• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERISTIWA TALANGSARI DI WAY JEPARA LAMPUNG TIMUR TAHUN 1989

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERISTIWA TALANGSARI DI WAY JEPARA LAMPUNG TIMUR TAHUN 1989"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PERISTIWA TALANGSARI DI WAY JEPARA LAMPUNG TIMUR TAHUN 1989

Oleh

FARADIA INDRATNI

Peristiwa Talangsari yang terjadi di dusun Cihideung pada tahun 1989 merupkan peristiwa kelam yang pernah terjadi di Lampung. Peristiwa ini berawal dari adanya penolakan yang dilakukan oleh Warsidi ketika dipanggil untuk menghadap pemerintah dalam hal ini kepala desa terkait dengan pengajian yang dilakukannya di dusun Cihideung. Keadaan ini semakin keruh ketika pemerintah setempat mulai menaruh curiga terhadap aktivitas jema’ah dalam pengajian tersebut. Kemudian situasi menjadi tidak menentu yang akhirnya membuat pemerintah merasa perlu melakukan tindakan yang berujung pada terjadinya peperangan antara jema’ah Warsidi dengan aparat (Danrem Garuda Hitam Lampung).

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah yang menjadi faktor penyebab terjadinya Peristiwa Talangsari di Way Jepara Lampung Timur Tahun 1989. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor penyebab Peristiwa Talangsari di Way Jepara Lampung Timur Tahun 1989. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara, teknik kepustakaan dan dokumentasi. Sedangkan teknik analisis data yang digunakan adalah analisis data kualitatif

(2)
(3)
(4)
(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di desa Pampangan pada tanggal 28 juni 1987, merupakan anak kedua dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Mahipalani dan Ibu Tri Komaratih Ama.Pd. Pendidikan formal yang ditempuh penulis yaitu Pendidikan Dasar diselesaikan di SD Negeri I Pampangan pada tahun 1999. Pendidikan Menengah Pertama diselesaikan di SMP Negeri I Gedongtataan pada tahun 2002. Pendidikan Menengah Atas diselesaikan di SMA Kartika III-1 Bandung pada tahun 2005.

(6)
(7)

Kupersembahkan karya tulis ini

Dengan segala ketulusan dan kerendahan hati

Dalam perjuanganku sebagai tanda bakti dan kasihku

Kepada

1. Kedua orang tuaku tersayang yang selalu mendoakan untuk

keberhasilanku. Inilah jawaban atas pertanyaan kalian.

2. Suamiku dan anakku tercinta yang telah membuat hidupku lebih

berarti.

3. Kakak dan adik-adikku (teteh ratna, adi dan fahmi) tersayang yang

yang telah memberikanku semangat.

(8)

MOTO

Wahai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan

(kepada Allah) dengan sabar dan sholat, sesungguhnya Allah

beserta orang-orang yang sabar.

(Al-Baqarah : 153)

Selalu butuh waktu yang sangat panjang dan pelajaran

menyakitkan untuk memahami bahwa kesuksesan diraih

bukan tanpa kegagalan.

(9)

SANWACANA

Assalamualaikum Wr.Wb

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul, Peristiwa Talangsari di Way Jepara Lampung Timur Tahun 1989.

Pada Program Studi Pendidikan Sejarah Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

Penulis menyadari akan keterbatasan dan kemampuan yang dimiliki, sehingga banyak mendapatkan petunjuk dan bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak, maka dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. H. Bujang Rahman, M.Si, Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

2. Bapak

Dr. Abdurrahman, M.Si, pembantu dekan I

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

3. Bapak Drs. Buchori Asyik, M.Si, pembantu dekan II Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

(10)

5. Bapak Drs. Zulkarnain, M.Si, ketua jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

6. Bapak Drs Maskun, M.H, ketua Program Studi Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

7. Bapak Drs. Iskandar Syah, M.H, pembimbing akademik dan pembimbing I, terima kasih atas segala masukan-masukan dan saran serta nasehat yang diberikan kepada penulis.

8. Bapak Drs. Syaiful M, M.Si, pembimbing II, terimakasih atas segala bantuan, bimbingan dan nasehat-nasehat yang diberikan kepada penulis sehingga penulis bisa terus semangat sampai skripsi ini dapat terselesaikan.

9. Bapak Drs. Maskun, M.H, pembahas utama dalam ujian skripsi terima kasih atas masukan dan arahan dalam menyelesaikan skripsi ini.

10. Bapak dan ibu dosen Pendidikan Sejarah Bapak Ali Imron, Bapak Wakidi, Bapak Maskun, Ibu Risma Sinaga, Bapak Syaiful, Bapak Henri, Bapak Basri, Ibu Riri dan Bapak Suparman Arif, terima kasih atas segala ilmu yang telah kalian berikan, semoga ilmu yang telah diberikan kepada penulis selama ini dapat bermanfaat dan menjadi bekal di masa depan.

11. Bapak Rahmat, Kepala Desa Rajabasa Lama Kecamatan Labuhan Ratu Kabupaten Lampung Timur.

12. Bapak Supriadi, Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa Rajabasa Lama Kecamatan Labuhan Ratu Kabupaten Lampung Timur.

(11)

14. Bapak Sukidi, mantan Kepala Dusun dan merupakan sesepuh masyarakat Talangsari III sebagai narasumber utama dalam penelitian ini.

15. Bapak Poniran, Bapak Hakim, Bapak Supar, Bapak Riyanto sebagai masyarakat Talangsari III, terimakasih atas bantuan dan informasi yang diberikan.

16. Teman-teman sejarah angkatan 2007 Ariansyah, Apriliyanti , Desri Juliandri (ketua angkatan), Devi liana, Evi Kusmiana, Endah Prapti Utami, Dwi Afriansyah, Fahmi Fahlevi, Kustono, Iin Muclinda, Nuraini, Riska Fadila, Erni Oktaviyani, Merita, Sugesti, Veki Santari, Rina Mardiana, Nurapriadi, Yanti, Wahyu Raman, Iska Rosaria Indah, Ceri Fitrah, Rahmad Saleh. Terimakasih atas kebersamaan yang indah selama ini.

17. Untuk sahabat-sahabatku tersayang, Nunik Alimah S.Pd, Oktaviyanti Subing S.Pd, Utami Trimulya S.Pd, Anis Marestiana S.Pd, dan Septiana Yanti Lestari sungguh kebersamaan yang kita bangun selama ini telah banyak merubah kehidupanku, kemarahan kalian telah menuntunku menuju kedewasaan, senyum kalian telah membuka cakrawala dunia dan melepaskan belenggu-belenggu ketakutanku, tetes air mata yang mengalir dipipi kalian telah mengajariku arti kepedulian yang sebenarnya, dan gelak tawa kalian telah membuatku bahagia. Sungguh aku bahagia bersama kalian, bahagia memiliki kenangan indah dalam kisah persahabatan kita. You are my everything.

(12)

19. Seluruh rekan-rekan mahasiswa pendidikan Sejarah, kalian adalah saudara seperjuangan semoga keberhasilan dalam mencapai cita-cita akan menyertai kalian.

20. Teman-teman PPL di SMA Budaya Bandar Lampung, Utami, Rina, Pupung, Nina, Yuli, Yenni, Dewi, Happy, Heri, Afrizal, Taufik, terimakasih atas kebersamaan dan bantuan yang selama ini kalian berikan.

21. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu atas terselesainya skripsi ini.

22. Suami dan anakku tercinta yang membuatku lebih bersemangat untuk menggapai keberhasilanku.

Penulis berharap semoga Allah SWT memberikan balasan atas semua kebaikan yang telah diberikan kepada penulis dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat. Wassalamualaikum Wr. Wb.

Bandar Lampung, Mei 2015 Penulis

(13)
(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Gambar

1. Pedoman Wawancara 2. Identitas Responden 3. Daftar Pertanyaan

4. Rekapitulasi Hasil Wawancara 5. Daftar Informan

6. Rencana Judul Penelitian Kaji Tindak/Skripsi 7. Surat izin penelitian

8. Surat Izin Penelitian Pendahuluan

(15)

DAFTAR GAMBAR

1. Peta Provinsi Lampung

2. Peta Kabupaten Lampung Timur 3. Peta Lokasi Kerusuhan

4. Kantor Kecamatan Labuhan Ratu Lampung Timur 5. Kantor Kepala Desa Rajabasa Lama

(16)

PERISTIWA TALANGSARI DI WAY JEPARA LAMPUNG TIMUR TAHUN 1989

Oleh Faradia Indratni

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Sejarah Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(17)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL Halaman

ABSTRAK DAFTAR ISI

DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR GAMBAR

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Analisis Masalah ... 4

1.2.1 Identifikasi Masalah ... 4

1.2.2 Batasan Masalah……... 4

1.2.3 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan, Kegunaan, dan Ruang Lingkup Penelitian ... 5

1.3.1 Tujuan Penelitian ... 5

1.3.2 Kegunaan Penelitian ... 5

1.4 Ruang Lingkup Penelitian ... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA 2.1 Tinjauan Pustaka ... 6

2.1.1 Konsep Peristiwa Talangsari Lampung... 7

2.1.2 Konsep Gerakan Pengacau Keamanan ... 8

2.1.3 Konsep Faktor ... 10

(18)

2.3 Paradigma ... 14

III. METODELOGI PENELITIAN 3.1 Metode yang Digunakan ... 15

3.1.1 Metode Deskriptif ... 16

3.2 Variabel Penelitian... 18

3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 19

3.3.1 Teknik Wawancara ... 19 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 28

2. Warsidi dan Jemaahnya... 32

3. Sekilas Peristiwa Talangsari di Way Jepara Lampung Timur Tahun 1989 ... 38

4. Faktor PenyebabTerjadinya Peristiwa Talangsari di Way Jepara Lampung Timur Tahun 1989 ... 45

B. Pembahasan 1. Faktor Penyebab Terjadinya Peristiwa Talangsari di Way Jepara Lampung Timur Tahun 1989 ... 51

(19)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Peristiwa Talangsari 1989 adalah insiden yang terjadi antara kelompok Warsidi dengan aparat keamanan di Dusun Talangsari III, Desa Rajabasa Lama, Kecamatan Way Jepara, Kabupaten Lampung Timur (sebelumnya masuk Kabupaten Lampung Tengah). Peristiwa ini terjadi pada 7 Februari 1989.

Way Jepara pada saat itu tentu berbeda dengan Way Jepara masa kini. Pada saat itu Way Jepara masih merupakan kawasan hutan yang tak setiap jengkal tanah mampu dijamah orang. Hanya orang-orang pilihan dan tahan ujian yang mampu melakukannya. Sukidi adalah nama seorang tokoh yang telah berada di negeri Sang Bumi Ruwa Jurai, Lampung, meninggalkan Jawa mengikuti jejak para transmigran. Di sini, di Dusun Talangsari III, Kec. Way Jepara Lampung Timur (dulu Lampung Tengah), Sukidi cukup mempunyai harkat, martabat dan derajat. Dia dihormati dan diangkat menjadi tokoh masyarakat.

(20)

2

tanah. Dari kantor desa diperoleh kabar, tanah pilihan Sukidi tersebut, teryata milik Amir Puspa Mega, kepala Desa Rajabasa Lama, penduduk asli yang dikenal memiliki harta peninggalan keluarga. Amir Puspa segera akur dengan Sukidi yang berminat untuk mengolah lahan miliknya. Bersama Sudjarwo dan Ngatidjan, teman seperjuangannya, Sukidi mulai menebang hutan menyiapkan dearah hunian. Dalam sejarah Talangsari, ketiga orang inilah yang yang dianggap sebagai cikal bakal lahirnya sebuah perkampungan yang kelak bernama Dusun Talangsari III.Membabat alas tidaklah mudah. Hanya pekerja keras yang bisa melakuakn pekerjaan ini. Cerita tentang cikal bakal Cihideung, dusun satu pagar dengan Talangsari misalnya, mempunyai pengalaman menarik. Beberapa waktu sebelum Sukidi membabat kebun duren Talangsari, ada sekelompok orang yang juga ingin menjadikan kawasan tersebut sebagai hunian. Tetapi tanpa ada alasan yang jelas, mereka kemudian meninggalkan kawasan itu setelah sempat memberi nama Cihideung.

(21)

3

Talangsari III adalah gabungan dua dusun dari dua kelurahan yang berbeda. Dusun seluas lebih kurang 40 hektar itu mirip pulau kecil. Ia dikelilingi sebuah kali yang bernama sungai beringin melingkari wilayah penghasil coklat terbaik di daerah itu. Untuk mendatangi dusun tersebut dihubungkan oleh lima jembatan yang melintas sungai selebar sekitar dua setengah meter. Jembatan-jembatan itulah yang dahulu dirusak oleh Gerombolan Warsidi, untuk menyiasati agar aparat terhalang datang.Pada mulanya masing-masing punya otoritas dan kewibawaan. Penggabungan itu baru terjadi sekitar 4 bulan sebelum peristiwa Talangsari 7 Februari 1989. Secara administrasi mungkin tidak ada masalah. Tetapi secara sosial, tampaknya ada yang mengganjal, terutama bagi orang-orang tertentu yang kemudian merasa kehilangan hak martabat kewilayahan, setelah harus bergabung satu nama menjadi Talangsari III. ApalagidibawahperintahSukidi yang merekakenalsebagai orang biasa.Sepertinya masalah ini juga menjadi pemicu, mengapa Warsidi tak menghiraukan ketika Sukidi meminta surat-surat administrasi kelengkapan diri.

(22)

4

1.2 Analisis Masalah

1.2.1 Identifikasi Masalah

Berdasarkan pada latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka permasalahan yang dapat di identifikasi adalah sebagai berikut:

1. Latar belakang Peristiwa Talangsari di Way Jepara Lampung Timur Tahun 1989.

2. Faktor Penyebab terjadinya Peristiwa Talangsari di Way Jepara Lampung Timur Tahun 1989.

3. Jalannya Peristiwa Talngsari di Way Jepara Lampung TimurTahun 1989

4. Dampak Peristiwa Talangsari di Way Jepara Lampung Timur Tahun 1989.

1.2.2 Batasan Masalah

Mengingat luasnya permasalahan yang ada, maka penulis membatasi permasalahan sebagai berikut : “Faktor penyebab terjadinya Peristiwa Talangsari di Way Jepara Lampung Timur tahun 1989”.

1.2.3 Rumusan Masalah

(23)

5

1.3 Tujuan, Kegunaan, danRuang Lingkup Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor penyebab terjadinya Peristiwa Talangsari di Way Jepara Lampung Timur tahun 1989.

1.3.2 Kegunaan Penelitian

1. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan dapat dijadikan titik tolak untuk melakukan penelitian serupa dalam ruang lingkup yang lebih luas.

2. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran kepada masyarakat khususnya masyarakat kampus untuk bias memetik nilai moral dari peristiwa yang dipaparkan.

1.4 Ruang Lingkup Penelitian

1. SubyekPenelitian : Peristiwa Talangsari di Wayjepara Lampung Timur tahunTahun 1989 2. ObyekPenelitian : Faktor terjadinya Peristiwa Talangsari

Lampung Timur Tahun 1989 3. TempatPenelitian : Dusun Talangsari, Way Jepara

(24)

6

REFERENSI

Asdiansyah, Juwendra. 1998. Talangsari, 9 Februari 1989

( Menguak Otoritarianisme RezimOrde Baru). Lampung: Teknokra. Halaman 3.

Asdiansyah, Juwendra. 1998. KasusLampung (Lagi-lagi Rakyat Dibohongi).

Lampung: Teknokra.

(25)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka dilakukan untuk dapat memecahkan masalah-masalah yang akan diteliti. Dalam penelitian ini akan diuraikan beberapa konsep yang dapat dijadikan landasan teori bagi penelitian.

Menurut sulchan Yasin (1997:479) Tinjauan adalah lihat, jenguk, periksa, dan teliti. Tinjauan juga dapat berarti hasil meninjau, pandangan, pendapat sesudah menyelidiki atau mempelajari.

(26)

7

2.1.1 Konsep Peristiwa Talangsari Lampung

Secara nyata peristiwa yang terjadi pada 7 Februari 1989 di dusun Talangsari III desa Rajabasa Lama, Kecamatan Way Jepara Lampung Timur bermula dari hubungan sosial yang kurang harmonis antara komunitas Cihideung dengan aparat pemerintah sipil tingkat desa. (Al-Chaedar, 2000:Vii). Sehingga pada akhirnya mengakibatkan konflik dimana setiap pihak yang terlibat didalamnya berusaha untuk melakukan tindakan-tindakan untuk mengadakan perubahan dalam struktur sosial, akhirnya konflik tersebut terjadi secara hebat maka penanganan yang dilakukan pemerintah dengan menggunakan tindakan militer sehingga perubahan yang ditimbulkanyapun menjadi radikal.

Berbeda dengan Riyanto, ia mengemukakan bahwa Peristiwa yang terjadi di Talangsari Lampung pada 7 Februari 1989 adalah tindakan Radikal, anarkis, bahkan subversif, yang memang direncanakan. Selain direncanakan, ia juga merupakan perbuatan yang dilakukan secara bersama-sama berlandaskan penanaman doktrin ideologis yang kemudian disadari keliru. (Riyanto, 2005:36).

(27)

8

Dari beberapa pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa Peristiwa Talangsari di Way Jepara Lampung Tengah (sekarang Lampung Timur) adalah sebuah peristiwa yang bermula dari hubungan sosial yang kurang harmonis antara komunitas di Cihideung dengan aparat desa yang kemudian mengarah kepada tindakan yang radikal dan subversif.

2.1.2 Konsep Gerakan Pengacau Keamanan

Gerakan Pengacau Keamanan adalah sebuah istilah yang digunakan di Indonesiauntuk merujuk kepada kelompok-kelompok atau organisasi-organisasi yang dianggap oleh Pemerintah Indonesia mengganggu keamananatau stabilitas di Indonesia.

(http://id.wikipedia.org/wiki/Gerakan_Pengacau_Keamanan).

Sedangkan menurut Aep Saefullah Fatah Gerakan Pengacau Keamanan adalah penamaan formal yang diberikan olehaparat Negara Orde Baru untuk kelompok-kelompok yang berseberangan dengan negara. Penggunaan istilah GPK mulai popular semenjak akhir tahun1980an.(http://www.library.ohiou.edu/indopubs/1996/01/29/0006. html).

(28)

9

mencitrakan parapartisipan konflik sebagai komunitas kecil yang mengganggu dan tidak loyal terhadap Negara.

Gerakan Pengacau Keamanan ini sesungguhnya bukan sebuah gerakan yang muncul begitu saja tetapi memiliki latarbelakang yang sekaligus menjadi factor pendorong munculnya sebuah gerakan yang mengarah kepada radikalisme.

Menurut Ketua Pengurus Besar Nahdatul Ulama (PBNU), Ahmad Bagja, radikalisme muncul karena ketidakadilan yang terjadi di dalam masyarakat. Kondisi tersebut bias saja disebabkan oleh Negara maupun kelompok lain yang berbeda paham, juga keyakinan. Pihak yang merasa diperlakukans ecara tidak adil, lalu melakukan perlawanan. Radikalisme tak jarang menjadi pilihan bagi sebagian kalangan umat Islam untuk merespon sebuah keadaan. Bagi mereka, radikalisme merupakan sebuah pilihan untuk menyelesaikan masalah.

(http://wahid-hambali.blogspot.com/2013/04/radikalisme makalah.html, di-akses 07/09/2015 pada pukul 12.20 WIB).

Pendapat lain menyebutkan bahwa ada beberapa faktor yang menyebabkan munculnya gerakan radikalisme seperti yang dikutip dari tulisan Nasiruddin sebagai berikut :

faktor yang menyebabkan tumbuhnya radikalisme, diantaranya adalah ketidakpastian politik, masalah ekonomi dan keuangan, kurangnya pendidikan, keterpurukan sosial, pemerintahan yang buruk dan lemah dan ditambah adanya ideologi sebagai pemicu. Secara internasional, faktor ketidakseimbangan antara kekuasaan dan kekayaan di Barat dan negara lain juga menjadi pemicu. Akar radikalisme memang bisa dilihat dari faktor kebijakan negara atau masalah internasional. Keberadaan pemerintahan yang tidak adil dan diskriminasi bisa menimbulkan terorisme seperti yang terjadi di Filipina Selatan, Thailand Selatan, atau di Aceh dimana saat Orde Baru mereka merasa ada diskirminasi. Hal ini juga dilakukan oleh kelompok sekuler maupun komunis, seperti Macam Tamil. Ada juga yang berdasarkan ideologi agama seperti Al Qaidah atau Jamaah

(29)

10

Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa yang menjadi factor penyebab munculnya sebuah GPK (Gerakan Pengacau Keamanan yang melahirkan sikap radikalisme adalah adanya ketidak adilan dalam masyarakat, ketidak pastian politik, pemerintahan yang buruk dan lemah, ditambah adanya ideologi yang menjadi pemicu. Akar sebuah gerakan yang radikal biasanya muncul karena masalah kebijakan negara.

2.1.3 KonsepFaktor

Faktor dalam bahasa inggris adalah factor. “factor adalah pelaksana, pembuat, pencipta, factum, tindakan pekerjaan, prestasi, perbuatan pengamatan peristiwa, kenyataan. Suatu kondisi penyebab atau antiseden yang menimbulkan suatu gejala”. (Komaruddin dan Yooke Tjuparmah, 2000:15-16). Sedangkan pendapat lain menjelaskan “Faktor adalah unsur atau elemen dasar yang mempengaruhi suatu hal atau

peristiwa”.(http://id.wikipedia.orang/wiki/faktor).

(30)

11

Sedangkan menurut Hugiono dan Poerwantana pengertian factor adalah sesuatu hal, keadaan, peristiwa dan sebagainya yang menyebabkan atau mempengaruhi sesuatu. (HugionodanPoerwantana, 1987:109)

Dari berbagai pendapat diatas, maka yang dimaksud dengan factor ialah suatu hal yang mempengaruhi terjadinya sebuah peristiwa. Di dalam setiap peristiwa pasti terdapat faktor-faktor yang menyebabkan atau mempengaruhi peristiwa tersebut sehingga terjadi..

Selo Soemarjan menyebutkan ada beberapa faktor yang mendorong terjadinya sebuah peristiwa yaitu:

1. SARA (suku, agama, ras, antargolongan) 2. Keadilan/kemanusiaan

3. Situasipolitik

4. Protespada Negara ( SeloSoemarjan, 1999:19).

Secara umum pelaku kerusuhan di Indonesia adalah kelompok tertentu dalam masyarakat, para anggotanya menurut suku, agama, ras dan atau afiliasi organisasi kemasyarakatan (SeloSoemardjan, 1999:4)

Pada pendapat lain, Sumitro menyatakan ada dua jenis konflik yang berpotensi menimbulkan peristiwa kerusuhan atau pergolakan yaitu :

(31)

12

sosialnya sehingga menyebabkan masing-masing sub-sistem merasa benar, kuat, kompak, kurang/tidak menghormati dan tidak menghargai serta tidak percaya pada sub-sistem yang lain (Sumitro, 2000: 6).

Sedangkan Yayah Khisbiyah (dalamArifindkk) menyebutkan bahwa peristiwa kerusuhan dapat terjadi karena rasa frustasi sosial yang dialami oleh sekelompok masyarakat, misalnyamasyarakat yang berada dalam tekanan politik sekian lama, sehingga timbul suatu tindakan anarkis. Rasa frustasi social itu sendiri disebabkan oleh 2 faktor. Pertama, memori atau kenangan sejarah bersama yang traumatis. Kedua, kompetisi yang tidak seimbang atas sumber daya yang terbatas (Yayah Khisbiyah dalamArifindkk, 2000: 6).

(32)

13

2.2 Kerangka Pikir

Peristiwa Talangsari Lampung 1989 adalah peristiwa yang terjadi antara kelompok Warsidi dengan aparat keamanan di dusun Talangsari III, Desa Rajabasa Lama, Kecamatan Way Jepara, Kabupaten Lampung Timur (sebelumnya masuk Kabupaten Lampung Tengah). Kasus ini berawal dari kedatangan Warsidi ke dusun Cihideung Talangsari Lampung pada akhir tahun 1988. Disana ia membangun pondok-pondok untuk pengajian. Pengajian yang berada di Cihideung merupakan pusat kegiatan dan Warsidi adalah pemimpin tertinggi mereka. Jeamaah Warsidi setiap hari selalu sibuk dengan aktivitas keagamaan, seperti pondok pengajian pada umumnya. Disana mereka belajar mengaji dan mengkaji ilmu agama. Kesibukan beribadah membuat pergaulan mereka dengan masyarakat sekitar menjadi terbatas dan membuat hubungan Jemaah Warsidi dengan pemerintah desa kurang harmonis. Selain itu masyarakat menilai Warsidi dan kelompoknya sangat eksklusif.

(33)

14

2.3Paradigma

: Garissebab : GarisAkibat

Talangsari Lampung

PeristiwaTalangsari di Way Jepara Lampung TimurTahun 1989

Faktor-faktorpenyebabterjadinyaPeristiwaTa langsari di Way Jepara Lampung TimurTahun 1989

(34)

15

REFERENSI

Chaedar-Al. 2000. Lampung Bersimbah Darah:Menelusuri Kejahatan

“Negara Intelejen” Orde Baru dalam Peristiwa Jemaah Warsidi.

Madani Press. Jakarta: hal 182

Riyanto. 2005. Tragedi Lampung Peperangan yang Direncanakan. Gunung Agung: Jakarta. Hal 36

Soemarjan, Selo. 1999. Kisah Perjuangan Reformasi. Pustaka Sinar Harapan: Jakarta. Hal 7

Ibid . Hal 14

Ibid . Hal 19

Syukur, Abdul. 2000. Gerakan Usroh di Indonesia: Peristiwa Lampung 1989. Hugiono dan Poerwanta. 1987. Kamus Umum Bahasa Indonesia. PN Balai

Pustaka : Jakarta. Hal109

http://id.Wikipedia.org/wiki/Gerakan_Pengacau _Keamanan http://library.ohiou.edu/indopubs/1996/01/29/0006.html

http://Wahid Hambali.blogspot.com/2013/04/radikalisme-makalah.html, di-akses 07/09/2015 pukul 12.20 WIB

http://tulisan-Nasiruddin-mm.blogspot.com/2011/12/faktor-pendukung terbentuknya.html. di-akses 07/09/2015 pukul 12.36 WIB http://id.wikipedia.orang/wiki/faktor

(35)

III. METODE PENELITIAN

3.1 Metode yang Digunakan

Di dalam penelitian (riset) biasanya digunakan berbagai macam metode yang disesuaikan dengan tujuan penelitian. Metode ini diperlukan untuk memecahkan suatu masalah, dimana metode mempengaruhi keberhasilan akan suatu penelitian. Demikian pula halnya dalam penelitian ini, tidak terlepas dari metodologi yang digunakan.

Pengertian metodologi menurut Husin Sayuti adalah : pengetahuan tentang berbagai macam cara kerja yang sesuai dengan obyek studi ilmu-ilmu yang bersangkutan. (Husin Sayuti, 1989;32).

Metode merupakan cara utama yang dapat dipergunakan untuk mencapai suatu tujuan misalnya untuk menguji hipotesis dengan menggunakan teknik serta alat tertentu. (Winarno Surakhmad, 1975;121).

(36)

16

Berdasarkan beberapa pendapat yang sudah disampaikan oleh beberapa ahli tersebut diatas, maka dapat dijelaskan bahwa pengertian metodologi adalah prosedur yang ditempuh oleh peneliti untuk bisa mengetahui, memaparkan dan menjelaskan sebuah permasalahannya berdasarkan pada metode ilmiah guna mencapai kebenaran dari tujuan yang diharapkan.

Berdasarkan permasalahan yang penulis rumuskan maka untuk memperoleh data yang diperlukan sehingga data relevansinya dengan tujuan yang akan dicapai maka pada penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif. ada.

3.1.1. Metode Deskriptif

Metode deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan apa-apa yang saat ini berlaku.Didalamnya terdapat upaya mendeskripsikan, mencatat, analisis, dan menginterpretasikan kondisi-kondisi yang saat ini terjadi atau ada. Dengan kata lain penelitian deskriptif bertujuan untuk memperoleh informasi-informasi mengenai keadaan saat ini dan melihat kaitan antara variable-variabel yang ada. Penelitian ini tidak menguji hipotesa atau tidak menggunakan hipotesa, melainkan hanya mendeskripsikan informasi apa adanya sesuai dengan variable-variabel yang diteliti.

(37)

17

sejumlah variable yang berkenaan dengan masalah dan unit yang diteliti. (Sanafiah Faisal, 2003:20).

Sedangkan metode deskriptif menurut Hadari Nawawi adalah bertujuan untuk menggambarkan atau melukiskan keadaan obyek atau subyek penelitian (seorang, lembaga, masyarakat, dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. (Hadari Nawawi, 2003:63).

Berdasarkan dari pendapat diatas, metode deskriptif adalah penelitian yang terbatas pada usaha untuk mengungkapkan suatu masalah atau keadaan atau peristiwa sebagaimana adanya sehingga bersifat sekedar untuk mengungkapkan fakta dengan memberikan gambaran secara obyektif tentang keadaan sebenarnya dari obyek yang diselidiki.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa cirri-ciri pokok metode deskriptif adalah :

1. Merumuskan perhatian pada masalah-masalah yang ada pada saat penelitian dilakukan(saat sekarang) atau masalah-masalah yang bersifat actual.

(38)

18

3.2 Variabel penelitian

Variabel adalah tujuan yang akan menjadi bahan pengamatan suatu penelitian, dimana variable akan menjadi suatu permasalahan yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Karena variable yang akan dijadikan penelitian tersebut harus dimulai dari arah mana dan diakhiri dengan arah yang sesuai dengan tujuan dari adanya suatu tumpang tindih dalam melakukan penelitian.

Menurut Suharsimi Arikunto, variabel adalah objek suatu penelitian atau dengan kata lain apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. (Suharsimi Arikunto, 1986;91). Sedangkan menurut Winardi, Variabel adalah : jumlah atau karakteristik tertentu yang dapat memiliki macam-macam nilai berangka atau kategori-kategori. (Winardi, 1982;189).

Variable adalah gejala-gejala yang menunjukkan variasi baik dalam jenisnya maupun dalam tingkatannya. (Sutrisno Hadi, 1974;260).

Berbeda dengan pendapat diatas menurut Syryadi Suryabrata variable dapat diartikan segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan penelitian. Variable juga dinyatakan sebagai factor-faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala yang akan diteliti. (Suryadi Suryabrata,2000:72)

Dari beberapa pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa variable adalah obyek pengamatan yang menjadi perhatian dalam suatu penelitian. Dalam penelitian ini variable yang digunakan adalah variabel tunggal yaitu

(39)

19

3.3Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang relevan dengan masalah yang akan diteliti, maka teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

3.3.1 Teknik Wawancara

Wawancara adalah suatu teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti untuk mendapatkan keterangan-keterangan lisan melalui bercakap-cakap dan berhadapan muka dengan orang yang dapat memberikan keterangan pada si peneliti.

Menurut Suharsimi Arikunto Wawancara adalah : sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara. (Suharsimi Arikunto, 1991;126).

Sedangkan Sutrisno Hadi berpendapat wawancara adalah metode pengumpulan data dengan jalan Tanya jawab sepihak yang dikerjakan dengan sistematik, dengan berdasarkan kepada tujuan penyelidikan. Pada umumnya dua orang atau lebih hadir secara fisik dalam proses Tanya jawab itu, dan masing-masing pihak dapat menggunakan saluran-saluran komunikasi secara wajar dan lancar. (Sutrisno Hadi, 1986;193).

(40)

20

Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa teknik wawancara adalah kegiatan Tanya jawab yang dilakukan oleh pihak penanya kepada pihak yang ditanya untuk mendapatkan jawaban atas permasalahan dalam suatu penelitian sehingga peneliti mendapatkan jawaban berupa data-data yang relevan untuk keperluan penelitian.

Adapun dalam penelitian ini, peneliti melakukan wawancara terbuka kepada 6 orang yang mengetahui dan sekaligus merasakan langsung pada saat berlangsungnya Peristiwa Talangsari di Way Jepara Lampung Timur Tahun 1989, diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Bapak Sukidi sebagai Mantan Kepala Dusun Talangsari III pada saat

terjadinya peristiwa Talangsari

2. Bapak Kasimin sebagai Kepala Dusun Talangsari III 3. Bapak Supriadi sebagai Ketua LPM desa Rajabasa Lama 4. Bapak Hakim sebagai RT dusun Talangsari III

5. Bapak Supar sebagai saksi peristiwa Talangsari 6. Bapak Riyanto sebagai saksi peristiwa Talangsari

3.3.2 Teknik Observasi

(41)

21

dalam penelitian ini sehingga data yang diperoleh sesuai dengan permasalahan yang dihadapi.

Pengertian Observasi menurut Sutrisno Hadi adalah : pengamatan dan pencatatan yang sistematik, fenomena-fenomena yang diselidiki. Dalam arti yang luas Observasi sebenarnya tidak hanya terbatas kepada pengamatan yang dilakukan, baik secara langsung maupun tidak langsung. (Sutrisno Hadi, 1991;136).

Sedangkan menurut Suwardi Endraswara observasi adalah suatu penelitian secara sistematis dengan menggunakan kemampuan indera manusia, pengamatan ini dilakukan pada saat terjadi aktivitas budaya dengan wawancara mendalam. Observasi yang dugunakan peneliti adalah melihat secara langsung mengenai objek yang akan diteliti. Dari beberapa pendapat diatas, maka dapat dijelaskan bahwa pengertian observasi adalah : pengamatan langsung terhadap obyek yang akan diteliti.

3.3.3 Informan

(42)

22

berhasil tidaknya sebuah penelitian berdasarkan informasi yang diberikan. (Imam Suprayoga, 2001).

Informan adalah orang dalam latar penelitian, yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi penelitian. Seorang informan harus mempunyai pengalaman latar penelitian.Syarat-syarat seorang informan adalah jujur, taat pada janji, patuh pada peraturan, suka berbicara, tidak termasuk pada kelompok yang bertentangan dengan latar belakang penelitian, dan mempunyai pandangan tertentu tentang suatu hal atau peristiwa yang terjadi (Moleong, 1998:90).

Ada beberapa kriteria yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan informasi yaitu :

1. Subjek telah lama dan intensif dengan kegiatan dan aktivitas yang menjadi satu sasaran.

2. Subjek masih terikat secara penuh dan aktif pada lingkungan atau kegiatan yang menjadi sasaran penelitian.

3. Subjek mempunyai banyak informasi dan banyak waktu dalam memberikan keterangan (Strady dan Faisal 1990:57).

Informan dalam penelitian ini dipilih secara Sistematis sampling

(mengambil orang-orang yang telah dipilih berdasarkan urutan dari anggota populasi yang telah diberi nomor urut (Yatim Riyanto, 2010:79).

Adapun kriteria informan yang dipilih dalam penelitian ini antara lain : 1. Tokoh atau orang yang mengetahui secara jelas dan merasakan

(43)

23

2. Pejabat desa setempat pada saat terjadinya peristiwa Talangsari Lampung tahun 1989.

3. Orang yang mengetahui terjadinya Peristiwa Talangsari Lampung tahun 1989 yang berasal dari luar desa.

4. Orang yang memiliki kesediaan waktu yang cukup dan mampu berkomunikasi dengan baik tentang Peristiwa Talangsari Lampung tahun 1989.

Namun dalam penelitian ini terdapat keterbatasan dalam hal penentuan informan atau orang sebagai sumber data. Hal ini dikerenakan banyak orang-orang yang pernah terlibat secra langsung dalam Peristiwa Talangsari sudah berpindah tempat dan sukar untuk ditemui serta sebagian sudah meninggal dunia.

3.3.4 Teknik kepustakaan

Teknik kepustakaan adalah : sumber bacaan yang digunakan langsung oleh peneliti yang disusun berdasarkan abjad nama (bagi orang barat adalah nama keluarganya) penulis sumber-sumber pustaka.(Rus Effendi, 1994;228).

Menurut Koentjaraningrat teknik kepustakaan adalah:

(44)

24

naskah, catatan-catatan, dokumen dan sebagainya yang relevan dengan penelitian. (Koentjaraningrat, 1983;81).

Berdasarkan beberapa pendapat diatas, teknik kepustakaan adalah teknik atau cara pengumpulan data dan informasi dengan bantuan dari buku-buku, kisah sejarah, dan lain-lain yang relevan dengan masalah penelitian, baik berupa teori-teori, konsep-konseo, dan generalisasi yang telah dikemukakan oleh para ahli dengan jalan mempelajari dan menganalisa literatur-literatur yang ada pada sumber kepustakaan. Adapun manfaat dari menggunakan teknik kepustakaan menurut Nasution (2002 : 183-184) adalah :

1. Untuk mengetahui apakah topic penelitian kita telah diteliti oleh orang lain sebelumnya, sehinggga penelitian kita bukan hasil diskusi.

2. Untuk mengetahui hasil penelitian orang lain yang ada kaitannya dengan penelitian kita, sehingga kita dapat memenfaatkannya sebagai bahan referensi tambhan.

3. Untuk memperoleh data yang mempertajam orientasi dan dasar teoritis tentang masalah dalam penelitian kita.

(45)

25

3.3.5 Teknik Dokumentasi

Teknik dokumentasi adalah cara mengumpulkan data melalui peninggalan tertulis berupa arsip-arsip dan juga buku-buku tentang pendapat, teori, dalil, atau hukum-hukum lain yang berhubungan dengan masalah penelitian.(Hadari Nawawi, 2005:69).

Dalam hal ini peneliti tidak terbatas pada literatur-literatur ilmiah. Tetapi merajuk pada sumber lain seperti majalah, Koran, internet dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti yaitu tentang Peristiwa Talangsari di Way Jepara Lampung Timur Tahun 1989.

3.4 Teknik Analisis Data

Analisis data dalam sebuah penelitian adalah suatu hal yang sangat penting, karena data yang diperoleh akan mempunyai arti apabila data tersebut diperlukan kecermatan dalam memilih teknik analisis.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data deskriptif kualitatif.Analisa data kualitatif merupakan bentuk penelitian yang bersifat atau memiliki karakteristik bahwa data dinyatakan dalam keadaan yang sewajarnya atau sebagaimana adanya. (Hadari Nawawi, 1995:211).

(46)

26

yang sebenarnya, mempergunakan cara kerja yang sistematik, terarah dan dapat dipertanggungjawabkan sehingga tidak kehilangan nila ilmiahnya. Teknik analisis data kualitatif yang lebih mewujudkan kata-kata dari pada dereta angka-angka senantiasa menjadi bahan utama bagi ilmu-ilmu social seperti Antropologi, Sejarah, dan Ilmu Politik.Data kualitatif merupakan sumber deskripsi yang luas berlandasan kokoh serta memuat tentang penjelasan tentang proses-proses yang terjadi dalam lingkup setempat.

Langkah-langkah dalam menganalisis data pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pengumpulan Data

Pengumpulan data digunakan untuk mempermudah penelitian apakah data yang dibutuhkan sudah memadai atau belum atau data tersebut bergunaatau sebaliknya.

2. Klasifikasi Data

Pengolahan data atas dasar pada kategori tertentu yang dibuat dalam penelitian.

3. Pengolahan Data

(47)

27

4. Penyimpanan Data

Penyimpanan data dimaksud untuk mencari pengertian, pengolahan data, sehingga terbentuk sebagai penemuan ilmiah.

5. Tahap Penyimpulan

(48)

28

REFERENSI

Arikunto, Suharsimi. 1989. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Rineka Cipta : Jakarta. Hal 91.

Ali, Muhammad. 1985. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia : Jakarta. Hal 15.

Endaswa, Suwardi. 2006. Metode, Teori, Teknik Penelitian Kebudayaan : Ideologi, Episternologi dan Aplikasi. Pustaka Widyatama : Yogyakarta. Hal 133

Koentjaraningrat. 1983. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Gramedia: Jakarta. Hal 81.

Moleong, 1998. Metode Penelitian Kualitatif. PT. Remaja Rodaskarya: Bandung. Hal 90.

Nawawi, Hadari. 1995. Instrumen Penelitian Bidang sosial. Gajah Mada University Press : Hal 69.

Nazir, Moh. 1985. Metode Penelitian. Grafindo Persada: Jakarta. Hal 162. Notosusanto, Nugroho. 1984. Masalah Penelitian Sejarah Kontemporer Suatu

Pengalaman. Intidaya Press: Jakarta. Hal 10-11.

Sayuti, Husin. 1989. Pengantar Metodelogi Riset. Fajar Agung: Jakarta. Hal 32 Subagyo, Joko. 1997. Metode Penelitian. Gramedia: Jakarta. Hal 1.

Suryabrata, Suryadi. 2000. Metodelogi Penelitian. Grafindo Persada: Jakarta. Hal 72.

(49)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan data dan hasil penelitian sesuai dengan data informan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa ada 2 faktor yang berpengaruh secara besar mengenai penyebab terjadinya Peristiwa Talangsari di Way Jepara Lampung Timur Tahun 1989 yaitu : faktor SARA (Suku, Agama, Ras, antar golongan) dan Situasi Politik. 1. SARA (Suku, Agama, Ras, antar golongan) merupakan faktor penyebab terjadinya Peristiwa Talangsari di Way Jepara Lampung Timur tahun 1989. Perbedaan pemahaman mengenai ajaran islam telah melahirkan sikap antipati terhadap sebuah kelompok pengajian yang di pimpin oleh Warsidi. Sikap eksklusiv Warsidi dan Jemaahnya yang enggan bergaul dengan masyarakat telah membuat hubungan anatar keduanya menjadi tidak harmonis. Hal ini ditandai dengan beberapa hal yaitu, jemaah Warsidi menolak untuk sholat berjamaah diluar kelompoknya, menolak undangan kenduri penduduk,serta mengambil tanaman milik wargapun menurut mereka adalah hal yang biasa.

(50)

56

islam yang berusaha menerapkan asas tunggal pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu pemerintah Orde Baru telah gagal menyejahterakan rakyat. Sehingga Warsidi kerap memberikan ceramah-ceramah yang terkesan keras dan lain pada masa itu serta sering mengkritik pemerintah.

5.2 Saran

Sehubungan dengan penelitian yang telah penulis lakukan, maka terdapat beberapa saran yang akan peneliti sampaikan diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Bagi umum Peristiwa Talangsari di Way Jepara Lampung Timur Tahun 1989 mempunyai nilai penting dalam sejarah. Karena kerusuhan ini bersifat local jangan sampai peristiwa semacam ini terulang kembali dimasa yang akan datang.

2. Bagi masyarakat perbedaan adalah hal yang Wajar didalam suatu masyarakat. Oleh karena itu kita harus berbesar hati menerima perbedaan tersebut. Jangna sampai perbedaan tersebut menimbulkan kerusuhan dan merugikan banyak pihak. Agar terciptanya situasi dan kondisi yang aman dan kondusif.

(51)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Taufik. 1985.Analisa Kekuatan politik di Indonesia. LP3ES. Jakarta Asdiansyah, Juwendra. 1998.Talangsari, 9 Februari 1989

( MenguakOtoritarianismeRezimOrdeBaru).Teknokra: Lampung. Asdiansyah, Juwendra. 1998.KasusLampung (Lagi-lagi Rakyat Dibohongi).

Teknokra: Lampung.

Atmasasmita, Romli. 2003.Hubungan Negara danMayarakatDalamKonteks PerlindunganHakAsasiManusia. Seminar dan Lokakarya Pembangunan Nasional VIII.

Chaedar-Al. 2000.Lampung Bersimbah Darah:Menelusuri Kejahatan

“Negara Intelejen” Orde Baru dalam Peristiwa Jemaah Warsidi.

Madani Press. Jakarta.

C.S.T. Kansil. 2005.SistemPemerintahan Indonesia. Aksara Baru: Jakarta Fadilasari. 2007.Talangsari1989 ( KesaksianKorbanPelanggaran HAM

Peristiwa Lampung).LSPP.

Henk dkk. 2008.Perspektif Baru Penulisan Sejarah Indonesia. Pustaka Larasan: Jakarta

Hugiono dan Poerwanta. 1987. Kamus Umum Bahasa Indonesia. PN Balai Pustaka : Jakarta.

Husin, Sayuti. 1989.PengantarMetodelogiRiset.Jakarta: Fajar Agung: Jakarta. Koentjaraningrat. 1986.Metode-MetodePenelitianMasyarakat.

(52)

Kontras . 2011.Keadilan Transisi Setelah Jatuhnya Soeharto. Jakarta. Mardalis. 2006.Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal.

Bumi Aksara Jakarta .

Nasikum.2006.SistemSosial Indonesia. PT. Raja GrafindoPersada : Jakarta. Nawawi.Hadari.1995.InstrumenPenelitianBidangSosial. Gajah Mada Universyti

Press: Yogyakarta.

Riyanto.2005.Tragedi Lampung Peperangan Yang Direncanakan.

Gunung Agung: Jakarta.

Sayuti, Husin. 1989.Pengantar Metodelogi Riset. Fajar Agung: Jakarta. Subagyo, Joko. 1997.Metode Penelitian. Gramedia: Jakarta.

Suryabrata, Suryadi. 2000.Metodelogi Penelitian. Grafindo Persada: Jakarta.

Soemarjan, Selo. 1999.Kisah Perjuangan Reformasi. Pustaka Sinar Harapan: Jakarta. Hal 7

Syukur, Abdul. 2000.Gerakan Usroh

Wasis, Widjiono. 2001.GegerTalangsari. Balai Pustaka: Jakarta. Winarno, Surahmad. 1975.Dasar-dasardanTeknik Research Pengantar

Metodelogi Ilmiah. Tarsito: Bandung

W.J.S. Poerwadarminta. 1982.KamusUmumBahasa Indonesia. PN BalaiPustaka: Jakarta.

Wawancara dengan Bapak Sukidi, 14 Januari 2015 Wawancara dengan Bapak Poniran, 14 Januari 2015

Wawancara dengan Bapak Supriadi, 14 dan 17 Januari 2015 Wawancara dengan Bapak Kasimin, 15 Januari 2015

(53)

Internet

http://id.wikipedia.org/wiki/Gerakan_Pengacau_Keamanan. http://www.library.ohiu.edu/indopubs/1996/01/29/0006.html. http://id.wikipedia.orang/wiki/faktor

http://endahmastuti-fpsi.web.unair.ac.id/artikel_detail-41035-psikometri analisa%20faktor.html.

http://Wahid Hambali.blogspot.com/2013/04/radikalisme-makalah.html, di-akses 07/09/2015 pukul 12.20 WIB

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil analisis sidik ragam (Lampiran 5), diketahui perbedaan jumlah penambahan tepung kedelai memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap

Kegiatan Praktek Kerja Nyata (PKN) meliputi : (1) Membantu tugas administrasi yang ada dikantor, (2) Mempelajari materi dan undang-undang yang terkait dengan pajak

Bagi subjek yang berprofesi sebagai perias pengantin, mengingat hasil penelitian untuk sikap profesional termasuk kategori sedang, maka saran yang dapat diberikan

Penulisan volume obat minum dan berat sediaan topikal dalam tube dari sediaan jadi/paten yang tersedia beberapa kemasan, maka harus ditulis, misal:.

dalam melaksanakan putusan Pengadilan Tata Usaha Negara tersebut diperlukan terobosan hukum, persepsi, pola pikir dan mengubah perilaku yang dilakukan dengan

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah sampel tanah terganggu yang diambil di lahan perkebunan karet dengan tanaman sela meranti, damar, gaharu dan

Sebagai pembanding antara penerjemahan a dan b misalnya, (bunga mawar yang cantik segar dan bauya harumnya sebagai lambang keindhan vs bunga mawar adalah bunga