• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEK MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING BERBASIS COLLABORATIVE TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN KOGNITIF SISWA SMK NEGERI 1 ANGKOLA TIMUR KABUPATEN TAPSEL T.A 2014 / 2015.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEK MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING BERBASIS COLLABORATIVE TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN KOGNITIF SISWA SMK NEGERI 1 ANGKOLA TIMUR KABUPATEN TAPSEL T.A 2014 / 2015."

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

EFEK MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING BERBASIS COLLABORATIVE TERHADAP KETERAMPILAN PROSES

SAINS SISWA DAN KOGNITIF FISIKA SMK N 1 ANGKOLA TIMUR

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidkan pada

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh:

AGUS AZHAR HARAHAP NIM.8136175001

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

Agus Azhar Harahap (NIM.8136175001), Efek Model Pembelajaran

Inquiry Training Berbasis Collaborative Terhadap Keterampilan Proses Sains dan Kognitif siswa SMK Negeri 1 Angkola Timur Kabupaten Tapsel T.A 2014 / 2015. Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan 2015.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada perbedaan kognitif siswa yang diajarkan dengan Model Pembelajaran Inquiry Training Berbasis Collaborative yang diajarkan kepada siswa kelas eksperimen dengan pembelajaran konvensional yang diajarkan pada kelas kontrol kemudian mengetahui ada perbedaan antara Keterampilan Proses Sains siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran Inquiry Training Berbasis Collaborative dengan Keterampilan Proses Sains siswa yang diajarkan dengan pembelajaran konvensional.

Pengambilan sampel dilakukan dengan cara cluster random sampling, sampel diambil sebanyak 2 kelas. Satu kelas dijadikan sebagai kelas eksperimen yaitu kelas yang diajar dengan model Inquiry Training Berbasis Collaborative dan satu kelas lagi dijadikan sebagai kelas kontrol yaitu kelas yang diajar dengan pembelajaran Konvensional. Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimen. Instrumen yang digunakan terdiri dari :Tes kemampuan kognitif siswa dan Deskriptor Keterampilan Proses Sains. Data dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan analisis uji-t . Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa : Ada perbedaan kemampuan kognitif siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran Inquiry Training Berbasis Collborative dengan pembelajaran konvensional. Perbedaannya diantaranya : pemahaman konsep dan kemampuan kognitif pada kelas Eksperimen yang diajarkan dengan model pembelajaran Inkuiry Training Berbasis Collborative tentu lebih baik daripada kelas kontrol dan ada perbedaan keterampilan proses sains siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran Inquiry Training Berbasis Collborative dengan keterampilan proses sains siswa yang diajarkan pembelajaran konvensional.

(6)

ABSTRACT

Agus Azhar Harahap (NIM.81375001), The effect of Inquiry Learning

Model-Based Training Collaborative Against Process Skills and Cognitive Science students of SMK Negeri 1 Angkola Eastern District Tapsel FY 2014/2015 Graduate Program, State University of Medan in 2015.

Reseach aims to determine the cognitive differences of students who are taught by the Inquiry Learning Model-Based Collaborative Training is taught to students with learning convensional experimental class taught in class to know control then there is a difference between Science Process Skills taught students with learning model Collaborative Inquiry-Based Training with the Science Process Skills students taught by conventional learning.

Sampling was done by cluster random sampling, samples were taken by 2 classes. One class used as experimental class is class taught by a model Inquiry Based Training Collaborative and one class again serve as the control class is the class that is taught by conventional teaching. This research is a quasi experimental. The instrument used consisted of: Tests students' cognitive abilities and Science Process Skills Descriptors. The data were analyzed using t-test analysis. These results indicate that: There are differences in cognitive abilities of students who are taught by learning model Inquiry Based Training Collaborative with conventional learning. The difference among them: an understanding of concepts and cognitive abilities in classes taught Experiment with learning model Inquiry Collaborative Based Training is certainly better than the control class and there is a difference in students' science process skills that are taught by the teaching model Inquiry-Based Training Collaborative with science process skills of students who were taught conventional learning.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkah rahmat dan karuniaNya, sehingga penulis mampu menyelesaikan tesis ini tepat pada waktunya, dan solawat beriring salam mari kita kirimkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah bersusah payah membawa manusia dari alam Jahiliyah ke peradaban yang penuh dengan rahmat dari Nya.

Tesis dengan judul “Eek Model Pembelajaran Inquiry Trainng Berbasis Collaborative Terhada Keterampilan Proses Sains Siswa dan Kognitif Fisika SMK N 1 Angkola Timur “ ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi dalam rangka menyelesaikan studi S2 untuk memperoleh gelar magister pendidikan pada Program Pascasarjana, Program Studi Pendidikan Fisika Universitas Negeri Medan (UNIMED). Dalam penyelesaian tesis ini, penulis banyak mendapat bimbingan, dukungan yang sangat berharga dari berbagai pihak sejak awal penelitian hingga selesainya penulisan tesis ini. Dari lubuk hati yang paling dalam dengan tulus dan ikhlas, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya terlebih dahulu kepada yang terhormat Ayah dan Ibu saya, yang sangat kucintai dan kuasayangi yang selalu setia memberikan semangat dan do’a, semoga Allah SWT selalu memberikan ampunan pada kedua orangtua dan juga saya sendiri, dan juga ucapan terimakasih tidak lupa saya ucapkan kepada :

1. Bapak Prof.Dr.Nurdin Bukit,M.Si sebagai pembimbing I yang telah mencurahkan perhatian, waktu serta memberikan bimbingan dengan penuh kesabaran. Di sela-sela kesibukan tugas beliau, penulis selalu dilayani dengan penuh perhatian.

2. Ibu Prof.Dr. Retno Dwi Suyanti, M. Si. sebagai dosen pembimbing II yang telah mencurahkan perhatian, kritik, dan saran konstruktif selalu mengalir dari ibu mulai dari penyusunan Tesis ini sampai dengan selesai.

3. Bapak Prof.Dr.Sahyar, M.S.,M.M selaku Ketua Program Pascasarjana Pendidikan Fisika Universitas Negeri Medan, sekaligus dosen penguji atas kerelaan hati dalam memperlancar penyelesaian studi.

4. Ibu Dr.Derlina,M.Si. selaku dosen penguji, atas bimbingan, arahan, dukungan yang telah diberikan selama proses penyusunan tesis.

5. Bapak Prof.Motlan,MSc.,P.hD. selaku dosen penguji, atas partisipasinya dan kerelaan hati dalam memberikan masukan.

6. Bapak Bakthiar Harahap, S.Pd. selaku kepala sekolah tempat penulis bekerja dan melakukan penelitian, atas dorongan, dukungan dan bantuannya.

7. Rekan-rekan mahasiswa satu angkatan, dukungan dan dorongan telah menjadi pemicu untuk tetap bersemangat. Semoga Allah SWT. Tetap memberikan ridho-Nya bagi hamba-hamban Nya, Amiin.

Akhir kata penulis berharap semoga tesis yang sangat sederhana ini dapat bermanfaat khusunya bagi penulis dan khalayak ramai.

Medan, 29 Juni 2015

(8)

DAFTAR ISI

2.1.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar……… 16

2.2. Model Pembelajaran Inquiry Training……….. 16

2.2.1 Langkah-Langkah Model Iquiry Training……… 17

2.2.2 Model Inquiry Dalam Pelaksanaan Praktikum Sains…… 19

2.3 Keterampilan Proses Sains………. 21

2.3.1 Pengertian Keterampilan Proses Sains……… 21

2.3.2 Teori-Teori Belajar yang Mendukung KPS……… 23

2.3.3 Cara Mengukur Keterampilan Proses Sains……….. 26

2.4 Collaborative Learning……….. 28

2.4.1 Pengertian Collaborative Learning………. 28

2.4.2 Latar Belakang Munculnya Model Collaborative……… 31

2.4.3 Langkah-Langkah Pembelajaran Collaborative…………. 33

2.4.4 Karakteristik Dalam Belajar Collaborative………. 34

2.5 Penelitian yang Relevan……… 35

2.6 Kerangka Konseptual……… 38

2.7 Hipotesis……… 41

BAB.III METODOLOGI PENELITIAN………. 42

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian... 42

3.2. Populasi dan Sampel Penelitian……… 42

(9)

3.3. Variabel Penelitian... 43

4.2.1 Perbedaan Hasil Belajar Siswa yang Diajarkan dengan dua Model………. 69

(10)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Data nilai rata-rata dan ketuntasan……… 5

Tabel 2.5. Penelitian yang Relevan………. 33

Tabel 3.1 Two Group Pretest Postest Design... ... 44

Tabel 3.2 Kriteria tes hasi belajar... ... 51

Tabel 4.1 Data Pretes Kognitif Fisika Kelas Eksperime………. 59

Tabel 4.2 Data Pretes Kognitif Fisika Kelas Kontrol……….. 56

Tabel 4.3 Tabel 4.3. Uji Normalitas………..……… 60

Tabel 4.4 Uji Kemampuan Awal………..…. 62

Tabel 4.5 Data Postes Kognitif Fisika Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol……….. 63

Tabel 4.6 Uji Normalitas……… 64

Tabel 4.7 Uji Homogenitas……… 65

Tabel 4.8 Nilai Pretes dan Postes dan Gain dari kedua kelas………… 66

Tabel 4.9 Uji Hipotesis kognitif siswa……… 67

(11)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1. Keterampilan bekerjasama yang dibutuhkan peserta

dalam pembelajaran kolaboratif………. 31

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 : Perangkat Pembelajaran Pertemuan 1………. 82

Lampiran 2 : Perangkat Pembelajaran Pertemuan 2……….… 96

Lampiran 3 : Perangkat Pembelajaran Pertemuan 3……… 107

Lampiran 4 : Kisi-Kisi soal………. 119

Lampiran 5 : Tes Kognitif siswa …………... 121

Lampiran 6 : Tabel Observasi Keterampilan Proses Sains………... 125

Lampiran 7 : Tabel data hasil kognitif kelas eksperimen………... 126

Lampiran 8 : Tabel data hasil kognitif kelas kontrol………..…… 127

Lampiran 9 : Tabel Keterampilan Proses Sains kelas Eksperimen ………. 128

Lampiran 10: Tabel Keterampilan Proses Sains kelas Kontrol……… 129

Lampiran 11: Output Uji Homogenitas dan Normalitas Data Pretes……... 130

Lamprian 12: Hasil LKS siswa………. 138

Lampiran 13: Lembar validasi………. 153

(13)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pendidikan memberikan kemungkinan pada siswa untuk memperoleh “kesempatan”, “harapan”, dan pengetahuan agar dapat hidup secara lebih baik.

Besarnya kesempatan dan harapan sangat bergantung pada kualitas pendidikan

yang ditempuh. Pendidikan juga dapat menjadi kekuatan untuk melakukan perubahan agar sebuah kondisi menjadi lebih baik. Pendidikan yang berkualitas

tentunya melibatkan siswa untuk aktif belajar dan mengarahkan terbentuknya nilai-nilai yang dibutuhkan oleh siswa dalam menempuh kehidupan (Sani, RA.

2014). Dalam implementasi pembelajaran, penddik harus mampu melaksanakan pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, menyenangkan, (Yatim 2009).

Fisika adalah bagian dari sains (IPA) yang pada hakikatnya adalah kumpulan pengetahuan, cara berpikir, dan penyelidikan. Fisika adalah ilmu pengetahuan yang menggunakan metode ilmiah dalam prosesnya (Wirtha dan

Rapi, 2008). Dengan demikian proses pembelajaran fisika bukan hanya memahami konsep-konsep fisika, tetapi juga mengajar siswa berpikir konstruktif

melalui fisika sebagai Keterampilan Proses Sains (KPS) sehingga pemahaman siswa terhadap hakikat fisika menjadi utuh, baik sebagai proses maupun sebagai produk. Hakikat belajar sains tidak cukup sekedar mengingat dan memahami

(14)

percobaan dan penelitian ilmiah. Pengemasan pembelajaran dewasa ini tidak

sejalan dengan hakikat orang belajar dan hakikat orang mengajar menurut pandangan kaum konstruktivis. Belajar menurut kaum konstruktivis merupakan

proses aktif siswa mengkonstruksi arti teks, dialog, pengalaman fisis, dan lain-lain. Belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau

tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami (Hamalik, 2011). Kenyataan saat ini, masih banyak siswa yang dalam belajar hanya menghafal konsep-konsep, mencatat apa yang diceramahkan guru,

pasif, dan pengetahuan awal jarang digunakan sebagai dasar perencanaan pembelajaran dan dalam pembelajaran. Hal ini dikarenakan penggunaan metode

pembelajaran yang cenderung monoton, kurangnya keterlibatan siswa dalam menemukan suatu konsep dalam proses kegiatan belajar dan mengajar (KBM), serta pembelajaran lebih bersifat teacher centerd yaitu guru hanya menyampaikan

fisika sebagai produk dan siswa menghafal informasi faktual. Pembelajaran seperti itu akan menimbulkan ketidaktahuan pada diri siswa mengenai proses maupun sikap dari konsep fisika yang mereka peroleh. Penelitian yang dilakukan

oleh Rapi (2008) menyimpulkan bahwa implementasi model inkuiri dalam pembelajaran fisika dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam ranah

psikomotor, serta implementasi model pembelajaran inkuiri dalam pembelajaran fisika dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran. Perubahan dalam kegiatan proses belajar mengajar diperlukan untuk meningkatkan mutu

pembelajaran fisika secara khusus. Salah satu upaya untuk mengatasi masalah peningkatan mutu dalam pendidikan sains atau fisika tersebut adalah dengan

(15)

seperti keterampilan dalam menyelesaikan masalah, keterampilan dalam

mengamati objek, keterampilan dalam mengambil keputusan, keterampilan dalam menganalisis data, berfikir secara logis, sistematis serta keterampilan dalam

mengajukan pertanyaan. Atas dasar pemikiran tersebut maka pendekatan pembelajaran yang perlu dikembangkan adalah dengan penekanan pada kegiatan

belajar siswa aktif. Salah satu pendekatan yang menekankan pada kegiatan belajar siswa aktif adalah pendekatan keterampilan proses. Pendekatan keterampilan proses dapat diartikan sebagai wawasan atau panutan pengembangan

keterampilanketerampilan intelektual, sosial dan fisik yang bersumber dari kemampuan-kemampuan mendasar yang prinsipnya telah ada dalam diri siswa

(Dimyati dan Mudjiono, 2002).

Sebagai ilmu pengetahuan, sains terdiri tiga unsur yaitu: sikap ilmiah, proses atau metode dan hasil (produk), oleh karenanya proses pembelajaran dan

penilaiannya harus mencakup ketiga aspek tersebut secara integratif dan berimbang. Namun fakta di lapangan menunjukkan bahwa proses pembelajaran lebih mengarah pada transfer materi yang disajikan dengan metode ceramah dan

penilaiannya menitik beratkan pada aspek kognitif dari pada aspek lainnya. Keadaan ini mengesankan bahwa pembelajaran sains hanya berisi kumpulan

produk saja yang berupa kumpulan fakta, konsep dan prinsip-prinsip, bukan proses penemuan dan pemecahan masalah atau proses penanaman sikap, tentu saja hal tersebut berdampak pada prestasi dan kompetensi yang dimiliki peserta didik.

Keterampilan proses sains yang perlu di kembangkan di SMK Negeri 1“Angkola Timur” Tapanuli Selatan meliputi observasi, klasifikasi, merancang

(16)

dapat diperoleh dari percobaan melalui lembar kerja ilmiah yang meliputi

kompetensi dasar, percobaan, analisis data hasil percobaan, kesimpulan dan penerapan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian siswa berlatih bekerja

secara ilmiah dan pada akhirnya diharapkan terbentuk sikap ilmiah dalam diri siswa dalam menanggapi perkembangan sains di masa sekarang dan masa yang

akan datang. Sikap ilmiah yang terbentuk dapat mendorong motivasi siswa untuk terus belajar. Materi yang cocok untuk diterapkan melalui pendekatan ketrampilan proses sains dengan metode eksperimen salah satunya adalah materi “Sifat

Mekanik Bahan.”

Berdasarkan latar belakang tersebut, dan dalam rangka meningkatkan prestasi

belajar sains sekaligus sebagai solusi terhadap permasalahan pembelajaran Fisika di SMK Negeri 1“Angkola Timur” Tapanuli Selatan, maka perlu dilakuka

penelitian dengan judul :

EFEK MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING BERBASIS COLLABORATIVE TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS

SISWA DAN KOGNITIF FISIKA SMK N 1 ANGKOLA TIMUR Dari beberapa pokok bahasan dalam mata pelajaran fisika SMK pada Silabus Fisika Kurikulum 2013 terdapat materi Sifat Mekanik Bahan yang cocok

untuk model pembelajaran Inquiry Training dengan kegiatan laboratorium. Alasan pertama pemilihan pokok bahasan ini karena pokok bahasan ini dapat dilakukan oleh semua sekolah, termasuk sekolah yang minim dengan peralatan laboratorium.

Alasan yang kedua memilih materi ini karena mencakup “Sifat Mekanik Bahan” yang sangat dekat dan mudah dialami dan dijumpai siswa dalam kehidupan

(17)

keterampilan berpikir kritis. Dalam upaya pencapaian program peningkatan

kemampuan berpikir kritis, pemerintah Indonesia melalui bidang pendidikan telah mengimplementasikan suatu pendekatan dalam pembelajaran IPA yaitu

pendekatan keterampilan proses. Pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses telah cukup lama dikembangkan, yaitu sejak kurikulum 1984. Begitu

pentingnya aplikasi pendekatan keterampilan proses dalam pembelajaran fisika dengan kegiatan laboratorium, menyebabkan pendekatan ini masih diterapkan dalam kurikulum 2006 (Kurikulum KTSP) dan juga di kurikulum 2013. Model

pembelajaran Inkuiry Training Berbasis Collaborative dengan kegiatan laboratorium diharapkan merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat

meningkatkan pemahaman konsep dan meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa. Materi di kelas X yang dianggap sulit yaitu “Sifat Mekanik Bahan”, karena pada materi ini siswa hanya mempelajari dengan membaca dan menyelesaikan

soal, sehingga siswa belajar denagn konsep abstrak tanpa pernah melihat dengan nyata. Sehingga berdampak pada rendahnya nilai fisika yang belum mencapai criteria ketentuan minimal (KKM) rata-rata di SMK yaitu 75,00 yang diperoleh

pada ulangan kelas X semsester 2, 2 tahun terahir di SMK Negeri 1 Angkola Timur yang dicantumkan pada table 1.1. berikut :

Tabel 1.1 Data nilai rata-rata dan ketuntasan mata pelajaran Fisika Semester genap kelas X SMK Negeri 1 Angkola Timur

Tahun Pelajaran Nilai rata-rata KKM

2012 / 2013 50,00 75,00

2013 / 2014 60,00 75,00

(18)

Berdasarkan paparan diatas maka jelas bahwa pembelajaran Inkuiry

Training Berbasis Collaborative sangat penting untuk dilaksanakan dalam proses

pembelajaran fisika, dikarenakan dapat melatih siswa untuk belajar mandiri,

berpikir dan menemukan sendiri jawaban dari permasalahan. Hal ini sesuai dengan penelitian Wirtha dan Rapi (2009) menunjukkan bahwa model

pembelajaran Inkuiry Trainig berpengaruh terhadap hasil belajar fisika siwa. Selain itu penelitian Wijaya dkk (2012), menunjukkan adanya pengaruh Collaborative Ranking Task dalam meningkatkan keterampilan generic sains

mahasiswa dimana diketahui bahwa skor rata-rata keterampilan generik sains. Masalah pendidikan, khususnya dalam pendidikan fisika oleh sebagian

besar siswa dianggap mata pelajaran yang sangat sulit. Akibat dari anggapan sulitnya pelajaran Fisika menyebabkan siswa merasa tidak senang terhadap mata pelajaran Fisika, sehingga fisika dianggap sebagai mata pelajaran yang tabu dan

menakutkan, maka guru fisika hendaknya mampu mengubah paradigma siswa yang menganggap Fisika merupakan mata pelajaran yang dianggap sulit menjadi mata pelajaran yang menyenangkan. Pendekatan saintifik berkaitan erat dengan

metode saintifik. Metode saintifik (ilmiah) pada umumnya melibatkan kegiatan pengamatan atau observervasi yang dibtuhkan untuk perumusan hipotesis atau

mengumpulkan data (Sani, RA. 2014). Salah satu metode pembelajaran saintifik yang dapat diterapkan oleh guru dalam pembelajaran fisika adalah Inkuiry Training. Kondisi seperti yang diungkapkan di atas juga masih terjadi dalam

(19)

analisis hasil pembelajaran dalam beberapa semester melaksanakan pembelajaran

Fisika di SMK Negeri 1 Angkola Timur di antaranya:

 Proses pembelajaran di kelas masih berorientasi pada guru sebagai

penyampai materi sedangkan siswa hanya sebagai pendengar pasif.

 Fisika menjadi pelajaran yang sulit untuk dipelajari karena lebih banyak

bertumpu pada teori daripada praktikum.  Keaktifan dan hasil belajar siswa rendah.

 Interaksi siswa dalam pembelajaran masih rendah.

 Siswa kurang termotivasi dalam proses pembelajaran karena masih

bertumpu pada teori.

 Laboratorium yang tidak mendukung

Kegiatan belajar mengajar menggunakan model Inquiry Training adalah proses menjawab pertanyaan dan menyelesaikan masalah berdasarkan fakta dan pengamatan (Sani, RA. 2014). Model inquiri training merupakan salah satu

model pembelajaran yang menitikberatkan kepada aktifitas siswa dalam proses belajar. Pembelajaran dengan model inquiri training pertama kali dikembangkan

oleh Richard Suchman tahun 1962 (Joyce, 2000). Ia menginginkan agar siswa bertanya mengapa suatu peristiwa terjadi, kemudian ia mengajarkan pada siswa mengenai prosedur dan menggunakan organisasi pengetahuan dan prinsip-prinsip

umum. Siswa melakukan kegiatan, mengumpulkan dan menganalisa data, sampai akhirnya siswa menemukan jawaban dari pertanyaan itu.

Dalam pembelajaran dengan model Inkuiry Training Berbasis Collaborative, siswa terlibat secara mental maupun fisik untuk memecahkan

(20)

seperti sikap ilmuan sains yang teliti, tekun/ulet, objektif/jujur, menghormati

pendapat orang lain dan kreatif.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka

dapat diidentifikasi masalah yang relevan dengan penelitian masalah ini adalah : 1. Guru lebih dominan menyajikan materi dengan pembelajaran

Konvensional dalam proses KBM sehingga murid cenderung pasif.

2. Pemanfaatan sarana dan prasarana belum secara optimal digunakan. 3. Ruangan laboratorium belum ada.

4. Siswa lebih banyak belajar dengan menggunakan teori.

5. Model pembelajaran yang digunakan oleh guru selama ini masih cenderung mengajak siswa untuk komunikasi satu arah.

6. Guru belum pernah melaksanakan proses Kegiatan Belajar Mengajar dengan menggunakan Keterampilan Proses Sains.

7. Guru belum pernah melaksanakan proses Kegiatan Belajar Mengajar dengan memakai basis Collaborative.

8. Guru belum pernah menggunakan model Inkuri Training dalam proses kegiatan belajar mengajar.

1.3 Batasan Masalah

Untuk memberi ruang lingkup yang jelas dalam pembahasan, maka perlu

(21)

1. Model pembelaajaran dalam penelitian ini adalah model Inkuiry

Training Berbasis Collaborative yang akan diterapkan kepada siswa kelas X.

2. Prestasi belajar yang akan diteliti adalah kemampuan kognitif, dan Ketermpilan Proses Sains.

3. Materi yang akan diajarkan selama proses penelitian adalah “Sifat Mekanik Bahan”.

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang masalah maka permasalahan utama dalam penelitian ini adalah : Apakah ada pengaruh

model pembelajaran Inkuiry Training Berbasis Collaborative terhadap Keterampilan Proses siswa dan kognitif Fisika pada materi Sifat Mekanik

Bahan?’’.Rumusan masalah ini dijabarkan menjadi pertanyaan pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Apakah ada perbedaan anatara kognitif belajar Fisika siswa yang

diajarkan dengan model pembelajaran Inkuiry Training Berbasis Collaborative dengan kemampuan kognitif belajar siswa yang

diajarkan dengan pembelajaran Konvensional.

2. Apakah ada perbedaan antara Keterampilan Proses Sains siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran Inkuiry Training

(22)

1.5. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah ada pengaruh model pembelajaran Inquiry Training Berbasis Kollaborative terhadap kognitif fisika

siswa pada materi “Sifat Mekanik Bahan”. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk:

1. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan anatara kognitif belajar Fisika siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran Inquiry Training Berbasis Collaborative dengan kognitif belajar siswa yang diajarkan

dengan pembelajaran Konvensioanal.

2. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan antara Keterampilan Proses

Sains siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran Inkuiry Training Berbasis Collaborative dengan Keterampilan Proses Sains siswa yang diajarkan dengan pembelajaran konvensional.

1.6. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini, diharapkan :

1. Hasil penelitian ini dapat memberi sumbangan pemikiran dalam bentuk model pembelajaran yang dapat digunakan guru,sehingga siswa dapat mengembangkan kemampuan berupa kognitif dan keterampilan sains

siswa.

2. Model ini dapat menjadi pertimbangan bagi guru guru, khususnya guru

(23)

1.7. Defenisi Operasioanal

Untuk memperjelas istilah yang digunakan dalam penelitian ini maka dibuat defenisi operasioanal sebagai berikut :

1.Inkuiry Training Berbasis Collaborative

Menurut Joyce, latihan inkuiri merupakan suatu model pembelajaran yang

dikembangkan oleh J.Richard Suchman yang bertujuan untuk membelajarkan siswa tentang suatu proses untuk menginvestigasi dan menjelaskan fenomena yang tidak biasa. Senada dengan pendapat Joyce, Tobing (1981:1) menyatakan

bahwa model latihan inkuiri bertujuan untuk membantu siswa menyusun fakta, membentuk konsep, dan menghasilkan penjelasan atau teori yang menerangkan

fenomena yang sedang diselidiki.

Masaaki (2012) mengemukakan bahwa pengertian kolaborasi yaitu bekerja sama dengan siswa lain untuk menyelesaikan suatu permasalahan, maka siswa saling

menghargai keberadaan satu sama lain dan secara terorganisasi mereka malaksanakan suatu kegiatan dengan memadukan pikiran yang tadinya terasa asing bagi dirinya sendiri. Sehingga model pembelajaran Inkuiry Training

Berbasis Collaborative sangat perlu diujikan untuk mengetahui bagaimana prestasi dan keterampilan proses siswa.

2.Keterampilan Proses Sains

Kurniati (2001): mengungkapkan bahwa pendekatan keterampilan proses sains adalah pendekatan yang memberi kesempatan kepada siswa agar dapat

(24)

proses sains (KPS) adalah kemampuan siswa untuk menerapkan metode ilmiah

dalam memahami, mengembangkan dan menemukan ilmu pengetahuan.

3.Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran. Nana Sudjana (2005: 3) mendefinisikan hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan

tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dimyati dan Mudjiono (2006: 3-4) juga menyebutkan hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar

(25)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka diperoleh beberapa

kesimpulan sebagai berikut :

1. Ada perbedaan kemampuan kognitif siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran Inkuiry Training Berbasis Collborative dengan

pembelajaran konvensional. Perbedaannya diantaranya : pemahaman konsep dan kemampuan kognitif pada kelas Eksperimen yang diajarkan dengan model pembelajaran Inkuiry Training Berbasis Collborative tentu

lebih baik daripada kelas kontrol. Ini disebabkan karena dalam model tersebut siswa di ajak untuk selalu berfikir kritis,aktif. Adapun rata-rata

kemampuan kognitif siswa pada kelas Eksperimen : 85,15 dan rata-rata kemampuan kognititf siswa kelas kontrol hanya 74,68.

2. Ada perbedaan keterampilan proses sains siswa yang diajarkan dengan

model pembelajaran Inkuiry Training Berbasis Collborative dengan keterampilan proses sains siswa yang diajarkan pembelajaran

konvensional. Dimana untuk kelas eksperimen dengan model Inkuiry Training Berbasis Collborative : nilai rata-rata yang paling rendah 60 dan

yang paling tinggi 85 sedangkan untuk kelas kontrol nilai rata-rata yang

(26)

5.2. Saran

Berdasrkan hasil dan kesimpulan penelitian ini, maka peneliti memilki beberapa saran yang tentunya dianggap perlu untuk penelitian selanjutnya untuk

memperbaiki hasil penelitian sebelumnya :

1. Identifikasi sifat dan cirri permasalahan Fisika sangat diperlukan dalam proses kegiatan belajar mengajar agar suasana belajar lebih hidup dan

pesrta didik tidak mudah jenuh dalam proses kegiatan pembelajaran. 2. Dalam model pembelajaran Inkuiry Training Berbasis Collborative sangat

dibutuhkan kecermatan seorang guru dan sifat kreatif siswa mengingat model ini adalah siswa sebagai pusat belajar.

3. Untuk peneliti berikutnya disarankan agar lebih menarik minat para

peserta didik, peneliti harus memperkaya ilustrsi dan gambar yang mendukung serta animasi pembelajaran fisika sehingga menarik minat

pesrta didik.

4. Disarankan pada peneliti berikutnya agar menggunakan model pembelajaran berupa pendekatan saintifik, seperti :PBL, Discovery

Learning, sehingga sejalan dengan salah satu tujuan pendidikan yaitu siswa sebagai pusat pembelajaran

5. Mempersiapkan sarana dan prasarana yang dibutuhkan seperti peralatan praktikum yang memadai sebelum mengadakan penelitian sehingga

(27)

DAFTAR PUSTAKA

Albertus D Lesmono, Supeno. 2012 . Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses Sains Dengan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Dalam Pembelajaran Fisika Di SMA, Jurnal Pembelajaran Fisika, Vol 1,No.1(119-124).

Arsyad, A. (2011). Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers.

Andrian, S. & Yudi W. 2009. Pengembangan webbased collaborative learning

dengan menggunakan facebook. Jurnal Pendidikan Teknologi Informasi

dan Komunikasi. 2(2), 39-46.

Arends, R. I. 2009. Learning to Teach (7th ed.). Belajar untuk Mengajar (Terjemahan Helly Prajitno Soetjipto dan Sri Mulyantini Soetjipto pada Tahun 2008). Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Arikunto, S. (2006), Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.

Arikunto, S. (2009). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara. Dahar,R.W. 1989. Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran. Bandung : Erlangga. Dahar,R.W. 2011. Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran. Bandung : Erlangga.

Derliana. (1990). Keterampilan Proses Sains IPA. Bandung: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Dimyati, dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelaaran. Jakarta : Rineka Cipta. Djamarah, S.B.2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta..

Ermininingsih, Suciati. 2013. Pembelajaran Biologi Model PBM Menggunakan Lembar Kerja Terbimbing Dan Lembar Kerja Bebas Termodifikasi Ditinjau Dari Keterampilan Proses Sains Dan Kemampuan Berfikir Analitis. JURNAL INKUIRI, Vol 2, No 2(132-142).

Hamalik, O. 2011. Proses Belajar Mengajar.Jakarta: Bumi Aksara.

(28)

Joyce, B., Weil, M. & Calhoun, E. 2009. Models of Teaching (8th ed.). Model-Model Pengajaran (Terjemahan Achmad Fawai & Ateilla Mirza). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Laksmi, Shrie. 2007. Menumbuhkan Keberanian Siswa Untuk Bertanya. Bandung:

SMPN 19 Bandung.

Meli, Kurnia, dan Yayan Sunrya. 2013. Peningkatan Keterampilan Proses Sains Siswa SMA Melalui Pembelajaran Praktikum Berbasis Inkuiri Pada Materi

Laju Reaksi. Jurnal Riset dan Praktik Pendidian Kimia, Vol 1, No 1, 69-75

Mukhtar. 2010. Bimbingan skripsi, Tesis dan Artikel Ilmiah, Jakarta : Gaung Persada Press.

Rina Astuti , Widha Sunarno, Suciati Sudarisman. 2012. Pembelajaran IPA Dengan Pendekatan Keterampilan Proses SainsMenggunakan Metode Eksperimen Bebas Termodifikasi Dan Eksperimen Terbimbing Ditinjau Dari Sikap Ilmiah Dan Motivasi Belajar Siawa Jurnal Inkuiri, Vol 1, No.1,hal 51-59.

Rustaman, N. (2005). Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang: UM Prss. Russeffendi. 1998. Statistika Dasar untuk Penelitian Pendidikan. Bandung :

Penerbit CV. Andira Bandung.

Sani, R.A. 2012. Pengembangan Laboratorium Fisika. Medan : Penerbit Perdana Mulya Sarana.

Sani, R.A. 2014. Pembelajaran Saintifik Untuk Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta : Penerbit PT. Bumi Aksara.

Sanjaya, W. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta :Kencana Prenada Media Group.

Santyasa, I. 2006. Pembelajaran inovatif, model kolaboratif, basis proyek dan

orientasi NOS, SMA Negeri 2 Semarapura. Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta.

Santoso,S. 2008. Panduan Lengkap Menguasai SPSS 16. Jakarta : PT Elex Media Komputindo.

Sarwono, J. 2006. Analisis Data Penelitian Menggunakan SPSS. Jakarta : Penerbit Andi.

Sanjaya, w. 2006 Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.Jakarta : Kencana.

(29)

Supartono, Saptorini, Dian. (2009 )Pembelajaran Kimia Menggunakan Kolaborasi Konstruktif Dan Inkuiri Berorientasi Chemo-Enrepreneurship Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol . 3 No.2, 476-483.

Sumadi, S. 2012. Metodologi Penelitian. Jakarta : Penerbit P.T RajaGrafindo.

Slameto, (2003), Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Gramedia, Jakarta.

Tawil,M. dan Liliasari,(2014), Keterampilan-Keterampilan Sains dan Implementasinya Dalam Pembelajaran Iipa : Penerbit UNM. Makassar. Winny Liliawati1,3),Purwanto1), Taufik Ramlan R1), Rahmat Hidayat2), Erlina

Megawati2), Fera Tri Puspitasari2),,. 2014. Analisis Kemampuan Inkuiri Siswa SMP, SMA Dan SMK Dalam Penerapan Levels Of Inquiry Pada Pembelajaran Fisika Jurnal Pendidikan Fisika, FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Volume 6 No 2, 2-6.

Wirtha, I.M dan Rapi, N.K. 2008. Pengaruh Model Pembelajaran dan Penalaran Formal Terhadap Penguasaan Konsep Fisika dan Sikap Ilmiah Siswa SMA Negeri 4 Singaraja. Jurnal Pendidikan dan Pengembangan Pendidikan. Vol 1, No 1, 51-59.

W. Gulo, (2005). Strategi Belajar Mengajar, Cet.III,Jakarta : Grasindo.

Yatim Riyanto.2009. Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta : Penerbit : Kencana.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

 Melakukan permainan peran tentang pelaksanaan bentuk kepatuhan terhadap kebiasaan, tata tertib, tradisi,dan adat dalam kehidupan di sekolah,keluarga, dan masyarakat sekitar

The writer will use a psychoanalytic approach theory as the approach to analyze this movie because the major character Walter Black that suffers major

[r]

NO TAHUN NAMA GURU PRESTASI PENGHARGAAN TANGAN TANDA.. 1 2006

kuantitas kalori pangan sekali konsumsi, dapat memperbaiki respons glikemik dan/atau menurunkan kadar glukosa darah pada siang atau sore hari dan menurunkan nafsu makan

DAFTAR LAMPIRAN ... Latar belakang ... Rumusan Masalah ... Tujuan penelitian .... Manfaat penelitian ... Laporan keuangan dan Kinerja Keuangan ... Definisi laporan keuangan...

2 Mahasiswa dapat memahami dan membuat berbagai konsep dasar Perencanaan dan Pengendalian Laba (PPL), penerapan PPL dalam kegiatan manajemen, , serta Penerapan PPL dalam