• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Kebiasaan Penggunaan Arang Panas, Karakteristik Rumah, Keluarga dan Balita Umur 0-4 Tahun Terhadap Kejadian Pneumonia Di Wilayah Kecamatan Pangaribuan Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Kebiasaan Penggunaan Arang Panas, Karakteristik Rumah, Keluarga dan Balita Umur 0-4 Tahun Terhadap Kejadian Pneumonia Di Wilayah Kecamatan Pangaribuan Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2016"

Copied!
176
0
0

Teks penuh

(1)

Yuwono, T A.,2008. Faktor – Faktor Lingkungan Fisik Rumah Yang Berhubungan Dengan Kejadian Pneumonia Pada Anak Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Kawunganten Kabupaten Cilacap. Universitas Diponegoro Semarang.

KUESIONER PENELITIAN

HUBUNGAN KEBIASAAN PENGGUNAAN ARANG PANAS, KARAKTERISTIK RUMAH, KELUARGA DAN BALITA UMUR 0-4 TAHUN TERHADAP KEJADIAN PNEUMONIA PADA BALITA DI WILAYAH KECAMATAN

PANGARIBUAN KABUPATEN TAPANULI UTARA TAHUN 2016

PEWAWANCARA

Pertama : Perkenalkan diri

Kedua : Menjelaskan kunjungan dan wawancara

Ketiga : Pertanyaan diajukan secara perlahan, jelas dan dengan sikap yang baik dan Sopan

I. DATA UMUM

1. Hari/ Tanggal Wawancara : 2. Nomor Urut Responden :

3. Kategori Responden : 1. Kasus 2.Kontrol

II. IDENTITAS IBU/BAPAK BALITA

1. Nama Bapak/Ibu : ……….

2. Alamat : ……….

III. KARAKTERISTIK KELUARGA

1. Pendidikan Terakhir : 1. Tidak Sekolah 4. SMA/SMK

2. SD 5. Perguruan Tinggi 3. SMP

A. Bapak B. Ibu

2. Pendapatan : 1. Pendapatan < Rp. 1.653.000,- 2. Pendapatan > Rp. 1.653.000,- A. Bapak

B. Ibu

(2)

IV. IDENTITAS BALITA

Nama Balita : ………. Umur : ………

Berat Badan : ………...

V. KARAKTERISTIK BALITA

1. Jenis Kelamin : 1. Laki-Laki 2. Perempuan

2. Berapakah Berat Badan anak anda pada saat lahir ? ... Gram 1. < 2500 gr

2. ≥ 2500 gr

3. Apakah anak anda mendapat ASI eksklusif sejak lahir sampai usia 6 bulan tanpa diberi makanan tambahan? 1.Tidak 2.Ya

4. Apakah anak anda telah mendapatkan imunisasi ini :

1. BCG 1. Ya 2. Tidak 2. Polio (1) 1. Ya 2. Tidak 3. Polio (2) 1. Ya 2. Tidak 4. Polio (3) 1. Ya 2. Tidak 5. Polio (4) 1. Ya 2. Tidak 6. DPT (1) 1. Ya 2. Tidak 7. DPT (2) 1. Ya 2. Tidak 8. DPT (3) 1. Ya 2. Tidak 9. Campak 1. Ya 2. Tidak 10. Hepatitis B (1) 1. Ya 2. Tidak 11. Hepatitis B (2) 1. Ya 2. Tidak 12. Hepatitis B (1) 1. Ya 2. Tidak

(3)

V. KARAKTERISTIK RUMAH

No Komponen Yang Nilai

Kriteria Penilaian Kategori

1 Kepadatan hunian a. Luas ruangan > 8m 2 untuk 2 orang

MS

b. Luas ruangan < 8 m 2

untuk 2 orang

TMS

2 Ventilasi a. Luas ventilasi > 10% luas lantai

MS

b. Luas ventilasi < 10% luas lantai

TMS

c. Tidak ada TMS

3 Jenis langit-langit a. Triplek MS

b. Asbes TM

c. Tidak ada TMS

4 Jenis lantai a. Diplester/ubin/keramik MS

b. Papan TMS

c. Tanah TMS

5 Jenis dinding a. Tembok/triplek MS

b. Papan/ anyaman bambu TMS

6 Pencahayaan a. > 60 Lux MS

b. < 60 Lux TMS

7 Suhu a. 18-300C MS

b. > 300C TMS

8 Kelembapan a. 40-70% MS

b. > 70% TMS

Tambahan Informasi :

(4)

4. Berapa anggota keluarga yang berada di ruang tidur?

4. Apakah setiap hari Bapak/Ibu membersihkan lantai rumah ibu? (menyapu, mengepel)

a. Ya b. Tidak

6. Apakah setiap hari Bapak/Ibu membersihkan langit-langit rumah ibu?

a. Ya b. Tidak

7. Apakah cahaya alami dapat masuk kedalam rumah jika siang hari?

a. Ya b. Tidak

8. Berapa orang anggota keluarga yang merokok di dalam rumah?

VI. KEBIASAAN PENGGUNAAN ARANG PANAS

1. Apakah ibu menggunakan arang panas pasca melahirkan?

2. Apakah anak ibu berada ditempat yang sama saat menggunakan arang panas?

3. Sampai berapa lama penggunaan arang panas tersebut?

4. Dimana ibu menggunakan arang panas tersebut?

5. Dari mana sumber arang yang digunakan?

(5)
(6)

Keterangan :

KR : Kategori Responden UMB : Umur Balita

JKB : Jenis Kelamin Balita BBLB : Berat Badan Lahir Balita SASI : Statusi ASI Eksklusif

SIMB : Status Imunisasi Balita PDKA : Pendidikan Ayah PDKI : Pendidikan Ibu

PDTO : Pendapatan Orang Tua KM : Kebiasaan Merokok

(7)

25 Rein/Elvina

KPAP : Kebiasaan Penggunaan Arang Panas

LPAP : Lama Penggunaan Arang Panas

WPAP : Waktu Penggunaan Arang Panas

TPAP : Tempat Penggunaan Arang Panas

(8)

PRINT OUT DATA SPSS 1. Data Univariat

A. Karakteristik Balita Responden Kelompok Kasus dan Kontrol Kejadian Pneumonia Pada Balita

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Kasus 23 100.0 100.0 100.0

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Kontrol 23 100.0 100.0 100.0

Umur Balita Responden Kasus

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Umur <1 Tahun 10 43.5 43.5 43.5

Umur 1-4 Tahun 13 56.5 56.5 100.0 Total 23 100.0 100.0

Umur Balita Responden Kontrol

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Umur <1 Tahun 10 43.5 43.5 43.5

Umur 1-4 Tahun 13 56.5 56.5 100.0 Total 23 100.0 100.0

Jenis Kelamin Balita Responden Kasus

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Laki-Laki 12 52.2 52.2 52.2

Perempuan 11 47.8 47.8 100.0 Total 23 100.0 100.0

Jenis Kelamin Balita Responden Kontrol

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Laki-Laki 12 52.2 52.2 52.2

(9)

132

Berat Badan Lahir Balita Responden Kasus

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Berat Badan Lahir

< 2500 gram 2 8.7 8.7 8.7 Berat Badan Lahir

>= 2500 gram 21 91.3 91.3 100.0 Total 23 100.0 100.0

Berat Badan Lahir Balita Responden Kontrol

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Berat Badan Lahir

< 2500 gram 1 4.3 4.3 4.3 Berat Badan Lahir

>= 2500 gram 22 95.7 95.7 100.0 Total 23 100.0 100.0

Status ASI Eksklusif Responden Kasus

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Tidak ASI Eksklusif 14 60.9 60.9 60.9 ASI Eksklusif 9 39.1 39.1 100.0 Total 23 100.0 100.0

Status ASI Eksklusif Responden Kontrol

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Tidak ASI Eksklusif 7 30.4 30.4 30.4

ASI Eksklusif 16 69.6 69.6 100.0 Total 23 100.0 100.0

Status Gizi Balita Responden Kasus

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Status Gizi Tidak Baik 13 56.5 56.5 56.5

(10)

Status Gizi Balita Responden Kontrol

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Status Gizi Tidak Baik 4 17.4 17.4 17.4

Status Gizi Baik 19 82.6 82.6 100.0 Total 23 100.0 100.0

Status Imunisasi Balita Responden Kasus

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Imunisasi Tidak Lengkap 17 73.9 73.9 73.9

Imunisasi Lengkap 6 26.1 26.1 100.0 Total 23 100.0 100.0

Status Imunisasi Balita Responden Kontrol

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Imunisasi Tidak Lengkap 8 34.8 34.8 34.8

Imunisasi Lengkap 15 65.2 65.2 100.0 Total 23 100.0 100.0

B. Karakteristik Keluarga Responden Kelompok Kasus dan Kontrol

Pendidikan Ayah Responden Kasus

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Pendidikan Rendah (Tidak

Sekolah, SD,SMP) 13 56.5 56.5 56.5 Pendiddikan Tinggi (SMA,

(11)

134

Pendidikan Ayah Responden Kontrol

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Pendidikan Rendah (Tidak

Sekolah, SD,SMP) 6 26.1 26.1 26.1 Pendiddikan Tinggi (SMA,

Perguruan Tinggi) 17 73.9 73.9 100.0 Total 23 100.0 100.0

Pendidikan Ibu Responden Kasus

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Pendidikan Rendah (Tidak

Sekolah, SD,SMP) 14 60.9 60.9 60.9 Pendiddikan Tinggi (SMA,

Perguruan Tinggi) 9 39.1 39.1 100.0 Total 23 100.0 100.0

Pendidikan Ibu Responden Kontrol

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Pendidikan Rendah (Tidak

Sekolah, SD,SMP) 7 30.4 30.4 30.4 Pendiddikan Tinggi (SMA,

Perguruan Tinggi) 16 69.6 69.6 100.0 Total 23 100.0 100.0

Pendapatan Orangtua Responden Kasus

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Tidak Sesuai UMK 18 78.3 78.3 78.3

(12)

Pendapatan Orangtua Responden Kontrol

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Tidak Sesuai UMK 10 43.5 43.5 43.5

Sesuai UMK 13 56.5 56.5 100.0 Total 23 100.0 100.0

Kebiasaan Merokok Keluarga Responden Kasus

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Ada Yang Merokok

Dalam Rumah 19 82.6 82.6 82.6 Tidak Ada Yang

Merokok Dalam Rumah 4 17.4 17.4 100.0 Total 23 100.0 100.0

Kebiasaan Merokok Keluarga Responden Kontrol

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Ada Yang Merokok

Dalam Rumah 10 43.5 43.5 43.5 Tidak Ada Yang

(13)

136

C. Karakteristik Rumah Responden Kelompok Kasus dan Kontrol Kepadatan Hunian Responden Kasus

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Tidak Memenuhi Syarat 16 69.6 69.6 69.6

Memenuhi Syarat 7 30.4 30.4 100.0 Total 23 100.0 100.0

Kepadatan Hunian Responden Kontrol

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Tidak Memenuhi Syarat 8 34.8 34.8 34.8

Memenuhi Syarat 15 65.2 65.2 100.0 Total 23 100.0 100.0

Ventilasi Responden Kasus

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Tidak Memenuhi Syarat 19 82.6 82.6 82.6

Memenuhi Syarat 4 17.4 17.4 100.0 Total 23 100.0 100.0

Ventilasi Responden Kontrol

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Tidak Memenuhi

(14)

Jenis Langit-Langit Responden Kasus

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Tidak Memenuhi Syarat 17 73.9 73.9 73.9

(15)

138

Jenis Dinding Responden Kontrol

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Tidak Memenuhi Syarat 5 21.7 21.7 21.7

(16)

Kelembaban Responden Kasus

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Tidak Memenuhi Syarat 13 56.5 56.5 56.5

Memenuhi Syarat 10 43.5 43.5 100.0 Total 23 100.0 100.0

Kelembaban Responden Kontrol

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Tidak Memenuhi Syarat 6 26.1 26.1 26.1

Memenuhi Syarat 17 73.9 73.9 100.0 Total 23 100.0 100.0

D. Kebiasaan Penggunaan Arang Panas Responden Kelompok Kasus dan Kontrol

Kebiasaan Penggunaan Arang Panas Responden Kasus

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Ya 18 78.3 78.3 78.3

Tidak 5 21.7 21.7 100.0 Total 23 100.0 100.0

Kebiasaan Penggunaan Arang Panas Responden Kontrol

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Ya 8 34.8 34.8 34.8

Tidak 15 65.2 65.2 100.0 Total 23 100.0 100.0

Lama Penggunaan Arang Panas Responden Kasus

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Tidak Menggunakan Arang

Panas 5 21.7 21.7 21.7

(17)

140

Lama Penggunaan Arang Panas Responden Kontrol

Frequency Percent

Valid

Percent Cumulative Percent Valid Tidak Menggunakan Arang

Panas 15 65.2 65.2 65.2 Penggunaan >= 1 Bulan 2 8.7 8.7 73.9 Penggunaan < 1 Bulan 6 26.1 26.1 100.0 Total 23 100.0 100.0

Waktu Penggunaan Arang Panas Responden Kasus

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Tidak Menggunakan Arang

Panas 5 21.7 21.7 21.7

Lama >= 10 Jam 16 69.6 69.6 91.3 Lama < 10 Jam 2 8.7 8.7 100.0 Total 23 100.0 100.0

Waktu Penggunaan Arang Panas Responden Kontrol

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Tidak Menggunakan Arang

Panas 15 65.2 65.2 65.2 Lama >= 10 Jam 2 8.7 8.7 73.9 Lama < 10 Jam 6 26.1 26.1 100.0 Total 23 100.0 100.0

Tempat Penggunaan Arang Panas Responden Kasus

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Tidak Menggunakan Arang

Panas 5 21.7 21.7 21.7

(18)

Tempat Penggunaan Arang Panas Responden Kontrol

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Tidak Menggunakan Arang

Panas 15 65.2 65.2 65.2 Kamar Tidur 5 21.7 21.7 87.0 Ruang Keluarga 3 13.0 13.0 100.0 Total 23 100.0 100.0

Sumber Arang Panas Responden Kasus

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Tidak Menggunakan Arang

Panas 5 21.7 21.7 21.7

Dibuat Sendiri 9 39.1 39.1 60.9 Dibeli dari Pasar 9 39.1 39.1 100.0 Total 23 100.0 100.0

Sumber Arang Panas Responden Kontrol

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent alid Tidak Menggunakan Arang

(19)

142

Data Bivariat

A. Karakteristik Balita Responden Kasus dan Kontrol

Berat Badan Lahir Balita * Kejadian Pneumonia Pada Balita Crosstabulation

Kejadian Pneumonia

Linear-by-Linear Association .349 1 .555 N of Valid Cases 46

a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.50. b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval Lower Upper Odds Ratio for Berat Badan Lahir

(20)

Kejadian Pneumonia

Continuity Correctionb 3.154 1 .076

Likelihood Ratio 4.365 1 .037

Fisher's Exact Test .075 .037 Linear-by-Linear

Association 4.200 1 .040 N of Valid Cases 46

a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10.50. b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval Lower Upper Odds Ratio for Status ASI

(21)

144

Status Imunisasi Balita * Kejadian Pneumonia Pada Balita Crosstabulation

Kejadian Pneumonia

Continuity Correctionb 5.608 1 .018

Likelihood Ratio 7.299 1 .007

Fisher's Exact Test .017 .008 Linear-by-Linear

Association 6.943 1 .008 N of Valid Cases 46

a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10.50. b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval Lower Upper Odds Ratio for Status Imunisasi

(22)

B. Karakteristik Keluarga Responden Kasus dan Kontrol

Pendidikan Ayah * Kejadian Pneumonia Pada Balita Crosstabulation

Kejadian Pneumonia

a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9.50. b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval Lower Upper Odds Ratio for Pendidikan Ayah

(23)

146

Pendidikan Ibu * Kejadian Pneumonia Pada Balita Crosstabulation

Kejadian Pneumonia

a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10.50. b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval Lower Upper Odds Ratio for Pendidikan Ibu

(Pendidikan Rendah (Tidak Sekolah, SD,SMP) / Pendiddikan Tinggi (SMA, Perguruan Tinggi))

3.556 1.049 12.052 For cohort Kejadian Pneumonia Pada

Balita = Kasus 1.852 1.012 3.387 For cohort Kejadian Pneumonia Pada

(24)

Pendapatan Orangtua * Kejadian Pneumonia Pada Balita Crosstabulation

a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9.00. b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval Lower Upper Odds Ratio for Pendapatan

(25)

148

Pengetahuan Orangtua * Kejadian Pneumonia Pada Balita Crosstabulation

Kejadian Pneumonia Pada

Pneumonia Pada Balita 100.0% 100.0% 100.0% % of Total 50.0% 50.0% 100.0%

Continuity Correctionb 3.359 1 .067

Likelihood Ratio 4.676 1 .031

Fisher's Exact Test .065 .033 Linear-by-Linear

Association 4.473 1 .034 N of Valid Cases 46

a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8.50. b. Computed only for a 2x2 table

(26)

Kebiasaan Merokok * Kejadian Pneumonia Pada Balita Crosstabulation

a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8.50. b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval Lower Upper Odds Ratio for Kebiasaan Merokok

(27)

150

C. Karakteristik Rumah Responden Kasus dan Kontrol

Kepadatan Hunian * Kejadian Pneumonia Pada Balita Crosstabulation

Kejadian Pneumonia

Continuity Correctionb 4.269 1 .039

Likelihood Ratio 5.695 1 .017

Fisher's Exact Test .038 .019 Linear-by-Linear

Association 5.455 1 .020 N of Valid Cases 46

a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11.00. b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval Lower Upper Odds Ratio for Kepadatan Hunian

(28)

Ventilasi * Kejadian Pneumonia Pada Balita Crosstabulation

a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8.50. b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval Lower Upper Odds Ratio for Ventilasi (Tidak

(29)

152

Jenis Langit-Langit * Kejadian Pneumonia Pada Balita Crosstabulation

Kejadian Pneumonia

a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10.00. b. Computed only for a 2x2 table

(30)

Jenis Lantai * Kejadian Pneumonia Pada Balita Crosstabulation

Continuity Correctionb .128 1 .721

Likelihood Ratio .514 1 .473

Fisher's Exact Test .722 .361 Linear-by-Linear

Association .500 1 .480 N of Valid Cases 46

a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.00. b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval Lower Upper Odds Ratio for Jenis Lantai (Tidak

(31)

154

Jenis Dinding * Kejadian Pneumonia Pada Balita Crosstabulation

Kejadian Pneumonia Pada

a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11.00. b. Computed only for a 2x2 table

(32)

Pencahayaan * Kejadian Pneumonia Pada Balita Crosstabulation

a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9.50. b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval Lower Upper Odds Ratio for Pencahayaan (Tidak

Memenuhi Syarat / Memenuhi Syarat)

3.683 1.062 12.771 For cohort Kejadian Pneumonia Pada

Balita = Kasus 1.994 .968 4.106 For cohort Kejadian Pneumonia Pada

(33)

156

Suhu * Kejadian Pneumonia Pada Balita Crosstabulation

Kejadian Pneumonia Pada

Pneumonia Pada Balita 100.0% 100.0% 100.0% % of Total 50.0% 50.0% 100.0%

a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.50. b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval Lower Upper Odds Ratio for Suhu (Tidak

(34)

Kelembaban * Kejadian Pneumonia Pada Balita Crosstabulation

Continuity Correctionb 3.228 1 .072

Likelihood Ratio 4.476 1 .034

Fisher's Exact Test .071 .036 Linear-by-Linear

Association 4.298 1 .038 N of Valid Cases 46

a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9.50. b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval Lower Upper Odds Ratio for Kelembaban (Tidak

Memenuhi Syarat / Memenuhi Syarat)

3.683 1.062 12.771 For cohort Kejadian Pneumonia

Pada Balita = Kasus 1.847 1.035 3.296 r cohort Kejadian Pneumonia Pada

(35)

158

D. Kebiasaan Penggunaan Arang Panas Responden Kasus dan Kontrol Kebiasaan Penggunaan Arang Panas * Kejadian Pneumonia Pada Balita Crosstabulation

Kejadian Pneumonia Pada

Pneumonia Pada Balita 100.0% 100.0% 100.0% % of Total 50.0% 50.0% 100.0%

a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10.00. b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval Lower Upper Odds Ratio for Kebiasaan Penggunaan

Arang Panas (Ya / Tidak) 6.750 1.820 25.035 For cohort Kejadian Pneumonia Pada Balita

= Kasus 2.769 1.243 6.170 For cohort Kejadian Pneumonia Pada Balita

(36)

Status Gizi Balita * Kejadian Pneumonia Pada Balita Crosstabulation

a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8.50. b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval Lower Upper Odds Ratio for Status Gizi

Balita (Status Gizi Tidak Baik / Status Gizi Baik)

(37)

160

DOKUMENTASI PENELITIAN

(38)
(39)

162

(40)
(41)

164

Gambar Lampiran 6. Wawancara Dengan Salah Satu Responden

(42)
(43)

166

(44)

Gambar Lampiran 10. Jenis Lantai dan Jenis Dinding Salah Satu Responden

(45)

168

(46)

Gambar Lampiran 13. Jenis Lantai Salah Satu Responden

(47)

170

Gambar Lampiran 15. Wawancara Bersama Salah Satu Responden

(48)
(49)

172

(50)
(51)

174

(52)
(53)
(54)
(55)
(56)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional analitik dengan desain

case control study untuk mengetahui hubungan kebiasaan penggunaan arang

panas , karakteristik rumah, keluarga, dan balita terhadap kejadian pneumonia

pada balita umur 0-4 tahun di Kecamatan Pangaribuan Kabupaten Tapanuli Utara

tahun 2016. Rancangan penelitian case control study, yaitu suatu penelitian

survey analitik yang menyangkut bagaimana faktor risiko dipelajari dengan

pendekatan retrospektif, dimana status kesehatan diidentifikasi terlebih dahulu

baru kemudian faktor resiko diidentifikasi adanya atau pengaruhnya pada masa

lalu. Dimana peneliti membandingkan derajat keterpaparan antara yang menderita

penyakit pneumonia (kasus) dengan yang tidak menderita penyakit pneumonia

(kontrol).

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah Kecamatan Pangaribuan Kabupaten

Tapanuli Utara tahun 2016. Adapun dipilihnya lokasi tersebut adalah:

1. Terdapatnya kasus pneumonia pada balita umur 0-4 tahun di Kecamatan

Pangaribuan Kabupaten Tapanuli Utara tahun 2016.

(57)

3. Status pendidikan dan penghasilan yang masih rendah di wilayah tersebut.

4. Pada wilayah tersebut cakupan pencapaian ASI ekslusif masih rendah yaitu

23,1 %.

5. Adanya balita yang status gizinya kurang yaitu 11,1 %.

6. Adanya balita yang tidak imunisasi lengkap sebanyak 19 % di wilayah

tersebut.

7. Adanya kebiasaan penggunaan arang panas di daerah tersebut.

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan pada bulan April 2016 sampai dengan Juni

2016.

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

a. Populasi Kasus

Populasi kasus dalam penelitian ini adalah semua balita umur 0 – 4 tahun

yang tercatat sebagai penderita pneumonia berdasarkan rekam medis di

Puskesmas Kecamatan Pangaribuan, mulai dari bulan Januari 2014 - Februari

2016 sebesar 45 balita.

b. Populasi Kontrol

Populasi kontrol dalam penelitian ini adalah balita umur 0 – 4 tahun yang

terdapat di daerah populasi sampel yang tidak terdaftar sebagai penderita

(58)

3.3.2 Sampel

Jumlah kasus pneumonia pada balita umur 0 – 4 tahun berdasarkan data

rekam medis Puskesmas di Kecamatan Pangaribuan, mulai dari bulan Januari

2014 - Februari 2016 yaitu sebanyak 45 balita.

Adapun besar sampel dihitung dengan rumus sebagai berikut

(Sastroasmoro, 2008):

Keterangan :

n1 = n2 : Jumlah kasus dan kontrol

P1 : Proporsi paparan pada kelompok kasus

P1 = P1 = = 0,70

P2 : Proporsi kasus pada kelompok tidak terpapar = 0,3

P : ½ (P1 +P2), sehingga P = 0,5

Q : 1- P = 1-0,5 = 0,5

Zα : untuk tingkat kemaknaan 0,05 = 1,96

Zβ : untuk power sebesar 80% = 0,84

OR : 5,5

Berdasarkan rumus diatas maka besar sampel dapat dihitung sebagai

berikur :

(59)

Berdasarkan perhitungan diatas didapatkan jumlah sampel keseluruhan

yang dibutuhkan adalah 46 sampel yang terdiri dari 23 kasus dan 23 kontrol,

dengan metode simple random sampling.

3.3.3 Kriteria Kasus dan Kontrol

1. Kriteria Kasus

1) Kriteria Inklusi

a.Balita berada dirumah/tempat tinggal yang sama mulai dari ia lahir sampai

pada penelitian berlangsung.

b. Balita (responden) berusia 0-4 tahun.

c.Bertempat tinggal di wilayah Kecamatan Pangaribuan.

2) Kriteria Eksklusi

a.Balita tidak berada dirumah/tempat tinggal yang sama mulai dari ia lahir

sampai pada penelitian berlangsung (rumah responden berubah-ubah).

b. Meninggal dunia, dalam keadaan sakit atau tidak bisa ditemui.

2. Kriteria Kontrol

1) Kriteria Inklusi

a.Balita berada dirumah/tempat tinggal yang sama mulai dari ia lahir sampai

pada penelitian berlangsung.

b. Memiliki usia, jenis kelamin yang sama dengan kelompok kasus atau

kriteria kontrol matching dengan kasus.

(60)

2) Kriteria Eksklusi

a.Balita tidak berada dirumah/tempat tinggal yang sama mulai dari ia lahir

sampai pada penelitian berlangsung ( rumah responden berubah-ubah)

b. Dalam keadaan sakit atau tidak bisa ditemui.

3. Kriteria Pencocokan (Matching)

Pencocokan (matching) terdiri dari jenis kelamin (kelompok kasus dan

kontrol berdasarkan jenis kelamin yaitu laki-laki dan perempuan) dan umur

(kelompok kasus dan kontrol berdasarkan usia 0 < 1 Tahun dan 1-4 Tahun).

3.4 Teknik Pengambilan Sampel

Metode sampling yang digunakan adalah sampel secara acak (random)

yang dalam literatur inggris disebut random sampling atau probability sampling,

dengan metode ini sebuah sampel diambil sedemikian rupa sehingga setiap unit

penelitian dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai

sampel.

3.5 Metode Pengumpulan Data 3.5.1 Data Primer

Data yang dikumpulkan dan diperoleh dari hasil penelitian melalui

wawancara dan observasi kepada orangtua dari balita penderita pneumonia

(61)

a. Karakteristik balita : umur, jenis kelamin, berat badan lahir, imunisasi, ASI

ekslusif, status gizi.

b. Karakteristik keluarga : pendidikan orang tua, pendapatan orangtua dan

kebiasaan merokok keluarga.

c. Karakteristik rumah: kepadatan hunian, ventilasi, jenis lantai, jenis dinding,

jenis langit-langit, pencahayaan, kelembaban, suhu yang dilakukan dengan

melakukan observasi, pengukuran dan kemudian menilai persyaratan untuk

masing-masing objek yang diteliti, dengan menggunakan Kepmenkes no. 829

tahun 1999.

d. Kebiasaan penggunaan arang panas.

3.5.2. Data Sekunder

Data sekunder yang digunakan adalah data rekam medis Puskesmas di

Kecamatan Pangaribuan mengenai data penyakit pneumonia pada golongan balita

umur 0 – 4 tahun pada periode januari 2014 - februari 2016 yang diperoleh dari

Puskesmas di Kecamatan Pangaribuan.

3.6 Variabel dan Definisi Operasional 3.6.1 Variabel Penelitian

Variabel independen dalam penelitian ini adalah karakteristik rumah,

keluarga, balita dan kebiasaan penggunaan arang panas. Variabel dependen dalam

penelitian ini adalah kejadian pneumonia. Faktor karakteristik balita merupakan

variabel pendukung penyebab kejadian pneumonia. Faktor karaketristik keluarga

(62)

observasi karakteristik rumah merupakan variabel pendukung penyebab kejadian

pneumonia. Kebiasaan penggunaan arang panas merupakan variabel pendukung

penyebab kejadian pneumonia.

3.6.2 Definisi Operasional

1. Kejadian pneumonia adalah balita 0-4 tahun penderita pneumonia yang di

diagnosa secara klinis dinyatakan menderita pneumonia berdasarkan data di

puskesmas Kecamatan Pangaribuan mulai januari 2014 - februari 2016.

2. Karakteristik balita adalah keadaan dari responden balita yang terdiri dari

umur, jenis kelamin, berat badan lahir, ASI ekslusif, status gizi, imunisasi.

3. Umur adalah lama hidup seseorang dari mulai lahir sampai ulang tahun

terakhir.

4. Jenis kelamin adalah seseorang yang dibedakan antara laki-laki dan

perempuan secara biologis.

5. Berat badan lahir adalah ukuran tubuh yang diukur dengan skala kg saat baru

lahir.

6. Status ASI eksklusif adalah pemberian ASI pada anak sedini mungkin pada

saat lahir sampai berumur 6 bulan, tanpa pemberian makanan dan minuman

lain.

7. Status gizi adalah suatu kondisi tubuh seseorang akibat dari keseimbangan

antara konsumsi dan penyerapan gizi. Dalam hal ini keadaan gizi anak balita

dilakukan dengan pengukuran antropometri berdasarkan berat badan menurut

(63)

8. Status imunisasi adalah status pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu

penyakit yang diberikan pada anak. Dimana jenis imunisasi yang sudah

didapatkan oleh anak sesuai dengan batas waktu pemberian usia anak tersebut

dan frekuensi mendapatkannya.

9. Karakteristik keluarga adalah ciri-ciri khas yang dimiliki oleh masing-masing

rumah tangga, seperti pengetahuan orang tua dan kebiasaan merokok

keluarga.

10.Pendidikan keluarga adalah jenjang pendidikan formal terkakhir yang

ditamatkan keluarga (orang tua balita).

11.Pendapatan keluarga adalah jumlah penghasilan keluarga (orang tua balita)

dalam satu bulan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, yang diukur

dalam satuan rupiah.

12.Kebiasaan merokok adalah adanya penghuni rumah yang melakukan pola

hidup dengan menghisap rokok di dalam rumah.

13.Karakteristik rumah adalah hal-hal yang terdapat pada rumah yang dapat

mempengaruhi kesehatan terdiri dari kepadatan hunian, ventilasi, jenis lantai,

jenis dinding, jenis langi-langit, pencahayaan, suhu dan kelembaban..

14.Kepadatan hunian adalah banyaknya jumlah penghuni dalam satu rumah. Dan

ditetapkan luas ruang tidur minimal 8 meter persegi, dan tidak dianjurkan

digunakan lebih dari 2 orang (Permenkes No. 829/ Menkes/ SK/II/1999).

15.Ventilasi adalah pergerakan udara masuk ke dalam dan keluar dari ruangan

tertutup. Dan ditetapkan luas penghawaan atau ventilasi yang permanen

(64)

16.Jenis lantai adalah jenis bagian alas/dasar suatu ruangan yang sebaiknya

memiliki kondisi kedap air, terbuat dari bahan yang cukup keras, kuat, rata

dan mudah dibersihkan.

17.Jenis dinding adalah jenis penyekat untuk memisahkan suatu ruangan dengan

ruangan lain ataupun bagian dalam ruangan dengan luar ruangan.

18.Jenis langit-langit adalah jenis penutup bagian atas ruangan dibawah atap,

yang memisahkan ruangan dengan atap rumah.

19.Pencahayaan adalah keadaan penerangan dalam ruangan baik bersumber alami

maupun buatan yaitu terang dan tidak silau sehingga dapat digunakan dengan

membaca dengan normal.

20.Kelembaban adalah keadaan uap air yang terdapat pada udara dalam ruangan

yang diperoleh dari hasil pengukuran.

21.Suhu adalah ukuran keadaan dingin atau panas yang diperoleh dari hasil

pengukuran suatu ruangan yang dinyatakan dalam 0C.

22.Kebiasaan penggunaan arang panas adalah sesuatu yang dikerjakan

menggunakan arang yang dipanaskan yang dipercayai oleh masyarakat dapat

bermanfaat memperlancar aliran darah ibu, mempercepat keluarnya darah

(65)

3.7 Aspek Pengukuran

Adapun variabel yang diukur adalah sebagai berikut:

A. . Karakteristik Balita

1) Umur

Alat ukur : kuesioner

Cara ukur : wawancara

Hasil ukur : 1. Usia < 1 Tahun

2. 1 – 4 Tahun

2) Jenis Kelamin

Alat ukur : kuesioner

Cara ukur : wawancara

Hasil Ukur : 1. Laki-laki

2. Perempuan

3) Berat Badan Lahir

Alat ukur : kuesioner

Cara ukur : wawancara

Hasil Ukur : 1. Berat bayi lahir < 2500 gram

2. Berat bayi lahir ≥ 2500 gram

4) ASI Ekslusif

Alat ukur : kuesioner

(66)

Hasil ukur :

1. Tidak ASI Ekslusif

2. ASI Eksklusif (anak mendapat ASI saja sebagai makanan sampai usia 6

bulan)

5) Status Gizi

Alat ukur : timbangan berat badan (balita)

Cara ukur :dilakukan pengukuran berat bayi dengan timbangan berat badan,

lalu dilakukan pengukuran status gizi berdasarkan (BB/U) dengan

penghitungan pada rumus yang ditetapkan berdasarkan pedoman dari WHO,

dan hasil penghitungan dapat dibedakan atas:

1. Gizi lebih (Z-Score > 2,0 SD)

2. Gizi baik (Z-Score, -2,0 SD ≤ Z ≤ 2,0 SD)

3. Gizi kurang (Z-Score < -2,0 SD)

4. Gizi buruk (Z-Score < -3,0 SD)

Hasil ukur :

1. Status gizi tidak baik (gizi lebih, gizi kurang dan gizi buruk)

2. Status gizi baik (gizi baik)

6) Imunisasi

Alat ukur : kuesioner

Cara ukur : wawancara

Hasil ukur :

1. Tidak lengkap (bila balita tidak mendapatkan imunisasi yang seharusnya

(67)

2. Lengkap (bila balita sudah mendapatkan imunisasi yang harus

diperolehnya sesuai dengan batas usianya yaitu :

a) BCG 1x : ≤ 2 bulan

b) DPT 3x : DPT (1) = 2-4 bulan; DPT (2) = 3-5 bulan;

DPT (3) = 4-6 bulan

c) Polio 4x : dari umur 0 bulan dengan interval pemberian 4 minggu

d) Campak 1x : 9 bulan

e) Hepatitis B 3x : Hepatitis B (1) = 12 jam setelah lahir;

Hepatitis B (2) = 1-2 bulan; Hepatitis B (3) = 6 bulan

B. Karakteritik Keluarga

1) Pendidikan Orangtua Balita

Alat ukur : kuisioner

Cara ukur : wawancara

Hasil Ukur : Tingkat pendidikan ibu dan ayah dikategorikan menjadi :

1. Pendidikan Rendah (Tidak sekolah, SD, SMP)

2. Pendidikan Tinggi (SMA, Perguruan Tinggi)

2) Pendapatan Orang Tua Balita

Alat ukur : kuisioner

Cara ukur : wawancara

Hasil ukur : Tingkat pendapatan keluarga dikategorikan berdasarkan Upah

Minimum Kabupaten (UMK) Tapanuli Utara tahun 2015, dengan skala ordinal:

1. Pendapatan tinggi > UMK (Rp. 1.653.000,-

(68)

3) Kebiasaan Merokok Keluarga

Alat ukur : kuisioner

Cara ukur : wawancara

Hasil Ukur :

1. Ada : Jika ada anggota keluarga yang merokok dalam rumah

2. Tidak Ada : Jika tidak ada keluarga yang merokok dalam rumah.

C. Karakteristik Rumah

1) Kepadatan penghuni

Alat ukur : pita ukur / meteran

Cara ukur : wawancara dan pengukuran (menghitung luas rumah dan

membaginya dengan jumlah penghuni yang tinggal di dalam rumah).

Hasil Ukur :

1. Tidak memenuhi syarat jika < 8 m2 untuk 2 orang. 2. Memenuhi syarat jika > 8 m2 untuk 2 orang. 2) Ventilasi

Alat ukur : pita ukur / meteran

Cara ukur : pengukuran dan observasi

Hasil ukur :

1. Tidak memenuhi syarat jika luas ventilasi kurang dari 10% dari luas

lantai.

(69)

78

3) Jenis lantai

Alat ukur : kuisioner

Cara ukur : observasi

Hasil ukur :

1. Tidak memenuhi syarat jika lantai hanya dari tanah, papan, maupun

anyaman bambu dengan kondisi yang berdebu.

2. Memenuhi syarat jika diplester/keramik/ubin.

4) Jenis dinding

Alat ukur : kuisioner

Cara Ukur : observasi

Hasil ukur :

1. Tidak memenuhi syarat jika dinding terbuat dari papan/anyaman bambu.

2. Memenuhi syarat jika dinding terbuat dari tembok/triplek.

5) Jenis langit-langit

Alat ukur : kuisioner

Cara ukur : observasi

Hasil ukur :

1. Tidak memenuhi syarat jika tidak ada langit-langit/terbuat dari asbes.

2. Memenuhi syarat jika ada langit-langit/terbuat dari triplek.

6) Pencahayaan

(70)

Cara ukur : kalibrasi luxmeter dengan membuka penutup sensor, bawa

luxmeter pada daerah pengukuran, tunggu beberapa saat sampai mendapatkan

angka yang stabil baca dan catat hasilnya.

Hasil ukur :

1. Tidak memenuhi syarat jika intensitas cahaya < 60 Lux.

2. Memenuhi syarat jika intensitas cahaya ≥ 60 Lux.

7) Suhu

Alat ukur : termometer

Cara ukur : tentukan pada tempat yang bersuhu tetap

Hasil ukur : 1. Tidak memenuhi syarat jika <180C dan >300C. 2. Memenuhi syarat jika 18-300C.

8) Kelembaban

Alat ukur : higrometer/humidity

Cara ukur : tentukan titik pengukuran kelembaban, kemudian letakkan

higrometer dan diamkan selama tiga menit sampai jarum menunnjukan nilai

stabil, baca dan catat hasilnya.

Hasil ukur :

1. Tidak memenuhi syarat jika <40% dan >70%.

2. Memenuhi syarat jika 40-70%.

D. Kebiasaan Penggunaan Arang Panas

1)Kebiasaan Penggunaan Arang Panas

Alat ukur : kuesioner

(71)

80

Hasil ukur :

1. Ya : Jika menggunakan arang panas

2. Tidak : Jika tidak menggunakan arang panas

3.8 Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan bantuan komputer, untuk

menggambarkan hasil observasi, wawancara dan pengukuran yang dilakukan.

a. Editing, kegiatan ini di lakukan setelah memperoleh data yang di kumpulkan

untuk di koreksi sebelum di lakukan kegiatan data entri data sehingga apabila

ada kesalahan atau kekurangan data dapat segera di klarifikasi.

b. Coding, merupakan kegiatan merubah data yang berbentuk huruf menjadi

data berbentuk angka atau bilangan. Pemberian kode ini untuk mempermudah

pengolahan dan mempercepat proses entry data.

c. Processing, Setelah melalui proses pengkodean, selanjutnya memproses data

agar data yang telah di entry dapat di analisis. Pemrosesan data di lakukan

dengan cara mengentri data dari kuesioner ke paket program komputer.

d. Cleaning, (pembersihan data) merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah di entry untuk mengetahui adanya kesalahan atau tidak (Budiarto,

(72)

3.9 Analisis Data 3.9.1 Univariat

Analisis univariat digunakan untuk mendeskripsikan semua variabel yang

bentuk tabel distribusi frekuensi. Analisis univariat dilakukan untuk melihat

karakteristik balita (umur, jenis kelamin, status gizi, berat badan lahir, status ASI

eksklusif, status imunisasi), karakteritik keluarga (pendidikan orangtua,

pendapatan orangtua dan kebiasaan merokok keluarga), karakteristik rumah

(kepadatan hunian, ventilasi, jenis dinding, jenis langit-langit, jenis lantai,

pencahayaan, kelembaban, suhu), dan kebiasaan penggunaan arang panas.

3.9.2 Bivariat

Analisis bivariat dilakukan bertujuan untuk menganalisa variabel (variabel

dependen dan variabel independen) berdasarkan tabel silang dan hasil uji statistik.

Untuk membuktikan ada atau tidaknya hubungan kedua variabel yang

menggunakan uji chi-square dengan derajat kepercayaan 95% (α= 5%), sehingga

apabila ditemukan hasil analisis statistik p < 0,05 maka variabel tersebut

dinyatakan berhubungan secara signifikan. Analisis bivariat dilakukan untuk

melihat hubungan antara kebiasaan penggunaan arang panas, karakteristik rumah,

(73)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Letak Geografis

Pangaribuan yang terletak di Kabupaten Tapanuli Utara, provinsi Sumatera Utara.

Jarak Pangaribuan dengan ibukota Kabupaten Tapanuli Utara yaitu Tarutung adalah 48 Km,

dengan jarak tempuh lebih kurang 1 (satu) jam perjalanan. Jarak Pangaribuan dengan

Provinsi Sumatera Utara yaitu Medan adalah 300 Km, dengan jarak tempuh lebih kurang 8

(delapan) jam.

Secara geografis Pangaribuan mempunyai luas wilayah 459,25 Km2 atau sekitar 12,11 persen dari total luas wilayah kabupaten Tapanuli Utara. Letak geografis Kecamatan

Pangaribuan sebagai berikut:

Sebelah Utara : Kecamatan Sipahutar

Sebelah Selatan : Kecamatan Pahae Julu dan Pahae Jae

Sebelah Barat : Kabupaten Tapanuli Selatan

Sebelah Timur : Kecamatan Garoga

Pangaribuan terletak pada ketinggian 500 s/d 1500 di atas permukaan laut.

Curah hujan Pangaribuan berkisar antara 3.000-4000 mm. Pangaribuan memiliki Topografi

yang beragam mulai dari dataran rendah 0-2%, landai 3-15%, miring 16-40%, terjal ≥ 40% .

daerah yang relatif datar di tujukan oleh tingkat kemiringan 0-5%, sedangkan kemiringan

6-20% adalah bergelombang, dan kemiringan 21-40% adalah perbukitan, dan 40% adalah lahan

terjal (lahan kritis).

(74)

penduduk laki-laki dan sebanyak 13. 767 penduduk perempuan. Pada 75+ terlihat bahwa

jumlah penduduk perempuan jauh lebih banyak dibandingkan jumlah penduduk laki-laki,

sekitar 73 persen penduduk pada kelompok usia 75 + adalah perempuan, hal ini menunjukkan

bahwa angka harapan hidup untuk kelompok umur 75+ lebih besar perempuan dari pada

angka harapan hidup laki-laki.

Secara rinci penduduk Pangaribuan dapat dilihat pada tabel 4.1 dibawah ini:

Tabel 4.1 Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Dan Umur di Wilayah Kecamatan Pangaribuan Kabupaten Tapanuli Utara

Kelompok Umur

Laki-Laki Perempuan Jumlah

0-4 Sumber: BPS Kabupaten Tapanuli Utara, 2015

4.2 Analisis Univariat 4.2.1 Karakteristik Balita

Adapun gambaran karakteristik balita kasus dan kontrol pada penelitian ini dapat

(75)

Karakteristk Balita Kasus Kontrol

Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi umur dan jenis kelamin pada

responden kasus dan kontrol sama karena dalam penelitian ini dilakukan proses matching

menurut umur dan jenis kelamin. Tabel 4.2 menunjukkan bahwa jumlah responden yang

terbanyak berkisar pada kelompok umur 1-4 tahun yaitu 13 responden (56,5%) dan yang

paling sedikit berkisar pada kelompok umur < 1 tahun yaitu 10 responden (43,5%).

Berdasarkan jenis kelamin antara responden kasus dan kontrol pada tabel 4.2 diatas

menunjukkan bahwa jenis kelamin pada kelompok kasus dan kontrol responden lebih banyak

pada jenis kelamin laki-laki yaitu 12 responden (52,2%) dan lebih kecil pada jenis kelamin

perempuan yaitu 11 responden (47,8%).

Berdasarkan berat badan lahir balita pada kelompok kasus yang memiliki berat badan

< 2500 gram yaitu hanya 2 balita (8,7%) dan jumlah responden kasus yang memiliki berat

badan ≥ 2500 gram yaitu 21 balita (91,3%). Sedangkan pada kelompok kontrol balita yang

(76)

tidak ASI eksklusif yaitu 14 balita (60,9%) dan responden kasus yang memiliki status ASI

eksklusif yaitu 9 balita (39,1%). Sedangkan pada responden kelompok kontrol yang

memiliki status tidak ASI eksklusif yaitu 7 balita (30,4%) dan jumlah responden kontrol yang

memiliki status ASI eksklusif yaitu 16 responden (69,6%).

Berdasarkan status gizi balita pada responden kelompok kasus yang memiliki status

gizi tidak baik yaitu 13 responden (56,5%) dan responden kasus yang memiliki status gizi

baik yaitu hanya 10 responden (43,5%). Sedangkan pada responden kelompok kontrol yang

memiliki status gizi tidak baik yaitu 4 responden (17,24%) dan jumlah responden kontrol

yang memiliki status gizi tidak yaitu 19 responden (82,6%).

Berdasarkan status imunisasi pada responden kelompok kasus dengan status imunisasi

tidak lengkap yaitu 17 balita (73,9%) dan status imunisasi lengkap yaitu 6 balita (26,1%).

Sedangkan pada responden kelompok kontrol dengan status imunisasi tidak lengkap yaitu 8

balita (34,8%) dan responden kontrol dengan status imunisasi lengkap yaitu 15 responden

(65,2%).

4.2.2 Karakteristik Keluarga

Adapun distribusi karakteristik keluarga responden kasus dan kontrol pada penelitian

ini dapat dilihat pada tabel 4.3 dibawah ini.

Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Keluarga Responden di Wilayah Kecamatan Pangaribuan Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2016

Karakteristik Keluarga Kasus Kontrol

n % n %

Pendidikan Ayah Pendidikan Rendah (Tidak Sekolah, SD, SMP) Pendidikan Tinggi

(SMA/SMK, Perguruan Tinggi)

13

10

56,5

43,5

6

17

26,1

(77)

(Tidak Sekolah, SD, SMP) Pendidikan Tinggi

(SMA/SMK, Perguruan Tinggi)

9 39,1 16 69,6

Pendapatan Orang Tua Tidak Sesuai UMK

(Pendapatan < UMK Rp.1.653.000,-) Tidak Sesuai UMK

(Pendapatan > UMK Rp.1.653.000,-) 18

Ada Yang Merokok Dalam Rumah Tidak Ada Yang Merokok Dalam

Berdasarkan pendidikan ayah balita pada kelompok kasus yang memiliki pendidikan

rendah (tidak sekolah, SD, SMP) yaitu sebanyak 13 responden (56,5 %) dan jumlah

pendidikan ayah responden kasus yang pendidikan tinggi (SMA, Perguruan Tinggi) yaitu 10

responden (43,5%). Sedangkan pada kelompok kontrol ayah balita yang yang memiliki

pendidikan rendah (tidak sekolah, SD, SMP) yaitu hanya 6 responden (26,1%) dan jumlah

responden kontrol yang memiliki pendidikan tinggi (SMA, Perguruan Tinggi) sebanyak 17

responden (73,9).

Berdasarkan pendidikan ibu balita pada kelompok kasus yang memiliki pendidikan

rendah (tidak sekolah, SD, SMP) yaitu sebanyak 14 responden (60,9%) dan jumlah

responden kasus yang memiliki yang pendidikan tinggi (SMA, Perguruan Tinggi) yaitu 9

responden (39,1%). Sedangkan pada kelompok kontrol ayah balita yang yang memiliki

pendidikan rendah (tidak sekolah, SD, SMP) yaitu hanya 7 responden (30,4%) dan jumlah

responden kontrol yang memiliki pendidikan tinggi (SMA, Perguruan Tinggi) sebanyak 16

responden (69,6).

Berdasarkan pendapatan orang tua balita pada responden kelompok kasus yang

(78)

Sedangkan pada responden kelompok kontrol yang memiliki pendapatan tidak sesuai UMK

yaitu 10 responden (43,5%) dan jumlah responden kontrol yang memiliki pendapatan sesuai

UMK yaitu 13 responden (56,5%).

Berdasarkan kebiasaan merokok pada responden kelompok kasus yang memiliki

anggota keluarga yang merokok di dalam rumah yaitu sebanyak 19 responden (82,6%) dan

yang tidak memiliki anggota keluarga yang merokok di dalam rumah yaitu 4 responden

(17,4%). Sedangkan pada responden kelompok kontrol yang memiliki anggota keluarga yang

merokok di dalam rumah yaitu 10 responden (43,5%) dan responden kontrol yang tidak

memiliki anggota keluarga yang merokok di dalam rumah yaitu 13 responden (56,5%).

4.2.3 Karakteristik Rumah

Adapun gambaran karakteristik rumah responden kasus dan kontrol pada penelitian

ini dapat dilihat pada tabel 4.4 dibawah ini.

Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Karakteritik Rumah Responden di Wilayah Kecamatan Pangaribuan Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2016

Karakteristik Rumah Kasus Kontrol

n % n %

Kepadatan Hunian Tidak memenuhi syarat Memenuhi syarat

Tidak memenuhi syarat Memenuhi syarat

Tidak memenuhi syarat Memenuhi syarat

Tidak memenuhi syarat Memenuhi syarat

Tidak memenuhi syarat Memenuhi syarat

Tidak memenuhi syarat

17 73,9

(79)

Suhu

Tidak memenuhi syarat Memenuhi syarat

Tidak memenuhi syarat Memenuhi syarat

Tabel 4.4 diatas menunjukkan bahwa kepadatan hunian pada responden kasus yang

tidak memenuhi syarat yaitu 16 responden (69,6%) dan kepadatan hunian pada responden

kasus yang memenuhi syarat yaitu 7 responden (30,4%). Sedangkan kepadatan hunian pada

responden kontrol yang tidak memenuhi syarat yaitu hanya 8 responden (34,8%) dan

kepadatan hunian pada responden kontrol yang memenuhi syarat yaitu 15 responden (65,2%).

Ventilasi rumah responden kasus yang tidak memenuhi syarat yaitu 19 responden

(82,6%) dan ventilasi rumah responden kasus yang memenuhi syarat yaitu 4 responden

(17,4%). Sedangkan ventilasi rumah responden kontrol yang tidak memenuhi syarat yaitu

hanya 10 responden (43,5%) dan ventilasi rumah responden kontrol yang memenuhi syarat

yaitu 13 responden (56,5%).

Jenis langit-langit rumah responden kasus yang tidak memenuhi syarat yaitu 14

responden (60,9%) dan langit-langit rumah responden kasus yang memenuhi syarat yaitu 9

responden (39,1%). Sedangkan langit-langit rumah responden kontrol yang tidak memenuhi

syarat yaitu 6 responden (26,1%) dan langit-langit rumah responden kontrol yang memenuhi

syarat yaitu 17 responden (73,9%).

Lantai rumah responden kasus yang tidak memenuhi syarat yaitu 6 responden (26,1%)

dan lantai rumah responden kasus yang memenuhi syarat yaitu 17 responden (73,9%).

Sedangkan lantai rumah responden kontrol yang tidak memenuhi syarat yaitu 4 responden

(17,4%) dan lantai rumah responden kontrol yang memenuhi syarat yaitu 19 responden

(80)

(73,9%) dan dinding rumah responden kasus yang memenuhi syarat yaitu 6 responden

(26,1%). Sedangkan dinding rumah responden kontrol yang tidak memenuhi syarat yaitu 7

responden (30,4%) dan dinding rumah responden kontrol yang memenuhi syarat yaitu 16

responden (69,6%).

Pencahayaan rumah responden kasus yang tidak memenuhi syarat yaitu 17 responden

(73,9%) dan pencahayaan rumah responden kasus yang memenuhi syarat yaitu 6 responden

(26,1%). Sedangkan pencahayaan rumah responden kontrol yang tidak memenuhi syarat

yaitu 10 responden (43,5%) dan pencahayaan rumah responden kontrol yang memenuhi

syarat yaitu 13 responden (56,5%).

Suhu di dalam rumah responden kasus yang tidak memenuhi syarat yaitu 8 responden

(34,8) dan suhu rumah responden kasus yang memenuhi syarat yaitu 15 responden (65,2).

Sedangkan suhu rumah responden kontrol yang tidak memenuhi syarat yaitu 5 responden

(21,7%) dan suhu rumah responden kontrol yang memenuhi syarat yaitu 18 responden

(78,3%).

Kelembaban rumah responden kasus yang tidak memenuhi syarat yaitu 13 responden

(56,5%) dan kelembaban rumah responden kasus yang memenuhi syarat yaitu 10 responden

(43,5%). Sedangkan kelembaban rumah responden kontrol yang tidak memenuhi syarat yaitu

6 responden (26,1%) dan kelembaban rumah responden kontrol yang memenuhi syarat yaitu

17 responden (73,9%).

4.2.4 Kebiasaan Penggunaan Arang Panas

Adapun gambaran kebiasaan penggunaan arang panas responden kasus dan kontrol

pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.5 dibawah ini.

(81)

Arang Panas n % n %

Penggunaan ≥ 10 jam / hari

Penggunaan < 10 jam / hari

16

Tabel 4.6 diatas menunjukkan bahwa kebiasaan penggunaan arang panas pada

responden kasus yang memiliki kebiasaan penggunaan arang panas yaitu 18 responden

(78,5%) dan yang tidak memiliki kebiasaan penggunaan arang panas pada responden kasus

yaitu 5 responden (21,7%). Sedangkan yang memiliki kebiasaan penggunaan arang panas

pada responden kontrol yaitu hanya 8 responden (34,8%) dan yang tidak memiliki kebiasaan

penggunaan arang panas yaitu 15 responden (65,2%).

Berdasarkan lama penggunaan arang panas, pada responden kasus dari 18 responden

yang menggunakan arang panas ada sebanyak 17 responden (73,9%) yang menggunakan ≥ 1

bulan dan yang menggunakan arang panas < 1 bulan hanya 1 responden (4,3%). Sedangkan

pada responden kontrol dari 8 yang menggunakan arang panas ada sebanyak 2 responden

(8,7%) yang menggunakan ≥ 1 bulan dan yang menggunakan arang panas < 1 bulan ada 6

responden (26,1%).

Berdasarkan waktu penggunaan arang panas, pada responden kasus dari 18 responden

yang menggunakan arang panas ada sebanyak 16 responden (69,6%) yang menggunakan ≥

10 jam/hari dan yang menggunakan arang panas < 10 jam/ hari hanya 2 responden (8,7%).

(82)

jam/hari ada 6 responden (26,1%).

Berdasarkan tempat penggunaan arang panas, pada responden kasus dari 18

responden yang menggunakan arang panas ada sebanyak 9 responden (39,1%) yang

menggunakan di kamar tidur dan yang menggunakan arang panas di ruangan keluarga ada

sebanyak 9 responden (39,1%). Sedangkan pada responden kontrol dari 8 yang menggunakan

arang panas ada sebanyak 5 responden (21,7%) yang menggunakan di kamar tidur dan yang

menggunakan arang panas di ruang keluarga ada 3 responden (13,0%).

Berdasarkan sumber arang panas, pada responden kasus dari 18 responden yang

menggunakan arang panas ada sebanyak 9 responden (39,1%) yang membuat sendiri arang

tersebut dan ada sebanyak 9 responden (39,1%) yang membeli arang tersebut. Sedangkan

pada responden kontrol dari 8 yang menggunakan arang panas ada sebanyak 1 responden

(4,3%) yang membuat sendiri arang dan ada 7 responden (30,4%) yang membeli arang.

4.3 Analisis Bivariat

Analisis yang digunakan untuk melihat hubungan antara variabel yang diteliti dengan

kejadian pneumonia pada balita. Uji statistik yang digunakan pada analisis ini adalah Chi Square dengan derajat kepercayaan 95% (α = 5%). Berdasarkan uji statistik akan diperoleh

nilai p. Untuk nilai p < 0,05 berarti terdapat hubungan yang bermakna antara variabel yang

diteliti dengan variabel kejadian pneumonia pada balita.

4.3.1 Hubungan Karakteristik Balita dengan Kejadian Pneumonia Pada Balita Di Wilayah Kecamatan Pangaribuan Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2016

Adapun hasil analisis bivariat karakteristik balita dengan kejadian pneumonia pada

(83)

Tabel 4.6 Distribusi Hubungan Karakteristik Balita dengan Kejadian Pneumonia Pada Balita Di Wilayah Kecamatan Pangaribuan Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2016

Karakteristik Balita Kasus Kontrol

P OR 95% CI

responden (66,7%) yang memiliki berat badan lahir < 2500 gram. Sementara itu dari 23 balita

yang sehat terdapat hanya 1 responden (33,3%) yang yang memiliki berat badan lahir < 2500

gram. Hasil analisis dengan menggunakan uji chi-square menunjukkan bahwa tidak terdapat

hubungan yang signifikan antara berat badan lahir dengan kejadian pneumonia pada balita

dengan nilai p-value = 0,550 > 0,05.

Tabel 4.6 diatas menunjukkan bahwa dari 23 balita dengan pneumonia terdapat 14

responden (66,7%) yang memiliki status tidak ASI eksklusif. Sementara itu dari 23 balita

yang sehat terdapat 7 responden (33,3%) yang yang memiliki memiliki status tidak ASI

eksklusif. Hasil analisis dengan menggunakan uji chi-square menunjukkan bahwa terdapat

hubungan yang signifikan antara ASI ekslusif dengan kejadian pneumonia pada balita

dengan nilai p-value = 0,038 < 0,05. Nilai OR = 3,556 (95% CI = 1,049-12,052) hal ini

(84)

sehat.

Tabel 4.6 diatas menunjukkan bahwa dari 23 balita dengan pneumonia terdapat 13

responden (76,5%) yang memiliki status gizi tidak baik. Sementara itu dari 23 balita yang

sehat terdapat 4 responden (23,5%) yang yang memiliki memiliki status gizi tidak baik. Hasil

analisis dengan menggunakan uji chi-square menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang

signifikan antara status gizi dengan kejadian pneumonia pada balita dengan nilai p-value =

0,006 < 0,05. Nilai OR = 6,175 (95% CI = 1,589-23,993) hal ini menunjukkan bahwa resiko

balita yang mengalami kejadian pneumonia dengan status gizi tidak baik adalah sebesar

6,175 kali dibandingkan dengan kelompok responden yang sehat.

Tabel 4.6 diatas menunjukkan bahwa dari 23 balita dengan pneumonia terdapat 17

responden (68,0%) yang memiliki status imunisasi tidak lengkap. Sementara itu dari 23 balita

yang sehat terdapat 8 responden (12,5%) yang yang memiliki memiliki status imunisasi tidak

lengkap. Hasil analisis dengan menggunakan uji chi-square menunjukkan bahwa terdapat

hubungan yang signifikan antara Imunisasi dengan kejadian pneumonia pada balita dengan

nilai p-value = 0,008 < 0,05. Nilai OR = 5,313 (95% CI = 1,498-18,840) hal ini menunjukkan

bahwa resiko balita yang mengalami kejadian pneumonia dengan status imunisasi tidak

lengkap adalah sebesar 5,313 kali dibandingkan dengan kelompok responden yang sehat.

4.3.2 Hubungan Karakteristik Keluarga dengan Kejadian Pneumonia Pada Balita Di Wilayah Kecamatan Pangaribuan Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2016

(85)

Tabel 4.7 Distribusi Hubungan Karakteristik Keluarga dengan Kejadian Pneumonia Pada Balita Di Wilayah Kecamatan Pangaribuan Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2016

Karakteristik Keluarga Kasus Kontrol

P OR 95% CI

(SMA, Perguruan Tinggi)

13

(SMA, Perguruan Tinggi)

14

rendah. Hasil analisis dengan menggunakan uji chi-square menunjukkan bahwa terdapat

hubungan yang signifikan antara penidikan ayah dengan kejadian pneumonia pada balita

dengan nilai p-value = 0,036 < 0,05. Nilai OR = 3,683 (95% CI = 1,062-12,771) hal ini

menunjukkan bahwa resiko balita yang mengalami kejadian pneumonia dengan ayah

berpendidikan rendah adalah sebesar 3,683 kali dibandingkan dengan kelompok responden

yang sehat.

Tabel 4.7 diatas menunjukkan bahwa dari 23 balita dengan pneumonia terdapat 14

responden (60,9%) yang memiliki ibu dengan pendidikan rendah. Sementara itu dari 23 balita

(86)

signifikan antara penidikan ibu dengan kejadian pneumonia pada balita dengan nilai p-value

= 0,038 < 0,05. Nilai OR = 3,556 (95% CI = 1,049-12,052) hal ini menunjukkan bahwa

resiko balita yang mengalami kejadian pneumonia dengan ayah berpendidikan rendah adalah

sebesar 3,683 kali dibandingkan dengan kelompok responden yang sehat.

Tabel 4.7 diatas menunjukkan bahwa dari 23 balita dengan pneumonia terdapat 18

responden (78,3%) yang memiliki orangtua dengan pendapatan tidak sesuai UMK. Sementara

itu dari 23 balita yang sehat terdapat 10 responden (43,5%) yang memiliki orangtua dengan

pendapatan tidak sesuai UMK. Hasil analisis dengan menggunakan uji chi-square

menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pendapatan orangtua dengan

kejadian pneumonia pada balita dengan nilai p-value = 0,016 < 0,05. Nilai OR = 4,680 (95%

CI =1,290-16,983) hal ini menunjukkan bahwa resiko balita yang mengalami kejadian

pneumonia dengan ayah berpendidikan rendah adalah sebesar 4,680 kali dibandingkan

dengan kelompok responden yang sehat.

Tabel 4.7 diatas menunjukkan bahwa dari 23 balita dengan pneumonia terdapat 19

responden (65,5%) yang memiliki anggota keluarga yang merokok dalam rumah. Sementara

itu dari 23 balita yang sehat terdapat 10 responden (34,5%) yang memiliki anggota keluarga

yang merokok dalam rumah. Hasil analisis dengan menggunakan uji chi-square

menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kebiasaan merokok anggota

keluarga dengan kejadian pneumonia pada balita dengan nilai p-value = 0,006 < 0,05. Nilai

OR = 6,175 (95% CI = 1,589-23,993) hal ini menunjukkan bahwa resiko balita yang

mengalami kejadian pneumonia dengan memiliki anggota keluarga yang meroko dalam

(87)

4.3.3 Hubungan Karakteristik Rumah dengan Kejadian Kejadian Pneumonia Pada Balita Di Wilayah Kecamatan Pangaribuan Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2016

Adapun hasil analisis bivariat karakteristik rumah dengan kejadian pneumonia pada

balita adalah sebagai berikut.

Tabel 4.8 Distribusi Hubungan Karakteristik Rumah dengan Kejadian Kejadian Pneumonia Pada Balita Di Wilayah Kecamatan Pangaribuan Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2016

Karakteristik Rumah Kasus Kontrol

P OR 95% CI

n % n %

Kepadatan Hunian Tidak memenuhi syarat Memenuhi syarat

Tidak memenuhi syarat Memenuhi syarat Tidak memenuhi syarat Memenuhi syarat

Tidak memenuhi syarat Memenuhi syarat

Tidak memenuhi syarat Memenuhi syarat

Tidak memenuhi syarat Memenuhi syarat

Tidak memenuhi syarat Memenuhi syarat

(88)

responden (66,7%) dengan kepadatan hunian tidak memenuhi syarat. Sementara itu dari 23

responden yang sehat terdapat hanya 8 responden (33,3%) dengan kepadatan hunian tidak

memenuhi syarat. Hasil analisis dengan menggunakan uji chi-square menunjukkan bahwa

terdapat hubungan yang signifikan antara kepadatan hunian dengan kejadian pneumonia pada

balita dengan nilai p-value = 0,018 < 0,05. Nilai OR = 4,286 (95% CI = 1,246-14,735) hal ini

menunjukkan bahwa resiko balita yang mengalami kejadian pneumonia dengan kepadatan

hunian tidak memenuhi syarat adalah sebesar 4,286 kali dibandingkan dengan kelompok

responden yang sehat.

Tabel 4.8 diatas menunjukkan bahwa dari 23 balita dengan pneumonia terdapat 19

responden (65,5%) dengan ventilasi tidak memenuhi syarat. Sementara itu dari 23 responden

yang sehat terdapat hanya 10 responden (34,5%) dengan kepadatan hunian tidak memenuhi

syarat. Hasil analisis dengan menggunakan uji chi-square menunjukkan bahwa terdapat

hubungan yang signifikan antara ventilasi rumah dengan kejadian pneumonia pada balita

dengan nilai p-value = 0,006 < 0,05. Nilai OR = 6,175 (95% CI = 1,589-23,993) hal ini

menunjukkan bahwa resiko balita yang mengalami kejadian pneumonia dengan ventilasi

rumah tidak memenuhi syarat adalah sebesar 6,175 kali dibandingkan dengan kelompok

responden yang sehat.

Tabel 4.8 diatas menunjukkan bahwa dari 23 balita dengan pneumonia terdapat 14

responden (70,0%) dengan jenis langit-langit rumah tidak memenuhi syarat. Sementara itu

dari 23 responden yang sehat terdapat hanya 6 responden (30,0%) dengan jenis langit-langit

rumah tidak memenuhi syarat. Hasil analisis dengan menggunakan uji chi-square

menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara ventilasi rumah dengan

Gambar

Gambar Lampiran 1. Wawancara Bersama Salah Satu Responden
Gambar Lampiran 2. Pengukuran Pencahayaan Dengan Alat Lux Meter Di Rumah Salah Satu Responden
Gambar Lampiran 4. Keadaan Rumah Salah Satu Responden
Gambar Lampiran 5. Keadaan Rumah Salah Satu Responden
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari referensi diatas, peneliti tertarik untuk meneliti tentang apakah ada hubungan antara karakteristik rumah dengan kejadian ISPA pada balita dalam keluarga perokok

Rekapitulasi Hasil Penelitian Hubungan Status Gizi Dengan Kejadian Pneumonia Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Pedan Klaten. Hasil

Hubungan Kebiasaan Merokok Anggota Keluarga Dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut Pada Balita di Puskesmas Ajung Kabupaten Jember; Rendy Zulfikar

Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hasil penelitian dari Achmad tentang beberapa faktor yang berhubungan dengan kejadian pneumonia pada bayi dan balita umur 2 bulan

FAKTOR RISIKO KEJADIAN PNEUMONIA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ULAK KARANG PADANG TAHUN 2014.. ix + 82 halaman, 21 tabel, 9 gambar,

Dari referensi diatas, peneliti tertarik untuk meneliti tentang apakah ada hubungan antara karakteristik rumah dengan kejadian ISPA pada balita dalam keluarga perokok

Faktor karakteristik balita dan perilaku keluarga terhadap kejadian ISPA

2019 “Hubungan Kondisi Fisik Rumah Dengan Kejadian Pneumonia Pada Balita Di Daerah Perkotaan (Studi Di Wilayah Kerja Puskesmas Bergas),” Jurnal Kesehatan