• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS VARIASI PANJANG KABEL BUSI TERHADAP PERFORMA MOTOR BAKAR 4 LANGKAH Analisis Variasi Panjang Kabel Busi Terhadap Motor Bensin 4 Langkah.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS VARIASI PANJANG KABEL BUSI TERHADAP PERFORMA MOTOR BAKAR 4 LANGKAH Analisis Variasi Panjang Kabel Busi Terhadap Motor Bensin 4 Langkah."

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS VARIASI PANJANG KABEL BUSI TERHADAP PERFORMA

MOTOR BAKAR 4 LANGKAH

PUBLIKASI ILMIAH

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Teknik MesinFakultas Teknik

Oleh :

DA’IM IDRYS D 200 11 0095

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK

(2)
(3)
(4)
(5)

1

ANALISISVARIASI PANJANG KABEL BUSI TERHADAP PERFORMA MOTOR BAKAR 4 LANGKAH

Da’imIdrys, SartonoPutro, Sunardi Wiyono

Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani Tromol Pos I Pabelan, Kartasura

Email : daim.idrys@gmail.com

ABSTRAK

Selain nilai oktan dan campuran udara dengan bahan bakar yang masuk kedalam ruang bakar,

system pengapian juga memiliki pengaruh terhadap performa motor bensin 4 langkah. Salah

satu komponen dalam system pengapian adalah koil yang memiliki fungsi menaikan tegangan

yang diterima dari baterai menjadi tegangan yang lebih tinggi. Tegangan yang tinggi tersebut

kemudian dihubungkan ke busi dengan sebuah kabel yang biasa disebut sebagai kabel busi.

Pada kabel busi, besarnya hambatan berbanding lurus dengan panjang kabel. Semakin panjang

kabel busi, hambatan yang terjadi semakin besar. Untukmenyikapihalini kabel busi yang

digunakandibuat lebih pendek supaya hambatan berkurang.Pada penelitian ini koil yang

digunakan adalah koil standar motor Yamaha Jupiter z merk Moric dengan kode 4 ST dengan

panjang kabel busi 18 cm. Dalam pengujian, dilakukan variasi panjang kabel busi menjadi 3,

yaitu dari panjang mula mula 18 cm menjadi 9 cm (50%) dan 4,5 cm (25 %).Hasil pengujian

menunjukan performa motor bensin terbaik diperoleh dari penggunaan koil dengan panjang

kabel busi 25 %. Dari pengujian didapatkan hasil torsi sebesar8,68 Nm pada 5000 rpm dan

daya sebesar 8,0 Hp pada 7750 rpm serta hasil dari pengujian KBBS sebesar0.078 Kg/h.Hp.

Kata kunci : Koil, KabelBusi, Torsi, Daya, KBBS

ABSTRACT

Besides the octane number and the mixture of air and fuel which enter the combustion

chamber, the ignition system also has an influence on the performance of 4 stroke SI engine.

One of components in the ignition system is a coil which functions as increasing the voltage

received from the battery into a higher voltage. The higher voltage is then connected to the

spark-plug with a wire commonly known as the spark-plug wire. In the spark-plug wire, the

amount of resistance is directly proportional tothe wire length. The longer the spark-plug wire,

(6)

2

used is made shorter in order to reduce the resistance. In this research, the coil which was used

was the standard coil of Yamaha Jupiter Z Motorcycle, Moric-brand with a code of 4 ST

which used a spark-plug wire length of 18 cm. In the testing, a variation of spark-plug wire

length was conducted into 3, that was from the previous length of 18 cm shortened into 9 cm

(50%) and 4.5 cm (25%).The result of the testing revealed that the best performance of 4

stroke SI engine was obtained from the use of coil with a spark-plug wire length of 25%.

From the testing, it was found the result of torque as much as 8.68 Nm on 5000 rpm and

power as much as 8.0 Hp on 7750 rpm and the result of the testing of SFC as much as 0.078

Kg/h.Hp.

Keyword: Coil, Spark-Plug Wire, Torque, Power, SFC

1. PENDAHULUAN

Mesin merupakan bagian yang paling penting pada kendaraan bermotor. Sebagai penggerak

mula, performa yang bagus sangat dibutuhkan. Beberapa langkah modifikasi dilakukan untuk

meningkatkan performa mesin dengan tujuan torsi dan daya meningkat serta konsumsi bahan

bakar menjadi lebih efisien.

Pada prinsip dasar motor bakar, energi panas diubah menjadi energi mekanik. Energi

panas dihasilkan dari pembakaran campuran bahan bakar dan udara. Dalam hal ini,

sempurnanya proses pembakaran sangat dipengaruhi oleh nilai oktan bahan bakar yang

digunakan, campuran bahan bakar dan udara yang masuk kedalam ruang bakar, dan sistem

pengapian yang baik supaya busi mampu menghasilkan percikan api yang besar.

Koil dalam sistem pengapian memiliki fungsi menaikan tegangan yang diterima dari

baterai menjadi tegangan yang lebih tinggi. Tegangan yang tinggi tersebut kemudian

dihubungkan ke busi dengan sebuah kabel yang biasa disebut sebagai kabel busi. Pada kabel

busi, besarnya hambatan berbanding lurus dengan panjang kabel. Semakin panjang kabel busi,

hambatan yang terjadi semakin besar, sehingga kabel busi yang digunakan lebih pendek

supaya hambatan berkurang.

Jama dan Wagino (2008) berpendapat bahwa, “sistem pengapian pada motor bensin berfungsi mengatur proses pembakaran campuran bensin dan udara di dalam silinder sesuai

waktu yang sudah ditentukan yaitu pada akhir langkah kompresi. Sistem pengapian ini sangat

(7)

3

Wijanarko dan Wailanduw ( 2014 ) melakukan penelitian pada system pengapian

kendaraan bermotor dengan variasi penggunaan kabel tegangan tinggi terhadap daya hantar

listrik. Dari penelitian tersebut diperoleh simpulan semakin kecil hambatan dari kawat

semakin mudah dan besar pula tegangan yang mampu melalui kawat tersebut. Seperti pada

kabel berinti tembaga dengan hambatan 0,8 ohm mampu menghantarkan 7887 volt , serat

karbon 2,6 ohm menghantarkan 8057 volt, stainless stell 3,2 ohm menghantarkan 8013 volt

danalumunium 0,6 ohm mampumenghantarkan 8603 volt.

Anfarozi ( 2013) melakukan penelitian 4 jenis koil dengan variasi tegangan dan

hambatan yaitu Koil 1 ( 0,5 Ω, 14.000 Volt), Koil 2 (0,3 Ω, 25.000 Volt), Koil 3 (0,1 Ω,

40.000 Volt) dan Koil 4 (0,5 Ω, 16.000 Volt). Dari hasil penelitiannya dapat diketahui bahwa

koil dengan tegangan tertinggi dan hambatan terendah (Koil 3 dengan 40.000 Volt, 0,1 Ω)

mampu menghasilkan daya dan torsi paling besaryaitudaya 10,9 Hp pada 6500 rpmdantorsi

13,12 pada 7000 rpm.

Gambar 1. Siklus ideal motor bakar 4 langkah.

Dalam mesin 4 langkah, siklus bekerja dalam empat kali langkah piston atau dua kali

putaran poros engkol ( crankshaft ). Masing – masing proses dari siklus tersebut adalah

langkah hisap, langkah kompresi, langkah kerja dan langkah buang.

Pada saat langkah kompresi, campuran bahan bakar dan udara di dalam silinder di tekan

menuju combustion chamber (ruang bakar) yang mengakibatkan tekanan dalam ruang bakar

meningkat. Namun sesaat sebelum akhir langkah kompresi, busi memercikan bunga api

sehingga campuran bahan bakar dan udara terbakar sehingga menghasilkan ledakan di dalam

ruang bakar. Hal tersebut mengakibatkan tekanan dalam ruang bakar meningkat lebih tinggi

daripada tekanan saat sebelum busi memercikan bunga api. Tekanan yang sangat tinggi

tersebut mendorong piston bergerak dari TMA ke TMB. Pada langkah ini terjadi konversi

energi panas menjadi energi mekanik yang diteruskan ke crank shaft ( poros engkol ) sehingga

(8)

4

Gambar 2. Langkah kompresi motor bakar 4 langkah.

1.1Performa Motor Bakar 4 Langkah

a. Torsi ( T )

Torsimerupakan gaya putar yang dihasilkan oleh poros mesin. Besarnya torsi ( T )

biasa dinyatakan dalam bentuk Nm ( Newton Meter ).

T = F. r (1)

Dimana T = torsi ( Nm )

F = gaya ( N )

r = jari jari ( m )

b. Daya ( P )

Daya merupakan besarnya usaha yang dilakukan mesin per satuan waktu. Besarnya

daya dinyatakan dalam Hp ( Horse Power ).

P = T . (2)

Dimana : P = daya mesin ( HP )

= kecepatan sudut ( rad/s )

T = Torsi ( Nm )

c. Konsumsi Bahan Bakar Spesifik ( KBBS )

Konsumsi bahan bakar spesifik merupakan jumlah bahan bakar yang dibutuhkan untuk

melakukan pembakaran per satuan waktu ( jam ) untuk menghasilkan satu satuan daya

( Horse Power ).

KBBS = (3)

Dimana : KBBS = konsumsi bahan bakar spesifik (kg/jam/hp)

kbb = konsumsi bahan bakar ( cc/menit ) ρb = massa jenis bahan bakar ( kg//m3 )

(9)

5

1.2Sistem Pengapian

a. Sistem Pengapian Konvensional ( platina )

Platina merupakan salah satu komponen sistem pengapian yang berfungsi untuk

memutus dan menghubungkan arus listrik yang mengalir menuju koil. Platina bekerja

sebagai saklaryang menyalurkan listrik dari kumparan primer koil ke massa dan

memutuskan aliran listrik tersebut untuk menghasilkan induksi tegangan tinggi.

Pembukaan dan penutupan platina digerakkan oleh cam / nok pada interval waktu yang

telah ditentukan.

Gambar 3. Skema cara kerja sistem pengapian platina

b. Sistem Pengapian Elektronik ( CDI )

Sistem pengapian CDI (Capacitor Discharge Ignition) pada motor bensin terdapat dua

jenis, yaitu sistem pengapian CDI AC dan sistem pengapian CDI DC. Sistem

pengapian CDI AC merupakan sistem pengapian yang bersumber dari motor listrik

yang mengalirkan listrik secara berurutan mulai dari CDI, koil kemudian ke busi.

Sedangkan sistem pengapian DC adalah sebuah sistem pengapian yang bersumber dari

baterai yang dialirkan menuju CDI. Fungsi dari CDI adalah sebagai pemutus arus yang

diterima dari baterai kemudian disalurkan ke koil.

Gambar 4.Skema cara kerja sistem pengapian CDI

c. Koil Pengapian

Koil difungsikan sebagai pengubah arus tegangan rendah menjadi tegangan tinggi.

Secara fisik koil dikontruksi mirip dengan trafo. Koil dibedakan menjadi beberapa

(10)

6 i. Jenis Canister

Koil jenis ini biasanya digunakan pada kendaraan yang masih menggunakan platina,

memiliki inti besi yang dililit kumparan sekunder sementara kumparan primer berada

pada sisi luar kumparan sekunder

busi dalam rangkaiannya. Hal tersebut memungkinkan hambatan yang terjadi

menjadi lebih rendah.

Gambar 7. Koil jenis batang

1.3Hukum Ohm

Pada dasarnya, sebuah rangkaian listrik terjadi ketika penghantar mampu dialiri elektron

bebas secara terus menerus. Aliran tersebut yang disebut sebagai arus.Sama seperti aliran

air dalam pipa, dibutuhkan gaya untuk mendorong elektron supaya dapat mengalir dalam

sebuah rangkaian. Gaya tersebut yang disebut sebagai tegangan yang merupakan nilai

dari potensial energi dari elektron yang bergerak dari titik yang satu ke titik yang lainnya.

Elektron yang bergerak melalui konduktor mengalami gersekan atau gerak berlawanan

(11)

7

I I R

V

Gambar 8. Rangkaian Hukum Ohm

Hukum Ohm, “Kuat arus lirtrik dalam suatu beban listrik berbanding lurus dengan teganagan dan berbanding terbalik dengan hambatan”.

(4)

dimana : V = tegangan ( volt )

I = kuat arus ( Ampere )

R = hambatan ( Ohm )

(5)

Dimana ρk= hambatan jenis kawat penghantar ( Ωm )

l= panjang kawat penghantar ( m )

A = luas penampang kawat penghantar ( m2 )

2. METODE PENELITIAN

Gambar 9. Diagram alir penelitian +

(12)

8

2.1Alat dan Bahan

2.1.1Alat – Alat Pengujian

Alat –alat yang digunkan dalam pengujian adalah sebagai berikut:

Gambar 10.Yamaha Jupiter Z

1. Sepeda motor Yamaha Jupiter Z dengan spesifikasi sebagai berikut:

a. Tipe mesin : 4 langkah, SOHC , 2 valve

i. Sistem pendingin : pendingin udara

2. Dinamometer dengan spesifikasi sebagai berikut:

Gambar 11.Dinamometer

(13)

9 h. Beban maksimum : 450 kg

3. Multimeter

Gambar 12. Multimeter

4. Tachometer

Gambar 13. Tachometer

5. Stopwatch

Gambar 14. Stopwatch

6. Burret

Gambar 15. Buret

2.1.2Bahan Pengujian

Bahan yang digunakan untuk penelitian adalah koil standar dari motor Yamaha

Jupiter Z dengan kode 4ST Moric yang memiliki panjang kabel busi 18 cm.

(14)

10

2.2Waktu dan Tempat Pengujian

Hari/Tanggal : Kamis, 18 Februari 2016

Pukul : 10.00 WIB

Tempat : Mototech Indonesia, Bantul, Yogyakarta

2.3Langkah – Langkah Pengujian

1. Mempersiapkan semua alat dan bahan penelitian.

2. Receck kelengkapan mesin dynamometer.

3. Menaikan sepeda motor ke atas dynamometer.

4. Mengatur wheelbase pada dynamometer sesuai dengan wheelbase sepeda motor.

5. Mengikat sepeda motor dengan tie down.

Gambar 17. Persiapan motor sebelum uji di dinamometer.

6. Memposisikan panel dinamometer pada posisi “ ON “.

7. Mengukur hambatan dan tegangan pada kabel busi dengan panjang 100 % (18 cm).

8. Menghidupkan mesin dan memposisikan pada gigi tiga.

9. Mengatur putaran mesin pada putaran 4.000 rpm dan setelah putaran stabil handle gas

dibuka full throttle.

Gambar 18. Proses pengujian sepeda motor di atas dynamometer.

10. Mengambil data berupa grafik dan tabel dari komputer.

11. Pengujian konsumsi bahan bakar.

(15)

11

12. Mengulangi pengujian dengan panjang kabel 50 % (9 cm) dan 25 % (4,5 cm).

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari pengujian tersebut diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 1. Hasil pengujian hambatan dan tegangan pada tiga variasi panjang kabel busi.

Variabel Hambatan (kΩ) Tegangan (V)

Kabel 100% 8,5 31.740

Kabel 50% 8,3 31.970

Kabel 25% 8,0 32.000

1. Analisa perbandingan torsi yang dihasilkan motor dengan memvariasikan kabel busi

adalah sebagai berikut :

Tabel 2. Perbandingan torsi dari variasi tiga panjang kabel busi.

Variabel Rpm Torsi (Nm)

Kabel 100% 5.250 8,59

Kabel 50% 5.722 8,73

Kabel 25% 5.069 8,74

(16)

12

Berdasarkan gambar 20, motor dengan koil standar yang menggunakan kabel busi 25

% menghasilkan torsi terbesar, yaitu 8,74 Nm pada 5.069 rpm. Hal in disebabkan karena

koil dengan kabel busi 25 % menghasilkan tegangan tertinggi, yaitu 32.000 V.

Tegangan yang besar mampu menghasilkan percikan api yang besar. Dikarenakan

percikan api lebih besar, campuran bahan bakar dan udara dalam ruang bakar mampu

terbakar sempurna sehingga mampu menghasilkan gaya yang besar. Semakin besar gaya,

torsi yang dihasilkan semakin meningkat.

2. Analisa perbandingan daya yang dihasilkan motor dengan memvariasikan kabel busi

adalah sebagai berikut :

Tabel 4.3 Perbandingan daya dari variasi tiga panjang kabel busi.

Variabel Rpm Daya (Hp)

Kabel 100% 7.476 8

Kabel 50% 7.458 8

Kabel 25% 7.827 8,1

Gambar 21. Grafik pebandingan daya dari variasi panjang tiga kabel busi.

Berdasarkan gambar21, menunjukkan perbedaan daya yang dihasilkan dari

pengujian motor menggunakan koil standar dengan memvariasikan kabel busi. Daya

paling besar diperoleh dari motor yang menggunakan koil standar dengan panjang kabel

busi 25 % yaitu 8,1 Hp pada 7.827 rpm. Besarnya daya yang dihasilkan berbanding lurus

dengan besarnya torsi. Dalam pengujian motor yang menggunakan koil dengan panjang

(17)

13

3. Analisa perbandingan KBBS yang dihasilkan motor dengan memvariasikan kabel busi

adalah sebagai berikut :

Tabel 4.4 Perbandingan KBBS dari variasi tiga panjang kabel busi.

Variabel Rpm KBBS (Kg/h.Hp)

Kabel 100% 6.000 0.091

Kabel 50% 6.000 0.091

Kabel 25% 6.000 0.078

Gambar 22. Grafik pebandingan KBBS dari variasi panjang tiga kabel busi.

Dari pengujian diperoleh data KBBS terendah didapat dari motor yang menggunakan

koil dengan panjang kabel busi 25 % yaitu 0.078 Kg/h.Hp. Hal ini dikarenakan motor

yang menggunakan koil dengan panjang kabel busi 25 % menghasilkan daya paling besar

diantara motor yang menggunakan variasi panjang kabel busi lainnya. Karena semakin

besar daya, KBBS semakin kecil.

4. PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Dari hasil analisa pada bab sebelumnya maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Motor bensin 4 langkah yang memakai .kabel busi dengan panjang 25 % dari

panjang kabel busi mula mula (4,5 cm) menghasilkan torsi paling besar yaitu 8,68

(18)

14

2. Daya paling besar diperoleh dari motor bensin 4 langkah dengan penggunaan koil

yang memiliki panjang kabel busi 25 % dari panjang kabel busi mula mula yaitu 8,0

Hp pada 7750 rpm.

3. Motor bensin 4 langkah yang memakai .kabel busi dengan panjang 25 % dari

panjang kabel busi mula mula menghasilkan KBBS paling rendah yaitu yaitu 0.078

Kg/h.Hp.

4.2 Saran

Dari hasil pengujian yang telah dibahas dengan berbagai kekurangannya maka saran

untuk penelitian selanjutnya adalah :

1. Saat pengujian torsi dan daya sebaiknya menggunakan sepeda motor dengan

kondisi mesin yang masih normal karena pengambilan data tidak bisa dilakukan

dalam sekali uji.

2. Pada saat pengujian KBBS sebaiknya tachometer dan burret diletakkan saling

berdekatan sehingga mempermudah pengawasan dalam pengambilan data.

DAFTAR PUSTAKA

Anfarozi, Kemal Faza.2013. Analisa Variasi Hambatan dan Tegangan Listrik Pada Koil

Terhadap Unjuk Kerja Motor Bensin 4 Langkah. Universitas Jember. Jember.

Ganesan, V.2003. Internal Combustion Engine second edition.New Delhi. Tata McGraw-Hill

Publishing Company Limited.

Jama, Jalius dan Wagino. 2008. Teknik Sepeda Motor Jilid 1. Jakarta: Direktorat Pembinaan

Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan

Menengah, Departemen Pendidikan Nasional.

Pulkrabek, Willard W. 2004. Engineering Fundamentals of the Internal Combustion Engine

second edition. New Jersey. Upper Saddle River.

Setyawan, Julianto. 2000. Peningkatan Unjuk Kerja Motor Bensin Empat Langkah dengan

Penggunaan Busi Splitfire SF392D dan Kabel Busi Hurricane. Universitas Kristen Petra.

Surabaya

Wijanarko, SoffyantoPandu, 2014.Pengaruh Penggunaan Variant Kabel Tegangan Tinggi

Terhadap Daya Hantar Listrik Pada Sistem Pengapian Kendaraan Bermotor, Universitas

Gambar

Gambar 1. Siklus ideal motor bakar 4 langkah.
Gambar 2. Langkah kompresi motor bakar 4 langkah.
Gambar 4.Skema cara kerja sistem pengapian CDI
Gambar 6. Koil Jenis Moulded
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil pengujian konsumsi bahan bakar pada motor Honda Blade 4 langkah 110 cc dengan menggunakan variasi 3 jenis busi berbahan bakar premium dan pertamax 95

Pada jenis busi Denso Iridium mengalami peningkatan torsi sebesar 0,48 % dari busi NGK Standar menggunakan koil standar, hal ini disebabkan karena kombinasi percikan bunga

Besar torsi yang dihasilkan dipengaruhi oleh jenis koil, bentuk elektroda busi dan kondisi mesin, jenis koil standar lebih optimum pada penggunaan busi TDR

Pengujian torsi kinerja mesin 4 langkah 110cc dengan menggunakan Koil racing Blue Thunder dan variasi 3 jenis busi dengan putaran mesin terendah pada 4250 rpm. Pada putaran

dihasilkan oleh motor honda GX-160 dari. setiap variasi celah elektroda

Pada putaran rendah kurang lebih 1700 rpm daya yang dihasilkan kombinasi busi split fire SF392D + kabel busi hurricane lebih rendah daripada kombinasi busi ND W16EX-U + kabel

Hubungan antara Putaran Mesin terhadap Torsi dengan variasi Elektroda Busi Dari Gambar 3 terlihat bahwa pada putaran rendah–menengah terjadi kenaikan daya busi elektroda

Pada putaran poros diantara 3000 dan 3500 rpm nilai konsumsi bahan bakar antara kabel busi standar dan kabel busi carbon 9,3 mm dengan spark plug booster ini memiliki