• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Sikap Pemilih Pemula Dalam Menanggapi Terpaan Informasi Pada Pemilu Legislatif DPRD Kota Dapil Sukarame 2014 (Studi Pada Pemilih Pemula Kecamatan Sukarame Bandarlampung)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Sikap Pemilih Pemula Dalam Menanggapi Terpaan Informasi Pada Pemilu Legislatif DPRD Kota Dapil Sukarame 2014 (Studi Pada Pemilih Pemula Kecamatan Sukarame Bandarlampung)"

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS SIKAP PEMILIH PEMULA DALAM MENANGGAPI TERPAAN INFORMASI PADA PEMILU LEGISLATIF DPRD KOTA DAPIL SUKARAME 2014

(Studi Pada Pemilih Pemula Kecamatan Sukarame Bandarlampung)

Oleh

Fina Yulanda

Pemilih pemula yang setiap harinya diterpa informasi menjelang pemilu tentunya akan mendapatkan pengetahuan politik terutama pemilu dari berbagai sumber informasi di media. Tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui sikap pemilih pemula dalam menanggapi terpaan informasi untuk menentukan pilihan politiknya pada pemilu legislatif 2014. 2. Untuk mengetahui cara pemilih pemula menyaring informasi dalam menanggapi terpaan informasi pada pemilu legislatif 2014

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Penelitian ini juga menggunakan Teori Partisipasi Politik dan Teori Pemrosesan Informasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa sikap pemilih pemula dalam komponen kognitif memiliki pengetahuan yang cukup, dalam komponen afektif pemilih pemula merasa bingung karena adanya kendala banyaknya daftar calon dan dalam komponen konatif para pemilih pemula tidak terlalu peduli terhadap politik dan terkesan acuh. Pada analisis hasil penelitian dijelaskan bahwa secara kognitif pemilih pemula memiliki pengetahuan yang cukup dan partisipasi yang baik mengikuti pemilu, dalam komponen afektif kurangnya pengalaman dan pengetahuan politik yang kurang memadai membuat pemilih pemula merasa bingung dan dalam komponen konatif pemilih pemula yang memiliki kognisi yang baik akan mempertimbangkan kebenaran atas informasi yang didapat.

(2)

Analysis Of First Time Voters Attitude In Respond Exposure Information to Legislative Election City Council Select Cities List Sukarame 2014

( A Case Study to First Time Voters Sukarame District Bandar Lampung )

By

Fina Yulanda

First-time voters got information exposure in every day before election course their got knowledge about political especially election from any kind of information from media. The purpose of this study is 1. To determine attitude first-time voters in response to exposure information to determine political choice in legislative elections 2014. 2. To determine the way first-time voters filters information in response information exposure on legislative election 2014.

This research uses descriptive qualitative method. This study also uses Politic Participant Theory and Information Processing Theory. Results showed that attitude first-time voters in cognitive component have sufficient knowledge. In affective component first-time voters are confused because of the many obstacles the list of candidates on the ballot and in conative component first-time voters do not really care about politics and seem indifferent. On the analysis of the results of the research has been explained that cognitively first-time voters have sufficient knowledge and a good participant in the election. In affective component, inexperience and insufficient knowledge of politic makes first-time voters feel confused and In conative component first-time voters who have good cognition will consider the truth of the information obtained.

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

Penulis dilahirkan di Pekanbaru pada tanggal 1 Juli 1992, sebagai anak pertama dari tiga bersaudara, buah hati dari pasangan Ir. Yulasman dan Tantri Jalius

(8)

Puji syukur kupanjatkan kehadirat Allah S.W.T, shalawat dan salam tercurahkan

kehadirat Nabi besar Muhammad S.A.W atas segala cinta kasih, nikmat serta

berkah-Nya kepadaku dan keluargaku yang hingga saat ini kami masih diberi

kesehatan, serta kelancaran dalam menyelesaikan karya ini. Segala puji hanya

untuk Allah S.W.T, kupersembahkan karya kecilku ini kepada orang-orang yang

kukasihi serta mengasihiku :

• Untuk Ayah Ir. Yulasman dan Ibu Tantri Jalius tercinta

• Adek-Adek Tersayang Muhammad Sofyandi dan Miftahul Jannah

• Sahabat dan teman-teman tersayang yang aku banggakan

Dan

(9)

Don t quit, don t give up, don t get

discouraged.

Your breakthrough is just a step

away

(10)

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT berkat rahmat-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudulAnalisis Sikap Pemilih Pemula Dalam Menanggapi Terpaan Informasi Pada Pemilu Legislatif DPRD Kota Dapil Sukarame 2014 (Studi Pada Pemilih Pemula Kecamatan Sukarame Bandarlampung). Penulis menyadari tanpa bantuan dari berbagai pihak, skripsi ini tidak mungkin terselesaikan. Dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terimakasih sebesar-besarnya kepada :

1. Allah SWT. atas segala kebesaran, kuasa, kesempatan serta petunjuk yang diberikan. Engkau lah Rahmatan lil Alamin. Serta Nabi Muhammad SAW. Semoga kami bisa meneladani akhlak dan perbuatanmu.

(11)

4. Bapak Drs. Teguh Budi Raharjo, M.Si. selaku Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

5. Bapak Toni Wijaya, S.Sos, MA, selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan banyak waktu, memberikan banyak sekali masukan, saran serta bimbingannya. Bapak Teguh Budi Raharjo, M.Si., selaku Dosen Penguji yang telah bersedia membahas skripsi dan meluangkan waktunya. Dengan sabar membimbing, memberi masukan, saran, kritik serta selalu membantu penulis.

6. Seluruh staff, administrasi dan karyawan FISIP Unila, khususnya Jurusan Ilmu Komunikasi yang telah banyak membantu penulis.

(12)

cicik untuk bantuannya nemenin cari informan keliling Sukarame tanpamu aku entah bagaimana) Hesty Prihastuti (alias Etong alias Miss taylor yang moody teman senasib dan sepenanggungan yang makan banyak ga pernah bisa gemuk, semoga dimasa depan kita ketemu ga sekurus sekarang ya tong. Leni Edward (Si Leni Urang Setengah Awak, partner magang, partner main, partner ngidamin foto tumblr. Len Semangat Kerjain Skripsinya Ayo Go..Go..Go Kamu Pasti Bisa) Siti Fatimah (Alias Sifa Alias Siti Fatimah Ruba’I wanita aktif yang dari pagi sampai malam aktifitasnya kayaknya ga kehabisan energi. Penggalang dana yang luar biasa ke kita-kita haha.. Siti Semangat Skripsinya) Para Lelaki M. Hafiz Wiratama alias Ojan (Ojan makasih banyak ya udah nemenin wawancara) Oemar Madri Bafadal (Lelaki Arab yang hits dikalangan wanita hahaha senasib kalo lagi nungguin*) Pranata Dio Ananto (Pak Ustad yang ga pernah ketinggalan sholat, Efek buruk dari kita-kita jangan diambil yo haha.. Dio Semangat Skripsinya!!) Imam Mubarok ( Imam yang kalo ngomong di Group ga ngerti ngomogin apa haha.. Semangat Imam!)

(13)

langsung ataupun tidak langsung, untuk semua apresiasinya terhadap saya, untuk semua simpati dan empatinya terhadap saya kepada siapapun itu saya ucapkan terimakasih banyak. Itu semua merupakan pelajaran berharga..

Dari semuanya, penulis mengucapkan sanjungan terima kasih serta juga maaf dengan semua kekurangan dan kesalahan yang pernah dilakukan. Semoga Allah SWT. selalu melindungi, merekatkan, menjaga ikatan persahabatan dan persaudaraan kita, serta memberikan kebaikan di setiap hela nafas hingga akhir nanti. Amiinnnn…

Bandar Lampung, 11 November 2014

Penulis,

(14)

DAFTAR ISI 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penulisan ... 6

1.4 Kegunaan Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Penelitian Terdahulu ... 7

2.2 Tinjauan Tentang Terpaan Informasi ... 9

2.2.1 Media Dalam Informasi ... 11

2.3 Tinjauan Tentang Sikap 2.3.1 Pengertian Sikap ... 12

2.3.2 Ciri-Ciri Sikap ... 14

2.3.3 Fungsi Sikap ... 15

2.3.4 Faktor–Faktor yang Mempengaruhi Perubahan dan Pengubahan Sikap ... 17

2.3.5 Komponen-Komponen Sikap ... 18

2.3.6 Pembentukan Sikap ... 19

(15)

2.5.1 Unsur Komunikasi Politik ... 21

2.5.2 Sasaran Komunikasi Politik ... 22

2.5.3 Fungsi Komunikasi Politik ... 23

2.6 Tinjauan Tentang Pemilih Pemula ... 24

2.7 Tinjauan Tentang Pemilu. 2.7.1 Pengertian Pemilu... 26

2.7.2 Tujuan Pemilu ... 26

2.7.3 Pelaksanaan Pemilu ... 27

2.8 Landasan Teori ... 28

2.8.1 Teori Partisipasi Politik ... 29

2.8.2 Teori Pemrosesan-Informasi ... 30

2.8.2.1 Model Kemungkinan Elaborasi ... 32

2.9 Kerangka Teori ... 35

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 39

3.6 Penentuan Informan ... 40

3.7 Teknik Analisis Data ... 42

BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1 Gambaran Umum Kecamatan Sukarame ……… 4.1.1 Letak Geografi / Luas Kecamatan ………. 47

4.1.2 Topografi ……… 47

4.1.3 Administrasi Pemerintahan ……… 48

4.1.4 Jumlah Penduduk Kecamatan Sukarame ………... 49

4.2 Rekapitulasi Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD dan DPRD Kecamatan Sukarame Tahun 2014 ………. 50

4.3 Jumlah Calon Legislatif DPRD Kota Kecamatan Sukarame Dari Masing-Masing Partai ……… 51

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Identitas Informan ………. 52

5.2 Sikap Pemilih Pemula Menanggapi Terpaan Informasi Pada Pemilu Legislatif DPRD Kota Dapil Sukarame ……… 5.2.1 Sikap Pemilih Pemula Menanggapi Terpaan Informasi Berdasarkan Komponen Kognitif Pada Pemilu Legislatif……... 58

(16)

5.2.3 Sikap Pemilih Pemula Menanggapi Terpaan Informasi

Berdasarkan Komponen Konatif Pada Pemilu Legislatif………. 68 5.3 Terpaan Informasi Yang Didapatkan Pemilih Pemula Selama

Pemilu Legislatif………

5.3.1 Penyampaian Informasi SecaraPresentational Media…………. 70 5.3.2 Penyampaian Informasi SecaraRepresentational Media………. 71 5.3.3 Penyampaian Informasi SecaraMechanical Media………. 71 5.4 Pembahasan Hasil Penelitian ……….

5.4.1 Sikap Pemilih Pemula Dalam Komponen Kognitif……….. 72 5.4.2 Sikap Pemilih Pemula Dalam Komponen Afektif ……… 75 5.4.3 Sikap Pemilih Pemula Dalam Komponen Konatif ………... 76

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan ……… 80

6.2 Saran……….. 82

(17)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 1. Kajian Penelitian Terdahulu ... 10

Tabel 2. Identitas Informan Pemilih Pemula ... 53

Tabel 3. Hasil Jawaban Sikap Dalam Komponen Kognitif ... 64

Tabel 4. Hasil Jawaban Sikap Dalam Komponen Afektif ... 93

(18)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

(19)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi telah digunakan di sebagian besar negara di dunia termasuk Indonesia. Negara Kesatuan Republik Indonesia sejak reformasi telah bertekad untuk mewujudkan sistem politik yang demokratis, dengan cara diadakannya pemilihan langsung yang melibatkan warga negaranya untuk ikut serta dalam proses pemberian suara (voting). Pemilihan Presiden, Pemilihan Anggota DPR dan DPRD, Pemilihan Anggota DPD hingga Pemilihan Kepala Daerah juga di laksanakan dengan cara yang demokratis.

(20)

Untuk keberhasilan pemilu 2014 tentunya dibutuhkan media sebagai sarana mengkampanyekan informasi-informasi seputar pemilu. Sebagaimana yang kita ketahui media, terutama media massa merupakan sarana yang paling mudah bagi partai-partai politik untuk memperkenalkan calon-calon legislatif maupun gubernur kepada masyarakat.

Seiring dengan perkembangan IPTEK yang serba canggih saat ini, masyarakat disajikan berbagai macam media, baik media cetak maupun elektronik untuk memperoleh informasi. Terpaan informasi media massa mempengaruhi pandangan, sikap, maupun perilaku seseorang. Hal ini berkaitan dengan fungsi media massa sebagai agen perubahan sosial, seperti yang disampaikan oleh Burhan Bungin (2006) dalam bukunya “Sosiologi Komunikasi: Paradigma & Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat”, bahwa media massa secara teoritis memiliki fungsi sebagai saluran informasi, saluran pendidikan dan saluran hiburan, namun kenyataannya media massa memberikan efek lain di luar fungsinya itu.

Media massa sebagai saluran informasi bagi masyarakat luas selalu hadir dengan beragam pemberitaan. Masyarakat tidak dapat menghindari akan kebutuhannya terhadap informasi, baik dari dunia politik, ekonomi, pendidikan, sosial, budaya, teknologi, dan lainnya.

(21)

biasanya mengkonsumsi informasi misal berita dari koran tidak lagi mengikuti berita dalam waktu tertentu.

Dalam kategori politik kaum remaja dimasukan dalam pemilih pemula, mereka adalah kelompok yang baru pertama kali menggunakan hak pilih. Dengan hak pilih itu kaum remaja yang berusia 17 tahun akan mempunyai tanggung jawab kewarganegaraan yang sama dengan kaum dewasa yang lain. Para pemilih pemula yang kebanyakan dari pelajar Sekolah Menengah Atas serta mahasiswa yang baru memasuki usia hak pilih belum memiliki jangkauan politik yang luas untuk menentukan ke mana mereka harus memilih.

Pemilih pemula merupakan pemilih yang sangat potensial dalam perolehan suara pada pemilu. Perilaku pemilih pemula memiliki karakteristik yang biasanya masih labil dan apatis, pengetahuan politiknya kurang, cenderung mengikuti kelompok sepermainan dan mereka baru belajar politik khususnya dalam pemilihan umum. Ruang-ruang tempat dimana mereka belajar politik biasanya tidak jauh dari ruang yang dianggap memberikan rasa kenyamanan dalam diri mereka.

(22)

Kedua, teman sebaya atau peer group. Pengaruh teman sebaya atau sepermainan menjadi faktor yang patut dipertimbangkan, karena faktor eksternal ini bisa mempengaruhi informasi dan pendidikan politik. Teman sebaya dipercaya tidak hanya bisa mempengaruhi persepsi dan tindakan positif tetapi juga mempengaruhi persepsi dan tindakan negatif. Sehingga kecenderungan perilaku politiknya berpotensi homogen dengan perilaku politik teman dekatnya. Ketiga, media massa. Media massa terutama televisi mampu menyajikan sumber informasi politik kepada khalayaknya secara efektif dan efisien, dalam hal ini para remaja atau pemilih pemula dalam sehari bisa menghabiskan waktu berjam-jam di depan televisi, (meskipun tidak selalu menonton program yang berkaitan dengan politik).

Pengetahuan politik pemilih pemula sebenarnya tidak jauh berbeda dengan kelompok pemilih lainnya. Perilaku pemilih masih erat dengan faktor sosiologis dan psikologis dalam menjatuhkan pilihan politiknya jika ditinjau dari studivoting behaviors. Namun yang membedakan pemilih pemula dan kelompok lainnya adalah soal pengalaman politik dalam menghadapi pemilu. Preferensi yang dijadikan sandaran dalam melakukan pemilihan cenderung tidak stabil atau mudah berubah-rubah sesuai dengan informasi atau preferensi yang melingkarinya.

(23)

pemula supaya menjadi pemilih yang kritis dan rasional (critical and rational voters). Artinya dalam menjatuhkan pilihannya bukan karena faktor popularitas, kesamaan etnis dan kedekatan emosional, namun karena faktor rekam jejak, visi misi, kredibilitas dan pengalaman birokrasi. Upaya tersebut adalah bagian dari political empowerment bagi warga negara terutama perilaku pemilih pemula dan karena melihat potensi suara pemilih pemula yang signifikan pada Pemilu 2014.

Media banyak memanfaatkan informasi sebagai sumber utama bagi pemilih pemula dalam mencari hal-hal yang berkaitan dengan politik terutama dalam pemilu sebagai cara praktis untuk mendapatkan pendukung. Terpaan media politik ini biasanya dalam bentuk iklan politik baik media elektronik maupun media cetak seperti, pamflet, poster, billboard, dll.

Diperkirakan dalam setiap pemilu jumlah pemilih pemula sekitar 20-30% dari keseluruhan jumlah pemilih dalam pemilu. Pada Pemilu 2004, jumlah pemilih pemula sekitar 27 juta dari 147 juta pemilih. Pada Pemilu 2009 sekitar 36 juta pemilih dari 171 juta pemilih. Data BPS 2010: Penduduk usia 15-19 tahun: 20.871.086 orang, usia 20-24 tahun: 19.878.417 orang. Data Badan Pusat Statistik (BPS), diperkirakan angka pemilih pemula pada 2014 mencapai 15 persen dari total pemilih. Berdasarkan hasil data tersebut suara pemilih pemula dan antusiasme dalam berpartisipasi pemilu terbilang cukup besar. (www.kpujakarta.go.id)

(24)

memadai. Dengan asumsi ini partai politik berupaya mempengaruhi pilihan politik pemilih pemula melalui berbagai upaya. Banyak partai politik berlomba-lomba mempromosikan kandidat-kandidatnya untuk dipilih. Media merupakan salah satu cara yang dapat meyampaikan informasi secara luas dan menyeluruh.

Pemilih pemula yang setiap harinya diterpa informasi menjelang pemilu tentunya akan mendapatkan pengetahuan politik terutama pemilu dari berbagai sumber informasi di media. Terpaan informasi yang terus menerus tentunya membuat pemilih pemula merasa bingung dengan begitu banyaknya informasi yang didapatkan. Hal ini tentunya berhubungan dengan bagaimana pemilih pemula tersebut menyikapi, menyaring informasi tersebut dan menjadikan sebuah keputusan untuk menentukan pilihannya.

Undang-Undang Nomor 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik menyatakan informasi sebagai keterangan, pernyataan, gagasan, dan tanda-tanda yang mengandung nilai, makna, dan pesan, baik data, fakta maupun penjelasannya yang dapat dilihat, didengar, dan dibaca yang disajikan dalam perkembangan teknologi informasi dan komunikasi secara elektronik maupun nonelektronik. Dengan demikian pemahaman tentang informasi politik mengacu pada definisi tersebut dengan menekankan pada konten politik.

(25)

Keikutsertaan media dalam membentuk opini publik merupakan upaya membangunkan sikap dan tindakan khalayak mengenai sebuah masalah politik dan/atau aktor politik. Dalam kerangka ini media menyampaikan pembicaraan-pembicaraan politik kepada khalayak. Bentuk pembicaraan-pembicaraan politik tersebut dalam media antara lain berupa teks atau berita politik yang di dalamnya terdapat pilihan simbol politik dan fakta politik. Karena kemampuan ini pula media massa sering dijadikan alat propaganda dalam komunikasi politik.

Dari penjabaran diatas, penulis menganggap bahwa fenomena ini merupakan fenomena yang menarik untuk diteliti. Penulis ingin mengetahui bagaimana sikap pemilih pemula menanggapi dan mengelola terpaan informasi yang ada sehingga menjadi sebuah pilihannya untuk menetapkan hak pilihnya. Berdasarkan penjelasan diatas subjek dalam penelitian ini adalah Pemilih Pemula. Penelitian ini lebih difokuskan pada sikap pemilih pemula dalam menanggapi terpaan informasi dalam pemilu 2014 untuk menentukan hak pilih politiknya.

Berdasarkan uraian diatas maka judul dalam penelitian ini adalah

(26)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan sebelumnya, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah

- Bagaimana sikap pemilih pemula dalam menanggapi terpaan informasi untuk menentukan pilihan politiknya pada pemilu legislatif 2014?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

- Untuk mengetahui sikap pemilih pemula dalam menanggapi terpaan informasi untuk menentukan pilihan politiknya pada pemilu legislatif 2014

- Untuk mengetahui cara pemilih pemula menyaring informasi dalam menanggapi terpaan informasi pada pemilu legislatif 2014

1.4 Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penulisan ini yaitu :

1. Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu komunikasi dan juga diharapkan dapat menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya, khususnya yang berkaitan dengan komunikasi politik.

(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Di dalam penelitian ini, penulis menggunakan penelitian terdahulu sebagai perbandingan dan tolak ukur serta mempermudah penulis dalam menyusun penelitian ini. Iksan (1996) menyatakan bahwa tinjauan pustaka harus mengemukakan hasil penelitian lain yang relevan dalam pendekatan permasalahan penelitian : teori, konsep-konsep, analisa, kesimpulan, kelemahan dan keunggulan pendekatan yang dilakukan orang lain. Peneliti harus belajar dari peneliti lain, untuk menghindari duplikasi dan pengulangan penelitian atau kesalahan yang sama seperti yang dibuat oleh peneliti sebelumnya.

Ketiga hasil penelitian terdahulu terdapat kesamaan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis, yaitu meneliti tentang sikap, akan tetapi dari ketiga penelitian tersebut tidak ada yang benar-benar sama dengan masalah yang akan diteliti. Adapun titik perbedaan pada penelitian yang dilakukan yaitu sikap pada pemilih pemula yang dari ketiga penelitian tersebut memiliki perbedaan pada fokus penelitian.

(28)

Tabel 1. Kajian Penelitian Terdahulu

No Tinjauan Setiajid/ Dosen Program Studi

Pendidikan Pancasila dan

1 Judul Orientasi Politik Yang

Mempengaruhi Pemilih Pemula Kaki Lima (PKL) Pasar 16 Ilir Palembang Ke Pasar Retail Jakabaring

Pengaruh Faktor – Faktor

Sosiodemografik Pada Sikap

Remaja Terhadap Kampanye Anti Rokok

2 Fokus Pemilih Pemula di Kota Semarang

dalam menggunakan hak pilihnya pada pemilihan Walikota

Mengetahui sikap masyarakat terhadap pemindahan pedagang kaki lima yang terjadi di pasar palembang

Sikap remaja dengan adanya kampanye anti rokok. Apakah ada pengaruhnya ?

3 Teori Aspek Afektif, Aspek Kognitif,

Aspek Konatif

Aspek Afektif, Aspek Kognitif, Aspek Konatif

4 Metode Pendekatan Kualitatif Pendekatan Kuantitatif Fotonevela dan eksperimen dengan

desian eksperimen pre-test-past-test factorial 2x2.

5 Simpulan Faktor-faktor yang mempengaruhi

pemilih pemula dalam menggunakan hak pilihnya pada pemilihan

Walikota Semarang 2010 adalah faktor pengaruh orang tua, faktor pilihan sendiri, faktor media massa, partai politik dan iklan politik, dan faktor teman sepergaulan.

- Sikap masyarakat berdasarkan kognitif menunjukan

berpengetahuan baik

- Sikap masyarakat berdasarkan afektif menunjukan masyarakat

setuju dengan pemindahan

(29)

No Tinjauan Setiajid/ Dosen Program Studi

6 Perbandingan Penelitian ini merupakan penelitian seorang dosen, sehingga perbedaan penelitian terletak pada teori yang digunakan serta fokus penelitian yang dirasa cukup banyak dan luas. Fokus pada penelitian ini meliputi orientasi politik pada pemilih pemula dan untuk mengetahui pengaruhnya. Sedangkan fokus penelitian yang peneliti lakukan ini adalah

menganalisisi sikap pemilih pemula pada pemilu legislatif di Kecamatan Sukarame.

(30)

2.2 Tinjauan Tentang Terpaan Informasi

Wilbur Schramm dalam Rakhmad (1992) mendefinisikan informasi sebagai segala sesuatu yang mengurangi segala ketidakpastian atau mengurangi jumlah alternatif dalam situasi. Fungsi utama dan pertama dari informasi adalah menyampaikan pesan (informasi), atau menyebar luaskan informasi kepada orang lain. Artinya diharapkan dari penyebarluasan informasi itu, para penerima informasi akan mengetahui sesuatu yang ingin diketahui (Liliweri, 2007).

Namun ada pula yang menekankan informasi sebagai transfer pengetahuan. Selain itu istilah informasi juga memiliki arti yang lain sebagaimana diartikan oleh RUU (Rancangan Undang-undang) teknologi informasi yang mengartikannya sebagai suatu teknik untuk mengumpulkan, menyiapkan, menyimpan, memanipulasi, mengumumkan, menganalisa, dan menyebarkan informasi dengan tujuan tertentu. Sedangkan informasi sendiri mencakup data, teks, gambar, suara, kode, program komputer, database.

2.2.1 Sifat-Sifat Informasi

Untuk dapat menyajikan informasi yang terpilih maka harus diketahui sifat-sifat informasi adalah sebagai berikut:

1. Informasi relevan dan tidak relevan, yang dimaksud dengan informasi yang relevan adalah informasi yang ada hubungannya atau ada kepentingannya bagi si penerima, sedangkan informasi yang tidak ada atau sedikit sekali kepentingan bagi si penerima.

(31)

3. Informasi dapat tepat waktunya dapat pula tidak tepat waktunya. Informasi dikatakan tepat waktunya apabila dapat mencapai si penerima sebelum ia melakukan pengambilan keputusan, tetapi apabila informasi tersebut terlambat datangnya setelah keputusan diambil, maka informasi tersebut tidak tepat waktunya.

4. Informasi dapat valid dan dapat tidak valid. Apabila informasi yang diberikan kepada seseorang merupakan informasi keliru, maka informasi tersebut merupakan informasi yang tidak valid, sebaliknya bila informasi itu benar maka informasi itu valid

2.2.2 Faedah Informasi

Setiap orang dalam setiap saat akan mengambil keputusan untuk mengambil keputusan yang tepat memerlukan informasi yang relevan, berguna, tepat dan benar. Dengan demikian informasi merupakan bahan baku untuk mengambil keputusan. Pengambilan keputusan oleh seseorang tanpa informasi yang relevan, berguna, tepat dan benar berarti seseorang mempertaruhkan dana yang dipercayakan kepadanya, karena tindakannya secara tidak langsung bersifat untung-untungan, yang kemungkinan suksesnya kecil.

2.2.3 Tingkat hubungan dalam penyampaian informasi

(32)

Shore dalam Rakhmad (1992) menjelaskan terpaan media tidak hanya menyangkut apakah seseorang secara fisik cukup dekat dengan kehadiran media massa, tetapi apakah seseorang itu cukup terbuka terhadap pesan-pesan media tersebut. Terpaan media merupakan kegiatan mendengarkan, melihat dan membaca pesan media massa ataupun mempunyai pengalaman dan perhatian terhadap pesan tersebut, yang dapat terjadi pada tingkat individu ataupun kelompok. Terpaan media dapat diukur memakai parameter-parameter baku seperti frekuensi, durasi dan atensi konsumen.

2.2.4 Media dalam Informasi

Penyampaian informasi dilakukan melalui suatu media, Fiske dalam Liliweri (2007) membagi media dalam tiga kelompok utama yang disebut sebagai berikut:

1. Presentational media, adalah tampilan wajah, suara, atau alat komunikasi tubuh (anggota tubuh) atau dalam ketegori pesan maka media ini dimasukkan dalam pesan verbal dan non verbal dalam komunikasi tatap muka.

(33)

3. Mechanical media, adalah radio, televisi, video, film, surat kabar dan majalah, telepon yang digunakan untuk memperkuat dua media di atas. Misalnya surat kabar merekam tampilan wajah atau memuat foto seseorang, televisi merekam wajah dan suara, dan video merekam suatu komposisi musik.

2.3 Tinjauan Tentang Sikap 2.3.1 Pengertian Sikap

Sikap dalam buku karangan Abu Ahmadi yang dalam bahasa inggris disebut attitude pertama kali digunakan oleh Hebert Spencer pada 1862 untuk menunjukan suatu status mental seseorang. Menurut L.L Thurstone dalam Abu Ahmadi (2002:163) mengatakan bahwa sikap sebagai tingkatan kecenderungan yang bersifat positif atau negatif yang berhubungan dengan objek psikologi. Objek psikologi tersebut meliputi simbol, kata-kata, slogan, orang, lembaga,ide dan sebagainya. Menurut Gerungan (2004:161)

Attitude dapat diterjemahkan dengan kata sikap terhadap objek tertentu yang dapat merupakan sikap, pandangan atau sikap perasaan, tetapi sikap mana disertai oleh kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan sikap terhadap objek itu. Jadi Attitude itu lebih diterjemahkan sebagai sikap dan

kesediaan beraksi terhadap suatu hal”.

(34)

a. Zimbardo dan Ebbesen

Sikap adalah predisposisi (keadaan mudah terpengaruh) terhadap seseorang, ide atau objek yang berisi komponen-komponen kognitif,afektif dan behaviour

b. David Krench dan RS Crutchfield

Sikap adalah organisasi yang tetap dari proses motivasi, emosi, persepsi atau pengamatan atas suatu aspek dari kehidupan individu.

c. John Harvey dan William P. Smith

Sikap merupakan kesiapan secara konsistensi dalam bentuk positif atau negatif terhadap objek atau situasi.

Dapat disimpulkan, sikap adalah Predisposisi terhadap suatu objek yang diwujudkan dalam bentuk rasa suka dan tidak suka, mendekati atau menghindari situasi, benda, orang, kelompok dan aspek lingkungan yang dapat dikenal lainnya termasuk gagasan abstrak atau kebijakan sosial (Atkinson, 1998:371). Sedangkan Josh R. Gerow (2000:64) mendefinisikan sikap sebagai Attitude as a relatively stable and general evaluative disposition toward some object, it consist beliefs,

(35)

dimaksud dengan sikap dalam etika berperilaku, misalnya ungkapan “Ia punya sikap yang buruk” berarti merujuk pada perilaku atau tindakan.

2.3.2 Ciri-Ciri Sikap

Menurut Bimo Walgito (1983:54) ciri-ciri sikap antara lain :

a. Sikap itu tidak dibawa sejak lahir. Ini berarti bahwa individu atau manusia pada waktu lahir belumlah membawa sesuatu sikap tertentu. Karena sikap tidak dibawa sejak individu itu dilahirkan, maka sikap itu terbentuk dalam perkembangan individu tersebut.

b. Selalu adanya hubungan antara individu dengan objek. Oleh karena itu sikap selalu terbentuk atau dipelajari dalam hubungannya dengan objek, melalui proses pengenalan atau persepsi terhadap objek tersebut. Hubungan yang bersifat positif atau negatif antara individu dengan objek tertentu, akan menimbulkan sikap tertentu pula dari individu terhadap objek yang bersangkutan. Jadi sifat hubungan ini akan menimbulkan sikap yang tertentu pula.

c. Sikap dapat tertuju kepada satu objek saja, tetapi juga dapat kepada sekumpulan objek-objek.

(36)

e. Sikap mengandung faktor perasaan dan faktor motif. Ini berarti sikap terhadap suatu objek akan selalu diikuti adanya perasaan yang tertentu pula, apakah perasaan yang bersifat positif (senang) atau negatif (tidak senang) terhadap objek tersebut.

2.3.3 Fungsi Sikap

Fungsi sikap menurut Abu Ahmadi (2002:179) antara lain :

a. Sikap berfungsi sebagai alat untuk menyesuaikan diri. Bahwa sikap adalah sesuatu yang bersifat communicable, artinya sesuatu yang mudah menjalar, sehingga mudah pula menjadi milik bersama. Justru karena sesuatu golongan yang mendasarkan atas kepentingan dan pengalaman bersama biasanya ditandai adanya sikap anggota yang sama terhadap sesuatu objek. Sehingga dengan demikian sikap bisa menjadi rantai penghubung antar orang dengan kelompoknya atau dengan kelompok lainnya. Oleh karena itu anggota-anggota kelompok mengambil sikap sama terhadap objek tertentu dapat meramalkan tingkah laku terhadap anggota-anggota lainnya.

(37)

yang berwujud pertimbangan-pertimbangan/penilaian-penilaian terhadap perangsang itu sebenarnya bukan hal yang berdiri sendiri, tetapi merupakan sesuatu yang erat hubungannya dengan cita-cita orang, tujuan hidup orang, peraturan-peraturan kesusilaan yang ada dalam masyarakat, keinginan-keinginan pada orang itu dan sebagainya.

c. Sikap berfungsi sebagai alat pengatur pengalaman-pengalaman. Bahwa manusia di dalam menerima pengalaman-pengalaman dari dunia luar sikapnya tidak pasif, tetapi diterima secara aktif, artinya semua pengalaman yang berasal dari dunia luar itu tidak semuanya dilayani oleh manusia, tetapi manusia memilih mana yang perlu dan mana yang tidak perlu dilayani. Jadi semua pengalaman ini diberi penilaian, lalu dipilih. Tentu saja pemilihan itu ditentukan atas tinjauan apakah pengalaman-pengalaman itu mempunyai arti baginya atau tidak. Jadi manusia setiap saat mengadakan pemilihan-pemilihan, dan semua perangsang tidak semuanya dapat dilayani. Sebab bila tidak demikian akan mengganggu manusia. Tanpa pengalaman tak ada keputusan dan tak dapat melakukan perbuatan.

(38)

itu, dengan begitu kita akan mengetahui pula mungkin tidaknya sikap tersebut diubah dan bagaimana cara mengubah sikap-sikap tersebut.

2.3.4 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Perubahan dan Pengubahan Sikap

Pada dasarnya sikap terbentuk dari individu dari setiap orang dan berkembang dalam dirinya, faktor pengalaman sangatlah penting dalam proses pembentukan sikap. Namun demikian, faktor dari luar diakui dapat juga mempengaruhi sikap individu tersebut. Beberapa ahli mengemukakan pendapatnya mengenai pengaruh tersebut, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

a. Faktor Internal

Menurut Abu Ahmadi (2002:171) faktor intern merupakan faktor yang terdapat dalam pribadi manusia itu sendiri. Faktor ini berupa selectivity atau daya pilih seseorang untuk menerima dan mengolah pengaruh-pengaruh yang datang dari luar. Hal yang sama diungkapkan oleh Gerungan (2004:168) yaitu selektivitas dalam pengamatan senantiasa berlangsung karena individu manusia tidak dapat memperhatikan semua rangsangan yang datang dari lingkungan dengan taraf perhatian yang sama.

b. Faktor Eksternal

(39)

Menurut M.Sherif dalam Gerungan (2004:168) garis besar sikap mengenai faktor eksternal mencakup dua hal:

1. Dalam interaksi kelompok, dimana terdapat hubungan timbal-balik yang langsung antara manusia

2. Karena komunikasi, dimana terdapat pengruh-pengaruh (hubungan) langsung dari satu pihak saja.

2.3.5 Komponen – Komponen Sikap

Menurut Abu Ahmadi (2002:162) tiap-tiap sikap mempunyai 3 Komponen yaitu : 1. Komponen Kognitif

Komponen kognitif yaitu komponen yang berhubungan dengan gejala mengenal pikiran. Ini berarti berwujud pengolahan, pengalaman dan keyakinan serta harapan-harapan individu tentang objek atau kelompok objek tertentu

2. Komponen Afektif

Komponen afektif yaitu komponen yang berwujud proses yang menyangkut perasaan-perasaan tertentu seperti ketakutan, dengki, simpati, antipati dan sebagainya yang ditunjukan kepada objek-objek tertentu.

3. Komponen Konatif

(40)

Menurut Solomon (2000) komponen-komponen sikap ini bersifat hirarkis, yang disebutkan sebagai ABC model, yaitu komponen Afection, Behaviour dan Cognition. Komponen kognitif adalah dimensi kepercayaan dan pengetahuan seseorang, komponen afektif mewakili dimensi perasaan dan komponen behaviour yang mencerminkan dimensi perilaku, komponen behaviour dalam sikap sering juga disebut sebagai komponen konatif (Anwar, 2000:5) untuk membedakan dengan Behaviour, yaitu perilaku sebagai tindakan organisme yang dapat diamat (Publicy Verifiable).

2.3.6 Pembentukan Sikap

Sikap terbentuk dari adanya interaksi-interaksi yang dialami oleh seseorang individu baik dengan individu lainnya maupun dengan lingkungan sekitar, dalam interaksi tersebut terjadi hubungan saling mempengaruhi, sama halnya dengan pembentukan sikap seseorang terhadap suatu objek yang terbentuk karena proses interaksi individu dengan objek. Berikut 5 komponen pembentuk sikap ;

1. Pengalaman Pribadi

Sikap dipengaruhi pengalaman pribadi seseorang yang berinteraksi langsung dengan objek sikap. Pengalaman pribadi akan membentuk penghayatan dan tanggapan. Apakah penghayatan dan tanggapan akan membentuk sikap positif atau negatif tergantung pada berbagai faktor lain.

2. Pengaruh Orang lain

(41)

seseorang yang diharapkan persetujuannya bagi setiap gerak tingkah dan pendapat, seseorang yang tidak ingin dikecewakan, atau seseorang yang berarti khusus ( significant others).

3. Pengaruh Kebudayaan

Kebudayaan dimana seseorang hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap

4. Media Massa

Dalam penyampaian informasi media massa membawa pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan kepercayaan seseorang akan sesuatu. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut.

5. Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama

Lembaga pendidikan dan lembaga agama sebagai suatu sistem mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu.

6. Pengaruh Faktor Emosional

(42)

2.4 Tinjauan Tentang Politik

Menurut Bidarjo (2002) politik adalah kegiatan yang dilakukan dalam suatu negara menyangkut proses menentukan tujuan dan melaksanakan tujuan tersebut. Untuk melaksanakan tujuan diperlukan kebijakan umum (public policy) yang mengatur alokasi sumber daya yang dan untuk melakasanakan kebijakan itu diperlu ada kekuasaan (power) dan kewenangan (authority) yang akan dipakai, baik untuk membina kerjasama maupun menyelesaikan konflik yang bisa timbul setiap saat.

Menurut Rod Hague et al, Politik adalah kegiatan yang menyangkut cara bagaimana kelompok-kelompok mencapai keputusan-keputusan yang bersifat kolektif dan mengikat melalui usaha untuk mendamaikan perbedaan-perbedaan di antara anggota-anggotanya. Sedangkan menurut Andrew Heywood, Politik adalah kegiatan suatu bangsa yang bertujuan untuk membuat, mempertahankan dan mengamandemen peraturan-peraturan umum yang mengatur kehidupannya, yang berarti tidak dapat terlepas dari gejala konflik dan kerja sama.

2.5 Tinjauan Tentang Komunikasi Politik

Menurut Dahlan (1999), Komunikasi Politik ialah suatu bidang atau disiplin yang menelaah perilaku dan kegiatan komunikasi yang bersifat politik, mempunyai akibat politik atau berpengaruh terhadap perilaku politik.

(43)

consequences for political system”. Komunikasi politik mengacu pada pertukaran

simbol-simbol atau pesan yang disampaikan secara signifikan dibentuk atau memiliki konsekuensi terhadap sistem politik.

Dalam buku Intoduction to Political Communication Oleh McNair (2003) dinyatakan bahwa “Political communication as pure discussion about the allocation of public resources (revenue), offical authority (who is given the power

to make legal, legislative and executive decision), and official sanctions (what the

state reward or punishes)”. Komunikasi Politik menurut McNair adalah murni

membicarakan tentang alokasi sumber daya publik yang memiliki nilai, apakah itu nilai kekuasaan atau nilai ekonomi, petugas yang memiliki kewenangan untuk memberi kekuasaan dan keputusan dalam pembuatan undang-undang atau aturan, apakah itu legislatif atau eksekutif, serta sanksi-sanksi, apakah itu dalam bentuk hadiah atau denda.

Doris Graber menyebutkan dalam tulisannya Political Languange (1981) bahwa komunikasi poltik itu tidak hanya retorika, tetapi juga mencangkup simbol-simbol bahasa, seperti bahasa tubuh serta tindakan-tindakan politik misalnya boikot, protes dan unjuk rasa.

(44)

2.5.1 Fungsi Komunikasi Politik

Komunikasi Politik menurut McNAir (2003:21) memiliki lima fungsi dasar, yakni:

a. Memberikan informasi kepada masyarakat apa yang terjadi di sekitarnya. Untuk itu media komunikasi diharapkan memiliki fungsi pengamatan, dan juga fungsi monitoring apa yang terjadi dalam masyarakat.

b. Mendidik masyarakat terhadap arti dan signifikamsi fakta yang ada. Para jurnalis diharapkan melihat fakta yang ada, sehingga berusaha membuat liputan yang objektif (objective reporting) yang bisa mendidik masyarakat atas realitas fakta tersebut.

c. Menyediakan diri sebagai platform untuk menampung masalah-masalah politik sehingga bisa menjadi wacana dalam bentuk opini publik dan mengembalikan hasil opini itu kepada masyarakat. Dengan cara demikian bisa memberi arti dan nilai pada usaha penegakan demokrasi.

d. Membuat publikasi yang ditujukan kepada pemerintah dan lembaga-lembaga politik. Di sini media bisa berfungsi sebagai anjing penjaga (watchdog) sebagaimanapernah terjadi dalam kasus mundurnya Nixon sebagai presiden Amerika, karena terlibat dalam kasus Watergate.

(45)

2.6 Tinjauan Tentang Pemilih Pemula

Pemilih pemula adalah mereka yang berstatus sebagai pelajar, mahasiswa atau pekerja muda yang berumur 17 tahun hingga 22 tahun dan belum pernah ikut memilih dalam pemilu. Pemahaman ini senada dengan UU No. 10 tahun 2008 dalam Bab IV pasal 19 ayat 1 dan 2 serta pasal 20 menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan pemilih pemula adalah Warga Indonesia yang hari pemilihan atau pemungutan suara adalah Warga Negara Indonesia yang sudah genap berusia 17 tahun atau lebih atau sudah/pernah kawin yang mempunyai hak pilih, dan sebelumnya belum termasuk pemilih karena ketentuan Undang-Undang Pemilu.

Dalam Undang-Undang Pemilu No 42 Tahun 2008 dijelaskan juga tentang hak memilih dalam pasal 27 dan 28 yang berbunyi seperti berikutnya :

Pasal 27

(1)Warga Negara Indonesia yang pada hari pemungutan suara telah genap berumur 17 (tujuh belas) tahun atau lebih atau sudah/pernah kawin mempunyai hak memilih

(2)Warga Negara Indonesia sebagaimana dimaksudkan pada ayat (1) penyelenggara Pemilu Presiden dan Wakil Presiden dalam daftar pemilih.

Pasal 28

Untuk dapat menggunakan hak memilih, Warga Negara Indonesia sebagaimana dimaksudkan dalam Pasal 27 harus terdaftar sebagai pemilih.

(46)

memiliki antusias yang tinggi, (4) kurang rasional, (5) pemilih muda yang masih penuh gejolak dan semangat, yang apabila tidak dikendalikan akan memiliki efek terhadap konflik-konflik sosial di dalam pemilu, (6) menjadi sasaran peserta pemilu karena jumlahnya yang cukup besar, (7) memiliki rasa ingin tahu, mencoba, dan berpartisispasi dalam pemilu, meskipun kadang dengan bebagai latar belakang yang berbeda.

Empat alasan mendasar yang menyebabkan pemilih pemula mempunyai kedudukan dan makna strategis dalam Pemilihan Umum adalah, (1) alasan kuantitatif yaitu bahwa pemilih pemula ini merupakan kelompok pemilih yang mempunyai jumlah secara kuantitatif relatif banyak dari setiap pemilihan umum, (2) pemilih pemula adalah merupakan satu segmen pemilih yang mempunyai pola perilaku sendiri dan sulit untuk diatur atau diprediksi, (3) kekhawatiran bahwa pemilih pemula akan lebih condong menjadi golput dikarenakan kebingungan karena banyaknya pilihan partai politik yang muncul yang akhirnya menjadikan mereka tidak memilih sama sekali, dan (4) masing-masing organisasi sosial politik mengklaim sebagai organisasi yang sangat cocok menjadi penyalur aspirasi bagi pemilih pemula yang akhirnya muncul strategi dari setiap partai politik untuk mempengaruhi pemilih pemula.

2.7 Tinjauan Tentang Pemilu 2.7.1 Pengertian Pemilu

(47)

langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Pemilu berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun1945.

Pemilu merupakan salah satu mekanisme demokrasi di NKRI. Pasal 1 ayat (2) UUD 1945 menyatakan bahwa rakyat memiliki kekuasaan (kedaulatan) yang tertinggi. Mekanisme penyerahan kedaulatan rakyat melalui wakilnya (representative democracy) adalah melalui Pemilu.

2.7.2 Tujuan Pemilu

Tujuan pemilihan umum di Indonesia menurut Moh. Kusnardi dan Harmaily Ibrahim (dikutip dalam Sukriono, 2009), yaitu pertama memungkinkan terjadinya pergantian pemerintah secara damai dan tertib, kedua: untuk melaksanakan kedaulatan rakyat, dan ketiga: untuk melaksanakan hak-hak asasi asasi warga negara. Sementara itu, Jimly Asshiddiqie (dikutip dalam Sukriono, 2009) merumuskan tujuan penyelenggaraan pemilu menjadi 4 (empat), yaitu:

1) Untuk memungkinkan terjadinya peralihan kepemimpinan pemerintahan secara tertib dan damai:

2) Untuk memungkinkan terjadinya pergantian pejabat yang akan mewakili kepentingan rakyat di lembaga perwakilan

(48)

2.7.3 Pelaksanaan Pemilu

Pada awalnya Pemilu di Indonesia bertujuan untuk memilih anggota lembaga legislatif, yaitu Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota. Pemilihan presiden dan wakil presiden (pilpres) semula dilakukan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) sebagai lembaga tertinggi negara. Kemudian berdasarkan amandemen keempat UUD 1945 pada 2002 pilpres dilakukan secara langsung oleh rakyat sehingga pilpres dimasukkan dalam agenda Pemilu.

Pilpres sebagai salah satu dari Pemilu di Indonesia diadakan pertama kali pada tahun 2004. Selanjutnya pada tahun 2007, berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007, pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah (pilkada) juga dimasukkan sebagai bagian dari agenda pemilu di Indonesia. Istilah Pemilu di Indonesia lebih sering merujuk kepada pemilu legislatif, pemilu presiden dan wakil presiden yang diadakan setiap 5 tahun sekali.

Pemilu yang berlangsung di Bandarlampung diikuti oleh 11 Partai politik peserta pemilu 2014 yang terdiri ԁаr beberapa partai politik уаnɡ telah mengikuti

pemilihan umum tahun еbеlumnуа. Beberapa diantaranya аԁаƖаh partai baru уаnɡ

ikut meramaikan pesta demokrasi 5 tahunan n dаn juga аԁа gabungan beberapa partai. Pengertian pemilu 2014 n аԁаƖаh sarana pesta demokrasi ԁаn pelaksanaan

kedaulatan rakyat, dimana ԁаƖаm pemilihan umum tеr еbυt rakyat аkаn memilih

(49)

2.8 Landasan Teori

Keikutserataan masyarakat secara aktif dalam kehidupan politik dengan memberikan suaranya merupakan salah satu bentuk partisipasi politik yang menunjukan adanya kepedulian dan tingkat kesadaran masyarakat dalam berperan menyukseskan kegiatan politik. Pemilu atau Pemilihan Umum merupakan sarana yang tepat digunakan oleh masyarakat saat ini, guna menyeleksi calon-calon pemimpin. Partisipasi aktif masyarakat dalam kegiatan pemilu dapat menjadi kunci penentu keberhasilan pencapaian tujuan.

Salah satunya pemilih pemula yang turut serta dalam berpartisipasi. Pemilih pemula yang memiliki karakeristik cukup berbeda dengan orang tua. Pemilih pemula cenderung kritis, mandiri, independen, anti status quo atau tidak puas dengan kemapanan, pro-perubahan dan sebagainya. Karakteristrik itu cukup kondusif untuk membangun partisipasi pemilih dalam pemilu yakni pemilih yang memiliki pertimbangan rasional dalam menentukan pilihannya.

2.8.1 Teori Partisipasi Politik

Menurut Herbert McClosky dalam International Encyclopedia of the Social Sciences, Partisipasi politik adalah kegiatan sukarela dari warga masyarakat dimana mereka mengambil bagian dari proses pemilihan penguasa secara langsung ataupun tidak langsung, dalam proses penentuan kebijakan umum.

(50)

”The term political participation will refer to those voluntary activities by

which members of society share in the se3lection of rulers and directly or

indirectly, in the formation of public policy”.

Kebijakan politik itu mencakup tindakan memberikan suara dalam pemilihan umum, menghadiri rapat umum, menjadi anggota suatu partai atau kelompok kepentingan, melakukan hubungan dengan pejabat pemerintah atau anggota parlemen dan sebagainya.

Anggota masyarakat yang berpartisipasi dalam proses politik melalui pemberian suara atau kegiatan lain, terdorong oleh keyakinan bahwa melalui kegiatan bersama itu kepentingan mereka akan tersalur atau sekurang-kurangnya diperhatikan, dan bahwa mereka sedikit banyak dapat mempengaruhi tindakan mereka yang berwenang untuk membuat keputusan yang mengikat. Dengan kata lain, mereka percaya bahwa kegiatan mereka mempunyai efek politik.

(51)

2.8.2 Teori Pemrosesan-Informasi

Teori pemrosesan-informasi McGuire menyebutkan bahwa perubahan sikap terdiri dari enam tahap, yang masing-masing tahap merupakan kejadian penting yang menjadi patokan untuk tahap selanjutnya. Tahap-tahap tersebut adalah 1. Pesan persuasif harus dikomunikasikan.

2. Penerima akan memperhatikan pesan. 3. Penerima akan memahami pesan.

4. Penerima terpengaruh dan yakin dengan argumen-argumen yang disajikan. 5. Tercapai posisi adopsi baru.

6. Terjadi perilaku yang diinginkan.

McGuire mengatakan bahwa berbagai variabel independen dalam situasi komunikasi dapat memiliki efek pada salah satu atau lebih dari satu di antara tahap di atas. Variabel seperti kecerdasan, misalnya, mungkin mengakibatkan kecilnya pengaruh, karena semakin cerdas seseorang akan semakin mampu mendeteksi cacat dalam sebuah argumen dan lebih suka memegang opini yang berbeda dengan yang lainnya. Tetapi mungkin lebih menarik perhatian karena semakin cerdas seseorang semakin besar ketertarikannya pada dunia luar.

(52)

Teori pemrosesan informasi McGuire memberikan sebuah pandangan yang bagus tentang proses perubahan sikap, mengingatkan bahwa ia melibatkan sejumlah komponen. Sikap pada dasarnya adalah cara pandang kita terhadap sesuatu. Sikap memiliki tiga komponen, yakni komponen afektif, komponen kognitif dan komponen perilaku. Komponen afektif berisi perasaan-perasaan tertentu terhadap objek sikap. Komponen kognitif berisi keyakinan terhadap objek sikap. Sedangkan komponen perilaku berisi perilaku yang disengaja terhadap objek sikap.

M. De Mey mengatakan bahwa kognisi seseorang merupakan faktor yang sangat penting dalam menerima dann mengelola informasi. Setiap pemrosesan informasi diperantarai oleh pengkategorian dan pengenaan konsep. Kategori dan konsep ini adalah sebuah tiruan/model tentang dunia sekeliling. Proses informasi menentukan pembentukan makna pada seseorang dan merupakan konstruksi dari sebuah perubahan sikap.

(53)

tidak terkait dengan perolehan skema secara langsung, maka mungkin terjadi hambatan pemahaman.

2.8.2.1 Model Kemungkinan Elaborasi

Sebagian besar orang yang hidup dalam masyarakat kontemporer dibombardir oleh pesan-pesan media massa, sebagaian besar berusaha membujuk mereka atas sesuatu. Jelas sekali tidak mungkin bagi penerima pesan untuk terus berkutat dengan semua pesan tersebut dalam jangka waktu lama. Secara khusus, beberapa pesan dipilih untuk diamati dan melihat sekilas beberapa pesan lain. Sebuah model persuasi yang mengakui kedua cara pemrosesan pesan adalah model kemungkinan elaborasi dari Petty dan Cacioppo (1968) dalam buku Werner J. Severin dan James W. Tankard (2001)

Model kemungkinan elaborasi menyebutkan bahwa terdapat dua rute menuju perubahan sikap - rute sentral dan rute eksternal. Rute sentral dipakai ketika penerima secara aktif memproses informasi dan terbujuk oleh rasionalitas argumen. Rute eksternal dipakai ketika penerima mencurahkan energi kognitif untuk mengevaluasi argumen dan memproses informasi di dalam pesan dan lebih dibimbing oleh isyarat-isyarat eksternal, diantaranya kredibilitas sumber, gaya, dan format pesan, suasana hati penerima dan sebagainya.

(54)

bahwa elaborasi merujuk pada “keberadaan yang dipikirkan oleh seseorang secara

cermat mengenai informasi yang relevan dengan masalah yang ada.” Elaborasi

meliputi perhatian secara hati-hati terhadap paparan, usaha mengakses informasi yang relevan (dari memori atau sumber-sumber eksternal), pengamatan dan pengambilan keputusan argumen, penarikan kesimpulan tentang argumen-argumen yang baik dan pencapaian evaluasi menyeluruh terhadap posisi yang direkomendasikan.

Dalam proses perubahan sikap, tampak bahwa sikap dapat berubah, hanya jika stimulus yang menerpa benar-benar melebihi semula. Dalam menelaah sikap yang baru ada tiga variabel yang penting yaitu, perhatian, pengertian, dan penerimaan.

2.9 Kerangka Pikir

Menurut Widayat dan Amirullah dalam Masyhuri dan Zainuddin, kerangka berpikir atau juga disebut kerangka konseptual merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah penting.

(55)

Selain media massa informasi berasal dari keluarga, teman sepergaulan, lingkungan turut mempengaruhi penyebaran informasi yang ada.

(56)

BAGAN 1 KERANGKA PIKIR

Terpaan Informasi Pada Pemilu Legislatif DPRD Kota Dapil Sukarame

2014

Sikap Pemilih Pemula

Aspek Kognitif

Aspek Afektif

Aspek Konatif

Keputusan Memilih

dalam Pemilu Media Massa

Keluarga

Lingkungan

Pemilih Pemula

 Teori Pemrosesan – Informasi McGuire  Teori Partisipasi

(57)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tipe Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Metodologi kualitatif merupakan penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Penelitian kualitatif bertujuan untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain, secara holistik. Dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.

(58)

informasi yang dikaji lebih bersifat komprehensif, mendalam, alamiah dan apa adanya.

3.2 Definisi Konsep

Definisi konsep merupakan batasan terhadap masalah-masalah variabel, yang dijadikan pedoman dalam penelitian, sehingga tujuan dan arahnya tidak menyimpang. Definisi konsep dalam penelitian ini adalah :

1. Sikap

Sikap adalah kecenderungan yang terdapat dalam diri manusia terhadap objek tertentu yang menimbulkan respon dalam bentuk positif atau negatif, bentuk rasa suka dan tidak suka, mendekati atau menghindari situasi, benda, orang, kelompok dan aspek lingkungan.

2. Pemilih Pemula

Warga Indonesia yang hari pemilihan atau pemungutan suara adalah Warga Negara Indonesia yang sudah genap berusia 17 tahun atau lebih atau sudah/pernah kawin yang mempunyai hak pilih, dan sebelumnya belum termasuk pemilih karena ketentuan Undang-Undang Pemilu.

3. Terpaan Informasi

(59)

4. Pemilu

Suatu sarana dalam mewujudkan kedaulatan rakyat, diselenggarakan dengan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun1945.

3.3 Fokus Penelitian

Fokus penelitian penting dalam suatu penelitian yang bersifat kualitatif. Hal ini untuk membatasi ruang lingkup penelitian yang akan dilakukan dan memegang peranan yang penting dalam memandu serta mengarahkan jalannya suatu penelitian.

Penelitian ini berfokus pada pemilih pemula dalam menyikapi terpaan informasi pada pemilu legislatif DPRD Kota Dapil Sukarame 2014. Lokasi penelitian yaitu Kecamatan Sukarame, subjek Pemilih Pemula berdasarkan range umur 17-22 tahun.

(60)

Berdasarkan data tahun 2012 penduduk Sukarame didominasi oleh penduduk muda/dewasa. Golongan penduduk ini biasanya diperlihatkan dengan batang piramida kelompok umur 0-4 tahun sampai dengan 20-24 tahun yang lebih panjang dari kelompok umur lainnya dan batang piramida untuk kelompok umur 60 tahun ke atas yang cukup pendek.

3.4 Sumber Data

Menurut Lofland dalam Moleong (2004:157) sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Sumber data dalam suatu penelitian merupakan hal penting yang harus diperhatikan. Dalam penelitian ini sumber data yang dijadikan bahan refrensi atau acuan adalah :

1. Data Primer

Data primer dalam penelitian ini adalah kata-kata atau wacana yang dipeoleh dengan menggali dan mengumpulkan informasi dari informan yang dianggap mengetahui segala permasalahan yang akan diteliti, terkait dengan pemilih pemula dengan berkomunikasi tatap muka dan wawancara secara mendalam. Yang menjadi data primer dalam penelitian ini adalah hasil wawancara dari pemilih pemula yang mengikuti pemilu di Bandar Lampung.

2. Data Sekunder

(61)

pemilih pemula yang mengikuti pemilu, seperti : studi literatur (buku dan internet) yang berhubungan dengan pemilu dan komunikasi politik yang menunjang penelitian ini.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang lengkap, akurat dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya, peneliti menggunakan pengumpulan data sebagai berikut :

1. Wawancara

Yaitu teknik pengumpulan data dengan cara mengumpulkan informasi dengan mengajukan sejumlah pertanyaan berkaitan dengan pemilih pemula dalam pemilu. Wawancara ini dilakukan secara mendalam kepada informan yang telah ditunjuk. Baik secara langsung, maupun menggunakan media.

2. Observasi

Yaitu pengumpulan data yang penting dalam penelitian ilmiah dengan melakukan pengamatan, pencatatan, serangkaian perilaku dan sebagainya secara langsung. Observasi pada penelitian ini dilakukan dengan mengamati secara langsung ke objek penelitian.

3. Dokumentasi dan Studi pustaka

(62)

3.6 Penentuan Informan

Menurut Spradley dalam Moleong (2004: hlm 165), informan harus memiliki beberapa kriteria yang harus dipertimbangkan, yaitu:

1) Subjek yang telah lama intensif menyatu dengan suatu kegiatan atau medan aktivitas yang menjadi sasaran atau perhatian penelitian dan ini biasanya ditandai oleh kemampuan memberikan informasi diluar kepala tentang sesuatu yang ditanyakan.

2) Subjek masih terikat penuh serta aktif pada lingkungan dan kegiatan yang menjadi sasaran penelitian.

3) Subjek mempunyai cukup banyak waktu dan kesempatan untuk dimintai informasi.

4) Subjek yang dalam memberikan informasi tidak cenderung diolah atau dikemas terlebih dahulu dan mereka relatif masih lugu dalam memberikan informasi.

Teknik pemilihan informan dalam penelitian ini adalah teknik purposive (disengaja). Teknikpurposivebersifat tidak acak, dimana subjek penelitian dipilih berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu. Pemilihan informan dilakukan secaraaccidental(informan yang kebetulan dijumpai) sesuai dengan kriteria yang ada.

(63)

1. Berumur 17–22 thn

2. Daftar Pemilih Tetap kawasan Kecamatan Sukarame 3. Ikut serta memilih dalam Pemilu Legislatif (tidak golput)

Apabila penulis merasa kekurangan dalam pengambilan data dari informan yang dimaksud, tidak menutup kemungkinan untuk menambah jumlah informan dalam penelitian ini.

Tabel 1. Jumlah Daftar Pemilih Tetap di Kecamatan Sukarame Tahun 2014

Sumber : Kecamatan Sukarame

3.7 Teknik Analisis Data

Analisis data menurut Patton 1980 (Moleong, 2000: 103) adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar. Adapun teknik analisis data kualitatif dilakukan dengan tahap sebagai berikut:

1. Reduksi Data

Reduksi data yaitu proses pemilihan, pemusatan perhatian dan penyederhanaan, pengabstrakkan dan transformasi data kasar yang muncul

No Nama Kelurahan Jumlah Wajib Pilih Total Pemilih

Pemula Laki-Laki Perempuan

1 KOPRI JAYA 1612 1776 3388 1694

2 KOPRI RAYA 2498 2552 5050 1876

3 SUKARAME 5679 5737 11416 2525

4 SUKARAME BARU 2086 2117 4203 1435

5 WAY DADI 3345 3246 6591 1890

6 WAY DADI BARU 3199 3117 6316 1735

(64)

dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Di mana setelah penulis memperoleh data, harus lebih dulu dikaji kelayakannya dengan memilih data mana yang benar-benar dibutuhkan dalam penelitian ini.

2. Display (Penyajian Data)

Penyajian data dibatasi sebagai sekumpulan informasi tersusun yang disesuaikan dan diklarifikasi untuk mempermudah peneliti dalam menguasai data dan tidak terbenam dalam setumpuk data.

3. Verifikasi (Menarik Kesimpulan)

(65)

BAB IV

GAMBARAN UMUM

4.1 Gambaran Umum Kecamatan Sukarame 4.1.1 Letak Geografi / Luas Kecamatan

Kecamatan Sukarame merupakan sebagian wilayah Kota Bandar Lampung yang terletak di ujung timur Kota Bandar Lampung. Letak geografis dan wilayah administratif Kecamatan Sukarame memiliki batas-batas sebagai berikut:

1. Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Lampung Selatan 2. Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Sukabumi 3. Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Lampung Selatan

4. Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Way Halim dan Kecamatan Kedamaian.

4.1.2 Topografi

(66)

Letak sungai – sungau dalam wilayah kecamatan Sukarame pada umumnya mengalir dari Utara ke Selatan karena di sebelah Utara lebih tinggi dari bagian Selatan, sungai-sungai tersebut diantaranya adalah Way Balau, Way Cirebon dan Way Halim.

4.1.3 Administrasi Pemerintahan

Berdasarkan peraturan daerah Kota Bandar Lampung nomor 04 tahun 2012, tentang penataan dan pembentukan kelurahan dan kecamatan, wilayah Kecamatan Sukarame dibagi menjadi 6 (enam) kelurahan, yaitu:

1. Kelurahan Sukarame 2. Kelurahan Sukarame Baru 3. Kelurahan Way Dadi 4. Kelurahan Way Dadi Baru 5. Kelurahan Kopri Jaya 6. Kelurahan Kopri Raya

(67)

Tabel 2. Jumlah Pegawai Negri Sipil menurut Jenis Kelamin di Kecamatan

Tabel 3. Jumlah Penduduk menurut kelurahan, Jenis Kelamin dan Sex Ratio Kecamatan Sukarame 2012

Sumber : BPS Kota Bandar Lampung

No Nama Kelurahan Penduduk Sex Ratio

Laki-Laki Perempuan

1 KOPRI JAYA 3.508 3.569 98,29

2 KOPRI RAYA 1.732 1.727 100,29

3 SUKARAME 5.436 5.424 100,22

4 SUKARAME BARU 6.075 6.091 99,74

5 WAY DADI 4.627 4.573 101,18

6 WAY DADI BARU 4.995 4.737 100,29

(68)

Tabel 4. Jumlah Penduduk menurut Umur dan Jenis Kelamin di Kecamatan

4.2 Rekapitulasi Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD dan DPRD Kecamatan Sukarame Tahun 2014

Tabel.5 Data Pemilih Terdaftar Dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT)

Sumber : Kecamatan Sukarame

No Nama Kelurahan Jumlah Wajib Pilih Total

Laki-Laki Perempuan

1 KOPRI JAYA 1612 1776 3388

2 KOPRI RAYA 2498 2552 5050

3 SUKARAME 5679 5737 11416

4 SUKARAME BARU 2086 2117 4203

5 WAY DADI 3345 3246 6591

6 WAY DADI BARU 3199 3117 6316

(69)

Tabel 6. Pengguna Hak Pilih Dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT)

Sumber : Kecamatan Sukarame

4.3 Jumlah Calon Legislatif DPRD Kota Kecamatan Sukarame Dari Masing- Masing Partai

10 Partai Hati Nurani Rakyat 9

11 Partai Bulan Bintang 4

No Nama Kelurahan Jumlah Wajib Pilih Total

Laki-Laki Perempuan

1 KOPRI JAYA 1355 1370 2725

2 KOPRI RAYA 1669 1683 3352

3 SUKARAME 4145 4170 8315

4 SUKARAME BARU 1585 1605 3190

5 WAY DADI 2533 2550 5083

6 WAY DADI BARU 2570 2579 5149

(70)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan wawancara dengan informan yaitu pemilih pemula, maka didapatkan kesimpulan dari analisis sikap pemilih pemula dalam menanggapi terpaan informasi pemilu legislatif sebagai berikut :

(71)

2. 5 dari 8 informan menyebutkan bahwa perasaan pertama kali mengikuti pemilu yaitu pemilih pemula merasa bingung dan 3 lainnya merasa biasa saja mengahadapi pemilu. Sehingga sikap pemilih pemula dalam Komponen Afektif, pemilih pemula merasa bingung saat pertama kali memilih dikarenakan kurangnya sosialisi pemilu dari pihak penyelenggara. Selain itu banyaknya daftar calon atau kandidiat menyusahkan para pemilih dalam memilih calon yang tepat. Kurang peduli

3. Sikap pemilih pemula dalam Komponen Konatif. Kecenderungan pemilih pemula mengambil keputusan berdasarkan pengaruh media massa dengan jumlah 5 informan dan kecenderungan pemilih pemula mengambil keputusan berdasarkan pengaruh keluarga yakni dengan jumlah 3 informan. Pemilih pemula memiliki inisiatif yang baik dan kesadaran untuk mengikuti pemilu sebagai tanggung jawabnya menjadi warga negara.

(72)

6.2 SARAN

1. Perlunya memberikan bekal pengalaman pada pemilih pemula berkaitan dengan pengambilan keputusan ketika dihadapkan pada banyaknya calon legislatif yang harus dipilih dari partai politik. Bekal pengalaman ini misalnya melalui pendidikan politik yang berguna bagi pemilih pemula supaya mempunyai sikap yang jelas ketika dihadapkan pada banyaknya calon legislatif yang harus dipilih dari partai politik

(73)

Buku:

Ahmadi, Abu. 2000.Psikologi Sosial.Jakarta:Rineka Cipta

Asfar,M. 2005.Esai-Esai Seputar Pemilu 2004. Surabaya: Eureka dan Pusdemham Budiarjo, Mirriam.Partisipasi Dan Partai Politik. Jakarta: PT. Gramedia

Cangara, H. 2009.Komunikasi Politik: Konsep, Teori dan Strategi. Jakarta: Rajawali Press.

Effendy, Onong Uchjana. 2003.Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi.Bandung: PT. Citra Aditya Bakti

____________________. 2004.Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek..Bandung: Remaja Rosdakarya.

Hamad, Ibnu. 2004.Konstruksi Realitas Politik dalam Media Massa.Jakarta: PT. Granit

J.Severin, Werner. James W. Tankard,Jr. 2011.Teori Komunikasi Sejarah, Metode, Dan Terapan di Dalam Media Massa.Jakarta: Kencana

Masyhuri, M. Zainuddin. 2008.Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis dan Aplikatif.Bandung: PT. Refika Aditama.

Mulyana, Deddy.2001.Metode Penelitian Kualitatf: Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung. Remaja Rosdakarya. Moleong, Lexy J. 2000.Metodologi Penelitian Kualitatif: Edisi Revisi. Bandung:

PT. Remaja Rosdakarya.

Rakhmat, Jalaluddin. 1992.Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Saifuddin, Azwar. 2007.Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

(74)

Jurnal Skripsi:

Setiajid. 2010. Orientasi Politik Yang Mempengaruhi Pemilih Pemula Dalam Menggunakan Hak Pilihnya Pada Pemilihan Walikota Semarang Tahun 2010 Semarang, Universitas Negri Semarang.

Chandra Rossi. 2012. Sikap Masyarakat Kota Palembang Terhadap Pemindahan Pedagang Kaki Lima (PKL) Pasar 16 Ilir Palembang Ke Pasar Retail Jakabaring. Lampung, Universitas Lampung.

Faria Arista. 2009. Pengaruh Faktor Faktor Sosiodemografik Pada Sikap Remaja Terhadap Kampanye Anti Rokok.Lampung, Universitas Lampung

Devitarani,Yuni. 2009.Pengaruh Elaboration Likelihood Model Dalam Mempersepsi Media Luar Ruang Terhadap Sikap Kampanye Pemilihan Kepala Daerah Pada Mahasiswa Pendatang di Kota Malang. Malang. Universitas Brawijaya

Internet:

Terpaan Media Massa Pada Khalayak.

http://id.shvoong.com/social-sciences/communication-media-studies/2336140-terpaan-media-massa-pada-khalayak/#ixzz2w1Dw1NVk. Akses pada

14/03/2013.

Kaum Remaja dan Demokrasi

www.tempo.co/read/news/2008/01/25/.../Kaum-Remaja-dan-Demokrasi. Akses pada 22/02/2014.

Pemilih Pemula

Gambar

Tabel  1. Kajian Penelitian Terdahulu
Gambar 1. Data Usia Penduduk Sukarame 2012
Tabel 1. Jumlah Daftar Pemilih Tetap di Kecamatan Sukarame Tahun 2014
Tabel 3. Jumlah Penduduk menurut kelurahan, Jenis Kelamin dan Sex Ratio
+3

Referensi

Dokumen terkait

Skripsi yang berjudul Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Balita tentang Diare terhadap Tindakan Pemberian Cairan Rehidrasri pada Anak Balita Diare (Studi Kasus di

Dimana bank pemerintah dan Bank pembangunan daerah yang mendominasi saluran kredit kepada UMKM diikuti oleh Bank swasta nasional dan kemudian Bank asing dan Bank campuran yang

Hal ini ditunjukkan dengan menghilangnya puncak titanium dengan Pada pola difraksi emakin meningkat waktu pemaduan semakin lebar puncak alumunium yang bahwa ukuran

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelasaikan skripsi dengan judul “ Hubungan Lama

Berdasarkan data di atas maka atas penjualan obat yang dilakukan oleh instalasi farmasi di Rumah Sakit XYZ tidak dapat diketahui secara pasti berapa yang terutang PPN dan yang

ya dibuat pada suatu perencanaan penelitian pengaruh yang akan terjadi dari variable m nurut (Nur, 1996) hipotesis dirumuskan dalam ertanyaan biasanya digunakan

Subjek kajian yang terlibat dalam kajian ini adalah seramai 111 orang responden yang dikenalpasti pernah menjadi gelandangan dan telah ditempatkan di dalam

[Uraikan secara ringkas dan jelas bagaimana kegiatan itu akan dilaksanakan sesuai dengan tahapan-tahapan yang dinyatakan dalam beberapa sub-aktifitas.]a.