• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Akuntansi Pertanggung Jawaban Dan Total Quality Management Terhadap Kinerja Keuangan Terhadap PT. Sipataex Putri Lestari Bandung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Akuntansi Pertanggung Jawaban Dan Total Quality Management Terhadap Kinerja Keuangan Terhadap PT. Sipataex Putri Lestari Bandung"

Copied!
159
0
0

Teks penuh

(1)

1 1.1 Latar Belakang Peneltian

Pertumbuhan ekonomi dan industri manufaktur yang pesat saat ini mengakibatkan semakin ketatnya persaingan bisnis secara global. Agar dapat tetap bertahan dalam dunia bisnis global setiap perusahaan harus bisa mengontrol barang yang akan di produksi. Sehingga kualitas yang dihasilkan akan lebih optimal dan lebih diterima oleh konsumen. Ekspor Indonesia harus dapat bersaing dalam pasar internasional, sedangkan produk dalam negeri kita harus mampu bersaing dengan produk luar negeri di negara kita sendiri. Oleh karena itu, setiap koorporasi suatu negara harus bersaing, mencari, memperluas, dan mempertahankan pangsa pasar yang sudah ada baik pada tingkat domestik, regional maupun tingkat dunia atau internasional. Jika tidak dapat bersaing secara sehat, maka suatu koorporasi akan mengalami kemunduran.

(2)

berkualitas tinggi (better quality), dengan biaya produksi yang ditekan serendah mungkin (lower cost), dengan harga produk atau jasa yang layak (reasonable price), memiliki keunggulan terhadap mutu yang diminta (quality in demand), kegiatan promosi yang lebih efektif (more effective), serta proses pendistribusian produk atau jasa yang semakin cepat kepada pelanggannya.

Upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas, produktivitas, efisiensi dan efektivitas perlu dilakukan secara terencana dan melibatkan partisipasi aktif dari semua unsur terkait dalam perusahaan, agar pelaksanaannya dapat berjalan dengan lancar. Maka seorang manajer perusahaan harus lebih bisa meningkatkan kinerja semua unsur yang terkait dalam perusahaan, agar semua kegiatan perusahaan yang telah direncanakan dapat tercapai. Dimulai dari cleaning service, satpam, karyawan, sampai pimpinan harus memiliki kinerja yang baik. Sehingga dengan begitu semua unsur yang terkait dalam perusahaan tersebut akan menghasilkan suatu sistem kerja yang harmonis. Maka dengan keharmonisan tersebut tujuan perusahaan untuk mendapatkan laba akan tercapai sehingga menghasilkan kinerja keuangan yang baik.

(3)

Setiap perusahaan baik yang bergerak di bidang manufaktur maupun dagang memiliki tujuan utama yaitu memaksimumkan laba dengan meminimkan segala macam biaya yang ada. Dimana laba tersebut dapat diperoleh dari pendapatan dikurangi biaya-biaya operasi maupun biaya yang lainnya. Maka dari itu untuk mencapai tujuan perusahaan memaksimalkan laba maka setiap perusahaan perlu menyusun suatu perencanaan (anggaran) yang menyeluruh tentang kegiatan perusahaan pada waktu yang akan datang yang dibuat berdasarkan data waktu sebelumnya yang disesuaikan dengan tujuan agar anggaran yang disusun dapat dijadikan suatu gambaran yang real untuk kondisi masa yang akan datang agar segala macam penyimpangan yang mungkin dapat diminimalkan.

Anggaran sangat penting bagi suatu perusahaan karena anggaran dapat digunakan untuk mengendalikan kegiatan, yaitu dengan cara membandingkan anggaran yang telah ditetapkan terlebih dahulu dengan pelaksanaannya, kemudian apabila terdapat penyimpangan, maka penyimpangan tersebut dianalisis agar diketahui penyebab-penyebabnya dan dapat dilakukan perbaikan-perbaikan untuk waktu yang akan datang.

(4)

Sistem akuntansi pertanggungjawaban merupakan bagian dari informasi yang disediakan bagi para manajer. Sistem ini merupakan sistem pengukuran keuangan yang mencatat rencana-rencana dan kinerja menurut variabel-variabel keuangan terhadap manajer bertanggung jawab. Akuntansi pertanggungjawaban (responsibility accounting) adalah bentuk akuntansi khusus yang dipakai untuk mengevaluasi kinerja keuangan.

(5)

disediakan selama tahun anggaran bagi menejer yang diberi peran untuk mencapai sasaran perusahaan.

Menurut Cory Berlient menjelaskan hasil penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh informasi akuntansi pertanggungjawaban, proses peningkatan kinerja manajer dan besarnya pengaruh informasi akuntansi pertanggungjawaban dalam meningkatkan kinerja manajer. Kesimpulan dari penelitian ini adalah manajer pusat laba harus bertanggung jawab terhadap perencanaan laba yang akan mempengaruhi kinerja menejer.

Dalam hal ini dibutuhkan suatu sistem pengendalian mutu yang sesuai dengan permasalahan di atas. Pengendalian mutu juga dikembangkan oleh Amerika Serikat selama pasca perang dunia kedua, kemudian dr. Deming memperkenalkannya ke Jepang sekitar tahun 1950-an. Pada waktu itu semua produk ”made in japan” dianggap tidak bermutu dan tidak laku di pasaran internasional. Tetapi dengan adanya usaha yang keras dan dengan diterapkannya pengendalian mutu, Jepang mampu mengubah pandangan dunia, dan bahkan menjadi contoh negara yang perusahaan-perusahaannya mendapat julukan sebagai industri berteknologi tinggi yang memiliki kualitas produk dan memberikan kepuasaan yang tinggi bagi para pelanggannya.

(6)

pengembangan keterampilan dan mengurangi biaya produksi. TQM dapat diartikan juga sebagai teknik dimana manager mengembangkan kebijakan – kebijakan dan praktik – praktik untuk meyakinkan bahwa produk dan jasa perusahaan dapat memenuhi harapan pelanggan. Tujuan dari TQM adalah untuk perbaikan mutu produk, jasa dan proses, dimana mutu tersebut diperoleh dengan tingkat biaya yang paling ekonomis, yang akan berpengaruh pada produktivitas, kepuasan konsumen, pencapaian laba dan kinerja keuangan perusahaan.

Menurut Kurnianingsih, 2007 menjelaskan hasil penelitiannya yaitu untuk membuktikan bahwa sistem pengukuran kinerja dan sistem penghargaan memperkuat hubungan moderating terhadap hubungan antara TQM dengan kinerja manajerial. Namun penelitian lain yang dilakukan oleh Renaldi Bursan dan Susni Herwanti, 2007 Korelasi yang negatif ini menjelaskan bahwa apabila kinerja secara keseluruhan meningkat maka TQM malah menurun dan sebaliknya.

(7)

semakin baik maka pelanggan akan meningkat dan hal itu akan meningkatkan penjualan sehingga meningkatkan laba pula yang akhirnya menggambarkan kinerja keuangan yang baik.

Penelitian mengenai Akuntansi Pertanggungjawaban dan Total Quality Management ( TQM ) itu pun telah penulis lakukan pada PT. SIPATEX PUTRI LESTARI Bandung. Perusahaan ini merupakan perusahaan manufaktur yang bergerak dalam bidang tekstil yang berproduksi berdasarkan pesanan, dimana pasar yang dituju oleh perusahaan ini adalah pasar internasional karena 80% dari hasil produksi di ekspor ke luar negeri maka PT. SIPATEX PUTRI LESTARI harus benar - benar memperhatikan kualitas agar dapat bersaing di pasar internasional. Seperti halnya perusahaan manufaktur lainnya, perusahaan ini mempunyai kegiatan pokok mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual, dalam menentukan harga jual tersebut sangat dipengaruhi oleh besarnya biaya produksi. Dalam kegiatan pokoknya PT. SIPATEX PUTRI LESTARI sangat memperhatikan penyusunan anggaran biaya produksi sangat tergantung dengan kurs dollar. Kenaikan kurs dollar pada tahun 2006 sangat berdampak pada harga bahan baku yang cenderung meningkat dimana perusahaan sebagian besar bahan bakunya masih mengimpor, walaupun pada saat ini nilai rupiah mulai stabil bahkan menguat tetapi harga bahan baku tidak menurun. Hal ini disebabkan karena harga bahan baku bergantung pada harga pasar dunia.

(8)

produksi perusahaan untuk melihat sejauhmana anggaran biaya produksi dengan realisasinya.

Anggaran yang sudah disusun dapat berjalan atau sesuai dengan realisasinya, ada beberapa bagian dari anggaran yang sudah disusun yang tidak sesuai dengan pelaksanaannya masih ditemukan adanya realisasi yang tidak terkontrol dan menyebabkan penyimpangan yang cukup merugikan perusahaan, dapat dilihat pada Tabel 1.1

Tabel 1.1

Anggaran Biaya Produksi dan Realisasi Biaya Produksi Pada PT. SIPATEX PUTRI LESTARI Bandung

dalam rupiah

Sumber: Data perusahaan yang telah diolah perusahaan 2010.

(9)

43.060.297.413 dan Rp. 43.922.709.309 Hal ini dikarenakan pada tahun 2006 nilai kurs dollar yang meningkat, sehingga mempengaruhi harga bahan baku menjadi meningkat dan diikuti dengan kenaikan dari harga bahan baku itu sendiri.

(10)

Tabel 1.2

Data Penurunan Kualitas

PT. SIPATEX PUTRI LESTARI Bandung

dalam rupiah

Tahun

Jenis Kesalahan

Total

Weaving Printing Texture Packing

2000 300,840,630 410,120,830 200,056,042 117,183,323 1,028,200,825 2001 107.891.509 760.805.281 522.319.016 359.215.532 1.750.231.338 2002 1,135,770,009 809,367,321 561,633,351 390,451,666 2,897,222,347 2003 1.668.888.350 944.546.039 628.025.970 516.731.199 3.758.191.559 2004 1,756,724,579 1,004,836,212 675,296,742 561,664,347 3,998,521,880 2005 1,041,715,318 2,083,430,635 1,041,715,318 347,238,439 4,514,099,709 2006 2,231,489,007 2,061,389,990 1,018,466,053 611,981,523 5,923,326,573 2007 285.798.598 389.614.788 190.053.240 111.324157 976.790738 2008 282.790.192 385.513.580 188.052.119 108.980.490 956.226.767 2009 276.773.379 377.311.163 184.051.559 107.808.657 945.955.759 Sumber: Data perusahaan yang telah diolah perusahaan 2010

(11)

Tabel 1.3 Sumber: Data perusahaan yang telah diolah perusahaan 2010.

Tabel 1.4 Data Pelanggan

PT. SIPATEX PUTRI LESTARI Bandung

Sumber: Data perusahaan yang telah diolah perusahaan 2010 Tahun

Pelanggan

Total

Lama Baru

(12)

Dari kedua tabel di atas dapat diketahui jumlah jenis – jenis kesalahan yang mengakibatkan kualitas produk menurun dan data pelanggan. Pada tahun 2005 sampai 2006 total kualitas produk menurun pada PT. SIPATEX PUTRI LESTARI mengalami peningkatan, hal tersebut mengakibatkan pelanggan semakin berkurang karena dengan kualitas produk yang menurun para pelanggan pun menolak untuk menerimanya.

(13)

Tabel 1.5

Data Perspektif Keuangan

PT. SIPATEX PUTRI LESTARI Bandung

dalam rupiah

2000 547.977.464.255 496.583.272.210 51.394.192.045 (17.530.938.885) 10.799.646.433 0% 10.799.646.433 2001 547.355.432.746 496.541.232.100 50.814.200.646 (17.337.531.469) 10.610.326.605 0% 10.610.326.605 2002 546.827.347.224 496.225.335.764 50.602.011.460 (17.250.291.376) 10.596.810.971 0% 10.596.810.971 2003 546.476.577.385 496.152.244.596 50.324.332.789 (17.089.738.899) 10.590.132.446 0% 10.590.132.446 2004 545.834.289.317 496.114.218.374 49.720.070.943 (16.823.698.210) 10.538.169.706 0% 10.538.169.706 2005 544,715,106,215 496,054,913,054 48,660,193,161 (15,936,570,143) 10,071,854,844 0% 10,071,854,844 2006 469,824,196,200 438,764,931,344 31,059,264,856 (5,352,212,131) 7,265,199,063 0% 7,265,199,063 2007 587,599,695,545 499,668,397,420 87,931,298,125 (47,717,793,307) 10,213,119,956 0% 10,213,119,956 2008 604,526,176,430 522,234,566,125 82,291,610,305 (40,670,082,074) 13,920,086,536 0% 13,920,086,536 2009 610,052,426,480 519,110,770,607 90,941,655,873 (43,915,235,075) 16,891,488,484 0% 16,891,488,484

Sumber: Data perusahaan yang telah diolah perusahaan 2010

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dalam bentuk skripsi dengan judul “ Analisis Akuntansi Pertanggungjawaban dan Total Quality Management ( TQM ) Terhadap Kinerja Keuangan Pada PT.SIPATEX”

1.2 Identifikasi Masalah dan Rumusan Masalah 1.2.1 Identifikasi Masalah

(14)

1. Anggaran biaya produksi pada PT. SIPATEX PUTRI LESTARI lebih kecil dibandingkan realisasinya hal ini diakibatkan kenaikan bahan baku.

2. PT. SIPATEX PUTRI LESTARI pernah mengalami penurunan kualitas sehingga permintaan menurun dan ditolak oleh pelanggan. 3. Terjadinya anggaran biaya lebih kecil dibandingkan relisasi dan diikuti

menurunnya pelanggan yang mengkibatkan kinerja keuangan menurun.

1.2.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dikemukakan diatas, penulis merumuskan masalah-masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana pengaruh Akuntansi Pertanggungjawaban dan Total Quality Management ( TQM ) terhadap kinerja keuangan secara parsial pada PT. SIPATEX PUTRI LESTARI Bandung.

2. Bagaimana pengaruh Akuntansi Pertanggungjawaban dan Total Quality Management ( TQM ) terhadap kinerja keuangan secara simultan pada PT SIPATEX PUTRI LESTARI Bandung.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian

(15)

1.3.2 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan identifikasi masalah dan perumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan :

1. Untuk mengetahui pengaruh Akuntansi Pertanggungjawaban dan Total Quality Management ( TQM ) terhadap kinerja keuangan secara parsial pada PT SIPATEX PUTRI LESTARI Bandung.

2. Untuk mengetahui besarnya pengaruh Akuntansi Pertanggungjawaban dan Total Quality Management ( TQM ) terhadap kinerja keuangan secara simultan pada PT SIPATEX PUTRI LESTARI Bandung.

1.4 Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pihak-pihak yang berkepentingan. Kegunaan hasil penelitian ini adalah dapat bermanfaat baik secara akademis maupun secara praktis.

1.4.1 Kegunaan Akademis

Adapun kegunaan penelitian ini adalah dapat bermanfaat secara akademis sebagai berikut :

1. Bagi Peneliti

(16)

2. Bagi pengembangan ilmu akuntansi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat tambahan pengetahu, yang menyajikan informasi umumnya mengenai pengendalian biaya, khususnya mengenai Akuntansi Pertanggungjawaban dan Total Quality Management ( TQM ) sebagai bahan referensi untuk penelitian dalam bidang akuntansi manajemen dan akuntansi biaya.

3. Bagi peneliti lain

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber informasi, bahan referensi dan bahan perbandingan bagi mereka yang berminat untuk meneliti mengenai masalah yang penulis bahas.

1.4.2 Kegunaan Praktis

Adapun kegunaan penelitian ini adalah dapat bermanfaat secara praktis bagi :

1. PT. Sipatex, Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi perusahaan untuk melakukan analisis akuntansi pertanggungjawaban dalam penyusunan anggaran dan TQM harus memperhatikan kualitas bahan baku agar perusahaan dapat merencanakan laba yang optimal.

2. Divisi biaya, bahwa anggaran biaya produksi harus sebanding dengan realisasi untuk mempermudah dalam penyusunan anggaran.

(17)

1.5 Lokasi Dan Waktu Penelitian 1.5.1 Lokasi Penelitian

Lokasi Penelitian ini dilakukan pada PT. SIPATEX PUTRI LESTARI Bandung yang berlokasi di Jl. Putri No. 6 Bandung 40152, Jawa Barat. Telp. (022) 7307777, Fax. (022) 7307777.

1.5.2 Waktu penelitian

(18)

Tabel 1.6 1.Membuat outline dan

proposal UP

(19)

19 2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Akuntansi pertanggungjawaban

Akuntansi pertanggungjawaban didasarkan pada pemikiran bahwa seorang manajer harus dibebani tanggung jawab atas kinerjanya sendiri dan kinerja bawahannya. Konsep akuntansi pertanggungjawaban menjadi pedoman departemen akuntansi untuk mengumpulkan, mengukur, dan melaporkan kinerja sesungguhnya, kinerja yang diharapkan, dan selisih yang timbul dalam setiap pertanggungjawaban.

Menurut Mulyadimenjelaskan bahwa :

“Akuntansi pertanggungjawaban adalah suatu sistem akuntansi yang disusun sedemikian rupa sehingga pengumpulan dan pelaporan biaya dan pendapatan dilakukan sesuai dengan pusat pertanggungjawaban dalam organisasi, dengan tujuan agar dapat ditunjuk orang atau kelompok orang yang bertanggung jawab atas penyimpangan biaya dan pendapatan yang dianggarkan”.

(2001 : 218) Definisi tersebut mengatakan bahwa akuntansi pertanggungjawaban mengelompokkan organisasi atas pusat-pusat pertanggungjawaban, sehingga apabila terjadi penyimpangan atas anggaran, maka pihak manajemen dapat mencari orang yang bertanggungjawab atas penyimpangan yang terjadi. Akuntansi pertanggungjawaban bukan hanya untuk menunjukkan terjadinya penyimpangan

biaya yang diperlihatkan dalam laporan kinerja manajer, tetapi yang terutama adalah

sebagai manfaat dengan memberi informasi bagaimana kegiatan yang menjadi tugas

(20)

Melalui informasi ini diharapkan akan timbul motivasi bagi manajer untuk

bekerja lebih efektif dan efisien serta dapat melakukan tindakan korektif yang

diperlukan agar hasil yang diperoleh merupakan yang terbaik dengan tidak

mengesampingkan tujuan perusahaan.

Sementara menurut Hansen dan Mowen menjelaskan bahwa :

“Akuntansi Pertanggungjawaban adalah sebuah sistem yang disusun untuk mengukur hasil setiap pusat pertanggungjawaban dan membandingkan hasil-hasil tersebut dengan hasil yang diharapkan atau yang dianggarkan”.

(2001 : 818) Dapat disimpulkan bahwa akuntansi pertanggungjawaban merupakan suatu sistem yang digunakan oleh perusahaan untuk mengevaluasi kinerja pusat-pusat pertanggungjawaban dan memudahkan pengendalian atas hasil dan biaya yang menjadi tanggung jawab manajer yang bersangkutan.

Menurut Harahap syarat-syarat penerapan akuntansi pertanggungjawaban

yang baik adalah:

a. Memiliki struktur organisasi yang baik. Struktur organisasi yang baik artinya memiliki batasan terhadap wewenang dan tanggungjawab yang tegas dan jelas sehingga setiap bagian dengan bagian lain tidak merasa bingung.

b. Memberikan sistem reward dan punishment berdasarkan standart pertanggungjawaban yang ditetapkan.

c. Memiliki sistem akuntansi yang sejalan dan disesuaikan dengan pusat pertanggungjwaban.

d. Anggaran atau budget harus disusun menurut pusat-pusat pertanggungjawaban. Anggaran harus disusun sesuai dengan tingkatan manajemen dalam organisasi yang diatur dalam sistem pertanggungjawaban.

e. Terdapat sistem pelaporan pendapatan dan biaya dari manajer yang sesuai dengan tanggungjawabnya.

(21)

g. Harus ada akibat baik berupa penghargaan reward maupun penalties

sebagai akibat prestasinya sesuai dengan ukuran tanggungjawabnya. (2001 : 169) Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa penerapan akuntansi pertanggungjawaban yang baik harus memiliki syarat yang telah ditentukan. Jika salah satu syarat yang ada tersebut ada yang tidak terpenuhi maka sistem akuntansi pertanggungjawaban tersebut tidak sempurna, sehingga harus ada perbaikan-perbaikan untuk menyempurnakannya.

2.1.1.1 Manfaat Informasi Akuntansi Pertanggungjawaban

Informasi akuntansi pertanggungjawaban merupakan aktiva, biaya, yang dihubungkan dengan manajer yang yang bertanggungjawab terhadap pusat pertanggungjawaban tertentu.

Menurut Mulyadi dapat diartikan sebagai berikut :

“Informasi akuntansi pertanggungjawaban yang berupa informasi masa yang akan datang bermanfaat untuk penyusunan anggaran. Sedangkan informasi akuntansi pertanggungjawaban yang berupa informasi masa lalu bermanfaat sebagai penilai kinerja manajer pusat pertanggungjawaban dan pemotivasi manajer”.

(2001 : 174) Akuntansi pertanggungjawaban sangat diperlukan dan bermanfaat bagi perusahaan besar yang kegiatan usahanya memerlukan pembagian tugas dan tanggung jawab.

Adapun manfaat akuntansi pertanggungjawaban menurut Soekarnoadalah:

a. Mutu berbagai keputusan lebih baik, sebab dibuat oleh pimpinan yang berada di tempat terjadinya isu-isu yang relevan.

(22)

c. Bagi pimpinan pusat pertanggungjawaban, pendelegasian wewenang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan inovasi dan kreativitasnya.

(2002:35) Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa manfaat informasi akuntansi pertanggungjawaban menurut Soekarnoadalah sebagai berikut : a. Sebagai dasar penyusunan anggaran

Proses penyusunan anggaran pada dasarnya merupakan proses penetapan peran (role setting) dalam usaha pencapaian sasaran perusahaan. Dalam proses penyusunan anggaran ditetapkan siapa yang akan berperan dalam melaksanakan sebagaian aktivitas pencapaian sasaran perusahaan dan ditetapkan pula sumber daya yang disediakan bagi pemegang peran tersebut untuk memungkinkannya melaksanakan perannya. Sumber daya yang disediakan untuk memungkinkan manajer berperan dalam usaha pencapaian sasaran perusahaan tersebut diukur dengan satuan moneter standar yang berupa informasi akuntansi.

b. Penilai kinerja manajer pusat pertanggungjawaban

Informasi akuntasi pertanggungjawaban merupakan informasi yang penting dalam proses perencanaan dan pengendalian aktivitas organisasi,karena informasi tersebut menekankan hubungan antara informasi dengan manajer yang bertanggungjawab terhadap perencanaan dan realisasinya. Pengendalian dapat dilakukan dengan cara memberikan peran bagi setiap manajer untuk merencanakan pendapatan dan/atau biaya yang menjadi tanggungjawabnya, dan kemudian menyajikan informasi realisasi pendapatan dan/atau biaya tersebut menurut manajer yang bertanggungjawab mencerminkan skor (score) yang dibuat oleh setiap manajer dalam menggunakan berbagai sumber daya untuk melaksankan peran manajer tersebut dalam mencapai sasaran perusahaan.

(2002 : 38) 2.1.1.2Pusat Pertanggungjawaban

(23)

Definisi pusat pertanggungjawaban menurut Hansen dan Mowenadalah :

“Pusat pertanggungjawaban (responsibility center) merupakan suatu segmen bisnis yang manajernya bertanggung jawab terhadap serangkaian kegiatan-kegiatan tertentu.”

(2009:560) Menurut Robert N. Anthony dan Vijay Govindarajan pusat pertanggungjawaban adalah

“Organisasi yang dipimpin oleh seorang manajer yang bertanggung jawab terhadap aktivitas yang dilakukan.”

(2009:171) Sehingga dapat disimpulkan bahwa pusat pertanggungjawaban merupakan suatu unit dari organsisasi yang dikepalai oleh seorang manajer yang bertanggung jawab terhadap hasil dari aktivitas yang dilakukan oleh unit tersebut.

Jenis-jenis Pusat Pertanggungjawaban

(24)

Hubungan antara masukan dan keluaran suatu pusat pertanggungjawaban mempunyai karakteristik tertentu. Hampir semua masukan suatu pusat pertanggungjawaban dapat diukur secara kuantitatif, namun tidak semua keluaran pusat pertanggungjawaban dapat diukur secara kuantitatif.

Menurut Anthony dan Govindarajan ada empat jenis pusat pertanggungjawaban sebagai berikut :

a. Pusat pendapatan b. Pusat biaya c. Pusat laba d. Pusat investasi

(2009) Penjelasan tersebut dapat di uraiakan sebagai berikut :

a. Pusat pendapatan

Di pusat pendapatan, suatu output (yaitu, pendapatan) diukur secara moneter, akan tetapi tidak ada upaya formal yang dilakukan untuk mengaitkan input (yaitu, beban atau biaya) dengan output. Pada umumnya, pusat pendapatan merupakan unit pemasaran/penjualan yang tak memiliki wewenang untuk menetapkan harga

(25)

b. Pusat biaya

Pusat biaya adalah pusat pertanggungjawaban yang inputnya diukur secara moneter, namun outputnya tidak. Pusat biaya (cost center), manajer departemen atau divisi diserahi tanggung jawab untuk mengendalikan biaya yang dikeluarkan dan otoritas untuk mengambil keputusan-keputusan yang mempengaruhi biaya tersebut. Pusat biaya merupakan jenis pusat pertanggungjawaban yang digunakan secara luas. Hal ini karena bidang-bidang di mana manajer mempunyai tanggung jawab dan otoritas atas biaya dapat diidentifikasi dengan cepat pada sebagian besar perusahaan. Besar atau kecilnya pusat biaya tergantung pada aktivitas-aktivitasnya. Manajer pusat biaya perlu memastikan bahwa tugas-tugas yang diembannya dituntaskan dalam batasan yang diperkenankan oleh anggaran atau biaya standar. Manajer pusat biaya memakai biaya standar dan anggaran yang fleksibel untuk mengendalikan biaya. Apabila selisih dari standar bersifat signifikan, manajemen haruslah menginvestigasi aktivitas-aktivitas pusat biaya dalam upaya menentukan apakah biaya di luar kendali, atau sebaliknya, standar biayanya yang memang perlu direvisi. Manajer pusat biaya tidak membuat keputusan menyangkut penjualan ataupun jumlah aset tetap yang diinvestasikan pada pusat biaya tersebut.

(26)

mengakibatkan tidak adanya keharmonisan dengan tujuan perusahaan secara keseluruhan. Untuk menanggulangi tendensi ini perlu ditetapkan jenis dan banyaknya produksi yang dikehendaki serta standar mutu yang diisyaratkan.

c. Pusat laba

(27)

d. Pusat investasi

Di unit usaha yang lain, laba dibandingkan dengan aktiva yang digunakan untuk menghasilkan laba tersebut. Pusat pertanggungjawaban ini disebut sebagai pusat investasi. Ukuran prestasi manajer pusat investasi dapat berupa rasio antara laba dengan investasi yang digunakan untuk memperoleh laba tersebut.

2.1.1.3 Anggaran

(28)

Menurut Robert N. Anthonydan Vijay Govindarajanyang dialih bahasakan oleh F. X. Kurniawan Tjakrawala dan Krista anggaran didefinisikan sebagai berikut :

“Alat penting untuk perencanaan dan pengendalian jangka pendek yang efektif dalam organisasi. “

(2005:73) Suatu anggaran operasi biasanya meliputi waktu satu tahun dan menyatakan pendapatan dan biaya yang direncanakan untuk tahun itu. Anggaran memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut Anthony dan Govindarajan:

a. Anggaran mengestimasikan potensi laba dari unit bisnis tersebut.

b. Dinyatakan dalam istilah moneter, walaupun jumlah moneter mungkin didukung dengan jumlah non moneter .

c. Biasanya meliputi waktu selama satu tahun. Dalam bisnis-bisnis yang sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor musiman, mungkin ada dua anggaran per tahun.

d. Merupakan komitmen manajemen; manajer setuju untuk menerima tanggung jawab atas pencapaian tujuan-tujuan anggaran.

e. Usulan anggaran ditinjau dan disetujui oleh pejabat yang lebih tinggi wewenangnya dari pembuat anggaran.

f. Setelah disetujui, anggaran hanya dapat diubah dalam kondisi-kondisi tertentu.

g. Secara berkala, kinerja keuangan aktual dibandingkan dengan anggaran, dan varians dianalisis serta dijelaskan.

(2005) Sedangkan menurut Anthony, dan kawan-kawan (dikutip oleh Diana Putri), berdasarkan pusat-pusat pertanggungjawaban, anggaran dibagi menjadi tiga jenis, yaitu :

1. Anggaran Biaya 2. Anggaran Pendapatan 3. Anggaran Laba

(29)

Penjelasan tersebut dapat di uraiakan sebagai berikut : 1. Anggaran biaya

Anggaran biaya dapat dibagi ke dalam dua macam, yaitu :

1) Anggaran yang menyangkut pengeluaran terukur (engineered expenses). Dalam pusat tanggung jawab, di mana keluaran dapat diukur.

2) Anggaran yang menyangkut pengeluaran diskresioner (discretionary expenses) di pusat tanggung jawab, di mana keluaran tidak dapat diukur. 2. Anggaran pendapatan

Anggaran pendapatan mempunyai karakteristik berikut, yaitu : 1) Anggaran ini dirancang untuk mengukur efektifitas pemasaran.

2) Manajer pemasaran tidak dapat dituntut untuk sepenuhnya bertanggung jawab atas pencapaian sasaran yang dianggarkan seperti halnya dengan anggaran biaya.

3. Anggaran laba

Anggaran laba divisi digunakan oleh manajemen puncak :

1. Untuk mereview unjuk kerja keuangan perusahaan total yang diharapkan untuk tahun mendatang dan untuk mengambil tindakan tertentu bila unjuk kerja tersebut tidak memuaskan.

2. Untuk merencanakan dan mengkoordinasikan kegiatan keseluruhan perusahaan.

3. Untuk berperan serta dalam perencanaan divisi.

(30)

Menurut Harahapmegemukakan bahwa :

“Jika biaya Realisasi lebih besar daripada budget maka diangggap tidak menguntungkan ( Unfavorable ), sebaliknya jika Realisasi lebih rendah dari budget maka dianggap menguntungkan ( Favorable)” .

(2001:225) 2.1.2 Total Quality Management ( TQM )

2.1.2.1 Pengertian Total Quality Management ( TQM )

Total Quality Management ( TQM ) pada awalnya diperkenalkan oleh Jepang dengan istilah Total Quality Control ( TQC ). Sebenarnya tidak ada perbedaan yang mencolok antara TQM dengan TQC, hanya saja penekanannya berbeda, dimana TQC lebih berfokus pada pengendaliannya (control) sedangkan TQM lebih berfokus pada manajemennya. Jepang sendiri telah membuktikan bahwa kualitas merupakan prasyarat utama agar bisa bersaing dalam dunia bisnis. Hal ini dibuktikan dengan masuknya perusahaan-perusahaan Jepang dengan produk yang murah namun berkualitas baik.

(31)

Ada beberapa definisi TQM dari para ahli, yaitu :

Menurut Fandy Tjiptonodan Anastasia Diana, mengemukakan bahwa : Total Quality Management merupakan suatu pendekatan dalam menjalankan usaha yang mencoba untuk memaksimumkan daya saing organisasi melalui perbaikan terus-menerus atas produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungannya”.

(2003:4) Sedangkan menurut Vincent Gasperz, mengemukakan bahwa :

Total Quality Management didefinisikan sebagai suatu cara meningkatkan performansi secara terus menerus (continous performance improvement) pada setiap level operasi atau proses, dalam setiap area fungsional dari suatu organisasi, dengan menggunakan semua sumber daya manusia dan modal yang tersedia”.

(2001:6) Selanjutnya menurut Amin Widjaja Tunggal yaitu :

Total Quality Management merupakan suatu pengelolaan organisasi secara menyeluruh agar organisasi memperoleh keunggulan pada semua dimensi produk dan jasa yang penting bagi pelanggan dan bahwa kualitas mencakup keseluruhan organisasi pada setiap organisasi pada setiap hal yang dilakukan organisasi yang pada akhirnya kualitas akan didefinisikan pelanggan”.

(32)

2.1.2.2 Prinsip – Prinsip TQM

TQM merupakan suatu konsep yang berupaya melaksanakan sistem manajemen kualitas kelas dunia. Untuk itu diperlukan perubahan besar dalam budaya dan sistem nilai suatu organisasi.

Menurut Hensler dan Brunell, ada empat prinsip utama dalam TQM. Ke empat prinsip tersebut adalah :

1. Kepuasan Pelanggan

2. Respek Terhadap Semua Orang 3. Manajemen Berdasarkan Laba 4. Perbaikan Berkesinambungan

(2003:14) Penjelasan tersebut dapat di uraiakan sebagai berikut :

1) Kepuasan Pelanggan

Dalam Total Quality Management, konsep mengenai kualitas dan pelanggan diperluas. Kualitas tersebut ditentukan oleh pelanggan. Pelanggan itu sendiri meliputi pelanggan internal dan pelanggan eksternal. Kebutuhan pelanggan diusahakan untuk dipuaskan dalam segala aspek, termasuk didalamnya harga, keamanan, dan ketepatan waktu. Oleh karena itu segala aktivitas perusahaan harus dikoordinasikan untuk memuaskan para pelanggan. Kualitas yang dihasilkan suatu perusahaan sama dengan nilai yang diberikan dalam rangka meningkatkan kualitas hidup para pelanggan.

2) Respek Terhadap Semua Orang

(33)

tersendiri yang unik. Karyawan merupakan sumber daya organisasi yang paling bernilai. Oleh karena itu setiap orang dalam organisasi diperlakukan dengan baik dan diberi kesempatan untuk terlibat dan berpartisipasi dalam tim pengambil keputusan.

3) Manajemen Berdasarkan Fakta

Maksudnya bahwa setiap keputusan selalu didasarkan pada data, bukan sekedar perasaan. Ada dua konsep pokok berkaitan dengan hal ini, yaitu : a. Prioritisasi, yakni suatu konsep bahwa perbaikan tidak dapat dilakukan

pada semua aspek pada saat yang bersamaan, mengingat keterbatasan sumber daya yang ada. Dengan menggunkan data maka manajemen dan tim dalam organisasi dapat memfokuskan usahanya pada situasi tertetu yang vital.

b. Variasi, yakni data statistik dapat memberikan gambaran mengenai variabilitas yang merupakan bagian yang wajar dari setiap sistem organisasi. Manajemen dapat memprediksi hasil dari setiap keputusan dan tindakan yang dilakukan.

4) Perbaikan Berkesinambungan

(34)

2.1.2.3 Tujuan dan manfaat TQM

Menurut Shani dan Krishnan seperti yang dikutip oleh Fandy Tjiptono& Anastasia Diana, Secara singkat pelaksanaan TQM pada suatu perusahaan bertujuan untuk :

1) Meningkatkan kualitas sumber daya manusia sehingga mampu dan terampil dalam melaksanakan tugasnya dengan baik.

2) Meningkatkan kualitas produk dan pelayanan agar tercapai kepuasan pelanggan.

3) Meningkatkan produktivitas dan menurunkan biaya. 4) Terlaksananya kebijakan dan sasaran perusahaan.

(2003:70) Tujuan TQM yang lebih luas adalah untuk menjamin kepemimpinan dengan menetapkan proses dan sistem yang meningkatkan keberhasilan perusahaan, mencegah kesalahan dan pemborosan usaha serta meyakinkan hubungan dengan konsumen.

Dalam arti sempit, tujuan TQM adalah untuk perbaikan mutu produk, jasa dan proses, dimana mutu tersebut diperoleh dengan tingkat biaya yang paling ekonomis, yang akan berpengaruh pada produktivitas, kepuasan konsumen, pencapaian laba serta kinerja keuangan perusahaan.

Hal ini pada akhirnya dapat menghasilkan kemampuan perusahaan untuk menyelenggarakan produksi secara kompetitif, tepat waktu, efektif dan efisien yang menjadi tujuan perusahaan.

Ada dua manfaat dari dilaksanakannya TQM, antara lain:

(35)

2) Eksternal, loyalitas konsumen, mendapat lebih banyak pembeli sehingga akan meningkatkan pangsa pasar dan laba.

2.1.2.4 Perspektif pelanggan

Perspektif pelanggan, perusahaan melakukan identifikasi pelanggan dan segmen pasar yang akan dimasuki, yang kemudian mengukur kinerja berdasarkan target segmen tersebut. Segmen pasar merupakan sumber yang akan menjadi komponen penghasil tujuan finansila perusahaan. Perspektif pelanggan memungkinkan perusahaan menyelaraskan berbagai ukuran pelnggan dan segmen pasar sasaran.

Suatu produk atau jasa dikatakan bernilai apabila manfaat yang diterimanya lebih tinggi dari biaya yang dikeluarkan. Dan suatu produk atau jasa akan lebih bernilai apabila kinerjanya mendekati atau melebihi dari apa yang diharapkannya. Dalam perspektif pelanggan, Kpalan dan Norton menjelaskan ada dua kelompok pengukuran yang terkait , yaitu :

1. Customer share(pengukuran inti) 2. Customer value proposition

(2001) Penjelasan tersebut dapat di uraiakan sebagai berikut :

(36)

a. Market share, pengukuran ini mencerminkan bagian yang dikuasai perusahaan atas keseluruhan pasar yang ada. Yang meliputi antara lain : jumlah pelanggan dan volume unit penjualan.

b. Customer retention, mengukur tingkat di mana perusahaan dapat mempertahankan hubungan dengan pelanggan.

c. Customer acquisition, mengukur tingkat di mana suatu unit bisnis mampu menarik pelanggan baru atau memenangkan bisnis baru.

d. Customer satisfaction, menaksir tingkat kepuasan pelanggan terkait dengan criteria kinerja spesifik dalam value proposition.

e. Customer profitability, mengukur laba bersih dari seorang pelanggan atau segmen setelah di kurangi biaya yang khusus di perlukan untuk mendukung pelanggan tersebut.

2) Customer value proposition (penilaian penunjangan) merupakan pemicu kinerja yang terdapat pada core value prposition yang didasarkan pada atribut sebagai berikut :

(37)

b) Customer relationship, menyangkut perasaan pelanggan terhadap produk yang ditawarkan perusahaan. Perasaan konsumen ini sangat di pengaruhi oleh responsifitas dan komitmen perusahaan terhadap pelanggan berkaitan dengan masalah waktu penyampaian. Waktu merupakan komponen yang penting dalam persaingan perusahaan . konsumen biasanya menganggap penyelesaian orer yang cepat dan tepat waktu sebgai factor yang penting bagi kepuasan mereka.

c) Image and reputation, menggambarkan factor-faktor intangible yang menarik konsumen untuk beruhubungan dengan perusahaan. Membangun imagedan reputasi dapat dilakukan dengan melalui iklan dan menjaga kualitas seperti yang dijanjikan.

Perspektif pelanggan :

Customer acquisition ( Akuisisi Pelanggan )

Customer acquisition = Jumlah Pelanggan Baru x 100% Jumlah Pelanggan

2.1.3 Kinerja Keuangan 2.1.3.1Pengertian Kinerja

(38)

Pengertian Kinerja menurutAmbar Teguh Sulistiyani adalah :

“Kinerja seseorang merupakan kombinasi dari kemampuan, usaha dan kesempatan yang dapat dinilai dari hasil kerjanya”.

(2003 : 223) Sedangkan menurutVeithzal Rivai kinerja adalah :

“Merupakan perilaku yang nyata yang ditampilkan setiap orang sebagai prestasi kerja yang dihasilkan oleh karyawan sesuai dengan perannya dalam perusahaan”.

(2004:309) Dengan pemahaman kinerja diatas, dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah perumusan tujuan, terdapatnya kerja sama, sifatnya berkelanjut, terjadi komunikasi dua arah dan terdapat umpan balik.

2.1.3.2 Pengertian Kinerja Keuangan

Kinerja keuangan merupakan salah satu faktor yang menunjukkan efektifitas dan efisien suatu organisasi dalam rangka mencapai tujuannya. Efektifitas apabila manajemen memiliki kemampuan untuk memilih tujuan yang tepat atau suatu alat yang tepat untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sedangkan efisiensi diartikan sebagai ratio (perbandingan) antara masukan dan keluaran yaitu dengan masukan tertentu memperoleh keluaran yang optimal.

Menurut Hastuti dan Ayukinerja keuangan perusahaan adalah :

(39)

dari keputusan dan mempertimbangkannya dengan menggunakan ukuran komparatif.”

(2005)

Sedangkan menurut Sri Sulistyanto dan Haris,mengemukakan :

“Kinerja keuangan adalah merefleksikan kinerja perusahaan dan akan diukur dengan menggunakan data fundamental perusahaaan yaitu data yang berasal dari laporan keuangan perusahaan.”

( 2003 ) Sehingga dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Kinerja Keuangan adalah kemampuan kerja manajemen keuangan dalam mencapai prestasi kinerjanya.

2.1.3.3 Perspektif Keuangan (Perspektif Finansial)

(40)

menurut Kaplan dan Norton yang diterjemahkan oleh Peter Yosi R. Pasla diantaranya adalah:

1. Pertumbuhan (growth)

Growth adalah tahap pertama dan tahap awal dari siklus kehidupan bisnis. Pada tahap ini suatu perusahaan memilik produk atau jasa yang secara signifikan memiliki pertumbuhan yang baik sekali atau paling tidak memiliki potensi untuk berkembang perusahaan dalam tahap ini mungkin secara actual beroperasi dalam arus kas yang negative dari pengembalian atas modal investasi yang rendah. Sasaran keuangan dari bisnis yang berada pada tahap ini seharusnya menekankan pengukuran pada pertumbuhan, penerimaan atau penjualan dalam pasar yang ditargetkan.

2. Bertahan (sustain)

Merupakan suatu tahap dimana perusahaan masih melakukan investasi dengan mempertahankan pengembalian yang terbaik. Dalam hal ini perusahaan berusaha mempertahankan pangsa pasar yang ada dan mengembangkannya apabila secara konsisten pada tahap ini perusahaan tidak lagi berdampak pada strategi-strategi jangka panjang. Secara keuntungan pada tahap ini diarahkan pada besarnya upaya pengembalian atas investasi yang dilakukan.

3. Menuai (harvest)

Tahap ini merupakan tahap kematangan, suatu tahap dimana perusahaan melakukan panen terhadap investasi yang dibuat pada dua tahap sebelumnya perusahaan tidak lagi melakukan investasi lebih jauh kecuali hanya untuk pemeliharaan peralatan dan perbaikan fasilitas, tidak untuk melakukan ekspemi/membangun suatu kemampuan baru. Tujuan utama dalam tahap ini adalah memaksimumkan kas yang masuk kedalam perusahaan. Untuk menjadikan organisasi suatu institusi yang mampuberkreasi diperlukan keunggulan dibidang keuangan. Melalui keunggulan dibidang ini organisasi menguasai sumber daya yang sangat diperlukan untuk mewujudkan tiga perspektif strategi lain yaitu perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis internal dan perspektif proses pertumbuhan dan pembelajaran.

(2000:40) Menurut Ulum, Ihyaul perspektif keuangan dapat dihitung salah satunya dengan rumus sebagai berikut:

Laba Bersih

(41)

Cara untuk menilai kinerja keuangan suatu perusahaan adalah bermacam – macam dan tergantung pada laba dan aktiva atau modal mana yang akan diperbandingkan satu dengan yang lainnya. Apakah yang akan diperbandingkan yaitu laba yang berasal dari operasioanal atau usaha, atau laba neto setelah pajak diperbandingkan dengan keseluruhan aktiva berwujud atau yang akan diperbandingkan itu laba neto sudah pajak dengan modal sendiri.

Dengan adanya bermacam – macam cara penilaian profitabilitas suatu perusahaan, maka tidak mengherankan kalau ada beberapa perusahaan yang berbeda – beda dalam cara menghitung profitabilitasnya. Pokok terpenting adalah profitabilitas mana yang akan dipergunakan sebagai alat mengukur kinerja keuangan dalam perusahaan yang bersangkutan.

Perspektif Keuangan merupakan salah satu cara menghitung kinerja keuangan perusahaan dengan membandingkan laba bersih yang diperoleh perusahaan dengan total penjualan yang dimiliki oleh perusahaan.

(42)

2.1.4 Hubungan Akuntansi Pertanggungjawaan dan TQM berpengaruh terhadap Kinerja Keuangan

Suatu perusahaan seharusnya memilih sistem yang cocok dengan kebutuhan dan perekonomian lingkungan operasionalnya. Perusahaan yang beroperasi dalam suatu lingkungan stabil dengan produk dan proses yang distandarkan serta tekanan kompetisi rendah tampaknya akan merasa bahwa sistem akuntansi pertanggungjawaban berdasarkan fungsi yang kurang kompleks telah sangat memadai. Sistem akuntansi pertanggungjawaban untuk suatu lingkungan yang stabil dihubungkan dengan akuntansi pertanggungjawaban berdasarkan fungsi.

Seperti yang dikutif Hansen dan Mowen sebagai berikut :

“Sistem akuntansi pertanggungjawaban berdasarkan fungsi menugaskan tanggung jawab pada unit organisasional dan menyatakan ukuran kinerja berdasarkan faktor keuangan. Hal ini menekankan pada kinerja keuangan perusahaan’’.

(2004:479) Sistem akuntansi pertanggungjawaban merupakan bagian dari informasi yang disediakan bagi para manajer. Sistem ini merupakan sistem pengukuran keuangan yang mencatat rencana-rencana dan kinerja menurut variabel-variabel keuangan terhadap menejer bertanggung jawab.

Seperti yang dikutif oleh Simamora yaitu :

“Akuntansi pertanggungjawaban (responsibility accounting) adalah bentuk akuntansi khusus yang dipakai untuk mengevaluasi kinerja keuangan’’.

(43)

Dari pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa akuntansi pertanggungjawaban berdasarkan fungsi berpengaruh terhadap kinerja keuangan suatu perusahaan, karena semakin baik perbandingan anggaran biaya dan realisasinya maka laba pun meningkat.

TQM sangat berpengaruh terhadap kinerja keuangan suatu perusahaan. Semakin baik pertanggungjawabnya menejer dan meningkatnya TQM maka akan berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan karena di dalam unsur – unsur akuntansi pertanggungjawaban dan TQM diantaranya Fokus pada Pelanggan, obsesi terhadap kualitas, Pendekatan ilmiah, Komitmen jangka panjang, Kerja sama tim, perbaikan sistem secara berkesinambungan, pendidikan dan pelatihan, kebebasan yang terkendali, kesatuan tujuan dan adanya keterlibatan dan pemberdayaan karyawan, jika semua unsur itu dilaksanakan secara harmonis maka tujuan perusahaan mendapatkan laba akan tercapai sehingga dapat dilihat bahwa kinerja keuangan perusahaan berjalan dengan baik.

Berhubungan tujuan dari TQM adalah meningkatkan produktifitas dan menurunkan biaya, sehingga harga jual dapat bersaing dan laba akan meningkat. Seperti yang dikutip oleh Fandy Tjiptono&Anastasia Diana yaitu :

“Dalam arti sempit, tujuan dan TQM adalah untuk perbaikan mutu produk,

jasa dan proses, dimana mutu tersebut diperoleh dengan tingkat biaya yang paling ekonomis, yang akan berpengaruh pada produktivitas, kepuasan konsumen, pencapaian laba serta kinerja keuangan perusahaan”.

(44)

diterapkan dalam perusahaan maka akan semakin baik pula kinerja keuangan suatu perusahaan.

Dalam kerangka kerja berdasarkan fungsi kinerja diukur dengan membandingkan hasil realisasi dengan hasil yang dianggarkan. Secara prinsip, para individu dapat diandalkan hanya pada hal-hal di mana mereka memiliki kontrol. Kinerja biaya sangat ditekankan. Dalam kerangka kerja perbaikan berkelanjutan kinerja dianggap lebih dari sekedar perspektif keuangan. Waktu, kualitas, dan efisiensi merupakan dimensi penting bagi kinerja. Pengurangan waktu proses yang dihabiskan untuk mengirim output pada para pelanggan dipandang sebagai dasar. Jadi, mengukur hal seperti siklus waktu dan pengiriman tepat waktu menjadi penting. Ukuran kinerja yang berhubungan dengan kualitas dan efisiensi juga merupakan hala yang vital. Ukuran produktivitas dan biaya ditekankan pada penilaian perubahan dalam efisiensi. Memperbaiki suatu proses seharusnya berarti memberikan hasil keuangan yang lebih baik. Oleh karena itu, ukuran pengurangan biaya yang dicapai, trend dalam biaya, dan biaya per unit output semuanya adalah indikator yang berguna untuk mengetahui apakah suatu proses telah membaik atau tidak. Proses menuju pencapaian standar optimal dan interim perlu diukur. Tujuannya adalah untuk menyediakan produk yang biayanya rendah, berkualitas tinggi, dan dikirim tepat waktu.

Seperti yang dikutip oleh Fandy Tjiptono & Anastasia Diana yaitu :

(45)

dengan penerapan TQM dalam suatu perusahaan. Peran dan tanggung jawab divisi dan manajer harus dilihat dari sudut pandang untuk mencapai kepuasan pelanggan”.

(2003:67)

2.2 Kerangka Pemikiran

Perkembangan dunia usaha yang begitu pesat menyebabkan persaingan yang begitu kompetitif. Hal ini menuntut perusahaan untuk melakukan usaha yang keras agar produk-produknya atau jasanya dapat diterima dan memiliki nilai lebih bagi penggunanya, yaitu dengan memberikan perhatian pada kualitas produk atau jasanya. Suatu perusahaan seharusnya memilih sistem yang cocok dengan kebutuhan dan perekonomian lingkungan operasionalnya. Perusahaan yang beroperasi dalam suatu lingkungan stabil dengan produk dan proses yang distandarkan serta tekanan kompetisi rendah tampaknya akan merasa bahwa sistem akuntansi pertanggungjawaban berdasarkan fungsi yang kurang kompleks telah sangat memadai. Sistem akuntansi pertanggungjawaban untuk suatu lingkungan yang stabil dihubungkan dengan akuntansi pertanggungjawaban berdasarkan fungsi.

Seperti yang dikutif Hansen dan Mowen yaitu :

“Sistem akuntansi pertanggungjawaban berdasarkan fungsi menugaskan tanggung jawab pada unit organisasional dan menyatakan ukuran kinerja berdasarkan faktor keuangan. Hal ini menekankan pada kinerja keuangan perusahaan”.

(46)

kegiatan yangdilakukan oleh bawahannya. Untuk melakukan aktivitas perusahaan diperlukan manajer yang bertanggung jawab terhadap segala sesuatu yang telah menjadi tanggung jawabnya menurut struktur organisasi yang ada pada perusahaan tersebut.

Informasi akuntansi pertanggungjawaban merupakan informasi yang penting dalam proses perencanaan dan pengendalian aktivitas organisasi, karena informasi ini menekankan hubungan antara informasi dengan manajer yang bertanggung jawab terhadap perencanaan dan realisasinya. Pengendalian dapat dilakukan dengan cara memberikan peran bagi setiap manajer untuk merencanakan pendapatan dan biaya tersebut menurut manajer yang bertanggungjawab.

Menurut Mulyadi mengemukakan sebagai berikut :

”Sistem akuntansi pertanggungjawaban merupakan metode pengendalian biaya yang dikembangkan kemudian setelah sistem biaya standar”.

(2001:164)

(47)

Manajer pusat tanggung jawab harus menerima tanggung jawab untuk mencapai atau melampaui sasaran departemen yang tercantum di dalam anggaran biaya. Seluruh tingkatan manajemen harus mengerti program, harus menyadari relevansi rencana bagi pelaksanaan fungsinya dan harus berpartisipasi dalam penerapannya dengan cara yang tepat. Adanya penggunaan anggaran biaya yang cermat serta baik, maka seluruh laba yang dapat diperoleh dari penggunaan rencana tersebut akan dapat dicapai dengan optimal.

Pusat biaya adalah pusat pertanggungjawaban yang inputnya diukur secara moneter, namun outputnya tidak. Pusat biaya (cost center), manajer departemen atau divisi diserahi tanggung jawab untuk mengendalikan biaya yang dikeluarkan dan otoritas untuk mengambil keputusan-keputusan yang mempengaruhi biaya tersebut.

Kinerja pusat biaya terutama diukur berdasarkan efisiensi dan mutu. Kendatipun demikian, minimisasi biaya mungkin saja dilakukan dengan mengorbankan mutu dan volume produksi sehingga mengakibatkan tidak adanya keharmonisan dengan tujuan perusahaan secara keseluruhan. Untuk menanggulangi tendensi ini perlu ditetapkan jenis dan banyaknya produksi yang dikehendaki serta standar mutu yang diisyaratkan.

(48)

penyusunan anggaran hanya mungkin dilakukan jika tersedia informasi akuntansi pertanggungjawaban, yang mengukur berbagai nilai sumber daya yang disediakan bagi setiap menejer yang berperan dalam usaha pencapaian sasaran yang telah ditetapkan dalam tahun anggaran. Dengan demikian, anggaran berisi informasi akuntansi pertanggungjawaban yang mengukur berbagai nilai sumber daya yang disediakan selama tahun anggaran bagi menejer yang diberi peran untuk mencapai sasaran perusahaan.

Organisasi yang baik adalah yang terbagi atas pusat-pusatpertanggungjawaban dan setiap manajernya mengetahui wewenang dan tanggungjawab masing-masing. Dalam rangka pengendalian biaya, anggaran biaya harusdisusun sesuai dengan tingkatan manajemen dalam organisasi. Tiap-tiap manajerpusat biaya harus mengajukan rancangan anggaran biaya untuk pusat pertanggungjawaban yang dipimpinnya. Salah satu alat untuk mengendalikan penggunaan biaya dalam perusahaan adalah akuntansi pertanggungjawaban, karena dalam akuntansi pertanggungjawaban terdapat struktur organisasi perusahaan secara terperinci sehingga memudahkan pimpinan perusahaan untuk mendelegasikan wewenang kepada manajer yang ada dibawahnya, dan apabila terjadi penyimpangan dalam penggunaan biaya tersebut makadapat dengan mudah pimpinan perusahaan untuk mencari siapa yang bertanggungjawab atas penyimpangan yang terjadi dalam biaya tersebut.

(49)

kontrol. Kinerja biaya sangat ditekankan. Dalam kerangka kerja perbaikan berkelanjutan kinerja dianggap lebih dari sekedar perspektif keuangan. Waktu, kualitas, dan efisiensi merupakan dimensi penting bagi kinerja. Pengurangan waktu proses yang dihabiskan untuk mengirim output pada para pelanggan dipandang sebagai dasar. Jadi, mengukur hal seperti siklus waktu dan pengiriman tepat waktu menjadi penting. Ukuran kinerja yang berhubungan dengan kualitas dan efisiensi juga merupakan hala yang vital. Ukuran produktivitas dan biaya ditekankan pada penilaian perubahan dalam efisiensi. Memperbaiki suatu proses seharusnya berarti memberikan hasil keuangan yang lebih baik. Oleh karena itu, ukuran pengurangan biaya yang dicapai, trend dalam biaya, dan biaya per unit output semuanya adalah indikator yang berguna untuk mengetahui apakah suatu proses telah membaik atau tidak. Proses menuju pencapaian standar optimal dan interim perlu diukur. Tujuannya adalah untuk menyediakan produk yang biayanya rendah, berkualitas tinggi, dan dikirim tepat waktu.

Sebelum sistem akuntansi pertanggungjawaban disusun, harus lebih dahulu dipelajari garis wewenang dan tanggung jawab pembuatan keputusan sehingga dapat ditentukan pusat-pusat pertanggungjawaban yang ada dalam organisasi. Sistem akuntansi pertanggungjawaban dirancang khusus sesuai dengan struktur organisasi untuk dapat menyajikan laporan-laporan prestasi yang berguna dalam menilai sumbangan manajer tingkat pertanggungjawaban tertentu dalam pencapaian tujuan yang telah ditentukan.

(50)

melaksanakan aktivitas operasi perusahaan sesuai dengan yang telah ditetapkan atau direncanakan.

Dalam hal ini dibutuhkan suatu sistem pengendalian mutu yang sesuai dengan permasalahan di atas. Pengendalian mutu juga dikembangkan oleh Amerika Serikat selama pasca perang dunia kedua, kemudian dr. Deming memperkenalkannya ke Jepang sekitar tahun 1950-an. Pada waktu itu semua produk ”made in japan” dianggap tidak bermutu dan tidak laku di pasaran internasional. Tetapi dengan adanya usaha yang keras dan dengan diterapkannya pengendalian mutu, Jepang mampu mengubah pandangan dunia, dan bahkan menjadi contoh negara yang perusahaan-perusahaannya mendapat julukan sebagai industri berteknologi tinggi yang memiliki kualitas produk dan memberikan kepuasaan yang tinggi bagi para pelanggannya.

Total Quality Management ( TQM ) dapat dipilih sebagai salah satu metode untuk memenuhi kebutuhan ( needs ) dan keinginan ( wants ) konsumen. Karena TQM adalah suatu sistem manajemen yang berorientasi pada pelanggan yang bertujuan untuk meningkatkan kepuasan pelanggan secara berkelanjutan melalui eliminasi pemborosan, meningkatkan kualitas, pengembangan keterampilan dan mengurangi biaya produksi (Kurnianingsih dan Indriantoro).

Menurut Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana, mengemukakan bahwa : Total Quality Management merupakan suatu pendekatan dalam menjalankan usaha yang mencoba untuk memaksimumkan daya saing organisasi melalui perbaikan terus-menerus atas produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungannya”.

(51)

Total Quality Management merupakan suatu pengelolaan organisasi secara menyeluruh agar organisasi memperoleh keunggulan pada semua dimensi produk dan jasa yang penting bagi pelanggan dan bahwa kualitas mencakup keseluruhan organisasi pada setiap organisasi pada setiap hal yang dilakukan organisasi yang pada akhirnya kualitas akan didefinisikan pelanggan”.

(2001:9) Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa TQM merupakan cara terbaik agar dapat bersaing dan unggul dalam persaingan global yaitu dengan fokus terhadap pelanggan untuk menghasilkan kualitas terbaik agar pelanggan meningkatkan. Untuk menghasilkan kualitas terbaik diperlukan upaya perbaikan berkesinambungan terhadap kemampuan manusia, proses, dan lingkungan.

Berhubungan TQM ini memfokuskan terhadap pelanggan maka dalam penelitian ini TQM pada PT. Sipatex diukur menggunakan perspektif pelanggan sehingga apabila pelanggan meningkat maka laba pun meningkat.

Tujuan dari perusahaan adalah untuk mendapatkan laba. PT. Sipatex ini menerapkan TQM dalam perusahaannya agar meningkatkan labanya. Dengan penerapan TQM ini, kasus cacatnya kain dapat diminimalisir karena dengan TQM ini proses produksi kain yang dimulai dari pemilihan bahan baku, mesin hingga ke SDM nya akan semakin baik dan berkualitas sehingga dengan begitu kualitas kain semakin meningkat, pelanggan meningkat, biaya produksi rendah, harga jual bersaing, penjualan meningkat dan laba pun meningkat sehingga kinerja keuangan PT. Sipatex ini semakin baik.

(52)

kuat dengan tujuan strategis organisasi, kepuasan konsumen dan memberikan kontribusi ekonomi.

Menurut Hastuti dan Ayu kinerja keuangan perusahaan adalah :

“Hasil banyak keputusan individual yang dibuat secara terus menerus oleh manajemen. Oleh karena itu untuk menilai kinerja perusahaan perlu melibatkan analisis dampak keuangan kumulatif dan ekonomi dari keputusan dan mempertimbangkannya dengan menggunakan ukuran komparatif.”

(2005) Sedangkan menurut Sri Sulistyanto dan Haris, mengemukakan :

“Kinerja keuangan adalah merefleksikan kinerja perusahaan dan akan diukur dengan menggunakan data fundamental perusahaaan yaitu data yang berasal dari laporan keuangan perusahaan.”

( 2003 ) Sehingga dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Kinerja Keuangan adalah kemampuan kerja manajemen keuangan dalam mencapai prestasi kinerjanya.

(53)

Menurut kutipan Fandy Tjiptono & Anastasia Diana:

“Tujuan dari TQM adalah untuk perbaikan mutu produk, jasa dan proses, dimana mutu tersebut diperoleh dengan tingkat biaya yang paling ekonomis, yang akan berpengaruh pada produktivitas, kepuasan konsumen, pencapaian laba serta kinerja keuangan perusahaan”.

(54)

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

(55)

Gambar 2.1

Skema Kerangka Pemikiran Akuntansi

Pertanggungjawaban

Divisi Produksi

Fokus terhadap Pelanggan

Kinerja Keuangan Perusahaan Manufaktur

TQM

Aktivitas

Perspektif Keuangan Fungsi

Mebandingkan Anggaran dan Realisasi

Strategi

(56)

2.3 Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut, penulis mencoba merumuskan hipotesis yang merupakan kesimpulan sementara dari penelitian sebagai berikut :

1. H1 = Akuntansi Pertanggungjawaban dan Total Quality Management

(TQM) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Keuangan.

2. H2 = Akuntansi Pertanggungjawaban dan Total Quality Management

(57)

57

3.1. Objek Penelitian

Objek penelitian merupakan sasaran untuk mendapatkan tujuan tertentu

mengenai suatu hal yang akan dibuktikan secara objektif. Menurut Sugiyono

diartikan bahwa :

“Objek penelitian merupakan suatu atribut atau sifat atau nilai dari

orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variabel tertentu yang

ditetapkan untuk dipelajari dan ditarik kesimpulan.”

(2005:32)

Berdasarkan pengertian tersebut, objek penelitian merupakan variable

yang ditetapkan untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya. Objek yang penulis

gunakan dalam penelitian adalah Akuntansi Pertanggungjawaban dan Total

Quality Management (TQM). Penelitian ini dilaksanakan pada PT. SIPATEX

PUTRI LESTARI Bandung.

3.2. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan suatu cara penulis dalam menganalisis

data. Pengertian dari Metode Penelitian adalah sebagai berikut :

Menurut Sugiyono, menjelaskan bahwa,

“Metode Penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk

mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”.

(58)

penelitian terapan. Sesuai yang diungkapkan oleh Gay (1977) yang dikutip oleh

Sugiyono menjelaskan bahwa :

“Penelitian terapan dilakukan dengan tujuan menerapkan, menguji,

dan mengevaluasi kemampuan suatu teori yang diterapkan dalam

memecahkan masalah-masalah praktis.”

(2010: 4)

Metode yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah metode

deskriptif verifikatif dengan pendekatan kuantitatif,

Menurut Sugiyono mengenai metode deskriftif ini diungkapkan bahwa :

“Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi”.

(2010:147)

Sedangkan penelitian verifikatif menurut Wirarthaadalah :

“Penelitian verifikatif (verifikasi) bertujuan menguji kebenaran

(mengecek) suatu pengetahuan.”

(2006: 132)

Selanjutnya mengenai pendekatan kuantitatif, Sugiyono juga

mengemukakan bahwa:

“Metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrument penelitian, analisis data yang bersifat kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan”.

(59)

menggambarkan data yang telah terkumpul dengan tujuan untuk memverifikasi

atau menguji kebenaran suatu pengetahuan dari penelitian terdahulu pada populasi

atau sampel tertentu. Analisis data yang digunakan bersifat kuantitatif/statistik

dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Dengan

menggunakan metode penelitian ini akan diketahui pengaruh yang signifikan

antara variabel yang diteliti, sehingga menghasilkan kesimpulan yang akan

memperjelas gambaran mengenai objek yang diteliti.

3.2.1. Desain Penelitian

Dalam melakukan suatu penelitian diperlukan perencanaan penelitian

agar penelitian yang dilakukan dapat berjalan dengan baik, sistematis serta efektif.

Desain penelitian menurut Moh. Nazirbahwa:

“Desain penelitian adalah semua proses yang diperlukan dalam

perencanaan dan pelaksanaan penelitian.”

(2005:84)

Adapun pengertian dari desain penelitian menurut Husein Umar adalah :

“Desain penelitian merupakan rencana dan struktur penyelidikan

yang dibuat sedemikian rupa agar diperoleh jawaban atas

pertanyaan-pertanyaan penelitian.”

(60)

teori sebagai berikut :

“Proses penelitian meliputi: 1. Sumber masalah

2. Rumusan masalah

3. Konsep dan teori yang relevan dan penemuan yang relevan 4. Pengajuan hipotesis

5. Metode penelitian

6. Menyusun instrument penelitian 7. Kesimpulan”.

(2008:13)

Berdasarkan proses penelitian yang dijelaskan di atas, maka desain pada

penelitian ini dijelaskan sebagai berikut:

1. Mencari dan menetapkan fenomena yang menjadi sumber masalah yaitu

kenaikan bahan baku mengakibatkan anggaran biaya produksi menurun

diikuti menurunya pelanggan sehingga diperoleh judul penelitian sesuai

dengan masalah yang terjadi.

2. Menetapkan Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu:

1. Bagaimana pengaruh Akuntansi Pertanggungjawaban dan Total Quality

Management (TQM) secara parsial terhadap Kinerja Keuangan pada PT

SIPATEX PUTRI LESTARI Bandung.

2. Bagaimana pengaruh Akuntansi Pertanggungjawaban dan Total Quality

Management (TQM) secara simultan terhadap Kinerja Keuangan pada

PT SIPATEX PUTRI LESTARI Bandung.

(61)

sebelumnya yang relevan dengan masalah untuk menjawab rumusan masalah

yang sifatnya sementara (hipotesis).

4. Pengajuan Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah Akuntansi Pertanggungjawaban dan

Total Quality Management (TQM) berpengaruh secara parsial dan simultan

terhadap Kinerja Keuangan.

5. Metode Penelitian

Untuk menguji hipotesis tersebut peneliti dapat memilih metode penelitian

yang sesuai, pertimbangan ideal untuk memilih metode itu adalah tingkat

ketelitian data yang diharapkan dan konsisten yang dikehendaki. Sedangkan

pertimbangan praktis adalah, tersedianya dana, waktu, dan kemudahan yang

lain. Pada penelitian ini, metode penelitian yang digunakan adalah deskriftif

dengan pendekatan kuantitatif.

6. Menyusun Instrumen Penelitian

Setelah menentukan metode penelitian, maka peneliti dapat menyusun

instrumen penelitian. Instrumen ini digunakan sebagai alat pengumpul data.

Instrumen pada penelitian ini berbentuk data yang didapatkan dari PT

SIPATEX PUTRI LESTARI Bandung. Setelah data terkumpul maka

selanjutnya dianalisis untuk menjawab rumusan masalah dan menguji

(62)

Langkah terakhir dari suatu periode penelitian adalah penarikan kesimpulan,

yang berupa jawaban terhadap rumusan masalah berdasarkan informasi

mengenai solusi masalah yang bermanfaat sebagai dasar untuk pembuatan

keputusan.

3.2.2. Operasionalisasi Variabel

Pengertian variabel menurut Sugiyonoadalah :

“Sesuatu hal yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut,

kemudian ditarik kesimpulan.”

(2010: 31)

Sedangkan definisi operasionalisasi variabel menurut Nazir sebagai

berikut :

“Definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu variabel atau konstrak dengan cara memberikan arti, atau menspesifikasikan kegiatan ataupun memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur konstrak atau variabel tersebut.”

(2003: 126)

Operasionalisasi variabel diperlukan dalam menentukan jenis, indikator,

serta skala dari variabel-variabel yang terkait dalam suatu penelitian, sehingga

Gambar

Tabel 1.2                                      Data Penurunan Kualitas
Tabel 1.3Data Permintaan
Tabel 1.5                                    Data Perspektif Keuangan
Tabel 1.6Jadwal Waktu Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Total Quality Management (TQM) merupakan sistem yang dapat dikembangkan menjadi pendekatan dalam menjalankan usaha memaksimumkan daya saing perusahaan melalui

Hasil pengujian hipotesis menunjukkan Total Quality Management (TQM) tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja manajerial; Total Quality Management (TQM) dengan

Tujuan penelitian ini adalah: untuk mengetahui pengaruh implementasi TQM terhadap Kinerja Karyawan dan untuk mengetahui diantara variabel indikator perbaikan berkelanjutan

Berdasarkan pengukuran R-square, penerapan TQM terhadap kinerja karyawan faktor yang paling dominan berpengaruh adalah terletak pada Lingkungan Kerja yaitu sebesar

Bahwa TQM berpengaruh terhadap biaya kualitas dan efisiensi kerja karyawan karena dengan peningkatan kualitas hasil produksi, dalam upaya peningkatan efisiensi

Analisis tersebut digunakan untuk mengetahui Total Quality Management (TQM) dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan di PT. Perkebunan Nusantara X

Hasil statistik regresi linier berganda dan uji residual menunjukkan bahwa dua variabel dari TQM yaitu perbaikan berkesinambungan dan dukungan manajemen berpengaruh

Apabila pemsahaan menggunakan TQM, maka akan mengurangi biaya operasi dan meningkatkan penghasilan sehingga laba makin meningkat Total Quality Management TQM merupakan suatu sistem