• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rangkuman Hukum Acara Pidana

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Rangkuman Hukum Acara Pidana"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

RANGKUMAN

HUKUM ACARA PIDANA

Penyusun:

Daya Perwira Dalimi

(2)

TAHAPAN I: LIDIK, SIDIK, TUNTUT, PRAPERADILAN, PRAPENUNTUTAN

1. Dugaan terjadinya Tindak Pidana:

LAPORAN (DELIK LAPORAN) – Pasal 1(24) KUHAP

Pemberitahuan oleh seseorang karena Hak dan Kewajiban berdasarkan UU kepada pejabat berwenang

mengenai sesuatu yang telah, sedang atau diduga akan terjadinya peristiwa pidana

PENGADUAN (DELIK ADUAN) – Pasal 1(25) KUHAP

Pemberitahuan kepada Pejabat berwenang yang disertai permintaan untuk menindak seseorang menurut

hukum yang telah melakukan tindak pidana yang merugikannya (Ps.1(25) KUHAP )

TERTANGKAP TANGAN– Pasal 1(19) KUHAP

Ketika mendapati seseorang atau menemui peristiwa:

a) sedang melakukan tindak pidana;

b)segera sesudahbeberapa saat tindak pidana dilakukan;

c) Diserukan oleh khlayak ramai; dan

d) sesaat kemudian ditemukan benda yang diduga telah dipergunakan untuk melakukan tindak pidana

2. Tindakan PENYELIDIKAN

Penyelidikan adalah serangkaian tindakan PENYELIDIK untuk MENCARI dan MENEMUKAN

PERISTIWA yang diduga sebagai tindak pidana, guna menentukan dapat atau tidaknya dilakukan atau

diteruskan ke dalam proses penyidikan (Ps.1(5) KUHAP )

3. Wewenang PENYELIDIK (Ps.5(1).b KUHAP): a. Menerima laporan dan aduan;

b. Mencari keterangan dan bukti ;

c. Menyuruh berhenti seorang yang dicurigai dan memeriksa identitas dan

d. Tindakan lain yang bertanggung jawab, tapi dapat juga melakukan Penangkapan, Penggeledahan,

Penyitaan dan lain2 jika mendapat perintah dari Penyidik

4. PENANGKAPAN: Ps. 16 19 KUHAP

a. Dilakukan oleh pihak yang berwenang: PENYELIDIK atas perintah penyidik, penyidik & penyidik

pembantu

b. Jangka waktu penangkapan HANYA1x24 Jam (Ps.19 KUHAP)

c. Alasan penangkapan: karena seseorang diduga keras telah melakukan tindak pidana berdasarkan bukti

permulaan yang cukup (Ps.17 KUHAP)

d. Prosedurnya: dilakukan oleh Polisi dengan menggunakan surat perintah yang mencantumkan nama dan

alasan penangkapan serta uraian singkat kejahatannya, dan surat penangkapan tersebut harus diberikan

juga kepada keluarganya segera setelah ditangkap.

5. Serangkaian tindakan PENYIDIKAN

Penyidikan: serangkaian tindakan penyidik untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dapat membuat

terang tindak pidana yang terjadi guna menemukan tersangkanya

PenyidikanDIMULAI ketika sudah dilakukan pemberitahuan kepada Penuntut Umum (Ps.109 KUHAP) dan

keluarnya SPDP (Surat Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan)

Penyidikan dianggap selesai ketika dalam waktu 14 hari, PU tidak mengembalikan berkas perkara atau PU

sudah memberitahukan kepada Penyidik bahwa berkas sudah lengkap (Ps. 110(4) KUHAP)

6. Wewenang Penyidik:

a. menerimalaporan atau pengaduan dari seseorang tentang tindak pidana

b. Melakukan tindakan pertama pada TKP

c. Menyuruh berhenti tersangka dan memeriksa identitas tersangka

d. Melakukan penangkapan, penahanan,penggeledahan, dan penyitaan

e. Melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat

f. Mengambil sidik jari dan memotret seseorang

g. Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi

h. Menghentikan penyidikan (SP3)

i. Mendatangkan ahli dalam hubungannya dengan perkara

(3)

UPAYA HUKUM LANJUTAN

7. PENAHANAN: Ps. 20-31 KUHAP

A. PIHAK BERWENANG YANG MELAKUKAN PENAHANAN

Dilakukan oleh pihak yang berwenang (Ps.20 KUHAP),yaitu:

- PENYIDIK atau penyidik pembantu untuk kepentingan penyidikan;

- JPU untuk kepentingan penuntutan; dan

- Hakim untuk kepentingan pemeriksaan di persidangan (Ps.20)

B. DASAR Penahanan: Tingkatan Delik (unsur perumusan delik)

1) Unsur Objektif / Yuridis

a. Tindak pidana yang disangkakan diancam dengan penjara 5 tahun atau lebih

b. Tindak pidana tertentu yang tercantum pada KUHP

2) Unsur Subjektif

Adanya keadaan yang menimbulkan kekhawatiran Tersangka atau terdakwa melarikan diri, merusak

atau menghilangkan barang bukti atau dikhawatirkan akan mengulangi Tindak Pidana (Ps.21(1))

C. PROSEDUR Penahanan (Ps.21(2) KUHAP)

1. Dengan surat perintah penahanan dari penyidik atau Penuntut Umum atau Surat Penetapan

Hakim, yang berisi Identitas, Alasan, uraian singkat dan menyebut dg jelas tempat dimana

Tersangka ditahan

2. Menyerahkan tembusan surat perintah penahanan kepada keluarga Tersangka/terdakwa

D. JENIS Penahanan (Ps. 22(1) KUHAP)

1) Penahanan RUTAN

a. Dilaksanakan di Rutan

b. Dikurangkan seluruhnya dari masa tahanan yang sudah dijalankan

2) Penahanan RUMAH

a. Dilaksanakan di rumah tempat kediamana tersangka/terdakwa dengan pengawasan

b. Dikurangkan sepertiga dari jumlah lamanya waktu penahanan yang telah dijalankan

3) Penahanan KOTA

a. Dilaksanakan di Kota tempat tinggal tersangka/terdakwa dengan kewajiban melapor pada waktu yang ditentukan

b. Dikurangkan seperlima dari jumlah lamanya waktu penahanan yang telah dijalankan

E. BATAS WAKTU PENAHANAN

PENAHANAN NORMAL PENAHANAN TAMBAHAN

Penyidik

(4)

8. PENGGELEDAHAN (Ps. 32-37 KUHAP)

1) Pejabat Berwenang : Penyidik Polri dan Penyidik PNS

2) Dalam keadaan Biasa

a. Harus ada Surat Ijin KPN setempat

b. Didampingi oleh 2 orang saksi dari warga setempat

c. Buat Berita Acara Penggeledahan, paling lambat 2 hari setelah penggeledahan

d. Dilarang dilakukan pada malam hari

3) Dalam Keadaan Mendesak

a. Dapat dilakukan tanpa Surat Ijin KPN:

- pada halaman rumah tersangka bertempat tinggal, berdiam atau ada diatasnya

- setiap tempat lain tersangka bertempat tinggal

- tempat tindak pidana dilakukan atau terdapat bekasnya

- tempat penginapan atau tempat umum lainnya

b. Dapat dilakukan malam hari

4) Dilarang, kecuali tertangkap tangan

a. Tempat sedang berlangsung sidang DPR, MPR atau DPRD

b. Tempat sedang berlangsung ibadahDidampingi oleh 2 orang saksi dari warga setempat

c. Tempat sedang berlangsung sidang pengadilan

9. PENYITAAN (Ps. 38-46 KUHAP)

1) Pejabat Berwenang : Penyidik Polri dan Penyidik PNS

2) Dalam keadaan Biasa: dilakukan terhadap benda tidak bergerak dan harus mendapat ijin dari KPN

setempat (Ps.38)

3) Dalam Keadaan Mendesak

a. Dapat menyita benda bergerak dan wajib melaporkan kepada KPN untuk mendapatkan persetujuannya

b. Benda yang dikenakan penyitaan: (Ps.39)

- Benda atau tagihan tersangka/terdakwa yang diduga diperoleh dari tindak pidana

- Benda yang telah digunakan secara langsung untuk melakukan tindakan pidana

- Benda yang digunakan untuk menghalangi penyidikan tindak pidana

- Benda yang khusus dibuat untuk melakukan tindak pidana

- Benda lain yang mempunyai hubungan dengan tindak pidana

c. Benda yang berada dalam sitaan karena perkara perdata/pailit juga dapat disita untuk kepentingan penyidikan

- Jika setelah diperiksaada hubungan dengan perkara, maka surat tersebut dilampirkan dalam BP - Jika tidak ada hubungan dengan perkara, maka surat tersebut ditutup kembali dengan tertulis “telah

dibuka oleh penyidik”

11. Proses penyerahan Berkas Perkara (BP) dari Penyidik ke JPU

a. BP adalah kumpulan berita acara yang terdiri dari Pemeriksaan tersangka, saksi, penangkapan dan

upaya paksa lainnya, pemeriksaan di tempat kejadian, dll

b. Setelah BP sudah siap, BP diserahkan oleh Penyidik ke JPU, dan harus dipelajari, JPU wajib dalam 7 hari

memberitahukan kepada penyidik sudah lengkap atau belum

c. Jika JPU merasa penyidikan dalam BP belum lengkap (P-18), JPU mengembalikan BP ke Penyidik

sambil memberikan petunjuk yang harus dilengkapi (P-19) dan ini disebut Pra-Penuntutan (Ps.110(2&3))

(5)

12. PRA PENUNTUTAN

Pra-Penuntutan adalah Proses pengembalian berkas perkara dari seorang JPU kepada Penyidik, karena

dinilai oleh JPU bahwa Berkas Perkaranya masih Kurang sempurna atau Kurang Lengkap dan memberikan petunjuk kepada Penyidik hal-hal apa saja yang harus disempurnakan/dilengkapi.

Keputusan JPU yang MENYATAKAN bahwa Berkas Perkara tidak lengkap ini disebut dengan

KODE P-18.

Tindakan JPU pada saat mengembalikan Berkas Perkara kepada Penyidik dikenal dengan KODE P-19

Tindakan Penyidik yang akhirnya memberikan kembali Berkas Perkara yang sudah disempurnakan kepada

JPU dikenal dengan KODE P-20

Tindakan JPU yang akhirnya menilai bahwa Berkas Perkaranya telah lengkap dan sempurna, dikenal dengan

KODE P-21

Perlu dicatat, bahwa Proses Pra-Penuntutan ini adalah bukan HAL YANG MUTLAK HARUS

DILAKSANAKAN dalam setiap perkara Pidana, karena sangat dimungkinkan bagi seorang Penyidik ketika

menyerahkan Berkas Perkara kepada JPU, sudah langsung dinilai SEMPURNA oleh JPU, sehingga JPU langsung menyatakan Berkas Perkara sudah SEMPURNA (KODE P-21) dan tidak perlu dikembalikan ke Penyidik

13. JPU mempunyai 2 azas yaitu:

a. Azas Legalitas (Ps.137 KUHAP): JPU WAJIB MENUNTUT tiap orang (SIAPAPUN) yang melakukan

tindak pidana, TANPA KECUALI

b. Azas Oportunitas (Ps.14(h) KUHAP): JPU berwenang MENUTUP PERKARA demi kepentingan

UMUM, bukan HUKUM:

Dengan demikian, JPU tidak wajib menuntut seseorang yang melakukan tindak pidana JIKA menurut pertimbangan akan merugikan KEPENTINGAN UMUM (Deponering/Peti es) – ini harus sesuai

persetujuan Jaksa Agung, Pemerintah dan DPR

14. Wewenang JPU (Ps.14 KUHAP)

a. Menerima dan memeriksa berkas perkara dari Penyidik

b. Mengadakan Pra-Penuntutan

c. Memberikan perpanjangan penahanan, melakukan penahanan atau penahanan lanjutan dan atau mengubah status tahana setelah perkaranya dilimpahkan oleh Penyidik

d. Membuat surat dakwaan

e. Melimpahkan perkara ke Pengadilan

f. Menyampaikan pemberitahuan dengan disertai surat panggilan kepada tersangka dan saksi tentang

ketentuan hari dan waktu sidang

g. Melakukan penuntutan

h. Menutup perkara demi kepentingan umum (Deponeriing)

i. Tindakan lain

j. Melaksanakan penetapan atau putusan hakim

15. Fungsi Surat Dakwaan

a. Bagi HAKIM: merupakan dasar dan membatasiruang lingkup pemeriksaan dan putusan di pengadilan

b. Bagi JPU: merupakan Dasar pembuktian atau analisa Yuridis yang digunakan

c. Bagi TERDAKWA: merupakan dasar untuk mempersiapkan Pembelaan

16. Syarat Surat Dakwaan

1) Syarat Formal (Ps.143(2.a)) – TIDAK MENYEBABKAN Surat Dakwaan Batal

a. Memuat tanggal, dan ditandatangani oleh PU

b. Memuat identitas tersangka, i.e. Nama lengkap, TTL, umur, jenis kelamin, kebangsaan, tempat tinggal, agama, pekerjaan

2) Syarat Materi (Ps.143 (2.b)) – menyebabkan Surat Dakwaan batal demi hukum

a. Uraian secara cermat, jelas dan lengkap mengenai tindak pidana yang didakwakan

(6)

17. Muatan Surat Dakwaan – JST WBA MK

1) Jenis tindak pidana yang dilakukan

2) Siapa yang melakukan

3) Tempat tindak pidana dilakukan

4) Waktu atau kapan dilakukan

5) Bagaimana tindak pidana dilakukan

6) Akibat yang ditimbulkan

7) Motivasi tindak pidana dilakukan

8) Ketentuan pidana yang diterapkan

18. BENTUK Surat Dakwaan

a. Surat Dakwaan Tunggal: hanya berisi satu dakwaan saja. Ini digunakan jika Jaksa SUDAH SANGAT

YAKIN atas perbuatan Pidana yang dilakukan oleh Terdakwa

b. Surat Dakwaan BERTINGKAT (Primer Subsidair): terdiri dari dua atau lebih yang disusun secara

berurutan, mulai dari dakwaan yang terberat sampai kepada dakwaan yang teringan

Ini diberikan untuk suatu Perbuatan yang sejenis, hanya saja mempunyai bobot hukuman yang berbeda, yang mana bertujuan untuk menghukum Terdakwa dengan hukuman yang seberat-beratnya. Dan Dakwaan Subsider bisa terdiri lebih dari 1 dakwaan.

Contoh: JPU ingin mendakwa seseorang yang telah melakukan suatu Pembunuhan. Dakwaannya Primernya adalah menggunakan Pasal Pembunuhan Berencana (Ps.340 KUHP) yang mana mempunyai hukuman yang paling berat, karena JPU menduga sudah ada perencanaan. Kemudian, untuk Dakwaan Subsider nya, JPU menggunakan Pasal Pembuhan biasa (Ps.338 KUHP)

c. Surat Dakwaan ALTERNATIF: memberikan alternatif kepada Hakim untuk menentukan dakwaan mana yang terbukti, isi antara keduanya saling mengecualikan.

Ciri-cirinya dalam Dakwaannya menggunakan kata “ATAU” dan JPU hanya wajib membuktikan SALAH SATU dari Dakwaannya saja (Jika sudah terbukti satu dakwaan, maka tidak perlu membuktikan dakwaan yang lainnya).

Idealnya, Dakwaan Alternatif ini adalah untuk Perbuatan yang berbeda, tetapi tidak terlalu jauh

perbedaannya (Tipis sekali perbedaannya), dimana Perbuatan Pidana tersebut dapat memenuhi unsur-unsur

dari beberapa Pasal Pidana.

Contoh: JPU mendakwa Terdakwa dengan Pasal Penipuan atau Penggelapan, karena JPU menilai Perbuatan Dakwaan dapat dikenai Pasal Penipuan atau Penggelapan

d. Surat Dakwaan KOMULATIF: dakwaan yang disusun berupa rangkaian dari beberapa dakwaan atas kejahatan atau pelanggaran sekaligus.

Ciri-ciri dalam dakwaannya adalah menggunakan kata “DAN”, dan JPU wajib membuktikan SELURUH

dari Dakwaannya.

Contoh: JPU mendakwa Terdakwa dengan menggunakan Pasal Pembunuhan (Ps.338 KUHP) dan Pencurian (Ps.362 KUHP), karena Terdakwa diduga telah melakukan Pembunuhan dan Pencurian

e. Surat Dakwaan GABUNGAN/KOMBINASI: Dakwaan yang digabungkan antara Dakwaan Komulatif

(7)

19. PRA-PERADILAN – Pasal77 KUHAP

1) Definisi & ALASAN

Pra-Peradilan adalah WEWENANG Pengadilan Negeri untuk memeriksa dan memutus sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan mengenai dari alasan-alasan sebagai berikut:

a. Sah atau tidaknya penangkapan

b. Sah atau tidaknya penahanan

c. Sah atau tidaknya penghentian penyidikan

d. Sah atau tidaknya penghentian penuntutan

e. Ganti rugi dan rehabilitasi

2) PIHAK yang mengajukan (Ps.79&80 KUHAP)

a. Tersangka, keluarga dan Penasihat Hukum

b. JPU dan pihak ketiga

c. Penyidik dan pihak ketiga

3) CARA mengajukan

a. Membuat permohonan b. Ditujukan kepada KPN c. Memuat alasan

d. Apa yang diminta dalam permohonan

20. Penyidik dan JPU dapat MENGHENTIKAN suatu Penyidikan (Ps. 109 (2)KUHAP) atau Penuntutan

(Ps. 140 (2).a KUHAP) dengan salah dari beberapa alasan, yaitu:

a. Kurang cukup bukti

b. Peristiwa tersebut bukan peristiwa pidana

c. Dihentikan demi hukum:

- Ne Bis in Idem

- Tersangka meninggal dunia

(8)

TAHAPAN II: PEMERIKSAAN PERSIDANGAN

21. Pemeriksaan Persidangan

1) Acara Pemeriksaan Biasa (Ps.152-202 KUHAP)

- sistem pembuktian rumit

- ancaman hukuman lebih dari 1 tahun

2) Acara Pemeriksaan Singkat (203-204 KUHAP)

Apabila dalam waktu 14 hari tidak selesai, maka beralih menjadi acara pemeriksaan biasa

3) Acara Pemeriksaan Cepat

a. acara pemeriksaan tindak pidana ringan (Ps.205-210 KUHAP)

b. acara pemeriksaan pelanggaran lalu lintas (Ps. 211 – 216 KUHAP)

22. Asas pemeriksaan Persidangan: (tidak dipenuhi di PN, maka putusan hakim batal)

1) Pemeriksaan dilakukan secara lisan

2) Pemeriksaan dilakukan dengan bahasa indonesia

3) Pemeriksaan dilakukan secara langsung/tidak boleh diwakili 4) Pemeriksaan dilakukan secara terbuka untuk umum

23. ACARA PEMERIKSAAN PERSIDANGAN PIDANA:

1) Hakim membuka sidang, dengan sidang dinyatakan dibuka untuk umum

2) Hakim menanyakan identitas terdakwa, dan mengingatkan terdakwa untuk memperhatikan sidang

3) Hakim meminta JPU untuk membacakan DAKWAAN (*Substansial Pertama)

4) Hakim menanyakan terdakwa apakah sudah mengerti mengenai dakwaannya, jika belum hakim meminta JPU untuk membacakan dakwaan kembali, khususnya bagian yang tidak dimengerti oleh terdakwa

5) Terdakwa/penasehat umum mengajukan KEBERATAN/EKSEPSI (*Substansial Kedua) mengenai:

- Kompetensi Pengadilan (Pengadilan tidak berwenang mengadili). Terhadap Eksepsi ini, Hakim akan

mengeluarkan Putusan Sela terlebih dahulu, sebelum masuk ke Pokok Perkara

- Dakwaan tidak dapat diterima : diputus bersamaan dengan putusan akhir

- Surat dakwaan harus dibatalkan : diputus bersamaan dengan putusan akhir

6) Acara PEMBUKTIAN (*Substansial Ketiga)

7) Acara pemeriksaan selesei, dilanjutkan dengan pengajuan TUNTUTAN (*Substansial Keempat) dari JPU

8) Terdakwa/Penasehat Hukum mengajukan PLEDOI/PEMBELAAN (*Substansial Kelima)

9) PUTUSAN Hakim (*Substansial Keenam)

- Putusan BEBAS / Vrijspraak

- Putusan Lepas dari segala tuntutan hukum

- putusan pemidanaan

10) Setelah pembacaan putusan, hakim wajib memberitahukan hak2 terdakwa

- hak untuk menerima

- hak menolak putusan

- hak untuk pikir2 (dalam waktu 7 hari)

24. Substansial Kedua: Upaya Hukum KEBERATAN/EKSEPSI (Ps.156 KUHAP)

 Diajukan oleh terdakwa/Kuasanya, karena

- pengadilan yang tidak berwenang menangani perkaranya, atau

- dakwaan tidak dapat diterima : diputus bersamaan dengan putusan akhir; atau

- surat dakwaan harus dibatalkan : diputus bersamaan dengan putusan akhir

 Jika hakim menerima keberatan khususnya karena pengadilan tidak berwenang, maka hakim akan

mengeluarkan putusan sela dan perkara dihentikan pada saat itu juga

(9)

25. Substansial Ketiga: PEMBUKTIAN

A. Menggunakan sistem pembuktian negatif, yaitu Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana pada seseorang, kecuali apabila dengan sekurang-kurangnya 2 alat bukti yang sah yang memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana benar2 terjadi yang dilakukan oleh Terdakwa

B. Macam2 Alat Bukti (Ps. 184 KUHAP)

1) Keterangan Saksi

- apa2 yang dilihatnya sendiri

- apa2 yang didengarnya sendiri

- apa2 yang dialaminya sendiri

- menjelaskan dengan terang sumber dan alasan pengetahuannya, sehubungan dengan peristiwa dan keadaa pengetahuannya, sehubungan dengan perisitiwa dan keadaan yang dilihatnya, didengarnya dan dialaminya

2) Keterangan Ahli: apa yang seorang ahli nyatakan di Pengadilan

- Saksi ahli mengandung 2 alat bukti, jika Saksi ahli datang ke Pengadilan

- Keterangan ahli dapat berupa Bukti Surat, jika Ahli tersebut tidak datang ke Pengadilan

3) Surat

4) Petunjuk: perbuatan kejadian atau keadaan baik antara yang sau dengan yang lai menandakan bahwa

telah terjadi suatu Tindak pidana dan siapa pelakunya

5) Keterangan terdakwa

- yang terdakwa nyatakan di persidangan tentang perbuatan yang dia lakukan, diketahui atau yang dialaminya sendiri

- keterangan yang diberikan diluar persidangan, dapat digunakan untuk membantu menemukan bukti pada persidangan

- keterangan terdakwa hanya digunakan untuk dirinya sendiri

- keterangan terdakwa saja tidak cukup membuktikan bahwa ia bersalah, namun harus disertai alat bukti yang lain

26. Substansial Keempat: TUNTUTAN

Diajukan oleh JPU, yang memuat:

1) Hal-hal yang terbukti dan tidak terbukti dalam persidangan 2) Hal-hal yang meringankan dan memberatkan terdakwa 3) Pasal dakwaan yang dianggap terbukti

4) Hukuman yang dituntut kepada terdakwa

27. Substansial Kelima: PEMBELAAN

Diajukan oleh Terdakwa atau Penasihat Hukum, yang berisi:

1) Pendahuluan, berisi ucapan terima kasih karena telah menerapkan prinsip praduga tidak bersalah

2) Ringkasan Surat Dakwaan dan tuntutan beserta tanggapannya

3) Fakta-fakta dipersidangan

4) Analisis fakta dan analisis yuridis (kecocokan perbuatan yang didakwakan dengan pasal yang dituduhkan)

5) Kesimpulan, berisi permohonan agar terdakwa dibebaskan atau dihukum seringan-ringannya

6) Penutup

28. Substansial Ke enam: PUTUSAN

Macam2 Putusan PN

1) Putusan Pemidanaan: terdakwa terbukti secara sah dan meyakinkan atas perbuatan yang didakwaakannya 2) Putusan Bebas (Vrijspraak): Pengadilan berpendapat bahwa terdakwa tidak terbukti secara sah dan

meyakinkan atas perbuatan yang didakwakannya

(10)

TAHAPAN III:UPAYA HUKUM (BIASA&LUAR BIASA); EKSEKUSI

29. Upaya Hukum adalah suatu upaya yang dilakukan oleh para Pihak (Terdakwa atau JPU) yang tidak puas

terhadap putusan dari Pengadilan Negeri (“PN”).

Upaya Hukum ini terbagi menjadi 2, yaitu

a. Upaya Hukum Biasa

- BANDING: dilakukan oleh Pengadilan Tinggi (“PT”)

- KASASI: dilakukan oleh Mahkamah Agung (“MA”)

b. Upaya Hukum Luar Biasa

- PENINJAUAN KEMBALI (“PK”): dilakukan oleh MA

- KASASI DEMI KEPENTINGAN HUKUM

30. Upaya Hukum Biasa BANDING (Ps. 233 243 KUHAP)

A. JENIS PUTUSAN YANG DIBOLEHKAN UNTUK BANDING

Para pihak hanya dapat melakukan Upaya Banding terhadap Putusan PN yang mengenai Putusan

Pemidanaan.

Putusan BEBAS dan Lepas Dari Segala Tuntutan HANYA BISA dilakukan melalui Upaya KASASI

(Ps. 67 KUHAP)

B. PEMERIKSAAN

- Upaya banding ini akan diperiksa dan diputuskan oleh PT

- Yang diperiksa pada Pengadilan Tinggi adalah sama dengan pemeriksaan di PN, yaitu POKOK

PERKARANYA, sehingga hakimnya disebut JUDEX FACTI

- PT memeriksa perkara, HANYA berdasarkan Dokumen (Berkas Perkara) yang diperoleh dari Pengadilan Negeri saja, PT tidak melakukan pemeriksaan lainnya, seperti Pemanggilan Terdakwa dll

C. PIHAK YANG BERHAK

Yang berhak melakukan banding adalah Terdakwa/kuasanya atau JPU.

D. BATAS WAKTU

Batas waktu untuk menyatakan banding adalah 7 hari setelah putusan dibacakan atau 7 hari setelah

pemberitahuan putusan diterima oleh terdakwa yang tidak hadir pada persidangan. (7 hari kerja)

E. MEMORI BANDING

- Bagi para pihak yang memohon Upaya Banding (Pemohon Banding) dapat mengajukan MEMORI BANDING yang berisi mengenai alasan-alasan keberatan terdapat Putusan PN.

- Memori Banding sifatnya adalah TIDAK WAJIB untuk DIAJUKAN, artinya Pemohon Banding tidak wajib untuk mengajukan Memori Banding, meskipun telah mengajukan Permohonan Banding. Karena dengan tanpa adanya Memori Banding, PT tetap dapat memeriksa perkaranya, dimana PT akan memeriksa dari awal perkara yang sudah diputuskan oleh PN, terlepas dengan ada atau tidak adanya Memori Banding.

F. TEKNIS PELAKSANAAN

JPU biasanya mempunyai STANDART atau DASAR untuk melakukan Banding yaitu jika putusan

hakim ternyata dibawah 2/3 dari tuntutannya.

Contoh: JPU menuntut Terdakwa selama 9 tahun Penjara, maka JPU mempunyai patokan untuk tidak melakukan banding (Puas terhadap Putusan), jika Hakim memberikan Putusannya minimal 6 tahun Penjara (memenuhi 2/3 dari Tuntutan JPU). Tapi jika ternyata Hakim memutuskan kurang dari 6 tahun, seperti 3 tahun misalnya, maka JPU akan melakukan Banding

Upaya Banding ini dilakukan melalui perantara PN, yang nantinya akan dikirim ke PT. Artinya, para

Pihak harus mengajukan Banding dan menyerahkan memori banding kepada PN, dan nantinya PN yang akan mengirimkan segala Berkas Perkara dan Memori Banding (jika ada) kepada PT.

 Setelah perkaranya diputuskan oleh PT, selanjutnya putusan PT tersebut akan dikirimkan kembali ke PN, dan PN lah yang nantinya akan menyampaikan Putusan PT kepada Para Pihak (Terdakwa&JPU).

Wewenang untuk penahanan akan beralih dari PN ke PT, sejak kasus tersebut dinyatakan banding

(11)

31. Upaya Hukum Biasa KASASI (Ps.244 258 KUHAP)

A. BATAS WAKTU

- Untuk Upaya Kasasi ini mempunyai batas waktu yang sangat ketat dalam hal Pengajuan Permohonan Kasasi dan Pengajuan Memori/Kontra Memori Kasasi

- Batas waktu untuk menyatakan kasasi di PN adalah 14 hari setelah Para pihak (Terdakwa/JPU)

menerima Surat Pemberitahuan Putusan PT (RELAAS) dari PN.

- Setelah Para Pihak Menyatakan Ingin Kasasi, dimana pihak tersebut akan disebut sebagai PEMOHON

KASASI, hanya mempunyai waktu 14 hari untuk mengajukan MEMORI KASASInya

- Setelah Termohon Kasasi menerima Pemberitahuan Memori Kasasi (Relaas) dan Copy Memori Kasasi yang disampaikan oleh PN, Termohon Kasasi hanya memiliki waktu 14 hari untuk mengajukan

Kontra Memori Kasasi

- Jika para Pihak (Pemohon Kasasi dan Termohon Kasasi) LALAI dalam mengajukan Memori Kasasi atau Kontra Memori Kasasi (tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan, 14 hari), maka Para Pihak

tersebut akan kehilangan Haknya dalam mengajukan Memori dan Kontra Memori Kasasi.

- Jika Pemohon Kasasi LALAI dalam Mengajukan Memori Kasasinya (Terlambat mengajukan, lebih dari 14 hari), maka Upaya Kasasi akan dibatalkan (GUGUR) dengan sendirinya.

- Jika Termohon Kasasi yang LALAI dalam mengajukan Kontra Memori Kasasinya, maka Upaya Kasasi akan tetap berjalan, hanya hak Termohon Kasasi saja yang hilang dalam megajukan Kontra Memori Kasasi tersebutt

B. ALASAN KASASI

Pada Pemeriksaan dalam Tingkat Kasasi, Hakim MA tidak memeriksa Pokok Perkaranya, tetapi memeriksa dari alasan-alasan sebagai berikut:

- apakah benar peraturan hukum tidak diterapkan atau diterapkan tidak sebagaimana mestinya

- apakah benar cara mengadili dilaksanakan tidak sesuai dengan UU

- apakah benar Pengadilan telah melampaui batas wewenangnya

C. PEMERIKSAAN KASASI

 Pada pemeriksaan Kasasi di MA, Hakim MA tidak mengadili Pokok Perkara, sehingga Hakim MA disebut sebagai JUDEX JURIS

 Upaya Kasasi diajukan kepada Mahkamah Agung, yang mana Permohonan Kasasinya akan diajukan melalui PN yang mana nantinya akan disampaikan kepada MA.

 Setelah perkaranya diputuskan oleh MA, selanjutnya putusan MA tersebut akan dikirimkan kembali ke PN, dan PN lah yang nantinya akan menyampaikan Putusan MA kepada Para Pihak.

 Hakim MA wajib untuk memutuskan tetap atau tidaknya dilakukan penahanan bagi terdakwa,

setelah 3 hari menerima berkas perkara, baik karena wewenang jabatan maupun atas permintaan

terdakwa. Dalam hal terdakwa tetap ditahan, maka dalam waktu 14 hari setelah penetapan penahanan MA, Hakim MA wajib untuk memulai pemeriksaan.

Wewenang untuk penahanan akan beralih dari PT ke MA, sejak kasus tersebut dinyatakan kasasi

D. PUTUSAN KASASI

Putusan MA berisi Menguatkan Putusan PT, Membatalkan Putusan PT dengan mengadili sendiri

Putusan (255 KUHAP):

- dalam hal putusan dibatalkan karena peraturan tidak diterapkan, atau diterapkan tidak

sebagaimana mestinya, maka Hakim MA akan memutuskan untuk mengadili sendiri

- dalam hal Putusan dibatalkan karena cara mengadili tidak sesuai dengan UU, maka Hakim MA akan menetapkan/menunjuk Pengadilan asal untuk memeriksa lagi bagian yang dibatalkan atau berdasarkan alasan tertentu menunjuk Pengadilan lainnya yang setingkat

- dalam hal putusan dibatalkan karena Pengadilan/Hakim tidak berwenang mengadili perkara tersebut, maka Hakim MA akan menetapkan pengadilan atau hakim lain yang berwenang

(12)

32. Upaya Hukum Luar Biasa PENINJAUAN KEMBALI (PK) (Pasal 263 269 KUHAP)

A. KETENTUAN KHUSUS

Ketua PN harus memeriksa terlebih dahulu (disidangkan) apakah suatu perkara dapat untuk diajukan

PK atau tidak, dengan menghadirkan para Pihak (Terdakwa & Jaksa)

Upaya PK ini tidak dapat menunda pelaksanaan/eksekusi putusan Kasasi, karena Putusan Kasasi

sudah mempunyai kekuatan hukum yang tetap (Inkracht)

 Putusan yang dapat diajukan upaya PK adalah hanya Putusan Pemidanaan

B. ALASAN PK (Ps. 263 (2) KUHAP):

PK ini hanya dapat diajukan oleh salah satu dari Para Pihak (Terdakwa atau JPU), jika memenuhi salah satu atau beberapa alasan sebagai berikut:

- Adanya BUKTI BARU/keadaan baru (Novum)

- DASAR dan ALASAN dari suatu pernyataan yang terbukti dalam Putusan ternyata saling bertentangan

- Putusan itu dengan jelas memperlihatkan KEKHILAFAN HAKIM atau suatu KEKELIRUAN YANG NYATA

C. BATAS WAKTU

Dalam hal pengajuan Permohonan PK, tidak ada batas waktu bagi para Pihak untuk mengajukan PK. Yang artinya selama perkara belum Kadaluarsa, para pihak dapat untuk mengajukan PK ke MA

D. PUTUSAN PK

 Putusan PK: - Putusan bebas

- Putusan lepas dari segala tuntutan JPU - Putusan tidak dapat menerima tuntutan JPU

- Putusan dengan menerapkan ketetapan pidana yang lebih ringan

Pidana yang dijatuhkan dalam Putusan PK, TIDAK BOLEH melebihi hukuman pidana yang telah

dijatuhkan dalam putusan semula (Putusan Kasasi)

33. Upaya Hukum Luar Biasa KASASI DEMI KEPENTINGAN HUKUM (Ps.259 262 KUHAP)

 Untuk putusan yang sudah Inkracht (berkekuatan hukum tetap) ternyata MASIH DAPAT untuk diajukan upaya Kasasi, jika Putusan Kasasi tersebut ternyata akan berakibat yang tidak baik terhadap kepentingan hukum.

 Maksud dari Kepentingan Hukum adalah jika Hakim MA mengeluarkan Putusan Kasasi yang tidak tepat, misalnya seperti memutuskan bebas bagi terdakwa yang sebenarnya terbukti Membunuh, dan untuk

menghindari terjadinya Yurisprudensi yang tidak tepat, yaitu “membebaskan seorang yang terbukti

Pembunuh”, maka demi Kepentingan Hukum tersebut, Putusan Kasasi yang salah tersebut, dapat diajukan

KASASI DEMI KEPENTINGAN HUKUM

Hasil dari Putusan Kasasi Demi Kepentingan Hukum tersebut tidak boleh MERUGIKAN pihak yang

berkepentingan, artinya Terdakwa yang tadinya telah dibebaskan dari dakwaan pembunuh berdasarkan Putusan Kasasi yang salah tersebut, harus tetap dibebaskan, yang berubah hanya Putusannya saja

(13)

LAIN LAIN

34. Gugatan Ganti Rugi

Tersangka dapat mengajukan gugatan ganti kerugian melaui Pra-Peradilan

 Seorang Terdakwa dapat menuntut ganti rugi akibat penahanannya dengan digabungkan dengan pemeriksaan pidananya jika masih diperiksa di Pengadilan Negeri

 Jika seorang Terpidana akhirnya mendapat putusan Bebas atau lepas dari segala tuntutan dari PT atau MA, maka bisa mengajukan gugatan ganti rugi melalui gugatan perdata

 Putusannya berupa PENETAPAN

35. Penggabungan Perkara Pidana dengan Ganti Rugi

 Jika suatu perbuatan yang menjadi dasar dakwaan dalam pemeriksaan perkara pidana, menimbulkan

kerugian bagi orang lain, maka orang lain itu atau ahli warisnya dapat mengajukan gugatan ganti rugi

yang digabungkan kepada perkara pidana tersebut.

Sebelum digabungkan, gugatan ganti rugi tersebut akan diperiksa oleh Hakim, mengenai dasar gugatan,

biaya, dll, sampai akhirnya menetapkan adanya penggabungan perkara pidana dengan gugatan ganti rugi

 Diajukan paling lambat sebelum JPU mengajukan tuntutan pidana atau sebelum Hakim menjatuhkan putusan

 Gugatan Ganti Rugimengikuti/tergantung kepada Perkara Pidananya. Jika pada perkara pidananya tidak diajukan banding, maka putusan ganti ruginya pun tidak akan bisa mengajukan banding

36. Pengertian KONEKSITAS: suatu perkara/tindak pidana yang dilakukan bersama-sama oleh mereka yang

termasuk dalam lingkungan Peradilan Umum dan Peradilan Militer (Pasal 89(1))

Pemeriksaan Perkara Koneksitas

a. Majelis Hakim PN : Ketua dari PN, anggota dari PN dan Militer

Referensi

Dokumen terkait

KBK adalah sebuah perangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi dan hasil belajar yang harus dicapai oleh siswa, penilaian, kegiatan belajar mengajar,

Tekan RED ENTER tunggu beberapa saat maka pada layar akan muncul angka hasil analisa parameter yang diuji dan catat

Kedua belah pihak juga membahas berbagai isu terkait dengan implementasi Agreed Minutes for Further Strengthening Economic and Trade Cooperation ( agreed minutes

Puting beliung adalah angin yang berputar dengan kecepatan lebih dari 63 km/jam yang bergerak secara garis lurus dengan lama kejadian maksimum 5 menit.. Orang

Garuda Indonesia (persero), Tbk merupakan perusahaan yang bergerak di bidang jasa pengangkutan udara dan bidang lainnya yang berhubungan dengan jasa pengangkutan udara,

P : Menurut Bapak/ Ibu jika diantara anak didik tingkat TK dan SD disini ikut ajang pencarian bakat anak Little Miss Indonesia apakah mereka akan terganggu prestasinya?. I :

Mengingat masyarakat saat ini mengenal internet, maka Sistem Informasi Geografi (SIG) akan sangat tepat digunakan sebagai sarana untuk mengolah informasi lokasi ATM

- Akta penerimaan 60 Menit Ditanda Tanganinya akta Penerimaan memori kasasi, dicatat dalam register dan diupload di CTS v.3. Menyerahkan Memori Kasasi kepada