Yuwono, T A.,2008. Faktor – Faktor Lingkungan Fisik Rumah Yang Berhubungan Dengan Kejadian Pneumonia Pada Anak Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Kawunganten Kabupaten Cilacap. Universitas Diponegoro Semarang.
KUESIONER PENELITIAN
HUBUNGAN KEBIASAAN PENGGUNAAN ARANG PANAS, KARAKTERISTIK RUMAH, KELUARGA DAN BALITA UMUR 0-4 TAHUN TERHADAP KEJADIAN PNEUMONIA PADA BALITA DI WILAYAH KECAMATAN
PANGARIBUAN KABUPATEN TAPANULI UTARA TAHUN 2016
PEWAWANCARA
Pertama : Perkenalkan diri
Kedua : Menjelaskan kunjungan dan wawancara
Ketiga : Pertanyaan diajukan secara perlahan, jelas dan dengan sikap yang baik dan Sopan
I. DATA UMUM
1. Hari/ Tanggal Wawancara : 2. Nomor Urut Responden :
3. Kategori Responden : 1. Kasus 2.Kontrol
II. IDENTITAS IBU/BAPAK BALITA
1. Nama Bapak/Ibu : ……….
2. Alamat : ……….
III. KARAKTERISTIK KELUARGA
1. Pendidikan Terakhir : 1. Tidak Sekolah 4. SMA/SMK
2. SD 5. Perguruan Tinggi 3. SMP
A. Bapak B. Ibu
2. Pendapatan : 1. Pendapatan < Rp. 1.653.000,- 2. Pendapatan > Rp. 1.653.000,- A. Bapak
B. Ibu
IV. IDENTITAS BALITA
Nama Balita : ………. Umur : ………
Berat Badan : ………...
V. KARAKTERISTIK BALITA
1. Jenis Kelamin : 1. Laki-Laki 2. Perempuan
2. Berapakah Berat Badan anak anda pada saat lahir ? ... Gram 1. < 2500 gr
2. ≥ 2500 gr
3. Apakah anak anda mendapat ASI eksklusif sejak lahir sampai usia 6 bulan tanpa diberi makanan tambahan? 1.Tidak 2.Ya
4. Apakah anak anda telah mendapatkan imunisasi ini :
1. BCG 1. Ya 2. Tidak 2. Polio (1) 1. Ya 2. Tidak 3. Polio (2) 1. Ya 2. Tidak 4. Polio (3) 1. Ya 2. Tidak 5. Polio (4) 1. Ya 2. Tidak 6. DPT (1) 1. Ya 2. Tidak 7. DPT (2) 1. Ya 2. Tidak 8. DPT (3) 1. Ya 2. Tidak 9. Campak 1. Ya 2. Tidak 10. Hepatitis B (1) 1. Ya 2. Tidak 11. Hepatitis B (2) 1. Ya 2. Tidak 12. Hepatitis B (1) 1. Ya 2. Tidak
V. KARAKTERISTIK RUMAH
No Komponen Yang Nilai
Kriteria Penilaian Kategori
1 Kepadatan hunian a. Luas ruangan > 8m 2 untuk 2 orang
MS
b. Luas ruangan < 8 m 2
untuk 2 orang
TMS
2 Ventilasi a. Luas ventilasi > 10% luas lantai
MS
b. Luas ventilasi < 10% luas lantai
TMS
c. Tidak ada TMS
3 Jenis langit-langit a. Triplek MS
b. Asbes TM
c. Tidak ada TMS
4 Jenis lantai a. Diplester/ubin/keramik MS
b. Papan TMS
c. Tanah TMS
5 Jenis dinding a. Tembok/triplek MS
b. Papan/ anyaman bambu TMS
6 Pencahayaan a. > 60 Lux MS
b. < 60 Lux TMS
7 Suhu a. 18-300C MS
b. > 300C TMS
8 Kelembapan a. 40-70% MS
b. > 70% TMS
Tambahan Informasi :
4. Berapa anggota keluarga yang berada di ruang tidur?
4. Apakah setiap hari Bapak/Ibu membersihkan lantai rumah ibu? (menyapu, mengepel)
a. Ya b. Tidak
6. Apakah setiap hari Bapak/Ibu membersihkan langit-langit rumah ibu?
a. Ya b. Tidak
7. Apakah cahaya alami dapat masuk kedalam rumah jika siang hari?
a. Ya b. Tidak
8. Berapa orang anggota keluarga yang merokok di dalam rumah?
VI. KEBIASAAN PENGGUNAAN ARANG PANAS
1. Apakah ibu menggunakan arang panas pasca melahirkan?
2. Apakah anak ibu berada ditempat yang sama saat menggunakan arang panas?
3. Sampai berapa lama penggunaan arang panas tersebut?
4. Dimana ibu menggunakan arang panas tersebut?
5. Dari mana sumber arang yang digunakan?
Keterangan :
KR : Kategori Responden UMB : Umur Balita
JKB : Jenis Kelamin Balita BBLB : Berat Badan Lahir Balita SASI : Statusi ASI Eksklusif
SIMB : Status Imunisasi Balita PDKA : Pendidikan Ayah PDKI : Pendidikan Ibu
PDTO : Pendapatan Orang Tua KM : Kebiasaan Merokok
25 Rein/Elvina
KPAP : Kebiasaan Penggunaan Arang Panas
LPAP : Lama Penggunaan Arang Panas
WPAP : Waktu Penggunaan Arang Panas
TPAP : Tempat Penggunaan Arang Panas
PRINT OUT DATA SPSS 1. Data Univariat
A. Karakteristik Balita Responden Kelompok Kasus dan Kontrol Kejadian Pneumonia Pada Balita
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Kasus 23 100.0 100.0 100.0
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Kontrol 23 100.0 100.0 100.0
Umur Balita Responden Kasus
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Umur <1 Tahun 10 43.5 43.5 43.5
Umur 1-4 Tahun 13 56.5 56.5 100.0 Total 23 100.0 100.0
Umur Balita Responden Kontrol
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Umur <1 Tahun 10 43.5 43.5 43.5
Umur 1-4 Tahun 13 56.5 56.5 100.0 Total 23 100.0 100.0
Jenis Kelamin Balita Responden Kasus
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Laki-Laki 12 52.2 52.2 52.2
Perempuan 11 47.8 47.8 100.0 Total 23 100.0 100.0
Jenis Kelamin Balita Responden Kontrol
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Laki-Laki 12 52.2 52.2 52.2
132
Berat Badan Lahir Balita Responden Kasus
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Berat Badan Lahir
< 2500 gram 2 8.7 8.7 8.7 Berat Badan Lahir
>= 2500 gram 21 91.3 91.3 100.0 Total 23 100.0 100.0
Berat Badan Lahir Balita Responden Kontrol
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Berat Badan Lahir
< 2500 gram 1 4.3 4.3 4.3 Berat Badan Lahir
>= 2500 gram 22 95.7 95.7 100.0 Total 23 100.0 100.0
Status ASI Eksklusif Responden Kasus
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Tidak ASI Eksklusif 14 60.9 60.9 60.9 ASI Eksklusif 9 39.1 39.1 100.0 Total 23 100.0 100.0
Status ASI Eksklusif Responden Kontrol
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent Valid Tidak ASI Eksklusif 7 30.4 30.4 30.4
ASI Eksklusif 16 69.6 69.6 100.0 Total 23 100.0 100.0
Status Gizi Balita Responden Kasus
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent Valid Status Gizi Tidak Baik 13 56.5 56.5 56.5
Status Gizi Balita Responden Kontrol
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent Valid Status Gizi Tidak Baik 4 17.4 17.4 17.4
Status Gizi Baik 19 82.6 82.6 100.0 Total 23 100.0 100.0
Status Imunisasi Balita Responden Kasus
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent Valid Imunisasi Tidak Lengkap 17 73.9 73.9 73.9
Imunisasi Lengkap 6 26.1 26.1 100.0 Total 23 100.0 100.0
Status Imunisasi Balita Responden Kontrol
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent Valid Imunisasi Tidak Lengkap 8 34.8 34.8 34.8
Imunisasi Lengkap 15 65.2 65.2 100.0 Total 23 100.0 100.0
B. Karakteristik Keluarga Responden Kelompok Kasus dan Kontrol
Pendidikan Ayah Responden Kasus
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent Valid Pendidikan Rendah (Tidak
Sekolah, SD,SMP) 13 56.5 56.5 56.5 Pendiddikan Tinggi (SMA,
134
Pendidikan Ayah Responden Kontrol
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent Valid Pendidikan Rendah (Tidak
Sekolah, SD,SMP) 6 26.1 26.1 26.1 Pendiddikan Tinggi (SMA,
Perguruan Tinggi) 17 73.9 73.9 100.0 Total 23 100.0 100.0
Pendidikan Ibu Responden Kasus
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent Valid Pendidikan Rendah (Tidak
Sekolah, SD,SMP) 14 60.9 60.9 60.9 Pendiddikan Tinggi (SMA,
Perguruan Tinggi) 9 39.1 39.1 100.0 Total 23 100.0 100.0
Pendidikan Ibu Responden Kontrol
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent Valid Pendidikan Rendah (Tidak
Sekolah, SD,SMP) 7 30.4 30.4 30.4 Pendiddikan Tinggi (SMA,
Perguruan Tinggi) 16 69.6 69.6 100.0 Total 23 100.0 100.0
Pendapatan Orangtua Responden Kasus
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent Valid Tidak Sesuai UMK 18 78.3 78.3 78.3
Pendapatan Orangtua Responden Kontrol
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent Valid Tidak Sesuai UMK 10 43.5 43.5 43.5
Sesuai UMK 13 56.5 56.5 100.0 Total 23 100.0 100.0
Kebiasaan Merokok Keluarga Responden Kasus
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Ada Yang Merokok
Dalam Rumah 19 82.6 82.6 82.6 Tidak Ada Yang
Merokok Dalam Rumah 4 17.4 17.4 100.0 Total 23 100.0 100.0
Kebiasaan Merokok Keluarga Responden Kontrol
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Ada Yang Merokok
Dalam Rumah 10 43.5 43.5 43.5 Tidak Ada Yang
136
C. Karakteristik Rumah Responden Kelompok Kasus dan Kontrol Kepadatan Hunian Responden Kasus
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent Valid Tidak Memenuhi Syarat 16 69.6 69.6 69.6
Memenuhi Syarat 7 30.4 30.4 100.0 Total 23 100.0 100.0
Kepadatan Hunian Responden Kontrol
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent Valid Tidak Memenuhi Syarat 8 34.8 34.8 34.8
Memenuhi Syarat 15 65.2 65.2 100.0 Total 23 100.0 100.0
Ventilasi Responden Kasus
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent Valid Tidak Memenuhi Syarat 19 82.6 82.6 82.6
Memenuhi Syarat 4 17.4 17.4 100.0 Total 23 100.0 100.0
Ventilasi Responden Kontrol
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent Valid Tidak Memenuhi
Jenis Langit-Langit Responden Kasus
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent Valid Tidak Memenuhi Syarat 17 73.9 73.9 73.9
138
Jenis Dinding Responden Kontrol
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent Valid Tidak Memenuhi Syarat 5 21.7 21.7 21.7
Kelembaban Responden Kasus
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent Valid Tidak Memenuhi Syarat 13 56.5 56.5 56.5
Memenuhi Syarat 10 43.5 43.5 100.0 Total 23 100.0 100.0
Kelembaban Responden Kontrol
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent Valid Tidak Memenuhi Syarat 6 26.1 26.1 26.1
Memenuhi Syarat 17 73.9 73.9 100.0 Total 23 100.0 100.0
D. Kebiasaan Penggunaan Arang Panas Responden Kelompok Kasus dan Kontrol
Kebiasaan Penggunaan Arang Panas Responden Kasus
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Ya 18 78.3 78.3 78.3
Tidak 5 21.7 21.7 100.0 Total 23 100.0 100.0
Kebiasaan Penggunaan Arang Panas Responden Kontrol
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Ya 8 34.8 34.8 34.8
Tidak 15 65.2 65.2 100.0 Total 23 100.0 100.0
Lama Penggunaan Arang Panas Responden Kasus
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent Valid Tidak Menggunakan Arang
Panas 5 21.7 21.7 21.7
140
Lama Penggunaan Arang Panas Responden Kontrol
Frequency Percent
Valid
Percent Cumulative Percent Valid Tidak Menggunakan Arang
Panas 15 65.2 65.2 65.2 Penggunaan >= 1 Bulan 2 8.7 8.7 73.9 Penggunaan < 1 Bulan 6 26.1 26.1 100.0 Total 23 100.0 100.0
Waktu Penggunaan Arang Panas Responden Kasus
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent Valid Tidak Menggunakan Arang
Panas 5 21.7 21.7 21.7
Lama >= 10 Jam 16 69.6 69.6 91.3 Lama < 10 Jam 2 8.7 8.7 100.0 Total 23 100.0 100.0
Waktu Penggunaan Arang Panas Responden Kontrol
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent Valid Tidak Menggunakan Arang
Panas 15 65.2 65.2 65.2 Lama >= 10 Jam 2 8.7 8.7 73.9 Lama < 10 Jam 6 26.1 26.1 100.0 Total 23 100.0 100.0
Tempat Penggunaan Arang Panas Responden Kasus
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent Valid Tidak Menggunakan Arang
Panas 5 21.7 21.7 21.7
Tempat Penggunaan Arang Panas Responden Kontrol
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent Valid Tidak Menggunakan Arang
Panas 15 65.2 65.2 65.2 Kamar Tidur 5 21.7 21.7 87.0 Ruang Keluarga 3 13.0 13.0 100.0 Total 23 100.0 100.0
Sumber Arang Panas Responden Kasus
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent Valid Tidak Menggunakan Arang
Panas 5 21.7 21.7 21.7
Dibuat Sendiri 9 39.1 39.1 60.9 Dibeli dari Pasar 9 39.1 39.1 100.0 Total 23 100.0 100.0
Sumber Arang Panas Responden Kontrol
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent alid Tidak Menggunakan Arang
142
Data Bivariat
A. Karakteristik Balita Responden Kasus dan Kontrol
Berat Badan Lahir Balita * Kejadian Pneumonia Pada Balita Crosstabulation
Kejadian Pneumonia
Linear-by-Linear Association .349 1 .555 N of Valid Cases 46
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.50. b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval Lower Upper Odds Ratio for Berat Badan Lahir
Kejadian Pneumonia
Continuity Correctionb 3.154 1 .076
Likelihood Ratio 4.365 1 .037
Fisher's Exact Test .075 .037 Linear-by-Linear
Association 4.200 1 .040 N of Valid Cases 46
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10.50. b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval Lower Upper Odds Ratio for Status ASI
144
Status Imunisasi Balita * Kejadian Pneumonia Pada Balita Crosstabulation
Kejadian Pneumonia
Continuity Correctionb 5.608 1 .018
Likelihood Ratio 7.299 1 .007
Fisher's Exact Test .017 .008 Linear-by-Linear
Association 6.943 1 .008 N of Valid Cases 46
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10.50. b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval Lower Upper Odds Ratio for Status Imunisasi
B. Karakteristik Keluarga Responden Kasus dan Kontrol
Pendidikan Ayah * Kejadian Pneumonia Pada Balita Crosstabulation
Kejadian Pneumonia
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9.50. b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval Lower Upper Odds Ratio for Pendidikan Ayah
146
Pendidikan Ibu * Kejadian Pneumonia Pada Balita Crosstabulation
Kejadian Pneumonia
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10.50. b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval Lower Upper Odds Ratio for Pendidikan Ibu
(Pendidikan Rendah (Tidak Sekolah, SD,SMP) / Pendiddikan Tinggi (SMA, Perguruan Tinggi))
3.556 1.049 12.052 For cohort Kejadian Pneumonia Pada
Balita = Kasus 1.852 1.012 3.387 For cohort Kejadian Pneumonia Pada
Pendapatan Orangtua * Kejadian Pneumonia Pada Balita Crosstabulation
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9.00. b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval Lower Upper Odds Ratio for Pendapatan
148
Pengetahuan Orangtua * Kejadian Pneumonia Pada Balita Crosstabulation
Kejadian Pneumonia Pada
Pneumonia Pada Balita 100.0% 100.0% 100.0% % of Total 50.0% 50.0% 100.0%
Continuity Correctionb 3.359 1 .067
Likelihood Ratio 4.676 1 .031
Fisher's Exact Test .065 .033 Linear-by-Linear
Association 4.473 1 .034 N of Valid Cases 46
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8.50. b. Computed only for a 2x2 table
Kebiasaan Merokok * Kejadian Pneumonia Pada Balita Crosstabulation
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8.50. b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval Lower Upper Odds Ratio for Kebiasaan Merokok
150
C. Karakteristik Rumah Responden Kasus dan Kontrol
Kepadatan Hunian * Kejadian Pneumonia Pada Balita Crosstabulation
Kejadian Pneumonia
Continuity Correctionb 4.269 1 .039
Likelihood Ratio 5.695 1 .017
Fisher's Exact Test .038 .019 Linear-by-Linear
Association 5.455 1 .020 N of Valid Cases 46
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11.00. b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval Lower Upper Odds Ratio for Kepadatan Hunian
Ventilasi * Kejadian Pneumonia Pada Balita Crosstabulation
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8.50. b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval Lower Upper Odds Ratio for Ventilasi (Tidak
152
Jenis Langit-Langit * Kejadian Pneumonia Pada Balita Crosstabulation
Kejadian Pneumonia
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10.00. b. Computed only for a 2x2 table
Jenis Lantai * Kejadian Pneumonia Pada Balita Crosstabulation
Continuity Correctionb .128 1 .721
Likelihood Ratio .514 1 .473
Fisher's Exact Test .722 .361 Linear-by-Linear
Association .500 1 .480 N of Valid Cases 46
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.00. b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval Lower Upper Odds Ratio for Jenis Lantai (Tidak
154
Jenis Dinding * Kejadian Pneumonia Pada Balita Crosstabulation
Kejadian Pneumonia Pada
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11.00. b. Computed only for a 2x2 table
Pencahayaan * Kejadian Pneumonia Pada Balita Crosstabulation
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9.50. b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval Lower Upper Odds Ratio for Pencahayaan (Tidak
Memenuhi Syarat / Memenuhi Syarat)
3.683 1.062 12.771 For cohort Kejadian Pneumonia Pada
Balita = Kasus 1.994 .968 4.106 For cohort Kejadian Pneumonia Pada
156
Suhu * Kejadian Pneumonia Pada Balita Crosstabulation
Kejadian Pneumonia Pada
Pneumonia Pada Balita 100.0% 100.0% 100.0% % of Total 50.0% 50.0% 100.0%
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.50. b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval Lower Upper Odds Ratio for Suhu (Tidak
Kelembaban * Kejadian Pneumonia Pada Balita Crosstabulation
Continuity Correctionb 3.228 1 .072
Likelihood Ratio 4.476 1 .034
Fisher's Exact Test .071 .036 Linear-by-Linear
Association 4.298 1 .038 N of Valid Cases 46
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9.50. b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval Lower Upper Odds Ratio for Kelembaban (Tidak
Memenuhi Syarat / Memenuhi Syarat)
3.683 1.062 12.771 For cohort Kejadian Pneumonia
Pada Balita = Kasus 1.847 1.035 3.296 r cohort Kejadian Pneumonia Pada
158
D. Kebiasaan Penggunaan Arang Panas Responden Kasus dan Kontrol Kebiasaan Penggunaan Arang Panas * Kejadian Pneumonia Pada Balita Crosstabulation
Kejadian Pneumonia Pada
Pneumonia Pada Balita 100.0% 100.0% 100.0% % of Total 50.0% 50.0% 100.0%
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10.00. b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval Lower Upper Odds Ratio for Kebiasaan Penggunaan
Arang Panas (Ya / Tidak) 6.750 1.820 25.035 For cohort Kejadian Pneumonia Pada Balita
= Kasus 2.769 1.243 6.170 For cohort Kejadian Pneumonia Pada Balita
Status Gizi Balita * Kejadian Pneumonia Pada Balita Crosstabulation
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8.50. b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval Lower Upper Odds Ratio for Status Gizi
Balita (Status Gizi Tidak Baik / Status Gizi Baik)
160
DOKUMENTASI PENELITIAN
162
164
Gambar Lampiran 6. Wawancara Dengan Salah Satu Responden
166
Gambar Lampiran 10. Jenis Lantai dan Jenis Dinding Salah Satu Responden
168
Gambar Lampiran 13. Jenis Lantai Salah Satu Responden
170
Gambar Lampiran 15. Wawancara Bersama Salah Satu Responden
172
174
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional analitik dengan desain
case control study untuk mengetahui hubungan kebiasaan penggunaan arang
panas , karakteristik rumah, keluarga, dan balita terhadap kejadian pneumonia
pada balita umur 0-4 tahun di Kecamatan Pangaribuan Kabupaten Tapanuli Utara
tahun 2016. Rancangan penelitian case control study, yaitu suatu penelitian
survey analitik yang menyangkut bagaimana faktor risiko dipelajari dengan
pendekatan retrospektif, dimana status kesehatan diidentifikasi terlebih dahulu
baru kemudian faktor resiko diidentifikasi adanya atau pengaruhnya pada masa
lalu. Dimana peneliti membandingkan derajat keterpaparan antara yang menderita
penyakit pneumonia (kasus) dengan yang tidak menderita penyakit pneumonia
(kontrol).
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di wilayah Kecamatan Pangaribuan Kabupaten
Tapanuli Utara tahun 2016. Adapun dipilihnya lokasi tersebut adalah:
1. Terdapatnya kasus pneumonia pada balita umur 0-4 tahun di Kecamatan
Pangaribuan Kabupaten Tapanuli Utara tahun 2016.
3. Status pendidikan dan penghasilan yang masih rendah di wilayah tersebut.
4. Pada wilayah tersebut cakupan pencapaian ASI ekslusif masih rendah yaitu
23,1 %.
5. Adanya balita yang status gizinya kurang yaitu 11,1 %.
6. Adanya balita yang tidak imunisasi lengkap sebanyak 19 % di wilayah
tersebut.
7. Adanya kebiasaan penggunaan arang panas di daerah tersebut.
3.2.2. Waktu Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan pada bulan April 2016 sampai dengan Juni
2016.
3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi
a. Populasi Kasus
Populasi kasus dalam penelitian ini adalah semua balita umur 0 – 4 tahun
yang tercatat sebagai penderita pneumonia berdasarkan rekam medis di
Puskesmas Kecamatan Pangaribuan, mulai dari bulan Januari 2014 - Februari
2016 sebesar 45 balita.
b. Populasi Kontrol
Populasi kontrol dalam penelitian ini adalah balita umur 0 – 4 tahun yang
terdapat di daerah populasi sampel yang tidak terdaftar sebagai penderita
3.3.2 Sampel
Jumlah kasus pneumonia pada balita umur 0 – 4 tahun berdasarkan data
rekam medis Puskesmas di Kecamatan Pangaribuan, mulai dari bulan Januari
2014 - Februari 2016 yaitu sebanyak 45 balita.
Adapun besar sampel dihitung dengan rumus sebagai berikut
(Sastroasmoro, 2008):
Keterangan :
n1 = n2 : Jumlah kasus dan kontrol
P1 : Proporsi paparan pada kelompok kasus
P1 = P1 = = 0,70
P2 : Proporsi kasus pada kelompok tidak terpapar = 0,3
P : ½ (P1 +P2), sehingga P = 0,5
Q : 1- P = 1-0,5 = 0,5
Zα : untuk tingkat kemaknaan 0,05 = 1,96
Zβ : untuk power sebesar 80% = 0,84
OR : 5,5
Berdasarkan rumus diatas maka besar sampel dapat dihitung sebagai
berikur :
Berdasarkan perhitungan diatas didapatkan jumlah sampel keseluruhan
yang dibutuhkan adalah 46 sampel yang terdiri dari 23 kasus dan 23 kontrol,
dengan metode simple random sampling.
3.3.3 Kriteria Kasus dan Kontrol
1. Kriteria Kasus
1) Kriteria Inklusi
a.Balita berada dirumah/tempat tinggal yang sama mulai dari ia lahir sampai
pada penelitian berlangsung.
b. Balita (responden) berusia 0-4 tahun.
c.Bertempat tinggal di wilayah Kecamatan Pangaribuan.
2) Kriteria Eksklusi
a.Balita tidak berada dirumah/tempat tinggal yang sama mulai dari ia lahir
sampai pada penelitian berlangsung (rumah responden berubah-ubah).
b. Meninggal dunia, dalam keadaan sakit atau tidak bisa ditemui.
2. Kriteria Kontrol
1) Kriteria Inklusi
a.Balita berada dirumah/tempat tinggal yang sama mulai dari ia lahir sampai
pada penelitian berlangsung.
b. Memiliki usia, jenis kelamin yang sama dengan kelompok kasus atau
kriteria kontrol matching dengan kasus.
2) Kriteria Eksklusi
a.Balita tidak berada dirumah/tempat tinggal yang sama mulai dari ia lahir
sampai pada penelitian berlangsung ( rumah responden berubah-ubah)
b. Dalam keadaan sakit atau tidak bisa ditemui.
3. Kriteria Pencocokan (Matching)
Pencocokan (matching) terdiri dari jenis kelamin (kelompok kasus dan
kontrol berdasarkan jenis kelamin yaitu laki-laki dan perempuan) dan umur
(kelompok kasus dan kontrol berdasarkan usia 0 < 1 Tahun dan 1-4 Tahun).
3.4 Teknik Pengambilan Sampel
Metode sampling yang digunakan adalah sampel secara acak (random)
yang dalam literatur inggris disebut random sampling atau probability sampling,
dengan metode ini sebuah sampel diambil sedemikian rupa sehingga setiap unit
penelitian dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai
sampel.
3.5 Metode Pengumpulan Data 3.5.1 Data Primer
Data yang dikumpulkan dan diperoleh dari hasil penelitian melalui
wawancara dan observasi kepada orangtua dari balita penderita pneumonia
a. Karakteristik balita : umur, jenis kelamin, berat badan lahir, imunisasi, ASI
ekslusif, status gizi.
b. Karakteristik keluarga : pendidikan orang tua, pendapatan orangtua dan
kebiasaan merokok keluarga.
c. Karakteristik rumah: kepadatan hunian, ventilasi, jenis lantai, jenis dinding,
jenis langit-langit, pencahayaan, kelembaban, suhu yang dilakukan dengan
melakukan observasi, pengukuran dan kemudian menilai persyaratan untuk
masing-masing objek yang diteliti, dengan menggunakan Kepmenkes no. 829
tahun 1999.
d. Kebiasaan penggunaan arang panas.
3.5.2. Data Sekunder
Data sekunder yang digunakan adalah data rekam medis Puskesmas di
Kecamatan Pangaribuan mengenai data penyakit pneumonia pada golongan balita
umur 0 – 4 tahun pada periode januari 2014 - februari 2016 yang diperoleh dari
Puskesmas di Kecamatan Pangaribuan.
3.6 Variabel dan Definisi Operasional 3.6.1 Variabel Penelitian
Variabel independen dalam penelitian ini adalah karakteristik rumah,
keluarga, balita dan kebiasaan penggunaan arang panas. Variabel dependen dalam
penelitian ini adalah kejadian pneumonia. Faktor karakteristik balita merupakan
variabel pendukung penyebab kejadian pneumonia. Faktor karaketristik keluarga
observasi karakteristik rumah merupakan variabel pendukung penyebab kejadian
pneumonia. Kebiasaan penggunaan arang panas merupakan variabel pendukung
penyebab kejadian pneumonia.
3.6.2 Definisi Operasional
1. Kejadian pneumonia adalah balita 0-4 tahun penderita pneumonia yang di
diagnosa secara klinis dinyatakan menderita pneumonia berdasarkan data di
puskesmas Kecamatan Pangaribuan mulai januari 2014 - februari 2016.
2. Karakteristik balita adalah keadaan dari responden balita yang terdiri dari
umur, jenis kelamin, berat badan lahir, ASI ekslusif, status gizi, imunisasi.
3. Umur adalah lama hidup seseorang dari mulai lahir sampai ulang tahun
terakhir.
4. Jenis kelamin adalah seseorang yang dibedakan antara laki-laki dan
perempuan secara biologis.
5. Berat badan lahir adalah ukuran tubuh yang diukur dengan skala kg saat baru
lahir.
6. Status ASI eksklusif adalah pemberian ASI pada anak sedini mungkin pada
saat lahir sampai berumur 6 bulan, tanpa pemberian makanan dan minuman
lain.
7. Status gizi adalah suatu kondisi tubuh seseorang akibat dari keseimbangan
antara konsumsi dan penyerapan gizi. Dalam hal ini keadaan gizi anak balita
dilakukan dengan pengukuran antropometri berdasarkan berat badan menurut
8. Status imunisasi adalah status pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu
penyakit yang diberikan pada anak. Dimana jenis imunisasi yang sudah
didapatkan oleh anak sesuai dengan batas waktu pemberian usia anak tersebut
dan frekuensi mendapatkannya.
9. Karakteristik keluarga adalah ciri-ciri khas yang dimiliki oleh masing-masing
rumah tangga, seperti pengetahuan orang tua dan kebiasaan merokok
keluarga.
10.Pendidikan keluarga adalah jenjang pendidikan formal terkakhir yang
ditamatkan keluarga (orang tua balita).
11.Pendapatan keluarga adalah jumlah penghasilan keluarga (orang tua balita)
dalam satu bulan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, yang diukur
dalam satuan rupiah.
12.Kebiasaan merokok adalah adanya penghuni rumah yang melakukan pola
hidup dengan menghisap rokok di dalam rumah.
13.Karakteristik rumah adalah hal-hal yang terdapat pada rumah yang dapat
mempengaruhi kesehatan terdiri dari kepadatan hunian, ventilasi, jenis lantai,
jenis dinding, jenis langi-langit, pencahayaan, suhu dan kelembaban..
14.Kepadatan hunian adalah banyaknya jumlah penghuni dalam satu rumah. Dan
ditetapkan luas ruang tidur minimal 8 meter persegi, dan tidak dianjurkan
digunakan lebih dari 2 orang (Permenkes No. 829/ Menkes/ SK/II/1999).
15.Ventilasi adalah pergerakan udara masuk ke dalam dan keluar dari ruangan
tertutup. Dan ditetapkan luas penghawaan atau ventilasi yang permanen
16.Jenis lantai adalah jenis bagian alas/dasar suatu ruangan yang sebaiknya
memiliki kondisi kedap air, terbuat dari bahan yang cukup keras, kuat, rata
dan mudah dibersihkan.
17.Jenis dinding adalah jenis penyekat untuk memisahkan suatu ruangan dengan
ruangan lain ataupun bagian dalam ruangan dengan luar ruangan.
18.Jenis langit-langit adalah jenis penutup bagian atas ruangan dibawah atap,
yang memisahkan ruangan dengan atap rumah.
19.Pencahayaan adalah keadaan penerangan dalam ruangan baik bersumber alami
maupun buatan yaitu terang dan tidak silau sehingga dapat digunakan dengan
membaca dengan normal.
20.Kelembaban adalah keadaan uap air yang terdapat pada udara dalam ruangan
yang diperoleh dari hasil pengukuran.
21.Suhu adalah ukuran keadaan dingin atau panas yang diperoleh dari hasil
pengukuran suatu ruangan yang dinyatakan dalam 0C.
22.Kebiasaan penggunaan arang panas adalah sesuatu yang dikerjakan
menggunakan arang yang dipanaskan yang dipercayai oleh masyarakat dapat
bermanfaat memperlancar aliran darah ibu, mempercepat keluarnya darah
3.7 Aspek Pengukuran
Adapun variabel yang diukur adalah sebagai berikut:
A. . Karakteristik Balita
1) Umur
Alat ukur : kuesioner
Cara ukur : wawancara
Hasil ukur : 1. Usia < 1 Tahun
2. 1 – 4 Tahun
2) Jenis Kelamin
Alat ukur : kuesioner
Cara ukur : wawancara
Hasil Ukur : 1. Laki-laki
2. Perempuan
3) Berat Badan Lahir
Alat ukur : kuesioner
Cara ukur : wawancara
Hasil Ukur : 1. Berat bayi lahir < 2500 gram
2. Berat bayi lahir ≥ 2500 gram
4) ASI Ekslusif
Alat ukur : kuesioner
Hasil ukur :
1. Tidak ASI Ekslusif
2. ASI Eksklusif (anak mendapat ASI saja sebagai makanan sampai usia 6
bulan)
5) Status Gizi
Alat ukur : timbangan berat badan (balita)
Cara ukur :dilakukan pengukuran berat bayi dengan timbangan berat badan,
lalu dilakukan pengukuran status gizi berdasarkan (BB/U) dengan
penghitungan pada rumus yang ditetapkan berdasarkan pedoman dari WHO,
dan hasil penghitungan dapat dibedakan atas:
1. Gizi lebih (Z-Score > 2,0 SD)
2. Gizi baik (Z-Score, -2,0 SD ≤ Z ≤ 2,0 SD)
3. Gizi kurang (Z-Score < -2,0 SD)
4. Gizi buruk (Z-Score < -3,0 SD)
Hasil ukur :
1. Status gizi tidak baik (gizi lebih, gizi kurang dan gizi buruk)
2. Status gizi baik (gizi baik)
6) Imunisasi
Alat ukur : kuesioner
Cara ukur : wawancara
Hasil ukur :
1. Tidak lengkap (bila balita tidak mendapatkan imunisasi yang seharusnya
2. Lengkap (bila balita sudah mendapatkan imunisasi yang harus
diperolehnya sesuai dengan batas usianya yaitu :
a) BCG 1x : ≤ 2 bulan
b) DPT 3x : DPT (1) = 2-4 bulan; DPT (2) = 3-5 bulan;
DPT (3) = 4-6 bulan
c) Polio 4x : dari umur 0 bulan dengan interval pemberian 4 minggu
d) Campak 1x : 9 bulan
e) Hepatitis B 3x : Hepatitis B (1) = 12 jam setelah lahir;
Hepatitis B (2) = 1-2 bulan; Hepatitis B (3) = 6 bulan
B. Karakteritik Keluarga
1) Pendidikan Orangtua Balita
Alat ukur : kuisioner
Cara ukur : wawancara
Hasil Ukur : Tingkat pendidikan ibu dan ayah dikategorikan menjadi :
1. Pendidikan Rendah (Tidak sekolah, SD, SMP)
2. Pendidikan Tinggi (SMA, Perguruan Tinggi)
2) Pendapatan Orang Tua Balita
Alat ukur : kuisioner
Cara ukur : wawancara
Hasil ukur : Tingkat pendapatan keluarga dikategorikan berdasarkan Upah
Minimum Kabupaten (UMK) Tapanuli Utara tahun 2015, dengan skala ordinal:
1. Pendapatan tinggi > UMK (Rp. 1.653.000,-
3) Kebiasaan Merokok Keluarga
Alat ukur : kuisioner
Cara ukur : wawancara
Hasil Ukur :
1. Ada : Jika ada anggota keluarga yang merokok dalam rumah
2. Tidak Ada : Jika tidak ada keluarga yang merokok dalam rumah.
C. Karakteristik Rumah
1) Kepadatan penghuni
Alat ukur : pita ukur / meteran
Cara ukur : wawancara dan pengukuran (menghitung luas rumah dan
membaginya dengan jumlah penghuni yang tinggal di dalam rumah).
Hasil Ukur :
1. Tidak memenuhi syarat jika < 8 m2 untuk 2 orang. 2. Memenuhi syarat jika > 8 m2 untuk 2 orang. 2) Ventilasi
Alat ukur : pita ukur / meteran
Cara ukur : pengukuran dan observasi
Hasil ukur :
1. Tidak memenuhi syarat jika luas ventilasi kurang dari 10% dari luas
lantai.
78
3) Jenis lantai
Alat ukur : kuisioner
Cara ukur : observasi
Hasil ukur :
1. Tidak memenuhi syarat jika lantai hanya dari tanah, papan, maupun
anyaman bambu dengan kondisi yang berdebu.
2. Memenuhi syarat jika diplester/keramik/ubin.
4) Jenis dinding
Alat ukur : kuisioner
Cara Ukur : observasi
Hasil ukur :
1. Tidak memenuhi syarat jika dinding terbuat dari papan/anyaman bambu.
2. Memenuhi syarat jika dinding terbuat dari tembok/triplek.
5) Jenis langit-langit
Alat ukur : kuisioner
Cara ukur : observasi
Hasil ukur :
1. Tidak memenuhi syarat jika tidak ada langit-langit/terbuat dari asbes.
2. Memenuhi syarat jika ada langit-langit/terbuat dari triplek.
6) Pencahayaan
Cara ukur : kalibrasi luxmeter dengan membuka penutup sensor, bawa
luxmeter pada daerah pengukuran, tunggu beberapa saat sampai mendapatkan
angka yang stabil baca dan catat hasilnya.
Hasil ukur :
1. Tidak memenuhi syarat jika intensitas cahaya < 60 Lux.
2. Memenuhi syarat jika intensitas cahaya ≥ 60 Lux.
7) Suhu
Alat ukur : termometer
Cara ukur : tentukan pada tempat yang bersuhu tetap
Hasil ukur : 1. Tidak memenuhi syarat jika <180C dan >300C. 2. Memenuhi syarat jika 18-300C.
8) Kelembaban
Alat ukur : higrometer/humidity
Cara ukur : tentukan titik pengukuran kelembaban, kemudian letakkan
higrometer dan diamkan selama tiga menit sampai jarum menunnjukan nilai
stabil, baca dan catat hasilnya.
Hasil ukur :
1. Tidak memenuhi syarat jika <40% dan >70%.
2. Memenuhi syarat jika 40-70%.
D. Kebiasaan Penggunaan Arang Panas
1)Kebiasaan Penggunaan Arang Panas
Alat ukur : kuesioner
80
Hasil ukur :
1. Ya : Jika menggunakan arang panas
2. Tidak : Jika tidak menggunakan arang panas
3.8 Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dengan bantuan komputer, untuk
menggambarkan hasil observasi, wawancara dan pengukuran yang dilakukan.
a. Editing, kegiatan ini di lakukan setelah memperoleh data yang di kumpulkan
untuk di koreksi sebelum di lakukan kegiatan data entri data sehingga apabila
ada kesalahan atau kekurangan data dapat segera di klarifikasi.
b. Coding, merupakan kegiatan merubah data yang berbentuk huruf menjadi
data berbentuk angka atau bilangan. Pemberian kode ini untuk mempermudah
pengolahan dan mempercepat proses entry data.
c. Processing, Setelah melalui proses pengkodean, selanjutnya memproses data
agar data yang telah di entry dapat di analisis. Pemrosesan data di lakukan
dengan cara mengentri data dari kuesioner ke paket program komputer.
d. Cleaning, (pembersihan data) merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah di entry untuk mengetahui adanya kesalahan atau tidak (Budiarto,
3.9 Analisis Data 3.9.1 Univariat
Analisis univariat digunakan untuk mendeskripsikan semua variabel yang
bentuk tabel distribusi frekuensi. Analisis univariat dilakukan untuk melihat
karakteristik balita (umur, jenis kelamin, status gizi, berat badan lahir, status ASI
eksklusif, status imunisasi), karakteritik keluarga (pendidikan orangtua,
pendapatan orangtua dan kebiasaan merokok keluarga), karakteristik rumah
(kepadatan hunian, ventilasi, jenis dinding, jenis langit-langit, jenis lantai,
pencahayaan, kelembaban, suhu), dan kebiasaan penggunaan arang panas.
3.9.2 Bivariat
Analisis bivariat dilakukan bertujuan untuk menganalisa variabel (variabel
dependen dan variabel independen) berdasarkan tabel silang dan hasil uji statistik.
Untuk membuktikan ada atau tidaknya hubungan kedua variabel yang
menggunakan uji chi-square dengan derajat kepercayaan 95% (α= 5%), sehingga
apabila ditemukan hasil analisis statistik p < 0,05 maka variabel tersebut
dinyatakan berhubungan secara signifikan. Analisis bivariat dilakukan untuk
melihat hubungan antara kebiasaan penggunaan arang panas, karakteristik rumah,
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Letak Geografis
Pangaribuan yang terletak di Kabupaten Tapanuli Utara, provinsi Sumatera Utara.
Jarak Pangaribuan dengan ibukota Kabupaten Tapanuli Utara yaitu Tarutung adalah 48 Km,
dengan jarak tempuh lebih kurang 1 (satu) jam perjalanan. Jarak Pangaribuan dengan
Provinsi Sumatera Utara yaitu Medan adalah 300 Km, dengan jarak tempuh lebih kurang 8
(delapan) jam.
Secara geografis Pangaribuan mempunyai luas wilayah 459,25 Km2 atau sekitar 12,11 persen dari total luas wilayah kabupaten Tapanuli Utara. Letak geografis Kecamatan
Pangaribuan sebagai berikut:
Sebelah Utara : Kecamatan Sipahutar
Sebelah Selatan : Kecamatan Pahae Julu dan Pahae Jae
Sebelah Barat : Kabupaten Tapanuli Selatan
Sebelah Timur : Kecamatan Garoga
Pangaribuan terletak pada ketinggian 500 s/d 1500 di atas permukaan laut.
Curah hujan Pangaribuan berkisar antara 3.000-4000 mm. Pangaribuan memiliki Topografi
yang beragam mulai dari dataran rendah 0-2%, landai 3-15%, miring 16-40%, terjal ≥ 40% .
daerah yang relatif datar di tujukan oleh tingkat kemiringan 0-5%, sedangkan kemiringan
6-20% adalah bergelombang, dan kemiringan 21-40% adalah perbukitan, dan 40% adalah lahan
terjal (lahan kritis).
penduduk laki-laki dan sebanyak 13. 767 penduduk perempuan. Pada 75+ terlihat bahwa
jumlah penduduk perempuan jauh lebih banyak dibandingkan jumlah penduduk laki-laki,
sekitar 73 persen penduduk pada kelompok usia 75 + adalah perempuan, hal ini menunjukkan
bahwa angka harapan hidup untuk kelompok umur 75+ lebih besar perempuan dari pada
angka harapan hidup laki-laki.
Secara rinci penduduk Pangaribuan dapat dilihat pada tabel 4.1 dibawah ini:
Tabel 4.1 Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Dan Umur di Wilayah Kecamatan Pangaribuan Kabupaten Tapanuli Utara
Kelompok Umur
Laki-Laki Perempuan Jumlah
0-4 Sumber: BPS Kabupaten Tapanuli Utara, 2015
4.2 Analisis Univariat 4.2.1 Karakteristik Balita
Adapun gambaran karakteristik balita kasus dan kontrol pada penelitian ini dapat
Karakteristk Balita Kasus Kontrol
Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi umur dan jenis kelamin pada
responden kasus dan kontrol sama karena dalam penelitian ini dilakukan proses matching
menurut umur dan jenis kelamin. Tabel 4.2 menunjukkan bahwa jumlah responden yang
terbanyak berkisar pada kelompok umur 1-4 tahun yaitu 13 responden (56,5%) dan yang
paling sedikit berkisar pada kelompok umur < 1 tahun yaitu 10 responden (43,5%).
Berdasarkan jenis kelamin antara responden kasus dan kontrol pada tabel 4.2 diatas
menunjukkan bahwa jenis kelamin pada kelompok kasus dan kontrol responden lebih banyak
pada jenis kelamin laki-laki yaitu 12 responden (52,2%) dan lebih kecil pada jenis kelamin
perempuan yaitu 11 responden (47,8%).
Berdasarkan berat badan lahir balita pada kelompok kasus yang memiliki berat badan
< 2500 gram yaitu hanya 2 balita (8,7%) dan jumlah responden kasus yang memiliki berat
badan ≥ 2500 gram yaitu 21 balita (91,3%). Sedangkan pada kelompok kontrol balita yang
tidak ASI eksklusif yaitu 14 balita (60,9%) dan responden kasus yang memiliki status ASI
eksklusif yaitu 9 balita (39,1%). Sedangkan pada responden kelompok kontrol yang
memiliki status tidak ASI eksklusif yaitu 7 balita (30,4%) dan jumlah responden kontrol yang
memiliki status ASI eksklusif yaitu 16 responden (69,6%).
Berdasarkan status gizi balita pada responden kelompok kasus yang memiliki status
gizi tidak baik yaitu 13 responden (56,5%) dan responden kasus yang memiliki status gizi
baik yaitu hanya 10 responden (43,5%). Sedangkan pada responden kelompok kontrol yang
memiliki status gizi tidak baik yaitu 4 responden (17,24%) dan jumlah responden kontrol
yang memiliki status gizi tidak yaitu 19 responden (82,6%).
Berdasarkan status imunisasi pada responden kelompok kasus dengan status imunisasi
tidak lengkap yaitu 17 balita (73,9%) dan status imunisasi lengkap yaitu 6 balita (26,1%).
Sedangkan pada responden kelompok kontrol dengan status imunisasi tidak lengkap yaitu 8
balita (34,8%) dan responden kontrol dengan status imunisasi lengkap yaitu 15 responden
(65,2%).
4.2.2 Karakteristik Keluarga
Adapun distribusi karakteristik keluarga responden kasus dan kontrol pada penelitian
ini dapat dilihat pada tabel 4.3 dibawah ini.
Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Keluarga Responden di Wilayah Kecamatan Pangaribuan Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2016
Karakteristik Keluarga Kasus Kontrol
n % n %
Pendidikan Ayah Pendidikan Rendah (Tidak Sekolah, SD, SMP) Pendidikan Tinggi
(SMA/SMK, Perguruan Tinggi)
13
10
56,5
43,5
6
17
26,1
(Tidak Sekolah, SD, SMP) Pendidikan Tinggi
(SMA/SMK, Perguruan Tinggi)
9 39,1 16 69,6
Pendapatan Orang Tua Tidak Sesuai UMK
(Pendapatan < UMK Rp.1.653.000,-) Tidak Sesuai UMK
(Pendapatan > UMK Rp.1.653.000,-) 18
Ada Yang Merokok Dalam Rumah Tidak Ada Yang Merokok Dalam
Berdasarkan pendidikan ayah balita pada kelompok kasus yang memiliki pendidikan
rendah (tidak sekolah, SD, SMP) yaitu sebanyak 13 responden (56,5 %) dan jumlah
pendidikan ayah responden kasus yang pendidikan tinggi (SMA, Perguruan Tinggi) yaitu 10
responden (43,5%). Sedangkan pada kelompok kontrol ayah balita yang yang memiliki
pendidikan rendah (tidak sekolah, SD, SMP) yaitu hanya 6 responden (26,1%) dan jumlah
responden kontrol yang memiliki pendidikan tinggi (SMA, Perguruan Tinggi) sebanyak 17
responden (73,9).
Berdasarkan pendidikan ibu balita pada kelompok kasus yang memiliki pendidikan
rendah (tidak sekolah, SD, SMP) yaitu sebanyak 14 responden (60,9%) dan jumlah
responden kasus yang memiliki yang pendidikan tinggi (SMA, Perguruan Tinggi) yaitu 9
responden (39,1%). Sedangkan pada kelompok kontrol ayah balita yang yang memiliki
pendidikan rendah (tidak sekolah, SD, SMP) yaitu hanya 7 responden (30,4%) dan jumlah
responden kontrol yang memiliki pendidikan tinggi (SMA, Perguruan Tinggi) sebanyak 16
responden (69,6).
Berdasarkan pendapatan orang tua balita pada responden kelompok kasus yang
Sedangkan pada responden kelompok kontrol yang memiliki pendapatan tidak sesuai UMK
yaitu 10 responden (43,5%) dan jumlah responden kontrol yang memiliki pendapatan sesuai
UMK yaitu 13 responden (56,5%).
Berdasarkan kebiasaan merokok pada responden kelompok kasus yang memiliki
anggota keluarga yang merokok di dalam rumah yaitu sebanyak 19 responden (82,6%) dan
yang tidak memiliki anggota keluarga yang merokok di dalam rumah yaitu 4 responden
(17,4%). Sedangkan pada responden kelompok kontrol yang memiliki anggota keluarga yang
merokok di dalam rumah yaitu 10 responden (43,5%) dan responden kontrol yang tidak
memiliki anggota keluarga yang merokok di dalam rumah yaitu 13 responden (56,5%).
4.2.3 Karakteristik Rumah
Adapun gambaran karakteristik rumah responden kasus dan kontrol pada penelitian
ini dapat dilihat pada tabel 4.4 dibawah ini.
Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Karakteritik Rumah Responden di Wilayah Kecamatan Pangaribuan Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2016
Karakteristik Rumah Kasus Kontrol
n % n %
Kepadatan Hunian Tidak memenuhi syarat Memenuhi syarat
Tidak memenuhi syarat Memenuhi syarat
Tidak memenuhi syarat Memenuhi syarat
Tidak memenuhi syarat Memenuhi syarat
Tidak memenuhi syarat Memenuhi syarat
Tidak memenuhi syarat
17 73,9
Suhu
Tidak memenuhi syarat Memenuhi syarat
Tidak memenuhi syarat Memenuhi syarat
Tabel 4.4 diatas menunjukkan bahwa kepadatan hunian pada responden kasus yang
tidak memenuhi syarat yaitu 16 responden (69,6%) dan kepadatan hunian pada responden
kasus yang memenuhi syarat yaitu 7 responden (30,4%). Sedangkan kepadatan hunian pada
responden kontrol yang tidak memenuhi syarat yaitu hanya 8 responden (34,8%) dan
kepadatan hunian pada responden kontrol yang memenuhi syarat yaitu 15 responden (65,2%).
Ventilasi rumah responden kasus yang tidak memenuhi syarat yaitu 19 responden
(82,6%) dan ventilasi rumah responden kasus yang memenuhi syarat yaitu 4 responden
(17,4%). Sedangkan ventilasi rumah responden kontrol yang tidak memenuhi syarat yaitu
hanya 10 responden (43,5%) dan ventilasi rumah responden kontrol yang memenuhi syarat
yaitu 13 responden (56,5%).
Jenis langit-langit rumah responden kasus yang tidak memenuhi syarat yaitu 14
responden (60,9%) dan langit-langit rumah responden kasus yang memenuhi syarat yaitu 9
responden (39,1%). Sedangkan langit-langit rumah responden kontrol yang tidak memenuhi
syarat yaitu 6 responden (26,1%) dan langit-langit rumah responden kontrol yang memenuhi
syarat yaitu 17 responden (73,9%).
Lantai rumah responden kasus yang tidak memenuhi syarat yaitu 6 responden (26,1%)
dan lantai rumah responden kasus yang memenuhi syarat yaitu 17 responden (73,9%).
Sedangkan lantai rumah responden kontrol yang tidak memenuhi syarat yaitu 4 responden
(17,4%) dan lantai rumah responden kontrol yang memenuhi syarat yaitu 19 responden
(73,9%) dan dinding rumah responden kasus yang memenuhi syarat yaitu 6 responden
(26,1%). Sedangkan dinding rumah responden kontrol yang tidak memenuhi syarat yaitu 7
responden (30,4%) dan dinding rumah responden kontrol yang memenuhi syarat yaitu 16
responden (69,6%).
Pencahayaan rumah responden kasus yang tidak memenuhi syarat yaitu 17 responden
(73,9%) dan pencahayaan rumah responden kasus yang memenuhi syarat yaitu 6 responden
(26,1%). Sedangkan pencahayaan rumah responden kontrol yang tidak memenuhi syarat
yaitu 10 responden (43,5%) dan pencahayaan rumah responden kontrol yang memenuhi
syarat yaitu 13 responden (56,5%).
Suhu di dalam rumah responden kasus yang tidak memenuhi syarat yaitu 8 responden
(34,8) dan suhu rumah responden kasus yang memenuhi syarat yaitu 15 responden (65,2).
Sedangkan suhu rumah responden kontrol yang tidak memenuhi syarat yaitu 5 responden
(21,7%) dan suhu rumah responden kontrol yang memenuhi syarat yaitu 18 responden
(78,3%).
Kelembaban rumah responden kasus yang tidak memenuhi syarat yaitu 13 responden
(56,5%) dan kelembaban rumah responden kasus yang memenuhi syarat yaitu 10 responden
(43,5%). Sedangkan kelembaban rumah responden kontrol yang tidak memenuhi syarat yaitu
6 responden (26,1%) dan kelembaban rumah responden kontrol yang memenuhi syarat yaitu
17 responden (73,9%).
4.2.4 Kebiasaan Penggunaan Arang Panas
Adapun gambaran kebiasaan penggunaan arang panas responden kasus dan kontrol
pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.5 dibawah ini.
Arang Panas n % n %
Penggunaan ≥ 10 jam / hari
Penggunaan < 10 jam / hari
16
Tabel 4.6 diatas menunjukkan bahwa kebiasaan penggunaan arang panas pada
responden kasus yang memiliki kebiasaan penggunaan arang panas yaitu 18 responden
(78,5%) dan yang tidak memiliki kebiasaan penggunaan arang panas pada responden kasus
yaitu 5 responden (21,7%). Sedangkan yang memiliki kebiasaan penggunaan arang panas
pada responden kontrol yaitu hanya 8 responden (34,8%) dan yang tidak memiliki kebiasaan
penggunaan arang panas yaitu 15 responden (65,2%).
Berdasarkan lama penggunaan arang panas, pada responden kasus dari 18 responden
yang menggunakan arang panas ada sebanyak 17 responden (73,9%) yang menggunakan ≥ 1
bulan dan yang menggunakan arang panas < 1 bulan hanya 1 responden (4,3%). Sedangkan
pada responden kontrol dari 8 yang menggunakan arang panas ada sebanyak 2 responden
(8,7%) yang menggunakan ≥ 1 bulan dan yang menggunakan arang panas < 1 bulan ada 6
responden (26,1%).
Berdasarkan waktu penggunaan arang panas, pada responden kasus dari 18 responden
yang menggunakan arang panas ada sebanyak 16 responden (69,6%) yang menggunakan ≥
10 jam/hari dan yang menggunakan arang panas < 10 jam/ hari hanya 2 responden (8,7%).
jam/hari ada 6 responden (26,1%).
Berdasarkan tempat penggunaan arang panas, pada responden kasus dari 18
responden yang menggunakan arang panas ada sebanyak 9 responden (39,1%) yang
menggunakan di kamar tidur dan yang menggunakan arang panas di ruangan keluarga ada
sebanyak 9 responden (39,1%). Sedangkan pada responden kontrol dari 8 yang menggunakan
arang panas ada sebanyak 5 responden (21,7%) yang menggunakan di kamar tidur dan yang
menggunakan arang panas di ruang keluarga ada 3 responden (13,0%).
Berdasarkan sumber arang panas, pada responden kasus dari 18 responden yang
menggunakan arang panas ada sebanyak 9 responden (39,1%) yang membuat sendiri arang
tersebut dan ada sebanyak 9 responden (39,1%) yang membeli arang tersebut. Sedangkan
pada responden kontrol dari 8 yang menggunakan arang panas ada sebanyak 1 responden
(4,3%) yang membuat sendiri arang dan ada 7 responden (30,4%) yang membeli arang.
4.3 Analisis Bivariat
Analisis yang digunakan untuk melihat hubungan antara variabel yang diteliti dengan
kejadian pneumonia pada balita. Uji statistik yang digunakan pada analisis ini adalah Chi Square dengan derajat kepercayaan 95% (α = 5%). Berdasarkan uji statistik akan diperoleh
nilai p. Untuk nilai p < 0,05 berarti terdapat hubungan yang bermakna antara variabel yang
diteliti dengan variabel kejadian pneumonia pada balita.
4.3.1 Hubungan Karakteristik Balita dengan Kejadian Pneumonia Pada Balita Di Wilayah Kecamatan Pangaribuan Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2016
Adapun hasil analisis bivariat karakteristik balita dengan kejadian pneumonia pada
Tabel 4.6 Distribusi Hubungan Karakteristik Balita dengan Kejadian Pneumonia Pada Balita Di Wilayah Kecamatan Pangaribuan Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2016
Karakteristik Balita Kasus Kontrol
P OR 95% CI
responden (66,7%) yang memiliki berat badan lahir < 2500 gram. Sementara itu dari 23 balita
yang sehat terdapat hanya 1 responden (33,3%) yang yang memiliki berat badan lahir < 2500
gram. Hasil analisis dengan menggunakan uji chi-square menunjukkan bahwa tidak terdapat
hubungan yang signifikan antara berat badan lahir dengan kejadian pneumonia pada balita
dengan nilai p-value = 0,550 > 0,05.
Tabel 4.6 diatas menunjukkan bahwa dari 23 balita dengan pneumonia terdapat 14
responden (66,7%) yang memiliki status tidak ASI eksklusif. Sementara itu dari 23 balita
yang sehat terdapat 7 responden (33,3%) yang yang memiliki memiliki status tidak ASI
eksklusif. Hasil analisis dengan menggunakan uji chi-square menunjukkan bahwa terdapat
hubungan yang signifikan antara ASI ekslusif dengan kejadian pneumonia pada balita
dengan nilai p-value = 0,038 < 0,05. Nilai OR = 3,556 (95% CI = 1,049-12,052) hal ini
sehat.
Tabel 4.6 diatas menunjukkan bahwa dari 23 balita dengan pneumonia terdapat 13
responden (76,5%) yang memiliki status gizi tidak baik. Sementara itu dari 23 balita yang
sehat terdapat 4 responden (23,5%) yang yang memiliki memiliki status gizi tidak baik. Hasil
analisis dengan menggunakan uji chi-square menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara status gizi dengan kejadian pneumonia pada balita dengan nilai p-value =
0,006 < 0,05. Nilai OR = 6,175 (95% CI = 1,589-23,993) hal ini menunjukkan bahwa resiko
balita yang mengalami kejadian pneumonia dengan status gizi tidak baik adalah sebesar
6,175 kali dibandingkan dengan kelompok responden yang sehat.
Tabel 4.6 diatas menunjukkan bahwa dari 23 balita dengan pneumonia terdapat 17
responden (68,0%) yang memiliki status imunisasi tidak lengkap. Sementara itu dari 23 balita
yang sehat terdapat 8 responden (12,5%) yang yang memiliki memiliki status imunisasi tidak
lengkap. Hasil analisis dengan menggunakan uji chi-square menunjukkan bahwa terdapat
hubungan yang signifikan antara Imunisasi dengan kejadian pneumonia pada balita dengan
nilai p-value = 0,008 < 0,05. Nilai OR = 5,313 (95% CI = 1,498-18,840) hal ini menunjukkan
bahwa resiko balita yang mengalami kejadian pneumonia dengan status imunisasi tidak
lengkap adalah sebesar 5,313 kali dibandingkan dengan kelompok responden yang sehat.
4.3.2 Hubungan Karakteristik Keluarga dengan Kejadian Pneumonia Pada Balita Di Wilayah Kecamatan Pangaribuan Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2016
Tabel 4.7 Distribusi Hubungan Karakteristik Keluarga dengan Kejadian Pneumonia Pada Balita Di Wilayah Kecamatan Pangaribuan Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2016
Karakteristik Keluarga Kasus Kontrol
P OR 95% CI
(SMA, Perguruan Tinggi)
13
(SMA, Perguruan Tinggi)
14
rendah. Hasil analisis dengan menggunakan uji chi-square menunjukkan bahwa terdapat
hubungan yang signifikan antara penidikan ayah dengan kejadian pneumonia pada balita
dengan nilai p-value = 0,036 < 0,05. Nilai OR = 3,683 (95% CI = 1,062-12,771) hal ini
menunjukkan bahwa resiko balita yang mengalami kejadian pneumonia dengan ayah
berpendidikan rendah adalah sebesar 3,683 kali dibandingkan dengan kelompok responden
yang sehat.
Tabel 4.7 diatas menunjukkan bahwa dari 23 balita dengan pneumonia terdapat 14
responden (60,9%) yang memiliki ibu dengan pendidikan rendah. Sementara itu dari 23 balita
signifikan antara penidikan ibu dengan kejadian pneumonia pada balita dengan nilai p-value
= 0,038 < 0,05. Nilai OR = 3,556 (95% CI = 1,049-12,052) hal ini menunjukkan bahwa
resiko balita yang mengalami kejadian pneumonia dengan ayah berpendidikan rendah adalah
sebesar 3,683 kali dibandingkan dengan kelompok responden yang sehat.
Tabel 4.7 diatas menunjukkan bahwa dari 23 balita dengan pneumonia terdapat 18
responden (78,3%) yang memiliki orangtua dengan pendapatan tidak sesuai UMK. Sementara
itu dari 23 balita yang sehat terdapat 10 responden (43,5%) yang memiliki orangtua dengan
pendapatan tidak sesuai UMK. Hasil analisis dengan menggunakan uji chi-square
menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pendapatan orangtua dengan
kejadian pneumonia pada balita dengan nilai p-value = 0,016 < 0,05. Nilai OR = 4,680 (95%
CI =1,290-16,983) hal ini menunjukkan bahwa resiko balita yang mengalami kejadian
pneumonia dengan ayah berpendidikan rendah adalah sebesar 4,680 kali dibandingkan
dengan kelompok responden yang sehat.
Tabel 4.7 diatas menunjukkan bahwa dari 23 balita dengan pneumonia terdapat 19
responden (65,5%) yang memiliki anggota keluarga yang merokok dalam rumah. Sementara
itu dari 23 balita yang sehat terdapat 10 responden (34,5%) yang memiliki anggota keluarga
yang merokok dalam rumah. Hasil analisis dengan menggunakan uji chi-square
menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kebiasaan merokok anggota
keluarga dengan kejadian pneumonia pada balita dengan nilai p-value = 0,006 < 0,05. Nilai
OR = 6,175 (95% CI = 1,589-23,993) hal ini menunjukkan bahwa resiko balita yang
mengalami kejadian pneumonia dengan memiliki anggota keluarga yang meroko dalam
4.3.3 Hubungan Karakteristik Rumah dengan Kejadian Kejadian Pneumonia Pada Balita Di Wilayah Kecamatan Pangaribuan Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2016
Adapun hasil analisis bivariat karakteristik rumah dengan kejadian pneumonia pada
balita adalah sebagai berikut.
Tabel 4.8 Distribusi Hubungan Karakteristik Rumah dengan Kejadian Kejadian Pneumonia Pada Balita Di Wilayah Kecamatan Pangaribuan Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2016
Karakteristik Rumah Kasus Kontrol
P OR 95% CI
n % n %
Kepadatan Hunian Tidak memenuhi syarat Memenuhi syarat
Tidak memenuhi syarat Memenuhi syarat Tidak memenuhi syarat Memenuhi syarat
Tidak memenuhi syarat Memenuhi syarat
Tidak memenuhi syarat Memenuhi syarat
Tidak memenuhi syarat Memenuhi syarat
Tidak memenuhi syarat Memenuhi syarat
responden (66,7%) dengan kepadatan hunian tidak memenuhi syarat. Sementara itu dari 23
responden yang sehat terdapat hanya 8 responden (33,3%) dengan kepadatan hunian tidak
memenuhi syarat. Hasil analisis dengan menggunakan uji chi-square menunjukkan bahwa
terdapat hubungan yang signifikan antara kepadatan hunian dengan kejadian pneumonia pada
balita dengan nilai p-value = 0,018 < 0,05. Nilai OR = 4,286 (95% CI = 1,246-14,735) hal ini
menunjukkan bahwa resiko balita yang mengalami kejadian pneumonia dengan kepadatan
hunian tidak memenuhi syarat adalah sebesar 4,286 kali dibandingkan dengan kelompok
responden yang sehat.
Tabel 4.8 diatas menunjukkan bahwa dari 23 balita dengan pneumonia terdapat 19
responden (65,5%) dengan ventilasi tidak memenuhi syarat. Sementara itu dari 23 responden
yang sehat terdapat hanya 10 responden (34,5%) dengan kepadatan hunian tidak memenuhi
syarat. Hasil analisis dengan menggunakan uji chi-square menunjukkan bahwa terdapat
hubungan yang signifikan antara ventilasi rumah dengan kejadian pneumonia pada balita
dengan nilai p-value = 0,006 < 0,05. Nilai OR = 6,175 (95% CI = 1,589-23,993) hal ini
menunjukkan bahwa resiko balita yang mengalami kejadian pneumonia dengan ventilasi
rumah tidak memenuhi syarat adalah sebesar 6,175 kali dibandingkan dengan kelompok
responden yang sehat.
Tabel 4.8 diatas menunjukkan bahwa dari 23 balita dengan pneumonia terdapat 14
responden (70,0%) dengan jenis langit-langit rumah tidak memenuhi syarat. Sementara itu
dari 23 responden yang sehat terdapat hanya 6 responden (30,0%) dengan jenis langit-langit
rumah tidak memenuhi syarat. Hasil analisis dengan menggunakan uji chi-square
menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara ventilasi rumah dengan