• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KUALITAS MASUKAN BERBAGAI SERESAH TERHADAP DINAMIKA NH4 +, NO3 , DAN POTENSIAL NITRIFIKASI TANAH SERTA SERAPAN N TANAMAN JAGUNG (Zea mays L )

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH KUALITAS MASUKAN BERBAGAI SERESAH TERHADAP DINAMIKA NH4 +, NO3 , DAN POTENSIAL NITRIFIKASI TANAH SERTA SERAPAN N TANAMAN JAGUNG (Zea mays L )"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

i

PENGARUH KUALITAS MASUKAN BERBAGAI SERESAH

TERHADAP DINAMIKA NH4+, NO3-, DAN POTENSIAL NITRIFIKASI

TANAH SERTA SERAPAN N TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.)

Disusun oleh :

PUJI ASTUTI

H 0205056

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

commit to user

ii

PENGARUH KUALITAS MASUKAN BERBAGAI SERESAH

TERHADAP DINAMIKA NH4+, NO3-, DAN POTENSIAL NITRIFIKASI

TANAH SERTA SERAPAN N TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.)

Skripsi

Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian

di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Jurusan/Program Studi Ilmu Tanah

Disusun oleh :

PUJI ASTUTI

H 0205056

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(3)

commit to user

iii

PENGARUH KUALITAS MASUKAN BERBAGAI SERESAH

TERHADAP DINAMIKA NH4+, NO3-, DAN POTENSIAL NITRIFIKASI

TANAH SERTA SERAPAN N TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.)

yang dipersiapkan dan disusun oleh :

PUJI ASTUTI H0205056

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji

Pada tanggal : 26 Juli 2010 Dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Tim Penguji

Ketua

Prof. Dr. Ir. Purwanto, MS. NIP.19520511 198203 1 002

Anggota I

Ir. Sri Hartati, M. P. NIP.19590909 198603 2 002

Anggota II

Prof. Dr. Ir. H. S Minardi, MP. NIP : 19510724 197611 1 001

Surakarta, Agustus 2010 Mengetahui,

Universitas Sebelas Maret Fakultas Pertanian

Dekan

(4)

commit to user

iv

KATA PENGANTAR

Dengan Kerendahan hati, syukur alhamdulillah Penulis panjatkan atas

nikmat yang diberikan Allah Ta’ala karena atas Kehendak-Nya segala sesuatu

akan terjadi, sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini untuk memenuhi

syarat dalam mendapatkan gelar Sarjana Pertanian.

Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan

berbagai pihak yang telah memberikan bimbingan semangat serta bantuan moril

ataupun materiil sejak persiapaan hingga penyusunan. Untuk itu penulis ingin

mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Ir. Suntoro, MS selaku Dekan Fakultas Pertanian UniversitasSebelas

Maret Surakarta.

2. Prof. Dr. Ir. Purwanto, MS selaku pembimbing utama dan pembimbing

akademik yang telah membimbing dalam penyusunan skripsi ini.

3. Ir. Sri Hartati, MP selaku pembimbing pendamping I yang telah membimbing

dan mengarahkan dalam penyusunan skripsi ini.

4. Prof. Dr. Ir. H. S Minardi, MP selaku pembimbing pendamping II yang telah

membimbing, mengarahkan dan memberi saran dalam penyusunan skripsi ini.

5. Keluarga yang selalu mendukung dan memberi semangat untuk terus

melangkah menuju sukses.

6. Sahabat-sahabat Mahasiswa Ilmu Tanah angkatan 2005 (MIT’05) seperti

keluarga sendiri yang selalu ada baik dalam suka dan duka, “tak’kan pernah ku

lupakan setiap moment kebersamaan kita, sahabat..”.

7. Teman-teman dan pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu

terima kasih atas bantuannya.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih banyak

kekurangannya, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang

membangun pada skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis pada

khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Surakarta, Juli 2010

(5)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

HALAMAN JUDUL... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

RINGKASAN ... x

SUMMARY ... xi

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 4

II. LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka ... 5

B. Kerangka Pikir ... 18

C. Hipotesis ... 19

III. METODELOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 20

B. Bahan dan Alat ... 20

C. Perancangan Penelitian dan Analisis Data ... 20

D. Pengamatan Parameter/ Peubah ... 24

E. Tata Laksana Penelitian ... 24

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN A. Analisis Awal Tanah Alfisol Jumantono ... 27

B. Analisis Awal Kualitas Seresah ... 28

C. Konsentrasi NH4+ dan NO3- Tanah ... 30

D. Net NH4+ dan NO3- Tanah ... 33

(6)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

B. Saran ... 45

DAFTAR PUSTAKA ... 46

(7)

commit to user

vii

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1.1. Perumusan Masalah, Tujuan, dan Manfaat Penelitian ... 4

3.1. Kombinasi Perlakuan ... 21

3.2. Metode dan Satuan untuk Mengukur Variabel Terikat ... 22

3.3. Peubah dan Metoda Analisis Kualitas Seresah. ... 22

4.1. Hasil Analisis Awal Tanah Alfisol Jumantono ... 27

4.2. Hasil Analisis Kualitas Seresah ... 28

4.3. Hasil Analisis Keragaman Konsentrasi NH4+ dan NO3- Tanah ... 30

4.4. Hasil Analisis Keragaman Net N-NH4+ dan N-NO3- Tanah. ... 34

4.5. Hasil Analisis Keragaman Potensial Nitrifikasi dan Nisbah N-NH4+/ N-Mineral Tanah ... 37

(8)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

2.1. Diagram Kerangka Pikir... 18

4.1 Pola Konsentrasi NH4+ Tanah pada Berbagai Seresah menurut Lama Inkubasi . ... 31

4.2 Pola Konsentrasi NO3- Tanah pada Berbagai Seresah menurut Lama Inkubasi ... 32

4.3 Pola net N-NH4+ Tanah pada Berbagai Seresah menurut Lama Inkubasi. ... 35

4.4 Pola Net N-NO3- Tanah pada Berbagai Seresah menurut Lama Inkubasi... 36

4.5 Pola Potensial Nitrifikasi Tanah pada Berbagai Seresah menurut Lama Inkubasi. ... 38

4.6 Pola Nisbah NH4+/N-Mineral Tanah pada Berbagai Seresah menurut Lama Inkubasi. ... 39

4.7 (A) Grafik Hubungan antara Potensial Nitrifikasi dan rerata Bakteri Heterotrof. (B) Grafik Hubungan antara Perlakuan Masukan Seresah dan Nisbah NH4+/N-Mineral serta Nisbah N-Mineral/N-Total Tanah Alfisol, Jumantono. ... 41

(9)

commit to user

I.PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Nitrogen (N) merupakan salah satu unsur penting bagi pertumbuhan

dan reproduksi pada semua jenis bentuk kehidupan. Keseimbangan jumlah

kebutuhan N pada pertumbuhan optimum tanaman yaitu dengan cara

memaksimalkan jumlah amonium (NH4+) dan meminimalisir kebutuhan nitrat

(NO3-) yang ditransportasikan dalam tanah.

Tanaman menyerap N dalam bentuk NH4+ dan NO3-, namun bentuk

NH4+ akan lebih efisien karena membutuhkan energi fotosintat yang lebih

rendah untuk direduksi menjadi NH3 (substrat CS-GOGAT dalam sintesis

asam amino) yaitu 5 ATP per molekul NH4+, sedangkan untuk NO3

membutuhkan 20 ATP per molekul. Dalam tanah unsur hara N mempunyai

sifat dan perilaku spesifik. Kation NH4+ dapat terabsorpsi pada mineral

lempung bertipe 2:1, koloid organik dan atau ternitrifikasi menjadi NO3-.

Sedangkan anion NO3- bersifat mobil dalam larutan tanah. Oleh karena itu

oksidasi NH4+ menjadi NO3- yang lazim disebut proses nitrifikasi didalam

tanah perlu dikendalikan karena menyebabkan inefisiensi pemupukan

nitrogen. Melalui proses nitrifikasi sebagian besar N dalam tanah akan hilang

dalam bentuk N-gas (N2O, NO2, NO dan N2) dan atau hilang terlindi dalam

bentuk NO3. Pelindian NO3 akan diikuti pelindian kation-kation basa dalam

tanah (K+, Ca2+ dan Mg2+) sehingga menurunkan kejenuhan basa,

meningkatkan kemasaman tanah yang akhirnya memperburuk sifat kimiawi

tanah (Raun and Johnson, 1999., cit Purwanto, 2009).

Saat ini telah dikenal beberapa bahan pupuk untuk mengurangi

kelarutan pupuk N sehingga dikenal pupuk pelepas N lambat (slow release).

Salah satu caranya yaitu dengan menggunakan pelapis impermeabel lambat

terdegradasi oleh mikrobia, reaksi kimia atau fisik dan atau ketiganya. Bahan

yang digunakan untuk memperlambat pelepasan N adalah bahan penghambat

rekasi nitrifikasi (Nitrification Inhibitor) seperti 2-chloro-6-(triclorometil)

piridin (N-SERVE), 2-Amino-4-chloro-6-metilpirimidin (Toyo Koatsu AM),

(10)

commit to user

dan 2-sulfanilamidotiazola (sulfathiazole) (Winarso, 2005). Namun harga

yang terlalu mahal meyebabkan para petani memilih menggunakan pupuk N

anorganik yang cepat tersedia (fast release).

Sama halnya dengan petani di Indonesia yang menggunakan pupuk N

buatan pabrik yang meningkat begitu tajam dalam efisiensi penggunaan hara

N dalam tanah untuk meningkatkan produktivitas pertanian, tanpa

memperhatikan ataupun mengetahui dampak negatif yang ditimbulkan dalam

lingkungan. Akibatnya ketersediaan NH4+ dan NO3- menurun yang tidak dapat

optimal dalam memenuhi kebutuhan hara N bagi tanaman baik menguap

menjadi gas ataupun terlindi. Begitu pula dampak dalam menurunkan kualitas

tanah dalam menunjang segala kehidupan. Hal ini menjadi kendala utama

dalam penggunaan efisiensi penggunaan hara N tanah pada pertanian

Indonesia.

Untuk mengatasi kendala tersebut dapat dilakukan upaya pengendalian

yaitu dengan aplikasi seresah dan penggunaan tanaman sisipan yang memiliki

senyawa allelochemical nitrification inhibitor yang mampu mengurangi

hilangnya hara akibat perlindian NO3-. Pada penelitian ini lebih ditekankan

pada upaya pengendalian dengan cara aplikasi seresah kualitas rendah,

sedang, dan tinggi yaitu jambu mete (Anacardium occidentale), kunyit

(Curcuma domestica), dan paitan (Tithonia diversifolia) terhadap dinamika

NH4+ dan NO3-, serta potensial nitrifikasi dalam tanah. Penelitian mengenai

proses mineralisasi N dalam membebaskan NH4+ sudah banyak dilakukan

sebelumnya. Penelitian sebelumnya telah membuktikan bahwa Anacardium

occidentale (berkualitas rendah dengan kandungan polifenol 16.44%, lignin

27.28%, nisbah C/N 25.56 dan nisbah (L+P/N seresah) 24.5) mampu

menurunkan potensial nitrifikasi Alfisol Jumantono hingga 70.54%

(Widaningsih 2008). Tithonia diversifolia (berkualitas sedang dengan

kandungan polifenol 4.36%, lignin 20.84%, nisbah C/N 18.75 dan nisbah

(L+P/N seresah) 18.36) mampu menurunkan potensial nitrifikasi Alfisol

Jumantono hingga 77.35% dan Curcuma domestica (berkualitas tinggi dengan

(11)

commit to user

(L+P/Nseresah) 19.87) mampu menurunkan potensial nitrifikasi Alfisol

Jumantono hingga 34.26% (Cendrasari, 2008). Penelitian ini yang

membedakan dengan penelitian-penelitian sebelumnya yaitu menggunakan

indikator tanaman jagung (Zea mays L.).

Tanah sebagai media tumbuh Zea Mays L. harus memenuhi kebutuhan

hara yang cukup. Martodireso dan Widodo (2001) mengatakan bahwa Alfisols

termasuk salah satu jenis tanah yang sesuai untuk pertumbuhan Zea mays L.

karena memiliki struktur tanah remah, konsistensi gembur dan memiliki pH

5,5 yang sangat sesuai untuk Zea mays L., namun memiliki kandungan N yang

rendah. Steven (1982) mengatakan pula bahwa, banyaknya N yang diserap

oleh tanaman setiap hari persatuan berat maksimum pada saat tanaman masih

muda dan berangsur-angsur menurun dengan bertambahnya umur tanaman.

Lebih lanjut dikatakan bahwa faktor penting yang perlu diperhatikan dalam

hubungan antara respon tanaman dan dosis pupuk adalah pada tingkat dimana

terjadi akumulasi N pada tanaman. Pada Zea mays L. akumulasi N terjadi pada

tumbuhan satu bulan setelah tumbuh.

Penelitian ini sebagai penelitian lanjutan dari penelitian sebelumnya

dalam rangka untuk mendapatkan strategi penghambatan nitrifikasi yang

ramah lingkungan dan berkelanjutan melalui pengelolaan kualitas seresah

tanaman khususnya kualitas rendah Anacardium occidentale, kualitas sedang

Curcuma domestica, dan kualitas tinggi Tithonia diversifolia pada

pertumbuhan Zea mays L. dengan biaya yang murah. Oleh karena itu,

penelitian ini diharapkan adanya aplikasi di lapang yang bertujuan penelitian

ini secara jangka panjang akan mudah diterima oleh petani dan masyarakat

(12)

commit to user

B. Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian

Pengendalian nitrifikasi dalam tanah secara tidak langsung dapat

dilakukan dengan pengaturan kualitas masukan seresah, karena berdasarkan

penelitian-penelitian sebelumnya dapat diketahui bahwa kualitas masukan

seresah dapat mempengaruhi laju mineralisasi NH4+ yang tidak menyisakan

NH4+ sebagai sustrat nitrifikasi Oleh karena itu, masalah yang akan dibahas

adalah :

Tabel 1.1 Perumusan Masalah, Tujuan, dan Manfaat Penelitian.

No. Perumusan Masalah Pemecahan yang akan Diterapkan

Tujuan Khusus Penelitian

Output yang Didapatkan 1. Bagaimana pengaruh

masukan seresah kualitas rendah Anacardium occidentale, kualitas sedang Curcuma domestica dan kualitas tinggi Tithonia diversifolia dalam berbagai dosis terhadap dinamika NH4+ dan NO3-, serta

potensial nitrifikasi tanah pada

pertumbuhan Zea mays L. di Alfisols, Jumantono?

Mengaplikasikan seresah kualitas rendah, sedang, dan tinggi berbagai dosis pada pertumbuhan Zea mays L.

Kriteria seresah

berkualitas tinggi apabila mempunyai nisbah C/N <25, kandungan lignin <15% dan polifenol <3%, sehingga cepat termineralisasi (Plm and Sanchez, 1999). Menganalisis peubah-peubah nitrifikasi selama masa inkubasi 60 HST yang meliputi :

konsentrasi NH4+, NO3-,

dan potensial nitrifikasi tanah, serta serapan N tanaman Zea mays L.

Mengetahui pengaruh masukan kualitas rendah, sedang, dan tinggi dalam berbagai dosis, terhadap dinamika NH4+ dan

NO3-, serta potensial

nitrifikasi dalam tanah pada pertumbuhan Zea mays L. di Alfisols, Jumantono. Strategi pengendalian nitrifikasi yang ramah lingkungan dan berkelanjutan melalui pengelolaan kualitas seresah pada pertumbuhan Zea mays L.

2. Bagaimana hubungan antara serapan N tanaman Zea mays L., dinamika NH4+ dan

NO3 tanah, serta potensial nitrifikasi tanah pada pertumbuhan Zea maysL. di Alfisols, Jumantono?

Membuat pola hubungan antara serapan N tanaman Zea mays L. terhadap konsentrasi NH4

+

dan NO3

tanah, serta potensial nitrifikasi tanah pada pertumbuhan Zea mays L. di Alfisols, Jumantono.

Mengetahui hubungan antara serapan N tanaman Zea mays L., dinamika NH4+ dan

NO3

tanah, serta potensial nitrifikasi dalam tanah pada pertumbuhan Zea mays L. di Alfisols,

Jumantono.

(13)

commit to user

II. LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1.Dinamika NH4+ dan NO3- dalam Tanah.

Nitrogen dalam tanah mempunyai dinamika yang sangat tinggi

karena selalu mengalami perubahan dan perpindahan. Dua bentuk N yang

tersedia bagi tanaman adalah NH4+ dan NO3- yang masing-masing

mempunyai sifat dan perilaku spesifik. NH4+ berbentuk kation yang akan

bertahan oleh partikel tanah yang bermuatan negatif sehingga terhindar dari

pelindian (pindah dibawah jangkauan zona perakaran) pada saat tanah

tergenang air, atau hilang teruapkan dalam bentuk gas N2O, NO, dan N2

melalui proses denitrifikasi. Sebaliknya, NO3- yang terbentuk anion bersifat

lebih mobil dan tidak ditahan oleh partikel tanah sehingga mudah

mengalami perlindian, volatilisasi, dan denitrifikasi

(Erickson et al, 2000 cit Purwanto, 2009).

Nitrogen pada pupuk dan komponen organik ditransformasikan

dalam bentuk NH4+-N pada tanah oleh mikroorganisme. Pada proses

nitrifikasi, NH4+-N diubah dalam NO3--N oleh bakteri pengoksidasi NH4+

dan NO2--N diubah oleh bakteri pengoksidasi NO2-. Selama tanaman

mengabsorbsi hanya NH4+-N dan NO3--N, nitrifikasi terbentuk pengaruh

efisiensi penyerapan nitrogen oleh tanaman dengan mudah. NO3--N tersebut

tidak diabsorbsi oleh tanaman terlindi ke bawah dari rizosfer ke lapisan

lebih dalam pada tanah dan mencemari air tanah. Selama proses nitrifikasi,

NO, salah satu gas rumah kaca, dikeluarkan dari tanah ke atmosfer.

Pengendalian nitrifikasi, ini memungkinkan tidak hanya meningkatkan

efisiensi penyerapan nitrogen oleh tanaman tetapi juga untuk meminimalisir

hilangnya nitrogen oleh perlindian dan penguapan (Maeda, 1999).

Selain siklus mineralisasi/imobilisasi, NH4+ juga dapat diikat pada

kisi pertukaran kation dalam mineral liat seperti illit dan vermikulit. NH4+

juga dapat bereaksi dengan senyawa organik seperti quinon, atau dapat juga

mengalami volatalisasi pada pH tinggi. Dinamika biologi yang utama adalah

(14)

commit to user

serapan tanaman, asimilasi mikroba, oksidasi menjadi NO3- oleh

mikroorganisme nitrifikasi. NO3- mudah terlindi dari tanah karena

bermuatan negatif, sehingga menyebabkan hilangnya NO3- dari sistem

tanah-tanaman. Jika NO3- terlindi, biasanya disertai dengan sejumlah kation

lainnya untuk mempertahankan keseimbangan muatan. Perlindian kation

basa dalam tanah dan meningkatkan kemasaman tanah. Konsentrasi NO3

-yang tinggi pada air permukaan dapat menyebabkan eutrofikasi. NO3- dapat

diasimilasi oleh tanaman dan mikroorganisme. Proses reduksi NO3- secara

asimilatori ini memerlukan energi untuk mengkonversi NO3- menjadi NH4+,

akibatnya mempengaruhi ketersediaan nitrogen. Asimilasi NO3- disebut

juga imobilisasi NO3- (Handayanto dan Hairiah, 2007).

2.Amonifikasi

Mineralisasi nitrogen umumnya digunakan untuk menyatakan

produksi nitrogen anorganik, baik NH4+ maupun NO3-, tetapi

kadang-kadang dinyatakan untuk produksi NH4+ saja. Istilah yang lebih benar untuk

menyatakan proses transformasi nitrogen organik menjadi NH4+ adalah

amonifikasi atau gross nitrogen mineralization. Imobilisasi menggambarkan

konversi NH4+ menjadi nitrogen organik, sabagai akibat dari asimilasi NH4+

oleh biomasa mikroba (Handayanto dan Hairiah, 2007). Gross nitrogen

mineralization dalam tanah menyebabkan pelepasan NH4+ atau amonia

(NH3) oleh mikroorganisme tanah heterotrof non spesifik pada kondisi

aerobik dan anaerobik. Kebanyakan mineralisasi N terjadi pada tanah

permukaan aktif biologi (0-5 cm) yang mengandung banyak hewan dan

tanaman yang terdekomposisi dan mati (Marschner and Rengel, 2007).

Amonifikasi adalah konversi senyawa nitrogen organik seperti

protein dan asam nukleat menjadi NH4+, dan dapat disebabkan oleh

keanekaragaman bakteri dan jamur yang dipengaruhi suhu, kelembaban, dan

faktor lainnya yang mempengaruhi organisme tersebut. Dihasilkannya suatu

ion hiroksil, jadi proses tersebut menjadikan tanah lebih alkalis :

Organik N NH4+ + OH

(15)

commit to user

3.Nitrifikasi

Nitrifikasi merupakan dua fase proses oksidasi yang meliputi

perubahan NH3 teroksidasi menjadi NO2- dan NO2- menjadi NO3- :

2NH4+ + 3O2 2NO2- + 2H2O + 4H+ + Energi

2NO2- + O2 2NO3- + Energi

Sebagian besar mikrobia berperan dalam proses amonifikasi tetapi

hanya sedikit spesies mikrobia yang dapat berperan dalam proses nitrifikasi.

Nitrosomonas sp. Dan beberapa diantaranya mengoksidasi NH3 menjadi

NO3- dan Nitrobacter sp. Mengoksidasi NO2- menjadi NO3-. Bakteri-bakteri

tersebut merupakan bakteri aerobik autotrof, bakteri tersebut menggunakan

energi dari proses oksidasi komponen nitrogen anorganik. Bakteri tersebut

secara luas berada dalam tanah dan nitrifikasi dipercepat oleh aktivitas dari

bakteri. Nitrifikasi akan berjalan lambat atau terhenti ketika tanah dalam

keadaan dingin, terlalu panas atau defisiensi oksigen.

Dalam tanah jarang terdapat jumlah NO2- yang terakumulasi karena

NO2- akan secara cepat teroksidasi menjadi NO3-. Proses oksidasi in bersifat

menguntungkan karena konsentrasi dari NO2- meracun untuk tanaman. NO3

-merupakan hasil akhir dari reaksi dan -merupakan bentuk dasar nitrogen

yang digunakan untuk tanaman. Untuk tujuan tertentu langkah dari

perubahan NH3 menjadi NO2- mungkin akan diabaikan dan proses nitrifikasi

dapat didefinisikan menjadi proses oksidasi amonia menjadi NO3-:

NH4+ + 2O2 NO3- + H2O + 2H+ + Energi (Thompson, 1973).

Nitrifikasi adalah oksidasi senyawa nitrogen tereduksi yang

dilakukan oleh organisme tanah. Proses nitrifikasi berlangsung dalam dua

tahap. Tahap pertama proses nitrifikasi adalah oksidasi NH4+, konversi NH4+

menjadi NO2- dilakukan oleh bakteri pengoksidasi NH4+ dari genus

“Nitroso”. Kemudian NO2- dioksidasi menjadi NO3- oleh bakteri

pengoksidasi NO2- dari genus “Nitro”. Selain oksidasi oleh bakteri

nitrifikasi autotrof, mikroba lain juga dapat menghasilkan NO2- dan NO3

-melalui proses oksidasi enzimatik tetapi tidak terkait dengan pertumbuhan

(16)

commit to user

mengandung membran yang mengikat enzim monooksigenase metana yang

dapat mengoksidasi NH4+ maupun metana. Nitrifikasi heterotrof yang paling

banyak dijumpai adalah oksidasi NH4+ atau senyawa nitrogen organik oleh

berbagai jenis bakteri heterotrof dan jamur (Handayanto dan Hairiah, 2007).

Dalam tanah NH4+ dapat ditransformasikan dalam bentuk NO2- dan

NO3- oleh mikroorganisme tanah, suatu proses yang dikenal sebagai

nitrifikasi. NH4+ dioksidasi dalam bentuk NO2- oleh mikroorganisme

pengoksidasi NH4+ dalam dua langkah enzimatik. Langkah pertama, NH4+

dioksidasi dalam hydroxylamine, yang dikatalis oleh enzim NH4+

-monooxygenase (amoA). Langkah kedua, hydroxylamine dioksidasi dalam

NO2- yang dikatalis oleh enzim hydroxylamine oxidereductase (hao)

(Moreta, et al., 2008).

4.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Nitrifikasi

a. Populasi Bakteri Nitrifikasi

Bakteri nitrifikasi terdapat pada sebagian besar tanah, namun

populasinya sering terlalu rendah untuk dapat mengoksidasi NH4+ sampai

aras yang nyata. Dari ekstrapolasi aktifitasnya pada biakan murni,

dibutuhkan populasi sebesar 3X105 g-1 tanah untuk mencapai laju

nitrifikasi 1 mg N kg-1 hari-1 (Myrold, 1999 cit Purwanto, 2009). Tanah

yang tidak dipupuk umumnya hanya mempunyai 103 sampai 104 bakteri

nitrifikasi per gram tanah, tetapi jika kemudian tanah tersebut dipupuk,

populasi bakteri nitrifikasi bisa meningkat menjadi lebih dari 106 per

gram tanah (Handayanto dan Hairiah, 2007). Kecenderungan untuk

berkembang cepat apabila cukup tersedia sumber C, menyebabkan jumlah

total produk nitrifikasi (NO3-) tidak dipengaruhi oleh jumlah bakteri

nitrifikasi pada awal proses nitrifikasi. Pada kondisi alami, kandungan

NO3- dalam tanah biasanya rendah. Pengusikan akan meningkatkan

ketersediaan NH4+ sehingga populasi bakteri dan laju nitrifikasi

berangsur-angsur juga akan meningkat sampai tercapai status

(17)

commit to user

b.Ketersediaan Substrat (NH4+)

Pada kondisi aerob, faktor yang paling mempengaruhi nitrifikasi

adalah ketersediaan substrat, terutama ketersediaan NH4+. Aktivitas

nitrifikasi seringkali didominasi oleh bakteri nitrifikasi autotrof, maka

konsentrasi karbon juga mempengaruhi pertumbuhan bakteri nitrifikasi

(Handayanto dan Hairiah, 2007). Meningkatnya konsentrasi NH4+ akibat

penambahan seresah diikuti oleh meningkatnya potensial nitrifikasi.

Setiap peningkatan konsentrasi NH4+, sebanyak 10 mg per kg

meningkatkan potensial nitrifikasi sekitar 20% (Purwanto et al., 2007).

c. Kemasaman Tanah dan Basa-basa Tertukar

NO3- merupakan faktor utama yang berhubungan dengan perlindian

ion-ion basa seperti Mg2+, dan K+. Ion NO3- dan basa-basa tersebut

bergerak secara bersama-sama, yang akhirnya meninggalkan tapak-tapak

pertukaran di dalam tanah yang bermuatan negatif. Selanjutnya

tapak-tapak perukaran tersebut diganti H+ yang dapat menyebabkan penuran pH

tanah (Winarso, 2005). Nitrifikasi akan mengakibatkan pengasaman tanah

yang akhirnya dapat menimbulkan hambatan balik (feedback inhibition)

terhadap nitrifikasi (Purwanto et al., 2007).

d.Pengudaraan dan Drainase Tanah

Karena hampir semua bakteri nitrifikasi adalah organisme aerob,

maka tanah harus cukup mengandung oksigen akar terjadi proses

nitrifikasi. Pada beberapa jenis tanah, nitrifikasi berjalan optimum jika

tanah pada kondisi kapasitas lapangan atau 60% pori-pori terisi air. Jika

kandungan oksigen sangat terbatas, maka bakteri nitrifikasi bisa autotrof

akan menghasilkan lebih banyak NO dan N2O

(Handayanto dan Hairiah, 2007).

e. Kelembaban tanah

Pada kebanyakan tanah, kuantitas dan kualitas input adalah faktor

utama yang mengendalikan nilai dan pola mineralisasi dan imobilisasi.

Saat kelembaban dan suhu menguntungkan, sebagian besar input bahan

(18)

commit to user

potensial mineralisasi dan imobilisasi. Nitrifikasi akan terus berlangsung

60% pori tanah terisi dengan air yang setara digunakan pada proses

respirasi mikroba dalam tanah (Paul, 2007).

f. Garam-garam Pupuk dan Logam Berat

Kondisi alkalin pada tanah menyebabkan Nitrobacter peka

terhadap garam-garam NH4+. Akumulusi NO2- yang jarang terjadi pada

tanah-tanah normal dan hanya terjadi pada tanah alkalin akibat dari

pemupukan amonia anhidrat yang berlebihan akan mengakibatkan pH

tanah akan mencapai 9-9.5 (Sudarmo, 2009). Logam berat dalam jumlah

berlebihan juga berpengaruh terhadap bakteri nitrifikasi. Nitrifikasi akan

terhambat jika tanah mengandung 1-10 mg kg-1 Hg, 10-100 mg kg-1 Cd,

100 mg kg-1 Cu, Ni dan Zn serta 100-500 mg kg-1 Pb dan Cr

(Smith, 1991 cit Purwanto, 2009).

g. Suhu

Nitrifikasi berlangsung optimum pada suhu sekitar 20–300C. Pada

suhu tanah sangat rendah (<50C) atau sangat tinggi (>350C) laju

nitrifikasi sangat rendah, dan akan terhenti pada suhu di atas 500C (1220F)

(Brady and Weil, 2002).

h.Allelochemical Inhibitor.

Penelitian lebih lanjut membuktikan bahwa rendahnya NO3- pada

ekosistem klimak tidak hanya diakibatkan oleh allelochemical inhibitor

namun juga akibat persaingan mendapatkan NH4+ antara bakteri

nitrifikasi dengan mikroba heterotrop pendekomposisi bahan organik dan

atau diversitas perakaran yang ekstensif pada ekosistem alami

(Myrold, 1999 cit Purwanto, 2009).

5.Dekomposisi Bahan Organik dan Kualitas Seresah

Kaitannya dengan efisiensi pemanfaatan hara tanaman dan

mempertahankan kandungan bahan organik tanah, maka membiarkan

rerumputan tumbuh di sekitar tanaman utama pada perkebunan karet, kopi

coklat, dan kelapa sawit jauh lebih baik daripada mematikan seluruh gulma

(19)

commit to user

terimobilisasi bersamaan dengan peruraian bahan organik jauh lebih

menguntungkan daripada hara pupuk (terutama NH4+) teruapkan,

ternitrifikasi, atau hilang lewat perlindian dan aliran permukaan. Imobilisasi

hara hanya akan mengubah hara dari bentuk terlarut menjadi biomasa

mikroba pengurai bahan organik, sedangkan nitrifikasi, denitrifikasi,

perlindian dan penguapan akan menyebabkan hilangnya hara dari kompleks

tanah-tanaman (Purwanto et al, 2007). Seresah di permukaan tanah (misal

pada lahan hutan) akan terdekomposisi lebih lambat daripada yang terbenam

dalam tanah. Seresah di permukaan tanah selain lebih kering akibat paparan

sinar matahari, juga tidak terjangkau oleh sebagian besar biota tanah kecuali

beberapa makrofauna dan fungi. Unsur hara hasil mineralisasi seresah di

permukaan tanah akan lebih mudah hilang karena aliran permukaan dan

penguapan daripada yang terbenam dalam tanah. Seresah yang terbenam

dalam tanah akan lebih lembab dan terjangkau oleh beragam biota pengurai

sehingga lebih cepat terdekomposisi (Brady and Weil, 2002).

Handayanto et al. (1995) menegaskan bahwa kecepatan dekomposisi

seresah ditentukan oleh kualitasnya yaitu kandungan karbohidrat terlarut,

asam-asam amino, polifenol aktif, lignin, serta nisbah C/haranya. Kondisi

bahan organik (C/N) yang ditambahkan ke dalam tanah baik sebagai pupuk

atau soil amandement sangat berpengaruh pada proses mineralisasi dan

imobilisasi (Winarso, 2005). Seresah tergolong berkualitas tinggi apabila

mempunyai nisbah C/N <25, kandungan lignin <15% dan polifenol <3%,

sehingga cepat termineralisasi (Palm and Sanchez, 1991), sehingga lebih

cepat terdekomposisi dan membebaskan NH4+ bagi tanaman. Namun,

kecepatan mineralisasi seresah berkualitas tinggi seringkali lebih besar dari

kemampuan serapan akar sehingga kelebihan NH4+ dalam tanah akan

ternitrifikasi (Purwanto et al., 2007).

Perubahan kondisi pertumbuhan tanaman dapat mengakibatkan

perubahan kualitas seresahnya. Perubahan konsentrasi N tanah tidak hanya

mempengaruhi kandungan N seresah namun juga mengubah kandungan

(20)

commit to user

dapat meningkatkan produksi polifenol karena meningkatnya aktifitas enzim

phenylalanine amonialyase yang mengkatalisis proses deaminasi

phenylalanine menjadi transcinnamic acid yang merupakan precursors

sintesis polifenol (Handayanto, 1994 cit Purwanto, 2009).

6.Seresah yang Mengandung Senyawa Penghambat Nitrifikasi

a. Anacardium occidentale

Taksonomi Jambu mete :

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta

Divisio : Magnoliophyta

Klas : Magnoliopsida

Subklas : Rosidae

Ordo : Sapindales

Famili : Anacardiaceae

Genus : Anacardium L.

Spesies : Anacardium occidentale L.

(Anonim, 2009).

Pola peningkatan dan penurunan nitrifikasi yang sama bukan

berarti kecepatan dekomposisinya juga sama karena kondisi dan

kualitas seresah yang berbeda-beda. Oleh karena itu, seresah

Anacardium occidentale terdekomposisi paling kecil sebab kandungan

ligninnya paling tinggi dan penurunan nisbah C/N nya paling kecil

(0.82%) yaitu dari 22.34 menjadi 22.14. Sedangkan seresah Manihot

esculenta yang berkualitas tinggi akan terdekomposisi lebih cepat oleh

mikrobia pendekomposisi karena kandungan lignin, polifenol, dan

penurunan nisbah C/N nya paling tinggi (17.81%) sehingga

(21)

commit to user

b. Curcuma domestica

Klassifikasi penamaan :

Kingdom : Plantae

Divisio : Magnoliophyta

Klas : Liliopsida

Subklas : Zingiberidae

Ordo : Zingiberales

Famili : Zingiberaceae

Genus : Curcuma L.

Spesies : Curcuma domestica L.

(Anonim, 2009).

Daun-daun segar menghasilkan minyak pada tanah 0.15%.

minyak daun C. Ionga dari Vietnam mengandung α-phellandrene

(24.5%), 1,8-cineole (15.9%), p-cymene (13.2%) and β-pinene (8.9%)

sebagai komponen utama, sedangkan dari India mengandung

terpinolene (26.4%), 1,8-cineole (9.5%), α-phellandrene (8.0%) and

terpinen-4-ol (7.4%) sebagai kandungan utama (Weil, 2008).

Seresah Curcuma domestica (berkualitas sedang dengan

kandungan polifenol 2.53%, lignin 11.18%, nisbah C/N 22 dan nisbah

(L+P/N) seresah 19.87) menurunkan potensial nitrifikasi sebesar

34.26% dan mempunyai populasi actinomycetes sebesar 76.104 CFU g-1

tanah (Widaningsih, 2008).

c. Tithonia diversifolia

Tithonia diversifolia dengan lignin rendah (6.5%), polifenol

(1.6%) dan mengandung N yang tinggi (3.50%), P (0.37%), dan K

(4.10%) mempunyai potensial dalam kegunaannya sebagai bahan

pembenah tanah. Namun, untuk mengetahui dengan pasti diperlukan

tingkatan untuk jenis benih yang dapat digunakan untuk meningkatkan

tanah dan determine cara aplikasi yang terbaik untuk spesies benih

(22)

commit to user

Tithonia diversifolia dapat cepat terdekomposisi dan

mempunyai pengaruh sisa yang lama (Anonim, 2004). Sebelum

tanaman berbunga, daun Tithonia diversifolia rata-rata mengandung

beberapa unsur hara, antara lain kandungan N (3.17 %); P (0.3 %); K

(3.22 %); Ca (2.0 %), Mg (0.3 %) (Kendall dan Helen, 1997), lignin

(9.8 %), dan polifenol (3.3 %) (Supriyadi, 2002).

Pada lama inkubasi 20, perlakuan seresah Tithonia diversifolia

mempunyai populasi bakteri pengoksidasi NH4+ paling rendah (3,7.104

g-1 tanah). Hal ini dikarenakan kandungan ligninnya tinggi sebesar

20.84% (r=-0.947, P=0.000) dan menyebabkan populasi mikrobia

heterotrof lebih banyak daripada bakteri pengoksidasi NH4+ (r=-0.675,

P=0.000), sehingga nilai potensial nitrifikasinya rendah (0.126 mgNO2

-kg-1jam-1) (Cendrasari, 2008).

7.Tanaman Jagung

Tanaman jagung manis (Zea mays L. saccharata) dalam sistem

taksonomi tumbuhan dimasukkan dalam sistem klasifikasi sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta

Sub Divisio : Angiospermae

Klas : Monocotyledoneae

Ordo : Graminae

Genus : Zea

Spesies : Zea mays L saccharata (Warisno, 1998).

Pertumbuhan Zea mays L., dibagi menjadi tiga fase, yaitu : fase

vegetatif, fase vegetatif maksimum, dan fase generatif. Fase vegetatif

diawali dengan perkecambahan benih yang ditandai dengan munculnya

radikula (bakal akar) dan selanjutnya akan diikuti oleh pembentukan

plamula (bakal daun). Fase vegetatif maksimal ditandai dengan mulai

munculnya bunga (mulai). Pada saat itu banyak sekali kebutuhan unsur hara

yang akan digunakan oleh tanaman untuk pembentukan buah. Saat

(23)

commit to user

hasil fotosintesis tidak lagi digunakan untuk pertumbuhan bagian vegetatif

tanaman tetapi untuk pembentukan buah dan pengisian biji (Anonim, 2007).

Dosis pupuk yang diperlukan Zea mays L. berbeda-beda, tergantung

pada jenis tanah dan tingkat kesuburan tanah, tetap secara umum dapat

dianjurkan pemakaian pupuk untuk tanaman jagung manis sebanyak 90-120

kg N, 30-45 kg P2O5, dan 25 kg K2O per hektar. Tanaman yang kekurangan

unsur nitrogen akan nampak kerdil, warna daun hijau muda kekuningan,

buah terbentuk sebelum waktunya dan tidak sempurna (Anonim, 2007).

Hasil survei di 82 lahan petani Zea mays L. di pulau Jawa

menunjukan bahwa konsentrasi hara N, P, K, S, Fe, dan Zn dalam daun Zea

mays L. pada fase silking sangat beragam. Konsentrasi hara N, P, K, dan S

masing-masing berkisar dari 0,82-2,81% N, 0,11-0,32%, 0,37-3,87% K, dan

0,07-0,32% S. Konsentrasi Ca dan Mg masing-masing berkisar antara

0,41-1,49% Ca dan 0,21-1,14% Mg. Konsentrasi hara Fe dan Zn di dalam

jaringan yang sama berkisar antara 160-170 ppm Fe dan 12-61 ppm Zn

(Subandi, 1990).

Pemberian N-NH4+ pada kecambah Zea mays L. dalam jumlah cukup

tinggi dapat menyebabkan keracunan tanaman sehingga pertumbuhan

terganggu. Walaupun dalam jaringan tanaman N yang diserap akan diubah

menjadi N-NH4+. Selain itu, dalam tanah sangat banyak mikroorganisme

yang dapat secara cepat merubah N-NH4+ menjadi N-NO3-, sehingga

N-NO3- di dalam tanah jumlahnya lebih tinggi dibandingkan N-NH4+

(Winarso, 2005).

8.Alfisols

Alfisols adalah tanah yang tidak mempunyai epipedon plagen dan

yang memiliki salah satu dari berikut : 1) horizon argilik, kandik, atau natrik

; 2) fragipan yang mempunyai lapisan liat tipis setebal 1 mm atau lebih di

beberapa bagiannya (Soil Survey Staff, 1998).

Alfisols pada umumnya berkembang dari batu kapur, olivin, tufa, dan

lahar. Bentuk wilayah beragam dari bergelombang hingga tertoreh, tekstur

(24)

commit to user

antara masam hingga netral, kapasitas tukar kation dan basa-basanya

beragam dari rendah hingga tinggi, bahan organik pada umumnya sedang

hingga rendah. Jeluk tanah dangkal hingga dalam. Mempunyai sifat kimia

dan fisika yang relatif baik (Munir, 1996).

Alfisols memiliki horizon argilik dan terdapat di kawasan yang

tanahnya lembab paling sedikit dalam setengah tahun. Kebutuhan akan

kejenuhan basa lebih dari 35% di dalam horizon argilik alfisols, berarti

bahwa basa-basa dilepaskan ke dalam tanah oleh pengikisan hampir secepat

basa-basa yang terlepas karena tercuci. Dengan demikian, Alfisols

menempati peringkat yang hanya sedikit lebih rendah daripada Molisols

untuk pertanian (Foth, 1994).

Alfisols dapat terbentuk dari lapukan batu gamping, batuan plutonik,

bahan vulkanik atau batuan sedimen. Penyebarannya terdapat pada

"landform" karst, tektonik/struktural, atau volkan, yang biasanya pada

topografi berombak, bergelombang sampai berbukit. Tanah ini mempunyai

sifat fisik, morfologi dan kimia tanah relatif cukup baik, mengandung

basa-basa Ca, Mg, K, dan Na, sehingga reaksi tanah biasanya netral (pH antara

6,50-7,50) dan kejenuhan basa >35%. Tanah ini berpotensi untuk

pengembangan tanaman pangan lahan kering dan/atau tanaman tahunan

(Foth, 1993).

9.Hasil Penelitian Pendahuluan

Menurut Widaningsih (2008) bahwa pemberian seresah Manihot

esculenta (berkualitas tinggi dengan kandungan polifenol 4,75%, lignin

15.92%, nisbah C/N 18.17% dan nisbah (L+P/N) seresah 17.42%)

menurunkan potensial nitrifikasi sebesar 8.82%, seresah Curcuma domestica

(berkualitas sedang dengan kandungan polifenol 2.53%, lignin 11.18%,

nisbah C/N 22% dan nisbah (L+P/N) seresah 19.87%) menurunkan

potensial nitrifikasi sebesar 34.26%, dan seresah Anacardium occidentale

(berkualitas rendah dengan kandungan polifenol 16.44%, lignin 27.28%,

nisbah C/N 25.56% dan nisbah (L+P/N) seresah 24.50%) menurunkan

(25)

-commit to user

kg-1 jam-1). Kandungan kualitas seresah yang berkorelasi paling erat

terhadap penurunan potensial nitrifikasi adalah nisbah (L+P)/N seresah

(27.4%) kemudian diikuti lignin (27.2%), nisbah C/N (19.6%) dan polifenol

(16.7%) secara terpisah.

Menurut Cendrasari (2008) bahwa pemberian seresah berkualitas

rendah (Tithonia diversifolia) menurukan potensial nitrifikasi 77.35% (dari

4.99 menjadi 1.137 mg NO2- kg-1jam-1), seresah berkualitas sedang

(Kaempferia galanga) menurunkan potensial nitrifikasi 62.45% (dari 4.99

menjadi 1.864 mg NO2- kg-1jam-1), dan seresah berkualitas tinggi (Tephrosia

candida) menurukan potensial nitrifikasi 25.05% (dari 4.99 menjadi 3.742

mg NO2- kg-1jam-1). Seresah yang paling efektif terhadap penurunan

potensial nitrifikasi adalah Tithonia diversifolia (kualitas rendah) dengan

nisbah (L+P)/N seresah 18.36%, nisbah C/N 18.75%, kandungan lignin

20.84% dan polifenol 4.37% sedangkan lama inkubasi yang paling efektif

terhadap penurunan potensial nitrifikasi adalah lama inkubasi 20 dengan

(26)

commit to user

B. Kerangka Pikir

(27)

commit to user

C. Hipotesis

1. Kualitas seresah rendah Anacardium occidentale dapat meningkatkan

konsentrasi NH4+, pelepasan NO3-, dan potensial nitrifikasi ada

pertumbuhan tanaman jagung Zea mays L. di Alfisols Jumantono.

2. Meningkatnya konsentrasi NH4+ akan meningkatkan besarnya potensial

(28)

commit to user

III. METODELOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli sampai Oktober 2009. Tempat

penelitian di laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah, laboratorium Biologi

Tanah, dan green house Fakultas Pertanian UNS di Surakarta.

B. Bahan dan Alat

1. Bahan

Bahan yang digunakan untuk mendukung penelitian ini adalah

seresah Anacardium occidentale, Curcuma domestica, Tithonia

diversifolia dan kemikalia untuk analisis laboratorium. Bahan kimia yang

digunakan adalah aquadest, Alkohol, larutan (NH4)2SO4, NaClO3, KCl,

buffer NH4Cl, reagen warna, Na-asetat, asam asetat glasial, DTPA, NaOH,

serbuk fenol, serbuk Na-tartat, NaOCl, brusin, BaCl, KOH, HCl 0,1 N,

H2SO4, media NA. Pupuk yang digunakan yaitu pupuk urea dan tanah

yang digunakan pada penelitian ini adalah Alfisols.

2. Alat

Alat yang digunakan antara lain : spectrofotometer, pH meter, oven

listrik, refrigerator, rotatory shaker, neraca analitik, autoclave,

thermometer, cetok, ember plastik, kantong plastik, falakon, karet, alat

tulis, botol 100 ml, pipet ukur 25 ml, gelas ukur, inkubator, petridish,

spatel, pipet ukur, erlenmeyer, tabung reaksi, dan pot plastik.

C. Perancangan Penelitian dan Analisis Data

1. Perancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian percobaan pot dengan hubungan

fungsional yang pendekatan variabelnya berdasarkan undestructif

sampling dan menggunakan rancangan dasar Rancangan Acak Lengkap

(RAL) yang terdiri dari 3 yaitu jenis seresah yang meliputi Anacardium

occidentale, Curcuma domestica, dan Tithonia diversifolia dibandingkan

dengan tanpa pemberian seresah (kontrol) dan takaran (dosis) seresah yang

meliputi pemberian seresah setara 5 Mg ha-1 (rendah), 10 Mg ha-1 (sedang)

(29)

commit to user

dan 15 Mg ha-1 (tinggi), sehingga terdapat 9 perlakuan dengan 3 ulangan

sehingga didapatkan 27 kombinasi. Untuk masing-masing perlakuan

ditambahakan pupuk urea sebesar 200 kg/ha sebagai pupuk dasar dan

terdapat perlakuan pembanding (kontrol) yaitu tanpa seresah dan pupuk

urea 200 kg/ha yang diulang sebanyak 3 kali.

Faktor I (macam seresah) :

A1 = Anacardium occidentale

A2 = Tithonia diversifolia

A3 = Curcuma domestica

Faktor II (macam dosis) :

B1 = 5 Mg ha-1

B2 = 10 Mg ha-1

B3 = 15 Mg ha-1

Tabel 3.1. Kombinasi perlakuannya adalah sebagai berikut :

Jenis Seresah

Dosis Seresah (B)

A1 Anacardium

occidentale

A2 Tithonia diversifolia

A3 Curcuma domestica

B1 (5 Mg/ha) A1B1 A2B1 A3B1

B2 (10 Mg/ha) A1B2 A2B2 A3B2

(30)

commit to user

2. Analisis Data

a. Analisis Di Laboratorium

[image:30.595.160.570.182.585.2]

Metode untuk analisis adalah sebagai berikut :

Tabel 3.2. Metode dan Satuan untuk Mengukur Variabel Terikat :

No Parameter Satuan Metode

1. Potensial Nitrifikasi dianalisis tiap perlakuan sesuai waktu inkubasi

µg NO2- g-1 tanah

5 jam-1

Berg dan Rosswall (1985) yang dimodifikasi oleh Kandeler (Schinner et al., 1995).

2. Amonium nitrat dianalisis setiap kali melakukan pengukuran

% Penetapan N (BPT)

3. Populasi Bakteri Heterotrof dianalisis tiap perlakuan sesuai waktu inkubasi dan diinkubasi 2 hari

CFU/g tanah Plate Count dg Tanah NA

4. C-organik/ N-total % Oksidasi basah (Walkley and Black).

5. pH (H2O) pH 1 : 2.5 (tanah : H2O)

6. Suhu tanah oC Pengukuran dengan thermometer 7. Biomasa Zea mays

a. Tinggi tanaman

b. Kandungan N jaringan tanaman

c. Berat kering

a. Cm b. %

c. G

a. Pengukuran dengan penggaris. b. Metode Kjeldhal

c. Pengukuran berat dengan pengeringan oven

Tabel 3.3. Peubah dan Metoda Analisis Kualitas Seresah.

No Peubah bahan

organic

Satuan Metoda

1. Berat kering. G Penimbangan manual.

2. C-total. (%) Oksidasi Basah Walkey & Black.

3. N-total. (%) Micro Kjeldahl.

4. Lignin. (%) Acid detergent fibre (Goering & Van

Soest).

5. Polifenol. (%) Pereaksi Follin-Denis.

(31)

commit to user

Contoh tanah untuk pengukuran konsentrasi NH4+ dan NO3-,

diambil pada 3 kedalaman yaitu 0-10 cm, 10-20 cm dan 20-30 cm dari

permukaan tanah. Pengusikan dilakukan seminimal mungkin untuk

menghindari perubahan komposisi N mineral tanah. Contoh tanah

seberat 20 g diekstrak dengan 40 ml pengekstrak Morgan wolf dan 1

ml karbon aktif, dikocok selama 5 menit, kemudian disaring dengan

kertas saring Whatman 1. Pengukuran NH4+ menggunakan ekstrak

tanah sampel dan deret standart 2 ml kemudian ditambahkan larutan

sangga Tartat dan Na-Fenat masing-masing sebanyak 4 ml, dikocok

dan dibiarkan selama 10 menit, ditambahkan 4 ml NaOCl 5 %,

dikocok, dan diukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang

636 nm. Pengukuran NO3- menggunakan 5 ml ekstrak tanah sampel

dan deret standar, ditamabahkan 0,5 ml larutan brusin dan 5 ml H2SO4

pekat sambil dikocok, setelah 30 menit larutan diukur dengan alat

spektrofotometer pada panjang gelombang 432 nm (BALITAN, 2006).

Contoh tanah untuk pengukuran nitrifikasi potensial tanah

diambil secara aseptik pada kedalaman 0-20 cm dari permukaan tanah.

Nitrifikasi potensial diukur dari jumlah NO2- yang terbentuk dari

contoh tanah setelah ditambah (NH4)2SO4 dan diinkubasi pada suhu

25oC selama 5 jam. Nitrit yang terbentuk diekstrak dengan KCl dan

diukur secara kolorimetri pada l 520 nm. Proses oksidasi NO2

-menjadi NO3- selama inkubasi dihambat dengan penambahan NaClO3

(sodium chlorate) (Kandeler, 1995). Potensial nitrifikasi diukur dengan

metode Kandeler yang dikembangkan oleh Berg dan Rosswald (1985).

Penghitungan potensial nitrifikasi dengan rumus :

1 1

5 . . %

5 . 10

100 . 1000 . 1 . 25 ).

( -

-=

-h dm g ngN dm

C S

Keterangan :

S = nilai rata-rata sampel (mg N)

C = kontrol (mg N)

(32)

commit to user

1000 = faktor konversi ( 1mg N=1000ng N)

5 = aliquot filtrate (ml)

10 = bobot tanah semula (g)

100.%-1dm= faktor untuk soil dry matter

Populasi mikroba heterotrop dihitung dengan metode hitungan

cawan (plate count) yaitu dengan menginokulasi medium dengan satu

seri pengenceran suspensi tanah (10-3–10-5). Medium yang digunakan

meliputi Nutrient Agar untuk bakteri. Jumlah koloni dihitung setelah

diinkubasikan selama 2X24 jam (Rao, 1999).

b. Analisis Data

Untuk mengetahui perbedaan antar masing-masing perlakuan

terhadap masing-masing peubah digunakan uji sidik ragam

(keragaman) dan uji korelasi menggunakan program Minitab versi 13.

D. Pengamatan Parameter / Peubah

1. Variabel bebas : seresah pangkasan dan dosis seresah pangkasan

2. Variabel terikat utama : NH4+ tanah, NO3- tanah, potensial nitrifikasi,

populasi bakteri heterotrof, N jaringan tanaman Zea mays L., dan berat

kering Zea mays L.

3. Variabel terikat pendukung : C-Organik, N total, P tersedia, K tertukar, C/N

(33)

commit to user

E. Tata Laksana Penelitian

1. Persiapan seresah pangkasan

Seresah pangkasan segar dikeringanginkan, diambil contohnya

kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 70oC sampai beratnya

konstan untuk mengestimasi jumlah seresah yang akan ditambahkan.

2. Pengambilan sampel tanah

Penentuan sampel tanah dilakukan secara sengaja (purposive)

diambil dari Kebun Percobaan Jumantono Fakultas Pertanian UNS secara

acak sederhana sebanyak 12 titik sampel dari kedalaman 0-20 cm

kemudian tanah dikomposit dan dikeringanginkan. Menurut penelitian

yang telah dilakukan Purwanto, dkk (2007) bahwa pengambilan contoh

tanah untuk pengukuran karakteristik fisik dan kimia tanah, enumerasi

mikroba heterotrop dan pengukuran nitrifikasi potensial merupakan

komposit dari 3 sub contoh yang berdekatan. Selama pengangkutan, suhu

tanah dipertahankan dingin dalam coolbox sampai waktu perlakuan

selanjutnya.

3. Pengambilan sampel tanah awal

Pengambilan sampel tanah awal dilakukan untuk mengetahui

C-Organik, N total, P tersedia , K tertukar, C/N rasio, pH H2O, pH KCl,

KPK, dan tekstur tanah.

4. Persiapan media tanah

Tanah yang sudah dikeringanginkan lalu disaring dengan saringan

diameter 2 mm. Selanjutnya menimbang tanah seberat 7 kg dan

memasukkannya dalam kantong plastik dan dicampur dengan pupuk urea

sebesar 5.652 gram/cm2 dan masing-masing perlakuan dosis seresah secara

homogen ke dalam pot-pot yang sudah disiapkan berdiameter 30 cm.

Konversi dosis seresah 5 Mg/ha sebesar 35.325 gram/pot, dosis 10 Mg/ha

sebesar 70.65 gram/pot dan dosis 15 Mg/ha sebesar 105.975 gram/pot.

Setiap sub petak dipupuk urea 200 kg ha-1 atau setara 96 kg N ha-1 sebagai

subtrat nitrifikasi (Dierolf et al., 2001). Pot yang sudah disiapkan

(34)

commit to user

wadah untuk menampung untuk menampung air siraman. Setiap pot

dibenamkan 3 biji jagung, kemudian dilakukan penyiraman secukupnya.

Selanjutnya melakukkan penjarangan pada umur 7 HST, dari 3 biji yang

sudah tumbuh ditingggalkan tanaman yang tingginya sama dalam satu

RAL untuk masa inkubasinya. Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan

pertubuhan awal yang sama.

5. Pemeliharaan tanaman

Pemeliharaan tanaman Zea mays L., meliputi penyiraman dan

penyulaman. Penyiraman dilakukan setiap hari yaitu pada pagi hari agar

tanaman cukup air sehingga tanah tetap pada kondisi kapasitas lapang.

Penyulaman dilakukan jika ada benih yang mati atau tidak tumbuh. Untuk

penyulaman waktunya lebih cepat akan lebih baik (7 HST).

6. Pengukuran variabel dan pengambilan sampel tanah

Pengukuran dilakukan setiap 10 HST atau setelah aplikasi seresah.

Contoh tanah untuk pengukuran nitrifikasi potensial diambil secara aseptik

pada daerah perakaran Zea mays L., sedangkan untuk pengukuran

N-mineral diambil pada kedalaman 0-10, dan 10-20 cm. Masing-masing

contoh tanah dipertahankan dingin dalam cool-box selama pengangkutan

sampai pelaksanaan ekstraksi dan inkubasi di laboratorium. Pengukuran

konsentrasi NH4+, NO3- dilakukan di laboratorium kimia dan kesuburan

tanah, sedangkan pengukuran nitrifikasi potensial tanah dilakukan di

laboratorium Biologi Tanah, UNS Surakarta. Pengukuran tinggi tanaman

Zea mays L. dilakukan setiap 2 hari sekali, sedang N jaringan tanaman dan

berat kering tanaman Zea mays L. diamati pada akhir masa vegetatif

(35)

commit to user

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Awal Tanah Alfisol Jumantono

Berdasarkan analisis laboratorium terhadap kharakteristik awal tanah

[image:35.595.131.488.217.483.2]

Alfisol Jumantono dengan hasil sebagai berikut :

Tabel 4.1 Hasil Analisis Awal Tanah Alfisol Jumantono.

No Sifat tanah Hasil Pengharkatan

1 pH H2O 5.5 masam *)

2 Bahan Organik 4.7% rendah **) 3 Kapasitas Tukar Kation 20.93 cmol(+)kg-1 sedang *) 4 Kejenuhan Basa 36% rendah **)

5 C-Organik 2.72% sedang *)

6 N-Total 0.29% rendah *)

7 C/N 9.38 rendah *)

8 Kadar Lengas 16.63%

9 Tekstur Tanah pasir = 37,26% lempungan ***) debu = 10.75%

lempung = 51.98%

Sumber : Hasil Analisis Laboratorium Ilmu Tanah FP UNS Juni, 2009.

Keterangan : *) Pengharkatan menurut Balai Penelitian Tanah 2005.

**) Pengharkatan menurut Sumaryo, 1982.

***) Berdasarkan Segitiga Tekstur Tanah USDA.

Mineralisasi, respirasi dan nitrifikasi dalam tanah berlangsung optimum

pada konsentrasi ruang pori tanah terisi air 60%, dan pada pH optimum 7.5

(Paul, 2007). Dari tabel 4.1 menunjukkan bahwa tanah Alfisol Jumantono

memiliki pH H2O 5.5 sesuai pengharkatan termasuk masam dengan

kandungan bahan organik yang rendah bernilai 4.7% dan bertekstur tanah

lempungan. Menurut Handayanto dan Hairiah (2007), tanah berliat banyak

mempunyai pori-pori mikro yang terisi oleh air, maka tanah berliat umumnya

beraerasi buruk. Pada kondisi ini, CO2 yang dihasilkan oleh fauna tanah, akar

tanaman dan mikroorganisme tanah menjadi terakumulasi, oleh karena itu

seringkali terjadi bahwa kandungan CO2 dalam tanah berliat bisa ratusan kali

lebih tinggi dibandingkan CO2 atmosfer.

Pada kebanyakan tanah mineral bahan organik tanah memberikan

kontribusi 20-60% kapasitas tukar kation (KTK) tanah yang sumber

muatannya bergantung pH, jadi jika pH meningkat maka KTK juga meningkat

(36)

commit to user

(Handayanto dan Hairiah, 2007). Pada pengukuran KPK tanah Alfisol

Jumantono diperoleh nilai sebesar 20,93 cmol(+)kg-1 termasuk sedang hampir

sebanding dengan rendahnya pH tanah dan kejenuhan basa yang hanya

bernilai 36%. Menurut Tan (1991), kejenuhan basa merupakan sifat yang

berhubungan dengan kapasitas tukar kation dan pH tanah.

Hasil analisis N total tanah Alfisol Jumantono yaitu 0.29% tergolong

rendah, maka didapat C/N tanah Alfisol Jumantono yang sangat rendah adalah

bernilai sebesar 9.38. Namun Handayanto dan Hairiah (2007) menyatakan

bahwa pada kondisi lapangan konsep nisbah C/N yang mempengaruhi

keseimbangan mineralisasi-imobilisasi tersebut ternyata tidak dapat

diberlakukan secara umum karena adanya keragaman fraksi organik yang sulit

dirombak oleh organisme tanah.

Dengan diketahui kharakteristik awal tanah Alfisol Jumantono memiliki

kandungan N total yang rendah. Oleh karena itu, pada penelitian ini digunakan

pupuk urea sebagai sumber N pada tanah guna memenuhi kebutuhan akan

unsur N tanpa mengganggu pengaruh aplikasi seresah sebagai perlakuan

dalam penelitian.

B. Analisis Awal Kualitas Seresah

Berdasarkan analisis laboratorium terhadap kualitas seresah dengan hasil

[image:36.595.125.513.235.486.2]

sebagai berikut :

Table 4.2 Hasil Analisis Kualitas Seresah.

No Seresah Tanaman Kadar Kualitas Seresah

Polifenol (%)

Lignin (%)

Selulosa (%)

Nisbah C/N(%)

Bahan organik

Nisbah (L+P)N

1 Anacardium occidentale *) 27.04 22.54 16.96 17 60.31 24.30

2 Curcuma domestica **) 8.75 24 39.60 23 67.21 19.15

3 Tithonia diversofolia ***) 5.80 22.22 11.78 10 58.64 8.26

Sumber : Hasil Analisis Laboratorium FP UNIBRAW, Agustus 2008.

Keterangan : Pengharkatan menurut Palm and Sanchez, 1991.

* : seresah kualitas rendah

** : seresah kualitas sedang

(37)

commit to user

Seresah tergolong berkualitas tinggi apabila mempunyai nisbah C/N

<25, kandungan lignin <15% dan polifenol <3%, sehingga cepat

termineralisasi (Palm and Sanchez, 1991). Parameter kualitas yang

menyebabkan mudah tidaknya bahan terdekomposisi antara lain kandungan N,

lignin, dan polifenol serta nisbah C/N (Handayanto et al., 1994). Oleh karena

itu, pemilihan serta pencampuran berbagai kualitas seresah sebelum

diaplikasikan ke dalam tanah dapat diterapkan untuk mengatur saat

pembebasan hara selama dekomposisi agar lebih sesuai dengan jumlah dan

saat dibutuhkan oleh tanaman (Murphy et al., 2003).

Nisbah (L+P)N seresah merupakan faktor kualitas yang paling kuat

sebagai pengendali nitrifikasi potensial (Fhitung= 28.07), mineralisasi NH4+

(Fhitung= 82.59), dan pembentukan NO3- tanah (Fhitung= 66.65) dibanding

faktor kualitas seresah yang lain. Semakin tinggi nisbah kandungan (L+P)/N

seresah akan semakin rendah nitrifikasi potensial tanah, mineralisasi NH4+ dan

pembentukan NO3- (Purwanto et al., 2007). Berdasarkan analisis kualitas

seresah, Anacardium occidentale merupakan seresah dengan kualitas rendah

dan Tithonia diversifolia merupakan kualitas tinggi. Hal ini dikarenakan

seresah Anacardium occidentale mempunyai kandungan nisbah (L+P)/N

seresah sebesar 24.30 dengan kandungan polifenol sebesar 27.04%, lignin

sebesar 22.54%, N total sebesar 2.04%, dan nisbah C/N sebesar 17, sedangkan

seresah Tithonia diversifolia mempunyai kandungan nisbah (L+P)/N seresah

sebesar 8.26 dengan kandungan polifenol sebesar 5.80%, lignin sebesar

22.22%, N total sebesar 3.39%, dan nisbah C/N sebesar 10. Seresah Curcuma

domestica mempunyai kandungan nisbah (L+P)/N seresah sebesar 19.15

dengan kandungan polifenol sebesar 8.75%, lignin sebesar 24%, N total

sebesar 1.71%, dan nisbah C/N sebesar 23.

Apabila seresah yang kandungan fenol dan atau ligninnya tinggi

digunakan sebagai pupuk hijau maka mineralisasinya terlalu lambat sehingga

tidak efektif untuk tanaman semusim. Sebaliknya bagi tanaman tahunan atau

pohon hutan, pelepasan N yang lambat tersebut justru menguntungkan dalam

(38)

commit to user

denitrifikasi (Brady and Weil, 2002). Kualitas seresah akan berpengaruh

terhadap laju mineralisasi N dan pengendalian potensial nitrifikasi melalui

pengaturan kualitas masukan seresah.

C. Konsentrasi NH4+ dan NO3- Tanah

Berdasarkan hasil pengamatan (Tabel 4.3), jenis dan dosis seresah baik

interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap konsentrasi NH4+ dan

[image:38.595.132.531.215.483.2]

NO3- tanah (P>0.05).

Tabel 4.3 Hasil Analisis Keragaman Konsentrasi NH4+ dan NO3- Tanah.

Perlakuan Konsentrasi NH4

+

(ppm) per Inkubasi (HST)

10 20 30 40 50 60

Kontrol 0,2080ns 0,2464ns 0,210ns 0,6021ns 0,0272ns 0,0389ns

Kualitas Rendah 0,2129ns 0,2751ns 0,2107ns 0,6039ns 0,0274ns 0,0318ns Kualitas Sedang 0,2110ns 0,2656ns 0,2128ns 0,5885ns 0,0257ns 0,0338ns Kualitas Tinggi 0,2094ns 0,2553ns 0,2142ns 0,5961ns 0,0266ns 0,0339ns

Perlakuan Konsentrasi NO3

(ppm) per Inkubasi (HST)

10 20 30 40 50 60

Kontrol 0,1408ns 0,1441ns 0,1666ns 0,1681ns 0,1536ns 0,1515ns

Kualitas Rendah 0,1423ns 0,1483ns 0,1650ns 0,1574ns 0,1537ns 0,1469ns Kualitas Sedang 0,1430ns 0,1444ns 0,1654ns 0,1592ns 0,1537ns 0,1515ns Kualitas Tinggi 0,1436ns 0,1445ns 0,1669ns 0,1627ns 0,1527ns 0,1483ns Keterangan : ns = berpengaruh tidak nyata pada lama inkubasi yang sama.

Penambahan seresah kualitas rendah (Anacardium occidentale), sedang

(Curcuma domestica), dan tinggi (Tithonia diversifolia) memiliki kemiripan

pada pola konsentrasi NH4+ tanah (Gambar 4.1). Konsentrasi NH4+ tanah

meningkat sampai puncaknya pada masa inkubasi 40 HST yang

mengindikasikan telah berlangsungnya imobilisasi NH4+ tanah. Tingginya

konsentrasi NH4+ tanah menunjukkan proses dekomposisi kualitas seresah

sebagai bahan organik tanah yang ditambahkan. Pada masa inkubasi 40 HST,

konsentrasi NH4+ tanah tertinggi pada penambahan seresah kualitas rendah

(Anacardium occidentale) nisbah (L+P)/N seresah 24.3 dosis 15 Mg/ha

sebesar 0.67 ppm dan rerata pembentukan konsentrasi NH4+ sebesar 0.2269

ppm. Seresah kualitas sedang Curcuma domestica dengan nisbah (L+P)/N

seresah 19.15 menghasilkan rerata pembentukan NH4+ 0.2229 ppm. Seresah

(39)

commit to user

menghasilkan rerata pembentukan konsentrasi NH4+ terendah sebesar 0.2225

ppm. Semakin tinggi dosis seresah kualitas rendah semakin tinggi konsentrasi

NH4+ tanah yang terbentuk. Namun pada masa inkubasi 50 HST dan 60 HST,

pola konsentrasi NH4+ tanah mengalami penurunan untuk semua perlakuan.

Gambar 4.1 Pola Konsentrasi NH4+ Tanah pada Berbagai Seresah menurut Lama Inkubasi.

Konsentrasi NO3- dalam tanah ditentukan oleh jumlah pupuk NO3- atau

bahan yang organik yang diberikan, serapan akar, imobilisasi mikroba dan

atau besarnya laju nitrifikasi dalam tanah (Brady and Weil, 2002). Pada

Gambar 4.2 dapat diketahui bahwa konsentrasi NO3- tanah mencapai

puncaknya pada masa inkubasi 30 HST kemudian menurun hingga masa

inkubasi 60 HST. Pembentukan konsentrasi NO3- tanah pada masa inkubasi 30

HST pada penambahan seresah kualitas tinggi Tithonia diversifolia dengan

0.00 0.10 0.20 0.30 0.40 0.50 0.60 0.70 0.80

10 20 30 40 50 60

K o n se n tr a si N H4 +(p p m )

Lama Inkubasi (HST) (A) Kualitas Rendah (Anacardium occidentale)

5 Mg/ha 10 Mg/ha 15 Mg/ha

0.00 0.10 0.20 0.30 0.40 0.50 0.60 0.70

10 20 30 40 50 60

K o n se n tr a si N H4 +(p p m )

Lama Inkubasi (HST) (B) Kualitas Sedang (Curcuma domestica)

5 Mg/ha 10 Mg/ha 15 Mg/ha

0.00 0.10 0.20 0.30 0.40 0.50 0.60 0.70

10 20 30 40 50 60

K o n se n tr a si N H4 +(p p m )

Lama Inkubasi (HST) (C) Kualitas Tinggi

(Tithonia diversifolia)

5 Mg/ha 10 Mg/ha 15 Mg/ha

y = -0,000x2+ 0,025x - 0,048 R² = 0,368

y = -0,000x2+ 0,025x - 0,037 R² = 0,393

y = -0,000x2+ 0,024x - 0,032 R² = 0,395

y = -0.0004x2+ 0.0255x - 0.0437

R² = 0.3877

0.00 0.10 0.20 0.30 0.40 0.50 0.60 0.70

0 20 40 60

K o n se n tr a si N H4 +(p p m )

Lama Inkubasi (HST) (D) Hubungan Kualitas Seresah dan

Konsentrasi NH4+ Tanah

Kontrol Kualitas Rendah

[image:39.595.134.507.195.576.2]
(40)

commit to user

nisbah (L+P)/N seresah 8.26% dengan dosis 15 Mg/ha sebesar 0.1680 ppm.

Semakin tinggi dosis seresah kualitas tinggi semakin tinggi konsentrasi NO3

-tanah yang terbentuk.

Gambar 4.2 Pola Konsentrasi NO3- Tanah pada Berbagai Seresah menurut Lama Inkubasi.

Konsentrasi NO3- tanah yang tertinggi pada penambahan seresah kualitas

tinggi Tithonia diversifolia dengan nisbah (L+P)/N seresah 8.26 membentuk

rerata konsentrasi NO3- sebesar 0.1528 ppm. Seresah kualitas rendah

Anacardium occidentale dengan nisbah (L+P)/N seresah 24.3 menghasilkan

rerata pembentukan konsentrasi NO3- terendah 0.1522 ppm. Seresah kualitas

tinggi Tithonia diversifolia dengan nisbah (L+P)/N seresah 8.26 menghasilkan

rerata pembentukan konsentrasi NO3- tertinggi 0,1530 ppm. Hubungan antara

0.12 0.13 0.14 0.15 0.16 0.17

10 20 30 40 50 60

K o n se n tr a si N O3 -(p p m )

Lama Inkubasi (HST) (A) Kualitas Rendah (Anacardium occidentale)

5 Mg/ha 10 Mg/ha 15 Mg/ha

0.12 0.13 0.14 0.15 0.16 0.17

10 20 30 40 50 60

K o n se n tr a si N O3 -(p p m )

Lama Inkubasi (HST) (B) Kualitas Sedang (Curcuma domestica)

5 Mg/ha 10 Mg/ha 15 Mg/ha

0.13 0.14 0.15 0.16 0.17

10 20 30 40 50 60

K o n se n tr a si N O3 -(p p m )

Lama Inkubasi (HST) (C) Kualitas Tinggi (Tithonia diversifolia)

5 Mg/ha 10 Mg/ha 15 Mg/ha

y = -3E-05x2+ 0,002x + 0,116 R² = 0,729

y = -3E-05x2+ 0,001x + 0,124 R² = 0,797

y = -3E-05x2+ 0,002x + 0,122

R² = 0,675

y = -2E-05x2+ 0.0017x + 0.1257

R² = 0.6576

0.12 0.13 0.14 0.15 0.16 0.17 0.18

0 20 40 60

K o n se m tr a si N O3 -(p p m )

Lama Inkubasi (HST) (D) Hubungan Kualitas Seresah dan

Konsentrasi NO3- Tanah

Kontrol Kualitas Rendah

[image:40.595.135.511.179.558.2]
(41)

commit to user

kualitas seresah rendah, sedang, dan tinggi terhadap besarnya konsentrasi

NO3- tanah dapat dilihat pada Gambar 4.2 D.

Penurunan konsentrasi NH4+ tanah yang disertai dengan kenaikan

konsentrasi NO3- tanah menunjukkan transformasi NH4+ menjadi NO3- dalam

tanah yang mengindikasikan terjadinya proses nitrifikasi tanah karena adanya

penambahan seresah terutama kualitas nisbah (L+P)/N seresah yang

meningkatkan konsentrasi NH4+ tanah sebagai substrat nitrifikasi bila

dibandingkan dengan konsentrasi NH4+ tanah pada kontrol 0.2221 ppm yang

hanya ditambahkan pupuk urea tanpa adanya penambahan kualitas seresah.

Semakin tinggi nisbah kandungan (L+P)/N seresah semakin tinggi konsentrasi

NH4+ yang terbentuk dalam tanah dan semakin rendah pembentukan NO3-.

Hal ini juga didukung oleh Purwanto et al., (2007), penurunan

konsentrasi NH4+ tanah disertai peningkatan konsentrasi NO3- tanah tersebut

mengindikasikan berlangsungnya proses transformasi NH4+ menjadi NO3

-pada proses nitrifikasi dalam tanah. Tingginya rerata konsentrasi NH4+ tanah

dan rendahnya rerata konsentrasi NO3- tanah disebabkan adanya reaksi

hidrolisis pupuk dasar urea dan mineralisasi seresah yang akan membebaskan

NH4+ tanah yang selanjutnya diikuti proses nitrifikasi membentuk NO3- yang

bersifat mudah terlindi.

D. Net NH4+ dan NO3- Tanah

Penghitungan net N-mineral sering digunakan untuk mengetahui

terjadinya proses mineralisasi atau imobilisasi N dalam tanah. Net N-mineral

adalah selisih antara konsentrasi N-mineral (perlakuan seresah, minggu ke t)

dan konsentrasi mineral (kontrol minggu ke t). Dimana, konsentrasi

N-mineral (perlakuan seresah, minggu ke t) adalah jumlah konsentrasi N dari

NH4+ (NH4 atau setelah dikoreksi dengan berat atomnya) dan N dari NO3

-(NO3 atau setelah dikoreksi dengan berat atomnya) dari suatu perlakuan pada

waktu ke t (Purwanto et al., 2007).

Berdasarkan hasil analisis keragaman net N-NH4+ dan N-NO3- tanah

(Tabel 4.4), jenis dan dosis seresah baik interaksi keduanya berpengaruh tidak

(42)
[image:42.595.130.557.127.488.2]

commit to user

Tabel 4.4 Hasil Analisis Keragaman Net N-NH4+ dan N-NO3- Tanah.

Perlakuan Net N-NH4+ (ppm) per Inkubasi (HST)

10 20 30 40 50 60

Kualitas Rendah 0,0039ns 0,0224ns 0,0004ns 0,0014ns 0,0001ns -0,0056ns

Kualitas Sedang 0,0023ns 0,0150ns 0,0021ns -0,0106ns -0,0011ns -0,0040ns Kualitas Tinggi 0,0011ns 0,0069ns 0,0032ns -0,0047ns -0,0005ns -0,0039ns

Perlakuan Net N-NO3

(ppm) per Inkubasi (HST)

10 20 30 40 50 60

Kualitas Rendah 0,0005ns 0,0004ns -0,0003ns -0,0022ns -0,0005ns -0,0011ns Kualitas Sedang 0,0005ns 0,0001ns -0,0003ns -0,0020ns 0,0000ns 0,0000ns Kualitas Tinggi 0,0006ns 0,0001ns 0,0001ns -0,0012ns -0,0002ns -0,0007ns Keterangan : ns = pengaruh tidak nyata pada lama inkubasi yang sama.

Net N-NH4+ berkorelasi positif dengan konsentrasi NH4+ tanah dan

berkorelasi negatif dengan konsentrasi NO3- tanah. Penambahan seresah

kualitas rendah Anacardium occcidental

Gambar

Tabel 1.1 Perumusan Masalah, Tujuan, dan Manfaat Penelitian.
Gambar 2.1. Diagram Kerangka Pikir
Tabel 3.1. Kombinasi perlakuannya adalah sebagai berikut :
Tabel 3.2. Metode dan Satuan untuk Mengukur Variabel Terikat :
+7

Referensi

Dokumen terkait

Data yang telah diperoleh tersebut dianalisis dengan menggunakan persamaan regresi linear berganda untuk mengetahui pengaruh curah hujan dan hari hujan bulanan yang mempengaruhi

Setiap semesternya PT Suryabumi Tunggal Perkasa mengadakan perhitungan kerapatan buah pada setiap pokok (sludang betina, buah cengkeh, buah hitam dan buah merah) dari

Data kapasitas kendaraan dan data lokasi pelanggan menjadi langkah awal untuk menentukan perancangan jadwal pengiriman, selain itu di dukung juga oleh data ketersediaan

Judul Penelitian : Pemanfaatan Daun Kelor ( Moringa oleifera Lamk ) Pada Pembuatan Permen Karamel Dari Susu. Hasnudi, MS) Ketua Program Studi Peternakan.. Tanggal

1). Kualitas air limbah yang dimanfaatkan. Kualitas tanah di lokasi pengkajian pemanfaatan air limbah dan lokasi kontrol. Kualitas air tanah pada sumur pantau. Tidak terjadi

Pertanyaan di bawah adalah seputar lokasi halte tempat Anda berganti moda :.. Lokasi halte akhir

teaching methods will be used are Audio-lingual &amp; Total Physical

Sarana yang disediakan perusahaan dalam program digunakan dengan baik oleh karyawan. 5 Kebersihan ruangan terjaga dengan