• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAYA KEPEMIMPINAN SEBAGAI VARIABEL MODERATING DALAM PENERAPAN TOTAL QUALITY MANAGEMENT (TQM) TERHADAP KINERJA MANAJERIAL PADA PT. SAMSUNG ELEKTRONIK INDONESIA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "GAYA KEPEMIMPINAN SEBAGAI VARIABEL MODERATING DALAM PENERAPAN TOTAL QUALITY MANAGEMENT (TQM) TERHADAP KINERJA MANAJERIAL PADA PT. SAMSUNG ELEKTRONIK INDONESIA."

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Per syaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Pr ogram Studi Akuntansi

Diajukan oleh : Dila Liliyatri Dahar

0813010124/FE/AK

Kepada

FAKULTAS EKONOMI

(2)

SKRIPSI

Diajukan oleh : Dila Liliyatri Dahar

0813010124/FE/AK

Kepada

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR

(3)
(4)

Oleh :

Dila Liliyatri Dahar

ABSTRAKSI

Total Quality Management (TQM) merupakan suatu pendekatan dalam menjalankan usaha yang mencoba memaksimumkan daya saing organisasi melalui perbaikan terus menerus atas produk, jasa, tenaga kerja, proses dan lingkungan Tujuan penelitian ini adalah Membuktikan secara empiris apakah penerapan Total Quality Management (TQM) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja manajerial dan apakah penerapan TQM dan gaya kepemimpinan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja manajerial pada PT. Samsung Elektronik Indonesia.

Analisis yang digunakan yaitu Regresi Linier Sederhana dan Moderated Regression Analyze (MRA) dikarenakan dengan analisis ini kita dapat membuktikan pengaruh TQM terhadap kinerja serta apakah gaya kepemimpinan merupakan variabel moderating terhadap hubungan TQM dan kinerja manajerial.

Dalam penelitian ini peneliti menyimpulkan bahwa penerapan TQM memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja manajerial, dan bahwa Gaya kepemimpinan bukan merupakan variabel moderating dalam hubungan antara TQM dan Kinerja Manajerial. Hambatan yang terjadi pada PT. Samsung Elektronik Indonesia adalah bahwa pada penelitian ini penulis menggunakan kuisioner sehingga apabila terdapat kesalahan menjawab dari responden mempunyai pengaruh terhadap data yang diperoleh dan juga peneliti memiliki keterbatasan untuk memberikan kuisioner kepada Branch Manager maupun Wakil.

Kata Kunci : Total Quality Management, Gaya Kepemimpinan, Kinerja Manajerial, PT. Samsung Elektronik Indonesia.

(5)
(6)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

(7)

produksi hingga 50% pada tahun 2010. Industri elektronik yang tercakup di dalamnya mengalami penurunan produksi sebesar 25%.( www.investor.co.id)

Total Quality Management (TQM) bukanlah merupakan suatu alat yang siap digunakan di lapangan tetapi suatu filosofi, suatu konsep dengan seperangkat prinsip-prinsip panduan yang merupakan dasar bagi suatu organisasi yang ingin secara terus-menerus melakukan perbaikan dan penyempurnaan (Soemardi, 1995:41).

TQM memberikan pada setiap organisasi atau perusahaan, peralatan untuk menjawab setiap tantangan global saat ini disamping menyempurnakan arah perusahaan menghadapi masa yang akan datang yang semakin cepat perubahannya serta sulit dan kompleks untuk diramalkan. TQM mengarahkan perusahaan pada continous improvement yang menunjang perwujudan kepuasan konsumen secara total dan terus-menerus (Soemardi, 1995:40)

Implikasi teknik TQM harus diikuti pula dengan penerapan komplemen-komplemen dari sistem akuntansi manajemen. Adapun komplemen-komplemen tersebut adalah sistem penghargaan dan sistem pengukuran kinerja. Sistem pengukuran kinerja dan sistem penghargaan merupakan alat pengendalian penting yang digunakan oleh perusahaan untuk memotivasi karyawan agar mencapai tujuan perusahaan dengan perilaku sesuai dengan yang diharapkan oleh perusahaan.

(8)

perusahaan jasa, maupun perusahaan manufaktur. Tujuan keseluruhan sistem akuntansi manajemen kontemporer adalah untuk meningkatkan kualitas, keputusan, relevansi, dan penetapan waktu informasi biaya (Steven 1993 dalam Hansen dan Mowen, 2006).

Dalam praktik TQM dan JIT yang efektif memerlukan perubahan dalam sistem akuntansi manajemen, komponen penting sistem akuntansi manajemen dalam perubahan-peru

Bahan ini antara lain adalah pengumpulan informasi baru, diseminasi informasi lintas hierarki organisasional dan perubahan sistem reward, tujuan kinerja, ukuran kinerja (Khim dan Larry, 1998 dalam Suprantiningrum dan Zulaikha, 2003).

Sistem empiris bahwa penerapan TQM berpengaruh terhadap kinerja manajerial telah diteliti oleh Kurnianingsih dan Indriantoro (2001), dengan hasil bahwa penerapan teknik TQM yang tinggi dalam perusahaan dapat berpengaruh secara positif terhadap kinerja manajerial. Dasar pemikiran yang mendukung temuan tersebut bahwa para manajer akan lebih termotivasi untuk meningkatkan kinerja yang tinggi dalam bentuk informasi yang diperlukan yang memberikan umpan balik untuk perbaikan dan pembelajaran.

(9)

bersama dengan desain sistem akuntansi manajemen dalam penelitian ini adalah sistem pengukuran kinerja dan sistem penghargaan belum tentu mengakibatkan kinerja yang tinggi.

Penerapan awal TQM berpengaruh positif terhadap kinerja manajerial. Interaksi TQM dan sistem reward berpengaruh terhadap kinerja manajerial. Sementara interaksi TQM dan sistem pengukuran kinerja tidak berpengaruh terhadap kinerja manajerial (Suprantiningrum dan Zulaikha, 2003).

Penelitian yang dilakukan Madu dan Kuei (1996) yang menyimpulkan adanya hubungan antara konstruk kualitas dan kinerja organisasional, hasil penelitian ini juga mendukung penelitian Tersziovski dan Samson (1999) yang meneliti mengenai elemen-elemen TQM yang dijadikan sistem penghargaan kualitas. Sementara hubungan dengan sistem reward terhadap kinerja manajerial, mendukung temuan yang dilakukan Khim dan Larry (1998), serta temuan Retno (2000), mereka menemukan adanya pengaruh posistif antara interaksi pemanufakturan TQM dan reward terhadap kinerja.

(10)

merupakan infrastruktur organisasional vital bagi berkembangnya budaya TQM (Handoko dan Tjiptono, 1997).

Menurut Mahoney dkk (1963) dalam Supratiningrum (2003), kinerja manajerial pun dalam perusahaan sangatlah penting. Kinerja manajerial adalah kinerja individu anggota organisasi dalam kegiatan manajerial antara lain: perencanaan, investigasi, koordinasi, pengaturan staf, negosiasi dan lain-lain. (Sim dan Killoughhm, 1998) dalam (Mardiyah, 2005) menyatakan bahwa ada pengaruh interaksi antara praktek pemanufakturan terhadap kinerja manajerial dengan Sistem Akuntansi Manajemen, dengan salah satu fungsi akuntansi manajemen sebagai penyedia sumber informasi penting untuk membantu manajer mengendalikan aktifitasnya dalam mencapai tujuan organisasi dengan sukses. Menurut Hansen dan Mowen (1997:168) evaluasi terhadap para manajer sering dikaitkan dengan profitabilitas unit-unit yang berada dalam kendali mereka, bagaimana laba aktual dibandingkan dengan laba yang direncanakan seringkali digunakan sebagai petunjuk terhadap kemampuan manajerial, misalnya apabila seorang manajer telah bekerja keras dan berhasil meningkatkan penjualan sementara biaya tidak berubah, maka manajer dianggap berhasil meningkatkan kinerjanya.

(11)

program secara berkelanjutan dan pengembangan, PT. Samsung Elektronik Indonesia mampu memenuhi keinginan pelanggan. Reliability dimana perusahaan akan memastikan pekerjaannya akan selesai dengan benar dan tepat waktu, dimanapun pelanggan menginginkannya. Economic Solution dimana melalui pengalaman yang panjang, PT. Samsung Elektronik Indonesia mampu memberikan servis yang baik dengan biaya yang terjangkau. Berdasarkan data yang diperoleh, dapat dilihat data laba bersih PT. Samsung elektronik Indonesia dalam lima tahun adalah sebagai berikut :

Tabel 1

Laba Bersih PT. Samsung Elektronik Indonesia

Rencana Realisasi Selisih

7,826,000,000 9,601,000,000 1,775,000,000 9,686,000,000 12,210,000,000 2,524,000,000 11,062,000,000 14,388,000,000 3,326,000,000 10,711,000,000 14,344,000,000 3,633,,000,000

Sumber: PT. Samsung Elektronik Indonesia

(12)

Keberhasilan suatu organisasi tidak bisa dilepaskan dari peranan pemimpin dalam organisasi tersebut, kepemimpinan merupakan kunci utama dalam manajemen yang memainkan peran penting dan strategis dalam kelangsungan hidup suatu perusahaan, pemimpin merupakan pencetus tujuan, merencanakan, mengorganisasikan, menggerakkan dan mengendalikan seluruh sumber daya yang dimiliki sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai secara efektif dan efisien. Kepemimpinan manajerial dapat didefinisikan sebagai suatu proses pengarahan dan pemberian pengaruh pada kegiatan-kegiatan dari sekelompok anggota yang saling berhubungan tugasnya (Handoko, 2001 : 291). Oleh sebab itu pemimpin suatu organisasi perusahaan dituntut untuk selalu mampu menciptakan kondisi yang mampu memuaskan karyawan dalam bekerja sehingga diperoleh karyawan yang tidak hanya mampu bekerja akan tetapi juga bersedia bekerja kearah pencapaian tujuan perusahaan. Mengingat perusahaan merupakan organisasi bisnis yang terdiri dari orang-orang, maka pimpinan seharusnya dapat menyelaraskan antara kebutuhan-kebutuhan individu dengan kebutuhan organisasi yang dilandasi oleh hubungan manusiawi (Robbins, 2001:18). Sejalan dengan itu diharapkan seorang pimpinan mampu memotivasi dan menciptakan kondisi sosial yang menguntungkan setiap karyawan sehingga tercapai kepuasan kerja karyawan yang berimplikasi pada meningkatnya produktivitas kerja karyawan

(13)

Hal ini menimbulkan keingintahuan bagi penulis tentang bagaimana fenomena turunannya produksi industri elektronik di Indonesia yang mengalami penurunan sebesar 25% pada tahun 2011, berbanding terbalik dengan data kenaikan laba bersih perusahaan dalam periode empat tahun terakhir PT. Samsung Elektronik Indonesia, dan apakah hal ini dipengaruhi oleh keefektifan penerapan Total Quality Management (TQM) di perusahaan tersebut serta sejauh mana peran seorang pemimpin terhadap keberhasilan suatu manajemen perusahaan dalam upaya mencapai tujuannya untuk memenangkan pasar global.

Atas dasar pemikiran diatas maka penulis terdorong untuk melakukan penelitian yang berjudul “Gaya Kepemimpinan sebagai Variabel Moderating dalam Pener apan Total Quality Management (TQM) terhadap Kinerja Manajerial pada PT. Samsung Elektronik Indonesia”.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, permasalahan pokok yang akan diteliti dapat dirumuskan sebagai berikut:

(14)

2. Apakah hubungan antara penerapan TQM dan Gaya Kepemimpinan memiliki pengaruh terhadap kinerja manajerial PT. Samsung Elektronik Indonesia?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah dirumuskan diatas, dapat dijabarkan mengenai tujuan dari penelitian ini adalah

1. Membuktikan secara empiris penerapan Total Quality Management (TQM) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja manajerial PT. Samsung Elektronik Indonesia

2. Membuktikan secara empiris hubungan antara penerapan TQM dan gaya kepemimpinan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja manajerial PT. Samsung Elektronik Indonesia .

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkandapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Bagi Perusahaan

(15)

2. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana untuk mengaplikasikan ilmu yang telah didapatkan selama bangku perkuliahan sehingga dapat membandingkan teori-teori yang didapat dengan kejadian sesungguhnya yang terjadi di perusahaan serta mengembangkan wawasan berpikir dalam memecahkan permasalahan yang ada dalam praktek dunia usaha.

3. Bagi Pihak Lain

(16)

BAB II

TELAAH PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN MODEL

2.1. Hasil Penelitian Ter dahulu

Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh pihak lain yang dapat dipakai sebagai bahan masukan dan bahan pengkajian yang berkaitan dengan penelitian ini telah dilakukan oleh Suprantiningrum dan Zulaikha (2003) dalam tulisannya yang berjudul ”Pengaruh Total Quality Management (TQM) terhadap Kinerja dan Sistem Penghargaan Sebagai Variabel Moderating. Studis Empiris pada Hotel di Indonesia”. Dalam penelitian ini disimpulakan bahwa adanya pengaruh nyata dari penerapan TQM terhadap kinerja manajerial, dan juga terjadi interaksi antara TQM dan sistem penghargaan terhadap kinerja manajerial, namun tidak ada pengaruh dari interaksi antara Total Quality Management (TQM) dengan sistem pengukuran kinerja.

(17)

Total Quality Management (TQM) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Kinerja Manajerial dan juga bahwa gaya kepemimpinan tidak terbukti secara empiris sebagai variabel pemoderasi hubungan antara TQM dan kinerja manajerial.

Penelitian ini merupakan replika dari penelitian sebelumnya. Adapun perbedaan penelitian antara penelitian yang dilakukan sekarang dengan terdahulu terletak pada variabel, waktu penelitian, objek penelitian, sample penelitian serta teknik analisis yang digunakan. Pada penelitian kali ini peneliti menggunakan gaya kepemimpinan sebagai variabel moderating karena gaya kepemimpinan dapat mempengaruhi komitmen para manajer untuk mencapai sukses dalam mengimplementasikan TQM.

Pencapaian tingkat kualitas bukan merupakan hasil penerapan cara instant jangka pendek untuk meningkatkan daya saing, tetapi pengimplementasian TQM masyarakan kepemimpinan yang kontinyus. Para manajer termotivasi untuk kinerja manajerialnya tidak hanya jika para manajer menerima pengukuran kinerja yang tinggi dan adanya sistem penghargaan yang memberikan rasa adil dan kepuasan para manajer dalam bekerja sehingga dapat meningkatkan kinerjanya.

(18)

teknik analisis dengan regresi linier berganda dan juga uji interaksi, sedangkan pada penelitian ini menggunakan Uji Residual, namun tidak secara penuh penelitian ini berbeda dengan penelitian terdahulu. Penelitian yang dilakukan sekarang juga memiliki persamaan yaitu menguji secara empiris penerapan TQM terhadap kinerja manajerial. Tolak ukur pada penelitian ini juga serupa dengan penelitian terdahulu yaitu melalui kuisioner dalam pengambilan data yang di bagikan kepada responden.

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Pengertian Total Quality Manajement (TQM)

TQM merupakan suatu pendekatan dalam menjalankan usaha yang mencoba memaksimumkan daya saing organisasi melalui perbaikan terus menerus atas produk, jasa, tenaga kerja, proses dan lingkungan (Tjiptono dan Diana, 2001:4)

(19)

Seperti dikutip oleh Doni Septianto (2009:245), menurut Hansen dan Mowen (1999) bahwa filosofi dari TQM adalah bahwa perusahaan menciptakan suatu lingkungan yang memungkinkan pekerjanya menghasilkan produk sempurna (zero-defect), sedangkan menggantikan prinsip mutu yang dapat diterima dimasa lalu.

Total Quality Manajement merupakan sistem manajemen yang berfokus kepada orang yang bertujuan untuk meningkatkan secara berkelanjutan kpuasan customer pada biaya yang sesungguhnya secara berkelanjutan terus menerus (Mulyadi,2001:10)

Menurut Goetsch dan Davis yang dikutip dalam Tjiptono dan Diana (2001:15), untuk mendukung penerapan TQM, terdapat 10 elemen pendukung yang harus diperhatikan perusahaan, yaitu:

1. Fokus Pelanggan

Dalam organisasi TQM, pelanggan internal dan eksternal merupakan kekuatan pendorong aktivitas organisasi. Pelanggan eksternal menentukan kualitas produk yang mereka terima, sedangkan pelanggan internal berperan dalam menentukan kualitas sumber daya manusia, proses dan lingkungan yang berhubungan dengan produk yang dihasilkan.

2. Obsesi terhadap kualitas

(20)

memenuhi atau melebihi kualitas yang telah ditentukan pelanggan, dengan melibatkan aktif semua pekerja pada berbagai level.

3. Pendekatan Ilmiah

Segala aktifitas organisasi TQM terutama menyangkut desain pekerjaan, proses pengambilan keputusan, dan pemecahan masalah harus didasarkan pada kaidah ilmiah yang bisa dipertanggungjawabkan dan diterima oleh semua pihak yang terlibat.

4. Komitmen Jangka Panjang

TQM merupakan paradigma baru dalam manajemen organisasi yang membutuhkan budaya baru dalam penerapannya. Komitmen jangka panjang dari seluruh elemen organisasi sangat diperlukan untuk mengadakan perubahan agar penerapan TQM dapat berjalan dengan baik. 5. Kerjasama tim (teamwork)

Dalam organisasi TQM, keberhasilan hanya akan dicapai jika ada kerjasama dari seluruh elemen yang terkait, baik kerjasama antar karyawan perusahaan (internal) maupun dengan pemasok, lembaga pemerintah dan masyarakat sekitar (eksternal)

6. Perbaikan sistem secara berkesinambungan

(21)

7. Pendidikan dan Pelatihan

Dengan adanya pendidikan dan pelatihan yang diberikan, para pekerja akan selalu siap menghadapi berbagai perubahan, komitmen pekerja yang meningkat, dan mereka akan memiliki rasa percaya diri yang mantap. 8. Kebebasan yang terkendali

Dalam organisasi TQM, para pekerja diberi kesempatan luas untuk turut serta dalam proses pengambilan keputusan dan pemecahan masalah. Hal ini dilakukan agar dapat meningkatkan tanggung jawab pekerja terhadap segala keputusan yang telah disepakati bersama. Meskipun demikian, kebebabsan dan keterlibatan para pekerja harus didasari dengan rentang kendali yang terarah agar keterlibatan mereka selalu mengacu pada standar proses yang telah ditentukan.

9. Kesatuan Tujuan

Segala aktivitas seluruh elemen dalam organisasi TQM harus mengarah pada satu tujuan yang sama. Akan tetapi kesatuan tujuan itu bukan berarti bahwa harus selalu ada persetujuan atau kesepakatan antara pihak manajemen dan pekerja. Misalnya mengenai upah dan kondisi kinerja 10.Adanya keterlibatan dan pemberdayaan karyawan

(22)

2.2.1.1. Karakteristik dan Prinsip TQM

TQM merupakan suatu konsep yang berupaya melaksanakan sistem manajemen kualitas dalam lingkungan global. Untuk itu diperlukan perubahan besar dalam budaya dan sistem nilai suatu organisasi (Nasution,2001:33). Menurut Hensler dan Bruneil dalam Donie Septianto (2009), ada empat prinsip utama dalam TQM, yaitu sebagai berikut:

1. Kepuasan Pelanggan

Dalam TQM, konsep mengenai kualitas dan pelanggan diperluas. Kualitas tidak hanya bermakna kesesuaian dengan spesifikasi-spesifikasi tertentu, tetapi ditentukan oleh pelanggan. Pelanggan itu sndiri meliputi pelanggan internal dan pelanggan eksternal. Kebutuhan pelanggan diusahakan untuk dipuaskan dalam segala aspek, termasuk dalamnya harga, keamanan, dan ketepatan waktu. Oleh karena itu, segala aktifitas perusahaan harus dikoordinasikan untuk memuaskan para pelanggan. 2. Respek terhadap setiap orang

(23)

3. Manajemen berdasarkan fakta

Perusahaan kelas dunia berorientasi pada fakta. Maksudnya bahwa setiap keputusan selalu didasarkan pada data, bukan sekunder perasaan (feeling). Ada dua konsep pokok yang berkaitan dengan hal ini. Pertama prioritas (Prioritization), yakni suatu konsep bahwa perbaikan tidak dapat dilakukan pada semua aspek pada saat yang bersamaan mengingat keterbatasan sumber daya yang ada. Kedua, variasi dan variabilitas kinerja manusia. Data statistik dapat memberikan gambaran mengenai variabilitas yang wajar dari setiap sistem organisasi. Dengan demikian, manajemen dapat memprediksi hasil dari setiap keputusan dan tindakan yang dilakukan.

4. Perbaikan yang berkesinambungan

Agar dapat sukses, setiap perusahaan perlu melakukan proses sistematis dalam melaksanakan perbaikan secara berkesinambungan.

2.2.1.2.Manfaat TQM

(24)

kegunaannya tampak dalam bentuk kenyataan yaitu peningkatan komunikasi antar personalia yang lebih intensif sehingga koordinasi antara bagian dalam organisasi semakin membaik.

Gambar 1

Manfaat Total Quality Management

Sumber : M.N.Nasution (2001), Manajemen Mutu Ter padu (Total Quality Management) Penerbit Ghalia Indonesia, hal 42 Hubungan-hubungan dalam gambar I dijelaskan sebagai berikut:

1. Pasar yang dilayani oleh industri mencakup pelayanan-pelayanan dengan kebutuhan barang dan jasa tertentu

2. Penelitian pemasaran mengidentifikasikan kebutuhan tersebut dan mendefinisikanya dalam hal kualitas

(25)

3. Pelanggan menganggap produk perusahaan lebih berkualitas daripada pesaing

4. Karena lebih dianggap lebih berkualitas, pelanggan bersedia membayar harga yang relatif tinggi dari pesaing.

5. Karena dianggap lebih berkualitas dan harganya lebih tinggi, produk tersebut dianggap memiliki nilai yang relatif tinggi

6. Nilai yang relatif lebih tinggi menghasilkan kenaikan dalam pangsa pasar. 7. Berkat program kualitasnya perusahaan harus dapat mengikuti spesifikasi

pelanggan yang lebih baik dari para pesaingnya

8. Efektivitas ini menghasilkan penurunan biaya, yaitu dengan memproduksi produk yang dibutuhkan secara benar sejak pertama kali

9. Penurunan biaya digabungkan dengan pangsa pasar yang lebih luas akan menghasilkan biaya yang lebih rendah dari para pesaingnya

10.Gabungan dari keunggulan relatif di bidang harga, pangsa pasar, dan biaya yang digunakan untuk menciptakan profitabilitas dan pertumbuhan perusahaan.

2.2.2. Gaya kepemimpinan 2.2.2.1. Pengertian kepemimpinan

(26)

bertindak yang menghasilkan suatu pola yang konsisten dalam rangka mencari jalan pemecahan dari suatu persoalan bersama (Thoha, 2004:259).

Menurut George R. Terry seperti yang dikutip oleh Thoha (2004:259) kepemimpinan adalah aktivitas untuk mempengaruhi orang-orang agar diarahkan mencapai tujuan organisasi.

Robbins (2002:163-164) seperti yang dikutip oleh Donie septianto (2009) mendefinisikan kepemimpinan sebagai kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok untuk mencapai tujuan. Bentuk pengaruh tersebut seperti tingkat manajerial pada suatu organisasi. Karena posisi manajemen terdiri atas tingkatan yang biasanya menggambarkan otoritas, seorang individu bisa mengasumsikan suatu peran kepemimpinan sebagai akibat dari posisi pada organisasi tersebut, namun tidak semua pemimpin adalah manajer, dan begitu juga sebaliknya, tidak semua manajer merupakan pemimpin. Hanya karena hak tertentu diberikan oleh organisasi terhadap manajerial tidak menjamin bahwa mereka mampu memimpin secara efektif.

2.2.2.2. Teori-Teori Kepemimpinan

(27)

timbal balik dalam kepemimpinan ini. Faktor penentu itu ialah pimpinan sendiri (termasuk di dalamnya kognitisnya), situasi lingkungan (termasuk pengikut-pengikutnya dan variabel-variabel makro), dan perilakunya sendiri (Thoha, 2004:285).

Secara garis besar teori-teori kepemimpinan yang telah diulas dalam literatur-literatur kepemimpinan pada umumnya adalah sebagai berikut (Thoha, 2004:285-302) :

1. Teori Kelompok

Teori kelompok ini beranggapan para kelompok dapat mencapai tujuan-tujuannya, maka harus terdapat suatu pertukaran yang positif diantara pemimpin dan pengikut-pengikutnya, kepemimpinan yang ditekankan akan adanya suatu proses pertukaran antara pemimpin dan pengikutnya ini, melibatkan pula konsep-konsep sosiologi tentang keinginan-keinginan mengembangkan peranan.

2. Model Kepemimpinan Kontinjensi dari Fiedler

Fiedler mengembangkan suatu model yang dinamakan Model Kontinjensi Kepemimpinan yang Efektif ( A Contigency Model of Ledership Efectiveness).

(28)

a. Hubungan pemimpin-anggota

Hal ini merupakan variabel yang paling penting didalam menentukan situasi yang menyenangkan tersebut.

b. Derajat dari struktur tugas

Dimensi ini merupakan masukan yang amat penting, dalam menentukan situasi yang menyenangkan.

c. Posisi kekuasaan pemimpin yang dicapai lewat otoritas formal. Dimensi ini merupakan dimensi yang amat penting ketiga di dalam situasi yang menyenangkan.

3. Teori Jalan Kecil-Tujuan (Path-Goal Theory) oleh Robert House

Secara pokok Teori Path-Goal berusaha untuk menjelaskan pengaruh perilaku pemimpin terhadap motivasi, kepuasan, dan pelaksanaan pekerjaan bawahannya.

(29)

kedua, teori Path-Goal menyatakan bahwa: perilaku pemimpin akan bisa menjadi faktor motivasi (misalnya menaikkan usaha-usaha para bawahan).

Teori ini menyatakan bahwa pemimpin berusaha membuat jalan kecil (Path) untuk mencapai tujuan-tujuan (Goals) para bawahannya sebaik mungkin. Tetapi untuk mewujudkan fasilitas Path-Goal ini, pemimpin harus mempergunakan gaya yang paling sesuai terhadap variabel-variabel lingkungan yang ada. Gambar dibawah ini menyimpulkan pendekatan teori Path-Goals tersebut.

Gambar 2.

Tata Hubungan dalam Aplikasi Path-Goal

Sumber : Thoha, Miftah, 2004, Perilaku Organisasi, Penerbit RajaGrafindo Persada, Jakarta 299.

Perilaku/Gaya Kepemimpinan - Direktif - Supportif - Partisipatif - Prestasi

Bawahan -Persepsi -Motivasi

Hasil - Keputusan

-Kejelasan peranan -Kejelasan tujuan -Pelaksanaan kerja Kekuatan-Kekuatan

(30)

4. Pendekatan ”Social Learning” dalam Kepemimpinan.

Pendekatan ini memberikan suatu dasar untuk suatu model konsepsi yang menyeluruh bagi perilaku organisasi. Menurut Luthans Social Learning merupakan suatu teori yang dapat memberikan suatu model yang menjamin kelangsungan, interaktif timbal balik antara pemimpin, lingkungan dan perilakunya sendiri. Interaksi ini dapat diamati pada gambar 3. nampaknya teori ini agak komprehensif dan memberikan dasar-dasar teori yang jelas dalam rangka memahami kepemimpinan. Pendekatan-pendekatan Social Learning ini dan yang dapat memberikannya dari pendekatan-pendekatan lainnya ialah terletak pada peranan perilaku kepemimpinan, kelangsungan, dan interaksi timbal balik diantara semua variabel-variabel yang ada.

Gambar 3.

Pendekatan Social-Learning dalam Kepemimpinan

Sumber : Thoha, Miftah, 2004, Perilaku Organisasi, Penerbit RajaGrafindo Persada, Jakarta. 302.

Pemimpin (termasuk kognisinya)

Perilaku Pemimpin

Lingkungan (termasuk para bawahan

(31)

2.2.2.3. Pengertian Gaya Kepemimpinan

Gaya kepemimpinan merupakan norma perilaku yang digunakan oleh seseorang pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi perilaku orang lain seperti yang ia lihat, dalam hal ini usaha menyelaraskan persepsi diantara orang yang akan mempengaruhi perilaku dengan orang yang perilakunya akan dipengaruhi menjadi amat penting kedudukannya (Thoha, 2004:303).

Fleishman dan Petrus (1962) dalam Halimatusyadiah (2003:1062) menyatakan gaya kepemimpinan adalah pola perilaku konsisten yang diterapkan pemimpin dengan dan melalui orang lain, yaitu pola perilaku yang ditunjukkan pemimpin pada saat mempengaruhi orang lain, seperti yang dipersepsikan orang lain.

Menurut Thoha (2004:304-316) terdapat beberapa gaya kepemimpinan, yaitu:

1. Gaya kepemimpinan Kontinum

(32)

2. Gaya Manajerial Grid

(33)

3. Tiga dimensi dari Reddin

Kalau dalam Managerial Grid, Blake dan Mouton berhasil mengidentifikasikan gaya-gaya kepemimpinan yang tidak secara langsung berhubungan dengan efektifitas. Maka William J. Reddin seorang profesor dan konsultan dari Canada menambahkan tiga dimensi tersebut dengan efektifitas dalam modelnya. Selain efektifitas Reddin juga meliha gaya kepemimpinan itu selalu dipulangkan pada dua hal mendasar yakni hubungan pemimpin dengan tugas dan hubungan kerja. Sehingga dengan demikian model yang dibangun Reddin adalah gaya kepemimpinan yang cocok dan yang mempunyai pengaruh terhadap lingkungannya.

4. Empat Sistem Manajemen dari Likert

Menurut Likert bahwa pemimpin itu dapat berhasil jika bergaya participative management. Gaya ini menetapkan bahwa keberhasilan pemimpin adalah jika berorientasi pada bawahan, yang mendasarkan pada komunikasi. Selain itu semua pihak dalam organisasi-bawahan, pemimpin-menerapkan hubungan atau tata hubungan yang mendukung (supportive relationship) Likert merancang empat sistem kepemimpinan dalam manajemen sebagai berikut:

(34)

b. Sistem 2, dalam sistem ini pemimpin dinamakan otokratis yang baik hati (benevolent authoritative). Pemimpin atau manajer-manajer yang termasuk dalam sistem ini mempunyai kepercayaan yang berselubung, percaya pada bawahan, memotivasi dengan hadiah-hadiah dan ketakutan berikut hukuman-hukuman, memperbolehkan adanya komunikasi keatas, mendengar pendapat-pendapat, ide-ide dari bawahan dan memperbolehkan adanya wewenang dalam proses keputusan.

c. Sistem 3, dalam sistem ini gaya kepemimpinan lebih dikenal dengan sebutan manajer konsultatif. Manajer dalam hal ini mempunyai sedikit kepercayaan pada bawahannya dalam hal kalau ia membutuhkan informasi, ide atau pendapat bawahan, dan masih menginginkan pengendalian atas keputusan-keputusan yang dibuatnya.

d. Sistem 4, oleh Likert dinamakan sistem pemimpin yang bergaya kelompok partisipatif (partisipative group). Dalam hal ini manajer mempunya kepercayaan yang sempurna terhadap bawahannya.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Fleishman et.all. Dalam Gibson (2000) yang juga dikutip oleh khalimatusyadiah (2003:1062) perilaku pemimpin melalui dua dimensi yaitu:

(35)

Pemimpin yang memiliki konsiderasi yang tinggi menekankan pentingnya komunikasi yang terbuka dan parsial.

2. Initiating Structure (struktur inisiatif) merupakan gaya kepemimpinan yang menunjukkan bahwa pemimpin mengorganisasikan dan mendefinisikan hubungan-hubungan didalam kelompok, cenderung membangun pola dan saluran komunikasi yang jelas dan menjelaskan cara-cara mengerjakan tugas yang benar. Pemimpin yang memiliki kecenderungan membentuk struktur yang tinggi, akan memfokuskan pada tujuan dan hasil.

2.2.3. Kinerja Manajerial

Peningkatan kinerja merupakan proses yang dilakukan perusahaan dalam mengevaluasi kinerja pekerjaan seseorang, apabila hal itu dikerjakan dengan benar, maka para karyawan, penyelia, departemen SDM, dan akhirnya perusahaan akan menguntungkan, namun penilaian kinerja dipengaruhi oleh kegiatan lain dalam perusahaan dan pada gilirannya mempengaruhi keberhasilan perusahaan (Mangkuprawira, 2004:223).

(36)

Kinerja manajerial adalah kinerja para individu dalam kegiatan manajerial. Menurut Suyadi (1999) dalam Supratiningrum dan Zulaikha (2003:775-788), performance(kinerja) adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggungjawab masing-masing, dalam rangka mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika. Kinerja manajerial merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan keefektifan organisasi.

Mahone dkk (1963) dalam Indriantoro (1993) yang dikutip oleh Supratiningrum dan Zulaikha (2003:775-788), mengungkapkan bahwa yang dimaksud dengan kinerja manajerial adalah kinerja para individu anggota organisasi dalam kegiatan manajerial, antara lain:

1. Perencanaan, dalam arti kemampuan untuk menentukan tujuan, kebijakan dan tindakan atau pelaksanaan, penjadwalan kerja, penganggaran, perancangan prosedur, dan pemrograman,

2. Investigasi, yaitu kemampuan mengumpulkan dan menyampaikan informasi untuk catatan, laporan, dan rekening, mengukur hasil, menentukan persediaan, dan analisi pekerjaan.

(37)

4. Evaluasi, yaitu kemampuan untuk menilai dan mengukur proposal kinerja yang diamati atau dilaporkan, penilaian pegawai, penilaian catatan hasil, penilaian laporan keuangan, pemeriksaan produk.

5. Pengawasan (Supervisi). Yaitu kemampuan untuk mengarahkan, memimpin dan mengembangkan bawahan, membimbing, melatih dan menjelaskan peraturan kerja pada bawahan, memberikan tugas pekerjaan dan menangani bawahan.

6. Pengaturan staf (Staffing), yaitu kemampuan untuk mempertahankan angkatan kerja dibagian anda, merekrut, mewawancarai dan memilih pegawai baru, menempatkan, mempromosikan dan mutasi pegawai.

7. Negoisasi, yaitu kemampuan dalam melakukan pembelian, penjualan atau melakukan kontrak untuk barang dan jasa, menghubungi, pemasok, tawar menawar dengan wakil penjual, tawar menawar secara kelompok.

8. Perwakilan (representatif), yaitu kemampuan dalam menghargai pertemuan-pertemuan dengan perusahaan lain, pertemuan perkumpulan bisnis, pidato untuk acara-acara kemasyarakatan, pendekatan kemasyarakatan, mempromosikan tujuan umum perusahaan.

1.3. Kerangka Pemikiran

1.3.1. Pengaruh Penerapan TQM terhadap Kinerja Manajerial

(38)

Penerapan TQM dalam suatu perusahaan dapat meningkatkan beberapa manfaat utama yang gilirannya dapat meningkatkan laba serta daya saing perusahaan yang bersangkutan. Dengan melakukan perbaikan kualitas secara terus menerus maka perusahaan dapat meningkatkan labanya. Di dalam implementasi TQM, penggerak utamanya tidak selalu CEO, tetapi seringkali manajer departemen atau manajer divisi (Tjiptono dan Diana,2001:13). Didalam TQM seorang manajer bertanggung jawab dan berperan sebagai pelatih karir dalam rangka mengembangkan, mendorong, melatih dan memantau karyawan yang menjadi timnya sehingga manajer dapat mengubah karyawan yang enggan berpartisipasi menjadi partisan dalam setiap usaha perbaikan kerja (Tjiptono dan Diana, 2001:149).

(39)

Teori Y yang di kemukakan oleh Douglas McGregor berpendapat bahwa ciri-ciri manusiawi adalah bahwa manusia itu selalu mempunyai motivasi, mempunyai potensi untuk berkembang, mempunyai kapasitas untuk memikul tanggung jawab dan memiliki tata-laku untuk mencapai tujuan organisasi. Tugas manajemen adalah menciptakan lingkungan yang kondusif untuk merealisasikan ciri-ciri tersebut. Sehingga hal ini membuat manajer harus percaya pada karyawannya sebelum ia memberdayakan guna melakukan pekerjaan menuju kualitas demi kepuasan konsumen

(40)

semua jajaran manajemen agar memperagakan kualitas kepemimpinan sama yang diperlukan untuk mengembangkan budaya TQM.

Implementasi TQM menuntut perubahan dan perombakan fundamental arus budaya organisasi tradisional. Untuk mencapai sukses dalam mengimplemantasikan TQM, organisasi perlu melakukan perubahan perilaku kepemimpinan dan praktek MSDM (Handoko dan Tjiptono 1997).

Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa para manajer termotivasi untuk kinerja manajerialnya tidak hanya jika para manajer menerima pengukuran kinerja yang tinggi dan adanya sistem penghargaan yang memberikan rasa adil dan kepuasan, melainkan dengan kesesuaian gaya kepemimpinan yang dijalankan mampu memberikan kepuasan para manajer dalam bekerja sehingga dapat meningkatkan kinerjanya.

Berdasarkan uraian diatas, kerangka pikir dari penelitian ini adalah tercermin dalam gambar 4.

Uji Residual Gambar 4

Kerangka pikir Gaya Kepemimpinan (X2)

(41)

1.4.Hipotesis

Berdasarkan dari perumusan masalah dan landasan teori yang telah dikemukakan, maka hipotesis yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Penerapan TQM memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap kinerja manajerial.

(42)
(43)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel 3.1.1. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu variabel atau konstrak dengan cara memberikan arti, atau menspesifikasikan kegiatan ataupun memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur konstrak atau variabel tersebut (Nazir, 1999:152) yang terdiri dari : a. Variabel Terikat

Kinerja Manajerial (Y), merupakan hasil kerja yang dicapai oleh seseorang atau kelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggungjaw3ab masing-masing dalam rangka mencapai tujuan organisasi dan meningkatkan keefektifan organisasi.

b. Variabel Bebas

1. Total Quality Management (X1), merupakan suatu pendekatan dalam

(44)

2. Gaya Kepemimpinan (X2), merupakan norma perilaku yang digunakan

seseorang atau pemimpin dalam mempengaruhi perilaku seseorang atau organisasi untuk pencapaian tujuan organisasi.

3.1.2. Pengukur an Variabel

Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 2 variabel bebas (X) dan 1 Variabel Terikat (Y).

Teknik pengukuran variabel yang dilakukan dengan menggunakan skala sematic differential yaitu skala yang tersusun dalam satu garis kontinum dengan jawaban yang sangat positifnya terletak disebelah kanan garis, dan jawaban yang sangat negatif berada disebelah kiri garis (Sumarsono, 2004:25). Skala data yang digunakan adalah skala interval dan biasanya skala ini digunakan untuk mengukur sikap atau karakteristik tertentu yang dimiliki seseorang.

Untuk pengukuran variabel ini responden diminta untuk menilai suatu obyek atau konsep dalam 7 (tujuh) point tingkat yang menggunakan daftar pertanyaan atau kuesioner dengan pola sebagai berikut:

Sangat tidak setuju 1 2 3 4 5 6 7 Sangat setuju.`

(45)

1. Total Quality Management (X1)

Variabel Total Quality Management diukur dengan instrumen yang dikembangkan oleh Mahoney (1963) dalam Indriantoro (2001.235) yang terdiri dari 9 pertanyaan.

2. Gaya Kepemimpinan (X2)

Variabel Gaya Kepemimpinan diukur dengan instrumen yang dikembangkan oleh Universitas Ohio oleh Fleishman et.al., yaitu LBDQ (Leader Behaviour Description Questionery) dan dikuti oleh Halimatusyadiah (2003) yang terdiri dari 6 pertanyaan.

3. Kinerja Manajerial (Y)

Variabel kinerja manajerial diukur dengan instrumen yang dikembangkan Mahoney (1963) dalam Indriantoro (2001:35) yang terdiri dari 9 pertanyaan.

3.2. Teknik Penentuan Sampel 3.2.1. Populasi

(46)

3.2.2. Sampel

Sampel adalah bagian dari sebuah populasi, yang mempunyai ciri dan karakteristik yang sama dengan populasi tersebut, karena itu sebuah sampel harus merupakan representatif dari sebuah populasi (Sumarsono, 2004.44-45). Teknik penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik penelitian sampel metode sensus, yaitu penentuan sampel yang mengambil semua populasi sebagai sampel karena jumlahnya relatif kecil. Dalam penelitian ini jumlah sampel adalah manajer yang berjumlah 30 orang.

3.3. Teknik Pengumpulan Data 3.3.1. J enis Data

Menurut Nasir (1999.58), jenis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:

1. Data Primer

Data primer adalah data yang langsung didapatkan dari responden perusahaan yang diteliti baik perorangan atau staf. Data primer ini ditunjukkan melalui hasil kuesioner.

2. Data Sekunder

(47)

3.3.2. Sumber Data

Sumber data merupakan asal mula pengambilan data, sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari manajer dan perusahaan PT. Samsung Elektronik Indonesia yang berupa data primer (melalui jawaban kuesioner yang dibagikan kepada responden) dan data sekunder (melalui struktur organisasi, gambaran umum perusahaa, data keuangan, dan sebagainya). 3.3.3. Pengumpulan Data

Menurut Nasir (1999:212-246) data sekunder maupun data primer dapat dikumpulkan melalui beberapa sarana.

1. Kuesioner

Teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti dengan cara menyebarkan daftar pertanyaan kepada responden yang nantinya diberikan nilai atau scoring. Kuesioner tersebut dibagikan kepada pihak yang berkepentingan yang secara langsung berhubungan dengan masalah yang diteliti dengan batas waktu yang telah ditetapkan oleh peneliti. Pertanyaan yang diajukan berdasarkan jurnal-jurnal yang telah dikembangkan.

2. Observasi langsung

(48)

3. Wawancara

Pengumpulan data dengan mengadakan interview atau tanya jawab secara langsung dengan staf asli yang dapat memberikan penjelasan serta keterangan mengenai masalah yang diteliti.

3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis 3.4.1. Uji Analisis Data

3.4.1.1. Uji Validitas

Uji validitas dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pengukur itu (masing-masing butir pertanyaan dengan skor total yang diperoleh dari penjumlahan semua skor pertanyaan dengan skor total yang diperoleh dari penjumlahan semua skor pertanyaan). Apabila nilai corrected item-total correlation yang dihasilkan memiliki skor diatas nilai R tabel, maka dapat dikatakan bahwa alat pengukur tersebut mempunyai validitas. Begitupun sebaliknya, apabila nilai corrected item-total correlation lebih kecil dari R tabel, maka dapat disimpulkan bahwa alat pengukur tersebut tidak mempunyai validitas.

Dari uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa

• Jika nilai corrected tem-total correlation > R tabel berarti pernyataan valid • Jika nilai corrected tem-total correlation ≤ R tabel berarti pernyataan tidak

(49)

Teknik penyusunan skala yang digunakan adalah metode sematik diferensial, sehingga data yang diperoleh mempunyai ukuran internal. Teknik korelasi yang digunakan adalah Korelasi Person. (Sumarsono, 2004:31).

3.4.1.2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui apakah jawaban yang diberikan responden dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Sumarsono, 2004:34).

Teknik yang digunakan untuk mengukur reliabilitas menggunakan nilai Cronbach Alpha, dengan Cronbach Alpha > 0.60 menggunakan bantuan program SPSS mengenai reliability analysis, dari masing-masing variabel. Suatu variabel dikatakan reliabel jika mempunyai nilai Cronbach Alpha > 0.60 (Ghozali, 2001).

3.4.1.3. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah suatu data mengikuti sebaran normal atau tidak. Untuk mengetahuinya dilakukan dengan berbagai metode, diantaranya adalah metode Kolmogrov Smirnov atau metode Shapiro Wilk (Soemarsono, 2002:40).

(50)

• Jika nilai signifikan atau nilai probabilitas ≤ 0.05 maka distribusi adalah tidak normal.

• Jika nilai signifikan atau nilai probabilitas > 0.05 maka distribusi adalah normal.

3.4.2. Teknik Analisis

Teknik yang digunakan dalam menyusun hipotesis adalah Moderating Reggression Analysis (MRA) dengan uji Residual. Adapun persamaan yang terbentuk adalah:

Hipotesa 1

Y = a+b1X1 + e ... (1)

Hipotesa 2

Y= a+ b1X1 + e ……….(2)

|e| = a+b2X2 ………(3)

(Anonim,2003 : B-21)

Keterangan:

Y = Kinerja Manajerial A = Konstanta

X1 = Total Quality Management (TQM)

X2 = Gaya Kepemimpinan sebagai variabel moderating

b1 = Koefisien Regresi (kecenderungan marginal Y terhadap X1

(51)

e = Galat

3.4.3. Uji Kesesuaian Model

a. Uji F digunakan untuk melihat apakah variabel-variabel bebas berpengaruh secara signifikan terhadap variabel terikat dengan prosedur sebagai berikut:

1. Ho = β1 = β2 = 0

(X1, X2, secara simultan tidak berpengaruh terhadap Y)

Ho ≠ β 1 ≠ β 2 ≠ 0

(X1, X2, secara simultan berpengaruh terhadap Y)

2. Dalam penelitian ini digunakan tingkat signifikan 0.05 dengan derajat bebas (n-k-1), dengan n=jumlah pengamatan dan k=jumlah variabel atau parameter.

3. Dengan Fhitung Sebesar :

Fhitung = R2 / k ……….. (3)

(1-R2) / (n-k-1) Keterangan:

Fhitung = Hasil F perhitungan

(52)

b. Untuk pengujian hipotesis penelitian, pengaruh secara parsial variabel X1,X2 terhadap Y digunakan uji t student dengan prosedur sebagai berikut:

1. Ho : β1 = 0 (variable X1,X2 bukan merupakan pemerkuat yang

signifikan terhadap Y)

Ha : β1 ≠ 0 (variabel X 1,X2 merupakan pemerkuat yang signifikan

terhadap Y)

J = 1,2,3……… k = variabel ke J sampai ke k

2. Dalam penelitian ini digunakan tingkat signifikan 0.05 dengan derajat bebas ( n-k-1), dengan n = jumlah pengamatan dan k = jumlah variabel 3. Dengan nilai t hitung :

Thitung = bj ... (4)

se (bj)

Keterangan :

Thitung = hasil perhitungan

bj = koefisian regresi

se (bj) = jumlah variabel

(53)

BAB IV

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Obyek Penelitian 4.1.1. Sejar ah Singkat Perusahaan

PT. Samsung Elektronik memasuki pasar global sejak 32 tahun yang lalu, tepatnya pada tahun 1980, berawal dari bisnis ekpor kecil di Taegu, Korea, Samsung telah tumbuh menjadi salah satu perusahaan elektronik terkemuka di dunia, dengan soesialisasi pada media dan peralatan digital, semikonduktor, memori dan integrasi sistem. Samsung telah diakui di dunia, itu semua menjadi tonggak utama dalam sejarah Samsung, menunjukkan bagaimana perusahaan ini telah mengembangkan jajaran dan pencapaian produknya, ,eningkatkan pendapatan dan saham pasarnya, dan mengikuti misinya untuk memberikan hidup yang lebih baik bagi pelanggan di seluruh dunia.

(54)

Samsung mulai memprakarsai era digital pada tahun 2000 dengan berkomitmen untuk menjadi yang terbaik di dunia dengan memegang pangsa pasar global terbesar untuk tiga belas item di antara produk semikonduktor, TFT-LCD, monitor dan ponsel CDMA. Dengan pandangan ke depan, Samsung telah mengalami kemajuan bersejarah dibidang riset dan pengembangan lini semikonduktor, termasuk flash memori dan non memoi, DRAM dan SRAM. Dan juga memproduksi LCD yang terbaik di kelasnya, telepon seluler, peralatan digital dan lebih banyak lagi.

Jumlah karyawan Samsung pada tahun 2011 tercatat sebanyak 344.000 orang karyawan tetap dan tidak tetap (kontrak) di seluruh cabang di dunia.

Samsung terdiri dari perusahaan-perusahaan yang menerapkan standar baru dalam berbagai bisnis. Pperusahaan afiliasi tersebut diantaranya Samsung C&T Corporation, Samsung Engineering, Cheil Industries, Samsung Everland, Samsung Medical Centre, dan Samsung Economics Research Institute.

(55)

4.1.2. Lokasi Per usahaan

PT. Samsung Elektronik Indonesia cabang Surabaya memiliki beberapa cabang perusahaan, diantaranya

• Jl. Diponegoro No.25 Surabaya

• Jl. Raya Bukit Darmo Boulevard, Office Park 1- B1, Surabaya • Hi Tech Mall Lt, Dasar Blok D No. 64-66

• WTC Surabaya Lt.2 No 832-835 • Jl. Darmo 92 Surabaya

4.1.3. Visi dan Misi Perusahaan Visi Perusahaan

Visi Samsung Elektronik untuk dekade ini adalah ”Inspire the World, Create the Future.”. Visi terbaru ini mencerminkan komitmen samsung Elektronik untuk menginspirasi masyarakat dengan memanfaatkan tiga kekuatan utama Samsung “Teknologi Terbaru”, “Produk Inovatif”, “Solusi Kreatif”. Dan untuk mempromosikan nilai baru bagi jaringan utama Samsung Industri, Mitra kerja dan Karyawan. Melalui upaya ini, Samsung berharap dapat berkontribusi untuk dunia yang lebih baik dan pengalaman yang lebih kaya bagi semua.

Misi Perusahaan

(56)

• Untuk menciptakan produk dan layanan teknologi yang memimpin Industri • Menempatkan manajemen dan proses produksi yang paling efisien

• Mempertahankan fokus yang mantap untuk memperkuat organisasi demi terus menjadi pemimpin teknologi global dan perusahaan yang terpercaya dan bertanggung jawab.

4.1.4. Str uktur Organisasi

(57)
(58)

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian

Dari populasi yang ditetapkan sebanyak 30 responden di PT. Samsung Elektronik Indonesia, telah disebarkan kuisioner secara langsung kemudian diberikan nilai dan skor. Berikut ini rincian penerimaan dan pengembalian kuisioner:

Kuisioner yang didistribusikan = 30 Kuisioner yang kembali = 28 Kuisioner yang layak dianalisis = 28

Tingkat pengembalian = (28/30)x100% = 93.33%

Banyaknya sampel dalam penelitian ini sebanyak 30 orang dengan respons rate sebesar 93.33% dan selama penyebaran kuisioner, ternyata 2 orang tidak bersedia mengisi karena tidak memungkinkan untuk memberikan kuisioner kepada Branch Manager dan wakil manager.

4.2.1. Variabel Total Quality Management (X1)

Merupakan suatu pendekatan dalam menjalankan usaha yang mencoba memaksimumkan daya saing organisasi melalui perbaikan secara terus menerus atas produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan.

(59)

Tabel 2

Rekapitulasi J awaban Responden Variabel Total Quality Management (X1)

Item Pertanyaan

Skor

Total

1 2 3 4 5 6 7

Apakah saudara setuju dengan pernyataan bahwa ditempat anda bekerja, pelayanan difokuskan pada pelanggan baik internal maupun

eksternal 0 0 1 9 9 7 2 28

Persentase (%) 3.6 32.1 32.1 25.1 7.1 100 Apakah saudara setuju dengan

pernyataan bahwa ditempat anda bekerja, masing-masing karyawan berusaha melakukan atau

memberikan pelayanan dengan baik 0 0 4 8 11 3 2 28 Persentase (%) 14.3 28.6 39.3 10.7 7.1 100 Apakah saudara setuju dengan

pernyataan bahwa ditempat anda bekerja, dalam mendesai pekerjaan, pengambilan keputusan dan pemecahan masalah digunakan

pendekatan ilmiah 0 0 5 7 9 5 2 28

Persentase (%) 12.9 25.0 32.1 17.9 7.1 100 Apakah saudara setuju dengan

pernyataan bahwa ditempat anda bekerja, tim-tim karyawan yang telah terbentuk untuk melakukan kegiatan opersional perusahaan telah

berfungsi secara efektif. 0 0 0 2 11 14 1 28

Persentase (%) 7.1 39.3 50.0 3.6 100 Apakah saudara setuju dengan

pernyataan bahwa ditempat anda bekerja, sistem yang ada perlu diperbaiki secara terus-menerus agar

kualitasnya dapat meningkat 0 1 4 6 12 3 2 28

Persentase (%) 3.6 14.3 21.4 42.9 10.7 7.1 100 . Apakah saudara setuju dengan

pernyataan bahwa ditempat anda bekerja, pendidikan dan pelatihan karyawan telah ditetapkan agar perusahaan berkembang dan

memiliki daya saing yang tinggi 0 0 0 0 11 15 2 28

Persentasi (%) 39.8 53.6 7.1 100

Apakah saudara setuju dengan pernyataan bahwa ditempat anda bekerja, karyawan dilibatkan dan

(60)

keputusan dan pemecahan masalah

Persentase (%) 10.7 28.6 35.7 25.0 100 Apakah saudara setuju dengan

pernyataan bahwa ditempat anda bekerja, kesatuan pihak antar manajemen dan karyawan telah

dimiliki dan ditetapkan 0 0 0 0 9 6 3 28

Persentase (%) 32.1 60.7 7.1 100

Apakah saudara setuju dengan pernyataan bahwa ditempat anda bekerja, keterlibatan dan pemberdayaan karyawan dalam pengambilan keputusan dan pemecahan masalah telah berfungsi agar mempunyai rasa memiliki dan tanggungjawab terhadap

pekerjaannya. 0 0 1 9 9 6 3 28

Persentase (%) 3.6 32.1 32.1 21.4 10.7 100 Rata-rata 3.98 17.4 32.2 31.7 9.1 100

Tabel 2 menyimpulkan 73% yaitu memberikan jawaban mengarah ke arah setuju yang artinya responden menyatakan bahwa perusahaan sudah optimal melaksanakan perbaikan terus menerus atas jasa, manusia, proses dan lingkungannya (Tota Quality Management).

4.2.2. Variabel Gaya Kepemimpinan (X2)

Gaya kepemimpinan merupakan pola perilaku konsisten yang diterapkan pemimpin dengan dan melalui orang lain, mencoba mempengaruhi perilaku orang lain.

(61)

Tabel 3

Rekapitulasi J awaban Responden Variabel Gaya Kepemimpinan (X2)

Item Pertanyaan

Skor

Total

1 2 3 4 5 6 7

Di tempat Bapak/Ibu bekerja, saling percaya, kekeluargaan serta kedekatan hubungan antara bawahan dengan atasan

dapat ditemui 0 0 0 8 7 8 5 28

Persentase (%) 28.6 25.0 28.6 17.9 100 Di tempat Bapak/Ibu bekerja,

atasan menghargai ide/gagasan dari bawahan untuk kesuksesan dalam

bekerja. 0 0 4 8 11 3 2 28

Persentase (%) 14.3 28.6 39.3 10.7 7.1 100 Di tempat Bapak/Ibu bekerja,

adanya komunikasi yang terbuka dan parsial antara

pimpinan dan bawahan. 0 0 5 7 9 5 2 28

Persentase (%) 17.9 25.0 32,1 17.9 7.1 100 Di tempat Bapak/Ibu bekerja,

menunjukkan bahwa

pemimpin mengorganisasikan dan mendefinisikan hubungan-hubungan di dalam kelompok

kerja 0 0 0 8 7 10 3 28

Persentase (%) 28.6 25.0 35.7 10.7 100 Di tempat Bapak/Ibu bekerja,

pemimpin cenderung membangun pola dan saluran komunikasi yang jelas.

0 0 2 5 8 6 7 28

Persentase (%) 7.1 17.9 28.6 21.4 25.0 100 Di tempat Bapak/Ibu bekerja,

pemimpin memberikan petunjuk kerja untuk menyelesaikan tugas secara

benar. 0 1 7 8 9 2 1 28

(62)

Tabel 3 menyimpulkan 62.4% responden memberikan jawaban yang mengarah ke sangat setuju yang artinya total 62.4% responden menyatakan bahwa gaya kepemimpinan yang diterapkan pada perusahaan tersebut cenderung sesuai dengan kondisi perusahaan. Hal ini dapat dilihat dengan adanya saling percaya, kekeluargaan serta kedekatan hubungan dengan atasan, atasan menghargai ide dari bawahan untuk kesuksesan dalam bekerja.

4.2.3. Variabel Kinerja Manajerial (Y)

Kinerja Manajerial adalah merupakan tingkat dimana seorang manajer mencapai koordinasi pekerjaan melalui usaha yang dilakukan bawahannya dan merupakan hasil koordinasi pekerjaan dari penggunaan yang tepat terhadap teknik dan metode pengorganisasian dan pengendalian yang relevan.

Berdasarkam dari hasil jawaban kuisioner mengenai Kinerja Manajerial, dapat dilihat pada tabel 4, yaitu sebagai berikut:

Tabel 4

Rekapitulasi J awaban Responden Variabel Kinerja Manajerial (Y)

Item Pertanyaan

Skor

Total

1 2 3 4 5 6 7

Apakah Anda menentukan tujuan, kebijakan dan tindakan/pelaksanaan, penjadwalan kerja, penganggaran, merancang

prosedur, pemrograman? 0 2 5 6 10 4 1 28

Persentase (%) 7.1 17.9 21.4 35.7 14.3 3.6 100 Apakah Anda mengumpulkan

dan menyampaikan informasi untuk catatan, laporan dari

(63)

menentukan persediaan, analisis pekerjaan?

Persentase (%) 3.6 21.4 28.6 28.6 14.3 3.6 100 Apakah Anda tukar menukar

informasi dengan orang lain di bagian organisasi lain untuk mengkaitkan dan

menyelesaikan program, memberitahu bagian yang lain,

hubungan dengan manajer lain? 0 0 0 0 12 15 1 28 Persentase (%) 42.9 53.6 3.6 100 Apakah Anda menilai dan

mengukur proposal, kinerja diamati dan dilaporkan, penilaian pegawai, penilaian hasil, hasil catatan, penilaian

laporan? 0 0 4 4 16 3 1 28

Persentase (%) 14.3 14.3 57.1 10.7 3.6 100 Apakah Anda mengarahkan,

memimpin, dan

mengembangkan bawahan anda, membimbing, melatih, dan menjelaskan peraturan kerja pada bawahan, memberikan tugas pekerjaan

dan menangani bawahan? 0 0 5 7 9 5 2 28

Persentase (%) 17.9 25.0 32.1 17.9 7.1 100 Apakah anda mempertahankan

angkatan kerja bagian anda, merekrut dan mewawancarai danmemilih pegawai baru, menempatkan,

mempromosikan dan memutasi

pegawai? 0 0 3 12 8 4 1 28

Persentasi (%) 10.7 42.9 28.6 14.3 3.6 100 Apakah anda melakukan

pembelian, penjualan atau melakukan kontrak untuk barang dan jasa, menghubungi pemasok, tawar-menawar dengan wakil penjual, tawar-menawar dengan secara

kelompok? 0 0 1 9 9 6 3 28

Persentase (%) 3.6 32.1 32.1 21.4 10.7 100 Apakah anda menghadiri

pertemuan dengan perusahaan lain, perkumpulan bisnis, pidato acara kemasyarakatan, pendekatan kemasyarakatan

(64)

umum perusahaan anda?

Persentase (%) 64.3 32.1 3.6 100 Apakah anda mengevaluasi

kerja secara keseluruhan? 0 0 0 7 9 7 5 28 Persentase (%) 25.0 32.1 25.0 32.1 100

Rata-rata 1.18 9.53 21.0 39.3 22.6 7.95 100

Tabel 4 menyimpulkan total 69.85% responden cenderung memilih jawaban sangat setuju yang artinya total 69.85% responden menyatakan bahwa memiliki kinerja manajerial yang baik, terermin dari keikutsertaan responden dalam kegiatan manajerial yang meliputi perencanaan, komunikasi, pengkoordinasian, evaluasi, pemilihan staff, negosiasi dan perwakilan.

4.3. Uji Validitas, Reliabilitas, dan Normalitas 4.3.1. Uji Validitas (Validy Test)

Uji Validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuisioner. Suatu kuisioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuisioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuisioner tersebut. Uji validitas dapat dilakukan dengan menghitung korelasi antara skor masing-masing butir pertanyaan dengan tptal skor. Untuk menentukan validitas menggunakan teknik korelasi pearson (Ghoazali, 2001 : 136).

Dan kriteria pengujian sebagai berikut (Sumarsono, 2004):

• Jika nilai corrected item-total correlation > 0,3739 (R tabel) berarti pernyataan valid

(65)

Hasil uji validitas pada masing-masing variabel; adalah sebagai berikut: 4.3.1.1. Uji Validitas Pada Variabel Total Quality Management (X1)

Variabel total quality management terdiri dari 9 item pertanyaan. Uji validitas pada variabel Total Quality Management (X1) dilakukan dengan melalui 2 putaran pengujian. Berikut hasil uji validitas variabel Total quality Management (X1) putaran pertama.

Tabel 5

Hasil Uji Validitas Variabel Total Quality Management (X1)

Putaran Pertama

Item Pertanyaan

Corrected Item-Total

Correlation Keterangan

X1.1 .400 Valid

X1.2 .674 Valid

X1.3 .481 Valid

X1.4 .319 Tidak Valid

X1.5 .606 Valid

X1.6 .110 Tidak Valid

X1.7 .382 Valid

X1.8 .039 Tidak valid

X1.9 .481 Valid

Sumber : Lampiran 2-A

(66)

Tabel 6

Hasil Uji Validitas Variabel Total Quality Management (X1)

Putaran Kedua

Item Pertanyaan

Corrected Item-Total

Correlation Keterangan

X1.1 .389 Valid

X1.2 .703 Valid

X1.3 .429 Valid

X1.5 .644 Valid

X1.7 .403 Valid

X1.9 .474 Valid

Sumber : Lampiran 2-B

Berdasarkan tabel 6 diketahui bahwa dari 9 item pertanyaan yang disebar kepada responden hanya 6 pertanyaan yang memenuhi standart tingkat validitas yaitu mempunyai nilai Corrected Item-Total Correlation lebih besar dari R table yaitu 0, 3739. berarti terdapat 6 item pertanyaan yang digunakan dalam variable Total Quality Manajement.

4.3.1.2. Uji Validitas Pada Variabel Gaya Kepemimpinan (X2)

Variabel gaya kepemimpinan terdiri dari 6 item pertanyaan. Uji validitas pada variabel Gaya Kepemimpinan (X2) dilakukan dengan melalui 2

(67)

Tabel 7

Hasil Uji Validitas Variabel Gaya Kepemimpinan (X2)

Putaran Pertama

Item Pertanyaan

Corrected

Item-Total Correlation Keterangan

X2.1 .408 Valid

X2.2 .500 Valid

X2.3 .427 Valid

X2.4 .133 Tidak Valid

X2.5 .015 Tidak Valid

X2.6 .385 Valid

Sumber : Lampiran 2-C

Berdasarkan tabel 7 diketahui bahwa tidak semua item pertanyaan menunjukkan nilai Valid, oleh karena itu perlu dilakukan Uji Validitas Variabel Total Quality Manajement putaran kedua. Berikut hasil uji validitas variabel Total quality Management (X1) putaran kedua.

Tabel 8

Hasil Uji Validitas Variabel Gaya Kepemimpinan(X2)

Putaran Kedua

Item Pertanyaan

Corrected

Item-Total Correlation Keterangan

X2.1 .599 Valid

X2.2 .559 Valid

X2.3 .416 Valid

X2.6 .597 Valid

(68)

Berdasarkan table 8 diketahui bahwa dari 6 item pertanyaan yang disebar kepada responden hanya 4 pertanyaan yang memenuhi standart tingkat validitas yaitu mempunyai nilai Corrected Item-Total Correlation lebih besar dari R table yaitu 0, 3739, berarti terdapat 4 item pertanyaan yang digunakan dalam variabel gaya kepemimpinan.

4.3.1.3. Uji Validitas Pada Variabel Kinerja Manajerial (Y)

(69)

Tabel 9

Hasil Uji Validitas Variabel Kinerja Manajerial

Putaran Pertama

Item Pertanyaan

Corrected

Item-Total Correlation Keterangan

Y1 .349 Tidak Valid

Y2 .559 Valid

Y3 .080 Tidak Valid

Y4 .441 Valid

Y5 .497 Valid

Y6 .525 Valid

Y7 .595 Valid

Y8 -.031 Tidak valid

Y9 .358 Tidak Valid

Sumber : Lampiran 2-E

(70)

Tabel 10

Hasil Uji Validitas Variabel Kinerja Manajerial

Putaran Kedua

Item Pertanyaan

Corrected Item-Total

Correlation Keterangan

Y2 .602 Valid

Y4 .382 Valid

Y5 .544 Valid

Y6 .417 Valid

Y7 .710 Valid

Sumber : Lampiran 2-F

Berdasarkan table 10 diketahui bahwa dari 9 item pertanyaan yang disebar kepada responden hanya 5 pertanyaan yang memenuhi standart tingkat validitas yaitu mempunyai nilai Corrected Item-Total Correlation lebih besar dari R table yaitu 0.3739. berarti terdapat 5 item pertanyaan yang digunakan dalam variable Kinerja Manajerial

4.3.2. Uji Reliabilitas

(71)

adalah koefisien alfa dari Croncbach (1951) dalam Ghozali (2007:41). Dan kriteria pengujian sebagai berikut:

• Jika nilai alpha > 0,60, berarti pernyataan reliabel • Jika nilai alpha ≤ 0,60, berarti penyataan tidak reliabel

Berikut ini hasil uji reliabilitas pada variabel Total Quality Management (X1), Gaya kepemimpinan (X2), dan Kinerja manajerial (Y):

Tabel 11

Hasil Uji Reliabilitas Kuisioner

Variabel

Cronbach Alpha

Standart

Alpha Keterangan Total Quality Management (X1) .763 0.60 Reliabel

Gaya Kepemimpinan (X2) .746 0.60 Reliabel Kinerja Manajerial (Y) .760 0.60 Reliabel Sumber : Lampiran 2A-2F

4.3.3. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahu apakah suatu data mengikuti sebaran normal atau tidak. Dalam penelitian ini uji normalitas menggunakan metode Kolmogrov-Smirnov (Sumarsono, 2004). Kriteria apakah sebuahdistribusi data mengikuti distribusi normal adalah:

• Jika nilai signifikansi (nilai probabilitasnya) lebih kecil dari 5% maka distribusi adalah tidak normal

• Jika nilai signifikansi (nilai probabilitasnya) lebih besar dari 5% maka distribusi adalah normal

(72)

Tabel 12 Nor malitas Data

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

X1 X2 Y

N 28 28 28

Normal Parametersa Mean 4.6382 4.7500 4.4929

Std. Deviation .73705 .84984 .77647

Most Extreme Differences Absolute .229 .143 .125

Positive .185 .097 .125

Negative -.229 -.143 -.091

Kolmogorov-Smirnov Z 1.212 .756 .661

Asymp. Sig. (2-tailed) .106 .617 .775

a. Test distribution is Normal.

Sumber: Lampiran 3

Berdasarkan table 12 dapat dilihajtt bahwa hasil analisis data dengan uji Normalitas melalui uji Kolmogorov Smirnov menunjukkan hasil yang signifikan dengan nilai 0.775. jika nilai signifikansi (nilai probabilitasnya) lebih besar dari 5% maka distribusi adalah normal. Hal ini menjelaskan bahwa sebaran data menunjukkan berdistribusi normal.

4.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis

(73)

Analisis data untuk menggambarkan pengaruh antara satu variabel terikat yaitu kinerja manajerial (Y) dengan variabel bebas yaitu Total Quality Management (X1) dapat dilakukan dengan metode regresi linier sederhana.

Berikut ini analisis regresi nilai sederhana: Tabel 13

Hasil pengujian Pengaruh Total Quality Management (X1) Terhadap Kinerja

Manajerial (Y)

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 1.432 .739 1.937 .064

X1 .620 .165 .589 3.757 .001

AbsRes_1 .402 .345 .183 1.165 .255

a. Dependent Variable: Y

Sumber: Lampiran 5

Berdasarkan dari hasil pengujian seperti pada table 13, diperoleh persamaan regresi sebagai berikut:

Y= a + b1X1 + e

Y= 1.432 + 0.620 (X1)

(74)

b0 = Konstanta = 1.432

Menunjukkan besarnya nilai dari variabel kinerja manajerial apabila variabel Total Quality Management sama dengan nol atau konstan, maka kinerja manajerial sebesar 1.432

b1 = Koefisien regresi untuk Total Quality management = 0.620

koefisien regresi untuk variable Total Quality Management adalah sebesar 0.620 dan mempunyai koefisien regresi positif. Hal ini menunjukkan terjadinya perubahan yang searah dengan variable terikat. Jadi setiap peningkatan pada variable TQM sebesar 1 satuan akan meningkatkan kinerja manajerial sebesar 0.620 satuan. Demikian juga sebaliknya apabila terjadi penurunan variable TQM sebesar 1 satuan maka akan mengakibatkan penurunan pada kinerja manajerial sebesar 0.620 satuan.

Tabel 14

Tabel Model Summary

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

1 .671a .450 .406 .59857

a. Predictors: (Constant), AbsRes_1, X1

b. Dependent Variable: Y Sumber: Lampiran 5

(75)

penelitian ini. Sedangkan keeratan hubungan antara variabel Total Quality Management dengan Kinerja manajerial adalah sebesar 0.671 atau sebesar 67.1% seperti yang ditunjukkan nilai R pada tabel 14, sehingga dapat disimpulkan memiliki hubungan yang sangat erat karena diatas 50%

Tabel 15 Koefisien ANOVA

ANOVAb

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 7.321 2 3.661 10.217 .001a

Residual 8.957 25 .358

Total 16.279 27

a. Predictors: (Constant), AbsRes_1, X1

b. Dependent Variable: Y Sumber: Lampiran 5

Tabel 15 ini menunjukkan bahwa model regresi yang digunakan dalam penelitian ini cocok untuk memprediksi kinerja manajerial dengan menggunakan variabel Total Quality Management. Hal ini dibuktikan dengan hasil uji F yang menunjukkan nilai signifikansi yaitu 0.001 lebih kecil dari 0.05 sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi yang dihasilkan ini sesuai untuk digunakan dalam penelitian ini.

(76)

4.4.2. Analisis Pembuktian gaya kepemimpinan sebagai variabel moderating dalam hubungan antara Total Quality Management dengan Kinerja Manajerial.

Untuk membuktikan gaya kepemimpinan sebagai variabel moderating dalam hubungan antara Total Quality Management dengan kinerja manajerial digunakan Uji Residual. Dalam hal ini adalah nilai Absolute residual terhadap Kinerja manajerial. Jika variabel Gaya kepemimpinan signifikan terhadap kinerja manajerial maka dapat disimpulkan bahwa gaya kepemimpinan merupakan variable moderating. Bersumber pada table 15 maka diperoleh nilai signifikansi dari uji t absolute residual adalah sebesar 0.255 lebih besar dari 0.005 yang berarti tidak signifikan. Sehingga dapat disimpulkan dari hasil pengujian tersebut, gaya kepemimpinan bukanlah merupakan variabel moderating dalam hubungan antara Total Quality Management dengan kinerja manajerial. Dengan kata lain hipotesis kedua yang menyatakan bahwa “Diduga hubungan antara penerapan TQM dan Gaya Kepemimpinan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja manajerial” tidak terbukti kebenarannya.

4.5. Pembahasan Penelitian

Sesuai dengan hasil penelitian serta pengujian hipotesis pertama,variabel Total Quality Management (X1) terbukti kebenarannya

(77)

signifikansi 0.001 dan dibawah 0.05. temuan ini menunjukkan bahwa Variabel Total Quality management memberikan kontribusi yang nyata terhadap kinerja manajerial.

Kenyataan ini disebabkan karena penerapan TQM pada PT. Samsung Elektronik Indonesia telah diterapkan dengan baik dan sudah sering digunakan dengan pro

Gambar

Tabel 1
 Gambar 1   Manfaat Total Quality Management
 Gambar 2.  Tata Hubungan dalam Aplikasi Path-Goal
Tabel 2 Rekapitulasi Jawaban Responden
+7

Referensi

Dokumen terkait

agar menjadi institusi yang mampu Bagaimana pun Badan Nasional mengontrol secara kualitas tenaga Sertifikasi Profesi (BNSP) dimana kerja untuk memasuki gerbang sebagai

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah pelaksanaan kegiatan pembelajaran IPA dengan pendekatan

Jalan kereta api, yaitu jalur yang terdiri atas rangkaian petak jalan rel dimana jalan rel adalah satu kesatuan konstruksi yang terbuat dari baja, beton, atau konstruksi

Berdasarkan uji analisis data diperoleh thitung>ttabel yaitu 3,63>1,63, artinya penerapan model pembelajaran kooperatif tipe the learning cell dapat meningkatkan

Petalu Indonesia untuk menjalankan sistem penjualan berbasis web, dengan harapan dapat menjangkau pembeli yang berasal dari luar daerah dan meningkatkan penjualan

Dapat disimpulkan bahwa berpikir kritis merupakan kemampuan berpikir yang terorganisasi untuk memecahkan permasalahan. Kemampuan berpikir kritis ini perlu dikembangkan

Jadi pada saat masa garansi kami tidak berani karena sudah di maintenance oleh. pihak distributor UPS, jadi tidak sampai sebulan dilakukan perawatan atau

Lukijan puhuttelussa käytetään toista persoonaa (s inä olet hyvä juuri sellaisena kuin olet ), inklusiivista me -pronominia ( meillä kaikilla on hallussa oman elä- mämme avaimet