• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TENIA PEDIS1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ASUHAN KEPERAWATAN PADA TENIA PEDIS1"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

ASUHAN KEPERAWATAN PADA

PENYAKIT TINEA PEDIS

1.

Konsep Medik

Tinea pedis atau ringworm of the foot adalah infeksi dermatofita pada kaki, terutama pada

sela jari dan telapak kaki. Tinea pedis merupakan infeksi jamur yang paling sering terjadi.

Penyebabnya yang paling sering adalah Trichophyton rubrum yang memberikan kelainan

menahun. Paling banyak ditemukan diantara jari ke-4 dan ke-5, dan seringkali meluas ke bawah jari dan sela jari-jari lain. Oleh karena daerah ini lembab, maka sering terlihat maserasi berupa kulit putih dan rapuh. Jika bagian kulit yang mati ini dibersihkan, maka akan terlihat kulit baru, yang pada umumnya juga telah diserang jamur. Pada umumnya, jamur tumbuh pada kulit kaki karena faktor kelembaban. Hal itu dapat disebabkan kaki yang sering berkeringat, kaos kaki kurang dijaga kebersihannya, atau sepatu terlalu tertutup. Jari-jari kaki sangat rentan terinfeksi jamur Tinea pedis, terutama pada orang yang sering memakai sepatu tertutup pada kesehariannya.10,14 Jadi dapat dikatakan di sini bahwa Tinea berhubungan dengan kebersihan,

dan keringat. Bentuk klinis dapat terjadi bertahun-tahun, tanpa keluhan berarti. Bahkan sebagian

di antara penderitanya total bebas gejala. Sebagian penderitanya baru merasa terganggu ketika

muncul bau tak sedap dari kulit kaki mereka. Tidak menutup kemungkinan munculnya infeksi

bakteri (infeksi sekunder) yang dapat menunjukkan gejala mulai dari yang ringan (bintil-bintil

merah yang perih)hingga yang lebih berat seperti nyeri dan demam.

2.

Pengertian

Tinea pedis atau kaki atlet adalah infeksi kulit yang disebabkan oleh semacam jamur yang disebut fungus. Jamur yang menyebabkan tinea pedis menyukai kulit yang lembab dan

hangat di antara jari kaki dan seringkali memburuk dalam cuaca panas. Tinea pedis merupakan

(2)

mengakibatkan pertumbuhan jamur makin subur. Efek ini lebih nyata pada sela jari kaki keempat dan kelima, dan lokasi ini paling sering terkena. Kenyataaannya, tinea pedis jarang ditemukan pada populasi yang tidak menggunakan sepatu. Sinonim dari tinea pedis adalah foot ringworm, athlete foot, footmycosis.

3.

Insident

Insidensi Tinea pedis cukup tinggi di Indonesia, bahkan di seluruh dunia, karena menyerang masyarakat luas. Kelainan ini dapat bersifat akut atau menahun, bahkan dapat merupakan penyakit yang berlangsung seumur hidup (Budimulja, 1999).

Kondisi geografis Indonesia yang merupakan daerah tropis dengan suhu dan kelembaban yang tinggi akan memudahkan tumbuhnya jamur, sehingga infeksi oleh karena jamur di Indonesia pada umumnya, di Sumatera Utara pada khususnya banyak ditemukan. Oleh karena itu, golongan penyakit kulit karena infeksi jamur menempati urutan kedua terbanyak dari insiden penyakit kulit di Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (FK USU), Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) H. Adam Malik, Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr. Pirngadi Medan (Nasution M.A., 2005).

Jumlah penderita dermatofitosis pada tahun 1996 sampai 1998 sebanyak 4.162 orang dari 20.951 penderita baru penyakit kulit yang berkunjung ke Poliklinik Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin FK USU, RSUP H. Adam Malik, RSUD dr. Pirngadi Medan. Dan pada tahun 2002 penyakit dermatofitosis merupakan penyakit kulit yang menduduki urutan pertama dibandingkan

penyakit kulit yang lain (Nasution M.A., 2005).

4.

Etiologi

Jamur penyebab tinea pedis yang paling umum ialah Trichophyton rubrum (paling

sering), T. interdigitale, T. tonsurans (sering pada anak) dan Epidermophyton floccosum.(22) T.

rubrum lazimnya menyebabkan lesi yang hiperkeratotik, kering menyerupai bentuk sepatu

sandal (mocassinlike) pada kaki; T. mentagrophyte seringkali menimbulkan lesi yang vesikular

dan lebih meradang sedangkan E. floccosum bisa menyebabkan salah satu diantara dua pola lesi

diatas.

(3)

Jamur superfisial harus menghadapi beberapa kendala saat menginvasi jaringan keratin. Jamur harus tahan terhadap efek sinar ultraviolet, variasi suhu dan kelembaban, persaingan dengan flora normal, asam lemak fungistatik dan sphingosines yang diproduksi oleh keratinosit. Setelah proses adheren, spora harus tumbuh dan menembus stratum korneum dengan kecepatan lebih cepat daripada proses proses deskuamasi. Proses penetrasi ini dilakukan melalui sekresi proteinase, lipase, dan enzim musinolitik, yang juga memberikan nutrisi. Trauma dan maserasi juga membantu terjadinya penetrasi. Mekanisme pertahanan baru muncul setelah lapisan epidermis yang lebih dalam telah dicapai, termasuk kompetisi dengan zat besi oleh transferin tidak tersaturasi dan juga penghambatan pertumbuhan jamur oleh progesteron. Di tingkat ini, derajat peradangan sangat tergantung pada aktivasi sistem kekebalan tubuh.

Keadaan basah dan hangat dalam sepatu memainkan peran penting dalam pertumbuhan jamur. Selain itu hiperhidrosis, akrosianosis dan maserasi sela jari merupakan faktor predisposisi timbulnya infeksi jamur pada kulit. Sekitar 60-80% dari seluruh penderita dengan gangguan sirkulasi (arteri dan vena) kronik akibat onikomikosis dan/atau tinea pedis. Jamur penyebab ada di mana-mana dan sporanya tetap patogenik selama berbulan-bulan di lingkungan sekitar manusia seperti sepatu, kolam renang, gedung olahraga, kamar mandi dan karpet.

6.

Manifestasi klinik

Tinea pedis yang tersering adalah bentuk interdigitalis. Di antara jari IV danjari V terlihat fisura yang dilingkari sisik halus dan tipis, dapat meluas ke bawah jari (subdigital) dan telapak kaki. Kelainan kulit berupa kelompok vesikel. Sering terjadi maserasi pada sela jari terutama sisi lateral berupa kulit putih dan rapuh, berfisura dan sering disertai bau. Bila kulit yang mati dibersihkan, akan terlihat kulit baru yang pada umumnya telah diserang jamur. Bentuk klinis ini dapat berlangsung bertahun-tahun dengan menimbulkan sedikit keluhan atau tanpa keluhan. Pada suatu ketika dapat disertai infeksi sekunder oleh bakteri sehingga terjadi selulitis, limfangitis, limfadenitis dan erisipelas, dengan gejala-gejala konstitusi. Bentuk lain ialah

(4)

7.

Diagnostik

Umumnya dermatofitosis pada kulit memberikan morfologi yang khas yaitu bercak-bercak yang berbatas tegas disertai efloresensi-efloresensi yang lain, sehingga memberikan kelainan-kelainan yang polimorfik, dengan bagian tepi yang aktif serta berbatas tegas sedang bagian tengah tampak tenang. Gejala objektif ini selalu disertai dengan perasaan gatal, bila kulit yang gatal ini digaruk maka papula-papula atau vesikel-vesikel akan pecah sehingga menimbulkan daerah yang erosit dan bila mengering jadi krusta dan skuama. Kadang-kadang bentuknya menyerupai dermatitis (ekzema marginatum), tetapi kadang-kadang hanya berupa makula yang berpigmentasi saja (Tinea korporis) dan bila ada infeksi sekunder menyerupai gejala-gejala pioderma (impetigenisasi).

Pemeriksaan mikologik untuk membantu menegakan diagnosa terdiri atas pemeriksaan langsung sediaan basah dan biakan. Pemeriksaan lain misalnya pemeriksaan histopatologik, percobaan binatang, dan imunologik tidak diperlukan.

8.

Pengobatan

1. Salep anti jamur untuk dioleskan di tempat jamur tersebut.

2. Banyak tersedia berbagai salep anti jamur dan dijual secara bebas

3. Pengolesan salep sebaiknya setelah mandi, dan dalam kondisi kaki yang kering, sehingga salep

dapat menempel dengan baik di kulit.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN TINEA PEDIS

1. Pengkajian

Riwayat kesehatan dan observasi langsungsg memberikan infomasimengenai persepsi klien terhadap dermatosis, bagaimana kelainan kulitdimulai?, apa pemicu?, apa yang meredakan atau mengurangi gejala?, termasuk masalah fisik/emosional yang dialami klien?. Pengkajian fisik harus dilakukansecara lengkap.

(5)

a) Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan fungsibarier kulit.

b) Nyeri dan rasa gatal berhubungan dengan lesi kulit.

c) Gangguan pola tidur berhubungan dengan pruritus.

d) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penampakan kulit yangtidak bagus.

e) Kurang pengetahuan tentang program terapi berhubungan dengan adekuat informasi.

(6)
(7)

untuk menghindari minuman

yangmengandung cafein

menjelangtidur malam hari.

 Anjurkan pasien untuk

melakukangerak badan secara teratur.

 Kolaborasi

pemberian obatantihistamin

puncak 2-4 jam sesudah dikonsumsi.

 Memberikan efek

yangmenguntungkan untuk tidur jikadilakukan pada sore hari

 Memberikan obat

diharapkanpasien dapat tidur

DAFTAR PUSTAKA

Graham-brown robin. 2005. Lecture Notes DermatologiEdisi 8. Jakarta :Erlangga

Chadrasoma, parakrama. 2006. RingkasanPatologiAnatomi.Jakarta :BukuKedokteranEGC Djuanda A. 1993. IlmuPenyakitKulit Dan KelaminEdisi 2. Jakarta :FakultasKedokteranUI.S Masjoer, Arief. 2000. KapitaSelektaKedokteran. Jakarta :Media Aesculapius

Nanda Internasional.(2009). Diagnosis Keperawatan NANDA

Referensi

Dokumen terkait

dorsum pedis yang menjadi lebih tipis, penebalan kulit plantar pedis dan kuku jari kaki, dan. bentuk kaki yang menjadi

Langkah-langkah yang dilakukan yaitu menanam kerokan kulit yang diambil dari sela antara ibu jari dan jari telunjuk kaki, sela antara jari manis dan kelingking kaki, dan tumit,

Biasanya Kx dengan penyakit kusta mengeluh ada bercak-bercah merah pada kulit di tangan, kaki, atau diseluruh badan dan wajah kadang disertai dengan tangan (jari-jari) dan kaki kaku

Hasil penelitian sebanyak 14 sampel kerokan kulit telapak kaki dan sela jari kaki pada pedagang ikan di pasar Cikurubuk Kota Tasikmalaya terdapat 10 orang yang

58 Hal yang sama dijumpai juga di India dimana pada penelitian oleh Pandey et al, kasus tinea pedis tidak banyak dijumpai dan dermatofita yang sering terlibat adalah

kepala, telapak kaki, sela-sela jari, dan genital. Pada keadaan ini, kulit menjadi basah dan lengket serta menimbulkan bau yang tidak nyaman sebagai hasil

Tinea unguium atau istilah lainnya onychomycosis merupakan infeksi pada lempeng kuku yang disebabkan oleh jamur kulit dermatofita, nondermatofita, maupun

Goreskan ujung reflak hammer pada lateral telapak kaki mengarah ke jari, hasil positif pada bayi normal sedangkan pada orang dewasa abnormal ( jari kaki meregang / aduksi ektensi