membentuk sikap konsumen. Sikap memainkan peranan utama dalam membentuk

perilaku (Engel, Blackwell, Miniard, 1994:337). Karena dalam memutuskan produk

dan merek yang akan dibeli maka konsumen akan memilih produk dan merek yang

dievaluasi secara paling menguntungkan. Sehingga adanya sikap yang baik dan

positif atas berbagai atribut produk yang ditawarkan oleh perusahaan, maka

konsumen akan melakukan pembelian berulang terhadap produk tersebut.

Konsumen dapat mengetahui manfaat dari penggunaan produk melalui

atribut produk sehingga dapat membantu konsumen untuk memenuhi kebutuhan dan

keinginannya. Menurut Wibowo (2000 : 9) atribut produk dan manfaat (benefit)

adalah dua faktor yang saling berhubungan. Karena konsumen akan menentukan

seberapa besar manfaat suatu produk berdasarkan atribut dominan. Oleh karena itu

atribut produk harus mempunyai keistimewaan dan manfaat yang dicari oleh

konsumen. Sikap mengarahkan individu didalam membentuk niat untuk membeli

produk atau tidak membeli produk (Schutte dan Ciarlante, 1998 : 83). Teori Fishbein

menjelaskan pembentukan sikap sebagai tanggapan atas atribut – atribut (Sutisna, 2002 : 111).

Selain pengaruh store atmosphere terhadap daya beli konsumen, brand

(16)

membawa citra suatu perusahaan. Merek adalah nama, istilah, tanda atau desain, atau

kombinasi dari semua ini yang memperlihatkan identitas produk atau jasa dari satu

penjual atau kelompok penjual dan membedakan produk itu dari produk pesaing

(Kotler dan Keller, 2007).

Merek memberi sejumlah keuntungan pada produsen maupun konsumen.

Simamora (2002) menyebutkan dengan adanya merek, masyarakat mendapat jaminan

tentang mutu suatu produk yaitu dengan memperoleh informasi yang berkaitan

dengan merek tersebut. Dikenalnya merek oleh masyarakat membuat pihak

perusahaan meningkatkan inovasi produk untuk menghadapi persaingan. Sedangkan

bagi produsen merek tentunya bermanfaat untuk melakukan segmentasi pasar,

menarik minat beli konsumen untuk membeli produk dari merek tersebut serta

memberikan perlindungan terhadap produk yang dihasilkan.

Pada dasarnya perbedaan antara merek satu dengan yang lainnya, bagian

pada marketing perusahaan akan lebih mudah membangun hubungan kerja dengan

keunikan dari merek yang mereka miliki yang kemudian akan berlanjut menjadi

kepopuleran bagi produk serta market share.

Bloods Distribution Outlet merupakan sebuah perusahaan clothing

independent yang didirikan pada tahun 2002 inisiatif dari pendirinya yaitu Firdaus

Patriaman, dengan nama awal Bloods Shedrain hingga tahun 2005. Nama Bloods

diartikan dari darah manusia yang bisa membuat manusia hidup, maka dengan

pemberian nama tersebut harapannya Bloods Distro dapat menyediakan kebutuhkan

(17)

lainnya. Dalam perkembangannya Bloods pernah bekerja sama dengan Blaze

Distribution Outlet dalam bentuk konsinyasi, namun kini Bloods sudah mampu

berdiri sendiri dengan memiliki hak paten atas brand image nya dan kini Bloods

Distro sudah mempunyai 4 toko bertempat di Bekasi 2 toko, Jakarta 1 toko, dan 1

toko di Bandung yang menjadi awal lahirnya Bloods Distrtibution Outlet.

Bermula dengan hanya menitipkan barang di beberapa Distribution Outlet

(Distro) di kawasan Bandung, hingga memiliki toko yang dinamakan Bloods Distro

di Jl. Sultan Agung no. 25 Bandung sejak tahun 2005. Sampai saat ini jumlah

pelanggan Bloods sudah mulai meningkat, baik di Bandung maupun diluar Bandung

khususnya pelanggan dari kalangan anak SMP, SMA, mahasiswa bahkan sampai

pada usia diatas 30 tahun lebih. Pendatang yang sengaja ataupun yang tidak sengaja,

membeli ataupun hanya melihat–lihat saja mereka didominasi pengunjung dari luar Bandung, yaitu orang Jakarta, Yogyakarta, Surabaya, Bekasi, bahkan dari

mancanegara seperti Singapura dan Malaysia.

Sedangkan barang–barang yang dijual adalah T-Shirt, Half T-Shirt (oblong), celana bahan (Chino), celana panjang jeans, celana jeans pendek, ikat pinggang, topi,

sweater, jaket, dompet, Kupluk (Scraft), Boxer (celana pendek laki-laki), sandal dan

sebagainya, dimana barang-barang yang dijual tersebut khusus hanya barang-barang

(18)

Tabel 1.1

Jumlah Konsumen yang berkunjung ke Bloods Distribution Outlet 6 bulan terakhir

Bulan Tahun Jumlah Pengunjung (orang)

September 2012 512

Oktober 2012 405

November 2012 389

Desember 2012 488

Januari 2013 320

Februari 2013 287

Jumlah 2401

Rata-Rata 2401 = 400,11

6

Source: data pengunjung 6 bulan terakhir dari Bloods Distribution Outlet

Data yang didapat penulis dari Distro Bloods selama 6 bulan terakhir dari

bulan September 2012 sampai bulan Februari 2013 berjumlah 2401 orang. Pada bulan

September pengunjung melonjak pada angka 512 karena berkenaan dengan Hari

Raya Idul Fitri. Sedangkan pada bulan seterusnya pengunjung dapat dikatakan stabil,

namun lonjakan kembali meningkat pada bulan Desember hal ini dikarenakan adanya

pergantian tahun yang cenderung Bloods Distribution Outlet mengadakan diskon

akhir tahun. Bulan Januari pengunjung kembali stabil di angka 320 pengunjung,

namun pada bulan Februari Bloods mengalami penurunan pengunjung sebesar 287

(19)

Tabel 1.2

Hasil Survei Awal Store Atmosphere

Penulis melakukan penyebaran kuesioner awal terhadap 50 responden yang

diberikan kepada pengunjung Bloods hal ini untuk mengetahui fenomena yang terjadi

pada Bloods Distribution Outlet. Setelah dilakukan penelitian awal, ternyata

ditemukan beberapa kelemahan dari Distro Bloods. Terdapat 4 point masalah Store

Atmosphere pada Bloods Distribution Outlet. Dari 50 kuesioner yang disebarkan

kepada responden, 76% responden mengeluhkan tentang kenyamanan Store Exterior

di Bloods dan 24% merasakan kenyamanan Store Exterior di Bloods, hal ini tentunya

suatu permasalahan yang harus diperhatikan oleh pihak Bloods. Hal ini mungkin

terjadi karena pihak Bloods kurang memperhatikan kondisi Store Exteriornya

Store Atmosphere

No. Pertanyaan

Baik %

Ya Tidak Ya Tidak

1 StoreExterior sudah membuat anda nyaman 12 38 24% 76%

2 General Interior Bloods sesuai dengan konsep

Hardcore 20 30 40% 60%

3 Store Layout sudah strategis 23 27 46% 54%

4 Interior Point of Interest Display sudah memberikan

informasi sesuai dengan yang diharapkan 18 32 36% 64%

Jumlah 73 127 146% 254%

(20)

khusunya tempat parkir yang sempit dan tingkat keamanan kendaraan mereka saat

diparkir di Bloods. Sehingga konsumen kurang merasa nyaman berbelanja ke Distro

Bloods.

General Interior di Bloods yang tidak sesuai dengan konsep Hardcorenya

terbukti sebanyak 60% responden mengatakan tidak dan 40% mengatakan sesuai

dengan konsep Hardcore. Padahal Distro Bloods mengusung konsep genre musik

Hardcore. Ini juga merupakan pekerjaan rumah bagi Bloods Distribution Outlet

untuk konsisten dijalur konsep Tokonya. Kelemahan lainnya dari Distro Bloods yaitu

Store Layout, dari 50 responden 54% mengatakan bahwa Store Layout atau Tata

Letak Ruang di Bloods kurang efektif (tidak tertata) dan sisanya 46% responden

mengatakan efektif (tertata). Fenomena ini timbul mungkin pihak Bloods kurang

memanfaatkan space yang ada untuk konsumen. Menurut responden ruangan yang

harus ditambah adalah ruang ganti pakaian.dan responden juga menilai arus lalu

lintas toko yang harus diperhatikan sehingga memudahkan konsumen untuk

berbelanja.

Fenomena yang lain yaitu Interior Point of Interest Display atau Dekorasi

Pemikat dalam toko dari 50 responden 64% Distro Bloods tidak memberikan

informasi yang jelas kepada konsumen dan sisanya 36% responden memberikan

tanggapan Bloods sudah memberikan informasi sesuai dengan yang diharapkan

konsumen. Ini membuktikan bahwa Bloods harus lebih tahu produk apa yang dicari

dan diharapkan oleh konsumen dan dekorasi sangatlah penting dalam sebuah toko,

(21)

sehingga konsumen tidak merasa kebingungan dalam memilih produk yang akan

dibelinya. Jadi menurut survei awai jumlah keseluruhan dari 4 point masalah

mengenai Store Atmosphere di Bloods Distribution Outlet yang mengatakan “BAIK” jumlah totalnya adalah 73 responden yang mengatakan “Ya” dan 127 responden

mengatakan “Tidak” , rata-rata nya 18.25 untuk yang mengatakan “Ya” dan 32.5

untuk yang mengatakan “Tidak” jadi rata-rata persentase nya adalah 36.5% untuk

yang mengatakan “Ya” dan 63.5% untuk yang mengatakan “Tidak” .

Tabel 1.3

Hasil Survei Awal Brand Image

Kelemahan dari Bloods dilihat dari Brand Image ysitu masih kurangnya

konsumen mengetahui secara jauh produk Bloods, survei yang didapat 56% yang

tidak mengetahui produk Bloods dan yang mengetahui produk Bloods 44% dari 50

responden. Ini merupakan masalah bagi Distro Bloods, dikarenakan konsep yang di

usung Bloods tidak konsisten dengan konsep awal, Distro Bloods cenderung

Brand Image

No Pertanyaan Baik %

Ya Tidak Ya Tidak

1 Mengetahui secara jauh produk Bloods 22 28 44% 56%

2 Kesan pertama terhadap Produk Bloods 27 23 54% 46%

Jumlah 49 51 98% 102%

(22)

merubah-rubah desain produk. Jadi menurut survei awai jumlah keseluruhan dari 2

point masalah mengenai Brand Image di Bloods Distribution Outlet yang mengatakan

“BAIK” jumlah totalnya adalah 49 responden yang mengatakan “Ya” dan 58 responden mengatakan “Tidak” , rata-rata nya 24.5 untuk yang mengatakan “Ya”

dan 25.5 untuk yang mengatakan “Tidak” jadi rata-rata persentase nya adalah 49%

untuk yang mengatakan “Ya” dan 51% untuk yang mengatakan “Tidak”

Tabel 1.4

Hasil Survei Awal Minat Beli

Menurut responden Kualitas produk Bloods 56% responden menjawab tidak

memuaskan konsumen dan sisanya 44% responden menjawab merasa puas dengan

kualitas produk yang dijual Distro Bloods. Dikarenakan produk Bloods kurang

nyaman dipakai dan diferensiasi produk masih minim karena hanya konsep hardcore

yang ditawarkan tanpa adanya terobosan produk baru yang ditawarkan kepada

Minat Beli

No Pertanyaan Baik % %

Ya Tidak Ya Tidak

1 Kualitas produk Bloods merangsang minat beli

konsumen 22 28 44% 56%

2 Produk Bloods dapat memuaskan kebutuhan

konsumen 20 30 40% 60%

Jumlah 42 58 84% 116%

(23)

konsumen. Fenomena terakhir yang didapat di Bloods menurut survei awal

penyebaran kuesioner, Produk Bloods dapat memuaskan kebutuhan konsumen, yang

menjawab tidak memuaskan 60% dan yang tidak memuaskan konsumen 40% dari 50

responden. . Jadi menurut survei awai jumlah keseluruhan dari 2 point masalah

mengenai Minat Belidi Bloods Distribution Outlet yang mengatakan “BAIK” jumlah

totalnya adalah 42 responden yang mengatakan “Ya” dan 58 responden yang

mengatakan “Tidak” , rata-rata nya 21 untuk yang mengatakan “Ya” dan 29 untuk

yang mengatakan “Tidak” jadi rata-rata persentase nya adalah 42% untuk yang

mengatakan “Ya” dan 58% untuk yang mengatakan “Tidak” . Berdasarkan latar

belakang tersebut, maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang: “Pengaruh Suasana

Toko dan Citra Merek terhadap Minat Beli ( Survey Pada Konsumen Bloods

Distribution Outlet )

1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah

1.2.1 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian diatas dapat diketahui bahwa ternyata konsumen yang

berbelanja di Distro Bloods menyatakan bahwa mengeluhkan tentang kenyamanan

Store Exterior di Bloods ini tentunya suatu permasalahan yang harus diperhatikan

oleh pihak Bloods. Hal ini mungkin terjadi karena pihak Bloods kurang

memperhatikan kondisi Store Exteriornya khusunya tempat parkir yang sempit dan

tingkat keamanan kendaraan mereka saat diparkir di Bloods. Sehingga konsumen

(24)

General Interior di Bloods yang tidak sesuai dengan konsep Hardcorenya.

Padahal Distro Bloods mengusung konsep genre musik Hardcore. Ini juga

merupakan pekerjaan rumah bagi Bloods Distribution Outlet untuk konsisten dijalur

konsep Tokonya. Kelemahan lainnya dari Distro Bloods yaitu Store Layout atau Tata

Letak Ruang di Bloods kurang efektif (tidak tertata) dan hanya sebagian saja yang

mengatakan efektif (tertata). Hal ini timbul mungkin pihak Bloods kurang

memanfaatkan space yang ada. Menurut responden ruangan yang harus ditambah

adalah ruang ganti pakaian.dan responden juga menilai arus lalu lintas toko yang

harus diperhatikan sehingga memudahkan konsumen untuk berbelanja.

Konsumen mengeluhkan tentang kenyamanan Store Exterior di Bloods dan

hal ini tentunya suatu permasalahan yang harus diperhatikan oleh pihak Bloods. Hal

ini mungkin terjadi karena pihak Bloods kurang memperhatikan kondisi Store

Exteriornya khususnya tempat parkir yang sempit dan tingkat keamanan kendaraan

mereka saat diparkir di Bloods. Sehingga konsumen tidak merasa nyaman berbelanja

di Distro Bloods.

Interior Point of Interest Display atau Dekorasi Pemikat dalam toko belum

memberikan informasi yang jelas kepada konsumen. Kelemahan lain di Bloods

konsumen masih kurang mengetahui secara jauh produk Bloods. Ini merupakan

masalah bagi Distro Bloods, dikarenakan konsep yang di usung Bloods kurang

konsisten dengan konsep awal, Distro Bloods cenderung merubah-rubah desain

(25)

Menurut konsumen Kualitas produk Bloods belum memuaskan,

Dikarenakan produk Bloods kurang nyaman dipakai dan diferensiasi produk masih

minim karena hanya konsep hardcore yang ditawarkan tanpa adanya terobosan

produk baru yang ditawarkan kepada konsumen

1.2.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian di atas masalah yang dirumuskan

dalam penelitian ini adalah :

1) Bagaimana Store Atmosphere, Brand Image, dan Minat Beli di Bloods

Distribution Outlet Bandung

2) Apakah Store Atmosphere dan Brand Image berpengaruh secara signifikan

terhadap Minat Beli baik secara parsial maupun simultan

1.3 Maksud dan Tujuan

1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud penulis melakukan penelitian ini adalah untuk mengumpulkan data

yang relevan untuk mengetahui pengaruh store atmosphere dan brand image

terhadap minat beli konsumen pada Bloods Distribution Outlet.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Bertolak dari latar belakang penelitian dan masalah-masalah yang telah

(26)

1) Untuk mengetahui Store Atmosphere, Brand Image, dan Minat Beli di Bloods

Distribution Outlet Bandung

2) Untuk mengetahui Apakah Store Atmosphere dan Brand Image berpengaruh

secara signifikan terhadap Minat Beli baik secara parsial maupun simultan

1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Praktis

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi Bloods

Distribution Outlet tentang pentingnya penerapan store atmosphere dan brand image.

Selain itu dapat pula diajdikan sebagai salah satu dasar pertimbangan untuk

menambah minat beli konsumen pada Distro Bloods Outlet.

1.4.2 Kegunaan Akademis

Dari hasil penelitian yang dilakukan penulis, diharapkan dapat memberikan

manfaat bagi pihak sebagai berikut:

1. Bagi peneliti

Hasil penelitian diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan,

pemahaman, uji kemampuan, serta mengetahui lebih jelas penerapan teori yang

diperoleh mengenai store atmosphere dan brand image, serta dampaknya terhadap

(27)

2. Bagi peneliti selanjutnya

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat tambahan

pengetahuan, sebagai literatur yang menyajikan informasi dan sebagai bahan

referensi untuk penelitian dalam bidang yang sama guna pengembangan ilmu

manajemen.

1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian

1.5.1 Lokasi Penelitian

Penelitian dan pengumpulan data dilakukan Di Bloods Distribution Outlet

jalan Sultan Agung No.25 Bandung.

1.5.2 Waktu Penelitian

Untuk memperoleh data dan informasi yang diperlukan dalam penyusunan

skripsi ini dilaksanakan Bloods Distribution Outlet. Adapun waktu pelaksanaan

penelitian dilakukan selama 12 bulan yang dimulai dari bulan September 2012

(28)
(29)

20

2.1. KAJIAN PUSTAKA

2.1.1. Store Atmosphere

2.1.1.1. Pengertian Store Atmosphere

Penataan interior amat mempengaruhi konsumen secara visual, sensual, dan

mental sekaligus. Semakin bagus dan menarik penataan interior sesuatu gerai

semakin tinggi daya tarik pada pancaindra pelanggan : penglihatan, pendengaran

aroma, rasa, sentuhan, konsep : ide citra dan semakin senang pelanggan berada di

gerai itu.

Apa yang disebut dengan store atmosphere atau suasana toko merupakan

faktor penting yang akan mempengaruhi minat beli pada konsumen. Kombinasi yang

terdapat di dalamnya akan mempengaruhi perasaan yang membangkitkan keinginan

dan timbulnya rasa senang. Penataan pada toko memerlukan penanganan ahli dan

biasanya memerlukan bahan yang tidak murah. Karena itu, penataan yang canggih

biasa terjadi pada gerai/toko yang mampu yang menghasilkan banyak penjualan dan

keuntungan. Ini terjadi pada gerai menengah dan besar dan gerai khusus seperti

outlet yang menjual berbagai macam kebutuhan sandang. Outlet yang khusus

menjual barang pada pangsa pasar kaum remaja yang mengombinasikan semua unsur

(30)

cahaya, music, merchanding, tata udara, dan alat bantu dalam bentuk media lain

untuk mempermudah konsumen.

Menurut Kotler dan Amstrong yang dialih bahasakan oleh Benyamin

Molan (2004:570),

“Suasana toko (stores atmosfer ) merupakan unsur lain dalam persenjataan produk.

Setiap toko mempunyai tata letak fisik yang membuat orang bergerak didalamnya

dengan susah dan mudah”.

Menurut Mowen dan Minor (2002:238),

“Store atmosphere merupakan unsur senjata lain yang dimiliki toko. Setiap

toko mempunyai tata letak fisik yang memudahkan atau menyulitkan pembeli untuk berputar – putar didalamnya. Setiap toko mempunyai penampilan. Toko harus membentuk suasana terencana yang sesuai dengan pasar sasarannya dan yang dapat menarik konsumen untuk membeli. Penampilan toko memposisikan toko dalam benak konsumen”.

Sedangkan menurut Utami (2006:12) menggambarkan store atmosphere

sebagai berikut :

“Proses penciptaan store atmosphere adalah kegiatan merancang lingkungan pembelian dalam suatu toko dengan menentukan karakteristik toko tersebut melalui pengaturan dan pemilihan fasilitas fisik toko dan aktifitas barang dagangan. Lingkungan pembelian yang terbentuk, melalui komunikasi visual, pencahayaan, warna, musik dan wangi-wangian, tersebut dirancang untuk menghasilkan pengaruh atau respon emosional dan persepsi khusus dalam diri konsumen sehingga bersedia melakukan pembelian serta kemungkinan

meningkatkan pembeliannya”.

Melalui suasana toko yang sengaja diciptakan oleh ritel, ritel berupaya untuk

mengomunikasikan informasi yang terkait dengan layanan, harga maupun

(31)

Amstrong yang dialih bahasakan oleh Benyamin Molan (2004:570) “Suasana toko

(store atmosfer) merupakan unsur lain dalam persenjataan produk. Setiap toko

mempunyai tata letak fisik yang membuat orang bergerak didalamnya dengan susah

dan mudah”. “Atmosphere (suasana toko) adalah suasana terencana yang sesuai

dengan pasar sasarannya dan yang dapat menarik konsumen untuk membeli”.

Pengunaan store atmosphere mempunyai sejumlah tujuan, antara lain bahwa

penampilan eceran toko membantu menentukan citra toko dan memposisikan eceran

toko dalam benak konsumen, serta bahwa tata letak toko yang efektif tidak hanya

akan menjamin kenyamanan dan kemudahan melainkan juga mempunyai pengaruh

yang besar pada pola lalu – lintas pelanggan dan perilaku berbelanja (Lamb, Hair dan McDaniel, 2001). Beberapa faktor yang berpengaruh dalam menciptakan suasana

toko antara lain jenis dan kepadatan karyawan, jenis dan kepadatan barang dagangan,

jenis dan kepadatan perlengkapan tetap (fixture), bunyi suara, aroma, serta faktor

visual (Huda dan Martaleni, 2007).

Cakupan strategi Store atmosphere bisa dikelompokan menjadi Instore dan

Outstore.”Store atmosphere bisa dipahami sebagai penataan ruang dalam (Instore)

dan ruang luar (Outstore) yang dapat menciptakan kenyamanan bagi

pelanggan”,(Sutisna dan Pawitra 2001). Menurut Levi dan Weitz (2001), Store

(32)

A. Instore atmosphere

Instore atmosphere adalah pengaturan-pengaturan di dalam ruangan yang

menyangkut:

1. Internal Layout merupakan pengaturan dari berbagai fasilitas dalam

ruangan yang terdiri dari tata letak meja kursi pengunjung, tata letak

meja kasir, dan tata letak lampu, pendingin ruangan, sound.

2. Suara merupakan keseluruhan alunan suara yang dihadirkan dalam

ruangan untuk menciptakan kesan rileks yang terdiri dari live music

yang disajikan restoran dan alunan suara musik dari sound system.

3. Bau merupakan aroma-aroma yang dihadirkan dalam ruangan untuk

menciptakan rasa nyaman, rileks, dan senang dari aroma yang

ditimbulkan oleh pewangi ruangan.

4. Tekstur merupakan tampilan fisik dari bahanbahan yang digunakan

untuk meja dan kursi dalam ruangan dan dinding ruangan.

5. Desain interior bangunan adalah penataan ruang-ruang dalam restoran

kesesuaian meliputi kesesuaian luas ruang pengunjung dengan ruas jalan

yang memberikan kenyamanan, desain bar counter, penataan meja,

(33)

B. Outstore atmosphere

Outstore atmosphere adalah pengaturan-pengaturan di luar ruangan yang

menyangkut:

1. External Layout yaitu pengaturan tata letak berbagai fasilitas restoran di

luar ruangan yang meliputi tata letak parker pengunjung, tata letak

papan nama, dan lokasi yang strategis.

2. Tekstur merupakan tampilan fisik dari bahanbahan yang digunakan

bangunan maupun fasilitas diluar ruangan yang meliputi tekstur dinding

bangunan luar ruangan dan tekstur papan nama luar ruangan.

3. Desain eksterior bangunan merupakan penataan ruangan-ruangan luar

restoran meliputi desain papan nama luar ruangan, penempatan pintu

masuk, bentuk bangunan dilihat dari luar, dan sistem pencahayaan luar

ruangan.

2.1.1.2. Cakupan Store Atmosphere

Cakupan Store atmosphere menurut Barry dan Evans (2004), “Atmosphere can be divided into severalelements: exterior, general interior, store layout,and

displays.”

1. Exterior (Bagian Luar Toko)

Karakteristik exterior mempunyai pangaruh yang kuat pada citra toko

tersebut, sehingga harus direncanakan dengan sebaik mungkin.

(34)

terlihat unik, menarik, menonjol dan mengundang orang untuk masuk

kedalam toko. Element-elemen exteriorini terdiri dari sub elemen-sub

elemen sebagai berikut:

a. Storefront (Bagian Muka Toko)

Bagian muka atau depan toko meliputi kombinasi papan nama, pintu

masuk, dankonstruksi bangunan. Storefront harus mencerminkan

keunikan, kemantapan, kekokohan atau hal-hal lain yang sesuai

dengan citra toko tersebut. Khususnya konsumen yang baru sering

menilai toko dari penampilan luarnya terlebih dahulu sehingga

merupakan exterior merupakan faktor penting untuk mempengaruhi

konsumen untuk mengunjungi toko.

b. Marquee (Simbol)

Marquee adalah suatu tanda yang digunakan untuk memajang nama

atau logo suatu toko. Marquee dapat dibuat dengan teknik pewarnaan,

penulisan huruf, atau penggunaan lampu neon. Marquee dapat terdiri

dari nama atau logo saja, atau dikombinasikan dengan slogan dan

informasi lainya. Supaya efektif, marquee harus diletakan diluar,

terlihat berbeda, dan lebih menarik atau mencolok daripada toko lain

(35)

c. Entrance (Pintu Masuk)

Pintu masuk harus direncanakan sebaik mungkin, sehingga dapat

mengundang konsumen untuk masuk melihat ke dalam toko dan juga

mengurangi kemacetan lalu lintas keluar masuk konsumen.

d. Display Window (Tampilan Jendela)

Tujuan dari display window adalah untuk mengidentifikasikan suatu

toko dengan memajang barang-barang yang mencerminkan keunikan

toko tersebut sehingga dapat menarik konsumen masuk. Dalam

membuat jendela pajangan yang baik harus dipertimbangkan ukuran

jendela, jumlah barang yang dipajang, warna, bentuk,dan frekuensi

penggantiannya.

e. Height and Size Building (Tinggi dan UkuranGedung)

Dapat mempengaruhi kesan tertentu terhadaptoko tersebut. Misalanya,

tinggi langit-langit toko dapat membuat ruangan seolah-olah lebih

luas.

f. Uniqueness (Keunikan)

Keunikan suatu toko bisa dihasilakan daridesain bangunan toko yang

lain dari yang lain.

g. Surrounding Area (Lingkungan Sekitar)

Keadaan lingkungan masyarakat diaman suatu toko berada, dapat

(36)

citra yang kurang baik, maka toko yang lain pun akan terpengaruh

dengan citra tersebut.

h. Parking (Tempat Parkir)

Tempat parkir merupakan hal yang penting bagi konsumen. Jika

tempat parkir luas, aman, dan mempunyai jarak yang dekat dengan

toko akan menciptakan Atmosphere yang positif bagi toko tersebut.

2. General Interior (Bagian Dalam Toko)

Yang paling utama yang dapat membuat penjualan setelah pembeli

berada di toko adalah display. Desain interior dari suatu toko harus

dirancang untuk memaksimalkan visual merchandising. Display yang

baik yaitu yang dapat menarik perhatian pengunjung dan membantu

meraka agar mudah mengamati, memeriksa, dan memilih barang dan

akhirnya melakukan pembelian. Ada banyak hal yang akan

mempengaruhi persepsi konsumen pada toko tersebut. Menurut Barry

dan Evans (2004),elemen-elemen general interior terdiri dari:

a. Flooring (Lantai)

Penentuan jenis lantai, ukuran, desain dan warna lantai sangat penting,

karena konsumen dapat mengembangkan persepsi mereka berdasarkan

apa yang mereka lihat.

b. Color and Lightening (Warna dan Pencahayaan)

Setiap toko harus menpunyai pencahayaan yang cukup untuk

(37)

toko. Konsumen yang berkunjung akan tertarik pada sesuatu yang

paling terang yang berada dalam pandangan mereka. Tata cahaya yang

baik mempunyai kualitas dan warna yang dapat membuat suasana

yang ditawarkan terlihat lebih menarik, terlihat berbeda bila

dibandingkan dengan keadaan yang sebenarnya.

c. Scent and Sound ( Aroma dan Musik)

Tidak semua toko memberikan pelayanan ini, tetapi jika layanan ini

dilakukan akan memberikan suasana yang lebih santai pada

konsumen, khususnya konsumen yang ingin menikmati suasana yang

santai dengan menghilangkan kejenuhan, kebosanan, maupun stress

sambil menikmati dalam melihat-lihat produk.

d. Fixture (Penempatan)

Memilih peralatan penunjang dan cara penempatan meja harus

dilakukan dengan baik agar didapat hasil yang sesuai dengan

keinginan. Karena penempatan meja yangsesuai dan nyaman dapat

menciptakan image yang berbeda pula.

e. Wall Texture (Tekstur Tembok)

Teksture dinding dapat menimbulkan kesan tertentu pada konsumen

dan dapat membuat dinding terlihat lebih menarik.

f. Temperature (Suhu Udara)

Pengelola toko harus mengatur suhu udara, agar udara dalam ruangan

(38)

g. Width of Aisles (Lebar Gang)

Jarak antara meja dan kursi harus diatur sedemikian rupa agar

konsumen merasa nyaman dan betah berada di toko.

h. Dead Area

Dead Area merupakan ruang di dalam toko dimana display yang

normal tidak bisa diterapkan karena akan terasa janggal. Misal : pintu

masuk, toilet, dan sudut ruangan.

i. Personel (Pramusaji)

Pramusaji yang sopan, ramah, berpenampilan menarik, cepat, dan

tanggap akan menciptakan citra perusahaan dan loyalitas konsumen.

j. Service Level (Tingkat Pelayanan)

Macam-macam tingkat pelayanan menurut Kotler yang dialih

bahasakan oleh Teguh, Rusli, dan Molan (2000) adalah self service,

self selection, limited service, dan full service.

k. Price (Harga)

Pemberian harga bisa dicantumkan pada daftar menu atau list di

display yang diberikan agar konsumen dapat mengetahui harga dari

produk tersebut.

l. Cash Refister (Kasir)

Pengelola toko harus memutuskan penempatan lokasi kasir yang

(39)

m. Technology Modernization (Teknologi)

Pengelola toko harus dapat melayani konsumen secanggih mungkin.

Misalnya dalam proses pembayaran harus dibuat secanggih mungkin

dan cepat, baik pembayaran secara tunai atau menggunakan

pembayaran cara lain, seperti kartu kredit atau debet.

n. Cleanliness (Kebersihan)

Kebersihan dapat menjadi pertimbangan utama bagi konsumen untuk

makan di tempat tersebut.

3. Layout Ruangan (Tata Letak Toko)

Pengelola toko harus mempunyai rencana dalam penentuan lokasi dan

fasilitas toko. Pengelola toko juga harus memanfaatkan ruangan toko

yang ada seefektif mungkin. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam

merancang layout adalah sebagai berikut:

a. Allocation of floor space for selling, personnel, and customers.

Dalam suatu toko, ruangan yang ada harus dialokasikan untuk:

Selling Space (Ruangan Penjualan)

Ruangan untuk menempatkan dan tempat berinteraksi antara

konsumen dan pramusaji.

Personnel Space (Ruangan Pegawai)

Ruangan yang disediakan untuk memenuhi kebutuhan pramusaji

(40)

Customers Space (Ruangan Pelanggan)

Ruangan yang disediakan untuk meningkatkan kenyamanan

konsumen seperti toilet, ruang tunggu.

b. Traffic Flow (Arus Lalu Lintas)

Macam-macam penentuan arus lalu lintas toko, yaitu:

Grid Layout (Pola Lurus)

Penempatan fixture dalam satu lorong utam yang panjang.

Loop/Racetrack Layout (Pola Memutar)

Terdiri dari gang utama yang dimulai dari pintu masuk, mengelilingi

seluruh ruangan, dan biasanya berbentuk lingkaran atau persegi,

kemudian kembali ke pintu masuk.

Spine Layout (Pola Berlawanan Arah)

Pada spine layout gang utama terbentang dari depan sampai belakang

toko, membawa pengunjung dalam dua arah.

Free-flow Layout (Pola Arus Bebas)

Pola yang paling sederhana dimana fixture dan barang-barang

diletakan dengan bebas.

4. Interior Point of Interest Display (Dekorasi Pemikat Dalam Toko)

Interior point of interest display mempunyai dua tujuan, yaitu

memberikan informasi kepada konsumen dan menambah store

atmosphere, hal ini dapat meningkatkan penjualan dan laba toko. Interior

(41)

a. Theme Setting Display (Dekorasi Sesuai Tema)

Dalam suatu musim tertentu retailer dapat mendisain dekorasi toko atau

meminta pramusaji berpakaian sesuai tema tertentu.

b. Wall Decoration (Dekorasi Ruangan)

Dekorasi ruangan pada tembok bisa merupakan kombinasi dari gambar

atau poster yang ditempel, warna tembok, dan sebagainya yang dapat

meningkatkan suasana toko. Menurut Levi dan Weitz (2000), Ketika

peritel hendak menata atau mendekorasi ulang sebuah toko, manajer

harus memperhatikan tiga tujuan dari atmosphere berikut:

1) Atmosphere harus konsisten dengan citra toko dan strategi secara

keseluruhan.

2) Membantu konsumen dalam menentukan keputusan pembelian.

3) Ketika membuat suatu keputusan mengenai desain, manajer harus

mengingat mengenai biaya yang diperlukan dengan desain tertentu

yang sebaik-baiknya sesuai dengan dana yang dianggarkan.

2.1.1.3. Aspek-Aspek dari Atmosfer

Aspek-aspek atmosfer menurut Hendry Ma’ruf (2005;206) adalah sebagai berikut :

1. Visual

Yang berkaitan dengan: warna, brigtness (terang tidaknya), ukuran,

(42)

biru misalnya, memberi dampak psikologis tenang, dampak tempratur

dingin, dan memberi kesan jauh. Warna merah memberi dampak

perangsangan (very stimulating) sehingga berdampak tempratur hangat, dan

memberi kesan dekat, sementara warna hijau memberi dampak psikologis

sangat tenang (very restful), dengan dampak tempratur dingin atau netral,

dan memberi kesan jauh. Warna orange sama dengan warna kuning kecuali

kesan tempratur hangat, sementara kuning sangat hangat. Cahaya (lighting)

adalah faktor penting lain dalam aspek visual. Cahaya yang penuh

menambah kecerahan dan meningkatkan tingkat energi. Penempatan lampu

secara tepat akan memberi efek sejuk meski terang. Penataan cahaya yang

tepat jugamembuat warna menjadi sedikit berubah dari aslinya. Hal ini

diperlukan untuk bagian-bagian tertentu dalam gerai. Ukuran dan bentuk

adalah faktor lain dalam aspek visual.

2. Tactile

Yang berkaitan dengan sentuhan tangan atau kulit: softness, smoothness,

temperatur. Aspek tactile berkaitan dengan sentuhan tangan atau kulit atau

bahkan kaki jika itu membuat pelanggan ingin merasakan dengan kakinya

(misalnya lantai kayu atau karpet) aspek tactile diwujudkan dalam

permukaan yang empuk, lembut, kaear, atau berupa udara yang sejuk atau

dingin. Meski tactile berkaitan dengan tangan atau kulit sebenarnya juga

berkaitan dengan mata. Misalnya tembok yang dibuat kasar tetapi menjadi

(43)

ada seorang pelanggan yang ingin mengetahui permungkaan tembok

tersebut.

3. Olfactory

Yang berkaitan dengan bebauan/aroma: scent, fresbness. Tujuan penggunaan

aroma adalah menciptakan kesan rasa tertentu, misalnya segar atau rasa

lainnya seperti kesejukan. Aroma dapat juga digunakan untuk menstimulasi

suasana tertentu, misalnya suasana kebun, suasana pesta. Pada jenis gerai

tertentu dimana aspek olfactory amat mempengaruhi penggunaan

wewangian, tanaman, atau unsur bebauan lainnya menjadi dominan.

4. Aural

Yang berkaitan dengan suara: volume, pitch, tempo. Suara dan musik

menurut volume, pitch, temp berpengaruh pada suasana hati (mood). Musik

yang lembut membuat pengunjung suatu gerai terpengaruh membeli lebih

santai dibandingkan dengan musik yang berirama mars membuat bawah

sadar pengunjung gerai terdorong menjadi cepat. Musik tidak selalu berarti

harus digunakan. Beberapa jenis peritel tidak menggunakan musik di dalam

(44)

2.1.2 Citra Merek

2.1.2.1 Pengertian Citra Merek

Merek adalah salah satu atribut yang penting dari sebuah produk yang

penggunaannya pada saat ini sudah sangat meluas karena beberapa alasan, dimana

memberikan merek pada suatu produk berarti memberikan nilai tambah produk

tersebut.

Merek tidak hanya sebuah nama bagi produk, tetapi lebih dari itu merupakan

identitas untuk membedakan dari produk-produk yang dihasilkan dari perusahaan

lain. Dengan identitas khusus, produk tertentu akan lebih mudah dikenali oleh

konsumen dan akan memudahkan pada saat pembelian ulang produk tersebut.

Tujuan perusahaan adalah menciptakan pembelian ulang konsumen terhadap

produk yang dihasilkannya dan pemberian merek memberikan kesempatan untuk

mengembangkan hubungan yang baik dengan konsumen. Dengan demikian

hubungan itu diharapkan dapat menghasilkan pangsa pasar (market share) yang lebih

besar dan meningkatkan kemampuan menghasilkan keuntungan.

Terdapat beberapa perbedaan definisi ataupun pandangan mengenai citra

merek, dimana perbedaan pandangan ini bergantung pada luas citra dibangun di

benak konsumen.

Menurut Kotler & Amstrong (2006:229) dalam penelitian Djoko Lesmana

Radji (2009),merek merupakan nama, istilah, tanda, symbol/ lambang, desain, warna,

gerak atau kombinasi atribut-atribut produk lainnya yang diharapkan dapat

(45)

merek juga merupakan janji penjual untuk secara konsisten menyampaikan

serangkaian ciri-ciri, manfaat dan jasa tertentu kepada para pembeli

(Tjiptono,2001:104)

Pengertian citra merek menurut Kotler dalam Simamora (2003:63) adalah

sejumlah keyakinan tentang merek.Sedangkan Aaker dalam Simamora (2003:63)

menganggap citra merek sebagai “bagaimana merek dipersepsikan oleh konsumen”. Kotler dalam Simamora (2004:63) mendefenisikan citra merek sebagai

seperangkat keyakinan, ide dan kesan yang dimiliki oleh seseorang terhadap suatu

merek. Karena itu sikap dan tindakan konsumen terhadap suatu merek sangat

ditentukan oleh citra merek tersebut. Kotler juga menambahkan bahwa citra merek

merupakan syarat dari merek yang kuat.Citra yang dibentuk harus jelas dan memiliki

keunggulan bila dibandingkan dengan pesaingnya. Saat perbedaan dan keunggulan

dihadapkan dengan merek lain,muncullah posisi merek.Pada dasarnya sama dengan

proses persepsi,karena citra terbentuk dari persepsi yang telah terbentuk lama.

Menurut Lin & Lin (2007:121) dalam penelitian Roslina (2009) citra merek

membuat konsumen dapat mengenal suatu produk,mengevaluasi kualitas,serta dapat

menyebabkan resiko pembelian yang rendah.Citra merek memberikan suatu garansi

kepada konsumen tentang produk yang digunakan.Merek yang terkenal umumnya

akan lebih disukai oleh konsumen ketika melakukan suatu pembelian meskipun harga

yang ditawarkan cukup tinggi namun hanya dibutuhkan sedikit usaha dari konsumen

untuk mendapatkannya.Selain itu citra merek juga akan memperkecil resiko

(46)

Menurut Kotler (2002 : 404),

A brand is name, term, sign, simbol, or design, or combination of them,

intended to identity the goods or service of one seller or group of sellers and to

differentiate them from these of competitors.”

Yang diartikan bahwa merek adalah nama, istilah, tanda, atau rancangan,

atau kombinasi dari semua ini yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi produk atau

jasa dari satu atau kelompok penjual dan membedakannya dari produk pesaing.

Menurut lamb, Hair and McDaniel (2001 : 233), “Citra merek (brand image)

adalah serangkaian keyakinan tentang merek produk tertentu yang membentuk sikap

konsumen terhadap produk tersebut.”

Definisi brand image menurut Rangkuti (2002 : 43) “Brand image adalah

sekumpulan asosiasi merek yang terbentuk di benak konsumen.”

Dari pengertian diatas, jelas bahwa merek adalah nama, tanda, symbol,

(seperti logo, merek dagang atau desain kemasan), atau kombinasi semuanya yang

dimaksudkan untuk mengidentifikasi produk atau jasa dari seorang penjual atau

kelompok penjual, dan untuk membedakannya dari produk atau jasa pesaing lainnya.

Sebuah merek juga memberikan tanda/petunjuk pada pelanggan mengenai

sumber-sumber produk dan melindungi produsen maupun pelanggan dari pesaing yang

mencoba menyediakan produk yang terlihat identik. Pada dasarnya merek

merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pemasaran. Merek merupakan tanda

(47)

lebih-lebih setelah persaingan antar pengusaha semakin tajam. Masih menurut Kotler

merek terdiri dari beberapa bagian, antara lain adalah:

1. Nama merek (brand name), bagian dari merek yang dapat diucapkan,

termasuk huruf-huruf, kata-kata dan angka-angka.

2. Tanda merek (brand mark), elemen-elemen dari suatu merek yang tidak dapat

diucapkan tetapi dapat dikenali. Seperti lambang, desain, huruf, atau warna

khusus.

3. Merek dagang (trademark), bagian dari suatu merek yang mendapat

perlindungan hukum, karena mampu untuk menghasilkan sesuatu yang

eksklusif. Orang lain dilarang untuk menggunakan merek tersebut tanpa izin.

4. Hak cipta (copyright), hak eksklusif yang dilindungi oleh hukum

(undang-undang) untuk memproduksi, menerbitkan dan menjual karya tulis, karya

musik atau karya seni.

Elemen – elemen dari merek (Kotler) adalah: nama, logo, symbol, desain, slogan, dan kemasan. Beberapa kriteria yang harus diperhatikan dalam pemilihan

elemen merek:

1. Mudah diingat, artinya elemen merek yang dipilih hendaknya yang mudah

diingat, dan disebut/diucapkan. Simbol, logo, nama yang digunakan

hendaknya menarik, unik sehingga menarik perhatian masyarakat untuk

diingat dan dikonsumsi.

2. Memiliki makna, artinya elemen merek hendaknya mengandung sebuah

(48)

dapat mempengaruhi konsumen untuk mengkonsumsi produk tersebut.

Deskripsi makna yang terkandung dapat berupa:

a. informasi umum tentang kategori dan isi dari produk

b. informasi tentang komposisi penting yang ditonjolkan produk dan

manfaat dari produk.

3. Menarik dan lucu, artinya pendekatan lain untuk menarik perhatian

konsumen adalah dengan variasi elemen merek yang unik, lucu, pemilihan

elemen yang kaya akan visualisasi dan imajinasi. Dalam hal ini yang

ditonjolkan adalah desain yang menarik dan lucu.

a. Fleksibel, artinya elemen merek dapat dimengerti dan tetap dapat

diterima oleh daerah/pasar, bahkan budaya lain. Nama yang digunakan

pun tidaklah terlalu sulit untuk diterjemahkan. Seringkali pemilihan

elemen merek mudah diingat oleh masyarakat lokal, namun sangatlah

sulit dimengerti oleh masyarakat lain. Hal ini tentunya akan

menghambat produsen untuk masuk dalam pasar yang baru.

b. Legal, artinya brand elemen tersebut sah menurut hukum dan undang– undang yang berlaku, sehingga berada di bawah perlindungan hukum.

Karakter brand supaya menjadi brand yang berpotensi

:

1.A quality product

Sejak kepuasaan konsumen digunakan untuk mengukur nilai-nilai merek

(49)

2.Being first

Menjadi yang pertama dalam pasar, bukan dalam teknologi.

3. Unique positioning concept

Merek harus memiliki posisi konsep yang unik, yang akan membedakan dari

pesaingnya.

4.Strong communications program

Brand yang sukses harus disertai dengan penjualan yang efektif,

pengiklanan,, kampanye promosi yang akan mengkomunikasikan fungsi dari

brand itu dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Dengan usaha yang

keras, dan komitmen untuk memperkuat komunikasi itu, maka akan

menimbulkan kesadaran konsumen akan brand tersebut.

5.Time and Consistency

Merek tidak dibangun dalam waktu yang cepat, membutuhkan waktu untuk

membangun merek tersebut dan nilai-nilai yang ada di dalamnya. Dalam

memelihara nilai-nilai merek dibutuhkan waktu yang berkesinambungan

(50)

2.1.2.2 Konsep Citra Merek

Merek memberikan 4(empat) hal pokok yang harus diperhatikan dalam

sebuah merek (Kartajaya, 2004; 484) yaitu:

1) Recognition

Merupakan tingkat dikenalnya sebuah merek oleh konsumen, jika sebuah

merek tidak dikenal maka produk dengan merek tersebut harus dijual

dengan mengandalkan harga termurah.

2) Reputation

Merupakan suatu tingkat reputasi atau status yang cukup tinggi bagi

sebuah merek karenalebih memiliki track record yang baik. Sebuah

produk dengan merek yang disukai konsumen akan lebih mudah dijual

dan sebuah produk yang dipersepsi memiliki kualitas yang tinggi akan

mempunyai reputasi yang baru.

3) Affinity

Merupakan suatu emotional relationship yang timbul antara sebuah merek

dengan konsumennya.

4) Loyality

Menyangkut seberapa besar kesetiaan konsumen dari suatu produk yang

(51)

2.1.2.3. Manfaat Merk

Menurut Sadat (2009 : 21), manfaat merk bagi perusahaan dan pelanggan

adalah sebagai berikut :

Tabel 2.1 Manfaat Merk

Pelanggan Perusahaan

Merk sebagai sinyal kualitas Magnet pelanggan

Mempermudah proses / memandu

pembelian Alat proteksi dari para imitator

Alat mengidentifikasi produk Memiliki segmen pelanggan yang loyal

Mengurangi resiko Membedakan produk dari pesaing

Memberi nilai psikologis Mengurangi perbandingan harga

sehingga dapat dijual premium

Dapat mewakili kepribadian Memudahkan penawaran produk baru

Bernilai finansial tinggi

Senjata dalam kompetisi

2.1.2.4. Tingkat Pengertian Merk

6 Tingkat pengertian merk yang dikutip dari buku The Power of Brands

menurut Kotler (2002 : 460) :

1.Atribut Produk

(52)

2.Manfaat

Atribut perlu diterjemahkan menjadi manfaat fungsional dan emosional.

Konsumen sebenarnya membeli manfaat dari produk yang dibelinya.

3.Nilai

Merek menyatakan sesuatu tentang nilai produsen

4.Budaya

Merek mencerminkan budaya tertentu.

5.Kepribadian

Merek mencerminkan kepribadian tertentu

6.Pemakai

Merek menunjukan jenis konsumen yang membeli atau menggunakan

produk tersebut.

2.1.2.5. Strategi Merek

Menurut Kotler (2003 : 341) strategi merk adalah sebagai berikut :

1. Merk Baru (New Brand)

Sebuah perusahaan dapat menciptakan sebuah nama merk baru ketika

memasuki sebuah kategori produk baru. Strategi ini dapat dilakukan karena

tidak ada nama yang sesuai.

(53)

2. Multi Merk (Multi Brand)

Strategi ini dilakukan bila perusahaan ingin mengelola berbagai nama merk

dalam kategori-kategori yang ada untuk mengemukakan fungsi dan manfaat

yang berbeda.

3. Perluasan merk (Brand Extension)

Strategi ini dapat dilakukan dengan menggunakan sebuah nama merk yang

sudah berhasil untuk meluncurkan produk baru atau produk yang

dimodifikasi dalam sebuah kategori baru.

4. Perluasan Lini (Line Extension)

Strategi ini dapat dilakukan dengan cara memperkenalkan berbagai macam

feature atau tambahan variasi produk seperti rasa, bentuk, warna, atau

ukuran kemasan baru dalam sebuah kategori produk yang sudah ada

dibawah nama merk yang sudah ada.

5. Co-branding

Strategi ini merupakan sebuah fenomena baru dalam strategi pemasaran.

Co-Branding yang dapat disebut juga dual branding menggabungkan dua atau

lebih merk yang sudah ada dengan tujuan memperkuat merk tersebut dan

merangsang daya beli konsumen.

Pengertian image (citra) menurut Kotler (2002) adalah kepercayaan, ide,

dan impressi seseorang terhadap sesuatu. Sedangkan pengertian citra menurut Alma,

Buchari (1992) citra merupakan kesan, impressi, perasaan atau persepsi yang ada

Gambar

Tabel 2.1 Manfaat Merk
Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu
Gambar 3.1 Desain Penelitian
Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) pengaruh citra merek, promosi, kualitas produk secara simultan terhadap minat beli ulang konsumen, 2) pengaruh citra merek

Adapun penelitian yang dilakukan oleh Hotman,dkk menyimpulkan bahwa menarik minat beli konsumen dalam membeli juga dapat dilakukan dengan cara memberikan

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat, serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul: PENGARUH SUASANA TOKO,

Berdasarkan hasil analisis data dan pengujian hipotesis dapat di ketahui bahwa variabel suasana toko (X) berpengaruh terhadap minat beli (Y) pada Ud.Sinar

Selain suasana toko dan lokasi berpengaruh untuk meningkatkan minat beli konsumen, tentu nya brand image (citra merek) dalam produk yang mereka gunakan juga

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendapatkan kajian tentang pengaruh suasana toko, lokasi dan promosi terhadap minat beli konsumen pada Galaxy

Dengan demikian hipotesis yang kedua yang menyatakan “ suasana toko dan lokasi secara parsial berpengaruh signifikan terhadap minat beli konsumen pada Matahari

Pengaruh Suasana Toko Store Atmosphere Terhadap Minat Beli Konsumen Pada Toserba Nusa Permai di Kecamatan Nusa Penida Tahun 2017.. Jurnal Pendidikan Ekonomi Undiksha,