ANALISIS PENGARUH SBI, KURS RUPIAH, HARGA EMAS DUNIA,
INDEKS HANG SENG DAN INDEKS NIKKEI 225 TERHADAP INDEKS
HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG)
(studi kasus Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2008-2011)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
Adit Tia Nugraha
NIM : 109081000097
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama : Adit Tia Nugraha
2. Tempat tanggal lahir : Tangerang, 13 September 1991
3. Alamat : Jl. Kampung Rawa Barat RT/RW 01/05
No. 24 Pondok Aren-Tangerang Selatan
4. Telepon : 083893742354
5. E-mail : adittia_nugraha@ymail.com
II. PENDIDIKAN
1. SDN Jombang I Tahun 1997-2003
2. SMP Negeri 6 Tangerang Selatan Tahun 2003-2006
3. SMA Negeri 1 Tangerang Selatan Tahun 2006-2009
4. S1 Ekonomi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2009-2013
III. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah : Hermanto
2. Ibu : Sri Utari
3. Alamat : Jl. Kampung Rawa Barat RT/RW 01/05 No. 24
Pondok Aren-Tangerang Selatan
IV. PENGALAMAN ORGANISASI
Kepanitiaan Program Pengenalan Studi dan Almamater Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai staff
V. PELATIHAN DAN SEMINAR YANG DIIKUTI
1. 23 Desember 2009 : Diskusi Publik “Kemana Arah Isu Kasus Century:
Polemik dan Perang Persepsi”
2. 20 Mei 2010 : Seminar Nasional “Peran Asuransi Dalam Era
Globalisasi”.
3. 8 Juni 2012 : A Training Course On: “Sekolah Pasar Modal”
Basic Training of Fundamental & Technical
Analysis.
4. 15 September 2012 : Seminar “Islamic Economy Revivalism, between
THE ANALYSIS OF THE EFFECT OF SBI, RUPIAH EXCHANGE RATE, GOLD PRICE, HANG SENG INDEX AND NIKKEI 225 INDEX ON
COMPOSITE STOCK PRICE INDEX (IHSG)
(a case study of Indonesia stock exchange (idx) period 2008-2011)
ABSTRACT
The aim of this research is to examine the effect of the SBI interest rate, exchange rate, price of gold, Hang Seng Index and the Nikkei 225 index on Indonesia Stock Exchange. The analytical method used in this study is multiple regression analysis. Before doing multiple regression analysis, we must do a classic assumption test. This is necessary so that the regression equation is BLUE (Best, Linear, Unbiased, Estimator). In addition to assessing the goodness of fit from a model, we use coefficient of determination test, F test and t test. This research using a monthly data from 2008 – 2011 for each variable.
Results from this study indicate that the Rupiah Exchange rate negatively affect the IHSG with t value of Exchange rate is -0,808947 and a probability value of 0,0172. While the variables of Gold Prices and Hang Seng Index, had a positive effect on IHSG with t value of Gold Prices is 0,809716 and Hang Seng Index 0,553794 with probability value of Gold Prices is 0,0000 and Hang Seng Index is 0,0006. Mean whileof the SBI interest rate and the 225 Nikkei index variable that does not have the significant effect on the IHSG with the probability value respectively 0,0612 and 0,4817. The value of adjusted R square is 96,65%. This means that 96,65% IHSG movement can be predicted from the movement of the five independent variables. And while the remaining 3,15% is influenced of the oil price, GDP, Dow Jones Index, etc.
Key words: SBI, Exchange Rate, Gold Price, Hang Seng Index, Nikkei 225 Index, IHSG.
ANALISIS PENGARUH SBI, KURS RUPIAH, HARGA EMAS DUNIA,
INDEKS HANG SENG DAN INDEKS NIKKEI 225 TERHADAP INDEKS
HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG)
(studi kasus Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2008-2011)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh tingkat suku bunga SBI, kurs rupiah, harga emas, Indeks Hang Seng dan Indeks Nikkei 225 di bursa efek Indonesia. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis regresi berganda. Salah satu syarat untuk melakukan uji analisis berganda perlu dilakukan uji asumsi klasik. Hal ini diperlukan agar persamaan regresi yang dihasilkan bersifat BLUE (Best,Linear,Unbiased,Estimator). Selain itu untuk menilai goodness of fit suatu model dilakukan uji koefisien determinasi, uji F, dan uji t. Penelitian ini menggunakan data bulanan dari tahun 2008 - 2011 untuk tiap variabel penelitian.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa variabel Kurs Rupiah berpengaruh negatif terhadap IHSG dengan nilai t hitung Kurs Rupiah sebesar -0,808947 dan nilai probailitas sebesar 0,0172. Sementara variabel Harga Emas Dunia dan Indeks Hang Seng berpengaruh positif terhadap IHSG dengan nilai t hitung Harga Emas Dunia sebesar 0,809716 dan Indeks Hang seng 0,553794 dengan nilai probailitas Harga Emas Dunia sebesar 0,0000 dan Indeks Hang Seng sebesar 0,0006. Sedangkan Variabel Tingkat Suku Bunga SBI dan Indeks Nikkei 225 yang tidak memilki pengaruh signifikan terhadap IHSG dengan nilai probabilitas masing-masing sebesar 0,0612 dan 0,4817. Selain itu diperoleh bahwa nilai adjusted R square adalah 96,65%. Ini berarti 96,65% pergerakan IHSG dapat diprediksi dari pergerakan kelima variabel independen tersebut. Sedangkan sisanya sebesar 3,15% dipengaruhi oleh variabel lain yaitu harga minyak dunia, GDP, Indeks Dow Jones dan lain-lain.
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
baik. Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada Rasulullah SAW yang
mengantarkan manusia dari zaman kegelapan ke zaman yang terang benderang
ini. Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian syarat-syarat
guna mencapai gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Penulis menyadari bahwa penulisan ini tidak dapat terselesaikan tanpa
dukungan dari berbagai pihak baik moril maupun materil. Oleh karena itu, penulis
ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan skripsi ini terutama kepada:
1. Kedua orang tua, ayahanda Hermanto dan ibunda Sri Utari yang telah
memberikan dukungan baik moril maupun materil serta doa yang tiada
henti-hentinya kepada penulis.
2. Segenap keluarga yang telah menyemangati dan membantu penyelesaian
skripsi ini.
3. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Dr. Ahmad Dumyathi B, MA selaku Ketua Jurusan Manajemen dan
dosen Pembimbing Skripsi I yang telah berkenan memberikan tambahan ilmu
dan solusi pada setiap permasalahan atas kesulitan dalam penulisan skripsi
ini. Bimbingan dan arahan untuk membimbing penulis selama menyusun
skripsi.
5. Ibu Titi Dewi Warninda, SE, M. Si selaku Sekretaris Jurusan Manajemen dan
dosen Pembimbing Skripsi II yang telah bersedia memberikan banyak ilmu
dan solusi pada setiap permasalahan atas kesulitan dalam penulisan skripsi
6. Seluruh Bapak/Ibu dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah
memberikan pengetahuan yang sangat bermanfaat selama masa perkuliahan.
7. Naimatul Fauziah yang telah sabar menemani dan memberikan support yang
begitu banyak kepada penulis.
8. Seluruh teman-teman Manajemen C/2009 yang selalu kompak di dalam kelas
maupun luar kelas.
9. Seluruh staf dan karyawan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta yang telah memberikan bantuan kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan
kritik yang membangun dari berbagai pihak. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat
bagi para pembaca dan semua pihak khususnya dalam bidang manajemen
keuangan.
Jakarta, Juli 2013
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ... ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ... iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ... iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ... v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... vi
ABSTRACT . ... viii
ABSTRAK ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GRAFIK ... xvi
DAFTAR GAMBAR... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ... xviii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Perumusan Masalah ... 7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7
1. Tujuan Penelitian ... 7
2. Manfaat Penelitian ... 8
BAB II LANDASAN TEORI ... 10
A. Teori yang berkenaan dengan variabel yang diambil ... 10
1. Teori Makro Ekonomi ... 10
2. Pasar Modal Indonesia ... 11
3. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ... 15
4. Tingkat Suku Bunga SBI ... 18
5. Kurs Rupiah ... 20
6. Harga Emas Dunia ... 22
8. Indeks Nikkei 225 ... 27
B. Penelitian Terdahulu ... 29
C. Keterkaitan antara variabel independen dengan variabel dependen ... 32
D. Kerangka Pemikiran ... 35
E. Hipotesis ... 36
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 38
A. Ruang Lingkup Penelitian ... 38
B. Metode Penentuan Sampel ... 38
C. Metode Pengumpulan Data ... 39
D. Metode Analisis ... 40
1. Test Granger Causality ... 40
2. Pengujian Asumsi Klasik ... 41
a. Uji Normalitas ... 42
b. Uji Multikolinearitas ... 42
c. Uji Heteroskedastisitas ... 43
d. Uji Autokorelasi ... 44
3. Analisis Regresi Linier Berganda ... 44
4. Uji F ... 45
5. Uji t ... 46
6. Koefisien Determinasi ... 47
E. Operasional Variabel Penelitian ... 48
1. Variabel Dependen ... 48
2. Variabel Independen... 48
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 51
A.Gambaran Umum Objek Penelitan ... 51
1. Sejarah Singkat Bursa Efek Indonesia ... 51
2. Deskripsi Variabel Penelitian ... 52
a. Perkembang Indeks Harga Saham Gabungan ... 52
b. Tingkat Suku Bunga SBI ... 55
d. Harga Emas Dunia ... 58
e. Indeks Hang Seng ... 60
f. Indeks Nikkei 225 ... 62
B. Analisis dan Pembahasan ... 64
1. Test Granger Causality ... 64
2. Pengujian Asumsi Klasik ... 65
a. Uji Normalitas ... 65
b. Uji Multikolinearitas ... 67
c. Uji Heterokedastisitas... 68
d. Uji Autokorelasi ... 69
3. Hasil dan Pembahasan ... 70
a. Uji F ... 70
b. Uji t ... 71
4. Analisis Regresi Linier Berganda ... 77
5. Koefisien Determinasi ... 79
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 81
A. Kesimpulan ... 81
B. Saran ... 82
DAFTAR PUSTAKA ... 83
DAFTAR TABEL
No. Keterangan Halaman
2.1 PenelitianTerdahulu ... 29
4.1 Data IHSG ... 53
4.2 Data SBI ... 55
4.3 Data Kurs Rupiah ... 57
4.4 Data Harga Emas Dunia ... 58
4.5 Data Indeks Hang Seng ... 60
4.6 Data Indeks Nikkei 225 ... 62
4.7 Hasil Uji Granger Causality ... 64
4.8 Hasil Uji Granger Causality ... 64
4.9 Hasil Uji Multikolinieritas ... 67
4.10 Hasil Uji Breusch-Pagan-Godfrey ... 68
4.11 Hasil Uji Breusch-Pagan-Godfrey Serial Correlarion LM test .. 69
4.12 Hasil Uji F ... 70
4.13 Hasil Uji t ... 72
4.14 Hasil Uji Regresi Linier Berganda ... 77
DAFTAR GRAFIK
No. Keterangan Halaman
4.1 Perkembangan IHSG ... 54
4.2 Perkembangan SBI ... 56
4.3 Perkembangan Kurs Rupiah ... 57
4.4 Perkembangan Harga Emas Dunia ... 59
4.5 Perkembangan Indeks Hang Seng ... 61
DAFTAR GAMBAR
No. Keterangan Halaman
2.1 Kerangka Pemikiran ... 35
DAFTAR LAMPIRAN
No. Keterangan Halaman
1. Output Test Granger Causality ... 86
2. Output Regresi Linier Berganda ... 86
3. Output Uji Normalitas ... 87
4. Output Uji Multikolinieritas ... 87
5. Output Uji Breusch-Pagan-Godfrey ... 87
6. Output Uji Autokorelasi ... 88
7. Data Variabel Dependen dan Independen Tahun 2008-2011 ... 89
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Dalam beberapa tahun terakhir, kondisi ekonomi dunia mengalami
keadaaan yang tidak diharapkan oleh setiap negara. Krisis kredit macet yang
terjadi di Amerika Serikat menjadi sebuah krisis global pada tahun 2008 dan
memberikan dampak negatif terhadap seluruh negara di dunia. Dampak yang
cukup besar harus dialami negara-negara di Asia yang di dalamnya masih
banyak negara-negara berkembang. Indonesia menjadi salah satu negara di
Asia yang harus terkena imbas dari krisis global tersebut. Hal tersebut
disebabkan karena sebagian besar tujuan ekspor Indonesia dilakukan di pasar
Amerika dan tentu saja hal ini sangat mempengaruhi terhadap kondisi
perekonomian di Indonesia. Salah satu dampak yang paling berpengaruh dari
krisis ekonomi global yang terjadi di Amerika adalah nilai tukar rupiah yang
semakin terdepresiasi terhadap dolar Amerika, Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG) yang semakin merosot, dan tentu saja kegiatan ekspor Indonesia yang
terganjal dan terhambat akibat berkurangnya permintaan dari pasar Amerika itu
sendiri.
Selain itu penutupan selama beberapa hari serta penghentian sementara
perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) merupakan salah satu
tentunya dapat merefleksikan betapa besar dampak dari permasalahan yang
bersifat global ini. Pada awal tahun 2011, Indonesia kembali terkena dampak
krisis global dari sisi finansial dan perdagangan. Hal ini kerena terjadi krisis
global Uni Eropa yang diawali oleh krisis utang Yunani. Tetapi pada krisis
yang tejadi di Uni Eropa dampaknya tidak terlalu besar seperti tahun 2008.
IHSG pada tahun 2011 masih stabil tidak ada penurunan yang tajam seperti
krisis global tahun 2008.
Dalam perekonomian suatu negara, pasar modal memiliki peran penting
bagi perekonomian suatu negara karena pasar modal sebagai sarana bagi
pendanaan usaha atau sebagai sarana bagi perusahaan untuk mendapatkan dana
dari masyarakat pemodal atau investor. Saham merupakan salah satu alternatif
investasi yang paling menarik dalam pasar modal. Hal ini ditandai dengan
perkembangan pasar modal yang pesat yaitu meningkatnya Indeks Harga
Saham Gabungan (IHSG).
Kegiatan investasi adalah kegiatan menanamkan modal baik langsung
maupun tidak langsung dengan harapan pada waktunya nanti pemilik modal
mendapatkan sejumlah keuntungan dari hasil penanaman modal tersebut (M
Samsul,2006:285). Bagi para investor, melalui pasar modal dapat memilih
obyek investasi dengan beragam tingkat pengembalian dan tingkat risiko yang
dihadapi, sedangkan bagi para penerbit (issuers atau emiten) melalui pasar
modal dapat mengumpulkan dana jangka panjang untuk menunjang
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi Indeks Saham, antara lain
perubahan tingkat suku bunga bank sentral, keadaan ekonomi global, tingkat
harga energi dunia, kestabilan politik suatu negara, dll. Selain faktor tersebut,
perilaku investor sendiri juga akan memberi pengaruh terhadap pergerakan
Indeks Saham.
Di Indonesia kebijakan tingkat suku bunga dikendalikan secara langsung
oleh Bank Indonesia melalui BI rate. BI Rate merupakan respon bank sentral
terhadap tekanan inflasi ke depan agar tetap berada pada sasaran yang telah
ditetapkan. Perubahan BI rate sendiri dapat memicu pergerakan di pasar saham
Indonesia. Penurunan BI rate secara otomatis akan memicu penurunan tingkat
suku bunga kredit maupun deposito. Bagi para investor, dengan penurunan
tingkat suku bunga deposito, akan mengurangi tingkat keuntungan yang
diperoleh bila dana yang mereka miliki diinvestasikan dalam bentuk deposito.
Selain itu dengan penurunan suku bunga kredit, biaya modal akan menjadi
kecil, ini dapat mempermudah perusahaan untuk memperoleh tambahan dana
dengan biaya yang murah untuk meningkatkan produktivitasnya. Peningkatan
produktivitas akan mendorong peningkatan laba, hal ini dapat menjadi daya
tarik bagi para investor untuk berinvestasi di pasar modal.
Globalisasi mendorong investasi lintas negara disamping untuk tujuan
diversifikasi. Oleh karena itu, risiko nilai mata uang merupakan faktor
ketidakpastian yang dihadapi investor apabila melakukan investasi dipasar
global. Dengan terbukannya peluang investasi di Bursa Efek Indonesia bagi
risiko yang patut diperhitungkan. Dengan demikian investor harus
mempertimbangkan pula premi risiko atas nilai tukar tersebut (Ahmad Rodoni,
2010:186).
Faktor lain yang dapat mempengaruhi pergerakan IHSG adalah harga
emas, dalam penelitian ini harga emas diduga menjadi salah satu komoditi
yang mempengaruhi IHSG. Emas merupakan sejenis logam mulia yang dikenal
sepajang sejarah kehidupan manusia, bukan hanya sekedar untuk perhiasan,
emas juga dapat dijadikan investasi alternatif. Selain itu emas juga dapat
menjadi indikator dari tengkat kekeyaan individu maupun bangsa. Umumnya
emas digunakan untuk industri seperti perhiasan, medali, coin dan komponen
elektronik lainnya. Dapat juga sebagai aset yang memiliki nilai berharga dari
logam lainnya. Emas sejak lama di pergunakan sebagai aset untuk melindungi
nilai suatu kekeyaan.
Harga emas di anggap sebagai suatu komoditas yang berpengaruh
terhadap kegiatan perekonomian baik di Indonesia maupun dunia. Keuntungan
investasi emas adalah daya tahannya yang kuat terhadap inflasi. Ketika
investasi naik harga emas ikut naik, semakin tinggi tingkat inflasi semakin
tinggi pula harga emas yang dimiliki. Oleh sebab itu, kenaikan harga emas
akan mendorong penurunan indeks harga saham karena investor yang semula
berinvestasi di pasar modal megalihkan dananya untuk berinvestasi di emas
yang relatif memiliki resiko yang lebih rendah dari pada berinvetasi di bursa.
Kondisi perekonomian suatu negara dan bursa saham negara lainnnya,
dengan adanya era globalisasi yang membuat indeks bursa saham antar negara
saling memiliki keterkaitan. Sehingga penelitian ini ingin melihat bagaimana
pengaruh indeks saham di Asia yaitu Indeks Hang Seng dan Indeks Nikkei 225
sebagai variabel yang mempengaruhi IHSG. Indeks Hang Seng merupakan
indeks saham terpercaya, yang digunakan investor dan fund manajer untuk
berinvestasi. Indeks Nikkei juga merupakan indeks yang paling sering
digunakan di Jepang sebagai patokan kinerja bursa sahamnya. Selain itu
perusahaan yang tercatat di Indeks Nikkei juga terdiri dari berbagai macam
perusahaan yang memiliki daerah operasi di Indonesia, diantaranya adalah
Mitsubishi Corp, Honda Motor Co Ltd, Nikon Corp, dan masih banyak lagi.
Pada tahun 2008 krisis ekonomi yang melanda Amerika serikat menyebabkan
kaguncangan perekonomian global. Hal ini terlihat dalam Indeks Hang Seng
dan Indeks Nikkei yang mengalami penurunan yang sangat tajam seperti
IHSG.
Beberapa penelitian telah membahas pengaruh variabel-variabel makro
terhadap pergerakan suatu indeks, seperti Penelitian yang dilakukan oleh Sari
Yuni Kemala (2010) yang berjudul “Analisis pengaruh SBI, Indeks Hang Seng,
Kurs Dollar AS dan Indeks Dow Jones terhadap IHSG”, memperoleh hasil
yaitu variabel SBI, kurs dan Indeks Dow Jones mempunyai pengaruh negatif
signifikan terhadapa IHSG, sedangkan Indeks Hang Seng mempunyai
pengaruh posistif signifikan terhadap IHSG.
Penelitian yang dilakukan oleh Indah Yuliana (2010) yang berjudul
(IHSG)”, menghasilkan bahwa variabel SBI, Inflasi dan nilai tukar rupiah tidak
memiliki pengaruh terhadap IHSG hanya variabel jumlah uang yang beredar
saja yang memilki pengaruh signifikan terhadap IHSG.
Berdasarkan pejelasan diatas, maka penulis akan melakukan penelitian
mengenai “Analisis Pengaruh SBI, Kurs Rupiah, Harga Emas Dunia,
Indeks Hang Seng dan Indeks Nikkei 225 terhadap Indeks Harga saham
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang seperti yang dijelaskan di atas maka yang
menjadi masalah dalam penelitian ini di rumuskan sebegai berikut :
1. Apakah SBI bepengaruh terhadap Indeks Harga saham Gabungan (IHSG).
2. Apakah Kurs Rupiah berpengaruh terhadap Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG).
3. Apakah Harga Emas Dunia berpengaruh terhadap Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG).
4. Apakah Indeks Hang Seng berpengaruh terhadap Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG).
5. Apakah Indeks Nikkei 225 berpengaruh terhadap Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG).
6. Apakah SBI, Kurs Rupiah, Harga Emas Dunia, Indeks Hang Seng dan
Indeks Nikkei 225 berpengaruh terhadap Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG).
C. Tujuan dan Manfaat Penilitian
a. Tujuan
Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan maka tujuan
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Menganalisi pengaruh SBI terhadap Indeks Harga Saham Gabungan
2. Menganalisi pengaruh Kurs Rupiah terhadap Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG).
3. Menganalisi pengaruh Harga Emas Dunia terhadap Indeks Harga
Saham Gabungan (IHSG).
4. Menganalisi pengaruh Indeks Hang Seng terhadap Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG).
5. Menganalisi pengaruh Indeks Nikkei 225 terhadap Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG).
b. Manfaat
Hasil penelitian yang diperoleh diharapakan memberi manfaat untuk
beberapa pihak yang diantaranya adalah :
1. Untuk menambah wawasan dan pandangan kepada peneliti, tentang
faktor yang mempengaruhi pergerakan IHSG di Bursa Efek Indonesia.
2. Para Akademisi. Hasil penelitian dapat memberikan kontribusi untuk
perkembangan ilmu ekonomi makro pada umumnya dan pasar modal
pada khususnya. Hasil penelitian ini juga diharpakan dapat terus
dikembangkan secara lebih luas oleh para akademisi, sehingga dapat
memperluas ilmu.
3. Untuk kalangan Investor. Dengan adanya informasi mengenai faktor
yang mempengaruhi IHSG, para investor dapat menentukan
4. Pemerintah. Dengan adanya informasi mengenai faktor yang
mempengaruhi pergerakan IHSG, pemerintah diharpkan dapat
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Teori yang Berkenaan dengan Variabel yang Diambil
1. Teori Makro Ekonomi
Ilmu makro ekonomi merupakan salah satu cabang dari ilmu
ekonomi. Makro ekonomi berfokus pada perilaku dan kebijakan ekonomi
yang dapat mempengaruhi tingkat konsumsi dan investasi, neraca
perdagangan dan pembayaran suatu negara, faktor-faktor penting yang
mempengaruhi perubahan harga dan upah, kebijakan fiskal dan moneter,
jumlah uang yang beredar, tingkat suku bunga dan jumlah utang negara.
Secara ringkas dapat dikatakan bahwa makro ekonomi sangat
memperhatikan interaksi antara tenaga kerja, perputaran barang, dan
aset-aset ekonomi yang mengakibatkan terjadinya kegiatan perdagangan tiap
individu atau negara. Kondisi makro perekonomian suatu negara
merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja
perusahaan-perusahaan yang ada di negara tersebut (M.Samsul, 2006:200).
Faktor-faktor makro ekonomi yang secara langsung dapat
mempengaruhi kinerja saham maupun kinerja perusahaan antara lain
(M.Samsul,2006:200):
1. Tingkat suku bunga domestik.
2. Kurs valuta asing.
4. Siklus ekonomi suatu negara.
5. Tingkat inflasi.
6. Peraturan perpajakan
7. Jumlah uang yang beredar.
Ketika kondisi makro ekonomi di suatu negara mengalami
perubahan baik yang positif ataupun negatif, investor akan
mengkalkulasikan dampaknya terhadap kinerja perusahaan di masa depan,
kemudian mengambil keputusan membeli atau menjual saham perusahaan
yang bersangkutan. Aksi jual dan beli ini akan mengakibatkan terjadinya
perubahan harga saham, yang pada akhirnya akan berpengaruh pada
indeks pasar modal di negara tersebut.
2. Pasar Modal Indonesia
Dalam Bab I pasal I UUPM no 8/1995 tentang ketentuan umum
mendefinisikan bursa umum dan efek sebagai berikut. Bursa efek adalah
pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem atau sarana untuk
mempertemukan penawaran jual dan beli efek pihak-pihak lain dengan
tujuan memperdagangkan efek diantara mereka. Sedangkan efek adalah
surat berharga yaitu surat pengakuan hutang, surat berharga komersial,
saham, obligasi, tanda bukti utang, unit penyertaan investasi kolektif,
kontrak berjangka atas efek dan setiap derivatif dari efek. Bursa efek
utama adalah suatu institusi yang terpusat yang mempertemukan kekuatan
diatur secara rapi dengan menggunakan peraturan sistematis yang
dikeluarkan oleh pengelolanya. Setiap instrumen efek yang akan
diperdagangkan di bursa harus memenuhi kebijakan pencatatan (listing
policy) yang dikeluarkan oleh pengelolanya. Pada bursa efek utama ini
sistem perdagangan menggunakan pasar lelang melalui sistem pemesanan.
Harga ditentukan berdasarkan arus dari pesanan jual dan beli. Bila arus
pesanan jual sangat kuat maka harga akan mengalami penurunan,
sedangkan bila arus pesanan beli sangat kuat maka harga akan mengalami
kenaikan. Peranan pasar modal dalam suatu perekonomian negara adalah
sebagai berikut (Sunariyah,2011:9):
a. Fungsi Investasi
Uang yang disimpan di bank tentu akan mengalami penyusutan.
Nilai mata uang cenderung akan turun di masa yang akan datang karena
adanya inflasi, perubahan kurs, pelemahan ekonomi,dll. Apabila uang
tersebut diinvestasikan di pasar modal, investor selain dapat melindungi
nilai investasinya, karena uang yang diinvestasikan di pasar modal
cenderung tidak mengalami penyusutan karena aktivitas ekonomi yang
dilakukan oleh emiten.
b. Fungsi Kekayaan
Pasar modal adalah suatu cara untuk menyimpan kekayaan
dalam jangka panjang dan jangka pendek sampai dengan kekayaan
tersebut dapat dipergunakan kembali. Cara ini lebih baik karena
tua nilai aktiva seperti, mobil, gedung, kapal laut, dll, maka nilai
penyusutannya akan semakin besar pula. Akan tetapi obligasi saham
deposito dan instrument surat berharga lainnya tidak akan mengalami
depresiasi. Surat berharga mewakili kekuatan beli pada masa yang akan
datang.
c. Fungsi Likuiditas
Kekayaan yang disimpan dalam surat-surat berharga, bisa
dilikuidasi melalui pasar modal dengan resiko yang sangat minimal
dibandingkan dengan aktiva lain. Proses likuidasi surat berharga dapat
dilakukan dengan cepat dan murah. Walaupun nilai likuiditasnya lebih
rendah daripada uang, tetapi uang memiliki kemampuan menyimpan
kekayaan yang lebih rendah daripada surat berharga. Ini terjadi karena
nilai uang mudah terganggu oleh inflasi dari waktu ke waktu.
d. Fungsi Pinjaman
Pasar modal bagi suatu perekonomian negara merupakan
sumber pembiayaan pembangunan dari pinjaman yang dihimpun dari
masyarakat. Pemerintah lebih mendorong pertumbuhan pasar modal
untuk mendapatkan dana yang lebih mudah dan murah. Ini terjadi
karena pinjaman dari bank-bank komersil pada umumnya mempunyai
tingkat bunga yang tinggi. Sedangkan perusahaan-perusahaan yang
menjual obligasi pada pasar uang dapat memperoleh dana dengan biaya
Penjualan saham (termasuk jenis sekuritas lain) kepada masyarakat
dapat dilakukan dengan beberapa cara. Umumnya penjualan dilakukan
sesuai dengan jenis ataupun bentuk pasar modal dimana sekuritas tersebut
diperjual-belikan. Jenis-jenis pasar modal tersebut ada beberapa macam,
yaitu (Sunariyah,2011:12):
1. Pasar Perdana (Primary Market)
Pasar perdana adalah penawaran saham dari perusahaan yang
menerbitkan saham (emiten) kepada pemodal selama waktu yang
ditetapkan oleh pihak sebelum saham tersebut diperdagangkan dipasar
sekunder. Pengertian tersebut menunjukan, bahwa pasar perdana
merupakan pasar modal yang memperdagangkan saham-saham atau
sekuritas lainnya yang dijual untuk pertama kalinnya (penawaran
umum) sebelum saham tersebut dicatatkan dibursa. Harga saham di
pasar perdana ditentukan oleh penjamin emisi perusahaan yang akan go
public, berdasarkan analisis fundamental perusahaan yang
bersangkutan.
2. Pasar Sekunder (Secondary Market)
Pasar sekunder didefinisikan sebagai perdagangan saham setelah
melewati masa penawaran pada pasar perdana. Jadi, pasar sekunder
dimana saham dan sekuritas lain diperjual-belikan secara luas, setalah
melalui masa penjualan di pasar perdana. Harga saham di pasar
penjual. Besarnya permintaan dan penawaran ini dipangaruhi oleh
faktor internal dan eksternal persuahaan.
3. Pasar Ketiga (Third Market)
Pasar ketiga adalah sarana transaksi jual-beli efek antara market
maker serta investor dan harga dibentuk oleh market maker. Para
market maker ini akan bersaing dalam menentukan harga saham, karena
satu jenis saham dipasarkan oleh lebih dari satu market maker. Pasar
ketiga atau OTC (Over The Counter), bukan merupakan Bursa Efek
berskala kecil, tetapi berskala besar bahkan sangat besar.
4. Pasar Keempat (Fourth Market)
Pasar keempat ini adalah sarana transaksi jual-beli antarinvestor
tanpa melalui perantara efek. Transaksi dilakukan secara tatap muka
antara investor beli dan investor jual. Mekanisme ini pernah terjadi
pada awal-awal perdagangan efek di abad 17. Dengan kemajuan
teknologi, mekanisme ini dapat terjadi melalui electronic
communication network (ECN) asalkan para pelaku memenuhi syarat,
yaitu memiliki efek dan dana di central custodian dan central clearing.
3. Indeks Harga Saham Gabungan
Indeks Harga Saham Gabungan atau Composite Stock Price Index
(IHSG) adalah suatu nilai yang digunakan untuk mengukur kinerja seluruh
saham yang tercatat disuatu bursa efek. Ada dua metode penghitungan
1. Metode rata-rata (Average Method)
Pada metode ini , harga pasar saham-saham yang dimasukan dalam
perhitungan indeks tersebut dijumlahkan kemudian dibagi dengan suatu
faktor pembagi tertentu. Rumusnya adalah sebagai berikut :
IHSG = ∑P Divisor
Keterangan
IHSG = Indeks Harga Saham Gabungan
ΣPs = Total harga saham
Divisor = Harga dasar saham
2. Metode rata-rata tertimbang (Weighted Average Method)
Merupakan suatu metode yang menambahkan bobot dalam
perhitungan indeks disamping harga pasar saham-saham yang tercatat
dan harga dasar saham. Pembobotan yang dilakukan dalam perhitungan
indeks pada umumnya adalah jumlah saham yang dikeluarkan. Ada dua
metode untuk menghitung metode rata-rata tertimbang :
1. Paasche
Metode ini memperbandingkan kapitalisasi pasar seluruh saham
dengan nilai dasar seluruh saham yang tergantung dalam sebuah
indeks. Dalam hal ini makin besar kapitalisasi suatu saham, maka
akan menimbulkan pengaruh yang sangat besar jika terjadi
Indeks = ∑( )
∑( )
Keterangan
Ps = Harga saham sekarang
Ss = Jumlah saham yang beredar
Pbase = Harga dasar saham
2. Laspreyes
Rumus ini menggunakan jumlah saham yang dikeluarkan pada
hari dasar dan tidak berubah selamanya walaupun ada pengeluaran
saham baru.
Indeks = ∑( )
∑( )
Keterangan
Ps = Harga saham sekarang
So = Jumlah saham awal
Pbase = Harga dasar saham
IHSG BEI atau JSX CSPI merupakan IHSG yang dikeluarkan oleh
BEI. IHSG BEI ini mengambil hari dasar pada tanggal 10 Agustus 1982
dan mengikutsertakan semua saham yang tercatat di BEI. IHSG BEI
diperkenalkan pertama kali pada tanggal 1 April 1983 yang digunakan
sebagai indikator untuk memantau pergerakan saham. Indeks ini
mencakup semua saham biasa maupun saham preferen di BEI. Metode
penghitungan yang digunakan adalah metode rata-rata tertimbang Paasche
Bursa Efek Surabaya menjadi Bursa Efek Indonesia. Oleh karena itu IHSG
BEJ kemudian berubah menjadi IHSG BEI sejak penggabungan tersebut.
4. Tingkat Suku Bunga SBI
Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No.8/13/DPM tentang
Penerbitan Sertifikat Bank Indonesia Melalui Lelang, Sertifikat Bank
Indonesia yang selanjutnya disebut SBI adalah surat berharga dalam mata
uang rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan
utang berjangka waktu pendek.
Penerbitan SBI di pasar perdana dilakukan dengan mekanisme
lelang pada setiap hari Rabu atau hari kerja berikutnya (dalam hal hari
dimaksud adalah hari libur). SBI diterbitkan dengan jangka waktu (tenor)
1 bulan sampai dengan 12 bulan dengan satuan unit terkecil sebesar Rp1
juta. Saat ini Bank Indonesia menerbitkan SBI dengan tenor 1 bulan dan 3
bulan. Penerbitan SBI tenor 1 bulan dilakukan secara mingguan sedangkan
SBI tenor 3 bulan dilakukan secara triwulanan. Peserta lelang SBI terdiri
dari bank umum dan pialang pasar uang Rupiah dan Valas.
Saat ini Bank Indonesia menggunakan tingkat suku bunga SBI
sebagai salah satu instrumen untuk mengedalikan inflasi. Apabila inflasi
dirasakan cukup tinggi maka Bank Indonesia akan menaikkan tingkat suku
bunga SBI untuk meredam kenaikan inflasi. Perubahan tingkat suku bunga
SBI akan memberikan pengaruh bagi pasar modal dan pasar keuangan.
Apabila tingkat suku bunga naik maka secara langsung akan
tinggi akan mendapatkan dampak yang sangat berat terhadap kenaikan
tingkat bunga. Kenaikan tingkat bunga ini dapat mengurangi profitabilitas
perusahaan sehingga dapat memberikan pengaruh terhadap harga saham
perusahaan yang bersangkutan.
Selain kenaikan beban bunga, tingkat suku bunga SBI yang tinggi
dapat menyebabkan investor tertarik untuk memindahkan dananya ke
deposito. Hal ini terjadi karena kenaikan tingkat suku bunga SBI akan
diikuti oleh bank-bank komersial untuk menaikkan tingkat suku bunga
simpanan. Apabila tingkat suku bunga deposito lebih tinggi dari tingkat
pengembalian yang diharapkan oleh investor, tentu investor akan
mengalihkan dananya ke deposito. Terlebih lagi investasi di deposito
sendiri merupakan salah satu jenis investasi yang bebas resiko. Pengalihan
dana oleh investor dari pasar modal ke deposito tentu akan mengakibatkan
penjualan saham besar-besaran sehingga akan menyebabkan penurunan
indeks harga saham. Bagi masyarakat sendiri, tingkat suku bunga yang
tinggi berarti tingkat inflasi di negara tersebut cukup tinggi. Dengan
adanya inflasi yang tinggi akan menyebabkan berkurangnya tingkat
konsumsi riil masyarakat sebab nilai uang yang dipegang masyarakat
berkurang. Ini akan menyebabkan konsumsi masyarakat atas barang yang
dihasilkan perusahaan akan menurun pula. Hal ini tentu akan mengurangi
tingkat pendapatan perusahaan sehingga akan mempengaruhi tingkat
keuntungan perusahaan, yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap
5. Kurs Rupiah
Nilai tukar mata uang (exchange rate) atau sering disebut kurs
merupakan harga mata uang terhadap mata uang lainnya. Kurs mata uang
adalah perbandingan nilai antar mata uang yang menunjukkan harga suatu
mata uang jika dibandingkan dengan mata uang lain. Menurut Kuncoro
(2001:26-31), ada beberapa sistem kurs mata uang yang berlaku di
perekonomian internasional, yaitu:
a. Sistem kurs mengambang (floating exchange rate)
Sistem kurs ini ditentukan oleh mekanisme pasar dengan atau tanpa
upaya stabilisasi oleh otoritas moneter. Dimana dalam sistem
mengambang terdapat dua sistem yaitu sistem mengambang bebas dan
sistem mengambang yang terkendali.
b. Sistem kurs tertambat (pegged exchange rate).
Dalam sistem ini, suatu negara mengkaitkan nilai tukar mata uangnya
dengan suatu mata uang negara lain atau sekelompok mata uang, yang
biasanya merupakan mata uang negara partner dagang yang utama
“menambatkan“ ke suatu mata uang berarti nilai tukar mata uang
tersebut bergerak mengikuti mata uang yang menjadi tambatannya.
Jadi sebenarnya mata uang yang ditambatkan tidak mengalami
fluktuasi tetapi hanya berfluktuasi terhadap mata uang lain mengikuti
c. Sistem kurs tertambat merangkak (crawling pegs).
Dalam sistem ini, suatu negara melakukan sedikit perubahan dalam
nilai tukar mata uangnya secara periodik dengan tujuan untuk
bergerak menuju nilai tertentu pada rentang waktu tertentu.
Keuntungan utama sistem ini adalah suatu negara dapat mengatur
penyesuaian kursnya dalam periode yang lebih lama dibanding sistem
kurs tertambat. Oleh karena itu, sistem ini dapat menghindari
kejutan-kejutan terhadap perekonomian akibat revaluasi atau devaluasi yang
tiba-tiba dan tajam.
d. Sistem sekeranjang mata uang (basket of currencies).
Banyak negara terutama negara sedang berkembang menetapkan
nilai tukar mata uangnya berdasarkan sekeranjang mata uang.
Keuntungan dari sistem ini adalah menawarkan stabilitas mata uang
suatu Negara karena pergerakan mata uang disebar dalam
sekeranjang mata uang. Seleksi mata uang yang dimasukkan dalam
“keranjang“ umumnya ditentukan oleh peranannya dalam
membiayai perdagangan Negara tertentu. Mata uang yang berlainan
diberi bobot yang berbeda tergantung peran relatifnya terhadap
negara tersebut. Jadi sekeranjang mata uang bagi suatu negara dapat
terdiri dari beberapa mata uang yang berbeda dengan bobot yang
e. Sistem kurs tetap (fixed exchange rate).
Dalam sistem ini, suatu negara mengumumkan suatu kurs tertentu
atas nama uangnya dan menjaga kurs ini dengan menyetujui untuk
menjual atau membeli valas dalam jumlah tidak terbatas pada kurs
tersebut. Kurs biasanya tetap atau diperbolehkan berfluktuasi dalam
batas yang sangat sempit.
Dalam sistem mata uang mengambang bebas (free float),
apabila harga suatu mata uang menjadi semakin mahal terhadap mata
uang lain, maka mata uang itu disebut berapresiasi. Sebaliknya jika
harga suatu mata uang turun terhadap mata uang lain, mata uang itu
disebut terdepresiasi (Handaru dan Handoyo, 1998:67).
Kurs mata uang asing mengalami perubahan nilai yang terus
menerus dan relatif tidak stabil. Perubahan nilai ini dapat terjadi karena
adanya perubahan permintaan dan penawaran atas suatu nilai mata uang
asing pada masing-masing pasar pertukaran valuta dari waktu ke waktu.
Sedangkan perubahan permintaan dan penawaran itu sendiri
dipengaruhi oleh adanya kenaikan relatif tingkat bunga baik secara
bersama-sama maupun sendiri-sendiri terhadap negara.
6. Harga Emas Dunia
Sejak tahun 1968, harga emas yang dijadikan patokan seluruh
dunia adalah harga emas berdasarkan standar pasar emas London.
prosedur dimana harga emas ditentukan dua kali sehari setiap hari kerja
di pasar London oleh lima anggota Pasar London Gold Fixing Ltd.
Kelima anggota tersebut adalah :
1. Bank of Nova Scottia
2. Barclays Capital
3. Deutsche Bank
4. HSBC
5. Societe Generale
Proses penentuan harga adalah melalui lelang diantara kelima
member tersebut. Pada setiap awal tiap periode perdagangan, Presiden
London Gold Fixing Ltd akan mengumumkan suatu harga tertentu.
Kemudian kelima anggota tersebut akan mengabarkan harga tersebut
kepada dealer. Dealer inilah yang berhubungan langsung dengan para
pembeli sebenarnya dari emas yang diperdagangkan tersebut.
Posisi akhir harga yang ditawarkan oleh setiap dealer kepada
anggota Gold London Fixing merupakan posisi bersih dari hasil
akumulasi permintaan dan penawaran klien mereka. Dari sinilah harga
emas akan terbentuk. Apabila permintaan lebih banyak dari penawaran,
secara otomatis harga akan naik, demikian pula sebaliknya. Penentuan
harga yang pasti menunggu hingga tercapainya titik keseimbangan.
Ketika harga sudah pasti, maka Presiden akan mengakhiri rapat dan
Emas merupakan salah satu bentuk investasi yang cenderung bebas
resiko (Sunariyah,2011:166). Emas banyak dipilih sebagai salah satu
bentuk investasi karena nilainya cenderung stabil dan naik. Sangat
jarang sekali harga emas turun. Dan lagi, emas adalah alat yang dapat
digunakan untuk menangkal inflasi yang kerap terjadi setiap tahunnya.
Ketika akan berinvestasi, investor akan memilih investasi yang
memiliki tingkat imbal balik tinggi dengan resiko tertentu atau tingkat
imbal balik tertentu dengan resiko yang rendah. Investasi di pasar
saham tentunya lebih berisiko daripada berinvestasi di emas, karena
tingkat pengembaliannya yang secara umum relatif lebih tinggi dari
emas. Kenaikan harga emas akan mendorong investor untuk memilih
berinvestasi di emas daripada di pasar modal. Sebab dengan resiko yang
relatif lebih rendah, emas dapat memberikan hasil imbal balik yang baik
dengan kenaikan harganya. Ketika banyak investor yang mengalihkan
portofolionya investasi kedalam bentuk emas batangan, hal ini akan
mengakibatkan turunnya indeks harga saham di negara yang
bersangkutan karena aksi jual yang dilakukan investor.
7. Indeks Hang Seng
Hang Seng Index (HSI) adalah indeks komulatif dari 38 saham
blue chip dari Hong Kong stock Market, yang merupakan salah satu
indeks saham terpercaya, yang digunakan para investor dan fund
indikator, berasal dari berbagai sektor, seperti Industri, Finance,
Properties, dan sebagainya. Keseluruhan dari nilai saham-saham ini
merupakan 70% dari nilai kapitalisasi seluruh nilai saham yang tercatat
pada The Stock Exchange of Hong Kong Ltd. (SEHK). Karena itu naik
atau turunnya indeks HIS merupakan refleksi performance dari
keseluruhan saham-saham yang diperdagangkan. Pemilik lisensi dari
Hang Seng Stock index adalah HIS Service Limited, yang merupakan
subsidiary dari Hang Seng Bank. HIS pertamakali diperdagangkan pada
24 November 1969.
Untuk menentukan ke-38 perusahaan yang menjadi constituent
HIS, perusahaan tersebut haruslah memenuhi syarat :
1. Harus mencapai 90% dari total market capitalisation, dari seluruh
saham-saham biasa, yang listing di SEHK.
2. Harus mencapai 90% dari total turnover pada SEHK (turnover is
aggregated and individually assessed for eight quarterly sub periods
for the past 24 month)
3. Harus sudah di listing minimal 24 bulan
4. Haruslah bukan perusahaan asing, berdasarkan defenisi dari SEHK.
Faktor lain yang menjadi bahan pertimbangan adalah : Kapitalisasi
market dan Financial performance dari perusahaan tersebut.
Berdasarkan persyaratan ini, perusahaan yang akan menjadi constituent
Untuk memenuhi keinginan para investor untuk dapat
mentransaksikan indeks HIS, sebagai salah satu alat untuk hedging
position. Hong Kong Futures Exchange (HKFE), pertama kali
memperkenalkan perdagangan Hang Seng Index Futures pada bulan
Mei 1986, dan kemudian di ikuti dengan Hang Seng Index Option
Contracts pada bulan Maret 1993. Dengan adanya Futures dan option
market ini para investor lebih banyak memiliki instrumen untuk
mengatur resiko portfolio mereka. Popularitas Hang Seng Index Futures
terus meningkat secara bertahap, seiring dengan masuknya investor dari
luar negeri, baik itu dari institutional maupun individual investor.
Keuntungan melakukan transaksi HSI futures disimpulkan sebagai
berikut :
a. HSI Futures mudah dimengerti oleh investor berpengalaman maupun
yang masih baru di bisnis ini. Sehingga dapat digunakan untuk
berbagai motif investasi, seperti risk management, atau sebagai
peluang investasi.
b. Biaya transaksi yang relatif rendah, sebagai nilai kapitalisasi stock
market, HIS futures dan option, hanya membebankan komisi kepada
investor disaat melikuidasi kontrak, sedangkan pada posisi
pembukaan tidak dibebankan komisi.
c. HSI futures dan option adalah produk terdaftar, dan dijamin oleh
HKFE. HKCC bertindak sebagai counter party terhadap seluruh
kontrak yang dibuka.
8. Indeks Nikkei 225
Nikkei 225 adalah sebuah indeks pasar saham di Bursa Efek
Tokyo. Indeks ini telah dihitung oleh harian Nihon Keizai Shimbun
(Nikkei) sejak 7 September 1950. Metode perhitungannya
menggunakan perhitungan harga rata-rata (unit dalam yen), dan
komponen saham perusahaan yang tercantum dalam indeks akan
ditinjau setahun sekali. Saham perusahaan yang tercatat dalam Indeks
Nikkei 225 merupakan saham yang paling aktif diperdagangkan dalam
bursa efek Tokyo. Saat ini, Nikkei adalah indeks yang paling banyak
digunakan sebagai panduan bagi investor ketika akan berinvestasi
(www.en.wikipedia.org).
Indeks ini dibuat untuk mencerminkan kondisi pasar saham, oleh
karena itu pergerakan setiap indeks sektor industri dinilai setara dan
tidak ada pembobotan yang lebih untuk sektor-sektor industri tertentu
(www.nni.nikkei.co.jp/e/cf/fr/market/nikkeiindex.cfm).
Berbagai macam event yang terjadi di pasar saham Tokyo seperti
stock splits, perpindahan dan penambahan dari saham yang beredar
akan memberikan dampak atas perhitungan indeks dan bilangan
Metode Perhitungan Indeks Nikkei 225 menggunakan rumus
sebagai berikut :
IHSG = ∑P Divisor
Dimana Σp adalah jumlah seluruh harga saham yang tercatat di
Indeks Nikkei 225 dan divisor adalah angka yang ditentukan oleh
otoritas bursa sebagai bilangan pembagi. Nilai divisor berdasar
perhitungan otoritas bursa per April 2009 adalah sebesar 24.656. Bagi
saham-saham yang harganya kurang dari 50 yen, maka harga sahamnya
akan dihitung 50 yen. Untuk penggunaan harga, ditentukan berdasarkan
prioritas sebagai berikut :
1. Harga khusus terbaru
2. Harga saat ini
3. Harga standar
Perusahaan yang tercatat di Indeks Nikkei 225 merupakan
perusahaan besar yang telah beroperasi secara global, termasuk di
Indonesia. Dengan naiknya Indeks Nikkei 225 ini berarti kinerja
perekonomian Jepang ikut membaik. Sebagai salah satu negara tujuan
ekspor Indonesia, pertumbuhan ekonomi Jepang dapat mendorong
pertumbuhan ekonomi Indonesia melalui kegiatan ekspor maupun
aliran modal masuk baik investasi langsung maupun melalui pasar
modal.
modal dunia. Hal ini disebabkan aliran perdagangan antar negara,
adanya kebebasan aliran informasi, serta deregulasi peraturan pasar
modal yang menyebabkan investor semakin mudah untuk masuk di
pasar modal suatu negara.
B. Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian terdahulu akan saya rangkum secara singkat karena
mengingat penelitian ini sendiri mengacu kepada beberapa penelitian
terdahulu. Meskipun ruang lingkup dari beberapa penelitian yang akan
dirangkum ini hampir sama, namun semuanya memiliki objek dan waktu yang
berbeda.
[image:47.612.164.513.430.720.2]Berikut ini adalah beberapa rangkuman penelitian sebelumnya :
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No. Peneliti Judul Penelitian
Variabel Dependen
Variabel
Independen Kesimpulan
1 Bun Lenny (2008)
GDP terhadap Indeks Harga Saham Sektor Properti Pertumbuh an GDP simultan 3 Adrian Agung Witjaksono
( 2010 )
Analisis
Pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI, Harga Minyak Dunia, Harga Emas Dunia, Kurs Rupiah, Indeks Nikkei 225, dan Indeks Dow Jones terhadap IHSG IHSG SBI, Harga Minyak Dunia, Harga Emas Dunia, Kurs Rupiah, Indeks Nikkei 225, Indeks Dow Jones Tingkat Suku Bunga SBI,Kurs Rupiah berpengaruh negatif terhadap IHSG, Harga Minyak Dunia, Harga Emas Dunia, Indeks Nikkei 225, Indeks Dow Jones berpengaruh positif 4 Aditya Setiawan (2010) Pengaruh Inflasi, Tingkat suku bunga dan nilai tukar terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) IHSG Inflasi, tingkat suku bunga dan nilai tukar
Secara simultan ada pengaruh yang signifikan anatra variabel independen terhadap variabel dependen. Sementara secara parsial hanya variabel inflasi yang berpengaruh positif signifikan terhadap IHSG, sementara variabel suku bungan dan nilai tukar berpengaruh negatif terhadap IHSG 5 Dimas Ngurah Indarloka (2010) Analisis pengaruh variabel makroekonomi dan harga minyak dunia terhadap indeks harga saham gabungan IHSG SBI, Kurs, Inflasi dan harga minyak dunia
6 Indah Yuliana (2010) Analisis Pengaruh variabel makro terhadap indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) IHSG Jumlah uang yang beredar, suku bunga SBI, Inflasi, Nilai tukar rupiah Variabel suku bunga SBI, inflasi, dan nilai tukar rupiah tidak berpengaruh terhadap IHSG hanya variabel jumlah uang yang beredar saja yang mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap IHSG. 7 Sela Oktarina (2011) Analisis pengaruh Harga Emas Dunia, Variabel Makroekonomi, Indeks Dow Jones (DJA) terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) IHSG Harga Emas Dunia, Variabel Makroeko nomi, Indeks Dow Jones (DJA) Variabel harga emas dunia, kurs BI rate dan Dow Jones berpengaruh signifikan terhadap IHSG, sedangkan inflasi tidak memiliki pengaruh.
C. Keterkaitan Antara Variabel Independen dengan Variabel Dependen
1. Tingkat suku bunga SBI dengan IHSG
Tingkat suku bunga SBI yang tinggi dapat menyebabkan investor
tertarik untuk memindahkan dananya ke deposito. Hal ini terjadi karena
kenaikan tingkat suku bunga SBI akan diikuti oleh bank-bank komersial
untuk menaikkan tingkat suku bunga simpanan. Apabila tingkat suku bunga
deposito lebih tinggi dari tingkat pengembalian yang diharapkan oleh
investor, tentu investor akan mengalihkan dananya ke deposito. Terlebih
lagi investasi di deposito sendiri merupakan salah satu jenis investasi yang
bebas resiko. Pengalihan dana oleh investor dari pasar modal ke deposito
tentu akan mengakibatkan penjualan saham besar-besaran sehingga akan
menyebabkan penurunan indeks harga saham.
Bagi masyarakat sendiri, tingkat suku bunga yang tinggi berarti
tingkat inflasi di negara tersebut cukup tinggi. Dengan adanya inflasi yang
tinggi akan menyebabkan berkurangnya tingkat konsumsi riil masyarakat
sebab nilai uang yang dipegang masyarakat berkurang. Ini akan
menyebabkan konsumsi masyarakat atas barang yang dihasilkan perusahaan
akan menurun pula. Hal ini tentu akan mengurangi tingkat pendapatan
perusahaan sehingga akan mempengaruhi tingkat keuntungan perusahaan,
yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap harga saham perusahaan
2. Kurs rupiah dengan IHSG
Perubahan satu variabel makro ekonomi memiliki dampak yang
berbeda terhadap harga saham, yaitu suatu saham dapat terkena dampak
positif sedangkan saham lainnya terkena dampak negatif. Misalnya,
perusahaan yang berorientasi impor, depresiasi kurs rupiah terhadap dolar
Amerika yang tajam akan berdampak negatif terhadap harga saham
perusahaan. Sementara itu, perusahaan yang berorientasi ekspor akan
menerima dampak positif dari depresiasi kurs rupiah terhadap dolar
Amerika. Ini berarti harga saham yang terkena dampak negatif akan
mengalami penurunan di Bursa Efek Indonesia (BEI), sementara perusahaan
yang terkena dampak positif akan mengalami kenaikan harga sahamnya.
Selanjutnya, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga akan terkena
dampak negatif atau positif tergantung pada kelompok yang dominan
dampaknya (Samsul, 2006:202).
3. Harga emas dunia dengan IHSG
Kenaikan harga emas akan mendorong investor untuk memilih
berinvestasi di emas dari pada di pasar modal. Sebab dengan resiko yang
relatif lebih rendah, emas dapat memberikan hasil imbal balik yang baik
dengan kenaikan harganya. Ketika banyak investor yang mengalihkan
portofolionya investasi kedalam bentuk emas batangan, hal ini akan
mengakibatkan turunnya indeks harga saham di negara yang bersangkutan
4. Indeks Hang Seng dengan IHSG
Dengan semakin terintegrasinya perekonomian global dan
menyatunya pasar uang beberapa negara dalam wilayah yang berdekatan,
ketergantungan ekonomi suatu negara pada ekonomi dunia juga semakin
besar. Demikian juga yang terjadi dengan pasar modal suatu negara.
Nachrowi dan Usman (2006) menjelaskan bahwa pasar modal yang
kuat dapat mempengaruhi pasar modal yang lemah. Sebagai salah satu pasar
modal yang sedang berkembang, BEI diduga sangat dipengaruhi indeks
pasar saham dunia dan Asia yang berkapitalisasi besar yaitu Dow Jones
Industrial Average (DJIA) dari bursa saham New York, Nikkei 225 (bursa
saham Tokyo), dan Hang Seng (bursa saham Hong Kong). Indeks ketiga
bursa itu dapat digunakan sebagai salah satu variabel independen yang
menentukan pergerakan IHSG.
5. Indeks Nikkei 225 dengan IHSG
Pasar modal Indonesia sudah terintegrasi dengan pasar modal dunia.
Hal ini menimbulkan konsekuensi bahwa pergerakan pasar modal Indonesia
akan dipengaruhi oleh pergerakan pasar modal dunia baik secara langsung
maupun tidak langsung (M. Samsul,2006:203)
Perusahaan yang tercatat di Indeks Nikkei 225 merupakan perusahaan
besar yang telah beroperasi secara global, termasuk di Indonesia. Dengan
naiknya Indeks Nikkei 225 ini berarti kinerja perekonomian Jepang ikut
ekonomi Jepang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia melalui
kegiatan ekspor maupun aliran modal masuk baik investasi langsung
maupun melalui pasar modal.
[image:53.612.78.542.210.727.2]D. Kerangka Pemikiran
Gambar 2.1
Skema Kerangka Pemikiran
Bursa Efek Indonesia
Variabel Dependen
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Variabel Independen
1. SBI
2. Kurs Rupiah 3. Harga Emas Dunia
Variabel Independen 4. Indeks Hang Seng 5. Indeks Nikkei 225
Test Granger Causality
Analisis Regresi Linier Berganda
Uji Asumsi Klasik
Uji t
Uji F Koefisien Determinasi
E. Hipotesis
Hipotesis adalah pernyataan tentative yang merupakan dugaan mengenai
apa saja yang sedang kita amati dalam usaha untuk memahaminya.Untuk
mangalisis apakah variabel tersebut mempunyai pengaruh terhadap Indeks
Harga Saham Gabungan, maka penelitian ini mengemukakan hipotesis sebagai
berikut :
1. Pengujian Hipotesis Secara Simultan
Ho : b1...b5 = 0 ; Variabel SBI, Kurs Rupiah, Harga Emas Dunia,
Indeks Hang Seng dan Indeks Nikkei 225 tidak
berpengaruh signifikan terhadap Indeks Hagra
Saham Gabungan (IHSG) secara simultan.
H1 : b1...b5 ≠ 0 ; Variabel SBI, Kurs Rupiah, Harga Emas Dunia,
Indeks Hang Seng dan Indeks Nikkei 225
berpengaruh signifikan terhadap Indeks Hagra
Saham Gabungan (IHSG) secara simultan.
2.Pengujian Hipotesis Secara Parsial
H0 : bi = 0 ; Variabel SBI, Kurs Rupiah, Harga Emas Dunia, Indeks
Hang Seng dan Indeks Nikkei 225 tidak berpengaruh
signifikan terhadap Indeks Hagra Saham Gabungan
H1 : bi ≠ 0 ; Variabel SBI, Kurs Rupiah, Harga Emas Dunia, Indeks
Hang Seng dan Indeks Nikkei 225 berpengaruh signifikan
terhadap Indeks Hagra Saham Gabungan (IHSG) secara
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah, maka peneliti tertarik untuk meneliti
penegaruh SBI, kurs rupiah, harga emas dunia, Indeks Hang Seng dan Indeks
Nikkei 225 terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Periode
penelitian ini dimulai dari bulan Januari 2008 sampai bulan Desember 2011,
periode ini dipilih karena pada tahun 2008 terjadi krisis Global yang
berpengaruh terhadap harga saham di negara lain termasuk di Indonesia.
B. Metode Penentuan Sampel
Populasi adalah kumpulan dari semua kemungkinan orang-orang,
benda-benda, dan ukuran lain yang menjadi objek perhatian, atau kumpulan seluruh
objek yang menjadi perhatian (Suryadi dan Purwanto, 2009 : 7).
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh data IHSG,
Tingkat suku bunga SBI, kurs rupiah, harga emas dunia, Indeks Hang Seng dan
Indeks Nikkei 225. Berdasarkan data yang tersedia di internet untuk semua
variabel yang digunakan dalam penelitian ini, tersedia data dari tahun
2008-2011.
Sedangkan data yang digunakan sebagai sampel dalam penelitian ini
adalah data IHSG, Tingkat suku bunga SBI, kurs rupiah, harga emas dunia,
bulan selama periode amatan antara tahun 2008-2011. Alasan pemilihan
periode tahun yang digunakan adalah untuk mendapatkan hasil yang lebih
akurat sesuai dengan keadaan sekarang ini. Pemilihan data bulanan adalah
untuk menghindarkan bias yang terjadi akibat kepanikan pasar dalam mereaksi
suatu informasi, sehingga dengan penggunaan data bulanan diharapkan dapat
memperoleh hasil yang lebih akurat.
C. Metode Pengumpulan Data
Untuk memperoleh hasil penelitian yang diharapkan, dibutuhkan data dan
informasi yang mendukung penelitian ini. Jenis data yang digunakan peneliti
dalam penelitian ini tentang bagaimana pengaruh SBI, Kurs, harga emas dunia,
Indeks Hang Seng dan Indeks Nikkei 225 terhadap Indeks Harga Saham
Gabungan adalah data sekunder. Data Sekunder adalah data yang diperoleh
dari pihak lain dalam bentuk laporan bulanan antara lain IDX Monthly yang
diperoleh dari publikasi BEI, publikasi Bank Indonesia berupa data SBI, dan
kurs rupiah, publikasi dari www.goldfixing.com untuk harga emas dan yahoo
finance untuk indeks luar negeri.
Penelitian ini juga dilakukan melalui studi kepustakaan. Penelitian
kepustakaan dilakukan sebagai usaha memperoleh data yang bersifat teori
sebagai pembanding dengan data penelitian yang diperoleh. Data tersebut
diperoleh dari buku-buku ilmiah, laporan penelitian, karangan-karangan ilmiah,
sumber-sumber tertulis baik tercetak maupun elektronik yang behubungan dengan
penelitian ini.
D. Metode Analisis
Secara umum analisis regresi pada dasarnya adalah studi mengenai
ketergantungan satu variabel terikat (dependent) dengan satu atau lebih
variabel bebas (independent), dengan tujuan untuk mengestimasi dan
memprediksi rata-rata populasi atau nilai rata-rata variabel terikat (dependent)
berdasarkan nilai variabel bebas (independent) yang diketahui. Pusat perhatian
adalah pada upaya menjelaskan dan mengevaluasi hubungan antara suatu
variabel dengan satu atau lebih variabel independen (Gujarati,2006:35). Model
regresi linear memiliki beberapa asumsi dasar yang harus dipenuhi untuk
menghasilkan estimasi yang baik atau dikenal dengan BLUE (Best Linear
Unbiased Estimator).
Penelitian ini harus memenuhi asumsi-asumsi dasar yaitu uji normalitas,
multikolinieritas, heteroskedastisitas, dan autokorelasi. Penelitian ini menguji
hipotesis dengan pengujian koefisien regresi simultan (Uji F), koefisien
determinasi, dan pengujian koefisien regresi parsial (Uji t). Semua pengujian
dalam penelitian ini dilakukan dengan bantuan perangkat lunak Eviews 7.0.
1. Test Granger Causality
Merupakan metode untuk melihat bentuk hubungan antar variabel
hubungan antar indeks negara-negara yang dipakai. Sehingga data yang
digunakan adalah data time series.
Dalam model regresi terdapat variabel dependen Y dan sejunlah
variabel independen X lainnya. Dalam banyak kasus, karena X
menjelaskan variabel Y, maka cukup beralasan untuk mengatakan bahwa
X menyebabkan variabel Y. Namun dalam kasus model regresi tertentu,
sulit untuk dilihat secara jelas variabel mana yang menjadi penyebab
variabel lain. Sebagai contoh, dimiliki variabel Y = harga saham di sektor
industri dan X = harga saham di sektor perbankan. Meskipun antara
variabel X dan Y mungkin berhubungan, untuk contoh ini tidak terlihat
secara jelas variabel mana yang mempengaruhi variabel yang
lainnya.(Dedi Rosadi,2011 : 211)
Rumusan hipotesis dalam uji Kausalitas Granger adalah :
Ho : X tidak Granger Cause Y
Ha : X Granger Cause Y
Jika tidak menolak bahwa X tidak Granger menyebabkan Y tetapi
menolah hipotesis Y tidak Granger menyebakan X maka Granger
Causality hanya searah yaitu Y menyebabkan X.
2. Uji Asumsi Klasik
Menurut Ghozali (2011:105) pengujian asumsi klasik atas data
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal.
Seperti uji t dan uji F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti
distribusi normal. Kalau asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi
tidak valid untuk jumlah sampel kecil. (Ghozali, 2011: 160).
Dalam perangkat Eviews yang peneliti gunakan dalam penelitian
ini, normalitas data dapat diketahui dengan melihat kepada histogram dan
uji Jarque-Bera. Uji ini dilakukan dengan membandingkan statistik
Jarque-Bera (JB) dengan nilai X2 tabel. Jika nilai JB ≤ X2 tabel maka nilai
residual terstandarisasi dinyatakan berdistribusi normal (Suliyanto,
2011:75).
Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan uji Jarque-Bera dengan melihat nilai probabilitas nya. Jika
nilai probabilitas lebih besar dari nilai derajat kesalahan α = 0,05,maka H0
diterima dan penelitian ini tidak ada permasalahan normalitas atau dengan
kata lain, data terdistribusi normal. Sebaliknya jika nilai probabilitas lebih
kecil dari nilai derajat kesalahan α = 0,05, maka dalam penelitian ini ada
permasalahan normalitas atau dengan kata lain, data tidak terdistribusi
normal. (Winarno, 2009:5.39).
b. Uji Multikolinieritas
baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel bebas (Ghozali,
2011:105). Multikolinieritas adalah kondisi adanya hubungan linear
antarvariabel independen (Winarno, 2009:5.1).
Menurut Nachrowi (2006:95) untuk mendeteksi adanya
multikolinieritas dengan menggunakan uji koefisien korelasi, jika
koefisien korelasi cukup tinggi, misalnya diatas 0,8, maka diduga terjadi
multikolinierritas dalam model regresi. Sebaliknya, jika koefisien korelasi
relatif rendah dibawah 0,8 maka diduga tidak terjadi multikolinieritas
dalam model regresi tersebut.
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual atau pengamatan
ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas dan jika
variance tidak konstan atau berubah-ubah disebut dengan
Heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang
Homoskedastisitas atau tidak terjadi Heteroskedastisitas (Nachrowi, 2006:
109).
Cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heterokedastisitas adalah
melakukan Uji Breusch-Pagan-Godfrey yaitu memperhatikan nilai
Obs*R-squared dan nila