• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB MARAKNYA PERJUDIAN SABUNG AYAM DIDALAM MASYARAKAT) (Studi di Desa Purworejo Kecamatan Kotagajah Kabupaten Lampung Tengah)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB MARAKNYA PERJUDIAN SABUNG AYAM DIDALAM MASYARAKAT) (Studi di Desa Purworejo Kecamatan Kotagajah Kabupaten Lampung Tengah)"

Copied!
76
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB MARAKNYA PERJUDIAN SABUNG AYAM DIDALAM MASYARAKAT)

(Studi di Desa Purworejo Kecamatan Kotagajah Kabupaten Lampung Tengah)

Oleh

RIO SETIAWAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penyebab seseorang bermain judi sabung ayam, dan bagaimana kondisi realitas masyarakat Desa purworejo dengan adanya judi sabung ayam. Judi sabung ayam yang telah merambah dikalangan masyarakat semakin marak terjadi karena tidak hanya ada dampak negativ saja, tetapi bagi beberapa kalangan masyarakat ada juga yang merasa diuntungkan dengan keberadaan judi sabng ayam.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Pengumpulan data menggunakan teknik wawancara mendalam. Penentuan informan secara snowball sampling dengan memilih beberapa anggota masyarakat yang terlibat langsung dalam permainan judi sabung ayam dan beberapa masyarakat desa Purworejo. Informasi dianalisis guna menarik kesimpulan yang sesuai dengan kondisi realitas di lapangan dengan metode reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan dan verifikasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: kecenderungan pelaku untuk bermain judi sabung ayam disebabkan faktor situasional, serta diikuti oleh faktor penyebab lainya, yaitu faktor sosial ekonomi, faktor belajar, faktor penghargaan, dan faktor psikologi..

(2)

Oleh RIO SETIAWAN

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA SOSIOLOGI

Pada Jurusan Sosiologi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG

(3)
(4)
(5)
(6)

Penulis dilahirkan pada tanggal 02 November 1990 di Purworejo Kecamatan Kotagajah Lampung Tengah. Putra pertama dari 4 (empat) Bersaudara, yang merupakan buah cinta dari pasangan Bapak Jumli Usman dan Ibu Lilis Aningsih .

Penulis mengawali pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 1 Kotagaja pada tahun 1997, dilanjutkan ke pendidikan Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Punggur 2002, penulis melanjutkan pendidikannya di Sekolah Menengah Umum Negeri 1 Kotagajah yang di selesaikan pada tahun 2008. Pada tahun 2008 penulis terdaftar sebagai Mahasiswa Jurusan Sosiologi Universitas Lampung melalui Ujian Masuk Mandiri (UM).

(7)

MOTO

“Allah tidak membebani manusia melainkan sesuai dengan kemampuannya.

Baginya (Pahala) kebajikan yang diusahakannya dan atas (Dosa)

kejahatannya yang diperbuatnya”

(QS Al-Baqoroh : 286)

Cara kamu berfikir itu menentukan hasil, jika fikiranmu positif maka

hasilnya positif, begitupun sebaliknya.

(Suharti S.E)

Jangan pernah merasa terbebani dengan masalah yang ada. Karena kita

memiliki tuhan yang maha kuasa

(Rio setiawan)

Orang-orang disekitarmu akan tahu dirimu saat kamu tertawa, dan kamu

akan tahu orang-orang disekitarmu itu disaat kamu menitihkan airmata

(8)

Alhamdulillah..

Puji syukur kepada Allah SWT, karena berkat rahmat dan Hidayah-Nya skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

Ku persembahkan karya sederhana ini untuk

Kedua Orang tuaKu, Papa dan Mama yang selalu memanjatkan do a agar kelak aku bisa menjadi anak yang berguna

Ya allah ...Berikanlah aku kesempatan untuk membuktikan dan membahagiakan mereka

Adikku, Rian, Robi, dan Fidela yang selalu ikut mengucap do a dan memberi motivasi dalam menyelesaikan studi ini.

Kekasihku tercinta Indah wiladatika yang selalu memberikan motivasi dan support selama ini.

Sahabatku Happy Hakiki (Alm) yang selalu menjadi motivasiku.

(9)

Assalammualaikum Wr.Wb Alhamdulillah..

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul:“Faktor-faktor Penyebab Maraknya perjudian Sabung Ayam Didalam Masyarakat (Studi Desa Purworejo Kecamatan Kotagajah Lampung Tengah)”.

Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak memperoleh bantuan, bimbingan dan support dari berbagai pihak sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang dalam dan tulus kepada:

1. Bapak Drs. H. Agus Hadiawan, M.Si. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

2. Bapak Drs. Susetyo, M.Si. selaku Ketua Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

3. Ibu Dra. Anita Damayanti, M.H. selaku Sekretaris Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

4. Bapak Drs. Abdulsani, M.IP, selaku dosen pembimbing penulis, terima kasih atas waktu, motivasi, bimbingan, saran dan kesabarannya dalam proses penulisan skripsi ini, sehingga saya dapat meraih gelar Sarjana Sosiologi (S.Sos) di Universitas Lampung.

(10)

7. Ibu Erna dan ibu Endry selaku dosen yang banyak memberikan motivasi kepada saya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini, semoga apa yang telah kalian berikan dapat berguna bagi hidup penulis.

8. Seluruh dosen di Jurusan Sosiologi dan FISIP Unila yang telah membekali penulis dengan ilmu dan pengetahuan selama menjalani masa perkuliahan semoga menjadi ilmu yang bermanfaat.

9. Seluruh staf administrasi dan karyawan di FISIP Unila yang membantu dan melayani urusan administrasi perkuliahan dan skripsi.

10. Seluruh masyarakat Desa Purworejo, dan semua yang telah membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini, yang telah meluangkan waktunya untuk membantu penulis dalam proses pengumpulan data.

11. Kedua orang tuaku tercinta Papa dan Mama, begitu banyak energi, materi dan perhatian yang kalian curahkan untuk penulis, tak cukup lembaran dan goresan tinta ini untuk menuliskan segala pengorbanan yang kalian berikan. Kepemimpinan Papa dalam keluarga dan Kesabaran Mama menjadi kekuatan penulis. Semoga Allah SWT memuliakan kalian berdua di dunia ini dan akhirat kelak, amin....

12. Adik adikku yang selalu jadi motivasi buatku untuk menjadi orang yang lebi bertanggung jawab.

(11)

14. Semua keluarga besarku, Tut Deden, Abi Bahril, Nyanyik, Atuk semuanya yang gak bisa disebutin satu persatu terimkasih atas dukungan dan do’anya. 15. Teman seperjuanganku Asep, Bastian, Toleng, Hendi, Deni Aseng, Kiki dan

Mas Wawang Thanks buat kalian yang telah banyak membantu dari awal kuliah sampai selesai. hehe

16. Untuk teman-teman Sosiologi 2008, Hendi, Febri, Kiki, Fajar, Agus, Febri, Elyson, Wera, Sandra, Febrika, Yunari, Sadam, Adit, Yodi, Arwin, Fitra, Anik, Anisa, Sutikno, Dewi, Nestri, Obrin, Grace, Bunga, Theresia, Essy, Iyan, yang gak bisa disebutin satu persatu, semoga kita semua sukses, terimakasih atas semuanya masa-masa yang gak bakal terlupakan.

17. Buat abang-abang, Adi Gaib, Riki (Mami Boy), Wisnu, Nyoman, Nando, Dwarte, Ali, Fitra, Wawang, Junian, Riduan, Adit, Wilson, terimakasih banyak telah memberikan arahan dan masukan serta berbagi pengalaman sehingga penulis mendapatkan wawasan dalam kuliah dan menjalani hidup. 18. Buat Mas Parman, Mang Engkis, Otoy, Pakde Dodo, Om Nasir, dan

both-botoh ayam lainnya, terimakasih banyak atas semua informasi yang kalian berikan, berkat kalian karya ilmiah ini bisa dimulai dan terselesaikan. Alhamdulillah.

19. Buat teman-teman nongkrong Pao, Riki, Njon, Gepeng, Ahong makasi buat motivasinya kawan.

(12)

skripsi ini, mohon maaf atas segala kekurangan dan ketidaksempurnaan. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, Januari 2014 Penulis,

(13)

Halaman DAFTAR TABEL ... XVII DAFTAR GAMBAR ... XVIII

I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah... 7

C. Tujuan Penelitian Dan Kegunaan Penelitian ... 8

1. Tujuan Penelitian ... 8

B. Tinjauan Tentang Judi ... 18

1. Faktor-faktor Penyabab Prilaku Berjudi ... 21

C. Tinjauan Tentang Sabung Ayam... 26

1. Pengertian Sabung Ayam ... 26

2. Jenis-jenis Ayam Petarung... 27

3. Aturan dan Nilai-nilai Dalam Permainan Sabung Ayam... 35

D. Kerangka Pikir ... 36

III METODE PENELITIAN ... 41

A. Tipe Penlitian ... 41

(14)

A. Wawancara mendalam ... 44

B. Observasi ... 45

C. Dokumentasi ... 46

F. Teknik Analisis Data ... 46

1. Reduksi Data ... 47

2. Tahap Penyajian Data ... 47

3. Penarikan Kesimpulan ... 48

IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ... 46

A. Sejarah Lampung Tengah ... 49

B. Luas Wilayah dan Batas Desa... 51

C. Demografi... 52

D. Sosial Ekonomi ... 53

E. Pendidikan ... 54

V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 55

A. Identitas Informan ... 55

B. Faktor Penyebab Seseorang Bermain Judi Sabung ayam. 62 1. Faktor Situasional ... 62

2. Faktor Belajar ... 64

3. Faktor Penghargaan Sosial ... 66

(15)

Halaman

(16)
(17)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia adalah animal historicum yang berarti manusia mampu menyimpan sejarahnya sendiri. Oleh karenanya, di dalam kebudayaan manusia terekam jejak sejarah bagaimana manusia berusaha membudidayakan kehidupan agar lebih manusiawi (Syaiful Arif, 2010:7). Lebih jauh menurut Koentjaraningrat (1990:217), setiap kebudayaan yang dimiliki oleh manusia mempunyai tujuh unsur kebudayaan yang bersifat universal. Unsur kebudayaan itu adalah (1) bahasa, (2) sistem pengetahuan, (3) organisasi sosial, (4) sistem peralatan hidup dan teknologi, (5) sistem mata pencaharian hidup, (6) sistem religi, (7) kesenian.

(18)

Interaksi sendiri adalah masalah yang paling unik yang timbul pada diri manusia. Interaksi ditimbulkan oleh bermacam–macam hal yang merupakan dasar dari peristiwa sosial yang lebih luas. Kejadian-kejadian di dalam masyarakat pada dasarnya bersumber pada interaksi individu dengan individu. Dapat dikatakan bahwa tiap-tiap orang dalam masyarakat adalah sumber-sumber dan pusat efek psikologis yang berlangsung pada kehidupan orang lain yang dilakukan dengan cara saling berinteraksi antar orang didalam masyarakat. Di dalam bukunyasocial psychology H. Bonner ( dalam Sunaryo, 2002:267) memberikan rumusan “Interaksi sosial adalah suatu hubungan antara individu atau lebih, dimana

kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki kelakuan individu yang lain atau sebaliknya”.

Menurut Soekanto (1990:70), terdorongnya seseorang untuk mengikuti kebiasaan-kebiasaan atau tindakan-tindakan yang dimiliki orang lain, dikarenakan oleh berbagai faktor identifikasi, yang mana seseorang mengikuti kecenderungan-kecenderungan atau keinginan-keinginan dalam diri seseorang untuk menjadi sama dengan pihak lain. Wahyuni (2004:130), berpendapat bahwa kebiasaan adalah hasil dari proses sosialisasi yang berlangsung lama yang turun temurun secara tidak tersadari(akulturatif).

(19)

yang bisa diwariskan turun temurun. Tradisi yang diwariskan secara turun menurun melalui lisan atau tutur kata, atau melalui suatu contoh yang disertai dengan perbuatan dikenal dengan istilah lore. Jadi folklor dapat diartikan sebagai tradisi suatu masyarakat yang didalamnya memiliki ciri-ciri sebagai pengenal kebudayaan yang membedakan dengan kelompok lain, kemudian tradisi tersebut dapat diwariskan secara turun temurun baik melalui lisan, tutur kata atau perbuatan. Di Indonesia sendiri kebudayaan ataupun tradisi diwariskan terus menerus secara tradisionil, diantara anggota-anggota dalam masing-masing suatu suku atau kelompok yang ada di Indonesia, yang didalamnya terdapat versi yang berbeda tentunya, baik dalam bentuk lisan maupun perbuatan. (James Danandjaja, 2007:1-3)

Sabung ayam adalah termasuk folklor yang disebut permainan rakyat, yang menjadi populer di berbagai tempat di dunia, seperti Prancis, Kanada, Muangthai, Taiwan, Jepang, Filipina, Indonesia, dan sebagainya. Di India sabung ayam di anggap suci bagi agama Mamu, di gunakan untuk mencegah gangguan iblis terhadap suatu daerah tertentu. Di negara Yunani, sabung ayam menjadi aspirasi seni, binatang tersebut menghiasi lambang agama dan mata uang. Seorang jenderal Yunani, Tamistocles, mengutus para pahlawannya agar dapat mencontoh keberanian sabung ayam sebelum menuju ke medan perang Salamina. (Anggraeni, Mariana. 2009)

(20)

melegenda mengenai sabung ayam, seperti cerita Ciung Wanara, Kamandaka, dan Cindelaras. Kota Tuban, Jawa timur diyakini sebagai kota yang berperan dalam perkembangan sabung ayam, di Indonesia. Di kota Tuban, Ayam bangkok pertama kali diperkenalkan di negara kita. Di Lampung sendiri kebiasaan sabung ayam pada awalnya dilakukan oleh kerajaan Sekala Beghak yang terletak di lereng gunung Pesagi, Belalau, Lampung Barat, Pada abad ke-3 sebelum masehi,yang kemudian berkembang di daerah-daerah lampung lainnya,termasuk di Lampung Tengah. (Kelik. 2011)

(21)

Pada saat ini sabung ayam didalam masyarakat memiliki beberapa fungsi salah satunya adalah hiburan bagi masyarakat, selain itu ada pula yang menjadikan sabung ayam menjadi sumber pendapatan. Kalangan masyarakat yang beranggapan sabung ayam sebagai sumber pendapatan adalah pelaku sabung ayam, aparat kemanan yang terlibat, pedagang somai, pedagang minuman kecil, pedagang jamu ayam,dan penjual ayam-ayam pilihan yang sudah siap untuk di sabung, atau ayam yang masih anakan. Mereka secara tidak langsung mendukung di lakukannya sabung ayam, karena mereka memperoleh keuntungan dari kegiatan sabung ayam ini. Adanya fungsi dari sabung ayam tersebutlah yang mungkin menyebabkan kegiatan sabung ayam masih terus dilakukann oleh masyarakat.

Sabung ayam merupakan hasil dari proses sosialisasi yang tidak sempurna, yang awalnya dianggap sebagai hiburan semata dan dipersepsikan sebagai tradisi turun temurun, tetapi setelah didalamnya terdapat ajang perjudian atau taruhan tentu saja hal ini membuat sabung ayam menjadi kegiatan yang tidak positif lagi, akibatnya tingkat kejahatan didalam masyarakat semakin meningkat. Seperti, maraknya perjudian didalam masyarakat, keamanan lingkungan yang terganggu, kekerasan dalam rumah tangga, dan pelanggaran hukum lainnya.

(22)

yang datang sehingga perjudian tetap saja terlihat disitu. Pelaku sabung ayam ini mayoritas laki-laki, tidak hanya orang dewasa, akan tetapi anak-anak dan remaja pun gemar melakukan kegiatan sabung ayam ataupun sekedar hanya menonton kegiatan sabung ayam.

Berdasarkan survey pra riset yang peneliti amati di lokasi penelitian, sejauh ini yang peneliti ketahui sabung ayam ini ada dua jenis macam aduan ayam, yaitu: pertama aduan ayam taji, jenis aduan ayam ini kaki tanduk ayam dipasangi besi yang sudah diasah tajam, dan kedua jenis aduan ayam tanpa memasang taji, murni menggunakan tanduk ayamnya saja. Kegiatan sabung ayam ini biasanya dilakukan, di halaman rumah warga ataupun perkebunan yang tidak jauh dari pemukiman warga, lokasi sabung ayam selalu berpindah pindah dan harinyapun tidak bisa ditentukan, meskipun begitu masyarakat akan berdatangan sendirinya ke lokasi sabung ayam dengan cara saling berkomunikasi melaluihandphone.

(23)

Hukum di negara kita sangat jelas melarang perjudian sabung ayam, seperti yang telah dijelaskan dalam pasal 303 ayat (3) jo pasal 1 Peraturan Pemerintah RI Nomor 9 Tahun 1974 Tentang Penertiban Perjudian . Sabung ayam dijadikan ajang perjudian merupakan perilaku yang sudah dianggap sebagai pelanggaran terhadap norma hukum yang terjadi didalam masyarakat. Prilaku ini pada awalnya didapat dari proses sosialisasi yang tidak sempurna. Cohen ( dalam Wahyuni, 2004: 13), perilaku menyimpang didifinisikan sebagai perilaku yang tidak berhasil menyesuaikan diri dengan kehendak masyarakat atau kelompok tertentu dalam masyarakat juga berpendapat bahwa perilaku menyimpang sebagai hasil sosialisasi yang tidak sempurna. Banyak dampak negatif yang ditimbul dalam masyarakat setelah sabung ayam fungsinya bergeser untuk perjudian seperti, menganggu keamanaan lingkungan, ekonomi rumah tangga menurun, KDRT, dan masih banyak lagi. Meskipun kegiatan sabung ayam dianggap sebagai prilaku menyimpang namun di Desa Purworejo Kecamatan Kota Gajah kegiatan sabung ayam masih marak dilakukan oleh warga, karena itulah perlu diadakan suatu penelitian guna mengetahui apa faktor-faktor yang menyebabkan masyarakat tetap melakukan perjudian sabung ayam meskipun itu dilarang oleh negara, agama, maupun masyarakat sekitar.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas maka permasalahan dalam penelitian ini adalah:

“Faktor-faktor apa yang mendominasi masyarakat marak melakukan perjudian

(24)

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor penyebab yang mendominasi masyarakat marak melakukan perjudian sabung ayam.

D. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Secara teoritis diharapkan dapat berguna bagi pengembangan ilmu pengetahuan sosial didalam masyarakat pada umumnya, ilmu sosiologi prilaku menyimpang khususnya dan ilmu antropologi pergeseran nilai budaya.

(25)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Masyarakat

1. Tinjauan Masyarakat

Manusia merupakan bagian dari kehidupan makhluk sosial yang ada dimuka bumi, kumpulan dari manusia inilah yang kemudian dikenal sebagai masyarakat. Pengertian masyarakat sendiri secara umum diartikan sebagai sebuah kesatuan yang terjadi antara dua orang atau lebih yang berda dalam sebuah wilayah dalam jangka waktu tertentu.

Adanya bermacam-macam wujud kesatuan kolektif manusia menyebabkan bahwa kita memerlukan beberapa istilah untuk membeda-bedakan berbagai macam kesatuan manusia tadi. Kecuali istilah paling lazim yaitu masyarakat, ada istilah khusus untuk menyebut kesatuan-kesatuan khusus yang merupakan unsur-unsur dari masyarakat, yaitu kategori sosial, golongan sosial, komunitas, kelompok, dan perkumpulan. Keenam istilah sebutan itu beserta konsepnya, syarat-syarat pengikatnya, serta ciri-ciri lainya.

(26)

syaraka yang berarti ikut serta berparisipasi. Berbicara masyarakat tidak terlepas dari beberapa sekelompok individu sehingga membentuk masyarakat itu sendiri, maka kita dapat simpulkan bahwa masyarakat adalah sekumpulan atau sekelompok orang yang hidup disuatu tempat atau wilayah dan berinteraksi dengan lingkungannya. Suatu masyarakat majemuk itu merupakan masyarakat yang terdiri dari satuan-satuan sosial yang secara relatif berdiri sendiri (Koentjaranigrat, 1990:143).

Adanya sistem lapisan masyarakat dapat terjadi dengan sendirinya dalam proses pertumbuhan masyarakat itu. Tetapi ada pula yang dengan sengaja disusun untuk mengejar suatu tujuan bersama,yang bisa menjadi alasan terbentuknya lapisan masyarakat yang terjadi dengan sendirinya adalah kepandaian, tingkatan umur, sifat keaslian keanggotaan kerabat seorang kepala masyarakat, dan mungkin juga harta dalam batas-batas tertentu. Alasan-alasan yang dipakai berlainan bagi tiap-tiap masyarakat.

(27)

menyelaraskan diri dengan lingkungan atau berada disebuah kawasan dimana tidak terdapat manusia lain.

Secara umum, terdapat beberapa pengertian masyarakat yang banyak dikemukakan oleh para ahli sosiologi di dunia, beberapa pengertian masyarakat tersebut diantaranya dikemukakan oleh:

a. Menurut Smith, Stanley dan Shores (1950:5) mendefinisikan masyarakat sebagai suatu kelompok individu-individu yang terorganisasi serta berfikir tentang diri mereka sendiri sebagai kelompok yang berbeda.

b. Menurut Znaniecki (1950:145) menyatakan bahwa masyarakat merupakan suatu sistem yang meliputi unit biofisik para individu yang bertempat tinggal pada suatu daerah geografis tertentu selama periode waktu tertentu dari suatu generasi. Dalam sosiologi suatu masyarakat dibentuk hanya dalam kesejajaran kedudukan yang diterapkan dalam suatu organisasi. c. W F Connell (1972:68-69) menyimpulkan bahwa masyarakat adalah :Suatu

(28)

d. Endan Encang (1982:14) yang menyatakan bahwa masyarakat adalah setiap kelompok manusia yang telah cukup lama hidup dan bekerja sama, sehingga mereka dapat mengorganisasikan dirinya dan berfikir tentang dirinya sebagai satu kesatuan sosial dengan batas-batas tertentu.

e. Koentjaraningrat (1990:144) masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling “bergaul”, atau dengan istilah ilmiah, saling “berinteraksi”. Suatu

kesatuan manusia dapat mempunyai prasarana melalui apa warga-warganya dapat saling berinteraksi, suatu negara modern misalnya merupakan suatu kesatuan manusia dengan berbagai macam prasarana, yang memungkinkan para warganya untuk berinteraksi secara intensif, dan dengan frekuensi yang tinggi.

Jadi dari beberapa teori diatas, dapat disimpulkan bahwa masyarakat adalah sekumpulan individu atau kelompok yang saling berinteraksi antara satu sama lain yang mempunyai hubungan emosional dan juga saling melengkapi dalam struktur sosial. Seperti yang terjadi di Desa Purworejo, masyarakat saling berinteraksi dengan baik, dan komunikasi yang hingga kini tetap terjaga dengan baik.

2. Unsur-Unsur Masyarakat

(29)

unsur-unsur masyarakat, yaitu kategori sosial, golongan sosial, komunitas, kelompok dan perkumpulan (Koentjaranigrat, 1990).

Lantas bagaimanakah suatu kelompok manusia dapat dikatakan sebagai sebuah masyarakat. Ada beberapa unsur yang menjadi syarat bagi kelompok manusia untuk bisa disebut masyarakat. Beberapa syarat tersebut diantaranya adalah : a. Adanya dua orang atau lebih manusia pada kelompok tersebut dan berada

di tempat yang sama.

b. Adanya kesadaran dari setiap anggotanya, bahwa mereka merupakan bagian dari sebuah kesatuan.

c. Adanya proses interaksi yang cukup lama di mana dari hasil interaksi ini akan tercipta anggota baru yang bisa berkomunikasi serta mampu menciptakan aturan dari setiap anggotanya.

d. Menciptakan sebuah kebudayaan dari hasil pemikiran bersama yang disepakati dan menjadi media penghubung diantara setiap anggotanya.(Slamet Santosa,2004:83)

3. Ciri-ciri masyarakat

Disamping itu, di dalam masyarakat ditandai dengan adanya hubungan sosial antara anggota kelompok masyarakat. Jadi, secara ringkasnya ciri-ciri masyarakat menurut Slamet Santosa (2004:84) adalah adanya:

a. Daerah/batas tertentu

(30)

d. Hubungan sosial antar anggota kelompoknya

Lebih lanjut Mac iver dan Charles H. Pale, menyatakan bahwa ciri-ciri masyarakat adalah:

a. a common life, memiliki identitas yang sama atau minat/ kepentingan/ kepedulian terhadap hal yang sama.

b. community centiments, memiliki perasaan saling memerlukan di dalam anggotanya. Mencakup unsur-unsur seperasaan, sepenanggungan dan saling memerlukan.

c. locality centimentssebuah komunitas selalu menempati wilayah teritorial. Bahkan masyarakat nomaden, sekelompokgipsi, misalnya, memiliki tempat tinggal, lokal

meskipun berubah. Pada setiap saatanggotanyabersama-samamenempatitempat

yang pasti dipermukaan bumi.Kebanyakanmasyarakatmenetapdanberasal

darikondisiwilayah mereka ikatan solidaritas yang kuat. Pentingnya konsepsi

masyarakat dalam ukuran besar sehingga menggaris bawahi hubungan antara

koherensi sosial dan wilayah geografis. Hubungan ini mudah terungkap dalam

contoh-contoh seperti desa Eskimo atau kota perbatasan atau semi-terisolasi

masyarakat Perancis Quebec. Apapun modifikasi dalam hubungan ikatan sosial dan

tinggal territorial telah diperkenalkan oleh peradaban, namun karakter dasar

lokalitas sebagai classifiersosial tidak pernah melampaui.

4. Komponen Masyarakat

(31)

a. Masyarakat sebagai kelompok atau himpunan orang-orang yang yang hidup bersama terjalin satu sama lainketika orang-orang tersebut menjadi anggotanya.

b. Kebudayaan sebagai alat pemuasan kebutuhan manusia baik jasmani maupun rohani yang terdiri dari hasil pemuasan dan binaan manusia baik berupa benda maupun bukan benda

c. Kekayaan alam sebagai sumber-sumber materi bagi kelangsungan hidup manusia.

Dalam mengadakan klasifikasi terhadap masyarakat setempat dapat dipergunakan empat kriteria yang saling berhubungan, yaitu:

a. Jumlah penduduk

b. Luas, kekayaan, dan kepadatan penduduk daerah pedalaman

c. Fungsi-fungsi khusus dari masyarakat setempat terhadap seluruh masyarakat

d. Organisasi masyarakat setempat yang bersangkutan

Kriteria tersebut diatas dapat dipergunakan untuk membedakan antara bermacam-macam jenis masyarakat.Secara garis besar bahwa masyarakat dapat dibagi menjadi masyarakat sederhana dan masyarakat modern.

5. Masyarakat Sederhana

(32)

Kecilnya masyarakat tadi disebabkan oleh perkembangan teknologi yang lambat, pengankutan dan hubungan yang lambat, memperkecil ruang lingkup hubungan dengan masyarakat lain, teknik berburu dan pengerjaan tanah dengan sederhana,serta memperkecil kemungkinan mengadakan eksploitasi.

6. Masyarakat Modern

a) Masyarakat Pedesaan (rural community)

Dalam masyarakat pedesaan antara anggota yang satu dengan yang lain mempunyai hubungan yang lebih erat dan lebih mendalam daripada hubungan mereka dengan warga masyarakat pedesaan lainnya diluar batas wilayahnya. Sistem kehidupan biasanya berkelompok atas dasar sistem kekeluargaan. Penduduk masyarakat pedesaan pada umumnya hidup dari bidang pertanian. Walaupun ada tukang kayu, tukang genting, dan tukang batu bata, dan lain-lain. Akan tetapi, inti pekerjaan penduduknya adalah pertanian. Dalam masyarakat pedesaan tidak akan dijumpai pembagian kerja berdasarkan pada usia, mengingat kemampuan fisik masing-masing dan juga atas dasar perbedaan kelamin.

b) Masyarakat perkotaan (urban community)

Pengertian “kota” di sini terletak pada sifat-sifat kehidupan serta ciri

kehidupannya yang berbeda dengan masyarakat pedesaan. Beberap ciri yang menonjol pada masyarakat kota antara lain sebagai berikut.

(33)

b. Orang kota pada umumnya dapat mengurus dirinya sendiri tanpa harus bergantung pada orang lain.

c. Pembagian kerja antara warga kota lebih tegas dan mempunyai batas yang nyata .

d. Kemungkinan untuk mendapatkan pekerjaan juga lebih banyak diperoleh.

e. Biasanya menganut jalan pikiran yang rasional.

f. Adanya pembagian waktu karena adanya jalan kehidupan yang serba cepat.

g. Perubahan sosial tampak dengan nyata karena biasanya terbuka dalam menerima pengaruh dari luar.

7. Ilmu Tentang Masyarakat

Sebagian dari kehidupan masyarakat, memiliki beberapa keunikan dan fenomena yang menarik untuk dipelajari. Cabang dari ilmu yang mempelajari tentang seluk beluk masyarakat dan fenomena yang terkait dengan kehidupan masyarakat disebut dengan sosiologi.

(34)

Auguste Comte inilah yang kemudian ditasbihkan sebagai bapak sosiologi dunia, ilmu ini pada awalnya lahir untuk mempelajari mengenai kehidupan masyarakat eropa. Sebab, pada awal abad 19 ilmuwan di sana mulai memiliki kesadaran untuk menciptakan sebuah ilmu yang mampu mengetahui kondisi serta mengamati adanya perubahan yang terjadi di tengah masyarakat.Selain Comte, beberapa pemikir eropa lain yang juga memiliki gagasan tentang konsep sosiologi, di antaranya adalah Karl Marx, Emile Durkheim, Herbet Spencer, Ferdinand Tonnies, Max Webber dan Pitirim A Sorokin.

Masing-masing pemikir tersebut memiliki sudut pandang yang berbeda dalam mempelajari ilmu sosiologi. Meski demikian, hal ini menjadi sebuah keuntungan tersendiri bagi perkembangan ilmu tersebut. Sebab pada akhirnya mampu melahirkan gagasan dan ide yang saling melengkapi antara satu sama lain (Anne Ahira, 2011).

B. Tinjauan Tentang Judi

(35)

unsur dibawah ini mungkin dapat menjadi faktor yang membedakan perilaku berjudi dengan perilaku lain juga mengandung resiko:

a. Perjudian adalah suatu kegiatan sosial yang melibatkan sejumlah uang (sesuatu yang berharga) dimana pemenang memperoleh uang dari yang kalah, dengan kata lain perjudian merupakan kegiatan yang mempertaruhkan sesuatu, dan bergantung pada peruntungan.

b. Resiko yang diambil bergantung pada kejadian-kejadian dimasa mendatang, dengan hasil tidak diketahui, dan banyak ditentukan oleh hal-hal yang bersifat kebetulan/keberuntungan.

c. Resiko yang diambil bukanlah suatu yang harus dilakukan, kekalahan/kehilangan dapat dihindari dengan tidak ambil bagian dalam permainan judi.(Johanes Papu,2002)

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Pasal 303 ayat (3) mengartikan judi adalah “tiap tiap permainan yang mendasarkan pengharapan buat menang pada umumnya

bergantung kepada untung-untungan saja dan juga kalau pengharapan itu jadi bertambah besar karena kepintaran dan kebiasaan pemain. Termasuk juga main judi adalah pertarungan tentang keputusan perlombaan atau permainan lain, yang tidak diadakan oleh mereka yang turut berlomba atau bermain itu, demikian juga segala permainan lain-lainnya”.

(36)

antara lain adalah adu ayam (sabung ayam), adu sapi, adu kerbau, adu kambing, pacuan kuda, dan karapan sapi.

Dari pengertian diatas maka terdapat tiga unsur agar suatu perbuatan dapat dinyatakan sebagai judi, yaitu:

a. Permainan/perlombaan. Perbuatan yang dilakukan biasanya berbentuk permainan atau perlombaan. Jadi dilakukan semata-mata untuk bersenang-senang atau kesibukan untuk mengisi waktu senggang guna menghibur hati. Jadi bersifat rekreatif, namun disini para pelaku tidak harus terlibat dalam permainan karena boleh jadi mereka adalah penonton atau orang yang ikut bertaruh terhadap jalannya sebuah permainan atau perlombaan.

b. Untung-untungan. Artinya untuk memenangkan permainan atau perlombaan ini lebih banyak digantungkan kepada unsur spekulatif/kebetulan atau untung-untungan atau faktor kemenangan yang diperoleh dikarenakan kebiasaan atau kepintaran pemain yang sudah sangat terbiasa atau terlatih. c. Ada aturan, dalam permainan atau perlombaan ini ada taruhan yang dipasang

(37)

Berdasarkan uraian diatas dapat dinyatakan dengan jelas bahwa sabung ayam yang merupakan tradisi hiburan kemudian berubah menjadi ajang perjudian yang dengan sengaja mempertaruhkan satu nilai atau sesuatu yang dianggap bernilai, dengan menyadari adanya resiko dan harapan-harapan tertentu yang belum pasti hasilnyajelas sabung ayam yang awalnya tradisi yang baik, kini berubah menjadi perjudian sabung ayam.

1. Faktor-faktor Penyebab Prilaku Berjudi

Berdasarkan penelitian mengenai masalah perjudian yang telah dilakukan, Walker dalam Mayasari (2004) menjelaskan adanya dua belas faktor yang menyebabkan seseorang berjudi, yaitu:

a. Faktor Budaya

(38)

b. Faktor Kelompok Referensi

Faktor kelompok referensi atau kelompok yang diidentifikasioleh seseorang dan dalam kelompok ini seseorang dapat mengikuti berbagai bentuk prilaku berjudi. Sebuah kelompok referensi bagi seseorang adalah sekelompok orang dimana seseorang mengidentifikasikan apakah ia bagian dari kelompok itu. Sikap terhadap judi dimiliki kelompok referensi berperan besar dalam menentukan keterlibatan seseorang dalam judi. Kelompok pekerja dapat menjadi kelompok refrensi yang mendorong seseorang untuk berjudi . kelompokpekerja dapat menyediakan tekanan sosial untuk berjudi dan jenis pekerjaan tertentu menyediakan waktu luang untuk berjudi (Walker dalam Mayasari,2004).

c. Faktor Belajar

Faktor belajar dapat menjadi sarana begi penjudi untuk mempelajari teknik dan konsekuensi dari perjudian. Proses belajar sosial adalah proses observasi dan imitasi dimana seseorang dapat belajar dari tindakan orang lain. Jenis permainan dalam judi membutuhkan latihan. Proses belajar sosial berperan utama dalam suatu kelompok refrensi dan tidak seharusnya dianggap sebagai faktor terpisahkan dari kelompok refrensi. Contoh yang jelas adalah keluarga, sebagai kelompok refrensi primer bagi semua orang telah diidentifikasikan sebagai sarana latihan berjudi (Walker dalam Mayasari,2004). Proses belajar sosial adalah salah satu proses penting yang mempengaruhi seseorang untuk terlibat dalam judi.

d. Faktor Kepribadian

(39)

disebutkan sebelumnya, dapat digolongkan sebagai pengaruh eksternal bagi keterlibatan seseorang dalam perjudian. Faktor eksternal ini disebut sebagai faktor situasional. Untuk menjelaskan prilaku berjudi, faktor predisposisi individu juga perlu dijelaskan sebagai respon dari pengaruh situasional yang mempengaruhi tingkah laku seseorang. Faktor kepribadian menjelaskan cara individu berekspresi terhadap faktor situasional(Walker dalam Mayasari,2004).

e. Faktor Krisis dan Setress

Faktor krisis dan stress dapat mendorong seseorang untuk berjudi sebagai usaha untuk menyelesaikan masalah. Judi dapat menjadi sebuah pelarian dari stress disamping aktivitas lain yang ada. Krisis hidup tidak seharusnya dijadikan sebagai prediposisi yang membuat seseorang terlibat dalam judi, melainkan lebih sebagai penguat dari keterlibatan yang sudah ada. Berbagai krisis hidup memiliki implikasi dalam keterlibatan pada judi, diantaranya kematian dalam keluarga dan ketidak harmonisan perkawinan (Walker dalam mayasari, 2004). Judi memberikan fungsi bagi individu dalam hal membebaskan individu dari sumber setress dan menjadi sarana untuk menghindar dari tanggung jawab sosial. Faktor krisis dan setres ini dapat menjadi kontribusi terhadap keterlobatan sejumlah orang dalm judi dan kemunginan berkembangnya masalah perjudian dimasa selanjutnya(Walker dalam Mayasari,2004).

f. Faktor Waktu Luang

(40)

juga dipengaruhi oleh besarnya kesempatan seseorang untuk berjudi. Jacob juga berpendapat bahwa dengan semakin berkembangnya suatu Negara dan adanya kemajuan teknologi, maka waktu luang akan semakin meningkat dan keterlibatan dalam perjudian juga semakin meningka. Oleh sebab itu, dapat dikatakan bahwa keterlibatan seseorang dalam judi tergantung pada besarnya waktu luang yang dimilikinya.( Walker dalam Mayasari, 2004)

g. Faktor Penghargaan Sosial

faktor penghargaan sosial berupa lingkungan sosial tempat dilakukan aktivitas perjudian. Pada umumnya penjudi dikelilingi oleh penjudi lain yang memiliki tujuan dan pengetahuan yang hampir sama. Frekuensi hubungan dalam kondisi ini menciptakan hubungan persahabatan dan sebuah komunitas penjudi. Komunitas seperti ini memberikan rasa penghargaan bagi anggotanya. Goofman dalam Mayasari (2004) mengemukakan bahwa penghargaan utama yang didapatkan dari berjudi adalah adanya pengakuan dari orang lain pada kelompok terhadap keberanian dan kekuatan seseorang dalam mengambil resiko. Dimensi sosial adalah salah satu faktor penting dalam mempertahankan keterlibatan pada judi selama jangka waktu yang lama.

h. Faktor Psikologis

(41)

i. Faktor Kognisi atau Pemahaman

Faktor kognisi atau pemahaman yang berhubungan dengan pengalaman berjudi seseorang. Faktor kognitif berkaitan dengasn keyakinan yang dimiliki penjudi mengenai perjudian yang terdiri dari keyakinan mengenai proses selam berjudi, strategi dalam bermain, dan interprestasi dalam berjudi. Berdasarkan teori kognitif, kognisi penjudi melibatkan kemampuan dan pengetahuan khusus, bahkan seseorang dapat mempengaruhi dari hasil berjudi, bahkan nasib baik adalah karakteristik yang bersifat personal dan bahwa hasil yang diperoleh dari berjudi menggambarkan kebenaran dari keyakinan yang dimilikinya.

j. Faktor Ekonomi

Selain faktor pendidikan, faktor budaya dan faktor lingkungan, faktor ekonomi juga mempunyai peranan yang penting yang dapat mempengaruhi maraknya tindak pidana perjudian. Pada dasarnya setiap manusia berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya terutama kebutuhan ekonomi. Setiap manusia menempuh segala cara untuk memenuhi kebutuhan ekonominya. Ada yang melakukannya dengan cara halal berdasarkan norma-norma dan ada yang melakukannya dengan tidak halal dan melanggar norma-norma, diantaranya norma hukum. Bagi masyarakat dengan status sosial dan ekonomi yang rendah, perjudian seringkali dianggap sebagai suatu sarana untuk meningkatkan taraf hidup mereka.

k. Faktor Situasional

(42)

oleh pengelola perjudian. Tekanan kelompok membuat sang calon penjudi merasa tidak enak jika tidak menuruti apa yang diinginkan oleh kelompoknya. Sementara metode pemasaran yang dilakukan oleh para pengelola perjudian dengan selalu mengekspose para penjudi yang berhasil menang memberikan kesan kepada calon penjudi bahwa kemenangan dalam perjudian adalah suatu yang biasa, mudah dan dapat terjadi pada siapa saja (padahal kenyataannya kemungkinan menang sangatlah kecil).

l. Faktor Persepsi Tentang Probabilitas Kemenangan

Persepsi yang dimaksudkan disini adalah persepsi pelaku dalam membuat evaluasi terhadap peluang menang yang akan diperolehnya jika ia melakukan perjudian. Para penjudi yang sulit meninggalkan perjudian biasanya cenderung memiliki persepsi yang keliru tentang kemungkinan untuk menang. Mereka pada umumnya merasa sangat yakin akan kemenangan yang akan diperolehnya, meski pada kenyataannya peluang tersebut sangatlah kecil karena keyakinan yang ada hanyalah suatu ilusi yang diperoleh dari evaluasi peluang berdasarkan sesuatu situasi atau kejadian yang tidak menentu dan sangat subyektif(MuhammadSyafi’. 2011).

C. Tinjauan Sabung Ayam

1. Pengertian Sabung Ayam

Menurut Yusuf Efendi (2011), sabung diadopsi dari bahasa Lampung, yang memiliki arti “sabung” yaitu berkelahi sedangkan sabung ayam sendiri dalam

(43)

perkelahian antara dua ekor ayam jantan, bagi kebanyakan masyarakat sendiri sabung ayam di anggap sebagai sebuah tradisi yang telah membudaya. Dibalik semua itu, sabung ayam di jadikan tempat pertaruhan uang dan barang berharga lainnya atau judi.

Lebih jauh dari itu, Efendi Yusuf (2011), mengutarakan untuk melakukan sabung ayam memerlukan beberapa peralatan sederhana, yaitu; Dua ayam jantan yang siap atau layak untuk diadu, taji yang umumnya berupa pisau kecil beserta talinya, namun bisa juga tidak menggunakan taji, tergantung kesepakatan sebelum ayam disabung. Untuk arena permainan, ukuran rata-rata 5x5 meter, bisa juga tidak menggunakan arena apabila memang tidak ada arena, cukup halaman yang dapat digunakan untuk sabung ayam.

Para peserta sabung ayam umumnya di mainkan oleh laki-laki tanpa batasan umur dan status sosial (Yusuf, Efendi. 2011). Selain itu, menurutnya tempat permainan sabung ayam biasanya dilakukan di perkebunan dekat pemukiman masyarakat dan halaman-halaman rumah warga, watunya biasanya dilakukan pagi dan sore hari.

2. Jenis-jenis Ayam Petarung

(44)

Selain jenis ayam Bangkok sebenarnya terdapat jeni-jenis ayam petarung lainny yang tidak kalah bagus dengan ayam Bangkok, baik itu secara postur tubuh maupun dengan teknik bertarungnya. Berikut merupakan jenis- jenis ayam aduan:

a. Ayam Bangkok (Thailand)

Gambar 1. Ayam Bangkok (Thailand)

(45)

Setiap ayam Bangkok memiliki gaya bertarung masing masing yang biasanya dihasilkan oleh garis keturunan, banyak sekali gaya bertarung seperti selusup, ngalung, pukul lari, dan lain-lain. Kecepatan dan kekerasan pukulan selain dihasilkan oleh garis keturunan juga disebabkan oleh faktor perawatan ayam petarung. Para peternak biasa melatih ayam aduan mereka sejak umur 6-7 bulan. Masing-masing peternak ayam aduan memiliki cara sendiri-sendiri dalam merawat dan melatih ayam Bangkok aduan supaya menjadi ayam Bangkok petarung yang handal.

b. Ayam Brazilian

Gambar 2. Ayam Brazilian

(46)

sama dengan ayam Bangkok. Tekhnik bertarung ayam ini pukulan yang cepat atau pun seri, hanya saja ayam ini kurang ketahanan pukulannya. Ayam Brazilian tergolong sangat jarang dijumpai di Indonesia hanya peternak besar yang memiliki ayam Brazilian.

c. Ayam Burma

Gambar 3. Ayam Burma

(47)

Karena sifat ayam Burma yang luar biasa dalam bertarung, banyak peternak yang menyilangkan antara Ayam burma dan ayam bangkok yang diharapkan mempunyai keturunan yang membawa sifat indukannya selain itu bertujuan untuk memperbaiki postur tubuh anak yang dihasilkan.

d. Ayam Siam

Gambar 4. Ayam Siam

(48)

e. Ayam Samo

Gambar 5. Ayam Samo

(49)

f. Ayam Saigon

Gambar 6. Ayam Saigon

(50)

Ayam petarung jenis saigon paling mudah dibedakan dengan ayam petarung yang lain karena bulu-bulu leher dan sebagian kepala yang tidak tumbuh.

g. Ayam Philiphine

Gambar 7. Ayam Philiphine

(51)

3. Aturan dan Nilai-nilai Dalam Permainan Sabung Ayam

Pada permainan sabung ayam terdapat peraturan-peraturan didalamnya untuk menentukan siapa pemenang didalam pertarungan tersebut. Berdasarkan hasilpra riset yang penulis lakukan, secara umum ada tiga aturan di dalam permainan sabung ayam, yaitu:

a. Ayam jago dinyatakan kalah jika lari, mati, diam saat di serang lawan, atau diangkat dari arena oleh pemiliknya, karena sudah tidak sanggup melakukan perlawanan terhadap lawan.

b. Jika diam saat di serang, maka kepala ayam di masukan ke dalam cabang kayu kemudin kepala ayam di patok tiga kali oleh ayam lawan dan dinyatakan kalah apabila tidak melakukan perlawanan

c. Selama ayam beradu kedua pemilik berada di luar arena. (Efendi, Yusuf. 2011)

Permainan sabung ayam mengandung nilai positif sebagai berikut:

a. Melatih ketangkasan dan kedisiplinan. Ketangkasan dan kedisiplinan dibutuhkan untuk merwat ayam.

b. Hiburan bagi masyarakat.

c. Melestarikan tradisi. Permainan sabung ayam merupakan tradisi yang turun temurun yang harus terjaga nilai-nili di dalamnya.

(52)

Adapun dampak negatif yang ditimbulkan oleh permainan sabung ayam, seperti: a. Masyarakat menjadi melalaikan pekerjaan pokoknya dikarenakan terlalu

sibuk dengan ayam peliharaannya sehingga penghasilannya berkurang. b. Terlibat menjadi pelaku perjudian

c. Menimbulkan sifat tempramental dikarenakan kekalahan d. Keamanan lingkungan yang terganggu

D. Kerangka Pikir

Sabung ayam merupakan salah satu tradisi masyarakat Indonesia, yang sangat melekat dikalangan masyarakat, yang sampai sekarang masih sering dilakukan oleh semua lapisan masyarakat. Sabung ayam merupakan kegiatan yang sangat menghibur didalam masyarakat, hampir seluruh masyarakat memainkannya, baik yang kaya maupun yang miskin, baik yang dewasa hingga anak-anak. Tradisi sabung ayam saat ini juga masih marak dilakukan di Desa Purworejo Kecamatan Kotagajah Kabupaten Lampung Tengah, bukan hanya menjadi kegiatan yang menghibur saja akan tetapi sabung ayam sudah dianggap menjadi sebuah tradisi turun-temurun.

(53)

sempurnanya proses sosialisasi di dalam masyarakat inilah yang mengakibatkan prilaku menyimpang.

Maraknya perjudian sabung ayam didalam masyarakat ( Desa Purworejo Kecamatan Kotagajah Lampung Tengah) dengan mengaitkan perilaku menyimpang dari Lemert, yang membagi perilaku menyimpang menjadi penyimpangan primer dan penyimpangan skunder, dengan dikaitkan pendapat Cohen (1992:98) perilaku menyimpang sebagai hasil sosialisasi yang tidak sempurna.

Menurut Lemert penyimpangan primer adalah perbuatan menyimpang yang dilakukan seseorang, penyimpangan ini hanya bersifat temporer dan orang yang melakukan penyimpangan ini masih diterima secara sosial, sedangkan penyimpangan skunder adalah penyimpangan yang dilakukan seseorang atau kelompok yang melakukannya yang secara umum tidak bisa ditoleransi oleh masyarakat. Sabung ayam yang awalnya sebuah hiburan dan tradisi yang turun temurun kemudian dijadikan wadah berjudi jelas sabung ayam ini merupakan salah satu bentuk prilaku menyimpang yang tidak dibenarkan oleh masyarakat lain, agama dan pemerintah. Hal inilah yang harus kita ketahui faktor apa yang menyebabkan sabung ayam yang dulunya tradisi turun menurun, berubah menjadi perjudian di masyarakat.

(54)

Pasal 1 Peraturan Pemerintah RI Nomor 9 Tahun 1981 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1974 tentang penertiban perjudian.

Memang tidak di pungkiri bila berjudi merupakan fenomena tersendiri bagi sebagian kalangan masyarakat dan kalaupun dicari satu faktor penyebabnya judi sabung ayam sangat sulit, terkadang berbeda dari pola pikir manusia masing-masing baik yang melakukan perjudian sabung ayam maupun tidak. Secara sisi positif masyarakat memiliki pandangan/persepsi perjudian sabung ayam yaitu dengan melakukan sabung ayam mereka mendapat hiburan dan sumber penghasilan. Selain itu, sabung ayam juga dijadikan salah satu momen dalam menjalin silaturohmi. Namun terdapat juga sisi negatif yang ditimbulkan di dalam masyarakat seperti, menganggu keamanaan lingkungan, tingkat ekonomi rumah tangga menurun, KDRT, dan masih banyak lagi.

(55)

mereka melakukan sabung ayam, dari pernyataan tersebut tentu saja faktor ekonomi bukan yang mendorong mereka melakukan perjudian sabung ayam, akan tetapi di Desa Purworejo Kecamatan Kotagajah Kabupaten Lampung Tengah masyarakatnya melakukan sabung ayam karena faktor hiburan, situasional, belajar, penghargaan sosial, dan waktu luang.

(56)

Bagan Kerangka Pikir

Judi Sabung Ayam

Faktor penyebab Judi Sabung

Ayam

1. Faktor Budaya 2. Faktor Kelompok

Refrensi

3. Faktor Kepribadian 4. Faktor Setress

5. Faktor Waktu Luang 6. Faktor Penghargaan

Sosial

7. Faktor Psikologis 8. Faktor Kognisi 9. Faktor Ekonomi 10. Faktor Situasional 11. Faktor Belajar 12. Faktor Probabilitas

(57)

III. METODE PENELITIAN

A. Tipe Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Menurut Nasir (1988:63) metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu sistem pemikiran ataupun suatu peristiwa.Tujuan utama dalam penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif adalah untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi dan tindakan secara holistik dengan menggunakan cara deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah.

Selain itu menurut Iqbal (2002:22), metode penelitian deskriptif digunakan untuk melukiskan secara sistematis fakta atau karakteristik populasi tertentu atau bidang tertentu. Adapun tujuan metode deskriptif diantaranya sebagai berikut :

(58)

b. Mengidentifikasikan masalah atau memeriksa kondisi dan praktek-praktek yang berlaku.

c. Membuat perbandingan atau evaluasi.

d. Menentukan apa yang dilakukan oleh orang lain dalam menghadapi masalah yang sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk menetapkan rencana dan keputusan pada waktu yang akan datang.

Berdasarkan uraian di atas, maka tipe penelitian deskriptif kualitatif dianggap relevan untuk dipakai dalam penelitian ini, karena diharapkan dapat menggambarkan keadaan yang ada pada masa sekarang berdasarkan data yang diperoleh dalam penelitian. Metode kualitatif lebih bersifat empiris dan dapat menelaah informasi lebih dalam untuk mengetahui hasil penelitian. Pendektan kualitatif dapat dilihat sebagai sebuah cara melihat dan mengkaji gejala-gejala sosial dan kemanusiaan yaitu memahaminya, dengan cara membangun suatu gambaran yang utuh atau holistic yang kompleks, dimana gejala-gejala yang tercakup dalam kajiannya itu di lihat saling terkait satu dengan yang lainnya dalam hubungan-hubungan fungsional sebagai sistem.

B. Fokus Penelitian

(59)

menurut Iqbal (2002:24) penetapan fokus penelitian memiliki dua tujuan, yaitu:

a. Penetapan fokus penelitian untuk membatasi studi, bahwa dengan adanya fokus penelitian, tempat penelitian menjadi layak, sekaligus membatasi penelitian pada kategori yang mengandung data atau informasi dari kategori-kategori tersebut. b. Penetapan fokus penelitian secara efektif untuk menentukan

kriteria sumber informasi dalam menjaring informasi yang mengalir masuk, agar temuannya memiliki arti dan nilai yang strategis bagi informan.

Berdasarkan penjelasan diatas maka, fokus penelitian ini adalah faktor penyebab yang mendominasi maraknya masyarakat di Desa Purworejo Kecamatan Kotagajah Lampung Tengah melakukan perjudian sabung ayam, yaitu : faktor situasional, faktor belajar, faktor penghargaan, faktor psikologis.

C. Penentuan Informan

Menurut Lexy Moleong (1989:132) informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian, jadi ia harus mempunyai banyak pengalaman tentang latar penelitian dan harus sukarela menjadi anggota tim penelitian walaupun hanya bersifat informal.

(60)

berdasarkan kriteria yang diinginkan agar memenuhi informasi yang diharapkan, adapaun kriteria informan sebagai berikut.:

a. Para pelaku dan penonton judi sabung ayam diDesa Purworejo Kecamatan Kotagajah Lampung Tengah.

b. Masyarakat Desa Purworejo Kecamatan Kotagajah Lampung Tengah, yang bertempat tinggal disekitar arena sabung ayam

D. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini, berada di Desa Purworejo Kecamatan Kotagajah Lampung Tengah, alasannya dikarenakan di Desa ini masyarakatnya ramai melakukan perjudian sabung ayam.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data sebagai salah satu bagian penelitian merupakan unsur yang sangat penting digunakan untuk memperoleh data yang akurat dalam penelitian ini. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Wawancara Mendalam

(61)

pokok–pokok yang dirumuskan tidak perlu ditanyakan secara berurutan. Petunjuk wawancara hanyalah berisi petunjuk secara garis besar tentang proses dan isi wawancara(Moleong, 2002:136)

2. Observasi

Pengamatan atau observasi yang dilakukan oleh peneliti memiliki peranan yang besar dalam proses penelitian yang dilakukan. Pengamatan merupakan hal yang penting dalam penelitian kualitif karena teknik pengamatan didasarkan atas pengalaman langsung, memungkinkan peneliti melihat dan mengamati sendiri, memungkinkan peneliti mencatat peristiwa dalam situasi yang berkaitan dengan pengetahuan proposional maupun pengetahuan yang diperoleh dari data(Moleong, 2002:126).

Observasi adalah dengan sengaja dan sistematis mengamati aktifitasindividu lain. Alat utama peneliti adalah panca indera, sedangkan kesengajaan dansistematis merupakan sifat-sifat tindakan yang secara eksplisit dicantumkan disini. Faktor kesengajaan itu bersangkutan dengan tanggung jawab ilmiah yangmelakukan observasi, sedangkan sistematis merupakan ciri kerja ilmiah.

(62)

3. Dokumentasi

Metode ini tidak kalah pentingnya dengan metode lain. Selain itu, dala melaksanakan metode inipun tidak terlalu sulit. Artinya apabila ada kekeliruan sumber datanya tetap belum berubah. Dalam metode dokumentasi, benda mati bukan benda hidup.

Menurut Suharsimi Arikunto, metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variable yang berupa catatan, surat kabar, majalah.Sedangkan Guba dan Lincoln mengatakan bahwa dokumentasi adalah setiap bahan tertulis ataupun film, yang tidak dipersiapkan karena adanya permintaan seorang penyidik. Metode dokumentasi ini sangat perlu sekali bagi peneliti untuk menguatkan data-data yang telah diperoleh dengan menggunakan observasi dan wawancara. Dengan metode ini, keadaan data yang diperoleh dengan cara observasi dan wawancara akan semakin kuat keadaanya.

F. Teknik Analisis Data

Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisa data deskriptif kualitatif, yang menjelaskan, menggambarkan dan menafsirkan hasil penelitian dengan susunan kata dan kalimat sebagai jawaban terhadap permasalahan yang diteliti.

(63)

(observasi,wawancara, intisari dokumentasi, dan pita rekaman) dan biasanya diproses kira-kira sebelum digunakan (melalui pencatatan, pengetikan), tetapi analisis kualitatif tetap menggunakan kata-kata yang biasanya disusun atau teks yang diperluas.

Analisa data kualitatif menurut Milles dan Huberman (1992:16-19) meliputi tiga komponen analisa yaitu:

1. Reduksi Data

Reduksi data diartikan sebagai proses pemilikan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari data-data tertulis di lapangan. Selain itu, reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa sehingga dapat ditarik kesimpulan dan diverifikasi, cara yang dipakai dalam reduksi data dapat melalui seleksi yang panjang, melalui ringkasan atau singkat menggolongkan kedalam suatu pola yang lebih luas.

2. Penyajian Data (Display)

(64)

3. Penarikan Kesimpulan (Verifikasi Data)

(65)

BAB IV

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Sejarah Lampung Tengah

Kabupaten Lampung Tengah merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Lampung, Indonesia. Sejak diundangkannya Undang-undang Nomor 12 tahun 1999, Kabupaten Lampung Tengah mengalami pemekaran menjadi dua kabupaten dan satu kota yaitu Kabupaten Lampung Tengah sendiri, Kabupaten Lampung Timur dan Kota Metro. Seiring otonomi daerah serta pemekaran wilayah, ibukota Kabupaten Lampung Tengah yang semula berada di Kota Metro, pada tanggal 1 Juli 1999 dipindahkan ke Kota Gunung Sugih. Kegiatan pemerintahan dengan skala kabupaten dipusatkan di Kota Gunung Sugih sedangkan kegiatan perdagangan dan jasa dipusatkan di Kota Bandar Jaya.

(66)

yakni pendatang lokal/suku Lampung dari luar Lampung Tengah dan pendatang dari luar kabupaten (bukan asli suku Lampung) dan luar provinsi.

Penyebaran penduduk melalui program transmigrasi terhadap sejumlah masyarakat terutama dari luar pulau ke Kabupaten Lampung Tengah sebenarnya sudah ada sejak kolonial Belanda. Kepindahan penduduk pendatang dari luar daerah masih berlangsung setelah kemerdekaan. Bahkan perpindahan tersebut jumlahnya cukup banyak. Sebagian besar para transmigran yang datang ke Kabupaten Lampung Tengah, ditempatkan di beberapa district.

Selama dalam tahun 1952 sampai dengan 1970 pada objek-objek transmigrasi daerah Lampung telah ditempatkan sebanyak 53.607 KK, dengan jumlah sebanyak 222.181 jiwa, tersebar pada 24 (dua puluh empat) objek dan terdiri dari 13 jenis/kategori transmigrasi. Untuk Kabupaten Lampung Tengah saja antara tahun itu terdiri dari 4 (empat) objek, dengan jatah penempatan sebanyak 6.189 KK atau sebanyak 26.538 jiwa.

(67)

berupa alat-alat rumah tangga. Sesan tersebut akan diserahkan kepada pihak keluarga laki-laki pada saat upacara perkawinan berlangsung yang sekaligus sebagai penyerahan mempelai wanita kepada keluarga laki-laki. Dengan demikian secara hukum adat maka putuslah hubungan keluarga antara mempelai wanita dengan kedua orang tuanya. Upacara perkawinan tersebut dalam perkawinannya dapat dengan cara Ngibal Serbo, Bumbang Aji, Ittar Waway, dan Sebumbungan.

B. Sejarah Kecamatan Kotagajah dan DesaPurworejo

Kecamatan Kotagajah berdiri sejak tahun 1994 sebagai Kecamatan Pembantu asalnya pecahan Kecamatan Punggur, yang dimekarkan ada 6 (enam) Desa. Kotagajah menjadi kecamatan Difnitif berdasarkan Perda no.10/2001 tentang pembentukan 13 Kecamatan Wilayah Kabupaten Lampung Tengah, sejak tanggal 14 Agustus 2001.

Desa Purworejo berdiri pada 19 Maret 1956, berada pada kecamatan Kotagajah Kabupaten Lampung Tengah yang memilki luas wilayah 525 Ha terdiri dari 4 Dusun dan 14 RT

C. Luas Wilayah dan Batas Desa

Desa Purworejo memilki luas wilayah 525 Ha terdiri dari 4 Dusun dan 14 RT dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Kotagajah, Pasar dua. 2. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Purwosari

(68)

Secara geografis Desa Purworejo merupakan daerah daratan dengan ketinggian 2700 M dari permukaan laut memiliki curah hujan 247.858.833 mm/th dengan dataran rendah suhu udara rata-rata 36 derajat.

Jarak dari Desa Purworejo

a. Kepusat Pemerintahan kecamatan 3 Km b. Jarak antara Ibu Kota Kabupaten 17 Km c. Jarak dari Ibu Kota Propinsi 76 Km d. Jarak dari Ibu Kota Negara 270 Km D. Demografi

Penduduk Desa Purworejo terdiri atas berbagai suku bangsa (Heterogen), tidak hanya masyarakat bersuku Lampung tapi terdapat banyak suku lainnya seperti Jawa, Bali, Palembang, Sunda, bahkan Tiong hoa. Menurut data sampai Oktober tahun 2012 jumlah penduduk yang ada di Desa Purworejo yaitu sebanyak 2.948 jiwa yang terdiri dari 1.386 laki-laki dan 1.562 perempuan.

Tabel 1. Jumlah Penduduk Menurut usia di Desa Purworejo

No. Kelompok Umur Jumlah Jiwa

(69)

yang ada pada masing-masing kelompok umur tersebut paling banyak adalah pada kelompok umur 19 tahun keatas yaitu sebanyak 1.073 jiwa

Tabel 2. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Tenaga Kerja

No. Kelompok Umur Jumlah Jiwa

Hampir sebagian penduduk yang ada di Desa Purworejo memiliki mata pencaharian sebagai buruh, Pedagang, Petani, dan PNS yang secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

No. Mata Pencaharian Jumlah (orang)

Sumber: Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian, Desa Purworejo

(70)

sebanyak 197 orang, untuk penduduk dengan pekerjaan petani sebanyak 486 orang, untuk penduduk dengan pekerjaan sebagai tukang sebanyak 124 orang. Dalam tabel diatas, maka terlihat jelas bahwa jumlah penduduk pada masing-masing bagian pekerjaan paling banyak didominasi oleh penduduk yang memiliki pekerjaan sebagai petani.

F. Pendidikan

Tingkat pendidikan yang dimiliki oleh penduduk Desa Purworejo yang secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No. Pendidikan Jumlah Jiwa

Sumber : Profil Desa PurworejoTahun 2011

(71)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Hasil penelitian pada BAB 5 sebelumnya disusun berdasarkan Rumusan Masalah yang dibuat pada BAB 1, dengan menggunakan metode yang di paparkan pada BAB 3. Maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Faktor situasional

(72)

2. Faktor belajar

Kesimpulan yang dapat ditarik dari faktor belajar ialah, adanya motivasi dari dalam diri pelaku judi sabung ayam yang menyebabkan pelaku ingin mendalami lebih jauh bagaimana aturan main yang sebenarnya dalam permainan sabung ayam, sehingga proses pembelajaran terbangun secara tidak langsung dari kegiatan yang dijalankan oleh pelaku sabung ayam. Terlihat dari keterangan yang didapat, bahwa proses pembelajaran itu sendiri dimulai dari bagaimana perawatan ayang yang dikhususkan untuk sabung, hingga aturan menang dan kalah dalam sabung ayam. Sehingga para pemula yang baru belajar bermain sabung ayam tidak jenuh dikarenakan tidak adanya peningkatan dalam pemeliharaan atau permainan sabung ayam.

3. Faktor penghargaan

(73)

4. Faktor Psikologis

Dari penuturan informan dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa kenyamanan seseorang pada saat melakukan sabung ayam merupakan faktor kuat yang menyebabkan kegiatan tersebut tidak pernah hilang dari peradaban manusia. Kenyamanan yang timbul dan berubah menjadi hobi sabung ayam merupakan potensi dasar yang menyebabkan selalu adanya generasi penerus, itu tercipta karena adanya proses penyaluran hobi dari orang tua atau paman terhadap anak atau kemenakannya. Sehingga pergantian generasi tidak berarti juga pergantian hobi. Dalam pembahasan juga terlihat bahwa kejenuhan akan kesibukan dari pekerjaan membuat pelaku sabung ayam mencari hiburan melalui kegiatan sabung, terlepas dari perkara perjudian, faktor psikologis seseorang yang mendapatkan kenyamanan ataupun kesenangan merupakan alasan pemain sabung ayam tetap melestarikan kegiatan tersebut.

5. Faktor Ekonomi

(74)

maka kondisi masyarakat yang seperti ini berperan besar terhadap tumbuhnya prilaku tersebut dalam komunitas.

B. Saran

1. Untuk Pemerintah dan Aparat Keamanan Polri

a. Sabung ayam ketika menjadi wadah perjudian jelas menjadi pelanggaran terhadap peraturan pemerintah sesuai dalam Pasal 303 ayat 3 KUHP Jo Pasal 1 Peraturan pemerintah RI Nomor 9 1981, karena hal inilah aparat perlu menegakkan ketertiban guna menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi masyarakat.

b. Aparat desa harus bisa menjalin kerjasama yang baik dengan aparat keamanan Polri, agar timbul kesadaran masyarkat akan dampak negatif judi sabung ayam yang berkembang di lingkungan tempat tinggal mereka.

2. Untuk masyarakat

a. Masyarakat hendaknya bisa bersama-sama menentang keberadaan judi sabung ayam di desa yang meresahkan warga, juga berpotensi menimbulkan kerusuhan atau perkelahian.

b. Hendaknya para penyabug tidak perlu mengajak atau memperblehkan anak-anak di bawah umur untuk menyaksikan judi sabung ayam, agar anak-anak tidak meniru prilaku mereka.

(75)

Arif, Syaiful. 2010.Refilosofi Kebudayaan. Jogjakarta. AR-RUZZ Media.

Danandjaja, James.2007. Folklor Indonesia; Ilmu Gosip, Dongeng dan Lain-lain. Jakarta. Pustaka Utama Grafiti.

Iqbal,hasan. 2002. Pokok-pokok Materi Penelitian dan aplikasinya. Jakarta. Ghalia Indonesia.

Koentjaraningrat. 1990.Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta. PT Rineka Cipta.

Milles, M.B dan A.M Humberman. 1992.Analisis Data Kualitatif. Jakarta.

Moleong, Lexy. 1989.Metode penelitian kualitatif. Bandung. Remaja Rosda.

Nasir, Muhammad. 1988.Metode Penelitian. Jakarta. Ghalia Indonesia. Santoso, Slamet .2004.Dinamika Kelompok. Jakarta. Bumi Aksara. Sunaryo. 2002.Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta. EGC.

Soekanto, Soerjono. 1990.Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta. Rajawali Pers.

(76)

(www.anneahira.com/pengertian-masyarakat.htm). Diunduh 4 oktober 2012.

Anggraeni, Mariana. 2009. Hakikat dan Fungsi Sabung Ayam Dalam Serat Adu Jago. (http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&ved=0C

Efendi, Yusuf. 2011. Massaung Manuq:Sabung Ayam dalam Tradisi Orang Melayu di Sulawesi Selatan. (http://melayuonline.com/ind/culture/dig/2758/massaung-manuq-sabung-ayam-dalam-tradisi-orang-melayu-di-sulawesi-selatan). Diunduh 4 Oktober 2012.

Kelik. 2011. Asal Mula Nama Ayam Bangkok.

(http://menorehbreeder.wordpress.com/2011/04/19/kisah-dibalik-keris-empu-gandring/). Diunduh 2 Oktober 2012.

Kampung, Jawara. 2012. Sejarah Sabung Ayam Di Nusantara.

(http://jawarakampung.blogspot.com/2012/08/sejarah-sabung-ayam-di-nusantara.html)Diunduh 2 oktober 2012.

Papu, Johanes.2002.(http: //www.e-psikologi.com/epsi/sosial_detail.asp? id=278). Diunduh 10 Oktober 2012.

Syafi’, Muhammad. 2011. Pengertian Judi, Jenis-jenis, dan Faktor Penyebabnya. (http://ilmu-pendidikanislam.blogspot.com/2011/11/judi-atau-perjudian.html). Diunduh 5

oktober 2012.

Yuningrat, Liena. 2012. Jenis-jenis ayam

Gambar

Gambar 1. Ayam Bangkok (Thailand)
Gambar 2. Ayam Brazilian
Gambar 3. Ayam Burma
Gambar 4. Ayam Siam
+7

Referensi

Dokumen terkait

Fungsi penggunaan bahasa gaul bahasa Mandarin dalam media sosial WeChat periode Agustus s.d Oktober 2015 yang peneliti temukan adalah fungsi ekspresi atau emotif,

Dari hasil pengolahan data bahwa setiap pernyataan dari kuesioner dinyatakan valid dan reliabel dan mengenai hasil dari analisis deskriptif variabel store

Maksud dari perancangan ini adalah menghadirkan suatu objek arsitektural mengenai seni musik kontemporer yang dapat memenuhi kebutuhan di bidang informasi, edukasi,

Tidak signifikannya pengaruh sifat materialisme terhadap hubungan antara kecanduan internet dengan perilaku pembelian impulsif secara online di Indonesia menunjukkan bahwa

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat, kasih karunia, kekuatan, dan penyertaan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

Di Desa Lumpur Kecamatan Gresik terdapat 5 kelompok nelayan, setiap kelompok memiliki anggota sekitar kurang lebih 400 orang, dengan jumlah keseluruhan 190 perahu

Berdasarkan hasil persentase dari masing-masing bulan maka pemanfaatan layanan perpanjangan masa peminjaman melalui media sosial facebook di Perpustakaan FISIPOL UGM diperoleh

Berdasarkan dari hasil penelitian maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : diperoleh kekuatan otot lengan (X) mempunyai hubungan signifikan dengan kemampuan