LAMPIRAN 1
Tabel Populasi dan Sampel Penelitian
No
Tanggal
IPO Kode Nama Perusahaan
Kriteria 1 2 3 4
Sampel
1 1/12/2010 EMTK Elang Mahkota Teknologi Tbk O O O O
1
2 2/9/2010 PTPP PP (PERSERO) Tbk O O O O
2
3 2/11/2010 BIPI Benakat Petrolium Energy Tbk O O O O
3
4 3/8/2010 TOWR Sarana Menara Nusantara Tbk O O O O
4
5 6/28/2010 ROTI
Nippon Indosari Corporindo
Tbk O X O O
‐
6 7/7/2010 GOLD Golden Retailindo Tbk, PT O O O O
5
7 7/7/2010 SKYB Skybee Tbk O O O O
6
8 7/8/2010 BJBR Bank Jabar Banten Tbk X O O O
_
9 7/9/2010 GREN Evergreen Invesco Tbk, PT O X X O
_
10 7/9/2010 IPOL
Indopoly Swakarsa Industry
Tbk O O O O
7
11 7/12/2010 BUVA Bukit Uluwatu Villa Tbk O O O O
8
12 8/19/2010 BRAU Berau Coal Energy Tbk O O O O
9
13 10/6/2010 HRUM Harum Energy Tbk O O O O
10
14 10/7/2010 ICBP
Indofood CBP Sukses Makmur
Tbk O O O O
11
15 10/26/2010 TBIG
Tower Bersama Infrastructure
Tbk O O O O
12
16 11/10/2010 KRAS Krakatau Steel Tbk O O O O
13
17 11/11/2010 APLN Agung Podomoro Land Tbk O O O O
14
18 11/26/2010 BORN
Borneo Lumbung Energy dan
Metal Tbk O O O O
15
19 11/29/2010 WINS
Wintermar Pffshore Marine
Tbk O O O O
DAFTAR PUSTAKA
Becker, Connie L. Defond, Mark L. Jiambalvo, James Subramanyam, K R, 1998. “The effect of audit quality on earnings management”, Contemporary Accounting Research, Volume 15 Nomor 1 Halaman 4-23
Chen, Ken Y. Lin , Kuen-Lin, dan Jian Zhou, 2005. “Audit Quality and Earnings Management for Taiwan IPO firms”, Managerial Auditing Journal, Volume 20 Nomor 3 Hal 86 – 104.
DeAngelo, L.E, 1981. “Auditor Size and Audit Quality”, Journal of Accounting and Economics, Volume 3 Nomor 3 Hal 183-199.
Dechow, Patricia M. Sloan, Richard G. Sweeney, Amy P. “Detecting Earnings Management”, The Accounting Review, Volume 70 No 2 Hal 193-225. Erlina, 2011. Metodologi Penelitian, USU Press, Medan.
Healy, P.M. and Wahlen, J.M, 1999. “A Review of the Earnings Management literature and its implications for standard setting”, Accounting Horizons, Volume 13 Nomor 4 Hal 365-383.
Jensen, Michael C dan Meckling, William H, 1976. “Theory of The Firm: Managerial Behavior, Agency Costs and Ownership Structure”, Journal of Financial Economics, Volume 3 Hal 305-360.
Luhgiatno, 2008. “Analisis Pengaruh Kualitas Audit terhadap Manajemen Laba Studi pada Perusahaan yang Melakukan IPO di Indonesia”, Tesis Universitas Diponegoro, Semarang.
Mulyadi, 2002. Auditing, Edisi 6, Salemba Empat, Jakarta.
Purwanti, Melaini dan Kurniawan, Aceng, 2013. “The Effect Of Earnings Management And Disclosure On Information Asymmetry”, International Journal of Scientific & Technology Research, Volume 2 Nomor 8 Hal 98-107.
Rusmin, R., 2010. “Auditor quality and earnings management: Singaporean evidence”, Managerial Auditing Journal, Volume 25 Nomor 7 Hal 618-638.
Santoso, Singgih, 2014. Statistik Multivariat : Konsep dan Aplikasi dengan SPSS, Edisi Revisi, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta.
Schipper, Katherine, 1989. “Commentary on Earnings Management”, Accounting Horizons, Hal 91-102.
Accountant Office Reputation”. International Journal of Scientific & Technology Research, Volume 2 Nomor 3 Hal 123-126.
Stein, Mike dan Cadman, Brian, 2007. Industry Specialization and Auditor Quality in U.S. Markets. Diunduh 3 desember 2013 dari :
http://papers.ssrn.com/sol3/papers.cfm?abstract_id=722203
Stice, James D Stice, Earl K Stice dan Skousen, K.Fred, 2009. Intermediate Accounting, Edisi ke 16, Salemba Empat, Jakarta.
Vadiei, Mohammad Hossein Anbarani, Saleh Zadeh, Mohammad Reza Abbas Del, Ahmad Zendeh, 2012. “Survey effects of intent and materiality earnings management on ethical judgment of students in Iran”, Scholarly Journal of Business Administration, Volume 2 Nomor 6 Hal 123-131. Widiyanto, Mikha Agus, 2013. Statistika Terapan, PT. Elex Media Komputindo,
Jakarta.
Wild, John J Subramanyam, K.R., Halsey, Robert F, 2005. Analisis Laporan Keuangan, Edisi ke 8, Salemba Empat, Jakarta.
Wimboweni, Pora Retno. “Pengaruh Kualitas Audit Dan Motivasi Manajemen Laba Terhadap Praktik Manajemen Laba Pada Initial Public Offering (IPO)” Skripsi, Universitas Brawijaya, Malang.
Zhou, J dan Elder, R, 2004. “Audit Quality and Earnings Management by Seasoned Equity Offering Firms”, Asia Pacific Journal of Accounting and Economics, Volume 11 Nomor 2 Hal 95-120.
Zikmund, William G., 1991. Business Research Methods, Edisi Ke 3, The Dryden Press, Orlando, FL, USA.
www.accountingtoday.com
www.idx.co.id
www.wikipedia.co.id
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
sebab akibat (Causal Research), yaitu penelitian yang “bertujuan untuk menguji
hipotesis dan merupakan penelitian yang menjelaskan fenomena dalam bentuk
hubungan antar variabel” (Erlina, 2011:20). Fenomena yang diteliti dalam
penelitian ini yaitu untuk menguji pengaruh antara kualitas audit (sebagai variabel
independen) dengan manajemen laba (sebagai variabel dependen). Hubungan dari
variabel-variabel tersebut akan diolah dengan pengukuran statistik yang tepat agar
dapat menguji hipotesis yang ada sehingga dapat menjawab pertanyaan dalam
penelitian ini.
3.2. Definisi Operasional
Di dalam suatu penelitian, definisi operasional sangat penting untuk
memberikan rincian dan petunjuk tentang tindakan atau kegiatan yang akan
dilakukan sehingga bisa diukur, dengan cara melihat pada indikator dari suatu
konsep atau variabel. Berikut adalah definisi operasional dari variabel dalam
3.2.1. Kualitas Audit
Kualitas audit merupakan seberapa besar hasil suatu audit dapat
mengurangi tingkat risiko dan kecurangan dalam objek yang diaudit
sehingga sesuai dengan tujuan dan kriteria yang ditetapkan serta dapat
meningkatkan nilai informasi bagi pengguna.
3.2.2. Manajemen Laba
Manajemen laba merupakan suatu kemampuan yang dimiliki pihak
manajemen dalam memanipulasi laba sedemikian rupa untuk mencapai
tujuan tertentu.
3.3. Pengukuran Variabel
Pada penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel independen
(independent variable) dan variabel dependen (dependent variable). Berikut akan dijelaskan pengukuran variabel dari penelitian ini.
3.3.1. Variabel independen (X)
Yaitu variabel bebas yang sifatnya mempengaruhi variabel terikat.
Perubahan dalam variabel ini biasanya akan mempengaruhi variabel
terikat baik secara positif maupun negatif. Variabel independen dalam
penelitian ini adalah kualitas audit. Pengukuran kualitas audit dalam
3.3.1.1. Ukuran KAP
Seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa semakin besar
ukuran suatu KAP maka semakin baik kualitas audit yang akan
dihasilkan. Berdasarkan ukuran KAP, maka dapat dibagi menjadi
KAP besar dan KAP kecil. KAP besar dapat dikelompokkan
sebagai Auditor big four.
KAP big four di Indonesia berdasarkan data Top 100 Firm
Accounting Today tahun 2013 (accountingtoday.com) antara lain
sebagai berikut.
1) KAP Osman Bing Satrio yang berafiliasi dengan
Deloitte
2) KAP Haryanto Sahari yang berafiliasi dengan
Pricewaterhouse Coopers (PWC)
3) KAP Purwantono, Sarwoko, Sandjaja yang
berafiliasi dengan Ernst & Young
4) KAP Sidharta, Sidharta, Widjaja yang berafiliasi
dengan KPMG
Dalam penelitian ini ukuran KAP ini merupakan variabel
dummy. Perusahaan yang diaudit oleh audit big four menggunakan
skala 1 dan perusahaan yang diaudit oleh audit non big four
3.3.1.2. Spesialisasi industri
Auditor yang memiliki pemahaman mengenai spesialisasi
industri diyakini lebih unggul dalam menyediakan jasa audit yang
lebih berkualitas dan kredibel. Spesialisasi industri pada penelitian
ini ditentukan dengan frekuensi tugas auditor dalam melakukan
audit pada kelompok - kelompok perusahaan yang terdaftar di BEI.
Semakin banyak auditor melakukan audit terhadap suatu
kelompok/jenis perusahaan maka semakin baik pemahaman
spesialisasi industrinya.
Dalam penelitian ini KAP yang memiliki spesialisasi
auditor ditetapkan harus memiliki persentase lebih dari 25 % dari
perusahaan yang berkategori sama terhadap perusahaan berkategori
lainnya pada periode penelitian. Dalam Zhou and Elder (2004),
rumus untuk menentukan rasio spesialisasi industri yaitu
Rasio = m/n
Dimana :
m = Jumlah perusahaan yang diaudit oleh auditor yang sama dalam kelompok usaha yang sama
Pengelompokan 10 kelompok perusahaan yang ada di BEI
yaitu sektor Pertanian, Pertambangan, Industri Dasar, Aneka
Industri, Barang Konsumsi, Properti, Infrastruktur, Keuangan,
Perdagangan dan Jasa, dan Manufaktur. Berikut adalah tabel KAP
yang memiliki spesialisasi industri dalam penelitian ini.
Tabel 3.1
Daftar KAP dengan spesialisasi industri
No Nama KAP Spesialisasi
(Rasio ≥25%)
1 Purwantono, Suherman & Surja Perdagangan dan Jasa, Barang konsumsi, Pertanian 2 Osman Bing Satrio & Rekan Properti
3 RSM Aryanto, Amir Jusuf, Mawar & Saptoto
Infrastruktur
4 Kosasih, Nurdiyaman, Tjahjo & Rekan
Pertanian
5 Tanubrata Sutanto Fahmi & Rekan
Pertanian, Barang konsumsi
6 Anwar dan Rekan Manufaktur
7 Jamaludin, Ardi, Sukimto & Rekan
Barang konsumsi
Sumber : Diolah oleh penulis
Dalam spesialisasi industri juga merupakan variabel
dummy. Perusahaan yang memiliki spesialisasi industri
menggunakan skala 1 dan perusahaan yang tidak memiliki
3.3.2. Variabel dependen (Y)
Yaitu variabel terikat yang sifatnya dipengeruhi oleh variabel lain.
Keberadaan variabel ini dipengaruhi oleh variabel lain terutama variabel
independen baik secara positif maupun negatif. Variabel dependen dalam
penelitian ini adalah manajemen laba. Manajemen laba diukur dengan
menggunakan discreationary accrual (DAC). Pengukuran DAC akan
menggunakan model jones yang telah dimodifikasi, karena model ini
menutupi kelemahan model jones dengan menambahkan variabel
perubahan piutang dalam rumus tersebut. Pengukuran DAC harus terlebih
dahulu mencari hasil total Accrual (TAC) dan non-discreationary accrual
(NDAC). Langkah-langkah yang akan dilakukan untuk Mengukur DAC dalam penelitian luhgiatno (2008) melalui tahap-tahap berikut :
a. Menghitung total accrual (TAC) dengan model Jones yang telah dimodifikasi, yaitu :
TAit = NIt - CFOt
Dimana :
TA it = Total Accrual
NIit = Net income perusahaan i pada periode t
CFO = Cash flow from operation perusahaan i pada periode t
b. Mencari Koefisien dari persamaan regresi OLS model jones yang telah
dimodifikasi, yaitu :
Dimana :
TAit = Total Accrual perusahaan i pada periode t Ait-1 = Total Asset perusahaan i pada periode t-1 a1, a2, a3 = Koefisien regresi
∆REVit = Perubahan pendapatan perusahaan i pada periode t ∆RECit = Perubahan piutang perusahaan i pada periode t
PPEit = Aktiva tetap perusahaan
e = Error/Residual yang merupakan bagian DAC
c. Menghitung non-discreationary accrual (NDAC) dengan menggunakan model Jones yang dimodifikasi dan koefisien regresi
dari persamaan sebelumnya.
NDACit = a1(1/Ait-1) + a2(∆REVit-∆RECit/Ait-1) +
a3(PPEit/Ait-1)
Dimana :
NDACit = Non discreationary Accrual perusahaan i pada periode t
d. Menghitung discreationary accrual (DAC) dengan model Jones yang
telah dimodifikasi dengan rumus berikut.
DACit = (TAit/Ait-1) - NDACit
Dimana :
3.4 Populasi dan Sampel penelitian
Populasi “merupakan sejumlah objek dengan sifat tertentu yang menjadi
kajian dalam penelitian”, sedangkan sampel “merupakan sebagian dari anggota
populasi dengan karakteristik yang sama yang dipilih sebagai sumber data
penelitian” (Widiyanto, 2013:101-102). Populasi dalam penelitian ini yaitu
meliputi perusahaan yang melakukan initial public offering (IPO) di Indonesia
pada tahun 2010-2012 dengan melihat data dari Indonesian Capital Market
Directory (ICMD) dan data keuangan dari website Bursa Efek Indonesia www.idx.co.id meliputi laporan keuangan perusahaan yang di audit oleh auditor
independen.
Metode pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan metode
purposive sampling. Metode purposive sampling menurut widiyanto (2013:117) “merupakan teknik penentuan sampel yang didasarkan pada tujuan tertentu”.
Sampel ini menggunakan kriteria yang ditentukan peneliti berdasarkan
pertimbangannya agar mencapai tujuan penelitian.
Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan kriteria sebagai
berikut.
1. Semua perusahaan yang melakukan IPO pada tahun 2010-2012, kecuali
perusahaan finance.
2. Perusahaan memiliki laporan keuangan tahunan yang lengkap saat
4. Laporan keuangan tahunan perusahaan harus menggunakan mata uang
rupiah.
Populasi dalam penelitian ini berjumlah 70 perusahaan dan yang
memenuhi kriteria sebagai sampel berjumlah 54 perusahaan. Berikut adalah
ikhtisar dari populasi dan sampel penelitian.
Tabel 3.2
Ikhtisar populasi dan sampel penelitian
Keterangan Jumlah
Populasi 70 Tidak memenuhi hanya Kriteria 1 ( 4 )
Tidak memenuhi hanya Kriteria 2 ( - ) Tidak memenuhi hanya Kriteria 3 ( - ) Tidak memenuhi hanya Kriteria 4 ( 4 ) Tidak memenuhi > satu Kriteria ( 8 )
Total Sampel 54
Sumber : Diolah oleh penulis
Dari tabel diatas dapat dilihat ikhtisar dari pengambilan sampel dari
populasi dengan metode purposive sampling dengan menggunakan 4 kriteria.
Untuk melihat data yang lebih lengkap dapat dilihat pada Lampiran I pada
3.5 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu
data yang dikumpulkan dan dicatat oleh seseorang terutama untuk kebutuhan
terkini para peneliti. Data sekunder bersifat historis, telah dikumpulkan dan tidak
memerlukan akses ke responden atau subjek lainnya (Zikmund, 1991:102). Data
dari penelitian ini diperoleh dari sumber-sumber sebagai berikut.
1. Data perusahaan yang melakukan IPO dapat dilihat dari Indonesian
Capital Market Directory (ICMD).
2. Laporan keuangan tahunan diperoleh dari website Bursa Efek Indonesia
(BEI) yaitu www.idx.co.id
3. Data KAP bigfour di Indonesia dapat dilihat pada website Accounting
today yaitu www. accountingtoday.com
4. Data mengenai jenis auditor/KAP dan spesialisasi industri dapat diperoleh
dari laporan keuangan tahunan perusahaan.
5. Data yang diperlukan rumus dalam model Jones yang dimodifikasi untuk
memperoleh DAC dapat diperoleh dari laporan keuangan tahunan
perusahaan.
3.6 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah dokumentasi dan
lainnya untuk dilakukannya analisis data sekunder. Studi pustaka yaitu data yang
dikumpulkan diperoleh dari jurnal, buku, laporan keuangan tahunan, internet dan
data pendukung lainnya yang dibutuhkan dalam penelitian. Cara memperoleh data
tersebut dapat dilihat pada bahasan sebelumnya. Data tersebut akan diproses
secara kuantitatif dan statistik agar dapat menjawab tujuan dari penelitian ini.
3.7 Teknik Analisis
Pada penelitian dengan tipe hubungan variabel dependensi yaitu dijelaskan
dengan adanya ketergantungan antara variabel independen terhadap variabel
dependen. Alat analisis penelitian “Jika tipe data variabel dependen adalah metrik
(interval atau rasio), digunakan analisis regresi berganda” (Santoso, 2014:12).
Berdasarkan hal tersebut, teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu analisis regresi berganda. Untuk analisis regresi berganda biasanya harus
memenuhi asumsi-asumsi sebagai berikut.
1. Data atau residual harus berada dalam distribusi normal, sehingga
diperlukan uji normalitas data.
2. Data harus memiliki hubungan linier antar variabel independen dalam
arti tidak ada korelasi diantara variabel independennya, sehingga
diperlukan uji multikolinieritas.
3. Berubah-ubah atau adanya ketidaksamaan varians dalam data,
Dari penjelasan diatas maka perlu dilakukan uji asumsi klasik seperti uji
normalitas data, uji multikolinieritas dan uji heteroskedastisitas pada penelitian.
Uji asumsi klasik dan analisis regresi berganda pada penelitian akan dilakukan
dengan software SPSS.
3.7.1. Model Pengujian
Model pengujian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
sebagai berikut.
Y = β0 + β1X1 + β2X2 + e
Dimana :
Y = Manajemen Laba (DAC) β0 = Intercept
β1, β2 = Koefisien Regresi
X1 = Ukuran KAP X2 = Spesialisasi Industri
e = Error
3.7.2 Uji Asumsi Klasik
3.7.2.1. Uji Normalitas
Pengujian normalitas dilakukan untuk “mengetahui apakah
dalam model regresi variabel penganggu atau residual memiliki
3.7.2.2. Uji Multikolinieritas
Pengujian multikolinieritas dilakukan “untuk menguji
apakah model regresi ditemukan adanya korelasi diantara variabel
independen” (Erlina, 2011:103). Data penelitian yang baik
seharusnya dapat bebas dari gejala atau kriteria multikolinieritas.
Dalam penelitian ini akan menggunakan uji multikolinieritas
melalui uji VIF.
3.7.2.3. Uji Heteroskedastisitas
Pengujian ini bertujuan “untuk melihat apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan variabel dari residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain” (Erlina, 2011:106). Dalam
penelitian ini akan menggunakan uji heteroskedastisitas dengan
metode uji Glejser.
3.7.3 Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis pada penelitian ini menggunakan uji statistik t.
Pada dasarnya uji statistik t menunjukkan seberapa besar pengaruh suatu
variabel independen secara individual dalam menjelaskan variabel
dependennya. Pengujian dilakukan dengan menggunakan signifikan level
5%. Penerimaan atau penolakan hipotesis dilakukan dengan kriteria:
a. Jika t hitung > t tabel, pada α = 5% < p value, maka terdapat
b. Jika t hitung < t tabel, pada α = 5% > p value, maka tidak
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Uji Asumsi Klasik
4.1.1. Hasil Uji Normalitas
Uji normalitas pada penelitian ini menggunakan uji
Kolmogorov-Smirnov dengan ketentuan sebagai berikut.
a. Jika nilai signifikansinya lebih besar dari 5% atau 0,05 maka
data residual berdisribusi normal.
b. Jika nilai signifikansinya lebih kecil dari 5% atau 0,05 maka
data residual tidak berdistribusi normal.
Tabel 4.1
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 54
Normal Parametersa Mean .0000000
Std. Deviation .25669931
Most Extreme Differences Absolute .143
Positive .143
Negative -.096
Kolmogorov-Smirnov Z 1.048
Asymp. Sig. (2-tailed) .222
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data
Dari interprestasi tabel diatas, hasilnya yaitu signifikansi 0,222 >
0,05 menyatakan bahwa distribusi data memenuhi asumsi normalitas
sehingga dapat dilakukan analisis regresi berganda. Data yang normal
tersebut juga dapat dilihat dari histogram dan grafik normal plot data
berikut.
Gambar 4.1
Grafik Histogram Normalitas
Dari tampilan gambar tersebut dapat disimpulkan bahwa grafik
histogram berada dalam pola distribusi yang normal. Grafiknya tidak
menceng ke kanan maupun ke kiri.
Gambar 4.2
Grafik Normal Plot
Sumber: Diolah oleh penulis (2014)
4.1.2. Hasil Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas pada penelitian ini menggunakan Uji VIF
dengan ketentuan sebagai berikut.
a. Jika nilai VIF lebih kecil (<) dari 10 maka tidak terjadi
multikolinieritas.
b. Jika nilai VIF lebih besar (>) dari 10 maka terjadi
multikolinieritas.
Tabel 4.2
Tolerance and VIF Test
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) -.032 .047 -.683 .498
KAP .153 .080 .275 1.915 .061 .889 1.125
SPEC -.058 .080 -.104 -.723 .473 .889 1.125
a. Dependent Variable: DAC
Sumber: Diolah oleh penulis (2014)
Dari interprestasi tabel diatas, hasilnya yaitu nilai VIF
masing-masing lebih kecil (<) dari 10, berarti datanya bebas dari gejala
4.1.3. Hasil Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas pada penelitian ini menggunakan uji Glejser
dengan ketentuan sebagai berikut.
a. Jika nilai signifikansinya lebih besar dari 5% atau 0,05 maka
tidak terjadi heteroskedastisitas.
b. Jika nilai signifikansinya lebih kecil dari 5% atau 0,05 maka
terjadi heteroskedastisitas.
Tabel 4.3
Glejser Test
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) .179 .034 5.199 .000
KAP .070 .058 .172 1.199 .236
SPEC -.107 .058 -.263 -1.834 .073
a. Dependent Variable: DAC
Sumber: Diolah oleh penulis (2014)
Dari interprestasi tabel diatas, hasilnya yaitu signifikansinya
masing-masing lebih besar (>) 0.05, berarti datanya bebas dari gejala
4.2. Hasil Uji Hipotesis
Pada dasarnya uji statistik t menunjukkan seberapa besar pengaruh suatu
variabel independen secara individual dalam menjelaskan variabel dependennya.
Dengan kata lain, uji statistik t akan digunakan untuk menunjukkan besar
pengaruh signifikan masing-masing variabel independennya yaitu KAP bigfour
dan KAP spesialisasi industri dalam mengurangi manajemen laba
Tabel 4.4
t Test
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity
Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) -.032 .047 -.683 .498
KAP .153 .080 .275 1.915 .061 .889 1.125
SPEC -.058 .080 -.104 -.723 .473 .889 1.125 a. Dependent Variable: DAC
Sumber: Diolah oleh penulis (2014)
Dari interprestasi tabel diatas dapat kita lihat hasilnya sebagai berikut.
Hasil pengujian secara parsial KAP bigfour (X1) terhadap manajemen laba
(Y) menunjukkan p-value : 0,061 > 0,05 dan nilai t hitung pada variabel
disimpulkan bahwa KAP bigfour tidak memiliki pengaruh yang signifikan
secara parsial dalam mengurangi praktik manajemen laba.
Hasil pengujian secara parsial KAP spesialisasi industri (X2) terhadap
manajemen laba (Y) menunjukkan p-value : 0,473 > 0,05 dan nilai t hitung
pada variabel KAP spesialisasi industri yaitu sebesar -0,723 dengan
signifikansi 0,473, sedangkan t tabel 1.675 dengan signifikansi 0,05.
Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa KAP spesialisasi
industri tidak memiliki pengaruh yang signifikan secara parsial dalam
mengurangi praktik manajemen laba.
Dari hasil diatas menunjukkan bahwa masing-masing variabel independen
ini baik KAP big four maupun KAP spesialisasi industri secara parsial tidak
memiliki pengaruh yang signifikan dalam mengurangi praktik manajemen laba.
4.3. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengujian dari penelitian ini, telah terbukti bahwa KAP
big four tidak memiliki pengaruh yang signifikan secara parsial dalam mengurangi praktik manajemen laba. KAP spesialisasi industri juga telah terbukti
tidak memiliki pengaruh yang signifikan secara parsial dalam mengurangi praktik
manajemen laba. Berarti kualitas audit yang dihasilkan oleh KAP bigfour dan
KAP spesialisasi industri belum mampu untuk mengendalikan dan menekan
praktik manajemen yang terjadi pada perusahaan. Berdasarkan hasil tersebut maka
Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian oleh Zhou dan Elder
(2004) dan Chen et al. (2005) yang menyatakan bahwa KAP bigfour dan KAP
spesialisasi industri mengurangi praktik manajemen laba. Hasil penelitian ini lebih
konsisten dengan penelitian Luhgiatno (2008) yang menyatakan bahwa KAP big
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dijabarkan
sebelumnya, maka kesimpulan yang dapat diambil antara lain sebagai berikut.
1. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa KAP big four (X1) secara
parsial tidak memiliki pengaruh yang signifikan dalam mengurangi
praktik manajemen laba (Y) pada perusahaan yang melakukan IPO di
Indonesia.
2. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa KAP spesialisasi industri
(X2) secara parsial tidak memiliki pengaruh yang signifikan dalam
mengurangi praktik manajemen laba (Y) pada perusahaan yang
melakukan IPO di Indonesia.
5.2. Keterbatasan Penelitian
Ada beberapa keterbatasan pada penelitian ini antara lain sebagai berikut.
1. Jumlah sampel yang digunakan pada penelitian ini masih tergolong
2. Penelitian ini hanya mengambil 2 variabel independen yaitu kualitas
audit yang diproksikan menjadi KAP big four dan KAP spesialisasi
industri. Padahal kualitas audit masih dapat diukur dengan proksi yang
lainnya. Selain itu masih banyak variabel independen lain yang dapat
mengurangi praktik manajemen laba.
3. Penelitian ini hanya meneliti perusahaan pada periode tahun IPO nya,
dan tidak meneliti tahun sebelum dan sesudah IPO. Karena tingkat
manajemen laba biasanya cenderung meningkat pada periode tahun
IPOnya.
5.3. Saran
Dari hasil penelitian yang dilakukan, ada beberapa saran yang diberikan
agar penelitian selanjutnya berjalan dengan baik dan sesuai yang diharapkan,
antara lain sebagai berikut.
1. Menggunakan jumlah sampel yang lebih banyak dan dalam periode
yang lebih panjang.
2. Menggunakan atau menambah proksi yang lain dari kualitas audit,
misalnya independensi audit,dan juga menambah variabel independen
lain yang dapat mempengaruhi manajemen laba, misalnya komite
audit.
4. Para investor sebaiknya tidak terlalu terfokus pada informasi laba yang
dihasilkan oleh suatu perusahaan, karena belum tentu informasi laba
tersebut mencerminkan kinerja keuangan yang sebenarnya. Apalagi
KAP big four dan KAP spesialisasi industri belum mampu mengurangi
praktik manajemen yang terjadi di perusahaan atas laporan keuangan
yang diauditnya.
5. Para auditor seharusnya lebih meningkatkan kualitas audit yang
dihasilkannya agar lebih mampu meningkatkan kredibilitas laporan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Teoritis
2.1.1. Teori Keagenan (Agency Theory)
Pada dasarnya teori agensi ini merupakan hubungan antara para
pemegang saham dengan para manajemen. Teori keagenan dapat
didefinisikan sebagai “suatu kontrak dimana suatu pihak (sebagai
principal) menugaskan kepada pihak lainnya (sebagai agent) untuk melakukan pekerjaannya demi mencapai kepentingannya termasuk
mendelegasikan wewenang dalam pengambilan keputusan kepada agen”
(Jensen and Meckling, 1976:308). Namun terkadang baik pihak principal
maupun pihak agent hanya berusaha untuk mencapai kepentingan mereka
masing-masing. Hal ini tentunya akan menyebabkan konflik kepentingan
diantara mereka.
Konflik kepentingan yang terjadi memungkinkan akan terjadinya
asimetri informasi diantara mereka. Pihak manajemen yang bertindak
sebagai agen yang secara langsung terlibat dengan aktivitas perusahaan
tentunya akan memiliki lebih banyak informasi mengenai kinerja
manajemen untuk berperilaku menyimpang dari biasanya, salah satunya
dengan memanipulasi informasi untuk mencapai tujuannya.
Dye (1988) dan Trueman dan Titman (1988) dalam Chen et al.
(2005:90) menyatakan bahwa
keberadaan asimetri informasi antara manajer dengan pemegang saham merupakan suatu kondisi yang diperlukan untuk melakukan manajemen laba, karena para pemegang saham tidak mampu secara sempurna untuk mengamati kinerja perusahaan dan perkembangan di lingkungan dimana mereka hanya memiliki sedikit informasi dibandingkan manajemen.
Keberadaan asimetri informasi yang tentunya akan menyebabkan
kredibilitas dari laporan keuangan dari perusahaan tersebut diragukan.
Apalagi pernyataan Jensen dan Meckling (1976:308) bahwa “jika kedua
pihak baik principal maupun agent adalah orang-orang yang berusaha
memaksimalkan utilitasnya masing-masing, maka terdapat alasan yang
kuat untuk meyakini bahwa agen tidak akan selalu bertindak yang terbaik
untuk kepentingan principal”. Dari pernyataan tersebut maka principal
tidak dapat mempercayai sepenuhnya laporan keuangan yang disajikan
oleh pihak agen. Oleh karena itu para pemegang saham membutuhkan
pihak ketiga yang mampu memberikan keyakinan mengenai kewajaran
laporan keuangan yang disajikan oleh agent.
Mulyadi (2002:5) menyatakan bahwa “Pengambil keputusan
memerlukan informasi yang andal dan relevan sebagai basis dalam
untuk meningkatkan mutu informasi yang akan dijadikan sebagai basis
keputusan yang akan mereka lakukan”. Dengan kata lain para pemegang
saham akan membutuhkan auditor independen untuk memperoleh
informasi yang wajar, dengan harapan auditor independen tersebut dapat
menyediakan kualitas audit yang baik serta memahami konsep keagenan
yang terjadi diantara mereka.
2.1.2. Kualitas Audit
Kualitas audit yang baik diharapkan akan mengurangi risiko salah
saji serta mampu menemukan kecurangan yang mungkin ada di dalam
laporan keuangan. Pada dasarnya audit dikatakan berkualitas jika audit
tersebut telah memenuhi standar auditing yang berlaku. Menurut penelitian
yang dilakukan oleh para ahli, ada banyak persepsi mengenai cara yang
dapat dilakukan untuk mengukur kualitas audit.
Turley & Willeken (2008) dalam Suseno (2013:124) menyatakan
“kualitas audit biasanya dihubungkan sebagai kemampuan auditor untuk
mengidentifikasi salah saji material dalam laporan keuangan perusahaan
dan kerelaan untuk mengeluarkan laporan yang sesuai dan tidak bias dari
hasil audit”.
Salah satu penelitian awal tentang kualitas audit dilakukan oleh
DeAngelo (1981:186) mendefinisikan kualitas audit sebagai “suatu
kliennya”. Penelitian DeAngelo (1981) juga menunjukkan adanya
hubungan positif antara kualitas audit dengan ukuran KAP. Jadi semakin
besar ukuran KAP maka semakin baik kualitas audit yang akan dihasilkan.
Dalam penelitian Zhou dan Elder (2004), kualitas audit dapat
diproksikan ke ukuran KAP dan spesialisasi industri yang dimiliki KAP.
Ukuran KAP yang diproksikan dengan KAP Big 5 memberikan kualitas
audit yang lebih baik dibandingkan dengan KAP non Big 5, sedangkan
auditor spesialisasi industri menurutnya dapat meminimalkan manajemen
laba pada tahun perusahaan melakukan penawaran ekuitas. Penelitian
oleh Stein dan Cadman (2007) juga membuktikan bahwa auditor yang
memiliki spesialisasi di bidang industri klien akan memberikan audit yang
berkualitas. Oleh karena itu penelitian ini akan menggunakan Ukuran KAP
dan Spesialisasi industri sebagai ukuran dari kualitas audit.
2.1.3. Manajemen Laba
2.1.3.1. Pengertian Manajemen Laba
Istilah manajemen laba mungkin tidak asing lagi di dalam
dunia bisnis. Pada umumnya manajemen laba sering dikatakan
sebagai tindakan kecurangan suatu perusahaan untuk mengelabui
pihak tertentu. Praktik manajemen laba mungkin harus muncul
akibat beberapa perusahaan ingin menjamin kelangsungan hidup
perusahaannya dari dinamika dunia bisnis tidak menentu.
suatu perusahaan belum tentu menunjukkan keadaan yang
sesungguhnya dari kinerja keuangan perusahaan tersebut. Oleh
sebab itu pembahasan mengenai manajemen laba harus tetap
dilakukan hingga saat ini.
Ada banyak definisi dari para ahli dalam
penelitian-penelitian mengenai manajemen laba. Namun hingga saat ini
belum ada ketetapan umum yang ditetapkan sebagai pengertian
dari manajemen laba. Berikut akan dikemukakan beberapa definisi
manajemen laba dari para ahli.
Salah satu dari definisi awal yang muncul mengenai
earning management dikemukakan oleh Schipper (1989:92) yang
menyatakan“Earning managements is disclosure management in
the sense of purposeful intervention in the external financial reporting process, with intent of obtaining some private gain”.
Dari definisi diatas dinyatakan bahwa manajemen laba
adalah suatu intervensi dengan tujuan tertentu dalam proses
pelaporan keuangan eksternal, untuk memperoleh beberapa
keuntungan pribadi.
Menurut Fischer and Rosenzweig (1995) dalam Vadiei et
or decrease in the long-term economic profitability of that division”.
Dari definisi diatas dinyatakan bahwa manajemen laba
adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh para manajer yang
menaikkan atau menurunkan laba yang dilaporkan pada periode
berjalan tanpa menyebabkan kenaikan atau penurunan profitabilitas
ekonomi jangka panjang dalam perusahaan.
Sebuah definisi mengenai manajemen yang cukup populer
dan luas dikemukakan oleh Healy dan wallen (1999:6) menyatakan
bahwa :
Earnings managements occurs when managers use judgement in financial reporting and in structuring transations to alter financial reports to either mislead some stakeholders about the underlying economic performance of the company or to influences contractual outcomes that depend on reported accounting numbers.
Dari definisi diatas dinyatakan bahwa manajemen laba
terjadi ketika manajer menggunakan pertimbangan dalam pelaporan keuangan dan dalam penyusunan transaksi-transaksi
untuk mengubah laporan keuangan yang disajikan, sehingga
menyesatkan stakeholders mengenai kinerja ekonomi dari
perusahaan tersebut atau untuk mempengaruhi hasil kontrak yang
Menurut definisi lainnya oleh Scott (2006:343) dalam
Purwanti et al. (2013:99) menyatakan “Earning Managements as given that manager can choose accounting policies from a set of policies (for example GAAP), it is natural to expect that they will choose policies so as to maximize their own utility and/or the market value of the firm”.
Dari definisi diatas dinyatakan bahwa manajemen laba
merupakan suatu pilihan bagi para manajer melalui
kebijakan-kebijakan akuntansi untuk mencapai beberapa tujuan yang spesifik,
baik dengan memaksimalkan utilitasnya atau nilai perusahaannya.
Dari beberapa definisi para ahli diatas dapat kita simpulkan
bahwa manajemen laba merupakan suatu tindakan yang dilakukan
oleh pihak manajemen untuk memanipulasi laba yang dilaporkan
sedemikian rupa untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang dapat
meningkatkan nilai perusahaan serta dapat merugikan pihak yang
memperoleh informasi tersebut.
2.1.3.2. Motivasi Manajemen Laba
Praktik manajemen laba tidak muncul dengan sendirinya di
dunia bisnis. Pada dasarnya pasti ada motivasi-motivasi tertentu
yang melandasi suatu pihak untuk melakukan manajemen laba.
mendorong suatu pihak dalam melakukan manajemen laba, antara
lain sebagai berikut:
1. Memenuhi Target Internal
Suatu pihak melakukan manajemen laba salah satunya
untuk memenuhi target internal tertentu. Target internal ini
biasanya untuk mencapai laba atau pendapatan tertentu yang telah
ditetapkan para manajer atau pemilik perusahaan. Target laba
internal pada awalnya bertujuan untuk mencapai laba maksimal
dengan meningkatkan input dan output secara efektif dan efisien.
Namun untuk memenuhi target laba internal dalam angka tertentu,
pihak manager berpotensi untuk melakukan manajemen laba
sehingga kinerja keuangan dapat sesuai dengan harapan
perusahaan. Secara individu, pihak manajer juga di motivasi oleh
jumlah bonus yang diberikan jika pekerjaannya mampu memenuhi
target internal dari perusahaannya.
2. Memenuhi Harapan Eksternal
Suatu pihak melakukan manajemen laba juga tidak dapat
lepas dari lingkungan eksternalnya. Dalam hal ini stakeholders
eksternal tentunya memiliki kepentingan terhadap kinerja
keuangan perusahaan. Dalam memenuhi kepentingan ini pihak
perusahaan akan berpotensi untuk melakukan manajemen laba. Hal
tersebut. Manajemen laba tentunya digunakan sebagai alat untuk
mencapai tujuan suatu pihak melalui informasi laba.
3. Meratakan atau Memuluskan Laba (Income Smoothing)
Income smoothing merupakan salah satu penyebab utama pihak manajemen dalam melakukan praktik manajemen laba.
Income smoothing merupakan suatu bentuk manajemen laba yang
dilakukan dengan meningkatkan atau menurunkan laba untuk
meratakan laba setiap periode sehingga laba terlihat konsisten dan
stabil. Hal ini dilakukan untuk mengurangi resiko dari fluktuasi
laba serta menarik perhatian investor dengan image kinerja
perusahaan yang baik dan stabil. Selain itu bertujuan untuk
mengurangi beban pajak yang harus dibayar, biasanya dengan
mengubah laba lebih kecil dari yang seharusnya.
4. Mempercantik Angka Laporan Keuangan (Window Dressing)
untuk Penjualan saham perdana (Initial Public Offering-IPO)
atau pinjaman
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, perusahaan
tentunya membutuhkan dana untuk mengembangkan usahanya.
Perusahaan akan mengatur laba sedemikian rupa untuk menarik
perhatian para investor dan kreditor. Dalam hal perusahaan yang
melakukan IPO, tindakan ini bertujuan untuk memiliki nilai lebih
baik, bercermin dari informasi laba dalam laporan keuangan yang
disajikan perusahaan tersebut. Oleh karena itu perusahaan yang
melakukan IPO menjadi objek penting dalam penelitian ini.
2.1.3.3. Bentuk Manajemen Laba
Manajemen laba dapat dilakukan dalam beberapa bentuk
tertentu. Menurut Wild et al. (2005:120-121) ada beberapa strategi
dalam melakukan manajemen laba, antara lain sebagai berikut.
1. Meningkatkan laba (Increase Income)
Strategi meningkatkan laba merupakan suatu bentuk
manajemen laba dengan mengakui pendapatan-pendapatan periode
mendatang pada periode berjalan serta menunda biaya periode
berjalan ke periode mendatang sehingga laba periode berjalan akan
meningkat dan lebih besar dari yang seharusnya. Hal ini biasanya
bertujuan untuk memperoleh bonus yang besar, meningkatkan
keuntungan serta untuk memperoleh dana dari pihak luar. Pada
perusahaan yang melakukan IPO pastinya akan sangat
menguntungkan dengan menarik perhatian para investor melalui
informasi laba tersebut.
2. Mandi Besar (Big Bath)
Big Bath merupakan suatu bentuk manajemen laba dengan mengakui biaya-biaya pada periode mendatang pada periode
berjalan sehingga laba pada periode berjalan lebih rendah dari yang
tertentu seperti pergantian CEO, menghindari pajak, dan lain-lain.
Hal ini juga dapat menyebabkan laba pada periode berikutnya akan
menjadi lebih tinggi karena biaya-biayanya telah diakui
sebelumnya.
3. Perataan Laba (Income Smoothing)
Income smoothing merupakan suatu bentuk manajemen laba yang dilakukan dengan meningkatkan atau menurunkan laba
untuk meratakan laba setiap periode sehingga laba terlihat
konsisten dan stabil. Metode ini sederhananya campuran dari kedua
teknik diatas, namun dilakukan sesuai kondisi yang ada pada setiap
periodenya. Hal ini dilakukan untuk mengurangi resiko dari
fluktuasi laba serta menarik perhatian investor dengan image
kinerja perusahaan yang baik dan stabil.
2.1.3.4. Discreationary Accrual
Konsep dasar akrual merupakan suatu metode akuntansi di
mana penerimaan dan pengeluaran diakui atau dicatat ketika
transaksi terjadi, bukan ketika uang kas untuk transaksi-transaksi
tersebut diterima atau dibayarkan. Dengan demikian pencatatan
dalam metode ini bebas dari pengaruh waktu kapan kas diterima
dan kapan pengeluaran dilakukan (Wikipedia-Indonesia). Konsep
ini akan menyebabkan pencatatan penerimaan dan pengeluaran
penerimaan dan pengeluaran yang dicatat belum tentu akan
menjadi penerimaan atau pengeluaran. Transaksi tersebut tentunya
menjadi suatu celah dalam melakukan manajemen laba.
Wild et al. (2005:102) mengkritik bahwa “akuntansi akrual
merupakan kombinasi dari aturan yang rumit dan tidak
sempurna yang menghalangi tujuan laporan keuangan-yaitu
informasi mengenai arus kas dan kapasitas untuk menghasilkan
kas”. Akuntansi akrual bertentangan dengan analisis keuangan,
yakni menghilangkan dasar akrual untuk memperoleh informasi
berdasarkan aliran kas. Analisis keuangan ini diakibatkan
akuntansi akrual yang ruwet dan rentan atas manipulasi.
Kerentanan ini disebut manajemen laba (Earnings Management).
Oleh karena itu deteksi manajemen laba secara umum diteliti
menggunakan pendekatan akrual.
Pada dasarnya akuntansi akrual memiliki dua komponen
yaitu terdiri dari discreationary accruals (DA) dan non
dicreationary accruals (NDA). Discreationary accruals merupakan komponen akrual yang dapat dimanipulasi oleh pihak manajemen.
Sedangkan non discreationary akrual merupakan komponen akrual
yang dipengaruhi oleh faktor-faktor luar perusahaan yang tidak
dapat dikendalikan oleh pihak manajemen. Hal ini tentunya
penggunaan discreationary accruals lebih tepat dalam mengukur
dapat mengukur manajemen laba dengan discreationary accruals.
Dalam penelitian ini manajemen laba akan di proksikan dengan
model Jones (1991) yang di modifikasi oleh Dechow et al.
(1995:199-200).
2.2. Penelitian Terdahulu
Penelitian awal yang dilakukan oleh Zhou dan Elder (2004) dengan judul
audit quality and earnings management by seasoned equity offering firms. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa auditor size dan industry specialization mampu
membatasi earnings management dalam offering year for SEO companies di USA.
Chen et al (2005) dengan penelitian berjudul audit quality and earnings
management for taiwan IPO firms. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian sebelumnya menemukan bahwa kualitas audit yang tinggi diproksikan
dalam auditor size dan industry specialization mampu menurunkan tingkat earnings management pada perusahaan IPO Taiwan.
Penelitian selanjutnya Wimboweni (2007) dengan judul pengaruh kualitas
audit dan motivasi manajemen laba terhadap praktik manajemen laba pada Initial
Public Offering (IPO). Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa hipotesis motivasi laba yang terdiri atas hipotesis rencana bonus, hipotesis biaya politik dan
hipotesis biaya politik memiliki pengaruh positif terhadap praktik manajemen
laba. Kualitas audit yang diproksikan dengan ukuran auditor dan spesialisasi
industri menunjukkan pengaruh negatif terhadap manajemen laba.
Luhgiatno (2008) dalam penelitiannya yang berjudul analisis pengaruh
kualitas audit terhadap manajemen laba studi pada perusahaan yang melakukan
IPO di Indonesia. Hasil penelitian ini menunjukkan hal yang berbeda dari tiga
peneliti diatas, yaitu kualitas audit yang diproksikan dalam ukuran auditor dan
spesialisasi industri tidak berpengaruh secara signifikan terhadap manajemen laba
pada perusahaan yang melakukan IPO di indonesia.
Penelitian selanjutnya oleh Rusmin (2010) dengan judul auditor quality
and earnings management: Singaporean evidence. Hasil penelitian tersebut menunjukkan pengaruh yang negatif antara ukuran auditor dan spesialisasi
industri terhadap perusahaan yang terdaftar di singapura. Ikhtisar penelitian
[image:42.595.108.528.585.747.2]terdahulu dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2.1
Tinjauan Penelitian Terdahulu
No Peneliti/ tahun Judul Penelitian Variabel Penelitian Alat Analisis dan Unit Analisis Hasil Penelitian
1 Zhou dan Elder (2004) Audit Quality and Earnings Manageme nt by Seasoned
Independent Variable :
Auditor Quality :
Auditor size and Industry specialization. Dependent Variable :
Equity Offering Firm.
Earnings management. Spesialisasi industri mampu membatasi earnings manageme nt dalam offering year for SEO companies di USA. 2 Chen et al
(2005) Audit Quality and Earnings Manageme nt for Taiwan IPO Firms.
Independent Variable :
Auditor Quality :
Auditor size and Industry specialization.
Dependent Variable :
Earnings management. Multiple Regression, IPO firms. Menemuka n bahwa Auditor Big Five dan Auditor dengan spesialisasi industri mampu menurunka n tingkat manajemen laba pada perusahaan IPO Taiwan. 3 Wimbowe ni (2007) Pengaruh Kualitas Audit dan Motivasi Manajemen Laba terhadap Praktik Manajemen Laba pada Initial Public Offering (IPO).
Independent Variable :
Kualitas Audit :
Ukuran auditor dan Spesialisasi industri.
Motivasi Manajemen Laba :
Manajemen Laba. biaya politik memiliki pengaruh positif terhadap praktik manajemen laba. Kualitas audit yang diproksikan dengan ukuran auditor dan spesialisasi industri menunjukk an pengaruh negatif terhadap manajemen laba. 4 Luhgiatno (2008) Analisis Pengaruh Kualitas Audit terhadap Manajemen Laba Studi pada Perusahaan yang Melakukan IPO di Indonesia.
Independent Variable :
Ukuran auditor dan Spesialisasi industri
Dependent Variable :
Manajemen laba. Analisis Regresi Berganda, Perusahaan IPO di Indonesia. Menunjukk an bahwa KAP big four dan KAP spesialis industri tidak berpengaru h secara signifikan terhadap manajemen laba pada perusahaan yang melakukan IPO di indonesia. 5 Rusmin (2010) Auditor Quality and
Independent Variable :
Earnings Manageme nt: Singaporea n evidence. industry Specialization Dependent Variable :
Earnings management. Companies in Singapore. yang negatif oleh Auditor Big four dan Auditor Spesialis terhadap perusahaan yang terdaftar di singapura. Sumber: Diolah oleh penulis (2014)
2.3. Kerangka Konseptual
Perusahaan yang melakukan IPO sering termotivasi untuk melakukan
manajemen laba agar menarik perhatian para investor untuk menginvestasikan
dananya ke perusahaan tersebut. Hal ini tentunya menyebabkan pihak investor
sebagai pihak pengambil keputusan bisnis memerlukan jasa assurance dari pihak
ketiga yaitu auditor independen. Pihak auditor independen diharapkan
menghasilkan kualitas audit yang baik sehingga dapat mengurangi risiko salah saji
dan kecurangan yang mungkin terjadi, salah satunya manajemen laba (Earnings
Management).
Kualitas audit sendiri dapat diproksikan melalui ukuran KAP dan
Spesialisasi industri. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Zhou dan elder
(2004) tentang hubungan kualitas audit dengan manajemen laba pada perusahaan
industri mengurangi manajemen laba pada perusahaan yang melakukan IPO di
USA. Berdasarkan hal tersebut kerangka konseptual dari penelitian ini dapat
[image:46.595.122.524.205.405.2]digambarkan sebagai berikut :
Gambar 2.1
H1
H2
Kerangka Konseptual
Sumber : Diolah oleh penulis (2014)
Kerangka konseptual diatas menggambarkan bahwa penelitian ini
dilakukan untuk meneliti hubungan antara variabel independen kualitas audit yang
diukur dalam KAP big four dan KAP spesialisasi industri terhadap variabel
dependen penelitian yaitu manajemen laba.
KAP Spesialisasi Industri
(X2) KAP Big Four
(X1)
Manajemen Laba
2.4. Hipotesis
2.4.1. Ukuran KAP dan Manajemen Laba
Berdasarkan Penelitian yang DeAngelo (1981) menunjukkan
adanya hubungan positif antara kualitas audit dengan ukuran KAP.
Semakin besar ukuran suatu KAP maka semakin baik kualitas audit yang
akan dihasilkan. Kualitas audit yang baik tentunya akan membatasi
manajemen laba. Berdasarkan ukuran KAP, maka dapat dibagi menjadi
KAP besar dan KAP kecil. KAP besar dapat dikelompokkan sebagai big
four.
Penelitian Becker at al (1998) menunjukkan bahwa perusahaan
yang diaudit oleh kelompok KAP non-big four melaporkan discreationary
accruals yang lebih signifikan dibandingkan dengan perusahaan yang diaudit oleh kelompok KAP big four. Krishnan (2003b) dalam Rusmin
(2010:621) menyatakan “bahwa KAP big four secara agresif dan
opportunistik membatasi pelaporan discreationary accruals dari klien
dibandingkan dengan KAP non-big four”.
Penelitian-penelitian diatas mendukung pernyataan bahwa KAP
yang berukuran besar dan terkemuka (Big Four) akan memiliki kualitas
audit yang lebih baik. Berdasarkan hal tersebut, hipotesis dari penelitian
ini yaitu :
2.4.2. Spesialisasi Industri dan Manajemen Laba
Penelitian Stein dan Cadman (2005) menunjukkan bahwa auditor
yang memiliki spesialisasi di bidang industri klien akan menghasilkan
audit yang berkualitas. Craswell et al. (1995) dalam Rusmin (2010:619)
mendukung bahwa “spesialisasi memungkinkan para auditor untuk
menyediakan jasa yang lebih baik dan lebih kredibel”. Hal ini
menunjukkan bahwa para auditor yang memiliki pengetahuan mengenai
spesialisasi industri dianggap lebih unggul dalam menghasilkan kualitas
audit yang baik.
Zhou dan Elder (2004) juga menemukan bahwa spesialisi industri
auditor dapat digunakan untuk membatasi manajemen laba pada proses
IPO di AS. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa spesialisasi industri
memiliki peran dalam mengurangi manajemen laba. Berdasarkan hal
tersebut, hipotesis penelitian ini yaitu :
H2 : KAP Spesialisasi industri memiliki pengaruh negatif terhadap
Manajemen Laba pada perusahaan yang melakukan IPO di
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pada dasarnya perusahaan selalu ingin meningkatkan kegiatan usahanya
dalam rangka mencapai tujuan bisnisnya melalui realisasi laba maksimum serta
menjamin kelangsungan hidup perusahaannya. Dalam melakukan hal ini tentunya
perusahaan akan membutuhkan sejumlah input tertentu terutama dalam bentuk
dana. Perusahaan biasanya dapat memperoleh dana dari aktivitas bisnisnya baik
dari kegiatan operasional, investasi maupun pendanaan. Salah satu cara untuk
memperoleh dana yang besar yaitu dengan menjual saham perusahaan ke pasar
modal. Dengan go public perusahaan akan mampu memperoleh dana yang
dibutuhkannya.
Penjualan pertama saham umum kepada investor publik biasanya dapat
disebut sebagai Initial Public Offering (IPO) atau penawaran umum perdana.
Perusahaan yang melakukan IPO tentunya akan berusaha untuk menarik perhatian
para investor umum agar mau membeli saham mereka. Untuk menarik perhatian
investor perusahaan harus memiliki proyeksi yang baik mengenai perusahaannya
terutama dari kinerja keuangannya. Namun perusahaan sebagai pembuat laporan
keuangan tentunya memiliki informasi lebih daripada pihak lainnya dalam bisnis.
penelitian yang menyatakan bahwa initial public offering merupakan salah satu
motivasi dalam melakukan manajemen laba.
Dilihat dari sudut pandang pihak investor, dalam membeli saham suatu
perusahaan, termasuk perusahaan IPO pastinya mengharapkan return dalam
bentuk dividen. Harapan untuk jumlah dividen yang besar dan terus meningkat
menyebabkan para investor terlalu memfokuskan perhatiannya terhadap informasi
laba perusahaan, yang merupakan dasar penetapan jumlah dividen. Perhatian
berlebih investor terhadap informasi laba ini dapat memotivasi perusahaan untuk
memanipulasi informasi labanya sedemikian rupa agar terlihat baik dimata para
investor. Dengan adanya perbedaan kepentingan yang ingin dicapai pada kedua
belah pihak serta adanya asimetri informasi diantara mereka akan semakin
mendorong perilaku tersebut. Tindakan ini lebih dikenal sebagai praktik
manajemen laba atau earnings management. Manajemen laba didefinisikan
sebagai “intervensi dengan tujuan tertentu dalam proses pelaporan keuangan
eksternal, untuk memperoleh beberapa keuntungan pribadi” (Schipper, 1989:92).
Di Indonesia ada beberapa kasus mengenai manajemen laba yang cukup
populer, yaitu kasus PT. Kimia Farma Tbk pada tahun 2002. Bapepam telah
membuktikan bahwa perusahaan tersebut telah melakukan praktik manajemen
laba. Bapepam menyatakan bahwa laba yang disajikan pada tanggal 31 desember
2001 lebih besar dari yang seharusnya, yaitu overstated sebesar 32,7 miliar rupiah.
Hal ini disebabkan karena kesalahan dalam mencatat dan menilai persediaan serta
Selanjutnya ada kasus PT. Kereta Api Indonesia (PT.KAI) pada tahun
2005. PT. KAI diduga melakukan praktik manajemen laba dengan memanipulasi
laporan keuangan dimana tercatat laba sebesar 6,9 miliar rupiah dimana
seharusnya mengalami kerugian sebesar 63 miliar rupiah. Praktik manajemen laba
itu berawal karena adanya perbedaan pandangan dari pihak manajemen dan
komisaris yang menyebabkan terjadinya kesalahan pencatatan piutang PPN,
pencatatan gaji dibayar di muka dan penurunan persediaan.
Di luar negeri juga ada beberapa kasus mengenai praktik manajemen laba,
salah satunya perusahaan Xerox. Pada tahun 1997 sampai 1999 laba yang
terdapat pada laporan keuangan Xerox ternyata merupakan suatu hasil
manajemen laba dan tidak mencerminkan keadaan yang sesungguhnya. Hasil
investigasi yang dilakukan SEC telah membuktikan bahwa perusahaan Xerox
telah meningkatkan laba dengan mengakui pendapatan lebih cepat dari yang
seharusnya. Selain itu perusahaan juga diduga melakukan manipulasi piutang
usaha dan pajak serta tingkat diskonto sewa guna usaha. Berdasarkan kasus-kasus
diatas dapat dikatakan bahwa praktik manajemen laba dapat dilakukan dengan
berbagai cara dan tentunya akan merugikan para pemakai laporan keuangan
terutama para investor.
Para investor dan pengguna laporan keuangan lainnya membutuhkan
informasi dari laporan keuangan untuk sebagai dasar dalam pengambilan
keputusan bisnis dengan anggapan bahwa laporan keuangan telah lengkap dan
Berdasarkan alasan tersebut tentunya laporan keuangan oleh perusahaan harus
diaudit oleh auditor independen. Hasil audit yang berkualitas akan meningkatkan
kredibilitas laporan keuangan sehingga dapat memberikan kepercayaan bahwa
laporan keuangan tersebut bebas dari kesalahan dan kecurangan. Kualitas audit
didefinisikan sebagai “suatu probabilitas tertentu dimana seorang auditor
menemukan dan melaporkan adanya suatu kesalahan material di dalam laporan
keuangan kliennya” (DeAngelo, 1981:186). Kualitas audit yang baik diharapkan
akan mampu untuk menurunkan praktik manajemen laba.
Kualitas audit yang baik biasanya dihasilkan oleh Kantor akuntan publik
(KAP) yang berukuran besar dan memiliki reputasi tinggi yang telah diakui oleh
banyak pihak. Selain itu ada beberapa faktor-faktor lainnya yang berpengaruh
terhadap kualitas audit, salah satunya spesialisasi industri dalam menangani suatu
jenis perusahaan. KAP yang memiliki pengetahuan, pemahaman dan pengalaman
lebih dalam mengaudit suatu jenis perusahaan tentunya akan menghasilkan
kualitas yang lebih baik dibandingkan perusahaan yang tidak memiliki hal
tersebut. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan Chen et al. (2005), kualitas
audit dapat dihubungkan melalui ukuran KAP yang melakukan audit dan
spesialisasi industrinya.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Zhou dan elder (2004) tentang
hubungan kualitas audit dengan manajemen laba pada perusahaan IPO
menyatakan bahwa KAP besar (Big Four Auditors) dan spesialisasi industri
mengurangi manajemen laba pada perusahaan yang melakukan IPO di USA.
Rusmin (2010) di Singapura juga membuktikan hal yang sama, yaitu kualitas
audit juga mengurangi manajemen laba pada perusahaan IPO. Hasil-hasil
penelitian tersebut mendukung bahwa ada kualitas audit memiliki pengaruh
negatif pada manajemen laba pada perusahaan IPO. Namun Penelitian yang
dilakukan oleh Luhgiatno (2008) di Indonesia menyatakan bahwa kualitas audit
yang diproksikan oleh KAP big four dan KAP spesialis industri belum terbukti
memiliki pengaruh negatif terhadap manajemen laba pada perusahaan IPO di
Indonesia. Dengan kata lain, penelitian tersebut menyatakan bahwa kualitas audit
belum mampu mengurangi praktik manajemen yang terjadi.
Hasil beberapa penelitian yang berbeda ini mendorong peneliti untuk
melakukan penelitian yang sama dengan menggunakan sampel terbaru pada
perusahaan IPO di Indonesia. Penelitian ini mengacu pada penelitian yang
dilakukan oleh Luhgiatno (2008) yang meneliti pengaruh kualitas audit terhadap
manajemen laba pada perusahaan IPO tahun 2002-2006. Bedanya peneliti akan
menggunakan perusahaan IPO pada tahun 2010-2012 yang tentunya lebih up to
date untuk mewakilkan situasi saat ini. Diharapkan penelitian ini mampu memberikan kontribusi baru mengenai penelitian pada bidang dan topik yang
serupa.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
“ANALISIS PENGARUH KUALITAS AUDIT TERHADAP
MANAJEMEN LABA STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN YANG
MELAKUKAN INITIAL PUBLIC OFFERING (IPO) DI INDONESIA”.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan sebelumnya,
maka secara sederhana dapat dirumuskan permasalahan yang akan diteliti adalah
sebagai berikut.
1. Apakah KAP big four mampu mengurangi praktik manajemen laba pada
perusahaan yang melakukan initial public offering (IPO) di Indonesia ?
2. Apakah KAP yang memiliki spesialisasi industri mampu mengurangi
praktik manajemen laba pada perusahaan yang melakukan initial public
offering (IPO) di Indonesia ?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian sebelumnya, adapun tujuan dari penelitian ini adalah
sebagai berikut.
1. Untuk memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh KAP big four
terhadap praktik manajemen laba pada perusahaan yang melakukan initial
2. Untuk memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh KAP yang memiliki
spesialisasi industri terhadap praktik manajemen laba pada perusahaan
yang melakukan initial public offering (IPO) di Indonesia
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini antara lain
sebagai berikut.
1. Bagi Penulis
Penelitian ini bermanfaat untuk memperoleh wawasan dan pengetahuan yang
luas tentang auditing, terutama mengenai hubungan antara kualitas audit
dengan manajemen laba pada perusahaan IPO dan membantu memahami
konsep pengaplikasikan ilmu auditing dengan teori yang telah dipelajari dalam
perkuliahan serta diharapkan dapat menjadi dasar ilmu yang kuat dalam
memasuki dunia bisnis.
2. Bagi Dunia Akademik
Penelitian ini bermanfaat sebagai pembuktian bahwa kualitas audit memiliki
hubungan dengan manajemen laba pada perusahaan IPO dan menjawab
penelitian-penelitian terdahulu. Selain itu juga diharapkan dapat memberikan
sedikit kontribusi untuk meningkatkan pengetahuan tentang auditing di dunia
akademik serta membantu penelitian-penelitian selanjutnya.
Penelitian ini diharapkan akan membantu para stakeholders dunia bisnis dalam
memenuhi kepentingannya masing-masing.
- Perusahaan diharapkan mampu meningkatkan kualitas informasi
keuangannya terutama dengan pertimbangan menggunakan KAP Big four
dan yang memiliki spesialisasi industri.
- Investor dan kreditor mampu memperoleh informasi yang andal dan
relevan yang mencerminkan keadaan perusahaan sebenarnya sehingga
ABSTRAK
ANALISIS PENGARUH KUALITAS AUDIT TERHADAP MANAJEMEN LABA STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN YANG MELAKUKAN
INITIAL PUBLIC OFFERING (IPO) DI INDONESIA
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sejauh mana pengaruh kualitas audit yang diproksikan dalam KAP big four dan KAP spesialisasi industri dalam mengurangi praktik manajemen laba pada perusahaan yang melakukan initial public offering (IPO) di Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh KAP bigfour dan KAP spesialisasi industri terhadap praktik manajemen laba pada perusahaan yang melakukan initial public offering (IPO) di Indonesia.
Hipotesis dalam penelitian ini yaitu KAP big four dan KAP spesialisasi industri memiliki pengaruh negatif terhadap Manajemen Laba pada perusahaan yang melakukan IPO di Indonesia.
Penelitian ini menggunakan data sekunder dengan metode pengumpulan data melalui dokumentasi dan studi pustaka. Objek penelitiannya adalah perusahaan yang melakukan IPO di indonesia pada tahun 2010-2012. Jumlah sampel penelitian yaitu sebanyak 54 sampel dari 70 populasi penelitian dengan purposive sampling method. Metode analisis data yang digunakan yaitu dengan analisis regresi berganda dan menggunakan software SPSS v.16.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kualitas audit yang diproksikan dalam KAP bigfour dan KAP spesialisasi industri tidak terbukti mampu untuk mengurangi praktik manajemen laba pada perusahaan yang melakukan initial public offering (IPO) di Indonesia.
Kata Kunci : Kualitas Audit, KAP Bigfour, KAP spesialisasi industri
ABSTRACT
ANALYSIS THE EFFECT AUDIT QUALITY FROM EARNING MANAGEMENT CASE FOR INITIAL PUBLIC OFFERING (IPO) FIRMS IN
INDONESIA
The problem definition of this research is how far the effect audit quality which proxied by big four auditor firm and auditor industry spesialization in decrease earning management case for initial public offering (IPO) firms in Indonesia. The Purpose of this research is to get empirical evidence about the effect big four auditor firm and auditor industry spesialization from earning management case for initial public offering (IPO) firms in Indonesia.
The hypothesis of this research is big four auditor firm and auditor industry spesialization have a negative effect to decrease the earning management case for initial public offering (IPO) firms in Indonesia.
This research is using secondary data with documentation and literature study. The object of this research is Indonesia IPO firms in during 2010-2012 years. Amount of sample of this research is 54 sample from 70 population using purposive sampling method. Data analysis tool is Multiple regression using software SPSS v.16.
The result of this research indicate that audit quality which proxied by big four auditor firm and auditor industry spesialization have evidence that can’t decrease earning management case for initial public offering (IPO) firms in Indonesia.
Keyword : Audit Quality, Big four auditor firm, Auditor industry specialization,
SKRIPSI
ANALISIS PENGARUH KUALITAS AUDIT TERHADAP MANAJEMEN
LABA STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN YANG MELAKUKAN
INITIAL PUBLIC OFFERING (IPO) DI INDONESIA
OLEH
M. SOFWAN ERWANDA
100503110
PROGRAM STUDI STRATA 1
DEPARTEMEN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan dengan sesungguhnya
bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Pengaruh Kualitas Audit Terhadap
Manajemen Laba Studi Empiris Pada Perusahaan Yang Melakukan Initial Public
Offering (IPO) Di Indonesia” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada
Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga,
dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau
dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika
penulisan ilmiah.
Apabila dikemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam
skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Medan, 23 Juni 2014
Yang Menyatakan
M. Sofwan Erwanda
ABSTRAK
ANALISIS PENGARUH KUALITAS AUDIT TERHADAP MANAJEMEN LABA STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN YANG MELAKUKAN
INITIAL PUBLIC OFFERING (IPO) DI INDONESIA
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sejauh mana pengaruh kualitas audit yang diproksikan dalam KAP big four dan KAP spesialisasi industri dalam mengurangi praktik manajemen laba pada perusahaan yang melakukan initial public offering (IPO) di Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh KAP bigfour dan KAP spesialisasi industri terhadap praktik manajemen laba pada perusahaan yang melakukan initial public offering (IPO) di Indonesia.
Hipotesis dalam penelitian ini yaitu KAP big four dan KAP spesialisasi industri memiliki pengaruh negatif terhadap Manajemen Laba pada perusahaan yang melakukan IPO di Indonesia.
Penelitian ini menggunakan data sekunder dengan metode pengumpulan data melalui dokumentasi dan studi pustaka. Objek penelitiannya adalah perusahaan yang melakukan IPO di indonesia pada tahun 2010-2012. Jumlah sampel penelitian yaitu sebanyak 54 sampel dari 70 populasi penelitian dengan purposive sampling method. Metode analisis data yang digunakan yaitu dengan analisis regresi berganda dan menggunakan software SPSS v.16.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kualitas audit yang diproksikan dalam KAP bigfour dan KAP spesialisasi industri tidak terbukti mampu untuk mengurangi praktik manajemen laba pada perusahaan yang melakukan initial public offering (IPO) di Indonesia.
Kata Kunci : Kualitas Audit, KAP Bigfour, KAP spesialisasi industri
ABSTRACT
ANALYSIS THE EFFECT AUDIT QUALITY FROM EARNING MANAGEMENT CASE FOR INITIAL PUBLIC OFFERING (IPO) FIRMS IN
INDONESIA
The problem definition of this research is how far the effect audit quality which proxied by big four auditor firm and auditor industry spesialization in decrease earning management case for initial public offering (IPO) firms in Indonesia. The Purpose of this research is to get empirical evidence about the effect big four audit