• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengantar Ilmu Politik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengantar Ilmu Politik"

Copied!
134
0
0

Teks penuh

(1)

Sejarah Perkembangan Ilmu Politik

1

Apakah ilmu politik merupakan ilmu pengetahuan dan apakah imu politik sudah

memenuhi syarat sebagai ilmu pengetahuan? Pertanyaan tersebut kemudian

menimbulkan pertanyaan baru, apakah yang disebut ilmu pengetahuan itu?

Umumnya dan terutama pada ilmu-ilmu eksakta dianggap bahwa ilmu

pengetahuan disusun dan diatur sekitar hukum-hukum umum yang telah

dibuktikan kebenarannya secara empiris (berdasakan pengalaman). Menemukan

hukum-hukum ilmiah inilah yang merupakan tujuan dari penelitian ilmiah. Kalau

definisi ilmu sosial mengikuti definisi ilmu-ilmu eksakta maka hampir seluruh

ilmu sosial belum memenuhi syarat untuk menjadi ilmu pengetahuan, oleh

karena itu sarjana ilmu sosial pada mulanya cinderung untuk mengemukakan

definisi yang lebih umum sifatnya, seperti terlihat pada pertemuan-pertemuan

sarjana-sarjana ilmu politik yang diadakan di Paris pada tahun 1948. mereka

berpendapat bahwa ilmu pengetahuan adalah ” seluruh pengetahuan yang

terkoordinasi mengenai pokok pikira tertentu”. Definisi serupa pernah

dikemukaka oleh ahli dari Belanda yang mengatakan: ”ilmu adalah pengetahuan

yang tersusun secara sistematis”. Apabila perumusan-perumusan ini dipakai

sebagai patokan maka selaslah bahwa ilmu politik boleh dikatakan atau

dinamakan ilmu pengetahuan.

Kajian Ilmu Politik didasari oleh Sejarah, Sosiologi, Antropologi, Ekonomi, Hukum

dan Filsafat. Berkembang pesat pada tahun 1950.

Pendekatan Ilmu Politik dan Kajiannya berkembang melalui tiga tahap:

I. Pendekatan Tradisional:

‰

Sangat Ideologis, normatif dan legalistik dimana pendekatan ini menlihat

yang terbaik, seperti seseorang yang menjadi Presiden adalah Ulama.

‰

Fakta dan sistem nilai yg dianut masyarakat tdk dpt dipisahkan. Misalnya:

sebuah kekuasaan bisa jatuh karena nilai yang berkembang di masyarkat

memang sudah memahaminya kejatuhannya.

‰

Common sense dianggap ilmiah dimana fungsi teori adalah untuk

meramalkan

‰

Menggunakan proses dialektik: Pembuktian biasanya menggunakan proses

dan argumen dialektik

‰

Obyeknya adalah institusi khususnya institusi negara

II. Pendekatan Modern (Tingkah Laku): thn 60 an dan 70 an

(menjual ideologis yg bebas nilai - liberalisme ).

1
(2)

‰

Titik tolak pendekatan ini lebih kepada hukum “hubungan causalitas” antar

kejadian (fenomena), seperti suatu fakta tentang sesuatu dibedakan dengan

sistem nilai (mitos). Karena kalau dengan nilai di lapangan pandangan suatu

komunitas tentang kekuasaan bisa berbeda-beda.

‰

Fungsi teori didalam pendekatan lebih untuk menjelaskan, yaitu

mengandalkan proses positivistik = rasional = empirik

Æ

dan bisa dibuktikan.

‰

Pendekatan ini mengandalkan dan menggunakan konsep2 ilmu alam untuk

menjelaskan dan membuat model. Seperti kajian sistem politk menggunakan

"sistem" yg diambil dari ilmu biologi. Penggunaan Statitiska dengan

meminjam metodologi yang bersifat kuantitaif. Pendekatan ini mencoba

mengilmiahkan studi politik, karena yg ilmiah adalah yg bisa diuji, bebas nilai

(dimana si peneliti menjaga jarak dengan yg diteliti agar tidak bias).

‰

Obyeknya lebih kepada tingkah laku individu dan kelompok2 masyarakat, dan

motif individu atau kelompok

‰

Fungsi kajian politik kepada bagaimana sesuatu dicapai. Dimana tujuan

sudah bersifat "ideologis". Karena kalau kita menilai sesuatu yg bersifat

"ideologis" kita dianggap tdk obyektif. Yang berkembang dalam pendekatan

adalah teori2 tentang: sistem, struktural-fungsional dan pluralis liberal. Fokus

diskusinya adalah bagaimana suatu struktur dalam suatu sistem, / institusi

bekerja atau berlangsung yaitu bagaimana pembagian kerja.

‰

Dalam pendekatan in konsep negara tdk disinggung. Negara tidak banyak

campur dan berfungsi sebagai fasilitator dimana konflik diselesaikan.

Sehingga kehidupan politik diwarnai oleh kelompok (kelompok penekan dll).

‰

Mulai digugat pada tahun 70an:

o

karena

mengabaikan

tentang pernan negara dimana pendekatan ini gagal

menjelaskan sistem otoriter.

o

Dari kajian teori Dependencia: pendekatan tingkah laku lebih

mengutamakan dominasi status quo. Lembaga2 capital global (IMF, WB,

ADB). Teori trickle down effect:

Æ

ternyata yang akan dibagi dibawah

lebih banyak yang menguap

o

Teori

developmentalist

Æ

dijual sejak 50 an. Kalau lebih sejahtera maka

akan ada demokrasi. Bangsa-bangsa di dunia dipilah dua; bangsa

terbelakang dan bangsa maju. Analisis ini ternyata gagal di lapangan.

Karena semakin maju ekonomi dan semakin tinggi pendidikan ternyata

semakin tidak menjadi semakin demokratis.

o

Kajian di Indonesia berada di post modern. (sangat diwarnai modern).

Akademisi Indonesia bersifat konsumen dari pada produsen teori.

III. Pendekatan Post Modern (Pasca Tingkah Laku):

1. Marxist :

o

Neo Marxist: kehidupan ditentukan oleh ekonomi. Ekonomi adalah alat

(3)

o

Negara sebagai alat kapital untuk menindas suatu kelas oleh kelas buruh,

petani, proletar. Dalam Bung Karno dengan rumusan Marhaenisme, si

Marhaen masih punya modal dibandingkan proletar (misalnya petani

memiliki modal dalam bentuk bentuk pacul).

2. Corporatisme:

o

Menekankan kepada pembentukan kelompok-kelompok di masayarakat.

Negara menciptakan sistem perwakilan kepentingan. Kelompok dibentuk

untuk mewakili kelompok specifik. Kelompok ini diklaim atas nama

anggotanya untuk patuh (loyal) kepada negara. Sistem ini dikenal sebagai

korporatisme negara.

3. Negara:

o

Ilmu dipengaruhi oleh kekuasaan. Dunia ketiga adalah laboratorium.

Pada saat ini Indonesia menjadi laboratorium masa transisi menuju

demokratisasi, desentralisasi, penegakan HAM dll. Sebentar lagi akan

banyak muncul hasil kajian transisi ini yang bias ideologis.

o

Negara punya keinginan. Negara adalah otonom terhadap masyarakatnya

(society). Untuk cita2 keadilan negara ikut campur (dlm menciptakan

instrument untuk mendekatkan kesenjangan sosial dengan melakukan:

subsidi, pajak subsidi silang, melindungi kepentingan publik. Sebagai

contoh ada konsep yang berbeda antara Finlandia dan Indonesia. Untuk

penerapan di Indonesia subsidi sangat dibenci oleh IMF.

o

Perkembangan ilmu sangat ditentukan oleh perkembangan masyarakat.

Dalam membendung komunisme. Akademisi Barat membuat Militer

dibanyak negara ketiga sebagai agen pembangunan yang memiliki

loyalitas yang lebih tinggi. Selain itu ada alasan ideologis untuk mencari

sekutu didalam menghadapi komunisme.

o

WTO

Æ

Persaingan bebas vs ketimpangan struktur ekonomi global.

Selatan-selatan selalu tertindas. Utara selalu menindas.

4. Dan lain-lain:

o

Membahas kajian-kajian menyangkut: feminism, Gender, Environment,

Rational Choice. Isitilah2 ini akan dapat dilihat dalam konteks Studi

Pembangunan yaitu penggunaan Pendekatan Kultural dalam Modernisasi.

Dalam sosiologi adanya posmo sebagai pengganti dekonstruksi dalam

ilmu politik sebagai pengganti pendekatan tradisional dan behaviour.

o

Dalam ilmu sosial tdk bisa dikotak2 an. Teori tdk lebih sebagai alat

sehingga sebagai ilmuawan dan praktisi pengguna teori tidak perlu

fanatik.

o

Demokrasi deliberatif

Æ

menggugat demokrasi liberal hari ini dimana

(4)

kegagalan demokrasi yang disebut oleh Hutington sebagai Demokrasi

Gelombang ke 3).

o

Kisah sukses demokrasi bisa dicapai demokrasi substantial bila

demokrasi terkonsolidasi. Banyak demokrasi yg gagal sehingga yang ada

hanya demokrasi prosedural. Konsolidasi demokrasi penerapannya

memerlukan untuk menciptakan habitus yang lain. Yang terjadi saat ini

demokrasi deliberatif masih terbatas hanya melengkapi yang ada.

o

Ekonomi tumbuh dan diaharapkan tercipta kelas menengah yang akan

(5)

Konsep-konsep Pokok Politik

yang Mendasari

Definisi/Pengertian Ilmu Politik

Oleh:

Adiyana Slamet

(6)

NEGARA

• Negara adalah suatu organisasi dalam suatu wilayah

yang mempunyai kekuasaan tertinggi yang sah dan

yang ditaati oleh rakyatnya.

• Tokoh-tokoh yang menekankan negara sebagai inti dari

politik (politics)

Roger F.Soltau

dalam Budiardjo (1998:9) Ilmu politik

mempelajari negara, tujuan-tujuan negara dan

lembaga-lembaga yang akan melaksanakan tujuan-tujuan itu,

hubungan antara negara dan warga negaranya serta

dengan negara-negara lain.

J. Barents

dalam Budiardjo (1998:9) Ilmu politik adalah

ilmu

yang mempelajari

kehidupan

negara

yang

(7)

KEKUASAAN

Kekuasaan: “kemampuan seseorang atau suatu kelompok untuk

mempengaruhi tingkah laku orang atau kelompok lain sesuai dengan

keinginan dari pelaku”.

Tokoh-tokoh yang melihat kekuasaan sbagai inti dari politik, baranggapan

bahwa politik adalah semua kegianan yang menyangkut masalah merebut

dan mempertahankan kekuasaan. Biasanya dianggap bahwa perjuangan

kekuasaan (power struggle) ini mempunyai tujuan yang menyangkut

kepentingan seluruh masyarakat. Contoh (serikat buruh, organisasi

keagamaan, organisasi kemahasiswaan dan kaum militer dll)

Harold D. Laswell

dan

A. Kaplan

dalam Budiardjo (1998:9) mendefinisikan

ilmu politik mempelajari pembentukan dan pembagian kekuasaan.

W.A. Robson

dalam dalam Budiardjo (1998:9) ilmu politik mempelajari

kekuasaan dalam masyarakat, yaitu sifat hakiki, dasar, proses-proses,

ruang lingkup dan hasil-hasil. Fokus seorang sarjana ilmu politik tertuju

pada perjuangan untuk mencapai atau mempertahankan kekuasaan,

melaksanakan kekuasaan atau pengaruh atas orang lain atau menentang

pelaksanaan kekuasaan itu.

Daliar Noer

dalam Budiardjo (1998:9) ilmu politik memusatkan perhatian

pada masalah kekasaan dalam kehidupan bersama atau masyarakat.

Ossip K. Flechtheim

dalam Budiardjo (1998:9) ilmu poitik adalah ilmu

(8)

PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Keputusan (decision) membuat pilihan diantara berbagai alternatif,

sedangkan istiah pengambilan keputusan (decisionmaking) merujuk

pada proses yang terjadi sampai keputusan itu tercapai.

Pengambilan keputusan sebagai konsep pokok dari politik

menyangkut keputusan-keputusan yang diambil secara kolektif dan

yang mengikat seluruh masyarakat.

Joyce Mitchell

dalam Budiardjo (1998:9) politik adalah

pengambilan keputusan kolektif atau pembuatan kebijaksanaan

umumuntuk masyarakat seluruhnya.

Karl W.Deutsch

: politik adalah pengambilan keputusan melalui

(9)

KEBIJAKSANAAN UMUM

Kebijkasanaan umum adalah suatu kumpulan keputusan

yang diambil oleh seorang pelaku atau oleh kelompok

politik

dalam usaha memilih tujuan-tujuan itu. Pada

prinsipnya

pihak

yang membuat

kebijkasanaan-kebijaksanaan

itu

mempunyai

kekuasaan

untuk

melaksanakannya.

Hoogerwerf

dalam Budiardjo (1998:9) obyek dari ilmu

politik adalah kebijaksanaan pemerintah, proses

trbentuknya, serta akibat-akibatnya. Yang dimaksud

kebijaksanaan umum oleh Hoogerwerf ialah

membangun masyarakat secara terarah melalui

pemakaian kekuasaan.

David Easton

: ilmu politik adalah studi mengenai

(10)

PEMBAGIAN DAN ALOKASI

• Yang dimaksud pembagian dan alokasi ialah pembagian

dan penjatahan nilai-nilai dalam masyarakat. Dalam ilmu

sosial

nilai adalah sesuatu yang dianggap baik atau

benar, sesuatu yang ingin dimilikimanusia

. Nilai ini

dapat bersifat abstrak seperti penilaian atau azas seperti

kejuuran, kebebasan berpendapat, kebebasan mimbar

dll. Nilai juga bersifat kongkrit (material) seperti rumah,

kekayaan dll.

Harold D. Laswell

dalam Budiardjo (1998:9) politik

adalah masalah siapa mendapat apa kapan dan

bagaimana.

David Easton

: sistem politik adalah keseluruhan dari

(11)

NEGARA

(Pengertian, Tugas, Asal mula,Sifat,

Unsur-unsur, Tujuan dan fungsi Negara, Istilah

Negara dan sistem Politik)

Oleh:

Adiyana Slamet

(12)

NEGARA

Negara merupakan integrasi dari keuasaan politik, ia adalah

organisasi pokok dari kekuasaan politik. Negara adalah

organisasi yang dalam suatu wilayah dapat memaksakan

kekuasaannya secara sah terhadap semua golongan kekuasaan

lainnya dan yang dapat menetapkan tujuan-tujuan dari kehidupan

bersama (seluruh warga Negara).

Tugas negara

:

1.

Mengendalikan dan mengatur gejala-gejala kekuasaan yang

bertentangan satu sama lain (a sosial), supaya tidak menjadi

antagonisme / anarkisme yang membahayakan;

2.

Mengorganisir dan mengintegrasikan kegiatan manusia dan

golongan-golongan kearah tercapainya tujuan-tujuan dari

(13)

Definisi Negara

Roger H. Soltau

: “ Negara adalah alat (agency) atau

wewenang (authority) yang mengatur atau

mengendalikan persoalan-persoalan bersama, atas

nama masyarakat”

Harold J. Lasksi

: “Negara adalah suatu masyarakat

yang diintegrasikan karena mempunyai wewenang yang

bersifat memaksa dan yang secara sah lebih agung

daripada individu atau kelompok yang merupakan

bagian dari masyarakat itu.”

Max Weber

: “ negara adalah suatu masyarakat yang

(14)

Masalah asal mula negara adalah salah satu

persoalan ilmu politik yang tersulit. Kesulitan

masalah itu terutama disebabkan karena tentang

genetika negara, saat-saat negara yang pertama

dibentuk. Ada beberapa teori asal mula negara,

yang diyakini bisa menjawab kesulitan-kesulitan

genetika negara, teori-teori tersebut antara lain

sebagai berikut:

(15)

Teori perjanjian masyarakat (teori kontrak sosial)

teori ini menganggap perjanjian sebagai dasar negara

dan masyarakat. Negara dan masyarakat dibentuk

berdasarkan perjanjian-perjanian masyarakat.

Teori Ketuhanan

Teori Kekuatan/kekuasaan/kelas

negara yang pertama adalah hasil

dominasi

dari

kelompok yang kuat

dari

kelompok yang lemah

.

Negara terbenmtuk dari penaklukan dan

pendudukan

.

Teori Organis

negara dianggap atau disamakan dengan makhlik

hidup, manusia atau binatang. Individu-individu yang

merupakan komponen-komponen negara dianggap

sebagai sel-sel dari makhluk hidup itu.

Teori Patriarkhal

( Ayah yang berkuasa) dan

Teori

(16)

Sifat-sifat Negara

• Sifat Memaksa

• Sifat monopoli

(17)

Unsur-unsur Negara

(18)

Tujuan dan fungsi Negara

Negara dapat dipandang sebagai asosiasi manusia yang

hidup dan bekerjasama untuk mengejar beberapa tujuan

bersama. Dapat dikatakan tujuan terakhir negara adalah

menciptakan kebahagiaan bagi rakyatnta (bonum

publicum, common good, common weal).

Roger H. Soltau: “

mengatakan bahwa tujuan negara

ialah memungkinkan rakyatnya “ berkembang serta

menyelenggarakan daya ciptanya sebebas mungkin.”

Harold J. Laski

: “tujuan negara ialah menciptakan

(19)

Tujuan Negara Kesatuan Republik

Indonesia

• Melindungi segenap Bangsa Indonesia,

seluruh tumpah darah Indonesia

• Memejukan kesejahterahan umum

• Mencerdaskan kehidupan bangsa

• Ikut melaksanakan ketertiban dunia

berdasaarkan kemerdekaan, perdamaian

abadi dan keadilan sosial, dengan

(20)

Fungsi Negara

• Melaksanakan Penertiban

• Mengusahakan kesejahterahan dan

kemakmuran rakyatnya

• Pertahanan

(21)

Istilah Negara dan Sistem politik

Konsep sistem politik merupakan pokok dari

gerakan pembaharuan dan lebih terkenal

dengan istilah “pendekatan tringkah-laku atau

behavioral approach.”

konsep sistem politik didalam penerapan pada

situasi yang kongkrit seperti negara, mencoba

mendasarkan studi tentang gejala-gejala politik

dalam konteks tingkah-laku didalam

masyarakat. Tingkah laku politik dianggap

(22)

4 variabel dalam sistem politik

1. kekuasaan:sebagai cara untuk mencapai

sesuatu yang diinginkan antara lain membagi

sumber-sumber di antara kelompok-kelompok

dalam masyarakat.

2. Kepentingan: tujuan-tujuan yang dikejar oleh

pelaku-pelaku atau kelompok politik.

3. Kebijakan/sanaan: hasil dari interaksi antar

kekuasaan dan kepentingan, biasanya dalam

bentuk perundang-undangan.

(23)

Sistem Politik:

Proses mengubah Input menjadi output.

Input

: Kepentingan dan Aspirasi Publik.

Proses

Æ

Konversi

Output:

: Kebijakan Publik, Keputusan Politik,

UU (yg dihasilkan oleh Legislatif dan Eksekuitf)

dan Kebijakan Pemerintah yang lain

(24)

BADAN EKSEKUTIF

OLEH:

ADIYANA SLAMET

(25)

Pemerintah Dan Pemerintahan

Pemerintah

(Government)

secara etimologis berasal dari

bahasa yunani,

kubernan

atau

nakhoda kapal.

Artinya,

menatap kedepan (Surbakti,1992:167). Sedangkan

menurut Budiardjo (1998:44), pemerintah “suatu

organisasi yang berwenang untuk merumuskan dan

melaksanakan keputusan-keputusan yang mengikat bagi

seluruh penduduk didalam suatu wilayahnya”.

Lalu “memerintah” berarti melihat kedepan, menentukan

berbagai kebijakan yang diselenggarakan untuk

mencapai tujuan masyarakat-negara, memperkirakan

arah perkembangan masyarakat pada masa datang, dan

mempersiapkan langkah-langkah kebijakan

(26)

3 Aspek Dalam Mendefinisikan Pemerintahan

Segi kegiatan (dinamika) : pemerintahan berarti segala kegiatan atau usaha

yang terorganisasikan, bersumber pada kedaulatan dan berlandaskan

pada dasar negara, mengenai rakyat dan wilayah negara demi tercapainya

tujuan negara.

Segi Struktural Fungsional: pemerintahan berarti seperangkat fungsi

negara, yang satu sama lain saling berhubungan secara fungsional, dan

melaksanakan fungsinya atas dasar-dasar tertentu demi tercapainya tujuan

negara.

Segi tugas dan kewenangan : pemerintahan berarti seluruh tugas dan

kewenangan negara.

Ditinjau dari ketiga batasan diatas disimpulkan pemerintahan merupakan

segala kegiatan yang berkaitan dengan tugas dan kewenangan negara

(fungsi negara). Yang melaksanakan tugas dan fungsi negara ialah

pemerintah.

Pemerintahan dalam arti luas

: berarti seluruh fungsi negara, meliputi

legislatif, eksekutif, dan yudikatif

(27)

Presiden (kepala negara merangkap sebagai

kepala pemerintahan) dan Presiden mempunyai

hak preogratif untuk memilih pembantunya

(mentri-mentri), dalam sistem ini, lembaga

legislatif , dan eksekutif memiliki kedudukan

yang independen, sedangkan pemegang

kewenangan dipilih oleh rakyat secara terpisah.

Lembaga eksekutif maupun lembaga legislatif

mempunyai kewenangan membuat

undang-undang, tetapi yang satu harus mendapat

persetujuan dari yang lain sehingga setiap

undang-undang hasil kesepakatan dari

keduabelah pihak.

(28)

Ciri-ciri Sistem Presidensial

1. Kepemimpinan dalam melaksanakan kebijakan

(administrasi) lebih jelas dalam sistem ini, yakni

ditangan presiden, daripada kabinet parlementer, tetapi

siapa yang bertanggung jawab dalam pembuatan

kebijakan lebih jelas pada sistem parlementer.

2. Kebijakan yang bersifat konfrehensif jarang dapat

dibuat karena legislatif dan eksekutif mempunyai

kedudukan yang terpisah (seseorang tidak mempunyai

fungsi ganda), ikatan partai longgar, dan kemungkinan

kedua badan ini didominasikan oleh partai yang

berbeda .

3. Jabatan kepala negara dan kepala pemerintahan

berada pada satu tangan yaitu Presiden.

4. Legislatif bukan tempat kaderisasi bagi jabatan-jabatan

eksekutif , yang dapat diisi dari berbagai sumber

(29)

Sistem Parlementer

Kepala negara dan Kepala Pemerintahan tidak berada di

satu tangan (Presiden, Raja sebagai kepala negara,

sedangkan Perdana Mentri sebagai kepala

pemerintahan). Kepala pemerintahan ditetapkan oleh

parlemen segaera setelah hasil pemilu dihitung.

Pemimpin partai pemenang , yakni yang terbanyak

mendapat raihan suara (lazimnya) biasanya langsung

menjadi kepala pemerintahan.artinya dalam hal ini partai

pemenang memiliki legalitas dan legitimasi untuk

mengisi pemerintahan. Kepala pemerintahan dapat

segera membentuk kabinet bila perolehan suara di

parlemen telah cukup memenuhi kriteria minimal

mayoritas sederhana (51%) atau, membentuk koalisi

antar parti sampai memenuhi kriteria mayoritas

sederhana untuk memungkinkan terselenggaranya

pemerintahan sehari-hari. Kabinet baru dilantik oleh

Kepala Negara sebagai simbol dimulainya awal

(30)

Ciri-ciri Sistem Parlementer

1.

Parlemen merupakan satu-satunya badan yang anggotanya dipilih

secara langsung oleh warganegara yang berhak memilih melalui

pemilihan umum.

2.

Anggota dan pemimpin kabinet (Perdana Mentri) dipilih oleh parlemen

untuk menjalankan fungsi dan kewenangan eksekutif. Sebagian besar

maupun keseluruhan anggota kabinet biasanya juga menjadi anggota

parlemen sehingga mereka memiliki fungsi ganda, yakni legislatif dan

eksekutif. Hal ini berarti yang memerintah adalah partai pemenang

pemilu atau koalisi partai-partai manakala tidak ada satu partai yang

mencapai suara mayoritas.

3.

Kabinet dapat bertahan sepanjang mendapat mayoritas dukungan dari

parlemen. Dalam hal ini berarti parlemen dapat menjatuhkan kabinet

manakala mayoritas parlemen memberikan “mosi tidak percaya” kepada

kabinet.

4.

Manakala kebijakannya tidak mendapat dukungan dari parlemen,

Perdana Menteri dapat membubarkan parlemen, lalu menetapkan waktu

penyelenggaraan pemilu untuk membentuk parlemen yang baru.

(31)

Skema Dasar Sistem Pemerintahan Demokrasi

(Sistem Presidensial/ Parlementer Dan Unikameral/Bikameral)

Dikutup Dari Buku Amandemen UUD 1945 Menuju Konstitusi Yang Berkedaulatan Rakyat

Oleh; Hendarmin Ranadireksa

RAKYAT

(Warganegara)

PEMILU

Pelaksanaan Kedaulatan Rakyat

Angket/JAjak Pendapat

YUDIKATIF

PRESIDEN

(Kepala Negara)

MAJELIS TINGGI

(

UPPER HOUSE

)

Aspirasi

KEWILAYAHAN

PERDANA MENTERI

(Kep. Pemerintahan

MAJELIS RENDAH

(

LOWER HOUSE

)

Aspirasi IDEOLOGI

Bekerja sepanjang Tahun

KETERANGAN

Sistem Presidensial

(32)

KONSEP-KONSEP POLITIK

(Teori politik, Masyarakat, Kekuasaan dan Negara)

Oleh:

Adiyana Slamet

(33)

Pengertian Teori

• Teori adalah abstraksi dari realitas

• Teori terdiri dari prinsip –prinsip dan definisi-definisi yang

secara konspetual mengorganisasikan aspek-aspek

dunia empiris secara sistematis.

• Teori merupakan seperangkat pernyataan yang

sistematis, metodis, logis dan faktual yang dikemukakan

untuk menjelaskan dan memprediksi sebuah realitas

• Teori adalah generalisasi yang abstrak mengenai

beberapa fenomena (Budiardjo, 1998:30)

(34)

Fungsi-fungsi Teori

• Mengorganisasikan dan menyimpulkan.

• Memfokuskan.

• Menjelaskan.

• Mengamati.

• Memprediksi

• Komunikasi

(35)

Fungsi Teori Politik

Menurut David Easton (Varma, 2007:133) teori politik memenuhi

sejumlah fungsi:

1.

Memungkinkan mengenali variabel-variabel politik yang penting

dan menerangkan ubungan masing-masing.

2.

Adanya kerangka teori yang diterima secra luas oleh para peneliti

di lapanga agar dapat memungkinkan diadakannya perbandingan

antara hasil-hasil penelitian yang bermacam-macam, dengan

demikian orang tidak hanya dapat memeriksa hasi kesimpulan

yang diambil oleh pelakupenelitian terdahulu, tapi juga dapat

menunjukan ilayah riset yang masih membutuhkan tambahan

penelitian secara empiris.

3.

Adanya kerangka teori, setidak-tidaknya sekumpulan

(36)

Teori Politik

Teori politik adalah bahasan dan generalisasi

dari fenomena yang bersifat politik. Dengan

perkataan lain teori politik adalah bahasan dan

renungan atas:

1. Tujuan dari kegiatan politik

2. Cara-cara untuk mencapai tujuan itu

3. Kemungkinan-kemungkinan dan

kebutuhan-kebutuhan yang ditimbulkan oleh situasi politik

yang tertentu, dan

(37)

Menurut Easton (Varma, 2007:130) Teori

politik terdiri dari tiga unsur:

1. Keterangan tentang fakta-fakta atau deskriptif

2. Teori murni, atau teori sebab akibat yang

berusaha mencari hubungan yang dianggap

ada antara fakta-fakta, dan

3. Teori nilai yang menentukan

keterangan-keterangan preferensi yang saling

berhubungan.

Fakta menurut Easton dapat didefinisikan

(38)

Menurut Thomas P. Jenkin

The Study Of

Political theory

dibedakan dua macam teori

politik

:

1.

Teori-teori yang mempunyai dasar moril dan yang

menentukan norma-norma politik (norms for political

behavior). Karena adanya unsur norma-norma dan

nilai (value) maka teori-teori ini boleh dinamakan

valuational

(mengandung nilai). Yang termasuk teori

golongan ini antara lain filsafat politik, teori politik

sistematis, ideologi dan sebagainya (pendekatan

klasik/tradisional).

(39)

Filsafat Politik (

Political Philosopy)

Filsafat politik mecari penjelasan yang

berdasarkan ratio. Ia melihat jelas adanya

hubungan antara sifat dan hakekat dari

phenomena politik. Pokok utama dari filsafat

politik ialah persoalan-persoalan yang

menyangkut methaphysika dan epistemologi

harus dipecahkan dulu sebelum

persoalan-persoalan politik yang kita alami sehari-hari.

Menurut Plato filsafat politik adalah “usaha

mencapai pengetahuan politik atau

(40)

Teori Politik Sitematis (

Systematic Political

Theory)

Teori-teori politik ini tidak memajukan

suatu pandangan tersendiri mengenai

metaphysika dan epistemologi. Tetapi

mendasarkan diri atas

pandangan-pandangan yang sudah lazim diterima

pada masa itu. Jadi, ia tidak menjelaskan

asal-usul atau cara lahirnya norma-norma,

tetapi hanya mencoba untuk

(41)

Ideologi Politik (Political Ideology)

Ideologi politik adalah “himpunan nilai-nilai, idea,

norma-norma, kepercayaan dan keyakinan yang dimiliki

seseorang atau kelompok, atas dasar dia menentukan

sikapnya terhadap kejadian dan problem politik yang

dihadapinya dan yang menentukan tingkah laku

politiknya”. Nilai-nilai dan idea-idea ini merupakan sistem

yang berpautan. Dasar dari ideologi politik adaah

keyakinan akan adanya suatu pola tata-tertib sosial

politik yang ideal (Islamisme,Marhaenisme

(42)

2.

Teori-teori yang

menggambarkan dan

membahas phenomena dan

fakta-fakta politik dengan

(43)

Masyarakat

Mc Iver: “ Masyaratat suatu sistem hubungan-hubungan yang tertib.

Dan menurut Harold J Laski masyarakat adalah sekelompok manusia

yang hidup bersama dan bekerjasama untuk mencapai terwujudnya

keinginan-keinginan bersama”.

Dalam mengamati masyarakat di sekelilingnya, Harold Laswell

memperinci delapan nilai (Masyarakat Barat), yaitu:

1.Kekuasaan

2.Pendidikan/penerangan

3.Kekayaan

4.Kesehatan

5.Keterampilan

6.Kasih sayang

(44)

Kekuasaan

Kekuasaan: “kemampuan seseorang atau suatu

kelompok untuk mempengaruhi tingkah laku

orang atau kelompok lain sesuai dengan

keinginan dari pelaku atau orang yang memiliki”.

kekuasaan politik adalah “kemampuan untuk

mempengaruhi kebijakan umum (pemerintah)

baik terbentuknya maupun akibat-akibatnya

sesuai dengan tujuan-tujuan pemegang

(45)

Dimensi-dimensi Kekuasaan

Untuk memahami gejala-gejala politik kekuasaan secara tuntas maka

kekuasaan ditinjau dari enam dimensi, yaitu:

1.

Dimensi Potensial dan Aktual. (Dimensi kekusaan potensial memiliki

sumber-sumber kekuasaan, seperti kekayaan, senjata, informasi

pengetahuan, populeritas, status sosial yang tinggi, massa yang

terorgaisisr dan jabatan). (Kekuasaan aktual apabila dia telah

menggunakan sumber-sumber yang dimilikinya kedalam kegiatan politik

secara efektif)

2.

Dimensi Konsensus dan Paksaan. (dimensi paksaan cinderung

memandang politik sebagai perjuangan, pertentangan, dominasi, dan

konflik)

3.

Dimensi Positif dan Negatif

4.

Dimensi Jabatan dan Pribadi

5.

Dimensi Implisit dan Eksplisit

(46)

Pelaksanaan Kekuasaan Politik

Tiga masalah utama yang selalu diamati oleh

ilmuan politik sehubungan dengan kekuasaan

politik, yakni:

1. Bagaimana kekusaan politik dilaksanakan

2. Bagaimana kekuasaan didistribusikan, dan

3. Mengapa seseorang atau kelompok tertentu

memiliki kekuasaan yang lebih besar daripada

orang atau kelompok lain dalam situasi dan

(47)

Negara

Negara merupakan integrasi dari keuasaan politik, ia adalah

organisasi pokok dari kekuasaan politik. Negara adalah organisasi

yang dalam suatu wilayah dapat memaksakan kekuasaannya

secara sah terhadap semua golongan kekuasaan lainnya dan yang

dapat menetapkan tujuan-tujuan dari kehidupan bersama (seluruh

warga Negara).

Roger H. Soltau

: “ Negara adalah alat (agency) atau wewenang

(authority) yang mengatur atau mengendalikan persoalan-persoalan

bersama, atas nama masyarakat”

Harold J. Lasksi

: “Negara adalah suatu masyarakat yang

diintegrasikan karena mempunyai wewenang yang bersifat

memaksa dan yang secara sah lebih agung daripada individu atau

kelompok yang merupakan bagian dari masyarakat itu.”

Max Weber

: “ negara adalah suatu masyarakat yang mempunyai

(48)

DEMOKRASI

(Pengertian Demokrasi,Demokrasi Konstitusional, Gagasan

Demokrasi dan Perkembangannya di Indonesia, Demokrasi dalam

Perspektif Islam Dan Demokrasi dalam Terminologi Komunis)

Oleh;

Adiyana Slamet

(49)

Pengertian Demokrasi

Pandangan beberapa ahli Politik terhadap istilah

kedaulatan rakyat (people souveriegnty)

diidentikkan dengan istilah demokrasi

(democracy) dengan argumen bahwa kedua

istilah tersebut sama-sama populer pada dua

belahan dunia yang berbeda. Secara etimologi

,

asal kata demokrasi berasal dari bahasa latin,

yakni demos, yang artinya rakyat dan

kratos/kratein, yang artinya kekuasaan/berkuasa

(pemerintahan). Sehingga dapat diartikan

(50)

Pengertian Demokrasi

Robert Dahl (

On Democracy, New Haven

, CN: Yale University Press,

1998) menyebutkan “Demokrasi memberikan kesempatan untuk 1)

partisipasi secara efektif, 2) setara dalam hak suara, 4) menjalankan kontrol

akhir terhadap agenda, dan 5) melibatkan orang dewasa. Institusi-institusi

politik penting untuk mencapai tujuan-tujuan; 1) Pejabat terpilih, 2) Pemilu

yang bebas, adil dan rutin, 3) kebebsan berpendapat, 4) adanya sumber

informsi alternatif, 5) otonomi asosiaonal, dan 6) kewarganegaraan yang

inklusif”

Soekarno

, dalam Kholid O. Santosa (2006 : 15) mengatakan bahwa,

“demokrasi adalah pemerintahan rakyat. Cara pemerintahan yang memberi

hak kepada semua rakyat untuk memerintah”.

Moh. Natsir dalam

Kholid, O. Santosa (2005 : 139) mengatakan

“Demokrasi merupakan dasar hidup yang kuat dalam hati seluruh bangsa

Indonesia”

Dari berbagai definisi-definisi tentang demokrasi di atas muncul persepsi

yang berbeda, ada yang berpandangan minor (

Aristoteles, Menchen

dan

(51)

Dalam Ilmu Politik dikenal dua macam

pemahaman tentang Demokrasi; Pemahaman

Secara Normativ dan Empirik

Pemahaman Secara Normativ

Pendekatan klsik normative memahami demokrasi sebagai sumber

wewenang dan tujuan (resep bagaimana demokrasi itu

seharusnya). Pendekatan klasik normative lebih banyak

membicarakan ide-ide dan model-model demokrasi secara

substantif dan umumnya mendefinisikan demokrasi dengan

istilah-istilah kehendak rakyat sebagi sumber alat untuk mencapai

kebaikan bersama, seperti ungkapan “Pemerintahan dari Rakyat,

oleh Rakyat, dan untuk Rakyat”. Ungkapan normativ tersebut

(52)

Pemahaman Secara Empiris

Pendekatan empiris-minimalis dapat membantu

memberikan titik terang dalam menemukan dua

perspektif yang umum digunakan dalam memilih tipt-tipe

demokrasi. Pertama, adalah perspektif yang merujuk

pada sebuah bentuk politik di mana warga masyarakat

terlibat langsung dalam pemerintahan dan dalam

melahirkan peraturan. Kedua, perspektif yang merujuk

bagaimana mekanisme proses pengambilan keputusan

itu diselenggarakan. Pada umumnya pendefinisan

demokrasi diletakkan pada dasar sebuah pemerintahan

dari rakyat, bukannya dari para Aristokrat, kaum

Monarki, Birokrat, para ahli ataupun para pemimpin

(53)

Penglompokan Demokrasi

Demokrasi pada perkembanganya dapat dikelompokan menjadi dua tipe, yaitu

demokrasi langsung dan demokrasi perwakilan.

Demokrasi Langsung

Pada prakteknya menempatkan rakyat sebagai peran utama dalam pengambilan

keputusan, hal itu berbeda dengan demokrasi perwakilan yang memberikan mandat

kepada wkil-wakilnya yang terdapat di dalam lembaga perwakilan rakyat dalam hal

pengambilan keputusan. Demokrasi langsung

(direct demokrasi)

adalah bentuk

pemerintahan dimana hak untuk pengambilan keputusan politik dijalankan langsung

oleh seluruh badan warga negara. Tipe demokrasi langsung hanya dapat berhasil

menyelesaikan permasalahan dalam lingkungan entitas kecil.

Demokrasi perwakilan

Bentuk pemerintahan dimana warga masyarakat juga menjalankan hak yang sama

dalam menjalankan pengambilan keputusan politik, namun bukan dalam kapsitas

personal melainkan melalui perwakilan yang ditunjuk dan bertanggung jawab

terhadapnya. Dua elemen yang paling esensial dalam demokrasi perwakilan yaitu

dipisahkannya antara pemerintah dan warga masyarakat dan secara periodic

diselenggarakan pemilihan umum sebagai media rakyat untuk mengontrol

pemerintah. Jadi mempercayakan sepenuhnya pengambilan keputusan di tingkat

parlemen dan pemerintahan melalui sistem pemilihan umum. Abdy Yuhana,

Sistem

(54)

Demokrasi Konstitusional

Ciri khas dari demokrasi konstitusional ialah

gagasan bahwa pemerintahan yang demokratis

adalah pemerintahan yang terbatas

kekuasaannya dan tidak dibenarkan bertindak

sewenang-wenang terhadap warga negaranya.

Pembatasan-pambatasan kekuasaan

pemerintah tercantum dalam konstitusi, maka

dari itu sering disebut “Pemerintahan yang

berdasarkan Konstitusi”

(Constitutional

(55)

Syarat Dasar Pemerintahan Demokratis

1. Perlindungan konstitusional

2. Badan kehakiman yang bebas tidak memihak

3. Pemilihan umum yang bebas

4. Kebebasan untuk menyatakan pendapat

5. Kebebasan untuk berserikat/berorganisasi dan

beroposisi

(56)

Nilai yang mendasari Demokrasi Menurut Henry B.

Mayo dalam Budiardjo (1998:62-64):

1.

Menyelesaikan perselisihan secara damai dan melembaga.

2.

Menjamin adanya perubahan secara damai dalam suatu masyarakat yang sedang

berubah.

3.

Menyelenggarakan pergantian kepemimpinan/pemimpin secara teratur

4.

Membatasi pemakaian kekerasan secara minimun.

5.

Mengakui serta menganggap wajar adanya keanekaragaman

6.

Menjamin tegaknya keadilan

untuk menyelenggarakan nilai-nilai demokrasi diatas maka perlu diselenggarakan

beberapa lembaga sebagai berikut:

Pemerintahan yang bertanggung jawab

Suatu dewan perwakilan rakyat yang mewakili golongan-goongan dan

kepentingan-kepentingan dalam masyarakat yang dipilih melalui pemilihan umum

yang bebas dan rahasia.

Suatu organisasi poitik yang mencakup satu atau lebih partai politik (sistem

dwi-partai atau multi dwi-partai)

Pers dan media yang bebas untuk meyatakan pendapat

Sistem peradilan yang bebas untuk menjamin hak-hak azasi dan

(57)

Moh. Mahfud MD[

1

]

mengklsifikasi kedalam tiga periode perkembangan politik di Indonesia; (1)

periode 1945-1959 adalah demokrasi liberal, (2) periode 1959-1966 adalah demokrasi terpimpin dan

(3) Periode 1966-sekarang (yang dimaksud berkauasanya pemerintahan orde baru) adalah demokrasi

Pancasila.

1. Periode 1945-1959 Demokrasi Liberal, indikatornya sebagai berikut:

Partai-partai politik sangat dominant yang menentukan arah perjalanan Negara melalui badan

perwakilan;

Eksekutif berada pada kondisi lemah, sering jatuh bangun karena mosi partai;

Kebebasan Pers relative lebih baik, bahkan pada periode ini peraturan sensor dan pemberedelan

yang diberlakukan sejak Zaman Belanda dicabut.

2. Periode 1959-1966 Demokrasi Terpimpin, indikatornya sebagai berikut:

Partai-partai sangat lemah; kekuatan politik ditandai dengan tarik tambang Soekarno, Angkatan Darat,

dan PKI;

Eksekutif yang dipimpin oleh Presiden sangat kuat, apalagi Presiden merangkap sebagai Ketua DPA

yang dalam praktik menjadi pembuat dan selector produk legislatif.

Kebebasan pers sangat terkekng, pada zaman ini terjadi tindakan anti pers yang jumlahnya sangat

spektakuler.

3.Periode 1966- sekarang (Pemerintahan Soeharto) indikatornya sebagai berikut:

Partai politik hidup lemah, terkontrol secara ketat oleh Eksekutif; lembaga perwakilan penuh dengan

tangan-tangan Eksekutif;

Eksekutif sangat Kuat dan intervensionis serta menentukan spectrum poltrik nasional;

Kebebasan pers terkekang dengan adanya lembaga SIT yang kemudian dig anti dengan SIUPP.

Dalam membicarakan tentang demokrasi di Indonesia, bagaimanapun juga, kita tidak terlepas dari

alur periodesasi sejarah politk di Indonesia. yaitu, apa yang disebut sebagi periode pemerintahn masa

revolusi kemerdekaan, pemerintahan parlementer

(representative democracy)

, pemerintahan

demokrasi terpimpin

(guided democracy)

, dan pemerintahan orde baru

(Pancasila Democracy)

[2]

1] Moh Mahfud MD,

Hukum Dan Pilar-Pilar Demokrasi

,(1999:156).

[2]Affan Gafar,Politik Indonesia Transisi Menuju Demokrasi, (1999:10)

(58)

Pada saat penyusunan UUD 1945, upaya untuk membangun paham demokrasi dari prinsip-prinsip ajaran agama

(Islam) seperti prinsip musyawarah, nampak dari pendapat atau pandangan

H. Agus Salim

dan

Muh. Yamin

.

Dalam Sidang BPUPKI tanggal 11 Juli 1945,

H.Agus Salim

menggambarkan permusyawaratan dalam kerakyatan

dengan menyatakan “mencapi kebulatan pendapat”. Lebih lanjut

H. Agus Salim

menyatakan:

“Kebetulan cara permufakatan yang kita cari berlainan sekali daripada yang terpakai dalam demokrasi barat itu.

Maka jikalau ternyata dalam, permusyawaratan, bahwa disitu ada satu dari sebagian besar yang dengan

kekerasan keyakinan kehendak menyampaikan suatu maksud dengan kerelaan penuh untuk menyumbangkan

tenaga dan usahanya untuk mencapai maksud itu, jikalau tidak nyata-nyata maksud itu dapat diterangkan akan

membawa bahaya atau bencana besar maka bagian yang lain dalam permusyawaratan itu tidak menyagkal,

melainkan membulatkan kata sepakat supaya baik dicoba untuk dengan ikhlas menjalankan keputusan bersama

itu, sehingga bolehlah terbukti betul atau salahnya”

Dalam pada itu,

Muh. Yamin

berpandangan bahwa permusyawaratan untuk mencapai mufakat, merupakan

perpaduan antara dua konsepsi, yaitu paham permusyawaratan yang bersumber dari ajaran Islam, sedangkan

mufakat bersumber dari tatanan Indonesia asli (1).

Mengenai permusyawaratan,

Muh. Yamin

bertolak dari

Al Qur’an Surat Asysyura ayat 38

yang menyatakan

bahwa “

segala urusan dimusyawarahkan di antara mereka

”. Mengenai paham mufakat,

Yamin

menyatakan

bahwa sebelum Islam berkembang di tanah Indonesia, sudah sejak dahulu susunan desa, susunan masyarakat

bersandar pada keputusan bersama yang dinamai kebulatan bersama. Dasar kebulatan atau dasar mufakat itu

menghilangkan dasar perseorangan dan menimbulkan hidup bersama dalam masyarakat yang teratur dalam tata

Negara desa yang dipelihara secara turun temurun dan tidak sirna oleh pengaruh agama Budha ataupun agama

Hindu. Sampai kemudian agama Islam masuk ke Indonesia dan berkembang, dasar mufakat hidup dengan

suburnya, karena dengan segera bersatu dengan firman musyawarah (2).

(1)

]

I Gde Pantja Astawa

, Op.cit

. hlm 125.

(2)

Ibid

, hlm 92.

(59)

Demokrasi Dalam Terminologi Komunis

Selain demokrasi konstitusional yang

bermacam-macam variasinya yang dianut oleh

mayoritas negara-negara di dunia, maka mesti

disadari oleh para pengkaji politik akan adanya

demokrasi yang menitik beratkan pada ajaran

Marxis yang ditafsirkan oleh Lenin

(Marxisme-Leninisme) yang muncul pada abad ke-19

(60)

Ajaran Karl Marx

lahirnya ideologi marxism bermula pada

abad ke-19 disaat kaum buruh di Eropa

Barat sangat memprihatinkan, kemajuan

industrialisasi menimbulkan keadaan

(61)

Karl Marx berasal dari jerman, melihat kondisi seperti itu

Marx muda juga mengecam keadaan ekonomi, maka dia

berpendapat untuk merubah kondisi seperti itu tidak

mungkin dilakukan perubahan tambal sulam, maka yang

harus dilakukan adalah perubahan secara radikal

melalui pendobrakan sendi-sendinya, untuk keperluan

itu maka dia menyususn teori sosial yang menurut dia

harus didasari hukum-hukum ilmiah, maka keluarlah

istilah sosialisme ilmiah (Secientific Sosialism)

dalam menyusun teori mengenai perkembangan

masyarakatnya ia sangat tertarik pada gagasan filusuf

jerman George Hegel mengenai dialektika, Marx

berpenapat “semua masyarakat hanya menganalisis

masyarakat, tetapi masalah sebenarnya adalah

(62)

Hukum Dialektika Hegel

Hegel seorang guru besar filsafat pada Universitas Berlin

merupakan tokoh dari mazhab idealisme, menurutnya kebenaran

dalam keseluruhanya hanya ditangkap oleh pikiran manusia melalui

proses dialektika (proses dari Thesis, melalui antithesis menuju ke

shyntesis, kemudian mulai lagi dari permulaan dan seterusnya)

sampai kebenaran yang sempurna terungkap. Dalam menelaskan

proses dialektika Hegel mengatakan bahwa proses ini dilandasi oleh

dua gagasan: Pertama , gagasan bahwa semua berkembang dan

terus-menerus berbah; kedua, gagasan bahwa semua hubungan

satu sama lain (konsep A, agar supaya pikiran manusia menangkap

konsep yang lebih dekat kepada kebenaran yang sempurna, maka

konsep A harus dihadapkan dengan konsep B, konsep B

merupakan kebalikan dari konsep A. dari hasil dari konfrontasi

antara konsep A dan konsep B timbulah konsep Cyang dinamakan

Shyntesis yang merupakan hasil pergumulan antara Thesis (konsep

A) dan antithesis (konsep B), proses Thesis, antithesis dan

(63)

Marx tertarik oeh gagasan dialektika Hegel, karena

didalamnya terdapat unsur kemajuan melalu konflik dan

pertentangan, dan unsur inilah yang dia perlukan untuk

menyusun teorinya mengenai perkembangan

masyarakat melalui revolusi. Untuk melandasi teori

sosialnya, maka dia merumuskan dulu teori mengenai

Matreialism Dialektis (pertentangan antara segi-segi

yang berlawanan dan semua berkembang terus)

kemudian konsep itu digunakan untuk menganalisis

sejarah perkembangan masyarakat yang disebut

Materialisme Historis

. Atas dasar analisis terahir ini

sampai pada kesimpulan bahwa menurut hukum ilmiah

dunia kapitalis akan mengalami revolusi (Revolusi

Ploletar) yang akan menghancurkan sendi-sendi

(64)

Pandangan Negara dan Demokrasi

Marx negara adalah alat pemaksa yang akhirnya akan

melenyapkan sendiri dengan munculnya masyarakat

komunis. Marx dan Engels “negara tak lain dan tak

bukan mesin yang dipakai oleh suatu kelas untuk

menindas kelas lain”, dan selanjutnya dikatakan negara

hanya suatu lembaga transisi yang dipakai dalam

(65)

Demokrasi Rakyat

menurut peristilahan komunis, demokrasi

rakyat adalah “bentuk khusus demokrasi

yang memenuhi fungsi diktatur ploletar”

Menurut Georgi Dimitrov mantan perdana

mentri bulgaria mengartikan demokrasi

rakyat merupakan “ negara dalam masa

transisi yang bertugas untuk menjamin

(66)

Ciri-ciri Demokrasi Rkyat

• Suatu wadah front persatuan yang merupakan

landasan kerjasama partai komunis dengan

golongan-golongan lainnya dalam masyarakat

dimana partai komunis berperan sebagai

penguasa.

• Penggunaan dari beberapa lembaga

pemerintahan dari negara yang lama. Di R.R.C

gagasan demokrasi rakyat dipengaruhi oleh

pemikiran-pemikiran Mao Tse Tun yang

(67)

GAGASAN DEMOKRASI DAN PERKEMBANGANNYA DI

INDONESIA

1

Oleh: Adiyana Slamet

Berbicara tentang demokrasi di Indonesia, kita memerlukan persyaratan khusus.

Persyaratan khusus tersebut adalah dilepaskannya semacam “bias” dan etnosentrisme.

Kita harus menghindarkan diri dari etnosentrisme, karena hal itu membuat kita tidak

mampu menatap diri kita dengan objektif. Etnosentrisme membuat kita melihat segala hal

apa yang kita miliki sekarang ini adalah yang terbaik, sedangkan yang ada di tempat lain

adalah sebaliknya. Pernyataan-pernyataan yang sering kita dengar seperti: “itu ‘kan

demokrasi liberal”, “itu ‘kan demokrasi barat, kita punya budaya demokrasi sendiri’,

merupakan salah satu bentuk etnosentrisme. Diskusi ilmiah tentang demokrasi harus

menghindarkan diri dari sikap seperti itu

2

.

Dalam perkembangannya tumbuhnya demokrasi di Indonesia tidak terlepas dari

gagasan-gagasan pendiri Republik Indonesia yang menghendaki demokrasi sebagai

pilihan untuk penyelenggaran pemerintahan. Baik

Soekarno

,

Moh. Hatta

,

Agus Salim

Maupun

Muhamad Yamin

gagasan-gagasannya tersebar dalam beberapa tulisan yang

telah di buatnya.

Soekarno dalam tulisannya di majalah

Pikiran Rakyat

telah meletakkan

dasar-dasar pemikiran mengenai negara nasional yang bersifat demokratis bagi Indonesia

merdeka dikemudian hari. Dalam tulisannya itu, Soekarno mengemukakan bahwa

demokrasi yang dicita-citakannya adalah suatu sistem demokrasi yang tidak saja bersifat

politik seperti di barat, melainkan juga mencakup ekonomi. Untuk maksud tersebut

Soekarno menggunakan istilah sosio-demokrasi, yaitu demokrasi politik dan demokrasi

ekonomi

3

.

Dalam pidato pada tanggal 1 uni 1945

Ir. Soekarno

Mengatakan

4

:

“Saudara-saudara, saya usulkan. Kalau kita mencari demokrasi hendaknya bukan

demokrasi Barat, tetapi permusyawaratan yang memberi hidup, yakni

politiek-ecconomische democratie

yang mampu mendatangkan kesejahteraan sial! Rakyat

Indonesia lama bicara tentang ini…

saudara-saudara, badan permusyawaratan yang kita akan buat hendaknya bukan

bukan badan permusyawaratan politik democratie saja, tetapai badan yang

bersama dengan masyarakat dapat mewujudkan dua prinsip:

Politieke

rechtvaardigheid dan sociale rechtvaardigheid…

…saya ulangi lagi, segala hal akan kita selesaikan, segala hal! Juga di dalam

urusan kepala negara, saya terus terang, saya tidak akan memilih monarchie. Apa

1

Disampaikan pada Kuliah Pengantar Ilmu Politik pertemuan ke-10 (IK-1,3,4,5)

2

Gde Pantja Astawa, Hak Angket Dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia Menurut UUD 1945, Disertasi UNPAD Bandung, (2000:85).

3

Affan Gafar, Politik Indonesia Transisi Menuju Demokrasi (1999: 2 & 3).

4

(68)

sebab? Oleh karena

monarchie “Vooronderstelt Ertelijheid”

, turun

temurun….maka saya minta supaya tiap-tiap kepala negara pun dipilih”….

Kepincangan demokrasi parlementer Barat menurut

Ir. Soekarno

:

“Di lapangan politik rakyat adalah raja, tetapi dilapangan ekonomi tetaplah ia

budak. Parlemen boleh mengambil putusan apa saja, parlemen boleh memutuskan sapi

menjadi kuda, tetapi parlemen tidak boleh mengaru biru milik pribadi. Milik pribadi itu

harus tetap dijungjung tinggi sebagai satu pusaka yang keramat

5

.

Dalam tulisannya pada Daulat Rakyat yang berjudul “demokrasi Asli Indonesia

dan Kedaulatan Rakyat”,

Drs. Moh. Hatta,

mengemukakan bahwa di dalam cita-cita

rapat dan cita-cita rakyat protes dapat dibangun demokrasi politik, sedangkan di dalam

cita-cita tolong menolong bisa menjadi dasar demokrasi ekonomi. Mengenai hal ini,

Hatta

antara lain mengatakan:

“Di atas sendi yang pertama dan kedua, dapat didirikan tiang-tiang politik

daripada demokrasi yang sebenarnya: satu pemerintahan negeri yang dilakukan

oleh rakyat dengan perantaraan wakil-wakilnya atau badan-badan perwakilan,

sedsangkan yang menjalankan kekuasaan pemerintahan takluk kepada kemauan

rakyat. Untuk menyuisun kemauan itu rakyat mempunyai hak yang tidak boleh

dihilangkan atau dibatalkan; hak merdeka bersuara, berserikat dan berkumpul

6

.

lebih lanjut dikatakan

Hatta

:

“Di atas sendi yang ketiga dapat didirikan tonggak demokrasi ekonomi. Tidak lagi

orang seorang atau satu golongan kecil yang mesti menguasai penghidupan

orangbanyak seperti sekarang, melainkan keperluan dan kemauan rakyat yang

banyak harus menjadi pedoman perusahaan dan penghasilan. Sebab itu tangkai

penghasilan besar yang mengenai penghidupan rakyat harus berdasar kepada

milik bersama dan terletak di bawah penjagaan rakyat dengan perantaraan

badan-badan perwakilannya”

7

.

Apabila dicermati dengan seksama,

Hatta

sesungguhnya tidak menolak sistem

demoklrasi Parlementer seperti

Soekarno

. Sebaliknya

Hatta

menghendaki suatu

demokrasi dimana rakyat yang benar-benar memiliki kedaulatan dan itu hanya bisa

berkembang di dalam sistem parlementer. Selain itu, yang ditolak oleh Hatta pada

demokrasi barat adalah asas individualisme yang berlebihan, sehingga tidak ada lagi

perlindungan bagi pemilikan bersama

8

.

5

Soekarno, Di Bawah Bendera Revolusi, Jilid Pertama, Panitia Penerbit dibawah Bendera Revolusi, Jakarta, (1963 : 386).

6

Mohammad Hatta, Demokrasi Asli Indonesia dan Kedaulatan Rakyat, Dalam Daulat Rakyat, No.12, 10 Januari 1932.

7

Ibid.

8

(69)

Berbagai visi yang sampaikan oleh dua tokoh pendiri Republik Indonesia,

menegaskan bahwa paham demokrasi hendak diletakan dalam pondasi Negara ini.

Persamaan itu nampak dari pemahaman mereka tentang demokrasi sebagai sistem politik,

juga sistem ekonomi.

Pada saat penyusunan UUD 1945, upaya untuk membangun paham demokrasi

dari prinsip-prinsip ajaran agama (Islam) seperti prinsip musyawarah, nampak dari

pendapat atau pandangan

H. Agus Salim

dan

Muh. Yamin

.

Dalam Sidang BPUPKI tanggal 11 Juli 1945,

H.Agus Salim

menggambarkan

permusyawaratan dalam kerakyatan dengan menyatakan “mencapi kebulatan pendapat”.

Lebih lanjut

H. Agus Salim

menyatakan:

“Kebetulan cara permufakatan yang kita cari berlainan sekali daripada yang

terpakai dalam demokrasi barat itu. Maka jikalau ternyata dalam,

permusyawaratan, bahwa disitu ada satu dari sebagian besar yang dengan

kekerasan keyakinan kehendak menyampaikan suatu maksud dengan kerelaan

penuh untuk menyumbangkan tenaga dan usahanya untuk mencapai maksud itu,

jikalau tidak nyata-nyata maksud itu dapat diterangkan akan membawa bahaya

atau bencana besar maka bagian yang lain dalam permusyawaratan itu tidak

menyagkal, melainkan membulatkan kata sepakat supaya baik dicoba untuk

dengan ikhlas menjalankan keputusan bersama itu, sehingga bolehlah terbukti

betul atau salahnya”

9

.

Dalam pada itu,

Muh. Yamin

berpandangan bahwa permusyawaratan untuk

mencapai mufakat, merupakan perpaduan antara dua konsepsi, yaitu paham

permusyawaratan yang bersumber dari ajaran Islam, sedangkan mufakat bersumber dari

tatanan Indonesia asli

10

.

Mengenai

permusyawaratan,

Muh. Yamin

bertolak dari Al Qur’an Surat

Asysyura ayat 38 yang menyatakan bahwa “segala urusan dimusyawarahkan di antara

mereka”. Mengenai paham mufakat,

Yamin

menyatakan bahwa sebelum Islam

berkembang di tanah Indonesia, sudah sejak dahulu susunan desa, susunan masyarakat

bersandar pada keputusan bersama yang dinamai kebulatan bersama. Dasar kebulatan

atau dasar mufakat itu menghilangkan dasar perseorangan dan menimbulkan hidup

bersama dalam masyarakat yang teratur dalam tata Negara desa yang dipelihara secara

turun temurun dan tidak sirna oleh pengaruh agama Budha ataupun agama Hindu. Sampai

kemudian agama Islam masuk ke Indonesia dan berkembang, dasar mufakat hidup

dengan suburnya, karena dengan segera bersatu dengan firman musyawarah

11

.

Persamaan pemikiran beberapa tokoh pendiri bangsa dalam memaknai demokrasi

terakomodasikan dalam UUD. Hal itu nampak dari rumusan yang terkandung dalam

UUD 1945, baik yang terdapat dalam Pembukaan (yang didalamnya memuat rumusan

dasar Negara Pancasila) maupun dalam batang Tubuh.

10

I Gde Pantja Astawa, Op.cit. hlm 125.

11

(70)

Namun sebagai sebuah cita-cita, demokrasi di Indonesia tidak berhenti sampai

Indonesia merdeka. Sebgai “

das sollen

”, usaha-usaha menemukan stelsel dan mekanisme

demokrasi yang cocok bagai masyarakat Indonesia merdeka. Tetapi pada tataran “

das

sein

”, demokrasi itu bukan sesuatu yang mudah dijelmakan. Karena itu, selama

perjalanan Indonesia merdeka, telah dijalankan tiga sistem demokrasi, yaitu demokrasi

Liberal, Demokrasi terpimpin dan Demokrasi pancasila

12

.

Moh. Mahfud MD

13

mengklsifikasi kedalam tiga periode perkembangan politik

di Indonesia; (1) periode 1945-1959 adalah demokrasi liberal, (2) periode 1959-1966

adalah demokrasi terpimpin dan (3) Periode 1966-sekarang (yang dimaksud

berkauasanya pemerintahan orde baru) adalah demokrasi Pancasila.

1. Periode 1945-1959 Demokrasi Liberal, indikatornya sebagai berikut:

a)

Partai-partai politik sangat dominant yang menentukan arah perjalanan Negara

melalui badan perwakilan;

b)

Eksekutif berada pada kondisi lemah, sering jatuh bangun karena mosi partai;

c)

Kebebasan Pers relative lebih baik, bahkan pada periode ini peraturan sensor

dan pemberedelan yang diberlakukan sejak Zaman Belanda dicabut.

2. Periode 1959-1966 Demokrasi Terpimpin, indikatornya sebagai berikut:

a)

Partai-partai sangat lemah; kekuatan politik ditandai dengan tarik tambang

Soekarno, Angkatan Darat, dan PKI;

b)

Eksekutif yang dipimpin oleh Presiden sangat kuat, apalagi Presiden

merangkap sebagai Ketua DPA yang dalam praktik menjadi pembuat dan

selector produk legislatif.

c)

Kebebasan pers sangat terkekng, pada zaman ini terjadi tindakan anti pers

yang jumlahnya sangat spektakuler.

Periode 1966- sekarang (Pemerintahan Soeharto) indikatornya sebagai berikut:

(a)

Partai politik hidup lemah, terkontrol secara ketat oleh Eksekutif; lembaga

perwakilan penuh dengan tangan-tangan Eksekutif;

(b)

Eksekutif sangat Kuat dan intervensionis serta menentukan spectrum poltrik

nasional;

(c)

Kebebasan pers terkekang dengan adanya lembaga SIT yang kemudian dig anti

dengan SIUPP.

Dalam membicarakan tentang demokrasi di Indonesia, bagaimanapun juga, kita

tidak terlepas dari alur periodesasi sejarah politk di Indonesia. yaitu, apa yang disebut

sebagi periode pemerintahn masa revolusi kemerdekaan, pemerintahan parlementer

(representative democracy)

, pemerintahan demokrasi terpimpin

(guided democracy)

, dan

pemerintahan orde baru

(Pancasila Democracy)

14

Pada masa demokrasi pemerintahan masa revolusi kemerdekaan para

penyelenggara negara mempunyai komitmen yang sangat besar dalam mewujudkan

demokrasi di Indonesia. Partai-partai politik tumbuh dan berkembang dengan cepat.

13

Moh Mahfud MD, Hukum Dan Pilar-Pilar Demokrasi, hlm 156.

14

(71)

Tetapi fungsinya yang paling utama adalah ikut serta memenangkan revolusi

kemerdekaan, dengan menanamkan kesadaran untuk bernegara serta menanamkan

semangat anti imperialisme dan kolonialisme.

Demokrasi liberal dilekatkan pada penyelenggaraan demokrasi antara tahun

1945-1959. demokrasi liberal ini dikenal pula sebagai demokrasi parlementer, oleh karena

berlangsung dalam sistem pemerintahan Parlementer ketika berlakunya UUD 1945

periode pertama, Konstitusi RIS dan UUDS 1950

15

. Demokrasi Liberal/Demokrasi

Parlementer merupakan sebutan umum (seperti dalam banyak pernyataan pejabat di masa

pemerintahan Orde Baru) yang bermaksud mengambarkan bahaya, kekuranagn dan

akibat buruk yang ditimbulkan demokrasi tersebut dalam kurun waktu 1945-1959

terutama pada masa sistem pemerintahan parlementer

16

. Karena itu, demokrasi

Liberal/Parlementer ini kemudaian ditinggalkan dan selanjutnya diperkenalkan sustu

sistem politik baru, yaitu demokrasi terpimpin.

Demokrasi terpimpin ini muncul sebagai bnetuk reaksi penolakan ataupun koreksi

terhadap demokrasi parlementer dengan tradisi liberalnya yang dinilai banyak

menimbulkan keburukan atau kemunduran dalam meknisme penyelenggaraan

pemerintahan. Secara konseptual, demokrasi terpimpin dikaitkan dengan Pancasila dan

berbagai prinsip demokrasi. Terdapat tidak kurang dari 12 prinsip yang dijadikan

landasan Demokrasi Terpimpin, seperti kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat

kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, mengakui adanya hak oposisi, bukan

dictator, mencakup bidang politik, ekonomi, social dan sebagainnya

17

. Namun demikian

sistem politik yang dinamakan Demokrasi terpimpin tidakl berlangsung lama, akibat

gejolak politik yang mengakibatkan runtuhnya kekuasaan

Ir. Soekarno

, bersamaan

dengan hal tersebut demokrasi terpimpinpun berakhir.

Dalam rangka melaksanakan UUD 1945 secara muni dan konsekuen dan

sekaligus koreksi terhadap demokrasi terpimpin, maka sejak orde baru dikembangkan

sustu demokrasi yang dinamakan Demokrasi Pancasila

18

.

Demokrasi Pancasila hendak menggambarkan suatu demokrasi yang dikehendaki

Pancasila dan UUD 1945 dengan menjadikan prinsip musyawarah-mufakat sebagai

landasan utamanya. Disamping itu, dalam Demokrasi pancasila juga hendak

dikembangkan beberapa macam keseimbangan

19

.

Pejabat Presiden Soeharto pada pidato kenegaraan tanggal 16 Agustus 1967,

antara lain menyatakan bahwa Demokrasi Pancasila berarti demokrasi, kedaulatan rakyat

yang dijiwai dan diintegrasikan dengan sila-sila lainnya. Hal ini berarti bahwa dalam

menggunakan hak-hak demokrasi haruslah selalu disertai dengan rasa tanggungjawab

15

Rusadi Kantaprawira, Sistem Politik Indonesia, Suatu Model Pengantar, Tribisana Karya, Bandung, (1977 :183).

17

I Gde Pantja Astawa, Op. cit, hlm 96.

18

Istilah ini lahir sebagai lawan (dilawankan) terhadap istilah ‘Demokrasi Terpimpin” dibawah Pemerintahan Soekarno. Lihat Moh. Mahfud MD, Demokrasi dan Konstitusi Di Indonesia, Rineka Cipta, Jakarta, (2003: 42).

19

(72)

kepada Tuhan Yang Maha Esa menurut keyakinan agama masing-masing, haruslah

menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan sesuai dengan harkat dan martabat manusia,

haruslah menjamin dan mempersatukan bangsa, dan harus dimanfaatkan untuk keadilan

social. Pancasila berpangkal tolak dari paham kekeluargaan dan gotong royong

20

.

Sebelum itu seminar II Angkatan Darat yang berlangsung pada bulan Agustus

1966 mengeluarkan “Garis-garis Besar Kebijaksanaan dan Rencana Pelaksanaan

Stabilisasi Politik” yang dalam bidang politik dan konstitusioanal dirumuskan dengan :”

Demokrasi Pancasila seperti yang dimaksud dalam Undang-Undang Dasar 1945, yang

berarti menegakkan kembali asas-asas Negara hukum di mana kepastian hukum

dirasakan oleh segenap warga Negara, di mana hak-hak asasi manusia baik dalam aspek

kolektif, maupun dalam aspek perseorangan dijamin, dan dimana penyalahgunaan

kekuasaan dapat dihindarkan secara institusional. Dalam rangka ini perlu diuasahakan

supaya lembaga-lembaga dan tata kerja orde baru dilepaskan dari ikatan-ikatan pribadi

dan lebih diperlembagakan

(depersonalization, institusionalization)

21

Pertanyaan yang kemudian muncul adalah pemerintahan atau sistem politk seperti

apakah Orde Baru yang melabelkan dirinya dengan demokrasi Pancasila?

Karl D.

Jackson

( dalam

Jackson

and

Pye

, 1978), dengan menggunakan model analisis yang

digunakan oleh

Riggs

dalam mengamati

Thailand

, menyebut Indonesia Orde Baru

sebagai Negara birokratik atau

Bureaucratic Polity

. Dalam Negara seperti ini, biasanya

sekelompol elite politik menguasai sepenuhnya pengambilan keputusan politik negara.

Sementara, masyarakat hanya dilibatkan dalam proses implementasi kebijaksanan

22

.

Sementara

Dwight King

(dalam

Anderson

and

Kahin

, 1992) menyebut

Indonesia Orde Baru sebagai

Bureaucratic Authoritarian with limited plurality

. Dalam

artian, birokrat-baik sipil maupun militer memnag sangat dominant, bahkan cenderung

otoritarian, tetapi warna pluralisme tetap ada sekalipun terbatas. Yaitu, dengan

mengorganisasikan kepentingan secara corporatist, seperti kepentingan buruh, petani,

guru, dan lain sebagainya, yang disusun secara vertical, tidak horizontal sebagaimana

dikenal dalam demokrasi

23

.

20

CSIS, Pandangan Presiden Soeharto tentang Pancasila, Yayasan Proklamasi, Jakarta, (1976: 67).

21

Seminar Angkatan darat II, Garis-garis Besar Kebijaksanaan dan Rencana Pelaksanaan Stabilisasi Politik, Seskoad Bandung, 1966, dalam Moh. Mahfud MD, op.cit, hlm 43.

22

Affan Gafar, op.cit., hlm 36.

23

(73)

1

HAK AZASI MANUSIA

1

Oleh: Adiyana Slamet

Hak Azasi adalah hak yang dimiliki manusia yang telah diperolehnya dan

dibawanya bersama dengan kelahiran atau kehadirannya dalam kehidupan masyarakat.

Hak Azasi Manusia (

human raights

) yang secara universal diartikan sebagai

those rights

which are inherent in our nature and without which we cannot live as human being

oleh

masyarakat di dunia perumusan dan peng

Gambar

gambaran umum
gambaran umum
gambaran umum
gambaran umum
+3

Referensi

Dokumen terkait

Teori yang digunakan untuk menjelaskan permasalahan tersebut adalah teori impikasi politik mengenai legitimasi kekuasaan oleh Johanes Winckelmaan dan Weber, teori embargo

Menjelaskan relevansi pertemuan saat ini dan yang lalu Menyebutkan definisi, ciri dan contoh teori politik valutional yang terdiri dari falsafah politik, teori politik sistematis

Sarjana Ilmu Politik yang mampu menganalisis gejala-gejala sosial politik, menerapkan teori-teori ilmu politik, melakukan penelitian politik, memberikan alternatif

Setelah mengikuti mata kuliah ini diharapkan mahasiswa dapat memahami secara komprehensif tentang teori perbandingan politik.dan membandingkan fenomena teori politik

Selain itu mahasiswa juga diharapkan mampu menguasai teori- teori dan mengembangkan asas-asas manajemen serta menguasai model-model dan fungsi-fungsi manajemen yang pokok-

Kemampuan mahasiswa Menjelaskan sejarah perkembangan sosiologi, objek kajian sosiologi dan para perintis tokoh sosiologi dengan baik dan jelas..1. Mahasiswa mampu

Teori yang digunakan untuk menjelaskan permasalahan tersebut adalah teori impikasi politik mengenai legitimasi kekuasaan oleh Johanes Winckelmaan dan Weber, teori embargo

menguasai dengan menjelaskan konsep teoretik Ilmu Politik yang mencakup: pengertian, definisi, konsep, sejarah perkembangan dan ruang lingkup (pembidangan),