Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Untuk
Mencapai Syarat-Syarat Mencapai Gelar
Sarjana Pendidikan Agama Islam
Oleh
Mega Silvia Sari
10203011026719
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
I. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata I di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sangsi yang berlaku di UJN Syarif Hidayatullah Jakarta.
セN」ゥGjI@
VPPセIG@
Tbl,., -- 20
OZM^GBセMM
Jakarta, 2 Januari 2008 · · Penulis
セセQN@
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana strata Satu (S 1)
Oleh
Mega Silvia Sari
NIM. 103011026719
. ..
---::::::
Drs. Mu'arifSAM. M. Pd
NIP.150268586
JURUSAN PENDIDIKAN AGAlVIA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SY ARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
Januari 2008 di hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana SI (S.Pd.I) dalam bidang pendidikan agama islam.
Jakarta, 2 Januari 2008
Panitia Ujian Munaqasyah
Ketua Panitia (Ketua Jurusan/Program Studi) Tanggal TandaTangan
Drs. H. Abdul Fatah Wibisono, M. A NIP: 150 236 009
Sekretaris Jurusan/Prodi
Drs. Sapiuddin Siddiq, M. Ag NIP: 150 299 477
Pengujil
Prof. Dr. H. Rusmin Tumanggor, M. A NIP: 150 060 949
Penguji II
Prof. Dr. Aminndin Rasyad, M.A
NIP: 150 011 333
Mengetahui:
r-o/
.
,:,.
セ@
Lセ@
f
:1-···
·;/···
エセ@
Hidayatullah Jakarta 2008.
Kemampuan dalam memberikan pelajaran di kelas bagi seorang guru tanpa disertai dengan kemampuan pengelolaan kelas menurut penulis ha! ini kurang memberikan basil yang berarti terhadap belajar.
Walaupun keterampilan pengelolaan kelas secara teoritis sangat dimiliki guru, namun dalam praktek di sekolah masih ada guru yang tidak peduli atau tidak mampu melaksanakan pengelolaan. Hal ini boleh jadi disebabkan karena adanya ketidak pedulian guru terhadap pengelolaan kelas, atau boleh jadi kerana guru malas.
Masalah di sini difokuskan pada pengembangan pola-pola tingkah laku siswa termasuk di dalamnya pengembangan hubungan interpersonal dan iklim sosial emosional serta mengembangan dan mempertahankan organisasi kelas yang efektif dan efisien.
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menelaah dan menganalisis mengenai pelaksanaan pengelolaan kelas di MTs. Al-Falah III Jakarta.
Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis. Metode ini penulis dukung dengan teknik-teknik pengumpulan dta yang meliputi teknik kuisioner, wawancara, dokmentasi dan observasi.teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan rumus presentase.
Sedangkan langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian ini adalah menentukan lokasi penelitian yaitu di MTs. Al-Falah III Jakarta, penelitian ini menggunakan total sampling yaitu seluruh guru MTs. Al-Falah III yang berjumlah 22 orang. Sehingga penulis mengambil 100% dari jumlah guru yang ada yaitu sebanyak 22 orang.
Dari pengolahan data yang didapat, langkah selanjutnya adalah mengkategorikan setiap aspek sehingga menghasilkan data akhir dengan kategori baik yaitu sebesar 83,714%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan pengelolaan kelas di MTs. Al-Falah III berkategori baik.
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, Tuhan yang Pcngasih dan Penyayang. Berka! rahmat dan karunia-Nya penulisan skripsi ini dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga senantiasa terlimpahkan kcpada baginda Nabi Muhammad SAW, manusia pilihan yang membawa manusia kepada peradaban lslami. Scmoga Allah Yang RAhman dan Rahim tetap membcrikan inayah dan hidayah-Nya untuk kita para hambanya ini agar dapat terus konsisten berada dalam garis dan arah jalan yang benar, yang ditunjuki-Nya.
Skripsi yang berjudul pelaksanaan pengelolaan kelas di MTs. Al-Falah Ill Jakarta, merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas llmu Tarbiyah dan Keguruan (UIN) SyarifHidayatullah Jakarta.
Sangat disadari bahwa dalam proses dan hasil penelitian ini masih terdapat berbagai kekurangan. Namun demikian paling tidak hasil penelitian yang tertuang dalam skripsi ini bermanfaat bagi penulis sendiri, dab bagi lembaga pendidikan yang menjadi objek penelitian sebagai masukan dalam meningkatkan pelaksanaan pengelolaan ke!as.
Banyak pihak yang membimbing dan membantu dalam proses penulisab skripsi ini, tanpa dukungan mereka rasanya mustahil penulisan skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya dan penghargaan yang setinggi tingginya penulis sampaikan kepada pihak-pihak tersebut, terutama kepada:
I. Dekan Fakultas llmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Bapak !bu dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah mendidik dan membimbing selama perkuliahan berlangsung.
6. Pimpinan Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang dalam penulisan skripsi ini memberikan andil besar dalam ha! penyediaan pustaka dan sumber-sumber bacaan untuk kelancaran penulisan skripsi ini.
7. Ayahanda dan Ibunda tercinta, Safrudin dan Sumyatih yang berkat didikan serta upaya keras keduanya, penulis dapat menempuh jenjang pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi dengan baik.
8. Kepala MTs. Al-Falah III dan pimpinan harian Bapak Yusri HK. S. Pd. I serta E. M. Sofyan, S.IP. yang telah mengijinkan penulis untuk mengadakan penelitian di sekolah tersebut, serta membantu penulis dalam penyediaan data dan wawancara, hingga penulis dapat menyelesaikan jenjang SI UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
9. Teman-teman mahasiswa Jurusan PAI kelas C angkatan 2003 yang telah memberikan motivasi, membantu penulis untuk berbagi pendapat dan tenaganya berkaitan dengan penulisan skripsi ini.
Akhirnya, hanya kepada Allah jualah semuanya dikembalikan. Semoga segala amal yang telah mereka sumbangkan mendapat balasan yang lebih baik dan menjadi tabungan kebaikan di akhirat kelak, amin.
LEMBAR PENGESAHAN... 111
ABSTRAK ... IV KATAPENGANTAR ... v
DAFT AR ISI ... ··· Vil DAFTAR TABEL ... IX DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BABIPENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ... ... ... ... I B. Identifikasi Masalah ... ... ... ... 8C. Pembatasan dan Perumusan Masalah... ... ... 8
D. Manfaat Penelitian... 9
BAB
II KAJIAN
TEORI
A. Pengertian Pengelolaan Kelas ... ... ... ... ... ... ... 11B. Tujuan Pengelolaan Kelas ... 15
C. Prinsip Pengelolaan Kelas ... ... ... 19
D. Komponen Keterampilan Pengelolaan Kelas ... 22
BAB HI METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu ... 32B. Tujuan Penelitian... 32
C. Metodologi penelitian ... 32
D. Populasi dan Sampel ... 33
E. Telmik Pengumpulan Data ... 33
F. Pengolahan Data... 35
2. Visi dan Misi MTs. Al-Falah ... 41
3. Kurikulum MTs. Al-Falah ... 42
4. Struktur Organisasi MTs. Al-Falah ... 43
5. Keadaan Pendidik dan Peserta didik ... 46
6. Keadaan sarana dan Prasarana ... ... 49
7. Kegiatan Ektra Kurikuler ... 50
B. Deskripsi dan Analisa Data... 52
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan... 76B. Saran-saran... 77
DAFTARPUSTAKA ... 78
Tabel 2 Keadaan Guru-guru MTs. Al-Falab III ... 47
Tabel 3 Keadaan Siswa ... 48
Tabel 4 Sarana dan Prasarana... 49
Tabel 5 Respon positifkepada siswa ... 52
Tabel 6 Menunjukan keakraban ... 53
Tabel 7 Mendekati siswa yang mengganggu ... 53
Tabel 8 Kebersamaan guru dan murid ... 54
Tabel 9 Memperbatikan situasi kelas ... 54
Tabel 10 Memperbatikan aktivitas siswa ... 55
Tabel 11 Mengkondisikan Kelas... 55
Tabel 12 Tanggungjawab siswa ... 56
Tabel 13 Petunjuk yang jelas... 56
Tabel 14 Peajelasan tujuan belajar ... ... ... 57
Tabel 15 Konsentrasi ... 58
Tabel 16 Memeriksa basil kerja siswa ... 58
Tabel 17 Partisipasi siswa ... .... 59
Tabel 18 Perbaikan basil kerja siswa ... ... 60
Tabel 19 Menegur siswa yang mengganggu ... 60
Tabel 20 Pemberian kesempatan ... 61
Tabel 21 Membimbing kesulitan siswa ... 61
Tabel 22 Pemberian penguatan kepada siswa ... 62
Tabel 23 Kelelusaan dalam belajar ... 62
Tabel 24 Berhenti dan memulai kegiatan dengan tepat ... 63
Tabel 25 Penjelasan tidak bertele-tele ... 63
Tabel 26 Kesenyapan yang baik ... ... 64
[image:10.534.43.439.87.646.2]Tabel 34 Menangani konflik dan memperkecil masalah ... 68
Tabel 35 Menemukan perilaku yang menimbulkan masalah ... 69
Tabel 36 Menangani perilaku yang menimbulkan masalah ... 69
Tabel 37 Medorong sisw untuk mengungkapkan masalah ... 70
Tabel 38 Menjauhkan benda-benda yang mengganggu kondisi belajar ... 70
Tabel 39 Deskripsi data pelaksanaan pengelolaan kelas di MTs. Al-Falah III Jakarta... 73
[image:11.530.38.436.39.508.2]2. Surat Izin Penelitian ... 81
3. Surat Izin Wawancara ... 82
4. Pengajuan Proposal Skripsi ... 83
4. Surat Keterangan Wawancara ... 84
5. Surat Keterangan Penelitian... 85
6. Kuisioner... ... . .. .. . . . .. .. . .. . .. .. .. .. ... 86
7. Struktur Organisasi . .. .. .. .. . . .. .. .. .. .. .. . .. .. .. .. .. . . .. . .. .. .. . . . .. . .. .. . . .. . ... 91
A.
Latar Belakang Masalah
Indonesia adalah Negara berkembang dimana pendidikan memiliki
kedudukan yang sangat urgen bagi perkembangan Negara Indonesia ini.
Betapa tidak karena pendidikan merupakan salah satu kunci bagi kemajuan
bangsa dan Negara.
Pendidikan mempunyai posisi yang strategis dalam program pembangunan
nasional dan sebagai sarana penting dalam memperlancar dan menyukseskan
program pembangunan, karena pendidikan bukan hanya berfungsi
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan, tetapi juga ikut membentuk
watak dan sikap manusia Indonesia. Hal ini sesuai dengan fungsi dan tujuan
pendidikan yang tertulis dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003, yaitu:
"Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membetuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab". 1
Perkembangan zaman yang terns berubah, menuntut pribadi-pribadi
memiliki ilmu pengetahuan luas dan keterampilan yang dapat menunjang
masa depannya.
Di era globalisasi ini setiap Negara di dunia saling berlomba dalam
mencapai kemajuan bangsanya. Bangsa-bangsa yang maju dan modem ialah
bangsa yang benar-benar memperhatikan dan mengutamakan aspek
pendidikan. Pendidikan merupakan senjata utama dalam memajukan
wawasan baru dan dapat mengembangkan kemampuan yang akan berimbas
kepada peningkatan mutu kehidupan dan martabat manusia serta bangsa.
Pendidikan diartikan sebagai upaya sadar dan terencana, sistematis dan
berkesinambungan dalam membina dan mengembangkan potensi yang ada
pada manusia agar dapat berfungsi secara optimal bagi peranannya dimasa
yang akan datang, agar dapat memenuhi tantangan era globalisasi, dimana
perkembangan dan perubahan masyarakat melaju dengan pesat.
Melihat begitu pentingnya pendidikan bagi kehidupan manusia maka
pemerintah banyak memberikan perhatian pada bidang ini. Salah satunya
adalah dengan diaturnya Undang-Undang tentang sistem pendidikan nasional
UU RI no. 20 Th 2003 dan Undang-undang Guru dan Dosen no. 14 Th. 2005.
Secara konseptual, sistem pendidikan Indonesia telah diatur dalam
undang-undang Tentang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003.
Dalam undang-undang yang terdiri dari 22 bah dan 77 pasal ini berbagai aspek
yang berkenaan dengan pendidikan telah diatur secara seksama. Dalam
undang-undang ini telah diatur mengenai dasar, fungsi, dan tujuan pendidikan,
prinsip penyelenggaraan pendidikan, hak dan kewajiban warga Negara, orang
tua masyarakat dan pemerintah, siswa, jalur, jenjang dan jenis pendidikan,
bahasa pengantar, wajib belajar, standar nasional pendidikan, kurikulurn,
pendidik dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana pendidikan,
pendanaan pendidikan, pengelolaan pendidikan, peran serta masyarakat dalam
pendidikan, evaluasi akreditasi, dan sertifikasi, pendirian satuan pendidikan, penyelenggaraan pendidikan oleh lembaga Negara lain, pengawasan,
ketentuan pidana, ketentuan peralihan, ketentuan penutup.
Di dalam undang-undang tersebut dijelaskan bahwa ilmu pengetahuan dan
teknologi berkembang dengan pesat dan memunculkan tuntutan baru dalam
segala aspek, termasuk dalam sistem pendidikan. Tuntutan tersebut
menyangkut pembaruan sistem pendidikan, diantaranya pembaruan
nasional dan daerah menyesuaikan dengan kondisi setempat, penyusunan
standar kualifikasi standar pendidikan yang sesuai dengan tuntutan
pelaksanaan tugas secara professional, penyusunan standar pendanaan
pendidik untuk setiap satuan pendidikan sesuai prinsip-prinsip pemerataan dan
keadilan, karena setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan, dan
wajib belajar sembilan tahun dan pemerintah wajib membiayainya, dengan
cara negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20%
( dua puluh persen) dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari
anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan
penyelenggaraan pendidikan nasional, pelaksanaan manajemen berbasis
sekolah dan otonomi perguruan tinggi, serta penyelanggaraan pendidikan
dengan sistem terbuka dan multi makna. Pembaruan sistem pendidikan juga
meliputi penghapusan diskriminasi antara pendidikan yang dikelola
pemerintah dengan pendidikan yang dikelola masyarakat, serta perbedaan
antara pendidikan keagamaan dan pendidikan umum.
Undang-undang Guru dan Dosen UU RI No. 14 tahun 2005 yang terdiri
dari 8 bab dan 84 pasal ini dijelaskan berbagai aspek yang berkaitan dengan
guru dan dosen. Dalam undang-undang ini telah diatur mengenai ketentuan
umum, kedudukan fungsi dan tujuan, prinsip profesionalitas, guru, dosen,
sanksi, ketentuan peralihan, ketentuan penutup. 2
Sejalan dengan itu, banyak usaha yang telah dilakukan Pemerintah dalam
ha! ini, yaitu untuk meningkatkan mutu pendidikan, baik itu peningkatan dari
segi kualitas maupun kuantitas pendidikan. Di antara usaha-usaha itu adalah :
I. Usaha yang diarahkan pada segi kuantitas seperti : peningkatan daya
tarnpung sekolah, pendirian gedung sekolah, proyek perintis sekolah
pembangunan, proyek pamong, pengembangan sekolah terbuka,
adanya sekolah rumah (home schooling), penambahan program
sistem terbuka dan multi makna, kursus-kursus, sanggar belajar dan
lain sebagainya.
2. Usaba yang diarabkan pada peningkatan segi kualitas seperti:
penggunaan perubaban dan penyempurnaan kurikulum lama menjadi
kurikulum baru, pengadaan dana Bantuan Operasional Sekolab (BOS),
seleksi yang lebih rasional terhadap calon siswa Sekolab Lanjutan
Tingkat Atas (SLTA) dan calon mabasiswa, pengembangan
kemampuan tenaga pendidik melalui pelatihan, penataran dan seminar,
pengembangan prasarana yang menciptakan lingkungan yang tentram
untuk belajar, penyempurnaan sarana pembelajaran seperti buku paket,
media pembelajaran, peralatan laboraturium, keterampilan dan lain
sebagainya.
Begitu banyak hal yang telab dilakukan oleh pemerintah untuk
pembangunan nasional di bidang pendidikan sebagai upaya mencerdaskan
kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia dalam
mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur, serta meningkatkan para
warganya mengembangkan dirinya dalam segala aspek, baik jasmaniab
maupun rohaniab, yaitu berbadan sehat, berpengetahuan luas, cakap, mandiri,
kreatif, bertanggung jawab, bertakwa pada Tuhan Yang Maba Esa, dan
berakhlak mulia. Namun belum nampak keberhasilannya.
Salah satu faktor terpenting dalam pendidikan adalab guru. Guru memang
figur manusia yang selalu hangat dibicarakan dan tidak pemab absen dari
agenda pembicaraan masyarakat. Guru tidak hanya disanjung dengan
keteladannya, tetapi ia juga dicaci maki dengan sinis apabila melakukan
kesalaban. Keburukan perilaku siswa cenderung diarabkan pada kegagalan
guru membimbing dan membina siswa. Padahal tingkab laku siswa yang
buruk itu dipengaruhi dari berbagai macam faktor, baik itu lingkungan
keluarga, sekolab, dan masyarakat.
[image:16.540.54.439.123.590.2]canggih sekalipun, misalnya komputer. Secanggih apapun komputer, tetap saja
bodoh dibandingkan dengan guru, karena komputer tidak dapat diteladani,
bahkan bisa menyesatkan penggunanya tanpa ada kontrol.
Guru adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada siswa dan
merupakan figur seorang pemimpin. Seorang pemimpin mempunyai kekuatan
untuk membentuk dan membangun kepribadian siswa meajadi seorang yang
berguna bagi agama, nusa, dan bangsa.
Tenaga kependidikan atau guru merupakan salah satu kunci utama berhasil
atau tidaknya gerakan pendidikan, karena efektivitas proses pembelajaran di
kelas dan di luar kelas sangat ditentukan oleh kompetensi para guru,
disamping faktor lain, seperti siswa, lingkungan dan fasilitas. Mereka tidak
hanya memerankan fungsi sebagai subjek yang mentransfer pengetahuan
kepada siswa, melainkan juga tugas-tugas sebagai fasilitator, motivator, dan
dinamisator dalam proses belajar mengajar, baik di dalam maupun di luar
kelas untuk meajalankan tugas itu secara efektif dan efisien, para guru harus
memiliki kompetensi tertentu, salah satunya adalah terampil dalam mengelola
kelas.
Kemampuan guru dalam mengelola kelas ini menjadi keniscayaan, bahkan
ini merupakan salah satu ukuran kemampuan professional seorang guru.
Kebutuhan akan guru professional yang semakin mendesak itu sejalan dengan
tuntutan akan kapasitas mereka untuk dapat menjadi pemimpin kelas yang
baik.
Pemimpin kelas yang baik yaitu dapat mengelola kelas dengan baik,
karena kelas adalah tempat terhimpun semua siswa dan guru dalam rangka
menerima bahan pelajarn
dari
guru. Kelas yang dikelola dengan haik akan menunjang jalannya interaksi pengajaran. Sebaliknya, kelas yang tidakdikelola dengan baik akan menghambat kegiatan pengajaran. Siswa tidak
mustahil akan merasa bosan untuk tinggal lama di kelas. Hal ini akan
mengganggu jalannya proses belajar mengajar dan tidak mencerminkan
Guru dikatakan professional dapat dilihat dari dua aspek, pertarna dilihat
dari Iatar belakang pendidikan, dan kedua penguasaan guru terhadap bahan
ajar, mengelola proses pembelajaran, mengelola siswa, melakukan tugas-tugas
bimbingan, memiliki keterarnpilan dalarn mengajar dan Iain-lain.
Kualiatas manusia yang dibutuhkan oleh bangsa Indonesia pada masa
yang akan datang adalah yang marnpu menghadapi persaingan yang semakin
ketat dengan bangsa Iain di dunia. Kualitas manusia Indonesia tersebut
dihasi!kan melalui penyelenggaraan pendidikan yang bermutu.
Peningkatan mutu pendidikan tidak terlepas dari peran guru dalarn
mendidik siswanya. Guru memiliki andil yang besar dalarn merancang,
melaksanakan dan mengevaluasi proses belajar dan mengajar yang efektif dan
efisien. Agar proses balajar mengajar berjalan dengan baik, efektif dan efisien,
maka seorang guru harus mengelola kelasnya dengan baik.
Guru sebagai tenaga professional di bidang pendidikan, di sarnping
memaharni hal-hal yang bersifat filosofis dan konseptual, juga mengetahui dan
melaksanakan hal-hal yang bersifat teknis. Hal-ha! yang bersifat teknis ini
terutarna kegiatan mengelola kelas agar berhasil dalarn tugasnya di kelas,
maka dipersyaratkan memiliki kemarnpuan professional, personal dan sosial
yang terintegrasi dalarn kegiatan pengelolaan kelas. Dengan demikian dapat
dinyatakan pula bahwa seorang guru akan berhasil dalarn tugasnya apabila ia
menguasai dan terarnpil dalarn pengelolaan kelas.
Ukuran keberhasilan guru, secara sederhana ialah apabila siswa bertarnbah
gairah belajar, bila hasil belajar siswa meningkat, masyarakat menjadi mesra.
Ringkasnya bila kompetensi guru menjadi lebih baik dan wajar. Tentu, guru
akan meningkat prestasinya dan ha! ini mencerminkan pengelola<>n kelas yang
baik.
Pengelolaan kelas sangat penting untuk terciptanya suasana mengajar yang
kondusif, bukan hanya membantu guru dalarn proses belajar mengajar tetapi
sangat penting, karena ini merupakan masalah pokok yang dihadapi guru, baik
guru pemula maupun yang sudah berpengalaman.
Pengelolaan kelas merupakan masalah yang kompleks. Guru
menggunakannya untuk menciptakan dan memelihara belajar yang optimal
dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses belajar mengajar.
Keributan dalam kelas yang dapat mengganggu proses belajar mengajar,
biasanya berkembang dari hal-hal yang sangat kecil, oleh karena itulah guru
perlu mendeteksi secepat mungkin jangan sampai kejadian semula yang
diangap kecil per!ahan-lahan menjadi besar. Biasanya, manakala perubahan
tersebut telah terjadi, maka guru akan sulit mengembalikannya dalam keadaan
normal.
Kemampuan dalam memberikan pelajaran di kelas bagi seorang guru
tanpa disertai dengan kemampuan pengelolaan kelas menurut penulis ha! ini
kurang memberikan basil yang berarti terhadap belajar.
Walaupun keterampilan pengelolaan kelas secara teoritis sangat dimiliki
guru, namun dalam praktek di sekolah masih ada guru yang tidak peduli atau
tidak mampu melaksanakan pengelolaan. Hal ini boleh jadi disebabkan karena
adanya ketidak pedulian guru terhadap pengelolaan kelas, atau boleh jadi
kerana guru malas. Fenomena tersebut nampak pada beberapa kejadian yang
penulis amati ketika melakukan Praktek Profesi Keguruan Terpadu (PPKn di
MTs. Al-Falah III. Sebagai contoh, di Mts. Al-Falah III penulis mendapati
siswa yang kabur dari sekolah ketika istirahat, dan kejadian ini terulang tiga
kali. Menurut siswa tersebut, "guru di sekolah MTs Al-Falah III galak, proses
belajar mengajar membosankan, dan terlalu banyak hafalan".3 Bahkan penulis
mendapati guru yang mengajar tetapi meninggalkan muridnya di kelas setelah
memberikan tugas kemudian guru tersebut berada di kantor
Memperhatikan uraian di atas kaitannya dengan penelitian ini, maka
usaha-usaha tersebut tidak dapat mewujudkan pelaksanaan pengelolaan kelas
apabila semuanya tidak disertai dengan pengelolaan yang baik. Pengelolaan
disini adalah pengelolaan terhadap sumber daya pendidikan. Khususnya
bagaimana kemampuan guru atau pendidik dalam mengelola sumber daya (siswa) di kelas. Dan hal ini memang meajadi permasalahan puncak dan
utama dalam kaitannya dengan perlunya peningkatan mutu pendidikan.
Untuk meningkatkan keberhasilan dalam proses belajar dan mengajar,
seorang guru harus mampu mengelola kelasnya atau mengatur kelasnya, dan atas dasar uraian diatas, oleh karenanya penulis merasa tertarik untuk
melakukan sebuah penelitian tentang
"Pelaksanaan Pengeloalaan
Kelas di MTs. Al-Falah III
Jakarta".
B. Identifikasi Masalah
Masalah yang diteliti dapat diidentifikasi sabagai berikut :
1. Guru kurang memiliki keterampilan dalam pengelolaan kelas.
2. Sarana di Sekolah minim sehingga kurang mendukung pengelolaan
kelas.
3. Ruang kelas sempit sehingga pelaksanaan pengelolaan kelas tidak
berjalan dengan baik.
4. Pengawasan kepala sekolah terhadap guru dalam proses pembelajaran
masih rendah.
5. Suasana Iklim kelas, udara di dalam kelas yang panas dan
pencahayaan yang kurang berimplikasi kepada pengelolaan kelas tidak
berjalan secara optimal
C. Pembatasan
dan
Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
pada kegiatan-kegiatan Pengelolaan yaitu kegiatan perencanaan,
pengorganisasian, penempatan penggerakan dan pengendalian.
b. Di Mts. Al-Falah III penulis mendapati siswa yang kabur dari
sekolah ketika istirahat, dan kejadian ini terulang tiga kali.
c. Penulis mendapati guru yang mengajar tetapi meninggalkan
muridnya di kelas setelah memberikan tugas kemudian guru tersebut
berada di kantor berbincang-bincang dengan guru yang lain, dan ini
terjadi beberapa kali.
Dalam skripsi difokuskan kepada pengembangan pola-pola tingkah laku
siswa termasuk di dalamnya pengembangan hubungan interpersonal dan
iklim sosial emosional serta mengembangkan dan mempertahankan
organisasi kelas yang efektif dan efisien.
3. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah maka penulis merumuskan
masalabnya sebagai berikut :
Bagaimana pelaksanaan pengelolaan kelas di MTs. Al-Falah III Jakarta?
D.
Manfaat penelitian
Secara rinci hasil penelitian ini mempunyai manfaat sebagai berikut :
1. Bahan masukan bagi para kepala sekolah dalam mengambil keputusan yang berkenaan dengan peningkatan dan perbaikan pengelolaan sekolah
pada umumnya dan pengelolaan kelas pada khususnya.
2. Bahan masukan bagi para guru dala.".ll meningkatkan kompetensinya,
terutama yang berkaitan dengan masalah pengelolaan kelas, terlebih lagi
kedudukannya sebagai administrator.
3. Sebagai studi pendahuluan dalam bidang pengelolaan kelas. Melatih
syarat Wltuk memperoleh gelar sarjana pendidikan islam SI Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam di
BABU
KAJIAN TEORI
A. Pengertian Pengelolaan kelas
Pengelolaan kelas merupakan salah satu dari sekian banyak
keterampilan dasar yang harus dimiliki guru, baik pemula maupun
berpengalaman. Pengelolaan kelas terdiri dari dua kata, yaitu pengelolaan dan
kelas. Pengelolaan berasal dari kata "kelola", ditambah awal "pe" dan akhiran
"an".
Di dalam kamus besar bahasa Indonesia disebutkan bahwa pengelolaan
berarti penyelenggaraan. Menurut Drs. Winarno Hamiseno sebagaimana
dikutip oleh Suharsimi Arikunto, mengelola berarti suatu tindakan yang
dimulai dari penyusunan data, merencanakan, mengorganisasikan,
melaksanakan sampai dengan pengawasan dan penilaian. 1
Pendapat Drs. Winarno Hamiseno, menjelaskan bahwa pengelolaan
meliputi banyak kegiatan dari penyusunan sampai kepada penilaian, dan
semuanya itu menghasilkan suatu hasil akhir yang memberikan informasi bagi
penyelenggara kegiatan.
Selan dan Key berpendapat sebagaimana dikutip oleh Sudarwam
Danim bahwa pengelolaan sebagai proses pengoordinasian dan
pengintegrasian semua sumber, baik manusia, fasilitas maupun sumber daya
teknikal lain, untuk mencapai berbagai tujuan khusus yang ditetapkan.2
Berbeda dengan pendapat pertama, menurut Selan dan Key mengelola
adalah sebuah proses yang dikoordinasi dan diintegrasikan dengan
menggunakan berbagai sumber yang ada, baik itu manusia, fasilitas maupun
1
Suharsimi Arikunto, Pengelolaan Ke/as dan Siswa Sebuah Pendekatan Evaluatif',
Dari kedua pendapat di atas, kelas dapat didefinisikan sebagai tempat
atau ruang belajar sekelompok siswa, dimana siswa tersebut melakukan proses
pembelajaran bersama-sama.
Menurut Darwan Syah, kelas merupakan suatu kelompok orang yang
melakukan aktivitas belajar secara bersama-sama, dengan bimbingan dan
pengajaran dari guru. 7
Pendapat ini tidak jauh berbeda dari pendapat sebelumnya yaitu
sekelompok siswa belajar bersama ditempat yang sama dengan bimbingan dan
pengajaran oleh guru yang sama.
Menurut P. Purnomo kelas adalah ruang belajar (lingkungan fisik) dan
rombongan belajar (lingkungan sosio emosional). 8 Lingkungan fisik yaitu
ruangan, keindahan kelas, pengaturan tempat duduk, pengaturan sarana,
ventilasi dan pengaturan cahaya. Sedangkan lingkungan sosio emosional
meliputi tipe kepemipinan, sikap guru, suara guru, pembinaan hubungan baik
dan lain sebagainya.
Ada pendapat yang memandang kelas dari dua sisi, yaitu dalam arti
sempit dan luas, menurut Hadari nawawi sebagaimana dikutip Syaiful Bahri
Djamarah dan Aswam Zain mengungkapkan bahwa :
Kelas dalam arti sempit yakni, ruangan yang dibatasi oleh empat dinding, tempat sejumlah siswa berkumpul untuk mengikuti proses belajar mengajar. Kelas dalam pengertian tradisional ini mengandung sifat statis karena sekedar menunjuk pengelompokan siswa menurut tingkat perkembangannya yang antara Iain didasarkan pada batas umur kronologis masing-masing.
Kelas dalam
arti
luas, adalah suatu masyarakat kecil yang merupakan bagian dari masyarakat sekolah, yang sebagai satu kesatuan diorganisasi meajadi unit kerja yang secara dinamis menyelenggarakan kegiatan-kegiatan belajar mengajar yang kreatif.97
Darwan syah, dkk, Perencanaan Sistem Pengajaran ... ,h. 259
Sejalan dengan pengertian di atas, maka yang dimaksud kelas dalam
kaitannya dengan pembelajaran adalab ruangan yang digunakan oleh suatu
masyarakat kecil yang merupakan bagian dari masyarakat sekolab yang
sebagai suatu kesatuan diorganisir menjadi unit kerja yang secara dinamis
menyelenggarakan kegiatan-kegiatan mengajar yang kreatif untuk mencapai
suatu tujuan.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan babwa pengelolaan kelas
adalab persiapan kondisi yang optimal di dalam kelas agar proses belajar
mengajar dapat berlangsung dengan lancar. Untuk memperoleh gambaran
komperatif (perbandingan), berikut akan dirumuskan beberapa pengertian
pengelolaan kelas yaitu :
Menurut M. Uzer Usman Pengelolaan kelas adalah keterampilan guru
untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan
mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses belajar mengajar.10
Ditambabkan oleh J.J Hasibuan dan Moedjiono, baik dengan cara
mendisiplinkan ataupun melakukan kegiatan remedial.11
Pendapat di atas menjelaskan pengelolaan kelas adalab upaya guru
dalam memelihara kondisi belajar yang optimal, dan mengembalikan kondisi tersebut jika terjadi keributan ataupun kekacauan di dalam kelas, dengan cara
mendisiplinlan siswa ataupun dengan kegiatan remedial. Pendapat inipun
diungkapkan oleh para abli pendidikan salab satunya AhJnad Sabri dalam
bukunya belajar mengajar dan micro teaching.
Menurut W. S. Winkel pengelolaan kelas adalab menciptakan dan
memperhatikan suasana di kelas yang membentuk siswa untuk dapat
berkonsentrasi dalam belajamya dan dengan demikian memperoleh hasil
belajar yang maksimai.12
10
M. Uzer Usman, Menjadi Gum Profesional, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya,
200:i), Cet. 17, h. 97
11
Berbeda dengan pendapat sebelumnya pendapat ini mengungkapkan
bahwa pengelolaan kelas bukan hanya sekedar menciptakan suasana yang
kondusif di dalam kelas tetapi juga memperhatikan keadaan kelas, membentuk
siswa atau memotivasi siswa agar dapat berkonsentrasi dalam belajarnya
sehingga akan mendapatkan hasil belajar yang semaksimal mungkin.
Menurut Wardani pengelolaan kelas adalah keterampilan dalam
menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas yang optimal guna terjadinya
proses belajar mengajar yang serasi dan efektif.13
Menurut J. M Cooper konsep modem tentang pengelolaan kelas adalah
seperangkat kegiatan guru untuk menciptakan, memelihara, dan
mempertahankan ketertiban suasana kelas menurut kriteria sepihak yang
ditetapkan oleh guru.14
Definisi ini bersifat otoritatif, yaitu guru melakukan tugas utama
sebagai pencipta dan pemelihara suasana kelas agar tetap tertib, yang menjadi
ukuran keberhasilan dalam pengelolaan kelas di sini adalah kedisiplinan.
Berdasarkan pendapat para ahli maka dapat disimpulkan bahwa
pengelolaan kelas adalah suatu usaha yang dilakukan oleh penanggung jawab
kegiatan belajar mengajar atau yang membantu dengan maksud agar dicapai
kondisi optimal sehingga dapat terlaksana kegiatan belajar seperti yang
diharapkan.
B. Tujuan Pengelolaan
Kelas
Pembaharuan yang digalakkan beberapa puluh tahun lalu
menyebabkan timbulnya berbagai usaha pemikiran di berbagai bidang
pendidikan, seperti pembaharuan kurikulum, metode mengajar, media
pendidikan dan lain sebagainya. Adanya pembaharuan ini telah
13
menimbulkan perubahan ukuran baik-buruk perihal kegiatan guru, siswa,
suasana kelas, dan banyak lagi ha! Iainnya.
Pengelolaan kelas sekarang pun mulai terasa perubahannya. Dahulu
kelas yang baik adalah kelas yang tenang. Guru tidak harus membuat
satuan pelajaran. Sekarang guru harus mempersiapkan pelajaran
sebelumnya. Di dalam kelas, siswa tidak harus duduk dengan diam, mereka
sekarang boleh ramai asal tertib mengerjakan tugasnya, demi tercapainya
tujuan belajar. Sekolah adalah tempat belajar bagi siswa. Maka tugas
pekerjaan guru di kelas adalah "membantu siswa belajar", dengan mengatur
proses belajar mengajar serta menyediakan kondisi belajar yang optimal.
Guru tidak hanya seorang pengajar, tetapi juga seorang pengelola kelas.
Pengelolaan kelas yang dilakukan guru bukan tanpa tujuan. Karena
adanya tujuan itulah guru selalu berusaha mengelola kelas dengan baik,
walaupun kadang-kadang kelelahan fisik maupun pikiran dirasakan. Tanpa
pengelolaan kelas yang baik maka akan mengharnbat proses belajar
mengaJar.
Tujuan pengelolaan kelas ini adalah agar dapat mendorong siswa
mengembangkan tanggung jawab individu maupun klasikal dalarn
berperilaku yang sesuai dengan tata tertib serta aktivitas yang sedang
berlangsung, menyadari kebutuhan siswa, serta memberikan respon yang
positif terhadap perilaku siswa.15
Tujuan pengelolaan kelas di disini agar tercipta suasana kelas yang
tertib, menyadari kebutuhan siswa serta memberikan respon yang positif
terhadap perilaku siswa. Berbeda dengan pendapat Arikunto.
Suharsimi Arikunto meajelaskan tujuan pengelolaan kelas adalah
agar setiap anak di kelas itu dapat bekerja dengan tertib sehingga segera
tercapai tujuan pengajaran secara efektif dan efisien. Sebagai indikator dari
a. Setiap anak terus bekerja, tidak macet, artinya tidak ada anak yang terhenti karena tidak tahu akan tugas yang harus dilakukan atau tidak dapat melakukan tugas yang diberikan kepadanya.
b. Setiap anak terus melakukan pekerjaan tanpa membuang waktu, artinya setiap anak akan bekerja secepatnya agar lekas menyelesaikan tugas yang diberikan kepadanya. Apabila ada anak yang walaupun tahu dan dapat melaksanakan tugasnya, tetapi mengerjakamya kurang bergairah dan mengulur waktu bekerja, maka kelas tersebut dikatakan tidak tertib. 16 ·
Dari pendapat di atas perbedaan antara a dan b adalah pada a anak
tidak tahu atau tidak mengerti akan tugas yag diberikan, dan pada b anak
tahu dan dapat, tetapi kurang semangat bekerja.
Menurut Sudirman N, sebagaimana dikutip oleh Syaiful Bahri
Djamarah dan Aswan Zain tujuan pengelolaan kelas pada hakikatnya telah
terkandung dalam tujuan pendidikan. Secara umum tujuan pengelolaan
kelas adalah penyediaan fasi!itas bagi bermacam-macam kegiatan belajar
siswa dalam Iingkungan sosial, emosional, dan intelektual dalam kelas. 17
Tujuan ini bukan hanya sekedar menciptakan suasana kelas yang kondusif
dan tertib tetapi juga menyangkut pada kegiatan penyediaan fasilitas,
fasilitas yang disediakan itu memungkinkan siswa belajar dan bekerja
dengan penuh semangat, terciptanya suasana sosial, yang memberikan
kepuasan, suasana disiplin, tertib, perkembangan intelektual, emosional dan
sikap serta apresiasi pada siswa.
Lebih rinci Abdul Hadi menjelaskan bahwa tujuan pengelolaan kelas
adalah:
a. Mewujudkan situasi dan kondisi kelas, baik sebagai lingkungan belajar maupun sebagai kelompok belajar, yang memungkinkan siswa untuk mengembangkan kemampuan semaksimal mungkin.
b. Menghilangkan berbagai macam hambatan yang dapat menghalangi
mengembangkan potensinya, serta dapat menghilangkan berbagai
hambatan yang terjadi ketika proses belajar mengajar berlangsung,
menyediakan dan mengatur fasilitas belajar yang mendukung dan
memungkinkan siswa belajar dengan baik, dan membantu siswa
mengetahui tingkah laku yang sesuai dengan tata tertib kelas, dan
mengembangkan rasa tanggung jawab. menyadari kebutuhan. siswa dan
memiliki kemampuan dalam memberi petunjuk secara jelas kepada siswa.
c.
Prinsip Pengelolaan Kelas
Dengan berubahnya tuntutan tentang ketertiban kelas, maka guru perlu
mengetahui bagaimana mengelola kelas dalam berbagai pelaksanaan metode
mengajar. Dewasa ini masih terjadi kesenjangan antara apa yang seharusnya
dilakukan dengan kenyataan yang seharusnya terjadi. Mereka masih
beranggapan bahwa tugas utamanya adalah mengajar dengan sebaik mungkin.
Melihat dari uraian sebelurnnya, nampak jelas bahwa seorang guru yang
ingin berhasil dalam tugasnya di kelas, maka dipersyaratkan untuk memiliki
kemampuan professional, personal dan sosial yang terintegrasi dalam kegiatan
pmgelolaan kelas. Guru hams mampu mengelola kelas yang kondusif untuk
belajar siswa. Pengelolaan fisik seperti tata ruang kelas, dan pengaturan tempat
duduk, relatif mudah, yang lebih sulit adalah upaya membina motivasi belajar,
kerjasama kelas, kompetisi yang sehat, tertib di dalam kelas, dan penanganan
siswa yang bersifat kbusus (bandel, pengacau kelas, badut kelas, minder, dan
lain-lain) Dalam menerapkan keterampilan mengelola kelas, perlu diingat 6
prinsip.
Menurut Ahmad Sabri, ada beberapa prinsip penggunaa.'l. kcterampilan
mengelola kelas, yaitu (1) kehangatan dan keantusiasan, (2) tantangan, (3)
bervariasi, ( 4) keluwesan, ( 5) penekanan pada hal-hal yang positif dan ( 6)
Prinsip pengelolaan kelas menurut E. Mulyasa adalah kehangatan dan
kenatusissan, tantangan bervariasi, luwes, penekanan pada hal-hal yang positif,
dan penenaman disiplin diri.21
Pendapat ini pun senada dengan pendapat sebelumnya, bahwa beberapa
prinsip yang harus diperhatikan dalam pengelolaan kelas adalah hangat dan
antusias, tantangan, bervariasi, keluwesan, penekanan pada hal-hal yang
positif, dan penenaman disiplin diri.22
Begitupun menurut Syaiful bahri Djamarah, Aswan Zain, dan JJ. Hasibuan
mengungkapkan ha! yang serupa.
Berdasarkan pendapat di atsas maka prinsip pengelolaan kelas terdiri dari
6 prinsip yaitu kehangatan dan keantusiasan, tantangan, bervariasi, keluwesan,
penekanan pada hal-hal yang positif dan penanaman disiplin diri.
1.
Kehangatan dan keantusiasan
Kehangatan dan keantusiasan guru dapat memudahkan terciptanya
iklim kelas yang menyenangkan yang merupakan salah satu syarat bagi
kegiatan belajar mengajar yang optimal.
Guru yang hangat dan akrab dengan siswa selalu menunjukkan
antusias pada tugasnya atau pada aktivitasnya, dan guru akan berhasil
dalam mengimplementasikan pengelolaan kelas.
Suatu kondisi belajar yang optimal dapat tercapai jika guru mampu
mengatur siswa dan sarana pengajaran serta mengendalikannya dalam
suasana yang menyenangkan untuk mencapai pengajaran. Juga hubungan
interpersonal yang baik antara guru dan siswa dan siswa dengan siswa
merupakan syarat keberhasilan pengelolaan kelas. Pengelolaan kelas yang
efektif merupakan prasyarat mutlak bagi terjadinya proses belajar mengajar
6.
Penanaman disiplin diri sendiri.
Pengembangan disiplin diri sendiri oleh siswa merupakan tujuan
akhir dari pengelolaan kelas. Untuk itu guru hams melaksanakan disiplin
diri sendiri, dan guru sendiri hendaknya menjadi contoh atau teladan
ten tang pengendalian diri dan pelaksanaan tanggung jawab.
Guru mengupayakan agar siswa dapat mengembangkan disiplin
diri sendiri, karena itu, guru sebaiknya selalu mendorong siswa untuk
melaksanakan diri sendiri, dan menjadi tuntutan kepada guru untuk selalu
berdisiplin dalam segala ha! bila ingin siswanya ikut berdisiplin dalam
berbagai ha!.
D.
Komponen Keterampilan Pengelolaan Kelas
Secara umum komponen keterampilan pengelolaan kelas dibagi
menjadi dua bagian, yaitu keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan
dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal (bersifat preventif), dan
keterampilan yang berhubungan pengembangan kondisi belajar yang optimal.
1. Keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan
kondisi belajar yang optimal (bersifat preventif).
Keterampilan ini berkaitan dengan kemampuan guru dalam mengambil
inisiatif dan mengedalikan pelajaran dengan cara menunjukan sikap
tanggap, memberi perhatian, memusatkan perhatian kelompok, memberi
petunjuk-petunjuk yang jelas, menegur, memberi penguatan, dan
kelancaran.
a. Sikap tanggap
Guru hams bersikap tanggap terhadap segala aktiv'itas
belajar dan kegiatafi siswa di kelas, perilaku siswa di kelas, baik
itu perilaku yang mendukung seperti perhatian siswa,
keantusiasan siswa, motivasi belajar yang tinggi dan lain
hadirkan agar siswa merasa bahwa guru benar-benar ada dan
hadir bersama siswa. Untuk memberikan kesan tanggap dapat
ditunjukkan dengan berbagai cara seperti berikut :
Menurut wardani dengan cara : memandang secara
seksama, mendekati, memberikan pernyataan atau memberi reaksi
terhadap gangguan dalam kelas.23
Memandang secara seksama yaitu memperhatikan siswa,
mendekati siswa dan memberikan pernyataan kepada siswa yang
mengganggu keadaan kelas ataupun suasana di dalam kelas.
Teguran perlu dilakukan oleh guru untuk menggembalikan
keadaan kelas, karena kelas tidak selamanya akan tenang, pasti
ada gangguan. Teguran guru merupakan tanda bahwa guru ada
bersama siswa. Dan teguran haruslah diberikan pada saat yang
tepat dan sasaran yang tepat pula, sehingga dapat mencegah
meluasnya penyimpangan tingkah laku.
Menurut Wina Sanjaya, yaitu menjaga kontak mata, artinya
setiap saat guru perlu memperhatikan siswa melalui pandangan
secara terus menerus. Gerak mendekat, artinya perlu memberikan
perhatian khusus baik kepada individu maupun kepada kelompok.
Ini dimaksudkan untuk memberi kesan adanya perhatian guru
terhadap aktivitas siswa, sehingga terbangun suasana akrab dan
bersahabat.
Sedangkan menurut M. Uzer Usman, cara menunjukan
sikap tanggap itu adalah dengan memandang secara
bersama-sama untuk bercakap-cakap, bekerjabersama-sama, dan menunjukan rasa
persahabatan. Gerak mendekati di sini untuk menandakan
kesiagaan, minat, dan perhatian guru yang diberikan terhadap
tugas serta aktivitas siswa. Memberikan pernyataan yaitu
mengandung ancaman, dan memberi reaksi dalam bentuk teguran.
Hal ini dapat mencegah meluasnya penyimpangan tigkah laku
siswa.
Menurut JJ. Hasibuan, melalui sikap tanggap ini siswa merasakan bahwa "guru hadir bersama dengan mereka" dan "tahu apa yang mereka perbuat". Kesan ini dapat ditunjukkan dengan cara memandang kelas secara seksama, gerak mendekati, memberikan pernyataan dan memberikan reaksi terhadap gangguan serta kekacauan siswa.24
Sikap tanggap di sini penting, karena dengan adanya sikap
ini siswa akan merasa bahwa guru benar-benar ada bersama
mereka, jangan sampai guru tidak dianggap ada oleh siswa. Sikap
ini dapat ditunjukan dengan cara memandang secara seksama,
mendekati siswa dan memberikan pernyataan terhadap reaksi
yang baik ataupun buruk. Gerak mendekati hendaklah dilakukan
secara wajar, bukan untuk menakut-nakuti, mengancam atau
memberi kritikan dan hukuman. Begitu halnya dengan memberi
pernyataan harus menghindari hal-hal yang menunjukkan
dominasi guru, misalnya dengan komentar atau pernyataan yang
mengandung ancaaman.
b. Memberi perhatian
Pengelolaan kelas yang baik ditandai dengan pembagian
perhatian yang baik, perbuatan membagi perhatian dapat
dikerjakan secara visual dan verbal.
Visual, yaitu guru dapat mengubah pandangannya dalam memperhatikan kegiatan pertama, sehingga dapat melirik ke kejadian kedua, tanpa kehilangan perhatian pada kegiatan pertama.
Memberi perhatian di sini yaitu memperhatikan s1swa
secara keseluruhan tidak terfokus atau tertuju pada satu arah saja
tetapi keseluruh arah.
c. Memusatkan perhatian.
Perbuatan ini penting untuk mempertahankan perhatian
siswa
dari
waktu ke waktu dan dapat dilaksanakan dengan cara menyiagakan siswa dan menuntut tanggung jawab siswa.Menyiagakan siswa maksudnya adalah memusatkan perhatian siswa kepada sesuatu hal sebelum guru menyampaikan materi pokok untuk menghindari penyimpangan perhatian siswa.
Menuntut tanggung jawab, hal ini sama berhubungan dengan cara guru memegang teguh kewajiban dan tanggung jawab yang dilakukan oleh siswa serta keterlibatan siswa dalam tugas. Contoh dengan meminta siswa untuk memperagakan, melaporkan, dan memberikan respon.26
Memusatkan perhatian ini agar siswa terpusat pada satu
arah ketika proses pembelajaran berlangsung, ini dilakukan dengan cara menyiagakan siswa dan meminta tanggung jawab
siswa.
Menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain
berpendapat bahwa memusatkan perhatian dapat dilakukan
dengan cara memberi tanda dan pertanggung jawaban. Memberi
tanda di sini misalnya menciptakan atau membuat situasi tenang
sebelum memperkenalkan objek, pertanyaan, atau topik, dengan
memilih siswa secara random untuk meresponnya.27
d. Memberi pentujuk dan tujuan yangjelas
Memberi petunjuk dan tujuan yang jelas agar siswa
konsentrasi dalam pembelajaran, karena sering terjadi kurangnya
konsentrasi disebabkan ketidak pahaman terhadap arah dan
untulc mengubah tingkah laku merupakan strategi remedial untuk
mengatasi siswa yang terns mengganggu atau yang tidak
melakukan tugas. Ataupun penguatan ini perlu dilakukan kepada
siswa yang memberikan respon positif dan memberikan pujian
atau pengbargaan. Dalam hal ini guru dapat menggunakan dua
macam cara sebagai berikut :
a) Guru dapat memberikan penguatan kepada siswa yang menggangu, yaitu dengan jalan "menangkap" siswa tersebut ketika ia sedang melakukan tingkah laku yang tidak wajar
b) Guru dapat memberikan penguatan kepada siswa yang bertingkah laku wajar dan dengan demikian menjadi contoh atau teladan tentang tingkah laku yang positif bagi siswa yang mengganggu.30
g. Kelancaran
Kelancaran atau kemajuan siswa dalam belajar adalah
tindakan bahwa siswa dapat memusatkan perhatiannya pada
pelajaran yang diberikan di kelas. Hal ini perlu didukung guru
dan jangan diganggu dengan hal-hal lain yang bisa membuyar
konsentrasi siswa.
Ada sejumlah kesalahan yang hams dihindari guru, yaitu :
a) Campur tangan yang berlebihan
Apabila seorang guru menggangu kegiatan yang sedang
asyik dilakukan oleh siswa dengan komentar, pertanyaan
atau petuajuk yang mendadak, kegiatan itu akan terganggu
bahkan bisa terputus.
b) Kelenyapan, yaitu diam dalam waktu yang lama, atau
melupakan langkah-langkah dalam pelajaran. Akhirnya
membiarkan pikiran siswa mengawang-awang, melantur,
dan ini mengganggu keefektifan serta kelancaran pelajaran.
2. Keterampilan yang berhubungan dengan pengembalian kondisi belajar
yang optimal.
Keterampilan ini berkaitan dengan respon guru terhadap
gangguan siswa yang berkelanjutan dengan maksud agar guru dapat
mengambil tindakan remedial untuk mengembalikan kondisi belajar
yang optimal. Tindakan tersebut adalah dengan menggunakan
strategi yang tepat yaitu modifikasi tingkah laku, guru dapat
menggunakan pendekatan pemecahan masalah kelompok dengan
cara memperlancar tugas-tugas dan memelihara kegiatan-kegiatan
kelompok. Menemukan dan memecahkan tingkah laku yang
menimbulkan masalah.
a. Modifikasi tingkah laku.
Modifikasi tingkah laku yaitu mengubah tingkah laku siswa
dengan cara memberikan penguatan sistematis.
Menurut Darwan Syah, modifikasi tingkah aku dengan cara :
a) Mengajarkan perilaku baru dengan contoh dan pembiasaan
b) Meningkatkan perilaku yang baik, melalui penguatan.
c) Mengurangi perilaku buruk dengnan hukuman.31
Menurut JJ. Hasibuan dan Moedjiono menjelaskan
beberapa langkah yang dipergunakan untuk mengorganisasi
tingkah laku, yaitu :
Dari uraian di atas modifikasi tingkah laku dapat
dilaksanakan dengan merinci tingkah laku yang menimbulkan
gangguan, memilih norma relitas yang sesuai, bekerjasama
dengan rekan atau konsuler, memilih tingkah laku yang
diperbaiki,memvariasikan pola penguatan, memberikan perilaku
baru dengan contoh pembiasaan, meningkatkan perilaku baik,
melalui penguatan dan mengurangi perilaku buruk dengan
hukuman.
b. Guru dapat menggunakan pendekatan masalah kelompok dengan
cara:
Menurut JJ Hasibuan dan Moedjiono dengan cara
memperlancar tugas dan memelihara kegiatan kelompok.33
Sedangkan menurut Darwan Syah adalah :
a) Memperlancar tugas dan memelihara kegiatan kelompok.
b) Penigkatan kerjasama dan keterlibatan
c) Menangani konflik dan memperkecil masalah yang timbu!34
Pendekatan masalah yang timbul dalam kelompok dapat
dilakukan dengan cara memperlancar tugas dan memelihara
kegiatan antar kelompok, meningkatkan kerjasama yang baik dan
keterlibatan, serta menangani konflik dan memperkecil masalah
yang timbul.
c. Menemukan dan mengatasi perilaku yang menimbulkan masalah
dengan cara:
Menurut Darwan Syah, adalah
a) Pengabaian yang direncanakan b) Campur tangan yang berlebihan c) Mengawasi secara ketat
d) Mengakui perasaan negatif siswa
f) Menjauhkan benda-benda yang dapat mengganggu konsentrasi
g) Menyusun kembali program belajar h) Menghilkan ketegangan dengan humor i) Mengekang secara fisik.35
Masshall menambahkan sebagaimana yang dikutip oleh JJ.
Hasibuan dan Moedjiono, adalah :
... Menguasai perasaan yang mendasari terjadinya suatu
perbuatan yang negatif, Mengungkap perasaan siswa,
Memindahkan masalah yang bersifat mengganggu, Menyusun kembali rencana belajar, Menghilangkan ketegangan dengan humor, Memindahkan penyebab gangguan, Pengekangan fisik, dan Pengasingan.36
Dari berbagai uraian teori tentang pengelolaan kelas, maka
yang dimaksud dengan pengelolaan kelas dalam penelitiaan
ini
adalah suatu usaha yang dilakukan oleh penanggung jawab
kegiatan belajar mengajar (guru) atau yang membantu dengan
maksud agar dicapai kondisi optimal melalui proses
merencanakan, mengorganisasikan, memotivasi dan mengawasi
sehingga dapat terlaksana kegiatan belajar seperti yang
diharapkan. Penge!olaan kelas tersebut dapat diukur dengan
indikator tanggap terhadap aktivitas be!ajar siswa, memberikan
perhatian kepada siswa, memusatkan perhatian ketika proses
pembelajaran berlangsung, memberi petunjuk dan tujuan yang
jelas agar siswa dapat berkonsentrasi, meminta tanggung jawab
terhadap sesuatu kegiatan, memberikan teguran dan penguatan
kepada siswa yang berprilaku menyimpang, mendukung
kelancaran siswa ketika proses belajar berlangsung, memodifikasi
tingkah laku yang menyimpang, menggunakan pendekatan
masalah kelompok, menemukan dan mengatasi perilaku yang
menimbulkan masalah dalam proses pembe!ajaran.
A.
Tempat dan waktu Penelitian.
Tempat yang dijadikan objek penelitian adalah MTs. Al-Falah III yang
terletak di JI. Masjid An Nur Grogol Utara Kebayoran Lama Jakarta Selatan.
Adapun waktu yang diperlukan dalam kegiatan penelitian ini yaitu pada bulan
September 2007.
B. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menelaah dan menganalisis mengenai
pelaksanaan pengelolaan kelas yang dilakukan oleh guru-guru di MTs.
AI-Falah III Jakarta.
C.
Metodologi Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian survey. Metodologi yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode deskriftif analisis. Penulis pertama-tama
mendeskripsikan obyek penelitian, setelah itu penulis mencoba mengkritisi
penelitian tersebut.
Penilitian ini merupakan penelitian kuantitatif, dengan penelitian ini
penulis akan mengambarkan temuan-temuan penelitian dan memperoleh
pemahaman yang mendalam sehingga dapat ditarik sebnah kesimpulan.
Untuk memperoleh data, informasi, dan fakta yang mengungkapkan dan
menjelaskan permasalahan dalam skripsi ini penulis menggunakan kuisioner
D. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisa yang ciri-cirinya
akan diduga.1Sejalan dengan pembatasan masalah di atas maka yang menjadi
populasi dalam penelitian ini adalah kepala Sekolah dan guru-guru di sekolah
MTs. Al - Falah III Jakarta yang berjumlah 22 orang.
Suharsimi Arikunto menegaskan bahwa untuk sekedar ancar-ancar maka
apabila subyeknya kurang dari 100, le.bih baik diambil semua. Sehingga
penelitiannya merupakan pehelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah
sumbernya besar atau lebih dari 100 dapat diambil antara 10%-15% atau
20%-25% atau lebih.2 Berdasarkan pendapat di atas maka penulis mengambil
jumlah keseluruhan yaitu total sampling sebanyak 22 orang guru.
E.
Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data tentang pelaksanaan pengelolaan kelas,
digunakan instrument penelitian primer kuisioner tertutup, dan untuk
memperoleh data penunjang digunakan instrumen penelitian yang meliputi
observasi, wawancara dan dokumentasi. Keempat instrument tersebut
digunakan untuk memperoleh data penelitian yang akurat sesuai dengan tema
di atas.
Secara rinci penggunaan instrument pengumpulan data dapat
dijelaskan sebagai berikut :
a. Kuisioner.
adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh
data tentang hal-hal yang terkait dengan pelaksanaan pengelolaan
b. Wawancara
Wawancara digunakan untuk data penunjang yaitu untuk mendapatkan
informasi data melalui tanya jawab dengan obyek penelitian yang
ditujukan kepada kepala sekolah untuk mengetahui bagaimana
pelaksanaan pengelolaan kelas yang dilakukan oleh para guru.
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal yang berupa
catatan, buku, surat, majalah, prasasti, notulen, agenda dan sebagainya.
Dalam penelitian ini penulis mencari data tentang sejarah berdirinya
Mts. Al-Falah III dan data guru MTs.Al-Falah III. d. · Observasi.
Y aitu mengamati secara langsung tentang keadaan sekolah yang
meliputi fasilitas, keadaan guru dan murid, serta sarana dan prasarana.
Tabel l
Kisi-kisi instrument Pelaksanaan Pengelolaan Kelas
No. Variabel Dimensi Indikator No. item
I. Pelaksanaan I. Terampil a. Tanggap terhadap 1-4
pengelolaan Memelihara aktivitas belajar siswa.
Kelas. Kondisi b. Memberikan perhatian 5&6
belajar yang kepada siswa
optimal. c. Memusatkan perhatian 7&8
ketika proses
pembelajaran
berlangsung.
d. Memberi petunjuk dan 9,10,ll
tujuan yangjelas agar
siswa dapat
[image:41.532.39.444.24.648.2]suatu kegiatan.
f. memberikan teguran
15-18 dan penguatan kepada
siswa yang berprilaku
menyimpang.
g. Mendukung kelancaran
19-23 siswa ketika proses
belajar berlangsung.
2. Terampil a. Memodifikasi tingkah 24-27
mengembang laku yang menyimpang.
kan kondisi b. Menggunakan 28,29,30
belajar yang pendekatan masalah
optimal dalam kegiatan
kelompok.
c. Menemukan dan 31-34
mengatasi perilaku yang
menimbulkan masalah
dalam proses
pembelajaran.
F.
Pengolahan Data
Setelah data yang diperlukan terkumpul, langkah selanjutnya
adalah mengolah data Mengolah data merupakan suatu cara yang digunakan
untuk menguraikan data yang diperoleh agar dapat dipahami bukan hanya oleh
orang yang meneliti, tetapi juga o!eh orang lain yang ingin mengetahui hasil
penelitian. Untuk mengolah data dalam penelitian ini penulis melakukan
dalam beberapa ha! penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, yaitu
dengan menggunakan presentasi. Untuk itu rumus yang digunakan adalah :
Ketetrangan :
P=_Exl00%
N
P : angka presentase
F : Frekuensi yang dicari presentasenya
A. Gambaran Umum Penelitian Madrasah Tsanawiyah Al-Falah
Jakarta Selatan
1. Sejarah Singkat Berdiri Madrasah Tsanawiyah Al-Falah
Yayasan Tarbiyah Islamiyah Al-Falah (YTIA) adalah suatu
yayasan yang bergerak di bidang pendidikan, da'wah dan sosial. Lahirnya
YTIA diawali dengan kegiatan pendidikan yang dilatar belakangi oleh
kondisi masyarakat sekitarnya.
Pada tahun 1968, banyak terjadi perkawinan pada usia muda,
mereka masih tergolong "hijau" dan sedikit pengalaman, pengetahuan dan
keterampilan yang mereka miliki, karena kebanyakan diantara mereka
yang melangsungkan pernikahan sebelum tamat Sekolah Dasar atau
Madrasah Ibtidaiyah. Oleh sebab itu ketika mencari anak-anak jebolan
Tsanawiyah sangat langkah. Apalagi abiturien Aliyah, bisa dikatakan
hampir tidak ada. Keadaan semacam itu bukan hanya terjadi di lingkungan
sekitar tempat Al-Falah, tetapi juga di daerah lain, yang dihuni oleh
masyarakat Betawi.
Setelah melihat latar belakang sejarah dan dasar tujuan dari
Madrasah tersebut, maka tidak lepas mengapa Madrasah ini dinamakan
Al-Falah. Inilah sekilas latar belakang pemberian nama dari Madrasah
tersebut. Tepatnya pada tanggal 28 Februari 1967 gedung sekolah yang
letaknya berseberangan dengan masjid Al- falah telah selesai dibangun dan
langsung diresrnikan oleh K. H. Rahmatullah Shiddiq. Sejak itulah tempat
ini digunakan untuk tempat belajar Ibtidaiyah, tetapi sekolah tersebut belum diberi narna. Akhirnya setelah mengadakan pembicaraan dan saling
tesendiri, yakni pada tahun pada tahun 1958, pengurus masjid
mengundang seorang penceramah yang cukup terkenal ketika itu yakni
Muhammad Natsir (Ketua Organisasi Islam Internasional) saat itu, dalam
rangka memperingati tahun baru Islam. Ketika itupun masjid yang
dijadikan tempat peringatan belum diberi nama.
Muhammad Natsir dalam ceramahnya mengupas tentang "Hayya
"Alai Falah" yang dihubungkan dengan kemenangan umat Islam pada
zaman lampau pada bulan Muharram. Dengan gaya yang mengesankan,
dengan metode pengajaran yang menarik dan isi ceramah yang bagus
banyak mengundang simpatik dan perhatian hadirin ketika itu. Beberapa
hari setelah peringatan tersebut, para pengurus masjid mengadakan
pertemuan yang bertujuan untuk memberi nama masjid tersebut. Isi
ceramah yang baru beberapa hari berlalu masih berbekas di ingatan dan
hati masyarakat, dan mereka pun saling memberi tanggapannya. Akhirnya
pertemuan itu membawa basil, mereka sepakat untuk memberi nama
masjid tersebut dengan nama "Al-Falah".
Begitupun yang terjadi sekitar 13 tahun kemudian, Madrasah yang
sebelahnya diberi nama "Al-Falah" yang berartikan kemenangan yang
dicapai masyarakat luas.
Dengan berpedoman kepada Khittah yayasan yang dipimpin oleh
K.H Rahmatullah Shiddiq dan latar belakang seperti tergambar diatas, para
tokoh AI-Falah bertekad untuk memperbaiki kondisi masyarakat. Jalan
yang paling tepat adalah membuka lembaga pendidikan yang setingkat
lebih tinggi dari SD atau MI dan seterusnya Target yayasan tidak hanya
sampai tingkat menengah tetapi pada tingkat perguruan tinggi.
Dana pembangunan Tsanawiyah ini diperoleh dari bantuan
masyarakat dan dari beberapa orang tertentu. Tanah yang di atasnya
dibangun lokal-lokal belajar adalah tanah wakaf dan sumbangan
Dalam tempo dua tahun, MI Al-Falah berkembang pesat. Setelah
memperhatikan berbagai kemungkinan dan menyimak berbagai pendapat
di lingkungan tenaga pendidik, maka pada tahun 1969 didirikan MTs.
Falah bersamaan dengan itu nama MI Falah bernbah menjadi SDI
Al-Falah karena Iebih dari separuh guru-guru AI-Al-Falah langsung diangkat
menjadi pegawai negeri melalui dinas P&P, Al-Falah diberi subsidi dan di
beri bangunan barn di jalan Pos Peongumben Kampung Kecil dan di beri
nama Al-Falah II.
Pada awalnya, MTs Al-Falah menempati lokasi Al-Falah di Kp. Barn Sukabumi Selatan Jakarta Barat, saat itu berada kelas I dan II. Kepala
sekolah pertama bernama KH. Ubaidilah Isa, karena tidak mungkin lagi
merangkap menjadi kepala sekolah Al-Falah I pagi dan petang serta
pimpinan MTs Al-Falah, maka terhitung tahu 1970 diangkatlah Husni
Mansyur sebagai kepala sekolah MTS. Dibawah kepemimpinan Pak Husni
dan Sekretarisnya H.A Dumyati MTs AI-Falah terns berkembang .Atas
kerjasama K.H Rahmatullah Shiddiq dan K.H. Azhari, tahun 1972 MTs
Al-Falah hijrah menempati lokasi JI. Masjid An-Nur Grogol Utara yang diberi
nama AI-Falah III dan belajar pagi hari. Kendati sampai tahun 1972 sudah
menamatkan siswanya beberapa kali, tapi barn tahun 1973 mengikut
sertakan muridnya dalam ujian MTs Negeri yang saat itu bernama MTs
AIN dan alhamdulillah semua lulus.
Al-Falah terns berkembang seperti harapan semula, sehingga tahun
1973, Madrasah Aliyah ditempatkan di AI-Falah IV, sementara untuk MTs
ditempatkan di tiga lokasi yaitu: AI-Falah III di Masjid An-Nur, Al-Falah V di Kemandoran, Al-Falah VI di Pondok Pesantren AI-Falah Kp. Barn
Jakarta Barat. Untuk memudahkan realisasi dan pelaksanaan tugas,
ditetapkan pimpinan ditiap-tiap sekolah yakni KH. Hibatullah Shiddiq
selaku kepala sekolah untuk tingkat MTs secara keseluruhan, dengan
Achfajs HT dengan pimpinan OSIS Suhadi Hamdan dan Drs. Sofyan
Tsauri. Seiring dengan perkembangan, mulai tahun pelajaran 1997 /1998
hingga saat ini tiga lokasi MTs Al-Falah kini menjadi : MTs Al-Falah II di
Pos Pengumben Sukabumi Utara Jakarta Barat. kegiatan belajar
mengajarnya dilangsungkan sore hari, dengan pimpinan harian dipegang
oleh Yusri HK, pembina OSIS M.Yasin Yahya. Al-Falah III di JI. Masjid
An-Nur Grogol Utara Kebayoran Lama Jakarta Selatan, pimpinan harian
dipegang oleh H. Fudhail Salim, pembina OSIS H. Syahril Murodi BA.
Mts Al-Falah IV berada di
n.
Mirah kencana permata Hijau Grogol UtaraJakarta Selatan, pirnpinan harian dipegang oleh Drs. Ibnu Umar Susilo
dan pembina OSIS Hehni Yusuf M.Ag. Secara keseluruhan MTs Al-Falah
sejak tahun 1983 sampai dengan tahun 2002 dipegang oleh KH.Hibatullah
Siddiq. Mulai tahun pelajaran 2005/2006 Mts Al-Falah dipegang oleh
Yusri H.K, S.PdI dan wakil kepala Madrasah EM. Sofyan., sedangkan
pirnpinan harian MTs Al-Falah II dipegang oleh H. Chozin Mas'us
BA.dan MTs Al-Falah III dipegang oleh EM. Sofyan.
Adapun tokoh-tokoh pendiri Madrasah Tsanawiyah Al-Falah
adalah:
1) K.H. Rahmatullah Shiddiq (sebagai perintis)
2) K.H. ubaidillah Isa
3) K.H. Drs. Dawan Anwar
4) K.H. Hibatullah Shiddiq.
2.
Visi dan Misi
a. Visi MTs. Al-Falah
Visi MTs. Al-Falah Jakarta adalah mengembangkan sumber daya
manusia yang berakhlak mulia dan berkualitas dalam pengarnalan
IMTAQ dan IPTEK.
2. Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan siswa sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dijiwai ajaran Islam.
3. Meningkatkan kualitas dan profesionalisme guru dalam menyikapi era globalisasi.
4. Mengantarkan siswa kejenjang pendidikan yang lebih tinggi
5. Menjalin ukhuwah antar sesama.
3.
Kurikulum Madrasah Tsanawiyah Al-Falah
Pada awaI tahun 1969 Madrasah ini belum memiliki kurikulum yang tepat. Materi pelajaran yang diberikan kepada siswa dengan perhitungan 40 jam materi pelajaran dari Departemen Agama ditambah 5 jam waktu pelajaran
yayasan.
Materi pelajaran yang diberikan yaitu : 1) Bahasa Arab
2) Nahwu 3) Sharaf 4) Balaghah
5) Bahasa Indonesia
6) Bahasa Inggris 7) Ilmu Ukur 8) Aljabar 9) Sejarah 10) Ilmu Alam 11) Ilmu Bumi 12) Ilmu Hayat
13) Olah Raga Kesehatan 14) Kesenian
lagi dalam membaca kitab yang tidak berharkat, sesuai dengan tujuan y