• Tidak ada hasil yang ditemukan

Metode pendidikan dalam perspektif Al-Qur’an kajian QS. An-Nahl ayat 125-127

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Metode pendidikan dalam perspektif Al-Qur’an kajian QS. An-Nahl ayat 125-127"

Copied!
76
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Oleh:

CINDI PRATIWI 108011000075

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

i 125-127

Kata Kunci : Metode Pendidikan Islam, Surat An-nahl ayat 125-127

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui metode pendidikan islam dalam perspektif Al-Qur‟an Kajian surat An-nahl 125-127. Karena pada dasarnya banyak sekali metode pendidikan yang terdapat di dalam Al-Qur‟an. Metode yang dilakukan dalam penulisan penelitian ini adalah pure library research (penelitian kepustakaan) sehingga apa yang terdapat di dalam penelitian ini berdasarkan atas buku-buku yang digunakan penulis sebagai bahan rujukan di dalam menganalisa pada setiap ayatnya, sehingga dari hasil penelitian ini dapat penulis simpulkan terdapat lima metode pendidikan islam yang sudah ditafsirkan oleh para ahli tafsir dan dianalisa oleh penulis. Kelima metode tersebut antara lain: 1. Al-hikmah : perkataan yang kuat disertai dengan dalil. 2. Al-mauizah hasanah: Perkataan yang lembut dan benar. 3. Jiddal: membantah dengan cara yang baik. 4. Al-Muhtadin : memberikan balasan yang setimpal. 5. Asshabru: perasaan tabah dan menahan diri.

(7)

ii











Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT sang penentu segala urusan atas berkat, rahmat, taufiq, serta hidayah dan limpahan petunjuk-Nya akhirnyan penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “metode pendidikn dalam perspektif Al-Qur‟an kajian QS. An-nahl ayat 125-127”. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya yang telah memberikan petunjuk dan pedoman hidup bagi manusia.

Oleh karena itu, tanpa mengurangi rasa terima kasih kepada orang-orang yang tidak penulis sebutkan namanya, penulis perlu menyampaikan terima kasih khususnya kepada:

1. Dr. Nurlena Rifa‟i MA, Ph.D dekan fakultas ilmu tarbiyah dan keguruan, universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Dr. H. Abdul Majid Khon, M, Ag. Kepala jurusan pendidikan Agama Islam, yang selalu memberikan kemudahan dalam setiap kebijakan yang beliau berikan selama penulis menjadi mahasiswa di jurusan PAI.

3. Marhamah Saleh, Lc, MA, Sekertaris jurusan Pendidikan Agama Islam fakultas Ilmu Trabiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Siti Khadijah M. A. dosen penasehat akademik jurusan pendidikan agama Islam, yang memberikan bimbingan dan dukungan kepada penulis .

5. Ibu Dra Ello Al-Bugis M.A, dosen pembimbing skripsi yang selalu menyempatkan waktu ditengah kesibukan beliau untuk membimbing, mengarahkan, dan memebrikan semangat selama proses penulisan skripsi ini. 6. Yang paling utama untuk kedua orang tuaku tercita, ibunda Hj. Umiasih dan

(8)

iii

semangat sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dan teruntuk putraku tercinta Firaz Aljuffar Badzlin Assalam yang selalu menjadi support dan penyemangat didalam penyusunan skripsi ini.

8. Dan tak lupa pula terima kasih untuk keluarga besarku, kakak-kakakku: Susi Dewi Yanti, Yudi Cahyadi dan Nina Meliyana. Dan untuk adik-adikku : Cepi Jaya permana dan Zahrotul Inayah. Yang senantiasa mendoakan.

9. Kawan-kawan PAI C angkatan 2008, khususnya Devi febrina dan Maryati. Yang menjadi tempat untuk berdiskusi , bertukar pikiran dengan semangat perjuangan kita bersama-sama menuju kesuksesan.

10.Dan kepada semua pihak yang telah membantu serta memberikan dukungan kepada penulis baik secara moral dan materil.

Tidak ada yang dapat penulis berikan sebagai balas jasa kepada mereka yang telah memebrikan banyak bantuan dan dukungan kepada penulis, kecuali dengan doa semoga Allah SWT membalas-Nya. Amiiiin.

Ciputat, 22 juli 2014

Penulis

(9)

iv LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Perumusan Masalah... 6

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN TEORITIK A. Acuan Teori ... 7

1 Pengertian Metode Pendidikan... 7

2 Penggunaan Metode Pendidikan ... 9

3 Prinsip-prinsip Metode Pendidikan ... 11

4 Dasar-dasar Metode Pendidikan ... 13

5 Jenis-jenis Metode Pendidikan ... 16

6 Metode Pendidikan dalam Al-Qur‟an ... 24

B. Hasil Penelitian yang Relevan ... 27

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Objek dan Waktu Penelitian ... 31

(10)

v

1. Ayat 125 ... 33

2. Ayat 126 ... 43

3. Ayat 127 ... 46

C. Konsep Metode Pendidikan surat An-Nahl 125-127 ... 48

D. kandungan Makna Surat An-Nahl 125-127 ... 50

E. Analisis tentang Metode Pendidikan dalam surat An-Nahl 51 1. Ayat 125 ... 51

2. Ayat 126 ... 54

3 Ayat 127 ... 55

BAB V PENUTUP A.Kesimpulan ... 61

B.Saran ... 62

(11)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan upaya manusia yang diarahkan kepada manusia lain dengan harapan agar mereka ini mampu menjadi insan yang dewasa, Berkat pendidikan (pengajaran) itu kelak menjadi manusia yang saleh yang berbuat sebagaimana yang seharusnya diperbuat dan menjauhi apa yang tidak patut dilakukannya.1

Manusia yang baru lahir dari perut ibunya masih sangat lemah, tidak berdaya dan tidak mengetahui apa-apa. Untuk menjadi hamba Allah SWT yang selalu menyembah-Nya dengan tulus dan menjadi khalifah-Nya dimuka bumi, anak tersebut membutuhkan perawatan, bimbingan dan pengembangan segenap potensinya kepada tujuan yang benar. Ia harus dikembangkan segala potensinya kearah yang positif melalui suatu upaya yang disebut sebagai al- Tarbiyah, al-Ta’dib, al-Ta’lim, atau yang kita kenal dengan “Pendidikan“2

Dalam al-Qu‟ran memuat banyak aspek kehidupan manusia tidak ada rujukan yang lebih tinggi derajatnya dibandingkan dengan al-Qur‟an yang hikmahnya meliputi seluruh alam dan isinya, baik yang tersirat maupun yang tersurat tidak akan pernah habis untuk digali dan dipelajari. Ketentuan-ketentuan hukum yang dinyatakan dalam al-Qur‟an dan al-Sunnah berlaku secara universal untuk semua waktu dan tempat.

1

Abdul Fatah jalal, Azas-azas pendidikan Islam, (Bandung: CV. Diponegoro, 1998). cet. 1, h. 11

2

Syahidin, Pendidikan Qur’ani Teori dan Aplikasi, (Jakarta: CV. Misaka Ghaliza, 1999), cet. 1, h 1.

(12)

Ide bahwa Islam sebagai agama yang bersifat universal berarti tidak hanya berkaitan dengan persoalan akidah dan ritual semata. Oleh karena itu, islam tidak mengenal gagasan sekuler yang memisahkan agama dari politik dan kehidupan umum social. Dalam istilah yang sederhana, Islam digambarkan sebagai suatu cara hidup yang komprehensif.

Al-Qur‟an sebagai ajaran suci umat Islam didalamnya berisi petunjuk menuju arah kehidupan yang lebih baik tinggal bagaimana manusia memanfaatkannya. Meninggalkan nilai-nilai yang ada didalamnya berarti menanti datangnya kehancuran, sebaliknya kembali kepada al-Qur‟an berarti mendambakan ketenangan lahir dan bathin, karena ajaran yang terdapat didalam al-Qur‟an berisi kedamaian.

Ketika umat Islam menjauhi al-Qur‟an atau sekedar menjadikan al-Quran hanya sebagai bacaan keagamaan saja maka sudah pasti al-Qur‟an akan hilang relevansinya terhadap realitas-realitas alam semesta. Kenyataannya orang-orang diluar Islamlah yang giat mengkaji realitas alam semesta sehingga mereka dengan mudah dapat mengungguli bangsa-bangsa lain, padahal umat Islamlah yang seharusnya memegang semangat al-Quran.3

Seperti yang dikemukakan oleh Quraish Shihab: “ manusia yang dibina adalah makhluk yang memilki unsur-unsur material (jasmani) dan immaterial (akal dan jiwa). Pembinaan akalnya menghasilkan ilmu, pembinaan jiwanya menghasilkan kesucian dan etika, sedangkan pembinaan jasmaninya menghasilkan keterampilan. Dengan penggabungan unsur-unsur tersebut, terciptalah makhluk dwi dimensi dalam satu keseimbangan, dunia dan akhirat, ilmu dan iman. Itu sebabnya dalam dunia pendidikan Islam dikenal dengan istilah Adab Al-Din dan Adab Al-Dunnya.”4

Tidaklah berlebihan jika ada sebuah ungkapan “aththariqah ahammu minal maddah”, bahwa metode jauh lebih penting dibanding materi, karena sebaik apapun tujuan pendidikan, jika tidak didukung oleh metode yang tepat,

3

Muhammad al-Ghazali, Berdialog dengan Al-Qur’an, ( Bandung : Mizan, 1999), cet IV, h. 21.

4

(13)

tujuan tersebut sangat sulit untuk dapat tercapai dengan baik. Namun materi juga menurut saya memiliki peranan yang sangat penting didalam pencapaian keberhasilan peserta didik karena apabila materi yang disampaikan tidak relevan maka akan memberikan pengaruh yang tidak baik juga terhadap keberhasilan peserta didik sehingga sebagai pendidik harus mampu menyeimbangkan antara pemahaman penyampaian materi dan penggunaan metode yang tepat didalam proses belajar mengajar. Sebab metode akanmempengaruhi sampai tidaknya suatu informasi secara lengkap atau tidak.Oleh sebab itu pemilihan metode pendidikan harus dilakukan secara cermat, disesuaikan dengan berbagai faktor terkait, sehingga hasil pendidikan dapat memuaskan.5Apa yang dilakukan Rasulullah SAW saat menyampaikan wahyu Allah SWT kepada para sahabatnya bisa kita teladani, karena Rasulullah SAWsejak awal sudah mengimplementasikan metode pendidikan yang tepat terhadap para sahabatnya. Strategi pembelajaran yang beliau lakukan sangat akurat dalam menyampaikan ajaran Islam.Rasulullah SAW sangat memperhatikan situasi, kondisi dan karakter seseorang, sehingga nilai-nilai Islami dapat ditransfer dengan baik. Rasulullah SAW juga sangat memahami naluri dan kondisi setiap orang, sehingga beliau mampu menjadikan mereka suka cita, baik meterial maupun spiritual, beliau senantiasa mengajak orang untuk mendekati Allah swt. dan syari‟at-Nya.6

Manusia sebagai makhluk Paedagogik membawa potensi dapat mendidik dan dididik. Dengan potensi tersebut manusia mampu menjadi khalifah dimuka bumi, pendukung dan pengembang kebudayaan. Ia dilengkapi dengan fitrah Allah SWT berupa keterampilan yang berkembang sesuai dengan kedudukannuya sebagai makhluk yang mulia.7

Melihat fenomena yang terjadi, nampaknya di zaman sekarang ini aspek-aspek pendidikan Islam khususnya metode pendidikan Islam adalah hal

5

Qamari Anwar, Pendidikan sebagai karakter budaya bangsa,(Jakarta: UHAMKA Press, 2003), h. 42

6

Ramayulis dan Nizar, Samsu, 2009, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta : Kalam Mulia), h. 35

7

(14)

yang sangat sulit untuk dipraktekan dalam dunia pendidikan yang menciptakan pendidikan yang lebih Islami, karena pada umumnya para pendidik hanya menggunakan metode itu-itu saja yang dikembangkan oleh dunia Barat dalam proses pendidikannya. Akan tetapi tidak sedikit pula para cendikiawan muslim yang sudah menggunakan metode dengan tepat didalam menyampaikan suatu pembelajaran tidak hanya dunia Barat yang mengembangkannya dengan munculnya para cendikiawaan muslim sekarang ini juga sudah menunjukan bahwa orang muslimpun tidak tertinggal oleh Barat karenasebenarnya metode pendidikan itu sudah dijelaskan secara terperinci didalam al-Qur‟an, namun pada prakteknya seolah-olah orang Islam tidak mempergunakannya dan hanya sebagian kecil pendidik yang menggunakannya.

Mengingat pentingnya Pendidikan Islam bagi terciptanya kondisi lingkungan yang harmonis, diperlukan upaya serius untuk menanamkan metode pendidikan secara lebih intensif, Pendidikan Islam berfungsi sebagai panduan bagi manusia agar mampu memilih dan menentukan suatu perbuatan dan selanjutnya menetapkan metode mana yang baik diterapkan didalam proses pendidikan yang Islami.

Penulis melihat bahwa Q.S An-Nahl : 125-127 memiliki kandungan makna tentang metode pendidikan yang sangat menarik untuk diungkapkan lebih jauh dan mendalam lagi seperti bagaimana cara mengajak orang kepada kebaikan didalam belajar sesuai dengan metode yang terdapat didalam surat An-Nahl 125-127, Didalam ayat ini juga dijelaskan bagaimana seorang guru memberikan hukuman kepada murid yang tidak menyakiti dan membuat kecil hati seorang murid, selain itu dijelaskan pula bahwa seorang guru harus pandai menahan emosi amarahnya kepada murid yang menciptakan guru tersebut harus bersifat lebih sabar dan tabah dalam menghadapi murid.

(15)

maka penulis mengangkat permasalah tersebut yang akan dituangkan dalam bentukskripsi dengan judul “METODE PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN(KAJIAN QS. AN-NAHL AYAT 125-127)”

B. Identifikasi Masalah

Didalam Al-Qur‟an terdapat banyak metode-metode Pendidikan Islam seperti:

1. QS. Luqman ayat 12-19 memiliki beberapa metode Pendidikan Islam yaitu, a). metode mendidik dengan keteladanan atau Qudwah Hasanah, b) metode mendidik dengan kisah atu cerita, c). metode mendidik dengan nasehat.

2. Metode Pendidikan yang terdapat didalam Al-Qur‟an surat An-nahl ayat 125-127.

3. Metode pendidikan yang terdapat didalam Al-Qur‟an surat Yusuf ayat 111 yakni metode kisah.

4. Metode pendidikan yang terdapat didalam Al-Qur‟an surat An-Nahl ayat 75-76 yakni metode amtsal atau perumpamaan.

C. Pembatasan Masalah

Dari beberapa banyaknya metode yang penulis ungkapkan didalam identifikasi masalah diatas maka penulis membatasi pembahasan didalam penelitian skripsi ini hanya pada metode-metode yang terkandung didalam surat An-Nahl ayat 125-127.

D. Perumusan Masalah

Dari uraian di atas, ada permasalahan penting yang akan diungkap dalam penelitian ini, yaitu:

(16)

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui metode Pendidikan dalam Al-Qur‟an (QS. An-Nahl 125-127).

2. Manfaat Penelitian

a. Untuk menambah Khasanah ilmu pengetahuan dan wawasan bagi penulis.

b. Dapat memberikan konstribusi dalam ilmu pengetahuan, khususnya dalam dunia Pendidikan Islam.

(17)

BAB II

KAJIAN TEORITIK

A. Acuan Teori

1. Pengertian metode Pendidikan

Kata metode berasal dari bahasa Yunani. Secara etimologi, kata metode berasal dari dari dua suku perkataan, yaitu meta dan hodos.Meta

berarti “melalui dan hodos berrti “jalan” atau “cara”8.Dalam Bahasa Arab metode dikenal dengan istilah thariqah yang berarti langkah-langkah strategis yang harus dipersiapkan untuk melakukan suatu pekerjaan.9 Sedangkan dalam bahasa Inggris metode disebut method yang berarti cara dalam bahasa Indonesia.10

Sedangkan menurut terminologi (istilah) para ahli memberikan definisi yang beragam tentang metode, terlebih jika metode itu sudah disandingkan dengan kata pendidikan atau pengajaran diantaranya :

a. Winarno Surakhmad mendefinisikan bahwa metode adalah cara yang di dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan11

8

Ramayulis dan Samsu Nizar, Filsafat Pendidikan Islam Telaah Sistem Pendidikan dan Pemikiran Para Tokohnya,( Jakarta : Kalam mulia, 2009), halaman 209.

9

Shalih Abd. Al Aziz, at tarbiyah wa thuriq al tadris, kairo, maarif, 119 H, hal. 196 dalam Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta : Kalam Mulia, 2008), hal. 2-3.

10

John M Echol dan Hasan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 1995), hal. 379.

11

Winarno, Surakhmad, Pengantar interaksi Belajar Mengajar, (Bandung : Tarsito, 1998), hal. 96

(18)

b. Abu Ahmadi mendefinisikan bahwa metode adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang dipergunakan oleh seorang guru atau instruktur12

c. Ramayulis mendefinisikan bahwa metode mengajar adalah cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan peserta didik pada saat berlangsungnya proses pembelajaran. Dengan demikian metode mengajar merupaka alat untuk menciptakan proses pembelajaran.13 Omar Mohammad mendefinisikan bahwa metode mengajar bermakna segala kegiatan yang terarah yang dikerjakan oleh guru dalam rangka kemestian-kemestian mata pelajaran yang diajarkannya, ciri-ciri perkembangan muridnya, dan suasana alam sekitarnya dan tujuan menolong murid-muridnya untuk mencapai proses belajar yang diinginkan dan perubahan yang dikehendaki pada tingkah laku mereka.14

Berdasarkan definisi yang dikemukakan para ahli mengenai pengertian metode di atas, beberapa hal yang harus ada dalam metode adalah :

a. Adanya tujuan yang hendak dicapai b. Adanya aktivitas untuk mencapai tujuan

c. Aktivitas itu terjadi saat proses pembelaran berlangsung d. Adanya perubahan tingkah laku setelah aktivitas itu dilakukan.

Ada istilah lain yang dalam pendidikan yang mengandung makna berdekatan dengan metode, yaitu pendekatan dan teknik/strategi. Pendekatan merupakan pandangan falsafi terhadap subject matter yang harus diajarkan15dapat juga diartikan sebagai pedoman mengajar yang bersifat realistis/konseptual. Sedangkan teknik/strategi adalah siasat atau cara penyajian yang dikuasai pendidik dalam mengajar atau menyajikan bahan pelajaran kepada peserta didik di dalam kelas, agar bahan pelajaran dapat dipahami dan digunakan dengan baik.

12

Abu Ahmadi, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung : Pustaka Setia, 2005), hal. 52

13

Ramayulis,Metodologi Pendidikan Agama Islam,(Jakarta : Kalam Mulia, 2008),h.3 14

Omar Mohammad, Falsafah Pendidikan Islam, (Jakarta : Bulan Bintang, 1979), hal.553

15

(19)

2. Penggunaan Metode Pendidikan

Kaitannya dengan penggunaan metode, Hasan Langgulung berpendapat bahwa penggunaan metode didasarkan atas tiga aspek pokok yaitu:

a. sifat-sifat dan kepentingan yang berkenaan dengan tujuan utama pendidikan Islam, yaitu pembinaan manusia mukmin yang mengaku sebagai hamba Allah.

b. Berkenaan dengan metode-metode yang betul-betul berlaku yang disebutkan dalam al-Qur‟an atau disimpulkan dari padanya.

c. Membicarakan tentang pergerakan (motivation) dan disiplin dalam istilah al-Qur‟an disebut ganjaran (shawab) dan hukuman ('iqab).16

Dalam pendidikan yang diterapkan di Barat, metode pendidikan hampir sepenuhnya tergantung kepada kepentingan peserta didik, para guru hanya bertindak sebagai motivator, stimulator, fasilitator, ataupun hanya sebagai instruktur.Sistem yang cendrung dan mengarah pada peserta didik sebagai pusat ini sangat menghargai adanya perbedaan individu para peserta didik.

Hal ini menyebabkan para guru hanya bersikap merangsang dan mengarahkan para peserta didik mereka untuk belajar dan memberi mereka kebebasan, sedangkan pembentukan krakter dan pembinaan moral hampir kurang menjadi perhatian guru.17

Akibat penerapan metode yang demikian itu menyebabkan pendidikan kurang membangun watak.Dihubungkan dengan fenomena yang timbul di masyarakat di mana guru semakin tidak dihormati oleh peserta didiknya.

Selain itu, harus pula diperhatikan terhadap penggunaan metode ialah disesuai dengan turunnya ayat-ayat al-Qur‟an, yang mana ayat-ayat dalam al-Qur‟an diturunkan secara bertahap dan disesuaikan dengan kondisi masyarakat pada saat itu.

16

Hasan Langgulung, Pendidikan dan Peradaban Islam, (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1985), hlm. 79

17

(20)

Sehingga dengan begitu penggunaan metode dalam pendidikan harus melihat dan disesuaikan dengan kondisi peserta didik, agar kemudian materi yang disampaikan dalam pendidikan akan mengena sesuai dengan yang direncanakan.

Hal tersebut memperkuat dalam penggunaan metode pendidikan tidak boleh asal-asalan, sebisa mungkin disesuaikan dengan perkembangan peserta didik dan membuktikan bahwa adanya al-Qur‟an membantu dalam memformulasikan penggunaan metode dalam pendidikan.Sebab di dalam sumber tersebut banyak hal yang kemudian dapat dijadikan bahan terkait dengan metode pendidikan.

Di samping itu, kenggunaan metode pendidikan menurut Omar Mohammad al-Toumy al-Syaibany berguna untuk:18

a. Menolong siswa dalam mengembangkan ilmu pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan berfikir yang logis dan sistematis.

b. Membiasakan pelajar berfikir sehat, rajin, sabar, dan teliti dalam menuntut ilmu.

c. Memudahkan pencapaian tujuan proses belajar mengajar (PBM) sebagaimana yang telah ditentukan sebelumnya.

d. Menciptakan suasana proses belajar mengajar (PBM) yang kondusif, komunikatif, dan terciptanya hubungan yang harmonis antara guru dengan anak didik, sehingga pada akhirnya bermuara kepada pencapaian tujuan pendidikan.

3. Prinsip-prinsip Metode Pendidikan

Prinsip merupakan pendirian utama yang dimiliki oleh masing-masing individu, kelompok-kelompok dan lain sebagainya.19Dari pengertian tersebut subuah prinsip sangat dibutuhkan, terlebih lagi dalam metode pendidikan.

18

Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pres, 2002), hlm. 96-97

19

(21)

Menurut A. Fatah Yasi, prinsip-prinsip dalam pendidikan Islam adalah sebagai berikut:20

a. Motivasi. Penerapan metode diarahkan untuk memberikan dorongan agar peserta didik aktif belajar dan mengikuti pelajaran.

b. Perhatian. Penerapan metode diarahkan untuk dapat membangkitkan perhatian peserta didik agar tertarik terhadap persoalan-persoalan yang disampaikan atau yang sedang dipelajari, melalui penerapan metode tersebut.

c. Peragaan. Penerapan metode diarahkan untuk dapat memberi kesempatan kepada peserta didik supaya memeragakan atau mendemonstrasikan perolehan.

d. Apresiasi. Penerapan metode diarahkan untuk dapat dijadikan sebagai sarana penghubung dengan apa yang pernah dikenal oleh peserta didik sebelumnya, berkaitan dengan persoalan yang sedang dipelajari.

e. Individualitas. Penerapan metode diarahkan untuk dapat dijadikan sebagai sarana penghubung dengan bakat dan krakter masing-masing individu peserta didik.

f. Konsentrasi. Penerapan metode diarahkan untuk dapat dijadikan sebagai sarana yang bisa memusatkan daya konsentrasi peserta didik pada persoalan yang sedang dipelajari.

g. Korelasi. Penerapan metode diarahkan untuk dapat dijadikan sebagai sarana yang bisa mengajak peserta didik agar dapat menghubungkan mata pelajaran satu dengan yang lainnya.

h. Sosialisasi. Penerapan metode diarahkan untuk dapat dijadikan sebagai sarana yang bisa mengajak peseta didik menyesuaikan dengan keadaan lingkungan sosial.

i. Penilaian. Penerapan metode diarahkan untuk dapat dijadikan sebagai sarana yang bisa dipakai oleh pendidik dalam memantau, menilai dan merekam partisipasi aktif peserta didik dalam memahami, menghayati, dan berperilaku dalam belajar.

20

(22)

Di samping beberapa prinsip di atas, masih ada lagi yang peneliti kutip dari bukunya Abdul Mujib dan Jusuf Muzkkir, yang tidak disebutkan dalam bukunnya A. Fatah Yasin. Beliau berdua menggunakan istilah asas, dalam kamus dan tesaurus bahasa Indonesia antara kata prinsipdan asas mempunya kesamaan arti21. Peneliti sendiri memahami dalam kedua buku tersebut mempunya maksud dan tujuan yang sama. Asas-asas tersebut adalah sebagai berikut22:

a. Asas Kebebasan, yaitu asas yang memberikan keleluasaan keinginan dan tindakan bagi peserta didik dengan dibatasi atas kebebasan yang mengacau pada hal-hal yang bersifat negatif. asas ini mengandung tiga aspek, yaitu self-directendnees, self-discipline, dan self-control. asas ini menyarankan membuat keputusan-keputusan tentang tindakan seseorang didasarkan pada ukuran kebijakan, dan mampu membuat pilihan berdasarkan nilai-nilai pribadi, dan adanya pengarahan diri sehingga sistem control diri berkembang.

b. Asas Lingkungan, asas yang menentukan metode dengan berpijak pada pengaruh lingkungan akibat interaksi dengan lingkungan. Walaupun peserta didik lahir dengan berbekal pembawaan, pembawaan itu masih bersifat umum yang harus dikembangkan melalui interaksi lingkungan, sehingga pembawaan dan lingkungan bukanlah hal yang tidak akanbersatu, tetapi saling membutuhkan mengingat pembawaan merupakan batas-batas kemungkinan yang dapat dicapai dari lingkungannya.

c. Asas Globalisai, asas sebagai akibat pengaruh psikologis totalitas, yaitu peserta didik bereaksi terhadap lingkungan secara keseluruhan, tidak hanya secara intelektual, tertapi juga secara fisik, sosial dan sebagainya. d. Asas Pusat-pusat Minat, asas yang memperhatikan kecendrungan jiwa

yang tetap kejurusan suatu hal yang berharga bagi seseorang. Sesuatu

21

M. Dahlan dkk, Op. Cit., hlm. 632 dan Eko Endarmoko, Tesaurus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2006), hlm. 36 dan 488

22

(23)

berharga apabila sesuai dengan kebutuhan. Pelaksanaan asas pusat-pusat minat dalam Islam dengan ruang lingkupnya terdiri atas bahan hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan sesama manusia, dan manusia terhadap alam semesta.

e. Asa Keteladanan, pada fase-fase tertentu, peserta didik memiliki kecendrungan belajar lewat peniruan terhadap kebiasaan dan tingkah laku orang di sekitarnya, khususnya pada pendidik yang utama (orang tua). Asas keteladanan efektif digunakan pada fase-fase ini, misalnya kisah Qabil dalam mengebumikan Habil-adik yang telah membunuhnya-meniru contoh yang diberikan burung gagak dalam mengubur gagak yang lain, di mana penguburan gagak tersebut merupakan ilham dari Allah SWT. (QS. al-Maidah:31)

f. Asas Pembiasaan, asas yang memperhatikan kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh peserta didik. Pembiasaan merupaka upaya praktis dalam pembinaan dan pembentukan peserta didik. Upaya pembiasaan sendiri dilakukan mengingat manusia mempunyai sifat lupa dan lemah.

4. Dasar-dasar Metode Pendidikan

Metode pendidikan dalam penerapannya banyak menyangkut permasalahan individu atau sosial peserta didik dan pendidikan itu sendiri, sehingga dalam menggunakan metode seorang pendidik harus memperhatikan dasar-dasar umum metode pendidikan.

Sebab metode pendidikan itu hanyalah merupakan sarana atau jalan menuju tujuan pendidikan, sehingga segala jalan yang ditempuh oleh seorang pendidik haruslah mengacu pada dasar-dasar metode pendidikan tersebut.

Dalam konteks ini, metode pendidikan tidak terlepas dari dasar agamis, biologis, psikologis, dan sosiologis.

a. Dasar Agama

(24)

didik. Oleh karena itu, agama merupakan salah satu dasar metode pendidikan dan pengajaran.23

Al-Qur‟an dan hadits tidak bisa dilepaskan dari pelaksanaan pendidikan.Dalam kedudukannya sebagai dasar ajaran Islam, maka dengan sendirinya metode pendidikan Islam harus merujuk pada kedua sumber ajaran tersebut.Sehingga segala penggunaan dan pelaksanaan metode pendidikan tidak menyimpang dari tujuan pendidikan itu sendiri.

b. Dasar Biologis

Perkembangan biologis manusia berpengaruh dalam perkembangan intelektualnya.Sehingga semakin berkembang biologi seseorang, maka dengan sendirinya makin meningkat pula daya intelektualnya.24Dalam memberikan pendidikan dan pengajaran, seorang pendidik harus memperlakukan biologis peserta didik.25

Perkembangan jasmani (biologis) seorang juga mempunyai pengaruh yang sangat kuat terhadap dirinya.26 Seorang peserta didik yang cacat akan berpengaruh terhadap prestasi peserta didik,27 baik pengarus positif maupun negatif.

Maka dapat disimpulkan bahwa perkembangan dan kondisi jasmani itu memegang peranan penting dalam proses pendidikan. Sehingga dalam penggunaan metode pendidikan seorang pendidik harus memperhatikan kondisi biologis peserta didik.

23

Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan Suatu analisis Psikologis, (Jakarta: Al-Husna, 1986), hlm. 40

24

H.M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam: Suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Indesipliner, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994), hlm. 198

25

Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), hlm. 20

26

F.J. Monks, et.al.,Psikologi Perkembangan Pengantar dalam Berbagai Aspeknya, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1994), hlm. 21

27

(25)

c. Dasar Psikologis

Tentang dasar psikologis, maka yang dimaksud adalah sejumlah kekuatan psikologis termasuk motivasi, kebutuhan, emosi, sikap, keinginan, kesediaan, bakat-bakat, dan kecakapan akal (intelektual)28.

Di antara kebutuhan-kebutuhan jiwa yang patut dipelihara guru dalam metode dan cara mengajarnya adalah kebutuhan kepada ketentraman, kebutuhan terhadap kecintaan, kebutuhan kepada penghargaan, kebutuhan untuk menyatakan diri, kebutuhan kepada kejayaan, kebutuhan untuk tergolong dalam kumpulan, dan kebutuhan terhadap perwujudan (self-actualization)29.

d. Dasar Sosiologis

Interaksi pendidikan yang terjadi dalam masyarakat justru memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap perkembangan peserta didik dikala ia berada di lingkungan masyarakatnya. Kada-kadang interaksi/ pengaruh dari masyarakat tersebut berpengaruh pula terhadap lingkungan kelas dan sekolah.30

Dengan dasar di atas, seorang pendidik dalam menginternaslisasi nilai yang sudah ada dalam masyarakat (sosial value) diharapkan dapat menggunakan metode pendidikan Islam agar proses pembelajaran tidak menyimpang jauh dari tujuan pendidikan Islam itu sendiri.31

5. Jenis-jenis Metode Pendidikan

Secara rinci metode-metode tersebut penjelasannya adalah sebagai berikut:32

a. Metode Ceramah

Metode ceramah ialah sebuah bentuk interaksi edukatif melalui penerangan dan penuturan secara lisan oleh guru atau pendidik terhadap sekelompok pendengar (murid).

28

Omor Mohammad al-Tauomy al-Syaibany, Op. Cit., hlm. 590

29

Omor Mohammad al-Tauomy al-Syaibany, Ibid.,hlm. 591

30

Harun Nasution dan Bakhtiar Effendy, Hak Asasi Manusia dalam Islam, (Jakarta: P ustaka Firdaus, 1987), hlm. 50

31

Omor Mohammad al-Tauomy al-Syaibany, Op. Cit., hlm. 591

32

(26)

b. Metode Tanya Jawab

Metode tanya jawab adalah cara penyampaian pelajaran dengan jalan guru mengajukan pertanyaan dan murid memberikan jawaban. Atau sebaliknya murid bertanya dan guru memberikan jawabannya.Dengan demikian, diharapkan terjadi dialog antara guru dan murid.

c. Metode Diskusi

Secara umum, metode diskusi sebagai salah satu metode interaktif edukatif diartikan sebagai metode di dalam mempelajari bahan atau penyampaian bahan pelajaran dengan jalan mendiskusikannya (tukar pendapat), sehingga menimbulkan pengertian, pemahaman, serta perubahan tingkah laku murid.33

d. Metode Latihan Siap

Metode latihan siap sebagai salah satu metode interaktif edukatif dalam pendidikan dan pengajaran, dilaksanakan dengan jalan melatih anak-anak (murid) terhadap bahan-bahan pelajaran yang diberikan.Penggunaannya biasanya pada bahan-bahan palajaran yang bersifat motoris dan keterampilan.Dengan melakukan latihan berkali-kali, terus-menerus secara tertib dan teratur, pengetahuan dan pemahaman dapat diperoleh dan disempurnakan oleh murid.

e. Metode Demonstrasi dan Eksperimen

Demonstrasi dan eksperimen merupakan metode interaktif edukatif yang sangat efektif dalam membantu murid untuk mengetahui proses pelaksanaan sesuatu, apa unsur yang terkandung di dalamnya, dan cara mana yang paling tepat dan sesuai, melalui pengamatan induktif. Dengan pengertian lain, yang lebih sederhana, metode Demonstrasi dan Eksperimen adalah suatu metode mengajar di mana seorang guru atau

33

(27)

orang lain yang sengaja diminta atau murid sendiri memperlihatkan pada seluruh kelas tentang suatu proses atau suatu kaifiyah melakukan sesuatu, misalnya cara mengambil wudhu‟.

f. Metode Pemberian Tugas Belajar

Metode pemberian tugas34 belajar yang dalam percakapan sehari-hari disebut metode pekerjaan rumah adalah metode interaktif edukatif, di mana murid diberi tugas khusus (sehubungan dengan bahan pelajaran) di luar jam-jam pelajaran.Dalam pelaksanaanya, murid-murid dapat mengerjakan tugasnya tidak hanya di rumah, tetapi dapat dikerjakan juga di perpustakaan, laboratorium, ruang-ruang praktikum dan sebagainya.Kemudian tugas tersebut dipertanggungjawabkan terhadap guru.

g. Merode Pembelajaran Terprogram

Metode pembelajaran terprogram menggunakan bahan pengajaran yang disiapkan secara khusus.Isi pengajaran di dalamnya harus dipecahkan menjadi langkah-langkah kecil, diurut dengan cermat, diarahkan untuk mengurangi kesalahan, dan diikuti dengan umpan balik segera.Siswa mendapat kebebasan untuk belajar menurut kecepatan masing-masing.

h. Metode Latihan Bersama Teman

Metode latihan bersama teman memanfaatkan siswa yang telah lulus atau berhasil untuk melatih temannya dan ia bertindak sebagai pelatih, pembimbing seorang siswa yang lain. Ia dapat menentukan metode pembelajaran yang disukainya untuk melatih temannya tersebut. Setelah teman berhasil atau lulus, kemudia ia bertindak sebagai pelatih bagi seorang teman yang lain.

34

(28)

i. Metode Simulasi

Metode simulasi ini menampilkan simbol-simbol atau peralatan yang menggantikan proses, kejadian, atau benda yang sebenarnya. Penggunaan metode simulasi ini perlu memperhatikan; (a) pada tahap permulaan proses belajar mengajar, diperlukan tingkat di bawah realitas. Siswa diharapkan mengindetifikasi lokasi tujuan, sifat-sifat benda, tindakan yang sesuai dengan kondisi tertentu dan sebagainya, (b) pada tahap pertengahan proses belajar mengajar, diperlukan tingkat realitas yang memadai. Siswa diharapkan dapat mempelajari sesuatu dalam kaitan dengan pengetahuan yang lebih luas dan memulai mengkordinasikan keterampilan-keterampilan, (c) pada tahap terakhir diperlukan tingkat realitas yang tinggi, (d) siswa diharapkan dapat melakukan pekerjaan seperti seharusnya.

j. Metode Studi Kasus

Metode ini berbentuk pelepasan tentang masalah kejadian, atau situasi tertentu, kemudian siswa ditugasi mencari alternatif pemecahannya.Kemudian metode ini dapat juga dipergunakan untuk mengembangkan berfikir kritis dan menemukan solusi baru dari satu topik yang dipecahkan.

Metode ini dapat dikembangkan atau diterapkan pada siswa, manakala siswa mempunyai pengetahuan awal tentang masalah ini.

Metode ini memiliki keterbatasan sebagai berikut; (a) mendapat kasus yang telah ditulis dengan baik sebagai hasil penelitian lapangan dan sesuai dengan lingkungan kehidupan siswa, (b) mengembangkan kasus yang sangat mahal.

k. Metode Insiden

(29)

Metode ini memiliki keunggulan dibandingkan dengan metode studi kasus, siswa belajar menyelami permasalahan, kemudian mereka berusaha memecahkan masalah, dalam hal ini menumbuh kembangkan cara berfikir siswa sebagaimana yang dikehendaki dalam studi mandiri, siswa berfikir kritis, kreatif. Metode ini dapat berguna bagi kehidupan siswa dalam memecahkan, menyelami masalah kehidupan sehari-hari.

l. Metode Karyawisata

Melalui karyawisata, sebagai metode interaktif edukatif, murid dibawah bimbingan guru mengunjungi tempat-tempat tertentu denga tujuan belajar.Dengan demikian, ada keterikatan oleh tujuan dan tugas belajar. Dalam perjalanan karyawisata, ada hal tertentu yang telah diprogramkan dalam proses belajar mengajar untuk dipelajari murid.

m. Metode Kerja Kelompok

Metode kerja kelompok dalam proses belajar mengajar adalah kelompok kerja dari kumpulan beberapa individu yang bersifar pedagogis

yang di dalamnya terdapat adanya hubungan timbal balik (kerja sama) antara individu saling percaya.

Dengan pengertian lain, guru dalam menghadapi murid-murid di kelas merasa perlu membagi mereka dalam beberapa kelompok untuk memecahkan suatu masalah atau untuk mengerjakan sesuatu tugas atau pekerjaan secara bersama-sama.

n. Metode Sosiodrama atau Bermain Peranan

Metode sosiodrama35 adalah metode mengajar dengan mendemonstrasikan cara bertingkah laku dalam hubungan sosial. Sedangkan bermain peranan menekankan kenyataan di mana para murid

35

(30)

diikutsertakan dalam memainkan peranan di dalam mendemonsrtasikan masalah-masalah sosial.

o. Metode Studi Mandiri

Metode studi mandiri36 berbentuk pelaksanaan tugas membaca atau meneliti oleh siswa tampa bimbingan atau pengajaran khusus. Metode studi mandiri ini hanya dapa dipergunakan manakala siswa mampu menentukan sendiri tujuannya dan dapat memperoleh sumber-sumber yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut.

p. Metode Pemecahan Masalah (Problem Solving)

Metode pemecahan masalah adalah suatu cara menyajikan bahan pelajaran dengan mengajak dan memotivasi murid untuk memecahkan masalah dalam kaitannya dengan kegiatan proses belajar mengajar.

Metode ini sangat baik digunakan untuk melatih murid-murid berpikir kritis dan dinamis terhadap suatu masalah tertentu.Selain itu, juga melatih keberanian dan rasa tanggung jawab murid dalam menghadapi masalah-masalah kehidupan yang ada di masyarakat.

q. Metode Praktikum

Metode praktikum dapat dilakukan kepada siswa setelah guru memberikan arahan, aba-aba, petunjuk untuk melaksanakannya.Kegiatan ini berbentuk praktik dengan mempergunakan alat-alat tertentu, dalam hal ini guru melatih keterampilan siswa dalam mempergunakan alat-alat yang telah diberikan kepadanya serta hasil dicapai mereka.

r. Metode Proyek

Metode proyek merupakan pemberian tugas kepada semua siswa secara individual.Siswa dituntut untuk mengamati, membaca, meneliti, emudian siswa diminta untuk membuat laporan dari tugas yang diberikan kepadanya dalam bentuk makalah.Metode ini bertujuan untuk membentuk analisis masing-masing siswa.

36

(31)

s. Metode Seminar

Metode seminar merupakan kegiatan belajar sekelompok siswa untuk membahas topik, masalah tertentu.Setiap anggota kelompok seminar dituntut agar berperan aktif, dan kepada mereka dibebankan tanggung jawab untuk mendapatkan solusi dari topik, masalah yang dipecahkan. Guru bertindak sebagai nara sumber.

Seminar merupakan pembahasan yang bersifat ilmiyah, topik pembicaraan adalah hal-hal yang bertalian dengan masalah kehidupan sehari-hari.Sebuah seminar adalah sebuah kegiatan pembahasan yang mencari pedoman-pedoman atau pemecahan masalah tertentu.Itulah sebabnya maka seminar selalu diakhiri dengan kesimpulan-kesimpulan dan keputusan-keputusan yang merupakan hasil semua peserta.Malahan tidak jarang seminar melahirkan rekomendasi dan resolusi.

t. Metode Simposium

Metode simposium adalah metode yang memaparkan suatu seri pembicaraan dalam berbagai kelompok topik dalam materi tertentu.Materi-materi tersebut disampaikan oleh ahli dalam bidangnya, setelah itu peserta dapat menyampaikan pertanyaan dan sebagainya kepada pembicara.

Sebuah simposium hampir menyerupai panel, karena simposium harus pula terdiri atas beberapa pembicara, sedikitnya dua orang. Tetapi simposium berbeda dengan panel dalam cara pembahasan persoalan, sifatnya lebih formal.

(32)

u. Metode Tutorial

Metode tutorial merupakan cara menyampaikan bahan pelajaran yang telah dikembangkan dalam bentuk modul untuk dipelajari siswa secara mandiri. Siswa dapat mengkonsultasikan tentang masalah-masalah dan kemajuan yang ditemuinya secara periodik.Metode ini biasanya dilakukan pada SLTP terbuka, paket B, C dan belajar jarak jauh dengan tatap muka yang terjadwal.

v. Metode Deduktif

Metode dedukti merupakan pemberian penjelasan tentang prinsip-prinsip isi pembelajaran, kemudian dijelaskan dalam bentuk penerapannya atau contoh-contohnya dalam situasi tertentu.Metode ini menjelaskan teoritis ke bentuk realitas atau menjelaskan hal-hal yang bersifat umum ke sifat-sifat khusus. Guru menjelaskan teori-teori yang ditemui oleh para ahli, kemudian menjabarkan kenyataan yang terjadi atau mengambil contoh-contoh. Seperti makhluk yang bernyawa akan mati. Manusia, binatang adalah makhluk yang benyawa, maka ia akan mati.

w. Metode Induktif

Metode induktif dimulai dengan pemberian berbagai kasus, fakta, contoh, atau sebab yang mencerminkan suatu konsep atau prinsip.Kemudian siswa dibimbing untuk berusaha keras mensistensiskan, menemukan, atau menyimpulkan prinsip dasar dari pelajaran tersebut, metode ini disebut dengan metode discovery atau Socratic.

x. Metode Computer Assisted Learning (CAL)

(33)

Metode ini dapat dipergunakan pada setiap tingkat pengetahuan dari yang sederhana sampai pada tingkat yang lebih kompkeks.Kesulitan penggunaan metode ini; (a) pengembangan program CAL membutuhkan biaya tinggi dan waktu lama, (b) pengadaan dan pemeliharaan alat mahal.

Komentar penulis dari sekian banyak metode yang telah disebutkan diatas, Pada umumnya pendidik khususnya guru Pendidikan Agama Islam masih sering menggunakan metode yang itu-itu saja seperti metode ceramah, tanya jawab, dan diskusi saja yang memberikan kesan membosankan bagi siswa, Tidak jarang juga pendidik menggunakan metode latihan siap.

Metode demonstrasi dan eksperimen menurut penulis kadang digunakan oleh seorang pendidik untuk mengetahui sejauh mana pemahaman seorang siswa tentang materi yang diajarkan seperti melakukan praktik langsung contoh “ tatacarapelaksanaanshalat fardu”. Metode pemberian tugas belajar dilaksanakan diakhir proses belajar mengajar dengan tujuan pendidik mengetahui tingkat keberhasilan pendidik.

Metode pembelajaran terprogram dilaksanakan ketika proses pembelajaran belum dimulai seperti perancangan RPP, metode latihan bersama teman sudah mulai dilaksanakan oleh peserta didik. Dan metode-metode lain yang pada umumnya sulit diterapkan didalam pembelajaran Agama Islam seperti metode simulasi, studi kasus, metode insiden, metode karya wisata, metode studi mandiri, dan metode pemecahan masalah.Maka dari itu seorang guru Agama Islam dituntut harus memiliki daya kreatifitas yang tinggi agar tercapainya hasil pembelajaran yang maksimal, menciptakan suasana kelas yang menyenangkan dan tidak membosankan. 6. Metode Pendidikan dalam Al-Qur’an

(34)

a. Pendekatan religius, bahwa manusia diciptakan memiliki potensi dasar (fitrah) atau bakat agama.

b. Pendekatan filosofis, bahwa manusia adalah makhluk rasional atau berakal pikiran untuk mengembangkan diri dan kehidupannya.

c. Pendekatan rasio-kultural, bahwa manusia adalah makhluk bermasyarakat dan berkebudayaan sehingga latar belakangnya mempengaruhi proses pendidikan.

d. Pendekatan scientific, bahwa manusia memiliki kemampuan kognitif, dan afektif yang harus dikembangtumbuhkan.37

Sehingga dengan mengacu pada penjelasan di atas, sudah seharusnya dalam mendidik tidak hanya memandang dari perkembangan peserta didiknya saja, tapi juga hal yang sangat penting adalah beberapa hal yang mempengaruhinya.

Ada pun beberapa metode yang terkandung di dalam al-Qur‟an, antara lain:38

a. Mau‟izhah hal demikian ditemukan pada diri Luqman yang mana anak dan istrinya dalam keadaan kafir. Oleh karenanya, Luqman menasehatinya sehingga keduanya beriman.

b. Dialog, metode ini dapat dipahami sebagai jalan untuk membuka jalur informasi antara pendidik dengan peserta didik. Ada beberapa macam metode dialog di dalam al-Qur'an. Pertama, dialogis dengan pendekatan rasionalis, ditemukan pada nabi Nuh terhadap anaknya Kan'an. Tatkala seruan beriman tidak dihiraukan, kemudian nabi Nuh mendesak untuk beriman karena fuctural-rasional akan terjadi banjir yang siap menghancurkan dan menenggelamkan semuanya. Tetapi tawaran tersebut tidak berhasil, lantas Kan'an menggunakan nalar logisnya untuk menyelamatkan dirinya dengan cara pergi ke gunung. Kedua,

37

Armai Arief, Op. Cit., hlm. 41

38

(35)

demokratis-teologis, sebagaimana terjadi pada nabi Ibrahim. Nabi Ibrahim mendialogkan mimpinya tentang penyembelihan anaknya (nabi Ismail). dialog tersebut dilakukan secara demokratis sekali, dan beliau menjelaskan bahwa perintah penyembelihan tersebut berasal dari Allah. Ketiga,

dialogis-psikologis, yang telah dilakukan oleh nabi Ya'qub terhadap Yusuf, terkait dengan masalah mimpi yang dialami oleh nabi Yusuf. Keempat,

dialogis-intuitif, metode ini menggambarkan dialog antara Maryam dan kaumnya yang pada akhirnya melibatkan nabi Isa. Maryam menyadari tidak mungkin menyelesaikan permasalahan yang dituduhkan keumnya. Maryam mengandalkan kekuatan transendental dari Allah dalam bentuk intuisi kepada Isa. Hal ini sebenarnya adalah pendidikan yang terjadi atas kekuatan mu'jizat Allah atas rasulnya.

c. Prenatal-posnatal, metode ini dipahami pada interaksi pendidikan Ayarkha Hanna terhadap Maryam dan nabi Zakariya terhadap Yahya. Usaha-usaha untuk mendapatkan anak saleh dilakukan melalui do'a dan nazar. Berkali-kali Zakariya berdo'a dengan uslub yang berbeda-beda menunjukkan kesungguhannya dalam memohon anak disaat usianya sendiri tua dan istrinya mandul. Demikian Hanna berazam untuk memiliki anak yang saleh, kemudian Allah mengabulkan dengan kelahiran nabi Yahya.

d. Problem Solving, hal ini terlihat dalam interaksi Adam dengan Qabil dan Habil, serta interaksi nabi Ya'qub dengan putra-putranya (nabi Yusuf dengan saudaranya). Pendidikan nabi Adam terhadap anaknya yang sedang bertikai memperebutkan pasanganya. Meskipun pada akhirnya tidak tercapai sasaran yang dimaksud agar terjadi perdamaian antara keduanya. Demikian yang dilakukan nabi Ya'qub yang dilakukan terhadap saudara-saudara Yusuf untuk memberi solusi atas konflik internal keluarganya.

(36)

atau perbedaan-perbedaan lainya. Hal ini didasarkan pada al-Qur‟an surat an-Nahl ayat 125.

f. Metafora (al-amtsal), Muhammad Rasyid Ridla dalam al-Manar bahwa

al-amtsal adalah perumpamaann baik berupa ungkapan, gerak, maupun melalui gambar-gambar. Dalam konteks pendidikan Islam, metode ini lebih mengarah kepada perumpamaann dalam segi ungkapan belaka (perhatiakn QS. Ankabut: 41-43, ar-Ra'd: 17, Ibrahim: 24-26, al-Baqarah: 26).

g. Imitasi (al-qudwah), hal ini dilakukan dengan menampilkan seperangkat teladan bagi diri pendidik untuk peserta didik melalui komunikasi interaksi di dalam kelas maupun di luar kelas. Sehingga tuntutan pendidik tidak hanya berceramah, berkhatbah, atau berdiskusi. Tetapi lebih penting lagi, mengamalkan semua ajaran yang telah dimengerti, sehingga peserta didik dapat meniru dan mencontohnya (QS. Ash-Shad: 2-3). Kemudian dalam bukunya Triyo Supriyatno, terkait dengan metode ini dijelaskan dengan menggunakan istilah metode pemberian teladan, hal ini terkait dengan penjelasan ayat yang artinya: Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia

(QS. Al-Mumtahanah, 60: 4). Kemudian keteladanan ini diikuti oleh Muhammad SAW. Metode ini menjadi penting karena terdapat aspek afektif yang terwujud dalam bentuk tingkah laku (behavioral).

(37)

yang baik. Dalam al-Qur‟an dikenal dengan istilah ajrun yang diulang sebanyak 105 kali (misalnya dalam QS. Ali Imran: 136, surat Hud: 11 dan lain sebagainya).

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Sepanjang sepengetahuan penulis, skripsi yang membahas tentang metode memang sudah sangat banyak sekali akan tetapi yang membahas tentang metode yang terkandung didalam ayat Al-Qur‟an khususnya surat An-Nahl 125-127 baru penulis sajayang mengkajinya secara khusus.

(38)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian

Dalam menyelesaikan penelitian ini penulis menggunakan Pure Library Research ( penelitian kepustakaan murni ), yaitu mengambil data menurut pendapat para ahli yang telah diformulasikan kedalam buku-buku tafsir dan pendidikan, yang merupakan sumber primer didalam penulisan ini adalah tafsir-tafsir Al-Qur‟an yang berkaitan dengan surat An-Nahl ayat 125-127 diantaranya : tafsir Al-Misbah karya M. Quraish Shihab, tafsir Nurul Qur‟an karya Allamah Kamal Faqih Imani, tafsir Al-Maraghi karya Ahmad Mustafa Al-Maragi,kitab tafsir Aisar at-Tafsiri lil al-kalami al-Aliyyi al-Kabirkarya Abu Bakar Jabir Al-Jazair, dan buku-buku yang berkaitan dengan dengan isi yang terkandung didalam surat An-Nahl ayat 125-127 yang merupakan sebagai buku sekunder didalam penelitian ini.

Dalam menganalisis data yang telah terkumpul, penulis menggunakan metode

ContentAnalysis(analisis isi ), yaitu menafsirkan ayat-ayat Al-Qur‟an dengan memaparkan berbagai metode yang terkandung didalam ayat tersebut yang sedang diteliti oleh penulis serta menerangkan makna-makna apa saja yang terkandung didalam ayat tersebut. Dalam menyelesaikan penelitian ini akan menggunakan deskriptif analisis, yaitu suatu metode yang membahas permasalahan dengan cara memaparkan atau menguraikan terlebih dahulu dengan pokok permasalahn secara lengkap, untuk kemudian menganalisisnya dalam rangka mendapatkan suatu kesimpulan yang tepat.

(39)

B. Teknik Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini menggunakan metode tafsir tahlili, kata tahlili berasal dari bahasa arab, yakni hallala yuhallilu yang berarti menguraikan atau menganalisa, menafsirkan ayat-ayat Quran dengan memaparkan adapun langkah-langkah dari metode dan segala aspek yang terkandung di dalam ayat-ayat yang ditafsirkan serta menerangkan makna-makna yang tercakup di dalamnya sesuai dengan keahlian dan kecendrungan mufasir yang menafsirkan ayat-ayat tersebut.

Dalam metode ini biasanya mufasir menguraikan maknanya yang dikandung oleh Alquran ayat demi ayat sesuai dengan urutannya di dalam mushaf. Uraian tersebut menyangkut berbagai aspek yang dikandung ayat yang ditafsirkan seperti: pengertian kosakata. Yang disampaikan oleh nabi, sahabat, para tabi‟in maupun mufasir lainnya., melengkapi pembahasan dengan hadist-hadist yang relevan sesuai dengan pokok bahasan, dan memberi kesimpulan secara kompeherensif.39

1. Teknik Analisa Data

Adapun metode pembahasan yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode tahlili, yang diuraikan tahapan kerjanya dimulai dari:

1. Bermula dari kosakata yang terdapat pada setiap ayat yang akan ditafsirkan.

2. Menjelaskan munasabah atau hubungan ayat yang ditafsirkan antara ayat yang satu dengan yang lainnya

3. Menjelaskan makna yang terkandung pada setiap potongan ayat dengan menggunakan keterangan yang ada pada berbagai disiplin ilmu sebagai sebuah pendekatan

4. Menarik kesimpulan dari ayat tersebut yang berkenaan dengan hukum mengenai suatu masalah atau lainnya sesuai dengan kandungan ayat tersebut 40

39

Dr. Nasruddin Baidan, Metodologi Penafsiran Al-Quran, (Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 1998), hal 31

40

(40)

C. Objek dan Waktu Penelitian

1. Objek didalam penelitian ini adalah Tafsir surat An-Nahl ayat 125-127 yang membahas tentang metode yang terkandung didalam ayat tersebut. 2. Waktu penelitian penulis melakukan penelitian dalam penyusunan skripsi

(41)

BAB IV

TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.

Teks ayat dan terjemahan surah An-Nahl ayat : 125-127











































































































/Đحنđا) 61 : 621 -621 (

A

.

B

. Artinya:

serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmahdan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. dan jika kamu memberikan balasan, Maka balaslah dengan Balasan yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu. akan tetapi jika kamu bersabar, Sesungguhnya Itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang sabar. bersabarlah (hai Muhammad) dan Tiadalah kesabaranmu itu melainkan dengan pertolongan Allah dan janganlah kamu bersedih hati terhadap (kekafiran) mereka dan janganlah kamu bersempit dada terhadap apa yang mereka tipu dayakan.

(42)

B. Tafsir surat An-Nahl

C.

1. Ayat 125



























































) Đحنđا / 61 : (125

D

.

Menurut beberapa ahli tafsir, ayat diatas ditafsirkan sebagai berikut: a. Abu Bakar Jabir Al-Jazairi

Menurut beliau dalam kitab tafsirnya, yaitu kitab Aisar at-Tafâsir li al-Kalâmi al-Aliyyi al-Kabîr, ayat ini diinterpretasikan sebagai suatu ajakan atau seruan terhadap manusia kepada jalan yang sudah digariskan oleh Allah dengan kata-kata yang bijak, nasihat-nasihat yang baik yang memotifasi dan bantahan yang baik yang tidak ada unsur negatifnya. Berikut ini penafsirannya:

41

.

41

(43)

“Penjelasan Kata;

(

كبر Đيبس ىđا

) Ilâ Sabîli Rabbika: Yaitu untuk taat kepada-Nya. Karena taat

kepada Allah mengantarkan seseorang menuju keridhaan dan karunia-Nya.

(

ةمĎحđاب

) Bil Hikmah: Dengan al-Qur‟an dan perkataan yang bijak lagi benar

serta memiliki dalil untuk menjelaskan kebenaran.

(

ةنسحđا ةظعĠمđاğ

) Wal Mau’izhah Hasanah: Pelajaran-pelajaran dari

al-Quran dan perkataan yang lembut lagi benar.

(

نسحأ يه يتđاب مĞđداجğ

) Wa Jâdilhum Billati Hiya Ahsan: membantah dengan

cara yang lebih baik dan itu lebih baik dari yang lain.

Hikmah adalah dengan al-Qur‟an dan perkataan yang bijak lagi benar serta memiliki dalil untuk menjelaskan kebenaran

Mau’izhah adalah pelajaran-pelajaran dari al-Quran dan perkataan yang lembut lagi benar.42Lebih lanjut beliau menjelaskan bahwa mau’izhah berupa nasehat-nasehat, cerita-cerita perumpamaann-perumpamaann, motifasi serta intimidasi yang terdapat pada al-Qur‟an.43

Jidal adalah membantah dengan cara yang lebih baik dan itu lebih baik dari yang lain. Masih menurut beliau, jidal yakni bantahan dengan cara yang baik tidak ada unsur celaan, ejekan, dan sindiran buruk, karena yang demikian itu lebih dapat diterima.44

b. M. Quraish Shihab

M Quraish Shihab dalam penafsirannya, terkait dengan surat An-Nahl ayat 125.“Wahai nabi Muhammad, serulah yakni lanjutkanlah usahamu untuk menyeru semua yang engkau sanggup seru kepada jalan yang ditunjukkan

Tuhanmu yakni ajaran Islam dengan hikmah dan pengajaran yang baik dan bantahlah mereka yakni siapa pun yang menolak atau meragukan ajaran Islam

dengan cara yang terbaik. Itulah tiga cara mendidik yang hendaknya engkau tempuh menghadapi manusia yang beraneka ragam peringkat dan

42

Ibid.hlm. 169

43

Ibid. hlm. 170

44

(44)

kecendrungannya; jangan hiraukan cemoohan, atau tuduhan-tuduhan tidak berdasar kaum musyrikin dan serahkan urusanmu dan urusan mereka kepada Allah, karena sesungguhnya Tuhanmu yang selalu membimbing dan berbuat baik kepadamu Dialah sendiri yang lebih mengetahui dari siapa pun yang menduga tahu tentang siapa yang bejat jiwanya sehingga tersesat dari jalan-Nya dan Dialah saja juga yang lebih mengetahui orang-orang yang sehat jiwanya sehingga mendapatkan petunjuk.”45

Kemudian beliau menjabarkan kata hikmah, yakni:

“Kata (ةمĎح)hikmahantara lain berarti yang paling utama dari segalah sesuatu, baik pengetahuan maupun perbuatan. Dia adalah pengetahuan atau tindakan yang bebas dari kesalahan dan atau kekeliruan.Hikmah juga diartikan sebagai sesuatu yang bila digunakan/ diperhatikan akan mendatangkan kemaslahatan dan kemudahan yang besar atau lebih besar,

serta menghalangi terjadinya mudharat atau kesulitan yang besar atau lebih

besar.Makna ini ditarik dari kata hakamah, yang berarti kendali karena kendali menghalangi hewan/ kendaraan mengarah ke arah yang yang tidak diinginkan, atau menjadi liar.Memilih perbuatan yang terbaik dan sesuai adalah perwujudan dari hikmah.Memilih yang terbaik dan sesuai dari dua hal buruk pun dinamai hikmah, dan pelakunya dinamakan hakim (hakim). Thahir

Ibnu „Asyur menggarisbawahi bahwa hikmah adalah nama himpunan segala

ucapan atau pengetahuan yang mengarah kepada perbaikan keadaan dan

kepercayaan manusia secara seimbang. Thabathaba‟i mengutip ar-Raghib al-Ashfahani yang menyatakan saecara singkat bahwa hikmah adalah sesuatu yang mengena kebenaran berdasarkan ilmu dan akal.Dengan demikian,

menurut Thabathaba‟i, hikmah adalah argumen yang menghasilkan

kebenaran yang tidak diragukan, tidak mengandung kelemahan tidak juga

kekaburan.”46

45

M. Quraish Shihab, TafsirAl-Mishbah, Volume 7, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), hlm. 385-386

46

(45)

Di samping itu, M. Quraish Shihab mengutip pendapat pakar tafsir

al-Biqa‟i yang menggarisbawahi bahwa “al-hakim yakni yang memiliki hikmah, harus yakin sepenuhnya tentang pengetahuan dan tindakan yang diambilnya, sehingga dia tampil dengan penuh percaya diri, tidak berbicara dengan ragu, atau kira-kira tidak pula melakukan sesuatu dengan coba-coba.”47

Lebih lanjut kemudian beliau menjelaskan,

“kata (ةظعĠمđا) al-mau’izhah terambil dari kata (ظعğ)wa’azha yang berarti nasihat. Mau’izhah adalah uraian yang menyentuh hati yang mengantar

kepada kebaikan.Demikian dikemukakan oleh banyak ulama.Sedangkan kata

(مĞđداج) jâdilhum terambil dari kata (ďادج) jidâl yang bermakna diskusi atau bukti-bukti yang mematahkan alasan atau dalih mitra diskusi dan

menjadikannya tidak dapat bertahan, baik yang dipaparkan itu diterima oleh

semua orang maupun hanya mitar bicara.

Ditemukan di atas, bahwa mau’izhah hendaknya di sampaikan dengan (ةنسح) hasanah/baik, sedangkan perintah berjadil disifati dengan kata (نسحأ)

ahsan/yang terbaik, bukan sekedar yang baik.Keduanya berbeda dengan

hikmah yang tidak disifati oleh satu sifat pun.Ini berarti bahwa mau’izhah ada yang baik dan ada yang tidak baik, sedangkan jadil ada tiga macam, yang

baik, yang terbaik dan yang buruk.”48

Terkait dengan penjelasan hikmah, beliau menjabarkan kembali, yaitu sebagai berikut:

hikmahtidak perlu disifati denga sesuatu karena dari maknanya telah diketahui bahwa ia adalah sesuatu yang mengena kebenaran berdasarkan ilmu dan akal-seperti tulis ar-Raghib, atau seperti tulis Ibn „Asyur, ia adalah

segala ucapan atau pengetahuan yang mengarah kepada perbaikan keadaan

dan kepercayaan manusia secara bersinambung. Di sisi lain, hikmah yang disampaikan itu adalah yang dimiliki oleh seorang (ميĎح) hakim yang dilukiskan maknanya oleh al-Biqa‟i seperti peneliti nukil di atas, dan itu tentu saja akan disampaikan setepat mungkin, sehingga tampa menyifati dengan satu sifat pun, otomatis dari namanya dan sifat penyandangannya dapat

47

Ibid. hlm. 387

48

(46)

diketahui bahwa penyampaiannya pastilah dalam bentuk yang paling

sesuai.”49

Hubungannya dengan mau’izhah, maka beliau memaparkan sebagai berikut:

maka ia baru dapat mengena hati sasaran bila ucapan yang disampaikan itu disertai dengan pengalaman dan keteladanan dari yang menyampaikannya. Nah, inilah yang bersifat hasanah.Kalau tidak, ia adalah yang buruk, yang sharusnya dihindari. Di sisi lain, karena mau’izhah biasanya bertujuan mencegah sasaran dari sesuatu yang kurang baik, dan ini dapat mengundang emosi-baik dari yang menyapaikan, lebih-lebih yang menerimanya-maka mau’izhah adalah sangat perlu untuk mengingatkan kebaikannyaitu.”50

Kemudian beliau menjelaskan Jidal dan mengklasifikasi menjadi tiga macam,

“Jidal adalah perdebatan dengan cara yang terbaik yaitu dengan logika dan

retorika yang halus, lepas dari kekerasan dan umpatan.”51“Sedangkan

jidal

terdiri dari tiga macam, yang buruk adalah yang disampaikan dengan kasar, yang mengundang kemarahan lawan serta yang menggunakan dalil-dalil yang tidak benar.yang baik adalah yang disampaikan dengan sopan, serta menggunakan dalil-dalil atau dalih wahyu hanya yang diakui oleh lawan, tetapi yang terbaik adalah yang disampaikan dengan baik, dan dengan

argumen yang benar, lagi membungkam lawan.”52

Masih dalam pandangan M. Quraish Shihab, bahwa memilih perbuatan yang terbaik dan sesuai adalah perwujudan dari hikmah.Memilih yang terbaik dan sesuai dari dua hal buruk pun dinamai hikmah, dan pelakunya dinamakan

hakim (hakim).53

Kemudian beliau mengutip pendapat Thahir Ibnu „Asyur yang

menggarisbawahi bahwa hikmah adalah nama himpunan segala ucapan atau

49

Ibid. hlm. 387

50

Ibid. hlm. 387-388

51

Ibid. hlm. 386

52

Ibid. hlm. 388

53

(47)

pengetahuan yang mengarah kepada perbaikan keadaan dan kepercayaan manusia secara seimbang.54

Lebih lanjut beliau menjelaskan yang diambil dari pendapat

Thabathaba‟i mengutip pendapat ar-Raghib al-Ashfahani yang menyatakan sacara singkat bahwa hikmah adalah sesuatu yang mengena kebenaran berdasarkan ilmu dan akal.Dengan demikian, menurut Thabathaba‟i, hikmah

adalah argumen yang menghasilkan kebenaran yang tidak diragukan, tidak mengandung kelemahan tidak juga kekaburan.55

Mau’izhah yakni memberikan nasihat dan perumpamaann yang

menyentuh jiwa sesuai dengan taraf pengetahuan objeknya yang sederhana.56kata (ةظعĠمđا) al-mau’izhah terambil dari kata (ظعğ)wa’azha yang berarti nasihat.Mau’izhah adalah uraian yang menyentuh hati yang mengantar kepada kebaikan57.Masih dalam pendapatnya, mau‟izhah hendaknya disampaikan dengan (ةنسح) hasanah/ baik.58

Mau’izhah, akan mengena hati sasaran bila ucapan yang disampaikan itu disertai dengan pengalaman dan keteladanan dari yang menyampaikannya. Nah, inilah yang bersifat hasanah. Kalau tidak, ia adalah yang buruk, yang seharusnya dihindari.59 Masih menurut beliau, di sisi lain karena mau’izhah biasanya bertujuan mencegah sasaran dari sesuatu yang kurang baik, dan ini dapat mengundang emosi-baik dari yang menyapaikan, lebih-lebih yang menerimanya-maka mau’izhah adalah sangat perlu untuk mengingatkan kebaikannya itu.60

Kata (مĞđداج) jâdilhum terambil dari kata (ďادج) jidâl yang bermakna diskusi atau bukti-bukti yang mematahkan alasan atau dalih mitra diskusi dan menjadikannya tidak dapat bertahan, baik yang dipaparkan itu diterima oleh

54

Ibid. hlm. 386

55

Ibid. hlm. 387

56

Ibid.hlm. 386

57

Ibid. hlm. 386

58

Ibid. hlm. 387

59

Ibid. hlm. 387

60

(48)

semua orang maupun hanya mitar bicara.61 Masih menurut beliau, Jidal

adalah perdebatan dengan cara yang terbaik yaitu dengan logika dan retorika yang halus, lepas dari kekerasan dan umpatan.62

Referensi

Dokumen terkait

1. Menjadi sumbangan pemikiran bagi mereka yang membutuhkannya. Peneliti yakin bahwa penelitian skripsi ini akan memberikan sumbangan pemikiran yang sangat

Ayat ini hanyalah menunjukkan kebolehan untuk melakukan pembalasan atas suatu kesalahan, asal saja dalam batas seimbang dan sepadan dengan kesalahan itu dan bukan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsep pendidikan yang terkandung dalam Al- Qur’ an surat An-Nahl ayat 125: Setelah menelaah, surah An-Nahl ayat 125 bisa disimpulkan bahwa

Humans are creatures created by Allah SWT who are concrete and most perfect in reason and reasoning, so it is impossible for other creatures who do not have good reasoning

lah, skripsi dengan judul “Relevansi Metode Dakwah dalam Surat an-Nahl Ayat 125-128 Dengan Metode Mengajar Di Sekolah Dasar Islam ” ini dapat terselesaikan dengan

Agar mengajak makhluk kepada Allah dengan hikmah, yakni dengan berbagai larangan dan perintah terdapat didalam Al-Kitab dan As-Sunnah, agar mereka waspad terhadap

Oleh sebab itu sangat diperlukan kecerdasan dan kecakapan pendidik dalam memilih metode yang tepat dalam pendidikan sesuai dengan kemampuan intelegensi anak didik,

Jenis penelitian ini adalah penelitian pustaka (library research), yakni berusaha untuk menguak secara konseptual tentang berbagai hal yang berkaitan dengan teori