ABSTRAK
HUBUNGAN ANTARA KECEPATAN LARI 30 METER DAN DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI DENGAN HASIL LOMPAT
JAUH PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 LEMONG PESISIR BARAT
Oleh Meki Vahlevi
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kecepatan lari 30 meter dan daya ledak otot tungkai dengan hasil lompat jauh pada siswa kelas VIII SMP Negeri 2 lemong Pesisir Barat Dan diharapkan bermanfaat bagi peneliti dan guru olahraga sebagai bahan latihan meningkatkan hasil lompat jauh, hendaknya memperhatikan unsur kecepatan lari, dan daya ledak otot tungkai, khususnya pada olahraga cabang lompat jauh.
Metodelogi penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif korelasional. Populasi yang digunakan adalah atlet atau siswa sekolah SMP Negeri 2 lemong Pesisir Barat yang berjumlah 51. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah one shoot model atau satu kali pengambilan data dan teknik analilis data menggunakan korelasi product moment.
Hasil penelitian didapat bahwa kecepatan lari 30 meter,dan daya ledak otot tungakai memiliki hubungan yang signifikan, Hasil penelitian menunjukan koefisien korelasi antara kecepatan lari 30 meter dengan hasil lompat memiliki korelasi sebesar 6,7% dan koefisien korelasi daya ledak otot tungkai dengan hasil lompat memiliki korelasi sebesar 14,3% Dari ke dua variabel tersebut kontribusi antara kecepatan lari 30 meter (x1) dan daya ledak otot tungkai (x2) dengan hasil lompat (Y) adalah sebesar 20,58% dan sisanya 79,42 % ditentukan faktor lain. Dari penelitian ini dapat di simpulkan bahwa variable daya ledak otot tungkai memiliki sumbangan yang lebih besar dibandingkan dengan variabel kecepatan lari 30 meter dengan hasil lompat jauh pada siswa kelas VII SMP Negeri 2 Lemong Pesisir Barat.
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama lengkap Meki Vahlevi lahirk di Lemong Kecamatan Lemong Kabupaten Pesisir Barat, Provinsi Lampung, pada tanggal 01 Januari 1992. Anak ke dua dari lima bersaudara pasangan Bapak Sopan Zohran dan Ibu Masna Duaya.
Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah Sekolah Dasar di SDN 1 Rata Agung tamat tahun 2004, kemudian menempuh pendidikan Menengah Pertama di SMPN 2 Lemong Pesisir Barat tamat pada tahun 2007 dan melanjutkan Sekolah Menengah Atas di MAN 1 Krui Pesisir Barat tamat tahun 2010.
Pada tahun 2010 penulis menjadi mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung pada Program Studi Pendidikan Jasmani dan Kesehatan yang ditempuh melalui jalur PKAB. Penulis pernah aktif di Himpunan Mahasiswa Jurusan Ilmu Pendidikan (Himajip) periode 2010-2011.
PERSEMBAHAN
Karya tulis sederhana ini kupersembahkan kepada:
Bapakku tersayang Sopan Zohran dan Ibuku terkasih Masna Duaya, yang disetiap waktu selalu mendukung dan mendoakanku dalam keadaan apapun.
Kakaku Veni novia novenda dan adik- adiku Arisal pama duitri, Yosi ega putri, dan Faisal akbar yang kusayangi.
Yang tercinta yang selalu mendampingiku dan mendukungku sampai saat ini Hesty Ulandari, Amd. Keb
Almamater-ku FKIP Unila,
MOTO
Keberhasilan adalah kemampuan untuk melewati dan mengatasi dari satu kegagalan ke kegagalan berikutnya tanpa kehilangan semangat.
( Penulis)
Jangan Bangga Akan Keberhasilan Jangan Malu Karena Kegagalan Bersyukurlah Untuk Keduanya
(Penulis)
Hari Mu adalah Hari ini.
Anggaplah sekan-akan kita dilahirkan hari ini dan akan mati hari ini juga. Maka, Tanamlah kebaikan sebanyak-banyaknya pada hari ini.
Persembahkanlah sesuatu yang paling indah untuk hari ini. Dan Nikmatilah hari ini dengan segala kesenangan dan kebahagian.
( Lã Tahzan )
Tuntutlah Ilmu, tetapi tidak melupakan Ibadah, dan kerjakanlah ibadah tetapi tidak melupakan ilmu
SANWACANA
Asalamualaikum. Wr. Wb
Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, hingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat dan Salam semoga selalu tercurah kepada baginda Rasulullah SAW yang mulia.
Skripsi dengan judul ”Hubungan antara kecepatan lari 30 meter dan daya ledak otot tungkai dengan hasil lompat jauh pada siswa kelas SMP Negeri 2 Pesisr
Barat”adalah dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk pencapaian gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Lampung.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si selaku Dekan FKIP Universitas Lampung 2. Bapak Drs. Hi. Baharrudin Risyak, M.Pd selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan
3. Bapak Drs. Sudirman Husin, M.Pd. selaku Pembimbing pertama sekaligus Pembimbing Akademik yang telah memberikan bimbingan, pengarahan dan motivasi serta kepercayaan kepada penulis
4. Bapak Heru Sulistianta, S.Pd. M.Or selaku Pembimbing kedua yang juga telah memberikan bimbingan dan pengarahan serta kepercayaan kepada penulis
5. Bapak Drs. Wiyono, M.Pd. selaku penguji utama.
8. Segenap dosen dan karyawan FKIP Universitas Lampung yang telah memberikan kelancaran dalam urusan administrasi.
9. Kepala SMP Negeri 2Pesisir Barat yang telah memberikan izin untuk melaksanakan penelitian pada siswa kelas VIII tahun pelajaran 2014/2015.
10. Bapak Edwin selaku guru Penjaskes di SMPNegeri 2 Pesisr Barat yang telah memberikan bantuan dan masukan selama penulis melakukan penelitian.
11. Siswa-siswi kelas VIII SMP Negeri 2Pesisr Barat tahun pelajaran 2014/2015, terimakasih atas waktu dan kerjasamanya.
12. Teman-teman seperjuangan angkatan 2010, ayo sukseskan program S1 secepatnya. Semangat.
13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu penyelesaian tugas akhir ini.
Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan
bermanfaat bagi kita semua. Amiin. Wasalamualaikum Wr. Wb.
Bandar Lampung, Oktober 2014 Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
I. PENDAHULUAN 1.1LatarBelakang ... 1
1.2IdentifikasiMasalah ... 4
1.3Pembatasan Masalah ... 5
1.4Rumusan Masalah ... 5
1.5Tujuan Penelitian ... 6
1.6Manfaat Penelitian ... 6
1.7RuangLingkupPenelitian ... 7
1.8DifinisiOprasional Variable ... 7
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1PendidikanJasmani ... 10
2.2Atletik ... 11
2.2.1 LompatJauh ... 12
2.2.2 TeknikLompatJauh ... 14
2.2.3 Awalan ... 14
2.2.4 TumpuanAtauTolakan... 16
2.2.5 MelayangDi Udara ... 17
2.2.6 Mendarat ... 20
2.3PengertianKondisiFisik ... 22
2.3.1 KecepatanLari 30 Meter ... 23
2.3.2 DayaLedakOtotTungkai ... 25
2.3.3 HubunganKecepatanLari 30 Meter DenganHasilLompat ... 27
2.4KerangkaFikir ... . 29
2.5Hipotesis ... . 30
III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1metodePenelitian... 32
3.2 Populasi Dan Sampel ... 33
3.1.1 Populasi ... 33
3.1.2 Sampel ... 33
3.1.3 Variabel Penelitian ... 34
3.1.4 DesainPenelitian ... 34
3.3InstrumenPenelitian... 35
3.4Teknik Pengambilan Data ... 35
3.4.1 Instrumen KecepatanLari 30 Meter ... 35
3.4.2 Instrumen DayaLedakOtot Tungkai ... 37
3.4.3 Instrumen HasilLompat ... 39
3.5Analisisa Data ... 40
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1Hasil Penelitian ... 50
4.1.1 Deskripsi Data Hubungan Tes Kecepatan Lari 30 M, Broat Jump, Hasil Lompatan ... 50
4.1.2 Analisis Melalui Korelasi Product Moment……….. 55
4.3 PengujianHipotesis ... 56
4.4 Pembahasan ... 58
V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1Kesimpulan ... . 63
5.2Saran ... . 64
DAFTAR PUSTAKA……….. 66
LAMPIRAN………. 68
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. TabelPenilaian Tes Lari 30 Meter Usia13-15... 37
2. Table Penilaian Test Standing Broat Jump (Usia 13-15)... 38
3. Table Norma PenilaianPenelitiHasilLompat……… 40
4. InterpretasiKoefisienKorelasiNilai r………. 46
5. Tabel. HasilTesKecepatn Lari 30 Meter Pada Siswa SMP Negeri 2 Lemong 6. PesisirBarat………..…………. ….. 51
7. Tabel. Hasil Tesdaya ledakotot tungkai Pada Siswa SMP Negeri 2 Lemong PesisirBarat……….………. 52
8. Tabel. Teshasil lompat Pada Siswa SMP Negeri 2 LemongPesisirBarat... 54
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Table Hasil teskecepatanlari 30 meter... 69
2. Table hasiltesdayaledakotottungkai... 71
3. Table teshasillompat... 73
4. TabelKerja row skor kecepatan lari 30 meter... 75
5. TabelKerja row skor daya ledak otot tungkai... 77
6. Tabel kerja row skor hasil lompat... 79
7. Tabel kerja hubungan kecepatan lari 30 meter dengan hasil lompat... 81
8. Table kerja hubungan daya ledak otot tungkai terhadap hasil lompat… 83
9. Table kerja hubungan kecepatan lari 30 Meter, daya ledak otot tungkai 10.Terhadap hasil lompat……….. 85
11.TabelHargaKritisdariuji r Product Moment... 87
12.TabelHargaKritisdistribusi t………... 88
13.Foto – Foto ……….. 90
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Fase MelakukanLariAwalan/ Ancang-Ancang... 16
2. Fase Bertolak / Bertumpu... 17
3. Fase Melayang Gaya Jongkok... 19
4. Fase Mendarat... 21
5. Desain Penelitan... 34
6. Sikap Start Saat Tes Lari 3 X 10 Meter... 35
7. Daya Ledak Otot Tungkai... 37
8. Lompat Jauh Gaya Jongkok... 39
9. Diagram lingkaran hasil tes kecepatan lari 30 meter... 51
10.Diagram batang Kecepatan Lari 30 Meter... 52
11.Diagram lingkaran tes daya ledak otot tungkai... 53
12.Diagram batang Daya Ledak Otot Tungkai... 53
13.Diagram lingkaran hasil lompat... 54
I. PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Proses hidup manusia adalah proses berkembang, manusia akan terus berkembang, berubah dipengaruhi oleh pengalaman sepanjang hayatnya. Perkembangan anak bersifat terpadu. Perkembangan yang satu berkaitan erat dan mempengaruhi aspek perkembangan yang lain. Pada usia sekolah dasar perkembangan fisik harus merupakan kepedulian guru. Pada usia sekolah dasar perkembangan fisik akan amat erat kaitannya dengan perkembangan kognitif. Melalui aktivitas fisik mereka mampu menghayati konsep- konsep yang belum dikenalnya.
Menurut Lutan (2000:1) bahwa pendidikan jasmani di sekolah merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan dan mempunyai peranan yang penting dalam mencapai tujuan pendidikan. Pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan pendidikan melalui aktivitas jasmani yang dijadikan sebagai media untuk mencapai perkembangan individu secara menyeluruh. Namun, perolehan keterampilan dan perkembangan lain yang berisi jasmani itu juga sekaligus sebagai tujuan. Melalui pendidikan jasmani, siswa disosialisasikan ke dalam aktivitas jasmani termasuk keterampilan gerak. Gerak adalah suatu kebutuhan manusia yang sangat penting untuk merangsang perkembangan dan pertumbuhan.
Oleh karena itu tidaklah mengherankan apabila banyak yang meyakini dan mengatakan bahwa pendidikan jasmani merupakan bagian dari pendidikan menyeluruh dan sekaligus memiliki potensi yang strategis untuk melatih gerak dasar siswa, salah satunya gerak dasar lompat jauh.
Lompat jauh merupakan salah satu cabang atletik yang sangat menarik dan memerlukan konsentrasi. Pada dasarnya lompat jauh adalah olahraga yang menuntut grakan disaat sang atlet melakukan lompatan setelah diawali dengan berlari sehingga menghasilkan lompatan yang sangat jauh, Pemenang nya di tentukan seberapa jauh hasil lompatan.
Gerak lompat jauh merupakan gerakan dari perpaduan antara kecpatan (speed), kekuatan (stenght), kelenturan (plexibility), Dan Ketepatan
 Kecepatan (speed) adalah kemampuan seseorang untuk mengerjakan
gerakan berkesenambungan dalam bentuk yang sama dalam sesingkat singkatnya
 Kekuatan (stenght) adalah kemampuan dalam menggunakan gaya dalam
mengangkat atau menahan sesuatu beban.
 Kelenturan (plexibility) adalah kemampuan tubuh untuk melakukan
latihan-latihan dengan amplitudo gerakan yanga besar atau luas.
 Ketepatan (akcuration) adalah kemampauan seseorang untuk mengarahkan
suatu gerak kesuatu seranga sesuai dengan tujuan.
Lompat jauh dilakukan di kolam yang berisikan pasir, yang berukuran panjang bak lompat 9 meter, lebar bak lompatan 2,95 meter, lebar tempat pendaratan 2,75 meter, panjang lintasan hingga papan tumpuan 45 meter, lebar lintasan 1,72 meter, lebar papan tumpu 30 cm, tebal papan tumpu 10 cm, dan jarak papan tumpuan dari bak lompatan 1 meter. (Feri Kurniawan, 2011:25)
siswa, cara belajar siswa, motivasi belajar siswa dan juga kesiapan yangbersangkutan sebelum mengikutiproses pembelajaran.
Menciptakan kegiatan pembelajaran yang mampu mengembangkan aktivitas dan hasil belajar yang maksimal merupakan sebagian tugas pengajar.Tetapi salah satu faktor yang dapat mempengaruhi rendahnya hasil keterampilan lompat adalah motivasi belajar siswa, (Dimyati dan Mudjiono, 2002:90,)
Oleh karena itu, jika guru ingin meningkatkan hasil belajar yang lebih baik pada lompat jauh, maka guru perlu melakukan inovasi salah satunya yaitu Dengan adanya berbagai macam bentuk-bentuk latihan lompat jauh yang tujuannya untuk memacu atau merangsang tolakan kaki agar kuat sehingga menghasilkan lompatan melambung tinggi,Tujuannya adalah untuk membantu dan memudahkan siswa untuk lebih mudah dalam melakukan
gerak dasar lompatan.
Berdasarkan uraian diatas maka penulis ingin mengadakan penelitian yang berjudul : “Hubungan antara kecepatan lari 30 meter dan daya ledak otot tungkai dengan hasil lompat, lompat jauh pada siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Lemong Pesisir Barat ”
1.2Identifikasi Masalah
1. Masih kurangnya kecepatan lari saat melakukan gerakan lompat jauh pada siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Lemong Pesisir Barat.
2. Masih kurangnya daya ledak otot tungkai saat melakukan lompat jauh pada siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Lemong Pesisir Barat.
3. Masih kurangnya hasil lompat jauh pada siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Lemong Pesisir Barat.
1.3Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan di atas, untuk memudahkan penelitian perlu pembatasan, adapun pembatasan masalah tersebut adalah hanya ingin mengetahui seberapa besar hubungan antara kecepatan lari 30 meter dan daya ledak otot tungkai dengan hasil lompat jauh pada siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Lemong Pesisir Barat.
1.4Rumusan Masalah
1. Adakah hubungan antara kecepatan lari 30 meter dengan hasil lompat jauh pada siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Lemong Pesisir Barat? 2. Adakah hubungan antara daya ledak otot tungkai dengan hasil
lompat jauh pada siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Lemong Pesisir Barat?
1.5 Tujuan Penelitian
Dalam penelitian ini penelitian mempunyai tujuan yaitu:
1. Untuk mengetahui seberapa besar hubungan kecepatan lari 30 meter dengan hasil lompat jauh pada siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Lemong Pesisir Barat.
2. Untuk mengetahui seberapa besar hubungan daya ledak otot tungkai dengan hasil lompat jauh pada siswa VIII SMP Negeri 2 Lemong Pesisir Barat.
3. Untuk mengetahui seberapa besar hubungan antara kecepatan lari 30 meter dan daya ledak otot tungkai dengan hasil lompat jauh pada siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Lemong Pesisir Barat.
1.6Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti Untuk menegetahui seberapa besar hubungan antara kecepatan lari 30 meter dan daya ledak otot tungkai dengan hasil lompat jauh.
3. Bagi guru pendidikan jasmani Sebagai langkah awal bagi pengembangan dan peningkatan proses belajar untuk meningkatkan hasil lompat.
4. Bagi Program Studi Penjaskes Sebagai salah satu acuan dalam bahan pengkajian dan analisis Ilmu Biomekanik terhadap kecepatan lari 30 meter dan daya ledak otot tungkai dengan hasil lompat jauh.
1.7Ruang Lingkup Penelitian
1. Lokasi penelitian ini dilaksanakan di lapangan lopat jauh VIII SMP Negeri 2 Lemong Pesisir Barat.
2. Objek penelitian yang diamati adalah tes kecepatan lari 30 dan daya ledak otot tungkai.
3. Subjek penelitian yang diamati adalah siswa laki-laki kelas VIII SMP Negeri 2 Lemong Pesisir Barat. yang mengambil mata pelajaran Penjaskes pada materi lompat jauh.
1.8 Difinisi oprasional variable 1.8.1 Korelasi
kecepatan lari 30 meter dan daya ledak otot tungaki dengan hasil lompat jauh.
1.8.2 Kecepatan lari
Kecepatan lari adalah kemampuan seseorang untuk mengerjakan gerakan kesinambungan dalam bentuk yang sama dalam waktu yang sesingkat-singkatnya (M. Sajoto 1995 : 9). Sedangkan menurut Dangsina Moeloek dan Arjadino Tjokro (1984 :7), kecepatan lari didefinisikan sebagai laju gerak dapat berlaku untuk tubuh secara keseluruhan atau bagian tubuh. Yang dimaksud kecepatan dalam penelitian ini adalah kecepatan lari.
1.8.3 Daya ledak otot tungkai
Daya ledak atau explosive power adalah kemampuan otot atau sekelompok otot seseorang untuk dapat mempergunakan kekuatan maksimum yang dikerahkan dalam waktu yang sependek-pendeknya (M.Sajoto, 1995:8).
Yang dimaksud daya ledak otot tungkai dalam penelitian ini adalah kemampuan jaringan tubuh berupa otot yang berada di sepanjang tungkai untuk menghasilkan daya ledak.
1.8.4 Hasil lompat
kosepa belajar yang sesuai dengan criteria tertentu. (Aip Syarifuddin, 1992 : 90), kemudian menurut Yusuf Adisasmita (1992 : 64) mengatakan hasil lompatan pada lompat jauh adalah salah satu angka yang diperoleh siswa setelah melakukan lompatan.
1.8.5 Lompat jauh
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1Pendidikan Jasmani
Pendidikan Jasmani adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas
jasmani yang direncanakan secara sistematik bertujuan untuk mengembangkan
dan meningkatkan individu secara organik, neuromuskuler, perseptual, kognitif,
dan emosional, dalam kerangka sistem pendidikan nasional. Depdiknas (2004:1)
Menurut Eddy Suparman (2000:1), Pendidikan jasmani dan kesehatan adalah mata pelajaran yang merupakan bagian dari pendidikan keseluruhan yang dalam proses pembelajarannya mengutamakan aktivitas jasmani dan kebiasaan hidup sehat menuju pada pertumbuhan dengan pengembangan jasmani, mental, sosial dan emosional yang selaras, serasi, seimbang.
Dalam dunia olahraga, dikenal banyak sekali cabang olahraga, antara lain adalah atletik, permainan, senam dan beladiri. Dari keempat cabang olahraga tersebut, atletik mempunyai peranan penting, karena gerakan-gerakannya merupakan gerakan dasar bagi cabang olahraga lainnya.
2.2Atletik
Atletik menurut Aip Syarifuddin (1992 :2) berasal dari bahasa Yunani yaitu
“Atletik” yang memiliki makna bertanding atau berlomba. Istilah atletik yang
digunakan di Indonesia saat ini diambil dari bahasa inggris yaitu atletik yang berarti cabang olahraga yang meliputi jalan, lari, lompat, dan lempar. Sementara di Amerika Serikat, istilah atletik berarti olahraga pertandingan, dan istilah menyebut atletik adalah track and field. Carr, (2000: 3)
Cabang-cabang atletik terdiri dari: Nomor Lari, terdiri dari:
Lempar
4. Lempar lembing 5. Tolak peluru 6. Lempar cakram 7. Lempar martil
Lompat 8. Lompat tinggi 9. Lompat jauh 10.Lompat jangkit 11.Lompat galah
Disamping itu terdapat, nomor perlombaan khusus, yaitu lari estafet, lari halang rintang, lari lintas alam, dan jalan cepat.( Gerry.2000: 2).
2.2.1 Lompat jauh
Lompat jauh merupakan salah satu nomor lompat dari cabang olahraga atletik. Lompat jauh menurut Aip Syarifuddin (1992 : 90) didefinisikan sebagai suatu bentuk gerakan melompat, mengangkat kaki keatas kedepan dalam upaya membawa titik berat badan selama mungkin diudara (melayang diudara) yang dilakukan dengan cepat dan dengan jalan melakukan tolakan pada satu kaki untuk mencapai jarak yang sejauh-jauhnya.
bak lompat. Jarak lompatan diukur dari papan tolakan sampai batas terdekat dari letak pendaratan yang dihasilkan oleh bagian tubuh. Menurut Engkos Kosasih (1985:67) bahwa yang menjadi tujuan lompat jauh adalah mencapai jarak lompatan yang sejauh-jauhnya yang mempunyai empat unsur gerakan yaitu : awalan; tolakan; sikap badan di udara; sikap badan pada waktu jatuh atau mendarat. Dalam hal yang sama Yusuf Adisasmita (1992:65) berpendapat bahwa keempat unsur ini merupakan suatu kesatuan, yaitu urutan gerakan lompat yang tidak terputus.
Dalam lompat jauh terdapat beberapa macam gaya yang umum dipergunakan oleh para pelompat, yaitu : gaya jongkok, gaya menggantung atau disebut jugagaya lenting dan gaya jalan di udara. Perbedaan antara gaya lompatan yang satu dengan yang lainnya, ditandai oleh keadaan sikap badan si pelompat pada waktu melayang di udara (Aip Syarifuddin, 1992 : 93). Jadi mengenai awalan tumpuan / tolakan dan cara melakukan pendaratan dari ketiga gaya tersebut pada prinsipnya sama. Salah satu gaya yang digunakan dalam penelitian ini adalah gaya jongkok. Disebut gaya jongkok karena gerak dan sikap sewaktu badan berada diudara seperti orang jongkok ( Tamsir Riyadi, 1985: 98).
diarahkan pada ketrampilan, 2) faktor tehnik ancang-ancang, persiapan dan perpindahan fase melayang dan pendaratan.
Dari pendapat di atas dapat dikatakan bahwa dalam lompat jauh terkandung unsur-unsur kondisi fisik yang meliputi : kecepatan, daya ledak otot tungkai yang mengarah pada ketrampilan.
2.2.2 Tehnik Lompat Jauh
Lompat jauh mempunyai empat fase gerakan, yaitu awalan, tolakan, melayang dan mendarat serta terdapat tiga macam gaya yang membedakan antara gaya yang satu dengan gaya yang lainnya pada saat melayang diudara. Uraian mengenai keempat fase gerakan dalam lompat jauh adalah sebagai berikut:
1. Awalan
2. Tumpuan atau tolakan
3. Melayang di udara
4. Mendarat
2.2.3 Awalan
sampai 50 m; 2) untuk putri antara 30 m sampai dengan 45 m. Akan tetapi di dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, terutama di tingkat SMP sederajat hendaknya disesuaikan dengan kemampuan. Menurut Engkos kosasih (1985 : 67) awalan harus dilakukan dengan secepat-cepatnya serta jangan merubah langkah pada saat melompat.
Menurut Aip Syarifuddin (1992 : 91) agar dapat menghasilkan daya tolakan yang besar, maka langkah dan awalan harus dilakukan dengan mantap dan menghentak-hentak (dinamis step). Untuk itu dalam melakukan lari awalan, bukan hanya kecepatan lari saja yang dibutuhkan, akan tetapi ketepatan langkah juga sangat dibutuhkan sebelum melakukan tolakan.
Gambar: 1 Fase saat melakukan lari awalan/ ancang-ancang Sumber mengadopsi dari : IAAF,(2000:88)
2.2.4 Tumpuan atau tolakan
Tumpuan atau tolakan adalah gerakan menolak sekuat-kuatnya dengan kaki yang terkuat, yaitu meneruskan kecepatan horizontal ke kekuatan vertical yang dilakukan secara cepat. Menurut Engkos Kosasih (1985 : 67) tolakan yaitu menolak sekuat-kuatnya pada papan tolakan dengan kaki terkuat ke atas (tinggi dan ke depan). Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa melakukan tolakan berarti jarak merubah kecepatan horizontal menjadi kecepatan vertical.
sangat membantu timbulnya lambungan yang lebih baik yaitu sekitar 30˚, c) bertumpu sebaiknya tepat pada balok tumpu, ujung kaki tidak melewati atau menginjak tepi balok yang terdekat dengan bak pasir, dan d) saat bertumpu kedua lengan ikut diayunkan ke depan atas.
Gambar 2.Fase bertolak/ bertumpu Sumber mengadopsi dari : IAAF,(2000:89)
Pada waktu menumpu seharusnya badan sudah condong kedepan, titik berat badan harus terletak agak dimuka titik sumber tenaga, yaitu kaki tumpu pada saat pelompat menumpu, letak titik berat badan ditentukan oleh panjang langkah terakhir sebelum melompat (Yusuf Adisasmita, 1992 : 67-68). Dikatakan pula oleh Soegito dkk (1994 : 146) cara bertumpu pada balok tumpuan harus dengan kuat, tumit bertumpu lebih dahulu diteruskan dengan seluruh telapak kaki, pandangan mata tetap lurus kedepan agak ke atas.
2.2.5 Melayang di udara
dan gerakan badan di udara sangat erat hubungannya dengan kecepatan awalan dan kekuatan tolakan. Karena pada waktu pelompat lepas dari papan tolakan badan si pelompat akan dipengaruhi oleh suatu kekuatan yaitu gaya gravitasi (gaya penarik bumi). Untuk itu, kecepatan lari awalan dan kekuatan pada waktu menolak harus dilakukan oleh pelompat untuk mengetahui daya tarik bumi tersebut. Dengan demikian jelas bahwa pada nomor lompat jauh kecepatan dan kekuatan sangat besar pengaruhnya terhadap hasil tolakan. Tetapi, dengan mengadakan suatu perbaikan bentuk dan cara-cara melompat serta mendarat, maka akan memperbaiki hasil lompatan. Perubahan dan perbaikan bentuk tersebut dinamakan “gaya lompatan” yang sifatnya
individual. Pada nomor lompat (khususnya lompat jauh) perubahan bentuk akan gaya-gaya lompatan itu tidak akan mempengaruhi parabola dari titik berat badan, tetapi berguna untuk menjaga keseimbangan serta pandaratan yang lebih baik.
depan semakin cepat semakin baik: 2) menolak secara tepat dan kuat; 3) adapun gerakan yang dilakukan selama melayang di udara tidak akan menambah kecepatan gerak selama melayang dan hanya berperan untuk menjaga keseimbangan saja.
[image:34.612.117.512.414.633.2]Cara melakukan lompat jauh gaya jongkok menurut Aip Syarifuddin (1992 : 93) pada waktu lepas dari tanah (papan tolakan) keadaan sikap badan di udara jongkok dengan jalan membulatkan badan dengan kedua lutut ditekuk, kedua tangan ke depan. Pada waktu akan mendarat kedua kaki dijulurkan ke depan kemudian mendarat pada kedua kaki dengan bagian tumit lebih dahulu, kedua tangan ke depan. Untuk lebih jelasnya, sikap badan di udara seperti terlihat pada gambar 3. berikut ini:
Pada prinsipnya sikap badan diudara bertujuan untuk berada selama mungkin diudara menjaga keseimbangan tubuh dan untuk mempersiapkan pendaratan. Sehubungan dengan itu diusahakan jangan sampai menimbulkan perlambatan dari kecepatan yang telah dicapai. Dengan demikian tubuh akan melayang lebih lama
2.2.6 Mendarat
Mendarat adalah sikap jatuh dengan posisi kedua kaki menyentuh tanah secara bersama-sama dengan lutut dibengkokkan dan mengeper sehingga memungkinkan jatuhnya badan kearah depan. Seperti dikatakan Yusuf Adisasmita (1992 : 68) pada saat mendarat titik berat badan harus dibawa kemuka dengan jalan membungkukkan badan hingga lutut hampir merapat, dibantu pula dengan juluran tangan kemuka. Pada waktu mendarat ini lutut dibengkokkan sehingga memungkinkan suatu momentum membawa badan ke depan di atas kaki.
dengan kedua lutut ditekuk, berat badan dibawa kedepan supaya tidak jatuh dibelakang, kepala ditundukkan, kedua tangan ke depan (Aip Syarifuddin, 1992 : 95).
[image:36.612.115.513.448.643.2]Gerakan mendarat dapat disimpulkan sebagai berikut : sebelum kaki menyentuh pasir dengan kedua tumit, kedua kaki dalam keadaan lurus ke depan, maka segara diikuti ayunan kedua lengan ke depan. Gerakan tersebut dimaksudkan supaya secepat mungkin terjadi perpindahan posisi titik berat badan yang semula berada di belakang kedua kaki berpindah ke depan, sehingga terjadi gerakan yang arahnya sesuai dengan arah lompatan dengan demikian tubuh akan terdorong ke depan setelah menginjak pasir. Untuk lebih jelasnya, gambar dibawah ini menunjukkan serangkaian gerakan lompat jauh gaya jongkok dari take-off sampai sikap mendarat.
Gambar 4
Keterangan gambar:
1-2-3 : bertumpu / menolak dengan kaki kiri
4-5 : kaki tumpu kiri diayun kedepan menyusul kaki kanan (sikap jongkok) 6-7 : kedua kaki diluruskan kedepan, kedua lengan diayun kebelakang (dapat pula sikap kedua lengan ini tetap lurus kedepan)
8 : mendarat dipasir dengan bagian tumit terlebih dahulu, kedua kaki lurus 9-10 kedua kaki segera ditekuk, terus menjatuhkan diri kedepan
2.3 Pengertian Kondisi Fisik
Kondisi fisik adalah suatu kesatuan utuh, dari komponen-komponen yang tidak dapat dipisahkan begitu saja. Artinya bahwa di dalam usaha peningkatan kondisi fisik maka seluruh komponen tersebut harus dikembangkan, walaupun di sana-sini terutama dilakukan dengan sistem prioritas sesuai keadaan atau status komponen itu dan untuk keperluan apa keadaan atau status yang dibutuhkan tersebut (M. Sajoto, 1988 : 57).
memungkinkan atlet untuk mencapai prestasi yang lebih baik (Harsono, 1988:153)
2.3.1 Kecepatan lari 30 meter
Pengertian dari kecepatan menurut Sajoto (1995 : 8) adalah;“Kemampuan
seseorang untuk mengerjakan gerakan berkesinambungan dalam bentuk yang sama dalam waktu sesingkat-singkatnya.” Dan untuk pengertian yang lain menurut Suharno (1978 : 26) adalah; “Kemampuan organism atlet dalam
melakukan gerakan-gerakan dengan waktu yang sesingkat-singkatnya untuk mencapai hasil sebaik-baiknya.” Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan kecepatan adalah kemampuan dari organisme dalam melakukan suatu gerakan yang dilakukan secara terus menerus dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.
larinya ditentukan oleh gerakan berturut-turut dari kaki yang dilakukan secara cepat. Kecepatan seseorang tergantung pula dari beberapa faktor nyang mempengaruhinya, seperti yangdikemukakan oleh Suharno (1978 : 26) sebagai berikut:
Faktor-faktor penentu secara umum
1. Macam fibril otot yang dibawa sejak lahir (pembawaan), fibril berwarna putih (phasic) baik untuk gerak kecepatan
2. Pengaturan nervous system 3. Kekuatan otot
4. Kemampuan elastisitet dan relaxasii suatu otot 5. Kemampuan dan disiplin individu atlet
Disamping faktor-faktor secara umum
tersebut, Suharno (1978 : 26) mengemukakan pula faktor-faktor penentu yang bersifat khusus seperti kecepatan
sprint, yaitu:
1. Tergantung kekuatan otot yang bekerja 2. Panjang tungkai atas
3. Frekuensi gerakan
4. Ternik lari yang sempurna
2.3.2 Daya Ledak Otot Tungkai
Daya ledak adalah kemampuan otot atau sekelompok otot seseorang untuk dapat mempergunakan kekuatan maksimum yang dikerahkan dalam waktu yang sependek-pendeknya (M.Sajoto, 1995:8).
Daya ledak ini harus ditunjukkan oleh perpindahan tubuh (dalam lompat jauh) melintasi udara, dimana otot harus mengeluarkan kekuatan dengan kecepatan yang tinggi agar dapat membawa tubuh atau obyek pada saat pelaksanaan gerak tubuh untuk dapat mencapai suatu jarak (Janssen, 1983 : 167)
Daya ledak merupakan suatu unsur diantara unsur-unsur kemampuan biomotorik, yang dapat ditingkatkan sampai batas-batas tertentu dengan melakukan latihan-latihan tertentu yang sesuai. Daya ledak adalah kemampuan seorang atlet untuk mengatasi suatu hanbatan dengan kecepatan kontraksi yang tinggi. Daya ledak ini diperlukan di beberapa gerak asiklis, misalnya pada atlet seperti melempar, lompat tinggi atau lompat jauh (Harre, 1982 : 16). FoV (dalam Waluyo, 1994 : 12) mengemukakan daya ledak adalah kemampuan seseorang untuk menampilkan kerja maksimal persatu waktu.
tinggi, lompat jauh, tolak peluru, angkat besi, serta gerak lain yang bersifat eksplosif.
Daya ledak adalah kemampuan olahragawan untuk mengatasi tahanan dengan suatu kecepatan kontraksi tinggi (Herre, 1982 : 102). Daya ledak merupakan hasil perpaduan dari kekuatan dan percepatan pada kontruksi otot (Bompa, 1983 : 231, FoV, 1988: 144).
Daya ledak merupakan salah satu dari komponen gerak yang sangat penting untuk melakukan aktivitas yang sangat berat karena dapat menentukan seberapa kuat orang memukul, seberapa jauh orang dapat melempar, seberapa cepat orang dapat berlari dan lainnya. Radcliffe dan Ferentions (1985 : 1-33) menyatakan bahwa daya ledak adalah faktor utama dalam pelaksanaan segala macam keterampilan gerak dalam berbagai cabang olahraga.
Latihan kombinasi antara kekuatan dan kecepatan merupakan latihan untuk meningkatkan kualitas kondisi fisik dengan tujuan utama meningkatkan daya ledak. Latihan tersebut memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap nilai dinamis jika dibandingkan dengan latihan kekuatan saja.
Apapun dalam pengembangan daya ledak, beban latihan tidak boleh terlalu berat sehingga gerak yang dilakukan dapat berlangsung cepat dan frekuensinya banyak (Pyke, 1980 : 75).
2.2.3 Hubungan kecepatan lari 30 meter dengan hasil lompat.
Dalam awalan kecepatan lari sangat dibutuhkan untuk memeperoleh hasil lompatan yang jauh, kecepatan lari dapat diperoleh dengan lari sprint. Dengan demikian unsur dasar dari suatu lompat jauh, salah satunya kecepatan lari saat melakukan awalan yang dapat menentukan jarak suatu lompatan. Seorang pelompat jauh harus mengetahui kecepatan tertinggi yang dapat dikendalikan untuk memeperoleh lepas landasa yang seimbang. (Suharno:1978 : 26)
2.2.4 Hubungan daya ledak otot tungkai dengan hasil lompat.
Pada dasarnya pelompat jauh berusaha untuk mengangkat pusat berat
mudah dalam melakukan raihan jarak yang jauh, baik saat melakukan lari, tolakan dan juga saat mendarat. (Harsono (1988:200)
2.2.5 Fungsi atau sumbangan kecepatan lari 30 meter dengan hasil lompat Dalam banyak cabang olahraga kecepatan merupakan komponen fisik yang
mendasar. Kecepatan menjadi faktor penentu di dalam cabang-cabang olahraga seperti nomor sprint, dan pada nomor lompat jauh. Dalam lompat jauh telah dijelaskan diatas, terdiri dari teknik awalan, tumpuan,atau tolakan, melayang dan mendarat. Dari kempat teknik tersebut dapat diketahui bahwa hasil lompat itu dipengaruhi oleh kecepatan lari awalan, kekuatan kaki tumpu dan kordinasi waktu melayang dan mendarat.
2.2.6 Fungsi atau sumbangan daya ledak otot tungkai dengan hasil lompat Dari Pengertian diatas jelas bahwa dalam melakukan lompatan kita
2.4 Kerangka Berfikir
Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah dikemukakan diatas dapat diajukan kerangka pikir sebagai berikut :
Menurut Soekamto (1984: 24) “ Kerangka pikir adalah konsep yang memerlukan abstraksi dan hasil pemikiran atau kerangka acuan yang pada dasarnya berdimensi sosial yang dianggap relevan oleh peneliti’’. Kecepatan lari mengacu
pada kecepatan gerak di dalam menampilkan keahlian (bukan sekedar berlari cepat) namun dalam kecepatan lari itu siswa juga harus mampu mengontrol kecepatannya dalam melakukan lompatan.
Dalam kecepatan lari 30 meter dan daya ledak otot tungkai pada siswa VIII SMP Negeri 2 Lemong Pesisir Barat masih kurang hal ini dapat dilihat dari banyaknya siswa yang sering hilang kontrol saat melakukan lompatan sehingga saat melakukan tolakan pada papan tolakan kurang sempurna dan tidak menghasilkan lompatan yang sempurna, dari sisi daya ledak otot tungkai siswa terlihat kurang menguasai, seperti rendahnya ledakan tolakan sehingga hasil lompatan kurang memuaskan.
2.5Hipotesis
Untuk dapat dipakai sebagai pegangan dalam penelitian ini, maka perlu
menentukan suatu penafsiran sebelumnya tentang hipotesis yang akan dibuktikan kebenarannya. Hipotesis adalah dugaan sementara yang mungkin benar atau salah. Hipotesis akan menolak jika salah atau palsu dan akan diterima jika fakta-fakta membenarkan (Sutrisno Hadi 1996 : 63).
Sesuai dengan permasalahan dan landasan teori yang ada maka hipotesis yang akan diajukan dalam penelitian ini adalah : Suharsimi Arikunto (1998 : 67) Hipotesis adalah jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Sukardi (2003 : 42)
Hipotesis adalah jawaban yang masih bersifat sementara dan bersifat teoritis. Menurut Sudjana (1996: 219) hipotesis adalah asumsi atau dugaan mengenai sesuatu hal yang dibuat untuk menjelaskan hal itu yang sering dituntut melakukan pengecekan. Sedangkan menurut Sutrisno Hadi (2001: 257) hipotesis adalah pernyataan yang masih lemah kebenarannya dan masih perlu dibuktikan kenyataannya.
Berdasarkan uraian di atas maka hipotesis dalam penelitian ini adalah :
2. Ha 2 : Ada hubungan antara daya ledak otot tungkai dengan hasil lompat jauh pada siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Lemong Pesisir Barat.
III. METODE PENELITIAN
3.1Metode penelitian
Menurut Suharsimi Arikunto (2006:160) “Metode penelitian adalah cara yang
digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitian. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif korelasional. Menurut Riduwan (2005:141)
3.2Populasi dan sampel Populasi 3.2.1 Populasi
Populasi adalah seluruh penduduk yang dimaksud untuk diselidiki.
Populasi dibatasi dengan jumlah penduduk atau individu paling sedikit memiliki satu sifat yang sama ( Sutrisno Hadi, 1996 : 220). Menurut Suharsimi Arikunto (1996: 102) populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa laki -laki kelas VIII SMP Negeri 2 Lemong Pesisir Barat. yang berjumlah 51 anak. Sifat populasi, maka populasi yang diambil dalam peneitian ini juga telah memenuhi syarat sebagai berikut :1.Populasi adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Lemong Pesisir Barat. 2.Populasi mendapatkan materi latihan dari guru yang sama. 3.Populasi telah menguasai teknik dasar lompat jauh gaya jongkok.
3.2.2 Sampel
dengan pendapat diatas, maka sampel yang saya ambil keseluruhan siswa laki-laki kelas VIII SMP Negeri 2 lemong yang berjumlah 51 siswa
.
3.2.3 Variabel Penelitian
Variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi perhatian penelitian (Suharsimi Arikunto, 2002: 96)
Variabel dalam penelitian ini menggunakan 2 (dua) variabel bebas dan 1 (satu) variabel terikat.Variabel Bebas adalah variabel yang nilainya tidak tergantung pada variabel lainnya, dalam penelitian ini ada 2, yaitu:
1. Kecepata lari 30 meter (X1)
2. Daya ledak otot tungkai (X2)
Sedangkan Variabel terikat adalah variabel yang nilainya bergatung pada variabel lainnya, dalam penelitian ini adalah hasil lompat.
3.2.4 Desain Penelitian
Desain Penelitian X1,X2, dan Y
Sumber : Riduwan. 2005. X 1
X 2
KET :
X 1 : Kecepatan lari 30 meter X 2 : Daya ledak otot tungkai Y : Hasil lompat
3.3 Teknik Pengambilan data 3.4 Instrumen Penelitian
Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 136) instrumen adalah alat atau fasilitas yang digunakan penelitian dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, sehingga mudah diolah. Penelitian ini menggunakan pendekatan one-shot-model yaitu pendekatan yang menggunakan satu kali pengumpulan data.
[image:50.612.155.405.493.675.2]3.4.1 Instrumen pengambilan data untuk tes kecepatan lari 30 meter
Gambar 5
Alat :
Tujuan : untuk megukur kecpatan seseorang 1. Stop
2. Bendera start 1 buah 3. Formulir alat –alat tulis
4. Lintasan lurus dan rata dengan jarak 30 meter Pengetes:
1. Starter 1 orang 2. Pengambil waktu
3. Pengawas dan pencatat waktu Pelaksanaan tes:
1. Start dilakukan dengan start berdiri
2. Pada satu ujung kakinya sedekat mungkin dengan garis start 3. Pada aba-aba “siap „ teste siap berlari
4. Pada aba-aba “ya” teste berlari secepat-cepatnya menempuh jarak 30 yard sampai melewati garis finis
5. Bersamaan aba-aba “ya” stop watch dijalankan dan dihentikan pada saat testee mencapai garis finish.
Pencatat Hasil :
1. Hasil yang dicatat adalah waktu yang dicapai untuk menempuh jarak tersebut
Tabel 1. Penilaian Tes Lari 30 meter Usia 13-15
(Sumber: Depdiknas, 2003: 25)
[image:52.612.129.482.397.538.2]3.4.2 Instrumen pengambilan data tes daya ledak otot tungkai, (standing broad jump)
Gambar 6: Fase Daya ledak otot tungkai Sumber Sukarman (1987:17)
Tujuan : untuk megukur daya ledak otot tungkai Alat :
1. Bidang yang rata
Skor Lari 30 Meter Putra Lari 30 Meter Putri
5 sd- 6.7 detik sd – 7.7 detik
4 6.8 – 7.6 detik 7.8 – 8.7 detik 3 7.7 – 8.7 detik 8.8 – 9.9 detik
2 8.8 – 10.3 detik 10.9 – 11.9 detik
2. Meteran
Pelaksanaan tes:
1. Siswa di belakang garis yang sudah di tandai 2. Kaki dibuka selebar bahu
3. Setelah dua kaki lepas landas medarat dengan di bantu oleh ayunan lengan dan menekuk lutut untuk membantu hasil lompatan
4. Hasil yang di catat adalah jarak yang ditempuh sejauh mungkin dengan mendarat di kedua kaki tampa jatuh ke belakang.
5. Kesempatan di berikan sebanyak 3 kali Pencatat hasil
6. Pengukuran di ambil dari take off line ke titik terdekat dari kontak pada pendaratan ( belakang tumit)
[image:53.612.143.492.498.668.2]7. Catat jarak terpanjang melompat yang terbaik dari tiga percobaan.
Table 2. Penilaian Test standing broat jump (usia 13-15)
Skor Putra Putri
5 250 cm keatas 200 cm keatas
4 240-250 cm 190-200 cm
3 230-240 cm 180-190 cm
2 220-230 cm 170-180 cm
1 210- 220 cm 160- 170 cm
3.4.3 Instrumen pengambilan data untuk tes hasil lompat, lompat jauh
Gambar 7: Lompat jauh gaya jongkok Sumber : IAAF :(2000:90)
Tujuan : untuk mengukur hasil lompatan Alat :
1. Bak pasir.
2. Peluit dan Meteran Pelaksanaan tes:
1. mengambil ancang-ancang.
2. Tambah kecepatan lari ancang-ancang sedikit demi sedikit sebelum bertumpu/bertolak.
3. Pinggang diturunkan sedikit pada satu langkah akhir ancang-ancang.
Pencatat hasil:
[image:55.612.145.505.193.367.2]Jauhnya hasil lompat di ukur dari titik terjauh lompat.
Table 3: norma penilaian peneliti hasil lompat.
Skor Putra Putri
5 < 4.00 meter < 3.50 meter 4 3.50– 3.99 meter 3.00-3.49 meter 3 3.00 – 3.49 meter 2.50-2.99 meter 2 2.50 – 2.99 meter 2.00-2.49 meter
1 < 2.50 meter < 2.00 meter
Sumber: . Atletik. (Syarifuddin Aip 1992)
3.5 Analisis Data
Analisisa data atau pengolahan data merupakan suatu langkah penting dalam suatu penelitian. Dalam suatu penelitian seorang peneliti dapat menggunakan dua jenis analisis, yaitu analisisa statistik dan analisisa non statistik.
Data yang di nilai adalah data variabel bebas : Kelincahan (X
1), kecepatan (X2),
dan kekuatan otot tungkai (X3) serta variabel terikat yaitu hasil keterampilan
menggiring bola(Y). 1. Uji Normalitas
Tujuan uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah distribusi yang terjadi atau tidak dari distribusi normal. Langkah sebelum melakukan pengujian hipotesis lebih dahulu dilakukan uji persyaratan analisis data dengan uji normalitas yaitu menggunakan Uji lillieferors (Sudjana,2003:466). Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut :
a. Pengamatan X1, X2, ..., Xn dijadikan bilangan baku Z1, Z2, ... Zn
Dengan menggunakan rumus: Zi = ̅
( ̅ dan S masing-masing merupakan rerata dan simpangan baku sampel) b. Untuk tiap bilangan baku ini akan menggunakan daftar distribusi normal
baku, kemudian hitung peluang F (zi) = P (z zi)
c. Selanjutnya hitung proporsi Z1, Z2, ... Zn yang lebih atau sama dengan zi.
Jika proporsi ini dinyatakan oleh S (zi), maka :
S (zi) =
Hitung selisih F (zi) – S (zi) kemudian tentukan harga mutlaknya
e. Kriteria pengujian adalah jika Lhitung Ltabel, maka variabel tersebut
berdistribusi normal, sedangkan jika Lhitung Ltabel maka variabel
berdistribusi tidak normal.
2. Pengujian Hipotesis
Analisis dilakukan untuk menguji hipotesis yang telah dilakukan, yaitu untuk mengetahui besarnya kontribusi yang diberikan oleh variabel bebas (X1, X2
,X3) terhadap variabel terikat (Y).
Menurut Sugiyono (2010), untuk menguji hipotesis antara X1 dengan Y, X2
dengan Y, X3 dengan Y digunakan statistik melalui korelasi product moment
dengan rumus sebagai berikut:
Keterangan :
r xy = Koefesien korelasi
n = Jumlah sampel X = Skor variabel X Y = Skor variabel Y
∑X = Jumlah skor variabel X
∑Y = Jumlah skor variabel Y
∑X2
= Jumlah kuadrat skor variabel IX
 
2 2
2
2
∑Y2
= Jumlah kuadrat skor variabel Y
Untuk menguji hipotesis antara X1 dengan Y digunakan statistik melalui
korelasi product moment.
a. Mencari koefisien antara kecepatan lari 30 meter dengan hasil lompat
Diket : r hitung = 0,763
r tabel = 0,282
 
 
2
2 
2
1 2 1 1 1.
.
1Y
Y
n
X
X
n
Y
X
Y
X
n
r
xy
2763 , 0 
 
2
2
1 49 , 2609 ) 8 , 138528 ( 51 35 , 2584 ) 2 , 135628 ( 51 49 , 2609 35 , 2584 133561 51     y x r
6917038,2 6679123,4
7064968,8 6809490,25
42 , 472 . 743 . 6 611 . 811 . 6 1     y x r
237914,8
255478,6
6, 68138 1y
x r 3 , 246540 6 , 68138 1y
x r 2 , 3 6078214002 6 , 68138 1y
Jadi kesimpulannya, terdapat hubungan yang positif/ cukup kuat antara kecepatan lari 30 meter dengan hasil lompatan.
Untuk menguji hipotesis antara X2 dengan Y digunakan statistik melalui
korelasi product moment.
b. Mencari koefisien antara daya ledak otot tungkai dengan hasil lompat
Diketahui : r hitung = 0,378
r tabel = 0,2760
 
 
2
2 
2
2 2 2 2 2
.
.
2Y
Y
n
X
X
n
Y
X
Y
X
n
r
x y
 
2
2
2 49 , 2609 ) 138528 ( 51 38 , 2592 ) 2 , 136799 ( 51 49 , 2609 38 , 2592 2 , 134541 51     y x r
6976759,2 6720434,1
7064928 6809438,1
69 , 6764789 2 , 6861601 2     y x r
256325,1
255489,9
51, 96811 2y
x r 5 , 6 6548847416 51 , 96811 2y
x r
378 , 0 2y x r 16 , 255907 51 , 96811 2y
Jadi kesimpulannya, terdapat hubungan yang positif/ cukup kuat antara daya ledak otot tungkai dengan hasil lompatan.
Untuk menguji hipotesis antara X1 X2 dengan Y digunakan statistik melalui korelasi product moment dengan rumus :
c. Mencari koefisien antara kecepatan lari 30 meter dan daya ledak otot tungkai dengan hasil lompat
  
 
 
2
2 2 2 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1
X
X
n
X
X
n
X
X
X
X
n
r
X X
 
2
2
38 , 2592 ) 2 , 136799 ( 51 35 , 2584 ) 2 , 135628 ( 51 38 , 2592 35 , 2584 1 , 131695 51 2 1     X X r
6917038,2 6678864,9
6976759,2 6720434,1
25 , 6699617 1 , 6716450 21  
 
X X r
238173,3
256325,1
85, 16832 2
1X  X r 83 , 9 6104979493 85 , 16832 2
1X  X r 57 , 247082 85 , 16832 2
1X  X
Setelah dihitung r x1x2, selanjutnya dihitung dengan rumus korelasi ganda, Pengujian
hipotesis menggunakan rumus Korelasi Ganda dengan rumus sebagai berikut:
[image:61.612.183.462.278.477.2]Menurut Riduwan (2005:98), harga r yang diperoleh dari perhitungan hasil tes dikonsultasikan dengan Tabel r product moment. Interprestasi tersebut adalah sebagai berikut:
Tabel 1: Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r.
Interval Koefisien Korelasi
Interpretasi Hubungan 0,80 – 1,000 Sangat kuat 0,60 – 0,799 Kuat 0,40 – 0,599 Cukup kuat 0,20 – 0,399 Rendah 0,00 – 0,199 Sangat rendah Sumber : sugiyono (2010.231)
Setelah diketahui besar kecilnya r xy maka taraf signifikan dilihat dengan :
a. Menguji signifikan kecepan lari 30 meter
2 r n-2 t = 1-r 2 r n-2 t = 1-r 2 ) 2764 , 0 ( 1 2 51 2764 , 0    924 , 0 9348 , 1  961 , 0 9348 , 1
b. menguji signifikan Daya ledak otot tungkai (broat jamp)
c. Menguji signifikan kecepatan lari 30 meter, dayaledak otot tungkai dengan hasil lompat
Kriteria pengujian hipotesis tolak H0 jika thitung > ttabel, dan terima Ho jika t
hitung < t tabel. Untuk dk distribusi t diambil n-2 dengan α = 0,05, dan untuk
mencari besarnya sumbangan ( kontribusi ) antara variabel X dan variabel Y maka menggunakan rumus Koefisian Determinansi :
Keterangan:
KP = Nilai Koefisien Detreminansi r = Koefisien Korelasi
a. Kecepatn lari 30 meter
KP = r2 x 100%
= (0,2764)2 x 100%
= 0,076 x 100% = 7,6%
2 r n-2 t = 1-r 2 r n-2 t = 1-r
KP = r2x 100% 00 % 2 ) 378 , 0 ( 1 2 51 378 , 0    857 , 0 646 , 2  926 , 0 646 , 2
 2,857
2 ) 4537 , 0 ( 1 2 51 4537 , 0    7942 , 0 1759 , 3  8912 , 0 1759 , 3
b. Daya ledak otot tungkai
KP = r2 x 100%
= (0,378)2 x 100%
= 0,143 x 100% = 14,3%
c. Kecepatan lari 30 meter, daya ledak otot tungkai dengan hasil lompat
KP = r2 x 100%
= (0,4537)2 x 100%
= 0,2058 x 100% = 20,58%
Setelah dihitung r x1x2, selanjutnya dihitung dengan rumus korelasi ganda.
Analisis korelasi ganda dilakukan untuk menguji hipotesis yang telah dilakukan yaitu untuk mengetahui besarnya hubungan variabel bebas (X1 dan X2)
terhadap variabel terikat (Y) baik secara terpisah maupun secara bersama-sama. Pengujian hipotesis menggunakan rumus Korelasi Ganda dengan rumus sebagai berikut:
Keterangan :
R X1 X2 = Koefisien Korelasi Ganda antar variabel X1 dan X2 secara
bersama-sama dengan variabel Y r X1.Y = Koefisien Korelasi X1 terhadap Y
r X2.Y = Koefisien Korelasi X2 terhadap Y
r X1 X2 = Koefisien Korelasi X1 terhadap X2
Diketahui r hitung = 0,4537 r tabel = 0,2760
Jadi kesimpulannya, terdapat hubungan yang positif/ cukup kuat antara kecepatan, broat jump dengan hasil lompat jauh.
 
004624
,
0
1
0,068
378
,
0
2763
,
0
2
142884
,
0
0763
,
0
2 1
Y X XR
9954
.
0
0142
,
0
219184
,
0
2 1
Y X XR
9954
,
0
204984
,
0
21X Y
X
R
0
,
2059
0
,
4537
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Ada hubungan yang signifikan antara kecepatan lari 30 meter dengan hasil
lompat jauh pada siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Lemong Pesisir Barat sebesar 7,6%
2. Ada hubungan yang signifikan antara daya ledak otot tungkai dengan hasil lompat jauh pada siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Lemong Pesisir Barat sebesar 14,3%
5.2 Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, terdapat beberapa saran yang ingin peneliti sampaikan, adapun saran yang diberikan peneliti adalah sebagai berikut:
1. Bagi siswa sekolah SMP Negeri 2 Lemong Pesisir Barat agar terus berlatih kecepatan dan daya ledak otot tungkai, sehingga terjadi perubahan dalam hal hasil lompatan dalam olahraga lompat jauh.
2. Pelatih atau guru Penjaskes disarankan memberikan latihan lompat jauh hendaknya memperhatikan unsur kecepatan lari 30 meter, dan daya ledak otot tungkai agar dapat melanjutkan penelitian ini sehingga dapat memperoleh kesempurnaan serta dapat meneliti atau menambah faktor-faktor pendukung lainnya dalam meningkatkan hasil lompat jauh.
3. Pada Program Studi Penjaskes diharapkan dapat dijadikan salah satu acuan dalam program dan pembelajaran dalam cabang olahraga senam lantai khusunya loncat harimau, dalam pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto. Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.Penerbit Rineka Cipta. Jakarta.
Adisasmita, Yusuf. 1992. Olahraga Pilihan Atletik. Jakarta : Dekdikbud
Car A, Gerry. 2000. Atletik Untuk Sekolah. PT. Raja Grafindo Perkasa. Jakarta
Dimyanti dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajara lompat jauh. Rineka Cipta: Jakarta.
Harsono. 1988. Coaching dan aspek-aspek psikologis dalam coaching. Jakarta : Akademia Persindo.
Ismaryati. 2010. Tes dan pengukuran. Jakarta.
. Janssen, Cr. 1983. Applied Kinesiology And Biomechanics. New York: Book Company
Kosasih, Engkos. 1985. Olahraga Tehnik dan Program Latihan. Jakarta. Akademika Pressindo.
Lutan, Rusli. 1988. Belajar Keterampilan Motorik Pengantar Teori dan Metode. Depdikdud Direktorat Jendaral Tinggi. Jakarta.
Muhajir, 2003. Teori dan Praktik Pend. Jasmani, Yudistira :Bandung
Sajoto, M. 1995. Peningkatan Dan Pembinaan Kekuatan Kondisi Fisik Dalam Olahraga. Semarang : Dahara Prize
.
Syarifuddin Aip. 1995. Atletik. Jakarta : Depdikbud.
Syarifuddin Aip dan Muhadi. 1992/1993. Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Jakarta : Depdikbud.
Suyono Danusyogo. 2000. Pedoman Mengajar Lari, Lompat, Lempar Level I, IAAF RDC. Jakarta: IAAF