• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelaksanaan pengelolaan kelas di Madrasah Tsanawiyah Al-Falah III Jakarta, Skripsi Program Strata I Fakultas limn Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2008

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pelaksanaan pengelolaan kelas di Madrasah Tsanawiyah Al-Falah III Jakarta, Skripsi Program Strata I Fakultas limn Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2008"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Untuk

Mencapai Syarat-Syarat Mencapai Gelar

Sarjana Pendidikan Agama Islam

Oleh

Mega Silvia Sari

10203011026719

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

(2)

I. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata I di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sangsi yang berlaku di UJN Syarif Hidayatullah Jakarta.

セN」ゥGjI@

VPPセIG@

Tbl,., -- 20

OZM^GBセMM

Jakarta, 2 Januari 2008 · · Penulis

セセQN@

(3)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana strata Satu (S 1)

Oleh

Mega Silvia Sari

NIM. 103011026719

. ..

---::::::

Drs. Mu'arifSAM. M. Pd

NIP.150268586

JURUSAN PENDIDIKAN AGAlVIA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SY ARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(4)

Januari 2008 di hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana SI (S.Pd.I) dalam bidang pendidikan agama islam.

Jakarta, 2 Januari 2008

Panitia Ujian Munaqasyah

Ketua Panitia (Ketua Jurusan/Program Studi) Tanggal TandaTangan

Drs. H. Abdul Fatah Wibisono, M. A NIP: 150 236 009

Sekretaris Jurusan/Prodi

Drs. Sapiuddin Siddiq, M. Ag NIP: 150 299 477

Pengujil

Prof. Dr. H. Rusmin Tumanggor, M. A NIP: 150 060 949

Penguji II

Prof. Dr. Aminndin Rasyad, M.A

NIP: 150 011 333

Mengetahui:

r-o/

.

,:,.

セ@

Lセ@

f

:1-···

·;/···

エセ@

(5)

Hidayatullah Jakarta 2008.

Kemampuan dalam memberikan pelajaran di kelas bagi seorang guru tanpa disertai dengan kemampuan pengelolaan kelas menurut penulis ha! ini kurang memberikan basil yang berarti terhadap belajar.

Walaupun keterampilan pengelolaan kelas secara teoritis sangat dimiliki guru, namun dalam praktek di sekolah masih ada guru yang tidak peduli atau tidak mampu melaksanakan pengelolaan. Hal ini boleh jadi disebabkan karena adanya ketidak pedulian guru terhadap pengelolaan kelas, atau boleh jadi kerana guru malas.

Masalah di sini difokuskan pada pengembangan pola-pola tingkah laku siswa termasuk di dalamnya pengembangan hubungan interpersonal dan iklim sosial emosional serta mengembangan dan mempertahankan organisasi kelas yang efektif dan efisien.

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menelaah dan menganalisis mengenai pelaksanaan pengelolaan kelas di MTs. Al-Falah III Jakarta.

Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis. Metode ini penulis dukung dengan teknik-teknik pengumpulan dta yang meliputi teknik kuisioner, wawancara, dokmentasi dan observasi.teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan rumus presentase.

Sedangkan langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian ini adalah menentukan lokasi penelitian yaitu di MTs. Al-Falah III Jakarta, penelitian ini menggunakan total sampling yaitu seluruh guru MTs. Al-Falah III yang berjumlah 22 orang. Sehingga penulis mengambil 100% dari jumlah guru yang ada yaitu sebanyak 22 orang.

Dari pengolahan data yang didapat, langkah selanjutnya adalah mengkategorikan setiap aspek sehingga menghasilkan data akhir dengan kategori baik yaitu sebesar 83,714%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan pengelolaan kelas di MTs. Al-Falah III berkategori baik.

(6)

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, Tuhan yang Pcngasih dan Penyayang. Berka! rahmat dan karunia-Nya penulisan skripsi ini dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga senantiasa terlimpahkan kcpada baginda Nabi Muhammad SAW, manusia pilihan yang membawa manusia kepada peradaban lslami. Scmoga Allah Yang RAhman dan Rahim tetap membcrikan inayah dan hidayah-Nya untuk kita para hambanya ini agar dapat terus konsisten berada dalam garis dan arah jalan yang benar, yang ditunjuki-Nya.

Skripsi yang berjudul pelaksanaan pengelolaan kelas di MTs. Al-Falah Ill Jakarta, merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas llmu Tarbiyah dan Keguruan (UIN) SyarifHidayatullah Jakarta.

Sangat disadari bahwa dalam proses dan hasil penelitian ini masih terdapat berbagai kekurangan. Namun demikian paling tidak hasil penelitian yang tertuang dalam skripsi ini bermanfaat bagi penulis sendiri, dab bagi lembaga pendidikan yang menjadi objek penelitian sebagai masukan dalam meningkatkan pelaksanaan pengelolaan ke!as.

Banyak pihak yang membimbing dan membantu dalam proses penulisab skripsi ini, tanpa dukungan mereka rasanya mustahil penulisan skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya dan penghargaan yang setinggi tingginya penulis sampaikan kepada pihak-pihak tersebut, terutama kepada:

I. Dekan Fakultas llmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

(7)

5. Bapak !bu dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah mendidik dan membimbing selama perkuliahan berlangsung.

6. Pimpinan Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang dalam penulisan skripsi ini memberikan andil besar dalam ha! penyediaan pustaka dan sumber-sumber bacaan untuk kelancaran penulisan skripsi ini.

7. Ayahanda dan Ibunda tercinta, Safrudin dan Sumyatih yang berkat didikan serta upaya keras keduanya, penulis dapat menempuh jenjang pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi dengan baik.

8. Kepala MTs. Al-Falah III dan pimpinan harian Bapak Yusri HK. S. Pd. I serta E. M. Sofyan, S.IP. yang telah mengijinkan penulis untuk mengadakan penelitian di sekolah tersebut, serta membantu penulis dalam penyediaan data dan wawancara, hingga penulis dapat menyelesaikan jenjang SI UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

9. Teman-teman mahasiswa Jurusan PAI kelas C angkatan 2003 yang telah memberikan motivasi, membantu penulis untuk berbagi pendapat dan tenaganya berkaitan dengan penulisan skripsi ini.

Akhirnya, hanya kepada Allah jualah semuanya dikembalikan. Semoga segala amal yang telah mereka sumbangkan mendapat balasan yang lebih baik dan menjadi tabungan kebaikan di akhirat kelak, amin.

(8)

LEMBAR PENGESAHAN... 111

ABSTRAK ... IV KATAPENGANTAR ... v

DAFT AR ISI ... ··· Vil DAFTAR TABEL ... IX DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BABIPENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ... ... ... ... I B. Identifikasi Masalah ... ... ... ... 8

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah... ... ... 8

D. Manfaat Penelitian... 9

BAB

II KAJIAN

TEORI

A. Pengertian Pengelolaan Kelas ... ... ... ... ... ... ... 11

B. Tujuan Pengelolaan Kelas ... 15

C. Prinsip Pengelolaan Kelas ... ... ... 19

D. Komponen Keterampilan Pengelolaan Kelas ... 22

BAB HI METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu ... 32

B. Tujuan Penelitian... 32

C. Metodologi penelitian ... 32

D. Populasi dan Sampel ... 33

E. Telmik Pengumpulan Data ... 33

F. Pengolahan Data... 35

(9)

2. Visi dan Misi MTs. Al-Falah ... 41

3. Kurikulum MTs. Al-Falah ... 42

4. Struktur Organisasi MTs. Al-Falah ... 43

5. Keadaan Pendidik dan Peserta didik ... 46

6. Keadaan sarana dan Prasarana ... ... 49

7. Kegiatan Ektra Kurikuler ... 50

B. Deskripsi dan Analisa Data... 52

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan... 76

B. Saran-saran... 77

DAFTARPUSTAKA ... 78

(10)

Tabel 2 Keadaan Guru-guru MTs. Al-Falab III ... 47

Tabel 3 Keadaan Siswa ... 48

Tabel 4 Sarana dan Prasarana... 49

Tabel 5 Respon positifkepada siswa ... 52

Tabel 6 Menunjukan keakraban ... 53

Tabel 7 Mendekati siswa yang mengganggu ... 53

Tabel 8 Kebersamaan guru dan murid ... 54

Tabel 9 Memperbatikan situasi kelas ... 54

Tabel 10 Memperbatikan aktivitas siswa ... 55

Tabel 11 Mengkondisikan Kelas... 55

Tabel 12 Tanggungjawab siswa ... 56

Tabel 13 Petunjuk yang jelas... 56

Tabel 14 Peajelasan tujuan belajar ... ... ... 57

Tabel 15 Konsentrasi ... 58

Tabel 16 Memeriksa basil kerja siswa ... 58

Tabel 17 Partisipasi siswa ... .... 59

Tabel 18 Perbaikan basil kerja siswa ... ... 60

Tabel 19 Menegur siswa yang mengganggu ... 60

Tabel 20 Pemberian kesempatan ... 61

Tabel 21 Membimbing kesulitan siswa ... 61

Tabel 22 Pemberian penguatan kepada siswa ... 62

Tabel 23 Kelelusaan dalam belajar ... 62

Tabel 24 Berhenti dan memulai kegiatan dengan tepat ... 63

Tabel 25 Penjelasan tidak bertele-tele ... 63

Tabel 26 Kesenyapan yang baik ... ... 64

[image:10.534.43.439.87.646.2]
(11)

Tabel 34 Menangani konflik dan memperkecil masalah ... 68

Tabel 35 Menemukan perilaku yang menimbulkan masalah ... 69

Tabel 36 Menangani perilaku yang menimbulkan masalah ... 69

Tabel 37 Medorong sisw untuk mengungkapkan masalah ... 70

Tabel 38 Menjauhkan benda-benda yang mengganggu kondisi belajar ... 70

Tabel 39 Deskripsi data pelaksanaan pengelolaan kelas di MTs. Al-Falah III Jakarta... 73

[image:11.530.38.436.39.508.2]
(12)

2. Surat Izin Penelitian ... 81

3. Surat Izin Wawancara ... 82

4. Pengajuan Proposal Skripsi ... 83

4. Surat Keterangan Wawancara ... 84

5. Surat Keterangan Penelitian... 85

6. Kuisioner... ... . .. .. . . . .. .. . .. . .. .. .. .. ... 86

7. Struktur Organisasi . .. .. .. .. . . .. .. .. .. .. .. . .. .. .. .. .. . . .. . .. .. .. . . . .. . .. .. . . .. . ... 91

(13)

A.

Latar Belakang Masalah

Indonesia adalah Negara berkembang dimana pendidikan memiliki

kedudukan yang sangat urgen bagi perkembangan Negara Indonesia ini.

Betapa tidak karena pendidikan merupakan salah satu kunci bagi kemajuan

bangsa dan Negara.

Pendidikan mempunyai posisi yang strategis dalam program pembangunan

nasional dan sebagai sarana penting dalam memperlancar dan menyukseskan

program pembangunan, karena pendidikan bukan hanya berfungsi

meningkatkan pengetahuan dan keterampilan, tetapi juga ikut membentuk

watak dan sikap manusia Indonesia. Hal ini sesuai dengan fungsi dan tujuan

pendidikan yang tertulis dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003, yaitu:

"Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

membetuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi

peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan

menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab". 1

Perkembangan zaman yang terns berubah, menuntut pribadi-pribadi

memiliki ilmu pengetahuan luas dan keterampilan yang dapat menunjang

masa depannya.

Di era globalisasi ini setiap Negara di dunia saling berlomba dalam

mencapai kemajuan bangsanya. Bangsa-bangsa yang maju dan modem ialah

bangsa yang benar-benar memperhatikan dan mengutamakan aspek

pendidikan. Pendidikan merupakan senjata utama dalam memajukan

(14)

wawasan baru dan dapat mengembangkan kemampuan yang akan berimbas

kepada peningkatan mutu kehidupan dan martabat manusia serta bangsa.

Pendidikan diartikan sebagai upaya sadar dan terencana, sistematis dan

berkesinambungan dalam membina dan mengembangkan potensi yang ada

pada manusia agar dapat berfungsi secara optimal bagi peranannya dimasa

yang akan datang, agar dapat memenuhi tantangan era globalisasi, dimana

perkembangan dan perubahan masyarakat melaju dengan pesat.

Melihat begitu pentingnya pendidikan bagi kehidupan manusia maka

pemerintah banyak memberikan perhatian pada bidang ini. Salah satunya

adalah dengan diaturnya Undang-Undang tentang sistem pendidikan nasional

UU RI no. 20 Th 2003 dan Undang-undang Guru dan Dosen no. 14 Th. 2005.

Secara konseptual, sistem pendidikan Indonesia telah diatur dalam

undang-undang Tentang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003.

Dalam undang-undang yang terdiri dari 22 bah dan 77 pasal ini berbagai aspek

yang berkenaan dengan pendidikan telah diatur secara seksama. Dalam

undang-undang ini telah diatur mengenai dasar, fungsi, dan tujuan pendidikan,

prinsip penyelenggaraan pendidikan, hak dan kewajiban warga Negara, orang

tua masyarakat dan pemerintah, siswa, jalur, jenjang dan jenis pendidikan,

bahasa pengantar, wajib belajar, standar nasional pendidikan, kurikulurn,

pendidik dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana pendidikan,

pendanaan pendidikan, pengelolaan pendidikan, peran serta masyarakat dalam

pendidikan, evaluasi akreditasi, dan sertifikasi, pendirian satuan pendidikan, penyelenggaraan pendidikan oleh lembaga Negara lain, pengawasan,

ketentuan pidana, ketentuan peralihan, ketentuan penutup.

Di dalam undang-undang tersebut dijelaskan bahwa ilmu pengetahuan dan

teknologi berkembang dengan pesat dan memunculkan tuntutan baru dalam

segala aspek, termasuk dalam sistem pendidikan. Tuntutan tersebut

menyangkut pembaruan sistem pendidikan, diantaranya pembaruan

(15)

nasional dan daerah menyesuaikan dengan kondisi setempat, penyusunan

standar kualifikasi standar pendidikan yang sesuai dengan tuntutan

pelaksanaan tugas secara professional, penyusunan standar pendanaan

pendidik untuk setiap satuan pendidikan sesuai prinsip-prinsip pemerataan dan

keadilan, karena setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan, dan

wajib belajar sembilan tahun dan pemerintah wajib membiayainya, dengan

cara negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20%

( dua puluh persen) dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari

anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan

penyelenggaraan pendidikan nasional, pelaksanaan manajemen berbasis

sekolah dan otonomi perguruan tinggi, serta penyelanggaraan pendidikan

dengan sistem terbuka dan multi makna. Pembaruan sistem pendidikan juga

meliputi penghapusan diskriminasi antara pendidikan yang dikelola

pemerintah dengan pendidikan yang dikelola masyarakat, serta perbedaan

antara pendidikan keagamaan dan pendidikan umum.

Undang-undang Guru dan Dosen UU RI No. 14 tahun 2005 yang terdiri

dari 8 bab dan 84 pasal ini dijelaskan berbagai aspek yang berkaitan dengan

guru dan dosen. Dalam undang-undang ini telah diatur mengenai ketentuan

umum, kedudukan fungsi dan tujuan, prinsip profesionalitas, guru, dosen,

sanksi, ketentuan peralihan, ketentuan penutup. 2

Sejalan dengan itu, banyak usaha yang telah dilakukan Pemerintah dalam

ha! ini, yaitu untuk meningkatkan mutu pendidikan, baik itu peningkatan dari

segi kualitas maupun kuantitas pendidikan. Di antara usaha-usaha itu adalah :

I. Usaha yang diarahkan pada segi kuantitas seperti : peningkatan daya

tarnpung sekolah, pendirian gedung sekolah, proyek perintis sekolah

pembangunan, proyek pamong, pengembangan sekolah terbuka,

adanya sekolah rumah (home schooling), penambahan program

(16)

sistem terbuka dan multi makna, kursus-kursus, sanggar belajar dan

lain sebagainya.

2. Usaba yang diarabkan pada peningkatan segi kualitas seperti:

penggunaan perubaban dan penyempurnaan kurikulum lama menjadi

kurikulum baru, pengadaan dana Bantuan Operasional Sekolab (BOS),

seleksi yang lebih rasional terhadap calon siswa Sekolab Lanjutan

Tingkat Atas (SLTA) dan calon mabasiswa, pengembangan

kemampuan tenaga pendidik melalui pelatihan, penataran dan seminar,

pengembangan prasarana yang menciptakan lingkungan yang tentram

untuk belajar, penyempurnaan sarana pembelajaran seperti buku paket,

media pembelajaran, peralatan laboraturium, keterampilan dan lain

sebagainya.

Begitu banyak hal yang telab dilakukan oleh pemerintah untuk

pembangunan nasional di bidang pendidikan sebagai upaya mencerdaskan

kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia dalam

mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur, serta meningkatkan para

warganya mengembangkan dirinya dalam segala aspek, baik jasmaniab

maupun rohaniab, yaitu berbadan sehat, berpengetahuan luas, cakap, mandiri,

kreatif, bertanggung jawab, bertakwa pada Tuhan Yang Maba Esa, dan

berakhlak mulia. Namun belum nampak keberhasilannya.

Salah satu faktor terpenting dalam pendidikan adalab guru. Guru memang

figur manusia yang selalu hangat dibicarakan dan tidak pemab absen dari

agenda pembicaraan masyarakat. Guru tidak hanya disanjung dengan

keteladannya, tetapi ia juga dicaci maki dengan sinis apabila melakukan

kesalaban. Keburukan perilaku siswa cenderung diarabkan pada kegagalan

guru membimbing dan membina siswa. Padahal tingkab laku siswa yang

buruk itu dipengaruhi dari berbagai macam faktor, baik itu lingkungan

keluarga, sekolab, dan masyarakat.

[image:16.540.54.439.123.590.2]
(17)

canggih sekalipun, misalnya komputer. Secanggih apapun komputer, tetap saja

bodoh dibandingkan dengan guru, karena komputer tidak dapat diteladani,

bahkan bisa menyesatkan penggunanya tanpa ada kontrol.

Guru adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada siswa dan

merupakan figur seorang pemimpin. Seorang pemimpin mempunyai kekuatan

untuk membentuk dan membangun kepribadian siswa meajadi seorang yang

berguna bagi agama, nusa, dan bangsa.

Tenaga kependidikan atau guru merupakan salah satu kunci utama berhasil

atau tidaknya gerakan pendidikan, karena efektivitas proses pembelajaran di

kelas dan di luar kelas sangat ditentukan oleh kompetensi para guru,

disamping faktor lain, seperti siswa, lingkungan dan fasilitas. Mereka tidak

hanya memerankan fungsi sebagai subjek yang mentransfer pengetahuan

kepada siswa, melainkan juga tugas-tugas sebagai fasilitator, motivator, dan

dinamisator dalam proses belajar mengajar, baik di dalam maupun di luar

kelas untuk meajalankan tugas itu secara efektif dan efisien, para guru harus

memiliki kompetensi tertentu, salah satunya adalah terampil dalam mengelola

kelas.

Kemampuan guru dalam mengelola kelas ini menjadi keniscayaan, bahkan

ini merupakan salah satu ukuran kemampuan professional seorang guru.

Kebutuhan akan guru professional yang semakin mendesak itu sejalan dengan

tuntutan akan kapasitas mereka untuk dapat menjadi pemimpin kelas yang

baik.

Pemimpin kelas yang baik yaitu dapat mengelola kelas dengan baik,

karena kelas adalah tempat terhimpun semua siswa dan guru dalam rangka

menerima bahan pelajarn

dari

guru. Kelas yang dikelola dengan haik akan menunjang jalannya interaksi pengajaran. Sebaliknya, kelas yang tidak

dikelola dengan baik akan menghambat kegiatan pengajaran. Siswa tidak

mustahil akan merasa bosan untuk tinggal lama di kelas. Hal ini akan

mengganggu jalannya proses belajar mengajar dan tidak mencerminkan

(18)

Guru dikatakan professional dapat dilihat dari dua aspek, pertarna dilihat

dari Iatar belakang pendidikan, dan kedua penguasaan guru terhadap bahan

ajar, mengelola proses pembelajaran, mengelola siswa, melakukan tugas-tugas

bimbingan, memiliki keterarnpilan dalarn mengajar dan Iain-lain.

Kualiatas manusia yang dibutuhkan oleh bangsa Indonesia pada masa

yang akan datang adalah yang marnpu menghadapi persaingan yang semakin

ketat dengan bangsa Iain di dunia. Kualitas manusia Indonesia tersebut

dihasi!kan melalui penyelenggaraan pendidikan yang bermutu.

Peningkatan mutu pendidikan tidak terlepas dari peran guru dalarn

mendidik siswanya. Guru memiliki andil yang besar dalarn merancang,

melaksanakan dan mengevaluasi proses belajar dan mengajar yang efektif dan

efisien. Agar proses balajar mengajar berjalan dengan baik, efektif dan efisien,

maka seorang guru harus mengelola kelasnya dengan baik.

Guru sebagai tenaga professional di bidang pendidikan, di sarnping

memaharni hal-hal yang bersifat filosofis dan konseptual, juga mengetahui dan

melaksanakan hal-hal yang bersifat teknis. Hal-ha! yang bersifat teknis ini

terutarna kegiatan mengelola kelas agar berhasil dalarn tugasnya di kelas,

maka dipersyaratkan memiliki kemarnpuan professional, personal dan sosial

yang terintegrasi dalarn kegiatan pengelolaan kelas. Dengan demikian dapat

dinyatakan pula bahwa seorang guru akan berhasil dalarn tugasnya apabila ia

menguasai dan terarnpil dalarn pengelolaan kelas.

Ukuran keberhasilan guru, secara sederhana ialah apabila siswa bertarnbah

gairah belajar, bila hasil belajar siswa meningkat, masyarakat menjadi mesra.

Ringkasnya bila kompetensi guru menjadi lebih baik dan wajar. Tentu, guru

akan meningkat prestasinya dan ha! ini mencerminkan pengelola<>n kelas yang

baik.

Pengelolaan kelas sangat penting untuk terciptanya suasana mengajar yang

kondusif, bukan hanya membantu guru dalarn proses belajar mengajar tetapi

(19)

sangat penting, karena ini merupakan masalah pokok yang dihadapi guru, baik

guru pemula maupun yang sudah berpengalaman.

Pengelolaan kelas merupakan masalah yang kompleks. Guru

menggunakannya untuk menciptakan dan memelihara belajar yang optimal

dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses belajar mengajar.

Keributan dalam kelas yang dapat mengganggu proses belajar mengajar,

biasanya berkembang dari hal-hal yang sangat kecil, oleh karena itulah guru

perlu mendeteksi secepat mungkin jangan sampai kejadian semula yang

diangap kecil per!ahan-lahan menjadi besar. Biasanya, manakala perubahan

tersebut telah terjadi, maka guru akan sulit mengembalikannya dalam keadaan

normal.

Kemampuan dalam memberikan pelajaran di kelas bagi seorang guru

tanpa disertai dengan kemampuan pengelolaan kelas menurut penulis ha! ini

kurang memberikan basil yang berarti terhadap belajar.

Walaupun keterampilan pengelolaan kelas secara teoritis sangat dimiliki

guru, namun dalam praktek di sekolah masih ada guru yang tidak peduli atau

tidak mampu melaksanakan pengelolaan. Hal ini boleh jadi disebabkan karena

adanya ketidak pedulian guru terhadap pengelolaan kelas, atau boleh jadi

kerana guru malas. Fenomena tersebut nampak pada beberapa kejadian yang

penulis amati ketika melakukan Praktek Profesi Keguruan Terpadu (PPKn di

MTs. Al-Falah III. Sebagai contoh, di Mts. Al-Falah III penulis mendapati

siswa yang kabur dari sekolah ketika istirahat, dan kejadian ini terulang tiga

kali. Menurut siswa tersebut, "guru di sekolah MTs Al-Falah III galak, proses

belajar mengajar membosankan, dan terlalu banyak hafalan".3 Bahkan penulis

mendapati guru yang mengajar tetapi meninggalkan muridnya di kelas setelah

memberikan tugas kemudian guru tersebut berada di kantor

(20)

Memperhatikan uraian di atas kaitannya dengan penelitian ini, maka

usaha-usaha tersebut tidak dapat mewujudkan pelaksanaan pengelolaan kelas

apabila semuanya tidak disertai dengan pengelolaan yang baik. Pengelolaan

disini adalah pengelolaan terhadap sumber daya pendidikan. Khususnya

bagaimana kemampuan guru atau pendidik dalam mengelola sumber daya (siswa) di kelas. Dan hal ini memang meajadi permasalahan puncak dan

utama dalam kaitannya dengan perlunya peningkatan mutu pendidikan.

Untuk meningkatkan keberhasilan dalam proses belajar dan mengajar,

seorang guru harus mampu mengelola kelasnya atau mengatur kelasnya, dan atas dasar uraian diatas, oleh karenanya penulis merasa tertarik untuk

melakukan sebuah penelitian tentang

"Pelaksanaan Pengeloalaan

Kelas di MTs. Al-Falah III

Jakarta".

B. Identifikasi Masalah

Masalah yang diteliti dapat diidentifikasi sabagai berikut :

1. Guru kurang memiliki keterampilan dalam pengelolaan kelas.

2. Sarana di Sekolah minim sehingga kurang mendukung pengelolaan

kelas.

3. Ruang kelas sempit sehingga pelaksanaan pengelolaan kelas tidak

berjalan dengan baik.

4. Pengawasan kepala sekolah terhadap guru dalam proses pembelajaran

masih rendah.

5. Suasana Iklim kelas, udara di dalam kelas yang panas dan

pencahayaan yang kurang berimplikasi kepada pengelolaan kelas tidak

berjalan secara optimal

C. Pembatasan

dan

Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

(21)

pada kegiatan-kegiatan Pengelolaan yaitu kegiatan perencanaan,

pengorganisasian, penempatan penggerakan dan pengendalian.

b. Di Mts. Al-Falah III penulis mendapati siswa yang kabur dari

sekolah ketika istirahat, dan kejadian ini terulang tiga kali.

c. Penulis mendapati guru yang mengajar tetapi meninggalkan

muridnya di kelas setelah memberikan tugas kemudian guru tersebut

berada di kantor berbincang-bincang dengan guru yang lain, dan ini

terjadi beberapa kali.

Dalam skripsi difokuskan kepada pengembangan pola-pola tingkah laku

siswa termasuk di dalamnya pengembangan hubungan interpersonal dan

iklim sosial emosional serta mengembangkan dan mempertahankan

organisasi kelas yang efektif dan efisien.

3. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah maka penulis merumuskan

masalabnya sebagai berikut :

Bagaimana pelaksanaan pengelolaan kelas di MTs. Al-Falah III Jakarta?

D.

Manfaat penelitian

Secara rinci hasil penelitian ini mempunyai manfaat sebagai berikut :

1. Bahan masukan bagi para kepala sekolah dalam mengambil keputusan yang berkenaan dengan peningkatan dan perbaikan pengelolaan sekolah

pada umumnya dan pengelolaan kelas pada khususnya.

2. Bahan masukan bagi para guru dala.".ll meningkatkan kompetensinya,

terutama yang berkaitan dengan masalah pengelolaan kelas, terlebih lagi

kedudukannya sebagai administrator.

3. Sebagai studi pendahuluan dalam bidang pengelolaan kelas. Melatih

(22)

syarat Wltuk memperoleh gelar sarjana pendidikan islam SI Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam di

(23)

BABU

KAJIAN TEORI

A. Pengertian Pengelolaan kelas

Pengelolaan kelas merupakan salah satu dari sekian banyak

keterampilan dasar yang harus dimiliki guru, baik pemula maupun

berpengalaman. Pengelolaan kelas terdiri dari dua kata, yaitu pengelolaan dan

kelas. Pengelolaan berasal dari kata "kelola", ditambah awal "pe" dan akhiran

"an".

Di dalam kamus besar bahasa Indonesia disebutkan bahwa pengelolaan

berarti penyelenggaraan. Menurut Drs. Winarno Hamiseno sebagaimana

dikutip oleh Suharsimi Arikunto, mengelola berarti suatu tindakan yang

dimulai dari penyusunan data, merencanakan, mengorganisasikan,

melaksanakan sampai dengan pengawasan dan penilaian. 1

Pendapat Drs. Winarno Hamiseno, menjelaskan bahwa pengelolaan

meliputi banyak kegiatan dari penyusunan sampai kepada penilaian, dan

semuanya itu menghasilkan suatu hasil akhir yang memberikan informasi bagi

penyelenggara kegiatan.

Selan dan Key berpendapat sebagaimana dikutip oleh Sudarwam

Danim bahwa pengelolaan sebagai proses pengoordinasian dan

pengintegrasian semua sumber, baik manusia, fasilitas maupun sumber daya

teknikal lain, untuk mencapai berbagai tujuan khusus yang ditetapkan.2

Berbeda dengan pendapat pertama, menurut Selan dan Key mengelola

adalah sebuah proses yang dikoordinasi dan diintegrasikan dengan

menggunakan berbagai sumber yang ada, baik itu manusia, fasilitas maupun

1

Suharsimi Arikunto, Pengelolaan Ke/as dan Siswa Sebuah Pendekatan Evaluatif',

(24)

Dari kedua pendapat di atas, kelas dapat didefinisikan sebagai tempat

atau ruang belajar sekelompok siswa, dimana siswa tersebut melakukan proses

pembelajaran bersama-sama.

Menurut Darwan Syah, kelas merupakan suatu kelompok orang yang

melakukan aktivitas belajar secara bersama-sama, dengan bimbingan dan

pengajaran dari guru. 7

Pendapat ini tidak jauh berbeda dari pendapat sebelumnya yaitu

sekelompok siswa belajar bersama ditempat yang sama dengan bimbingan dan

pengajaran oleh guru yang sama.

Menurut P. Purnomo kelas adalah ruang belajar (lingkungan fisik) dan

rombongan belajar (lingkungan sosio emosional). 8 Lingkungan fisik yaitu

ruangan, keindahan kelas, pengaturan tempat duduk, pengaturan sarana,

ventilasi dan pengaturan cahaya. Sedangkan lingkungan sosio emosional

meliputi tipe kepemipinan, sikap guru, suara guru, pembinaan hubungan baik

dan lain sebagainya.

Ada pendapat yang memandang kelas dari dua sisi, yaitu dalam arti

sempit dan luas, menurut Hadari nawawi sebagaimana dikutip Syaiful Bahri

Djamarah dan Aswam Zain mengungkapkan bahwa :

Kelas dalam arti sempit yakni, ruangan yang dibatasi oleh empat dinding, tempat sejumlah siswa berkumpul untuk mengikuti proses belajar mengajar. Kelas dalam pengertian tradisional ini mengandung sifat statis karena sekedar menunjuk pengelompokan siswa menurut tingkat perkembangannya yang antara Iain didasarkan pada batas umur kronologis masing-masing.

Kelas dalam

arti

luas, adalah suatu masyarakat kecil yang merupakan bagian dari masyarakat sekolah, yang sebagai satu kesatuan diorganisasi meajadi unit kerja yang secara dinamis menyelenggarakan kegiatan-kegiatan belajar mengajar yang kreatif.9

7

Darwan syah, dkk, Perencanaan Sistem Pengajaran ... ,h. 259

(25)

Sejalan dengan pengertian di atas, maka yang dimaksud kelas dalam

kaitannya dengan pembelajaran adalab ruangan yang digunakan oleh suatu

masyarakat kecil yang merupakan bagian dari masyarakat sekolab yang

sebagai suatu kesatuan diorganisir menjadi unit kerja yang secara dinamis

menyelenggarakan kegiatan-kegiatan mengajar yang kreatif untuk mencapai

suatu tujuan.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan babwa pengelolaan kelas

adalab persiapan kondisi yang optimal di dalam kelas agar proses belajar

mengajar dapat berlangsung dengan lancar. Untuk memperoleh gambaran

komperatif (perbandingan), berikut akan dirumuskan beberapa pengertian

pengelolaan kelas yaitu :

Menurut M. Uzer Usman Pengelolaan kelas adalah keterampilan guru

untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan

mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses belajar mengajar.10

Ditambabkan oleh J.J Hasibuan dan Moedjiono, baik dengan cara

mendisiplinkan ataupun melakukan kegiatan remedial.11

Pendapat di atas menjelaskan pengelolaan kelas adalab upaya guru

dalam memelihara kondisi belajar yang optimal, dan mengembalikan kondisi tersebut jika terjadi keributan ataupun kekacauan di dalam kelas, dengan cara

mendisiplinlan siswa ataupun dengan kegiatan remedial. Pendapat inipun

diungkapkan oleh para abli pendidikan salab satunya AhJnad Sabri dalam

bukunya belajar mengajar dan micro teaching.

Menurut W. S. Winkel pengelolaan kelas adalab menciptakan dan

memperhatikan suasana di kelas yang membentuk siswa untuk dapat

berkonsentrasi dalam belajamya dan dengan demikian memperoleh hasil

belajar yang maksimai.12

10

M. Uzer Usman, Menjadi Gum Profesional, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya,

200:i), Cet. 17, h. 97

11

(26)

Berbeda dengan pendapat sebelumnya pendapat ini mengungkapkan

bahwa pengelolaan kelas bukan hanya sekedar menciptakan suasana yang

kondusif di dalam kelas tetapi juga memperhatikan keadaan kelas, membentuk

siswa atau memotivasi siswa agar dapat berkonsentrasi dalam belajarnya

sehingga akan mendapatkan hasil belajar yang semaksimal mungkin.

Menurut Wardani pengelolaan kelas adalah keterampilan dalam

menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas yang optimal guna terjadinya

proses belajar mengajar yang serasi dan efektif.13

Menurut J. M Cooper konsep modem tentang pengelolaan kelas adalah

seperangkat kegiatan guru untuk menciptakan, memelihara, dan

mempertahankan ketertiban suasana kelas menurut kriteria sepihak yang

ditetapkan oleh guru.14

Definisi ini bersifat otoritatif, yaitu guru melakukan tugas utama

sebagai pencipta dan pemelihara suasana kelas agar tetap tertib, yang menjadi

ukuran keberhasilan dalam pengelolaan kelas di sini adalah kedisiplinan.

Berdasarkan pendapat para ahli maka dapat disimpulkan bahwa

pengelolaan kelas adalah suatu usaha yang dilakukan oleh penanggung jawab

kegiatan belajar mengajar atau yang membantu dengan maksud agar dicapai

kondisi optimal sehingga dapat terlaksana kegiatan belajar seperti yang

diharapkan.

B. Tujuan Pengelolaan

Kelas

Pembaharuan yang digalakkan beberapa puluh tahun lalu

menyebabkan timbulnya berbagai usaha pemikiran di berbagai bidang

pendidikan, seperti pembaharuan kurikulum, metode mengajar, media

pendidikan dan lain sebagainya. Adanya pembaharuan ini telah

13

(27)

menimbulkan perubahan ukuran baik-buruk perihal kegiatan guru, siswa,

suasana kelas, dan banyak lagi ha! Iainnya.

Pengelolaan kelas sekarang pun mulai terasa perubahannya. Dahulu

kelas yang baik adalah kelas yang tenang. Guru tidak harus membuat

satuan pelajaran. Sekarang guru harus mempersiapkan pelajaran

sebelumnya. Di dalam kelas, siswa tidak harus duduk dengan diam, mereka

sekarang boleh ramai asal tertib mengerjakan tugasnya, demi tercapainya

tujuan belajar. Sekolah adalah tempat belajar bagi siswa. Maka tugas

pekerjaan guru di kelas adalah "membantu siswa belajar", dengan mengatur

proses belajar mengajar serta menyediakan kondisi belajar yang optimal.

Guru tidak hanya seorang pengajar, tetapi juga seorang pengelola kelas.

Pengelolaan kelas yang dilakukan guru bukan tanpa tujuan. Karena

adanya tujuan itulah guru selalu berusaha mengelola kelas dengan baik,

walaupun kadang-kadang kelelahan fisik maupun pikiran dirasakan. Tanpa

pengelolaan kelas yang baik maka akan mengharnbat proses belajar

mengaJar.

Tujuan pengelolaan kelas ini adalah agar dapat mendorong siswa

mengembangkan tanggung jawab individu maupun klasikal dalarn

berperilaku yang sesuai dengan tata tertib serta aktivitas yang sedang

berlangsung, menyadari kebutuhan siswa, serta memberikan respon yang

positif terhadap perilaku siswa.15

Tujuan pengelolaan kelas di disini agar tercipta suasana kelas yang

tertib, menyadari kebutuhan siswa serta memberikan respon yang positif

terhadap perilaku siswa. Berbeda dengan pendapat Arikunto.

Suharsimi Arikunto meajelaskan tujuan pengelolaan kelas adalah

agar setiap anak di kelas itu dapat bekerja dengan tertib sehingga segera

tercapai tujuan pengajaran secara efektif dan efisien. Sebagai indikator dari

(28)

a. Setiap anak terus bekerja, tidak macet, artinya tidak ada anak yang terhenti karena tidak tahu akan tugas yang harus dilakukan atau tidak dapat melakukan tugas yang diberikan kepadanya.

b. Setiap anak terus melakukan pekerjaan tanpa membuang waktu, artinya setiap anak akan bekerja secepatnya agar lekas menyelesaikan tugas yang diberikan kepadanya. Apabila ada anak yang walaupun tahu dan dapat melaksanakan tugasnya, tetapi mengerjakamya kurang bergairah dan mengulur waktu bekerja, maka kelas tersebut dikatakan tidak tertib. 16 ·

Dari pendapat di atas perbedaan antara a dan b adalah pada a anak

tidak tahu atau tidak mengerti akan tugas yag diberikan, dan pada b anak

tahu dan dapat, tetapi kurang semangat bekerja.

Menurut Sudirman N, sebagaimana dikutip oleh Syaiful Bahri

Djamarah dan Aswan Zain tujuan pengelolaan kelas pada hakikatnya telah

terkandung dalam tujuan pendidikan. Secara umum tujuan pengelolaan

kelas adalah penyediaan fasi!itas bagi bermacam-macam kegiatan belajar

siswa dalam Iingkungan sosial, emosional, dan intelektual dalam kelas. 17

Tujuan ini bukan hanya sekedar menciptakan suasana kelas yang kondusif

dan tertib tetapi juga menyangkut pada kegiatan penyediaan fasilitas,

fasilitas yang disediakan itu memungkinkan siswa belajar dan bekerja

dengan penuh semangat, terciptanya suasana sosial, yang memberikan

kepuasan, suasana disiplin, tertib, perkembangan intelektual, emosional dan

sikap serta apresiasi pada siswa.

Lebih rinci Abdul Hadi menjelaskan bahwa tujuan pengelolaan kelas

adalah:

a. Mewujudkan situasi dan kondisi kelas, baik sebagai lingkungan belajar maupun sebagai kelompok belajar, yang memungkinkan siswa untuk mengembangkan kemampuan semaksimal mungkin.

b. Menghilangkan berbagai macam hambatan yang dapat menghalangi

(29)

mengembangkan potensinya, serta dapat menghilangkan berbagai

hambatan yang terjadi ketika proses belajar mengajar berlangsung,

menyediakan dan mengatur fasilitas belajar yang mendukung dan

memungkinkan siswa belajar dengan baik, dan membantu siswa

mengetahui tingkah laku yang sesuai dengan tata tertib kelas, dan

mengembangkan rasa tanggung jawab. menyadari kebutuhan. siswa dan

memiliki kemampuan dalam memberi petunjuk secara jelas kepada siswa.

c.

Prinsip Pengelolaan Kelas

Dengan berubahnya tuntutan tentang ketertiban kelas, maka guru perlu

mengetahui bagaimana mengelola kelas dalam berbagai pelaksanaan metode

mengajar. Dewasa ini masih terjadi kesenjangan antara apa yang seharusnya

dilakukan dengan kenyataan yang seharusnya terjadi. Mereka masih

beranggapan bahwa tugas utamanya adalah mengajar dengan sebaik mungkin.

Melihat dari uraian sebelurnnya, nampak jelas bahwa seorang guru yang

ingin berhasil dalam tugasnya di kelas, maka dipersyaratkan untuk memiliki

kemampuan professional, personal dan sosial yang terintegrasi dalam kegiatan

pmgelolaan kelas. Guru hams mampu mengelola kelas yang kondusif untuk

belajar siswa. Pengelolaan fisik seperti tata ruang kelas, dan pengaturan tempat

duduk, relatif mudah, yang lebih sulit adalah upaya membina motivasi belajar,

kerjasama kelas, kompetisi yang sehat, tertib di dalam kelas, dan penanganan

siswa yang bersifat kbusus (bandel, pengacau kelas, badut kelas, minder, dan

lain-lain) Dalam menerapkan keterampilan mengelola kelas, perlu diingat 6

prinsip.

Menurut Ahmad Sabri, ada beberapa prinsip penggunaa.'l. kcterampilan

mengelola kelas, yaitu (1) kehangatan dan keantusiasan, (2) tantangan, (3)

bervariasi, ( 4) keluwesan, ( 5) penekanan pada hal-hal yang positif dan ( 6)

(30)

Prinsip pengelolaan kelas menurut E. Mulyasa adalah kehangatan dan

kenatusissan, tantangan bervariasi, luwes, penekanan pada hal-hal yang positif,

dan penenaman disiplin diri.21

Pendapat ini pun senada dengan pendapat sebelumnya, bahwa beberapa

prinsip yang harus diperhatikan dalam pengelolaan kelas adalah hangat dan

antusias, tantangan, bervariasi, keluwesan, penekanan pada hal-hal yang

positif, dan penenaman disiplin diri.22

Begitupun menurut Syaiful bahri Djamarah, Aswan Zain, dan JJ. Hasibuan

mengungkapkan ha! yang serupa.

Berdasarkan pendapat di atsas maka prinsip pengelolaan kelas terdiri dari

6 prinsip yaitu kehangatan dan keantusiasan, tantangan, bervariasi, keluwesan,

penekanan pada hal-hal yang positif dan penanaman disiplin diri.

1.

Kehangatan dan keantusiasan

Kehangatan dan keantusiasan guru dapat memudahkan terciptanya

iklim kelas yang menyenangkan yang merupakan salah satu syarat bagi

kegiatan belajar mengajar yang optimal.

Guru yang hangat dan akrab dengan siswa selalu menunjukkan

antusias pada tugasnya atau pada aktivitasnya, dan guru akan berhasil

dalam mengimplementasikan pengelolaan kelas.

Suatu kondisi belajar yang optimal dapat tercapai jika guru mampu

mengatur siswa dan sarana pengajaran serta mengendalikannya dalam

suasana yang menyenangkan untuk mencapai pengajaran. Juga hubungan

interpersonal yang baik antara guru dan siswa dan siswa dengan siswa

merupakan syarat keberhasilan pengelolaan kelas. Pengelolaan kelas yang

efektif merupakan prasyarat mutlak bagi terjadinya proses belajar mengajar

(31)

6.

Penanaman disiplin diri sendiri.

Pengembangan disiplin diri sendiri oleh siswa merupakan tujuan

akhir dari pengelolaan kelas. Untuk itu guru hams melaksanakan disiplin

diri sendiri, dan guru sendiri hendaknya menjadi contoh atau teladan

ten tang pengendalian diri dan pelaksanaan tanggung jawab.

Guru mengupayakan agar siswa dapat mengembangkan disiplin

diri sendiri, karena itu, guru sebaiknya selalu mendorong siswa untuk

melaksanakan diri sendiri, dan menjadi tuntutan kepada guru untuk selalu

berdisiplin dalam segala ha! bila ingin siswanya ikut berdisiplin dalam

berbagai ha!.

D.

Komponen Keterampilan Pengelolaan Kelas

Secara umum komponen keterampilan pengelolaan kelas dibagi

menjadi dua bagian, yaitu keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan

dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal (bersifat preventif), dan

keterampilan yang berhubungan pengembangan kondisi belajar yang optimal.

1. Keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan

kondisi belajar yang optimal (bersifat preventif).

Keterampilan ini berkaitan dengan kemampuan guru dalam mengambil

inisiatif dan mengedalikan pelajaran dengan cara menunjukan sikap

tanggap, memberi perhatian, memusatkan perhatian kelompok, memberi

petunjuk-petunjuk yang jelas, menegur, memberi penguatan, dan

kelancaran.

a. Sikap tanggap

Guru hams bersikap tanggap terhadap segala aktiv'itas

belajar dan kegiatafi siswa di kelas, perilaku siswa di kelas, baik

itu perilaku yang mendukung seperti perhatian siswa,

keantusiasan siswa, motivasi belajar yang tinggi dan lain

(32)

hadirkan agar siswa merasa bahwa guru benar-benar ada dan

hadir bersama siswa. Untuk memberikan kesan tanggap dapat

ditunjukkan dengan berbagai cara seperti berikut :

Menurut wardani dengan cara : memandang secara

seksama, mendekati, memberikan pernyataan atau memberi reaksi

terhadap gangguan dalam kelas.23

Memandang secara seksama yaitu memperhatikan siswa,

mendekati siswa dan memberikan pernyataan kepada siswa yang

mengganggu keadaan kelas ataupun suasana di dalam kelas.

Teguran perlu dilakukan oleh guru untuk menggembalikan

keadaan kelas, karena kelas tidak selamanya akan tenang, pasti

ada gangguan. Teguran guru merupakan tanda bahwa guru ada

bersama siswa. Dan teguran haruslah diberikan pada saat yang

tepat dan sasaran yang tepat pula, sehingga dapat mencegah

meluasnya penyimpangan tingkah laku.

Menurut Wina Sanjaya, yaitu menjaga kontak mata, artinya

setiap saat guru perlu memperhatikan siswa melalui pandangan

secara terus menerus. Gerak mendekat, artinya perlu memberikan

perhatian khusus baik kepada individu maupun kepada kelompok.

Ini dimaksudkan untuk memberi kesan adanya perhatian guru

terhadap aktivitas siswa, sehingga terbangun suasana akrab dan

bersahabat.

Sedangkan menurut M. Uzer Usman, cara menunjukan

sikap tanggap itu adalah dengan memandang secara

bersama-sama untuk bercakap-cakap, bekerjabersama-sama, dan menunjukan rasa

persahabatan. Gerak mendekati di sini untuk menandakan

kesiagaan, minat, dan perhatian guru yang diberikan terhadap

tugas serta aktivitas siswa. Memberikan pernyataan yaitu

(33)

mengandung ancaman, dan memberi reaksi dalam bentuk teguran.

Hal ini dapat mencegah meluasnya penyimpangan tigkah laku

siswa.

Menurut JJ. Hasibuan, melalui sikap tanggap ini siswa merasakan bahwa "guru hadir bersama dengan mereka" dan "tahu apa yang mereka perbuat". Kesan ini dapat ditunjukkan dengan cara memandang kelas secara seksama, gerak mendekati, memberikan pernyataan dan memberikan reaksi terhadap gangguan serta kekacauan siswa.24

Sikap tanggap di sini penting, karena dengan adanya sikap

ini siswa akan merasa bahwa guru benar-benar ada bersama

mereka, jangan sampai guru tidak dianggap ada oleh siswa. Sikap

ini dapat ditunjukan dengan cara memandang secara seksama,

mendekati siswa dan memberikan pernyataan terhadap reaksi

yang baik ataupun buruk. Gerak mendekati hendaklah dilakukan

secara wajar, bukan untuk menakut-nakuti, mengancam atau

memberi kritikan dan hukuman. Begitu halnya dengan memberi

pernyataan harus menghindari hal-hal yang menunjukkan

dominasi guru, misalnya dengan komentar atau pernyataan yang

mengandung ancaaman.

b. Memberi perhatian

Pengelolaan kelas yang baik ditandai dengan pembagian

perhatian yang baik, perbuatan membagi perhatian dapat

dikerjakan secara visual dan verbal.

Visual, yaitu guru dapat mengubah pandangannya dalam memperhatikan kegiatan pertama, sehingga dapat melirik ke kejadian kedua, tanpa kehilangan perhatian pada kegiatan pertama.

(34)

Memberi perhatian di sini yaitu memperhatikan s1swa

secara keseluruhan tidak terfokus atau tertuju pada satu arah saja

tetapi keseluruh arah.

c. Memusatkan perhatian.

Perbuatan ini penting untuk mempertahankan perhatian

siswa

dari

waktu ke waktu dan dapat dilaksanakan dengan cara menyiagakan siswa dan menuntut tanggung jawab siswa.

Menyiagakan siswa maksudnya adalah memusatkan perhatian siswa kepada sesuatu hal sebelum guru menyampaikan materi pokok untuk menghindari penyimpangan perhatian siswa.

Menuntut tanggung jawab, hal ini sama berhubungan dengan cara guru memegang teguh kewajiban dan tanggung jawab yang dilakukan oleh siswa serta keterlibatan siswa dalam tugas. Contoh dengan meminta siswa untuk memperagakan, melaporkan, dan memberikan respon.26

Memusatkan perhatian ini agar siswa terpusat pada satu

arah ketika proses pembelajaran berlangsung, ini dilakukan dengan cara menyiagakan siswa dan meminta tanggung jawab

siswa.

Menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain

berpendapat bahwa memusatkan perhatian dapat dilakukan

dengan cara memberi tanda dan pertanggung jawaban. Memberi

tanda di sini misalnya menciptakan atau membuat situasi tenang

sebelum memperkenalkan objek, pertanyaan, atau topik, dengan

memilih siswa secara random untuk meresponnya.27

d. Memberi pentujuk dan tujuan yangjelas

Memberi petunjuk dan tujuan yang jelas agar siswa

konsentrasi dalam pembelajaran, karena sering terjadi kurangnya

konsentrasi disebabkan ketidak pahaman terhadap arah dan

(35)

untulc mengubah tingkah laku merupakan strategi remedial untuk

mengatasi siswa yang terns mengganggu atau yang tidak

melakukan tugas. Ataupun penguatan ini perlu dilakukan kepada

siswa yang memberikan respon positif dan memberikan pujian

atau pengbargaan. Dalam hal ini guru dapat menggunakan dua

macam cara sebagai berikut :

a) Guru dapat memberikan penguatan kepada siswa yang menggangu, yaitu dengan jalan "menangkap" siswa tersebut ketika ia sedang melakukan tingkah laku yang tidak wajar

b) Guru dapat memberikan penguatan kepada siswa yang bertingkah laku wajar dan dengan demikian menjadi contoh atau teladan tentang tingkah laku yang positif bagi siswa yang mengganggu.30

g. Kelancaran

Kelancaran atau kemajuan siswa dalam belajar adalah

tindakan bahwa siswa dapat memusatkan perhatiannya pada

pelajaran yang diberikan di kelas. Hal ini perlu didukung guru

dan jangan diganggu dengan hal-hal lain yang bisa membuyar

konsentrasi siswa.

Ada sejumlah kesalahan yang hams dihindari guru, yaitu :

a) Campur tangan yang berlebihan

Apabila seorang guru menggangu kegiatan yang sedang

asyik dilakukan oleh siswa dengan komentar, pertanyaan

atau petuajuk yang mendadak, kegiatan itu akan terganggu

bahkan bisa terputus.

b) Kelenyapan, yaitu diam dalam waktu yang lama, atau

melupakan langkah-langkah dalam pelajaran. Akhirnya

membiarkan pikiran siswa mengawang-awang, melantur,

dan ini mengganggu keefektifan serta kelancaran pelajaran.

(36)

2. Keterampilan yang berhubungan dengan pengembalian kondisi belajar

yang optimal.

Keterampilan ini berkaitan dengan respon guru terhadap

gangguan siswa yang berkelanjutan dengan maksud agar guru dapat

mengambil tindakan remedial untuk mengembalikan kondisi belajar

yang optimal. Tindakan tersebut adalah dengan menggunakan

strategi yang tepat yaitu modifikasi tingkah laku, guru dapat

menggunakan pendekatan pemecahan masalah kelompok dengan

cara memperlancar tugas-tugas dan memelihara kegiatan-kegiatan

kelompok. Menemukan dan memecahkan tingkah laku yang

menimbulkan masalah.

a. Modifikasi tingkah laku.

Modifikasi tingkah laku yaitu mengubah tingkah laku siswa

dengan cara memberikan penguatan sistematis.

Menurut Darwan Syah, modifikasi tingkah aku dengan cara :

a) Mengajarkan perilaku baru dengan contoh dan pembiasaan

b) Meningkatkan perilaku yang baik, melalui penguatan.

c) Mengurangi perilaku buruk dengnan hukuman.31

Menurut JJ. Hasibuan dan Moedjiono menjelaskan

beberapa langkah yang dipergunakan untuk mengorganisasi

tingkah laku, yaitu :

(37)

Dari uraian di atas modifikasi tingkah laku dapat

dilaksanakan dengan merinci tingkah laku yang menimbulkan

gangguan, memilih norma relitas yang sesuai, bekerjasama

dengan rekan atau konsuler, memilih tingkah laku yang

diperbaiki,memvariasikan pola penguatan, memberikan perilaku

baru dengan contoh pembiasaan, meningkatkan perilaku baik,

melalui penguatan dan mengurangi perilaku buruk dengan

hukuman.

b. Guru dapat menggunakan pendekatan masalah kelompok dengan

cara:

Menurut JJ Hasibuan dan Moedjiono dengan cara

memperlancar tugas dan memelihara kegiatan kelompok.33

Sedangkan menurut Darwan Syah adalah :

a) Memperlancar tugas dan memelihara kegiatan kelompok.

b) Penigkatan kerjasama dan keterlibatan

c) Menangani konflik dan memperkecil masalah yang timbu!34

Pendekatan masalah yang timbul dalam kelompok dapat

dilakukan dengan cara memperlancar tugas dan memelihara

kegiatan antar kelompok, meningkatkan kerjasama yang baik dan

keterlibatan, serta menangani konflik dan memperkecil masalah

yang timbul.

c. Menemukan dan mengatasi perilaku yang menimbulkan masalah

dengan cara:

Menurut Darwan Syah, adalah

a) Pengabaian yang direncanakan b) Campur tangan yang berlebihan c) Mengawasi secara ketat

d) Mengakui perasaan negatif siswa

(38)

f) Menjauhkan benda-benda yang dapat mengganggu konsentrasi

g) Menyusun kembali program belajar h) Menghilkan ketegangan dengan humor i) Mengekang secara fisik.35

Masshall menambahkan sebagaimana yang dikutip oleh JJ.

Hasibuan dan Moedjiono, adalah :

... Menguasai perasaan yang mendasari terjadinya suatu

perbuatan yang negatif, Mengungkap perasaan siswa,

Memindahkan masalah yang bersifat mengganggu, Menyusun kembali rencana belajar, Menghilangkan ketegangan dengan humor, Memindahkan penyebab gangguan, Pengekangan fisik, dan Pengasingan.36

Dari berbagai uraian teori tentang pengelolaan kelas, maka

yang dimaksud dengan pengelolaan kelas dalam penelitiaan

ini

adalah suatu usaha yang dilakukan oleh penanggung jawab

kegiatan belajar mengajar (guru) atau yang membantu dengan

maksud agar dicapai kondisi optimal melalui proses

merencanakan, mengorganisasikan, memotivasi dan mengawasi

sehingga dapat terlaksana kegiatan belajar seperti yang

diharapkan. Penge!olaan kelas tersebut dapat diukur dengan

indikator tanggap terhadap aktivitas be!ajar siswa, memberikan

perhatian kepada siswa, memusatkan perhatian ketika proses

pembelajaran berlangsung, memberi petunjuk dan tujuan yang

jelas agar siswa dapat berkonsentrasi, meminta tanggung jawab

terhadap sesuatu kegiatan, memberikan teguran dan penguatan

kepada siswa yang berprilaku menyimpang, mendukung

kelancaran siswa ketika proses belajar berlangsung, memodifikasi

tingkah laku yang menyimpang, menggunakan pendekatan

masalah kelompok, menemukan dan mengatasi perilaku yang

menimbulkan masalah dalam proses pembe!ajaran.

(39)

A.

Tempat dan waktu Penelitian.

Tempat yang dijadikan objek penelitian adalah MTs. Al-Falah III yang

terletak di JI. Masjid An Nur Grogol Utara Kebayoran Lama Jakarta Selatan.

Adapun waktu yang diperlukan dalam kegiatan penelitian ini yaitu pada bulan

September 2007.

B. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menelaah dan menganalisis mengenai

pelaksanaan pengelolaan kelas yang dilakukan oleh guru-guru di MTs.

AI-Falah III Jakarta.

C.

Metodologi Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian survey. Metodologi yang digunakan dalam

penelitian ini adalah metode deskriftif analisis. Penulis pertama-tama

mendeskripsikan obyek penelitian, setelah itu penulis mencoba mengkritisi

penelitian tersebut.

Penilitian ini merupakan penelitian kuantitatif, dengan penelitian ini

penulis akan mengambarkan temuan-temuan penelitian dan memperoleh

pemahaman yang mendalam sehingga dapat ditarik sebnah kesimpulan.

Untuk memperoleh data, informasi, dan fakta yang mengungkapkan dan

menjelaskan permasalahan dalam skripsi ini penulis menggunakan kuisioner

(40)

D. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisa yang ciri-cirinya

akan diduga.1Sejalan dengan pembatasan masalah di atas maka yang menjadi

populasi dalam penelitian ini adalah kepala Sekolah dan guru-guru di sekolah

MTs. Al - Falah III Jakarta yang berjumlah 22 orang.

Suharsimi Arikunto menegaskan bahwa untuk sekedar ancar-ancar maka

apabila subyeknya kurang dari 100, le.bih baik diambil semua. Sehingga

penelitiannya merupakan pehelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah

sumbernya besar atau lebih dari 100 dapat diambil antara 10%-15% atau

20%-25% atau lebih.2 Berdasarkan pendapat di atas maka penulis mengambil

jumlah keseluruhan yaitu total sampling sebanyak 22 orang guru.

E.

Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data tentang pelaksanaan pengelolaan kelas,

digunakan instrument penelitian primer kuisioner tertutup, dan untuk

memperoleh data penunjang digunakan instrumen penelitian yang meliputi

observasi, wawancara dan dokumentasi. Keempat instrument tersebut

digunakan untuk memperoleh data penelitian yang akurat sesuai dengan tema

di atas.

Secara rinci penggunaan instrument pengumpulan data dapat

dijelaskan sebagai berikut :

a. Kuisioner.

adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh

data tentang hal-hal yang terkait dengan pelaksanaan pengelolaan

(41)

b. Wawancara

Wawancara digunakan untuk data penunjang yaitu untuk mendapatkan

informasi data melalui tanya jawab dengan obyek penelitian yang

ditujukan kepada kepala sekolah untuk mengetahui bagaimana

pelaksanaan pengelolaan kelas yang dilakukan oleh para guru.

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal yang berupa

catatan, buku, surat, majalah, prasasti, notulen, agenda dan sebagainya.

Dalam penelitian ini penulis mencari data tentang sejarah berdirinya

Mts. Al-Falah III dan data guru MTs.Al-Falah III. d. · Observasi.

Y aitu mengamati secara langsung tentang keadaan sekolah yang

meliputi fasilitas, keadaan guru dan murid, serta sarana dan prasarana.

Tabel l

Kisi-kisi instrument Pelaksanaan Pengelolaan Kelas

No. Variabel Dimensi Indikator No. item

I. Pelaksanaan I. Terampil a. Tanggap terhadap 1-4

pengelolaan Memelihara aktivitas belajar siswa.

Kelas. Kondisi b. Memberikan perhatian 5&6

belajar yang kepada siswa

optimal. c. Memusatkan perhatian 7&8

ketika proses

pembelajaran

berlangsung.

d. Memberi petunjuk dan 9,10,ll

tujuan yangjelas agar

siswa dapat

[image:41.532.39.444.24.648.2]
(42)

suatu kegiatan.

f. memberikan teguran

15-18 dan penguatan kepada

siswa yang berprilaku

menyimpang.

g. Mendukung kelancaran

19-23 siswa ketika proses

belajar berlangsung.

2. Terampil a. Memodifikasi tingkah 24-27

mengembang laku yang menyimpang.

kan kondisi b. Menggunakan 28,29,30

belajar yang pendekatan masalah

optimal dalam kegiatan

kelompok.

c. Menemukan dan 31-34

mengatasi perilaku yang

menimbulkan masalah

dalam proses

pembelajaran.

F.

Pengolahan Data

Setelah data yang diperlukan terkumpul, langkah selanjutnya

adalah mengolah data Mengolah data merupakan suatu cara yang digunakan

untuk menguraikan data yang diperoleh agar dapat dipahami bukan hanya oleh

orang yang meneliti, tetapi juga o!eh orang lain yang ingin mengetahui hasil

penelitian. Untuk mengolah data dalam penelitian ini penulis melakukan

(43)

dalam beberapa ha! penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, yaitu

dengan menggunakan presentasi. Untuk itu rumus yang digunakan adalah :

Ketetrangan :

P=_Exl00%

N

P : angka presentase

F : Frekuensi yang dicari presentasenya

(44)

A. Gambaran Umum Penelitian Madrasah Tsanawiyah Al-Falah

Jakarta Selatan

1. Sejarah Singkat Berdiri Madrasah Tsanawiyah Al-Falah

Yayasan Tarbiyah Islamiyah Al-Falah (YTIA) adalah suatu

yayasan yang bergerak di bidang pendidikan, da'wah dan sosial. Lahirnya

YTIA diawali dengan kegiatan pendidikan yang dilatar belakangi oleh

kondisi masyarakat sekitarnya.

Pada tahun 1968, banyak terjadi perkawinan pada usia muda,

mereka masih tergolong "hijau" dan sedikit pengalaman, pengetahuan dan

keterampilan yang mereka miliki, karena kebanyakan diantara mereka

yang melangsungkan pernikahan sebelum tamat Sekolah Dasar atau

Madrasah Ibtidaiyah. Oleh sebab itu ketika mencari anak-anak jebolan

Tsanawiyah sangat langkah. Apalagi abiturien Aliyah, bisa dikatakan

hampir tidak ada. Keadaan semacam itu bukan hanya terjadi di lingkungan

sekitar tempat Al-Falah, tetapi juga di daerah lain, yang dihuni oleh

masyarakat Betawi.

Setelah melihat latar belakang sejarah dan dasar tujuan dari

Madrasah tersebut, maka tidak lepas mengapa Madrasah ini dinamakan

Al-Falah. Inilah sekilas latar belakang pemberian nama dari Madrasah

tersebut. Tepatnya pada tanggal 28 Februari 1967 gedung sekolah yang

letaknya berseberangan dengan masjid Al- falah telah selesai dibangun dan

langsung diresrnikan oleh K. H. Rahmatullah Shiddiq. Sejak itulah tempat

ini digunakan untuk tempat belajar Ibtidaiyah, tetapi sekolah tersebut belum diberi narna. Akhirnya setelah mengadakan pembicaraan dan saling

(45)

tesendiri, yakni pada tahun pada tahun 1958, pengurus masjid

mengundang seorang penceramah yang cukup terkenal ketika itu yakni

Muhammad Natsir (Ketua Organisasi Islam Internasional) saat itu, dalam

rangka memperingati tahun baru Islam. Ketika itupun masjid yang

dijadikan tempat peringatan belum diberi nama.

Muhammad Natsir dalam ceramahnya mengupas tentang "Hayya

"Alai Falah" yang dihubungkan dengan kemenangan umat Islam pada

zaman lampau pada bulan Muharram. Dengan gaya yang mengesankan,

dengan metode pengajaran yang menarik dan isi ceramah yang bagus

banyak mengundang simpatik dan perhatian hadirin ketika itu. Beberapa

hari setelah peringatan tersebut, para pengurus masjid mengadakan

pertemuan yang bertujuan untuk memberi nama masjid tersebut. Isi

ceramah yang baru beberapa hari berlalu masih berbekas di ingatan dan

hati masyarakat, dan mereka pun saling memberi tanggapannya. Akhirnya

pertemuan itu membawa basil, mereka sepakat untuk memberi nama

masjid tersebut dengan nama "Al-Falah".

Begitupun yang terjadi sekitar 13 tahun kemudian, Madrasah yang

sebelahnya diberi nama "Al-Falah" yang berartikan kemenangan yang

dicapai masyarakat luas.

Dengan berpedoman kepada Khittah yayasan yang dipimpin oleh

K.H Rahmatullah Shiddiq dan latar belakang seperti tergambar diatas, para

tokoh AI-Falah bertekad untuk memperbaiki kondisi masyarakat. Jalan

yang paling tepat adalah membuka lembaga pendidikan yang setingkat

lebih tinggi dari SD atau MI dan seterusnya Target yayasan tidak hanya

sampai tingkat menengah tetapi pada tingkat perguruan tinggi.

Dana pembangunan Tsanawiyah ini diperoleh dari bantuan

masyarakat dan dari beberapa orang tertentu. Tanah yang di atasnya

dibangun lokal-lokal belajar adalah tanah wakaf dan sumbangan

(46)

Dalam tempo dua tahun, MI Al-Falah berkembang pesat. Setelah

memperhatikan berbagai kemungkinan dan menyimak berbagai pendapat

di lingkungan tenaga pendidik, maka pada tahun 1969 didirikan MTs.

Falah bersamaan dengan itu nama MI Falah bernbah menjadi SDI

Al-Falah karena Iebih dari separuh guru-guru AI-Al-Falah langsung diangkat

menjadi pegawai negeri melalui dinas P&P, Al-Falah diberi subsidi dan di

beri bangunan barn di jalan Pos Peongumben Kampung Kecil dan di beri

nama Al-Falah II.

Pada awalnya, MTs Al-Falah menempati lokasi Al-Falah di Kp. Barn Sukabumi Selatan Jakarta Barat, saat itu berada kelas I dan II. Kepala

sekolah pertama bernama KH. Ubaidilah Isa, karena tidak mungkin lagi

merangkap menjadi kepala sekolah Al-Falah I pagi dan petang serta

pimpinan MTs Al-Falah, maka terhitung tahu 1970 diangkatlah Husni

Mansyur sebagai kepala sekolah MTS. Dibawah kepemimpinan Pak Husni

dan Sekretarisnya H.A Dumyati MTs AI-Falah terns berkembang .Atas

kerjasama K.H Rahmatullah Shiddiq dan K.H. Azhari, tahun 1972 MTs

Al-Falah hijrah menempati lokasi JI. Masjid An-Nur Grogol Utara yang diberi

nama AI-Falah III dan belajar pagi hari. Kendati sampai tahun 1972 sudah

menamatkan siswanya beberapa kali, tapi barn tahun 1973 mengikut

sertakan muridnya dalam ujian MTs Negeri yang saat itu bernama MTs

AIN dan alhamdulillah semua lulus.

Al-Falah terns berkembang seperti harapan semula, sehingga tahun

1973, Madrasah Aliyah ditempatkan di AI-Falah IV, sementara untuk MTs

ditempatkan di tiga lokasi yaitu: AI-Falah III di Masjid An-Nur, Al-Falah V di Kemandoran, Al-Falah VI di Pondok Pesantren AI-Falah Kp. Barn

Jakarta Barat. Untuk memudahkan realisasi dan pelaksanaan tugas,

ditetapkan pimpinan ditiap-tiap sekolah yakni KH. Hibatullah Shiddiq

selaku kepala sekolah untuk tingkat MTs secara keseluruhan, dengan

(47)

Achfajs HT dengan pimpinan OSIS Suhadi Hamdan dan Drs. Sofyan

Tsauri. Seiring dengan perkembangan, mulai tahun pelajaran 1997 /1998

hingga saat ini tiga lokasi MTs Al-Falah kini menjadi : MTs Al-Falah II di

Pos Pengumben Sukabumi Utara Jakarta Barat. kegiatan belajar

mengajarnya dilangsungkan sore hari, dengan pimpinan harian dipegang

oleh Yusri HK, pembina OSIS M.Yasin Yahya. Al-Falah III di JI. Masjid

An-Nur Grogol Utara Kebayoran Lama Jakarta Selatan, pimpinan harian

dipegang oleh H. Fudhail Salim, pembina OSIS H. Syahril Murodi BA.

Mts Al-Falah IV berada di

n.

Mirah kencana permata Hijau Grogol Utara

Jakarta Selatan, pirnpinan harian dipegang oleh Drs. Ibnu Umar Susilo

dan pembina OSIS Hehni Yusuf M.Ag. Secara keseluruhan MTs Al-Falah

sejak tahun 1983 sampai dengan tahun 2002 dipegang oleh KH.Hibatullah

Siddiq. Mulai tahun pelajaran 2005/2006 Mts Al-Falah dipegang oleh

Yusri H.K, S.PdI dan wakil kepala Madrasah EM. Sofyan., sedangkan

pirnpinan harian MTs Al-Falah II dipegang oleh H. Chozin Mas'us

BA.dan MTs Al-Falah III dipegang oleh EM. Sofyan.

Adapun tokoh-tokoh pendiri Madrasah Tsanawiyah Al-Falah

adalah:

1) K.H. Rahmatullah Shiddiq (sebagai perintis)

2) K.H. ubaidillah Isa

3) K.H. Drs. Dawan Anwar

4) K.H. Hibatullah Shiddiq.

2.

Visi dan Misi

a. Visi MTs. Al-Falah

Visi MTs. Al-Falah Jakarta adalah mengembangkan sumber daya

manusia yang berakhlak mulia dan berkualitas dalam pengarnalan

IMTAQ dan IPTEK.

(48)

2. Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan siswa sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dijiwai ajaran Islam.

3. Meningkatkan kualitas dan profesionalisme guru dalam menyikapi era globalisasi.

4. Mengantarkan siswa kejenjang pendidikan yang lebih tinggi

5. Menjalin ukhuwah antar sesama.

3.

Kurikulum Madrasah Tsanawiyah Al-Falah

Pada awaI tahun 1969 Madrasah ini belum memiliki kurikulum yang tepat. Materi pelajaran yang diberikan kepada siswa dengan perhitungan 40 jam materi pelajaran dari Departemen Agama ditambah 5 jam waktu pelajaran

yayasan.

Materi pelajaran yang diberikan yaitu : 1) Bahasa Arab

2) Nahwu 3) Sharaf 4) Balaghah

5) Bahasa Indonesia

6) Bahasa Inggris 7) Ilmu Ukur 8) Aljabar 9) Sejarah 10) Ilmu Alam 11) Ilmu Bumi 12) Ilmu Hayat

13) Olah Raga Kesehatan 14) Kesenian

(49)

lagi dalam membaca kitab yang tidak berharkat, sesuai dengan tujuan y

Gambar

Tabel 1 Kisi-kisi instrument pelaksanaan pengelolaan kelas . . . . . . . . . . . . .
Tabel 30 Pengurangan perilaku buruk ..............................................................
figur manusia yang selalu hangat dibicarakan dan tidak pemab absen dari
Tabel l Kisi-kisi instrument Pelaksanaan Pengelolaan Kelas
+7

Referensi

Dokumen terkait

Single-mode dapat membawa data dengan bandwidth yang lebih besar dibandingkan dengan multi-mode fiber optik, tetapi teknologi ini membutuhkan sumber cahaya dengan

Puji syukur kehadapan Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini tepat pada waktunya, dalam usaha memenuhi

Dari wawancara yang dilakukan oleh peneliti dapat disimpulkan salah satu faktor yang mempengaruhi keaktifan siswa adalah metode yang digunakan guru kurang

Dalam kisah Mahabharata, terdapat Senjata Pusaka yang diberikan oleh para dewa kepada manusia yang disebut dengan Astra. Manusia yang telah dianugerahi Astra tersebut

Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu menyumbangkan wacana baru dalam bidang psikologi pendidikan terutama yang berkaitan dengan kesejahteraan siswa ditinjau

Pendekatan visual yang akan dibuat dalam konsep perancangan multimedia interaktif tata cara Ibadah Haji untuk anak, bersifat memberikan pembelajaran kepada

[r]

[r]