• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK DALAM MENYAMPAIKAN SPT MASA DAN PEMERIKSAAN PAJAK TERHADAP PENINGKATAN PENERIMAAN PAJAK DI KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP) PRATAMA METRO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK DALAM MENYAMPAIKAN SPT MASA DAN PEMERIKSAAN PAJAK TERHADAP PENINGKATAN PENERIMAAN PAJAK DI KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP) PRATAMA METRO"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENGARUH TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK DALAM MENYAMPAIKAN SPT MASA DAN PEMERIKSAAN PAJAK TERHADAP PENINGKATAN PENERIMAAN PAJAK DI KANTOR

PELAYANAN PAJAK (KPP) PRATAMA METRO

Oleh

Nuri Agustina

Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh bukti empiris apakah terdapat pengaruh tingkat kepatuhan wajib pajak dalam menyampaikan SPT masa dan pemeriksaan pajak terhadap peningkatan penerimaan pajak di KPP Pratama Metro.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh wajib pajak yang terdaftar di KPP Pratama Metro. Sampel penelitian dipilih berdasarkan metode judgment sampling. Data yang digunakan adalah data sekunder yang berupa data realisasi penerimaan pajak, jumlah SPT masa yang disampaikan tepat waktu, dan jumlah SKP yang diterbitkan berdasarkan hasil pemeriksaan pajak. Metode statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah regresi linier berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) tingkat kepatuhan wajib pajak dalam menyampaikan SPT masa yang diukur dari jumlah SPT masa PPh, dan PPN dan PPnBM yang disampaikan tepat waktu berpengaruh positif signifikan terhadap peningkatan penerimaan pajak, (2) pemeriksaan pajak yang diukur dari jumlah SKP (SKPKB, SKPKBT, dan STP) yang diterbitkan berpengaruh positif signifikan terhadap peningkatan penerimaan pajak di KPP Pratama Metro.

(2)

ABSTRACT

THE EFFECT OF TAXPAYER COMPLIANCE IN DELIVERING PERIODIC SPT AND TAX AUDIT TOWARDS THE INCREASING OF THE

TAX REVENUE AT THE TAX SERVICE OFFICE (KPP) PRATAMA METRO

by Nuri Agustina

The purpose of this study is to obtain the empirical evidences whether there is a significant influence of tax compliance level in delivering the periodic SPT and tax audits towards the increasing of tax revenue in KPP Pratama Metro.

The population of this study was all registered taxpayers in KPP Pratama Metro. Samples were selected based on judgment sampling method. The data used are secondary data which was tax revenue data, the amount of periodic SPT which was submitted on time, and the number of SKP which was issued based on the results of the tax audits. The statistical method that was used to test the hypothesis was multiple linear regressions.

The results showed that (1) the level of tax compliance in delivering the periodic SPT measured from the amount of SPT PPh, and PPN and PPnBM which was delivered on time has a significant positive effect on the increasing of tax revenue, (2) the tax audits was measured by the number of SKP (SKPKB, SKPKBT, and STP) that was published has a significant positive effect on the increasing of the tax revenue in KPP Pratama Metro.

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

RIWAYAT HIDUP

Nuri Agustina, lahir di desa Toba, Kec. Sekampung Udik, Kab. Lampung Timur pada tanggal 14 Agustus 1991. Anak ketiga dari 5 bersaudara dari pasangan Bapak Kadir dan Ibu Makyah.

Pendidikan formal dimulai sejak di bangku Taman Kanak-Kanak (TK) yaitu di TK Aisyiah 1 Banjar Agung, Lampung Timur dan lulus pada tahun 1997. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Dasar, SDN 1 Banjar Agung, Lampung Timur dan berhasil menyelesaikan pendidikan pada tahun 2003. Tahun 2003 penulis melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Pertama di SMPN 1 Pugung Raharjo, Lampung Timur, dan berhasil lulus pada tahun 2006. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan

Sekolah Menengah Atas di SMA Kartikatama Metro dan berhasil lulus pada tahun 2009.

(8)

PERSEMBAHAN

Rasa syukur tak hentinya aku ucapkan kepada-Mu Ya Allah

Aku persembahkan karya kecilku ini kepada bapak dan ibuku

tercinta atas kasih sayang, cinta, dukungan, dan doa yang selalu

beliau berikan dalam setiap langkahku serta untuk

kakak-kakakku (Karim Robinsyah dan Nurdin Johan, S.Kom.) dan

(9)

MOTO

Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada

kemudahan, maka apabila kamu telah selesai (dari

suatu urusan) kerjakanlah dengan

sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan hanya kepada

Allah hendaknya kamu berharap” (Q.S Alam

Nasyrah: 5-8)

Percaya dan yakinlah apapun yang terjadi saat

ini adalah yang terbaik dari Allah, Allah akan

selalu berikan yang terbaik untukmu pada saat

yang telah Ia

tentukan”

“Bukanlah hidup kalau tidak ada masalah,

bukanlah sukses kalau tidak melalui rintangan,

bukanlah menang kalau tidak dengan pertarungan,

bukanlah lulus kalau tidak ada ujian, dan

bukanla

h berhasil kalau tidak berusaha”

(10)

SANWACANA

Bismillahirohmannirrahim

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya yang tiada habis. Syukur Alhamdulillah, skripsi dengan judul “Pengaruh Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak dalam Menyampaikan SPT masa dan

Pemeriksaan Pajak terhadap Peningkatan Penerimaan Pajak di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Metro” dapat diselesaikan dengan baik.

Skripsi ini disusun untuk memberikan sumbangsih terhadap pengembangan penelitian khususnya dibidang perpajakan. Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan, namun penulis berharap agar karya ini dapat

memberikan kontribusi untuk penelitian selanjutnya. Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, dukungan, masukan, dan kontribusi dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Satria Bangsawan, S.E., M.Si, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

2. Bapak Dr. Einde Evana, S.E., M.Si., Akt, selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

(11)

4. Bapak R. Weddie Andriyanto, S.E., M.Si., CPA, selaku pembimbing utama dalam skripsi ini. Terima kasih atas waktu, saran, nasihat, dan masukan yang membangun dalam proses penyelesaian skripsi ini. 5. Ibu Ninuk Dewi Kusumaningrum, S.E., M.Sc., Akt selaku pembimbing

kedua. Terima kasih atas waktu, saran, nasihat, dan kesabaran dalam membimbing penulis menyelesaikan skripsi ini.

6. Bapak Kiagus Andi, S.E., M.Si., Akt, selaku penguji utama pada ujian skripsi. Terima kasih atas waktu, saran, dan masukan yang telah diberikan. 7. Segenap Bapak dan Ibu dosen yang telah membantu penulis dalam

menimba ilmu dan memperluas pengetahuan selama penulis mengikuti pendidikan di Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

8. Bapak Subari, mba Sri, Empok, mba Mayra, dan seluruh staff yang ada di Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung. Terima kasih atas bantuan yang telah diberikan selama ini.

9. Kedua orang tuaku tercinta, Bapak Kadir dan Ibu Makyah yang telah memberikan kasih sayang, cinta, nasihat, dukungan, dan doa yang tulus tiada hentinya.

10.Kakak-kakak dan adik-adikku yang sangat kusayangi, Kyay Karim, Abang John, Ratna, dan Febyola, serta Gusti Ida dan tak lupa keponakanku Necky. Terima kasih atas nasihat, doa, dan dukungan yang diberikan dengan tulus.

(12)

motivasi dan nasihat kalian sangat memberikan energi positif untukku. Kehadiran kalian memberikan semangat dalam mencapai impianku, semoga persahabatan kita akan terus berlangsung.

12.Teman-teman seperjuanganku Ria, Muti, Chintia, Icha, Els, Gilang, Saiful, Reza, Dedi, Mba Afri, dan Mba Ane serta teman-teman akuntansi 2009 yang tak bisa disebutkan satu persatu. Terima kasih atas bantuan dan dukungannya selama ini.

13.Teman-teman terbaikku Ocis, Mas Ivan, Rido, Imam, dan Sonny. Terima kasih atas bantuan, dukungan, dan doa yang telah kalian berikan untukku. 14.Teman-teman kost Ina Putri, mba Diah, mba Kiki, Ria, Rika, Anita,

Poppy, Meta, dan Indah. Terima kasih atas kebersamaan dan dukungan yang senantiasa kalian berikan untukku.

15.Serta kepada semua pihak yang tidak bisa aku sebutkan satu-persatu, terima kasih atas semua bantuan yang diberikan, semoga Allah melimpahkan berkah dan rahmat-Nya bagi Bapak, Ibu, dan saudara-saudara sekalian.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Bandar Lampung, September 2014 Penulis,

(13)

DAFTAR ISI

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 4

1.3. Batasan Masalah ... 4

1.4. Tujuan Penelitian ... 5

1.5. Manfaat Penelitian ... 5

1.5.1.Manfaat Teoritis ... 5

1.5.2.Manfaat Praktis ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS .... 6

2.1. Landasan Teori ... 6

2.1.1. Definisi Pajak ... 6

2.1.2. Fungsi Pajak ... 6

2.1.3. Asas-Asas Pemungutan Pajak ... 7

2.1.4. Sistem Pemungutan Pajak ... 8

2.1.5. Surat Pemberitahuan (SPT)... 8

2.1.6. Surat Ketetapan Pajak (SKP) ... 11

2.1.7. Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak ... 13

2.1.8. Pemeriksaan Pajak ... 14

2.1.9. Penerimaan Pajak ... 17

2.2. Penelitian Terdahulu ... 17

(14)

2.4. Pengembangan Hipotesis ... 18

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 21

3.1. Populasi dan Sampel ... 21

3.2. Data Penelitian ... 21

3.3. Operasional Variabel Penelitian ... 22

3.3.1. Variabel Dependen... 22

3.3.2. Variabel Independen ... 22

3.4. Metode Analisis Data ... 23

3.4.1. Uji Asumsi Klasik ... 24

3.5. Pengujian Hipotesis ... 25

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 28

4.1. Statistik Deskriptif Variabel Penelitian ... 28

4.2. Hasil Pengujian Asumsi Klasik ... 29

4.2.1. Uji Normalitas ... 29

4.2.2. Uji Multikolinieritas... 31

4.2.3. Uji Heteroskedastisitas... 32

4.2.4. Uji Autokorelasi ... 33

4.3. Hasil Pengujian Hipotesis ... 34

4.3.1. Uji Koefisien Determinsi (R2) ... 34

4.3.2. Uji Statistik F ... 34

4.3.3. Uji Statistik t ... 35

4.4. Pembahassan ... 37

BAB V PENUTUP ... 46

5.1. Simpulan ... 46

5.2. Keterbatasan Penelitian ... 47

5.3. Saran ... 47 DAFTAR PUSTAKA

(15)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Hasil Statistik Deskriptif ... 28

Tabel 2 Hasil Uji Normalitas ... 31

Tabel 3 Hasil Uji Multikolinieritas ... 31

Tabel 4 Hasil Uji Autokorelasi ... 33

Tabel 5 Hasil Uji R2 ... 34

Tabel 6 Hasil Uji Statsitik F ... 35

Tabel 7 Hasil Uji Statistik t ... 36

Tabel 8 Jumlah SPT masa yang disampaikan Tepat waktu dan Jumlah Realisasi Penerimaan Pajak Tahun 2012 ... 39

Tabel 9 Jumlah SPT masa yang disampaikan Tepat waktu dan Jumlah Realisasi Penerimaan Pajak Tahun 2013 ... 40

Tabel 10 Jumlah dan Total Nilai SKP (SKPKB, SKPKBT, dan STP) dan Jumlah Realisasi Penerimaan Pajak Tahun 2012 ... 43

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

(17)

DAFTAR GAMBAR

(18)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah

Indonesia sebagai negara berkembang memiliki tujuan untuk mewujudkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat, salah satunya dengan melakukan

pembangunan nasional yang terus-menerus dan berkelanjutan. Untuk membiayai pengeluaran negara dalam mewujudkan tujuan tersebut diperlukan dana yang besar yang bersumber dari penerimaan, baik berupa penerimaan dari dalam negeri maupun penerimaan dari luar negeri. Penerimaan dalam negeri merupakan sumber penerimaan yang utama yang terdiri dari penerimaan perpajakan dan penerimaan negara bukan pajak.

(19)

2

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir No. 16 tahun 2009, pasal (1) menyatakan bahwa pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Untuk meningkatkan kontribusi pajak sebagai penerimaan negara berbagai hal telah dilakukan oleh Ditjen Pajak termasuk reformasi perpajakan (tax reform) yang dimulai pada tahun 1983, sejak itu sistem perpajakan indonesia berubah dari official assessment system menjadi self assessment system. Dalam self assessment system wajib pajak diberi kepercayaan penuh untuk menghitung, memperhitung-kan, membayar/menyetor, dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang terutang sesuai jangka waktu yang telah ditentukan dalam peraturan undang-undang perpajakan. Dalam sistem ini wajib pajak dituntut untuk lebih patuh dan memiliki kesadaran yang tinggi dalam memenuhi kewajiban perpajakannya yaitu dalam penyampaian SPT, penyetoran, dan pembayaran pajak yang sebenarnya terutang.

(20)

3

melaksanakan pelayanan, pengawasan administratif, dan pemeriksaan terhadap wajib pajak dalam rangka meningkatkan penerimaan pajak. Dengan adanya pemeriksaan pajak diharapkan wajib pajak akan semakin patuh dalam

menyampaikan SPT masa atau SPT tahunannya dan atau membayar pajak yang sebenarnya terutang, sehinga diharapkan dapat meningkatkan penerimaan negara dari sektor perpajakan.

Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh Suhendra (2010). Perbedaan dengan penelitian sebelumnya terletak pada variabel

independen yang digunakan. Dalam penelitian ini peneliti menambahkan

pemeriksaan pajak sebagai variabel independen, hal ini mengarah pada program-program yang dilakukan oleh Ditjen pajak dalam menggali potensi penerimaan pajak. Berdasarkan informasi yang didapat dari Harian Kontan (Jumat 31 Mei 2013) sejumlah upaya dilakukan melalui program-program ekstra atau extra effort, pajak menggali potensi penerimaan pajak yakni dengan melakukan pemeriksaan, melakukan ekstensifikasi dan intensifikasi wajib pajak, mengincar perbaikan di sektor pajak pertambahan nilai, dan menagih tunggakan pajak.

Hal serupa disampaikan oleh kepala Kanwil DJP Bengkulu dan Lampung dalam

rakerda perusahaan REI (Real Estate Indonesia) tahun 2012 menyatakan bahwa

DJP telah menyiapkan berbagai langkah strategis yang salah satunya adalah

melakukan pemeriksaan khusus terhadap perusahaan terkait pembayaran PPh

pasal 21 yang dimaksudkan untuk mencapai target penerimaan perpajakan.

Sedangkan dalam renstra pemeriksaan pajak tahun 2012 Dirjen pajak

(21)

4

wajib pajak melaksanakan seluruh kewajiban perpajakannya dengan tingkat

kepatuhan yang tinggi dan disertai dengan mekanisme penegakan hukum yang

optimal oleh Direktorat Jenderal Pajak. Sebagai salah satu mekanisme penegakan

hukum atas sistem tersebut Dirjen Pajak diberi kewenangan untuk melakukan

pemeriksaan.

Berdasarkan uraian di atas maka penulis berminat untuk mempelajari lebih dalam hal tersebut dengan mengangkat judul penelitian “Pengaruh Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak dalam Menyampaikan SPT Masa dan Pemeriksaan Pajak terhadap Peningkatan Penerimaan Pajak di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Metro

1.2.Perumusan Masalah

1. Apakah terdapat pengaruh tingkat kepatuhan wajib pajak dalam

menyampaikan SPT masa terhadap peningkatan penerimaan pajak di kantor pelayanan pajak (KPP) Pratama Metro?

2. Apakah terdapat pengaruh pemeriksaan pajak terhadap peningkatan penerimaan pajak di kantor pelayanan pajak (KPP) Pratama Metro?

1.3.Batasan Masalah

(22)

5

1.4.Tujuan Penelitian

Untuk membuktikan secara empiris apakah terdapat pengaruh tingkat kepatuhan wajib pajak dalam menyampiakan SPT masa dan pemeriksaan pajak terhadap peningkatan penerimaan pajak di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Metro.

1.5.Manfaat Penelitian

1.5.1. Manfaat Teoritis

Dapat menambah kepustakaan bagi peneliti lain terutama di bidang perpajakan dan menjadi bahan referensi untuk penelitian dengan topik yang sama.

1.5.2. Manfaat praktis

Dapat menjadi bahan pertimbangan Direktorat Jenderal Pajak (DJP) pada

(23)

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

2.1.Landasan Teori

2.1.1. Definisi Pajak

Menurut Andriani (1991) dalam Waluyo (2011), pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan undang-undang dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai

pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dengan tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan. Sedangkan menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 pasal 1 butir pertama menyatakan bahwa pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

2.1.2. Fungsi pajak

(24)

7

Pajak berfungsi sebagai sumber dana yang diperlukan bagi pembiayaan pengeluaran-pengeluaran pemerintah.

b. Fungsi Mengatur (reguler)

Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan di bidang sosial dan ekonomi.

2.1.3. Asas-asas pemungutan pajak

Adam Smith dalam Waluyo (2011) menyatakan bahwa pemungutan pajak hendaknya didasarkan pada asas-asas berikut:

a. Equity

Pemungutan pajak harus bersifat adil dan merata, yaitu pajak dikenakan kepada orang pribadi yang harus sebanding dengan kemampuan membayar pajak (ability to pay) dan sesuai dengan manfaat yang diterima.

b. Certainty

Penetapan pajak tidak ditentukan sewenang-wenang, oleh karena itu wajib pajak harus mengetahui secara jelas dan pasti besarnya pajak yang terutang, kapan harus membayar, serta batas waktu pembayaran.

c. Convenience

Kapan wajib pajak harus membayar pajak sebaiknya sesuai dengan saat-saat yang tidak menyulitkan wajib pajak.

d. Economy

(25)

8

2.1.4. Sistem pemungutan pajak

Waluyo (2011) dalam bukunya Perpajakan Indonesia menyatakan bahwa sistem pemungutan pajak dibagi menjadi 3 yaitu:

a. Official Assessment System, sistem ini merupakan sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang. Ciri-ciri Official Assessment system adalah sebagai berikut:

1. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang berada pada fiskus 2. Wajib pajak bersifat pasif

3. Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh fiskus b. Self Assessment System, sistem ini merupakan sistem pemungutan pajak yang

memberikan wewenang, kepercayaan, tanggung jawab kepada wajib pajak untuk menghitung, memperhitungkan, membayar, dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus dibayar.

c. Withholding System, sistem ini merupakan sistem pemungutan pajak yang memberikan wewenang kepada pihak ketiga untuk memotong atau memungut besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak.

2.1.5. Surat Pemberitahuan (SPT)

Berdasarkan Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, Surat Pemberitahuan (SPT) adalah surat yang oleh Wajib Pajak (WP) digunakan untuk melaporkan penghitungan dan atau pembayaran pajak, objek pajak dan/atau bukan objek pajak dan atau harta dan kewajiban, menurut ketentuan peraturan

(26)

9

Menurut Hidayat (2013) terdapat dua macam SPT yaitu:

1. SPT Masa adalah surat pemberitahuan untuk suatu masa pajak. a. SPT masa PPh Pasal 21 dan Pasal 26

b. SPT masa PPh Pasal 22

c. SPT masa PPh Pasal 23 dan Pasal 26 d. SPT masa PPh Pasal 25

e. SPT masa PPh Pasal 4 ayat (2) f. SPT masa PPh Pasal 15

g. SPT masa PPN dan PPnBM

h. SPT masa PPN dan PPnBM bagi pemungut

1. SPT Tahunan adalah surat pemberitahuan untuk suatu tahun pajak atau bagian tahun pajak.

a. SPT Tahunan PPh WP Badan (formulir 1771)

b. SPT Tahunan PPh WP Badan yang diizinkan menyelenggarakan pembukuan dalam mata uang dollar Amerika Serikat (formulir 1771$) c. SPT Tahunan PPh orang pribadi (formulir 1770)

Fungsi Surat Pemberitahuan (SPT): a. Wajib pajak PPh

Surat pemberitahuan merupakan sarana bagi wajib pajak untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah pajak yang sebenarnya terutang. b. Pengusaha Kena Pajak (PKP)

(27)

10

c. Pemotong/Pemungut Pajak

Sebagai sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan pajak yang dipotong atau dipungut dan disetorkan.

Berdasarkan Undang-Undang tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan pasal 3 ayat 3 menyatakan bahwa batas waktu penyampaian surat pemberitahuan adalah:

a. Untuk surat pemberitahuan masa, paling lama 20 (dua puluh) hari setelah akhir masa pajak;

b. Untuk surat pemberitahuan tahunan pajak penghasilan wajib pajak orang pribadi, paling lama 3 (tiga) bulan setelah akhir tahun pajak; atau

c. Untuk surat pemberitahuan tahunan pajak penghasilan wajib pajak badan,

paling lama 4 (empat) bulan setelah akhir tahun pajak.

Surat Pemberitahuan (SPT) dianggap tidak disampaikan berdasarkan pasal 3 ayat 7 apabila:

a. Surat pemberitahuan tidak ditandatangani

b. Surat pemberitahuan tidak sepenuhnya dilampiri keterangan

c. Surat pemberitahuan yang menyatakan lebih bayar disampaikan setelah 3 (tiga) tahun sesudah berakhirnya masa pajak, bagian tahun pajak atau tahun pajak, dan wajib pajak telah ditegur secara tertulis

d. Surat pemberitahuan disampaikan setelah Direktur Jenderal Pajak melakukan pemeriksaan atau menerbitkan surat ketetapan pajak.

(28)

11

pertambahan nilai, Rp 100.000,00 (seratus ribu rupiah) untuk surat pemberitahuan masa lainnya, dan sebesar Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah) untuk surat

pemberitahuan tahunan pajak penghasilan wajib pajak badan serta sebesar Rp100.000,00 (seratus ribu rupiah) untuk surat pemberitahuan tahunan pajak penghasilan wajib pajak orang pribadi.

2.1.6. Surat Ketetapan Pajak (SKP)

Wajib pajak yang sudah membayar pajak tetapi masih terdapat selisih antara pajak yang terutang dengan pajak yang telah dibayar maka akan diterbitkan surat

ketetapan pajak. Direktorat Jenderal Pajak (DJP) menyatakan bahwa penerbitan suatu Surat Ketetapan Pajak (SKP) hanya terbatas kepada wajib pajak tertentu yang disebabkan oleh ketidakbenaran dalam pengisian SPT atau karena ditemukannya data fiskal yang tidak dilaporkan oleh wajib pajak.

Surat ketetapan pajak memiliki fungsi sebagai berikut:

a. Sarana untuk melakukan koreksi fiskal terhadap wajib pajak tertentu yang nyata-nyata atau berdasarkan hasil pemeriksaan tidak memenuhi kewajiban formal dan atau kewajiban materiil dalam memenuhi ketentuan perpajakan. b. Sarana untuk mengenakan sanksi administrasi perpajakan.

c. Sarana administrasi untuk melakukan penagihan pajak.

d. Sarana untuk mengembalikan kelebihan pajak dalam hal lebih bayar e. Sarana untuk memberitahukan jumlah pajak yang terutang

(29)

12

SKPKB diterbitkan oleh Dirjen pajak dalam jangka waktu 5 tahun setelah terutangnya pajak apabila terjadi hal-hal sebagai berikut:

a. Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan pajak yang terutang tidak atau kurang bayar.

b. Apabila SPT tidak disampaikan dalam jangka waktu yang telah ditetapkan dan setelah ditegur secara tertulis tidak disampaikan dalam jangka waktu sebagaimana tercantum dalam surat teguran.

c. Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain mengenai PPN dan PPnBM ternyata tidak seharusnya dikompensasikan selisih lebih pajak atau tidak seharusnya dikenakan tarif 0%.

d. Apabila kewajiban pembukuan dan pemeriksaan tidak terpenuhi sehingga tidak dapat diketahui besarnya pajak yang terutang.

e. Apabila kepada wajib pajak diterbitkan NPWP dan/atau dikukuhkan sebagai PKP secara jabatan.

Setelah melebihi jangka 5 tahun sejak terutangnya pajak ternyata tidak diterbitkan SKPKB maka dianggap pajak yang telah dibayar adalah benar.

2. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT)

(30)

13

3. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB)

Merupakan surat keputusan yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran pajak karena jumlah kredit pajak lebih besar dari pajak yang terutang atau tidak seharusnya tetutang.

4. Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN)

Merupakan surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah pokok pajak sama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak.

5. Surat Tagihan Pajak (STP)

Merupakan surat ketetapan yang diterbitkan dalam hal pajak penghasilan dalam tahun pajak berjalan tidak atau kurang bayar, dari hasil penelitian SPT terdapat kekurangan pembayaran pajak akibat salah tulis dan/atau salah hitung, wajib pajak dikenakan sanksi administrasi berupa denda dan/atau bunga, pengusaha yang tidak melaporkan untuk dikukuhkan sebagai PKP, pengusaha yang tidak

dikukuhkan sebagai PKP tetapi membuat faktur pajak, PKP tidak membuat faktur pajak atau membuat tetapi tidak tepat waktu dan tidak sesuai dengan masa

penerbitan faktur pajak.

2.1.7. Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak

Berdasarkan UU KUP Pasal 17C wajib pajak patuh adalah wajib pajak yang memenuhi kriteria sebagai berikut:

1. Tepat waktu dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) 2. Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak kecuali

(31)

14

pembayaran pajak.

3. Laporan keuangan diaudit oleh akuntan publik atau lembaga pengawas keuangan pemerintah dengan pendapat wajar tanpa pengecualian selama tiga tahun berturut-turut.

4. Tidak pernah dipidana karena melakukan tindak pidana di bidang perpajakan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap dalam jangka waktu 5 (lima) tahun terakhir.

Menurut Brown dan Mazur (2003) kepatuhan wajib pajak dibedakan menjadi tiga yaitu:

1. Kepatuhan penyampaian surat pemberitahuan (filling compliance) yang merupakan kepatuhan wajib pajak dalam menyampaikan surat pemberitahuannya secara tepat waktu.

2. Kepatuhan pembayaran (payment complience) yaitu kepatuhan wajib pajak dalam membayarkan secara tepat waktu pajak yang terutang yang telah dilaporkan.

3. Kepatuhan pelaporan pajak (reporting compliance) yaitu kepatuhan wajib pajak dalam melaporkan pajak terutangnya secara benar dan jujur.

2.1.8. Pemeriksaan pajak

(32)

15

melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 199/PMK.03/2007 tentang Tata Cara Pemeriksaan Pajak pasal 3 angka 3 menyatakan bahwa pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan wajib pajak dapat dilakukan dalam hal wajib pajak sebagai berikut:

a. Menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) yang menyatakan lebih bayar, termasuk yang telah diberikan pengembalian pendahuluan kelebihan pajak; b. Menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) yang menyatakan rugi;

c. Tidak menyampaikan atau menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) tetapi melampaui jangka waktu yang telah ditetapkan dalam Surat Teguran;

d. Melakukan penggabungan, peleburan, pemekaran, likuidasi, pembubaran, atau akan meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya; atau

e. Menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) yang memenuhi kriteria seleksi berdasarkan hasil analisis risiko (risk based selection) mengindikasikan adanya kewajiban perpajakan wajib pajak yang tidak dipenuhi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Laporan pemeriksaan pajak digunakan sebagai dasar dalam menerbitkan Surat Ketetapan Pajak (SKP), dan Surat Tagihan Pajak (STP), atau untuk tujuan lain dalam rangka pelaksanaan ketentuan perundang-undangan perpajakan.

Berdasarkan surat edaran Dirjen pajak Nomor SE-85/PJ/2011 tentang Kebijakan Pemeriksaan untuk Menguji Kepatuhan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan, jenis pemeriksaan dibagi menjadi 2 yaitu:

1. Pemeriksaan Lapangan, yaitu pemeriksaan yang dilakukan di tempat

(33)

16

pajak, atau tempat lain yang ditentukan oleh Direktur Jenderal Pajak.

Pemeriksaan lapangan dilakukan dalam jangka waktu paling lama 4 (empat) bulan yang dihitung sejak tanggal surat pemberitahuan pemeriksaan lapangan disampaikan kepada wajib pajak, wakil, kuasa, pegawai, atau anggota

keluarga yang telah dewasa dari wajib pajak, sampai dengan tanggal Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP).

2. Pemeriksaan Kantor, yaitu pemeriksaan yang dilakukan di kantor Direktorat Jenderal Pajak. Pemeriksaan kantor dilakukan dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan yang dihitung sejak tanggal wajib pajak, wakil, kuasa, pegawai, atau anggota keluarga yang telah dewasa dari wajib pajak, datang memenuhi surat panggilan dalam rangka pemeriksaan kantor sampai dengan tanggal LHP.

Terdapat 2 (dua) kriteria yang merupakan alasan atau dasar dilakukannya pemeriksaan, yaitu:

1. Pemeriksaan Rutin, merupakan pemeriksaan yang dilakukan sehubungan dengan pemenuhan hak dan/atau pelaksanaan kewajiban perpajakan Wajib Pajak atau karena diwajibkan oleh Undang-Undang KUP; dan

(34)

17

2.1.9. Penerimaan Pajak

Penerimaan pajak merupakan semua penerimaan negara yang berasal dari sektor perpajakan. Berdasarkan Undang-Undang No 19 tahun 2012 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, penerimaan perpajakan adalah semua

penerimaan negara yang terdiri dari pajak dalam negeri dan pajak perdagangan internasional. Pajak dalam negeri adalah semua penerimaan negara yang berasal dari pajak penghasilan, pajak pertambahan nilai barang dan jasa dan pajak penjualan atas barang mewah, pajak bumi dan bangunan, bea perolehan hak atas tanah dan bangunan, cukai, dan pajak lainnya. Sedangkan pajak perdagangan internasional adalah semua penerimaan negara yang berasal dari bea masuk dan bea keluar.

2.2. Penelitian terdahulu

Beberapa penelitian sebelumnya yang meneliti dengan topik serupa, antara lain penelitian yang dilakukan oleh Suhendra (2010) yang meneliti Pengaruh Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Badan terhadap Peningkatan Penerimaan Pajak

(35)

18

Wajib Pajak Orang Pribadi terhadap Penerimaan Pajak di KPP Pratama Surabaya Krembangan menyatakan bahwa tingkat kepatuhan tidak berpengaruh terhadap penerimaan pajak. Sedangkan Agusti dan Herawaty (2012) dalam penelitiannya mengenai Pengaruh Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Badan terhadap Peningkatan Penerimaan Pajak yang dimoderasi oleh Pemeriksaan Pajak menyatakan bahwa terdapat pengaruh positif signifikan antara tingkat kepatuhan wajib pajak terhadap peningkatan penerimaan pajak dan menyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh pemeriksaan pajak terhadap peningkatan penerimaan pajak.

2.3. Model Penelitian

Tingkat Kepatuhan WP

1. Pengaruh tingkat kepatuhan wajib pajak dalam menyampaikan SPT masa terhadap peningkatan penerimaan pajak

(36)

19

pemberitahuan atau yang dimaksud dengan filling compliance. Hal ini berarti semakin tinggi tingkat kepatuhan wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya yang salah satunya dilakukan dengan menyampaikan surat pemberitahuan pajak secara tepat waktu maka penerimaan pajak yang diperoleh akan semakin meningkat, hal ini dipicu oleh peningkatan kesadaran wajib pajak akan pentingnya pajak sebagai sumber penerimaan negara. Pernyataan ini dibuktikan dalam penelitian yang dilakukan oleh Agusti dan Herawaty (2010) yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh positif signifikan tingkat kepatuhan wajib pajak terhadap peningkatan penerimaan pajak, sehingga semakin patuh wajib pajak melaporkan dan melunasi kewajiban perpajakannya maka penerimaan pajak akan meningkat. Namun Alfian (2013) dalam penelitiannya menyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara tingkat kepatuhan wajib pajak dalam menyampaikan kewajiban perpajakannya dengan penerimaan pajak.

Berdasarkan uraian dan ketidakkonsistenan hasil penelitian di atas maka penulis berminat untuk meneliti kembali hal tersebut dengan merumuskan hipotesis sebagai berikut:

H1: Tingkat kepatuhan wajib pajak dalam menyampaikan SPT masa berpengaruh positif terhadap peningkatan penerimaan pajak di KPP Pratama Metro

(37)

20

pajak itu sendiri, hal ini juga tidak dapat terlepas dari pengawasan atau pengujian yaitu dengan dilakukannya pemeriksaan. Pemeriksaan pajak merupakan wujud dari mekanisme penegakan hukum atas self assessment system, dengan adanya pemeriksaan pajak diharapkan wajib pajak lebih sadar akan pentingnya pajak sebagai sumber penerimaan negara dan kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak yang terutang dengan benar dan tepat waktu akan semakin meningkat sehingga penerimaan pajak juga akan meningkat. Pemeriksaan pajak merupakan kegiatan atas pelaksanaan penegakan hukum, agar peraturan yang ditetapkan dapat dilaksanakan dengan baik, karena apabila pemeriksaan telah terlaksana dengan baik dan memberikan efek jera kepada wajib pajak maka secara tidak langsung kepatuhan wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya akan meningkan dan hal ini akan memicu peningkatan penerimaan pajak. Hal serupa dikemukakan oleh Kamila (2010) bahwa pemeriksaan pajak berpengaruh signifikan terhadap peningkatan penerimaan pajak. Sehingga dapat dikatakan semakin tinggi tingkat atau frekuensi pemeriksaan pajak maka penerimaan pajak akan meningkat secara signifikan. Namun hal ini tidak sejalan dengan penelitian Agusti dan Herawaty (2012) yang menyimpulkan bahwa pemeriksaan pajak tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan pajak.

Berdasarkan uraian dan ketidakkonsistenan hasil penelitian di atas maka penulis berminat untuk meneliti kembali hal tersebut dengan merumuskan hipotesis sebagai berikut:

(38)

21

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

1.1.Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh wajib pajak yang terdaftar di KPP Pratama Metro. Teknik pengambilan sampel dilakukan berdasarkan pertimbangan (judgment sampling) yang menurut Indrianto dan Supomo (2002) merupakan tipe pemilihan sampel secara tidak acak yang informasinya diperoleh dengan

menggunakan pertimbangan tertentu. Kriteria yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah:

a. Seluruh wajib pajak yang menyampaikan SPT masa di KPP Pratama Metro. b. Wajib pajak yang menyampaikan SPT masa untuk periode pajak Januari

2012-Desember 2013.

c. Wajib pajak yang diterbitkan SKP oleh KPP Pratama Metro untuk periode pajak Januari 2012- Desember 2013.

1.2.Data Penelitian

(39)

22

SKPKBT dan STP) yang diterbitkan per bulan oleh KPP Pratama Metro untuk periode Januari 2012- Desember 2013.

1.3.Operasional Variabel Penelitian

1.3.1. Variabel Dependen

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah peningkatan penerimaan pajak di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Metro. Menurut Suhendra (2010) peningkatan penerimaan pajak dapat diukur berdasarkan besarnya pajak penghasilan yang terealisasi yang merupakan skala rasio. Dalam penelitian ini penerimaan pajak diukur dari jumlah penerimaan pajak yang terealisasi setiap bulan mulai Januari 2012- Desember 2013.

1.3.2. Variabel Independen

1. Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak dalam menyampaikan SPT masa

Menurut Brown dan Mazur (2003) tingkat kepatuhan wajib pajak dapat diukur berdasarkan jumlah penyampaian surat pemberitahuan secara tepat waktu. Dan berdasarkan Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, salah satu kriteria untuk dapat dikatakan sebagai Wajib Pajak Patuh adalah wajib pajak yang tepat waktu dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT). Serta

(40)

23

disampaikan tidak melebihi batas waktu penyampaian SPT masa pada KPP Pratama Metro untuk periode pajak Januari 2012-Desember 2013.

2. Pemeriksaan Pajak

Laporan hasil pemeriksaan pajak digunakan sebagai dasar dalam menerbitkan Surat Ketetapan Pajak (SKP), dan Surat Tagihan Pajak (STP), atau untuk tujuan lain dalam rangka pelaksanaan ketentuan perundang-undangan perpajakan. Surat ketetapan pajak yang diterbitkan berdasarkan Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT), Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN), Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB) dan Surat Tagihan Pajak (STP). Rahayu (2012) dalam penelitiannya mengukur pemeriksaan pajak dari jumlah SKPKB yang diterbitkan. Menurut Hidayat (2013) surat

ketetapan pajak yang dapat menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah adalah SKPKB dan SKPKBT, sedangkan dalam Renstra Pemeriksaan Pajak tahun 2012 hasil pemeriksaan pajak yang akan memberikan kontribusi terhadap penerimaan adalah jumlah SKPKB, SKPKBT dan STP yang diterbitkan. Sehingga dalam penelitian ini penulis menggunakan jumlah SKPKB, SKPKBT dan STP yang diterbitkan oleh KPP Pratama Metro setiap bulan mulai Januari 2012 sampai Desember 2013 dalam mengukur pemeriksaan pajak.

1.4.Metode Analisis Data

(41)

24

penerimaan pajak dengan variabel independennya tingkat kepatuhan wajib pajak dalam menyampaikan SPT masa dan pemeriksaan pajak.

Dalam menguji pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen digunakan regresi sebagai berikut:

Y = a + b1X1 + b2X2 + e

Keterangan:

Y = Peningkatan penerimaan pajak a = Konstanta

b1-b2 = Koefisien regresi

X1 = Tingkat kepatuhan wajib pajak dalam menyampaikan SPT masa

X2 = Pemeriksaan pajak

e = Error

1.4.1. Uji Asumsi Klasik

1. Uji Normalitas

Ghozali (2006) menyatakan bahwa uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi

normal. Untuk mendeteksi tingkat normalitas dapat dilakukan dengan menggunakan analisis grafik Normal Probability Plots dan uji Kolmogorov Smirnov

2. Uji multikolinieritas

(42)

25

diantara viriabel bebas. Untuk mendeteksi apakah terjadi problem multikol dapat melihat nilai tolerance dan lawannya variace inflation factor (VIF).

3. Uji Heteroskedastisitas

Ghozali (2006) menyatakan bahwa uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika residualnya mempunyai varian yang sama maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda maka terjadi problem heteroskedastisitas. Model regresi yang baik yaitu homoskesdatisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi problem heterokedastisitas dilakukan dengan menggunakan grafik scatterplot.

4. Uji Autokorelasi

Ghozali (2006) menyatakan bahwa uji autokorelasi bertujuan menguji apakah model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode sebelumnya (t-1). Jika terjadi korelasi maka dinamakan problem autokorelasi. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi maka dilakukan uji Durbin – Watson (DW test).

1.5.Pengujian Hipotesis

Hipotesis diuji dengan pengujian terhadap variabel model linier berganda dengan menggunakan uji koefisien determinasi, statistik uji-f dan statistik uji-t . Dalam analisis regresi berganda, selain mengukur kekuatan pengaruh variabel

(43)

26

Menurut Ghozali (2006) uji koefisien determinasi (R2) digunakan untuk

mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai (R2) yang kecil berarti kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen sangat terbatas, dan apabila nilainya mendekati satu berarti variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel dependennya.

Uji-f dilakukan untuk menguji kemampuan seluruh variabel independen secara bersama-sama dalam menjelaskan variabel dependennya. Pengujian dilakukan dengan menggunakan tingkat signifikansi 0,05 (alpha = 5%). Dengan ketentuan penolakan atau penerimaan hipotesis adalah sebagai berikut:

a.Jika nilai signifikansi > 0,05 maka hipotesis ditolak (koefisien regresi tidak signifikan) ini berarti bahwa secara bersama-sama kedua variabel independen tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel dependennya.

b.Jika nilai signifikansi < 0,05 maka hipotesis tidak dapat ditolak (koefisien regresi signifikan), ini berarti bahwa secara bersama-sama kedua variabel independen mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.

Uji statistik-t dilakukan untuk mengetahui kemampuan masing-masing variabel independen dalam menjelaskan perilaku variabel dependen. Pengujian dilakukan dengan menggunakan tingkat signifikansi 0,05 (alpha=5%). Penolakan atau penerimaan hipotesis dilakukan dengan kriteria sebagai berikut:

(44)

27

(45)

46

BAB V PENUTUP

5.1. Simpulan

Berdasarkan hasil pengujian dan analisis data yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Tingkat kepatuhan wajib pajak dalam menyampaikan SPT masayang diukur berdasarkan jumlah penyampaian SPT masa PPh dan PPN berpengaruh positif signifikan terhadap peningkatan penerimaan pajak di KPP Pratama Metro. Jadi semakin patuh wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya dalam hal ini adalah kepatuhan dalam menyampaikan surat pemberitahuan masanya dengan tepat waktu yang berarti wajib pajak sadar akan pentingnya pajak sebagai sumber penerimaan negara sehingga

penerimaan pajak akan semakin meningkat.

(46)

47

5.2.Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini pada dasarnya masih memiliki keterbatasan. Keterbatasan ini diharapkan dapat menjadi penyempurna untuk penelitian selanjutnya. Keterbatasan dalam penelitian ini adalah:

1. Penelitian ini hanya menggunakan periode pajak Januari 2012-Desember 2013. Hal ini dikarenakan terbatasnya akses data yang diperoleh oleh peneliti. 2. Pengambilan sampel hanya untuk wajib pajak badan dan wajib pajak orang

pribadi yang menyampaikan SPT masa.

5.3.Saran

Berdasarkan hasil penelitian, maka penulis manyampaikan saran yang mungkin dapat bermanfaat bagi KPP Pratama Metro dan para peneliti selanjutnya sebagai berikut:

1. Untuk KPP Pratama Metro, dalam mencapai target penerimaan pajak, meningkatkan kepatuhan wajib pajak dalam menyampaikan SPT masa dan meningkatkan jumlah pemeriksaan terhadap wajib pajak adalah strategi yang baik.

2. Untuk peneliti selanjutnya agar diperoleh hasil yang lebih sempurna maka peneliti menyarankan untuk menambahkan jumlah periode penelitian. 3. Untuk peneliti selanjutnya disarankan untuk menambahkan jumlah wajib

(47)

48

(48)

DAFTAR PUSTAKA

Agusti, Asri Fika dan Herawaty, Vinola. 2012. Pengaruh Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Badan terhadap Peningkatan Penerimaan Pajak yang dimoderasi oleh Pemeriksaan Pajak pada KPP Pratama. SNA XII: Palembang.

Alfian, Rahmat. 2013. Pengaruh Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi terhadap Penerimaan Pajak di KPP Pratama Surabaya Krembangan. Jurnal

Akuntansi Vol 1, No. 3. Universitas Negeri Surabaya.

Brown, Robert E dan Mazur, Mark J. 2003. IRS’s Comprehensive Approach to Compliance Measurement. National Tax Journal.

Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Universitas Diponegoro.

Hidayat, Nur. 2013. Pemeriksaan Pajak: Menghindari dan Menghadapi. Jakarta: Gramedia.

Indrianto, Nur dan Supomo, Bambang. 2002. Metodologi Penelitian Bisnis: untuk Akuntansi dan Manajemen. Yokyakarta: BPFE Yokyakarta.

Kamila, Ichawanul. 2010. Pengaruh Tingkat Kepatuhan, Pemeriksaan Pajak serta Perubahan Penghasilan Kena Pajak terhadap Peningkatan Penerimaan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi pada KPP Pratama Surakarta. Skripsi: Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Kontan. 31 Mei 2013. Kejar Target Penerimaan, Ditjen Pajak Gali Potensi Penerimaan. Hal 2.

Pandiangan, Liberty. 2002. Pemahaman Praktis Undang-undang Perpajakan Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Pangemanan, Rima Naomi. 2013. Hubungan Jumlah dan Kepatuhan Wajib Pajak dengan Penerimaan PPh KPP Pratama Manado. Jurnal EMBA Vol.1 No.3: Universitas Sam Ratulangi.

(49)

Rahayu, Dwi. 2012. Analisis Pengaruh Pemeriksaan Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Semarang Selatan. Skripsi: STIE Dharma Putra.

Rakerda REI menghadirkan Kepala Kanwil DJP Bengkulu dan Lampung. Diakses 1 September 2013. http://www.pajak.go.id/node/5841?lang=en.

Suhendra, Euphrasia Susy. 2010. Pengaruh Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Badan terhadap Peningkatan Penerimaan Pajak Penghasilan Badan. Jurnal Ekonomi Bisnis Volume. 15, No. 1: Universitas Gunadarma.

Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-85/PJ/2011 tentang Kebijakan Pemeriksaan untuk Menguji Kepatuhan Pemenuhan Kewajiban

Perpajakan.

Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-07/PJ/2012 tentang Rencana dan Strategi Pemeriksaan Tahun 2012.

Susunan dalam Satu Naskah Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2012 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2013.

Referensi

Dokumen terkait

Jangka waktu pelaksanaan yang ditawarkan 30 hari melebihi jangka waktu pelaksanaan yang disyaratkan dalam dokumen lelang yakni 20 hr kalender Urutan Pelaksanaan Pekerjaan secara

9/CS16/KR.VIII/II/2016 tanggal 5 Februari 2016, ditetapkan Pemenang pekerjaan Pengadaan Jasa Cleaning Service Badan Kepegawaian Negara Kantor Regional VIII

Indikator kinerja kegiatan ( output /keluaran) adalah sesuatu yang diharapkan langsung dapat dicapai suatu kegiatan yang dapat berupa fisik atau non fisik..

lie lama tltraal berlangeung cafes akan terjedl pengen- ceran lorutan tltran eehlngga akan mempengarubl pengukuren hanteren llatrik* Ontuk rangellaimlr keealahen naka

Banyaknya faktor yang menjadi rendahnya keterampilan menulis resensi siswa setingkat SMA/MA menarik perhatian penulis yaitu kemampuan penalaran dan minat menulis sehingga penulis

Seseorang yang dikatakan mempunyai literasi kesihatan yang baik apabila individu tersebut berupaya mencari, memahami dan menggunakan maklumat yang berkaitan dengan kesihatan

And, despite growing public concern about the risk of climate change, many CEOs clearly do not think that global warming will have a direct impact on their companies’ potential

• External output differs from internal output in its design and appearance.. • A turnaround document is one that is sent out and